HUBUNGAN KONSUMSI SUPLEMEN DENGAN KEBUGARAN ATLET TAEKWONDO DAN GULAT DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA ADIEF MUHAMAD MUKHLAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KONSUMSI SUPLEMEN DENGAN KEBUGARAN ATLET TAEKWONDO DAN GULAT DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA ADIEF MUHAMAD MUKHLAS"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KONSUMSI SUPLEMEN DENGAN KEBUGARAN ATLET TAEKWONDO DAN GULAT DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA ADIEF MUHAMAD MUKHLAS DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Konsumsi Suplemen dengan Kebugaran Atlet Taekwondo dan Gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2016 Adief Muhamad Mukhlas NIM I

4

5 ABSTRAK ADIEF MUHAMAD MUKHLAS. Hubungan Konsumsi Suplemen dengan Kebugaran Atlet Taekwondo dan Gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta. Dibimbing oleh HADI RIYADI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi suplemen dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo dan gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang melibatkan 29 orang siswa, terdiri dari 21 orang atlet taekwondo dan 8 orang atlet gulat. Metode yang digunakan dalam penarikan subjek adalah purposive sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 72.4% subjek mengonsumsi suplemen. Tujuan subjek mengonsumsi suplemen yaitu untuk meningkatkan kebugaran. Jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi subjek yaitu suplemen vitamin sebesar 40.9%. Bentuk suplemen yang dikonsumsi paling banyak bentuk tablet. Frekuensi subjek konsumsi suplemen setiap hari. Pemberi informasi subjek tentang suplemen paling banyak dari pelatih sebesar 42.9%. Tidak ada yang mewajibkan subjek mengonsumsi suplemen. Subjek memperoleh suplemen dengan cara membeli. Aktivitas fisik subjek tergolong berat. Subjek memiliki kebugaran baik yaitu sebesar 75.9%. Hubungan antar variabel yang didapat yaitu tidak terdapat hubungan (p>0.05) antara konsumsi suplemen, frekuensi konsumsi suplemen, dan jenis suplemen dengan kebugaran. Kata kunci : aktivitas fisik, kebugaran, Sekolah Atlet Ragunan, suplemen ABSTRACT ADIEF MUHAMAD MUKHLAS. Correlation of Supplements Consumption and Fitness of Taekwondo and Wrestling Athletes in Ragunan School of Athletes, Jakarta. Supervised by HADI RIYADI. The objective of this study was to analyze the correlation between the consumption of supplements with the fitness level of taekwondo and wrestling athletes in Ragunan School of Athletes, Jakarta. The design of this study was a cross sectional study. Which involves 29 students, consisting of 21 taekwondo athletes and 8 wrestling athletes. The sampling method was purposive sampling. The study was conducted in February-March The results showed as many as 72.4% of samples took supplements. Their purpose on taking supplements is to improve their fitness. Types of supplements most consumed are vitamin supplement of 40.9%. The form of the supplement most widely consumed is in the form of tablets. The frequency consumption of supplements is on a daily basis. 42.9% of the samples said they received advise on taking supplements from their coach. However, no-one obligates them on taking supplements. They own the supplements by buying. Physical activities of the samples are classified high. The samples have a good level of fitness, of 75.9%. Relationships between variables obtained that there is no correlation ( p > 0.05 ) between supplement intake, the frequency of consumption of supplements, type of supplements to the fitness. Key words : fitness, physical activity, Ragunan Athletes School, supplements

6

7 HUBUNGAN KONSUMSI SUPLEMEN DENGAN KEBUGARAN ATLET TAEKWONDO DAN GULAT DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA ADIEF MUHAMAD MUKHLAS Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yaitu Hubungan Konsumsi Suplemen dengan Kebugaran Atlet Taekwondo dan Gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta. Karya ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dalam memberikan bimbingan, motivasi, perhatian dan semangat kepada penulis. 2. Kedua orang tua penulis, Bapak Maryono dan Ibu Sutriah yang telah memberikan doa, semangat, nasihat, motivasi, dan pengorbanan serta kasih sayang kepada penulis. 3. Kepala sekolah, guru khususnya Bapak Sularno, pelatih, dan atlet Taekwondo dan gulat Sekolah Atlet Ragunan Jakarta yang telah membantu dan bekerjasama dalam pengambilan data sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. 4. Keluarga besar Gizi Masyarakat 49 (AKG) atas segala do a, bantuan, semangat dan kasih sayangnya selama ini kepada penulis. 5. Fahrul Rozi dan Fadli Nugroho atas kerjasama dan membantu dalam pengambilan data penelitian. 6. Saudari Dini Kurnianingsih yang telah mengoreksi penulisan makalah ilmiah ini. 7. Seluruh dosen dan staff Gizi Masyarakat yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan berharga sebagai bekal menempuh masa depan. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Mei 2016 Adief Muhamad Mukhlas

12

13 xiii DAFTAR ISI DAFTAR ISI xiii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xiv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Tujuan Umum 2 Tujuan Khusus 2 Hipotesis 2 Manfaat Penelitian 2 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 5 Desain, Lokasi dan Waktu 5 Teknik Penarikan Subjek 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 DEFINISI OPERASIONAL 10 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Karakteristik Subjek 11 Status Gizi 13 Konsumsi Suplemen 14 Aktivitas Fisik 20 Kebugaran 21 Uji Antar Variabel 21 SIMPULAN DAN SARAN 22 Simpulan 22 Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP 29

14 xiv DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan 6 2 Kategori penilaian variabel katrateristik 7 3 Kategori status gizi menurut umur IMT/U 7 4 Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR 8 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL 8 6 Normatif Nilai VO2 max 9 7 Sebaran subjek berdasarkan usia 11 8 Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin 11 9 Sebaran subjek berdasarkan berat badan Sebaran subjek berdasarkan tinggi badan Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan Sebaran subjek berdasarkan IMT/U Sebaran subjek berdasarkan persentasi penggunaan suplemen Sebaran subjek berdasarkan tujuan mengonsumsi suplemen Sebaran subjek berdasarkan jenis suplemen yang di konsumsi Sebaran subjek berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen Sebaran subjek berdasarkan bentuk suplemen yang dikonsumsi Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi tentang suplemen Sebaran subjek berdasarkan pemberi kewajiban mengonsumsi suplemen Sebaran subjek berdasarkan cara atlet memperoleh suplemen Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik Sebaran subjek berdasarkan VO2max Hasil uji korelasi antar variabel 21 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian. 4 DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji hubungan konsumsi suplemen dengan kebugaran 26 2 Uji hubungan frekuensi konsumsi suplemen dengan kebugaran 26 3 Uji hubungan jenis suplemen dengan kebugaran 27 4 Uji Normalitas data (Shapiro-Wilk) 27

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan yang sangat digemari di kalangan masyarakat. Seseorang yang memiliki frekuensi olahraga yang tinggi dapat dikategorikan sebagai atlet. Atlet mempunyai jenis latihan yang berbeda-beda tergantung kategori cabang olahraga yang diikutinya. Kategori olahraga ada empat yaitu olahraga ringan, sedang, berat dan berat sekali. Atlet gulat dan taekwondo termasuk dalam kategori olahraga berat (Wolinsky 1994). Frekuensi latihan atlet gulat dan taekwondo tergolong tinggi sehingga diperlukan asupan zat gizi utamanya energi yang cukup sebelum maupun sesudah latihan. Atlet mendapat asupan zat gizi utamanya dari konsumsi makanan sehariharinya, tetapi atlet mebutuhkan asupan zat gizi yang lebih yang berasal dari suplemen. Atlet tidak terlepas dari suplemen untuk meningkatkan dan menunjang performa tubuh (CRN 2002). Suplemen merupakan sebuah makanan yang dikonsumsi untuk tujuan melengkapi asupan zat gizi yang belum ada pada menu makan sehari (BPOM RI 2004). Konsumsi Suplemen di SMA Ragunan Jakarta mencapai 92.41% (Wijaya 2014). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar atlet mengonsumsi suplemen. Semakin berat kategori olahraga maka akan semakin banyak mengonsumsi suplemen. Konsumsi suplemen akan mempengaruhi salah satunya kebugaran tubuh atlet (Braun 2009). Seorang yang bugar yaitu seseorang yang mampu menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa melampaui batas daya tahan stres pada tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta tidak berisiko mengalami penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau kurangnya aktivitas fisik (Riyadi 2007). Kebugaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latihan yang intensif dan teratur, faktor genetik, dan asupan gizi yang cukup (Kushendar 2008). Setiap orang diharapkan memiliki tingkat kebugaran yang baik, khususnya bagi para atlet (Corbin 2000). Tingkat kebugaran atlet yang baik dapat menunjang performa atlet baik saat latihan maupun saat bertanding. Performa yang baik tentu akan mempengaruhi prestasi atlet. Sekolah atlet Ragunan Jakarta Selatan merupakan sekolah khusus yang bergerak dalam olahraga yang kaitannya membina atlet dari berbagai daerah untuk menjadi atlet nasional. Cabang olahraga yang ada di Sekolah ini ada banyak salah satunya yaitu gulat dan taekwondo. Prestasi atlet bisa ditingkatkan dengan mengoptimalkan pemenuhan zat gizi atlet menjadi lengkap melalui konsumsi suplemen. Konsumsi suplemen juga dapat meningkatkan kebugaran tubuh agar performa atlet selalu dalam keadaan yang optimal. Memenuhi kebutuhan zat gizi dan meningkatkan kebugaran merupakan beberapa tujuan mengapa atlet mengonsumsi suplemen. Hasil akhir yang diinginkan yaitu performa atlet ketika bertanding baik sehingga akan berprestasi. Berdasarkan teori yang ada peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan konsumsi suplemen dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo dan gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta. Membuktikan apakah konsumsi suplemen akan berhubungan dengan kebugaran atlet khususnya pada atlet taekwondo dan gulat.

16 2 Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi suplemen dengan kebugaran atlet taekwondo dan gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta. Tujuan Khusus 1. Menganalisis karakteristik subjek (usia, berat badan, tinggi badan dan tingkat pendidikan subjek). 2. Menganalisis persentasi dan tujuan konsumsi suplemen subjek. 3. Menganalisis jenis, bentuk suplemen, dan frekuensi konsumsi suplemen subjek. 4. Menganalisis sumber informasi tentang suplemen, faktor pendorong konsumsi suplemen dan cara memperoleh suplemen subjek. 5. Menganalisis aktivitas fisik subjek. 6. Menganalisis tingkat kebugaran subjek. 7. Menganalisis hubungan antara konsumsi suplemen, jenis, dan frekuensi pemakaian suplemen dengan kebugaran subjek. Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara konsumsi suplemen dengan kebugaran subjek. 2. Terdapat hubungan antara jenis suplemen dengan kebugaran subjek. 3. Terdapat hubungan antara antara frekuensi konsumsi suplemen dengan kebugaran subjek. Manfaat Penelitian Beberapa harapan yang dapat dimanfaatkan pada penelitian ini adalah : 1. Bagi para ahli gizi peran mereka sangat diperlukan untuk memberi konsultasi mengenai penggunaan suplemen. 2. Bagi atlet remaja penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bahwa Terdapat hubungan antara jenis suplemen dengan tingkat kebugaran tubuh atlet. 3. Bagi perusahaan industry suplemen dapat mengembangkan produk suplemen yang cocok untuk dikonsumsi oleh atlet remaja. 4. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang gizi olahraga.

17 3 KERANGKA PEMIKIRAN Asupan zat gizi seseorang bisa diperoleh dari asupan makanan sehari-hari dan konsumsi suplemen. Asupan zat gizi seorang atlet lebih banyak dibanding seorang yang bukan atlet. Fungsi zat gizi bagi atlet dapat mempengaruhi performa, menjaga kebugaran tubuh, menghindari cidera dan lain-lain. Upaya yang dilakukan atlet untuk melengkapi asupan zat gizi dipengaruhi oleh pengetahuan gizi yang dimiliki oleh atlet. Pengetahuan gizi atlet yang kurang atlet merasa bahwa asupan zat gizi dari makanan masih kurang, sehingga mereka memerlukan asupan zat gizi dari sumber lain yaitu suplemen (Maughan 2004). Ada beberapa faktor pendorong yang dapat mempengaruhi seorang atlet untuk mengonsumsi suplemen. Karakteristik atlet yaitu usia, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan dapat mendorong atlet untuk mengonsumsi suplemen. Faktor pendorong atlet mengonsumsi suplemen juga bisa datang dari lingkungan sekitar atlet. Lingkungan tersebut yaitu bisa dari pelatih, ahli gizi, teman sesama atlet, dan dorongan dari organisasi yang mendukung di belakang atlet (Garrison 2011). Faktor selanjutnya yaitu dorongan dari masyarakat. Masyarakat biasanya menutut hasil yang terbaik para atlet di berbagai ajang yang diikuti. Hal ini menyebabkan atlet berfikir keras bagaimana bisa mewujudkan keinginan masayarakat tersebut. Akhirnya atlet memutuskan menggunakan suplemen untuk meningkatkan performa dengan mudah (Mc Dowall 2007). Selain itu beberapa atlet memperoleh suplemen dengan cara diberi oleh organisasi yang mendukung di belakang atlet. Pengetahuan atlet tentang suplemen akan mempengaruhi atlet dalam memilih jenis, bentuk dan frekuensi konsumsi suplemen atlet. Jenis suplemen yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi dan bentuk suplemen yang paling banyak di konsumsi oleh lingkungan atlet biasanya lebih banyak dipilih untuk dikonsumsi oleh atlet (Nieper 2005). Frekuensi konsumsi suplemen berbeda-beda stiap atlet sehingga akan mempengaruhi kebugaran tubuh atlet. Kebugaran selain dipengaruhi oleh konsumsi suplemen juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik atlet.. Aktivitas fisik atlet meliputi frekuensi latihan atlet dan lamanya atlet berlatih. Semakin tinggi aktivitas fisik atlet maka kebugaran tubuhnya semakin tinggi. Hal ini akan memengaruhi atlet saat bertanding. Oleh karen itu kebanyakan atlet masih menganggap dengan mengonsumsi suplemen dapat membuat mereka lebih bugar baik saat sebelum dan sesudah latihan maupun saat bertanding (Nieper 2005). Kebugaran tubuh atlet yang baik akan meningkatkan performa atlet terutama ketika bertanding. Performa atlet yang baik saat bertanding akan mempengaruhi prestasi atlet. Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat kerangka pemikiran konsumsi suplemen atlet dalam hal meningkatkan kebugaran tubuh pada atlet remaja yang disajikan pada Gambar 1.

18 4 Karakteristik atlet remaja : 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tinggi Badan 4. Berat Badan 5 Tingkat Pendidikan Sumber informasi tentang suplemen Cara memperoleh suplemen Asupan zat gizi Konsumsi suplemen : 1. Jenis suplemen 2. Bentuk 3. Frekuensi Kebugaran tubuh Atlet Pengetahuan Gizi Aktivitas Fisik Pengetahuan tentang suplemen Performa Atlet Prestasi Atlet Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan konsumsi suplemen dengan tingkat kebugaran atlet gulat dan taekwondo di Sekolah Atlet Ragunan.

19 5 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian dilakukan di sekolah atlet SMP/SMA Ragunan yang terletak di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan. Sekolah ini dipilih secara purposive dengan pertimbangan sekolah ini merupakan salah satu sekolah khusus olahraga yang berisi atlet taekwondo dan gulat berusia remaja dari berbagai wilayah di Indonesia. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret Cara Penarikan Subjek Subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMP/SMA yang terdaftar di sekolah atlet Ragunan, Jakarta. Siswa-siswi yang terdapat di Sekolah ini merupakan calon atlet Indonesia yang sedang menerima pendidikan dan pembinaan dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA) khususnya di cabang taekwondo dan gulat. Subjek dipilih secara purposive sampling sesuai syarat dan kriteria bahwa subjek merupakan siswa-siswi SMP/SMA Ragunan yang merupakan atlet taekwondo dan gulat. Subjek yang dipilih sedang tidak mengalami cidera dan tidak memiliki masalah dengan pihak-pihak tertentu khususnya instansi sekolah. Subjek mengikuti latihan yang intensif, serta subjek adalah semua atlet yang mengikuti tes kebugaran yang dilakukan oleh pihak sekolah dan bersedia menjadi sampel penelitian. Dari jumlah populasi yang ada terpilih 21 atlet taekwondo dan 8 atlet gulat sehingga total yang dapat dijadikan subjek dan bersedia menjadi sampel penelitian berjumlah 29 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik pengukuran tinggi badan dan berat badan serta pengisian kuesioner. Data primer meliputi data karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan) diperoleh dengan cara wawancara langsung dan penyebaran kuisioner, antopometri (tinggi badan dan berat badan) diperoleh dari pengukuran langsung, konsumsi suplemen (tujuan, jenis, bentuk, frekuensi, sumber informasi, pemberi kewajiban, dan cara memperoleh suplemen) diperoleh melalui wawancara dengan kuisioner. Data status gizi diperoleh dengan menggunakan IMT/U. Data aktivitas fisik subjek diperoleh dari recall aktivitas 2x24 jam. Data sekunder meliputi data kebugaran subjek (hasil tes Balke) yang diperoleh dari data hasil tes yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dan pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA) untuk mengetahui nilai VO2 max subjek, sehingga kebugaran subjek dapat diketahui, data denyut nadi subjek pada saat melakukan tes Balke. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.

20 6 Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Jenis data Variabel Cara pengumpulan data Data primer 1 Karakteristik subjek Usia Pengisian kuisioner oleh subjek Jenis kelamin Tingkat pendidikan Antopometri subjek dan status gizi Berat badan Tinggi badan IMT/U 2 Konsumsi suplemen Persentasi konsumsi Tujuan Jenis Frekuensi Bentuk Diukur dengan menggunakan timbangan injak Diukur dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm Dihitung menggunakan WHO anthroplus 2007 Pengisian kuisioner oleh subjek Pemberi informasi tentang suplemen Pemberi kewajiban konsumsi Cara memperoleh suplemen 3 Aktivitas fisik Aktivitas fisik Wawancara langsung dengan subjek dengan menggunakan recall aktivitas fisik 2x24 jam Data sekunder 1 Tingkat kebugaran Nilai VO2max Denyut jantung Mendapatkan data VO2 max dan denyut jantung dari KEMENPORA Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistic dekskriptif dan inferensia. Tahapan pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Kemudian data dimasukkan ke dalam tabel yang sudah ada (entry). Setelah itu, dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan menggunakan program computer Microsoft Excell 2013 dan Program for Social Science (SPSS) versi 16.0 for windows. Uji Shapiro-Wilk digunakan untuk melihat normalitas data hasil penelitian. Berdasarkan uji normalitas didapat hasil data konsumsi suplemen, jenis suplemen dan frekuensi konsumsi suplemen tersebar tidak normal. Variabel konsumsi suplemen dan

21 7 frekuensi konsumsi suplemen dihubungkan dengan kebugaran menggunakan analisis hubungan Spearman. Jenis suplemen dihubungkan dengan kebugaran menggunakan analisis Chi-squared. Kategori penilaian variabel-variable disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kategori penilaian variabel katrateristik subjek No Karakteristik responden Kategori Acuan 1 Usia <13 Berdasarkan nilai kuartil >15 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3 Berat badan (kg) < >60 4 Tinggi badan (cm) < >160 5 Tingkat pendidikan subjek SMP SMA Berdasarkan nilai kuartil Berdasarkan nilai kuartil Berdasarkan nilai kuartil Data status gizi ditentukan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia subjek, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO anthroplus Nilai indeks massa tubuh berdasarkan IMT/U disajikan pada Tabel 3. Status gizi Severe thinness Thinness Normal Overweight Obese Sumber: WHO (2007) Tabel 3 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U Kategori Z-score < -3 SD -3 SD Z-score -2SD -2 SD Z-score +1 SD +1 SD Z-score +2 SD Z-score +2 SD Persentasi dan frekuensi mengonsumsi konsumen mengacu pada kuesioner yang disusun oleh Sato et al. (2012). Kuesioner ini berisi penggunaan suplemen selama satu tahun terakhir, identifikasi jenis suplemen yang dikonsumsi, frekuensi produk suplemen yang dikonsumsi dan bentuk suplemen tersebut. Tujuan mengonsumsi suplemen mengacu pada kuesioner yang disusun oleh Kobryner (2009). Sedangkan alasan untuk tidak mengonsumsi suplemen akan mengacu pada penelitian Krumbach et al. (1999) yaitu alasan pribadi atau kepercayaan agama, asupan makanan yang sudah cukup, dan ekonomi. Sumber informasi mengenai suplemen mengacu pada kuesioner Korbyner (2009) yaitu dokter, apoteker, penjaga toko, ahli gizi tersertifikasi, kawan sesama atlet, keluarga, pelatih, pelatih kebugaran, pelatih fisik. Sumber informasi tersebut menjadi faktor pendorong atlet mengonsumsi suplemen. Faktor pendorong tersebut meliputi diri sendiri, keluarga, orang tua, dokter, pelatih, ahli gizi, bahkan

22 8 organisasi yang menaunginya (Wijaya 2014). Data cara memperoleh suplemen dibagi menjadi membeli, diberi, dan keduanya. Kedua data di atas diperoleh melalui pengisian kuisioner. Data aktivitas fisik diperoleh melalui metode recall 2x24 jam pada hari sekolah dan hari libur. Selanjutnya hasil diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut: PAL = Σ (PAR x Alokasi Waktu Tiap Aktifitas) 24 Jam Keterangan: PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 18 jenis kategori berdasarkan PAR seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR Kategori Keterangan PAR PAL1 PAL2 PAL3 PAL4 PAL5 PAL6 PAL7 PAL8 PAL9 PAL10 PAL11 PAL12 PAL13 PAL14 PAL15 PAL16 PAL17 PAL18 Tidur (tidur siang dan malam) Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam dan membaca Duduk sambiil menonton TV Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias Makan dan minum Jalan santai Berbelanja (membawa beban) Mengendarai kendaraan Menjaga anak Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) Setrika pakaian (duduk) Kegiatan berkebun Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) Olahraga (badminton) Olahraga (jogging, lari jarak jauh) Olahraga (bersepeda) Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola, dan lain-lain Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)

23 9 Selanjutnya PAL dikategorikan menjadi kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001) seperti yang disajikan pada Tabel 5. Aktivitas Ringan Aktivitas Sedang Aktivitas Berat Tabel 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Sumber: FAO/WHO/UNU (2001) Kategori Nilai PAL Data perilaku konsumsi suplemen subjek, produk suplemen yang dikonsumsi dikatergorikan mengikuti klasifikasi suplemen JISS (Japan Institute of Sports Sciences). JISS mengembangkan kebijakan dalam mengklasifikasikan produk suplemen dengan membagi suplemen menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah suplemen makanan, suplemen yang mengandung zat gizi dalam makanan sehari-hari dan kategori kedua merupakan suplemen ergogenic aids, suplemen yang mengandung zat yang dapat meningkatkan performa (Sato et al. 2012). Data tingat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO2 max dan data denyut jantung maksimum subjek. Data nilai VO2 max dan denyut yang diperoleh merupakan data sekunder yaitu dengan menggunakan data hasil tes Balke subjek. Tes Balke dilakukan dengan cara atlet berlari selama 15 menit kemudian diukur jarak yang mampu ditempuh selama selang waktu tersebut. VO2 maksimum atlet dihitung berdasarkan jarak yang telah ditempuh oleh atlet tersebut. Hasil perhitungan tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan tes Balke (balke VO2 max calculator) (Mackenzie 1997). Normatif nilai VO2max disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Normatif nilai VO2max Kategori VO2max Umur VO2max (ml/kg/min) Laki-laki Perempuan Poor <35 <30 Fair tahun Good Very good >51 >42 Sumber: Ramsbottom (1988)

24 10 Definisi Operasional Subjek adalah siswa-siswi sekolah atlet Ragunan Jakarta khususnya cabang olahraga gulat dan taekwondo. Suplemen adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. Atlet adalah seseorang yang memiliki keahlian di bidang olahraga gulat dan taekwondo serta memiliki prestasi di bidang olahraga tersebut. Remaja adalah seseorang yang berusia diantara 12 sampai 18 tahun yang bersekolah di tingkat SMP/SMA. Konsumsi suplemen adalah penggunaan suplemen oleh subjek saat penelitian dilakukan. Kategori olahraga adalah pembagian olahraga berdasarkan macam bentuk latihan yang dikategorikan menjadi empat, yaitu ringan, sedang, berat, dan berat sekali. Bentuk suplemen adalah pengkategorian suplemen berdasar bentuk. Jenis suplemen adalah pengkategorian suplemen berdasarkan komposisi utama penyusun suplemen tersebut. Suplemen makanan adalah Suplemen yang mengandung zat gizi dalam makanan sehari-hari, seperti Karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Suplemen ergogenic acids adalah Suplemen yang mengandung zat gizi yang dapat meningkatkan performa, seperti asam amino, kreatin, dan kafein. Frekuensi konsumsi suplemen adalah jumlah suplemen yang dikonsumsi subjek dalam suatu periode. Sumber informasi suplemen adalah dari siapa atlet mengetahui informasi tentang suplemen. Pemberi kewajiban konsumsi suplemen adalah siapa yang mendorong atlet mengonsumsi suplemen. Cara memperoleh suplemen adalah bagaimana cara atlet memperoleh suplemen. Antopometri adalah metode yang digunakan untuk melakukan penilaian status gizi secara langsung menggunakan berat badan dan tinggi badan. Status gizi adalah keadaan kesehatan seorang individu maupun kelompok yang diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan parameter IMT (WHO2007) dan IMT/U (WHO Anthroplus 2007). Aktivitas fisik adalah kegiatan sehari-hari subjek dari bangun tidur sampai tidur lagi dan lama serta frekuensi latihan subjek. Kebugaran adalah kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan. VO2 max adalah kemampuan tubuh dalam mengonsumsi oksigen yang menjadi indikator daya tahan tubuh dalam melakukan aktivitas. Gulat adalah olahraga bela diri dengan cara merangkul dan menjatuhkan lawan atau mengimpitnya. Taekwondo adalah olahraga beladiri yang berasal dari Korea.

25 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Karakteristik merupakan suatu gambaran mengenai subjek meliputi sifat maupun ciri-ciri baik secara fisik maupun sosial. Subjek merupakan siswa-siswi SMP/SMA Ragunan yang merupakan atlet taekwondo dan gulat. Jumlah populasi yang ada 21 atlet taekwondo dan 8 atlet gulat sehingga total sampel berjumlah 29 orang. Semua popolasi digunakan sebagai subjek dalam penelitian dengan metode purposive sampling. Karateristik subjek merupakan gambaran umum atlet taekwondo dan gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta yang meliputi usia, berat badan, tinggi badan dan tingkat pendidikan subjek. Usia Usia subjek diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner. Hasil wawancara dengan subjek usia subjek beragam, untuk memudahkan analisis maka data dibagi menjadi tiga kategori yaitu <13 tahun, tahun, dan >15 tahun. Pengkategorian usia subjek berdasarkan kuartil usia subjek yang didapat. Berikut sebaran subjek berdasarkan usia disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan usia Usia (tahun) Taekwondo Gulat Total n % n % n % < > Total Rata-rata ± SD 16 ± ± ± 1.37 Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata usia atlet taekwondo yaitu 16 ± 1.28 tahun sedangkan rata-rata usia atlet gulat yaitu 15.8 ± 1,67 tahun. Ratarata usia subjek keseluruhan yaitu sebesar 15.9 ± Berdasarkan data tersebut menurut Hardinsyah & Tambunan (2004), subjek tergolong dalam usia remaja. Beberapa penyebab masalah gizi yang terjadi pada remaja menurut WHO (2005) kurang konsumsi pangan, faktor gaya hidup, penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Jenis Kelamin Jenis kelamin subjek diperoleh dari kuisioner. Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Taekwondo Gulat Total n % n % n % Laki-laki Perempuan Total

26 12 Jenis kelamin subjek sebanyak 19 orang dengan persentasi 65.5% adalah laki-laki, dan sisanya sebanyak 10 orang dengan persentasi 34.5% berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan cabang olahraga, jenis kelamin Atlet taekwondo sebanyak 11 orang dengan presenatse 52.4% laki-laki, dan sisanya sebanyak 10 orang dengan persentasi 47.6% berjenis kelamin perempuan. Atlet gulat 100% atau sebanyak 8 orang berjenis kelamin laki-laki. Berat Badan Pengukuran antropometri pada subjek meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pengukuran berat badan subjek dilakukan dengan menggunakan timbangan injak digital. Hasil pengukuran berat badan subjek didapat data yang sangat beragam, sehingga untuk memudahkan analisis data dibagi menjadi beberapa kategori. Kategori berat badan dibagi menjadi <45 kg, kg, dan >60 kg. Pengkategorian berat badan berdasarkan kuartil berat badan subjek. Sebaran subjek berdasarkan berat badan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan berat badan Berat Badan Taekwondo Gulat Total (kg) n % n % n % < > Total Rata-rata ± SD 55.4 ± ± ± 6.18 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar subjek memiliki berat badan antara kg yaitu sebanyak 20 orang dengan persentasi 69%. Berat badan subjek yang terkecil <45 kg hanya 1 orang dengan persentasi 3.4% dan sisanya >60 kg ada 8 orang dengan persentasi 27.6%. Subjek taekwondo memiliki rata-rata berat badan 55.4 ± 6.02 kg dan rata-rata berat badan gulat 57.2 ± Rata-rata keseluruhan subjek yaitu 55.9 ± Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 rata-rata standar berat badan untuk remaja yaitu 55 kg, sehingga rata-rata berat badan subjek secara keseluruhan telah memenuhi ratarata berat badan standar (Hardinsyah et al. 2013). Tinggi Badan Pengukuran antropometri tinggi badan dilakukan dengan menggunakan stature meter. Pengukuran tinggi badan menurut Arisman (2004) diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Tinggi badan subjek dibagi menjadi 3 kategori yaitu <145 cm, cm, dan >160 cm. Sebaran subjek berdasarkan tinggi badan disajikan pada Tabel 10.

27 13 Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan tinggi badan Tinggi Badan (cm) Taekwondo Gulat Total n % n % n % < > Total Rata-rata ± SD ± ± ± 7.96 Berdasarkan Tabel 10 diketahui sebanyak 23 orang dengan persentasi 79.3% masuk dalam kategori tinggi badan >160 cm. Sebanyak 6 orang berada diantara cm dengan persentasi 20.7%. Tidak terdapat subjek yang tingginya <145 cm. Berdasarkan cabang olahraga tinggi badan atlet taekwondo rata-rata ± 8.46 cm sedangkan tinggi badan atlet gulat rata-ratanya yaitu ± 6.76 cm. Rata-rata tinggi badan taekwondo lebih tinggi dibandingkan dengan gulat. Hal ini terkait dengan jangkauan tendangan ke arah lawan, semakin tinggi badan atlet maka jangkauan tendangannya makin jauh. Tingkat pendidikan subjek Karakteristik subjek yang terakhir yaitu tingkat pendidikan subjek. Tingkat pendidikan subjek dibagi menjadi dua kategori yaitu SMP dan SMA. Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Taekwondo Gulat Total n % n % n % SMP SMA Total Berdasarkan Tabel 11 diperoleh data sebagian besar tingkat pendidikan subjek yaitu SMA sebanyak 22 orang dengan persentasi 75.9%. Sisanya sebanyak 7 orang dengan persentasi 24.1% tingkat pendidikannya yaitu SMP. Tingkat pendidikan per cabang olahraga taekwondo sebagian besar SMA yaitu sebanyak 17 orang dengan persentasi 81%. Atlet gulat sebagian besar tingkat pendidikannya juga SMA yaitu sebanyak 5 orang dengan prsentase 62.5%. Saat latihan tidak dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan baik SMP maupun SMA disetarakan saat di lapangan. Status Gizi Status gizi adalah gambaran kondisi kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan (Anwar & Riyadi 2009). Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi pada usia 5 sampai 19 tahun yaitu Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) mengacu kepada referensi WHO (2007). Status gizi tersebut dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat kurus ( -3 SD), kurus (-3 SD z-score < -2), normal (-2 SD < z-score < +1 SD), gemuk (+1 SD z-score < +2

28 14 SD), dan obese (> +2 SD). Sebaran subjek berdasarkan status gizi (IMT/U) disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan IMT/U Z-Score Taekwondo Gulat Total n % n % n % Severe thinness Thinness Normal Overweight Obese Total Rata-rata ± SD ± ± ± 0.56 Berdasarkan Data IMT/U pada Tabel 12 diperoleh hasil semua subjek baik atlet taekwondo maupun gulat memiliki status gizi normal. Hasil ini berbeda dengan penelitian Wijaya (2014) dimana dalam penelitiannya status gizi atlet di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta Selatan terdapat sebanyak 21.5% subjek memiliki status gizi overweight dan sebanyak 2.5% subjek memiliki status gizi obesitas namun sebagian besar memiliki status gizi normal. Menurut Irianto (2007) status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan serta menunjang pembinaan prestasi atlet. Konsumsi Suplemen Konsumsi suplemen pada penelitian ini dilihat dari konsumsi suplemen satu tahun terakhir. Konsumsi suplemen terdiri dari beberapa sub bab diantaranya, persentasi penggunaan suplemen, tujuan mengonsumsi suplemen, jenis suplemen yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi suplemen, bentuk suplemen, sumber informasi mengenai suplemen, pemberi kewajiban konsumsi suplemen, dan cara memperoleh suplemen subjek. Persentasi Penggunaan Suplemen Suplemen menurut (BPOM RI 2004) yaitu produk yang memiliki nilai gizi dan mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain yang berasal dari tumbuhan maupun bukan tumbuhan yang bertujuan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi. Sebaran subjek berdasarkan persentasi penggunaan suplemen disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan persentasi penggunaan suplemen Konsumsi Suplemen Taekwondo Gulat Total n % n % n % Ya Tidak Total Berdasarkan Tabel 13 sebagian besar subjek sebanyak 21 orang dengan persentasi 72.4% mengonsumsi suplemen. Hasil ini lebih tinggi dibanding hasil

29 15 penelitian Sato et al. (2012) yang meneliti pada atlet Jepang sebanyak 75 orang berusia 13 sampai 18 tahun diperoleh hasil sebesar 62.7% mengonsumsi suplemen. Sebanyak 8 orang dengan persentasi 27.6% tidak mengonsumsi suplemen. Hasil ini lebih tinggi dibanding dengan penelitian Froiland et al. (2004) sebanyak 11% tidak mengonsumsi suplemen dengan alasan apapun. Jika berdasarkan per cabang olahraga, cabang olahraga taekwondo sebanyak 17 orang dengan prsentase 81% mengonsumsi suplemen dan sisanya sebanyak 4 orang (19%) tidak mengonsumsi suplemen. Alasan atlet taekwondo yang tidak mengonsumsi suplemen yaitu tidak sempat, tidak tersedia dan tidak suka. Hasil ini lebih tinggi dibanding penelitian Imaduddin (2012) yang menemukan sebanyak 58.3% atlet taekwondo di Sekolah Atlet Ragunan mengonsumsi suplemen. Cabang olahraga gulat baik yang mengonsumsi suplemen dengan yang tidak jumlahnya sama yaitu sebesar 4 orang dengan prsentase 50%. Alasan atlet gulat tidak mengonsumsi yaitu tidak suka. Hal ini berbeda dengan penelitian Wijaya (2014) yang menunjukkan bahwa semua atlet gulat di Sekolah Atlet Ragunan mengonsumsi suplemen. Tujuan Konsumsi Suplemen Subjek memiliki tujuan tertentu dengan mengonsumsi suplemen. Tujuan subjek mengonsumsi suplemen dibagi menjadi 5 kategori, yaitu recovery cidera, meningkatkan kebugaran tubuh, memenuhi kebutuhan zat gizi, menjaga daya tahan otot, dan lainnya. Sebaran subjek berdasarkan tujuan mengonsumsi suplemen disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan tujuan mengonsumsi suplemen Tujuan Taekwondo Gulat Total n % n % n % Recovery cidera Meningkatkan kebugaran tubuh Memenuhi kebutuhan zat gizi Menjaga daya tahan otot Lainnya Total Berdasarkan Tabel 14 diperoleh hasil sebanyak 11 orang dengan persentasi 52.4% tujuan subjek mengonsumsi suplemen yaitu untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Sebanyak 8 orang dengan persentasi 38.1% tujuan mengonsumsi suplemen yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Sisanya yaitu masing-masing sebanyak satu orang dengan persentasi 4.8% tujuan mengonsumsi suplemen yaitu untuk recovery cidera dan menjaga daya tahan otot. Hasil ini berbeda dengan Sato et al. (2012) yang menyebutkan bahwa tujuan atlet mengonsumsi suplemen yaitu pemulihan dari kelelahan, meningkatkan performa, dan sebagai pelengkap makanan. Berdasarkan cabang olahraga tujuan atlet taekwondo mengonsumsi suplemen sebagian besar yaitu sebanyak 9 orang dengan persentasi 52.9% untuk meningkatkan kebugaran tubuh, sebanyak 7 orang dengan persentasi 41.2% untuk memenuhi kebutuhan zat gizi, sebanyak satu orang dengan persentasi 5.9% untuk recovery cidera. Atlet gulat sebanyak 2 orang dengan persentasi 50% tujuan mengonsumsi suplemen yaitu untuk meningkatkan kebugaran tubuh, sebanyak

30 16 masing-masing satu orang dengan persentasi masing-masing 25% untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dan menjaga daya tahan otot. Jenis Suplemen Jenis suplemen dibagi menjadi dua jenis yaitu, suplemen makanan dan suplemen ergogenic acids. Suplemen makanan yaitu jenis suplemen yang mengandung zat gizi seperti yang ada di makanan seperti, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Suplemen ergogenic acids merupakan jenis suplemen yang mengandung zat yang dapat meningkatkan performa (Sato et al. 2012). Sebaran subjek berdasarkan jenis suplemen yang di konsumsi disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan jenis suplemen yang di konsumsi Jenis Suplemen Taekwondo Gulat Total n % n % n % Suplemen makanan Protein Vitamin Mineral Vitamin dan mineral Suplemen ergogenic acid Asam amino Kreatin Total Berdasarkan Tabel 15 paling banyak dikonsumsi pada kategori suplemen makanan yaitu sebesar 9 orang dengan persentasi 40.9% mengonsumsi suplemen vitamin. Paling sedikit yaitu suplemen protein sebanyak 2 orang dengan persentasi 9.1%. Kategori ergogenic acid paling banyak dikonsumsi yaitu sebanyak 3 orang dengan persentasi 13.6% mengonsumsi suplemen kreatin. Sebanyak satu orang dengan persentasi 8.3% mengonsumsi suplemen asam amino. Hasil ini berbeda dengan Wijaya (2014) jenis konsumsi suplemen makanan yang paling banyak dikonsumsi atlet di Sekolah Atlet Ragunan yaitu protein, sedangkan jenis suplemen ergogenic acid yang paling banyak asam amino. Suplemen vitamin disini berupa Supradyn orange, Enervon C, Vitamin E 200, dan Vitamin D3. Suplemen ergogenic acid dikonsumsi untuk meningkatkan energi secara cepat salah satunya asam amino. Kreatinin dikonsumsi untuk meningkatkan masa otot. Berdasarkan cabang olahraga atlet taekwondo jenis suplemen makanan yang paling banyak dikonsumsi yaitu vitamin sebanyak 9 orang dengan persentasi 50%. Paling sedikit yaitu suplemen protein sebanyak satu orang dengan persentasi 5.6%. Jenis suplemen ergogenic acid yang dikonsumsi yaitu asam amino sebanyak satu orang dengan persentasi 5.6%. Atlet gulat hanya satu orang dengan persentasi 25% yang mengonsumsi suplemen makanan yaitu suplemen protein. Sisanya sebanyak 3 orang dengan persentasi 75% mengonsumsi suplemen ergogenic acid yaitu kreatin. Atlet gulat mengonsumsi suplemen kreatin beralasan untuk membesarkan otot.

31 17 Frekuensi Konsumsi Suplemen Frekuensi konsumsi suplemen merupakan seberapa kali subjek mengonsumsi suplemen. Frekuensi konsumsi suplemen dibagi menjadi empat kategori yaitu setiap 6-7x seminggu, 4-5x seminggu, 2-3x seminggu, dan 1x seminggu. Sebaran subjek berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen Frekuensi Taekwondo Gulat Total n % n % n % 6-7x seminggu x seminggu x seminggu x seminggu Total Berdasarkan Tabel 16 diperoleh hasil yaitu sebanyak 9 orang dengan persentasi 42.9% mengonsumsi setiap hari, sebanyak 5 orang dengan persentasi 23.8% mengonsumsi suplemen 4-5x seminggu, sebanyak 4 orang dengan persentasi 19% mengonsumsi suplemen 1x seminggu dan sebanyak 3 orang dengan persentasi 14.3% mengonsumsi suplemen 2-3x seminggu. Melihat intensitas latihan subjek yang sering subjek beralasan perlu asupan zat gizi untuk mempertahankan kebugaran tubuh. Dilihat frekuensi konsumsi suplemen per cabang olahraga diperoleh hasil untuk cabang taekwondo paling banyak yaitu sebanyak 9 orang dengan persentasi 52.9% mengonsumsi suplemen setiap hari dan yang paling sedikit sebanyak satu orang dengan frekuensi 6% mengonsumsi suplemen 1x seminggu. Frekuensi konsumsi suplemen pada atlet gulat sebanyak 3 orang dengan persentasi 75% yaitu 1x seminggu dan sebanyak satu orang dengan persentasi 25% yaitu 4-5x seminggu. Bentuk Produk Suplemen Bentuk produk suplemen dibagi menjadi lima kategori yaitu bentuk pil, tablet, bubuk, kapsul, dan cair. Sebaran subjek berdasarkan bentuk suplemen yang dikonsumsi disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran subjek berdasarkan bentuk suplemen yang dikonsumsi Bentuk Suplemen Taekwondo Gulat Total n % n % n % Pil Tablet Bubuk Kapsul Cair Total Berdasarkan Tabel 17 didapat hasil bentuk produk suplemen yang dikonsumsi atlet sebanyak 9 orang dengan persentasi 50% bentuk tablet, sebanyak

32 18 8 orang dengan persentasi 36.4% bentuk pil, sebanyak 3 orang dengan persentasi 13.6%, sebanyak 2 orang dengan persentasi 9.1% bentuk bubuk, dan tidak ada yang mengonsumsi suplemen dalam bentuk cair. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wijaya (2014) sebagian besar atlet di Sekolah atlet Ragunan Jakarta mengonsumsi suplemen dalam bentuk tablet. Jika berdasarkan cabang olahraga didapat hasil atlet taekwondo sebanyak 9 orang dengan persentasi 50% bentuk tablet, sebanyak 5 orang dengan persentasi 27.8% bentuk pil, sebanyak 3 orang dengan persentasi 16.7% bentuk kapsul, dan satu orang dengan persentasi 5.6% mengonsumsi dalam bentuk bubuk. Tidak ada atlet taekwondo yang mengonsumsi suplemen dalam bentuk cair. Atlet gulat sebanyak 3 orang dengan persentasi 75% mengonsumsi dalam bentuk pil, sebanyak satu orang dengan persentasi 25% mengonsumsi dalam bentuk bubuk, tidak ada atlet gulat yang mengonsumsi suplemen dalam bentuk tablet, kapsul dan cair. Tidak ada atlet baik taekwondo maupun gulat yang mengonsumsi suplemen dalam bentuk cair. Hal ini kemungkinan dikarenakan atlet taekwondo dan gulat tidak mengetahui bahwa minuman berenergi dan isotonik termasuk sebagai suplemen (Sato et al. 2012). Sumber Informasi Tentang Suplemen Sumber informasi tentang suplemen dibagi menjadi lima kategori yaitu, pelatih, dokter, pelatih fisik, teman, dan keluarga. Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi tentang suplemen disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi tentang suplemen Sumber Informasi Taekwondo Gulat Total n % n % n % Pelatih Dokter Pelatih fisik Teman Keluarga Total Berdasarkan Tabel 18 sebagian besar atlet yaitu sebanyak 9 orang dengan persentasi 42.9% mendapat sumber informasi tentang suplemen dari pelatih, sebanyak 6 orang dengan persentasi 28.6% dari dokter, sebanyak 3 orang dengan persentasi 14.3% dari keluarga, sebanyak 2 orang dengan persentasi 9.5% dari teman dan sisanya sebanyak satu orang dengan persentasi 4.8% dari pelatih fisik. Sejalan dengan penelitian Wijaya (2014) sumber informasi tentang suplemen paling banyak dari pelatih. Pengetahuan pelatih tentang gizi dan suplemen tergolong kurang (Rockwell et al. 2001). Berdasarkan per cabang olahraga atlet taekwondo paling banyak yaitu sebesar 8 orang dengan persentasi 47.1% mendapat sumber informasi suplemen dari pelatih dan paling sedikit yaitu sebesar satu orang dengan persentasi 5.9% mendapat sumber informasi suplemen dari teman. Atlet gulat tersebar merata yaitu masing-masing satu orang dengan persentasi 25% mendapat sumber informasi suplemen dari pelatih, pelatih fisik, teman, dan keluarga.

33 19 Pemberi Kewajiban Atlet Mengonsumsi Suplemen Pemberi kewajiban atlet mengonsumsi suplemen terdapat enam kategori yaitu, tidak ada, diri sendiri, dokter, pelatih, orang tua dan diri sendiri dan orang tua. Sebaran subjek berdasarkan pemberi kewajiban atlet mengonsumsi suplemen disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Sebaran subjek berdasarkan pemberi kewajiban atlet mengonsumsi suplemen Pemberi Kwajiban Taekwondo Gulat Total n % n % n % Tidak ada Diri sendiri Dokter Pelatih Orang tua Diri sendiri dan orang tua Total Berdasarkan Tabel 19 dari total atlet paling banyak yaitu sebesar 11 orang dengan persentasi 52.4% tidak ada yang memberi kewajiban dalam mengonsumsi suplemen dan paling sedikit yaitu sebesar masing-masing satu orang yang memberi kewajiban mengonsumsi suplemen adalah dokter dan diri sendiri dan orang tua. Pelatih yang memberikan informasi tentang suplemen namun tidak ada satupun atlet yang mengaku pelatih memberi kewajiban untuk mengonsumsi suplemen. Sejalan dengan penelitian Wijaya (2014) sebagian besar atlet di Sekolah Atlet Ragunan tidak ada yang memberi kewajiban kepada atlet untuk mengonsumsi suplemen. Berdasarkan per cabang olahraga pada atlet taekwondo paling banyak yaitu sebesar 7 orang dengan persentasi 41.2% tidak ada yang memberi kewajiban mengonsumsi suplemen dan paling sedikit yaitu sebesar masing-masing satu orang dengan persentasi 5.9% yang memberi kewajiban mengonsumsi suplemen adalah dokter dan diri sendiri dan orang tua. Atlet gulat seluruhnya yaitu sebesar 4 orang dengan persentasi 100% mengaku tidak ada yang memberi kewajiban untuk mengonsumsi suplemen. Cara Memperoleh Suplemen Cara memperoleh suplemen dibagi menjadi empat kategori yaitu, membeli, diberi, membeli dan diberi, dan lainnya. Sebaran subjek berdasarkan pemberi kewajiban atlet mengonsumsi suplemen disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran subjek berdasarkan cara atlet memperoleh suplemen Cara Memperoleh Taekwondo Gulat Total n % n % n % Membeli Diberi Membeli dan diberi Total

34 20 Berdasarkan Tabel 20 diperoleh hasil sebanyak 10 orang dengan persentasi 47.6% memperoleh suplemen dengan cara membeli, sebanyak 8 orang dengan persentasi 38.1% memperoleh suplemen dengan cara membeli dan diberi, dan sebanyak 3 orang dengan persentasi 14.3% memperoleh suplemen dengan cara diberi. Hasil ini berbeda dengan penelitian Wijaya (2014) yang memperoleh hasil cara atlet memperoleh suplemen paling banyak yaitu diberi. Berdasarkan cabang olahraga atlet taekwondo paling banyak yaitu sebanyak 8 orang dengan persentasi 47.1% memperoleh suplemen dengan cara membeli dan diberi. Paling sedikit sebanyak 2 orang dengan persentasi 11.8% memperoleh suplemen dengan cara diberi dan sisanya dengan cara membeli. Atlet gulat paling banyak memperoleh suplemen dengan cara membeli yaitu sebanyak 3 orang dengan persentasi 75%. Sisanya sebanyak satu orang dengan persentasi 25% memperoleh suplemen dengan cara diberi. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan kegiatan sehari-hari seseorang dari bangun tidur sampai tidur lagi. Aktivitas fisik sehari-hari antara lain olahraga, jalan, mengangkat beban, mengendarai kendaraan dan lainnya. Menurut Gibney et al (2008) aktivitas fisik mempunyai konsekuensi biologis. Setiap aktivitas fisik yang dilakukan akan mempengaruhi penggunaan energi sesuai intensitas lamanya dan otot yang bekerja (FKM-UI 2007). Aktivitas fisik subjek dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001) yaitu ringan(1.4 PAL 1.69), sedang(1.7 PAL 1.99), dan berat(2.00 PAL 2.40). Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik Kategori Aktivitas Fisik Hari libur Hari Sekolah n % n % Ringan Sedang Berat Jumlah Rata-rata ± SD 1.55 ± ± 0.16 Hasil pada Tabel 21 menunjukkan bahwa kategori aktivitas fisik subjek pada hari libur yaitu hari minggu sebagian besar termasuk dalam kategori ringan, dengan persentasi 69%. Rata-rata nilai Physical Activity Level (PAL) subjek pada hari libur sebesar 1.55 ± Baik atlet taekwondo maupun gulat sama, pada hari libur aktivitas fisiknya sebagian besar ringan, karena pada hari libur tidak ada latihan sehingga atlet lebih banyak waktu luangnya yang banyak digunakan untuk tidur. Subjek pada hari sekolah nilai PAL rata-ratanya sebesar 2.57 ± 0.16 dan termasuk dalam kategori Berat, dengan persentasi sebesar 100%. Aktivitas fisik atlet tergolong berat, karena pada hari sekolah atlet melakukan latihan rutin yaitu 2x dalam sehari. Latihan pertama yaitu di pagi hari, latihan fisik dan latihan kedua yaitu di sore hari, latihan teknik. Beberapa atlet juga menambah waktu latihan mereka sendiri di malam hari. Aktivitas fisik yang berat dapat memberikan peningkatan kebugaran fisik seseorang, karena aktivitas fisik yang berat akan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan

III. METODE PENELITIAN. atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )² BAB 4 METODOLOGI PENELITIP AN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnyaa dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian 1) Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

Oleh SHOFI IKRAMINA

Oleh SHOFI IKRAMINA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, AKTIVITAS FISIK, Z-SKOR, DAN FREKUENSI LATIHAN TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BASKET REMAJA LAKI-LAKI DI KLUB BASKET SCORPIO, JAKARTA TIMUR Skripsi Ini Diajukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dari data primer melalui kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian non-eksperimental dengan menggunakan data primer untuk mengetahui

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI BODY IMAGE, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DENGAN KELENTUKAN DAN DAYA TAHAN ATLET SENAM DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA YUSVITA SARI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI BODY IMAGE, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DENGAN KELENTUKAN DAN DAYA TAHAN ATLET SENAM DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA YUSVITA SARI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI BODY IMAGE, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DENGAN KELENTUKAN DAN DAYA TAHAN ATLET SENAM DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA YUSVITA SARI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. School-Based Modified Lifestyle For Increasing Phytosterol Intake Of Obese

III. METODE PENELITIAN. School-Based Modified Lifestyle For Increasing Phytosterol Intake Of Obese 44 III. METODE PENELITIAN A. Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul School-Based Modified Lifestyle For Increasing Phytosterol Intake Of

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga dan Fisiologi Respirasi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI TITA NIA FANINA

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI TITA NIA FANINA HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI TITA NIA FANINA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, asupan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 90 LAMPIRAN 91 Lampiran 1: Prosedur Tes Bangku 3 Menit YMCA METODE TES KEBUGARAN: TES BANGKU 3 MENIT YMCA/ YMCA 3-MINUTE STEP TEST (Nieman, 2007) Tes bangku 3 menit YMCA dilakukan pada responden yang telah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi 57 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor biologis (jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Zaman sekarang terdapat masalah gizi ganda yang salah satu penyebabnya adalah konsumsi makanan yang tidak seimbang. Makanan sangat dibutuhkan manusia terutama pada saat masa dewasa muda. Pada masa

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi,

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, 43 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, asupan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2. Ilmu Gizi, khususnya perhitungan asupan energi dan pengukuran status gizi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

KONSUMSI SUPLEMEN PADA ATLET REMAJA DI SMA RAGUNAN JAKARTA MUHAMMAD Q ALIYYAN WIJAYA

KONSUMSI SUPLEMEN PADA ATLET REMAJA DI SMA RAGUNAN JAKARTA MUHAMMAD Q ALIYYAN WIJAYA KONSUMSI SUPLEMEN PADA ATLET REMAJA DI SMA RAGUNAN JAKARTA MUHAMMAD Q ALIYYAN WIJAYA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross sectional, yakni mengambil data pada satu waktu, dimana pengumpulan variabel dependen dan independen

Lebih terperinci