BAB 2. Landasan Teori. Kesopanan berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bahasa.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2. Landasan Teori. Kesopanan berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bahasa."

Transkripsi

1 BAB 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kesopanan Kesopanan berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bahasa. Tsujimura (1999) menyatakan hubungan antara bahasa dengan kesopanan sebagai berikut Human interaction always has the potential to lead to conflict between the participants, and human behavior involves a variety of devices to avert these crises. A key concept at the heart of all these devices is politeness, which is the speaker s consideration for the addressees in order to make communication among them smooth. Politeness is realized through various verbal and non-verbal devices (hal. 445) Terjemahan Hubungan antar manusia selalu memiliki kemungkinan timbulnya konflik antar pihak, dan tingkah laku manusia telah mengembangkan berbagai sarana untuk mencegah hal ini. Kunci dasar dari segala sarana ini adalah kesopanan, yang adalah merupakan perhatian penutur terhadap petutur untuk memperlancar komunikasi. Kesopanan dinyatakan melalui berbagai sarana verbal maupun non-verbal. Kesopanan merupakan salah satu alat yang digunakan manusia agar komunikasi dapat berlangsung dengan lancar dan terhindar dari konflik yang cenderung untuk muncul dalam setiap hubungan antar manusia. Bahasa Jepang memiliki seperangkat tatanan bahasa untuk menyatakan kesopanan dan rasa hormat, demi mencapai tujuan tersebut, yaitu keigo. 2.2 Teori Keigo Menurut Tsujimura (1991, hal. 4-5), secara umum, keigo dapat didefinisikan sebagai kata untuk menunjukkan rasa hormat. Lebih jauh lagi dijelaskan, keigo adalah bentuk tuturan khusus yang digunakan penutur berdasarkan perasaan hormatnya terhadap lawan 6

2 bicara ataupun pihak ketiga yang dibicarakan. Sejalan dengan hal ini, Hirabayashi dan Hama (1992, hal. 5) menyatakan bahwa keigo adalah ragam bahasa hormat yang digunakan untuk menghaluskan bahasa yang dipakai orang pertama (penutur atau penulis) untuk menghormati orang kedua (lawan bicara atau pembaca) dan orang ketiga (pihak yang dibicarakan). Jadi, yang dipertimbangkan dalam penggunaan keigo adalah konteks tuturan termasuk orang pertama, orang kedua dan orang ketiga. Keigo dibagi menjadi tiga bagian besar. Tsujimura (1991, hal. 7) membagi keigo menjadi tiga bagian, yaitu sonkeigo, kenjougo dan teineigo. Bunka Shingikai mengeluarkan pedoman pembagian keigo terbaru dalam lima jenis yang tertuang dalam 敬語の指針 (Keigo no Shishin; Pedoman Keigo). 敬語 3 種類の場合 Pembagian 3 jenis 5 種類の場合 Pembagian 5 jenis 1. 尊敬語 Sonkeigo 尊敬語 Sonkeigo 2. 謙譲語 Kenjougo 謙譲語 I Kenjougo I 3. 丁寧語 Teineigo 丁寧語 Teineigo 謙譲語 II( 丁重語 ) Kenjougo II (Teichougo) 美化語 Bikago Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Pembagian Keigo dalam Tiga Jenis dan Lima Jenis (sumber: Aoki, Keigo no Shishin, 2007) Sonkeigo dan kenjougo dapat berbentuk kelas kata verba, kelas kata nomina berupa nomina khusus untuk memanggil orang seperti 先生, 社長, dapat juga berbentuk prefiks atau sufiks seperi akhiran ~ さま (Hirabayashi dan Hama, 1992, hal. 6-14) 7

3 2.2.1 Teori Sonkeigo Menurut Tsujimura (1991, hal. 7), sonkeigo digunakan untuk meninggikan lawan bicara dan pihak ketiga, yaitu orang yang dibicarakan. Hirabayashi dan Hama (1992, hal. 14) menjelaskan bahwa sonkeigo dipakai terhadap orang yang tingkatannya lebih tinggi, orang yang tidak dekat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan orangorang semacam itu, misalnya sanak keluarganya. Pembentukan verba sonkeigo berdasarkan Hirabayashi dan Hama (1992, hal ) adalah sebagai berikut. (1) Menggunakan verba sonkeigo bentuk khusus. Istilah verba jenis ini berbeda-beda. ada yang menyebut dengan istilah tokubetsuna sonkeigo ( 特別な尊敬語 ) atau sonkeigo doushi ( 尊敬語動詞 ) Bentuk biasa する suru 来る kuru Bentuk sonkeigo なさる nasaru いらっしゃる irassharu: おいでになる Oide ni naru 見える Mieru / おみになる omi ni naru お越しになる Okoshi ni naru 行く iku いらっしゃる irassharu: おいでになる oide ni naru 8

4 ~ ていく ~ てくる ~ ている ~ ていらっしゃる ~te irassharu ~te iku, ~te kuru, ~te iru いる iru いらっしゃる irassharu おいでになる oide ni naru 言う iu 知っている Shitteiru 食べる taberu, 飲む nomu 着る kiru おっしゃる ossharu ご存知です Gosonji desu 上がる Agaru 召し上がる meshiagaru 召す Mesu, お召しになる o meshi ni naru 風を引く Kaze wo hiku 年を取る Toshi wo toru 気にいる Ki ni iru 聞く kiku 見る miru くれる kureru ~てくれる Te kureru お風を召す o kaze wo mesu お年を召す o toshi wo mesu お気に召す o ki ni mesu お耳に入る o mimi ni hairu ご覧になる goran ni naru 下さる kudasaru ~て下さる ~te kudasaru Tabel 2.2 Tabel Sonkeigo Doushi (Sumber: Hirabayashi dan Hama, Gaikokujin no Tame no Nihongo Reibun/Mondai Shi-rizu: Keigo. 1992) 9

5 (2) Mengubah verba menjadi bentuk berikut 1. お ( ご ) になる Keigo bentuk ini dibentuk dengan cara menghilangkan ますpada verba bentuk ます, menambahkan お / ご di depan dan になる di belakang kata tersebut. Contoh: 乗る menjadi お乗りになる 2. ご なさる atau なさる Dibentuk dengan mengubah する dengan なさる pada verba yang berakhiran dengan する. Contoh: 利用する menjadi 利用なさる atauご利用なさる 3. お ( ご ) だ Dibentuk dengan cara menghilangkan ます pada verba bentuk ます dan menambahkan お / ご di depan verba tersebut. Bentuk ini sering digunakan untuk menggantikan bentuk ~ている. Contoh: 読む / 読んでいるmenjadi お読みだ, 利用する menjadi ご利用だ 4. お ( ご ) くださる / ください Dibentuk dengan cara menghilangkan ます pada verba bentuk ます dan menambahkan お / ご di depan dan くださる / ください di belakang kata. Dipakai untuk mengubah bentuk ~てくださる dan ~てください menjadi keigo. 10

6 Contoh: 読む menjadi お読みくださる, 読んでください menjadi お読みください ) 5. ( ら ) れる Dibentuk dengan cara mengubah verba menjadi bentuk ( ら ) れる (sama dengan bentuk 受身形 ukemikei) Ada bentuk keigo お になられる dimana bentuk keigo お ( ご ) になる dan ( ら ) れる diterapkan pada satu verba. Bentuk ini disebut nijuukeigo ( 二重敬語 ) (Hirabayashi dan Hama, 1992, hal. 21). Contohnya adalah お読みになられる. Bentuk ini adalah perubahan bentuk 読む menjadi お読みになる dan ditambah lagi dengan bentuk ( ら ) れる sehingga menjadi お読みになられる. Bentuk semacam ini tidak dapat dikatakan tepat, namun sekarang ini bentuk semacam ini sering digunakan dalam masyarakat sehingga mengalami pembakuan secara tidak resmi, seperti yang tertulis dalam Keigo no shishin (Aoki, 2007, hal. 30) Teori Kenjougo Kenjougo digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan benda milik sendiri (Tsujimura, 1991, hal. 7). Kenjougo digunakan untuk menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau terhadap teman orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, keadaan, aktifitas atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Misalnya ketika sedang membicarakan tentang ibu saya 11

7 kepada orang yang dihormati. Karena ibu saya termasuk bagian dari saya, maka penutur menggunakan kenjougo ketika membicarakan ibu saya tersebut. Hal ini berhubungan juga dengan hubungan uchi-soto terhadap pihak yang dibicarakan, seperti yang dijelaskan oleh Hirabayashi dan Hama (1992, hal. 3). Hirabayashi dan Hama (1992, hal. 15) membagi kenjougo menjadi dua jenis, yaitu kenjougo I dan kenjougo II. Sejak tahun 2007, pembagian semacam ini dibakukan dalam Bunka shingikai toushin ( 文化審議会答申 ) dalam keigo no shishin ( 敬語の指針 ). Namun, penyebutan istilah kenjougo I dan kenjougo II dalam keigo no shishin terbalik dengan penyebutan istilah kenjougo I dan kenjougo II oleh Hirabayashi dan Hama. Dalam penelitian ini akan digunakan penggunaan istilah berdasarkan Hirabayashi dan Hama. Kenjougo I digunakan untuk meninggikan lawan bicara dengan cara merendahkan tindakan penutur dan uchi dari pentutur. Tindakan tersebut tidak berhubungan dengan lawan bicara. Contohnya adalah dalam kalimat berikut 明日から海外へ参ります (Mulai besok (saya) pergi ke luar negeri) Sedangkan Kenjougo II digunakan untuk meninggikan lawan bicara dengan cara merendahkan tindakan pentutur dan uchi penutur yang berhubungan dengan lawan bicara, yaitu sebagai sasaran dari verba tersebut. Tindakan penutur tersebut berhubungan dengan lawan bicara dan menyebabkan dampak pada lawan bicara. Contohnya adalah dalam kalimat berikut 12

8 先生のところに伺いたいんですが ((Saya) ingin pergi ke tempat pak guru. (Kenjougo II) Dalam dua contoh kenjougo di atas, verba yang digunakan memiliki arti yang sama, yaitu pergi. Dalam contoh pertama, penutur merendahkan tindakan diri dengan menggunakan bentuk kenjougo berupa mairu sebagai pengganti iku yang artinya juga pergi. Pelaku verba pergi adalah penutur. Pelaku verba pergi adalah penutur dan sasaran verbanya adalah sensei. Dalam contoh kedua, penutur merendahkan tindakan diri dengan menggunakan bentuk kenjougo berupa ukagau sebagai pengganti iku yang artinya pergi. Jumlah kenjougo II dalam verba tetap tidak terlalu banyak, hanya ada empat yaitu 伺う (ukagau), 上がる (agaru)/~て上がる (~te agaru), 申し上げる (moushi ageru), 存じ上げている (sonjiageteiru/oru) dan 拝聴する (haichousuru) Pembentukan verba kenjougo adalah sebagai berikut (Hirabayashi dan Hama, 1992, hal ) (1) Menggunakan verba kenjougo bentuk khusus. (tokubetsuna kenjougo ( 特別な謙譲語 ) atau kenjougo doushi ( 謙譲語動詞 ) Bentuk biasa する suru 行く 来る iku, kuru Bentuk kenjougo いたす itasu 参る mairu 伺う ukagau; 上がる agaru (ada sasaran verba/kenjougo II) 13

9 ~ ていく ~te iku, ~ てくる te kuru ~ て参る ~te mairu ~ て上がる ~te agaru (ada sasaran verba/kenjougo II) いる iru ~ ている ~te iru 訪ねる tazuneru おる oru ~ ておる ~te oru 伺う ukagau; 上がる agaru (ada sasaran verba/kenjougo II) 言う iu 申す mousu 申し上げる moushi ageru (ada sasaran verba/kenjougo II) 思う omou 知っている Shitteiru 存じる sonjiru 存じている / おる sonjiteiru/oru 存じ上げている / おる sonjiageteiru/oru (ada sasaran verba/kenjougo II) 食べる taberu, 飲む nomu 聞く kiku 頂く itadaku 伺う ukagau; 承る uketamawaru; 拝聴する haichousuru (ada sasaran verba/kenjougo II) 会う au お目に掛かる o me ni kakaru 見せる miseru お目に掛ける o me ni kakeru, 御覧に入れる goran ni ireru 14

10 見るmiru 借りる kariru 上げる ageru ~て上げる te ageru もらう morau 拝見する haiken suru 拝借する haishaku suru 差し上げる sashiageru ~て差し上げる ~te sashiageru 頂く itadaku; 頂戴する choudai suru; 賜る tamawaru ~ てもらう ~te morau ~ て頂く ~te itadaku Tabel 2.3 Tabel Kenjougo Doushi (Sumber: Hirabayashi dan Hama, Gaikokujin no tame no Nihongo Reibun/Mondai shi-rizu: Keigo. 1992) (2) Mengubah verba menjadi bentuk berikut 1. お ( ご ) する Keigo bentuk ini dibentuk dengan cara menghilangkan ます pada verba bentuk ます, menambahkan お / ご di depan dan する / いたす di belakang kata tersebut. Ini merupakan bentuk yang paling sering digunakan. Contoh: 届ける menjadi お届けする 2. お ( ご ) 申し上げる Dibentuk dengan cara menghilangkan ます pada verba bentuk ます, menambahkan お / ご di depan dan 申し上げる di belakang kata tersebut. Bentuk ini mengandung nuansa penghormatan yang lebih tinggi daripada bentuk pada poin 1 Contoh: 届ける menjadi お届け申し上げる 15

11 3. お ( ご ) いただく Dibentuk dengan cara menghilangkan ます pada verba bentuk ます, menambahkan お / ご di depan dan 申し上げる di belakang kata tersebut. Digunakan pada situasi ketika menerima kemurahan hati dari lawan bicara. Contoh: 読む menjadi お読みいただく 4. お ( ご ) 願う Dibentuk dengan cara menghilangkan ます pada verba bentuk ます, menambahkan お / ご di depan dan 願う di belakang kata tersebut Teori Teineigo Tsujimura (1991, hal. 7) mengatakan bahwa teineigo adalah bentuk untuk memperhalus cara penuturan maupun memperhalus benda. Teineigo digunakan sebagai bentuk kesopansantunan terhadap lawan bicara langsung. Misalnya pada kalimat Sensei ga okaeri ni naru, bentuk ini menggunakan sonkeigo berupa okaeri ni naru untuk menaikkan derajat sensei sebagai orang yang posisinya lebih tinggi, namun kalimat ini tidak menggunakan teineigo bagi lawan bicara. Dalan teineigo terdapat cara memperhalus dan memperindah kata. Misalnya kata 天気 dan 茶 diubah ke dalam teineigo menjadi お天気 dan お茶. Tsujimura menyebut teineigo bentuk ini menjadi bikago ( 美化語 ) 16

12 Teineigo dapat berupa kelas kata verba dengan menggunakan verba bantu です dan ます seperti 起きます, 本です dan kelas kata nomina seperti お天気 dan お茶, yang diklasifikasikan sebagai bikago oleh Tsujimura. Dalam sistem pembagian jenis keigo terbaru, pembagian dengan lima jenis, Teineigo dibagi menjadi dua, yaitu teineigo dan bikago. Teineigo berbentuk verba dengan verba bantu です dan ます dan bikago berbentuk kelas kata nomina dengan penambahan prefiks お atau ご di depan kata benda. Teineigo bentuk verba dibentuk dengan mengubah verba bentuk kamus/bentuk biasa (futsuutai; 普通体 ) menjadi bentuk masu ( ます ). Bentuk lainnya adalah dengan menambahkan です pada akhir kalimat yang berakhiran dengan nomina atau adjektiva. Contoh: 起きる menjadi 起きます 本 menjadi 本です. 2.3 Konsep Penggunaan Keigo Salah satu kesulitan dalam penggunaan keigo adalah keharusan memilih bentuk yang tepat dalam situasi tertentu berdasarkan hubungan antar manusia. Pengguna harus melihat siapa lawan bicaranya, seberapa kedekatannya pada lawan bicara, juga situasi dan kondisi saat menggunakan keigo. (Hirabayashi dan Hama, 1992, hal. 2-3). Berdasarkan hal tersebut, Hirabayashi dan Hama menjabarkan kondisi penggunaan keigo sebagai berikut 1. Lawan bicara penggunaan keigo Ketika bicara terhadap orang yang tidak dekat (orang yang tidak terlalu dikenal, orang yang bukan anggota kelompok kita), orang yang posisinya lebih tinggi dan orang 17

13 yang harus dihormati (orang yang posisi, status dan umurnya lebih tinggi), bila kita membicarakan orang tersebut, maka kita menggunakan keigo. 2. Tempat penggunaan keigo Keigo digunakan pada situasi dan tempat resmi (rapat, pertemuan, presentasi, pidato, dalam surat dan lainnya). Dalam situasi seperti ini keigo tetap digunakan walaupun terhadap orang yang posisinya sama dengan kita. 3. Hubungan uchi dan soto Ketika membicarakan uchi dari diri sendiri, digunakan kenjougo. Sedangkan ketika membicarakan soto dari orang yang dihormati, digunakan sonkeigo. Kubota (1990, hal. 67) menyatakan bahwa hubungan antar manusia ( 人間関係 ; ningen kankei) merupakan salah satu unsur penting dalam penggunaan keigo. Hubungan antar manusia tersebut dijabarkan sebagai berikut (Kubota, 1990, hal. 68) 1. Unsur identitas ( 本人か本人ではないか ; honnin ka, honnin dewa nai ka) Apakah penutur, petutur, subjek pelaku dalam tuturan dan sasaran kegiatan dalam tuturan adalah orang yang sama atau bukan. Misalnya jika penutur dan subjek tuturan adalah orang yang sama, lawan bicara dan subjek tuturan adalah orang yang sama atau bukan, dan sebagainya. 2. Jenis kelamin ( 性別 ; seibetsu) Terutama mengenai perbedaan pemilihan keigo berdasarkan jenis kelamin penutur. Dijelaskan lebih rinci oleh Hirabayashi dan Hama (1992, hal 3, 4, 21) bahwa perempuan sering menggunakan keigo dibanding laki-laki sebagai wujud kesopansantunan dalam pergaulan (Hirabayashi dan Hama, 1992, hal 3), meninggikan diri 18

14 atau menunjukkan martabat diri (Hirabayashi, et al, 1992, hal 4) maupun untuk memperindah kata, yang biasanya berupa verba keigo bentuk kamus ( 普通形 ; futsuukei) 3. Strata sosial diri ( 所属階層 ; Shozoku kaisou), kedudukan ( 地位 ; Chii), posisi ( 立場 ; tachiba) dan lain-lain. Terutama perbedaan penggunaan kata berdasarkan kasta dan strata sosial dalam masyarakat. Misalnya, kalangan bangsawan sering menggunakan bentuk keigo dalam percakapan sehari-hari. 4. Hubungan atasan-bawahan ( 上下関係 ; Jougekankei) a. Hubungan atasan-bawahan bersifat status/kedudukan ( 身分的上下関係 ; Mibun teki jougekankei) Kurang-lebih adalah kelas dan kasta dalam masyarakat, erat hubungannya dengan struktur dan sistem yang ada dalam masyarakat (kasta dan sebagainya) b. Hubungan atasan-bawahan bersifat alami/bawaan ( 生得的上下関係 ; Seitoku teki jougekankei) Umumnya hubungan atasan-bawahan berdasarkan umur. c. Hubungan atasan-bawahan berdasarkan riwayat karir ( 経歴的上下関係, keirekiteki jougekankei) Panjang-pendeknya riwayat karir dan lama-sebentarnya bekerja dan banyaksedikitnya pengalaman 19

15 d. Hubungan atasan-bawahan berdasarkan peranan tugas/kerja ( 役割的上下関係 ; yakuwariteki jougekankei) Salah satu contohnya adalah tingkat jabatan dalam perusahaan. Manajer, direktur, kepala bagian dan sebagainya. e. Hubungan atasan-bawahan bersifat diskriminatif ( 差別的上下関係, sabetsuteki jougekankei) Pembedaan orang atau kelompok orang berdasarkan nilai-nilai yang sulit ditemukan alasan logisnya. Misalnya masalah diskriminasi kulit putih-kulit hitam, diskriminasi terhadap perempuan dan sebagainya. f. Hubungan atasan-bawahan berdasarkan tingkat kemampuan ( 能力的上下関係 ; nouryokuteki jougekankei) Misalnya mengenai ada tidaknya bakat kepemimpinan. g. Hubungan atasan-bawahan berdasarkan posisi ( 立場的上下関係 ; tachibateki jougekankei) Berhubungan dengan psikologis/kejiwaan seseorang. Misalnya antara tamu toko dan pelayan toko, pihak yang meminjan dan pihak yang dipinjami, pihak pemohon dan pihak yang dimohon, pihak yang memberitahu dan yang diberitahu dan sebagainya. h. Hubungan atasan-bawahan bersifat mutlak ( 絶対的上下関係 ; zettaiteki jougekankei) Hubungan superioritas dalam agama atau kekuatan gaib. Hubungan atasanbawahan terhadap Tuhan, Buddha, dewa-dewa ataupun kekuatan gaib 20

16 5. Hubungan solidaritas ( 親疎関係 ; shinso kankei) a. Hubungan solidaritas berdasarkan kejiwaan ( 心理的親疎関係 ; shinriteki shinso kankei) Ada-tidaknya perasaan akrab terhadap objek yang dituju atau tidak, hubungan persahabatan, hubungan teman sejawat, hubungan tetangga dan lain-lain b. Hubungan solidaritas secara sosial ( 社会的親疎関係 ; shakaiteki shinso kankei) Solidaritas hubungan darah dan solidaritas sosial. Sanak saudara atau bukan, teman sekantor atau bukan, anggota kelompok yang sama atau bukan, berada dalam kelas masyarakat yang sama atau tidak, dan sebagainya. Di antara lima hubungan antar manusia tersebut, terdapat hubungan atasan bawahan (jogekankei). Hubungan atasan-bawahan ini kemudian dihubungkan dengan hubungan uchi-soto yang mempertimbangkan dua hal berikut 1. Derajat keakraban 2. Kelompok: termasuk anggota kelompok/bukan anggota kelompok Dengan mempertimbangkan hubungan antar manusia serta situasi percakapan, bermacam-macam efek dapat muncul dalam penggunaan keigo. Kubota memberi contoh sebagai berikut. Seorang mahasiswa menunjungi seorang nyonya bangsawan untuk mendapatkan pekerjaan. Nyonya tersebut mengatakan bahwa ia akan menyampaikan permohonannya pada suaminya, dan nyonya tersebut menggunakan banyak bentuk keigo ketika berbicara pada mahasiswa tersebut. Dilihat dari situasi saat itu, yaitu situasi yang 21

17 tidak mengharuskan penggunaan keigo, serta posisi sang mahasiswa sebagai pihak soto dan shita, serta penggunaan keigo yang beruntun, menciptakan efek meninggikan diri sang nyonya bangsawan dan membuat sang mahasiswa menjadi rendah diri (1990, hal ) 2.4 Teori Efek Penggunaan Keigo Keigo digunakan untuk menyatakan rasa hormat (Tsujimura, 1991, hal. 4). Akan tetapi, efek yang ditimbulkan oleh penggunaan keigo bervariasi dari berangkat dari efek awalnya yang adalah untuk menimbulkan rasa hormat. Efek tersebut timbul tergantung dari lawan bicara dan situasi serta kondisi saat keigo tersebut digunakan. Misalnya, penggunaan banyak bentuk keigo secara beruntun, yang mungkin secara situasi tidak perlu digunakan, terhadap orang yang lebih rendah posisinya, justru menimbulkan efek meninggikan posisi petutur sendiri sebagai pengguna keigo, serta membuat posisi lawan bicara menjadi lebih rendah. Keigo memiliki sifat khusus semacam ini. (Kubota, 1990, hal ) Hirabayashi dan Hama (1992, hal. 3-4) membagi efek penggunaan keigo menjadi lima bagian sebagai berikut 1. Efek meninggikan Digunakan untuk menunjukkan perasaan meninggikan pada orang yang status dan posisinya lebih tinggi, yang umurnya lebih tua, guru dan orang-orang yang kita hormati. 2. Efek formal sebagai sopan santun dalam pergaulan Memunculkan efek formal dalam kondisi ketika rapat, kondisi semacam ketika sedang duduk semeja dan melakukan pembicaraan dengan orang yang lebih tinggi. 22

18 Yang disebut situasi formal dalam hal ini antara lain ketika rapat, pertemuan, presentasi, pidato atau dalam surat. Perempuan dengan sesama perempuan sering menggunakan keigo dalam percakapannya dengan sesama perempuan lainnya untuk memunculkan efek semacam ini. 3. Efek menciptakan jarak terhadap lawan bicara Efek ini biasa digunakan dalam situasi ketika menggunakan keigo kepada orang yang belum dekat untuk menimbulkan nuansa orang ini tidak terlalu dekat dengan saya atau ia orang luar. Biasanya dipakai kepada orang yang baru pertama ditemui. 4. Efek menunjukkan martabat dan keagungan penutur Kemampuan menggunakan keigo dengan lancar menunjukkan tingkat pendidikan yang tinggi atau juga kelas sosial yang tinggi, sehingga penggunaan keigo dapat memberikan efek menimbulkan kesadaran bahwa status si penutur keigo berada di tingkat atas. Banyak juga perempuan yang banyak menggunakan keigo untuk menimbulkan efek semacam ini. 5. Efek sindiran, ejekan dan lelucon Efek semacam ini timbul dalam penggunaan keigo secara sepihak dan tiba-tiba oleh penutur terhadap orang yang sudah dekat dan akrab. Misalnya penggunaan keigo secara tiba-tiba oleh seorang istri yang sedang marah pada suaminya. 23

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Di antaranya teori mengenai konsep kemampuan berbahasa, penerjemahan dan Keigo. Teori

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto (2004, hal.44), mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1Definisi Keigo Ragam bahasa halus atau sopan bahasa Jepang disebut keigo. Definisi keigo menurut Terada dalam Dahidi (1984: 238) adalah Bahasa yang mengungkapkan rasa hormat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. bahasa sopan di Jepang, yang dikenal dengan istilah keigo 敬語, yang

Bab 2. Landasan Teori. bahasa sopan di Jepang, yang dikenal dengan istilah keigo 敬語, yang Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori dan konsep yang akan digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian skripsi. Teori yang digunakan oleh penulis sebagai induk teorinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat 82 BAB V KESIMPULAN 5.1 KESIMPULAN Seorang Receptionist merupakan orang yang paling sering berkomunikasi dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat dan sopan. Dalam

Lebih terperinci

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI SKRIPSI Oleh : Marita Purnama Zandy NIM 0911120135 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dari analisis kontrastif verba tingkat tutur dalam 敬語 bahasa Jepang dan

BAB IV KESIMPULAN. Dari analisis kontrastif verba tingkat tutur dalam 敬語 bahasa Jepang dan BAB IV KESIMPULAN Dari analisis kontrastif verba tingkat tutur dalam 敬語 bahasa dan undak usuk basa yang penulis lakukan, diperoleh tiga kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan 敬語 dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. diterima yang dihubungkan dengan teori yang ada pada bab 2. Dalam analisis

Bab 3. Analisis Data. diterima yang dihubungkan dengan teori yang ada pada bab 2. Dalam analisis Bab 3 Analisis Data Pada bab ini, penulis akan menganalisis jawaban dari hasil angket yang telah diterima yang dihubungkan dengan teori yang ada pada bab 2. Dalam analisis tersebut, penulis ingin mengetahui

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tak lepas dari interaksi berupa komunikasi antara manusia satu dan manusia lainnya. Pembelajar bahasa Jepang sebagai pelaku komunikasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan mendekripsikan hasil analisis data mengenai kesalahan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan mendekripsikan hasil analisis data mengenai kesalahan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tes Pada bab ini penulis akan mendekripsikan hasil analisis data mengenai kesalahan responden dalam menggunakan keigo. Instrumen berupa tes dan non tes disebarkan

Lebih terperinci

POLA HONORIFIK UNDAK-USUK KEIGO BAHASA JEPANG YANG MENCERMINKAN NILAI UCHI-SOTO SEBAGAI WUJUD IDENTIFIKASI KELOMPOK

POLA HONORIFIK UNDAK-USUK KEIGO BAHASA JEPANG YANG MENCERMINKAN NILAI UCHI-SOTO SEBAGAI WUJUD IDENTIFIKASI KELOMPOK POLA HONORIFIK UNDAK-USUK KEIGO BAHASA JEPANG YANG MENCERMINKAN NILAI UCHI-SOTO SEBAGAI WUJUD IDENTIFIKASI KELOMPOK Timur Sri Astami Japanese Department, Faculty of Language and Culture, Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa hormat dalam bahasa Jepang. Ragam bahasa hormat itu dikenal dengan sebutan keigo 敬語. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa hormat dalam bahasa Jepang. Ragam bahasa hormat itu dikenal dengan sebutan keigo 敬語. Ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa di dunia ini memiliki bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Begitupun dengan bangsa Jepang, memiliki bahasa Jepang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia adalah bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang itu sendiri terdapat berbagai macam struktur

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masyarakat yang memperhatikan norma sopan santun dalam. kesehariannya yang tercermin dalam budaya berbahasanya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masyarakat yang memperhatikan norma sopan santun dalam. kesehariannya yang tercermin dalam budaya berbahasanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa mencerminkan budaya dari suatu masyarakat, misalnya dalam beberapa bahasa terdapat tingkat tutur yang mencerminkan budaya sopan santun dari suatu masyarakat

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB II RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA JEPANG DAN KURIKULUM B. RAGAM KESANTUNAN DALAM MEMOHON BAHASA JEPANG

BAB II RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA JEPANG DAN KURIKULUM B. RAGAM KESANTUNAN DALAM MEMOHON BAHASA JEPANG BAB II RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA JEPANG DAN KURIKULUM B. RAGAM KESANTUNAN DALAM MEMOHON BAHASA JEPANG Menurut Kaneko Shiro dalam Susanti (2007:28-36) ragam memohon bahasa Jepang dikelompokkan ke

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang merupakan bahasa yang kaya akan struktur. Keberagaman struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu unsur yang menarik adalah mengenai kalimat, karena kalimat merupakan bentuk penyampaian

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesalahan dalam berbahasa lumrah terjadi dalam proses belajar bahasa, karena dengan adanya kesalahan pembelajar berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks dengan berbagai macam makna. Ada orang yang berbicara tentang bahasa sehari hari, bahasa diplomasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bahasa yang ada di dunia memiliki keunikan kekhasan masingmasing termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah aya penggunaan 助詞 joshi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Itu artinya, manusia harus berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. budaya dan masyarakat yang bersangkutan. Keterkaitan ini tidak dapat dipisahkan satu

BAB 2 LANDASAN TEORI. budaya dan masyarakat yang bersangkutan. Keterkaitan ini tidak dapat dipisahkan satu BAB 2 LANDASAN TEORI Seperti yang kita ketahui, perkembangan bahasa tentunya tidak terlepas dari budaya dan masyarakat yang bersangkutan. Keterkaitan ini tidak dapat dipisahkan satu sama yang lain. Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEIGO DALAM FUKUSIMA B.I BOOK PT. FUKUSIMA INDUSTRIES, CO. LTD

ANALISIS KEIGO DALAM FUKUSIMA B.I BOOK PT. FUKUSIMA INDUSTRIES, CO. LTD EDUJAPAN Vol. 1, No. 1, April 2017, pp. 35-42 ANALISIS KEIGO DALAM FUKUSIMA B.I BOOK PT. FUKUSIMA INDUSTRIES, CO. LTD Maulana Zahrawan 1*, Sudjianto, Sugihartono 1 Department of Japanese Language Education,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan analisis terhadap data tes mengenai pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pengumpulan

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR DALAM BUDAYA JEPANG DAN JAWA. Skripsi. oleh. : Shofia Aghustina NIM :

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR DALAM BUDAYA JEPANG DAN JAWA. Skripsi. oleh. : Shofia Aghustina NIM : ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR DALAM BUDAYA JEPANG DAN JAWA Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Shofia Aghustina NIM : 2302411013 Program Studi Jurusan : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003: 61), berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut :

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut : 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori shuujoshi Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か ぜ ぞ さ わ よ ね disebut sebagai shuujoshi. Yang dimaksud dengan shuujoshi menurut gendai nihongo bunpo

Lebih terperinci

BAB 3. Analisis Data. Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu

BAB 3. Analisis Data. Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu BAB 3 Analisis Data Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu のだ dalam novel Yaneura no Shoujo dan membaginya menjadi empat sub bab. 3.1 Analisis Fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial, manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sosial, manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi untuk berinteraksi satu dengan lainnya. Untuk dapat berkomunikasi, manusia memerlukan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi antara individu dalam kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam. Keberagaman bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi sosial, penting bagi penutur dan lawan tutur saling memahami isi tuturannya. Berbicara secara langsung, apa adanya tanpa ada basabasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak sosial antarmanusia, karena kehidupan manusia yang tidak lepas dari aktivitas berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari

BAB I PENDAHULUAN. hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bikago adalah ciri khas ragam bahasa wanita dan jenis ragam bahasa hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari bikago adalah ditambahnya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RAGAM HORMAT IRASSHARU, UKAGAU DAN MAIRU SKRIPSI HENY PRIMAWATI X

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RAGAM HORMAT IRASSHARU, UKAGAU DAN MAIRU SKRIPSI HENY PRIMAWATI X UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RAGAM HORMAT IRASSHARU, UKAGAU DAN MAIRU SKRIPSI HENY PRIMAWATI 070508025X FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JANUARI 2010 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif ABSTRAK Skripsi ini berjudul Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama Ichi Rittoru no Namida karya Masanori Murakami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur tidak langsung literalyang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari analisa data yang diperoleh dari kuisoner yang diberikan kepada responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam mengungkapkan penolakan terhadap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI 2.1 Pengertian Joshi Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian joshi dapat dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan alat atau media untuk menyampaikan gagasan atau pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki keunikan tersendiri. Salah satu bahasa yang memiliki keunikan dan karakteristik yaitu bahasa

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 4 KESIMPULAN Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan pemberian saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BANTU RASHII DAN MITAI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI

KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BANTU RASHII DAN MITAI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BANTU RASHII DAN MITAI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI OLEH: APRILYA RENI VERDIANTI 115110600111016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan sesuatu, manusia dapat menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Dalam tataran lisan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tak lepas dari interaksi dan komunikasi. Terutama pada pembelajar bahasa asing yang diharapkan dapat berkomunikasi secara baik

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. terdapat dalam drama serial televisi Bara No Nai Hanaya episode 1-5 dan

Bab 3. Analisis Data. terdapat dalam drama serial televisi Bara No Nai Hanaya episode 1-5 dan Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini penulis akan menganalisis macam-macam ungkapan terima kasih yang terdapat dalam drama serial televisi Bara No Nai Hanaya episode 1-5 dan mengklasifikasikannya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat beragam bahasa. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Kridalaksana (2008:24) menyatakan bahwa bahasa

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika membicarakan objek, baik berupa benda maupun orang lain, kita mengenal kata tunjuk. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia adalah kata ini dan itu. Dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang memiliki keunikan-keunikan yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Salah satu keunikan bahasa Jepang tersebut adalah adanya nomina abstrak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Agar memperoleh ketepatan dalam penggunaan kata pada sebuah kalimat, maka diperlukan pengetahuan untuk menguasai makna dan konsep dalam kata-kata yang dipilih. Pengetahuan

Lebih terperinci

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA 105110201111014 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM 115110600111011 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Koentjaraningrat dalam Kentjono (1982: 127): Unsur kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh Koentjaraningrat dalam Kentjono (1982: 127): Unsur kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah hasil dari sebuah kebudayaan. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat dalam Kentjono (1982: 127): Unsur kebudayaan adalah peralatan dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO 2.1 Pengertian Partikel Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak mengalami perubahan dan tidak bisa berdiri sendiri

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 品詞 Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya: 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu kelas

Lebih terperinci