MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG"

Transkripsi

1 MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh DIANA KARTIKA DEWI 17915/2010 JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014

2

3

4

5 i ABSTRAK Judul : MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANJEMEN KOTA PADANG Penulis : Diana Kartika Dewi NIM/BP : 17915/2010 Jurusan : Administrasi Pendidikan Pembimbing : 1. Dr. Rifma, M.Pd 2. Lusi susanti, S.Pd, M.Pd Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil pengamatan penulis di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang yang menunjukkan bahwa manajemen sarana pembelajaran belum terlaksana dengan efektif. Rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimanakah manajemen sarana pembelajaran yang ditinjau dari: 1) perencanaan kebutuhan, 2) pengadaan, 3) penyimpanan, 4) inventarisasi, 5) pemeliharaan, 6) penghapusan, 7)pengawasan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manjemen sarana pembelajaran, yang ditinjau dari: 1) perencanaan kebutuhan, 2) pengadaan, 3) penyimpanan, 4) inventarisasi, 5) pemeliharaan, 6) penghapusan, 7) pengawasan. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru di SMK Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang yang bejumlah 120 orang. Jumlah sampel adalah 31 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket dalam bentuk skala Likert dengan alternatif jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak pernah (TP) yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Dengan teknik analisa data meggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen sarana pembelajaran di SMK Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang maka didapat hasil sebagai berikut : 1) perencanaan kebutuhan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (31,71%) responden menyatakan perencanaan kebutuhan selalu dilakukan. 2) pengadaan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (37,73%) responden menyatakan pengadaan selalu dilakukan. 3) penyimpanan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (32,24%) responden menyatakan penyimpanan selalu dilakukan. 4) inventarisasi terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (31,44%) responden menyatakan inventarisasi selalu dilakukan. 5) pemeliharaan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (26,55%) responden menyatakan pemeliharaan selalu dilakukan. 6) penghapusan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (37,89%) responden menyatakan penghapusan selalu dilakukan. 7) pengawasan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (29,83%) responden menyatakan pengawasan selalu dilakukan. Secara umum Manajemen Sarana Pembelajaran Di SMK Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang tidak terlaksana dengan baik, yaitu pada persentase (32,48%) responden yang menyatakan bahwa manajemen sarana pembelajaran selalu dilakukan. i

6 ii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis aturkan kepada Allah SWT, yang maha besar, maha kaya, maha pemberi rezeki, maha pengasih lagi maha penyayang, sehingga berkat ridho dan izin dari Allah SWT jua lah maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Penulisan skripsi ini terlaksana berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Padang 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan 3. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan dan Sekretaris Jurusan Administrasi Pendidikan 4. Ibu Dr. Rifma, M.Pd sebagai pembimbing I dan Ibu Lusi Susanti, S.Pd, M.Pd sebagai pembimbing II yang penuh perhatian dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen beserta pegawai Jurusan Administrasi Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis dalam perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini. 6. Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang. 7. Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. 8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi kepada penulis baik materil dan moril dalam menyelesaikan studi S1. ii

7 iii 9. Rekan-rekan angkatan 2010 yang telah banyak memberikan motivasi dan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini. Serta kakak-kakak dan adik-adik keluarga besar Jurusan Administrasi Pendidikan. 10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam rangka menyelesaikan studi dan skripsi ini. Semoga segala bantuan yang diberikan dibalas oleh Allah SWT, mudahmudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, sekolah tempat penelitian, dan Jurusan Administrasi Pendidikan serta pembaca pada umumnya. Penulis telah berupaya dengan maksimal untuk menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari baik isi maupun penulisan masih belum sempurna untuk itu kepada pembaca, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Padang, April 2014 Diana Kartika Dewi NIM iii

8 iv DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Pertanyaan Penelitian... 8 G. Kegunaan Penelitian... 8 BAB II KERANGKA TEORI A. Manajemen Sarana Pembelajaran B. Kegiatan Manajemen Sarana Pembelajaran C. Kerangka Konseptual BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Definisi Operasional Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Jenis dan Sumber Data E. Instrumen Penelitian F. Teknik Analisa Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian iv

9 v B. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN v

10 vi DAFTAR TABEL 1. Populasi Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Sampel Penelitian Perencanaan Kebutuhan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Pengadaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Penyimpanan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang Inventarisasi Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang Pemeliharaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang Penghapusan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang Pengawasan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang Rekapitulasi Persentase Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang vi

11 vii DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka konseptual Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang vii

12 viii DAFTAR LAMPIRAN 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Surat Angket Penelitian Petunjuk Pengisian Angket Penelitian Angket Penelitian Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Uji Validitas Uji Coba Angket Penelitian Uji Reliabilitas Uji Coba Angket Penelitian Skor Mentah Hasil Penelitian Tabel nilai rho Spearman Tabel Nilai-Nilai Product Moment Surat Izin Penelitian Jurusan Surat Izin Penelitian dinas Pendidikan Surat Balasan Penyebaran Angket SMK Surat Balasan Penyebaran Angket SMK viii

13 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan yang sangat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya aktivitas pendidikan memiliki andil yang besar dalam pencapaian tujuan pendidikan melalui jalur formal, namun sekolah saja belum cukup. Pendidikan sebagai sistem dimana dalam mencapai tujuan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling berkaitan dan saling memberikan kontribusi satu sama lain terhadap proses penyelenggaraan pendidikan yang akhirnya bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan. Sarana pembelajaran merupakan instrumen penting dalam pendidikan dan menjadi satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan. begitu pentingnya sarana pembelajaran sehingga setiap institusi berlomba-lomba untuk memenuhi standar sarana pembelajaran demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Tidak itu saja, kelengkapan sarana pembelajaran merupakan salah satu daya tarik bagi calon peserta didik. Sarana pembelajaran sebagai salah satu komponen instrumentall input pendidikan memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dikatakan penting karena sarana pembelajaran merupakan fasilitas penunjang proses pendidikan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Guru yang handal sekalipun tidak akan mampu menjalankan proses pendidikan dengan efektif, tanpa didukung oleh sarana pembelajaran yang memadai. Penyelenggaraan proses 1

