PRINSIP KERJA SAMA DALAM KRATON SURAKARTA HADININGRAT. Drs. Andrianus Sudarmanto Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta
|
|
- Handoko Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PRINSIP KERJA SAMA DALAM KRATON SURAKARTA HADININGRAT Drs. Andrianus Sudarmanto Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan prinsip kerja sama yang tercermin dalam masyarakat kraton Surakarta ketika bertutur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi penelitian di kraton Surakarta Hadiningrat. Penyediaan datanya dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dilanjutkan dengan teknik rekam. Analisis datanya menggunakan teori Prinsip Kerja Sama (PKS) Grice. Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa menunjukkan bahwa masyarakat kraton dalam bertutur ternyata hanya mematuhi maksim yang kedua yaitu maksim kualitas. Selanjutnya, masyarakat kraton dalam bertutur ternyata telah melanggar Prinsip Kerja Sama pada maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim cara. Jawaban yang diberikan oleh masyarakat kraton adalah jawaban yang tidak relevan dan tidak sesuai dengan konteks pembicaraan sehingga menimbulkan ketaksaan. Kata kunci: Prinsip Kerja Sama, Masyarakat Kraton, Kraton Surakarta Hadiningrat 1. Pendahuluan Bahasa merupakan alat yang paling efektif untuk menciptakan suatu komunikasi sebab bahasa berperan penting untuk mengepresikan apa yang diinginkan, diperlukan, dan dirasakan. Di dalam berkomunikasi, penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada aturan yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasa, interpretasi terhadap tindakannya, penggunaan bahasanya dan tindakannya serta ucapannya. Dengan bahasa seorang penutur dapat mengepresikan ujaran dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada mitra tuturnya dan berharap mitra tuturnya dapat 50
2 memahami apa yang hendak dikomunikasikannya itu, maka dari itu penutur berusaha agar tuturannya singkat, pemilihan diksi serta bahasa yang disampaikan, tidak samar-samar dan tidak mengandung ketaksaan. Dalam budaya masyarakat kraton Surakarta Hadiningrat yang terdiri atas berbagai lapisan stratifikasi sosial dalam berkomunikasi antara seseorang yang satu dengan yang lainnya harus berhati-hati dalam pemilihan kata kepada siapa yang diajak berbicara, kapan, dimana, apa sebab dan maksud tujuannya. Selanjutnya, Grice dalam Gunarwan (2007) mengatakan bahwa di dalam berkomunikasi orang harus bekerja sama dengan mitratuturnya agar komunikasi tersebut efektif dan efisien. Hal ini dapat dikatakan bahwa partisipan komunikasi perlu mematuhi Prinsip Kerja Sama (PKS) yang dikelompokkan menjadi empat maksim yaitu: masim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara. Masyarakat kraton yang oleh sebagian orang dianggap memiliki sedapat mungkin benar-benar informatif yang di dukung dengan bukti, keunikan karena hal ini tampak dalam menjalin hubungan sosial antara anggota satu dengan lainnya, seperti tampak dalam hubungan kerja dan persahabatan. Kebersamaan mereka dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam sikap dan bahasa. Selain itu terdapat sistem komunikasi khusus yang dilakukan oleh sekelompok tertentu, tingkatan tertentu dan waktu tertentu dengan menggunakan bahasa kedhaton. Sementara itu, di kraton Yogyakarta Hadiningrat bahasa tersebut dikenal dengan sebutan bahasa bagongan. Sampai sekarang bahasa kedhaton masih digunakan dalam kraton Surakarta Hadiningrat pada situasi resmi pada waktu upacara adat kraton tetapi penggunaan bahasa kedhaton tidak begitu banyak diketahui karena menggunakan leksikon yang aneh apabila didengarkan masyarakat luas. Menurut pengamatan peneliti, ada banyak hal yang menarik untuk diamati khususnya dalam sistem berkomunikasi. Mengingat hal 51
3 tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai penggunaan Prinsip Kerja Sama (PKS) oleh masyarakat kraton Surakarta Hadiningrat ketika bertutur. Selanjutnya, prinsip ini akan mencoba mengupas apakah masyarakat kraton Surakarta Hadiningrat dapat berkomunikasi efektif dan efisien sesuai dengan Prinsip Kerja Sama (PKS). 2. Kerangka Teori 2.1 Prinsip Kerja Sama Grice PKS atau Prinsip Kerja Sama (cooperative principle) dikemukakan oleh Grice (1975) sebagai nasihat kepada orang agar berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga antara penutur dengan mitratutur a. Maksim Kuantitas ( the Maxim of Quantity) jangan terlalu banyak memberi informasi dan jangan terlalu sedikit. 1. Buatlah kontribusi anda seinformatif mungkin seperti yang diperlukan. 2. Jangan membuat kontribusi Anda lebih informatif daripada yang diperlukan. Dari penjelasan tersebut artinya bahwa penutur hanya boleh memberikan informasi sebatas yang diperlukan dan tidak perlu berlebihan. Sebagaimana seperti contoh berikut ini: bagaimana kabar dapat memahami apa yang dapat dikomunikasikan. Tetapi pada kenyataannya banyak sekali orang yang telah melanggar prinsip tersebut. Prinsip Kerja Sama dibagi empat maksim yaitu: ibu Anda? dan dijawab masih hidup artinya jawaban tersebut sedikit informasi. Namun apabila dijawab dengan Oh, sekarang dia sudah tua, sudah punya lima cucu dan mau berlibur ke Bali besok artinya jawaban tersebut berlebihan. Kedua jawaban tersebut tidak mematuhi maksim kuantitas. Jawaban yang informatif mungkin akan menjadi Baik, beliau sekarang cucunya lima. b. Maksim Kualitas (the Maxim of Quality) katakan yang sebenarnya dan tidak boleh berbohong. 52
4 1. Jangan katakan sesuatu yang Anda percaya tidak benar. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa seorang komunikator yang baik harus dapat berbicara sesuai dengan apa yang diketahuinya tidak boleh kurang ataupun lebih. Misalnya ada pertanyaan Dimanakah letak kraton? kemudian dijawab dengan tempatnya di sebelah selatan kota. Jawaban tersebut telah melanggar maksim kulaitas karena jawabannya tidak memberikan sesuatu yang tidak cukup bukti. c. Maksim Relevansi (the Maxim of Relevance) jangan katakan sesuatu yang tidak sesuai dengan pokok pembicaraan. Katakan halhal yang relevan dengan pokok pembicaraan. Maksim tersebut meyakinkan komunikator agar percakapan seharusnya koheren. Contohnya apabila ada pertanyaan: tadi malam debat capres di TV? Kemudian dijawab dengan presenternya cantikcantik nggak?. Jawaban tersebut melanggar maksim relevansi. 2. Jangan katakan sesuatu yang Anda tidak punya bukti. d. Maksim Cara ( the Maxim of Manner) katakan secara jelas dan ringkas. 1. Hindari pengungkapan yang tidak jelas. 2. Hindari ketaksaan. 3. Katakan secara ringkas (hindari kata-kata yang berlebihan) 4. Katakan secara beraturan (runtut) Dari penjelasan maksim cara tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang komunikator harus dapat mengungkapkan informasi secara jelas dan menghindari ambiguitas. Contohnya apabila ada pertanyaan sebagai berikut: Dimanakah buku Linguistik disimpan? kemudian dijawab dengan mungkin sengaja sudah diambil seseorang dari tempatnya. Hal tersebut menandakan bahwa jawaban tersebut tidak jelas dan membingungkan. 2.2 Masyarakat Kraton 53
5 Berbicara mengenai masyarakat kraton sesungguhnya berbicara tentang masyarakat Jawa. Masyarakat kraton adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kraton baik yang di dalam atau di luar kraton tetapi masih terikat tata cara dan tingkatan kedudukan antara bangsawan, sentana dan kawula. 1 Dalam kraton Surakarta Hadiningrat terdapat berbagai stratifikasi sosial yang berbeda-beda. Koentjaraningrat (dalam Tashadi, 1983:26) mengemukakan bahwa sistem stratifikasi sosial di setiap masyarakat muncul karena adanya perbedaan status atau tingkat sosial yang dimiliki setiap orang sebagai anggota masyarakat. Stratifikasi sosial ini terjadi karena adanya perbedaan 1 Wawancara dengan KRAr. Winarnokusuma, Wakil Pengageng Sasanawilapa di Sasanawilapa pada hari Senin tanggal 22 Desember derajat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti hubungan kekerabatan, tingkat sosial, jabatan, pendidikan, usia. Mengenai hubungan antara stratifikasi sosial di kraton dan lembaga resmi yang mengurusi setiap stratifikasi oleh Maryono Dwirahardjo (2001: ) dijelaskan sebagai berikut: Sampeyandalem diurus oleh lembaga yang disebut Sasanawilapa, putraputridalem dan sentanadalem diurus oleh Kasentanandalem (Kusumawandawa) dan abdidalem diurus oleh lembaga yang disebut Parentah Karaton. Sampeyandalem raja, putraputridalem putra-putri raja, dan sentanadalem kerabat kraton, abdidalem hamba, rakyat, pegawai yang mengabdi di istana merupakan pengguna bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari. Putraputridalem adalah anak keturunan langsung atau keturunan pertama dari 55
6 raja. Sentanadalem adalah bangsawan keturunan kedua sampai dengan atau kerabat dekat mulai dari kelima. Abdidalem merupakan keturunan jauh yaitu keturunan kesebelas dan seterusnya dengan budaya kraton. Secara garis besar abdidalem dapat dibagi serta orang-orang yang masih peduli menjadi dua yaitu: abdidalem garap dan abdidalem anon-anon. Abdidalem garap adalah pegawai yang bekerja baik di kantor-kantor kraton atau pekerja harian yang mengerjakan tugas-tugas keperluan kraton. Abdidalem anon-anon adalah orangorang non bangsawan atau masyarakat umum baik dari etnik Jawa atau etnik Jawa lainnya yang dianggap berjasa terhadap kraton sehingga menerima pemberian pangkat atau gelar penghargaan dari kraton yang disebut dengan gelar berikut abdidalem golongan rendah meliputi : Lurah dengan gelar Mas Lurah (M.L), di atas Lurah terdapat Mantri dengan gelar Mas Ngabehi (M. Ng), di atas Mantri terdapat Panewu dengan gelar Mas Ngabehi (M.Ng), khusus untuk gelar Mantri dan Panewu adalah sama Mas Ngabehi, untuk membedakannya, nama seorang Mantri diberi akhiran prasetyo, nugroho, budoyo sedangkan nama seorang Panewu diawali dengan Projo atau berakhiran diprojo atau menurut jenis keahlihannya. anon-anon (penghargaan). Adapun Sedangkan, abdidalem golongan urutan golongan dan kepangkatan abdidalem kraton dari terendah sampai tertinggi adalah sebagai tinggi terdiri atas Bupati Anom dengan gelar Raden Tumenggung (R.T), di atas Bupati Anom terdapat 55
7 Bupati dengan gelar Kangjeng Raden Tumenggung (K.R.T), di atas bupati gelar Kangjeng Raden Aryo Tumenggung (K.R.A.T). terdapat Bupati Riyo Inggil dengan 2.3 Selayang Pandang Kraton Surakarta Hadiningrat Kraton berasal dari kata (Jawa: Lingga) ratu (= rat) yang artinya jagad, bawana, bumi atau bebrayan (masyarakat). Kata ratu Ibu Kota Negara Surakarta Hadiningrat. Kraton Surakarta merupakan pindahan dari kraton Kartosura sama dengan raja (= raja) dari bahasa Sanskerta yang artinya penguasa. Dari kata ratu kemudian menjadi kata karaton yaitu dari kata ratu ditambahkan awalan ka dan akhiran an kemudian menjadi karatu-an kemudian luluh menjadi kraton/keraton. Kraton merupakan tempat tinggal bagi raja beserta akibat pemberontakan atau ontranontran yang dilakukan oleh orang Cina yang disebut sebagi Geger Pecinan (Nurcholish Madjid, 2001:189). Oleh karena itu, atas kehendak SISKS Paku Buwono II, karaton dipindahkan ke desa Sala, pada tanggal 17 Sura tahun Je 1670 atau 17 Pebruari 1745 hari Rabu, kerabat kraton. Kraton Surakarta berdirilah Kraton Surakarta Hadiningrat atau kraton Kasusunanan Surakarta merupakan Hadiningrat sebagai kelanjutan dari Kraton Kartosura atau penerus Kraton Mataram yang didirikan oleh 56
8 Panembahan Senopati ing Ngalogo Sayidin Panatadinan pada akhir abad ke 16 Masehi. Berdirinya Karaton Surakarta Hadiningrat sama dengan kepindahan Karaton Kartasura ke desa Sala, yaitu pada hari Rabu tanggal 17 Sura tahun Je 1670 atau tanggal 17 Pebruari 1745 yang Kraton Surakarta Hadiningrat. Susuhunan Paku Buwono memerintah Kraton Surakarta selama empat tahun sampai sekarang Kraton Surakarta Hadiningrat diperintah oleh keturunan atau trah dari garis laki-laki Susuhunan Paku Buwono II berturut - turut sampai dengan Paku ditandai dengan candra sangkala : Kombuling Pudya Kapyarsihing Nata. Sejak itu secara resmi desa Sala oleh Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono II berganti nama menjadi Nagari Surakarta Hadiningrat sebab di desa ini berdiri Secara fisik kraton Surakarta Hadiningrat dibagi menurut konsep konsentris (empat lingkaran) kerajaan Jawa yaitu: Lingkaran pertama : Kedhaton dan sekitarnya yang dikelilingi oleh benteng pertama. Lingkaran kedua wilayah antara dua beteng yang disebut Baluwarti. Buwono XIII sampai sekarang Lingkaran ketiga adalah pasembahan dengan gelar selengkapnya Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono Ing Ngalogo Senopati yang terletak di halaman luar kori (pintu masuk) brajanala dan terakhir, lingkaran keempat alun-alun di depan pasembahan (Darsiti Suratman, Ngabdurrahman Panatagama. Sayidin 2000:1). Perlu diketahui bahwa dalam Kraton Surakarta Hadiningrat 57
9 masih menjalankan upacara adat sebagai warisan budaya Jawa dari Jawa yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit, Demak dan seterusnya yang tetap dilestarikan leluhurnya. Adapun upacara dalam Kraton Surakarta Hadiningrat dibagi menjadi dua yaitu Pisowanan Ageng upacara resmi dan diselenggarakan pada tanggal 12 Pisowanan Padintenan upacara harian (tidak resmi). Ada empat macam upacara resmi yaitu: 1. Wiyosan Jumenengandalem merupakan perayaan kenaikan tahta Raja dimana acara ini diselenggarakan setahun sekali pada tanggal 25 bulan Rejeb. 2. Grebeg Besar merupakan perayaan hari raya kurban atau Idul Adha di mana mempunyai makna perayaan besar, diselenggarakan pada tanggal 10 bulan Dzulhijah dalam Kalender Jawa disebut sebagai Bulan Besar 3. Grebeg Mulud merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang Mulud. 4. Grebeg Pasa diselenggarakan pada tanggal 1 bulan Syawal setelah menjalankan ibadah puasa atau hari raya Idul Fitri. Dalam upacara resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa kedhaton dalam bentuk perintah dan laporan jalannya upacara. Selain upacara resmi, dalam karaton Surakarta Hadiningrat juga menyelenggarakan upacara tidak resmi. Upacara kraton yang tidak resmi jumlahnya banyak dan dikenal masyarakat luas karena pelaksanaannya melibatkan masyarakat meskipun pelaksanaannya di luar kraton tetapi masih dalam kekuasaan kraton. Dalam upacara tidak resmi ada yang menggunakan bahasa kedhaton dan ada juga yang tidak menggunakan bahasa kedhaton. di bawah ini yang 58
10 termasuk upacara tidak resmi yang pelakasanaannya menggunakan bahasa kedhaton adalah sebagai berikut: 2. Wilujengan Dhukutan Kol Dalem yaitu upacara keselamatan untuk Raja-Raja Kraton Surakarta Hadiningrat. Upacara tidak resmi yang pelaksanaannya tidak menggunakan bahasa kedhaton adalah sebagai berikut : 1. Malam 1 Sura merupakan peringatan pergantian tahun Jawa atau lebih dikenal dengan Kirab Pusaka 1 Sura yang dilaksanakan dengan mengelilingi bangunan karaton luar dengan berjalan kaki 1. Sesaji Mahesa Lawung merupakan pemberian sesaji berupa kepala kerbau jantan yang belum pernah digunakan untuk bekerja. Pusaka Malam Sura mirip seperti orang-orang yang sedang melakukan doa oleh karena itu, bagi siapa saja yang mengikuti upacara baik yang membawa pusaka atau yang mengiringi kirab tersebut dilarang bicara, makan, minum dan merokok, hal inilah yang disebut dengan Tapa Bisu. 2. Boyong Kedhaton merupakan perayaan kepindahan Karaton Kartosura ke Surakarta akibat Geger Pecinan dimana diselenggarakan setiap tanggal 17 Sura. yang dimulai tepat pukul sampai dini hari. Dalam Kirab 2.4 Lokasi Penelitian 59
11 Lokasi penelitian ini di kraton Surakarta Hadiningrat, lokasi ini dipilih karena kraton merupakan pusat kebudayaan Jawa. Sebagai pusat kebudayaan Jawa, tata krama atau unggah-ungguh merupakan hal yang Sumber data penelitian ini adalah sangat penting dan dominan. Peneliti mengamati tuturan masyarakat kraton yang dijadikan sebagai sumber data yang relevan pada sejumlah bagian yang digunakan sebagai tempat pengamatan. 2.5 Sumber Data Jenis sumber data yang dapat tuturan masyarakat kraton yang telah dimanfaatkan dalam penelitian ini digali dari berbagai macam sumber data. sebagai berikut: Responden Peneliti memilih responden yang dipandang memahami benar permasalahan yang diteliti sehingga sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam mengumpulkan data. pemilihan responden dapat berkembang Informan Peneliti memilih informan sebagai sumber data terdiri atas para pengageng pembesar kraton di antaranya adalah Dra. GKR. Wandhansari, beliau adalah pimpinan kantor Sasanawilapa kantor sekretariat pusat dan KGPH. Puger, B.A., selaku pimpinan Sasanapustaka perpustakaan kraton sekaligus adik kandung raja. Para abdidalem pegawai kraton antara lain KRAr. Winarnokusuma, selaku wakil Pengageng Sasanawilapa wakil sekretariat pusat, KRAT. Pujodiningrat, KRAT. Budayaningrat sebagai praktisi tata cara dalam upacara kraton. Pemilian informan dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan kecakapan 76
12 (pengetahuan dan wawasan) bahasa dan budaya Jawa yang dimiliki. 2.6 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, rekaman, dan wawancara. Observasi berperan dilakukan di kraton Surakarta Hadiningrat, peneliti terlibat langsung dengan cara mengikuti aktivitas kraton dalam acara resmi upacara adat seperti (istirahat, percakapan santai). Partisipasi peneliti dalam memperoleh data tuturan lisan dapat bersifat aktif yaitu dengan memancing percakapan dan dapat bersifat pasif yaitu dengan menyimak percakapan yang terjadi dalam masyarakat kraton. kenaikan tahta Raja atau tidak resmi Rekaman digunakan untuk merekam percakapan masyarakat kraton yang berupa data lisan dengan menggunakan MP3 sehingga tidak terjadi. Setelah itu, percakapan yang sudah direkam kemudian ditranskipsikan secara ortografis yang berbentuk tulisan latin. mengganggu proses tuturan yang Wawancara mendalam (in-depth interview) digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai wujud, faktor-faktor penentu, dan fungsi sosial penggunaan bahasa Jawa dalam masyarakat kraton Surakarta Hadiningrat. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan yang menguasai kebudayaan Jawa khususnya kepada GKR. Wandhansari selaku Pengageng Sasanawilapa Pimpinan Sekretaris 61
13 kraton, KGPH. Puger, B.A. selaku Pengageng Sasana Pustaka Pimpinan Winarnokusuma selaku Humas Kraton Surakarta Hadiningrat. Perpustakaan kraton dan KRAr. 2.7 Metode Analisis Data Dalam kajian linguistik, data yang diperoleh dalam tahapan penyediaan data lazim dikumpulkan dan dikelompokkan menjadi suatu korpus data (Nadar: 2009:119). Data yang terkumpul dalam korpus data dianalisa secara kontekstual dengan menggunakan teori tertentu. diringkas ke dalam korpus data selanjutnya akan dianalisis dengan teori Prinsip Kerja Sama (PKS) Grice yang meliputi empat maksim untuk mengetahui apakah masyarakat kraton Surakarta Hadiningrat menggunakan prinsip ini ketika bertutur dalam lingkungan kraton. Selanjutnya data yang sudah 3. Penyajian dan Hasil Analisis Data Hasil analisis data disajikan dengan menggunakan kata-kata biasa dan bukan menggunakan tanda dan metode informal yang dideskripsikan melalui bentuk uraian kalimat sebagai berikut: lambang-lambang, Menurut Sudaryanto (1993:145) penyajian hasil analisis seperti itu disebut sebagai Data no.1 Konteks situasi: dua orang abdidalem yang sedang bersantai di Sasana Wilapa. 62
14 Abd (Pt) Abd (Mt) Abd (Pt) Abd (Mt) : jenengan boten mabur tho Mas? : kamu tidak terbang Mas? : mabur tekan mriki. : terbang sampai sini. : mabur nderek Gusti teng Prancis. : terbang ikut Gusti ke Prancis. : mboten. : tidak. Berdasarkan teori PKS, dikatakan bahwa jawaban yang diucapkan oleh masyarakat kraton telah melanggar maksim relevansi dan cara. Jawaban yang diberikan tidak relevan dengan konteks pembicaraan dan tidak jelas. Data No. 2 Ketika ditanya tidak terbang Mas? Jawaban yang diberikan terbang sampai ini. Sehingga penutur harus mengulang pertanyaan dengan cara yang lain agar mendapatkan jawaban yang dimaksud. Konteks situasi: abdidalem yang memberikan informasi untuk mengisi budaya Jawa di RRI Surakarta. Abd (Pt) Abd (Mt) : Kangjeng, mbenjang Senin kapurih ngisi wonten RRI Surakarta bab budaya Jawa. : Kangjeng, besuk Senin disuruh mengisi di RRI Surakarta mengenai budaya Jawa. : nggih, matur nuwun. : Ya, terima kasih. Berdasarkan teori PKS jawaban yang diberikan oleh masyarakat kraton telah melanggar maksim kuantitas karena dia memberikan informasi yang sedikit namun demikian jawaban tersebut tidak melanggar maksim kualitas yaitu dia dapat menjawab dengan jujur. Data No.3 64
15 Konteks situasi : Dua orang abdidalem (kebon darat) 2 yang sedang membersihkan kraton di dekat Sasanasewaka. Abd (Pt) Abd (Pt) Abd (Mt) : wa..pakdhe Kampret, nyapu dienjah-enjah. Wa paman Kampret, nyapu dilompat-lompat. : Kene lho, kowe tekan kono arep golek apa? Sini, kamu sampai kesana mau cari apa? : Yo. : Ya. 2 Kebon darat adalah abdidalem yang bertugas membersihkan kraton. 64
16 Berdasarkan prinsip kerja sama, data no.3 dikatakan telah melanggar maksim relevansi dan maksim cara. Masyarakat kraton yaitu abdidalem telah memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang Data No. 4 diajukan. Hal ini dapat dilihat bahwa informasi yang diberikan masyarakat kraton tidak jelas dan menimbulkan ketaksaan. Ketika ditanya kamu ke sana mau cari apa? Jawaban yang diberikan adalah ya. Konteks situasi: pada waktu upacara kenaikan tahta Raja kraton Surakarta Hadiningrat. Bupati Estri (Pt) Bupati Riyo Inggil (Mt) : Kangjeng Raden Aryo Tumenggung Saptodiningrat, pakenira kadhawuhan mungelake Gamelan. Kangjeng Raden Aryo Tumenggung Saptonodiningrat, kamu diperintahkan membunyikan Gamelan. : nggih, sendhika. Ya, siap laksanakan. Analisis data no. 4 menunjukkan bahwa masyarakat kraton telah melanggar maksim maksim kuantitas karena dia memberikan informasi yang sedikit namun demikian jawaban tersebut tidak melanggar maksim kualitas yaitu dia dapat menjawab dengan jujur. 4. Simpulan Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: berdasarkan teori Prinsip Kerja Sama (PKS) Grice menunjukkan bahwa masyarakat kraton dalam bertutur ternyata hanya mematuhi maksim yang kedua yaitu maksim kualitas. Hal ini sejalan dengan prinsip masyarakat kraton yaitu tidak suka berbohong dan berkata jujur apa adanya sesuai dengan kenyataan. Selanjutnya, masyarakat kraton dalam bertutur ternyata telah melanggar Prinsip Kerja Sama pada maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim cara. Sering kali jawaban yang diberikan oleh masyarakat kraton adalah jawaban yang tidak relevan dan tidak sesuai 65
17 dengan konteks pembicaraan sehingga menimbulkan ketaksaan. Daftar Pustaka Dwirahardjo, Maryono Fungsi dan Bentuk Krama dalam Masyarakat Tutur Jawa. Studi Kasus di Kotamadya Surakarta (Disertasi). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Gunarwan, Asim Pragmatik Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta: Universitas Atmajaya. Leech, Geoffrey Principles of Pragmatics. London and New York : Longman. Murcahyanto, Herry Penggunaan Bahasa Kedhaton Dalam Lingkup Karaton Surakarta Hadiningrat. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Madjid, Nurcholish Raja di Alam Republik. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Nadar, FX Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ranggawarsita, R.Ng Serat Waduaji Tuwin Serat Tatakrami Tembung Kadhaton (manuskrip). Surakarta: Kraton Surakarta Hadiningrat. Rahardi, Kunjana Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Soepomo, Koendjana Th. Gloria Soepomo, Alif dan Sukarsa Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan. Sudaryanto Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sutopo, HB Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. S. Puspaningrat Putra Putri Dalem Karaton Surakarta. Surakarta: CV. Cendrawasih. Soeratman, Darsisti Kehidupan Dunia Kraton Surakarta: Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia. Tashadi Upacara Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Proyek Invebtarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 67
MAKNA IMPLIKATUR DALAM PERCAKAPAN BAHASA JAWA DI KRATON SURAKARTA HADININGRAT
MAKNA IMPLIKATUR DALAM PERCAKAPAN BAHASA JAWA DI KRATON SURAKARTA HADININGRAT Eka Susylowati Universitas Surakarta Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implikatur yang terdapat dalam masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan
Lebih terperinciKesantunan, Bahasa Jawa, Kraton Surakarta Hadiningrat
Kesantunan Berbahasa Jawa Dalam Kraton Surakarta Hadiningrat Eka Susylowati, SS, M.Hum Staf Pengajar Universitas Surakarta Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan wujud bahasa Jawa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai
Lebih terperinciPenggunaan bahasa kedhaton dalam lingkup karaton Surakarta Hadiningrat
Penggunaan bahasa kedhaton dalam lingkup karaton Surakarta Hadiningrat TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama : Linguistik Deskriptif Oleh
Lebih terperinciKESOPANAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM KRATON SURAKARTA HADININGRAT
KESOPANAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA DALAM KRATON SURAKARTA HADININGRAT Eka Susylowati, SS, M.Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstract This research aims to find out Javanese
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,
8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Tradisi (bahasa latin traditio diteruskan ) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu
Lebih terperinciBAB II ISI SERAT ABDI DALEM KERATON
7 BAB II ISI SERAT ABDI DALEM KERATON 2.1 Deskripsi Serat Abdi Dalem Keraton Serat Abdi Dalem Keraton terdapat di Ruang Naskah Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,. Dengan kode naskah UK.14,
Lebih terperinciPRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi
Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Lebih terperinciREALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keraton berasal dari kata rat mendapat awalan ka atau ke dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keraton berasal dari kata rat mendapat awalan ka atau ke dan akhiran an mempunyai arti tempat tinggal ratu 1, pusat pemerintahan ratu, atau ibu kota kerajaan. Sedangkan
Lebih terperinciPERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU
194 PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU Titje Puji Lestari, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Dehasen Bengkulu titjepujilestari90@yahoo.com
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS Tinjauan Pragmatik Skripsi diusulkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Diajukan oleh: Ardison 06184023 JURUSAN SASTRA
Lebih terperinciOleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK
REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciJurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN
PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan
Lebih terperinciOleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo
PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah keberadaan kota Surakarta tidak bisa terlepas adanya keraton Surakarta yang secara proses tidak dapat terlepas pula dari kerajaan pendahulunya yakni
Lebih terperinciREALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7
Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Haswinda Harpriyanti dan Helda Safitri Oktani
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi
16 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan 1. Metode Deskriptif Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
Lebih terperinciMakna Implikatur Dalam Kolom Gagasan di Solopos. Eka Susylowati, SS, M. Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta.
Makna Implikatur Dalam Kolom Gagasan di Solopos Eka Susylowati, SS, M. Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui makna implikatur
Lebih terperinciMAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman
MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA
Lebih terperinciREALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7
Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Helda Safitri Oktani, Haswinda Harpriyanti Program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA
ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran
BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian
Lebih terperinciANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Surakarta dan lebih tepatnya di lingkup Keraton Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada rentan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, termasuk kisruh di lingkungan pemerintahan tak lepas dari sorotan masyarakat. Hal itu ditandai oleh semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga
III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca. Metode yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW
KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.
Lebih terperinciPERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)
PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis nilai..., Yesy Wahyuning Tyas, FIB UI, 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia-manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, 1990: 180). Selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.
Lebih terperinciKRITIK SOSIAL DALAM HUMOR STAND UP COMEDY EPISODE KITA INDONESIA (KAJIAN PRAGMATIK)
KRITIK SOSIAL DALAM HUMOR STAND UP COMEDY EPISODE KITA INDONESIA (KAJIAN PRAGMATIK) Nur Saptaningsih 1 ; Vianinda Pratama Sari 2 nur.saptaningsih.translator@gmail.com; vianinda.pratama@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya untuk komunikasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk komunikasi. Fungsi bahasa tersebut bergantung
Lebih terperinciANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)
ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK) Oleh : Agung Nugroho A.310.010.128 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini
Lebih terperinciTINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi
TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah EKO CAHYONO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang berwujud ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau tulisan sebagai representasi ujaran itu (Wijana, 2011:1).
Lebih terperinciKESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah HERU SUTRISNO
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Waktu Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Keraton Kasunanan Surakarta, yang beralamat Jl. Mangkubumen Sasono Mulyo Solo Kota / Pasar Kliwon.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif-kualitatif. Menurut Bogdan dan Bilken dalam Subroto, penelitian kualitatif merupakan
Lebih terperinciTUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK
TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.
Lebih terperinciBentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep
Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dan memiliki wilayah kekuasaannya sendiri-sendiri. Para pangeran yang tinggal di
BAB V KESIMPULAN Dalem Kepangeranan dibangun tidak hanya sebagai sebuah rumah bagi para pangeran, tetapi juga mengandung unsur politik, sosial dan filosofi. Sebelum masa pemerintahan Sunan Paku Buwana
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI
IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, dan adat istiadat. Berbagai suku bangsa tersebut mewarisi kebudayaan yang telah
Lebih terperinciKALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran bahasa Jawa antara lain untuk melestarikan budaya Jawa dan membentuk budi pekerti generasi bangsa. Hal tersebut tertuang dalam standar isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu sering melakukan percakapan. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara (speaker) dan seorang
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO
PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA SEBAGAI SARANA PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM WACANA LISAN KOMIKA DODIT MUYANTO Titi Puji Lestari Universitas Negeri Semarang titipujilestari29@gmail.com Abstrak Humor dapat disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.
Lebih terperinciIMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI
IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA
ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan penuturnya. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi manusia. Manusia selalu menggunakan bahasa untuk
Lebih terperinciKETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik)
KETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa
Lebih terperinciPENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK
PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK Agus Hermawan Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI
IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciTabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV
digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini banyak menuntut masyarakat untuk memahami berbagai macam penggunaan bahasa yang digunakan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang merupakan istana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.
Lebih terperinciERIZA MUTAQIN A
IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa
Lebih terperinciKAIDAH KESANTUNAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR: KAJIAN PRAGMATIK. Nanik Setyawati, S.S., M.Hum. Universitas PGRI Semarang
KAIDAH KESANTUNAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR: KAJIAN PRAGMATIK Nanik Setyawati, S.S., M.Hum. Universitas PGRI Semarang n.setyawati.71@gmail.com Abstrak Tuturan dosen sengaja dipersiapkan untuk mencapai
Lebih terperinciTINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi
TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makam Kotagede atau sering disebut juga dengan Sargede adalah sebuah makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar Sutawijaya, pendiri kerajaan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban dari perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Simpulan dari penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya
Lebih terperincimenafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik yang selalu berkembang dari masa kemasa memegang perana penting dalam dunia kebahasaan. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti melakukan percakapan. Percakapan dilakukan oleh setidaknya dua orang, yaitu seorang pembicara dan seorang pendengar atau lawan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
Lebih terperinciBENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciREALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Syamsuddin & Damaianti (2007: 73) mengungkapkan bahwa penelitian
Lebih terperinciGambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com
BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciPRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK
PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER oleh Erha Aprili Ramadhoni, Totok Suhardiyanto Program Studi Indonesia,
Lebih terperinciPANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com
Lebih terperinci