FINAL DOKUMEN POLA Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serayu-Bogowonto KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FINAL DOKUMEN POLA Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serayu-Bogowonto KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR i

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II ISU STRATEGIS MDGs Ketahanan Pangan Global Climate Changes Isu Strategis Lokal... 5 BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN SDA DI WS SERAYU-BOGOWONTO Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Tertentu... 9 BAB IV PENATAAN RUANG DI WS SERAYU-BOGOWONTO Kondisi Struktur Ruang Pola Penggunaan Lahan Penyimpangan Rencana Tata Ruang Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Sungai BAB V DATA UMUM Data Topografi Kondisi Geologi Penggunaan Lahan Infrastruktur Sumber Daya Air Yang Sudah Ada Kependudukan Sektor Pertanian Sektor Industri i

3 5.8. Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Studi Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan Erosi Kerentanan Gerakan Tanah Banjir Kekeringan Lahan Kritis Kondisi Kualitas Air Galian C Masalah Yang Berkembang Saat ini Berdasarkan Hasil PKM Pengembangan Air Permukaan Pengembangan Air Tanah Pengembangan PLTA Pendayagunaan / Pemanfaatan SDA Irigasi Konsumsi Rumah Tangga, Kota dan Industri (RKI) BAB V ANALISIS Asumsi, Kriteria dan Standar yang digunakan dalam penyusunan Rancangan Pola Kriteria Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan Air Irigasi di WS Serayu BAB VII HASIL ANALISIS Neraca Air Existing Neraca Air Skenario Ekonomi Rendah Neraca Air Skenario Ekonomi Sedang Neraca Air Skenario Ekonomi Tinggi BAB VIII SKENARIO DALAM PENGELOLAAN SDA WS SERAYU- BOGOWONTO ii

4 8.1. Ekonomi Rendah Rancangan / Strategi Jangka Pendek (tahun 2012) Rancangan / Strategi Jangka Menengah (tahun 2017) Rancangan / Strategi Jangka Panjang (tahun 2027) Berdasarkan Skenario Pertumbuhan Ekonomi Sedang Rancangan / Strategi Jangka Pendek (tahun 2012) Rancangan / Strategi Jangka Menengah (tahun 2017) Rancangan / Strategi Jangka Panjang (tahun 2027) Berdasarkan Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Rancangan / Strategi Jangka Pendek (tahun 2012) Rancangan / Strategi Jangka Menengah (tahun 2017) Rancangan / Strategi Jangka Panjang (tahun 2027) Alternatif pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air ditinjau menurut 5 aspek Pengelolaan Sumber Daya Air BAB VIII KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Penjelasan Matrik LAMPIRAN iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 2-1. Indikator Ekonomi Makro... 4 Tabel 4-1. Fungsi Ruang dan Potensi Sektor Ekonomi pada WS Serayu Tabel 4-2. Luasan Penggunaan Lahan Di WS Serayu Tahun Tabel 4-3. Penyimpangan Peruntukan Lahan di WS Serayu Tabel 4-4. Alokasi Kawasan Lindung di WS Serayu Tabel 5-1. Elevasi per Kabupaten di WS Serayu Tabel 5-2. Luas Kawasan Hutan Propinsi Jawa Tengah menurut Fungsinya Tabel 5-3. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Tingkat Kepadatan dan Jumlah Rumah Tangga Tabel 5-4. Luas Sawah dan Bukan Sawah Yang Dimiliki Masing-masing Kabupaten dan Proporsinya (2005) Tabel 5-5. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Upah dan Output (Hasil Produksi) Serta Nilai Tambah Industri Tabel 5-6. Pola Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Pada Kabupaten Dalam WS Serayu-, Tabel 5-7. Laju Perkembangan PDRB Per Sektor Bidang Usaha Atas Dasar Harga Konstan Untuk Tahun Tabel 5-8. Tingkat Erosi untuk Wilayah Sungai Serayu Tabel 5-9. Tingkat Kerentanan Gerakan Tanah di WS Serayu Tabel Luas Genangan Banjir Sebelum SJFCP di WS Serayu Tabel Luas Genangan Banjir Setelah SJFCP di WS Serayu Tabel Luas Lokasi Prioritas I masing-masing WS Serayu Tabel Luas Lokasi Prioritas II masing-masing WS Serayu Tabel Pencemaran Air Tanah di WS Serayu Tabel Pencemaran Air Sungai Di WS Serayu Tabel Hasil Analisis Data Air di WS Serayu Tabel Perkiraan Volume Penambangan Pasir Tabel Ketersediaan Air Wilayah Sungai Serayu- Secara Umum Tabel Ketersediaan Air Wilayah Sungai Serayu- Secara Rinci Tabel Potensi PLTA di WS Serayu iv

6 Tabel Luas Areal Irigasi Teknis Tabel Jumlah Penduduk yang Terlayani dan Tingkat Layanan PDAM masingmasing Kabupaten / Kota di WS Serayu Tabel Kapasitas Produksi PDAM per Kabupaten Berdasarkan Sumber Airnya Tabel 6-1. Kriteria Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari Berdasarkan Jumlah Penduduk Tabel 6-2. Proyeksi Luas Areal Irigasi di WS Serayu Tabel 7-1. Neraca Air Existing WS Serayu Tabel 7-2. Tabel Ketersediaan dan Pemanfaatan Air di WS Serayu- (Skenario 1) Tabel 7-3. Tabel Ketersediaan dan Pemanfaatan Air di WS Serayu- (Skenario 2) Tabel 7-4. Tabel Ketersediaan dan Pemanfaatan Air di WS Serayu- (Skenario 3) v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 4-1. Pola Ruang WS Serayu Gambar 4-2. Peta Tata Guna Lahan WS Serayu Gambar 4-3. Kondisi Penyimpangan Lahan pada WS Serayu Gambar 4-4. Rencana Zona Pemanfaatan SDA pada WS Serayu Gambar 5-1. Lokasi Wilayah Sungai Serayu Gambar 5-2. Peta Topografi WS Serayu Gambar 5-3. Peta Geologi WS Serayu Gambar 5-4. Peta Lokasi Bendung WS Serayu Gambar 5-5. Peta Erosi di WS Serayu Gambar 5-6. Daerah Kerentanan Gerakan Tanah WS Serayu Gambar 5-7. Peta Daerah Genangan Banjir Sebelum SJFCP di WS Serayu Gambar 5-8. Peta Daerah Genangan Banjir Setelah SJFCP di Gambar 5-9. Daerah Defisit Air di WS Serayu Gambar Peta Lahan Kritis di WS Serayu Gambar Peta Hidrogeologi Wilayah Sungai Serayu Gambar Cekungan Airtanah Wilayah Sungai Serayu Gambar Peta Mata Air Wilayah Sungai Serayu Gambar 7-1. Neraca Air Existing WS Serayu Gambar 7-2. Neraca Air RKI WS Serayu- (Skenario 1) Gambar 7-3. Neraca Air Irigasi WS Serayu- (Skenario 1) Gambar 7-4. Neraca Air WS Serayu- (Skenario 1) Gambar 7-5. Neraca Air RKI WS Serayu- (Skenario 2) Gambar 7-6. Neraca Air Irigasi WS Serayu- (Skenario 2) Gambar 7-7. Neraca Air WS Serayu- (Skenario 2) Gambar 7-8. Neraca Air RKI WS Serayu- (Skenario 3) Gambar 7-9. Neraca Air Irigasi WS Serayu- (Skenario 3) Gambar Neraca Air WS Serayu- (Skenario 3) vi

8 1. BAB I PENDAHULUAN Perencanaan pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai merupakan suatu pendekatan holistik, yang merangkum aspek kuantitas dan kualitas air. Perencanaan tersebut merumuskan dokumen inventarisasi sumber daya air wilayah sungai, identifikasi kebutuhan air saat ini dan masa mendatang pengguna air dan estimasi kebutuhan mereka baik pada saat ini maupun di masa mendatang, evaluasi upaya alternatif agar lebih baik dalam penggunaan Sumber Daya Air. Pada Pasal 1 ayat 8 UU Nomor 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa: Pola Pengelolaan Sumber Daya Air adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Pada pasal 11 ayat l sampai dengan ayat 4 UU No. 7 Tahun 2004 meyebutkan bahwa untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air. Pola pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan Satuan Wilayah Sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Dengan terbitnya UU No. 7 / 2004 tentang Sumber Daya Air tersebut diatas, jelas bahwa tahapan pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah sebagai berikut : 1. Sebelum dilakukannya penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah sungai, terlebih dahulu perlu dilakukan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang berisi tentang : (1) Tujuan umum pengelolaan SDA. (2) Dasar-dasar pengelolaan sumber daya air. (3) Prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan. (4) Konsepsi kebijakan-kebijakan dasar pengelolan sumber daya air dan (5) Rencana pengelolaan strategis. Dalam penyusunan Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai, kebijakan sumber daya air yang ada baik secara nasional maupun daerah perlu digunakan sebagai acuan. 2. Sebagai tindak lanjut dari penyusunan rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai tersebut, berikutnya disusun Rencana Induk (Master Plan) Pengelolaan 1

9 Sumber Daya Air yang merupakan pengelolaan secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan Sumber Daya Air, dimana perencanaan tersebut disusun dengan berpedoman kepada pola pengelolaan sumber daya air untuk wilayah sungai terkait. 3. Kegiatan selanjutnya secara berurutan setelah penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah : a)studi Kelayakan (FS), b)rencana rinci, c)pelaksanaan Konstruksi, serta d)operasi dan Pemeliharaan (O&M). Berdasarkan hal tersebut di atas pada Tahun Anggaran 2007, Balai Besar Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang bermaksud akan melakukan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Wilayah Sungai Serayu- guna mewujudkan pemanfaatan dan pendayagunaan sumber air di wilayah sungai tersebut secara serasi dan optimal, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan Maksud dari pekerjaan ini adalah merumuskan dan menyusun Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serayu-. Tujuan dari penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai (PSDAWS) Serayu-, adalah untuk merumuskan pola pengelolaan suatu wilayah sungai termasuk menyusun dokumentasi sumber daya air wilayah sungai (air permukaan dan air tanah), menganalisis perimbangan ketersediaan dari kebutuhan air baik untuk saat ini maupun di masa mendatang (20 tahun), dan mengidentifikasi rencana program-program strategis yang dapat menjadi kerangka dasar untuk pengelolaan sumber daya air wilayah sungai, dengan melibatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha. Pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai berisi rencana strategis pengelolaan sumber daya air untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Visi Pengelolaan Sumber Daya Air Visi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serayu adalah terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Jawa Tengah untuk menunjang tercapainya tatanan masyarakat madani melalui otonomi daerah Propinsi Jawa Tengah. Misi Pengelolaan Sumber Daya Air Misi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serayu adalah : 2

10 1. Melakukan konservasi sumber daya air secara berkelanjutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis. 2. Mendayagunakan sumber daya air secara adil serta memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas untuk berbagai kebutuhan, secara berkelanjutan dan menerapkan teknologi pengelolaan sumber daya air yang berwawasan lingkungan. 3. Mengendalikan daya rusak air untuk terwujudnya kondisi aman, damai dan tertib dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat 4. Memberdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air, antara lain dalam pengelolaan hutan dan lahan, mengembangkan sistim ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Meningkatkan keterbukaan serta ketersediaan data dan informasi sumber daya air, dengan layanan publik yang bermutu, disertai dengan penetapan standar layanan yang baku. 3

11 2. BAB II ISU STRATEGIS 2.1. MDGs Agenda politik Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah melanjutkan proses transisi dari negara yang bersifat otokrasi, negara sentralistis ke demokratis, menjadi negara desentralistis dan telah berhasil mendapatkan kembali stabilitas politik dan ekonomi makro. Meskipun semua indikator positif, perhatian tetap pada kemiskinan yang masih menyebar luas (110 juta orang hidup dengan pendapatan kurang dari 2 US$ per hari), dan pemerintah yang lemah yang membiarkan investor pergi dan meruntuhkan perlengkapan layanan yang efektif untuk masyarakat (kesehatan, pendidikan, air) sebagai gambaran dalam indikator MDG. Tabel 2-1. Indikator Ekonomi Makro Indikator Ekonomi Makro Nilai Pertumbuhan Ekonomi < 4% per tahun Hutang 72% (dari 100% dari GDP) Kemiskinan 16% (dari 27% dari populasi) Inflasi < 7% per tahun Sumber : GGWRM, 2005 Indonesia telah melakukan pembaruan dimana mampu menjadi pemerintahan yang lebih efektif dan akuntabel, dan perbaikan tingkat pertumbuhan. Mengikuti keputusan untuk tidak memperbarui program IMF setelah 2003, pemerintah menyiapkan paket pembaruan politik yang komprehensif sampai akhir Letter of intent untuk masyarakat indonesia ini memberikan agenda tindakan tindakan penting, meliputi manajemen ekonomi makro, pembaruan sektor keuangan, dan kebijakan untuk membantu membangkitkan investasi dan mengurangi kemiskinan. Di sisi lain kondisi sumber daya air secara nasional sudah kian kritis. Hal ini ditandai dengan silih bergantinya bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan serta pencemaran yang semakin sering melanda berbagai kawasan di tanah air kita. Rentetan peristiwa tersebut tentu saja tidak hanya disebabkan oleh faktor alam dan kondisi DAS semata, tetapi sangat terkait pula dengan perilaku manusia termasuk tingkat kinerja lembaga lembaga pengelola sumber daya air di daerah aliran sungai bersangkutan. 4

12 Berdasarkan hasil World Water Forum II di Den Haag Belanda, pada bulan maret tahun 2000 dan World Water Forum III di Kyoto Jepang tahun 2003, banyak negara yang diprediksikan akan mengalami krisis air pada tahun 2015, termasuk diantaranya Indonesia. Adapun target capaian MDGs yaitu proporsi penduduk yang tidak memiliki akses air minum yang aman sudah harus berkurang sampai setengahnya dibandingkan dengan kondisi tahun 2003 ketika MDGs dideklarasikan, 2.2. Ketahanan Pangan Berkaitan dengan Ketahanan Pangan, Wilayah Sungai Serayu- merupakan salah satu lumbung padi nasional dengan luas areal sawah mencapai lebih 40 ribu hektar. Untuk mendukung keberlanjutan ketahanan pangan pada era yang akan datang maka ditetapkan pembangunan irigasi baru dan alih fungsi sawah sampai tahun 2025 dengan target minimal 5000 Ha tiap 5 tahun 2.3. Global Climate Changes Beberapa tahun ini semakin banyak bencana alam yang terjadi dan fenomenafenomena alam yang mulai kacau. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa bumi ini sedang mengalami proses kerusakan. Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Perubahan Iklim dan Pemanasan Global. Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Sedangkan Perubahan Iklim adalah suatu keadaan berubahnya pola iklim dunia. Suatu daerah mungkin mengalami pemanasan, tetapi daerah lain mengalami pendinginan yang tidak wajar. Akibat kacaunya arus dingin dan panas ini maka perubahan iklim juga menciptakan fenomena cuaca yang kacau, termasuk curah hujan yang tidak menentu, aliran panas dan dingin yang ekstrem, arah angin yang berubah drastis, dan sebagainya Isu Strategis Lokal Wilayah Sungai Serayu sebagai satu kesatuan hidroekologis tujuh kabupaten pada wilayah selatan Provinsi Jawa Tengah memiliki peran penting dalam rangka pengembangan wilayah pada bagian selatan Provinsi Jawa Tengah pada masa 5

13 mendatang. Keterpaduan pembangunan antara wilayah hulu dan hilir sebagai patokan utama untuk menuju keberlanjutan pembangunan pada wilayah sungai ini masih merupakan sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk diimplementasikan. Kepentingan jangka pendek masing-masing daerah administrasi, yaitu keinginan untuk melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi, sehingga masing-masing daerah berkompetesi untuk mengoptimalkan potensi wilayah yang dimiliki dan terkadang mengabaikan kepentingan ekologis, akibatnya bukan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh tetapi justru kerugian yang dipetik akibat tidak bijaknya memanfaatkan potensi sumber daya wilayah yang dimiliki. Keinginan untuk memanfaatkan sumber daya wilayah yang dimiliki untuk percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah juga dipicu oleh tekanan penduduk yang tinggi. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk pada masing-masing daerah administrasi di hulu WS Serayu cukup signifikan yaitu sebesar 1,05% per tahun diatas laju pertumbuhan penduduk provinsi Jawa Tengah sebesar 0,64% per tahun (Jawa Tengah Dalam Angka 2007). Kondisi ini tidak hanya terjadi pada wilayah hilir saja tetapi juga terjadi pada wilayah hulu WS Serayu. Tekanan penduduk yang tinggi pada wilayah hulu disatu sisi ada keterbatasan ruang yang membatasi menyebabkan tidak ada pilihan lain untuk memanfaatkan ruang-ruang yang seharusnya difungsikan menjadi kawasan lindung untuk aktivitas budidaya. Meskipun pada kondisi tertentu pemanfaatan kawasan lindung untuk aktivitas budidaya masih dimungkinkan dengan teknik budidaya yang ramah lingkungan. Tetapi sekali lagi karena desakan kepentingan jangka pendek hal ini sering diabaikan, masysarakat selalu menginginkan sesuatu yang cepat menghasilkan. Sebagai contoh budidaya tanaman kentang pada kawasan hulu WS Serayu yang hingga saat ini masyarakat enggan menggantinya dengan komoditas tanaman keras yang rebih lamah lingkungan atau dengan aktivitas budiaya non pertanian seperti wisata yang punya potensi pengembangan jangka panjang. Selain faktor tekanan penduduk sebagaimana diuraikan di atas, faktor lain yang mempunyai peran strategis dalam pengembangan wilayah pada WS Serayu adalah rencana pengembangan jaringan jalan selatan-selatan Jawa, yang direncanakan akan menyusuri pantai di wilayah selatan Provinsi Jawa Tengah. Pengembangan jaringan jalan ini memang dipastikan akan memberikan dampak positif dalam pengembangan ekonomi lokal pada kawasan hilir WS Serayu, tetapi yang harus diingat adalah pada kawasan hilir ini adalah kawasan yang sangat sensitif terhadap bencana keairan seperti 6

14 banjir dan kekeringan dan sebagian besar merupakan daerah pertanian. Pengembangan jalan di selatan jawa tengah akan mampu memunculkan aktivitas ekonomi dan sosial baru pada wilayah hilir WS Serayu sehingga harus diantisipasi dengan kebijakan pengelolaan sumber daya air yang sesuai agar resiko bencana keairan yang muncul dapat diminimalisir. Untuk mengantisipasi pembangunan pada WS Serayu pada masa mendatang agar mampu memberikan manfaat yang seoptimal mungkin dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka harus ada penyepakatan keadilan dalam pengembangan wilayah. Wilayah hulu harus diberikan kesadaran bahwa mereka memiliki kepentingan sebagai penjaga ekologi, dan tentu saja jasa ekologi ini harus dibayar dengan nilai yang sepadan oleh pemerintah berupa kompensasi jasa lingkungan yang juga dapat digunakan sebagai sumber untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya kesepakatan keadilan dalam pembangunan wilayah maka upaya pembangunan sebagai langkah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud tidak hanya untuk generasi saat ini tetapi juga untuk generasi masa mendatang. 7

15 3. BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN SDA DI WS SERAYU-BOGOWONTO 3.1. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung Kebijaksanaan pengembangan kawasan lindung meliputi kebijaksanaan untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup. Arah Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional, yang diwujudkan dalam: 1. Menetapkan kawasan berfungsi lindung berskala nasional (kawasan yang mempunyai keanekaragaman biota dan ekosistem yang khas, serta memiliki gejala dan keunikan/kelangkaan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan/budaya dan pembangunan), dengan pokok-pokok kriteria meningkatkan dan memelihara fungsi lindung fisik wilayah dan sosial budaya bangsa, yang meliputi Taman Nasional, Taman Nasional Laut, Taman Wisata Laut, Taman Hutan Raya, Suaka Alam, Cagar Alam, Cagar Budaya, dan Kawasan Rawan Bencana. 2. Menetapkan kawasan berfungsi lindung lainnya selain kawasan lindung nasional berdasarkan kriteria penetapan kawasan lindung. 3. Mempertahankan, memelihara, dan merehabilitasi kawasan berfungsi lindung, 4. Mengembangkan kawasan berfungsi lindung 5. Memanfaatkan kawasan berfungsi lindung menjadi kawasan budidaya secara bersyarat, 3.2. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya Strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya dalam RTRWN, meliputi: 1. Menetapkan kawasan budidaya berskala nasional, untuk pemanfaatan sumberdaya alam di darat maupun di laut secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah. Strategi ini dilaksanakan untuk mengembangkan 8

16 kegiatan budidaya dengan tetap memperhatikan keterkaitan antar kegiatan yang saling mendukung serta mencegah dampak negatif yang dapat terjadi terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kehidupan ekonomi, politik, sosial dan budaya serta pertahanan keamanan masyarakat. 2. Mengembangkan kawasan budidaya 3. Pengembangan kawasan budidaya secara bersyarat 4. Mengembangkan komoditi-komoditi unggulan tertentu yang mendorong meningkatkan sinergisitas antar kawasan 3.3. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Tertentu Kebijaksanaan pengembangan kawasan tertentu diselenggarakan untuk mewujudkan prioritas dan tingkat penanganan yang diutamakan dalam pembangunan nasional. Arah Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Tertentu, diwujudkan melalui strategi sebagai berikut : 1. Mengembangkan kawasan-kawasan tertentu cepat tumbuh atau potensial tumbuh (kawasan andalan dan kawasan-kawasan konsentrasi kegiatan ekonomi/aglomerasi kegiatan). 2. Memadukan pengembangan kawasan tertentu cepat tumbuh, potensial tumbuh atau kawasan andalan dengan pengembangan kegiatan transmigrasi dan permukiman, agar pengembangan wilayah dapat saling menguatkan dengan pengembangan kependudukan. 3. Mengembangkan kawasan tertentu cepat tumbuh atau potensial tumbuh di ruang laut (kawasan andalan laut) terutama dalam rangka meningkatkan keterkaitan kegiatan produksi dan jasa di darat dan laut yang saling mempengaruhi, dengan memperhatikan potensi sumber daya serta orientasinya dan keterkaitannya dengan kota-kota serta kawasan-kawasan andalan di darat. 4. Mengembangkan kawasan-kawasan kaya sumberdaya alam dengan mengarahkan pembangunan seoptimal mungkin dan tetap menjaga kelestarian lingkungan (sustainable development). 9

17 4. BAB IV PENATAAN RUANG DI WS SERAYU-BOGOWONTO 4.1. Kondisi Struktur Ruang Struktur tata ruang Propinsi Jawa Tengah pada WS Serayu- yang selama ini menggunakan pola regionalisasi pembangunan/perwilayahan pembangunan, belum mampu mendorong pemerataan pembangunan secara optimal. Tumpang tindih penggunaan ruang untuk berbagai kepentingan seringkali terjadi karena pembangunan dan pertumbuhan yang berlangsung selama ini pada umumnya mengikuti kecenderungan pertumbuhan alami yang berlangsung secara historis. Ketidakjelasan struktur ruang skala propinsi menyebabkan penjabarannya oleh Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pembangunan menjadi tidak tepat. Apabila kecenderungan pertumbuhan ini dibiarkan terjadi, wilayah yang secara historis telah berkembang akan tumbuh dengan intensitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang kurang maju. Polarisasi akan terjadi pada kota-kota yang mempunyai potensi ekonomi yang kuat dan pemerataan pembangunan diseluruh wilayah sesuai dengan potensi dan kendalanya akan sulit untuk berlangsung. Struktur tata ruang yang baik akan memungkinkan berlangsungnya aktivitas pembangunan di lokasi yang tepat dan dengan jenis dan intensitas yang tepat dalam ruang Jawa Tengah. Pola struktur ruang di Provinsi Jawa Tengah masih sangat terpola dengan sistem alamiah, dimana simpul-simpul utama ruang terbentuk sebagai ikutan dari aktivitas transportasi, semakin tinggi intensitas transportasi akan semakin mendorong perkembangan simpul ruang yang ada. Kondisi ini memunculkan ketimpangan pertumbuhan ruang di Provinsi Jawa Tengah yaitu antara bagian utara yang pesat sekali perkembangannya dengan bagian selatan yang pertumbuhannya sangat stagnan, meskipun sudah ada upaya/kebijakan pemerintah untuk mempercepat pembangunan bagian selatan Jawa Tengah. Fungsi-fungsi ruang pada wilayah selatan sangat didominasi oleh fungsifungsi perdesaan, sebaliknya pada bagian utara jawa tengah sudah mulai bergeser ke arah fungsi perkotaan. Pergeseran fungsi ruang di Provinsi Jawa Tengah dapat diindikasikan dengan perubahan struktur ekonomi wilayah, sebagaimana terlihat dari hasil perhitungan shift and share dari masing-masing sektor ekonomi. 10

18 No Kabupaten / kota Tabel 4-1. Fungsi Ruang dan Potensi Sektor Ekonomi pada WS Serayu- Kondisi Sektor (Spesifik) Pertanian Pertambangan Industri Listrik Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa 1. Cilacap unggul agak mundur agak unggul agak mundur mundur. unggul agak unggul agak unggul agak unggul 2. Banyumas mundur unggul agak unggul unggul agak unggul agak mundur unggul agak unggul agak unggul 3. Purbalingga mundur unggul agak unggul unggul agak unggul agak mundur unggul agak unggul agak unggul 4. Banjarnegara agak mundur mundur agak unggul mundur mundur unggul agak mundur agak unggul mundur 5. Kebumen mundur unggul agak unggul unggul agak unggul agak mundur unggul agak unggul agak unggul 6. Purworejo agak unggul agak unggul agak unggul unggul agak unggul agak mundur agak unggul agak unggul agak unggul 7. Wonosobo unggul agak unggul agak unggul unggul mundur agak mundur agak mundur mundur agak mundur Sumber: RTRW Provinsi Jawa Tengah,

19 Rencana Sistem Perkotaan Sistem pelayanan perkotaan di Propinsi Jawa Tengah didasarkan pada dua aspek; yaitu potensi dan permasalahan yang berkembang di lapangan-mencerminkan kondisi riil orientasi pasar kawasan, serta arahan kebijakan yang tertuang dalam RTRWN. Berdasarkan kajian terhadap kedua aspek tersebut, ditentukan tiga bentuk kota pusat pelayanan perkotaan yang terdapat di WS Serayu- yaitu: PKN : Kota Cilacap, kota Purwokerto PKW : Kota Kroya, Kota Kebumen, Kota Kutoarjo-Purworejo, Kota Wonosobo, PKL : Majenang, Wangon, Ajibarang, Sokaraja, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Purworejo Klampok, Banjarnegara, Gombong, Karanganyar Kebumen, N W E S Kilometers Sumber: RTRW Provinsi Jawa Tengah Gambar 4-1. Pola Ruang WS Serayu- 12

20 K. Klawing K. Gebang Cokroyasan FINAL DOKUMEN POLA 4.2. Pola Penggunaan Lahan Secara umum penggunaan lahan di WS Serayu- masih didominasi oleh penggunaan lahan non permukiman pada bagian hulu dan penggunaan lahan fungsi permukiman pada bagian hilir. Tabel 4-2. Luasan Penggunaan Lahan Di WS Serayu Tahun 2004 No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase 1 Belukar 143, % 2 Danau/Waduk/Rawa/Tubuh air 2, % 3 Hutan (hutan rakyat) 9, % 4 Hutan Produksi 94, % 5 Hutan Lindung 16, % 6 Kawasan Perkotaan 4, % 7 Permukiman 86, % 8 Perkebunan 100, % 9 Sawah tidak dibedakan 184, % 10 Tegalan 93, % Jumlah 734, Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, N W S E K. Gintung K. Serayu Purwokerto Banyumas Purbolinggo Purbalingga K. Pekacangan K. Serayu Banjarnegara Banjarnegara Wonosobo Wonosobo Banyumas K. Ijo Cilacap Cilacap K. Ijo K. Jatinegara Kebumen Kebumen K. Lukulo K. Pedegolan S.Wawar K.Butuh Purworejo Purworejo K Kilometers Keterangan : Jalan KA Batas Kecamatan Sungai Utama Jalan Propinsi Jalan Negara Belukar Waduk Hutan (hutan rakyat) Hutan Lindung Hutan dari peta TGH Kawasan Perkotaan Perkebunan Permukiman Pulau kecil/delta Sawah tidak dibedakan Tegalan PETA TATA GUNA LAHAN Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Foto Udara Tahun 2006 Gambar 4-2. Peta Tata Guna Lahan WS Serayu- 13

21 4.3. Penyimpangan Rencana Tata Ruang Berdasarkan hasil overlay antara peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah khususnya pada wilayah studi, terlihat penyimpangan peruntukan lahan pada beberapa lokasi antara lain : Tabel 4-3. Penyimpangan Peruntukan Lahan di WS Serayu- ID JENIS_SIMP LOKASI LUAS (Ha) 1 Pertanian Lhn bsh->permukiman Banyumas Pertanian Lhn bsh->permukiman Banyumas Pertanian Lhn bsh->permukiman Banyumas Pertanian Lhn bsh->permukiman Banyumas Pertanian Lhn bsh->permukiman Banyumas Hutan Prod.->Permukiman Cilacap Pertanian Lhn bsh->permukiman Cilacap Pertanian Lhn Krg->Permukiman Kebumen Pertanian Lhn Krg->Permukiman Kebumen Rawan Banjir->Permukiman Kebumen Resapan Air->Permukiman Purbalingga Resapan Air->Permukiman Purbalingga Resapan Air->Permukiman Purbalingga Pertanian->Permukiman Purbalingga Resapan Air->Permukiman Purbalingga Pertanian->Permukiman Purbalingga Resapan Air->Permukiman Purbalingga Rawan Banjir->Permukiman Purworejo Total Sumber: Overlay Peta RTRW vs Citra Landsat ETM 7+ Tahun 2006 Jika dibandingkan dengan luas lahan keseluruhan, total penyimpangan penyimpangan memang relatif masih kecil yaitu sebesar + 1%. Tetapi jika kondisi ini dibiarkan akan berpengaruh buruk terhadap kondisi makro wilayah mengingat kecenderungan yang ada adalah perubahan fungsi pertanian menjadi kawasan permukiman. Hal ini tentu saja akan dapat mengancam produktivitas pertanian di WS Serayu. 14

22 Kawungganten Gumel ar Jeruklegi Lum bir Cil a cap Ut ara Cil acap Selat an Cil acap Tengah Wangon Ajibar ang Kesugihan Pa kun cen Purw ojati Jat il awang Maos 30Ad ipa la Cil ongok 0Rawalo Ka rangl ewas Kedung Bant eng Sampang Bojong Purwoker to Bar at Pati kraja Keb as en Batur aden Kroy a Pu rwoker to Ut ara Purw okerto Tim ur Purw oker to Sel atan Su mbang Ba ny umas Binangun Kutasari Kembar an Sok araj a Kalib ago r Ke mr anjen Pad amar a Mr e bet Ka rangr ejo Bo jon gs ari Kalim a nah So magede Nu sawun gu Su mpi uh Bobotsar i Ke mangk on Purbal ingga 3250Su su kan Tambak Ka ranganyar Kaligondang Ayah Buk ateja Rowok ele Bu ayan Ka rang Moncol Purw orejo Kl ampok Pangadegan Kejobong Ku war asan Mand ir a ja Sempo r Gombong Puring Rembang Ra kit Ad im uly o Karang Anyar Purw onegor o Punggelan Pe tanahan Sruw eng Ka rang Gay am Ka libe ni ng Bawan g Wanadadi Klir on g Pe jag oan 3500Petung Kri ono Bulus P esant r en Ban jar mangu Kebumen Banjar negara Sadang Ka rang Kobar Alian Ambal Madukara Wanay as a Kutowi nangun Prem bun Pagentan Sigaluh Mir it Pejawar an Pit uruh Lek sono Wadas Lintang Wat umal ang Batur Bu tuh Bla do Grabag Kaliw ir o Reban 3750Kutoarjo Selom ert o Ke miri Keja jar Mojo Tengah Wonos obo Bruno Garungan Ba ya n Ngo mbol Ba ny ur ip Sapuran Kert ek Ca nd ir o to Gebang Pa rak an Kepil Pu rwodadi Pu rworejo Kalik aj ar Bag ele n Kajor an Be ne r Loano Sa lam an Kalig esi ng Sami galuh Gir im u lyo FINAL DOKUMEN POLA Resapan Air->Permukiman Kabupaten Purbalingga Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Wonosobo Kabupaten Banyumas Pertanian Lhn bsh->permukiman Kabupaten Magelang Kabupaten Cilacap 0Kabupaten Kebumen Kabupaten Purworejo Pertanian Lhn Krg->Permukiman Rawan Banjir->Permukiman KETERANGAN RTRW PROVINSI JAWA TENGAH 2004 Danau/Waduk/Rawa Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan Pertanian Tanaman Keras Kawasan Sepadan Pantai Wilayah Industri Pertanian->Permukiman Didalam Kawasan Hutan Kawasan Cagar Alam Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Industri Kawasan Pertambangan Kawasan Pertanian Semusim Lahan Basah Kawasan Pertanian Semusim Lahan Kering Kawasan Rawan Banjir Kawasan Rawan Erosi/Longs or Kawasan Resapan Air Kawasan Sepadan Danau, Waduk dan Rawa Kawasan Sepadan Sungai/Saluran Perdesaan Perkotaan Sungai Besar JENIS PENYIMPANGAN Hutan Prod.->Permukiman Pertanian Lhn Krg->Permukiman Pertanian Lhn bsh->permukiman Rawan Banjir->Permukiman Resapan Air->Permukiman 2Gambar 4-3. Kondisi Penyimpangan Lahan pada WS Serayu Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Sungai Arahan pemanfaatan ruang pada WS Serayu- selain memperhatikan permasalahan yang menyebabkan kerusakan ekosistem das, agar bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor dapat dihindari, juga pelu mempertimbangkan potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut berarti arahan pemanfaatan ruang wajib mengakomodasi prinsip ekologi dan kelestarian alam, dengan tujuan memelihara ekosistem WS Serayu- dari hulu sampai ke hilir, serta pengoptimalan potensi Sumber Daya Air yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. A. Pemantapan kawasan lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang fungsi utamanya melindungi kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya buatan, nilai sejarah, dan budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan ini harus dilindungi dari kegiatan manusia yang dapat merusak fungsi lindung. Kawasan lindung terdiri dari: Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan di bawahnya terdiri dari : hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari : sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, kawasan sekitar mata air, dan hutan kota. 15

23 Kawasan suaka alam terdiri dari : cagar alam, suaka margasatwa. Kawasan pelestarian alam terdiri dari : taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata. Kawasan cagar budaya. Kawasan rawan bencana meliputi kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti banjir dan longsor. Kawasan lindung lainnya meliputi : taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nuftah, kawasan pengungsian satwa, kawasan pantai berhutan bakau. B. Pengembangan Kawasan Budidaya Kawasan budidaya merupakan kawasan yang berfungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumber daya buatan. kawasan budidaya terdiri dari: Kawasan Hutan Produksi Meliputi : Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap Dan Hutan Konversi. Kawasan Hutan Rakyat. Kawasan Pertanian Meliputi : Pertanian Lahan Basah, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan, Kawasan Peternakan, Dan Kawasan Perikanan. Kawasan Pertambangan. Kawasan Peruntukan Industri. Kawasan Pariwisata. Kawasan Permukiman. Berdasarkan pada pertimbangan pertimbangan di atas, maka indikasi awal dari arahan pemanfaatan ruang pada WS Serayu- dapat diilustrasikan dalam Gambar 4-4. Arahan ini akan lebih operasional apabila ditindaklanjuti dengan kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang WS Serayu. Indikasi awal dari arahan ruang ini adalah alokasi lahan yang harus dilakukan tindakan konservasi adalah sebesar Ha. Dari luas lahan yang harus dilakukan tindakan konservasi, 106 ribu hektar diantaranya (pada kawasan hulu) diarahkan sebagai kawasan lindung bawahannya sedangkan sisanya diarahkan sebagai kawasan lindung setempat. Jika ditambah dengan luasan hutan produksi milik PT. Perhutani ( Ha), maka jumlah keseluruhan lahan yang dapat digunakan 16

24 sebagai fungsi konservasi adalah mencakup lebih kurang 44% dari keseluruhan luas WS Serayu. Sedangkan alokasi ruang untuk fungsi budidaya adalah sebesar 56%, dengan proporsi terbesar digunakan untuk budidaya pertanian tanaman sawah pada bagian hilir WS Serayu. Dengan alokasi ruang yang ada yaitu sebesar Ha, maka produktivitas padi diharapkan akan mampu mencapai ton/tahun. Jumlah ini ekivalen dengan nilai sebesar Rp dengan asumsi harga gabah dari petani yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar Rp per kg. Angka ini akan memberikan kontribusi sebesar 10% dari PDB sektor pertanian di Jawa Tengah. Dengan pengelolaan SDA yang baik maka upaya penciptaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Tabel 4-4. Alokasi Kawasan Lindung di WS Serayu- No Kabupaten Alokasi Kawasan Lindung Bawahan (Ha) 1 Wonosobo 20,780 2 Banjarnegara 35,980 3 Purbalingga 21,524 4 Banyumas 18,779 5 Cilacap Kebumen 3,040 Sumber: Analisis konsultan, 2007 Total alokasi lahan untuk Kawasan Konservasi Lindung bawahan adalah sebesar 13% dari luas WS. Jika ditambah dengan luas kawasan hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap, maka total luas kawasan hutan mencapai 44%. 17

25 K. Gebang graciawidya Laporan Akhir Pekerjaan : Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serayu -Opak Nomor Dokumen Halaman : N Batur W S Gumelar E Pakuncen Ajibarang Cilongok Baturaden Kedung Banteng Purwokerto Karanglewas Utara Purwokerto Kembaran Barat Purwokerto Timur Karangrejo Karang Moncol Bobotsari Rembang Karanganyar Mrebet Kutasari Purbalingga Sumbang Bojongsari Pangadegan Padamara Kaligondang Kejobong Purbalingga K. Gintung Kalimanah Rakit Punggelan K. Pekacangan K. Serayu Wanayasa Kalibening Karang Kobar Banjarnegara Banjarmangu Wanadadi Madukara Kejajar Pejawaran K. Serayu Pagentan Watumalang Garungan Wonosobo Mojo Tengah Kertek Wonosobo Leksono Kalikajar Selomerto Sigaluh Banyumas Purwokerto Selatan Patikraja Sokaraja K. Klawing Kemangkon Bukateja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Sapuran Lumbir Purwojati Kalibagor Mandiraja Purworejo Klampok Kaliwiro Wangon Rawalo Somagede Susukan Kajoran Jatilawang Kebasen Sampang Banyumas K. Ijo Rowokele K. Ijo Sempor Karang Gayam Sadang K. Pedegolan Wadas Lintang Bruno Kepil Kawungganten Jeruklegi Cilacap Maos Kroya Kemranjen Sumpiuh Tambak Gombong Karang Anyar Pejagoan Bener Cilacap Tengah Cilacap Utara Cilacap Selatan Kesugihan Adipala Binangun Nusawungu Ayah Buayan K. Jatinegara Sruweng Kebumen Alian Kuwarasan Adimulyo Kebumen Kutowinangun Puring Petanahan Klirong Bulus Pesantren Ambal K. Lukulo Prembun Mirit Pituruh S.Wawar Butuh K.Butuh Kutoarjo Grabag Gebang Kemiri Purworejo Cokroyasan Bayan Purworejo Banyuurip Samigaluh Loano Kaligesing Girimulyo K Ngombol Bagelen Kokap Km Purwodadi Temon Keterangan : Jalan KA Jalan Propinsi Jalan Negara Batas Kecamatan Rencana Zona Pemanfaatan SDA : Kota Kabupaten Arahan Kawasan Lindung Kawasan Pertambangan Danau/Waduk/Rawa Kawasan Rawan Banjir Sungai Utama Didalam Kawasan Hutan Kawasan Rawan Erosi/Longsor Batas Kabupaten Kawasan Cagar Alam Kawasan Resapan Air Perdesaan Kawasan Sepadan Pantai Perkotaan Sungai Besar Kawasan Industri Wilayah Industri Kawasan Sepadan Danau, Waduk dan Rawa Kawasan Pertanian Semusim Lahan Basah Kawasan Pertanian Semusim Lahan Kering Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan Pertanian Tanaman Keras Kawasan Sepadan Sungai/Saluran PETA RENCANA ZONA PEMANFAATAN SDA WS SERAYU BOGOWONTO Sumber: Analisis Tim, 2007 Gambar 4-4. Rencana Zona Pemanfaatan SDA pada WS Serayu- 18

26 5. BAB V DATA UMUM 5.1. Data Topografi Luas seluruh wilayah studi kurang lebih km2, sementara luas WS Serayu- sendiri kurang lebih km2 yang terbagi dalam 9 (sembilan) DAS yaitu : DAS Serayu, Tipar, Ijo, Donan, Telomoyo, Luk Ulo, Wawar, Cokroyasan dan. Seluruh potensi air yang ada di WS. Serayu- berasal dari beberapa sungai diantaranya Sungai Donan, Serayu, Ijo, Tipar, Telomoyo, Lukulo, Wawar, Cokroyasan dan. Sungai Serayu dan anak sungainya bermata air di kaki Gunung Sumbing, Sindoro, Bismo, Slamet dan kaki pegunungan, Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan, sedangkan sungai Tipar, Telomoyo, Ijo, Luk Ulo berturut-turut sampai dengan Sungai bermata air di kaki perbukitan Karangbolong, kaki Pegunungan Serayu Selatan, kaki Pegunungan Menoreh, dan kaki Gunung Sumbing bagian barat daya. Sungaisungai tersebut semuanya bermuara di pantai Selatan Jawa/Lautan Hindia. Topografi Provinsi Jawa Tengah memiliki relief yang sangat beragam yaitu 0 99 m dpl meliputi 53,3 %, ketinggian m dpl meliputi 27,4 %, ketinggian m dpl meliputi 14,7 % dan ketinggian di atas m dpl meliputi 4,6 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah gambaran ketinggian tempat di kabupaten-kabupaten di WS Serayu dapat dilihat pada Gambar 5-2 dan Tabel 5-1. Tabel 5-1. Elevasi per Kabupaten di WS Serayu- LUAS (Ha) ELEVASI BANJAR - PURBA- PURWO- BANYUMAS CILACAP KEBUMEN NEGARA LINGGA REJO WONOSOBO > Sumber : Bakosurtanal 19

27 K. Gebang Cokroyasan FINAL DOKUMEN POLA N Belik Watu Kumpul Paninggaran Lebak Barang Petung Kriono Blado Batur Reban W E Pulosari Karangrejo Kandang Serang Kalibening Wanayasa Pejawaran Kejajar Tretep S Cilacap Mrebet Kutasari Baturaden Bobotsari Karang Moncol Rembang Karang Kobar Garungan Karanganyar Pagentan Watumalang Paguyangan Mojo Tengah Parakan Pakuncen Kedung Banteng Sumbang Bojongsari Punggelan Banjarmangu Kertek Cilongok Pangadegan Madukara Wonosobo Kaligondang Wanadadi Padamara Leksono Kalikajar Gumelar Purbalingga Kejobong Purwokerto Utara Ajibarang Karanglewas Kembaran Kalimanah Purwokerto Barat Rakit Selomerto Sigaluh Purwokerto Selatan Bukateja Bawang Banjarnegara Sokaraja Wonosobo Kemangkon Banyumas Sapuran Patikraja Purwonegoro Purwojati Mandiraja Kaliwiro Lumbir Kalibagor Purworejo Klampok Banyumas Susukan Kawungganten Wangon Rawalo Somagede Jatilawang Kebasen Banyumas Wadas Lintang Karang Gayam Sadang Kepil Sempor Bruno Sampang Rowokele Kebumen Kemranjen Sumpiuh Tambak Jeruklegi Maos Pejagoan Kroya Gombong Karang Anyar Kesugihan Gebang Cilacap Sruweng Alian Kemiri Pituruh Adipala Kuwarasan Prembun Binangun Adimulyo Nusawungu Cilacap Tengah Buayan Kebumen Purworejo Cilacap Utara Kutowinangun Bayan Cilacap Selatan Purbalingga Banjarnegara Ayah Puring Petanahan Klirong Bulus Pesantren Ngadirejo Purworejo Temanggung Salaman Bener Loano Kutoarjo Purworejo Butuh Kaligesing Banyuurip Ambal Mirit Kulon Pro Kilometers Grabag Ngombol Purwodadi Bagelen Kulon Progo Keterangan : Kota Kabupaten Jalan Propinsi Jalan Negara Batas Kecamatan Waduk Sungai Utama Kabupaten : Wonosobo Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Purworejo Kulon Progo PETA ADMINISTRASI Gambar 5-1. Lokasi Wilayah Sungai Serayu N Lebak Barang Watu Kumpul Petung Kriono Blado Reban Belik Paninggaran Batur W E Wanayasa Pulosari Kandang Serang Kejajar Karangrejo Kalibening Tretep S Pejawaran Karang Moncol Bobotsari Rembang Karang Kobar Garungan Karanganyar Ngadirejo Mrebet Kutasari Pagentan Watumalang Baturaden Paguyangan Purbalingga Banjarnegara Mojo Tengah Parakan Kedung Banteng Pakuncen Sumbang Bojongsari Punggelan Banjarmangu Cilongok Kertek Pangadegan Madukara Wonosobo Kaligondang Wanadadi Padamara Leksono Gumelar Kalikajar Temanggung Banyumas Purbalingga Kejobong Purwokerto Utara Ajibarang Karanglewas Kembaran Kalimanah Purwokerto Barat Rakit Selomerto Sigaluh Wonosobo Purwokerto Selatan Bukateja Bawang Banjarnegara Sokaraja Kemangkon Sapuran Patikraja Purwonegoro Purwojati Kaliwiro Lumbir Kalibagor Mandiraja Purworejo Klampok Susukan Kawungganten Wangon Rawalo Somagede Kajoran Banyumas Jatilawang Kebasen Wadas Lintang Karang Gayam Sadang Kepil Sempor K. Klawing K. Ijo K. Gintung K. Pekacangan K. Serayu K. Serayu Jeruklegi Kesugihan Cilacap Tengah Cilacap Utara Cilacap Selatan Sampang Maos Kroya Adipala Cilacap Kemranjen Sumpiuh Tambak K. Ijo Kuwarasan Binangun Nusawungu Buayan Bruno Salaman Rowokele K. Jatinegara Karang Anyar Pejagoan Gombong Adimulyo Ayah Puring Petanahan Sruweng Alian Pituruh Prembun Kebumen Kebumen Kutowinangun Klirong Bulus Pesantren Ambal Mirit K. Lukulo Bener Gebang Kemiri Loano Samigaluh Bayan Kutoarjo Purworejo Kaligesing Banyuurip Grabag Ngombol Bagelen Purwodadi Kokap Kilometers K. Pedegolan S.Wawar Butuh K.Butuh Purworejo K. Girimulyo Temon Keterangan : Kota Kabupaten Sungai Utama Batas Kabupaten Jalan Propinsi Batas Kecamatan Jalan KA Jalan Negara Elevasi (m dpl) : > PETA TOPOGRAFI WS SERAYU-BOGOWONTO Gambar 5-2. Peta Topografi WS Serayu- 20

28 K. Gebang FINAL DOKUMEN POLA 5.2. Kondisi Geologi Struktur geologi yang mengontrol Formasi Pra Tersier sampai Kuarter di WS Serayu- berupa lipatan, kekar dan sesar. Struktur Pra Tersier berupa sesar naik, turun dan geser dengan orientasi tidak beraturan akibat tumbukan antar lempeng (Lempeng Benua Asia dan Lempeng Samudra) yang bergerak saling berlawanan arah. Tumbukan menyebabkan terjadinya percampuran batuan yang tidak mengikuti kaidah stratigrafi nomal membentuk Kompleks Melange Karangsambung dan Banjarnegara Selatan. Gambaran tentang kondisi geologi yang terdapat di ketujuh daerah kabupaten di WS Serayu-, secara umum dapat dilihat pada Gambar N Batur W E S Gumelar Pakuncen Ajibarang Cilongok Baturaden Sumbang Kedung Banteng Purwokerto Karanglewas Utara Purwokerto Barat Purwokerto Timur Karangrejo Karang Moncol Bobotsari Karanganyar Mrebet Kutasari Purbalingga Bojongsari Pangadegan Padamara Kaligondang Kejobong Purbalingga Kembaran Kalimanah Rembang Rakit K. Gintung Wanayasa Kalibening Karang Kobar Punggelan Banjarmangu K. Pekacangan K. Serayu Banjarnegara Wanadadi Madukara Kejajar Pejawaran Garungan K. Serayu Pagentan Watumalang Wonosobo Mojo Tengah Kertek Wonosobo Leksono Kalikajar Selomerto Sigaluh Banyumas Purwokerto Selatan Patikraja Sokaraja K. Klawing Kemangkon Bukateja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Sapuran Lumbir Purwojati Kalibagor Mandiraja Purworejo Klampok Kaliwiro Wangon Rawalo Somagede Susukan Kajoran Jatilawang Kebasen Sampang Banyumas Rowokele K. Ijo Sempor Karang Gayam Sadang K. Pedegolan Wadas Lintang Bruno Kepil Jeruklegi Kawungganten Cilacap Kesugihan Cilacap Tengah Cilacap Utara Maos Adipala Kroya Binangun Kemranjen Sumpiuh Nusawungu Tambak K. Ijo Buayan K. Jatinegara Gombong Kuwarasan Karang Anyar Pejagoan Sruweng Kebumen Adimulyo K. Lukulo Alian Kebumen Kutowinangun Prembun Pituruh K.Butuh Gebang Kemiri Purworejo Bayan Bener Loano Samigaluh Cilacap Selatan Ayah Puring Petanahan Klirong Bulus Pesantren Ambal Mirit S.Wawar Kutoarjo Butuh Grabag Cokroyasan Banyuurip Purworejo K. Kaligesing Girimulyo Ngombol Bagelen Kilometers Purwodadi Kokap Temon Keterangan : Waduk Sungai Batas Kecamatan Batas Kabupaten Geologi : Sesar A n d e s i t Jalan Propinsi Aluvium Jalan Negara Aluvium fasies gunung api Eosen Jalan KA Gabro Granit Hasil gunung api kwarter muda Hasil gunung api kwarter tua Hasil gunung api tak teruraikan L i p a r i t Miosen fasies batu gamping Miosen fasies sedimen Pliosen fasies sedimen Plistosen fasies sedimen Pratersier Sekis kristalin PETA GEOLOGI WS SERAYU BOGOWONTO Gambar 5-3. Peta Geologi WS Serayu Penggunaan Lahan Wilayah daratan Propinsi Jawa Tengah seluas ha, di dalamnya terdapat kawasan hutan seluas ,61 ha (19,97 %) luas kawasan hutan berdasarkan fungsi hutan sebagai berikut : 21

29 Tabel 5-2. Luas Kawasan Hutan Propinsi Jawa Tengah menurut Fungsinya No Fungsi Luas (Ha) % 1 Kawasan Konservasi ,89 a. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam b. Kawasan Konservasi Perairan ,38 2 Hutan Lindung ,59 3 Hutan Produksi ,78 a. Hutan Produksi Terbatas ,65 b. Hutan Produksi ,13 Jumlah Kawasan Hutan ,88 Jumlah Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan ,26 Sumber : Keputusan Menteri Kehutanan No.SK. 359/Menhut-II/2004 Penggunaan lahan di Propinsi Jawa Tengah didominasi oleh sawah dan tegal serta permukiman terutama di daerah yang relatif datar. Permukiman tersebar merata baik di dataran pantai hingga daerah dengan topografi kasar. Kenampakan belukar sebenarnya adalah liputan vegetasi yang relatif jarang, bentuk ini dapat berupa kawasan hutan yang telah ditebang dan ditumbuhi tanaman muda atau kebun buah-buahan kepunyaan rakyat yang memiliki kerapatan relatif jarang. Liputannya tersebar di Kabupaten Wonogiri, Purworejo, Wonosobo, Kebumen, Purwokerto, Kendal serta Blora. Liputan hutan terutama tersebar di Kabupaten Kendal, Pekalongan, Banyumas, Cilacap di bagian barat Jawa Tengah. Hutan terdapat juga di Kabupaten Blora dan Purwodadi, Kabupaten Semarang serta di beberapa puncak gunungapi yang luasannya relatif kecil 5.4. Infrastruktur Sumber Daya Air Yang Sudah Ada Lokasi bangunan utama irigasi di wilayah studi dapat dilihat pada Gambar

30 K. Gebang Cokroyasan FINAL DOKUMEN POLA N W E S Bd. Tajum Bd. Dagan Bd. Bungkanel Bd. Nusakembang Bd. Krebek Bd. Andangbang Bd. Kr. Nangka Bd. Kr. Limpang Bd. Dlingo Bd. Limpakuan Bd. Demong Bd. Bd. Junjungan Larangan I Bd. Pandak Banyumas Bd. Kedung Lemah Bd. Banjaran Bd. Kalimanah Bd. Limus Bd. Rebak Bd. Banjaran II Bd. Kediri Bd. Kertadirjan Bd. Banjaran III Bd. Kaliterus K. Klawing Bd. Sijati Purbalingga Bd. Onggok Atas Bd. Krenceng Bd. Penaruban Bd. Onggok Bawah Bd. Kertayasa Bd. Kalisapi K. Gintung Banjarnegara K. Serayu Bd. Liangan Bd. Clangap Bd. Limbangan Bd. BanjarcahyanaBd. Singomerto K. Pekacangan K. Serayu Bd. Bd. Banjaran Wanganaji Bd. Kalitulang Wonosobo Bd. Jimat Bd. Muncar Bd. Klitih Bd. Kr. Sari Bd. Mungkung Bd. Bedegolan Bd. Gambarsari PA. Pesanggrahan Cilacap Bd. Piasa Bd. Petarungan Bd. Krikil Bd. Brangkut Bd. Bojong Bd. Watubarut Bd. Bantar Bd. Karangwatu Bd. Kaligending Bd. Kejawang Bd. Kuntulwulung Bd. Bantar Kebumen Bd. Rowokawuk Bd. Sindut Bd. Kalijaya Bd. Kuwarasan K. Ijo K. Ijo K. Jatinegara Bd. Tangsi Bd. Caruban Bd Karet Jatinegara K. Lukulo K. Pedegolan Bd. Kedunggupit Kulo Bd. Bandung Bd. Pejengkolan Bd. Kalimeneng Bd. Merden Bd. Kedungkeji Bd. Pesucen Bd. Watujagir S.Wawar K.Butuh Bd. Pingit Bd. Kedungputri Bd. Rebug Bd. Pleredan Bd. Panungkutan Purworejo Bd. Guntur Bd. Pekatingan Bd. Boro Bd. Siwatu Bd. Jrakah Bd. Kalisemo K Kilometers Keterangan : Bendung Batas kecamatan Kabupaten Sungai utama Jalan negara Waduk DAS WAWAR DAS TIPAR DAS BOGOWONTO DAS COKROYASAN DAS DONAN DAS IJO DAS LUK ULO DAS SERAYU DAS TELOMOYO PETA LOKASI BENDUNG WS SERAYU-BOGOWONTO 5.5. Kependudukan Gambar 5-4. Peta Lokasi Bendung WS Serayu- Data kependudukan sangat diperlukan dalam penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air, karena manusia / penduduk merupakan pengguna utama sumber daya air untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Diskripsi jumlah, tingkat kepadatan dan laju perkembangan penduduk dalam suatu wilayah merupakan gambaran bagaimana tingkat kebutuhan air dalam suatu wilayah diukur dari kebutuhan per-penduduk dan pertumbuhannya di masa depan. Tabel 5-3. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Tingkat Kepadatan dan Jumlah Rumah Tangga No Kabupaten Jumlah Penduduk Luas Kepadatan Jumlah Rumah Tangga Laju pertumbuh-an 1 Wonosobo 770, ,436 0,96% 2 Banjar Negara 897,057 1, ,936 0,70% 3 Purbalingga 879, ,18 1, ,922 0,99% 4 Banyumas 1,545,364 1, , ,229 0,46% 5 Cilacap 865, , ,040 0,37% 6 Kebumen 1,212,809 1, ,373 1,01% 7 Purworejo 774,285 1, ,631 0,65% Sumber : Data Sekunder BPS 23

31 5.6. Sektor Pertanian Pola penggunaan sumberdaya air selain dicerminkan oleh kebutuhan penduduk juga tercermin dari tataguna lahan. Lahan persawahan dan pertambakan (empang) atau wetland membutuhkan air yang besar. Wilayah Kabupaten yang memiliki areal wetland yang besar mengindikasikan adanya kebutuhaan air yang besar. Tabel 5-4. Luas Sawah dan Bukan Sawah Yang Dimiliki Masing-masing Kabupaten dan Proporsinya (2005) No. Kabupaten Sawah Bukan sawah Total Luas Luas (Ha) Proporsi Luas (Ha) Proporsi Lahan (Ha) 1 Wonosobo 18, % 79, % 98,468 2 Banjarnegara 15, % 91, % 106,974 3 Purbalingga 22, % 55, % 77,765 4 Banyumas 32, % 99, % 132,759 5 Cilacap 62, % 151, % 213,851 6 Kebumen 39, % 88, % 128,274 7 Purworejo 30, % 73, % 103,482 Sumber : Data Sekunder BPS Dari data yang ada dapat dikatakan bahwa daerah Kabupaten Cilacap, Kebumen, Purworejo dan Purbalingga merupakan daerah yang membutuhkan sumber daya air yang besar untuk pengairan sawah. Sementara daerah Wonosobo dan Banjarnegara memiliki areal sawahnya relatif rendah. Kedua Kabupaten ini merupakan kabupaten dengan tipografis dataran tinggi dan perbukitan serta merupakan wilayah sumber air wilayah sungai Sektor Industri Sektor industri dalam konteks pola tataguna air adalah sebagai pengguna, dan juga sebagai sumber pencemaran. Sudah sering terdengar bahwa terjadi kontradiksi antara pembungan air limbah yang mencemari lahan pertanian. Industri diperlukan untuk meningkatkan lapangan kerja, namun di sisi lain juga menjadi beban bagi sektor pengairan karena pencemaran yang ditimbulkannya. Makin banyak industri makin besar beban kontradiksi dalam pola pengelolaan tata guna air. Berikut ini disajikan jumlah industri serta tingkat produksinya. 24

32 Tabel 5-5. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja, Upah dan Output (Hasil Produksi) Serta Nilai Tambah Industri No Kabupaten / Kota Banyaknya Perusahaan Tenaga Kerja Upah Output (Rp.) Nilai Tambah (Rp.) 1 Wonosobo ,216, ,918,607 88,117,890 2 Banjarnegara ,686,422 93,121,479 25,449,989 3 Purbalingga ,350, ,239, ,272,468 4 Banyumas ,266, ,965,479 49,193,839 5 Cilacap ,481,764 1,977,555, ,035,866 6 Kebumen ,459,704 61,910,239 18,396,041 7 Purworejo ,207, ,527,099 32,927,905 Sumber : Data sekunder Jawa Tengah Dalam Angka Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Studi PDRB menurut sektor dapat menunjukkan pada bidang usaha atau sektor manakah suatu kegiatan ekonomi wilayah berpusat. Semakin besar prosentase sumbangan suatu sektor terhadap PDRB total, hal itu mengindikasikan bahwa mayoritas kegiatan berada pada sektor tersebut. Pada negara agraris seperti Indonesia, dominasi penyumbang PDRB dan kegiatan produksi berpusat pada sektor pertanian. Makin besar proporsi sumbangan suatu sektor maka makin besar dominasi sektor tersebut pada kegiatan ekonomi pada satu wilayah. Tabel 5-6. Pola Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Pada Kabupaten Dalam WS Serayu-, 2005 Sektor / Lapangan No Wonosobo Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Usaha 1 Pertanian 46.81% 27.48% 33.44% % 33.55% 33.98% 2 Pertambangan & Penggalian 1.01% 0.37% 0.65% 1.40% 22.66% 5.92% 3 Industri Pengolahan 8.24% 10.42% 10.41% 17.16% 1.75% 9.49% 4 Listrik, Gas & Air Bersih 1.67% 0.32% 1.09% 0.93% 3.82% 0.70% 5 Bangunan 4.51% 4.59% 8.05% 9.24% 22.82% 4.09% 6 Perdagangan, Restoran & Hotel 19.20% 9.36% 17.67% 14.60% 4.13% 11.35% 7 Pengangkutan & Telekomunikasi 7.19% 2.88% 6.07% 10.5% 3.39% 4.31% 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.39% 3.84% 6.15% 8.30% 7.24% 4.74% 9 Jasa jasa 6.97% 13.21% 16.46% 15.58% 3.55% 19.59% Produk Domestik % % % % % % Regional Bruto (PDRB) Sumber : Data sekunder BPS 25

33 Data yang ada menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor dominan, hal ini berarti bahwa sektor ini menjadi tumpuan ekonomi dan kegiatan masyarakat dalam wilayah kabupaten bersangkutan. Dengan dasar ini maka keberhasilan sektor pertanian juga akan membawa dampak ekonomi yang luas pada wilayah bersangkutan. Keberhasilan pertanian salah satu faktor kontributornya adalah air / irigasi. Dengan dasar data yang ada, maka dapat disimpulkan peran pengelolaan sumber daya air akan dominan dan sangat diperlukan pada Kabupaten Wonosobo, Cilacap, Kebumen dan Purbalingga. Selanjutnya untuk melihat bagaimana perkembangan pada periode yang akan datang, maka perlu diketahui bagaimana laju perkembangan sektor pembentuk atau penyumbang PDRB pada PDRB total. Tabel 5-7. Laju Perkembangan PDRB Per Sektor Bidang Usaha Atas Dasar Harga Konstan Untuk Tahun No Sektor / Lapangan Usaha Wonosobo Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen 1 Pertanian 1.80% 3.21% 2.78% 1.70% 2.33% 1.625% 2 Pertambangan & Penggalian 1.92% 3.44% 9.73% 4.09% 4.57% 5.44% 3 Industri Pengolahan 1.50% 1.49% 5.37% 2.45% 3.90% -0.33% 4 Listrik, Gas & Air Bersih 4.36% 4.85% 9.28% 9.11% 2.70% 4.83% 5 Bangunan 3.44% 2.81% 8.36% 4.12% 4.24% -1.47% 6 Perdagangan, Restoran & Hotel 2.75% -3.81% 3.72% 3.80% 6.00% 3.62% 7 Pengangkutan & Telekomunikasi 4.46% 4.59% 1.45% 3.13% 6.63% 3.95% 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.33% 2.41% 4.15% 5.60% 3.00% 2.05% 9 Jasa - jasa 2.45% 8.91% 5.78% 3.54% 1.37% 2.46% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2.41% 4.69% 4.18% 3.21% 3.79% 3.21% Sumber : Data Sekunder BPS Data yang ada menunjukkan bahwa sumbangan sektor pertanian masih mengalami peningkatan walaupun peningkatannya tidak sebesar sektor atau bidang usaha lainnya Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan Erosi Di Wilayah Sungai Serayu- berdasarkan Indeks Tingkat Bahaya Erosi dapat dilihat pada Tabel 5-10 dan Gambar 5-5 berikut : Tabel 5-8. Tingkat Erosi untuk Wilayah Sungai Serayu No DAS Ton/ha/th mm/th Cokroyasan

34 K. Gebang Cokroyasan FINAL DOKUMEN POLA 3 Wawar Luk Ulo Telomoyo Ijo Tipar Serayu Donan Sumber : Analisa Konsultan N Batur Wanayasa W E Kalibening Karangrejo S Karang Moncol Bobotsari Rembang Karang Kobar Karanganyar Mrebet Kutasari Baturaden Paguyangan Pakuncen Kedung Banteng Purbalingga Banjarnegara Sumbang Bojongsari Punggelan Banjarmangu Cilongok Pangadegan Madukara Purbolinggo Kaligondang Wanadadi Padamara Gumelar Kejobong Banjarnegara Purbalingga Purwokerto Utara Purwokerto Ajibarang Karanglewas Kembaran Kalimanah Purwokerto Barat Rakit Banyumas Purwokerto Selatan Bukateja Bawang Banjarnegara Sokaraja Kemangkon Patikraja Purwonegoro Purwojati Lumbir Kalibagor Mandiraja Purworejo Klampok Kawungganten Wangon Rawalo Jatilawang Kebasen Banyumas Banyumas K. Klawing Somagede Susukan K. Ijo K. Gintung K. Pekacangan K. Serayu Karang Gayam Sadang Sempor Kejajar Pejawaran K. Serayu Garungan Pagentan Watumalang Mojo Tengah Wonosobo Wonosobo Wonosobo Leksono Selomerto Sigaluh Kaliwiro Wadas Lintang Kertek Kalikajar Sapuran Kepil Kajoran Jeruklegi Kesugihan Cilacap Tengah Cilacap Utara Cilacap Cilacap Selatan Sampang Maos Kroya Cilacap Adipala Kemranjen Sumpiuh Tambak K. Ijo Rowokele Sruweng Kuwarasan Binangun Adimulyo Nusawungu Buayan Ayah Puring Petanahan Klirong K. Jatinegara Kebumen Pejagoan Gombong Karang Anyar Kebumen K. Lukulo Kebumen Bulus Pesantren Kilometers Bener Gebang Alian Kemiri Pituruh K. Pedegolan Prembun Kutowinangun S.Wawar K.Butuh Kutoarjo Butuh Ambal Mirit Grabag Bruno Salaman Purworejo Loano Samigaluh BayanPurworejo Purworejo Kaligesing Banyuurip Ngombol Bagelen Purwodadi K KETERANGAN : Kota Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Propinsi Batas Kabupaten Jalan KA Jalan Negara Potensi erosi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi PETA POTENSI EROSI Gambar 5-5. Peta Erosi di WS Serayu Kerentanan Gerakan Tanah Tingkat kerentanan gerakan tanah di WS Serayu-Bogwonto dapat dilihat pada Tabel Tabel 5-9. Tingkat Kerentanan Gerakan Tanah di WS Serayu- Kabupaten Tingkat Kerentanan Tinggi Menengah Sangat Rendah Rendah Wonosobo Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Purworejo

35 K. Gebang FINAL DOKUMEN POLA N Batur W E S Pakuncen Cilongok Gumelar Ajibarang Banyumas Baturaden Sumbang Kedung Banteng Purwokerto Karanglewas Utara Purwokerto Barat Purwokerto Purwokerto Timur Purwokerto Selatan Patikraja Karangrejo Karang Moncol Bobotsari Karanganyar Mrebet Kutasari Padamara Purbalingga K. Klawing Purbalingga Bojongsari Purbalingga Kembaran Kalimanah Sokaraja Kemangkon Pangadegan Kaligondang Kejobong Bukateja Rembang Rakit K. Gintung Punggelan K. Pekacangan K. Serayu Wanayasa Kalibening Karang Kobar Banjarnegara Wanadadi Banjarmangu Madukara Banjarnegara Bawang Banjarnegara Purwonegoro Kejajar Pejawaran K. Serayu Pagentan Watumalang Wonosobo Wonosobo Wonosobo Leksono Selomerto Sigaluh Garungan Mojo Tengah Kertek Kalikajar Sapuran Lumbir Purwojati Kalibagor Mandiraja Purworejo Klampok Kaliwiro Wangon Rawalo Banyumas Somagede Susukan Kajoran Jatilawang Kebasen Banyumas K. Ijo K. Ijo Sempor Karang Gayam Sadang Wadas Lintang Kepil Kawungganten Jeruklegi Cilacap Maos Sampang Kroya Kemranjen Sumpiuh Rowokele Tambak Gombong Karang Anyar Pejagoan K. Pedegolan Bruno Bener Cilacap Tengah Cilacap Utara Cilacap Cilacap Selatan Kesugihan Adipala Binangun Nusawungu K. Jatinegara Rowokele Kuwarasan Adimulyo Buayan Ayah Puring Kebumen Sruweng Sruweng Kebumen Kebumen Petanahan Klirong Bulus Pesantren K. Lukulo Alian Kutowinangun Ambal Prembun Mirit Pituruh Butuh K.Butuh Gebang Kemiri Purworejo Cokroyasan Bayan Purworejo Kutoarjo Purworejo Banyuurip Samigaluh Loano Kaligesing Girimulyo K S.Wawar Grabag Ngombol Bagelen Kilometers Purwodadi Kokap Temon Keterangan : Waduk Batas Kabupaten Batas Kecamatan Sungai Utama Sesar Kelurusan Kerentanan Gerakan Tanah : Sangat Rendah Rendah Menengah Tinggi PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH WS SERAYU BOGOWONTO Gambar 5-6. Daerah Kerentanan Gerakan Tanah WS Serayu Banjir Banjir dari laporan South Java Flood Control Project telah menunjukkan bahwa terjadi penurunan genangan banjir selama proyek tersebut berlangsung. Penurunan genangan tersebut ditampilkan pada tabel dan gambar berikut. Tabel Luas Genangan Banjir Sebelum SJFCP di WS Serayu- No DAS Luas Genangan (Ha) ,94 2 Cokroyasan 4.189,75 3 Ijo 9.189,00 4 Luk Ulo 3.443,32 5 Tipar 5.557,91 6 Telomoyo 6.947,69 7 Donan 305,73 8 Wawar 9.023,37 9 Serayu 5.222,15 Total ,86 Sumber: South Java Flood Control Project 28

36 Tabel Luas Genangan Banjir Setelah SJFCP di WS Serayu- Luas Genangan Banjir (Ha) No DAS m m 0.6 m m > 0.9 m Jumlah 1 DAS Serayu 1.307,44 795, ,94 2 DAS Donan 138, DAS Wawar 2373, ,45 4 DAS Telomoyo , ,06 5 DAS Luk Ulo ,69 524,38 650, ,57 6 DAS Ijo DAS Cokroyasan 1.108,44 548,81 202, ,38 8 DAS 439,38 294,63 223,13 238, ,89 9 DAS Tipar , ,69 Total ,36 Sumber: South Java Flood Control Project N Batur W E Karangrejo Kalibening Wanayasa Pejawaran Kejajar S Gum elar Lumbir Paguyangan Pakuncen Cilongok Ajibarang Banyumas Purwojati Karang Moncol Bobotsari Rembang Karanganyar Mrebet Kutasari Baturaden Purbalingga Kedung Banteng Sumbang Bojongsari Punggelan Pangadegan Padamara Kaligondang Karanglewas Purbalingga Kejobong Purwokerto Utara Kembaran Kalimanah Purwokerto Barat Rakit Purwokerto Selatan Bukateja Sokaraja Kemangkon Patikraja Purwonegoro Mandiraja Kalibagor Purworejo Klampok Banjarnegara Banjarmangu Madukara Wanadadi Bawang Banjarnegara Susukan Wangon Rawalo Somagede Banyumas Jatilawang Kebasen Karang Gayam Sadang Sempor Karang Kobar Garungan Ngadirejo Pagentan Watumalang Mojo Tengah Kertek Wonosobo Leksono Kalikajar Wonosobo Selomerto Sigaluh Sapuran Kaliwiro Wadas Lintang Kepil Kajoran Kawungganten Cilacap Jeruklegi Kesugihan Cilacap Tengah Cilacap Utara Maos Adipala Sampang Kroya Kemranjen Sumpiuh Binangun Nusawungu Tambak Rowokele Kebumen Pejagoan Gombong Karang Anyar Sruweng Alian Pituruh Kuwarasan Prembun Adimulyo Buayan Kebumen Kutowinangun Bruno Gebang Kemiri Purworejo Bayan Salaman Bener Loano Samigaluh Cilacap Selatan Ayah Puring Petanahan Klirong Bulus Pesantren Ambal Mirit Butuh Kutoarjo Purworejo Banyuurip Kaligesing Kilometers Grabag Ngombol Purwodadi Bagelen Keterangan : Batas kecamatan Sungai utama Daerah Genangan Banjir Batas Kabupaten Das Tipar Das Das Cokroyasan Das Donan Das ijo Das Luk Ulo Das Serayu Das Telomoyo Das Wawar PETA BANJIR SEBELUM SJFCP WS SERAYU-BOGOWONTO Sumber : South Java Flood Control Project Gambar 5-7. Peta Daerah Genangan Banjir Sebelum SJFCP di WS Serayu- 29

37 K. Gebang FINAL DOKUMEN POLA SERAYU Genangan Berkurang dari menjadi ha TIPAR Genangan Berkurang dari menjadi ha IJO Genangan Berkurang dari 9189 menjadi 4662 ha DONAN Genangan menjadi ha W N S Kawungganten Gumelar Lumbir Jeruklegi E Cilacap Tengah Cilacap Utara Cilacap Cilacap Selatan Wangon Keterangan : Waduk Kota kabupaten Sungai Utama Ajibarang Kesugihan Pakuncen Banyumas Cilacap Purwojati Jatilawang Cilongok Maos Adipala Purwokerto Barat Purwokerto Rawalo Kedung Banteng Karanglewas Sampang Patikraja Kebasen Baturaden Purwokerto Utara Kroya Purwokerto Timur Purwokerto Selatan Sumbang Kutasari Banyumas Banyumas Binangun Kembaran Sokaraja Kalibagor Kemranjen Padamara Karangrejo Mrebet Bojongsari Purbalingga Kalimanah K. Klawing Somagede Bobotsari Sumpiuh Nusawungu Kemangkon Karanganyar Purbalingga Purbalingga Kaligondang Susukan Tambak Ayah Rowokele Kilometers Jalan Propinsi Jalan Negara Batas Kecamatan Elevasi Banjir : m m 0.6 m m > 0.9 m K. Ijo Bukateja Karang Moncol Buayan Pangadegan Purworejo Klampok K. Ijo K. Jatinegara Kejobong Mandiraja Sempor Gombong Kuwarasan Puring Rembang Rakit Adimulyo K. Gintung Punggelan Purwonegoro Karang Anyar K. Pekacangan K. Serayu Kalibening Bawang Karang Gayam Pejagoan Sruweng Kebumen Petanahan Das Das Cokroyasan Das Wawar Das Luk Ulo Das Telomoyo Wanadadi Klirong Kebumen Banjarmangu Banjarnegara Banjarnegara Karang Kobar Sadang Kebumen Bulus Pesantren Alian Wanayasa Banjarnegara K. Lukulo Madukara Ambal Kutowinangun Das Ijo Das Tipar Das Donan Das Serayu K. Pedegolan Pagentan Sigaluh Prembun Mirit Pejawaran Leksono Pituruh Batur Watumalang Wadas Lintang S.Wawar K. Serayu Butuh Wonosobo Kaliwiro Kemiri Kutoarjo Kejajar Wonosobo Garungan Wonosobo K.Butuh Mojo Tengah Selomerto Bruno Bayan Sapuran Kertek Kalikajar Kepil Gebang Purworejo Sumber : South Java Flood Control Project Gambar 5-8. Peta Daerah Genangan Banjir Setelah SJFCP di WS Serayu Kekeringan Cokroyasan Purworejo Banyuurip Purworejo Kajoran Loano Bener K Kaligesing Girimulyo Samigaluh Grabag Ngombol Bagelen Kokap TELOMOYO Purwodadi Genangan Berkurang Temon dari menjadi ha PETA BANJIR SETELAH SJFCP WS SERAYU BOGOWONTO Kekeringan yang terjadi di suatu wilayah akibat ketidakseimbangan antara curah hujan dan evapotranspirasi potential serta karakteristik batuan. Di WS Serayu sebagian besar kekeringan terjadi di ekosistem perbukitan dan pegunungan serta sebagian kecil di dataran. Pada daerah hulu maupun hilir Serayu, kekeringan paling luas terjadi di kabupaten Banjarnegara, Banyumas dan Purbalingga. Defisit air baku dan air irigasi per water district di WS Serayu disajikan dalam gambar berikut. LUK ULO Genangan Berkurang dari menjadi ha WAWAR Genangan Berkurang dari menjadi ha COKROYASAN Genangan Berkurang dari menjadi ha BOGOWONTO Genangan Berkurang dari menjadi ha

38 K. Gebang Cokroyasan FINAL DOKUMEN POLA N W E S Wad_Down_Mrica Wad_Up_Slinga Banyumas Wad_Up_Limbangan Wad_Up_Serayu Wad_Up_Merden Wad_Down_Guntur Wad_Up_Boro Wad_Up_Clangap Cilacap K. Klawing Purbalingga Wad_Up_Kali Sapi Wad_Up_Penaruban Wad_Up_Gumelem Wad_Up_Unggelan Wad_Up_Rebuk K. Ijo K. Ijo K. Jatinegara K. Gintung K. Serayu Kebumen Banjarnegara K. Pekacangan Wad_Up_Kalimeneng Wad_Up_Kejawang Wad_Kretek Wad_Up_Kedungsamak Wad_Up_Bedegolan Wad_Up_Sindhut K. Lukulo K. Pedegolan S.Wawar K. Serayu Wad_Up_Pelus Wad_Up_Junjungan Wonosobo Wad_Up_Bandung Wad_Up_Kedunggupit Wad_Up_Kemit Wad_Ijo Wad_Up_Pesucen Wad_Up_Sempor Wad_Up_Wadaslintang Wad_Up_Tajum Wad_Up_Kuwarasan Wad_Up_ Wad_Down_ Wad_Down_Bantar Wad_Up_Kedungputri Wad_Up_Kaligending Wad_Up_Jali Wad_Down_Kemit K.Butuh Wad_Donan Wad_Up_Loning Wad_Down_Junjungan Wad_Up_Siwatu Wad_Gambarsari Wad_Mudalrejo Purworejo K. Wad_Purwokerto Wad_Down_Tajum Kilometers Keterangan : Kabupaten Sungai utama Kekurangan air (juta m3/th) PETA DEFISIT AIR IRIGASI DAN AIR BAKU Gambar 5-9. Daerah Defisit Air di WS Serayu Lahan Kritis Menurut MPRHL Jateng lokasi rehabilitasi hutan dan lahan tahun 2006 sampai dengan 2010 telah ditentukan berdasarkan hasil analisa tingkat kekritisan lahan, kemudian dilakukan pengelompokan/pembagian berdasarkan fungsi kawasan serta wilayah administrasi (kabupaten) sewilayah administrasi Propinsi Jawa Tengah. Adapun WS yang berada di Propinsi Jawa Tengah yang ditentukan termasuk WS Serayu- (Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Cilacap). Prioritas I Prioritas I adalah lahan di dalam maupun di luar kawasan hutan menurut SK Dirjen RLL No. 041/Kpts/V/1998 Tahun 1998 dikategorikan sebagai lahan dengan tingkat kekritisan sangat kritis. Untuk prioritas I di Propinsi Jawa Tengah pada WS Serayu- seluas ,55 Ha diluar kawasan hutan dan seluas 2.060,33 didalam kawasan hutan. Perincian lokasi RHL Prioritas I masing-masing kabupaten / kota di Propinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 5-12 di bawah ini. 31

39 Tabel Luas Lokasi Prioritas I masing-masing WS Serayu - No. Kabupaten/ Kota Luas Prioritas I Per Kabupaten (Ha) Kawasan Hutan Kawasan non hutan Total Kabupaten KSA HL HP HPT Lindung Budidaya (Ha) Banjarnegara , ,02 876, ,36 2 Purbalingga , , ,17 3 Banyumas ,04 759, ,08 4 Kebumen , , ,59 5 Purworejo ,64-186,14 390, ,38 6 Wonosobo - 16, ,87-222,85 270, ,30 TOTAL (Ha) 0,00 16, ,84 0, , , ,88 Sumber : Analisis Konsultan Ket : KSA : Kawasan Suaka Alam HL : Hutan Lindung HP : Hutan Produksi HPT : Hutan Produksi Terbatas Prioritas II Prioritas II adalah lahan di dalam maupun di luar kawasan hutan menurut SK Dirjen RLL No. 041/Kpts/V/1998 Tahun 1998 dikategorikan sebagai lahan dengan tingkat kekritisan Kritis. Untuk prioritas II di Propinsi Jawa Tengah di dalam kawasan hutan pada SWS Serayu- seluas ,65 Ha dan diluar kawasan hutan seluas ,73 Ha. Perincian lokasi RHL Prioritas II masing-masing kabupaten /kota di Propinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 5-13 di bawah ini. Tabel Luas Lokasi Prioritas II masing-masing WS Serayu - No. Kabupaten/ Kota Luas Prioritas II Per Kabupaten (ha) Kawasan hutan Kawasan non hutan KSA HL HP HPT Lindung Budidaya Total Kabupaten (Ha) Banjarnegara , , ,99 2 Purbalingga , , ,90 3 Banyumas , , ,66 4 Kebumen , ,38 5 Purworejo , , ,45 6 Wonosobo , , , ,00 TOTAL PROPINSI (Ha) 0, , , , , ,38 Sumber : Analisis Konsultan Ket : KSA : Kawasan Suaka Alam HL : Hutan Lindung HP : Hutan Produksi HPT : Hutan Produksi Terbatas 32

40 K. Gebang Cokroyasan FINAL DOKUMEN POLA Prioritas III Prioritas III adalah lahan di dalam maupun di luar kawasan hutan menurut SK Dirjen RLL No. 041/Kpts/V/1998 Tahun 1998 dikategorikan sebagai lahan dengan tingkat kekritisan agak kritis. Untuk prioritas III di propinsi Jawa Tengah di dalam kawasan hutan pada WS Serayu- seluas ,9 Ha dan diluar kawasan hutan seluas ,42 Ha. Sedangkan berdasarkan pada pola tutupan lahan yang ada, terdapat beberapa daerah kritis pada hulu sungai di WS Serayu, dengan lokasi sebaran paling besar berada pada Kabupaten Wonosobo, khususnya pada hulu Sungai Serayu. Luas lahan kritis pada hulu Sungai Serayu adalah sebesar Ha, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar N W E Batur S Karangrejo Kandang Serang Kalibening Wanayasa Kejajar Pejawaran Karang Moncol Baturaden Bobotsari Rembang Karang Kobar Kutasari Mrebet Pagentan Garungan Karanganyar Banjarmangu Watumalang Mojo Tengah Pakuncen Sumbang Punggelan Purbalingga Wonosobo Cilongok Madukara Kertek Kaligondang Wanadadi Leksono Wonosobo Gumelar Kedung Banteng Purbalingga Kejobong Kalikajar Karanglewas Kembaran Ajibarang Rakit Banyumas Banjarnegara Sokaraja Bukateja Bawang Sigaluh Selomerto Kemangkon Mandiraja Banjarnegara Sapuran Patikraja Purwojati Lumbir Kalibagor Purwonegoro Kaliwiro Wangon Rawalo Susukan Somagede Karang Gayam Kajoran Jatilawang Kebasen Sempor Sadang Wadas Lintang Kepil Sampang Kebumen Bruno Salaman Kemranjen Tambak Jeruklegi Maos Rowokele Kroya Sumpiuh Pejagoan Kesugihan Gombong Cilacap Gebang Bener Sruweng Alian Pituruh Kemiri Adipala Nusawungu Kuwarasan Binangun Adimulyo Prembun Purworejo Loano Cilacap Tengah Buayan Kebumen Cilacap Selatan Ayah Puring Kutowinangun Bayan Klirong Butuh Banyuurip Kaligesing Purworejo Petanahan Ambal Kutoarjo Girimulyo Bulus Pesantren Mirit K. Klawing K. Ijo K. Ijo K. Jatinegara K. Gintung K. Pekacangan K. Serayu K. Lukulo K. Pedegolan S.Wawar K. Serayu K.Butuh K. Grabag Ngombol Bagelen Kilometers Purwodadi Kokap Keterangan : Batas Kecamatan Kota Kabupaten Batas Kabupaten Sungai Utama Jalan KA Jalan Propinsi Jalan Negara Sumber: Citra Landsat ETM 7+, 2006 dan Interpretasi Tim, 2007 Gambar Peta Lahan Kritis di WS Serayu Kondisi Kualitas Air Kritis Waduk PETA LAHAN KRITIS WS SERAYU BOGOWONTO Tanda-tanda pencemaran air tanah dapat dilihat dari kandungan unsur NO 3, BOD, dan bakteri Colli. Kota Kecamatan Kutowinangun, Prembun dan Kutoarjo telah menunjukkan tanda-tanda tercemar oleh limbah domestik. Kota Purwokerto, Purbalingga, dan Banyumas rawan terhadap pencemaran air tanah yang dikarenakan sistem sanitasi 33

41 tidak baik dan jenis batuan yang porous. Air tanah pada daerah dataran aluvial yang padat penduduknya, seperti daerah Wangon, Jatilawang dan Cilacap juga berpotensi tercemar oleh limbah rumah tangga karena kedudukan muka air tanah yang dangkal dan sistem sanitasi yang tidak baik. Khusus di daerah pantai ada bahaya intrusi air laut melalui akuifer maupun muara Sungai Serayu. Pencemaran air tanah di WS Serayu disajikan dalam Tabel 5-14 berikut. Tabel Pencemaran Air Tanah di WS Serayu- Wilayah Sebaran Kabupaten Kecamatan Ekosistem Sub DAS Faktor Penyebab Banjarnegara Banjarnegara Dataran Serayu Limbah rumah tangga dan industri Purbalingga Purbalingga Dataran Klawing Limbah rumah tangga dan industri Purwokerto Purwokerto Dataran Banyumas Wangon Jatilawang Bayumas Sokaraja Dataran Pelus Logawa Tajum Tajum Serayu Pelus Limbah rumah tangga dan industri Purwokerto Cilacap Adipala Dataran Serayu Limbah rumah tangga dan industri Kebumen Kutowinangun Prembun Kebumen Gombang Dataran aluvial Dataran aluvial Dataran aluvial Dataran aluvial Purworejo Kutoarjo Dataran aluvial Sumber : Grand Design, UGM, 2003 Wawar Wawar Wawar Wawar Cokroyasan Sistem pembuangan limbah domestik kota yang belum baik dan kedalaman air tanah dangkal, terutama pada musim penghujan Sistem pembuangan limbah domestik kota yang belum baik dan kedalaman air tanah dangkal, terutama pada musim penghujan Kepadatan penduduk kota, sistem pembuangan limbah, permukaan air tanah dangkal Pembuangan limbah padat dan limbah cair domestik pemukiman kota yang kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan Sistem pembuangan limbah domestik rumah tangga yang belum baik Pencemaran air sungai terutama terjadi di bagian tengah dan hilir pada satuan dataran aluvial dan dataran pantai. Meskipun demikian intensitas pertanian di daerah hulu (sekitar kawasan Dieng) juga telah mencemari sungai terutama limbah pestisida dan fungisida. Sumber pencemaran air lainnya diakibatkan oleh kegiatan pertanian, rumah tangga (MCK), industri tapioka, dan limbah penggergajian kayu. Pencemaran air sungai yang paling banyak terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga dan Banyumas. 34

42 Di DAS Luk Ulo- ada beberapa sungai yang nilai DHL-nya tinggi yaitu Kali Jali dan Kali Ijo. Tingginya DHL di sungai-sungai tersebut lebih disebabkan oleh masuknya air laut ke dalam sungai (intrusi) dan juga karena bentuk lahan yang membentuk sekitar sungai tersebut. Tabel pencemaran air sungai di WS Serayu disajikan dalam Tabel 5-15 berikut. Tabel Pencemaran Air Sungai Di WS Serayu Kabupaten Wonosobo Banjarnegara Kejajar Wilayah Sebaran Kecamatan Ekosistem Sub DAS Wonosobo Susukan Mandiraja Purwonegoro Bawang Rakit Punggelan Banjarmangu Gunungapi Dataran dan Perbukitan di Banjarmangu Serayu Hulu Sapi Pekacangan Faktor Penyebab Pestisida pertanian, pupuk, limbah domestik Pabrik tapioka (sisa organik), dan limbah tambang di Banjarmangu Bukateja Purbalingga Kejobong Limbah tapioka dan Purbalingga Dataran Pekacangan rumah tangga Rembang Karangjambu Purwokerto Semua kecamatan Dataran Logawa Rumah Tangga Ajibarang Tajum Wangon Tajum Kalibagor Klawing Pabrik tapioka (sisa organik), dan industri Banyumas Banyumas Dataran Serayu rumah tangga Gumelar Tajum teutama di sokaraja Karanglewas Tajum dan Cilongok Sokaraja Pelus Cilongok Logawa Cilacap Kesugihan Kasugihan Industri tapioka Adipala Dataran Serayu (Jeruk legi) Jeruklegi Kasugihan Sumber : Grand Design, UGM, 2003 Untuk mengetahui kualitas air di Wilayah Sungai Serayu- saat ini, dilakukan pengambilan sampel air di wilayah tersebut.. Tabel 5-18 menunjukkan hasil analisis yang berisi kriteria fisik kimia serta index pencemaran. 35

43 NO KODE SAMPLE NAMA Tabel Hasil Analisis Data Air di WS Serayu- LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL KRITERIA FISIKA-KIMIA AIR INDEKS PENCEMARAN SUNGAI DESA KEC KAB KELAS PEMBATAS PLANKTON BENTHOS 1 CS.XI.42 Kedungsari Purworejo Purworejo B S, Coli ringan berat 2 CS.XI.43 Sidomulyo Purworejo Purworejo B S, Coli ringan berat 3 CS.XI.46 Guntur Bener Purworejo B Tdk ada belum berat 4 CS.XI.41 Cokroyasan Ketiwijayan Bayan Purworejo B Coli ringan berat 5 CS.XI.44 Cokroyasan Grrimulyo Kemiri Purworejo B Coli ringan berat 6 CS.XI.26 Serayu Maros Garung Wonosobo B COD, P,Coli ringan berat 7 CS.XI.33 Serayu Kalori Kalibagor Banyumas B P,S,Fenol,Coli belum berat 8 CS.XI.28 Mrawu Sijeruk Banjarmanu Banjarnegara B COD, S,Coli ringan berat 9 CS.XI.27 Tulis Plodongan Sukoharjo Wonosobo B COD, P,Fenol, Coli belum berat 10 CS.XI.29 Pekacangan Tanjung Tirta Punggelan Banjarnegara B Coli ringan berat 11 CS.XI.30 Gintung Jembangan Punggelan Banjarnegara B COD,P,Fenol,Coli ringan berat 12 CS.XI.37 Kermit Kenteng Sempor Kebumen B COD,Fenol,Coli belum berat 13 CS.XI.32 Trenggulum Jatisaba Cilongok Banyumas B Fenol, Coli ringan berat 14 CS.XI.40 Butuh Butuh Butuh Purworejo B S, Coli belum berat 15 CS.XI.39 Pedegolan Sendangdalam Padureso Kebumen B COD, S belum berat 16 CS.XI.38 Lukulo Tamangwinangun Kebumen Kebumen B Hg,Fenol, Coli ringan berat 17 CS.XI.36 Jatinegara Jatinegoro Sempor Kebumen B COD,Fenol,Coli belum berat 18 CS.XI.35 Ijo Bumiagung Rowokele Kebumen B COD,S,Fenol,Coli belum berat 19 CS.XI.34 Tipar Karangturi Kroya Cilacap B BOD,Fenol,Coli belum berat 20 CS.XI.31 Klawing Bancar Purbalingga Purbalingga B Fenol, Coli ringan berat Sumber : Hasil Analisis Keterangan : Klasifikasi Mutu Air Kelas II : Air yang diperuntukkannya dapat digunakan untuk prasarana rekreasi air, pembudidayaan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air sama dengan kegunaan di atas. 36

44 Galian C Selain kondisi bahan galian di beberapa kabupaten, di daerah serayu juga terdapat penambangan pasir yang perlu diperhatikan. Perkiraan volume penambangan bahan galian golongan C dari dasar sungai Serayu yang ada saat ini adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 5-17 di bawah ini : Tabel Perkiraan Volume Penambangan Pasir No. Sungai Volume Tahunan (m3) Jenis Bahan 1 Serayu 159,000 Pasir 2 Klawing 111,325 Pasir 3 Logawa 45,625 Pasir 4 Telomoyo 84,000 Pasir 5 Luk Ulo 306,000 Pasir 6 Wawar 14,400 Pasir 7 Cokroyasan 13,440 Pasir 8 126,000 Pasir Sumber : South Java Flood Contol Sector Project, 2004 Bila dibandingkan dengan wilayah Sungai Progo, maka volume penambangan bahan galian C di wilayah Sungai Serayu ini tidak sampai 5% nya. Ini menunjukkan kecilnya kebutuhan dan suplai bahan galian golongan C di lokasi yang jauh dari daerah urban Masalah Yang Berkembang Saat ini Berdasarkan Hasil PKM Hasil Pertemuan Konsultasi Masyarakat I Hasil PKM Tahap I ditinjau dari 5 aspek, yaitu : 1. Aspek Konservasi SDA 2. Aspek Pendayagunaan SDA 3. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air 4. Aspek Keterbukaan Dan Ketersediaan Data Dan Informasi Sumber Daya Air 5. Aspek Pemberdayaan Dan Peningkatan Peran Masyarakat, Swasta Dan Pemerintah 37

45 Hasil PKM I dari aspek Konservasi SDA No Kabupaten Permasalahan Upaya yang Diinginkan Oleh Stakeholder 1 Wonosobo Erosi Penghijauan kerusakan hutan Pembuatan terasering kekeringan Pembuatan tampungan air sedimentasi waduk 2 Banjarnegara Erosi Penghijauan kerusakan hutan Pembuatan terasering Kekeringan Pembuatan tampungan air Sedimentasi waduk Penataan RTRW dengan konservasi lahan Longsor 3 Purbalingga Erosi Penghijauan kerusakan hutan Pembuatan terasering kekeringan Pembuatan tampungan air sedimentasi waduk 4 Banyumas Erosi Penghijauan kerusakan hutan Pembuatan terasering kekeringan Pembuatan tampungan air sedimentasi waduk Penataan RTRW dengan konservasi lahan Longsor Alternatif mata pencaharian lain untuk penambang gallian C Kerusakan lahan dan alur sungai akibat galian C 5 Cilacap Erosi Penghijauan kerusakan hutan Pembuatan terasering kekeringan Pembuatan tampungan air sedimentasi waduk Menyimpan dan mempertahankan air dengan cara Kelebihan air pada musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau Kerusakan lahan dan alur sungai akibat galian C 6 Kebumen Erosi Penghijauan konservasi dengan vegetasi dan sipil teknis Menyediakan air untuk memenuhi kebutuhan pokok secara berkelanjutan dengan membangun waduk/embung Iventarisasi sungai yang bertipe gradasi agradasi untuk memilih lokasi sungai yang boleh ditambang kerusakan hutan Pembuatan terasering kekeringan Pembuatan tampungan air sedimentasi waduk Pengawasan intensif terhadap penambangan liar Banjir Perbaikan sungai yang rusak akibat penambangan liar Kerusakan lahan dan alur sungai akibat galian C 7 Purworejo Erosi Penghijauan 38

46 No Kabupaten Permasalahan Upaya yang Diinginkan Oleh Stakeholder kerusakan hutan Pembuatan terasering kekeringan Pembuatan tampungan air sedimentasi waduk Penataan RTRW dengan konservasi lahan Longsor Menyediakan air untuk memenuhi kebutuhan pokok secara berkelanjutan dengan membangun waduk/embung Hasil PKM I dari aspek Pendayagunaan SDA No Kabupaten Permasalahan Upaya yang Diinginkan Oleh Stakeholder 1 Purworejo Penyediaan air baku Penambahan air baku dengan pembangunan sesuai dengan waduk / embung baru program MDGS harus 80% penduduk terlayani 2 Cilacap 3 Kebumen Penyediaan air baku sesuai dengan program MDGS harus 80% penduduk terlayani Penurunan kinerja sistem irigasi akibat kerusakan jaringan Penambahan air baku dengan pembangunan waduk / embung baru Meningktakan efektifitas dan efisiensi jaringan irigasi dengan perbaikan / rehabilitasi jaringan Kekurangan air Pemanfaatan mata air Citepus, Panembahan, irigasi dan air baku Mendala di anak Sungai Serayu Pemanfaatan rawa bendungan oleh PDAM Penurunan kinerja sistem irigasi akibat kerusakan jaringan Meningkatkan efektifitas dan efisiensi jaringan irigasi dengan perbaikan / rehabilitasi jaringan Hasil PKM I dari aspek Pengendalian Daya Rusak Air No Kabupaten Permasalahan Upaya yang Diinginkan Oleh Stakeholder 1 Banjarnegara Tanah longsor Sistem peringatan dini Relokasi penduduk 2 Banyumas Tanah longsor Sistem peringatan dini Relokasi penduduk 1 Cilacap Genangan Banjir OP Sungai Perbaikan tanggul dan alur sungai Perbaikan sistem drainase lahan Intrusi air laut pada intake PDAM Pembangunan gound sill Sedimentasi di muara pengerukan sedimen, pemeliharaan pemecah sungai gelombang Tsunami Pembuatan peta rawan bencana 2 Kebumen Genangan Banjir OP Sungai Perbaikan tanggul dan alur sungai 39

47 No Kabupaten Permasalahan Upaya yang Diinginkan Oleh Stakeholder Perbaikan sistem drainase lahan 3 Purworejo Genangan Banjir OP Sungai Perbaikan tanggul dan alur sungai Perbaikan sistem drainase lahan Tanah longsor Sistem peringatan dini Relokasi penduduk Hasil PKM I dari Aspek Pemberdayaan Dan Peningkatan Peran Masyarakat, Swasta Dan Pemerintah Sehubungan dengan belum adanya wadah koordinasi antar instansi terkait, sebagian masyarakat mengusulkan agar dibentuk Dewan SDA dengan 50% anggota dewan air adlah unsur masyarakat Hasil Pertemuan Konsultasi Masyarakat II Pertemuan Konsultasi Masyarakat II merupakan tindaklanjut dari hasil PKM I yang relah dilaksanakan sebelumnya. Hasil PKM II ini tetap mengacu pada 5 aspek yang ditinjau. Dari hasil Pertemuan Konsultasi Masyarakat II yang dilaksanakan, kesimpulannya adalah sebagai berikut : No Indikasi Program Indikasi Lokasi I Konservasi SDA 1 O&P waduk dan drainase Semua Kabupaten di WS Serayu- 2 Pemantauan kualitas air Semua Kabupaten di WS Serayu- 3 Pemantauan debit dan sedimen Semua Kabupaten di WS Serayu- 4 Kegiatan lahan secara sipil teknis Semua Kabupaten di WS Serayumeliputi : pembangunan embung, teras guludan, teras kredit, teras individu, teras datar, teras bangku, chek dam. 5 Pembuatan Dam Penahan, Bangunan Semua Kabupaten di WS Serayu- Pengendali Jurang 6 Pembuatan kolam retensi, sumur Semua Kabupaten di WS Serayu- resapan 7 Kegiatan vegetatif meliputi : pergiliran tanaman, multiple croping, contur croping, strip croping tanaman semusim, kebun campur, agroforestry, farming sistem, vegetasi tetap fungsi produksi (hutan produksi tetap hutan rakyat), vegetasi tetap fungsi produksi Semua Kabupaten di WS Serayu- Tanggapan Setuju Tidak Ket 40

48 No Indikasi Program Indikasi Lokasi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan), vegetasi tetap fungsi lindung/permanen (hutan lindung dan perkebunan) 8 Kegiatan lain meliputi : pengelolaan tanah tidak intensif; perlindungan mata air, jurang, alur sungai dengan vegetatif tetap; perlindungan pantai dengan vegetatif tetap; penanaman/reboisasi secara sukses alami, pengaturan drainase air limbah/buangan (sawah, pemukiman, selokan, jalan); pengaturan kemiringan (slopping) talud tepi sungai, tepi jalan Semua Kabupaten di WS Serayu- 9 Membangun waduk Kab. Purworejo, Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab. Kebumen, Kab. Wonosobo 10 Perluasan daya tampung dan daya simpan air dari limpasan lereng Semua Kabupaten di WS Serayu Perbaikan waduk / embung untuk mengurangi sedimentasi Pengerukan / normalisasi tampungan air Sungai, Cokroyasan, Wawar, Luk Ulo, Jatinegara, Ijo, Serayu, Klawing, Gintung, Pekacangan, Bedegolan, Donan 13 Pembangunan bangunan pengendali sedimen 14 Membuat Ground Sill dan Check Dam 15 Pengawasan intensif terhadap penambangan liar 16 Inventarisasi sungai yang bertipe gradasi agradasi untuk memilih lokasi sungai yang boleh ditambang 17 Alternatif mata pencaharian lain Semua Kab. di WS Serayu- 18 Sosialisasi dan bimbingan teknis Semua Kabupaten di WS Serayu- Galian C 19 Pembuatan Perda Galian C Semua Kabupaten di WS Serayu- 20 Pengaturan peruntukan lahan untuk Semua Kabupaten di WS Serayu- Galian C 21 Mengembangkan dan merehabilitasi Semua Kabupaten di WS Serayuprasarana dan sarana untuk konservasi SDA 22 Memperbaiki bangunan irigasi Semua Kabupaten di WS Serayusehingga efisiensi optimal 23 Sosialisasi pemakaian air irigasi yang Semua Kabupaten di WS Serayuefisien 24 Sosialisasi cara tanam dengan SR I Semua Kabupaten di WS Serayu- 25 Memantau kualitas air Semua sungai potensi waduk dan sungai di bawah kota 26 Membangun dan mengelola IPAL Kab. Wonosobo, Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab. Banyumas, Kab. Cilacap Tanggapan Setuju Tidak Ket 41

49 No Indikasi Program Indikasi Lokasi 27 Mendorong dan mengupayakan sistem pengolahan limbah cair komunal dikawasan pemukiman dan industri 28 Menetapkan dan menerapkan pedoman perhitungan biaya pemulihan dan pengelolaan kualitas air serta metode pembebanannya kepada para pencemar. 29 Pengawasan dan pemberian sanksi terhadap pencemaran air II Pendayagunaan SDA Semua Kab. di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Setuju 1 Penyesuaian RTRW dengan tata Semua Kabupaten di WS Serayu- ruang air 2 Penyusunan RTR Wilayah Sungai Semua Kabupaten di WS Serayu- 3 Menetapkan daerah batas sempadan Semua Kabupaten di WS Serayu- sungai 4 Penyuluhan dan pemodalan program Semua Kabupaten di WS Serayu- penghematan air dengan sistem irigasi baru seperti SRI 5 Pembangunan waduk / embung baru Kab. Purworejo, Kab. Banjarnegara, Kab. Purbalingga, Kab. Kebumen, Kab. Wonosobo 6 Penambahan debit dari mata air Kab. Wonosobo, Kab. Banjarnegara, Kab. Banyumas, Kab. Kebumen, Kab. Purworejo 7 Penambahan air dari sungai Kab. Cilacap 8 Optimalisasi kapasitas IPA Kab. Kebumen 9 Pembangunan sumur dalam Kab. Banyumas 10 Pemanfaatan rawa bendungan Kab. Cilacap 11 Pembangunan sistem penangkap air pada sumber mata air Kab. Wonosobo, Kab. Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Kab. Kebumen, Kab. Purworejo Kab. Purwokerto 12 Pembuatan sumur dalam sebagai alternatif air baku 13 Pembangunan sistem perpipaan Kab. Kebumen sebagai prasarana 14 Pemanfaatan mata air Citepus, Kab. Cilacap Panembahan, Mendala di anak Sungai Serayu 15 Pemanfaatan lumbung air, embung Semua Kabupaten di WS Serayu- dan bendungan oleh PDAM 16 Pemanfaatan lumbung air, embung Semua Kabupaten di WS Serayu- dan bendungan oleh PDAM 17 Meningkatkan efektifitas dan Semua Daerah Irigasi WS Serayu- efesiensi, penyediaan serta penggunaan air irigasi, dengan lebih mengutamakan kegiatan, O&P, rehabilitasi dan mengembalikan, kinerja sistem irigasi yang telah ada 18 Pengembangan Daerah Irigasi Baru Kab. Purworejo, Kab. Kebumen, Tanggapan Tidak Ket 42

50 No Indikasi Program Indikasi Lokasi Setuju Kab. Purbalingga, Kab. Banjarnegara 19 Pengembangan kolam air tawar Semua Kabupaten di WS Serayu- selama musim hujan 20 Mengembangkan sawah dengan padi Semua Kabupaten di WS Serayu- varietas rawa 21 Pemanfaatan mata air untuk Kab. Wonosobo, Kab. Purbalingga, pemenuhan kebutuhan air Kab. Banjarnegara, Kab. Banyumas, Kab. Kebumen, Kab. Purworejo 22 Penambahan air dari sungai Kab. Cilacap. 23 Optimalisasi kapasitas IPA Kab. Kebumen 24 Pembangunan sumur dalam Kab. Banyumas 25 Pemanfaatan rawa bendungan Kab. Cilacap 26 Pengembangan pariwisata di waduk / bendung Semua waduk WS Serayu- 27 Pengembangan wisata air di sungai Semua sungai WS Serayu- 28 Pengembangan hutan wisata di lokasi Semua waduk WS Serayuwaduk 29 Pemeliharaan alur sungai dan aliran Kab. Banjarnegara dan Kab. air Sungai Serayu Purbalingga 30 O&P PLTA Semua waduk WS Serayu- III Pengendalian Daya Rusak Air 1 OP sungai dan muara Semua sungai di WS Serayu- 2 Perbaikan tanggul dan alur sungai Semua sungai di WS Serayu- 3 Perbaikan sistem drainase lahan Semua sungai di WS Serayu- 4 Pengelolaan banjir dengan cara Semua Kabupaten di WS Serayumenetapkan zona rawan banjir atau flood zoning pada lokasi lokasi yang hampir setiap tahun selalu mengalami banjir. Pada lokasi-lokasi tersebut diterapkan flood proofing dengan meninggikan lantai bangunan diatas muka air banjir, memanfaatkan lahan sebagai kolam dan mengganti varietas padi dengan varietas yang tinggi 5 Membatasi pembangunan di daerah Semua sungai di WS Serayubantaran 6 Perbaikan sungai bagian hilir Semua sungai di WS Serayutermasuk muara 7 Membuat kolam retensi pada setiap Semua Kabupaten di WS Serayupembangunan 8 Membuat Perda tentang sumur Semua Kabupaten di WS Serayu- resapan 9 Membangun intake baru di daerah hulu (untuk mengganti intake yang terkena intrusi air laut) Kab. Cilacap 10 Membangun bendung gerak/bendung Kab. Cilacap Tanggapan Tidak Ket 43

51 No Indikasi Program Indikasi Lokasi karet 11 Mempertahankan garis pantai dengan membangun tanggul penahan abrasi atau dengan menanam bakau Kab. Purworejo 12 Menerapkan sistem ekohidrolik Semua sungai di WS Serayu- 13 Membangun jetty Kab. Cilacap, Kab. Purworejo dan muara sungai pantai selatan 14 Pengerukan sedimen, pemeliharaan Kab. Cilacap, Kab. Purworejo dan bangunan-bangunan pelindung pantai 15 Menyiapkan sistem evakuasi terhadap banjir dan tsunami, serta menyelenggarakan simulasi menghadapi banjir sekali dalam setahun 16 Membangun / memasang penakar hujan dan AWRL otomatis dengan SMS 17 Penyusunan Rencana Tanggap Darurat (RTD) 18 Meminimasi alih fungsi lahan dengan peraturan daerah 19 Mengaplikasikan konsep "Role Sharing" 20 Penyelarasan antara upaya kegiatan konservasi dibagian hulu dengan pendayagunaan dibagian hilir muara sungai pantai selatan Pantai selatan di WS Serayu- Pantai selatan di WS Serayu- Pantai selatan di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- 21 Relokasi penduduk dari lokasi rawan longsor Semua Kabupaten di WS Serayu- 22 Perubahan tata guna menjadi kawasan Semua Kabupaten di WS Serayufungsi lindung 23 Sosialisasi dan latihan sistem tanggap Semua Kabupaten di WS Serayudarurat 24 O&P sungai dan jaringan drainase Semua Kabupaten di WS Serayu- 25 Normalisasi sungai Semua Kabupaten di WS Serayu- 26 Sosialisasi dan latihan sistem tanggap Semua Kabupaten di WS Serayudarurat IV Keterbukaan dan Ketersediaan Data dan Informasi Sumber Daya Air 1 Mengembangkan jaringan sistem informasi sumber daya air propinsi atau Kab./kota untuk di WS Serayu- yang terpadu dan didukung oleh kelembagaan yang tangguh 2 Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam memberikan informasi tentang SDA 3 Melakukan pelatihan bagi para operator sistem data base 4 Mengelola dan mengembangkan sistem data base WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Tanggapan Setuju Tidak Ket 44

52 No Indikasi Program Indikasi Lokasi 5 Pembuatan prosedur akses data dan informasi SDA oleh masyarakat, swasta dan dunia usaha 6 Sosialisasi sistem database agar dapat bermanfaat bagi semua stakeholder Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Setuju Tanggapan Tidak V Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan agar ikut memelihara dan mengamankan hutan 1 Menghambat laju penebangan liar dan Semua Kabupaten di WS Serayu- degradasi hutan dan lahan dengan : a Sosialisasi b Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan agar ikut memelihara dan mengamankan hutan c Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan d Peningkatan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan hidup e Penegasan aturan dan hukum terhadap tindakan pembalakan liar 2 Pembentukan Dewan Air dengan 50% anggota Dewan Air adalah unsur masyarakat 8 Meningkatkan peran serta swasta untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA secara berkelanjutan 9 Mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat dalam pengelolaan sumber daya air 10 Melakukan pengelolaan SDA berbasis masyarakat dengan menggali kearifan lokal 11 Sosialisasi Permen PU no 11 tahun Sosialisasi / penguatan kelembagaan yang ada secara kontinyu disertai dengan pemberdayaan masyarakat 13 Penataan kebijaksanaan untuk mengatasi kelangkaan air 14 Membentuk badan pengelola SDA / Badan Layanan Umum sehingga dapat menarik biaya jasa pengelolaan SDA untuk pembiayaan kegiatan pengelolaan SDA 15 Menggali sumber-sumber pembiayaan pengelolaan SDA 16 Peningkatan kinerja Unit Pelaksana Teknis Pengelola SDA 17 Peningkatan kemampuan SDM aparat teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan 18 Peningkatan kemampuan organisasi untuk menanggapi persoalan lingkungan dengan program pendampingan dari pemerintah WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Ket 45

53 No Indikasi Program Indikasi Lokasi 19 Memberdayakan masyarakat dan swasta dengan sosialisasi, pelatihan, pendampingan, pembinaan, sehingga peduli, berpartisipasi dan tanggung jawab dalam pengelolaan SDA secara berkelanjutan 20 Menyusun standar kompetensi sumber daya manusia dalam pengelolaan SDA Semua Kabupaten di WS Serayu- Semua Kabupaten di WS Serayu- Tanggapan Setuju Tidak Ket Pengembangan Air Permukaan Ketersediaan air atau potensi air untuk masing-masing DAS dibedakan menjadi Potensi air total dan Potensi air potensial. Potensi air total adalah potensi air secara keseluruhan sampai muara (laut), sedangkan potensi air potensial adalah potensi air sampai lokasi atau tempat yang memungkinkan untuk diambil manfaatnya atau sudah/direncanakan diambil manfaatnya. Tabel Ketersediaan Air Wilayah Sungai Serayu- Secara Umum No. DAS Air Permukaan Potensial Air Permukaan (Juta m3) Total (Juta m3) 1 Serayu 8.888, ,71 2 Donan 127,4 318,50 3 Tipar 84,02 450,52 4 Ijo 114,55 662,19 5 Telomoyo 372, ,92 6 Luk Ulo 935, ,67 7 Wawar 1.096, ,64 8 Jali/Cokroyasan 482,00 860, , , , ,73 Sumber : Identifikasi Potensi Wilayah Sungai Serayu- No Tabel Ketersediaan Air Wilayah Sungai Serayu- Secara Rinci Titik Tinjau Sistem DAS Luas Ketersedi Curah Luas DTA DTA aan Air Hujan Potensial Total Total Mm/th Km 2 Km 2 Juta m 3 /th Ketersedi aan Air Potensial Juta m 3 /th 1 Bd. Bantar ,13 46,13 98,24 98,24 2 Wd. Sempor SEMPOR TELOMOYO ,00 43,00 90,09 90,09 3 Bd. Watu barut ,70 37,70 78,58 78,58 46

54 No Titik Tinjau Sistem DAS Curah Hujan Luas DTA Total Luas DTA Potensial Ketersedi aan Air Total Ketersedi aan Air Potensial Juta m 3 /th Mm/th Km 2 Km 2 Juta m 3 /th 4 Bd. Rowokawuk ,30 15,30 35,11 35,11 5 Bd. Sindut ,30 24,30 49,89 49,89 6 Bd. Kejawang ,90 10,90 20,34 20,34 7 Telomoyo Hilir ,60 738,68 JUMLAH SISTEM SEMPOR ,93 177, ,92 372,25 8 Bd. Kaligending ,21 267,21 790,93 790,93 9 Bd. Kedungsamak ,18 30,18 61,22 61,22 10 Bd. Kuwarasan ,88 8,88 18,72 18,72 LUK-ULO 11 Bd. Pesucen ,10 81,10 64,83 64,83 12 Luk-Ulo Hilir ,54 382, ,91 387, ,67 935,70 13 Wd. Wadaslintang ,00 196,00 550,92 550,92 14 Bd. Pejengkolan ,61 20,61 43,21 43,21 15 Bd. Bedegolan ,60 6,60 13,84 13,84 16 Bd. Merden WADASLIN ,59 20,59 50,52 50,52 17 Bd. Kedunggupit TANG WAWAR ,32 68,32 98,61 98,61 18 Bd. Kalimeneng ,64 28,64 50,07 50,07 19 Bd. Rebug ,10 88,10 254,14 254,14 20 Bd. Pekatingan ,11 22,11 35,08 35,08 21 Wawar Hilir ,86 742, ,83 450, , ,3 22 Bd. Loning ,32 107,32 281,82 281,82 23 Bd. Bandung JALI / ,65 47,65 80,11 80,11 24 Bd. Siwatu COKROYAS ,46 64,46 120,06 120,06 25 Jali Hilir AN ,96 378, ,39 219,43 860,06 482,00 JUMLAH SISTEM WADASLINTANG , , , ,0 26 Renc. Wd. Bener ,28 114,28 364,97 364,97 27 Bd. Guntur ,93 6,93 22,10 22,10 28 Bd. Kalisemo BOGO BOGO ,69 184,69 370,54 370,54 29 Bd. Kedungputri WONTO WONTO ,28 38,28 98,97 98,97 30 Bd. Boro ,13 12,13 15,92 15,92 31 Hilir ,51 347,03 JUMLAH DAS BOGOWONTO ,82 365, ,52 872,49 32 Bd. Wanganaji ,77 102,77 270,88 270,88 33 Bd. Tandu ,22 28,22 74,38 74,38 34 K. Begaluh ,10 233,10 614,44 614,44 35 Bd. Jimat ,86 39,86 121,27 121,27 SERAYU 36 Bd. Limbangan SERAYU ,86 133,86 392,47 392,47 HULU 37 Bd. Singomerto ,33 160,33 487,77 487,77 38 Bd. Clangap ,60 218,60 664,05 664,05 39 Wd. Mrica ,62 117,62 253,29 253, , , , ,53 40 Bd. Liangan SERAYU SERAYU ,54 135,54 392,27 392,27 47

55 No Titik Tinjau Sistem DAS Bd. Krenceng/Penaru ban K. Gintung (Sitangkil) TENGAH Curah Hujan Luas DTA Total Luas DTA Potensial Ketersedi aan Air Total Mm/th Km 2 Km 2 Juta m 3 /th Ketersedi aan Air Potensial Juta m 3 /th ,49 80,49 173,33 173, ,47 118,47 353,26 353,26 43 K. Karang ,83 76,83 223,16 223,16 44 K. Tambra (Kd. Lemah) ,38 94,38 274,14 274,14 45 Klawing Hulu ,65 221,65 608,29 608,29 46 Bd. Slinga ,50 66,50 182,50 182,50 47 Klawing Slamet ,66 299,66 708,40 708,40 48 Klawing Hilir ,30 218,30 597,60 597,60 49 Bd. Kalisapi ,66 299,66 637,56 637,56 50 Banyumas Somagede ,17 184,17 369,12 369,12 51 K. Logawa ,11 224,11 720,25 720,25 52 K. Trenggulun ,76 43,76 127,45 127,45 53 Bd. Gambarsari ,49 59,49 126,35 126, , , , ,6 54 Bd. Tajum ,90 228,90 511,86 511,86 55 K. Lopasir ,79 58,82 SERAYU 56 Tajum Hilir SERAYU ,08 405,36 HILIR 57 Serayu Hilir ,21 135, ,98 228, ,5 511,86 JUMLAH DAS SERAYU , , , ,0 58 DONAN DONAN ,73 71,09 318,50 127,40 JUMLAH DAS DONAN ,73 71,09 318,50 127,40 59 IJO HULU IJO ,55 57,55 114,55 114,55 60 IJO HILIR IJO ,15 547,64 JUMLAH DAS IJO ,70 57,55 662,19 114,55 61 TIPAR HULU TIPAR ,88 46,88 84,02 84,02 62 TIPAR HILIR TIPAR ,52 366,50 JUMLAH DAS TIPAR ,40 46,88 450,52 84,02 WS. SERAYU BOGOWONTO , , , ,86 Sumber : Identifikasi Potensi Wilayah Sungai Serayu Pengembangan Air Tanah Tata kandung airtanah pada WS Serayu- secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga satuan cekungan airtanah (groundwater basin) yang berbeda yakni : 1. Cekungan Airtanah Dataran (Depresi) 2. Cekungan Airtanah Gunungapi Kuarter 3. Cekungan Airtanah Pegunungan Selatan 48

56 K. Gebang FINAL DOKUMEN POLA Peta Geohidrologi dan cekungan air tanah di WS Serayu- dapat dilihat pada Gambar 5-12 dan Gambar N Batur W E Karangrejo Kalibening Wanayasa Pejawaran Kejajar S Gumelar Pakuncen Cilongok Ajibarang Banyumas Karang Moncol Bobotsari Karanganyar Mrebet Kutasari Baturaden Sumbang Kedung Banteng Purwokerto Karanglewas Utara Purwokerto Barat Purwokerto Timur Purwokerto Selatan Patikraja Purbalingga Bojongsari Pangadegan Kaligondang Padamara Kejobong Purbalingga Kembaran Kalimanah Bukateja Sokaraja Kemangkon K. Klawing K. Pekacangan K. Serayu K. Gintung Rembang Punggelan Rakit Purwonegoro Karang Kobar Banjarnegara Banjarmangu Wanadadi Madukara Bawang Banjarnegara Pagentan Watumalang Leksono Sigaluh K. Serayu Garungan Wonosobo Mojo Tengah Kertek Wonosobo Kalikajar Selomerto Sapuran Lumbir Purwojati Kalibagor Mandiraja Purworejo Klampok Kaliwiro Wangon Rawalo Somagede Susukan Kajoran Jatilawang Kebasen Banyumas K. Ijo Sempor Karang Gayam Sadang Wadas Lintang Kepil Sampang Rowokele Bruno Jeruklegi Kawungganten Cilacap Kesugihan Cilacap Tengah Cilacap Utara Maos Adipala Kroya Binangun Kemranjen Sumpiuh Nusawungu Tambak K. Ijo Buayan Gombong Kuwarasan Karang Anyar Pejagoan Sruweng Kebumen Adimulyo K. Pedegolan Alian Kebumen Kutowinangun Prembun Pituruh K. Gebang Gebang Kemiri Purworejo K.Butuh Bayan Loano Bener Samigaluh Cilacap Selatan Ayah K. Jatinegara Puring Petanahan Klirong K. Lukulo Bulus Pesantren Butuh Kutoarjo Banyuurip Purworejo K. Kaligesing Ambal Mirit Girimulyo Kilometers S.Wawar Grabag Cokroyasan Ngombol Purwodadi Bagelen Kokap Temon Keterangan : Jalan KA Sungai Utama Jalan Propinsi Jalan Negara Batas Kecamatan Akuifer (bercelah, sarang) dengan produktifitas rendah dan airtanah langka Daerah airtanah langka Kecil, Akifer lebih dalam, produktif tinggi Produtif kecil, setempat berarti Akuifer Dengan Aliran Melalui Celah dan Ruang Antar Butir Produktivitas tinggi &penyebaran luas Akuifer dgn produktivitas sedang dgn penyebaran Luas Setempat Akuifer Produktif Akuifer Dengan Melalui Ruang Antar Butir Setempat berproduktif sedang Produktif sedang dengan Penyebaran Luas Akuifer Produktif dengan Penyebaran Luas Produktif sedang dengan Penyebaran Luas Akuifer Dengan Aliran Melalui Celah dan Ruang Rekahan dan Saluran Akifer Produktif Sedang-tinggi PETA HIDROGEOLOGI WS SERAYU BOGOWONTO Gambar Peta Hidrogeologi Wilayah Sungai Serayu N Batur W E S Gumelar Pakuncen Ajibarang Cilongok Baturaden Sumbang Kedung Banteng Purwokerto Karanglewas Utara Purwokerto Barat Purwokerto Timur Wanayasa Kalibening Karangrejo CAT Karangkobar Kejajar Pejawaran Karang Moncol Bobotsari Rembang Karang Kobar Karanganyar Mrebet Pagentan Kutasari Watumalang Purbalingga Banjarnegara K. Gintung Punggelan Bojongsari Banjarmangu CAT Wonosobo Kertek Madukara Pangadegan Wanadadi Kaligondang Wonosobo Padamara Leksono CAT Purwokerto - Purbalingga Kejobong Kalikajar Purbalingga K. Pekacangan K. Serayu Kembaran Kalimanah Selomerto Rakit Sigaluh K. Serayu Garungan Wonosobo Mojo Tengah Banyumas Purwokerto Selatan Patikraja Sokaraja Kemangkon K. Klawing Bukateja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Sapuran Lumbir Purwojati Kalibagor Mandiraja Purworejo Klampok Kaliwiro Wangon Rawalo Somagede Susukan Kajoran Jatilawang Kebasen Banyumas K. Ijo Sempor Karang Gayam Sadang Wadas Lintang Kepil Jeruklegi Cilacap Kawungganten Kesugihan Cilacap Tengah CAT Cilacap Cilacap Utara Cilacap Selatan Maos Adipala Sampang Kemranjen Kroya CAT Kroya Binangun Sumpiuh Nusawungu Rowokele Tambak Gombong Karang Anyar Pejagoan K. Ijo Sruweng Kebumen Alian Kuwarasan Prembun Adimulyo CAT Banyumudal Buayan Kebumen Kutowinangun Ayah CAT Kebumen - Purworejo Puring Petanahan Klirong K. Jatinegara K. Lukulo K. Pedegolan Bulus Pesantren Ambal Mirit Pituruh Butuh K.Butuh Bruno Gebang Kemiri Purworejo Bayan Kutoarjo Purworejo Banyuurip Bener Samigaluh Loano K. Kaligesing Girimulyo Kilometers S.Wawar Grabag Cokroyasan Ngombol Purwodadi Bagelen Kokap Temon Keterangan : Batas Kabupaten Jalan KA Sungai Utama Jalan Propinsi Jalan Negara Batas Kecamatan Cekungan Air Tanah ( Jt m3/th ) : Q1=130 jt m3/th Q1=154, Q2=4 jt m3/th Q1=210, Q2=8 jt m3/th Q1=66 jt m3/th Q1=43 jt m3/th Q1=49 jt m3/th Q1=503, Q2=10 jt m3/th Q1 : Jumlah Imbuhan Air Tanah Tidak Tertekan Q2 : Jumlah Aliran Air Tanah Tertekan PETA CEKUNGAN AIR TANAH WS SERAYU BOGOWONTO Gambar Cekungan Airtanah Wilayah Sungai Serayu- 49

57 K. Gebang Banyupanas Purbowono II Tawangsari II FINAL DOKUMEN POLA D. Mata Air Cukup banyak mata air yang terdapat di daerah WS Serayu- ini. Mata air tersebut muncul baik dalam batuan endapan aluvium maupun dalam batuan gunungapi Kuarter, dan batuan dasar Pra-kuarter. Debit air bervariasi, dari kurang seliter sedetik hingga ratusan liter sedetik Watu Kumpul Lebak Barang Petung Kriono Blado Reban N Belik Paninggaran Batur Kaliurip Prumpung Pulosari Kandang Serang Wanayasa #0 Cena Kejajar # Kalibening Pejawaran Tretep W E Karangrejo Wangir Tronok Kalong Geng Luntup Krawas Tanjung Glegu Sunten Purbalingga Leleh#0 Banyumudal Banjarnegara Brebeh Tilik Mak mur Tlogoyoso Karang Moncol Pulosari Tegalpancar S Mudal $ # Bobotsari Kalidepok Rembang Karang Kobar Pagergunung Jengkol #0 Garungan Karanganyar Ngadirejo Candiwulan Kalijaha Mrebet Karangduren Busung Man gur Tigapancuran # Kutasari Pagentan #0 Putri Putra # Du re n Depok Jalaksono Watumalang Baturaden Tuk At us Plunjuran #0 Kasima Telagakarang #0 #0 Karangmangu Banteran BukitToyo Kojaran Siteter Mojo Tengah Paguyangan Kayuna #0 # Parakan Bawon Rambul I Rambul II Kedung Banteng Umum Mudal Pakuncen Sumbang # Gondang Bojongsari Punggelan Banjarmangu Pagedangan Gripit # Purut Konrat Bugel Sewu #0 #0 #0 Serehan # # # Gesang Lembu Kalipura Ta tah an Surenan Kutasari Wonosobo Juwatah Kertek Aluragung Cilongok Kalikidang Ketileng Cu ru g #0 Belikpete Sumur bandung Pangadegan Wanadadi Beji Gemawang Tamp. Pengen Ngadidalem Luwihan Kalitengah #0 #0 Gajah #0 # Warudoyong Kalikaret Muncar #0 Babi Cijurang Srangan Sikere Kaligondang Sibendo Bandengan Madukara Sralus Sirukem Jogopati Gajah Padamara Kalibonem Gondang Silutung # #0 #0 Sewu Gumelar Kawungcerang Sigarpandan Lengkong Sirobong #0 Kalikajar Temanggung Karanglewas Gancang Sipete Planjan Luwung Leksono BrengosanGemblok #0 Purbalingga Kejobong Bodamita Sasak Banyumudal Cangk ring Bandengan Purwokerto Utara Pinggih Tanjunganom Pancasan Ajibarang Kalimanah Sirowok Tamant ari Kicang Plancungan Pucung Kembaran PancurKuncen Adipasir Kedungbatur Jemblungan Rakit Selomerto Rakit Cebong Wonosobo Gelang Serantuk Sigaluh Silewok Cikalan Tuk Ke butuh Bukateja Bawang Beled Purwokerto Selatan Banjarnegara Banyumas Sokaraja Kemangkon Kalilanang Sapuran Patikraja Tuk Pu tih Kreo Purwonegoro # Purwojati Kaliwiro Tuk Cina Lumbir Kalibagor Mandiraja Rancaglagah Purworejo Klampok Ra wa lo Tip ar Susukan Wangon Rawalo Somagede Kajoran Banyumas Kebasen Citepus Jatilawang Wadas Lintang Sadang Kepil Karang Gayam Sempor Cipedak Gowong Panembahan Bleber Karanggedang Bruno Salaman Sampang Rowokele Men dala Buntu Kemranjen Tambak Gua Kalikarang Sumpiuh Kebumen Jeruklegi %a Maos Pejagoan Pekacangan Kawungganten Bener Kroya Gombong Karang Anyar Cilacap Tengah Cilacap Utara Cilacap Selatan Kesugihan Cilacap Adipala Binangun K. Klawing Kilometers K. Ijo K. Ijo Banyumudal II %a%a Sruweng Alian %a %a Sikayu Kuwarasan Gemendeli %a %a %a %a Prembun Adimulyo Nusawungu %a Buayan Banyuurip %a Kebumen Gua Suling %a%a Banteng %a Kutowinangun Wanalela %a%a Ayah Puring Petanahan Klirong Bulus Pesantren Ambal K. Jatinegara K. Gintung K. Serayu K. Pekacangan K. Lukulo K. Pedegolan Mirit Pituruh S.Wawar Purworejo Butuh K.Butuh Grabag Kemiri Kutoarjo Cokroyasan Gebang Mudal Guyangan Rendeng Kalisemo Loano Samigaluh Kaliglagah Sundorogo II Bayan Wonotulus Sidorejo Purworejo Donorati Glatak Pandanrejo Tu k Song Tu o k Gu nting Kidangroso I Kaligesing Singolopo II Banyuurip Ngombol Purwodadi Bagelen Kokap Girimulyo Temon Keterangan : Sungai utama Kabupaten Kecamatan #0 Mata air (Air minum/irigasi) Mata air (blm fungsi) $ Mata air (diturap) %a Mata air (batu gamping) # (X Mata air (pdam) Mata air (air panas) Das wawar Das ijo Das donan Das cokroyasan Das bogowonto Das tipar Das telomoyo Das serayu Das luk ulo PETA MATA AIR Gambar Peta Mata Air Wilayah Sungai Serayu Pengembangan PLTA Waduk dan embung mempunyai fungsi utama sebagai pemasok air untuk keperluan irigasi, RKI, penanggulangan banjir. Selain itu waduk juga bisa difungsikan sebagai PLTA. Beberapa lokasi yang sudah teridentifikasi mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi PLTA, baik dengan waduk atau pengelakan sungai (River Diversion) disajikan pada Tabel berikut ini. Tabel Potensi PLTA di WS Serayu- No. PLTA Sungai DAS Kabupaten Kapasitas (MW) Ket 1 Tungtunggunung Tungtunggunung Serayu Purbalingga 0,41 RD 2 Laban Laban Serayu Purbalingga 0,25 RD 3 Tambra Tambra Serayu Purbalingga 0,80 RD 4 Karang Karang Serayu Purbalingga 0,35 RD 5 Waduk Gintung Gintung Serayu Purbalingga 2 x 2 Waduk 50

58 6 Gintung Gintung Serayu Purbalingga 1,17 RD 7 Brukah Brukah Serayu Banjarnegara 1,36 RD 8 Wanadadi Pekacangan Serayu Banjarnegara 3 x 3 Waduk 9 Waduk Bener Purworejo 3 x 3 Waduk 10 Maung Merawu Serayu Banjarnegara 346 Waduk 11 Tulis Tulis Serayu Banjarnegara 16 Waduk 12 Mrica Serayu Serayu Banjarnegara 3 x 61,50 Waduk 13 Sempor Jatinegara Telomoyo Kebumen 1 x 1,10 Waduk 14 Wadaslintang Bedegolan Wawar Kebumen 2 x 9,70 Waduk 15 Garung Serayu Serayu Wonosobo 2 x 13,70 Waduk Sumber : Identifikasi Potensi (Indra Karya), Indonesia Power, Banjarnegara Keterangan : RD = River Diversion Pendayagunaan / Pemanfaatan SDA Irigasi Penggunaan atau pemanfaatan air nampak secara nyata dari pemakaian air untuk pertanian (irigasi dan kolam) serta air baku untuk PDAM. Berdasarkan pendekatan sisi pertanian dan konsumsi rumah tangga, maka jumlah penggunaan air bergantung pada luas areal persawahan yang diairi serta juga jumlah pelanggan PDAM. Tabel Luas Areal Irigasi Teknis No Sistem Luas (Ha) I Irr Guntur Irr Kedungputri Irr LoningKrag Irr Boro Irr Bandung/Sudagaran Irr Siwatu 660 II Wadaslintang Irr WL Barat Irr Pesucen Irr Kwarasan Irr Kaligending Irr Kedungsamak Irr Merden Irr Kedunggupit Irr Kalimeneng Irr PekatinganTmr Irr PekatinganBrt Irr Bedegolan Irr Rebuk 1202 III Sempor Irr Bojong Irr Watubarut Irr Sindut

59 No Sistem Luas (Ha) 4 Irr Kejawang Irr Bantar 359 IV Mrica Irr Banjarcahyana 5001 V Bd. Gerak Serayu Irr Gambarsari Irr Kebasen Irr Pesanggrahan 3314 VI Gintung Irr Punggelan Irr Slinga 485 VII Tulis Irr Limbangan Irr Singomerto Irr Kalisapi 1089 Clangap 648 Liangan 2463 Tajum 3128 Andongbang 1128 Extension Irrigation 1 Irr Selatan Irr Selatan Irr ExtBener Irr ExtBener Irr ExtSingomerto Irr ExtWanadadi Irr ExtRembang/Gintung 4000 Sumber :Balai PSDA Jateng dan Identifikasi Potensi, Indra Karya Konsumsi Rumah Tangga, Kota dan Industri (RKI) Selain dari sisi irigasi, pemakaian air juga harus dilihat dari sisi konsumen pengguna langsung yaitu masyarakat sebagai pengguna air baku. Berikut ini disajikan data jumlah penduduk yang terlayani oleh PDAM masing-masing Kabupaten / Kota saat ini. Tabel Jumlah Penduduk yang Terlayani dan Tingkat Layanan PDAM masingmasing Kabupaten / Kota di WS Serayu- No Kabupaten Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk yang Terlayani (Jiwa) Persen Terlayani 1 Wonosobo 770, ,805 31% 2 Banjarnegara 897,057 94,590 11% 3 Purbalingga 870,951 81,960 9% 4 Banyumas 1,545, ,724 15% 5 Cilacap 865, ,755 27% 6 Kebumen 1,212, ,312 9% 7 Purworejo 774, ,255 14% Sumber : PDAM masing-masing Kabupaten,

60 Ditinjau dari sisi penggunaan air baku maka konsumen terbesar adalah Kabupaten Wonosobo ( jiwa), Banyumas ( jiwa) dan Cilacap ( jiwa). Kapasitas produksi PDAM diperoleh dari beberapa sumber air antara lain mata air, air permukaan dan sumur dalam. Besarnya kapasitas produksi tiap-tiap kabupaten berdasarkan sumber airnya dijelaskan pada Tabel Tabel Kapasitas Produksi PDAM per Kabupaten Berdasarkan Sumber Airnya No Kabupaten Kapasitas Produksi (l/det) Mata Air Air Permukaan Sumur Dalam 1 Wonosobo 1, Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen Purworejo Jumlah 2, Sumber : PDAM masing-masing Kabupaten, 2007 Situasi permasalahaan suplai air untuk RKI berkaitan dengan penggunaan air untuk irigasi, dalam hal ini karena saat ini kebutuhan air untuk RKI sebagian besar disuplai dari sumber mata air dan air tanah semakin menurun seiring dengan kerusakan lahan di daerah tangkapan airnya, maka sering timbul konflik pemakaian air antara petani pemakai air terutama pada areal irigasi kecil/irigasi pedesaan dengan pihak pengusaha air baku di wilayah trsebut. Di sebagian besar wilayah sungai terutama di daerah hilir wilayah sungai seperti Cilacap, Kebumen dan Purworejo potensi air permukaan air belum digunakan secara maksimal karena kendala biaya pengelolaan dan pengelolaannya mahal. 53

61 6. BAB V ANALISIS 6.1. Asumsi, Kriteria dan Standar yang digunakan dalam penyusunan Rancangan Pola Kriteria Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Air bersih adalah air yang diperlukan untuk rumah tangga, biasanya diperoleh secara individu dari sumber air yang dibuat oleh masing-masing rumah tangga berupa sumur dangkal, atau dapat diperoleh dari layanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) PDAM. Dalam wilayah sungai Serayu akan diperhitungkan kebutuhan air bersih rumah tangga yang berasal dari SPAM PDAM dengan sumber air baku dapat berasal dari air sungai, mata air, sumur dalam atau kombinasinya. Kebutuhan air bersih rumah tangga, dinyatakan dalam satuan Liter/Orang/Hari (L/O/H), besar kebutuhan tergantung dari jumlah penduduk yang ada di setiap Sub DAS yang dikorelasikan dengan Kriteria dari Dirjen Cipta Karya, DPU, 2006 (Tabel 6-1), yaitu : Tabel 6-1. Kriteria Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari Berdasarkan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Bersih No Kategori Kota (Jiwa) (L/O/H) 1 Semi Urban (Ibu Kota Kecamatan/Desa) Kota Kecil Kota Sedang Kota Besar Metropolitan > Sumber : Dirjen Cipta Karya, DPU,2006, Unit Pelayanan, Materi Pelatihan Penyegaran SDM Sektor Air Minum(Peningkatan Kemampuan Staf Profesional Penyelenggara SPAM) Kebutuhan Air Perkotaan Dalam menghitung proyeksi kebutuhan air sebagaimana ditargetkan dalam MDGs sampai dengan tahun 2015, beberapa kriteria yang ditentukan sebagai berikut : 54

62 1. Skala perkotaan adalah untuk kota dengan status ibukota kabupaten/kota dan ibu kota kecamatan dengan jumlah penduduk tahun 2004 sebesar jiwa 2. Tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan ditetapkan dari setiap kabupaten/kota yang bersangkutan 3. Tingkat konsumsi kebutuhan air melalui sambungan langsung = 120 liter/orang/hari 4. Tingkat konsumsi kebutuhan air melalui hidran umum = 45 liter/orang/hari 5. Rasio pelayanan melalui SR = HU dari 90% : 10% menjadi 95% : 5% 6. Pelayanan non domestik ditetapkan 10% dari kebutuhan domestik 7. Tingkat penurunan kehilangan air 28% menjadi 20% 8. Faktor koefisien hari maksimum = 1,25 9. Faktor koefisien jam puncak = 1, Faktor koefisien kebutuhan air baku = 1,1 11. Skala IKK adalah kota dengan status ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk tahun jiwa 12. Rasio pelayanan melalui SR : HU dari 82% : 18% menjadi 94% : 6% 13. Kriteria lainnya sama dengan skala perkotaan Skala perdesaan 1. Tingkat pertumbuhan penduduk perdesaan ditetapkan sesuai dengan pertumbuhan penduduk di setiap Kabupaten/Kota 2. Tingkat konsumsi kebutuhan air melalui sambungan langsung = 90 liter/orang/hari 3. Tingkat konsumsi kebutuhan air melalui hidran umum = 30 liter/orang/hari 4. Rasio pelayanan melalui SR : HU dari 49% : 51% menjadi 50% : 50% 5. Kriteria lain untuk program dengan sistem perpipaan diambil sama dengan skala perkotaan Kebutuhan Air Industri Kebutuhan air untuk industri sangat kompleks, biasanya sesuai dengan klasifikasi jenis dan ukuran industrinya, namun korelasi antara jenis dan ukuran industri dengan kebutuhan air tersebut kurang nyata. Air yang digunakan setiap pabrik berbeda untuk masing-masing jenisnya (pabrik tekstil berbeda dengan pabrik elektronik), selain itu tergantung pula pada ukuran pabrik, teknologi yang dipergunakan (umumnya yang lebih modern akan lebih efisien dalam penggunaan air), bahkan untuk setiap produk yang dikerjakan pada setiap saat. 55

63 Sehingga, akan sulit menentukan perkirakan kebutuhan air untuk industri secara lebih akurat. Banyak pabrik mengambil air tanah dari sumur dalamnya sendiri dan untuk tambahan diperoleh dari PDAM walaupun masih dalam jumlah yang sedikit. Besar kebutuhan air bersih industri diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk terhadap kebutuhan per pekerja dan rata rata pelayanan, yaitu : KAI = %P x AP x RL Dimana : KAI = Kebutuhan Air Industri, L/O/H % P = Persentase asumsi penduduk % Penduduk diasumsi pada tahap perencanaan awal, tahun 2007 sebesar 6 %, terjadi peningkatan sebesar 0,5 % setiap tahun, sehingga ada kenaikan pada tahap perencanaan tahun 2012 menjadi sebesar 6,31 %, 2017 menjadi sebesar 6,63 %dan tahun 2027 menjadi sebesar 7,32 %. AP = Kebutuhan air industri per tenaga kerja, pada tahap awal diperhitungkan sebesar 500 L/O/H. RL = Rerata Layanan, diperhitungkan konstan sebesar 70 %. Selain itu kebutuhan air bersih rumah tangga diperhitungkan pula untuk kehilangan air dalam sistem pengolahan dan jaringan sebesar 20% Kebutuhan Air Irigasi di WS Serayu- Karena sangat banyak variabel yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi, perhitungan kebutuhan air irigasi menjadi agak rumit, khususnya bila perhitungan dilakukan untuk periode waktu cukup lama (dengan memprediksi selama 20 tahun) yang dapat digunakan mendukung suatu analisis statistik tentang kemungkinan terjadi kekeringan dan pengaruhnya terhadap pengurangan hasil produksi. Untuk memfasilitasi perhitungan tersebut, suatu model (DSS) RIBASIM telah digunakan. Kebutuhan air irigasi untuk setiap distrik air dihitung sepanjang periode waktu 20 tahun, dan untuk dapat melakukan perhitungan kebutuhan air irigasi, dipersiapkan nilai parameter dalam setiap distrik air, yaitu mencakup a) karakteristik kondisi rata-rata irigasi 56

64 (berhubungan dengan jenis tanah, evapotranspirasi potensial, dan curah hujan), dan b) karakteristik berbagai kombinasi pola tanam, jadwal irigasi, dan efisiensi irigasi. Jumlah daerah irigasi yang dikumpulkan bersumber dari beberapa instansi antara lain Dinas di Kabupaten / Kota, Balai PSDA dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak. Data daerah irigasi ini dikelompokkan per kabupaten/kota kemudian berdasarkan masing masing kecamatan yang masuk wilayah Sub DAS pada wilayah Sungai Serayu akan dirinci untuk keperluan water district. Tabel 6-2. Proyeksi Luas Areal Irigasi di WS Serayu- Proyeksi Luas Areal Irigasi (Ha) No. Daerah Irigasi Irigasi Teknis Existing Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang I 1 Irr Guntur Irr Kedungputri Irr Kedungputri Irr LoningKrag Irr Boro Irr Bandung/Sudagaran Irr Siwatu Irr ExtSelatan Irr ExtBener Irr ExtBener II Wadaslintang 1 Irr WL Barat Irr Pesucen Irr WL Barat Irr Kwarasan Irr Kaligending Irr Kedungsamak Irr Merden Irr Kedunggupit Irr Kalimeneng Irr Kalimeneng Irr PekatinganTmr Irr PekatinganBrt Irr Bedegolan Irr Rebuk Irr ExtSelatan III Sempor 1 Irr Bojong

65 No. Daerah Irigasi Proyeksi Luas Areal Irigasi (Ha) Irigasi Teknis Existing Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang 2 Irr Watubarut Irr Sindut Irr Kejawang Irr Bantar IV Mrica V VI VII 1 Irr Banjarcahyana Bd. Gerak Serayu 1 Irr Gambarsari Irr Gambarsari Irr Kebasen Irr Pesanggrahan Gintung 1 Irr Punggelan Irr Slinga Irr Ext Rembang/Gintung Tulis 1 Irr Limbangan Irr Singomerto Irr Kalisapi Irr ExtSingomerto Clangap Liangan Irr ExtWanadadi Tajum Andongbang Sumber : Analisis Konsultan 58

66 7. BAB VII HASIL ANALISIS 7.1. Neraca Air Existing Analisa keseimbangan air merupakan suatu dasar dalam merencanakan pemanfaatan dan pendayagunaan air. Tinjauan ini dilakukan sebagai salah dasar dari pengembangan sumber daya air di masa yang akan datang untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan. Analisa keseimbangan yang dilakukan dalam studi ini untuk melihat kondisi saat ini dan rencana pemanfaatannya untuk pemenuhan berbagai kepentingan, khususnya pemenuhan air baku untuk keperluan rumah tangga, perkotaan dan industri serta untuk keperluan irigasi di WS Serayu-. Tabel 7-1. Neraca Air Existing WS Serayu- Demand Supply Total Time Irigasi RKI Irigasi RKI Demand Supply DEFISIT Jan Jan Feb Feb Mar Mar April April Mei Mei Juni Juni Juli Juli Agust Agust Sept Sept Okt Okt Nop Nop Des Des

67 Neraca Air Existing WS Serayu m3/dt Demand Supply Hujan Jan-1 Jan-2 Feb-1 Feb-2 Mar-1 Mar-2 April-1 April-2 Mei-1 Mei-2 Juni-1 Juni-2 Juli-1 Juli-2 Agust-1 Agust-2 Sept-1 Sept-2 Okt-1 Okt-2 Nop-1 Nop-2 Des-1 Des-2 Waktu Gambar 7-1. Neraca Air Existing WS Serayu Neraca Air Skenario Ekonomi Rendah Analisa neraca air RKI dengan skenario ekonomi rendah dapat digambarkan sebagaimana dalam Gambar 7-2 dibawah ini NERACA AIR RKI WS SERAYU BOGOWONTO m3/dt demand supply Tahun KETERANGAN : (1). Penambahan debit dari mataair, sumur dalam dan optimalisasi kapasitas IPA. (2). Penambahan debit dari mata air dan sumur dalam, S. Serayu dan Waduk Wadaslintang (3). Penambahan debit dari mata air dan sumur dalam, S. Serayu dan Waduk Wadaslintang Gambar 7-2. Neraca Air RKI WS Serayu- (Skenario 1) Neraca air Irigasi di WS Serayu- dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 60

68 60.00 NERACA AIR IRIGASI WS SERAYU BOGOWONTO m3/dt demand supply KETERANGAN : Tahun (1). Demand menurun karena ada alih fungsi lahan irigasi. (2). Demand menurun karena ada alih fungsi lahan irigasi. (3). Demand menurun karena ada alih fungsi lahan irigasi. Gambar 7-3. Neraca Air Irigasi WS Serayu- (Skenario 1) Dari ketiga pemanfaatan air diatas, diperoleh kebutuhan air total untuk RKI, Irigasi dan tambak yang dapat dilihat pada Gambar NERACA AIR WS SERAYU BOGOWONTO m3/dt demand supply Tahun KETERANGAN : (1). a. Menambah debit dari mataair, sumur dalam dan optimalisasi kapasitas IPA. b. Rehabilitasi Jaringan Irigasi. (2). a. Menambah debit dari mataair dan sumur dalam. b. Rehabilitasi Jaringan irigasi. (3).a. Menambah debit dari sungai dan mata air. b. Rehabilitasi Jaringan irigasi. Gambar 7-4. Neraca Air WS Serayu- (Skenario 1) 61

69 Tabel 7-2. Tabel Ketersediaan dan Pemanfaatan Air di WS Serayu- (Skenario 1) Potensi Juta m3/tahun m3/dt Persen Mata air + Sumur dalam % Return Flow RKI % Return Flow Irigasi % Water District % Jumlah Ketersediaan % Pemanfaatan Juta m3/tahun m3/dt Persen Irigasi % RKI % Air Waduk % Terbuang ke Laut % Jumlah Pemanfaatan % 7.3. Neraca Air Skenario Ekonomi Sedang Analisa neraca air RKI dengan skenario ekonomi rendah dapat digambarkan sebagaimana dalam Gambar 10-1 dibawah ini NERACA AIR RKI WS SERAYU BOGOWONTO 2 3 m3/dt Demand Supply Tahun KETERANGAN : (1).a. Membangun Waduk Bener untuk mencukupi kebutuhan air baku Kabupaten Purw orejo. b. Penambahan debit dari mataair, sumur dalam dan optimalisasi kapasitas IPA. (2).a. Membangun Waduk Kemit untuk mencukupi kebutuhan air baku Kabupaten Kebumen b. Penambahan debit dari mata air dan sumur dalam, S. Serayu dan Waduk Wadaslintang (3) Penambahan debit dari mata air dan sumur dalam, S. Serayu dan Waduk Wadaslintang Gambar 7-5. Neraca Air RKI WS Serayu- (Skenario 2) Neraca air Irigasi di WS Serayu- dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 62

70 65.00 NERACA AIR IRIGASI WS SERAYU BOGOWONTO m3/dt demand supply Tahun KETERANGAN : (1).a. Membangun Waduk Bener untuk mencukupi kebutuhan air irigasi sistem Bogow onto, Waduk Wanadadi untuk mencukupi kebutuhan air irigasi Liangan. b. Demand naik karena ada pembukaan irigasi Extension Selatan. (2).a. Membangun Waduk Gintung untuk mencukupi kebutuhan air irigasi sistem Gintung. b. Demand naik karena ada pembukaan irigasi Extension Singomerto, Extension Bener, Extension Rembang dan Extension Wanadadi. (3).a. Membangun Waduk Kemit untuk mencukupi kebutuhan air irigasi Sistem Sempor. b. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Gambar 7-6. Neraca Air Irigasi WS Serayu- (Skenario 2) Dari ketiga pemanfaatan air diatas, diperoleh kebutuhan air total untuk RKI, Irigasi dan tambak yang dapat dilihat pada Gambar NERACA AIR WS SERAYU BOGOWONTO m3/dt demand supply Tahun KETERANGAN : (1).a. Membangun Waduk Bener dan Wanadadi. (2) c. pembukaan irigasi Extension Singomerto, Extension b. Menambah debit dari mataair, sumur dalam dan optimalisasi Bener, Extension Rembang dan Ext. Wanadadi kapasitas IPA. (3).a. Membangun Waduk Kemit. c. Pembukaan irigasi Extension Selatan. b. Menambah debit dari sungai dan mata air. (2).a. Membangun Waduk Gintung. c. Rehabilitasi Jaringan irigasi. b. Menambah debit dari mataair dan sumur dalam. c. Rehabilitasi Jaringan irigasi. Gambar 7-7. Neraca Air WS Serayu- (Skenario 2) 63

71 Tabel 7-3. Tabel Ketersediaan dan Pemanfaatan Air di WS Serayu- (Skenario 2) Potensi Juta m3/tahun m3/dt Persen Mataair + Sumur dalam % Return Flow RKI % Return Flow Irigasi % Water District % Jumlah Ketersediaan % Pemanfaatan Juta m3/tahun m3/dt Persen Irigasi % RKI % Air Waduk % Terbuang ke Laut % Jumlah Pemanfaatan % 7.4. Neraca Air Skenario Ekonomi Tinggi Analisa neraca air RKI dengan skenario ekonomi rendah dapat digambarkan sebagaimana dalam Gambar 10-1 dibawah ini NERACA AIR RKI WS SERAYU BOGOWONTO m3/dt demand supply Tahun KETERANGAN : (1).a. Membangun Waduk Bener untuk mencukupi kebutuhan air baku Kabupaten Purw orejo. b. Penambahan debit dari mataair, sumur dalam dan optimalisasi kapasitas IPA. (2).a. Membangun Waduk Kemit untuk mencukupi kebutuhan air baku Kabupaten Kebumen b. Penambahan debit dari mata air dan sumur dalam, S. Serayu dan Waduk Wadaslintang (3). Penambahan debit dari mata air dan sumur dalam, S. Serayu dan Waduk Wadaslintang Gambar 7-8. Neraca Air RKI WS Serayu- (Skenario 3) Neraca air Irigasi di WS Serayu- dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 64

72 65.00 NERACA AIR IRIGASI WS SERAYU BOGOWONTO m3/dt demand supply Tahun KETERANGAN : (1).a. Membangun Waduk Bener untuk mencukupi kebutuhan air irigasi sistem Bogow onto, Waduk Gintung untuk mencukupi kebutuhan air irigasi sistem Gintung, Waduk Wanadadi untuk mencukupi kebutuhan air irigasi Liangan. b. Demand naik karena ada pembukaan Daerah Irigasi Extension Selatan (2).a. Membangun Waduk Tulis untuk mencukupi kebutuhan air irigasi sistem Tulis, Waduk Maung untuk mencukupi kebutuhan air irigasi Clangap, dan Waduk Kemit untuk mencukupi kebutuhan air irigasi Sistem Sempor. b. Demand naik karena ada pembukaan Daerah Irigasi Extension Singomerto, Ext. Bener, Ext. Rembang, Ext. Wanadadi. (3). Membangun Waduk Garung untuk membantu suplesi DI sistem Tulis. Gambar 7-9. Neraca Air Irigasi WS Serayu- (Skenario 3) Dari ketiga pemanfaatan air diatas, diperoleh kebutuhan air total untuk RKI, Irigasi dan tambak yang dapat dilihat pada Gambar NERACA AIR WS SERAYU BOGOWONTO m3/dt Demand Supply Tahun KETERANGAN : (2).c.pembukaan Daerah Irigasi Extension Singomerto, Ext. (1).a. Membangun Waduk Bener, Gintung, dan Wanadadi. Bener, Ext. Rembang, Ext. Wanadadi. b. Menambah debit dari mata air, sumur dalam dan optimalisasi (3).a. Membangun Waduk Kesegeran dan Garung. kapasitas IPA. b. Menambah debit dari sungai dan mata air. c. Pembukaan Daerah Irigasi Extension Selatan. (2).a. Membangun Waduk Tulis, Maung, dan Kemit. b. Menambah debit dari mata air dan sumur dalam. c. Rehabilitasi Jaringan irigasi. Gambar Neraca Air WS Serayu- (Skenario 3) 65

73 Tabel 7-4. Tabel Ketersediaan dan Pemanfaatan Air di WS Serayu- (Skenario 3) Potensi Juta m3/tahun m3/dt Persen Mataair + Sumur dalam % Return Flow RKI % Return Flow Irigasi % Water District % Jumlah Ketersediaan % Pemanfaatan Juta m3/tahun m3/dt Persen Irigasi % RKI % Air Waduk % Terbuang ke Laut % Jumlah Pemanfaatan % 66

74 8. BAB VIII SKENARIO DALAM PENGELOLAAN SDA WS SERAYU-BOGOWONTO 8.1. Ekonomi Rendah Rancangan / Strategi Jangka Pendek (tahun 2012) 1. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu-. 2. Perbaikan jaringan irigasi yang ada untuk meningkatkan efisiensi irigasi Rancangan / Strategi Jangka Menengah (tahun 2017) 1. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu-. 2. Perbaikan jaringan irigasi yang ada untuk meningkatkan efisiensi irigasi Rancangan / Strategi Jangka Panjang (tahun 2027) 1. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu-. 2. Perbaikan jaringan irigasi yang ada untuk meningkatkan efisiensi irigasi Berdasarkan Skenario Pertumbuhan Ekonomi Sedang Rancangan / Strategi Jangka Pendek (tahun 2012) Strategi Jangka Pendek yang direncanakan untuk meningkatkan pasokan air (supply) ke daerah irigasi (Advance Irrigation) di masing-masing kabupaten di Wilayah Sungai Serayu- agar kebutuhan air irigasi tercukupi yaitu dengan membangun : 1. Waduk Bener di Kabupaten Purworejo untuk mencukupi kebutuhan air DI Guntur,, DI Loning Kragilan, DI Bandung, DI Bandung Sudagaran, DI Kedungputri, DI Siwatu, DI Boro. 2. Waduk Wanadadi di Kabupaten Banjarnegara untuk mencukupi kebutuhan air DI Liangan, DI Pesanggrahan, DI Gambarsari, DI Kebasen. 3. Pengembangan Daerah Irigasi baru yaitu : Daerah Irigasi Selatan ha (Waduk Bener) dan Selatan ha (Waduk Wadaslintang). 4. Merubah pola tanam eksisting menjadi Padi Padi Palawija 5. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu-. 6. Perbaikan jaringan irigasi yang ada untuk meningkatkan efisiensi irigasi. 67

75 Rancangan / Strategi Jangka Menengah (tahun 2017) Strategi Jangka Menengah yang direncanakan untuk meningkatkan pasokan air (supply) ke daerah irigasi (Advance Irrigation) di masing-masing kabupaten di Wilayah Sungai Serayu- agar kebutuhan air irigasi tercukupi yaitu dengan membangun : 1. Waduk Gintung di Kabupaten Purbalingga untuk mencukupi kebutuhan air DI Punggelan, DI Slinga, DI Pesanggrahan, DI Gambarsari, DI Kebasen. 2. Waduk Tulis di Kabupaten Wonosobo untuk mencukupi kebutuhan air DI Singomerto, DI Limbangan, DI Banjarcahyana, DI Kalisapi, DI Gambarsari, DI Pesanggrahan, DI Kebasen. 3. Pengembangan Daerah Irigasi baru antara lain : Daerah Irigasi Extension Singomerto 2000 ha (W. Tulis), Extension Bener 1500 ha (W. Bener), Extension Rembang 4000 ha (W. Gintung), Extension Wanadadi 8000 ha (W. Wanadadi). 4. Merubah pola tanam eksisting menjadi Padi Padi Palawija 5. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu-. 6. Perbaikan jaringan irigasi yang ada untuk meningkatkan efisiensi irigasi Rancangan / Strategi Jangka Panjang (tahun 2027) Strategi Jangka Panjang yang direncanakan untuk meningkatkan pasokan air (supply) ke daerah irigasi (Advance Irrigation) di masing-masing kabupaten di Wilayah Sungai Serayu- agar kebutuhan air irigasi tercukupi yaitu dengan membangun : 1. Waduk Kemit di Kabupaten Kebumen untuk mencukupi kebutuhan air DI Sempor. 2. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu-. 3. Perbaikan jaringan irigasi yang ada untuk meningkatkan efisiensi irigasi Berdasarkan Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Rancangan / Strategi Jangka Pendek (tahun 2012) Strategi Jangka Pendek yang direncanakan untuk meningkatkan pasokan air (supply) ke daerah irigasi (Advance Irrigation) di masing-masing kabupaten di Wilayah Sungai Serayu- agar kebutuhan air irigasi tercukupi yaitu dengan membangun : 1. Waduk Bener di Kabupaten Purworejo untuk mencukupi kebutuhan air DI Guntur,, DI Loning Kragilan, DI Bandung, DI Bandung Sudagaran, DI Kedungputri, DI Siwatu, DI Boro. 2. Waduk Wanadadi di Kabupaten Banjarnegara untuk mencukupi kebutuhan air DI Liangan, DI Pesanggrahan, DI Gambarsari, DI Kebasen. 68

76 3. Waduk Gintung di Kabupaten Purbalingga untuk mencukupi kebutuhan air DI Punggelan, DI Slinga, DI Pesanggrahan, DI Gambarsari, DI Kebasen. 4. Pengembangan Daerah Irigasi baru yaitu : Daerah Irigasi Selatan ha (Waduk Bener) dan Selatan ha (Waduk Wadaslintang). 5. Merubah pola tanam eksisting menjadi Padi Padi Palawija 6. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu-. 7. Perbaikan jaringan irigasi yang ada untuk meningkatkan efisiensi irigasi Rancangan / Strategi Jangka Menengah (tahun 2017) Strategi Jangka Menengah yang direncanakan untuk meningkatkan pasokan air (supply) ke daerah irigasi (Advance Irrigation) di masing-masing kabupaten di Wilayah Sungai Serayu- agar kebutuhan air irigasi tercukupi yaitu dengan membangun : 1. Waduk Maung di Kabupaten Banjarnegara untuk mencukupi kebutuhan air DI Clangap, DI Banjarcahyana, DI Gambarsari, DI Pesanggrahan, DI Kebasen. 2. Waduk Tulis di Kabupaten Wonosobo untuk mencukupi kebutuhan air DI Singomerto, DI Limbangan, DI Banjarcahyana, DI Kalisapi, DI Gambarsari, DI Pesanggrahan, DI Kebasen. 3. Waduk Kemit di Kabupaten Kebumen untuk mencukupi kebutuhan air DI Sempor. 4. Pengembangan Daerah Irigasi baru antara lain : Daerah Irigasi Extension Singomerto 2000 ha (W. Tulis), Extension Bener 1500 ha (W. Bener), Extension Rembang 4000 ha (W. Gintung), Extension Wanadadi 8000 ha (W. Wanadadi). 5. Merubah pola tanam eksisting menjadi Padi Padi Palawija 6. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu-. 7. Perbaikan jaringan irigasi yang ada untuk meningkatkan efisiensi irigasi Rancangan / Strategi Jangka Panjang (tahun 2027) Strategi Jangka Panjang yang direncanakan untuk meningkatkan pasokan air (supply) ke daerah irigasi (Advance Irrigation) di masing-masing kabupaten di Wilayah Sungai Serayu- agar kebutuhan air irigasi tercukupi yaitu dengan membangun : 1. Waduk Garung di Kabupaten Wonosobo untuk mencukupi kebutuhan air DI Singomerto, DI Kalisapi, DI Gambarsari, DI Pesanggrahan, DI Kebasen. 2. Waduk Kesegeran di Kabupaten Banyumas untuk mencukupi kebutuhan air DI Gambarsari, DI Pesanggrahan, DI Kebasen. 3. Merubah pola tanam eksisting menjadi Padi Padi Palawija 69

77 4. Kegiatan konservasi dilakukan di semua kabupaten di WS Serayu Alternatif pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air ditinjau menurut 5 aspek Pengelolaan Sumber Daya Air No Kebijakan Pengelolaan SDA Strategi Skenario I Skenario II Skenario III 1 Air baku RKI 80% terlayani di tahun 2015 Kebutuhan tercukupi Kebutuhan tercukupi Kebutuhan tercukupi 2 Air baku irigasi Belum tercukupi Belum tercukupi Belum tercukupi 3 Pola tanam Padi- Padi-Palawija Belum dapat tercapai Sudah bisa diterapkan di semua daerah irigasi Sudah bisa diterapkan di semua daerah irigasi 4 Intensitas tanam DI 300% Belum dapat tercapai Sudah bisa diterapkan di semua daerah irigasi termasuk DI Extension Selatan 1 (2000 ha), Selatan 2 (500 ha) di jangka pendek, DI Extension Singomerto (2000 ha), Bener (1500 ha), Rembang/Gintung (4000 ha) dan Wanadadi (8000 ha) di jangka menengah Sudah bisa diterapkan di semua daerah irigasi termasuk DI Extension Selatan 1 (2000 ha), Selatan 2 (500 ha) di jangka pendek, DI Extension Singomerto (2000 ha), Bener (1500 ha), Rembang/Gintung (4000 ha) dan Wanadadi (8000 ha) di jangka menengah 5 Meminimalkan kekurangan air baku RKI Dapat dipenuhi Dapat dipenuhi Dapat dipenuhi 6 Meminimalkan kekurangan air baku irigasi Ada kekurangan air pada irigasi sistem, sistem Gintung, sistem Tulis dan sistem Liangan Ada kekurangan air pada irigasi sistem, sistem Gintung dan sistem Tulis Pemenuhan kebutuhan dengan membangun Waduk Bener dan Wanadadi di jangka pendek, Waduk Gintung di jangka menengah dan Waduk Kemit di jangka panjang Ada kekurangan air pada irigasi sistem, sistem Gintung dan sistem Tulis Pemenuhan kebutuhan dengan membangun Waduk Bener, Gintung dan Wanadadi di jangka pendek, Waduk Maung, Tulis dan Kemit di jangka menengah dan Waduk Garung dan Kesegeran di jangka panjang 7 Pengendalian banjir dengan waduk Belum dapat tercapai Membangun Waduk Bener dan Wanadadi di jangka pendek, Waduk Gintung di jangka menengah dan Waduk Kemit di jangka panjang Membangun Waduk Bener, Gintung dan Wanadadi di jangka pendek, Waduk Maung, Tulis dan Kemit di jangka menengah dan 70

78 No Kebijakan Pengelolaan SDA Strategi Skenario I Skenario II Skenario III Waduk Garung dan Kesegeran di jangka panjang Pemilihan Skenario Pengelolaan Sumber Daya Air No Kriteria Skenario Pengembangan Bobot Kriteria Skor Skenario I Skenario II Skenario III Sub Total Skor Sub Total Skor Sub Total 1 Air baku RKI 80% terlayani di tahun 2015 a b axb c axc d axd Air baku irigasi Pola tanam Padi-Padi- Palawija Intensitas tanam DI 300% Meminimalkan kekurangan air baku RKI Meminimalkan kekurangan air baku irigasi Pengendalian banjir dengan waduk Ketersediaan dana Total Skor dan Bobot Keterangan : Skala dari bobot masing masing kriteria : 1 = Kriteria kurang diminati 10 = Kriteria yang sangat diminati Skala dari skor masing masing kriteria : 1 = 0% tercapai sesuai potensi 2 = 25% tercapai sesuai potensi 3 = 50% tercapai sesuai potensi 4 = 75% tercapai sesuai potensi 5 = 100 % tercapai sesuai potensi Berdasarkan analisis multi kriteria dengan metode pembobotan ini didapat Skenario Ekonomi Tinggi sebagai Skenario Terpilih didalam mengelola sumber daya air di Wilayah Sungai Serayu-. 71

79 9. BAB VIII KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 9.1. Penjelasan Matrik Matrik Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Serayu- disajikan dalam gambar berikut ini. Sedangkan penjelasan lebih lanjut diberikan di lampiran. 72

80 PENJELASAN MATRIK RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS SERAYU-BOGOWONTO KEGIATAN KONSERVASI TEKNIK BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI KOTA/KAB. KAB. BANYUMAS Teras datar : 8.763,62 ha Teras bangku : ,70 ha KAB. PURBALINGGA Teras datar : 8.583,87 ha Teras bangku : 3.973,36 ha Kantong air/rorak/sal. buntu : ,52 ha KAB. BANJARNEGARA Teras kredit, teras guludan, teras datar : 3.011,31 ha Teras bangku : 5.082,74 ha KAB. WONOSOBO Teras kredit, teras guludan : ,72 ha Teras bangku : ,33 ha KAB. CILACAP Teras bangku : 9.644,28 ha KAB. KEBUMEN Teras bangku : ,45 ha Bangunan pengendali jurang/tebing : 1.537,43 ha KAB. PURWOREJO Teras datar : ha Teras bangku : 7.550,11 ha 73

81 PENJELASAN MATRIK RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS SERAYU-BOGOWONTO KEGIATAN KONSERVASI VEGETATIF BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI KOTA/KAB. KAB. BANYUMAS Pergiliran tanaman : 8.763,62 ha Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim : ,19 ha Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : ,12 ha Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat atau Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) : 7.375,87 ha Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) : 6.138,43 ha Vegetasi tetap fungsi lindung/permanen (hutan lindung, perkebunan) : ,58 ha KAB. CILACAP Pergiliran tanaman atau Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim : 9.644,28 ha Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) : 6.964,11 ha KAB. PURBALINGGA Pergiliran tanaman atau Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim : 2.761,76 ha Pergiliran tanaman atau Kebun campur, agroforestry, farming system : 5.822,11 ha Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim atau Kebun campur, agroforestry, farming system : ,42 ha Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : ,01 ha Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) : ,20 ha Vegetasi tetap fungsi lindung/permanen (hutan lindung, perkebunan) : 5.835,01 ha KAB. KEBUMEN Pergiliran tanaman atau Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim : ,90 ha Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim : 2.270,16 ha Kebun campur, agroforestry, farming system : 654.,39 ha Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : ,29 ha Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) : 8.855,77 ha Vegetasi tetap fungsi lindung/permanen (hutan lindung, perkebunan) : 5.499,03 ha KAB. BANJARNEGARA Pergiliran tanaman : 3.011,31 ha Kebun campur, agroforestry, farming system atau Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : ,23 ha Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : ,38 ha Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) atau Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : ,19 ha KAB. WONOSOBO Pergiliran tanaman atau Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim : ,44 ha Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim atau Kebun campur, agroforestry, farming system : ha Kebun campur, agroforestry, farming system atau Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : 8.793,39 ha Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat atau Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) : ,30 ha Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) : 729,43 ha Vegetasi tetap fungsi lindung/permanen (hutan lindung, perkebunan) : ,95 ha KAB. PURWOREJO Pergiliran tanaman atau Multiple croping, contur croping strip croping tanaman semusim : 8.578,37 ha Kebun campur, agroforestry, farming system atau Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : ,74 ha Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) atau Vegetasi tetap fungsi produksi, hutan produksi tetap hutan rakyat : ,38 ha Vegetasi tetap fungsi produksi terbatas (hutan produksi terbatas, perkebunan) : 3.126,23 ha Vegetasi tetap fungsi lindung/permanen (hutan lindung, perkebunan) : 1.314,92 ha 74

82 PENJELASAN MATRIK RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS SERAYU-BOGOWONTO KEGIATAN KONSERVASI LAINNYA BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI KOTA/KAB. KAB. PURBALINGGA KAB. BANJARNEGARA KAB. BANYUMAS Penanaman/reboisasi scr sukses alami : 7.375,87 ha Pengaturan air limbah/buangan (sawah,pemukiman, selokan, jalan) : ,18 ha Pengelolaan tanah tidak intensif : ,70 ha Penanaman/reboisasi scr sukses alami : 7.251,21 ha Pengaturan drainase air limbah/buangan (sawah, pemukiman, selokan,jalan) : ,70 ha Penanaman/reboisasi scr sukses alami : ,79 ha Pengaturan drainase air limbah/buangan (sawah, pemikiman, selokan, jalan) : ,05 ha KAB. WONOSOBO Penanaman/reboisasi scr sukses alami : ,21 ha Pengaturan drainase air limbah/buangan (sawah, pemikiman, selokan, jalan) : ,51 ha KAB. CILACAP - Pengelolaan tanah tidak intensif : 9.644,28 ha - Pengaturan drainase air limbah/buangan (sawah, pemukiman, selokan,jalan) : ,98 ha KAB. KEBUMEN Pengelolaan tanah tidak intensif : ,45 ha Perlindungan mata air, jurang, alur sungai dg vegetatif tetap : 1.537,43 ha Penanaman/reboisasi scr sukses alami : ,29 ha Pengaturan drainase air limbah/buangan (sawah, pemukiman, selokan,jalan) : ,70 ha KAB. PURWOREJO Penanaman/reboisasi scr sukses alami : ,38 ha Pengaturan drainase air limbah/buangan (sawah, pemikiman, selokan, jalan) : ,98 ha 75

83 PENJELASAN MATRIK RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS SERAYU-BOGOWONTO STRATEGI PENDAYAGUNAAN SDA (SKENARIO EKONOMI SEDANG) BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI KOTA/KAB. RENCANA WADUK WANADADI RENCANA WADUK GINTUNG Rencana pembangunan jangka menengah (Tahun 2017) Kapasitas : 45 jutam 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Rembang, DI Punggelan, DI Slinga, DI Ext Wanadadi, DI Pesangrahan, DI Gambarsari, dan DI Bantar. Rencana pembangunan jangka pendek (Tahun 2012) Kapasitas : 42,5 jutam 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Liangan, DI Ext Wanadadi, DI Pesangrahan, DI Gambarsari, dan DI Bantar. RENCANA WADUK KEMIT Rencana pembangunan jangka panjang (Tahun 2027) Kapasitas : 20 juta m 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Sempor RENCANA WADUK BENER Rencana pembangunan jangka pendek (Tahun 2012) Kapasitas : 50 juta m 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Guntur, DI Ext Bener, DI loning Kragilan, DI Bandung, DI Kedungputri, DI Siwatu, DI Boro, DI Ext, Selatan-selatan1 76

84 PENJELASAN MATRIK RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS SERAYU-BOGOWONTO STRATEGI PENDAYAGUNAAN SDA (SKENARIO EKONOMI TINGGI) BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI KOTA/KAB. RENCANA WADUK GINTUNG RENCANA WADUK WANADADI RENCANA WADUK KESEGERAN Rencana pembangunan jangka panjang (Tahun 2027) Kapasitas : 21 jutam 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Gambarsari, DI Pesangrahan, dan DI Bantar. Rencana pembangunan jangka pendek (Tahun 2012) Kapasitas : 45 jutam 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Rembang, DI Punggelan, DI Slinga, DI Ext Wanadadi, DI Pesangrahan, DI Gambarsari, dan DI Bantar. Rencana pembangunan jangka pendek (Tahun 2012) Kapasitas : 42,5 jutam 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Liangan, DI Ext Wanadadi, DI Pesangrahan, DI Gambarsari, dan DI Bantar. RENCANA WADUK MAUNG Rencana pembangunan jangka menengah (Tahun 2017) Kapasitas : 25 jutam 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Clangap, DI Banjarcahyana, DI Kalisapi, DI Gambarsari, DI Pesangrahan dan DI Bantar. RENCANA WADUK KEMIT Rencana pembangunan jangka menengah (Tahun 2017) Kapasitas : 20 juta m 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Sempor2 RENCANA WADUK BENER Rencana pembangunan jangka pendek (Tahun 2012) Kapasitas : 50 juta m 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Guntur, DI Ext Bener, DI loning Kragilan, DI Bandung, DI Kedungputri, DI Siwatu, DI Boro, DI Ext, Selatan-selatan1 RENCANA WADUK TULIS Rencana pembangunan jangka menengah (Tahun 2017) Kapasitas : 30 jutam 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Singomerto, DI Ext Singomerto, DI Limbangan, DI Banjarcahyana, DI Kalisapi. DI Gambarsari, DI Pesangrahan, dan DI Bantar. RENCANA WADUK GARUNG Rencana pembangunan jangka panjang (Tahun 2027) Kapasitas : 6,5 jutam 3 Untuk mencukupi kebutuhan air DI Singomerto, DI Ext Singomerto, DI Kalisapi. DI Gambarsari, DI Pesangrahan, dan DI Bantar. 77

85 PENJELASAN MATRIK RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS SERAYU-BOGOWONTO STRATEGI PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI KOTA/KAB. KABUPATEN PURWOKERTO, PURBALINGGA Menurunkan puncak banjir dengan membangun tampungan-tampungan air. Memperbaiki kondisi sungai dengan memanfaatkan teknologi ekohidrolik. Mengupayakan kebijakan ΔQ = 0 Melakukan upaya-upaya sistem peringatan dini serta sistem evakuasi jika terjadi banjir Memulihkan sarana dan prasarana pengendali banjir KABUPATEN BANJARNEGARA, WONOSOBO Menurunkan puncak banjir dengan membangun tampungan-tampungan air. Memperbaiki kondisi sungai dengan memanfaatkan teknologi ekohidrolik. Mengupayakan kebijakan ΔQ = 0 Melakukan upaya-upaya sistem peringatan dini serta sistem evakuasi jika terjadi banjir Memulihkan sarana dan prasarana pengendali banjir KABUPATEN KEBUMEN, CILACAP, PURWOREJO Menurunkan puncak banjir dengan membangun tampungan-tampungan air. Memperbaiki kondisi sungai dengan memanfaatkan teknologi ekohidrolik. Meningkatkan kapasitas alur sungai di daerah muara. Mengupayakan kebijakan ΔQ = 0 Menahan intrusi air laut agar jangan mengalir ke hulu. Melindungi pantai dari erosi dengan penanaman hutan bakau dan bangunan pengaman pantai. Melakukan upaya-upaya sistem peringatan dini serta sistem evakuasi jika terjadi banjir Memulihkan sarana dan prasarana pengendali banjir 78

86 PENJELASAN MATRIK RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS SERAYU-BOGOWONTO STRATEGI KETERBUKAAN DAN KETERSEDIAAN DATA DAN INFORMASI SUMBER DAYA AIR BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI KOTA/KAB. KABUPATEN PURWOKERTO, PURBALINGGA Menyediakan data dan informasi SDA yang akurat, tepat waktu, berkelanjutan dan mudah diakses. Menyediakan Basic Data dan Informasi SDA sebagai penunjang pengambilan keputusan pengelolaan wilayah sungai. Memudahkan akses data dan informasi SDA oleh masyarakat swasta dan dunia usaha. KABUPATEN BANJARNEGARA, WONOSOBO Menyediakan data dan informasi SDA yang akurat, tepat waktu, berkelanjutan dan mudah diakses. Menyediakan Basic Data dan Informasi SDA sebagai penunjang pengambilan keputusan pengelolaan wilayah sungai. Memudahkan akses data dan informasi SDA oleh masyarakat swasta dan dunia usaha. KABUPATEN KEBUMEN, CILACAP, PURWOREJO Menyediakan data dan informasi SDA yang akurat, tepat waktu, berkelanjutan dan mudah diakses. Menyediakan Basic Data dan Informasi SDA sebagai penunjang pengambilan keputusan pengelolaan wilayah sungai. Memudahkan akses data dan informasi SDA oleh masyarakat swasta dan dunia usaha. 79

87 PENJELASAN MATRIK RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS SERAYU-BOGOWONTO STRATEGI PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI KOTA/KAB. KABUPATEN PURWOKERTO, PURBALINGGA Meningkatkan kesadaran masyarakat. Menegakkan hukum Membentuk wadah organisasi Meningkatkan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah untuk berpartisipasi dalam pengelolaan SDA. Mensosialisasikan peraturan yang terkait. Mensosialisasikan dan menguatkan kelembagaan. Membentuk dan menyiapkan institusi pengelola sarana dan prasarana SDA. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi aktif masyarakat. Menyusun standar kompetensi. KABUPATEN BANJARNEGARA, WONOSOBO Meningkatkan kesadaran masyarakat. Menegakkan hukum Membentuk wadah organisasi Meningkatkan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah untuk berpartisipasi dalam pengelolaan SDA. Mensosialisasikan peraturan yang terkait. Mensosialisasikan dan menguatkan kelembagaan. Membentuk dan menyiapkan institusi pengelola sarana dan prasarana SDA. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi aktif masyarakat. Menyusun standar kompetensi. KABUPATEN KEBUMEN, CILACAP, PURWOREJO Meningkatkan kesadaran masyarakat. Menegakkan hukum Membentuk wadah organisasi Meningkatkan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah untuk berpartisipasi dalam pengelolaan SDA. Mensosialisasikan peraturan yang terkait. Mensosialisasikan dan menguatkan kelembagaan. Membentuk dan menyiapkan institusi pengelola sarana dan prasarana SDA. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi aktif masyarakat. Menyusun standar kompetensi. 80

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009 LAMPIRAN 223 Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009 Kabupaten No. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2) Kepadatan (jiwa/ km2)

Lebih terperinci

Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/I/2006 Tgl. 3 Jan

Lampiran Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/I/2006 Tgl. 3 Jan Jawa Tengah 1. Adiwerna 250 75* 50 230 75* 0 200 25* 30 Tegal 2. Balapulang 250 50 50 230 50 0 200 0 30 3. Bojong 250 50 50 230 50 0 200 0 30 4. Bumijawa 250 50 50 230 50 0 200 0 30 5. Dukuhturi 250 50

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN JAWA TENGAH

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN JAWA TENGAH DATA DASAR PROVINSI KEPULAUAN JAWA TENGAH KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI JAWA TENGAH KAB/KOTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS Melly Heidy Suwargany Jurusan Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email: mellyheidy@gmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN - INDIKASI PROGRAM RTRW KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN - NO PROGRAM UTAMA

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan 3. URUSAN KEHUTANAN Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan masyarakat seutuhnya, termasuk juga pembangunan di bidang pertanian sebagai upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 1.1 TINJAUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN Sumber Daya Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan hidup manusia, disamping itu air juga mempunyai arti penting dalam rangka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Wilayah BARLINGMASCAKEB terdiri atas Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA Dalam bab II ini penulis akan memaparkan tentang kondisi umum Kabupaten Banjarnegara yang didalamnya akan membahas keadaan geografis, potensi

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh : Purba Robert Sianipar Assisten Deputi Urusan Sumber daya Air Alih fungsi lahan adalah salah satu permasalahan umum di sumber daya air yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Sebagai Kabupaten dengan wilayah administrasi terluas di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap menyimpan potensi sumberdaya alam yang melimpah. Luas Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK 9-0 November 0 KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Jl. Flora No., Bulaksumur,Yogyakarta

Lebih terperinci

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Bab 5 5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan 5.2.1 Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Perhatian harus diberikan kepada kendala pengembangan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan bagi setiap orang di setiap waktu merupakan hak asasi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA TUGAS AKHIR Oleh : PUTRAWANSYAH L2D 300 373 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS Oleh *) Rian Destiningsih Email : riandestiningsih@untidar.ac.id Abstrak Stabilitas ketahanan pangan dapat terwujud salah satunya ketika ketersediaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN

PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN 147 PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN Pemerintah Kabupaten Banyumas pada tahun 2008 akan mencanangkan pengembangan wilayah dengan pendekatan agropolitan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha terletak antara 7 o 12 sampai 7 o 31 Lintang Selatan dan 109 o 20 sampai 109 o 45

Lebih terperinci

Nama Sekolah Peminatan Daya Tampung

Nama Sekolah Peminatan Daya Tampung SMAN 1 BATUR KAB. BANJARNEGARA MIPA 49 SMAN 1 BATUR KAB. BANJARNEGARA IPS 40 SMAN 1 KARANGKOBAR KAB. BANJARNEGARA MIPA 73 SMAN 1 KARANGKOBAR KAB. BANJARNEGARA IPS 20 SMAN 1 PURWANEGARA KAB. BANJARNEGARA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat Undang-undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 I. UMUM Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS

SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS Sebagaimana ketentuan pasal 195 UU Nomor 2017, penyusunan dan penetapan Dapil Anggota DPRD Kabupaten/Kota pada pemilu 2019 dilakukan oleh KPU. Dalam menyusun dan menetapkan

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang mendera Indonesia selama ini mengindikasikan telah terjadi kerusakan lingkungan, terutama penurunan daya dukung

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL. PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT)

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT) DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT) DASAR HUKUM DAN ARAHAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI PROV. NTT UUD 1945; Pasal 33 BUMI, AIR DAN KEKAYAAN ALAM YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1997 SERI D NO. 12

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1997 SERI D NO. 12 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1997 SERI D NO. 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 1993 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM PETA WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Temanggung Dalam Angka Tahun 2011 1 LETAK GEOGRAFI Kabupaten Temanggung terletak antara : 110 o 23' - 110 o 46'30" Bujur Timur 7 o 14'

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii INTISARI... ix ABSTRACT...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci