BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum peneltian Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri merupakan sekolah yang terdiri dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Pertama. Sekolah Luar Biasa (SLB) didirikan khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus. Di SLB ini ada berbagai anak yang mengalami berkebutuhan khusus mulai dari cacat mental sampai cacat fisik. Penelitian dilakukan berawal dari keinginan peneliti untuk mengetahui bagaimana koping pada ibu yang memiliki anak tunagrahita mengingat adanya dampak pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Penelitian ini di mulai dengan mendapatkan ijin dari kepala sekolah SLB Negeri pada 27 April 2016, peneliti kemudian menghubungi responden dan mulai melakukan penelitian sejak 28 April Dalam penelitian ini ada beberapa kendala yang di alami yaitu awalnya ada responden yang tidak bersedia karena malu, sehingga peneliti harus mencari penggantinya. Proses wawancara dilakukan berdasarkan guide line atau panduan pertanyaan wawancara yang sudah disiapkan 28

2 29 peneliti. Tapi yang ditanyakan tidak berurutan sesuai dengan susunan pertanyaan peneliti sebelumnya, karena saat wawancara berlangsung peneliti mengembangkannya sehingga proses wawancara lebih santai dan bisa mendapatkan informasi sesuai yang peneliti harapkan. Selama wawancara berlangsung peneliti merekam semua pembicaraan antara responden dan peneliti yang dianggap penting dan mendukung hasil wawancara, dalam merekam ini awalnya ada responden yang tidak mau karena takut suara mereka disebarluaskan di media namun karena peneliti menjelaskan kalau hasil rekaman ini peneliti saja yang mendengarkan barulah mereka mau diwawancarai Gambaran umum responden Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada empat responden ibu yang memiliki anak tunagrahita. Secara umum identitas ke empat responden tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. Tebel 4.1. Gambaran umum responden R1 R2 R3 R4 Nama Ibu W Ibu H Ibu A Ibu K Umur Asal Salatiga Salatiga Salatiga Salatiga Agama Islam Islam Katolik Islam Pendidikan SMA SMA SMA SMA

3 30 a. Responden 1 Responden 1 merupakan ibu yang memiliki anak tunagrahita yang berasal dari Salatiga. Saat peneliti meminta (R1) untuk menjadi responden penelitian, R1 bersedia dan wawancara dilakasanakan pada tanggal 28 April 2016 pukul di SLB Negeri Salatiga. Wawancara dimulai dengan peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian tersebut dan wawancara dilakukan sekitar 2 jam lebih. Responden 1 adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara. R1 mengatakan anaknya sudah ± 2 tahun sekolah di SLB Negeri Salatiga dan sekarang dan sekarang kelas 1 SD. a. Responden 2 Responden 2 merupakan ibu yang memiliki anak tunagrahita yang berasal dari Salatiga. Saat peneliti meminta R2 untuk menjadi responden penelitian, R2 bersedia dan wawancara dilakasanakan pada tanggal 29 April 2016 pukul di SLB Negeri Salatiga. Wawancara dimulai dengan peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian tersebut dan wawancara dilakukan sekitar 2 jam lebih. Responden 2 adalah anak ke 4 dari 7 bersaudara. R2 mengatakan anaknya sudah ± 4 tahun

4 31 sekolah di SLB Negeri Salatiga dan sekarang kelas 4 SD. Selain itu R2 dengan senang hati menjawab pertanyaanpertanyaan yang ditanyakan peneliti b. Responden 3 Responden 3 merupakan ibu yang memiliki anak tunagrahita yang berasal dari Salatiga. Saat peneliti meminta (R3 menjadi responden penelitian, R3 bersedia dan wawancara dilakasanakan pada 2 Mei 2016 pukul di SLB Negeri Salatiga. Wawancara dimulai dengan peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian tersebut dan wawancara dilakukan sekitar ± 3 jam. Responden 1 adalah anak dari ke 3 dari 4 bersaudara. R3 mengatakan anaknya sudah 3 tahun sekolah di SLB Negeri Salatiga dan sekarang kelas 2 SD, selama proses wawancara berlangsung R3 agak malu dalam menjawab pertanyaan. c. Responden 4 Responden 4 merupakan ibu yang memiliki anak tunagrahita yang berasal dari Salatiga. Saat peneliti meminta (R4) untuk menjadi responden penelitian, R4 bersedia dan wawancara dilakasanakan pada tanggal 3 Mei 2016 pukul di SLB Negeri Salatiga. Wawancara dimulai dengan peneliti menjelaskan tujuan

5 32 dari penelitian tersebut dan wawancara dilakukan sekitar 2 jam lebih. Responden 4 adalah anak dari ke 2 dari 4 bersaudara. R4 mengatakan anaknya sudah 1 tahun sekolah di SLB Negeri Salatiga Deskrispi Hasil penelitian 1. Bentuk problem focused coping a. Usaha langsung (confrontive coping) Pada aspek ini hasil penelitian didapatkan bahwa semua ibu yang memiliki anak tunagrahita melakukan suatu bentuk usaha secara langsung, ketika anaknya mulai menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini bentuk usaha secara langsung yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi yaitu responden melakukan usaha dengan cara membawa anaknya ke dokter, terapi di rumah sakit, ada juga salah satu responden juga melakukan dengan cara pengobatan alternatif lainnya misalnya ke tukang pijat saraf, tindakan seperti ini di lakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi secara langsung. Berikut ini pernyataan ini responden yang menggunakan usaha langsung dengan melakukan pengobatan medis...saya langsung mencari informasi dengan pergi ke dokter (R1)

6 33...Saat saya tahu anak saya mengalami masalah, saya langsung mencari informasi dengan pergi kedokter, terapi atau hal lainnya (R2) Sementara itu salah satu responden lainnya mengatakan bahwa bentuk usaha langsung yang dilakukan selain pergi ke dokter juga dilakukan dengan cara terapi. Berikut pernyataan responden yang mengatakan usaha langsung langsung yang dilakukan dengan cara terapi:...setiap dia kejang periksa kedokter (R3) saya langsung bawa Selain itu ada salah satu responden yang juga mengatakan bahwa usaha langsung lainnya yang dilakukan yaitu dengan cara pergi ke tukang pijat saraf. Berikut pernyataan responden yang mengatakan usaha langsung yang dilakukan dengan cara pergi ke tukang pijat:...dari umur 7 bulan dia sering kejang saya langsung bawa dia ke tukang pijat syaraf, dokter dan terapi 24-25, 104 (R4) b. Mencari dukungan sosial (seeking social emotional support) Dalam aspek ini hasil penelitian didapatkan bahwa semua responden melakukan usaha pencarian informasi dalam bentuk dukungan sosial yang coba dilakukan oleh responden terhadap masalah yang

7 34 dihadapi, hal in responden lakukan dengan cara bertanya kepada ibunya, saudaranya, teman, dan lingkungan sekitar. Pencarian dukungan sosial yang dilakukan responden yaitu baik internal maupun eksternal. Beberapa responden lainnya dalam penelitian ini cenderung mencari dukungan sosial untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari keluarga atau orang sekitar responden. Ibu merasakan kenyamanan ketika ibu menceritakan masalah yang ada dan mendapatkan dukungan yang diberikan seseorang sehingga ibu merasa tenang dari situasi yang membuatnya merasa sedih saat menghadapi masalah tersebut. Berikut ini pernyataan responden sebagai pencarian dukungan sosial :...Saya minta pendapat suami juga untuk jalan keluarnya, neneknya,kakeknya, dan tetangga-tetangga juga kadang bantu (R1)...saya minta bantuan suami, atau dukungan dari nenek sama kakeknya, adek kandung saya juga 67-70) (R3)....Bapak sama neneknya dan saudara lainnya juga membantu 72, (R4) Sementara itu responden 2 mengungkapkan pencarian dukungan eksternal didapatkan dari teman dengan cara berbagi cerita untuk memperoleh solusi terhadap masalah yang dihadapi. Berikut ini pernyataan responden dalam melakukan usaha mencari dukungan:

8 35...saya perkenalkan sama teman-teman saya, dengan begitu teman-teman saya tahu keadaan anak saya dan saya bisa punya teman untuk bercerita siapa tahu ada solusi yang bisa mereka berikan, walaupun tidak semua bisa menerima dengan baik tapi saya cuek saja mbak R ) (R2) c. Perencanaan pemecahan masalah (plan problem solving) Pada aspek ini didapatkan hasil penelitian bahwa semua responden melakukan perencanaan untuk memecahkan yang dihadapi. responden 1 dan 2 melakukan dengan cara merawat anak mereka secara hati-hati sedangkan responden 3 dan 4 melakukan dengan cara mengajarkannya dirumah dan saat ini ke empat responden tersebut menyekolahkan anaknya di sekolah luar biasa (SLB) Negeri Salatiga. Berikut ini pernyataan responden dalam merawat anak secara hatihati...ya sabar gitu mbak, saya merawatnya seperti anak yang lain cuma kalau yang ini harus harus diawasi selama 24 jam, kalau main juga harus diawasi (R1)...Iya solusinya saya mencoba untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan saya (R2) Sementara itu dua responden lainnya mengatakan bahwa perencanaan masalah yang dilakukan yaitu dengan cara mengajarkan dirumah membaca dan

9 36 menulis. Berikut pernyataan responden dalam mengajarkan anaknya dirumah....dulu awalnya kan dia lambat dalam segala hal, usaha yang sudah saya lakukan hingga ini yaitu mengajarnya membaca dan menulis dirumah serta aktivitas lainnya lagi biar dia bisa mengerti (R3)...saya mengajarkannya nulis dan baca serta memberikan perhatian yang lebih 104 (R4) Selain melakukan usaha dalam merawat anak dengan mengajarkannya di rumah saat ini semua responden 1 sampai 4 juga melakukan usaha pemecahan masalah yaitu dengan cara menyekolahkannya di SLB Negeri Salatiga. Sebelumnya ada salah satu responden juga yang memasukkan anaknya di sekolah taman kanak-kanak umum yang normal, namun secara bertahap responden menyadari keterbatasan anaknya sehingga memasukkannya di sekolah luar biasa (SLB). Berikut pernyataan responden yang menyekolahkan anaknya di TK umum sebelum di SLB:...sebelum masuk sini kan dia sekolah di TK umum mbak, jadi kalau waktu bermain begitu dia sering sendirian sedangkan teman-temannya yang lain main bersama melihat hal seperti akhirnya saya memutuskan untuk memasukkan nya di SLB (R3) 2. Bentuk emotional focused coping a. Mengembangkan pola pikir secara positif (distancing)

10 37 Pada aspek ini hasil penelitian didapatkan bahwa responden melakukan usaha terhadap keadaan yang dihadapi dengan cara mengembangkan pola pikir secara positif terhadap keadaan yang dihadapi. Dalam hal mengembangkan pola pikir secara positif responden mencoba untuk menggunakan pikiran yang penuh harapan dalam mengatasi permasalahan mengenai anaknya yang tunagrahita. Dalam mengembangkan pola pikir secara positif dilakukan adalah berharap anaknya ada perubahan dalam perkembangan kognitifnya selama sekolah di SLB. Pikiran-pikiran yang penuh harapan tersebut seperti berharap anak mereka bisa menulis, membaca dan hidup normal seperti anal lain pada umumnya. Berikut pernyataan responden dalam melakukan usaha dengan cara membuat harapan positif tehadap keadaan yang mereka hadapi:...harapan saya ke depannya anak saya bisa mandiri mbak, dia bisa nulis dan baca itu saya sudah bersyukur mbak R )...Saya harus bepikir optimis terus mbak kedepannya anak saya pasti bisa normal seperti orang lain 106 (R4) Salah satu responden lainnya juga mengatakan bahwa dia berharap jika ada perubahan selama anaknya sekolah di SLB maka anaknya akan dipindahkan ke

11 38 sekolah umum seperti anak normal lainnya. Berikut pernyataan responden:...kalau ada perubahan saya pindahkan mbak jadi tergantung perkembangan anaknya bagaimana (R1) Selain berharap bisa membaca dan menulis salah satu responden juga berharap jika nanti anaknya bisa menikah seperti orang lain pada umumnya. Berikut pernyataan responden dalam melakukan usahal langsung dengan cara berharap hal postif:...harus berpikir positif, ke depannya kan kita tidak tahu nasibnya dia bagaimana, siapa tahu dia juga bisa nikah seperti orang lain kan kita tidak tahu mbak. Yang penting saya harus punya rencana dari sekarang untuk masa depannya mbak (R2) b. Menghindar (escape avoidance) Pada aspek ini hasil penelitian didapatkan bahwa semua responden kadang, sering atau pernah melakukan usaha untuk menghindar dari memikirkan terkait dengan anak berkebutuhan khsusus. Hal ini dilakukan dengan cara mengalihkan pikiran itu pada aktivitas fisik sehari-hari untuk menghindari memikirkan masalah yang dihadapi baik di luar maupun di dalam rumah seperti yang dilakukan sebagian responden dengan cara memasak, sebagian responden juga melakukan aktivitas dengan berjualan di rumah, sebagian juga dilakukan dengan sering berkomunikasi

12 39 dengan orang lain, meskipun salah satu responden melakukan dengan cara berdoa untuk meghindari memikirkan masalah yang dihadapi. Berikut ini pernyatan responden dalam usaha melakukan yang dilakukan untuk menghindari memikirkan masalah yang dihadapi dengan cara melakukan banyak aktivitas di rumah:...saya orangnya suka melakukan banyak aktivitas mbak dengan begitu pikiran bisa teralihkan. Saya juga suka berkomunikasi sama orang, saya senang banyak omong dan cerita sama orang mbak ( (R2)...saya mencoba untuk banyak melakukan aktivitas dirumah mbak yang penting pikiran saya bisa tenang, tapi yang paling utama saya lakukan berdoa mbak (R3). Sementara itu dua responden lainnya mengatakan bahwa dirumah responden sambil berjualan, dengan begitu banyak aktivitas yang dilakukan responden. Berikut pernyataan responden dalam usaha menghindari memikirkan masalah yang dihadapi dengan cara berjualan dirumah:...ya dirumah kan saya nunggu anaknya sambil jualan mbak, jadi banyak aktivitas yang saya lakukan 155) (R1)...Saya melakukan aktivitas saja mbak, saya kan jualan di rumah mbak jadi banyak aktivitas yang bisa saya lakukan (R4) c. Pengontrolan (self control)

13 40 Pada aspek ini hasil penelitian didapatkan bahwa responden mencoba untuk beradaptasi dengan masalah yang dihadapi dengan cara menggunakan pengontrolan diri agar keadaan yang dirasakan menjadi lebih tenang. Beradaptasi yang baik sebagian responden lakukan dengan cara mengontrol dirinya seperti berdoa dan bersyukur serta yakin kepada Tuhan bahwa anak adalah titpan yang harus dirawat. Berikut ini penyataan responden dalam usaha yang dilakukan untuk mengontrol perasaan dengan cara berdoa dan bersyukur: Saya sabar, sholat, banyak berdoa, memberi perhatian lebih (R1)...saya berusaha untuk tetap berpikir positif, berdoa dan berserah kepada Tuhan supaya rasa khawatir dan cemas saya bisa hilang (R2) Sementara itu salah satu responden juga mengatakan bahwa dalam mengontrol perasaannya dilakukan dengan cara percaya kalau bukan hanya dirinya sendiri yang mempunyai anak tunagrahita tapi diluar sana banyak orang lain yang mempunyai masalah yang sama seperti yang dialaminya. Berikut pernyataan responden dalam mengontrol perasaannya dengan cara percaya:...iya berusaha sabar mbak, soalnya bukan saya sendiri yang punya anak bermasalah tapi banyak orang lain juga (R4)

14 41 Tidak hanya berdoa dan bersyukur usaha yang dilakukan responden untuk mengontrol perasaanya, pernyataan lain yang diungkapkan dari salah satu responden juga mengungkapkan yang dilakukan untuk mengontrol perasaanya dengan cara meyakini bahwa anak adalah titpan Tuhan yang harus harus disyukuri. Berikut pernyataan responden...merasa sedih ada, tapi saya menganggapnya rejeki saya sama suami, ya mungkin Tuhan juga menguji kesabaran saya (R3) d. Penerimaan tanggung jawab (accepting responbility). Pada aspek ini didapatkan hasil penelitian bahwa tiga responden telah menerima meskipun ada salah satu responden yang merasa kadang tidak menerima keadaan anaknya. Beberapa responden melakukan usaha untuk mengontrol emosinya dengan cara menyadari tanggung jawab sebagai seorang ibu yang memiliki anak tunagrahita dan mencoba menerima keadaan yang terjadi meliputi menyadari bahwa anak adalah bagaian yang harus dijaga dan dirawat, pasrah dan mencoba menjalani apa adanya, mencoba bersabar serta yakin bahwa anak adalah titipan Tuhan. Berikut ini penyataan responden dalam melakukan usaha untuk mengontrol

15 42 emosinya dengan cara menerima dan menyadari tanggung jawab sebagai seorang ibu:...kalau sekarang saya menerima dengan sepenuh hati mbak (R1)...saya mencoba menerima dengan sepenuh hati mbak, alhamdullilah saya mampu sabar dan mampu menerimanya (R2)...Saya menerima dengan sepenuh hati mbak, pasrahkan diri kepada Tuhan, berdoa terus semua pasti ada jalan keluarnya (R4) Meskipun ada salah satu responden yang mengatakan bahwa ia kadang menerima dan kadang tidak menerima keadaan yang menimpa anaknya. Berikut pernyataan responden:...kadang saya menerima dengan sepenuh hati mbak, kadang juga tidak menerima keadaan anak saya seperti ini, tapi mungkin ini sudah rencananya Tuhan biar saya lebih banyak sabar mbak (R3) e. Penilaian positif (positive reappraisal) Pada aspek ini didapatkan hasil penelitian bahwa melakukan usaha terhadap masalah yang dihadapi dengan cara mencari arti positif dari keadaan yang dihadapi, dengan mengambil pelajaran dari masalah yang dihadapi. Dalam hal ini usaha yang dilakukan responden berkaitan dengan hal-hal yang religius misalnya dengan cara berdoa atau ibadah responden bisa merasakan ketenangan dalam menghadapi masalahnya. Hal ini dibuktikan dengan setelah berdoa

16 43 dan beribadah sebagai cara untuk melakukan pemaknaan yang positif terhadap masalah yang dihadapi. Berikut ini pernyataan responden dalam berdoa, beribadah dan bersyukur:...hidup kita harus bersyukur mbak,yang seperti ini bukan hanya kita sendiri bahkan ada yang lebih tidak beruntung lagi dari kita, saya sudah bersyukur punya anak seperti ini (R1)...ibadah itu jalan paling terbaik dan paling utama buat saya mbak, dengan kita lebih mendekatkan diri kepada Tuhan masalah kita akan ada jalan keluarnya mbak, apalagi kalau saya jadi hamba yang lebih dekat dan penurut (R2) Selain berdoa, beribadah dan bersyukur dua responden lainnya mengatakan bahwa mereka mendapatkan makna atau arti positif dari masalah yang mereka dihadapi. Berikut pernyataan responden dalam memaknai keadaan keadaan yang dihadapi:...makna yang bisa saya dapat yaitu mbak mungkin kesabaran saya sedang di uji 145 (R3)....Maknanya kita tidak boleh meremahkan seseorang mbak, anak-anak yang seperti ini kan pasti punya kelebihan sendiri. kita sebagai orang tua harus mendukung dan menerimanya, jangan sendiri (R4) 4.4. Data pendukung observasi 1. Observasi responden 1 Observasi dilakukan tanggal 28 April 2016 di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga. Reponden 1 adalah seorang ibu yang berumur 26 tahun dan mempunyai 1

17 44 orang anak dengan latar pendidikan lulusan SMA. Peneliti melakukan wawancara dengan responden di SLB Negeri Salatiga. Pada awal perkenalan responden menunjukkan sikap yang ramah dan agak malu pada saat peneliti memperkenalkan diri. Selama wawancara berlangsung responden sering menundukkan kepala dan wajah tampak sedih pada saat menceritakan keadaan anaknya. Namun sesekali juga responden tersenyum dan ketawa ketika peneliti bercerita tentang hal lain diluar topik penelitian. Dari awal wawancara hingga selesai sikap responden menunjukkan apa yang responden katakan benar, hal ini terlihat pada saat responden menemani anaknya ketika jam istirahat di depan umum responden tidak menunjukkan perasaan malu memeluk anaknya yang tunagrahita. Responden tampak menyayangi anaknya dan memperlakukannya dengan sabar, pada saat wawancara berlangsung responden 1 juga tidak terlalu menunjukkan perasaan malu ketika menceritakan keadaan anaknya. Observasi hari selanjutnya dilakukan tanggal 29 April 2016 pada saat wawancara dengan reponden ke 2 peneliti memperhatikan sikap responden karena tempat

18 45 peneltian satu tempat responden lainnya hal ini memudahkan peneliti melakukan obervasi. Saat wawancara selesai peneliti mulai memperhatikan responden selama jam istirahat ibu W terlihat sibuk membantu anaknya jajan dan ibu W terlihat sangat memperhatikan anaknya hal ini sama dengan yang di lakukan ibu W pada hari pertama observasi. 2. Observasi responden 2 Observasi dilakukan dari hari pertama wawancara tanggal 29 April 2016, reponden 2 adalah seorang ibu berumur 43 tahun yang berinisial ibu H dengan latar belakang lulusan SMA dan mempunyai 2 orang anak dan anak yang tunagrahita anak yang nomor 2. Dari awal pekenalan sampai proses wawancara ibu H adalah orang yang sangat ramah dan ceria, selama proses wawancara ibu H sering tertawa sehingga wawancara berlangsung dengan baik. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan peneliti dijawab dengan senang hati oleh ibu H, ibu H juga mengatakan kalau dulu pernah kuliah jurusan hukum di salah satu universitas di Semarang tapi sayang tidak sempat selesai karena masalah pribadi, jadi selama wawancara ibu H terbuka dengan apa yang dialaminya.

19 46 Ibu H juga sangat menyayangi anaknya hal ini terlihat saat ibu H menemani anaknya jajan ketika jam istirahat dan selama berksekolah di SLB ibu H tidak pernah meninggalkan anaknya, ibu H juga terlihat sangat akrab dengan ibu-ibu yang lainnya hal ini menunjukkan ibu H adalah orang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya bahkan ibu H juga tidak segan meminta ibu yang lain untuk membantunya. Observasi hari selanjutnya di lakukan ketika peneliti datang melakukan wawancara lagi dengan responden ke 3 pada tanggal 2 Mei 2016, sebelum melakukan wawancara dengan responden ke 3 penelti sempat bercerita dengan ibu H dan sambil memperhatikan anaknya, ibu H dengan senang hati menyapa orang sekitarnya bahkan ibu H juga sempat mengajak peneliti mengunjungi rumahnya hal ini terlihat sekali bahwa apa yang dikatakan responden pada saat wawancara benar-benar dilakukan. 3. Obervasi responden 3 Observasi dilakukan pada saat hari pertama wawancara tanggal 2 Mei 2016, responden 3 adalah seorang ibu berumur 32 tahun yang berinisial ibu A dengan latar pendidikan lulusan SMA dan mempunyai 2

20 47 orang anak dan anak yang tunagrahita anak yang nomor 1. Pada awal perkenalan ibu A tampak takut dan malu tapi setelah peneliti menjelaskan tujuan wawancara ibu A tampak menerima. Ibu A adalah orang yang tidak terbiasa becerita dengan orang yang baru dikenal jadi selama proses wawancara peneliti tidak langsung menanyakan ke inti pertanyaan agar ibu A bisa terbuka dan nyaman selama proses wawancara belangsung. Selama proses wawancara berlangsung ibu A menunjukkan perasaan sedih mempunyai anak tunagrahita, ibu A juga terlihat murung ketika menceritakan bagaimana masa depan anaknya nanti. Dari pernyataan yang ditanyakan ada beberapa pertanyaan yang ibu A bingung cara menjawabnya, ibu A mengatakan susah mengatakan apa yang di rasakannya secara langsung. Ibu A menujukkan perasaan malu takut apa yang diceritkannya peneliti menceritakan lagi ke orang lain. Observasi selanjutnya dilakukan pada saat wawancara dengan responden ke 4 pada tanggal 3 Mei 2016 dilakukan setelah peneliti selesai wawancara dengan responden ke 4 peneliti langsung duduk di dekat responden dan menanyakan bagaimana perasaanya setelah di wawancara hari

21 48 kemaren, ibu A mengatakan merasa lega setelah menceritakan apa yang dirasakannya dan ibu A mengatakan bersyukur bisa wawancara sebelumnya karena ada hal positif yang didapatkan dari wawancara tersebut. Selama kami bercerita kurang lebih 15 menit ibu H menunjukkan perasaan senang. 4. Observasi responden 4 Observasi dilakukan pada hari pertama wawancara tanggal 3 mei, responden 4 adalah seorang ibu berumur 43 tahun yang berinisial ibu K dengan latar belakang lulusan SMA dan mempunyai 2 orang anak dan anak yang tunagrahita anak yang nomor 2. Pada awal pekenalan ibu K juga terlihat malu, tapi selama proses wawancara berlangsung ibu K menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan peneliti dengan baik. Ibu K menunjukkan perasaan malu tapi juga menerima keadaan anaknya. Selama proses wawancara berlangsung sesekali ibu K juga sambil berbicara dengan ibu yang ada di dekatnya, ibu juga menjukkan sikap yang ramah terhadap orang di sekitarnya. Pada saat jam istirahat wawancara kami berhenti sebentar karena ibu K menemani anaknya jajan dan langsung

22 49 menyuapinya makan, ibu K terlihat begitu perhatian dengan anaknya Uji keabsahan data 1. Member chek responden 1 Member chek responden 1 dilakukan pada hari kamis 12 Mei 2016 pukul di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga pada saat responden selesai menemani ankanya jajan, peneliti membawa hasil rekaman dan transkip wawancara yang telah dibuat dan didengarkan oleh peneliti. Peneliti memberikan transkip wawancara dan rekaman kepada responden supaya dilihat dan didengar langsung serta dikoreksi jika ada data yang dimasukkan tidak sesuai dengan pernyataan responden, setelah responden melihat transkip dan mendengarkan rekaman tersebut responden mengatakan bahwa data-data tersebut sudah sesuai dengan pernyataan responden. 2. Member chek responden 2 Member chek responden 2 dilakukan pada hari Senin 16 Mei 2016 pukul Wib di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga, peneliti membawa hasil rekaman dan transkip wawancara yang telah dibuat oleh peneliti. Peneliti memberikan transkip wawancara dan

23 50 hasil rekaman tersebut kepada responden supaya dilihat dan didengar langsung serta dikoreksi jika ada data yang dimasukkan tidak sesuai dengan pernyataan responden, setelah responden melihat dan mendengarkan hasil rekaman tersebut responden mengatakan bahwa datadata tersebut sudah sesuai dengan pernyataan responden. 3. Member chek responden 3 Member chek responden 3 dilakukan pada hari Selasa 17 Mei 2016 pukul Wib di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga sebelum jam istirahat pada saat responden bercerita dengan ibu-ibu yang disampingnya, peneliti meminta waktu responden sebentar. Peneliti membawa hasil rekaman dan transkip wawancara yang telah dibuat oleh peneliti, peneliti memberikan transkip wawancara dan rekaman kepada responden supaya dilihat dan didengar langsung serta dikoreksi jika ada data yang dimasukkan tidak sesuai dengan pernyataan responden, setelah responden melihat transkip wawancara dan mendengar hasil rekaman tersebut responden mengatakan bahwa datadata tersebut sudah sesuai dengan pernyataan responden.

24 51 4. Member chek responden 4 Member chek responden 2 dilakukan pada hari Rabu 18 Mei 2016 pukul di Sekolah luar biasa (SLB) Negeri, peneliti membawa hasil rekaman dan transkip wawancara yang telah dibuat dan di dengarkan oleh peneliti. Peneliti memberikan hasil transkip wawancara dan rekaman kepada responden supaya di lihat dan dindengar langsung serta di koreksi jika ada data yang dimasukkan tidak sesuai dengan pernyataan responden, setelah responden melihat transkip dan mendengarkan rekaman tersebut responden mengatakan bahwa data-data tersebut sesuai dengan pernyataan responden Pembahasan Dari hasil penelitian yang didapatkan ibu yang memiliki anak tunagrahita menggunakan strategi koping untuk mengatasi situasi yang menekan. Strategi koping tersebut ada dua yaitu yang berpusat pada masalah problem focused coping yaitu bentuk strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara mempelajari keterampilan-keterampilan yang baru, mencari dukungan sosial baik internal maupun eksternal serta melakukan bentuk usaha langsung dan yang berpusat pada

25 52 emosi yaitu emotional focused coping dilakukan responden dalam menghadapi keadaan anaknya. Jenis strategi koping yang berpusat pada masalah (problem focused coping) digunakan saat pertama kali responden mengetahui anaknya punya masalah dalam pertumbuhannya. Keadaan anak yang mengalami tunagrahita tidak membuat responden menjadi putus asa tapi membuat responden bersikap tegar dengan kondisi yang terjadi pada anak mereka responden berusaha mencari informasi tentang bagaimana cara menangani anak tunagrahita. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aisyah (2008) di Semarang tentang strategi koping pada orang tua yang memiliki cacat mental, koping yang digunakan orang tua adalah koping yang berorientasi pada tugas (task oriented) dengan tetap memberikan hak anak dengan memberikan pengobatan baik medis maupun non medis, memberikan pendidikan dan menyekolahkan anak, serta kasih sayang yang menjadi kebutuhan anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada empat responden didapatkan bahwa responden melakukan usaha langsung ketika mengetahui anaknya bermasalah pada pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara membawa anaknya langsung ke dokter untuk melakukan pengobatan

26 53 medis, dan terapi. Dalam hal ini salah satu responden juga melakukan usaha secara langsung dengan melakukan pengobatan alternatif lainnya dengan cara ke tukang pijat syaraf. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa tindakan responden dalam melakukan usaha langsung dengan cara mencari pengobatan di berbagai tempat seperti ke dokter, ahli terapi dan pijat syaraf, pengobatan ini dilakukan responden untuk memperoleh kesembuhan anak. Hal ini ini juga terlihat pada saat peneliti melakukan observasi di sekolah ketika pulang sekolah salah satu responden langsung mengantar anaknya ke tukang pijat tradisional. Tindakan yang dilakukan oleh responden tersebut menurut Lazarus dan Folkman (dalam Rustiana, 2003) termasuk dalam problem focused coping bentuk confrontive coping yaitu tindakan individu yang diarahkan pada penyelesaian masalah secara langsung. Selain melakukan usaha secara langsung dengan cara melakukan pengobatan medis, terapi dan pijat tradisional ke empat responden juga melakukan usaha dengan cara mencari dukungan sosial dan emosional dari keluarga, teman maupun orang di sekitar responden. Satu responden juga mengatakan bahwa usaha yang dilakukan yaitu dengan cara menceritakan masalah yang dihadapinya terhadap teman-

27 54 temannya agar bisa mendapatkan solusi ataupun saran terhadap masalah yang di hadapinya dengan cara seperti itu responden bisa mendapatkan kenyaman emosional. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramadi & Lasmono (2003) yang menyatakan bahwa dukungan sosial yang terdiri dari informasi atau nasehat baik nasehat verbal maupun nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau yang didapat karena kehadiran orang-orang terdekat mempunyai efek emosional atau perilaku bagi individu. Adanya dukungan sosial juga berdampak terhadap proses kesembuhan anak. Salah satu reponden mengatakan bahwa dukungan yang ia dapatkan dari keluarga yaitu berupa nasehat bahkan ada juga dalam bentuk tindakan langsung. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tati (2004) yang menyatakan bahwa mengatasi masalah yang dihadapi dengan melakukan strategi koping dapat dibantu dengan adanya dukungan sosial. Dari hasil penelitian yang didapatkan dari ke empat responden sumber dukungan sosial yang paling sering didapatkan berasal dari keluarga yaitu suami. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Houtson, 1991) yang menyatakan bahwa dukungan dari suami merupakan

28 55 faktor pendukung paling penting pada keluarga yang memiliki anak dengan keterbelakangan mental. Keluarga merupakan sumber dukungan yang paling utama karena keluarga merupakan orang yang terdekat dan selalu ada ketika individu membutuhkan pertolongan. Gove, dkk (1990) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat memberikan kekuatan dan mengurangi kesulitan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Penelitian lain yang dilakukan Triana dan Andriani (2010) di Semarang tentang stres dan koping keluarga pada anak tunagrahita, didapatkan penggunaan koping dalam problem focused coping berupa mencari informasi dari orang lain, mencari dukungan sosial keluarga baik internal maupun eksternal, dan mencari pengobatan alternatif lainnya. Mempunyai anak tunagrahita atau cacat mental merupakan masalah tersendiri bagi orang tua terutama bagi seorang ibu, dimana seorang ibu akan membutuhkan dukungan untuk menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya. Selain itu responden juga melakukan dengan cara membuat perencanaan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi, dalam hal ini responden melakukan usaha dengan cara mengajarkannya di rumah serta menyekolahkan anaknya di SLB agar bisa memperolah pendidikan seperti

29 56 anak lainnya, salah satu responden mengatakan melakukan usaha dengan menyekolahkan anaknya di TK umum sebelumnya tapi karena kondisi anaknya tidak menyesuaikan dengan anak lainnya responden langsung menyekolahkan anaknya di sekolah anak berkebutuhan khusus, dan saat ini ke empat anak responden tersebut sekolah di SLB Negeri Salatiga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Firdaus (2004) yang menyatakan perilaku koping yang positif dapat memberikan manfaat kepada seorang untuk dapat melanjutkan hidup dengan mempertahankan keseimbangan emosi, citra diri yang positif serta merencanakan kembali masa depan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam menghadapi pandangan negatif dari lingkungan sekitar dan keadaan sang anak responden melakukan usaha untuk mengontrol diri dengan cara diam, sabar dan mencoba untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan anak. Menurut Stone dan Neale (dalam Indirawati, 2006) tindakan responden tersebut disebut dengan self controlling (pengendalian diri) yaitu individu akan menunjukkan dirinya dalam berusaha menguasai dan mengendalikan diri, khususnya dalam perasaan dan tindakan. Tiga responden mengatakan untuk mengontrol emosinya dalam menghadapi keadaan anaknya yaitu dengan cara bersabar, responden bersabar dengan cara

30 57 tidak mengeluh kepada Tuhan (Atok, 2007), sedangkan strategi lain yang yang digunakan untuk mengontrol emosinya yaitu dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya. Keempat responden mengatakan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya dengan cara bersikap santai menghadapi dan mengikuti kemauan anak (Smet, 1994). Salah satu responden juga mengatakan dalam mengontrol emosinya yaitu dengan cara berdoa membuat hati responden bisa tenang dalam menghadapi keadaan anaknya, hal ini sejalan dengan teori (Fitriani, 2000) yang mengatakan bahwa doa adalah salah satu cara untuk meminta pertolongan kepada Tuhan. Berdoa, bersabar, menyesuaikan diri dan berpikir positif serta yakin kepada Tuhan bahwa anak adalah titipan yang harus di rawat. Selain mengontrol perasaan dan tindakannya dengan cara diam, sabar dan pasrah kepada Tuhan, ke empat responden juga melakukan strategi koping dengan cara menghindar. Usaha yang dilakukan untuk menghindar tersebut yaitu dengan cara melakukan aktivitas-aktvitas fisik di dalam maupun diluar rumah, jalan-jalan dan berpikir tenang seperti menganggap masalah yang dihadapi biasa-biasa saja. Pernyataan responden tersebut memiliki keterkaitan dengan

31 58 teori Lazarus dan Folkman (1984) yang menyatakan bahwa dalam mekanisme koping ibu yang memiliki anak tunagrahita akan melakukan suatu usaha untuk mengontrol perasaan emosional yang sangat menekan, dalam hal ini responden melakukan usaha dengan cara lain yang lebih menyenangkan dan menghindari masalah dengan makan, tidur ataupun aktivitas lainnya. Dari hal tersebut peneliti mengungkapkan bahwa tindakan responden dalam mengalihkan pikiran terhadap masalah yang dihadapi merupakan jalan terbaik dikarenakan jika responden mengalami stres berkepanjangan hal tersebut akan berdampak terhadap kesehatan psikologis responden. Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa ketika seorang mengetahui dirinya punya masalah ia akan berusaha untuk menghindari pemikirannya terhadap masalah yang dihadapi. Selain menghindari memikirkan masalah yang dihadapi dengan cara jalan-jalan atau melakukan aktivitas diluar maupun di dalam rumah keempat responden ini juga mengatakan bahwa masalah yang dihadapi tersebut bukan merupakan beban yang berat karena responden yakin anak mereka bisa disembuhkan. Hurlock (1974) mengatakan bahwa, jika Ibu menemukan sendiri harapannya disesuaikan dengan kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh orang lain

32 59 dalam mencapai tujuannya dengan memiliki harapan yang realistiks, maka akan semakin besar tercapainya harapan itu. Oleh karena itu ada baiknya ketika responden memiliki harapan yang realistik sesuai dengan kemampuannya dan usaha yang dilakukan pada anak. Responden kedua mengatakan senang dan merasa nyaman menjalani hariharinya bersama anaknya, tanggung jawabnya sebagai seorang ibu ia jalankan sebaik-baiknya dengan harapan anaknya bisa kembali normal seperti anak yang lain pada umumnya. Sama halnya dengan responden kedua, ketiga responden lain nya juga memiliki harapan yang positif pada situasi yang dihadapi. Harapannya agar anaknya kelak bisa normal seperti anak yang lainnya. Didapatkan hasil penelitian bahwa responden 1, 2 dan 4 menerima keadaan anaknya dengan segala kekurangan yang dimiliki dengan sepenuh hati dan menyadari tanggung jawab sebagai seorang ibu. Menurut Sulastrini (2002), menyatakan bahwa salah satu bentuk penerimaan orang tua adalah toleransi terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh anaknya. Meskipun ada responden 3 yang kadang menerima dan kadang tidak menerima keadaan anaknya. Tiga responden mengatakan bersikap pasrah kepada Tuhan terhadap masalah yang menimpa anaknya dan

33 60 mengembalikan semua kepada Tuhan dan percaya kepada Tuhan bahwa anak adalah titipan yang harus dirawat dan dijaga, hal ini menurut (Safaria, 2005) yang menyatakan bahwa keluarga dengan anak tungrahita senantiasa pasrah terhadap ketentuan Tuhan. Ke empat responden juga mengatakan keadaan yang terjadi pada anaknya merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan baik, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Anita, 2009). Responden mengatakan bahwa apa yang menimpa anak mereka merupakan rencana Tuhan dalam hidup mereka dan mereka percaya bahwa apa yang terjadi terhadap anak mereka pasti akan ada jalan keluarnya. Dengan menerima keadaan yang terjadinya pada anaknya responden juga sambil berusaha memikirkan jalan keluarnya. Responden kedua mengatakan bahwa ia rela meninggalkan hobinya demi merawat anaknya, sama halnya responden ke empat juga mengatakan bahwa tidak semua orang atau ibu yang bisa menerima keadaan anak seperti itu, tapi ia bersyukur dari awal mengetahui anaknya punya masalah responden bisa menerima hal itu. Selain menerima keadaan anaknya dan menyadari tanggung jawabnya sebagai seorang ibu yang memiliki anak tunagrahita keempat responden juga berusaha mencari

34 61 berusaha jalan keluanya dengan cara berdoa kepada Tuhan agar diberi kekuatan terhadap masalah yang mereka hadapi. Tiga responden mengatakan responden bahwa apa yang terjadi pada anaknya merupakan ujian dan cobaan hidup yang harus dihadapi, hal ini sejalan dengan pernyataan (Alex, 2009) yang menyatakan bahwa ujian adalah sebuah keharusan dalam kehidupan yang diberikan kepada setiap manusia dan sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri. Dua responden juga mengambil makna dari masalah yang dihadapi dengan mengambil pelajaran hidup dari keadaan tersebut, responden percaya bahwa setiap peristiwa dialami dapat diambil hikmahnya (Hafiz, 2010). Responden 3 dan 4 mencoba membuat sebuah makna positif atau pelajaran yang bisa diambil dari keadaan yang terjadi pada anak mereka. Responden ketiga mengatakan bahwa makna yang bisa ia ambil dari keadaan anaknya yaitu Tuhan menguji kesabarannya, ia percaya bahwa dengan keadaan anaknya seperti itu responden bisa menjadi orang lebih sabar lagi. Sama halnya dengan responden ketiga, responden ke empat juga mengatakan bahwa makna yang bisa ia ambil yaitu dalam hidup kita tidak boleh meremehkan orang, ia percaya bahwa anak yang berkebutuhan khusus mempunyai kelebihan sendiri bahkan

35 62 sebagai seorang ibu ia berusaha untuk mendukung dan tidak menyalahkan dirinya sendiri. Sementara responden kedua mengatakan bahwa ibadah itu merupakan jalan terbaik untuk menghadapi masalah, ia percaya bahwa dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan masalah yang ia alami akan ada jalan keluarnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nirmala, 2013) yang menyatakan bahwa Ibu yang mempunyai anak berkebutuhan khusus mempunyai makna hidup dan optimisme yang tinggi sehingga seorang ibu dapat mengisi kehidupannya dengan penuh makna, mempunyai harapan masa depan, mampu berfikir positif dan mempunyai motivasi untuk memperoleh tujuan hidup. Cara memaknai masalah yang dihadapi secara positif dengan cara berdoa dan beribadah dilakukan responden untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dari hal di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam dalam melakukan strategi koping terhadap masalah yang dihadapi responden juga mengalami proses dimana terdapat hikmah yang dapat mereka ambil dari masalah tersebut dan dengan masalah yang mereka alami itu responden juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan serta percaya bahwa ibadah itu jalan terbaik untuk menghadapi masalah. Pernyataan

36 63 tersebut juga didukung oleh Lazarus dan Folkman (1984) bahwa dari masalah yang setiap orang alami tidak hanya berdampak pada perubahan fisik, psikologis tapi juga berdampak pada perubahan spritual. Dari hal di atas peneliti juga berasumsi bahwa agama juga mempengaruhi responden dalam melakukan strategi koping tersebut. Selain bentuk strategi problem focused coping dan emotional focus coping yang di lakukan responden, dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi koping itu, yaitu keyakinan dan pandangan positif terhadap keadaan yang menimpa sang anak, keyakinan tersebut merupakan sumber daya psikologis yang sangat penting bagi ibu yang memiliki anak tunagrahita. Selain itu responden juga mempunyai keterampilan sendiri dalam mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Keterampilan tersebut membantu responden mencari informasi, menganalisa setiap masalah dengan tujuan untuk mengambil tindakan secara langsung dan tepat. Responden juga mempunyai kemampuan dalam komunikasi dan bersosiolisasi dengan lingkungan sekitar dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai soial yang ada di masyarakat. Selain itu faktor yang mempengaruhi juga berupa materi yang meliputi sumber daya berupa uang, dalam

37 64 hal ini materi juga sangat dibutuhhkan bagi ibu yang memiliki anak tunagrahita dalam mekakukan koping demi pengobatan medis, terapi dan pengobatan alternatif lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi koping yang dilakukan ibu yang memiliki anak tunagrahita tersebut sejalan dengan teori (Jaya, 2015) yaitu setiap individu mempunyai cara masing-masing dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu. Berdasarkan pernyataan di atas dalam melakukan strategi koping juga dibutuhkan sumber koping bagi ibu yang memiliki anak tunagrahita. Menurut Jaya (2015) sumber koping yang menolong manusia beradaptasi terhadap stres yaitu motivasi, dalam hal ini ada beberapa responden mendapatkan motivasi dari keluarga maupun lingkungan disekitar sumber koping juga berupa teknik pertahanan, dalam hal ini responden sudah melakukan tehnik pertahanan yang baik yaitu dengan cara mengontrol perasaan saat responden mengetahui anaknya bermasalah.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang wanita dalam kehidupan berkeluarga memiliki peran sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil. Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda.

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil. Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda. BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda. Anak subyek 1 didiagnosis epilepsi pada saat usia empat tahun, anak subyek 2 pada usia lima tahun, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia seperti sekarang ini, tatkala persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat umum akhir-akhir ini. Stres dapat diartikan sebagai perasaan tidak dapat mengatasi masalah

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres. Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 1 : Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres. Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres Petunjuk pengisian : Kuesioner ini terdiri dari 80 pernyataan mengenai cara Anda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan otomotif khususnya mobil, akan terus berusaha untuk memproduksi unit-unit mobil dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang berdiri sejak 1930 merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Lampiran 1 LEMBAR ERSETUJUAN MENJADI RESONDEN (INFORMED CONSENT) Saya mahasiswa S1 rogram Studi Ilmu Keperawatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Nama : Inova NIM : 462012092 Bermaksud untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian anak sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, setiap anak berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orangtua mengharapkan anak yang dilahirkan, kelak tumbuh menjadi anak yang

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 58 BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian coping stress pada wanita yang mengalami nyeri menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD) INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD) A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama/inisial : 2. Umur : 3. Riwayat Pendidikan : 4. Pekerjaan : 5. Alamat : B. PEDOMAN OBSERVASI 1. Kesan umum, gambaran fisik dan penilaian kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 1 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian yang lancar sesuai

Lebih terperinci

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi Skala 1 Skala Kecerdasan Emosional 1. UNFAVORABLE Kesadaran Diri o Saya merasa tidak mengerti perasaan saya sendiri o Saya kurang tahu penyebab kekecewaan yang saya rasakan o Saya malas bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN 30 BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Persiapan Pengumpulan Data 1. Penyusunan pedoman wawancara dan angket Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat pedoman wawancara dan angket sebagai pendukung

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis

Lebih terperinci

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 134 135 LAMPIRAN A OBSERVASI DAN WAWANCARA 136 PEDOMAN OBSERVASI i. Kesan Umum : Kondisi Fisik dan Penampilan Subyek ii. Perilaku yang cenderung ditampilkan iii. Kegiatan Sehari-hari iv. Lingkungan

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan

Lebih terperinci

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH A. Assessment pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah Assessment merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seorang konselor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data yang peneliti peroleh dari lapangan adalah data hasil dari observasi adan interview atau wawancara. Dalam hal ini peneliti tidak mengalami kendala yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. kelompok berdasarkan atribut khas seperti ras, kesukubangsaan, agama, atau

BAB V PEMBAHASAN. kelompok berdasarkan atribut khas seperti ras, kesukubangsaan, agama, atau BAB V PEMBAHASAN A. Bentuk - bentuk Diskriminasi yang Dialami Penghayat Kapribaden di Dusun Kalianyar Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN A. Identitas Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Banjarmasin, dengan jumlah keseluruhan subjek ada 3 pasangan, adapun yang menjadi karakteristik utama dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga bahagia merupakan dambaan bagi semua keluarga. Untuk menjadi keluarga bahagia salah satu syaratnya adalah keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam inovasi baru bermunculan dalam dunia kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan semakin mengutamakan komunikasi dalam

Lebih terperinci

L1. Aktivis Gereja. Universitas Kristen Maranatha

L1. Aktivis Gereja. Universitas Kristen Maranatha L1. Aktivis Gereja Pengertian Aktivis Gereja Yang dimaksud aktivis gereja adalah jemaat aktif dan memiliki kehidupan kristiani yang baik (baik yang sudah anggota/terdaftar dalam gereja lokal maupun simpatisan),

Lebih terperinci

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session MATERI DAN PROSEDUR Pertemuan I : Pre-Session 1. Sesi 1 : Penjelasan tentang program intervensi Tujuan : - Membuat partisipan paham tentang terapi yang akan dilakukan - Memunculkan motivasi pada diri partisipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal. Secara internal, kedaulatan NKRI dinyatakan dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal. Secara internal, kedaulatan NKRI dinyatakan dengan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah sebuah negara berdaulat yang telah diakui secara internal maupun

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana

BAB I. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana pada setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda. Belakangan ini tak jarang dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya

Lebih terperinci

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan. 77 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN PADA KORBAN PERKOSAAN DI PUSAT PELAYANAN TERPADU JAWA TIMUR A. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penderita penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian kini mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, HIV/AIDS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus Nama Peneliti : Rina Rahmadani Sidabutar Nomor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Fisik dan psikis adalah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang sehat, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN STRATEGI KOPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHTA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI SALATIGA SKRIPSI

GAMBARAN STRATEGI KOPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHTA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI SALATIGA SKRIPSI GAMBARAN STRATEGI KOPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHTA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga terletak di jalan Hasanuddin No. 806, Kelurahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id LAMPIRAN LAMPIRAN Correlations DukunganSosial Resiliensi Correlation Coefficient 1,000,723 * Dukungan Sosial Sig. (2-tailed).,004 Spearman's rho Resiliensi Correlation Coefficient,723 * 1,000 Sig. (2-tailed),004.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca LAMPIRAN 1 Verbatim Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3 Mengidentifikasi Bentuk-bentuk Dukungan Pasrah dan Saya kaget, karena selama dukungan sosial dukungan emosional percaya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI. Observasi penelitian ini mengungkap : a. Kesan umum : kondisi fisik, penampilan dan perilaku subyek

PEDOMAN OBSERVASI. Observasi penelitian ini mengungkap : a. Kesan umum : kondisi fisik, penampilan dan perilaku subyek 112 113 PEDOMAN OBSERVASI Observasi penelitian ini mengungkap : a. Kesan umum : kondisi fisik, penampilan dan perilaku subyek b. Perilaku pengobatan penyakit subyek : melakukan diet, obat oral atau terapi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran diri (body image) dan dukungan sosial pada tiga orang wanita yang mengalami penyakit kanker payudara yang telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Faktor penyebab klien terkena epilepsi terjadi karena faktor eksternal. Yaitu faktor yang terjadi bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA ORANG YANG MEMILIKI INDERA KEENAM (COPING STRATEGIES OF PEOPLE WHO HAVE SIXTH SENSE)

STRATEGI KOPING PADA ORANG YANG MEMILIKI INDERA KEENAM (COPING STRATEGIES OF PEOPLE WHO HAVE SIXTH SENSE) STRATEGI KOPING PADA ORANG YANG MEMILIKI INDERA KEENAM (COPING STRATEGIES OF PEOPLE WHO HAVE SIXTH SENSE) Dwi Putri Anggarwati, Siti Urbayatun Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan putrianggara09@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan kehadiran seorang anak. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Tidak mudah bagi seorang ibu memiliki anak-anak

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Tidak mudah bagi seorang ibu memiliki anak-anak BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Tidak mudah bagi seorang ibu memiliki anak-anak berkebutuhan khusus, tepatnya gangguan retardasi mental. Wanita yang melahirkan anak-anak penyandang retardasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Hal ini didukung oleh berkembangnya ilmu pengetahuan, serta semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak baik secara fisik maupun psikologis merupakan hal yang penting bagi orang tua khususnya ibu. Perkembangan fisik dan psikologis anak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Silaturahmi pada Seorang Remaja yang Mengalami Depresi di Desa Sembayat Kabupaten Gresik. Dalam proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping Coping berasal dari kata cope yang dapat diartikan menghadang, melawan ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku

Lebih terperinci

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t Dukungan Sosial Terhadap Anak Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Risya Handayani Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini memiliki fokus penelitian yaitu, (1) gambaran selfcompassion, dan (2) dampak self-compassion pada pasangan yang belum

BAB V PENUTUP. Penelitian ini memiliki fokus penelitian yaitu, (1) gambaran selfcompassion, dan (2) dampak self-compassion pada pasangan yang belum 103 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini memiliki fokus penelitian yaitu, (1) gambaran selfcompassion, dan (2) dampak self-compassion pada pasangan yang belum memiliki keturunan. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Panduan Observasi. No. Indikator Hal Yang diamati 1. Guru PAI sebagai membimbing, menuntun, member tauladan, dan membina. disampaikan.

Panduan Observasi. No. Indikator Hal Yang diamati 1. Guru PAI sebagai membimbing, menuntun, member tauladan, dan membina. disampaikan. LAMPIRAN LAMPIRAN Panduan Observasi No. Indikator Hal Yang diamati 1. Guru PAI sebagai membimbing, menuntun, member tauladan, dan membina 1 Memperhatikan bagaimana cara guru PAI mengajar anak tunagrahita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan sangat ditakuti di negara-negara

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan menjaga kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan BAB V PEMBAHASAN Setiap individu pasti menginginkan pekerjaan yang memiliki masa depan yang jelas, seperti jenjang karir yang disediakan oleh perusahaan, tunjangan tunjangan dari perusahaan berupa asuransi

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sepatu. PT. Pratama Abadi Industri adalah PMA Korea yang berdiri semenjak tahun 1989 dengan

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai self esteem pada wanita yang menderita infertilitas, maka peneliti dapat menyimpulkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universita Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universita Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Alat Ukur Liebowitz Social Anxiety Scale for Children and Adolescents Petunjuk: Untuk setiap situasi, isilah dengan angka berikut yang menunjukkan seberapa besar ketakutan yang

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi kancah penelitian Penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui stress pada karyawan outsourcing yang memiliki beban kerja di dalam perusahaan di tempat mereka bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri LAMPIRAN 63 LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri 64 A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus 65 Identitas Nama : Usia : Jenis

Lebih terperinci