EVALUASI KUALITAS TABLET GLIBENKLAMIDA GENERIK A DAN MEREK DAGANG B (EVALUATION QUALITY OF GLIBENCLAMIDE TABLETS GENERIC A AND BRANDED B)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KUALITAS TABLET GLIBENKLAMIDA GENERIK A DAN MEREK DAGANG B (EVALUATION QUALITY OF GLIBENCLAMIDE TABLETS GENERIC A AND BRANDED B)"

Transkripsi

1 EVALUASI KUALITAS TABLET GLIBENKLAMIDA GENERIK A DAN MEREK DAGANG B (EVALUATION QUALITY OF GLIBENCLAMIDE TABLETS GENERIC A AND BRANDED B) Sartika Dewi, Liza Pratiwi, Siti Nani Nurbaeti Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak ABSTRAK Obat merupakan salah satu aspek penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Umumnya masyarakat lebih menyukai menggunakan obat dengan merek dagang dibandingkan obat generik. Pemerintah telah menganjurkan penggunaan obat generik sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK /MENKES/0688/I/2010 tentang Kewajiban menggunakan Obat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Glibenklamida adalah hipoglikemik oral yang memiliki bioavaibilitas yang rendah. Obat ini tersedia dengan nama generik maupun merek dagang. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kualitas tablet merek dagang pabrik B. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling, dengan kriteria inklusi nomor batch yang sama dan harga. Parameter pengujian kualitas tablet yang dilakukan adalah keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, keseragaman kadar, penetapan kadar, dan disolusi. Hasil penelitian seluruh parameter menunjukkan bahwa baik tablet glibenklamida generik pabrik A maupun merek dagang pabrik B memiliki kualitas tablet yang baik. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tablet merek dagang pabrik B memiliki kekerasan, waktu hancur, dan disolusi yang tidak berbeda signifikan, tetapi memiliki bobot, ukuran, kerapuhan, dan kadar zat aktif yang berbeda signifikan. Kata kunci : tablet glibenklamida, evaluasi, generik, merek dagang. ABSTRACT Drugs is one of important things of efforts to create health. Generally, people prefer to use branded drugs than generic drugs. The government has recommend to use generic drugs as listed in Minister of Health of the Republic of Indonesia Number HK.02.02/MENKES/0688/I/2010 concerning to use of Generic Drugs in Government Healthcare Facilities. Glibenclamide is an oral hypoglycemic which had a low bioavaibillity. This medicine is available by generic and branded name. The study was aim to evaluate the quality of generic factory A and branded factory B glibenclamide tablets. The sampling technique was purposive sampling, with inklusi criteria were the same batch number and price. Parameters of tablet quality testing is done is the uniformity Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober

2 of weight, uniformity of size, hardness, friability analysis, disintegration time, uniformity preparations, determining the glibenclamide value, and dissolution test. The results showed that all parameters of both generic tablet glibenclamide factory A and branded factory B has good quality tablet. Based on the results of statistical analysis showed that the tablet generic glibenclamide factory A and branded factory B has hardness, disintegration, and dissolution are not significantly different, but it has a weight, size, friability, and the levels of active substances that different significantly. Keyword : glybenclamide tablets, evaluation, generic, branded. PENDAHULUAN Obat merupakan salah satu aspek penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Istilah obat generik dan obat dengan merek dagang sudah dikenal masyarakat. Umumnya masyarakat lebih menyukai menggunakan obat dengan merek dagang dibandingkan obat generik, karena adanya anggapan bahwa obat dengan merek dagang lebih manjur daripada obat generik, meskipun faktanya kedua obat tersebut memiliki zat berkhasiat yang sama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menganjurkan penggunaan obat-obat generik yang harganya lebih murah daripada obatobat dengan merek dagang (6). Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK /MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban menggunakan Obat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010, yang dimaksud dengan obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Prorietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Sedangkan obat generik bermerek/ bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan, dan obat paten adalah obat yang masih memliki hak paten. Obat generik maupun obat dengan merek dagang yang banyak digunakan adalah sediaan tablet. Tablet harus merupakan produk menarik yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pelunturan/pemucatan, kontaminasi, harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi, pengepakkan, serta harus mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu (3). Pengawasan kualitas produk obat dapat dilakukan dengan evaluasi yakni dengan penetapan sifat kimia, fisika, dan bioavailabilitas tablet. Pengujian tablet dilakukan tidak hanya untuk menguji kualitas, tetapi juga digunakan untuk mengembangkan formulasi tablet secara optimal (7). Pengujian tersebut meliputi uji keseragaman bobot, uji 2 Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober 2012

3 keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji kerapuhan, uji waktu hancur, uji keseragaman kandungan, penetapan kadar, dan uji disolusi. Keseragaman bobot tablet ditentukan untuk menyimpulkan ketepatan takaran, kandungan bahan aktif setiap tablet. Penyimpangan bobot tablet dapat mempengaruhi takaran/dosis bahan obat (7). Ukuran dan bentuk tablet berhubungan dengan acceptabilitas/ kemudahan tablet digunakan, dan kekerasan serta kerapuhan (4). Tablet dari hasil produksi yang sama dimana ukurannya bervariasi tidak saja akan membingungkan pasien tapi juga akan menimbulkan masalah dalam pengemasannya (1). Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadinya keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Sedangkan kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam pengikisan dan guncangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerapuhan antara lain banyaknya kandungan serbuk (fines) (4). Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur menjadi banyak partikel (7). Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran cerna, maka tablet harus hancur dan melepaskan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan (1). Setelah tablet hancur selanjutnya terjadi proses disolusi. Disolusi adalah proses suatu zat padat masuk ke dalam pelarut sehingga terlarut pada medium disolusi. Sifat disolusi suatu obat berhubungan langsung dengan aktivitas farmakologinya (5). Salah satu sediaan tablet generik yang juga memiliki berbagai merek dagang adalah glibenklamida. Glibenklamida adalah hipoglikemik oral dari golongan sulfonilurea, yang digunakan dalam pengobatan NIDDM (Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus). Obat ini merupakan obat pertama dari antidiabetika generasi ke-2 dengan khasiat hipoglikemianya yang kira-kira 100 kali lebih kuat daripada tolbutamida (6). Gianotto (2007) menyatakan bahwa glibenklamida memiliki bioavaibilitas rendah yang dikaitkan dengan sifat disolusinya yang jelek (2). Oleh karena itu perbedaan metode pabrikasi dan formulasi produk generik dan merek dagang yang dilakukan dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi kualitas tablet merek dagang pabrik B, serta mengetahui perbandingan evaluasi kualitas tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah glibenklamida BPFI, tablet glibenklamida generik pabrik A, tablet glibenklamida merek dagang pabrik B, KH 2 PO 4 p.a., NaOH p.a., HCl p.a., metanol p.a. dan aquades. Cara Kerja : Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober

4 1. Uji Keseragaman Bobot Sebanyak 20 tablet diambil kemudian ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya. Selanjutnya tablet tersebut ditimbang satu per satu dan dihitung persentase masing-masing dengan syarat, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 7,5% bobot rata-ratanya dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari 15% bobot rata-ratanya. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. 2. Uji Keseragaman Ukuran Sebanyak 10 tablet diambil, kemudian diukur diameter dan tebalnya satu per satu menggunakan jangka sorong. Selanjutnya dihitung rata-ratanya. Kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1 / 3 kali tebal tablet. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. 3. Uji Kekerasan Sebanyak 1 tablet diletakkan dengan posisi tegak lurus pada alat Hardness tester. Selanjutnya diputar penekan alat pelan-pelan sampai tablet pecah. Dibaca skala alat yang menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kilogram. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Kekerasan tablet yang baik sebesar 4-8 kg. 4. Uji Kerapuhan Sebanyak 20 tablet yang sudah dibebasdebukan ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam friability tester, diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm atau 100 kali putaran. Tablet dibebasdebukan kembali dari fines yang menempel dan dihitung persen kehilangan bobotnya. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih dapat dibenarkan. 5. Uji Waktu Hancur Sebanyak 5 tablet dimasukkan ke dalam keranjang uji disintegrasi yang berisi air suhu 36 o -38 o C kira-kira 1000 ml. Alat diturun-naikkan secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur, jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen dari zat penyalut. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Bila tidak dinyatakan waktu untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut. 6. Penetapan Kadar Tablet a. Validasi Metode 1) Linearitas dan Presisi Larutan glibenklamida dibuat dengan beberapa seri konsentrasi. Penyerapan dari setiap larutan diukur pada panjang gelombang maksimum glibenklamida dan diambil data yang nilai absorbansinya 0,2-0,8 Å. Kemudian dibuat kurva baku yang diperoleh dari beberapa seri konsentrasi glibenklamida. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Kurva tersebut dianalisis dengan menggunakan metode regresi linear sehingga diperoleh persamaan y = bx + a. 2) Akurasi Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku (Standard Addition Method), yaitu dengan mengambil 5 ml larutan sampel (25 µg/ml) dan dimasukkan ke dalam tiga gelas beker 25 ml yang masingmasing mengandung 3 ml, 5 ml dan 4 Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober 2012

5 7 ml dari larutan standar glibenklamida (25 µg/ml). Larutan ini diencerkan dengan larutan bufer fosfat ph 8,0. Sehingga larutan akhir memiliki konsentrasi 8 µg/ml, 10 µg/ml, dan 12 µg/ml. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan dianalisa. b. Pembuatan Larutan Dapar Fosfat ph 8 Larutan dapar fosfat ph 8 dibuat dengan mencampur 50,0 ml kalium dihidrogen fosfat 0,2 M dengan 46, 1 ml natrium hidroksida 0,2 N yang tertera pada daftar di bawah dan diencerkan dengan air bebas karbondioksida P secukupnya hingga 200 ml. c. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Pembuatan Kurva Baku Glibenklamida dalam Bufer Fosfat ph 8 Sebanyak 10 mg glibenklamida dilarutkan ke dalam larutan buffer fosfat ph 8 pada labu 100 ml. Dibuat beberapa seri konsentrasi larutan glibenklamida. Penyerapan dari setiap larutan diukur pada panjang gelombang maksimum glibenklamida dan diambil data yang nilai absorbansinya 0,2-0,8 Å. d. Uji Disolusi Tablet dimasukkan ke dalam alat disolusi tipe 2 (tipe dayung) yang berisi medium dapar fosfat ph 8,0 sebanyak 500 ml pada suhu 37 ± 0.5 o C dengan kecepatan pengadukan 75 rpm selama 60 menit. Diambil 5 ml sampel pada menit ke-5, 10, 15, 30, 45 dan 60. Setiap pengambilan sampel diganti dengan medium disolusi dengan volume dan suhu yang sama. Kadar glibenklamida terdisolusi pada masing-masing waktu diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. 7. Penetapan Kadar Tablet a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Pembuatan Kurva Baku Glibenklamida dalam Asam Klorida Metanol 0,1 M Sebanyak 10 mg glibenklamida dilarutkan ke dalam larutan asam klorida metanol 0,1 M pada labu 100 ml. Dibuat beberapa seri konsentrasi. Penyerapan dari setiap larutan diukur pada panjang gelombang maksimum glibenklamida dan diambil data yang nilai absorbansinya 0,2-0,8 Å. b. Keseragaman Kandungan Satu tablet diserbukkan, dihangatkan dengan 10 ml asam klorida metanol 0,1 M, dan disentrifus. Diulangi ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 10 ml asam klorida metanol 0,1 M. Didinginkan kumpulan ekstrak, ditambahkan asam klorida metanol 0,1 M hingga 50 ml. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum lebih kurang 300 nm. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. c. Penetapan Kadar Tablet Sebanyak 20 tablet ditimbang dan diserbukkan. Ditimbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 20 mg glibenklamida, dikocok dengan 40 ml asam klorida metanol 0,1 M, dipanaskan perlahanlahan dan disentrifus. Diulangi ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 20 ml asam klorida metanol 0,1 M, diencerkan kumpulan ekstrak dengan asam klorida metanol 0,1 M hingga 200 ml. Diukur serapan pada Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober

6 panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 300 nm. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penampilan Fisik Tablet Tablet glibenklamida yang digunakan dalam penelitian ini berwarna putih, yang dikemas dalam bentuk blister. Pada permukaan tablet terdapat ukiran huruf yang menjadi identitas khusus dari masing-masing tablet. Pada penelitian ini juga dilakukan uji mutu fisik tablet, yakni dengan melihat ada tidaknya kerusakan fisik pada tablet. Kerusakan ini dapat terjadi dikarenakan masalah formulasi maupun peralatan pencetakan. Tabel 1. Hasil Evaluasi Penampilan Fisik Tablet Kerusakan Capping - - Laminating - - Cracking - - Sticking - - Picking - - Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan kerusakan fisik pada tablet glibenklamida generik pabrik A maupun merek dagang pabrik B. Sehingga dapat diketahui bahwa tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B memiliki penampilan fisik yang baik. 2. Uji Keseragaman Bobot Pengujian keseragaman bobot tablet menjadi suatu hal yang harus diperhatikan karena keseragaman bobot menunjukkan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah obat yang tepat, sehingga keseragaman bobot dapat digunakan sebagai indikator awal keseragaman kadar zat aktif. Penyimpangan bobot tablet dapat terjadi karena formulasi atau peralatan yang digunakan. Tabel 2. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet Penyimpangan bobot ratarata dalam % Bobot rata-rata (mg) A B 25 15% 30% % 20% ,5% 15% > 300 mg 5% 10% Tablet glibenklamida generik dan merek dagang memiliki bobot ratarata mg maka syaratnya adalah tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang lebih besar dari 7,5% bobot rata-ratanya, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari 15% bobot rata-ratanya. Tabel 3. Hasil Uji Keseragaman Bobot Sampel Rep Bobot Rata2 (g) Syarat 7,5% 15% I 0,2033 0,2185 0,2338 II 0,2035 0,2188 0,2340 III 0,2031 0,2183 0,2336 I 0,1614 0,1735 0,1856 II 0,1616 0,1737 0,1858 III 0,1620 0,1742 0,1563 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tablet merek dagang pabrik B masingmasing memiliki bobot yang seragam 6 Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober 2012

7 sesuai dengan persyaratan Farmakope Indonesia dan perhitungan nilai persen CV. Hasil uji keseragaman bobot ini dapat dijadikan indikator awal bahwa tablet merek dagang pabrik B memiliki kadar zat aktif yang seragam. Meskipun kedua sampel ini samasama seragam tetapi apabila dibandingkan secara statistik, tablet merek dagang pabrik B memiliki bobot yang berbeda signifikan. 3. Uji Keseragaman Ukuran Uji keseragaman ukuran tablet perlu dilakukan karena keseragaman ukuran menjadi parameter acceptabilitas atau kemudahan tablet untuk digunakan. Ketidakseragaman ukuran tablet secara kasat mata dapat membuat pasien menjadi bingung dengan obat tersebut serta menimbulkan permasalahan dalam pengemasan. Tabel 4. Hasil Uji Keseragaman Ukuran Sampel Rep D ratarata T ratarata I 0,510 0,331 II 0,511 0,339 III 0,513 0,335 I 0,512 0,286 II 0,510 0,287 III 0,510 0,287 Berdasarkan hasil pengukuran diameter dan tebal tablet, dapat diketahui bahwa baik tablet glibenklamida generik pabrik A maupun merek dagang pabrik B memiliki ukuran yang seragam sesuai persyaratan Farmakope Indonesia dan memiliki kualitas ukuran yang baik. Analisis statistik menujukkan bahwa tablet glibenklamida generik pabrik A memiliki ukuran yang berbeda signifikan dengan tablet glibenklamida merek dagang pabrik B. 4. Uji Kekerasan Kekerasan merupakan parameter ketahanan tablet terhadap guncangan mekanik yang terjadi selama proses produksi, pengepakan, pendistribusian, hingga perlakuan berlebih dari konsumen. Tablet yang terlalu keras menyebabkan waktu hancurnya menjadi lebih lambat dan disolusinya rendah. Tabel 5. Hasil Uji Kekerasan Sampel Replikasi Kekerasan Rata-Rata (gram) I 5,83 II 5,83 III 5,86 I 7,51 II 7,50 III 7,80 Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa baik tablet glibenklamida generik pabrik A maupun merek dagang pabrik B memiliki kekerasan tablet yang baik. Secara statistik diketahui bahwa kekerasan tablet generik pabrik A dan merek dagang pabrik B tidak berbeda signifikan atau dapat dinyatakan bahwa kedua jenis tablet ini memiliki kualitas kekerasan yang sama baiknya. Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober

8 5. Uji Kerapuhan Kerapuhan menunjukkan nilai minimal dari kekerasan tablet. Jika tablet yang terlalu keras tidak dapat hancur dan terdisolusi dalam tubuh, maka sebaliknya tablet yang terlalu rapuh mudah menjadi serpihan atau pecah pada saat produksi, distribusi, atau bahkan saat akan digunakan pasien sehingga tablet yang rapuh akan kehilangan keindahannya dan mempengaruhi nilai acceptabilitas dari konsumen. Selain itu tablet yang rapuh dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet yang pada akhirnya dapat mempengaruhi jumlah atau kadar zat aktifnya. Tabel 6. Hasil Uji Kerapuhan Sampel Replikasi % Kerapuhan I 0,179 II 0,113 III 0,182 I 0,034 II 0,012 III 0,006 Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B memiliki kualitas kerapuhan yang baik. Secara statistik, terlihat bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kerapuhan tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B. 6. Uji Waktu Hancur Waktu hancur merupakan salah satu faktor yang menentukan cepat atau lambatnya obat diabsorpsi dan menimbulkan efek terapi, karena waktu hancur merupakan proses awal nasib tablet di dalam tubuh. Tabel 7. Hasil Uji Waktu Hancur Sampel Replikasi Waktu Hancur rata-rata (detik) I 16,8 II 15 III 14,2 I 14 II 14,6 III 12,2 Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa baik tablet glibenklamida generik pabrik A maupun merek dagang pabrik B memenuhi persyaratan waktu hancur (disintegrasi) sesuai dengan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi III. Berdasarkan hasil analisis parametrik t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara waktu hancur tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B atau kedua jenis tablet ini memiliki kualitas waktu hancur yang sama baiknya. 7. Validasi Metode Spektrofotometri Pada penelitian ini dilakukan validasi metode analisa adopsi, hal ini dikarenakan sebelumnya telah dilakukan pengukuran kadar tablet glibenklamida dengan menggunakan metode spektrofotometri. Oleh karena itu, parameter yang digunakan adalah linearitas, presisi, dan akurasi. 8 Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober 2012

9 Tabel 8. Hasil Uji Linearitas No Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi (Å) 1 4 0, , , ,602 Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh persamaan kuva baku y = 0,033 x + 0,203, dengan nilai linearitas sebesar 0, Sedangkan presisi sebesar 0,0977. Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa peningkatan konsentrasi mengakibatkan nilai absorbansi semakin besar. Hal ini diperjelas dengan kurva berikut ini. 1 0, Gambar 1. Kurva Linearitas Glibenklamida dalam Larutan Buffer Fosfat ph 8 Tabel 9. Hasil Perolehan Kembali C A Awal A Akhir % Recovery 8 µg/ml 10 µg/ml 0,2037 0, ,76 0,2037 0,463 98,5 0,2037 0,465 99,25 0,2037 0, ,6 0,2037 0,529 98,8 0,2037 0,531 99,4 0,2037 0,596 99,25 12 µg/ml 0,2037 0, ,2037 0, ,75 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa % perolehan kembali memenuhi syarat akurasi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa metode spektrofotometri memenuhi parameter yang telah ditentukan. 8. Uji Disolusi Disolusi merupakan faktor yang sangat penting dalam kontrol kualitas tablet, karena kecepatan melarut obat berhubungan langsung dengan kemanjuran (efikasi). Uji disolusi tablet glibenklamida menggunakan larutan buffer fosfat ph 8 karena glibenklamida diresorpsi lengkap di usus, khususnya ileum yang merupakan bagian terakhir dari usus halus yang memiliki ph 7-8. Akurasi (ketelitian) menunjukkan nilai hasil pengukuran memiliki nilai yang sama atau hampir sama dengan nilai sebenarnya. Nilai ini dinyatakan dengan % perolehan kembali (recovery). Syarat akurasi yang baik adalah sebesar %. Hasil pengujian perolehan kembali ditunjukkan pada tabel berikut ini: Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober

10 Tabel 10. Hasil Uji Disolusi t % kadar terdisolusi (%) Sampel (menit) I II III 5 67,16 68,72 68, ,67 89,46 82, ,63 97,05 86, ,06 97,86 94, ,62 98,60 98, ,34 99,57 99, ,94 85,04 75, ,45 87,38 78, ,08 89,31 90, ,85 91,62 91, ,86 97,65 95, ,87 99,92 98,05 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B memiliki kualitas disolusi yang baik. Berdasarkan analisis statistik dapat diketahui bahwa tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B memiliki kualitas disolusi yang sama baiknya. 9. Uji Keseragaman Kandungan Kurva kalibrasi untuk keseragaman kadar dan penetapan kadar digunakan dengan melarutkan glibenklamida dalam larutan asam klorida metanol 0,1 M. Hasil pengukuran seri konsentrasi glibenklamida dalam asam klorida metanol 0,1 M ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 11. Hasil Pengukuran Seri Kadar Glibenklamida dalam Asam Klorida Metanol 0,1 M No Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi (Å) , , , ,480 Berdasarkan hasil di atas diperoleh nilai regresi linear y = 0,00687 x Kurva linearitas glibenklamida dalam larutan asam klorida metanol 0,1 M ditunjukkan pada gambar berikut: 0,6 0,4 0,2 0 Gambar Kurva Linearitas Glibenklamida dalam Larutan Asam Klorida Metanol 0,1 M Pengujian keseragaman kandungan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tiap tablet mengandung sejumlah zat aktif yang sama. Ketidakseragaman kandungan dapat mengakibatkan adanya variasi efek yang ditimbulkan. 10 Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober 2012

11 Tabel 12. Hasil Uji Keseragaman Kandungan Sampel Rep A % Kadar I 0, ,63 II 0, ,85 III 0, ,04 I 0, ,78 II 0, ,85 III 0, ,84 Berdasarkan hasil uji keseragaman kadar yang ditunjukkan pada tabel di atas diketahui bahwa tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B memiliki kandungan yang seragam. Hal ini berkorelasi positif dengan keseragaman bobot yang dilakukan sebelumnya. Sehingga dalam penelitian ini, keseragaman bobot tablet glibenklamida dapat digunakan sebagai indikator awal keseragaman kandungan zat aktifnya. Perbandingan kadar zat aktif tablet merek dagang pabrik B menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kedua produk ini. 10. Penetapan Kadar Tablet Penetapan kadar zat aktif perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tiap tablet mengandung zat aktif sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia. Setiap tablet memiliki persyaratan masing-masing kadar zat aktif yang dikandungnya. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV, tablet glibenklamida mengandung glibenklamida, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari jumlah yang tertera pada etiket. Tabel 13. Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Sampel Rep A % Kadar I 0, ,81 II 0, ,97 III 0, ,87 I 0, ,11 II 0, ,67 III 0, ,38 Berdasarkan hasil penetapan kadar di atas, terlihat bahwa baik tablet glibenklamida generik pabrik A maupun merek dagang pabrik B masing-masing memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa meskipun tablet merek dagang pabrik B sama-sama memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia tetapi keduanya memiliki kualitas yang tidak sama. 11. Evaluasi Uji Kekerasan, Kerapuhan, Waktu Hancur dan Disolusi Kekerasan, kerapuhan, waktu hancur dan disolusi merupakan parameter evaluasi kualitas tablet yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Tablet yang keras memiliki kerapuhan yang rendah sehingga tidak mudah menjadi serpihan, begitu pula sebaliknya. Tabel 14. Evaluasi Uji Kekerasan, Kerapuhan, Waktu Hancur dan Disolusi Sampel Kekerasan (kg) Kerapuhan (%) Waktu Hancur (detik) Disolusi (%) 5,83 0,179 16,8 99,34 5,83 0, ,57 5,86 0,182 14,2 99,99 7,51 0, ,05 7,50 0,012 14,6 99,92 7,80 0,006 12,2 95,96 Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober

12 Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat korelasi antara kekerasan, kerapuhan, waktu hancur dan disolusi. Tablet glibenklamida generik pabrik A memiliki nilai kekerasan yang kecil maka nilai kerapuhannya besar, sebaliknya tablet glibenklamida merek dagang pabrik B memiliki nilai kekerasan yang besar maka nilai kerapuhannya kecil. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara kekerasan terhadap waktu hancur dan disolusi tablet. Meskipun tablet merek dagang pabrik B memiliki perbedaan kekerasan tetapi waktu hancur dan kadar disolusinya tidak berbeda signifikan. 12.Evaluasi Keseragaman Bobot dan Keseragaman Ukuran Keseragaman bobot tablet dapat menjadi indikator awal keseragaman kadar/kandungan zat aktif 5. Tiap tablet mengandung sejumlah zat aktif yang telah dicampur dengan eksipien lainnya hingga homogen. Perbedaan bobot tablet dapat menyebabkan variasi kandungan zat aktifnya sehingga mempengaruhi efek yang ditimbulkan. Tabel 15. Evaluasi Koefisien Variasi Keseragaman Bobot dan Kadar Sampel Bobot (%CV) Kadar (%CV) 1,41 0,78 1,2 0,8 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B memiliki bobot dan kadar yang seragam karena nilai % koefisien variasi tidak lebih dari 5%. Hal ini menujukkan adanya korelasi positif diantara keduanya. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa keseragaman bobot merupakan indikator awal keseragaman kadar tablet glibenklamida. KESIMPULAN 1. Hasil evaluasi kualitas tablet merek dagang pabrik B menunjukkan bahwa baik glibenklamida generik pabrik A maupun merek dagang pabrik B memiliki kualitas yang baik. 2. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tablet merek dagang pabrik B memiliki kekerasan, waktu hancur, dan disolusi yang sama baiknya, tetapi memiliki bobot, ukuran, kerapuhan, dan kadar zat aktif yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA 1. Ansel, Howard C Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 2. Gianotto, Elisabeth A. dos S., Arantes, R.P., Filho, Maurilio J.L., Filho, Alexandre C.S.C., Nery, Marlene M.F., Dissolution Test for Glibenclamide Tabltes. Quim, Nova, Vol. 30, No qnol/2007/vol30n5/30- AR06316.pdf (diakses pada tanggal 30 Oktober 2011). 3. Lachman, Leon., Lieberman, Herbert A., dan Kanig, Joseph Teori dan Praktek Farmasi 12 Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober 2012

13 Industri II, edisi ketiga. Siti Suyatmi (Alih Bahasa). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 4. Parrot, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3rd Ed, Minneapolis: Burger Publishing Company. 5. Sulaiman, Teuku Nanda Saifullah Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta: Lab. Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. 6. Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana Obat-Obat Penting, edisi Keenam. Jakarta: Gramedia. 7. Voigt, Rudolf Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Soewandhi, Soendani Noerono (Alih Bahasa). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 8. Sulaiman, Teuku Nanda Saifullah Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta: Lab. Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura Volume XXVI Oktober

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco chemical),

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Oleh : Fitri Wijayanti

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG Maria Dona Octavia 1, Fitriani 1, Firmansyah 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi STIFARM, Padang 2 Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG Mikhania: Perbandingan Sifat Fisik Tablet 7 PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG Mikhania C.E. *, Dewi rashati, Dadang Putra Mardigantara Akademi Farmasi

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan melakukan percobaan disolusi tablet floating metformin HCl dan tablet

Lebih terperinci

UJI KEKERASAN, KEREGASAN, DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN

UJI KEKERASAN, KEREGASAN, DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN UJI KEKERASAN, KEREGASAN, DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN Yos Banne, Selfie P.J. Ulaen, Fifiliane Lombeng Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Abstrak : Salah satu bentuk sediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI),

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN OBAT TERHADAP KUALITAS TABLET VITAMIN C DI PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK KOTA

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN OBAT TERHADAP KUALITAS TABLET VITAMIN C DI PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK KOTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN OBAT TERHADAP KUALITAS TABLET VITAMIN C DI PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK KOTA Oleh : NOVA LESTARI NIM : I 211 09 028 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI Dwi Elfira Kurniati*, Mirhansyah Ardana, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2.

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2. FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Sugiyono 1), Siti Komariyatun 1), Devi Nisa Hidayati 1) 1) Program S1 Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80 PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80 Ratih Hapsari Gunawi, Dhadhang Wahyu Kurniawan*, Vitis Vini Fera Ratna Utami Universitas Jenderal Soedirman-Purwokerto *korespondensi:

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MUTU FISIK DAN PROFIL DISOLUSI TABLET GLIBENKLAMIDA MERK DAGANG DAN GENERIK MAKALAH

PERBANDINGAN MUTU FISIK DAN PROFIL DISOLUSI TABLET GLIBENKLAMIDA MERK DAGANG DAN GENERIK MAKALAH PERBANDINGAN MUTU FISIK DAN PROFIL DISOLUSI TABLET GLIBENKLAMIDA MERK DAGANG DAN GENERIK MAKALAH Oleh : ANITA EDYANINGRUM K 100040039 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi

Lebih terperinci

SIFAT FISIK TABLET DIHYDROARTEMISININ-PIPERAQUIN (DHP) SEDIAAN GENERIK DAN SEDIAAN DENGAN NAMA DAGANG YANG BEREDAR DI KOTAMADYA JAYAPURA

SIFAT FISIK TABLET DIHYDROARTEMISININ-PIPERAQUIN (DHP) SEDIAAN GENERIK DAN SEDIAAN DENGAN NAMA DAGANG YANG BEREDAR DI KOTAMADYA JAYAPURA SIFAT FISIK TABLET DIHYDROARTEMISININ-PIPERAQUIN (DHP) SEDIAAN GENERIK DAN SEDIAAN DENGAN NAMA DAGANG YANG BEREDAR DI KOTAMADYA JAYAPURA Syamsia 1), Rani Dewi Pratiwi 2), Susana 1) 1) Prodi Farmasi Poltekkes

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UV PADA ANALISIS PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET GENERIK

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UV PADA ANALISIS PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET GENERIK VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UV PADA ANALISIS PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET GENERIK, Riza Alfian Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin E-mail : siska.musiam@gmail.com ABSTRAK Pengawasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MUTU FISIK DAN PROFIL DISOLUSI TABLET GRISEOFULVIN MERK DAGANG DAN GENERIK MAKALAH

PERBANDINGAN MUTU FISIK DAN PROFIL DISOLUSI TABLET GRISEOFULVIN MERK DAGANG DAN GENERIK MAKALAH PERBANDINGAN MUTU FISIK DAN PROFIL DISOLUSI TABLET GRISEOFULVIN MERK DAGANG DAN GENERIK MAKALAH Oleh : MONICA YUSLINADIA K 100 040 089 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013

Lebih terperinci

PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN MEREK DAN GENERIK. Mutiara Poetri Nurtanti, Anjar Mahardian Kusuma, Agus Siswanto

PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN MEREK DAN GENERIK. Mutiara Poetri Nurtanti, Anjar Mahardian Kusuma, Agus Siswanto PROFIL DISOLUSI TERBANDING TABLET RIFAMPISIN MEREK DAN GENERIK Mutiara Poetri Nurtanti, Anjar Mahardian Kusuma, Agus Siswanto Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh,

Lebih terperinci

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 17 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Lampiran. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah Berat kentang

Lebih terperinci

UJI DISOLUSI TERBANDING TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA GENERIK BERLOGO DAN BERMEREK

UJI DISOLUSI TERBANDING TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA GENERIK BERLOGO DAN BERMEREK UJI DISOLUSI TERBANDING TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA GENERIK BERLOGO DAN BERMEREK COMPARATIVE DISSOLUTION TEST OF GENERIC DAN BRANDED TABLET METFORMIN HIDROCHLORIDA TABLETS Devia Permata Sari 1, T.N.

Lebih terperinci

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN VALIDASI METODE UNTUK PENETAPAN KADAR CIPROFLOXACIN DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET Herlinda I.P Tjaboali 1), Fatimawali 1), Defny S. Wewengkang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E Apriani, N.P 1, Arisanti, C.I.S 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati Lampiran 1. Flow Sheet Pembuatan Pati Kentang Kentang Residu Filtrat Ditimbang ± 10 kg Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong Diblender hingga halus Disaring dan diperas menggunakan kain putih yang bersih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 LAMPIRAN Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2 NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 1 3,0000 0,226 0,678 9,0000 0,051076 2 4,2000 0,312 1,310 17,64 0,0973 3 5,4000 0,395 2,133

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT Nursiah Hasyim 1, Mirawati 2, dan Sri Sulistiana 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan cairan tubuh manusia yaitu plasma secara in vitro. 3.2 Subyek Penelitian Subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Dibuat formula untuk 100 tablet, berat pertablet 00 mg dan penampang tablet 9 mm. Berat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR TABLET ASAM MEFENAMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR TABLET ASAM MEFENAMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR TABLET ASAM MEFENAMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET Noviny Ramayany Uno 1), Sri Sudewi 1), Widya Astuty Lolo 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PENGARUH ph MEDIUM TERHADAP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tablet Floating Metformin HCl Tablet floating metformin HCl merupakan obat diabetes yang dalam bentuk lepas lambat dengan sistem densitas kecil, memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara internasional obat dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Percobaan Ibuprofen, HPMC 6 cps (Shin-Etsu), PVP K-30, laktosa, acdisol, amprotab, talk, magnesium stearat, kalium dihidrogen fosfat, natrium hidroksida, natrium dihidrogen fosfat,

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI GALENIKA Journal of Pharmacy Kusumawati/Galenika Vol. 1 (2) : 73 - Journal 78 of Pharmacy ISSN : 2442-8744 October 2015 FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI Metodologi yang dilakukan pada kaplet Omefulvin produksi PT.MUTIFA Medan adalah uji disolusi dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung dengan kecepatan rotasi 100 rpm dan waktu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 56 Lampiran 2. Gambar tanaman singkong (Manihot utilissima P.) Tanaman Singkong Umbi Singkong Pati singkong 57 Lampiran 3. Flowsheet isolasi pati singkong Umbi singkong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam klorida pekat 37% (Merck KG aa), akuadestilata, sampel hand body lotion, standar

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH Lindawati Damidjan, Iskandar Soedirman, Dwi Hartanti Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv INTISARI... xv ABSTRACT... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV Vis V-530 (Jasco, Jepang), fourrier transformation infra red 8400S (Shimadzu, Jepang), moisture analyzer

Lebih terperinci

UJI PRESISI DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LOSARTAN INOVATOR DAN COPY PRODUCT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBLE

UJI PRESISI DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LOSARTAN INOVATOR DAN COPY PRODUCT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBLE UJI PRESISI DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LOSARTAN INOVATOR DAN COPY PRODUCT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBLE Wahyunita Yulia Sari, Ika Yuni Astuti, Didik Setiawan Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI. UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi, Jl. Letjen Soeprapto Telanaipura Jambi

Lebih terperinci

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah Jurnal Farmasi Indonesia, November 2010, hal 62-66 ISSN: 1693-8615 Vol. 7 No. 2 Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. vii DAFTAR ISI.. viii DAFTAR GAMBAR. xi DAFTAR TABEL. xiii DAFTAR LAMPIRAN. xiv INTISARI.. xv ABSTRAC. xvi BAB I. PENDAHULUAN. 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH.. 1 B. PERUMUSAN MASALAH..

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL Awal P, Yun Astuti Nugroho Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan Kem Kes RI E-mail: b2p2to2t@gmail.com

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Spektrofotometer UV-visibel (Genesys 10), cawan conway dengan penutupnya, pipet ukur, termometer, neraca analitik elektrik C-200D (Inaba Susakusho),

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AVAILABILITAS IN VITRO TABLET METRONIDAZOL PRODUK GENERIK DAN PRODUK DAGANG SKRIPSI

PERBANDINGAN AVAILABILITAS IN VITRO TABLET METRONIDAZOL PRODUK GENERIK DAN PRODUK DAGANG SKRIPSI PERBANDINGAN AVAILABILITAS IN VITRO TABLET METRONIDAZOL PRODUK GENERIK DAN PRODUK DAGANG SKRIPSI Oleh: DIAH MUSTIKA RHOIHANA K 100 030 189 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UJI SENSITIVITAS PEREAKSI PENDETEKSI KUNING METANIL DI DALAM SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI CAHAYA TAMPAK Oleh: Novi Yantih

Lebih terperinci

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam klorida pekat 37% (Merck KG, aa), sampel krim, metil paraben pa (Brataco), dan propil paraben

Lebih terperinci

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL Wiranti Sri Rahayu*, Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Devi Ratnawati Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

UJI BIOEKIVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID

UJI BIOEKIVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID UJI BIOEKIVALENSI IN VITRO PRODUK OBAT BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO YANG MEGANDUNG FUROSEMID Ni Luh Dewi Aryani, Christina Avanti, Siti Aisyah, Anis Thohiroh Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya

Lebih terperinci

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) METOKLOPRAMIDA HCl MENGGUNAKAN KOMBINASI KROSPOVIDON DAN Ac-Di-Sol DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) METOKLOPRAMIDA HCl MENGGUNAKAN KOMBINASI KROSPOVIDON DAN Ac-Di-Sol DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) METOKLOPRAMIDA HCl MENGGUNAKAN KOMBINASI KROSPOVIDON DAN Ac-Di-Sol DENGAN METODE CETAK LANGSUNG SKRIPSI OLEH: SARIATY FARAH DIBA NIM 071501080 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET PARASETAMOL DENGAN KOMBINASI Ac-Di-Sol DAN PVP K-30 MENGGUNAKAN METODE FACTORIAL DESIGN

OPTIMASI FORMULA TABLET PARASETAMOL DENGAN KOMBINASI Ac-Di-Sol DAN PVP K-30 MENGGUNAKAN METODE FACTORIAL DESIGN OPTIMASI FORMULA TABLET PARASETAMOL DENGAN KOMBINASI Ac-Di-Sol DAN PVP K-30 MENGGUNAKAN METODE FACTORIAL DESIGN RICHARD HARTONO LEHMAN 2443005022 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Abstrak

Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Abstrak PROFIL DISOLUSI TABLET IBUPROFEN MENGGUNAKAN VARIASI DISINTEGRAN SHEFFIELD TM TABLETTING SYSTEM DTHV, SHEFFIELD TM TABLETTING SYSTEM DTFD, DAN AVICEL PH 102 Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN METODE FACTORIAL DESIGN

OPTIMASI FORMULA TABLET ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN METODE FACTORIAL DESIGN OPTIMASI FORMULA TABLET ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN METODE FACTORIAL DESIGN FILLICYA THELVYANTHIE 2443005093 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK OPTIMASI FORMULA

Lebih terperinci

BEBY YUNITA

BEBY YUNITA PENGGUNAAN AVICEL PH 102/SDL SEBAGAI FILLER- BINDER DAN Ac-Di-Sol/CROSPOVIDONE SEBAGAI SUPERDISINTEGRANT PADA OPTIMASI FORMULA TABLET IBUPROFEN DENGAN METODE CETAK LANGSUNG BEBY YUNITA 2443007025 FAKULTAS

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Wiranti Sri Rahayu, Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Fauziah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Pupuk SP-36 SNI

Pupuk SP-36 SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk SP-36 ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang mengarah pada pengembangan metode dengan tujuan mengembangkan spektrofotometri ultraviolet secara adisi standar

Lebih terperinci

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO Sriwidodo, Boesro Soebagio, Ricki Maranata S Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Nia Kurniasih: Evaluasi Mutu Tablet Parasetamol Generik Dibandingkan Dengan Tablet Parasetamol Non Generik

Nia Kurniasih: Evaluasi Mutu Tablet Parasetamol Generik Dibandingkan Dengan Tablet Parasetamol Non Generik EVALUASI MUTU TABLET PARASETAMOL GENERIK DIBANDINGKAN DENGAN TABLET PARASETAMOL NON GENERIK Nia Kurniasih, Panji Wahlanto, Nikeu Herawati Prodi DIII Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: nia.umifaiz@gmail.com

Lebih terperinci

UJI PERBANDINGAN SIFAT FISIK OBAT CETIRIZINE GENERIK ANTARA PRODUKSI PABRIK A, B, DAN C

UJI PERBANDINGAN SIFAT FISIK OBAT CETIRIZINE GENERIK ANTARA PRODUKSI PABRIK A, B, DAN C UJI PERBANDINGAN SIFAT FISIK OBAT CETIRIZINE GENERIK ANTARA PRODUKSI PABRIK A, B, DAN C Reski Yalatri Wirastuty Program Studi D3 Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar (reskiyalatri89@gmail.com) ABSTRAK

Lebih terperinci

Uji Disolusi Beberapa Tablet Parasetamol yang Ada di Perdagangan

Uji Disolusi Beberapa Tablet Parasetamol yang Ada di Perdagangan Uji Disolusi Beberapa Tablet Parasetamol yang Ada di Perdagangan Maria Dona Octavia, Resita Sandra dan Auzal Halim Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang ABSTRACT The dissolution test four generic

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat adalah suatu bahan baik zat kimia, hewani, maupun nabati dalam dosis yang layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit dan gejalanya, baik

Lebih terperinci

Pupuk kalium sulfat SNI

Pupuk kalium sulfat SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk kalium sulfat ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4

Lebih terperinci

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi 11.5% (Formula 4). Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat tablet 50 mg dan diameter

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AVICEL PH 102/EMCOMPRESS SEBAGAI FILLER-BINDER

PENGGUNAAN AVICEL PH 102/EMCOMPRESS SEBAGAI FILLER-BINDER PENGGUNAAN AVICEL PH 102/EMCOMPRESS SEBAGAI FILLER-BINDER DAN SSG/CROSPOVIDONE SEBAGAI SUPERDISINTEGRANT PADA OPTIMASI FORMULA TABLET IBUPROFEN DENGAN METODE CETAK LANGSUNG GRACESYA FLORENSYA TENY 2443007017

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI. OLEH: Yanti Juliatri NIM

PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI. OLEH: Yanti Juliatri NIM PENGUJIAN MUTU BENTUK SEDIAAN NATRIUM DIKLOFENAK YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Unta

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MUTU TABLET KUNYAH ANTASIDA YANG MENGANDUNG FAMOTIDIN YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI

PEMERIKSAAN MUTU TABLET KUNYAH ANTASIDA YANG MENGANDUNG FAMOTIDIN YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI PEMERIKSAAN MUTU TABLET KUNYAH ANTASIDA YANG MENGANDUNG FAMOTIDIN YANG BEREDAR DI APOTEK KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH: FEBRIN BELINA MALAU NIM 111524089 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

Pupuk tripel super fosfat plus-zn Standar Nasional Indonesia Pupuk tripel super fosfat plus-zn ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci