BAB II LANDASAN TEORI. kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian."

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dikaji teori-teori yang relevan guna memberi kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian. 2.1 Manajemen Pengertian Manajemen Manajemen (Usman, 2013: 5) berasal dari bahasa latin, yaitu asal kata manus yang berarti tangan dan agere (melakukan). Kata-kata tersebut digabung menjadi managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke bahasa inggris to manage (kata kerja), management (kata benda), dan manager untuk orang yang melakukannya. Menurut Suhardan dalam Barnawi (2012: 14) menjelaskan bahwa manajemen merupakan usaha yang sistematis dalam mengatur dan menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi agar mereka bekerja sepenuh kesanggupan dan kemampuan yang dimilikinya. Barnawi (2012: 15) menyebukan bahwa manajemen dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengelola berbagai sumber daya dengan cara bekerja sama dengan orang lain melalui proses tertentu untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pelaksanakan kegiatan manajemen harus melibatkan beberapa orang di dalam suatu organisasi. Hal ini dijelaskan oleh Arikunto (2012: 3), menyebutkan bahwa manajemen selalu menyangkut adanya 3 hal yang merupakan unsur penting, yaitu usaha kerjasama, oleh dua orang atau 7

2 lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerja sama, personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan beberapa pengertian manajemen, maka pengertian manajemen dalam penelitian ini adalah proses kerjasama dalam pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya yang ada, sebagai cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Fungsi Manajemen Fungsi-fungsi manajemen ini dikenal dan dipelajari oleh semua program yang menelaah masalah manajemen. Kejelasan tentang apa pengertiaannya, mengapa perlu adanya fungsi-fungsi, dan bagaimana implemetasi fungsi-fungsi tersebut. Kiranya perlu dipahami oleh semua orang yang terlibat dalam manajemen. Adapun penjelasan menurut Arikunto (2012: 9) dari masing-masing fungsi adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di masa yang akan datang yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal. Perencanaan ini menyangkut apa yang dilaksanakan, kapan dilaksanakan, oleh siapa, dimana dan bagaimana dilaksanakannya. 2. Pengorganisasian dalam definisi manajemen disebutkan adanya usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada agar dicapai hasil yang efektif dan efisien. Usaha untuk mewujudkan kerjasama antar manusia yang terlibat kerja sama ini adalah pengorganisasian. 3. Pengarahan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan penjelasan, petunjuk, serta bimbingan kepada orangorang yang menjadi bawahannya sebelum dan selama melaksanakan tugas. 8

3 4. Pengkoordinasian merupakan suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menyerasikan, megintergrasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan. 5. Pengkomunikasian/komunikasi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan lembaga unutk menyebar luaskan informasi yang terjadi di dalam maupun hal-hal diluar lembaga yang ada kaitannya dengan kelancaran tugas mencapai tujuan bersama. 6. Pengawasan merupakan usaha pimpinan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam melakukan tugas mencapai tujuan. Kegiatan pengawasan sering juga disebut kontrol, penilaian, penilikan, monitoring, supervisi dan sebagainya. Berdasarkan fungsi manajemen tersebut, maka dalam penelitian ini memberikan keterangan bahwa fungsi manajemen digunakan sebagai langkah dalam melaksanakan kegiatan di dalam suatu organisasi yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, komunikasi dan pengawasan dari pimpinan. 2.2 Sarana dan Prasarana Mulyasa (2009: 9) menjelaskan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khusunya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan prasarana pendidikan adalah alat fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung dalam proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. 9

4 Depdiknas (2008) dalam Barnawi (2012: 47) telah membedakan antara sarana prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua pernagkat, peralatan, bahan, perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Penekanan pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, saran bersifat langsung dan prasarana tidak bersifat langsung. Suksesnya pembelajaran di sekolah di dukung oleh adanya pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah secara efektif dan efisien. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan pembelajaran di Sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan parasarana merupakan kegiatan yang amat penting disekolah, karena keberadaannya akan medukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di Sekolah (Daryanto, 2013: 113). Tersedianya alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimanfaatkan secara baik untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid sebagai pelajar. Hal tersebut sesuai dengan UU Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasioanl Nomor 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa : 10

5 Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik Dijelaskan oleh Arikunto (2009: 274) bahwa fasilitas atau sarana dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : a. Fasilitas Fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materil. Contoh : kendaraan, alata tulis, perabot dll b. Fasilitas Uang, yakni segaal sesuatu yang berssifat mempermudah suatu kegiatan sebaagi akibat bekerjanya nilai uang. Namun dalam fasilitas uang akan di behas dalam kegiatan manajemen keuangan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka yang dimaksud sarana prasarana pendidikan dalam penelitian ini adalah fasilitas yang digunakan dalam proses penyelengaraan pendidikan di sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan. 2.3 Manajemen Sarana Prasarana Barnawi (2012: 48) menyebutkan manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenap proses pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secar langusng maupun tidak langung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen sarana dan prasarana dalam penelitian ini adalah proses kerjasama dalam pendayagunaan, pengelolaan terkait sarana dan prasarana dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung, secara efektif dan efisien dalam proses pemebelajaran di Sekolah. 11

6 Hal terpenting dalam sarana prasarana di sekolah adalah bagaimana memanajemen semuanya itu sehingga dapat membantu memperlancar proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan suatu sekolah. Hingga saat ini tugas-tugas dalam pemeliharaan dan pengelolaan sarana prasarana biasanya diserahkan kepada salah seorang atau beebrapa orang mengelolanya. Pada garis besarnya manajemen sarana dan prasarana meliputi beberapa hal, berikut dijelaskan oleh Suryosubroto (2004: 115) yakni : 1. Penentuan kebutuhan Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas yang lain lebih dahulu harus melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah ada. Dengan demikian baru bisa ditentukan sarana apa yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah itu. Dalam penentuan kebutuhan kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan kebutuhan. Sa ud, dkk serta Barnawi dan Arifin (2005: 12) mengemukakan pengertian perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asasi) internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang- bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batasan waktu untuk satu jenis keiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain. 12

7 Didukung oleh Barnawi (2012: 51) yang menjelaskan bahwa Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perancangan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Menurut Bafadal (2003: 27), perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip: a. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus betul-betul merupakan proses intelektual. b. Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan. c. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran. d. Visualisasi hasil perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya. Arikunto (2009: 189) menyebutkan bahwa untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran dilalui tahap-tahap sbb : 1. Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media penyampaiaannya. Dari analisis materi ini dapat di daftar alat-alat/media apa yang dibutuhkan. Ini dilakukan oleh guru-guru bidang studi. 2. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alatalat yang mendesak pengadaaannya. Kebutuhan lain dapat dipenuhi pada kesempatan lain. 3. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang sudah ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan re-inventarisasi. Alat yang perlu diperbaiki atau diubah disendirikan unuk di serahkan kepada orang yang dapat memperbaiki. 4. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/media yang masih dapat dimanfaatkan, baik dengan reparasi atau modfikasi maupun tidak. 5. Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan tentang perncanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutim maupun non rutin. Jika 13

8 suatu sekolah sudah mengajukan usul kepada pemerintah dan sko-nya sudah keluar, maka prosedur ini tinggal menyelesaikan pengadaan macam alat/media yang dibutuhkan sesuai dengan besarnya pembiayaan yag disetujui. 6. Menunjuk seseorang (bagian perbekalan) untuk melaksanakan pengadaan alat. Penunjukan ini sebaiknya mengingat beberapa hal : keahlian, kelincahan berkomunikasi, kejujuran dan sebagainya dan tidak hanya seorang. Menurut (Daryanto. 2013: 109) dalam melakukan penentuan kebutuhan ada kegiatan analisis kebutuhan, analisis anggaran, dan penyeleksian sarana prasarana sebelum mengadakan alat-alat tertentu. Berikut adalah prosedur analisis kebutuhan berdasarkan kepentingan pendidikan di Sekolah. Antara lain sebagai berikut : a. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut : - Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan sekolah. - Memperkirakan biaya untuk pengadaan barang tersebut setiap bulan. - Menyusun rencana pengadaan barang menjadi rencana triwulan dan kemudian menjadi rencana tahunan. Barang tak habis pakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut : - Menganalisis dan menyusun keprluan sesuai dengan rencana kegiatan sekolah serta memperhatikan perlengkapan yang masih ada dan masih dapat dipakai. - Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan standar yang telah ditentukan. - Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi dan menyusun rencana pengadaan tahunan. 14

9 b. Penentuan kebutuhan barang Tidak Bergerak Pengadaan barang tidak bergerak meliputi pengadaan tanah dan bangunan, direncanakan dengan urutan sebagai berikut : - Mengadakan survei tentang keperluan bangunan yang direnovasi dengan maksud untuk memperoleh data mengenai : fungsi bangunan, struktur organisasi, jumlah pemakai dan jumlah alatalat/ perabot yang akan ditempatkan. - Mengadakan perhitungan luas bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan disusun atas dasar data survei. - Menyusun rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga standar yang berlaku di daerah yang bersangkutan. - Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang disediakan setiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan, sesuai dengan kebijakan departemen. c. Perhitungan Kebutuhan Ruang Belajar Menghitung kebutuhan ruang belajar harus memperhatikan tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung pada tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan jumlah siswa didasarkan pada anak usia sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan yang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ditingkat propinsi/kabupaten. Selain itu, juga perlu memperhatikan jumlah murid yang keluar dari sekolah baik lulusan, pindahan, maupun putus sekolah. Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap rombongan belajar/kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar 15