14 2 pendidikan sangat membutuhkan sarana pembelajaran untuk mendukung jalannya proses pendidikan. Mengingat pentingnya sarana pembelajaran dalam pencapaian tujuan pendidikan, maka sudah tentu sarana pembelajaran perlu mendapatkan perhatian yang khusus baik dari sekolah maupun pemerintah. Penting bagi pemerintah supaya lebih mempertimbangkan kebutuhan setiap sekolah untuk memperoleh fasilitas yang memadai, supaya proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif. Namun yang tak kalah pentingnya adalah manajemen sarana pembelajaran oleh sekolah tersebut. Sebanyak apapun pemerintah memfasilitasi sebuah sekolah dengan sarana pembelajaran yang bagus, tidak akan dapat dimanfaatkan secara optimal, apabila sekolah tidak dapat memanajemennya dengan baik. Sehubungan dengan pentingnya sarana pembelajaran, juga perlu dikelola dengan baik dan tepat sehingga dapat difungsikan sebagaimana mestinya dan dapat bertahan lama. Sayangnya, sarana pembelajaran di sekolah tidak dikelola dengan pengetahuan yang cukup sehingga sering terjadi ketidaktepatan dalam pengelolaan. Ketidaktepatan pengelolaan sarana pembelajaran menyangkut perencanaan kebutuhan, cara pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan. Bahkan, banyak pengelola yang kurang memahami standar dari sarana pembelajaran yang dibutuhkan. Beberapa kasus membuktikan banyak sarana yang dibeli, padahal bukan menjadi skala prioritas utama suatu lembaga pendidikan. hal yang paling tragis dan sering terjadi dalam budaya kita adalah mampu membeli tetapi tidak mampu menjawab. 2

15 3 Kegiatan manajemen sekolah perlu dilengkapi sarana pembelajaran yang memadai. Ketersediaan sarana pembelajaran sangat membantu jalannya kegiatan ini, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya seperti komputer, kertas, tinta dan lain sebagainya. Seandainya sarana ini tidak ada, kegiatan manajemen sekolah tidak akan berjalan dengan efektif. Disamping itu, proses pembelajaran sebagai kegiatan kurikuler juga memerlukan sarana pembelajaran yang memadai. Sarana merupakan barang atau benda yang secara langsung menunjang terlaksananya proses pendidikan. Kelengkapan sarana sangat membantu ketercapaian tujuan pendidikan. Sarana yang memadai dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran, seperti kursi, meja, papan, tulis, buku pelajaran dan media pelajaran. Seandainya sarana tersebut tidak ada atau tidak memadai proses pembelajaran tidak dapat berjalan efektif. Sebagai contoh siswa tidak memiliki buku pegangan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini bisa menyebabkan proses pembelajaran hanya berjalan satu arah, karena siswa kurang menguasai materi pelajaran dan mereka hanya menerima apa yang disampaikan guru. Begitu pula dengan penggunaan media pembelajaran sangat membantu tercapainya proses pembelajaran yang efektif. Namun cenderung guru tidak menvariasikan penggunaan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton, siswa mudah bosan dan pada akhirnya mereka sulit untuk menyerap materi pelajaran. Bukan hanya jenis sarana pembelajaran yang disediakan di sekolah, tapi manajemennya juga mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran. 3

16 4 Keterbatasan atau tidak memadainya sarana pembelajaran akan menghambat jalannya proses pembelajaran. Demikian pula manajemen yang kurang tepat akan mengurangi kegunaan sarana pembelajaran tersebut, meskipun sarana pembelajaran tersebut dalam keadaaan baru. Manajemen sarana pembelajaran perlu mendapatkan perhatian yang lebih, karena dengan manajemen yang baik dan tepat, maka sarana pembelajaran yang ada dapat ditata, diatur dan difungsikan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk itu perlunya manajemen sarana pembelajaran. Maksud manajemen di sini adalah bagaimana suatu sekolah berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sarana pembelajaran dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan. Manajemen sarana pembelajaran yang efektif dapat dilihat dari prosesnya, seperti adanya analisis dan penyususan rencana kebutuhan, pengadaan sarana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, anak didik dan guru yang akan memakainya. Penyimpanan sarana pembelajaran sesuai dengan prosedur dan fungsinya, sehingga dapat bertahan lama. Inventarisasi sarana pembelajaran yang baik dan pemeliharaannya sesuai dengan pedoman yang ada, seperti system pencatatan yang tepat sehingga mudah dikerjakan. Penghapusan yang baik serta pengawasan. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang, terlihat manajemen sarana pembelajaran masih kurang. Hal ini terlihat dari beberapa fenomena, diantaranya : 4

17 5 1. Guru tidak diikutsertakan dalam penyusunan rencana kebutuhan akan sarana pembelajaran. Pengadaannya berdasarkan proyek dari pemerintah, sehingga sarana yang ada kurang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh guru seperti buku penunjang. 2. Masih ada sekolah yang memiliki sarana pembelajaran yang kurang memadai. Seperti media pembelajaran, peralatan, sumber belajar, dan buku-buku di perpustakaan. 3. Masih ada sekolah yang belum mempunyai tempat penyimpanan sarana pembelajaran sehingga penempatannya tidak beraturan. 4. Belum lengkap dan belum dimanfaatkan kartu inventaris barang. Hal ini dapat dilihat pada setiap ruangan (kelas, ruang majelis guru dan ruang tata usaha) tidak ada kartu inventaris barang. Tanpa kartu ini manajemen barang kurang efektif, karena dengan kartu ini dapat dilihat keadaan atau kondisi barang, sehingga akan mempermudah pengontrolan dan pengecekan kembali barang. 5. Masih ada sekolah yang telah memiliki sarana pembelajaran memadai tetapi pemanfaatannya belum efektif. 6. Masih ada sekolah yang memakai sarana pembelajaran yang seharusnya sudah dihapuskan. 7. Masih ada sekolah yang tidak melakukan terhadap sarana pembelajaran diamana belum objektif dan belum berorientasi pada tujuan serta belum berdasarkan standar yang efektif. 5

18 6 Kondisi tersebut, mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian tentang Manajemen Sarana Pembelajaran Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, penulis mendapatkan bahwa manajemen sarana pembelajaran kurang efektif dilakukan, hal ini dapat diidentiikasi sebagai berikut: 1. Perencanaan kebutuhan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 2. Pengadaan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 3. Penyimpanan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 4. Inventarisasi terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 5. Pemeliharaan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 6. Penghapusan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 7. Pengawasan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 8. Tujuan sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 9. Jenis sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 10. Klasifikasi sarana pembelajaran. C. Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya permasalahan ini karena masalah ini yang paling dominan, maka penelitian ini dibatasi hanya meneliti mengenai manajemen sarana pembelajaran yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. Manajemen sarana pembelajaran akan dilihat 6

19 7 dari: perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, inventarisai, pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana manajemen sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang: 1. Perencanaan kebutuhan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 2. Pengadaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 3. Penyimpanan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 4. Inventarisasi sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 5. Pemeliharaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 6. Penghapusan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 7. Pengawasan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 7

20 8 F. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perencanaan kebutuhan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 2. Bagaimana pengadaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 3. Bagaimana penyimpanan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 4. Bagaimana inventarisasi sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 5. Bagaimana pemeliharaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 6. Bagaimana penghapusan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 7. Bagaimana pengawasan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? G. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi : 1. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang sebagai masukan untuk peningkatan manajemen sarana pembelajaran di sekolah. 8

21 9 2. Semua guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang untuk lebih dapat meningkatkan sarana pembelajaran di sekolah agar dapat membantu pelaksanaan pembelajaran di sekolah. 3. Pengawas sekolah memberi pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru dalam manajemen sarana pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. 9

22 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Manajemen Sarana Pembelajaran 1. Pengertian Manajemen Secara etimologis, manajemen dalam istilah bahasa Inggris berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen tersebut. Jadi manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut G.R Terry dalam Malayu (2001:2) Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sarana-sarana yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Kemudian Malayu (2001:3) mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan SDM dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Noviardi (2003:19) mengemukakan manajemen adalah suatu proses social yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia serta sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 10

23 11 Dari berbagai pengertian manajemen oleh para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manjemen merupakan serangkaian kegiatan pengaturan yang dilakukan dan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang ada dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Pengertian Sarana Pembelajaran Sarana pembelajaran merupakan salah satu komponen pendidikan ikut mendukung dalam keberhasilan proses pendidikan. Sarana pembelajaran dapat membantu dan memudahkan guru dalam melaksanakan proses pengajaran di sekolah. Menurut Mulyasa (2002:49) sarana pembelajaran adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Menurut Hendayat Soetopo (1982:183) sarana pembelajaran meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan. Sedangkan menurut Depdiknas dalam Barnawi dan Arifin (2012:47), sarana pembelajaran adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa : setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi 11

24 12 perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan sarana adalah benda/barang yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan yang menunjang secara langsung proses pembelajaran dan mencapai tujuan, contohnya dalam pelaksanaan pembelajaran adalah kursi, meja, papan tulis, buku pelajaran dan sebagainya. 3. Pengertian Manajemen Sarana Pembelajaran Mulyasa (2002:50) menyatakan manajemen sarana pembelajaran bertugas untuk mengatur dan menjaga sarana pembelajaran agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti ada jalannya proses pendidikan. Ibrahim Bafadal (2002:9) mengemukakan manajemen pembelajaran adalah sebagai suatu proses kegiatan dalam rangka mengatur, menata dan mengorganisir secara sistematik dan berdayaguna semua sarana pembelajaran yang ada menurut fungsinya masing-masing dalam rangka menunjang pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen fasilitas yang diperlukan pada kegiatan proses pembelajaran seperti meja, alat-alat dan media pengajaran agar tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien. 12

25 13 4. Pentingnya Manajemen sarana Pembelajaran Manajemen sangat penting bagi suatu organisasi karena tidak ada satupun organisai yang tidak melakukan kegiatan manajemen, baik manajemen sumber daya manusia maupun manajemen pembelajaran. Depdiknas (2007:10) menyatakan bahwa sumber organisasi yang berupa manusia, sarana pembelajaran dan sebagainya harus diorganisasikan, diinteraksikan dan dikoordinasikan serta diarahkan demi tercapainya tujuan organisasi. Kemudian Handoko (1999:6) menguraikan bahwa ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen yaitu: a. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi. b. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuantujuan, sasaran-sasaran, kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang saling berkepentingan dalam organisasi, antara bendahara dan sekretaris. c. Dengan adanya manajemen diharapkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi akan terwujud. 5. Tujuan Manajemen Sarana Pembelajaran Menurut Syahril (2008:5), tujuan manajemen sarana pembelajaran adalah: a. Menunjang pembangunan nasional secara tepat dan berdayaguna. Pendidikan harus menjadi input yang baik bagi pembangunan. Hal ini sesuai dengan fungsi sarana dan prasarana sebagai unsur penunjang dalam pelaksanaan kegiatan. 13

26 14 b. Untuk melihat dan mengetahui kekayaan suatu organisasi dalam bentuk material atau barang-barang yang memungkinkan dapat dinilai dengan uang. c. Untuk melihat dan mengatahui inventarisasi barang-banrang milik suatu organisasi atau instansi dalam berbagai bentuk baik jenis, jumlah, keadaan maupun kualitasnya. d. Untuk mengetahui apakah barang-barang tersebut benar-benar sudah dimanfaatkan secara tepat. e. Untuk mengetahui efisiensi pendayagunaan keuangan Negara baik yang bersumber dari anggaran rutin, anggaran pembangunan maupun dari masyarakat. f. Untuk bahan masukan dalam pertimbangan dalam penyusunan kebijaksanaan di bidang pendidikan dalam rangka pembangunan pendidikan pada tahun-tahun yang akan datang. Selanjutnya Ibrahim Bafadal (2002:5), menguraikan tujuan manajemen sarana pembelajaran sebagai berikut: a. Mengupayakan pengadaaan sarana pembelajaran melalui sistem perencanaan yang hati-hati dan seksama. b. Mengupayakan pemakaian sarana pembelajaran secara tepat dan efisien. c. Pengupayakan pemeliharaan dan penyimpanan sarana sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan. Hanafi dikutip Mulyasa (2001:58) bahwa tujuan manajemen sarana pembelajaran adalah untuk meningkatkan unjuk kerja dan proses 14

27 15 pembelajaran, menekankan pengeluaran biaya perbaikan dan perencanaan biaya secara efektif. Jadi tujuan adanya manajemen terhadap sarana pembelajaran tersebut bermanfaat sekali terhadap sekolah dan pemakaiannya dalam upaya pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien. 6. Komponen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Standar sarana pembelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 mencakup : kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah, Sarana pendidikan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi : a. Alat pelajaran Alat pelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran atau alat pelaksanaan kegiatan. b. Alat peraga Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan objek atau materi pelajaran. Alat peraga dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Alat peraga sebenarnya 2) Alat peraga tiruan 15

28 16 c. Media pendidikan Media adalah sesuatu (apapun) yang di dalamnya terkandung pesan (message) komunikasi, merupakan saluran (perantara) komunikasi. B. Kegiatan Manajemen Sarana Pembelajaran Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan diperlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Dalam mengelola fasilitas, agar mempunyai manfaat yang tinggi diperlukan aturan yang jelas serta pengetahuan dan keterampilan personel sekolah dalam manajemen sarana pembelajaran tersebut. Pada pengertian manajemen sarana pembelajaran sebagaimana yang telah diuraikan, terkandung proses yang harus dilalui dalam melaksanakan manajemen sarana pembelajaran. Secara sederhana proses tersebut meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menujang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien. Namun demikian, beberapa ahli memberikan uraian teori tentang proses manajemen yang nampaknya berbeda-beda. Ibrahim Bafadal (2008:2) menyatakan bahwa proses atau fungsi-fungsi manajemen sarana pembelajaran pendidikan terdiri dari: (1) pengadaan, (2) pendistribusian,(3) penggunaan dan pemeliharaan, (4) inventarisasi, dan (5) penmghapusan. Berbeda dengan Ibrahim Bafadal, Suharsimi Arikunto (1993:81), menyatakan sarana pembelajaran meliputi: (1) perencanaan, (2) pengadaan, (3) 16

29 17 pengaturan, (4) penggunaan, (5) penyingkiran, dan (6) dasar pengetahuan mengenai perpustakaan. Soetjipto dan Raflis Kosasi (2007:170), menyatakan bahwa kegiatan dalam manajemen sarana pembelajaran meliputi: (1) perencanaan kebutuhan, (2) pengadaan, (3) penyimpanan, (4) inventarisasi, (5) pemeliharaan, (6) penghapusan, dan (7) pengawasan. Sedangkan Ary Gunawan (2002:116) menyebutkan bahwa kegiatan manajemen sarana pembelajaran meliputi: (1) perencanaan pengadaan barang, (2) prakualifikasi rekanan, (3) pengadaan barang, (4) penyimpanan, inventarisasi, penyaluran, (5) pemeliharaan, rehabilitasi, (6) penghapusan dan pemusnahan, dan (7) pengendalian. Dari proses manajemen sarana pembelajaran yang telah dikemukakan, penulis berpendapat sama dengan apa yang telah dikemukakan oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi bahwa proses manajemen sarana pembelajaran meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan, iventarisasi, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan. Proses manajemen sarana pembelajaran tersebut di atas dipakai sebagai indikator untuk mengukur tingkat manajemen sarana pembelajaran di sekolah. Adapun penjelasan dari fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah: 1. Perencanaan Kebutuhan Suatu kegiatan perlu direncanakan terlebih dahulu agar dapat berjalan dengan lancar. Begitu pula manajemen sarana pembelajaran perlu direncanakan apa yang akan dibutuhkan agar terhindar dari kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan. 17

30 18 Philip H. Coomb yang dikutip oleh Gunawan (2002:118) berpendapat bahwa: Perencanaan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, adalah penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan itu lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan siswasiswa serta tujuan dan kebutuhan masyarakat. Dari pendapat di atas dapat dimaknai bahwa analisis kebutuhan perlu dilakukan agar sarana dan prasarana yang akan disediakan sesuai dengan kebutuhan baik dari segi jenis barang maupun jumlahnya, sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan efektif. Perencanaan pembelajaran yang baik adalah menyususn daftar keperluan sarana pembelajaran yang dibutuhkan berdasarkan prioritas dan urgensi keperluannya serta perhitungan daftar perkiraan biaya untuk pemenuhannya berdasarkan prioritas. Kegiatan dalam penyusunan rencana kebutuhan meliputi: a. Analisis kebutuhan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi sarana pembelajaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan dengan mempedomani standarisasi barang, standarisasi kebutuhan dan standarisasi harga. Analisi kebutuhan sarana pembelajaran mengacu kepada standarisasi sarana pembelajaran yang ditetapkan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan secara: 1) Analisis kebutuhan kualitatif dilakukan berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan 18

31 19 2) Analisis kebutuhan kualitatif dilakukan berdasarkan volume dan frekuensi b. Identifikasi data sarana yang ada dan masih dapat dipergunakan c. Penetapan skala prioritas d. Menyusun rencana kebutuhan berdasarkan skala prioritas Dalam perencanaan kebutuhan, menurut Gunawan (2002:130), direncanakan dalam urutan sebagai berikut: a. Menyusun daftar keperluan sarana pembelajaran berdasarkan analisis kebutuhan/kegiatan masing-masing satuan organisasi, sambil memperhatikan sarana pengajaran/alat-alat yang masih ada dan masih dapat dipakai selama minimum satu tahun lagi. b. Menyusun daftar perkiraan biaya/harga sarana pembelajaran/alat-alat yang diperlukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. c. Menetapkan skala prioritas pengadaannya berdasarkan dana yang tersedia serta urgensi kebutuhannya. Dapat disimpulkan perencanaan yang baik adalah perencanaan yang selalu memperhatikan analisa kebutuhan skala prioritas sesuai dengan dana yang tersedia dan adanya peran serta dari warga sekolah, seperti guru. Hal ini disebabkan guru lebih mengetahui sarana yang sesuai dengan proses pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat Mulyasa (2002:82) efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari anggota. 19

32 20 2. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan sarana pembelajaran yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugastugas sekolah. Sutjipto dan Basori (2000:95), mengemukakan pengadaan adalah kegiatan untuk menghadirkan perlengkapan di sekolah. Sejalan dengan pendapat Ibrahim Bafadal (2008:30), bahwa: Pengadaan perlengkapan pendidikan pada dasarnya merupakan upaya merealisasikan rencana pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya. Menurut Ary Gunawan (2002:135) pengadaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua jenis sarana pembelajaran persekolahan yang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks persekolahan, pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana pembelajaran merupakan salah satu fungsi operasional dalam manajemen sarana pembelajaran persekolahan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana pembelajaran persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. 20

33 21 Depdiknas (2007:30), mengemukakan bahwa pengadaaan sarana dapat dilakukan dengan cara : a. Membeli yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengalihkankepemilikan barang dari satu pihak kepada pihak lainnya dengan cara menukar barang dengan uang. Kegiatan membeli dapat dilakukan melalui lelang, penunjukan langsung, dan pembelian. b. Hibah yaitu pengalihan kepemilikan barang dari satu pihak kepada pihak lain tanpa memberikan penggantian. c. Hadiah yaitu pengalihan kepemilikan barang dari satu pihak kepada pihak lain yang merupakan penghargaan atas tindakan yang dilakukan. d. Menyewa yaitu pemanfaatan barang milik orang/instansi lain selama jangka waktu tertentu dengan imbalan tertentu. e. Menukar yaitu pengalihan kepemilikan barang dari satu puhak kepada pihak lain dengan memberikan penggantian yang seimbang. f. Pinjam pakai yaitu pengalihan penggunaan barang dari satu pihak kepada pihak lain dalam jangka waktu tertentu tanpa memberikan imbalan tertentu. Hendayat Soetopo (1982) lebih lanjut mengemukakan tentang prinsip dalam pengadaan perlengkapan sekolah adalah : a. Semua orang yang ikut melaksanakan secara teratur mengenai peralatan tersebut haruslah ikut dilibatkan dalam proses pemilihan. b. Peralatan sekolah hendaknya sesuai dengan keadaan interest kebutuhan dan kematangan anak. 21

34 22 c. Ukuran peralatan hendaknya sesuai dengan keadaan murid, maka pengadaan peralatan berbeda tiap kelas. d. Lebih baik peralatan bervariasi artinya peralatan itu bentuk bentuk dan ukurannya berbeda sehingga lebih menarik dan mudah disesuaikan dengan kepentingan kelas. e. Semua kelas hendaknya tidak diberi peralatan yang sama persis, maka semakin berbeda tingkatannya maka berbeda pula peralatannya. f. Secara umum pengadaan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima hibah dan menyewa. Menurut Ary Gunawan (2002:130) secara umum dalam membuat perencanaan pengadaan sarana pembelajaran tersebut harus melalui proses sebagai berikut: a. Menyusun daftar perencanaan pengadaan berdasarkan analisis kebutuhan dari masing-masing satuan organisasi. b. Menyusun daftar perkiraan biaya atau harga barang-barang atau alat-alat yang diperlukan berdasarkan standar yang telah ditentukan. c. Menetapkan skala prioritas pengadaannya berdasarkan dana yang tersedia serta urgensi kebutuhan. 3. Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan atau gudang penyimpanan barang. Menurut Ary Gunawan (2002:139), menyatakan bahwa 22

35 23 menyimpan adalah kegiatan menampung atau mewadahi hasil penyimpanan barang-barang baik yang belum maupun yang akan didistribusikan. Menurut Ary Gunawan (2002:139) penyimpanan sarana pembelajaran adalah kegiatan menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru ataupun sudah rusak yang dapat dilakukan oleh seorang atau beberapa orang yang ditunjuk atau ditugaskan pada lembaga pendidikan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah aspek fisik dan aspek administratif. Aspek fisik dalam penyimpanan adalah wadah yang diperlukan untuk menampung barang milik Negara berasal dari pengadaan. Aspek ini biasa disebut gudang, yang dapat dibedakan menjadi: a. Gudang pusat, yaitu gudang yang diperlukan untuk menampung barang hasil pengadaan yang terletak pada unit. Biasanya gudang pusat juga digunakan untuk menyimpan barang yang akan dijadikan stok/persediaan. b. Gudang penyalur, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang membutuhkan. c. Gudang transit, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang membutuhkan d. Gudang pemakai, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barangbarang yang akan dan telah digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. 23

36 24 Aspek administratif adalah hal-hal yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dalam penyimpanan seperti: bendaharawan kepala gudang, urusan tata usaha, urusan penerimaan, urusan penyimpanan dan pemeliharaan, urusan pengeluaran serta struktur organisasi penyimpanan. Menurut Ary Gunawan (2002:140) adapun prosedur dan tata cara penyimpanan barang itu antara lain: a. Penerimaan, hal-hal yang dilakukan dalam penerimaan barang antara lain: 1) Menerima pemberitahuan pengiriman barang dari pihak menerima barang. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penerimaan dan pemeriksaan barang. 2) Memeriksa barang yang diterima baik fisik maupun kelengkapan administrasi seperti surat kepemilikan. 3) Membuat berita acara penerimaan dan hasil pemeriksaan barang. b. Penyimpanan barang dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam hal ini adalah: 1) Meneliti barang-barang yang akan disimpan 2) Menyiapkan barang-barang tersebut berdasarkan pengelompokanpengelompokan tertentu/harga 3) Mencatat barang tersebut ke dalam buku penerimaan, kartu barang dan kartu stok 4) Membuat denah lokasi barang-barang yang disimpan agar dapat dikeluarkan secara tepat 24

37 25 5) Pengeluaran barang dilakukan berdasarkan surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB) c. Penyimpanan sarana dapat dikatakan suatu kegiatan simpan menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru maupun rusak dapat dilakukan oleh seorang atau beberapa orang ditunjuk pada suatu sekolah. d. Penyimpanan barang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Barang-barang yang sudah diterima, dicatat, digudangkan, diatur, dirawat, dan dijaga secara tertib, rapi dan aman. 2) Menyelenggarakan administrasi penyimpanan dan penggunaan atas semua barang yang ada dalam ruang atau gudang. 3) Secara berkala atau incidental diadakan pengontrolan dan perhitungan barang persediaan agar diketahui apakah memenuhi kebutuhan. 4) Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Kegiatan penyimpanan meliputi menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang di gudang. Gudang dibedakan menurut bentuknya menjadi: 1) Gudang terbuka adalah gudang yang tidak berdinding dan tidak beratap, tetapi berlantai dan harus dikeraskan sesuai dengan berat barang-barang yang akan disimpan. 25

38 26 2) Gudang tertutup adalah gudang berdinding dan beratap yang konstruksinya disesuaikan dengan fungsi gudang itu. Menurut Ary Gunawan (2002:140) cara menyimpan barang yang baik dan benar antara lain: 1) Barang yang sudah diterima, dicatat, digudangkan, diatur, dirawat dan dijaga secara tertib, rapi dan aman. 2) Dibuat daftar nama tempat barang penyimpanan agar mudah ditemukan. 3) Barang yang mudah rusak dimasukkan ke dalam pelindung (lemari). 4) Barang-barang yang kecil seperti barang ATK disimpan dalam sebuah wadah yang mudah dijangkau dan ditemukan. 5) Barang-barang yang besar ditempatkan dengan aman dan nyaman. 6) Barang elektronik sebaiknya disimpan di ruangan yang lebih aman seperti besi teralis. 7) Barang yang terbuat dari kertas diusahakan jauh dari tempat basah, lembab, dan air. 8) Semua yang disimpan di lemari sebaiknya sering dibuka untuk menghindari penjamuran bila lembab. 9) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat yang bebas dari factor perusak seperti panas, lembab, dan lapuk. 10) Mudah ditemukan bila sewaktu-waktu diperlukan. 11) Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dahulu digunakan. 12) Harus diadakan inventarisasi secara berkala. 26

39 27 13) Sebaiknya dilakukan control atau service terhadap barang-barang tertentu agar tidak mudah rusak. 14) Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Barang-barang yang sudah dianggarkan dalam pengadaan barang jika sudah terealisasi sebaiknya langsung disimpan ke bagian penyimpanan barang, selanjutnya diterima dan diinventarisasi dan dicatat ketika barang tersebut akan dikeluarkan agar terlihat tertib dan rapi. Untuk sekolah-sekolah besar biasanya ada seorang yang ditunjuk sebagai petugas penyimpanan barang di gudang, baik barang yang baru direncanakan dalam pengadaan barang maupun yang sudah tidak diapakai atau rusak. Namun di sekolah yang sedang, biasanya dilakukan oleh beberapa warga sekolah diantaranya penjaga sekolah dan guru. 4. Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencatat dan menyusun daftar inventaris barang-barang milik Negara, daerah secara tertib, teratur, berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ary Gunawan (2002:141), inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun daftar barang-barang/bahan yang ada secara teratur menurut ketentuan yang berlaku. Ary Gunawan (2002:141) juga menambahkan kegiatan inventaris dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan, pengurusan dan pengawasan yang efektif. 27

40 28 Tujuan inventarisasi adalah: a. Menciptakan tertib administrasi barang milik organisasi b. Menghemat keuangan dalam pengadaan dan pemeliharaan barang c. Menghitung kekayaan organisasi dalam bentuk materil d. Memudahkan pengawasan barang Kegiatan wajib yang dilakukan dalam pelaksanaan inventaris adalah: a. Mencatat semua barang inventaris di dalam buku invetaris dan buku pembantu buku golongan inventaris. Buku induk inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang inventaris milik/kekayaan Negara yang berada di lingkungan oraganisasi yang bersangkutan. Sedangkan buku golongan inventaris adalah buku pembantu tempat mencatat barangbarang inventaris golongan barang (diambil dari buku induk inventaris). b. Memberi kode pada barang-barang yang diinventarisasikan. c. Membuat laporan triwulan tentang mutasi barang yaitu laporan tentang bertambah/berkurangnya barang yang terjadi selama triwulan yang bersangkutan. d. Membuat daftar isian/format inventaris, daftar ini diisi sekali setahun tentang keadaan barang. e. Membuat daftar rekapitulasi tahunan, daftar ini menunjukkan keadaan barang, mutasi selama satu tahun dan keadaan barang pada tahun anggaran berikutnya. 28

41 29 5. Pemeliharaan Ary Gunawan (2002:146), menyatakan pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjaga agar sarana pembelajaran tetap berada dalam keadaan baik. Pemeliharaan yang baik akan dapat membuat sarana pembelajaran tersebut berada dalam kondisi siap pakai, indah dipandang, dan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama serta terhindar dari kerusakan-kerusakan yang tidak diinginkan. Adapun fungsi pemeliharaan adalah: a. Menjaga agar barang dalam keadaan baik dan enak dipandang. b. Dapat menambah dan memperpanjang usia barang yaitu fisik barang dan usia administratif barang. Sutjipto dan Basori (2000:100) menyatakan kegiatan pemeliharaan barang inventaris meliputi: a. Perawatan Perawatan dapat dilakukan dengan membersihkan barang-barang yang kotor dan menempatkannya sesuai dengan sifat barang. b. Pencegahan kerusakan Pencegahan kerusakan dilakukan untuk mengalihkan dari adanya kerusakan barang. Hal ini dapat dilakukan misalnya pada kendaraan bermotor dengan mengganti oli sepeda motor sesuai dengan jarak tempuh yang sudah ditentukan. c. Penggantian ringan 29

42 30 Hal ini dapat dilakukan dengan menukar bagian-bagian barang (suku cadang) yang mengalami kerusakan karena pemakaian. Hendayat Soetopo (1982:212), merinci tentang kegiatan pemeliharaan alat-alat pelajaran yaitu: a. Menempatkan alat-alat yang baru dipakai hendaknya dapat tersusun dengan rapi pada tempat semula. b. Membersihkan dan menjaga alat peraga dari kotoran yang dapat merusak. c. Mengatur papan tulis, penggaris dan lain sebagainya. d. Menyimpan alat pelajaran di tempat yang mudah dilakukan. e. Membuat daftar alat dan tempat untuk mempermudah dalam pengembalian. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa barang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjaga barang agar tetap terpelihara dengan baik menurut kegiatannya masing-masing. 6. Penghapusan Penghapusan merupakan kegiatan mengeluarkan barang-barang milik sekolah dan daftar inventaris berdasarkan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku sarana pembelajaran yang tidak dapat difungsikan dikelola dengan cara penghapusan sesuai dengan prosedur yang ada. Menurut bahan ajar manajemen sarana dan prasarana penghapusan adalah proses kegiatan menghapuskan barang milik Negara dari daftar inventaris berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Syahril 30

43 31 (2008:94), menyatakan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penghapusan adalah sebagai berikut: a. Mencegah/mengurangi kerugian organisasi dan biaya yang dikeluarkan untuk pengamanan, pemeliharaan dan prosedur barang. b. Meringankan kerja pelaksana inventaris dalam pengurusan barang. c. Membebaskan ruang dari tumpukan barang yang tidak dipergunakan. d. Membebaskan unit kerja terhadap pengurusan dan pertanggungjawaban. Ary Gunawan (2002:151), menyatakan bahwa ada dua cara melakukan penghapusan barang inventaris Negara, yaitu: a. Menghapus dan menjual barang-barang melalui kantor lelang Negara, dengan prosedur sebagai berikut: 1) Pembentukan panitia penjualan oleh pimpinan unit utama yang bersangkutan. 2) Melaksanakan sesuai dengan prosedur lelang. 3) Mengikuti cara pelelangan yang berlaku. 4) Pembuatan naskah lelang oleh kantor lelang yang menyebutkan barang, harga barang, keadaan barang yang dilelang serta alamat dan nama pelelang dan harga jualnya. 5) Pembayaran uang lelang yang disetorkan pada kas Negara selambatlambatnya tiga hari kerja setelah hari lelang. 6) Biaya lelang dan biaya lainnya yang dibebankan pada pembeli/pemenang lelang. 31

44 32 b. Pemusnahan Ary Gunawan (2002:152), menyatakan bahwa barang-barang yang diusulkan dihapus dengan surat keputusan untuk/harus dihapus dan dimusnahkan dilakukan dengan disaksikan oleh pejabat pemerintah daerah setempat serta mengikuti segala tata cara pemusnahan yang berlaku. Pemusnahan dapat dilakukan dengan dibakar, dikubur dan sebagainya. Jadi penghapusan merupakan kegiatan mengeluarkan sarana dan prasarana yang tidak berfungsi lagi, menurut ketentuannya. Dalam kegiatan penghapusan dilakukan agar barang-barang yang sudah tidak layak pakai dapat digudangkan, namun sarana yang akan dihapus harus memenuhi persyaratan-persyaratan penghapusan, dan dengan adanya penghapusan tersebut mengurangi tumpukan barang dan mengurangi biaya perawatan. 7. Pengawasan Ary Gunawan (2002:153), menyatakan pengawasan merupakan suatu hal mutlak dalam manajemen sarana pembelajaran, tanpa pengawasan manajemen sarana pembelajaran tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan Sutjipto dan Basori (2000:103), menyatakan pengawasan sarana pembelajaran adalah kegiatan pengamatan, pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan administrasi sarana pembelajaran sekolah agar berjalan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku dan terhindar dari penyimpangan dan penggelapan. Tujuan pengawasan menurut Soetjipto dan Basori (2000:101) untuk menghindari penyimpangan, penggelapan, serta mengoptimalkan pemanfaatan 32

45 33 sarana pembelajaran serta agar hasil pekerjaan diperoleh secara berdaya guna yaitu hasil yang sesuai dan tepat dengan pengeluaran yang seminimal mungkin dan sesuai dengan rencana yang ditentukan. C. Kerangka Konseptual Keberhasilan proses pengajaran sangat ditentukan oleh sarana pembelajaran yang mendukung. Dengan sarana pembelajaran akan menentukan berlangsungnya proses pengajaran yang efektif. Untuk mewujudkan hal itu sarana pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar efektif, karena keberhasilan sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan ditentukan manajemen sarana pembelajaran yang efektif. Adapun manajemen sarana pembelajaran yang akan penulis amati dalam penelitian ini yaitu yang berhubungan dan berkaitan erat dengan proses belajar mengajar yaitu perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan. Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut: Manajemen Sarana Pembelajaran 1. Perencanaan kebutuhan 2. Pengadaan 3. Penyimpanan 4. Inventarisasi 5. Pemeliharaan 6. Penghapusasn 7. pengawasan Meningkatkan Pelaksanaan Proses Belajar Gambar 1 Kerangka Konseptual Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 33

MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG

MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG Diana Kartika Dewi Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The goal of this research are

Lebih terperinci

PERGUDANGAN. Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd

PERGUDANGAN. Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd PERGUDANGAN Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd Gudang dibedakan menurut bentuknya menjadi: (1) gudang terbuka adalah gudang yang tidak berdinding dan tidak beratap, tetapi berlantai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 2 BATANG KAPAS SKRIPSI

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 2 BATANG KAPAS SKRIPSI PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 2 BATANG KAPAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata Satu) Oleh: DESI SUKMA 82985/

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TERHADAP PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR KOTA LUBUKLINGGAU

PERSEPSI GURU TERHADAP PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR KOTA LUBUKLINGGAU PERSEPSI GURU TERHADAP PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI KECAMATAN LUBUKLINGGAU TIMUR KOTA LUBUKLINGGAU Bobby Laventus Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstrak The purpose

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 10 PADANG

PENINGKATAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 10 PADANG PENINGKATAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 10 PADANG Rosivia Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Sarana pendidikan adalah semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 01 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 01 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 01 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang WALIKOTA BANJAR, : a. bahwa barang daerah sebagai salah satu unsur penting

Lebih terperinci

Disusun Oleh : LIA YULIANA, M.Pd LIA YULIANA FIP UNY 1

Disusun Oleh : LIA YULIANA, M.Pd LIA YULIANA FIP UNY 1 Manajemen Sarana Pendidikan Disusun Oleh : LIA YULIANA, M.Pd LIA YULIANA FIP UNY 1 PENGERTIAN MANAJEMEN SARANA PENDIDIKAN Manajemen Sarana (manajemen materiil) : segenap proses penataan yang bersangkutan

Lebih terperinci

Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENGERTIAN MANAJEMEN SARPRAS Pengaturan sarpras pendidikan dengan melibatkan SDM, guna menunjang berlangsungnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI D NOMOR 8

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI D NOMOR 8 No. 10, 2004 LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI D NOMOR 8 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGGAH KEJURUAN NEGERI SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG ARTIKEL ILMIAH

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGGAH KEJURUAN NEGERI SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG ARTIKEL ILMIAH PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGGAH KEJURUAN NEGERI SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG ARTIKEL ILMIAH Oleh: METHA JENYUSYA PUTRI 53924/2010 ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR: 5 TAHUN 2003 SERI: E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR: 5 TAHUN 2003 SERI: E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR: 5 TAHUN 2003 SERI: E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Dicabut dengan Perda Nomor 13 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI SWATANTRA WIBAWA MUKTI NO : 9 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MANAJEMEN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN

MANAJEMEN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN MANAJEMEN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN Afid Burhanuddin, M.Pd. Kompetensi dasar Memahami sarana prasarana pendidikan Indikator Menjabarkan pengertian dan ruang lingkup Memahami pengadaan sarpras Mengetahui

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pengelolaan sarana dan prasarana sangat penting karena dengan adanya pengelolaan sarana dan prasarana lembaga pendidikan akan terpelihara dan jelas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTANBARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTANBARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTANBARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tertib

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. dalam pengadaan sumber belajar di MA Al-Fatah Palembang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. dalam pengadaan sumber belajar di MA Al-Fatah Palembang. 72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Pada bab ini penulis akan mengemukakan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Adapun data yang dimaksud yaitu data yang berkaitan dengan keadaan

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA KEPOLISIAN TENTANG PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA DI POLRES SAWAHLUNTO

PERSEPSI ANGGOTA KEPOLISIAN TENTANG PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA DI POLRES SAWAHLUNTO PERSEPSI ANGGOTA KEPOLISIAN TENTANG PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA DI POLRES SAWAHLUNTO Nining Ristia Ningsih Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The porpose the research is how to management

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan 2.1.1 Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana mempunyai arti yang luas. Banyak para ahli yang menjelaskan tentang definisi

Lebih terperinci

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1), SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR

Lebih terperinci

PENGELOLAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN (PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGELOLA BARANG) ARTIKEL

PENGELOLAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN (PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGELOLA BARANG) ARTIKEL PENGELOLAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN (PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGELOLA BARANG) ARTIKEL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA 1 QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI PIDIE, Menimbang : a. bahwa barang milik daerah merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN

BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN A. Deskripsi Data Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada hari

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT 1 BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 14 TAHUN 201616 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. b. c. bahwa barang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 35 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 35 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 35 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Ogan Ilir

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa seluruh barang milik

Lebih terperinci

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura No.53, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Aset Desa. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 5 2008 SERI. E NO. 5 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 58

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/IN/M/2011 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/IN/M/2011 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/IN/M/2011 TENTANG PENGAMANAN DAN PENATAUSAHAAN BARANG PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang merupakan

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PENGHAPUSAN BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PENGHAPUSAN BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PENGHAPUSAN BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 1. Tujuan: Standard Operating Procedure (SOP) Penghapusan Barang Milik/Kekayaan Negara bertujuan untuk menyeragamkan tata cara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa barang milik daerah sebagai salah

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 121

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Bogor Nomor 2

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perencanan, Pengadaan Sarana dan Prasarana. 1. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perencanan, Pengadaan Sarana dan Prasarana. 1. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana 18 BAB II KAJIAN TEORI A. Perencanan, Pengadaan Sarana dan Prasarana 1. Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Perencanaan dapat dirumuskan sebagai langkah persiapan yang diarhkan kepada tujuan dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 113/PMK.01/2006 TENTANG PEDOMAN PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 113/PMK.01/2006 TENTANG PEDOMAN PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN 1 of 9 08/03/2011 15:54 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 113/PMK.01/2006 TENTANG PEDOMAN PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, 31 Oktober 2007 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DAN TATA KERJA PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa barang Daerah sebagai unsur penting dalam

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa barang daerah

Lebih terperinci

Permasalahan Kapitalisasi Aset Tetap Pada Instansi Pemerintah

Permasalahan Kapitalisasi Aset Tetap Pada Instansi Pemerintah Permasalahan Kapitalisasi Aset Tetap Pada Instansi Pemerintah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SPKN Dosen : Dr. Nunuy Nur Afiah, SE., M.Si., Ak. Disusun Oleh: Harri Mustari NPM 120620110021 Angkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN : 2002 NOMOR : 30 KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH BUPATI MUSI RAWAS,

TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH BUPATI MUSI RAWAS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH MILIK PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGLI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA m9 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 34A TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN, PEMANFAATAN DAN PEMINDAHTANGANAN TANAH DAN/ ATAU BANGUNAN MILIK DAERAH YANG BERASAL DARI KEKAYAAN

Lebih terperinci

PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA. Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd

PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA. Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA Dr. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos., M.Pd Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd Siagian (2005:60) menyatakan pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Penatausahaan. Barang Milik Negara. Persediaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Penatausahaan. Barang Milik Negara. Persediaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Penatausahaan. Barang Milik Negara. Persediaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENATAUSAHAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCRRANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa barang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 04 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 04 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 04 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH PASAR BERMARTABAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 81 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 8 Pebruari 2010 Nomor : 3 Tahun 2010 Tentang : PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG/JASA PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

Lebih terperinci

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 153 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN MENTERI DALAM NEGERI,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 153 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN MENTERI DALAM NEGERI, KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 153 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk lebih efektif dan efisiensinya

Lebih terperinci

Untuk SMK Nama dan MAK Kelas Kelas XII No Absen : SEMESTER

Untuk SMK Nama dan MAK Kelas Kelas XII No Absen : SEMESTER MODUL Penerimaan dan Pendistribusian sarana dan prasarana Kantor oleh Olivia Fransiska Rivan Untuk SMK dan MAK Kelas XII Nama : Kelas : No Absen : KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH YANG DIPISAHKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PERENCANAAN PENGADAAN DAN PERMINTAAN SARANA DAN PRASARANA

ADMINISTRASI PERENCANAAN PENGADAAN DAN PERMINTAAN SARANA DAN PRASARANA ADMINISTRASI PERENCANAAN PENGADAAN DAN PERMINTAAN SARANA DAN PRASARANA Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengadaan barang harus direncanakan dengan hati-hati agar pengadaannya sesuai dengan apa

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN Salinan BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Menimbang: Mengingat :

Menimbang: Mengingat : BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS JABATAN FUNGSIONAL UMUM PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, a. bahwa Barang Milik Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana pendidikan merupakan instrumen penting dalam pendidikan dan menjadi satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Begitu pentingnya sarana

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN NO : 14 / LD/2009

SALINAN NO : 14 / LD/2009 SALINAN NO : 14 / LD/2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI : D.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A K TA R A LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 206 Tahun 2005 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 176 TAHUN 2005 TENTANG PENJABARAN FUNGSI

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang teratur dan berkelanjutan yang diperlukan untuk menunjang proses

BAB I PENDAHULUAN. yang teratur dan berkelanjutan yang diperlukan untuk menunjang proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB VII Pasal 42 ayat 2 dinyatakan bahwa dalam setiap satuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2013); L PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN MATERIAL HASIL BONGKARAN BANGUNAN GEDUNG MILIK PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang:a. bahwa untuk melaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT UNTUK DPRD PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci