Bab II Kajian Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Kajian Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Kajian Pustaka 2.1. Kajian Teori Pendidikan Kewarganegaraan Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi. Selanjutnya menurut Depdiknas (2006:49) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI Pada hakikatnya pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945 (Sudjana, 2003:4). Sedangkan menurut Sudjatmiko (2008: 12) pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 5

2 6 Berdasarkan pendapa para ahli di atas dapat simpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, dan memfokuskan pada pembentukan warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter Tujuan PKn Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD menurut Wuri Wuryandani (2011:7) adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut: a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Senada dengan pendapat Mulyasa (2007:12) tujuan pendidikan kewarganegaraan di SD adalah untuk menjadikan siswa: a. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. b. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan c. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersam dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini, karena jika siswa sudah memiliki

3 7 nilai moral yang baik maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah diwujudkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Dengan demikian, kelak siswa diharapkan menjadi bangsa yang cerdas, terampil dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern Ruang Lingkup PKn Menurut Wuri Wuryandani (2011:8) ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD meliputu aspek-aspek sebagai berikut: a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam Pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, peraturanperaturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional. c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Intrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM. d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara. e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

4 8 f. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi. g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancaila sebagai dasar negara dan ideologi negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. h. Globalisasi meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi Belajar dan Hasil belajar Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, (Slameto, 2003:2). Menurut Dimyati dan Mudjiono (2015:7) belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh ssuatu yang ada di lingkungan sekitar. Selanjutnya menurut Hamalik (2001:27) mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukansuatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Senada dengan pendapat Nichol dalam Aunurrahman (2010:33) belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh ssuatu yang ada di lingkungan sekitar.

5 Hasil Belajar Hasil belajar adalah perolehan skor yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti maupun setelah mengikuti kegiatan belajar. Besarnya hasil tersebut menunjukkan gambaran penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa yang berwujud skor yang diperoleh dari hasil instrumen yang digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan. Hasil belajar juga merupakan indikator tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya oleh guru (Djamarah, 2006:123). Menurut Gagne dalam Hamdani (2011:48) memaparkan bahwa hasil belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, Keterampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Menurut Nasution (2006:56) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bidang kognitif bahwa jumlah murid yang mendapat angka tertinggi atas dasar pengguasaan yang tuntas mengenai bahan pelajaran tertentu. Menurut Slameto dalam Anwar dan Hendra (2011:107) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, berupa hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Bloom dalam Fathurrohman (2011:68) ada tiga aspek hasil belajar yaitu: 1. Aspek kognitif yaitu aspek yang berkaitan dengan kegiatan otak. Dalam aspek ini ada enam jenjang tingkatan antara lain: a. Knowledge (pengetahuan) Pengetahuan disini diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama-nama, struktur bentuk, dan sebagainya. Ini merupakan tingkat berpikir paling rendah. Contoh jenjang ini dalam PKn adalah siswa menghafal sila-sila dalam pancasila kemudian menuliskannya kembali b. Comprehension (pemahaman) Pemahaman yaitu kemampuan peserta didik untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah diketahui atau diingat. Jenjang berpikir

6 10 ini setingkat lebih tinggi dibandingkan pengetahuan. Contoh jenjang ini dalam PKn adalah siswa menguraikan makna yang yerkandung dalam sila-sila pancasila. c. Aplication (penerapan) Penerapan adalah kemampuan siswa untuk menerapkan atau menggunakan sesuatu yang telah diketahui kedalam situasi yang kongkrit. Aplikasi merupakan kegiatan berpikir setingkat lebih tinggi dari pemahaman. Contoh dalam PKn adalah siswa mampu memikirkan tentang penerapan konsep kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. d. Analysis (analisis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Jenjan ini setingkat lebih tinggi dari penerapan. Contoh dalam PKn adalah siswa dapat memikirkan wujud nyata dari perilaku jujur seorang siswa. e. Synthesis (sintesis) Sintesis merupakan proses berpikir yang berkebalikan dengan analisis. Sintesisadalah kemampuan seseorang untuk medukan elemen-elemen dan bagian-nagian yang kecil ke dalam satu bentuk yang utuh. Jenjang berpikir ini setingkat lebih tinggi dari analisi. Contoh dalam PKn adalah siswa dapat menuliskan pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari secara utuh dikaitkan dengan hal-hal yang mendukung. f. Evaluation (penilaian) Penilaian merupakan jenjang berpikir tertinggi dalam aspek kognitif. Penilaian merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan pertimbangan nilai dari situasi tertentu untuk tujuan tertentu. Contoh dalam PKn adalah siswa mampu menimbang-nimbang keuntungan melaksanakan perilaku jujur, kerugian jika tidak berperilaku jujur, sehingga nantinya siswa dapat memberikan penilaian bahwa perilaku jujur harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

7 11 2. Aspek afektif yaitu hal-hal yang berhubungan dngan sikap dan nilai siswa, seprti penghargaan diri, kecenderungan mengambil resiko, atau sikap dalam pembelajaran. Ada lima ranah dalam aspek afektif yaitu: a. Receiving (attending) Level ini menunjukan kepekaan seseorang untuk menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar dirinya. Stimulus ini dapat berupa aktivitas di kelas, buku-buku teks, musik dan lin seagainya. Level ini merupakan level paling rendah dari domain afektif. Misalnya kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. b. Responding Responding (menganggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif dari peserta didik. Kemampuan menanggapi disini adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomenatertentu dan membuat reaksi terhadapnyadengan salah satu cara. Contoh hasil belajar dalam jenjang ini adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau mengali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran tentang kedisiplinan. c. Valuing Menilai atu menghargai disini diartikan sebagai memberikan nilai atau memberi penghargaan terhadap suatu objek, sehinggaapabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian ataupenyesalan. Kaitannya dengan proses belajar, peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi siswa dituntut mempunyai kemampuan untuk menilai konsep atau fenomena tertentu itu baik atau buruk. Apabila seorang peserta didik sudah mampu menilai itu adalah baik, maka peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu telah menginternalisasi di dalam diri siswa. Sifat dari nilai ini stabil. Misal tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah, maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

8 12 d. Organization Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur dan mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Contohnya adalah bahwa peserta didik mendukung penegakan disiplin yang dicanangkan oleh pemerintah. e. Characterization by value orvalue complex Karaktristik dengan suatu nilai atau komplek nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yakni mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dalam hal ini proses internalissi nilai telah menempati tempat tertinggi dalamsuatu hierarki nilai. Nilai disini telah tertanam secara konsisten pada sistemnya. Disini tingkat batin peserta didik sudah benar-benar bijaksana. Peserta didik telah memiliki philosophy of life yang mapan. Pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu wakktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik pola hidup.tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Kata operasioal untuk mengukur jenjang ini antara lain: menggunakan, mempengaruhi, memodifikasi, mengusulkan, menerapkan, memecahkan, merevisi, bertindak, mendengarkan, mengusulkan, menyuruh, membenarkan (verify) dan sebagainya. 3. Aspek psikomotor yaitu berkaitan dengan kemampuan (skill) atau kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang atau sekelompok orang yang telah mengalami proses kegiatan pembelajaran yang berupa gambaran penguasaan sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor)

9 13 siswa yang berwujud skor. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada hasil belajar dalam aspek pengetahuan (kognitif) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Slameto (2003:54) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri (faktor internal) dan faktor yang ada di luar individu (faktor eksternal). Faktor yang ada pada diri siswa (internal) meliputi: 1. Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran, dan penglihatan. Jika salah satu faktor biologis terggangu, hal itu akan mempengaruhi hasl belajar. 2. Faktor psikologis, yang meliputi Inteligensi, minat dan motivasi, serta perhatian ingatan berpikir. 3. Faktor kelelahan yang meliputi, kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani ditandai dengan lemah tubuh, lapar, haus, dan mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang. Faktor-faktor yang ada di luar individu (faktor eksternal) meliputi: a) Faktor keluarga, yaitu lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. b) Faktor sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan berdisiplin di sekolah. c) Faktor masyarakat, yang meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan belajar siswa adalah terpelajar, maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih belajar. Berdasarkan pendapat ahli diatas maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seorang siswa dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan eksternal dimana kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam menentukan kualitas hasil belajar. Model pembelajaran

10 14 picture and picture termasuk faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa Model Pembelajaran Picture and Picture Pengertian pembelajaran kooperatif Isjoni (2009:14) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Menurut Wina (2013:241) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Selanjutnya menurut Anita (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran picture and picture Pengertian Model Pembelajaran Picture and picture Pengertian model pembelajaran picture and picture menurut Rosalin (2008:125) yaitu sajian informasi kompetensi sajian materi, perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa mengurutkan gambar sehingga sistematis, guru menginformasikan urutan tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar,penyimpulan, evaluasi dan refleksi. Menurut Suprijono (2009:110) model picture and picture adalah model belajar yang menggunakan gambar dipasangkaknatau di urutkan menjadi urutan

11 15 logis. Dalam hal ini guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, menyampaikan matri sebagai pengantar. Selanjutnya menurut Suprijono dalam Miftahul (2009), picture and picture merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. model ini mirip dengan Example Non Example, dimana gamabar yang diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran untuk itulah, sebelum proses pembelajaran berlangsung guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta berukuran besar. Gambar-gambar tersebut juga bisa ditampilkan melalui bantuan power point atau software-software lain. Dari berbagai pendapat di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran picture and picture merupakan pembelajaran yang menggunakan media gambar yang disusun secara logis sesuai dengan materi yang diajarkan Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture Ada pun langkah-langkah model pembelajaran picture and picture menurut Saur (2014:93) adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan dicapai 2. Menyajikan materi sebagai pengantar. 3. Guru memperlihatkan gambar yang berkaitan dengan materi. 4. Guru memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5. Guru menanyakan alasan pemikiran urutan gambar tersebut. 6. Berdasarkan urutan gambar, guru menanamkan konsep/materi sesuai dengan SK/KD yang ingin dicapai. 7. Menyimpulkan/merangkum bersama peserta didik. Selanjutnya langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and picture menurut Hamdani (2011:89) adalah sebagai berikut:

12 16 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar 3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi 4. Guru menunjukkan/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urut yang logis 5. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran gambar tersebut 6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 7. Kesimpulan atau rangkuman Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Picture and picture adalah guru menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar, guru menjelakan materi secara singkat, guru meminta siswa untuk maju didepan kelas untuk memasang atau mengurutkan gambar, kemudian guru bertanya kepada siswa tentang alasan dalam pengurutan gambar tersebut dan kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Didalam penelitian ini digunakan sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran picture and picture menurut Saur (2014:93). Sintaks atau langkah-langkah tersebut secara garis besar dapat diliahat dalam tabel berikut ini. Tabel 1 Sintaks/ langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture Tahapan Aktivitas Kegiatan awal a. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b. Menyampaikan materi sebagai pengantar Kegiatan inti 1) Eksplorasi a. Bertanya jawab dengan siswa yang berkaitan dengan materi. b. Menjelaskan materi. c. Menunjukan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi kepada siswa.

13 17 penutup d. Menunjuk siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. e. Bertanya jawab mengenai gambar yang diamati. 2) Elaborasi a. Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen. b. Menjelaskan cara mengerjakan tugas kelompok. c. Membagikan gambar yang berkaitan dengan materi. d. Berdiskusi mengenai gambar yang diamati, kemudian memasangkan gambar-gambar tersebut menjadi urutan yang logis. e. Menyampaikan hasil diskusi. f. Guru mennyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 3) Konfirmasi a. Dari alasan/urutan gambara tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. b. Kesimpulan/rangkuman. a. Refleksi b. Evaluasi Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran Picture and picture Dalam setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kelemahannya, Menurut Istarani (2011:8) kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:

14 18 a. Kelebihan 1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu. 2. siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukan gambargambar mengenai materi yang di pelajari. 3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada. 4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar. 5. Lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. b. Kelemahan 1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran. 2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki. 3. Baik guru maupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pembelajaran. 4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang di inginkan. Selanjutnya kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Picture and picture menurut Suprijono dalam Miftahul (2013:239) adalah sebagai berikut: a. Kelebihan 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis. 3. Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir. 4. Motivasi siswa untuk belajar semakin di kembangkan. 5. Siswa di libatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

15 19 b. Kelemahan 1. Memakan banyak waktu. 2. Membuat sebagian siswa pasif. 3. Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan dikelas. 4. Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jka disuruh bekerjasama dengan yang lain. 5. Kebutuhan akan dukungan fasilitas alat, dan biaya yang cukup memadai Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model picture and picture memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun salah satu kelebihan model picture and picture ini adalah dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada. Sedangkan kelemahan dari model picture and picture ini adalah sulit untuk menemukan gambar yang cocok dengan materi ajar dan gambar yang mempunyai kualitas Media Pembelajaran Menurut Indriana (2011:13) media adalah sebuah alat untuk menyalurkan komunikasi. Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Bila dipandang dari sisi kebahasaan, media adalah perantara antara sumber pesan dan penerima pesan. Beberapa contoh yang perlu diketahui diantaranya adalah film, televisi, media cetak, komputer, instruktur. Contoh tersebut dapat dijadikan media pembelajaran apabila dapat mengangkut pesan-pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, harus ada kecocokan antara media, metode, dan pesan yang akan dikirim. Briggs (dalam Indriana 2011:2) mengutarakan bahwa media pembelajaran adalah alat fisik untuk menyampaikan materi dalam bentuk film, rekaman video, gambar, dan sebagainya. Briggs menambahkan bahwa penggunaan media dapat merangsang peserta didik supaya terjadi proses belajar. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang sangat berguna dalam proses belajar mengajar, karena penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa belajar

16 20 dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah diajarkan dalam bentuk komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Alat ini mencakup semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk menerapkan pembelajaran dan memfasilitasi prestasi siswa untuk meraih tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media pembelajaran yang berupa gambar Media Gambar Media gambar atau bisa disebut media gambar diam adalah media visual yang dihasilkan melalui proses fotografi. Keunggulan dari media ini adalah sudah umum digunakan, mudah dipahami, menarik, banyak memuat penjelasan daripada menggunakan media verbal. Media gambar dapat memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya yang berdampak pada meningkatnya taraf ingatan siswa dibandingkan menggunakan metode verbal. Selain itu media gambar bersifat konkret, mengatasi ruang dan waktu, mengatasi keterbatasan pengamatan mudah penggunaannya, murah pembuatannya. Namun kelemahan dari media gambar adalah hanya menekankan pada penggunaan indera mata, ukuran terbatas pada kelompok besar (Indriana, 2011:64-65). Menurut Sadiman (2014:29) menyatakan bahwa media gamabr adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu, pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Selanjutnya Hamalik (1986:81) mengatakan media gambar adalah gambar tak diproyeksikan, terdapat dimana-mana, baik dilingkungan anak-anak maupun dilingkungan orang dewasa, mudah diperoleh dan ditunjukkan kepada anak-anak. Berdasarkan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media gambar adalah media yang bersifat konkret, mengatasi ruang dan waktu, mengatasi keterbatasan pengamatan mudah penggunaannya, murah pembuatannya.

17 Kelebihan dan kelemahan media gambar Adapun kelebihan dan kelemahan media gambar menurut Sadiman (2014:29) adalah sebagai berikut: a. Kelebihan 1. Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam menunjukan pokok masalah, jika dibandingkan dengan media verbal semata. 2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. 3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4. Memperjelas masalah bidang apa saja. 5. Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan. b. Kelemahan 1. Hanya menekankan persepsi indra mata 2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. 3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Selanjutnya kelebihan dan kelemahan media gambar menurut Edgar Dale dalam Suwarma (2007:55) adalah sebagai berikut: a. Kelebihan 1. Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata. 2. Banyak tersedia dalam buku-buku. 3. Sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan. 4. Relatif tidak mahal. 5. Dapat dipakai untuk berbagai materi pembelajaran dan jenjang studi. b. Kelemahan 1. Terkadang terlampau kecil untuk ditunjukan di depan kelas yang besar.

18 22 2. Gambar mati adalah gambar 2 dimensi. Untuk menunjukan dimensi yang ketiga (kedalaman benda), harus digunakan satu seri gambar dari gambar objek yang sama, tetapi dari sisi yang berbeda. 3. Tidak dapat menunjukan gerak. 4. Siswa tidak selalu mengetahui memahami makna gambar. Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media gambar memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun salah satu kelebihan media gambar ini adalah dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata. Sedangkan kelemahan dari media gambar ini adalah hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Hasil penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian oleh Fida Reni Susanti (2012) dengan judul Penggunaan Metode Picture And Picture dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi di Kelas IV SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012. Pada kondisi awal siswa yang sudah mencapai KKM 65 sebanyak 5 siswa dengan persentase 33,33% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa dengan persentase 66,67%. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang sudah tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase 53,33% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 46,67%. Pada pelaksanaan siklus II jumlah siswa yang sudah tuntas meningkat sebanyak 15 siswa dengan persentase 100%. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobongan Semester II Tahun 2011/2012.

19 23 2. Penelitian oleh Herdiyanto Moha (2012) dengan judul" Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran PKn di kelas IV SD Inpres Bumi bahari Kabupaten Pohuwato. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I sebesar 40% atau 8 orang dari 20 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 65, ke siklus II menjadi 95% atau 18 orang dari 20 siswa yang memperoleh nilai diatas KKM 65. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Bumi Bahari Kecamatan Pohuwato. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan PKn. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang serupa yaitu Upaya meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Picture And Picture pada Siswa Kelas 2 SDN Kutowinangun 08 Semester II Tahun Ajaran 2015/ Kerangka Pikir Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran PKn dengan materi bermusyawarah sebagian besar nilai siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan, hal ini disebabkan dalam pembelajaran guru menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah tanpa menggunakan media dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, maka peneliti melakukan tindakan atau perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture adalah mengurutkan gambar-gambar secara logis, dan diikuti dengan argumentasi siswa atas pengurutan gambar-gambar yang telah diurutkan oleh siswa. Sehingga siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukan gambar-gambar mengenai materi yang di pelajari. Penelitian ini dilakukan di kelas 2 SDN Kutowinangun 08.

20 24 Berikut adalah kerangka berpikir meningkatkan hasil belajar PKn dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture: Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir Menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah)siswa pasif Menggunakan model pembelajaran picture and picture Diduga melalui penggunaan model pembelajaran picture and picture dapat menngkatkan hasil belajar Hasil belajar siswa masih rendah Siklus 1 menggunakan model pembelajaran picture and picture Siswa aktif Siklus 2 mengoptimalkan penggunaan pembelajaran model picture and picture 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran picture and picture dalam pembelajaran PKn pokok bahasan menampilkan nilai-nilai pancasila dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 2 SDN Kutowinangun 08 semester II tahun pelajaran 2015/2016.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian pelaksanaan tindakan ini, diuraikan mengenai kondisi awal sebelum tindakan, tindakan pada siklus 1 dan siklus 2, hasil tindakan dan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Slameto (2010:2) mendefinisikan belajar adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sumber Daya Alam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sumber Daya Alam BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sumber Daya Alam 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Djamarah dan Zain (2006:10) belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia dalam membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas pendidikan yang baik akan melahirkan generasi muda yang dapat diandalkan untuk memajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Picture and Picture Pada model pembelajaran picture and picture ini memiliki cirri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn SMP @ Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* PENDAHULUAN Standar Isi maupun SKL ( Lulusan) merupakan sebagian unsur yang ada dalam SNP (Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya fikir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemampuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan UU Nomor

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, yaitu model, strategi, metode, pendekatan

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN MARGAHAYU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN BUDAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Ayu Pipit Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di SD selalu mengacu kepada kurikulum SD yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:5) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakikat Mata Pelajaran PKn R.Gultom (dalam Mawardi, 2011:4) menyatakan bahwa PKn merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membina

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA NASRUL Kepala SD Negeri 004 Domo anasrull814@gmail.com ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Round Table Dalam Upaya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata media menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata "medium"

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh WILUDJENG HERAWATI NIM.

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh WILUDJENG HERAWATI NIM. SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI KEUTUHAN NKRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW SISWA KELAS VII SMPN 2 KAUMAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakikat PKn Menurut Azyumi Azra dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011:10) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1 Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kalangan masyarakat berlaku pendapat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik status sosialnya dan penghormatan masyarakat juga

Lebih terperinci

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

B. Tujuan C. Ruang Lingkup 27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan

Lebih terperinci

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku) PENANAMAN DAN PENGEMBANGAN ASPEK PRESTASI DIRI DAN NILAI OPTIMISME DALAM FILM GARUDA DI DADAKU (Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran PKn di SD mempunyai kedudukan yang penting dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis (Zamroni dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Mata pelajaran PKn 2.1.1.1.Pengertian PKn SD Pendidikan kewarganegaraan SD adalah program pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai pancasila sebagai wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran Picture and Picture adalah model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran Picture and Picture adalah model pembelajaran yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Model pembelajaran Picture and Picture adalah model pembelajaran yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Pengertian PKn Secara historis-kurikuler, kemasan kurikuler pendidikan kewarganegaraan telah mengalami pasang surut. Dalam kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Purwanto (2009:10)

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN PKN SISWA SD NEGERI 105300 SUKA MAKMUR Soyem Guru SD Negeri 105300 Sukamakmur Email :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat semakin meningkatkan tuntutan hidup masyarakat di segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan.

1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan. KOMPONEN RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN MELIPUTI: 1. Identitas mata pelajaran 2. Standar kompetensi dan Kompetensi dasar 3. Kemampuan awal dan karakteristik peserta didik 4. Indikator pencapaian 5. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan investasi sangat penting bagi generasi penerus bangsa. Apalagi sekarang sudah masuk pada era

Lebih terperinci

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan Perencanaan Pembelajaran: Proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakekat PKn Menurut Azra dalam (Mawardi dan Sulasmono, 2011: 10), Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman, seperti era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam landasan teori ini diuraikan teori-teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Landasan teori tersebut terdiri atas berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Gagne dalam Udin (2004:2.3), Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang." Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran PKn di SD Menurut Geoch dalam Sardiman (2011: 19) menyatakan belajar adalah perubahan performa sebagai hasil latihan. Dapat dimaknai pula bahwa

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan. Di antaranya meliputi, pengajaran keahlian khusus, pengetahuan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Yohanis Frans Epyvania. S, Anthonius Palimbong, dan Charles Kapile Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Teori yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya adalah model Picture and Picture, Ilmu Pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Teori yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya adalah model Picture and Picture, Ilmu Pengetahuan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Teori yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya adalah model Picture and Picture, Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar dan hasil belajar dimana tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 II TINJUN PUSTK 2.1. Pembelajaran Pendididkan Kewarganegaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan matapelajaran yang bersifat multidimensional. Tidak hanya berkenaan dengan pendidikan nilai etis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran (Munib, 2010: Hal.139). Pendidikan Nasional Bab I pasal 3 menyatakan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran (Munib, 2010: Hal.139). Pendidikan Nasional Bab I pasal 3 menyatakan bahwa: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat semakin meningkatkan tuntutan hidup masyarakat di segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat meningkatkan kualitas dan kredibelitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang maslah yang diambil dalam penelitian. Selain itu menjelaskan tentang rumusan

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang maslah yang diambil dalam penelitian. Selain itu menjelaskan tentang rumusan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang maslah yang diambil dalam penelitian. Selain itu menjelaskan tentang rumusan masalah yang telah diuraikan dari latar belakang, tujuan

Lebih terperinci

Ritna. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Ritna. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Gambar di SD Inpres III Tada Ritna Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk generasi penerus bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. Jadi bukan ditentukan oleh canggihnya peralatan atau megahnya gedung, juga tidak tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengajaran yang memerlukan keahlian khusus, serta sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses dalam rangka perubahan pada pembentukan sikap, dimana kepribadian dan keterampilan manusia menghadapi masa depan yang merupakan

Lebih terperinci