10 (shift). Selanjutnya, perhitungan kebutuhan raung belajar dapat diformulasikan sebagai berikut. - Jumlah siswa - Kebutuhan yang diperkirakan sekarang - Tambahan ruang belajar - Jumlah siswa - Rata-rata prer kelas 2. Proses pengadaan Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasi rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya (Daryanto, 2013: 112) antara lain sbb : a. Pengadaan buku, alat, dan perabot yang dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan sendiri, dan meenerima bantuan/hibah. b. Pengadaan bangunan, dapat dilaksanakan dengan cara membeli bangunan baru, membeli bangunan, menyewa bangunan, menerima hibah bangunan, menukar bangunan. c. Pengadaan tanah, dapat dilakukan dengan membeli, menerima bahan, menerima hak pakai, dan menukar. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan menurut Barnawi (2012: 60), sebagai berikut : a. Pembelian, adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi keuangan sekolah memang memungkinkan. b. Produk sendiri, merupakan cara pemenuhan kebutuhan sekolah melalui pembuatan sendiri baik oleh guru, siswa ataupun karyawan. Contohnya pembuatan alat peraga, media pembelajaran, hiasan sekolah, buku sekolah, dan lain-lain. 16

11 c. Penerimaan hibah, merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menerima pembelian sukarela dari pihak lain. d. Penyewaan, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayar nya berdasarkan perjanjian sewa-menyewa. e. Peminjaman, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain untuk kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian pinjam meminjam. f. Pendaurulangan, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barangbekas agar dapat digunakan untuk kepentingan sekolah. g. Penukaran, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan orasarana pendidika dengan jalan menukarkan barang yang dimiliki sekolah dengan barang yang dimiliki pihak lain. h. Rekondisi/Rehabilitasi, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan yang telah mengalami kerusakan. Suryosubroto menyebutkan, pengadaan sarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang bisa ditempuh antara lain dengan membelian dengan biaya pemerintah, Pembelian dengan biaya SPP, Bantuan dari BP3, Bantuan dari masyarakat lainnya. 3. Pemakaian Pemakaian sarana prasarana dapat doakatakan dengan penggunaan, Depdiknas (2008) dalam Barnawi (2012: 77) menjelaskan bahwa penggunaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan. 17

12 Menurut Daryanto (2013: 123), ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengapan pendidikan yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisien. Penjelasan selanjutnya menyatakan bahwa prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditunjukan semata-mata dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan prinsip efisien berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan di sekolah secara hemat dan dengan hati-hati. Herawan (2001) dalam Barnawi (2012: 78) menyebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana prasarana, antara lain : a. Penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lain. b. Hendaknya kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas pertama. c. Waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun ajaran. d. Penugasan/penunjukan personel sesuai dengan keahlian pada bidangnya, misalnya petugas laboratorium, perpustakaan, operator komputer, dan sebagainya. e. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara kegiatan intrakurikuler dengan ekstrakurikuler harus jelas. Di lihat dari segi pemakaian (penggunaan) terutama sarana alat perlengkapan dapat dibedakan atas : a. Barang habis pakai Daryanto (2013: 106) menjelaskan sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segaal bahan atau alat yang apabila 18

13 digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contohnya : kapur tulis, bahan kimia untuk praktik guru dan siswa. b. Barang tidak habis pakai barang tidak habis pakai juga dapat dikategorikan sarana pendidikan tahan lama, adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama (Arikunto, 2013: 107). Contohnya seperti : mesin tulis, atlas, globe. Uraian tersebut juga di dukung oleh pendapat Arikunto (2009: 191) tentang pengaturan dalam penggunaan sarana merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan karena dilaksanakan silih berganti. Sehubungan dengan pengaturan dan penggunaan ini, maka sarana dapat dibedakan atas dua kategori : - Alat-alat yang langsung digunakan dalam proses belajar mengajar seperti alat pelajaran, alat peraga dan media pendidikan. - Alat-alat yang tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar seperti : bangunan sekolah, meja guru, perabot kantor tata usaha, kamar kecil dan sebagainya. Sarana prasarana merupakan fasilitas yang digunakan oleh seluruh pihak sekolah, maka dalam penggunaannya harus dilakukan secara silih berganti dengan sistem pengelolaan tertentu yang ditujukan semata-mata untuk menghasilkan manfaat bagi proses pembelajaran di sekolah. 19

14 4. Pengurusan dan pencatatan Semua sarana prasarana harus diinventarisasi secara periodik, artinya secara teratur dan tertib berdasarkan ketentuan dan pedoman yang berlaku. Melalui inventarisai perlengkapan pendidikan diharapkan dapat tercipta administrasi barang, penghematan keuangan, dan mempermudah pemeliharaan dan pengawasan. Dalam kegiatan pengurusan akan dilaksanakan kegiatan pengaturan, disebutkan oleh Barnawi (2012: 67) yang menyebutkan ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam proses pengaturan yaitu inventarisasi, penyimpanan dan pemeliharaan. a. Inventarisasi Bafadal ( 2003: 61) mengemukakan pengertian inventarisasi, yakni pencatatan dan penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Selanjtnya oleh Barnawi (2012: 67) menjelaskan bahwa Inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun sarana dan prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan yang berlaku. Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar sarana dan prasarana secara rutin, teratur, dan lengkap sesuai ketentuan yang berlaku. 20

15 Kegiatan inventarisasi meliputi pencatatan perlengkapan, pembuatan kode barang, dan pelaporan barang. a). Pencataan perlengkapan Pengelola bertugas mencatat semua barang-barang perlengkapan sekolah, baik barang inventaris dan barang bukan inventaris. Daryanto (2013: 127) menjelaskan pengertian barang inventaris dan barang bukan inventaris. Barang inventaris adalah keseluruhan perlengkapan sekolah yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama, seperti; meja, bangku, papan tulis, buku perpustakaan sekolah, dan perabitan-perabotan lainnya. Sedangkan barang yang bukan inventaris adalah semua barang semua barang habis dipakai, seperti; kapur tulis, kertas, dan barang-barang yang statusnya tidak jelas. Barang inventaris adalah barang yang dipakai relatif lama, sedangkan barang bukan inventaris adalah barang yang habis jika digunakan dalam waktu yang relatif singkat. b). Pembuatan kode barang Gunawan (1996: 141) mengemukakan tentang pengertian Kode barang, merupakan sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan barang., bertujuan untuk memudahkan semua 21

16 pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan, baik dilihat dari segi kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya. Jadi kode barang adalah tanda yang diberikan pada suatu barang untuk memudahkan dalam mengenal barang tersebut. c). Pelaporan barang Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya, sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya (Bafadal, 2003:61). Sekolah negeri melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada pemerintah, sedangkan sekolah swasta melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada yayasan. b. Penyimpanan Barnawi (2012: 74) menjelaskan tentang penyimpanan sarana dan prasarana. Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana pendidikan di suatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin. Untuk mempersiapkan gudang perlu diperhatikan beberapa faktor pendukungnya, seperti denah gudang, sarana pendukung gudang, dan keamanan. 22

17 Penyimpanan sarana dan prasarana adalah meletakan suatu benda di tempat tertentu agar kualitas dan kuantitasnya terjamin dengan memperhatikan beberapa faktor pendukung. Prinsip yang harus diperhatikan dalam penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah menurut Daryanto (2005: 52), yaitu: a). Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti: panas, lembab, lapuk, dan serangga. b). Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat. c). Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan. d). Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dulu dipergunakan. e). Harus diadakan inventarisasi secara berkala. f). Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dan tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan. Penyimpanan sarana dan prasarana harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu aman dari kerusakan; mudah untuk mengambil dan mengembalikan; harus diadministrasikan dan diinventarisasikan; serta tanggungjawab untuk pelaksanaan yang tepat. c. Pemeliharaan Program pemeliharaan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan, dan menetapkan biaya efektif 23

18 pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah melestarikan kerapian dan keindahan, serta menghindarkan dari kehilangan atau setidaknya meminimalisasi kehilangan. Barnawi (2012: 74) mengemukakan pengertian pemeliharaan sarana dan prasarana. Pemeliharaan sarana dan prasarana adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan sarana dan prasarana adalah kegiatan merawat dan mengatur sarana dan prasarana yang telah tersedia agar kondisinya tetap baik, tidak mudah rusak, dapat digunakan dalam jangka yang relatif lama guna mencapai tujuan pendidikan. 5. Pertanggung jawaban Penggunaan barang-barang inventaris sekolah harus dipertanggung jawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaan barang-barang tersebut yang ditunjukan kepada instansi atasan (Kanwil) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Daryanto (2013: 126) menjelaskan bahwa kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi : 1. Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan. 24

19 2. Kegiatan yang berhubungan degan pembuatan laporan. Menurut Koesmadji dkk (2004) Dalam Daryanto (2013: 126), hal-hal umum yang diperlukan pada inventaris mencakup : Kode alat/bahan, nama alat/bahan, Spesifikasi alat/bahan (merk, tipe, dan pabrik pembuatan alat, sumber pemberi alat dan tahun pengadaan, tahun pengunaan, jumlah dan kuantitas, kondisi alat (baik atau rusak). Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, memberikan penjelasan bahwa terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien di sekolah perlu di dukung adanya pendayagunaan atau pengelolaan semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu institusi pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan penentuan kebutuhan, pengadaan, pemakaian, pencatatan dan pertanggung jawaban. 2.4 Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Daryanto (2013: 117) menyebutkan tujuan dari pada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana prasarana pendidikan. Agar pembelajaran bisa berlangung secara efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal ini Bafadal (2003) dalam Daryanto (2013: 117) menjelaskan secara rinci tentang tujuan manajemen sarana prasarana pendidikan, untuk : 25

20 Mengupayakan pengadaan sarana prasarana sekola melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah memiliki sarana prasarana yang baik. Mengupayakan pemakaian sarana prasarana sekolah secara tepat dan efisien. Mengupayakan pemeliharaan sarana prasarana pendidikan, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh pihak sekolah. 2.5 Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Beberapa prinsip dasar tentang manajemen sarana dan prasarana antara lain (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 201: 55) adalah sbb : a. Harus menggambarkan cita dan citra masyarakat seperti yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan pendidikan; b. Perencanaan hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama dengan pertimbanagn pemikiran tim ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat itu; c. Hendaknya disesuaikan bagi kepentingan peserta didik, demi terbentuknya karakter/watak mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di waktu mengikuti pendidikan sesuai dengan bakatnya masing-masing; d. Perabot dan perlengkapan serta peralatan hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan yang bersumber dan kepentingan serta kegunaan atau manfaat bagi peserta didik dan tenag kependidikan; e. Administrator lembaga pendidikan harus dapat membantu program pembelajaran secara efektif, melatih para tenaga kependidikan serta memilih alat dan cara menggunakannya agar mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi dan tugasnya; f. Seorang penanggung jawab lembaga pendidikan harus mempunyai kecakapan untuk mengenal baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakannya dengan tepat perabot dan perlengkapan yang ada; g. Sebagai penanggungjawab lembaga pendidikan, harus mampu menggunakan serta memelihara perabot dan perlengkapan sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya kesehatan, keamanan, dan keindahan serta kemajuan suatu lembaga; h. Sebagai penanggung jawab lembaga pendidikan bukan hanya mengetahui kekayaan yang dipercayakan kepadanya, tetapi juga harus memperhatikan seluruh keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan peserta didik, sanggup menata dan memeliharanya. 26

21 Prinsip lain dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah juga disampaikan oleh Bafadal (2003) dalam (Daryanto, 2013: 118) : 2.6 Penelitian Terdahulu 1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan oleh personil sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah. 2. Prinsip efisiensi, pengadaan sarana prasarana pendidikan di sekolah harus dilakukan melalui perncanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan saran pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Demikian juga pemakaiaanya harus dengan hati-hati dan akan mengurangi pemborosan. 3. Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana prasarana pendidikan di sekolah harus memperhatikan Undang- Undang, Peraturan, Instruksi, dan petunjuk teknis yang diperlakukan oleh pihak yang berwenang. 4. Prinsip kejelasana tanggung jawab, yaitu manajemen sarana prasarana pendidikan di sekolah harus didelegasikan kepada personil sekolah yang mampu bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak personil sekolah dalam manjemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap personil sekolah 5. Prinsip kekohesifan, yaitu bahwa maanjemen sarana prasarana pendidikan di sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak. Sutrisno melakukan penelitian dengan judul Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan di SMP Wilayah Kecamatan Kedungjat Kabupaten Grobogan Metode penelitian analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan hasil penelitian dengan uraian-uraiaan berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama proses penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perncanaan sarana prasarana semua SMP di wilayah Kedungjati Kabupeten Grobogan sudah 27

22 melaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur. Namun demikian, dalam hal perencanaan masih mengandalkan dropping Pemerintah, sehingga sering kali sarana yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal perawatan, sarana ini hanya terbatas pada perawatan ringan, mengingat keterbatasan pembiayaan yang ada. Hal yang dapat dilakukan adalah efisensi dan prinsip kehati-hatan dalam penggunaanya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutrisno terdapat hal-hal yang menjadi persamaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah metode penelitian kualitatif dan dilakukan di jenjang pendidikan yang sama yakni Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kesamaan selanjutnya yang dipandang dari sudut sekolah adalah sama-sama menggunakan cara yang efisien dan hati-hati di dalam pengunaan sarana sekolah. 2.7 Kerangka Berfikir Manajemen sarana dan prasarana adalah proses kerjasama dalam pendayagunaan dan pengelolaan terkait sarana dan prasarana dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung, secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kegiatan tersebut antara lain berkaitan dengan : 1. Penentuan Kebutuhan Merupakan kegiatan yang dilakukan pihak sekolah/pengurus, sebelum melakukukan pengadaan sarana prasarana di Sekolah. 2. Proses Pengadaan 28

23 Upaya merealisasikan rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya dalam kegiatan penentuan. 3. Penggunaan Merupakan pemakaian alat perlengkapan sekolah yang terdiri dari bahan habis pakai dan bahan tidak habis pakai. 4. Pengurusan dan Pencatatan Pengurusan ini berhubungan dengan pencatatan sarana prasarana yang berisi instrumen administrasi yakni buku inventaris, buku pembelian, buku penghapusan, kartu barang. 5. Pertanggungjawaban Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan laporan berupa inventarisasi perlengkapan, sebagai wujud pertanggung jawaban kepada instansi atasan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dilihat dari manajemen sarana prasarana, beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh sekolah sebagai wujud untuk mencapai tujuan suatu sekolah yaitu penentuan kebutuhan, pengadaan, pemakaian, pengurusan dan pencatatan serta pertanggung jawaban. 29

24 Berdasarkan uraian tersebut, maka menghasilkan model kerangka berfikir sebagai berikut : Gambar 1. Model kerangka berfikir Manajemen menurut Mulyasa (2009:49) manajemen bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pend agar memberikan kontribusi secara optimla dan berarti pd jalannya proses pend. SMPN 02 TUNTANG MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA Sekolah menggunakan Lab IPA dan ruang multimedia sebagai tempat belajar sehrihari. PENENTUAN KEBUTUHANN PROSES PENGADAAN PENGGUNAAN PENCATATAN /PENGURUSAN PERTANGGUNG JAWABAN MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SMPN 02 TUNTANG 30

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan 2.1.1 Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana mempunyai arti yang luas. Banyak para ahli yang menjelaskan tentang definisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian dan pembahasan merupakan jawaban atas tujuan yang telah disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan. 1. Pengertian Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan. 1. Pengertian Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan Manajeman itu merupakan suatu proses yang terdiri atas kegiatankegiatan dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 10 PADANG

PENINGKATAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 10 PADANG PENINGKATAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 10 PADANG Rosivia Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Sarana pendidikan adalah semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot

Lebih terperinci

Disusun Oleh : LIA YULIANA, M.Pd LIA YULIANA FIP UNY 1

Disusun Oleh : LIA YULIANA, M.Pd LIA YULIANA FIP UNY 1 Manajemen Sarana Pendidikan Disusun Oleh : LIA YULIANA, M.Pd LIA YULIANA FIP UNY 1 PENGERTIAN MANAJEMEN SARANA PENDIDIKAN Manajemen Sarana (manajemen materiil) : segenap proses penataan yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi sumber daya manusia untuk menggali dan mengembangkan kemampuan, baik dalam bidang akademik maupun non

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Inventarisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Menurut Sri Minarti (2011) menerangkan Inventarisasi berasal dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. A. Inventarisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan. Menurut Sri Minarti (2011) menerangkan Inventarisasi berasal dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Inventarisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Inventarisasi Menurut Sri Minarti (2011) menerangkan Inventarisasi berasal dari kata inventarium (Latin=inventarium)

Lebih terperinci

Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENGERTIAN MANAJEMEN SARPRAS Pengaturan sarpras pendidikan dengan melibatkan SDM, guna menunjang berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara garis besar penelitian ini dapat menjawab seluruh masalah yang telah dirumuskan dari hipotesis yang telah diajukan. Sehubungan dengan hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pengelolaan sarana dan prasarana sangat penting karena dengan adanya pengelolaan sarana dan prasarana lembaga pendidikan akan terpelihara dan jelas

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SARANA LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGELOLAAN SARANA LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 YOGYAKARTA SKRIPSI PENGELOLAAN SARANA LABORATORIUM ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

MANAJEMEN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN

MANAJEMEN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN MANAJEMEN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN Afid Burhanuddin, M.Pd. Kompetensi dasar Memahami sarana prasarana pendidikan Indikator Menjabarkan pengertian dan ruang lingkup Memahami pengadaan sarpras Mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. dalam pengadaan sumber belajar di MA Al-Fatah Palembang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. dalam pengadaan sumber belajar di MA Al-Fatah Palembang. 72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Pada bab ini penulis akan mengemukakan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Adapun data yang dimaksud yaitu data yang berkaitan dengan keadaan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Revisi dari Divisi Hukum pada Biro Hukum PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan

Lebih terperinci

PENGADAAN PERLENGKAPAN KANTOR

PENGADAAN PERLENGKAPAN KANTOR PENGADAAN PERLENGKAPAN KANTOR 1. PENGERTIAN PENGADAAN PERLENGKAPAN KANTOR Pengadaan adalah semua kegiatan penyediaan perbekalan untuk menunjang pelaksanaan tugas. Cara pengadaan perbekalan bagi setiap

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PERENCANAAN PENGADAAN DAN PERMINTAAN SARANA DAN PRASARANA

ADMINISTRASI PERENCANAAN PENGADAAN DAN PERMINTAAN SARANA DAN PRASARANA ADMINISTRASI PERENCANAAN PENGADAAN DAN PERMINTAAN SARANA DAN PRASARANA Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengadaan barang harus direncanakan dengan hati-hati agar pengadaannya sesuai dengan apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam perkembangannya saat ini lebih dituntut untuk menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam perkembangannya saat ini lebih dituntut untuk menunjukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dalam perkembangannya saat ini lebih dituntut untuk menunjukan perannya sebagai institusi yang mampu menghasilkan individu-individu yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN

BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN A. Deskripsi Data Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada hari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Manajemen Sarana Prasarana. dipergunakan untuk mencapai sesuatu tujuan, sedangkan prasarana adalah segala

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Manajemen Sarana Prasarana. dipergunakan untuk mencapai sesuatu tujuan, sedangkan prasarana adalah segala BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Manajemen Sarana Prasarana 1. Pengertian Manajemen Sarana Prasarana Sarana menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang dapat dipakai, propaganda capai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 30.

BAB I PENDAHULUAN. Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 30. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan yang bermutu memerlukan sarana dan prasarana atau fasilitas yang memadai, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA

BAB II MANAJEMEN PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA BAB II MANAJEMEN PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA A. Kajian Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, peneliti akan menjelaskan isi skripsi dengan menyampaikan beberapa kajian penelitian terdahulu yang ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PREMIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PREMIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PREMIS A. Kajian Pustaka 1. Konsep Administrasi Pendidikan a. Definisi Administrasi Pendidikan Menurut Dadang Suhardan (2010, hlm. 30) Administrasi pendidikan

Lebih terperinci

Heri Wanto G

Heri Wanto G MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK MUHAMMADIYAH 4 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Karya Ilmiah Ini Disusun untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mendapatkan

Lebih terperinci

PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA. Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd

PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA. Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd Siagian (2005:60) menyatakan pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepala sekolah yang selanjutnya diterapkan dalam menjalankan tugas pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. kepala sekolah yang selanjutnya diterapkan dalam menjalankan tugas pokoknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan arus globalisasi telah membawa perubahan di semua aspek kehidupan manusia. Dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen logistik yang

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen logistik yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen logistik yang meliputi fungsi perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang teratur dan berkelanjutan yang diperlukan untuk menunjang proses

BAB I PENDAHULUAN. yang teratur dan berkelanjutan yang diperlukan untuk menunjang proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB VII Pasal 42 ayat 2 dinyatakan bahwa dalam setiap satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah peradaban manusia, pendidikan diciptakan sebagai alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri seseorang. Pendidikan adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. disebutkan bahwa Kepala Madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan

BAB II KAJIAN TEORI. disebutkan bahwa Kepala Madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Kepala Madrasah 1. Pengertian Kepala Madrasah Dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990 Pasal 12 ayat 1 disebutkan bahwa Kepala Madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan

Lebih terperinci

MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG

MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG Diana Kartika Dewi Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The goal of this research are

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis sesuai

Lebih terperinci

TEKNIS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH; PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOLEKSI INVENTARISASI. Rahmania Utari, S.Pd. *)

TEKNIS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH; PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOLEKSI INVENTARISASI. Rahmania Utari, S.Pd. *) TEKNIS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH; PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOLEKSI INVENTARISASI Rahmania Utari, S.Pd. *) Perpustakaan sekolah memiliki fungsi diantaranya sebagai sumber belajar, mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada bulan Mei tahun 2013 sampai bulan Juli tahun 2013.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada bulan Mei tahun 2013 sampai bulan Juli tahun 2013. 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tentang pengelolaan sekolah standar nasional di SMP Negeri 8 Kota Gorontalo diawali dengan melakukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 153 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN MENTERI DALAM NEGERI,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 153 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN MENTERI DALAM NEGERI, KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 153 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk lebih efektif dan efisiensinya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2009 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tempat bekerja khusus untuk keperluan penelitian ilmiah. Laboratorium adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tempat bekerja khusus untuk keperluan penelitian ilmiah. Laboratorium adalah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Laboratorium Kata Laboratorium berasal dari bahasa Latin yang berarti tempat bekerja. Dalam perkembangannya, kata laboratorium mempertahankan arti aslinya, yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 910), disebutkan bahwa. prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

BAB II KAJIAN TEORI. Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 910), disebutkan bahwa. prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Menurut Poerwadarminta. W.J.S (2006: 915), prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan. Dalam Kamus

Lebih terperinci

KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ADMINISTRASI KONSEP DASAR ADMINISTRASI DAN PENDIDIKAN Administrasi secara etimologis berasal dari Bahasa Latin, yakni: Ad berarti intensif; Ministrate berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Jadi administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak hanya berbicara

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TERHADAP PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR KOTA LUBUKLINGGAU

PERSEPSI GURU TERHADAP PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR KOTA LUBUKLINGGAU PERSEPSI GURU TERHADAP PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR KOTA LUBUKLINGGAU Bobby Laventus Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstrak The purpose

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Sarana dan Prasarana Belajar

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Sarana dan Prasarana Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Sarana dan Prasarana belajar 2.1.1.1 Pengertian Sarana dan Prasarana Belajar Pendidikan adalah salah satu kegiatan utama yang menjadi perhatian penting bagi setiap

Lebih terperinci

untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu

untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki berbagai surnber daya dalam melakukan kegiatan operasional dan mengembangkan usahanya. Dalam kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG

MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memanfaatkan peranan hidup secara tepat. Perkembangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan memanfaatkan peranan hidup secara tepat. Perkembangan pendidikan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, dan informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi Dalam melakukan produksi diperlukan manajemen, yang berguna untuk menetapkan keputusan dalam upaya pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber-sumber

Lebih terperinci

STUDI EKSPLORASI PERALATAN PRAKTIKUM PROGRAM KEAHLIAN OTOMOTIF DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

STUDI EKSPLORASI PERALATAN PRAKTIKUM PROGRAM KEAHLIAN OTOMOTIF DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 199 STUDI EKSPLORASI PERALATAN PRAKTIKUM PROGRAM KEAHLIAN OTOMOTIF DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Maulana Nugraha 1, Wowo S. Kuswana 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

PERGUDANGAN. Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd

PERGUDANGAN. Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd PERGUDANGAN Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd Gudang dibedakan menurut bentuknya menjadi: (1) gudang terbuka adalah gudang yang tidak berdinding dan tidak beratap, tetapi berlantai

Lebih terperinci

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura No.53, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Aset Desa. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan hal yang sangat penting dalam menunjang kelancaran atau kemudahan dalam proses pembelajaran, dalam kaitannya

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), kita dituntut untuk menjadi manusia yang mampu mengikuti perkembangan dunia.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak institusi pemerintah maupun swasta masih menganggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak institusi pemerintah maupun swasta masih menganggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak institusi pemerintah maupun swasta masih menganggap manajemen aset secara fisik dan non-fisik sekedar instrument pengelolaan daftar aset saja. Kenyataan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana pendidikan merupakan instrumen penting dalam pendidikan dan menjadi satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Begitu pentingnya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perencanan, Pengadaan Sarana dan Prasarana. 1. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perencanan, Pengadaan Sarana dan Prasarana. 1. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana 18 BAB II KAJIAN TEORI A. Perencanan, Pengadaan Sarana dan Prasarana 1. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Perencanaan dapat dirumuskan sebagai langkah persiapan yang diarhkan kepada tujuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana sekolah yang dimiliki saat ini kurang memadai. Cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana sekolah yang dimiliki saat ini kurang memadai. Cukup banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari segi perkembangan dan tuntutan zaman, pada umumnya sarana dan prasarana sekolah yang dimiliki saat ini kurang memadai. Cukup banyak sekolah yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN AKREDITASI MADRASAH ALIYAH. Oleh Khairuddin*

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN AKREDITASI MADRASAH ALIYAH. Oleh Khairuddin* Jurnal Serambi Ilmu, Edisi Maret 2014 Volume 17 Nomor 2 67 PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN AKREDITASI MADRASAH ALIYAH Oleh Khairuddin* Abstrak Pengelolaan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 06/I3/LK/2008 Tentang PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 06/I3/LK/2008 Tentang PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 06/I3/LK/2008 Tentang PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN Salinan BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

KECUKUPAN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI 1 BANTUL SKRIPSI

KECUKUPAN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI 1 BANTUL SKRIPSI KECUKUPAN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI 1 BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

SALINAN NO : 14 / LD/2009

SALINAN NO : 14 / LD/2009 SALINAN NO : 14 / LD/2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI : D.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kantor merupakan tempat diselenggarakannya kegiatan menangani

BAB I PENDAHULUAN. Kantor merupakan tempat diselenggarakannya kegiatan menangani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor merupakan tempat diselenggarakannya kegiatan menangani informasi, menangani informasi mulai dari menerima, mengumpulkan, mengelola, menyimpan sampai mengeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA BANJAR, : a. bahwa barang daerah sebagai salah satu unsur penting

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 81 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

dalam Keputusan Mendikbud RI Nomor 0487/U/1992 Bab II.

dalam Keputusan Mendikbud RI Nomor 0487/U/1992 Bab II. BAB I PENDAHULUAN Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan dasar. Tentunya pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang bermutu dan relevan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN FUNGSI PENGADAAN DAN PEMELIHARAAN DALAM MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

PELAKSANAAN FUNGSI PENGADAAN DAN PEMELIHARAAN DALAM MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA PELAKSANAAN FUNGSI PENGADAAN DAN PEMELIHARAAN DALAM MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1), SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

MANAJEMEN SARANA PENDIDIKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KERTEN BANYUDONO BOYOLALI

MANAJEMEN SARANA PENDIDIKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KERTEN BANYUDONO BOYOLALI MANAJEMEN SARANA PENDIDIKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KERTEN BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCRRANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa barang

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMPN SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan iptek menuntut sekolah untuk dapat menyesuaikan dengan arus perubahan. Lulusan sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Evektivitas

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699, 2017 PERPUSNAS. Perpustakaan Kabupaten/Kota. Standar Nasional. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian teori dan praktik dalam skala kecil dengan intensitas yang terbatas.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian teori dan praktik dalam skala kecil dengan intensitas yang terbatas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk keterampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja.pendidikan yang dilakukan di perguruan

Lebih terperinci

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG TATA CARAA PENGELOLAAN ASET PADAA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGANN BEBAS DAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN DI MADRASAH. Toha Ma sum 1

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN DI MADRASAH. Toha Ma sum 1 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam... MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN DI MADRASAH Toha Ma sum 1 Abstract: Education facilities and infrastructure is an important

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA KEPALA SEKOLAH

PROGRAM KERJA KEPALA SEKOLAH PROGRAM KERJA KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI 1 NGRAYUN T.P. 2013/2014 Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Lider, Inovator, Motivator (EMASLIM). 1. Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat berkaitan erat dengan kejelian dan ketepatan dalam mengidentifikasi, memformulasi, mengemas,

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

2015 IMPLEMENTASI MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional yaitu : Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN (PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGELOLA BARANG) ARTIKEL

PENGELOLAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN (PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGELOLA BARANG) ARTIKEL PENGELOLAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN (PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGELOLA BARANG) ARTIKEL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI D NOMOR 8

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI D NOMOR 8 No. 10, 2004 LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI D NOMOR 8 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci