HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI TITA NIA FANINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI TITA NIA FANINA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI TITA NIA FANINA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi, Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Futsal Putri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2014 Tita Nia Fanina NIM I * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama terkait

4

5 ABSTRAK TITA NIA FANINA. Hubungan Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi, Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Futsal Putri. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal remaja putri serta menganalisis perbedaan tingkat kebugaran dan pengetahuan gizi antara atlet dan non-atlet. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang melibatkan 46 orang siswa, terdiri dari 21 atlet futsal dan 25 non-atlet. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik individu dan keluarga, konsumsi pangan, status gizi, pengetahuan gizi, persen lemak, prestasi akademik, aktifitas fisik dan tingkat kebugaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 84.8% subjek memiliki pengetahuan gizi baik (84.8%) dan persen lemak tubuh yang normal (76.1%). Terdapat hubungan negatif antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran (p<0.1) dan terdapat hubungan positif antara aktifitas fisik dengan tingkat kebugaran (p<0.1). Tingkat kebugaran dan pengetahuan gizi atlet lebih tinggi dibandingkan non-atlet namun prestasi belajar dan persen lemak tubuh tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kata kunci: pengetahuan gizi, persen lemak tubuh, tingkat kebugaran, tingkat kecukupan gizi ABSTRACT TITA NIA FANINA. Relationship between Food Consumption, Nutritional Adequacy, Nutritional Status with Fitness Level of Athlete s Futsal Girls. Supervised by BUDI SETIAWAN. This study aimed to analyze the relationship between food consumption, nutritional adequacy, and nutritional status with fitness level of athlete's futsal girls and analyzed differences in fitness level and nutrition knowledge between futsal athletes and non-athletes. This study used a cross sectional study involved 46 students, consist of 21 futsal athletes and 25 non-athletes. The data collected includes data of individual and family characteristics, food consumption, nutritional status, nutritional knowledge, percent of body fat, academic achievement, physical activity and fitness level. The results showed that majority of subject had good nutritional knowledge (84.8%) and percent of body fat was acceptable (54.3%). There were negative relationship between the percent of body fat with fitness level (p<0.1) and positive relationship between physical activity with fitness level (p<0.1). Moreover, fitness level and nutritional knowledge athletes were higher than non-athletes however study achievement and percent of body fat was not significant differences (p>0.1). Keywords: fitness level, nutritional adequacy, nutritional knowledge, percent of body fat

6

7 HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN ATLET FUTSAL PUTRI TITA NIA FANINA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Studi Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Hubungan Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Futsal Putri Nama : Tita Nia Fanina NIM : I Disetujui oleh Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. Pembimbing Tunggal Diketahui oleh Dr. Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingg akhir zaman. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Hubungan Konsumsi Pangan, Tingkat Kecukupan Gizi, Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran dan Prestasi Akademik Atlet Futsal Putri dalam rangka memenuhi persyaratan untuk melaksnakan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dapat. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan. 2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi. 3. Prof. Dr. Rizal M. Damanik selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan motivasi pada penulis. 4. Keluarga tercinta: Bapak, mama, Mbak Ririn dan tiwi serta seluruh keluarga besar atas segala do a dan dukungannya. 5. Teman-teman dekat tersayang: Pina Yasinta, Syarifah Hayatun Nufus, Nur Azizah, Fadhillah Safriani, Irma Febriyanti, Titis Susiolyanti, Anisyah Citra, Faradina Mutari, Rizki Steffiani yang telah membantu selama penelitian dan memberikan semangat dan motivasi. 6. Teman-teman Alih Jenis Gizi angkatan 6 atas segala dukungan, perhatian, semangat, dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. 7. Teman-teman kos Nayara: Kak ipit, kak eva, widia, ade atas semangat dan motivasinya. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2014 Tita Nia Fanina

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 6 Desain, Waktu, dan Tempat 6 Cara Pengambilan Contoh 6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6 Pengolahan dan Analisis Data 8 Definisi Operasional 12 HASIL & PEMBAHASAN 13 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 13 Karakteristik Keluarga 13 Karakteristik Responden 15 Konsumsi Pangan 21 Kebiasaan Makan 21 Kebiasaan Makan dan Minum Sebelum Pertandingan 24 Kebiasaan Makan dan Minum Selama Pertandingan 25 Kebiasaan Makan dan Minum Setelah Pertandingan 26 Tingkat Kecukupan Gizi 26 Tingkat Kebugaran 32 Hubungan Antar Peubah 33 Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran 33 Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Tingkat Kebugaran 34

14 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kebugaran 34 Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi dengan Status Gizi 34 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi 35 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Persen Lemak Tubuh 35 Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar 35 SIMPULAN & SARAN 36 Simpulan 36 Saran 36 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 41 RIWAYAT HIDUP 47

15 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian 7 2 Kategori karakteristik responden 8 3 Kategori pengetahuan gizi 8 4 Kategori status gizi menurut IMT/U 9 5 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL 9 6 Klasifikasi persen lemak tubuh 10 7 Klasifikasi kebugaran jasmani berdasarkan tes ACSPFT 12 8 Sebaran responden berdasarkan pendidikan orangtua 13 9 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orangtua Sebaran responden berdasarkan pendapatan orangtua Sebaran responden berdasarkan umur Sebaran responden berdasarkan berat badan Sebaran responden berdasarkan tinggi badan Sebaran responden berdasarkan uang saku Sebaran responden berdasarkan pengetahuan gizi Sebaran responden berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi Sebaran responden berdasarkan status gizi Sebaran responden berdasarkan aktivitas fisik Sebaran responden berdasarkan persen lemak tubuh Sebaran responden berdasarkan prestasi belajar Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan dan minum sebelum pertandingan Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan dan minum selama pertandingan Sebaran responden berdasarkan kebiasan makan dan minum setelah pertandingan Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan energi Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan protein Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan lemak Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan kalsium Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan zat besi Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin B Sebaran responden berdasarkan tingkat kebugaran 33 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran hubungan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri 5

16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi 39 2 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi 39 3 Hasil uji korelasi pearson antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran 39 4 Hasil uji korelasi spearman antara aktifitas fisik dengan tingkat kebugaran 40 5 Hasil uji korelasi spearman antara pengetahuan gizi dengan status gizi 40 6 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi aktifitas fisik dengan persen lemak 40 7 Hasil uji korelasi spearman antara status gizi dengan prestasi akademik 41 8 Hasil uji beda Mann Whitney tingkat kecukupan gizi futsal dan reguler 41 9 Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan gizi Hasil uji beda Mann Whitney aktifitas fisik Hasil uji beda Independent Sample T-test prestasi akademik Hasil uji beda Independent Sample T-test persen lemak tubuh Hasil uji beda Independent Sample T-test tingkat kebugaran Dokumentasi 44

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian yang lebih pada tim olahraga Indonesia dapat meningkatkan prestasi bangsa Indonesia pada bidang olahraga di tingkat Internasional. Salah satu aspek penting untuk meningkatkan prestasi dan kualitas atlet yaitu dengan adanya peran gizi. Zat gizi yang diperoleh dari makanan berperan penting untuk menjalankan fungsi-fungsi tubuh. Kebutuhan zat gizi yang terpenuhi dengan baik akan menghasilkan kinerja yang optimal. Sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dapat diperoleh dengan mengonsumsi pangan. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), konsumsi pangan adalah jumlah pangan (beragam atau tunggal) yang dimakan seseorang atau kelompok dengan tujuan tertentu. Konsumsi pangan akan dipengaruhi oleh kebiasaan makan seseorang. Berdasarkan penelitian Hoogenboom et al. (2009) 95,9% atlet renang wanita belum memenuhi angka Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk kecukupan zat gizi makro. Hal ini disebabkan oleh karena atlet wanita renang memiliki perilaku makan yang tidak baik untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Davar (2012) juga menemukan adanya kebiasaan makan yang buruk pada atlet hockey wanita yang dilihat dari preferensi dan pemilihan makanan seharihari. Kebiasaan makan yang baik dalam segi kualitas dan kuantitas akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kebugaran seorang atlet terutama olahraga yang memerlukan tingkat kebugaran yang tinggi seperti futsal. Futsal merupakan salah satu olahraga beregu atau tim yang membutuhkan keterampilan yang berhubungan dengan kesegaran jasmani yaitu kekuatan otot, kecepatan, kelincahan, dan membutuhkan energi tinggi dalam pelaksanaannya. Permainan futsal sama dengan sepakbola yang memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan atau daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan (Depkes 2002). Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan prestasi futsal yaitu dengan pemenuhan kecukupan gizi atlet futsal. Perilaku makan atlet yang buruk akan berdampak pada perubahan status gizi yang tidak diinginkan dan jangka panjang akan mempengaruhi prestasi atlet. Kondisi gizi yang kurang pada atlet dengan terus menjalani latihan tanpa diikuti dengan pemenuhan gizi yang cukup akan mempengaruhi penampilan olahraganya (Damayanti 2000). Hal serupa juga dijelaskan oleh Bar-Or & Hebestreit (2008), asupan zat gizi cukup merupakan satu dari beberapa faktor yang mendukung penampilan atlet remaja saat bertanding. Bila asupan zat gizi kurang maka akan mengganggu penampilan saat bertanding dan juga mempengaruhi proses pertumbuhannya. Seseorang yang berada pada fase remaja memerlukan zat gizi lebih tinggi daripada kelompok usia lainnya. Kebutuhan energi, protein, vitamin, dan mineral meningkat untuk mengkompensasi pertumbuhan tubuh yang pesat pada berat dan tinggi badan. Pada umumnya remaja mengkonsumsi banyak makanan kaya karbohidrat dan rendah kandungan protein sebagai pemenuhan akan nafsu makan yang ikut meningkat akibat peningkatan kebutuhan gizi (Eastwood 2003).

18 2 Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dan penurunan kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani atau dikenal juga dengan kebugaran yang dimiliki seseorang akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja seseorang dan juga akan memberikan dukungan yang positif terhadap produktivitas bekerja atau belajar. Seseorang yang memiliki derajat kebugaran jasmani yang baik, akan memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan fisik yang diberikan kepadanya. Selain itu ia akan mengalami kelelahan yang tidak berarti selepas ia melaksanakan tugasnya. Ia masih dapat melakukan tugas-tugas lainnya. Orang yang bugar akan memiliki kemampuan recovery dalam waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan orang yang tidak bugar ( Bennet et.al 2006). Tim futsal putri SMP N 3 Cibinong memiliki prestasi yang mengagumkan di Provinsi Jawa Barat. Banyak lawan yang sudah dikalahkan baik di tingkat SMP, SMA ataupun mahasiswi perguruan tinggi. Berdasarkan fakta-fakta yang sudah dijelaskan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri dan membandingkannya dengan siswa putri yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMP N 3 Cibinong. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri di SMPN 3 Cibinong. Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik, konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi responden? 2. Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecukupan gizi dengan status gizi responden? 3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi responden? 4. Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden? 5. Apakah terdapat hubungan antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran responden? 6. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran responden? 7. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran atlet dan non-atlet

19 3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri di SMPN 3 Cibinong. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Mengkaji karakteristik umum, konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, status gizi, dan tingkat kebugaran responden 2. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan gizi dengan status gizi responden 3. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi responden 4. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden 5. Menganalisis hubungan antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran responden 6. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran responden 7. Menganalisis perbedaan pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran atlet dan non-atlet Hipotesis 1. Terdapat hubungan positif antara tingkat kecukupan gizi dengan status gizi responden. 2. Terdapat hubungan negatif antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran responden. 3. Terdapat hubungan positif antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden. 4. Pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran atlet lebih tinggi dibandingkan non-atlet. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi atlet sehingga masyarakat, khususnya atlet remaja putri dapat mengetahui konsumsi pangan dan status gizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang kemudian akan berdampak pada performa tubuh atlet. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru dalam bidang gizi dan kesehatan.

20 4 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik individu yang terdiri dari umur, berat badan, tinggi badan, uang saku,pengetahuan gizi, pendidikan dan pekerjaan orangtua, pendapatan orang tua akan memiliki dampak pada konsumsi pangan individu sehari-hari. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dipengaruhi oleh kebiasaan makannya. Kebiasaan makan adalah suatu istilah yang menggambarkan bagaimana kebiasaan seseorang dalam mengonsumsi makanan sehari-hari seperti frekuensi, pola makan, dan pemilihan makanan yang akan dikonsumsi. Kebiasaan makan seseorang bisa dipengaruhi oleh karakteristik, media masa dan teman sebaya. Media masa banyak memberikan informasi-informasi tertentu yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengonsumsi makanan. Kebiasaan makan remaja juga dapat terbentuk akibat pengaruh dari teman sebayanya. Remaja terutama yang berprofesi sebagai atlet memerlukan asupan zat gizi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhannya. Remaja merupakan kelompok umur yang memerlukan kebutuhan zat gizi tinggi karena dalam proses pertumbuhan. Konsumsi pangan remaja atlet dan non-atlet akan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya sehari-hari. Kebiasaan makan yang tidak baik akan mempengaruhi tingkat kecukupan gizi remaja khususnya energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang kemudian akan berdampak terhadap status gizinya. Angka kecukupan gizi remaja yang berprofesi sebagai atlet akan berbeda dengan non-atlet. Hal ini dikarenakan aktifitas fisik atlet yang lebih tinggi sehingga memerlukan asupan yang lebih tinggi untuk menunjang performa atlet selama latihan atau pertandingan. Perhitungan angka kecukupan gizi remaja pada penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat aktifitas fisik. Tingkat kecukupan zat gizi dari konsumsi makanan sehari-hari akan berdampak pada status gizi remaja. Status gizi merupakan kondisi tubuh yang disebabkan oleh konsumsi dari makanan sehari-hari. Status gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performa dan pertumbuhan seorang atlet remaja. Status gizi dapat dipengaruhi oleh aktifitas fisik dan riwayat penyakit yang dimiliki oleh seseorang. Tingginya aktifitas fisik remaja yang diimbangi dengan asupan yang seimbang akan berdampak baik pada status gizinya. Namun apabila tingginya aktifitas fisik tidak diimbangi dengan asupan yang cukup dan seimbang maka akan berdampak buruk pada status gizi remaja. Status gizi kurang ataupun lebih pada remaja merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi prestasi belajar dan tingkat kebugaran remaja terutama bagi remaja yang berprofesi sebagai atlet akan berdampak pada performa selama latihan dan pertandingan yang disebabkan oleh tingkat kebugaran yang kurang baik. Kebugaran merupakan kebutuhan pokok dalam melakukan aktivitas untuk kehidupan sehari-hari. Remaja yang memiliki tingkat kebugaran yang baik akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa merasakan kelelahan yang berarti terutama pada remaja atlet apabila memiliki tingkat kebugaran yang baik maka masih dapat menyelesaikan tugas sekolah selesai mengikuti latihan rutin setiap harinya. Atlet futsal memerlukan kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan keterampilan tubuh yaitu meliputi daya tahan kardiovaskuler, kekuatan daya tahan otot, daya ledak otot, kecepatan, kelincahan, dan kelentukan.

21 5 Karakteristik contoh Umur Berat badan Tinggi badan Uang saku Pengetahuan gizi Pendidikan orangtua Pendapatan orangtua Media masa Konsumsi Pangan Kebiasaan makan Konsumsi makan Teman sebaya Asupan gizi Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin & Mineral Tingkat Kecukupan gizi Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin & Mineral Angka Kecukupan Gizi Riwayat penyakit Status Gizi Aktifitas fisik Prestasi Belajar Tingkat Kebugaran Persen lemak Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan konsumsi pangan, tingkat kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet futsal putri.

22 6 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014 di SMPN 3 Cibinong. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena SMPN 3 Cibinong merupakan salah satu sekolah di Provinsi Jawa Barat yang mempunyai kelas khusus olahraga untuk atlet-atlet remaja Kabupaten Bogor. Cara Pengambilan Contoh Populasi pada penelitian ini adalah siswa putri kelas VII SMPN 3 Cibinong. Pengambilan responden atlet pada kelas olahraga dilakukan secara purposive sampling yaitu siswi yang mengikuti kegiatan futsal dan rutin mengikuti latihan yaitu berjumlah 21 orang. Pengambilan responden non-atlet juga dilakukan secara purposive sampling yaitu siswa kelas VII yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kecuali kegiatan ekstrakurikuler english club dan bersedia menjadi responden penelitian ini yaitu berjumlah 25 orang. Total responden yang digunakan untuk penelitian ini yaitu berjumlah 46 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dan penyebaran kuisioner. Data primer yang dikumpulkan antara lain: data karakteristik umum responden (meliputi usia, uang saku, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orang tua), prestasi belajar yang diperoleh dari rata-rata nilai rapor semester pertama, data pengetahuan gizi yang diperoleh dengan pengisian dan wawancara menggunakan kuesioner, data konsumsi pangan yang terbagi atas kebiasaan makan dan data kecukupan gizi diperoleh dengan metode food recall 2x24 jam yaitu pada hari sekolah dan hari libur, data antropometri yang diperoleh dari pengukuran secara langsung berat badan responden menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg sedangkan tinggi badan responden menggunakan stature dengan ketelitian 0,1 cm, data aktifitas fisik diperoleh dengan menggunakan formulir recall 2x24 jam yaitu pada hari sekolah dan libur, persen lemak tubuh yang diperoleh secara langsung dengan pengukuran menggunakan alat Body Fat Monitoring Omron dan data tingkat kebugaran yang diperoleh berdasarkan tes secara langsung dengan menggunakan metode Asian Committe on the Standardization of Physical Fitness Test (ACSPFT) yang terdiri dari 7 rangkaian tes. Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah yang meliputi data nilai rapor semester satu responden dan data mengenai gambaran umum sekolah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian.

23 7 Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik contoh Umur Uang saku Pengetahuan gizi Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua Penyebaran dan pengisian kuisioner karakteristik oleh responden. Penyebaran dan pengisian kuisioner pengetahuan gizi oleh responden (Imaduddin 2012). 2 Antropometri dan status gizi contoh Berat badan Tinggi badan IMT/U Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat stature dengan ketelitian 0,1 cm IMT/U dihitung dengan menggunakan WHO anthroplus Kecukupan gizi Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin A Vitamin C Zat besi Kalsium 4 Konsumsi pangan Kebiasaan makan Konsumsi makan 2x24 jam Pengolahan hasil data recall 2x24 jam Penyebaran dan pengisian kuisioner oleh responden 5 Aktivitas fisik Aktivitas fisik Record aktivitas fisik 2x24 jam dan wawancara 6 Prestasi belajar Nilai rapor Rata-rata nilai rapor semester 1 7 Persen lemak tubuh Persen lemak tubuh Pengukuran langsung dengan menggunakan omron 8 Tingkat kebugaran Data ketahanan kardiorespirasi Data kelenturan Data kecepatan Data kekuatan otot Data daya tahan otot Data kelincahan Lari jarak jauh 800 meter Vertical jump Lari cepat 50 meter Standing broad jump Pull up dan sit-up Shuttle run 4x10 meter (Depdikbud 1977)

24 8 Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik. Pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisa data. Tahapan pengkodean dimulai dengan cara menyusun kode-kode tertentu sebagai panduan dalam mengentri dan pengolahan data. Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam tabel yang sudah ada, setelah itu dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahap akhir adalah analisis data yang diolah dengan program Microsoft Excell 2007 for windows dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for windows. Hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden menggunakan uji korelasi spearman, hubungan antara kecukupan gizi dengan tingkat kebugaran responden menggunakan uji korelasi spearman, hubungan persen lemak dengan tingkat kebugaran menggunakan uji korelasi pearson, dan untuk melihat perbedaan tingkat kebugaran, persen lemak, prestasi akademik antara responden futsal dan reguler menggunakan uji beda independent t-test. Data karakteristik responden yang meliputi usia, pengetahuan gizi responden, pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua akan memberikan gambaran mengenai responden. Data tersebut diperoleh dari kuisioner yang telah diisi oleh responden. Tabel 2 Kategori karakteristik responden Karakteristik responden Usia Pendidikan orang tua Kategori Remaja (12-14 tahun) SD SMP SMA Perguruan tinggi Pendapatan orang tua < Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Pengetahuan gizi responden diperoleh berdasarkan hasil penilaian jawaban pertanyaan dari kuisioner yang diberi nilai 1 jika jawaban benar dan diberi nilai 0 jika jawaban salah. Tabel 3 Kategori pengetahuan gizi Kategori Persentase nilai Baik >80% Sedang 60-80% Rendah <60% Sumber: Khomsan 2000 Data antropometri responden yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan digunakan untuk memperoleh data Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai

25 indikator dari status gizi responden. Data status gizi responden ditentukan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO Tabel 4 Kategori status gizi menurut IMT/U 9 Kategori Severe thinness Thinness Normal Overweight Obese Severe obese Sumber: WHO 2007 Cut off point -3 SD -2 SD z-score < -3 SD -2 SD < z-score < +1 SD +1 SD z-score < +2 SD +2 SD z-score < +3 SD +3 SD Data aktivitas fisik diolah berdasarkan metode self-record kegiatan sehari dan wawancara langsung. Hasil dari catatan tersebut akan diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunkan untuk beraktivitas dalam 24 jam yang dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001). PAL dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: PAL = (PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam Keterangan: PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PAR = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Menurut FAO/WHO/UNU (2001), nilai yang diperoleh dari PAL akan dikategorikan menjadi tiga kategori, seperti yang disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Nilai PAL Aktivitas Ringan Aktivitas Sedang Aktivitas Berat Sumber: FAO/WHO/UNU (2001) Data konsumsi pangan berupa jenis pangan dan berat pangan yang dikonsumsi kemudian dihitung kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan 1994) sebagai berikut : Keterangan : KGij KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j

26 10 Bj Gij BDDj = Berat makanan j yang dikonsumsi (g) = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan Rumus untuk menentukan AKG contoh adalah sebagai berikut : AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan : AKGI = Angka kecukupan gizi responden Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg) AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG 2013). Selanjutnya tingkat kecukupan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan rumus : TKG = (K/AKGI) x 100 Keterangan : TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi AKGI = Angka kecukupan gizi responden Formula yang digunakan untuk menentukan kecukupan energi responden digunakan formula WKNPG tahun 2013 (Hardinsyah dan Tambunan 2004). Formula yang digunakan yaitu : Proses Estimasi AKE Remaja AKE = [135.3-(30.8xU) + PA x (10 x BB x TB)] +25 Kal Keterangan : AKE = Angka kecukupan energi (kkal) U = Usia (tahun) BB = Berat badan (kg) PA = Angka kegiatan fisik (untuk remaja sangat aktif) TB = Tinggi badan (cm) Data persen lemak tubuh diperoleh berdasarkan pengukuran menggunakan alat omron yang kemudian diklasifikasikan kedalam 3 kategori, seperti yang disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Klasifikasi persen lemak tubuh Kategori Persen lemak tubuh (%) Athletic 8-15 Good Acceptable Overweight Obese >37 Sumber: Jeukendrup & Gleeson 2004

27 Data tingkat kebugaran atlet dilakukan menurut ACSPFT (Asian Committe on the Standardization of Physical Fitness Test) dengan tes lari cepat 50 meter, lompat jauh tanpa awalan, bergantung angkat badan, lari hilir mudik 4x10 meter, baring duduk 30 detik, kelenturan togok ke depan dan lari 800 meter. Masingmasing hasil tes dikonversikan ke Tabel T selanjutnya dijumlahkan nilai T tersebut. Hasil nilai T dapat dikategorikan sesuai Tabel 6. Tabel 7 Klasifikasi kebugaran jasmani berdasarkan Metode ACSPFT Kategori kebugaran Total Nilai T Baik sekali >430 Baik Sedang Kurang Kurang sekali <250 Sumber: Depdikbud Definisi Operasional Responden atlet adalah siswi yang mempunya keahlian dalam olahraga futsal dan mengikuti latihan rutin sesuai dengan yang sudah dijadwalkan. Responden non-atlet adalah siswi yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler fisik. Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman contoh tentang gizi yang diukur menggunakan kuisioner. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan parameter IMT/U. Konsumsi pangan adalah istilah yang menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan seperti frekuensi makan, pola makan dan preferensi makan. Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan rata-rata konsumsi dari zat gizi makro maupun zat gizi mikro terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2013) yang dinyatakan dalam persen. Food recall 24 jam adalah salah satu metode dalam melakukan survei konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan. Tingkat kebugaran adalah kemampuan tubuh contoh untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan mudah tanpa kelelahan yang berarti. Aktifitas fisik adalah keseluruhan kegiatanj responden yang melibatkan fisik dan diperoleh melalui metode recall 2x24 jam pada hari sekolah dan hari libur.

28 12 Persen lemak tubuh adalah komposisi lemak dalam tubuh yang tersimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan alat Body Fat Monitoring (Omron). Prestasi belajar adalah hasil pembelajaran responden dalam bentuk angka atau nilai yang tertera pada rapor. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMPN 3 Cibinong adalah salah satu SMP yang terdapat di Kabupaten Cibinong. SMP ini terletak di Jl. Raya Karadenan, komplek pendidikan. SMPN 3 memiliki beberapa ekstrakurikuler yaitu sepakbola, paskibraka, basket, pramuka, english club, rohis, dan seni tari. Salah satu yang menjadi ciri khas SMPN 3 Cibinong dengan adanya kelas khusus olahraga yaitu kelas khusus bagi siswa yang berbakat dibidang olahraga. Kelas khusus ini didirikan oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat sebagai kelas percontohan. Jenis olahraga yang masuk dalam kelas olahraga yaitu futsal, kempo, panahan, dan lari jarak jauh. Karakteristik Keluarga Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi (Rahmawati 2006), tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat diasumsikan bahwa kemampuannya untuk mengakses dan menyerap informasi demi memenuhi kebutuhan gizinya semakin baik. Pendidikan orangtua siswi meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi empat kategori yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Tabel 8 menunjukkan hasil sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan orangtua. Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan orangtua Karakteristik Kategori n % Pendidikan SD Ayah SMP SMA Perguruan Tinggi Total Pendidikan Ibu SD 6 13 SMP SMA Perguruan Tinggi Total

29 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa persentase tertinggi pada kategori tingkat pendidikan ayah responden yaitu perguruan tinggi (45.7%) sedangkan pada kategori tingkat pendidikan ibu yaitu SMA (52.2%). Salah satu faktor yang memiliki dampak pada pola asuh anak seperti status gizi adalah tingkat pendidikan ibu karena pendidikan seorang ibu bereperan penting dalam mendidik anak (Rahmawati 2006). Pekerjaan Orangtua Jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima. Jenis pekerjaan ini secara tidak langsung menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan (Soehardjo 1989). Pekerjaan ayah dikategorikan menjadi 6 kategori yaitu PNS, pegawai swasta, BUMN, TNI/Polri, wiraswasta, dan lainnya. Pekerjaan ibu diberi tambahan satu kategori yaitu ibu rumah tangga. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ayah responden adalah pegawai swasta (41.3%) yang kemudian diikuti dengan PNS, TNI/Polri, wiraswasta, dan lainnya. Pekerjaan ayah responden yang termasuk dalam kategori lainnya yaitu buruh. Pekerjaan sebagian besar ibu responden yaitu Ibu rumah tangga (69.6%) yang kemudian diikuti oleh PNS, pegawai swasta, dan wiraswasta. Menurut Soehardjo (1989), semakin tinggi jenis pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pendapatannya yang kemudian akan berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan gizi keluarga untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orangtua Karakteristik Kategori n % Pekerjaan Ayah PNS Pegawai swasta BUMN TNI/Polri Wiraswasta 6 13 Lainnya 6 13 Pekerjaan Ibu PNS 6 13 Pegawai swasta 6 13 Berwiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya 0 0 Total Pendapatan orangtua Faktor yang dapat menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi salah satunya adalah pendapatan. Pemilihan pangan yang baik akan terjadi pada saat semakin tingginya pendapatan seseorang. Peningkatan pendapatan ini juga akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam susunan makanan (Soehardjo 1989). Pendapatan orangtua responden dikategorikan menjadi empat kategori yaitu Rp , Rp Rp , Rp Rp , dan >Rp

30 14 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendapatan orangtua responden (47.8%) berada pada kategori Rp Rp Menurut Little et al (2002), keadaan sosial ekonomi keluarga khususnya pendapatan akan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makan yang akan dikonsumsi. Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan pendapatan orangtua Karakteristik Kategori n % Pendapatan < Rp orangtua Rp Rp Rp Rp > Rp Total Karakteristik Responden Penelitian ini menggunakan responden siswi SMPN 3 Cibinong yang duduk dibangku kelas VII. Responden penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok atlet yang merupakan siswi yang mengikuti kelas olahraga futsal dan non-atlet yang merupakan siswi yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berat. Umur Responden pada penelitian ini berusia tahun. Menurut Depkes (2005), masa remaja dibedakan dalam tiga tahap, yaitu masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun), dan masa remaja akhir (17-19 tahun). Responden pada penelitian ini berada pada kategori remaja awal dan remaja tengah. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (60.9%) berumur 13 tahun. Rata-rata umur responden yaitu 13.05±0.55 tahun. Berikut sebaran responden berdasarkan umur. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan umur Kategori umur (tahun) Total n % Total Berat Badan Karakteristik pertama yang menjadi penelitian ini yaitu berat badan yang diperoleh secara langsung menggunakan timbangan injak digital. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh berat badan responden yang beragam maka untuk mempermudah analisis terhadap data dibuat menjadi kategori. Karakteristik berat badan responden dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kurang dari 46 kg, dan

31 lebih dari 46 kg. Pengkategorian ini berdasarkan berat badan ideal WKNPG Berikut tabel sebaran responden berdasarkan berat badan. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan berat badan Kategori berat badan Atlet Non-atlet Total Uji beda n % n % n % < 46 kg kg Total P=0.7 Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa 58.7% responden memiliki berat badan <46 kg. Berat badan sebagian besar atlet dan non-atlet <46 kg yaitu dengan persentase masing-masing 52.4% dan 64%. Hal ini menunjukkan bahwa berat badan sebagian besar responden belum termasuk berat badan yang ideal untuk remaja perempuan yang berumur tahun. Rata-rata berat badan responden atlet yaitu ± 6.72 kg sedangkan rata-rata berat badan responden non-atlet yaitu ± 8.38 kg. Hasil uji beda Independent Sample T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara berat badan responden atlet dan non atlet. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan salah satu parameter antropometri yang diukur untuk memeriksa status gizi responden. Tinggi badan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu <155 cm dan 155 cm. Berikut sebaran responden berdasarkan tinggi badan. Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan tinggi badan Kategori tinggi badan Atlet Non-atlet Total Uji beda n % n % n % < 155 cm cm Total P=0.8 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa 69.6% tinggi badan responden yaitu <155 cm. Tinggi badan sebagian besar responden atlet dan nonatlet <155 cm dengan persentase masing-masing 61.9% dan 72%. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi badan responden belum termasuk tinggi badan ideal untuk remaja perempuan berumur tahun menurut WKNPG Rata-rata tinggi badan responden atlet yaitu ± 6.14 sedangkan rata-rata tinggi badan responden non-atlet yaitu ± 6.42 cm. Hasil uji beda Independent Sample T- test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tinggi badan responden atlet dan non-atlet. Uang saku Uang saku adalah sejumlah uang yang diterima oleh siswa untuk membeli jajanan dalam sehari (Sinaga et al. 2012). Kisaran uang saku responden berkisar antara Rp Rp Uang saku responden penelitian ini dibagi menjadi 15

32 16 dua kategori yaitu <Rp dan Rp Berikut tabel sebaran responden berdasarkan uang saku. Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan uang saku Kategori uang saku Atlet Non-atlet Total Uji beda n % n % n % < Rp Rp Total p=0.85 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa sebagian besar atlet (52.4%) memiliki uang saku <Rp sedangkan sebagian besar non-atlet (60%) memiliki uang saku Rp Rata-rata uang saku atlet yaitu Rp ± Rp dan rata-rata uang saku non-atlet yaitu Rp ± Rp Berdasarkan hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara uang saku responden atlet dan non-atlet. Pengetahuan gizi Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh (Camire & Dougherty 2005). Pengetahuan gizi yang baik akan berdampak pada pengaturan pola makan yang baik dan seimbang. Pengukuran pengetahuan gizi remaja putri berdasarkan kemampuan menjawab dengan benar 20 pertanyaan umum tentang gizi yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan diberi skor dan kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang, dan kurang. Kategori tingkat pengetahuan gizi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu pengetahuan baik (>80%), pengetahuan sedang (60-80%), dan pengetahuan rendah (<60%). Tabel 14 menunjukkan hasil sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi. Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan gizi Tingkat pengetahuan gizi Atlet Non-atlet Total Uji beda n % n % n % Kurang (<60%) Sedang (60-80%) Baik (>80%) Total p=0.010 Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden atlet dan non-atlet memiliki tingkat pengetahuan gizi baik dengan persentase masing-masing 95.2% dan 76%. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi responden atlet dan non-atlet berbeda nyata. Skor rata-rata (91.9±6.42) pengetahuan gizi responden atlet lebih tinggi jika dibandingkan dengan skor rata-rata (86±6.77) pengetahuan gizi responden non-atlet. Menurut Raymond et al. (2007) terdapat perbedaan antara pengetahuan gizi seseorang yang berprofesi sebagai atlet dengan yang non-atlet. Pengetahuan gizi atlet lebih baik dibandingkan non-atlet.

33 17 Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi No Pertanyaan Menjawab benar n % 1 Pengertian makanan sehat Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh Bentuk simpanan konsumsi energi yang berlebihan Air yang sebaiknya diminum setiap hari sebanyak 8 gelas Salah satu contoh vitamin yang larut dalam air Salah satu contoh vitamin yang larut lemak yaitu vitamin D Salah satu contoh makanan yang banyak mengandung karbohidrat 8 Protein juga disebut sebagai zat pembangun Salah satu contoh makanan sumber protein hewani Salah satu contoh makanan yang mengandung vitamin A Dampak akibat kekurangan kalsium yaitu osteoporosis Susu banyak mengandung zat gizi kalsium Fungsi kalsium dalam tubuh manusia Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia Salah satu contoh makanan yang banyak mengandung serat Dampak kekurangan serat bagi tubuh Jeruk adalah salah satu jenis buah yang dapat mencegah sariawan 18 Sinar matahari pagi bermanfaat untuk menghasilkan vitamin D 19 Resiko yang ditimbulkan akibat kelebihan konsumsi lemak Dampak kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa terdapat 9 pertanyan yang dijawab dengan benar oleh seluruh responden yaitu pertanyaan tentang salah satu contoh makanan yang banyak mengandung karbohidrat yaitu beras, salah satu makanan sumber protein hewani yaitu ayam, dampak kekurangan kalsium yaitu osteoporosis, susu banyak mengandung zat gizi kalsium, fungsi kalsium dalam tubuh manusia untuk pembentukan tulang dan gigi, kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, jeruk adalah salah satu jenis buah yang dapat mencegah sariawan karena mengandung vitamin C, resiko yang ditimbulkan akibat kelebihan konsumsi lemak adalah kegemukan, dan dampak kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi. Pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar oleh seluruh responden merupakan pertanyaan tentang salah satu contoh vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B (37%) dan pertanyaan tentang salah satu contoh vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin D (56.7%). Status Gizi Status gizi adalah gambaran kondisi kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan (Anwar & Riyadi 2009). Pengukuran status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Beberapa cara untuk mengukur status gizi adalah dengan konsumsi, biokimia/laboratorium, antropometri dan secara klinis. Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi pada usia 5 sampai 19 tahun yaitu

34 18 Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) mengacu kepada referensi WHO Status gizi tersebut dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat kurus ( -3 SD), kurus (-3 SD z-score < -2), normal (-2 SD < z-score < +1 SD), gemuk (+1 SD z-score < +2 SD), dan obese (> +2 SD). Berikut tabel sebaran responden berdasarkan status gizi (IMT/U). Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan status gizi Kategori status gizi Atlet Non-atlet Total Uji beda n % n % n % Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obese Total p=0.83 Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa sebagian besar status gizi responden baik atlet ataupun non-atlet berada pada kategori normal dengan persentase masing-masing 81% dan 80%. Responden atlet yang berada pada kategori gemuk berjumlah 2 orang sedangkan responden non-atlet berjumlah 3 orang dan terdapat 2 orang berada pada kategori obese. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara status gizi responden atlet dan non-atlet. Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Status gizi seseorang atau sekelompok orang dapat digunakan untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan (Riyadi 2001). Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh serta mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002). Metode yang digunakan untuk pengukuran aktivitas fisik yaitu metode recall 2x24 jam pada satu hari libur dan satu hari sekolah. Berikut tabel sebaran responden berdasarkan aktivitas fisik. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa sebagian besar atlet (85.7%) memiliki aktivitas fisik yang berat sedangkan sebagian besar non-atlet (96%) memiliki aktivitas fisik yang ringan. Aktivitas fisik atlet menyebar pada kategori sedang dan berat sedangkan aktifitas fisik rnon-atlet menyebar pada kategori ringan dan berat. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik responden atlet dan non-atlet.

35 Tingkat aktivitas fisik responden atlet lebih tinggi dibandingkan tingkat aktivitas fisik responden non-atlet. Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan aktivitas fisik Kategori aktivitas fisik Atlet Non-atlet Total Uji beda n % n % n % Ringan ( ) Sedang ( ) Berat ( ) Total p=0.00 Persen lemak tubuh Lemak tubuh dapat diukur secara absolut dinyatakan dalam kilogram maupun secara relatif dinyatakan dalam persen terhadap berat tubuh total Persen lemak dalam tubuh harus terdapat dalam persentase yang normal, jika melebihi persentase batas normal tersebut dapat terjadi kelainan-kelainan pada tubuh kita, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak, seperti terjadinya kegemukan, arterosklerosis (penebalan dinding pembuluh darah), peningkatan tekanan darah, stroke dan serangan jantung (Huda 2007). Persen lemak tubuh responden dalam penelitian ini diukur menggunakan alat Body Fat Monitoring (Omron). Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan persen lemak tubuh Kategori persen lemak Atlet Non-atlet Total Uji beda tubuh n % n % n % Athletic Good Acceptable Overweight Obese Total p=0.6 Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebagian besar persen lemak tubuh responden atlet dan non-atlet berada pada kategori acceptable dengan persentase masing-masing 61.9% dan 48%. Persen lemak tubuh atlet menyebar pada tiga kategori yaitu good, acceptable, overweight. Responden atlet seharusnya memiliki persen lemak tubuh berkisar 8-15% atau berada pada kategori athletic namun diduga oleh karena konsumsi makanan responden atlet yang masih belum seimbang menyebabkan persen lemak tubuh responden atlet tinggi. Persen lemak tubuh non-atlet menyebar pada empat kategori yaitu athletic, good, acceptable, dan overweight. Responden non-atlet yang masuk pada kategori athletic memiliki postur tubuh yang kecil, hal ini yang diduga menyebabkan persen lemak tubuhnya kecil. Rata-rata persen lemak tubuh responden atlet yaitu 24.3±5.5 sedangkan rata-rata persen lemak tubuh responden non-atlet yaitu 25.2±5.3. Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persen lemak tubuh responden atlet dan non-atlet. Rata-rata massa lemak tubuh responden atlet yaitu 11.93±3.22 kg sedangkan massa lemak tubuh responden non-atlet yaitu 11.74±4.63 kg 19

36 20 Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gambaran penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (Hawadi 2001). Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor dari luar siswa (faktor eksternal). Prestasi belajar pada penelitian ini merupakan nilai rata-rata rapor semester pertama. Berikut sebaran responden berdasarkan prestasi akademik. Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan prestasi belajar Kategori prestasi Atlet Non-atlet Total Uji beda akademik n % n % n % Baik (< 82) Sangat baik ( 82) Total p=0.65 Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa sebagian besar prestasi belajar responden atlet dan non-atlet berada pada kategori sangat baik yaitu dengan persentase masing-masing 52.4% dan 52%. Rata-rata prestasi belajar atlet yaitu 82.3 ± 1.9. Rata-rata prestasi belajar non-atlet yaitu 82.1 ± 2.2. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar responden atlet dan non-atlet. Hal ini menunjukkan bahwa jadwal latihan atlet futsal setiap harinya seusai mengikuti pelajaran di sekolah serta pertandingan-pertandingan yang banyak diikuti tidak mengganggu prestasi belajar atlet di sekolah. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan tunggal atau beragam yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu yaitu untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi pangan diperlukan untuk mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh akan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan dapat mempertahankan kesehatannya. Kelebihan konsumsi pangan yang tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang mencukupi dapat mengakibatkan timbulnya gizi lebih. Oleh karena itu, setiap orang harus mengonsumsi sejumlah makanan yang sesuai dengan kecukupannya berdasarkan usia, ukuran tubuh, serta aktivitasnya (Hardinsyah & Martianto 1992). Kebiasaan Makan Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, sosial, dan budaya. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa responden memiliki frekuensi makan utama 2 kali/hari, 3 kali/hari, dan 4 kali/hari. Sebagian besar frekuensi makan utama responden (80.4%) yaitu 3 kali/hari dan sebesar 17.4% memiliki frekuensi makan utama 4 kali/hari Hanya 2.2% responden yang memiliki frekuensi makan utama 2 kali/hari. Menurut Arisman (2004), kelompok remaja memiliki frekuensi makan

37 utama yang tidak teratur. Kelompok remaja sering melewatkan waktu makan karena aktivitas yang dimilikinya sehari-hari. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa kebiasaan sarapan pagi pada responden cukup baik karena 56.5% responden selalu sarapan pagi sedangkan selebihnya kadang-kadang sarapan pagi. Menurut Sharlin & Edelstein (2011), remaja putri merupakan kelompok umur yang paling sering melewatkan sarapan pagi. Bagi seorang siswa sekolah, sarapan pagi bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan 2004). Hal yang disebabkan apabila melewatkan sarapan pagi yaitu tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar (Moehji 2003). Berdasarkan hasil wawancara, alasan responden yang jarang sarapan pagi karena terkadang buruburu berangkat ke sekolah dan belum merasa lapar. Menu sarapan yang biasa dikonsumsi responden yaitu sebagian besar (67.4%) terdiri dari menu lengkap dan selebihnya hanya mengonsumsi roti. Selain itu untuk minuman yang biasa dikonsumsi sebagian besar responden (47.8%) yaitu air putih, dan terdapat sebagian responden yang mengonsumsi susu dan teh manis dengan persentase masing-masing 37% dan 15.2%. Menurut Khomsan (2002), sarapan yang sehat seharusnya mengandung unsur empat sehat lima sempurna untuk persiapan menghadapi segala aktivitas pada hari tersebut. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa menu makan siang yang biasa dikonsumsi sebagian besar responden (54.3%) yaitu nasi, lauk hewani atau nabati, sayur. Terdapat sebagian kecil responden (26.1%) yang susunan menu makan siangnya hanya terdiri dari nasi dan lauk serta 19.6% responden yang menu makan siangnya terdiri dari nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah. Susunan menu makan siang sebagian besar responden sudah bisa dikatakan baik karena terdiri dari susunan makanan lengkap. Namun terdapat beberapa responden yang susunan menu makan siangnya hanya terdiri dari nasi dan lauk, menu tersebut merupakan menu makan siang responden yang membawa bekal ke sekolah dengan alasan lebih praktis tanpa sayur-sayuran. Hampir keseluruhan responden non-atlet memiliki kebiasaan makan siang di rumah sedangkan sebagian besar responden atlet memiliki kebiasaan membawa bekal untuk makan siang dikarenakan seusai pulang sekolah dilanjutkan dengan latihan futsal. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa menu makan malam yang biasa dikonsumsi sebagian besar responden (39.1%) yaitu hanya terdiri dari nasi dan lauk. Namun terdapat 34.8% responden yang memiliki susunan menu makan malamnya terdiri dari nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, dan 23.9% responden menambahkan buah pada susunan makan malamnya. Terdapat 2.2% responden yang menu makan malanya hanya terdiri dari roti. Susunan menu makan malam responden sudah cukup baik karena sebagian besar terdiri dari susunan yang lengkap namun jumlah responden yang hanya mengonsumsi nasi dan lauk pada menu makan malam lebih banyak dibandingkan pada siang hari, hal ini dikarenakan bagi responden makan malam harus lebih praktis karena selera makan pada malam hari sudah berkurang dan terdapat responden yang pada malam harinya hanya mengonsumsi makanan ringan. Susunan menu makan malam yang hanya terdiri dari nasi dan lauk dapat menyebabkan tidak terpenuhinya asupan zat gizi vitamin yang banyak terkandung dalam sayuran. 21

38 22 Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar (87%) responden menyukai jenis pengolahan makanan yang digoreng dan terdapat responden yang menyukai jenis pengolahan makanan dipanggang, direbus, dan dikukus dengan persentase masing-masing jenis pengolahan 4.3%. Pada umumnya, remaja yang masih duduk dibangku sekolah cenderung menyukai makanan yang digoreng karena jajanan yang ada disekitar sekolah hampir keseluruhan makanan yang pengolahannya digoreng. Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan Kebiasaan makan Atlet Non-atlet Total n % n % n % Frekuensi makan utama (kali/hari) Kebiasaan sarapan pagi Selalu Kadang-kadang Menu sarapan Menu lengkap (nasi dan lauk pauk) Roti Minuman sarapan Susu Teh manis Air putih Menu makan siang Nasi, lauk hewani atau lauk nabati, sayur Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah Nasi, lauk Menu makan malam Nasi, lauk hewani atau lauk nabati, sayur Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah Nasi, lauk Lainnya Pengolahan makanan Dipanggang Direbus Dikukus Digoreng Kebiasaan mengonsumsi suplemen Ya Tidak Kebiasaan minum air putih 8 gelas gelas gelas <6 gelas Makanan pantangan Ya Tidak

39 Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (54.3%) mempunyai kebiasaan mengonsumsi suplemen setiap harinya. Responden atlet memiliki kebiasaan mengonsumsi 2 jenis suplemen setiap hari yaitu suplemen untuk menjaga daya tahan dan suplemen untuk mengurangi terjadinya kontraksi atau kelelahan otot yang diberikan oleh pihak sekolah sedangkan pada non-atlet, suplemen yang dikonsumsi yaitu suplemen untuk menjaga daya tahan atau meningkatkan daya ingat dan kognitif. Responden mengonsumsi suplemen pada malam atau pagi hari. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (67.4%) memiliki kebiasaan minum air putih 8 gelas/hari dan terdapat 8.7% responden yang memiliki kebiasaan minum air putih <6 gelas/hari. Kebiasaan minum air putih responden sudah cukup baik namun terdapat beberapa responden atlet yang mengonsumsi air putih kurang dari 6 gelas/hari sementara responden atlet memiliki tingkat aktivitas yang lebih tinggi sehingga kehilangan cairan tubuh akan lebih banyak terjadi dan mengakibatkan kebutuhan cairan yang lebih banyak untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang selama latihan futsal. Responden lebih banyak mengonsumsi soft drink yang dijual di kantin sekolah. Menurut Irianto (2007), untuk mempertahankan status hidrasi, setiap individu memerlukan 2500 ml air setiap harinya. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (71.7%) tidak memiliki makanan pantangan dan sebesar 28.3% responden memiliki makanan pantangan. Makanan pantangan ini diluar makanan pantangan bagi responden atlet saat mengikuti latihan dan pertandingan. Berdasarkan hasil wawancara pada responden, makanan pantangan tersebut yaitu telur, ayam, kacang-kacangan, seafood, dan santan karena makanan tersebut dapat menyebabkan responden terkena alergi. Kebiasaan Makan dan Minum Sebelum Pertandingan Kebiasaan makan dan minum sebelum pertandingan merupakan kebiasaan yang dimiliki oleh setiap responden futsal sebelum mengikuti pertandingan. Menurut Irianto (2007), makanan menjelang pertandingan hanya berperan kecil dalam menyediakan energi, tetapi perlu diberikan untuk menghindarkan rasa lapar dan kelemahan supaya atlet dapat berprestasi dengan baik. Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa sebagian responden (66.7%) memiliki rentang waktu mengonsumsi makanan lengkap yaitu 1-2 jam sebelum pertandingan sedangkan sebagian responden (23.8%) memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan lengkap 2-3 jam dan selebihnya (9.5%) memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan 3-4 jam sebelum bertanding. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh responden atlet sebelum mengikuti pertandingan yaitu berupa menu lengkap, dan terdapat beberapa responden yang susunan menunya terdiri dari roti dan air mineral atau teh manis. Keseluruhan responden atlet juga memiliki makanan dan minuman pantangan sebelum mengikuti pertandingan yaitu es, jajanan, minuman soda, dan susu. Hal ini merupakan peraturan yang diberikan oleh pelatih futsal. Atlet disarankan untuk mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat 2-4 jam sebelum mengikuti pertandingan dengan tujuan untuk meningkatkan cadangan glikogen atlet (Brouns 1993). 23

40 24 Tabel 22 Sebaran atlet berdasarkan kebiasaan makan dan minum sebelum pertandingan Kebiasaan makan dan minum sebelum pertandingan n % Rentang waktu konsumsi makanan lengkap 1-2 jam jam jam Total Makanan dan minuman yang dihindari sebelum pertandingan Ya (Es, jajanan, minuman soda, susu) Tidak 0 0 Total Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelum pertandingan Nasi, lauk hewani/nabati, sayur, buah, air mineral 4 19 Nasi, lauk hewani/nabati, sayur, air mineral Nasi, lauk hewani/nabati, air mineral 4 19 Nasi, lauk hewani, buah, air mineral Roti, air mineral/teh manis Total Kebiasaan Makan dan Minum Selama Pertandingan Kebiasaan makan dan minum selama pertandingan penting untuk diperhatikan terutama pada atlet yang memiliki waktu pertandingan yang lama. Kebiasaan makan dan minum selama pertandingan responden atlet berbeda setiap individunya. Berikut tabel sebaran responden atlet berdasarkan kebiasaan makan dan minum selama pertandingan. Tabel 23 Sebaran atlet berdasarkan kebiasaan makan dan minum selama pertandingan Kebiasaan makan dan minum selama pertandingan n % Makanan dan minuman yang dihindari selama pertandingan Ya (Es, jajanan, minuman soda, susu) Tidak 0 0 Total Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi selama pertandingan Air mineral Roti, air mineral Biskuit, air mineral Total Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa terdapat makanan yang dihindari oleh seluruh atlet selama pertandingan berlangsung yaitu es, jajanan, minuman soda, dan susu. Jenis makanan yang dikonsumsi selama pertandingan yaitu sebagian besar responden futsal (81%) hanya mengonsumsi air mineral yang disediakan oleh pelatih. Selain itu terdapat juga beberapa responden atlet yang mengonsumsi roti dan air mineral atau biskuit dan air mineral. Menurut Brouns

41 (1993), pada saat pertandingan sebaiknya atlet mengonsumsi makanan yang mengandung cukup karbohidrat, cairan, dan elektrolit guna menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, dan tidak menyebabkan gangguan pencernaan. Kebiasaan Makan dan Minum Setelah Pertandingan Keadaan atlet setelah pertandingan akan berbeda dengan keadaan biasanya, oleh karena itu makanan atlet setelah pertandingan tetap perlu diperhatikan. Makanan yang disajikan setelah pertandingan sebaiknya mengandung cukup energi, tinggi karbohidrat, vitamin dan mineral, cukup protein, rendah lemak, dan banyak cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang selama pertandingan berlangsung (Irianto 2007). Berikut tabel sebaran atlet berdasarkan kebiasaan makan dan minum setelah pertandingan. Tabel 24 Sebaran atlet berdasarkan kebiasaan makan dan minum setelah pertandingan Kebiasaan makan dan minum setelah pertandingan n % Makanan dan minuman yang dihindari setelah pertandingan Ya (Es, minuman soda) Tidak 0 0 Total Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi setelah pertandingan Nasi, lauk hewani/nabati, sayur/buah, air mineral Nasi, lauk hewani/nabati, air mineral/susu Roti, susu Jajanan, air mineral Total Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa keseluruhan atlet memiliki makanan dan minuman yang dihindari setelah pertandingan yaitu es dan minuman soda. Jenis makanan tersebut merupakan makanan pantangan yang dilarang oleh pelatih untuk menjaga kondisi fisik atlet futsal setelah pertandingan. Jenis makanan yang biasa dikonsumsi oleh atlet setelah pertandingan yaitu menu lengkap yang terdiri dari nasi, lauk hewani/nabati, sayur/buah, air mineral, terdapat juga responden yaang mengonsumsi menu yang terdiri dari nasi, lauk hewani/nabati, dan air mineral/susu. Kebiasaan makan dan minum atlet futsal setelah pertandingan belum semuanya bisa dikatakan baik karena masih terdapat sebagian kecil atlet yang memiliki kebiasaan mengonsumsi roti dan susu atau jajanan dan air mineral setelah pertandingan dengan persentase masing-masing yaitu 14.3% dan 19.1%. 25 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Energi Energi sangat diperlukan oleh manusia untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Energi diperoleh dari berbagai bahan pangan yang

42 26 dikonsumsi setiap harinya. Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan metabolisme basal yaitu banyaknya energi yang dipakai aktifitas jaringan tubuh sewaktu istirahat jasmani dan rohani (Burke 1992). Kecukupan energi responden dapat diketahui dengan metode recall 2x24 jam yaitu satu hari libur dan satu hari sekolah. Hasil recall tersebut kemudian diolah dan dibandingkan dengan angka kecukupan energi yang diperoleh dari WKNPG 2013 yang sudah disesuaikan dengan kondisi tubuh orang Indonesia. Berikut tabel sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan energi. Tabel 25 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan energi Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan energi n % n % n % Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total p=0.175 Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan energi atlet (47.6%) terdapat pada kategori normal sedangkan pada non-atlet (36%) tingkat kecukupan energinya berada pada kategori defisit sedang. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi responden atlet dan non-atlet. Rata-rata asupan energi atlet ( ± kkal) lebih tinggi dibandingkan asupan energi nonatlet ( ± kkal). Rata-rata kecukupan atlet juga lebih tinggi yaitu ± kkal dibandingkan kecukupan non-atlet ±134.3 kkal. Hal ini dikarenakan tingkat aktivitas fisik atlet lebih tinggi dibandingkan non-atlet. Manusia yang kurang makanan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan fisik atau daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Seseorang tidak dapat menghasilkan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat yaitu kekurangan gizi khususnya energi (Budiyanto 2002). Protein Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan jaringan, baik jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan. Karena itu protein disebut unsur pembangun. Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel jaringan tubuh. Protein juga merupakan prekursor untuk neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Sumber protein antara lain seperti ikan, susu, daging, telur dan kacang-kacangan (Sediaoetama 1996). Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan protein atlet (52.4%) berada pada kategori defisit berat sedangkan tingkat kecukupan protein responden non-atlet (52%) berada pada kategori defisit

43 berat. Tingkat kecukupan protein baik responden atlet dan non-atlet menyebar pada lima kategori yaitu defisit berat, defisit sedang, defisit ringan, normal, dan lebih. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein atlet dan non-atlet. Rata-rata asupan protein (61.92 ± gr) atlet lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata asupan protein (46.23 ± gr) non-atlet. Rata-rata kecukupan protein atlet juga lebih tinggi yaitu ± 5.1 gr dibandingkan non-atlet ± 4.03 gr. Tabel 26 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan protein Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan protein n % n % n % Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total p=0.851 Protein sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan, pengganti sel tubuh yang rusak, dan sebagai katalisator. Fungsi khas protein yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2002). Fungsi khas protein inilah yang menyebabkan protein sangat dibutuhkan oleh remaja. Hal ini karena remaja merupakan kelompok yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan zat gizi yang relatif besar jumlahnya dan bila dikonsumsi tidak seimbang maka dapat menimbulkan masalah gizi (Khomsan 2002). Menurut Depkes (2002), protein bagi atlet futsal yang masih remaja sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentuk tubuh guna mencapai tinggi badan yang optimal. Atlet futsal sangat dianjurkan untuk mengonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati. Lemak Lemak (lipid) merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire dan Beerman 2011). Fungsi lain lemak yaitu menyediakan cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Mahan dan Escott-Stump 2008). Selain itu lemak juga berperan penting dalam metabolisme zat gizi, terutama penyerapan karotenoid, vitamin A, D, E dan K. Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan lemak atlet (33.3%) pada kategori normal sedangkan sebagian nonatlet (48%) berada pada kategori defisit berat. Tingkat kecukupan lemak baik pada responden atlet dan non-atlet menyebar pada lima kategori yaitu defisit berat, defisit sedang, defisit ringan, normal, dan lebih. Hasil uji beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan lemak responden atlet dan non-atlet. Rata-rata asupan lemak ( ± gr) atlet lebih tinggi dibandingkan rata-rata asupan lemak (46.21 ± gr) responden non-atlet. Rata-rata kecukupan lemak atlet juga lebih tinggi yaitu ± 4.4 gr dibandingkan non-atlet yaitu 60.3 ± 3.7 gr. 27

44 28 Menurut Depkes (2002), walaupun lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi, akan tetapi para atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak tidak dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun bertanding. Lemak terdapat dalam makanan asal hewan sebagai lemak hewani dan asal tumbuhan sebagai lemak nabati. Tabel 27 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan lemak Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan lemak n % n % n % Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total p=0.354 Karbohidrat Karbohidrat adalah sumber energi utama dan memegang peranan sangat penting untuk seorang atlet dalam melakukan olahraga. Untuk berolahraga, energi berupa ATP dapat diambil dari karbohidrat yang terdapat dalam tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan dalam otot dan hati. Selama beberapa menit permulaan kerja glukosa darah merupakan sumber energi utama, selanjutnya tubuh menggunakan glikogen otot dan hati. Glikogen otot langsung digunakan oleh otot untuk pembentukan energi, sedangkan glikogen hati mengalami perubahan menjadi glukosa yang akan masuk ke peredaran darah untuk selanjutnya dipergunakan oleh otot (Depkes 1993). Berikut tabel sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat. Tabel 28 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan karbohidrat n % n % n % Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total p=0.800 Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan karbohidrat responden atlet dan non-atlet berada pada kategori lebih dengan persentase masing-masing kelompok yaitu 33.3% dan 36%. Responden non-atlet yang memiliki tingkat kecukupan karbohidrat defisit lebih banyak dibandingkan dengan atlet. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan karbohidrat responden atlet dan non-atlet. Namun rata-rata asupan karbohidrat ( ± gr) responden non-atlet lebih tinggi dibandingkan rata-rata asupan karbohidrat ( ± gr) atlet. Rata-rata kecukupan karbohidrat atlet juga lebih tinggi yaitu ± 24.3 gr dibandingkan non-atlet yaitu ± 21.1 gr.

45 Para pekerja berat termasuk olahragawan yang melakukan aktifitas berat, kebutuhan karbohidratnya dapat mencapai 9-10 gr/kg BB/hari atau kurang lebih 70% dari kebutuhan energi keseluruhan setiap hari dan sebaiknya mengandung karbohidrat kompleks. Sekitar 80% atau lebih karbohidrat yang diberikan sebaiknya berupa karbohidrat kompleks sedangkan gula sederhana sebaiknya kurang dari 20% (Irianto 2007). Kalsium Kalsium merupakan unsur mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Kalsium berfungsi dalam struktur tulang dan gigi, transmisi impulsi saraf, pembekuan darah dan regulasi enzim (Sulistyoningsih 2012). Tingkat kecukupan vitamin dan mineral diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu defisit (<77%) dan normal ( 77%). Berikut tabel sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan kalsium. Tabel 29 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan kalsium Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan kalsium n % n % n % Defisit Normal Total p=0.421 Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan kalsium responden atlet dan non-atlet berada pada kategori defisit dengan persentase masing-masing kelompok yaitu 76.2% dan 76%. Rata-rata asupan kalsium atlet yaitu ± mg sedangkan rata-rata asupan kalsium non-atlet yaitu ± mg. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan kalsium atlet dan non-atlet. Zat Besi Zat besi merupakan unsur mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Zat besi berfungsi dalam metabolisme energi, sistem kekebalan, komponen hemoglobin, mioglobin, dan beberapa enzim oksidatif (Sulistyonigsih 2012). Berikut tabel sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan zat besi. Tabel 30 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan zat besi Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan zat besi n % n % n % Defisit Normal Total p=0.168 Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan zat besi sebagian besar atlet (81%) berada pada kategori normal sedangkan responden non-atlet (52%) berada pada kategori defisit. Hasil uji beda Mann Whitney 29

46 30 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan zat besi responden atlet dan non-atlet. Namun rata-rata asupan zat besi (37.09 ± mg) atlet lebih baik dibandingkan asupan zat besi (23.71 ± mg) non-atlet. Vitamin C Vitamin C merupakan antioksidan yang diperlukan oleh tubuh yang mampu mengurangi mengurangi gejala penyakit asma, meningkatkan penyerapan zat besi yang berperan dalam pembentukan jaringan penyambung tulang dan gigi. Selain itu, vitamin C juga mampu menetralkan racun, menurunkan tekanan darah tinggi, membantu pembentukan collagen, mencegah pembekuan darah yang tidak normal serta menyembuhkan luka bakar (Arisandi & Andriani 2009). Berikut tabel sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C. Tabel 31 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan vitamin C N % n % n % Defisit Normal Total p=0.105 Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan vitamin C atlet (90.5%) berada pada kategori normal sedangkan nonatlet (56%) berada pada kategori defisit. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan vitamin C responden atlet dan non-atlet. Namun rata-rata asupan vitamin C atlet ( ± mg) lebih tinggi dibandingkan rata-rata asupan vitamin C non-atlet ( ± mg). Defisiensi vitamin C dapat menyebabkan sariawan, lemas pada sendi, pembengkakan gusi, serta perapuhan gigi (Arisandi & Andriani 2009). Vitamin A Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama kali ditemukan dan memiliki nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin, A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik seperti retinol. Vitamin A mempunyai fungsi utama sebagai bagian penting pada indera penglihatan (Wolinsky & Driskell 2006). Fungsi vitamin A lainnya yaitu berperan dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan, dan perkembangan reproduksi, pencegahan penyakit kanker dan degeneratif seperti jantung (Almatsier 2004). Berikut tabel sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A. Tabel 32 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan vitamin A n % n % n % Defisit Normal Total p=0.000

47 31 Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan vitamin A sebagian besar atlet (66.7%) berada pada kategori defisit sedangkan pada responden non-atlet (100%) berada pada kategori defisit. Hal ini menunjukkan bahwa baik responden atlet maupun non-atlet belum memenuhi tingkat kecukupan vitamin A. Sumber vitamin A dapat diperoleh dari hati ayam, hati sapi, sayursayuran hijau, wortel. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan vitamin A responden atlet dan non-atlet. Rata-rata asupan vitamin A ( ± mcg) atlet lebih tinggi dibandingkan rata-rata asupan vitamin A ( ± 78.2 mcg) non-atlet. Vitamin B1 Vitamin B1 atau yang bisa dikenal dengan nama tiamin merupakan salah satu vitamin larut air yang berfungsi dalam pemeliharaan sistem saraf dan otot serta fungsi jantung. Menurut WKNPG tahun 2013, angka kecukupan vitamin B1 untuk remaja putri umur tahun yaitu 1 mg per hari. Sumber utama tiamin yaitu serealia, kacang-kacangan, semua daging organ, daging tanpa lemak, dan kuning telur. Tabel 33 Sebaran responden berdasarkan tingkat kecukupan Vitamin B1 Kategori tingkat Atlet Non-atlet Total Uji beda kecukupan vitamin B1 n % n % n % Defisit Normal Total p=0.00 Berdasarkan Tabel 33 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan vitamin B1 atlet (95.2%) dan non-atlet (56%) berada pada kategori normal. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan vitamin B1 responden atlet dan non-atlet dimana tingkat kecukupan vitamin B1 atlet lebih baik dibandingkan non-atlet. Rata-rata asupan vitamin B1 (86.34 ± mg) atlet lebih tinggi dibandingkan rata-rata asupan vitamin B1 (2.83 ± 2.75 mg) non-atlet. Tingkat Kebugaran Kebugaran jasmani atau kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007). Nilai kebugaran jasmani setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas atau profesi masing-masing. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani salah satunya adalah Asian Committe on the Standardization of Physical Fitness Test (ACSPFT). Metode ini terdiri dari 7 rangkaian tes yaitu diawali dengan lari cepat 50 meter (sprint), lompat jauh tanpa awalan (standing broad jump), lari jauh 800 m, bergantung siku tekuk (pull-up), lari hilir mudik (shuttle run) 4 x 10 meter, sit-up 30 detik, dan flexion of trunk. Berikut tabel sebaran responden berdasarkan tingkat kebugaran.

48 32 Tabel 34 Sebaran responden berdasarkan tingkat kebugaran Kategori tingkat kebugaran Atlet Non-atlet Total Uji beda n % n % n % Baik sekali (>430) Baik ( ) Sedang ( ) Kurang ( ) Kurang sekali (<250) Total p=0.00 Berdasarkan Tabel 34 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kebugaran atlet (61.9%) berada pada kategori baik sedangkan non-atlet (48%) berada kategori sedang. Hasil tingkat kebugaran atlet menyebar pada 3 kategori yaitu baik sekali, baik, dan sedang. Hasil tersebut berbeda dengan hasil tingkat kebugaran pada non-atlet yang menyebar pada 4 kategori yaitu baik, sedang, kurang, dan kurang sekali. Seseorang yang memiliki derajat kebugaran jasmani yang baik, akan memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan fisik yang diberikan kepadanya. Selain itu ia akan mengalami kelelahan yang tidak berarti selepas ia melaksanakan tugasnya. Ia masih dapat melakukan tugas-tugas lainnya. Orang yang bugar akan memiliki kemampuan recovery dalam waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan orang yang tidak bugar ( Bennet et.al 2006). Hasil uji beda Independent t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kebugaran responden atlet dan non-atlet. Tingkat kebugaran atlet lebih baik dibandingkan tingkat kebugaran non-atlet. Menurut Arisandi & andriani (2009), mengonsumsi makanan bergizi dan beraktivitas fisik secara teratur merupakan kebiasaan positif yang dapat meningkatkan kebugaran. Hubungan Antar Peubah Uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diuji yaitu hubungan antar tingkat kebugaran dengan prestasi akademik, hubungan persen lemak dengan tingkat kebugaran menggunakan uji korelasi pearson. Uji korelasi spearman digunakan untuk menguji hubungan antar variabel aktifitas fisik dengan tingkat kebugaran, hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran, hubungan tingkat kecukupan dengan status gizi, hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi, dan hubungan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Berdasarkan uji korelasi spearman antara status gizi dengan tingkat kebugaran responden menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan tingkat kebugaran (p=0.145, r=-0.159). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki status gizi rendah belum tentu memiliki tingkat kebugaran yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Tingkat aktivitas fisik lebih mempengaruhi tingkat kebugaran dibandingkan status gizi karena pada responden futsal memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi dengan adanya

49 latihan yang intens setiap harinya. Hasil ini sejalan dengan Imaduddin (2012) bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran pada atlet taekwondo. Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Tingkat Kebugaran Berdasarkan uji korelasi pearson antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran (p=0.038, r=-0.264). Hal ini menunjukkan bahwa tingginya persen lemak tubuh maka ada hubungannya dengan rendahnya tingkat kebugaran responden. Hasil ini sesuai dengan dengan Macmurray dan Ondrak (2008) yang menyatakan bahwa tingkat kebugaran juga dipengaruhi oleh massa otot dan massa lemak. Hasil ini juga sesuai dengan Ruiz et al. (2006) yang menyatakan bahwa anak-anak dan remaja yang memiliki tingkat daya tahan paru-paru dan jantung yang tinggi secara signifikan memiliki total simpanan lemak tubuh yang rendah. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kebugaran Berdasarkan uji korelasi spearman antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran (p=0.000, r=0.657). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat aktivitas fisik responden maka ada hubungannya dengan peningkatan kebugaran responden. Responden futsal yang memiliki jadwal latihan setiap harinya memiliki aktivitas fisik yang tinggi yang kemudian berpengaruh terhadap tingkat kebugarannya. Menurut Karim (2002), aktifitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang karena dengan olahraga dan latihan yang teratur akan meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat mengurangi lemak tubuh. Menurut Ruiz et al. (2006) menyatakan bahwa diduga aktifitas fisik memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tingkat kebugaran tergantung pada intensitas aktifitasnya. Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa tingkat aktifitas fisik yang berat memiliki hubungan yang kuat dengan semakin baiknya tingkat kebugaran komponen daya tahan paru-paru dan jantung pada anak-anak dan remaja. Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi dengan Status Gizi Berdasarkan uji korelasi spearman antara variabel tingkat kecukupan energi dengan status gizi dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi (p=0.339, r= ). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat kecukupan energi tinggi belum tentu memiliki status gizi yang rendah. Hasil ini dilihat dari responden yang tingkat kecukupan energinya kurang merupakan responden yang status gizinya normal atau lebih. Tingginya tingkat kecukupan energi yang kemudian diimbangi dengan tingginya tingkat aktivitas fisik akan menyebabkan kebutuhan energi untuk tubuh bertambah sehingga tidak menyebabkan terjadinya peningkatan status gizi. Menurut Almatsier (2004), status gizi merupakan suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dari zat-zat gizi. Berdasarkan uji korelasi spearman antara variabel tingkat kecukupan protein dengan status gizi dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi (p=0.447, r=0.020). 33

50 34 Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat kecukupan gizi yang tinggi belum tentu memiliki status gizi yang normal atau lebih. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yuliansyah (2007) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi pada remaja putri. Asupan protein yang masuk ke tubuh responden akan digunakan untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh terutama pada atlet yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Berdasarkan uji korelasi spearman antara variabel pengetahuan gizi dengan status gizi menunjukkan bahwa tidak terdapat yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi responden (p=0.168, r=-0.145). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan gizi responden belum tentu berhubungan dengan status gizinya yang rendah. Hasil ini sesuai dengan Lingga (2011) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi. Webb & Beckford (2014) menyatakan bahwa pengetahuan gizi yang baik pada atlet tidak selalu diterapkan pada pemilihan makanan yang seimbang namun terdapat faktor lain yang memengaruhi sehingga masih banyak atlet yang belum memenuhi tingkat kecukupan dan kemudian berdampak terhadap status gizinya. Menurut Khomsan (2000), pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seseorang belum tentu seseorang tersebut mau mengubah perilaku makannya. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang belum tentu ia mau memperhitungkan jumlah serta jenis makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Hal sebaliknya yang juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki pengetahuan gizi rendah belum tentu tidak akan memperhitungkan serta memilih makanan yang akan dikonsumsi. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Persen Lemak Tubuh Berdasarkan uji korelasi spearman antara variabel aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan persen lemak tubuh (p=0.673, r=-0.064). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki aktifitas fisik berat belum tentu memiliki persen lemak tubuh yang rendah. Faktor lain seperti asupan makanan diduga lebih berpengaruh terhadap persen lemak tubuh. Hasil ini berbeda dengan penelitian Adityawarman (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara aktifitas fisik dengan persen lemak tubuh pada remaja. Hal ini berarti bahwa aktivitas fisik yang rendah akan menyebabkan meningkatnya persen lemak tubuh remaja. Menurut Miles (2007) aktifitas fisik mempunyai dampak baik bagi kesehatan tubuh seperti mengurangi masa lemak tubuh dan menambah masa otot tubuh selain itu aktifitas fisik juga dapat mengurangi tekanan darah. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Berdasarkan hasil uji korelasi spearman antara variabel status gizi dengan prestasi belajar menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara status gizi dengan prestasi akademik (p=0.066, r=0.226). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki status gizi baik akan memiliki prestasi belajar yang baik. Hasil ini berbeda dengan penelitian Agustini et al (2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi akademik. Penelitian Annas (2011) juga menunjukkan bahwa anak yang

51 memiliki status gizi baik, tidak semuanya memiliki prestasi belajar yang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh karena status gizi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini berbeda dengan menurut Syah (2010) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor internal yang meliputi faktor fisiologis dan psikologis, dimana status gizi termasuk faktor fisiologis tersebut, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. 35 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rata-rata berat badan atlet yaitu ± 6.72 kg sedangkan rata-rata berat badan non-atlet yaitu ± 8.38 kg. Rata-rata tinggi badan atlet yaitu ± 6.14 sedangkan rata-rata tinggi badan non-atlet yaitu ± 6.42 cm. Rata-rata uang saku atlet yaitu Rp ± Rp dan rata-rata uang saku non-atlet yaitu Rp ± Rp Persentase tertinggi pada kategori tingkat pendidikan ayah responden yaitu perguruan tinggi (45.7%) sedangkan pada kategori tingkat pendidikan ibu yaitu SMA (52.2%). Sebagian besar pekerjaan ayah responden adalah pegawai swasta (41.3%) sedangkan sebagian besar pekerjaan ibu responden yaitu ibu rumah tangga (69.6%). Pendapatan orangtua responden (47.8%) berada pada kategori Rp Rp Tingkat pengetahuan gizi sebagian besar atlet dan non-atlet berada pada kategori baik dengan persentase masing-masing 95.2% dan 76%. Namun tingkat pengetahuan gizi atlet lebih baik jika dibandingkan dengan non-atlet. Status gizi sebagian besar responden atlet ataupun non-atlet berada pada kategori normal dengan persentase masing-masing 81% dan 80%. Aktivitas fisik atlet (85.7%) tergolong berat sedangkan responden non-atlet (92%) tergolong ringan. Tingkat aktivitas fisik atlet lebih tinggi dibandingkan tingkat aktivitas fisik non-atlet Persen lemak tubuh atlet dan non-atlet berada pada kategori acceptable dengan persentase masing-masing 61.9% dan 48%. Rata-rata prestasi belajar atlet yaitu 82.3 ± 1.9. Rata-rata prestasi belajar non-atlet yaitu 82.1 ± 2.2. Uji hubungan antar variabel diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan gizi baik energi dan protein dengan status gizi yaitu masing-masing dengan (p=0.339) dan (p=0.447), terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran yaitu dengan (p=0.000), terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran (p=0.038) dan tidak terdapat hubungan antar variabel lainnya. Tingkat kebugaran responden atlet dan non-atlet berbeda signifikan dengan (p=0.000), begitu juga dengan pengetahuan gizi responden atlet dan non-atlet berbeda signifikan dengan (p=0.010), terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik atlet dan non-atlet dengan (p=0.000) serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan persen lemak tubuh dan prestasi belajar pada responden atlet dan non-atlet.

52 36 Saran Sebaiknya pelatih bekerjasama dengan orangtua siswa untuk lebih memperhatikan konsumsi makanan sehari-hari siswa terutama atlet futsal yang memerlukan asupan zat gizi ekstra karena tingkat aktivitas fisik yang lebih berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar asupan zat gizi remaja masih kurang oleh karena itu sebaiknya asupan zat gizi remaja masih perlu ditingkatkan terutama pada atlet futsal putri mengingat remaja masih dalam masa pertumbuhan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan asupan zat gizi remaja yaitu dengan menerapkan keberagaman konsumsi pangan setiap harinya sehingga kebutuhan zat gizi dapat tercukupi baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. DAFTAR PUSTAKA Adityawarman Hubungan aktifitas fisik dengan komposisi tubuh pada remaja [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Agustini C, Nancy, Malonda et al Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing Kecamatan Tuminting Kota Manado [tesis]. Makassar (ID): Universitas Sam Ratulangi. Almatsier S et al Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): PT.Gramedia Pustaka. Almatsier S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. Annas M Hubungan Kesegaran Jasmani, Hemoglobin, Status Gizi, dan Makan Pagi terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Vol 1, Edisi 2. ISSN: Anwar F, Riyadi H Status gizi dan status kesehatan suku Baduy. Jurnal Gizi & Pangan 4(2): Arisandi, Andriani Pengaruh Makanan terhadap Kesehatan. Jakarta (ID): Eska Media Arisman Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC. Bar-Or O, Hebestreit H The Young Athlete. USA (US): Blackwell Publishing. Bennett K, Hussey J, Bell C, Dwyer JO, Gormley J Relationship between the intensity of physical activity, inactivity, cardiorespiratory fitness and body composition in 7-10 year old Dublin children. J Sports Med 41: doi: /bjsm Brouns F Essential of Sport Nutrition.England (US): John Wiley & Sons, Ltd. Budiyanto MAK Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang (ID): UMM Press. Burke, Louise The Complete Guide to Food for Sports Performance. Allen and Unwin Australia (AU): NSW.

53 Camire ME, Dougherty MP Internet survey of nutrition claim knowledge. Journal of Food Science Education. Vol 4: Damayanti D Pengaturan Berat Badan Atlet. di dalam : Direktorat Gizi Masyarakat. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Davar V Nutritional knowledge and attitudes towards healthy eating of college-going women hockey players. J Hum Ecol 37(2): [Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Penilaian Kesegaran Jasmani dengan Tes ACSPFT. Jakarta (ID): Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi [Depkes] Departemen Kesehatan Pedoman Pengaturan Makan Atlit. Jakarta (ID): Depkes RI Dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Gizi Atlet Sepakbola. Jakarta (ID): Depkes RI Dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta (ID): Direktorat Kesehatan Keluarga, Depkes RI. Eastwood M Principle of Human Nutrition (Second Edition). Edinburgh : Blackwell Publishing. [FAO] Food and Nutrition Technical Report Series Human Energy Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU Germove J, William L A Sociology of Food & Nutrition: The Social Appetite. New York (US): Oxford University Press. Hardinsyah, Briawan D Perencanaan dan Penilaian Konsumsi Pangan [diktat]. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah, Martianto D Menaksir Kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Mutu Konsumsi Pangan. Jakarta (ID): Wirasari. Hawadi RA Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hoogenboom B, Morris J, Morris C, Schaefer K Nutritional knowledge and eating behaviors of female collegiate swimmers. NAJSPT. 4 (3): Imaduddin MAH Hubungan antara karakteristik atlet, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo di SMA Ragunan Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Irianto DP Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Jeukendrup A, Gleeson M Sport nutrition : An introduction to energy production and performance. Champaign: Human Kinetic. Karim F Panduan Kesehatan Olahraga bagi Petugas Kesehatan. Jakarta (ID): Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI. Khomsan A Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 37

54 Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID): PT.Grasindo. Lingga M Studi tentang pengetahuan gizi, kebiasaan makan, aktivitas fisik, status gizi, dan body image remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes di SMA Budi Mulia Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Little JC, Perry DR, Volpe SL effect of nutrition supplement education on nutrition supplement knowledge among high school student from a low income community. J. Comm. Health. 27; p Mahan K, Escott-Stump Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA (US): W.B Saunders Company. McGuire M, Beerman KA Nutritional Sciences: From Fundamentals to Food, Second Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont. McMurray R, Ondrak K Energy Expenditure of Athletes. Di dalam Wollinsky I, Driskell J, editor. Sport Nutrition Energy Metabolism and Exercise. Boca Raton: CRC Press. Miles L Physical activity and health. Journal Compilation British Nutrition Foundation, 32, Moehji S Penanggulangan Gizi Buruk. Jakara (ID): Papar Sinar Sinanti Rahmawati D Status gizi dan perkembangan anak usia dini di taman pendidikan karakter Sutera Alam, Desa Sukamantri Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Raymond-Barker P, Petroczi A, Quested E Assessment of nutritional knowledge in female athletes susceptible to the female athlete triad syndrome. Journal of Occupational Medicine and Toxicology. London. Riyadi H Diktat Mata Kuliah Gizi Olahraga. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Diktat Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ruiz JR, Rizzo NS, Hurtig-Wenlo FA, Ortega FB, Warnberg J et al Relations of total physical activity and intensity to fitness and fatness in children. Am J Clin Nutr, 84, Sediaoetama AD Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta (ID): Dian Rakyat. Sharlin J, Edelstein S Essentials of Life Cycle Nutrition. USA (ID): LLC Sinaga et al Dampak menu sepinggan terhadap konsumsi dan tingkat kecukupan energi serta zat gizi lain pada siswa SD. Jurnal Gizi dan Pangan. 7(1): Soehardjo Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB.

55 Sulistyoningsih H Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta (ID): Graha Ilmu Syah M Psikologi Belajar. Jakarta (ID) : Rajawali Press. Webb M, Beckford S Nutritional Knowledge and Attitudes of Adolescent Swimmers in Trinidad and Tobago. Journal of Nutrition and Metabolism. Vol doi: /2014/ Wolinsky I, Driskell J Sports Nutritions Vitamins and Trace Minerals. New York (US): CRC Press. [WHO] World Health Organization Growth reference 5-19 years [Internet]. [ diacu 2013 November 9]. Tersedia dari: Yuliansyah D Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri di SMUN Toho Kabupaten Pontianak [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada 39

56 40 Lampiran 1 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi TKE Kategori Status gizi Spearman's rho TKE Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)..339 N Kategori Status gizi Correlation Coefficient Sig. (1-tailed).339. N Lampiran 2 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi TKP Kategori Status gizi Spearman's rho TKP Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)..447 N Kategori Status gizi Correlation Coefficient Sig. (1-tailed).447. N Lampiran 3 Hasil uji korelasi pearson antara persen lemak tubuh dengan tingkat kebugaran Persen lemak Total kebugaran Persen lemak Pearson Correlation * Sig. (1-tailed).038 N Total kebugaran Pearson Correlation * 1 Sig. (1-tailed).038 N 46 46

57 Lampiran 4 Hasil uji korelasi spearman antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran 41 Aktivitas fisik Total kebugaran Spearman's rho Aktivitas fisik Correlation Coefficient ** Sig. (1-tailed)..000 N Total kebugaran Correlation Coefficient.657 ** Sig. (1-tailed).000. N Lampiran 5 Hasil uji korelasi spearman antara pengetahuan gizi dengan status gizi Pengetahuan gizi Kategori Status gizi Spearman's rho Pengetahuan gizi Kategori Status gizi Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)..168 N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed).168. N Lampiran 6 Hasil uji korelasi spearman antara aktivitas fisik dengan persen lemak Aktivitas fisik Persen lemak Spearman's rho Aktivitas fisik Persen lemak Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)..337 N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed).337. N 46 46

58 42 Lampiran 7 Hasil uji korelasi spearman antara status gizi dengan prestasi akademik Kategori Status gizi Prestasi akademik Spearman's rho Kategori Status gizi Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)..066 N Prestasi akademik Correlation Coefficient Sig. (1-tailed).066. N Lampiran 8 Hasil uji beda Mann Whitney tingkat kecukupan gizi responden futsal futsal dan reguler TKE TKP TKB TK Kalsium TK fe TK TK TK Vitamin A Vitamin C Vitamin B Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig Lampiran 9 Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan gizi Pengetahuan gizi Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig..010

59 43 Lampiran 10 Hasil uji beda Mann Whitney aktifitas fisik Kategori aktifitas fisik Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig..000 Lampiran 11 Hasil uji beda Independent Sample T-test prestasi akademik Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2- Mean Std. Error Difference F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper Prestasi Equal akademik variances assumed Equal variances not assumed ,2782,6172 -,9657 1, ,2782,6105 -,9522 1,5086

60 44 Lampiran 12 Hasil uji beda Independent Sample T-test Persen lemak tubuh Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2- Mean Std. Error Difference F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper Persen lemak Equal variances assumed Equal variances not assumed ,8364 1,5878-4,0363 2, ,8364 1,5937-4,0528 2,3800 Lampiran 13 Hasil uji beda Independent Sample T-test tingkat kebugaran Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Sig. (2- Mean Std. Error Interval of the Difference F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper Total kebugaran Equal variances assumed Equal variances not assumed

61 45 Lampiran 14 Dokumentasi Tes tahap 1 Sprint 50 meter Tes tahap 2 Standing broad jump Tes tahap 3 Pull up Tes tahap 4 Shuttle run 4x10 meter Tes tahap 5 Sit up 30 detik Tes tahap 6 Flexion of trunk Tes tahap 6 Lari 800 meter Pengukuran persen lemak tubuh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS TRANSPORTASI KE SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI AKSOVA MASTURINA

HUBUNGAN JENIS TRANSPORTASI KE SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI AKSOVA MASTURINA HUBUNGAN JENIS TRANSPORTASI KE SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI AKSOVA MASTURINA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang menjelaskan hubungan beberapa variabel dengan melalui pengujian hipotesis dibidang gizi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI BODY IMAGE, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DENGAN KELENTUKAN DAN DAYA TAHAN ATLET SENAM DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA YUSVITA SARI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI BODY IMAGE, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DENGAN KELENTUKAN DAN DAYA TAHAN ATLET SENAM DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA YUSVITA SARI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI BODY IMAGE, TINGKAT KECUKUPAN GIZI DENGAN KELENTUKAN DAN DAYA TAHAN ATLET SENAM DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA YUSVITA SARI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS LATIHAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWI UKM BELADIRI ANISYAH CITRA

HUBUNGAN INTENSITAS LATIHAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWI UKM BELADIRI ANISYAH CITRA HUBUNGAN INTENSITAS LATIHAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWI UKM BELADIRI ANISYAH CITRA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT) 22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR. Oleh: Willy Prasetyo Raharjo

HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR. Oleh: Willy Prasetyo Raharjo i HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR Oleh: Willy Prasetyo Raharjo DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

Oleh SHOFI IKRAMINA

Oleh SHOFI IKRAMINA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, AKTIVITAS FISIK, Z-SKOR, DAN FREKUENSI LATIHAN TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BASKET REMAJA LAKI-LAKI DI KLUB BASKET SCORPIO, JAKARTA TIMUR Skripsi Ini Diajukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitan

METODE PENELITIAN. Desain Penelitan 26 METODE PENELITIAN Desain Penelitan Desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross-sectional study (Murti 1997). Pada contoh, peneliti melakukan pengamatan, pengukuran dalam satu waktu bersamaan

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN Dr. Erli Mutiara, M.Si, Dra. Adikahriani, M.Si dan Elvi Novi Yanti erlimutiara@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci