BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian cara pelaksanaan kegiatan penelitian yang didasari oleh pandangan filosofis, asumsi dasar, dan ideologis serta pertanyaan dan isu yang dihadapi. Pada dasarnya metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh adalah data empiris (teramati) yang memiliki kriteria tertentu (Sugiyono : 2010). Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dengan metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif juga menjelaskan fenomena yang ada serta mengungkapkan fakta ataupun keadaan yang terjadi di lapangan. Menurut Denzin dan Lincoln (1987) Menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam hal teknik penyajian datanya, penelitian menggunakan pola deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best (sebagaimana dikutip oleh Sukardi, 2009), adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

2 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan kios pedagang buku di Sisi Timur Lapangan Merdeka Medan, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat.Adapun yang menjadi alasan peneliti untuk memilih lokasi penelitian ini adalah dikarenakan pedagang buku bekas merupakan cagar budaya Kota Medan dan merupakan pedagang buku bekas yang terpusat di sisi timur lapangan merdeka. 3.3 Unit Analisis dan Informan Unit Analisis Goerge Ritzer membagi tingkat analisis permasalahan dalam penelitian menjadi dua kontinum realitas sosial yaitu makroskopik dan mikroskopik. Penelitian kualitatif lebih dekat dengan konteks mikroskopik karena dalam konteks ini membicarakan mengenai pola perilaku, tindakan, interaksi dan juga persepsi serta sikap individu-individu (Bungin, 2007). Maka dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis adalah mafia buku sebagai aktor yang menjalankan jaringan bisnis buku palsu. Selain itu pedagang pengecer juga dijadikan sebagai unit analisis, karena pedagang pengecer bertindak sebagai ujung tombak dalam pemasaran buku palsu ke konsumen.

3 3.3.2 Informan Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Informan penelitian pun dibagi menjadi informan kunci dan informan sekunder dengan kriteria sebagai berikut : a. Informan kunci Mafia Buku, Sebagai distributor yang memasarkan buku palsu ke pedagang kecil. Selain itu mafia buku juga mengetahui proses dari mulai memproduksi sampai memasarkan buku palsu. b. Informan sekunder Pedagang pengecer, sebagai orang yang menjual buku bajakan ke konsumen langsung. Dalam penentuan informan peneliti menggunakan teknik Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu. Artinya peneliti harus menentukan karakteristik tertentu dalam mencari informan (sugiyono, 2010:91). 3.4 Teknik Pengumpulan Data Dikutip dari situs daring Wikipedia, penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teoriteori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.artinya

4 dalam melakukan penelitian, peneliti harus mendapatkan data-data yang valid dan teruji kebenarannya. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut : 1) Data primer data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama dari mana data tersebut diperoleh. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer ini adalah dengan cara : a. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, merupakan proses tanya-jawab lisan, dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik (Kartono, 1996). Burhan Bungin (2007) membagi teknik wawancara menjadi wawancara mendalam dan wawancara bertahap. Wawancara mendalam mengharuskan pewawancara terlibat dalam kehidupan informan dan ini membutuhkan waktu yang lama dibanding dengan teknik wawancara lainnya. Sedangkan wawancara bertahap tidak mengharuskan pewawancara untuk terlibat dalam kehidupan sosial informan sehingga pewawancara memiliki banyak waktu diluar informan untuk mengembangkan dan menganalisis hasil wawancara. b. Observasi Ada beberapa bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Namun berdasarkan kebutuhan, bentuk observasi yang

5 digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan dan penginderaan dengan cara ikut dalam aktivitas objek pengamatan. Untuk meneliti fenomena mafia buku pada pedagang buku bekas Lapangan Merdeka Medan, peneliti menggunakan teknik Observasi Partisipasi. Tknikk ini mengharuskan peneliti terjun langsung ke lapangan dan mengikuti kegiatan di lapangan. Artinya peneliti bertindak sebagai observer dan juga menjadi bagian yang terintegral dengan objek penelitian. Metode ini mampu menggali informasi secara mendalam tentang fenomena yang terjadi. Metode ini juga mampu mengurangi bias makna dalam penelitian. Data yang diperoleh melalui observasi ini terdiri dari rincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang secara keseluruhan. 2) Data sekunder adalah data yang telah diperoleh dari orang lain atau sudah pernah dipublikasikan sehingga data tersebut telah tersedia. a. Dokumenter Metode ini pada umumnya untuk menelusuri data historis. Metode ini memberi peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di waktu silam. Bahan dokumenter masih bisa dikatakan sebagai data primer. Karena dokumen-dokumen yang dimaksud adalah yang tidak pernah dipublikasikan dimanapun seperti otobiografi, kliping, dokumen pemerintah atau swasta namun cenderung rahasia, surat-surat pribadi, cerita rakyat, data pribadi pada server atau hard-disk, dan lain

6 sebagainya. Namun ketika dokumen-dokumen tersebut sudah pernah dipublikasikan, maka itu berubah jenis menjadi data sekunder, seperti otobiografi yang diterbitkan. b. Bahan Visual Seperti fotografi, videografi atau film dokumenter. Bahan dokumenter dan bahan visual nyaris sama, maka cara membedakannya : (1) bahan dokumenter tidak memiliki sifat fotografi namun apabila ada film dokumenter maka sebaiknya dikelompokkan sebagai bahan visual, (2) bahan dokumenter bukan grafis, (3) bahan dokumentasi berupa kumpulan tulisan dan cerita yang tertulis, (4) bahan visual secara untuh menggunakan teknologi digital sebagai cara berproduksi (Bungin, 2007:124). Data dari bahan visual bisa dikategorikan sebagai data primer juga data sekunder. Dikatakan data primer apabila saat momen berlangsung, peneliti mengabadikannya sendiri. c. Penelusuran literatur Untuk memperkuat data-data yang diperoleh secara langsung dilapangan, digunakan landasan-landasan teori yang berasal dari literatur-literatur seperti buku, skripsi/tesis, jurnal ilmiah, artikel dalam media cetak atau dari internet. 3.5 Interpretasi Data Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk

7 menemukan makna yang ada dalam permasalahan. Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang didapat melalui observasi, wawancara dan juga dokumentasi atau visualisasi. Setelah itu data akan dipelajari dan ditelaah kembali untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang menjadi rumusan masalah sehingga terbentuklah solusi. Kemudian data yang sudah lengkap, direduksi dengan cara membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman secara inti, proses sehingga tetap berada dalam fokus penelitian. Setelah semua data terkumpul maka data dianalisis menggunakan teori dan kajian pustaka yang telah disusun, data juga bisa dianalisis melalui pengalaman peneliti. Sehingga akhirnya menjadi laporan penelitian. 3.6 Jadwal Kegiatan Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan No Kegiatan Bulan ke Pra Observasi 2 ACC judul penelitian 3 Penyusunan proposal penelitian 4 Seminar proposal 5 Revisi proposal 6 Penelitian lapangan 7 Pengumpulan dan pengolahan data 8 Bimbingan 9 Penulisan tugas akhir 10 Sidang meja hijau

8 BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Sejarah Kota Medan Medan berasal dari kata bahasa Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang berarti tanah lapang atau tempat yang luas, teradopsi ke Bahasa Melayu. Hari jadi Kota Medan diperingati tiap tahun sejak tahun 1970 dan pada mulanya ditetapkan jatuh pada tanggal 1 April Tetapi tanggal ini mendapat bantahan yang cukup keras dari kalangan pers dan beberapa orang ahli sejarah karena itu, Walikota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan untuk melakukan penelitian dan penyelidikan. Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No. 342 tanggal 25 Mei 1971 yang waktu itu dijabat oleh Drs. Sjoerkani dibentuklah Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Medan. Duduk sebagai Ketua adalah Prof. Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA, Anggotanya antara lain Ny. Mariam Darus, SH dan T.Luckman, SH. Untuk lebih mengintensifkan kegiatan kepanitiaan ini dikeluarkan lagi Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No.618 tanggal 28 Oktober 1971 tentang Pembentukan Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan dengan Ketuanya Prof.Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, MA dan Anggotanya H. Mohammad Said, Dada Meuraxa,

9 Letkol. Nas Sebayang, Nasir Tim Sutannaga, M.Solly Lubis, SH, Drs.Payung Bangun, MA dan R. Muslim Akbar. DPRD Medan sepenuhnya mendukung kegiatan kepanitiaan ini sehingga merekapun membentuk Pansus yang diketuai M.A. Harahap, dengan Anggotanya antara lain Drs.M.Hasan Ginting, Ny. Djanius Djamin, SH, Badar Kamil, BA dan Mas Sutarjo. Untuk sementara disebutlah nama Guru Patimpus sebagai pembuka sebuah kampung di pertemuan dua sungai babura dan sungai deli, disebuah kampung yang bernama Medan Puteri. Walau sangat minim data tentang Guru Patimpus sebagai pendiri Kota Medan. Jikapun ada, konon pernah ada manuskrip Pustaha Hamparan Perak yang konon menyebut nama Guru Patimpus, meski manuskrip itu tidak pernah dilihat keberadaannya oleh tim perumus. Maka ditetapkan berdasarkan prakiraan bahwa tanggal 1 Juli 1590 diusulkan kepada Walikota Medan untuk dijadikan sebagai hari jadi Medan dalam bentuk perkampungan, yang kemudian dibawa ke Sidang DPRD Tk.II Medan untuk disahkan. Berdasarkan Sidang DPRD tanggal 10 Januari 1973 ditetapkan bahwa usul tersebut dapat disempurnakan. Sesuai dengan hal itu oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Medan mengeluarkan Surat Keputusan No.74 tanggal 14 Februari 1973 agar Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan melanjutkan kegiatannya untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Berdasarkan perumusan yang dilakukan oleh Pansus Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh M.A.Harahap bulan Maret 1975 bahwa tanggal 1 Juli Secara resmi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk.II Medan menetapkan tanggal 1 Juli 1590 sebagai Hari Jadi Kota Medan dan mencabut Hari Ulang

10 Tahun Kota Medan yang diperingati tanggal 1 April setiap tahunnya pada waktuwaktu sebelumnya. Di Kota Medan juga menjadi pusat Kesultanan Melayu Deli, yang sebelumnya adalah Kerajaan Aru. Kesultanan Deli adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah bernama Tanah Deli (kini Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Indonesia). John Anderson, orang Eropa asal Inggeris yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Raja Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampansampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya menjadi ibukota Karesidenan Sumatera Timur sekaligus ibukota Kesultanan Deli. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra Melayu, dan seorang Tionghoa. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orangorang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk

11 mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama. Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari ha menjadi ha pada tahun Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat. Kecamatan Medan Barat adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Barat berbatasan dengan Medan Deli di sebelah barat, Medan Petisah di timur, Medan Timur di selatan, dan Medan Helvetia di utara. Pada tahun 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar jiwa. Luasnya adalah 6,82 km² dan kepadatan penduduknya adalah ,49 jiwa/km². Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan. Di sini ini terdapat sebuah bengkel khusus kereta api yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara (PT. KAI-ESU). Di Kecamatan Medan Barat inilah terletak Titi Gantung yang dijadikan pedagang buku bekas sebagai tempat berjualan. Titi Gantung merupakan jembatan bersejarah di Kota Medan yang dibangun pada tahun 1885, disinilah para pedagang buku bekas menjajaki kiosnya.

12 4.1.2 Sejarah Pedagang Buku Titi Gantung Sejarah pedagang buku bekas bermula sekitar tahun 1960-an. Awalnya mereka hanyalah sekelompok masyarakat tinggal di Gang Buntu. Lokasinya tak jauh dari Titi Gantung Kota Medan. Tempat itu kemudian dijadikan tempat berjualan karena dinilai cukup strategis. Karena Titi Gantung adalah jembatan penghubung antara pemukiman warga dengan Lapangan Merdeka Medan sebagai titk nol Kota Medan. Seiring waktu, jumlah pedagang disana bertambah. Alhasil, pedagang mulai menggelar lapak dagangan hingga ke ke Jl. Irian Barat, Jl. Jawa, Jl. Veteran, dan Jl.Sutomo. Saat itu, Titi Gantung langsung populer sebagi tempat penjualan buku bekas. Titi Gantung jelas bernilai sejarah. Karena itu dibangun menyusul dibukanya perusahaan kereta api Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) pada tahun 1885 dan jelas sebagai bangunan bernilai sejarah peninggalan tempo dulu. DSM sendiri adalah perusahaan kereta api pertama yang dibangun diluar Pulau Jawa. Bukan untuk angkutan penumpang, DSM awalnya untuk mengangkut hasil perkebunan. DSM adalah cikal bakal berdirinya PT Kereta Api Indonesia di Sumatera. Hingga kini bangunan tua ini tetap berdiri kokoh. Tingginya saja 7-8 meter dari permukaan jalan. Setiap hari Titi Gantung dilintasi masyarakat. Hingga sekarang sampai ada ungkapan yang cukup identik "Ingat buku bekas maka ingat Titi Gantung", jadi antara keduanya sudah seperti tidak bisa dipisahkan. Titi Gantung akhirnya berubah fungsi menjadi tempat berjualan buku bekas. Peralihan ini karena saat itu buku termasuk barang mewah yang sulit didapat. Namun pada

13 kepemimpinan Drs. Abdillah sebagai Wali Kota Medan mereka akhirnya direlokasi ke Lapangan Merdeka Medan. Karena kawasan Titi Gantung dianggap Cagar Budaya. "Waktu disuruh pindah itu kami gak langsung pindah. Tapi kami menuntut agar kami direlokasi ke tempat yang lebih layak. Makany, setelah dimediasi lahirlah kesepakatan agar kami direlokasi ke Lapangan Merdeka Medan," jelas Ida, salah satu pedagang buku saat diwawancara, Rabu (29/06/2016). Sesuai SK: No /5750.B tertanggal 22 Juli 2003 dinyatakan bahwa pedagang buku akan direlokasi ke sisi timur Lapangan Merdeka. Sebelumnya, lapangan itu merupakan taman tempat bermain sepatu roda yang sudah lama tidak difungsikan. Setelah pindah ke Lapangan Merdeka, sebutan pedagang buku bekas Titi Gantung tetap saja melekat kepada mereka. Di Lapangan Merdeka Medan, para pedagang diberikan fasilitas untuk berjualan oleh Pemko Medan. Bahkan selama di Lapangan Merdeka jumlah pedagang buku mengalami penambahan. Ada yang menggunakan kios tempel dan ada juga yang bekerja sebagai agen buku. Agen disini tugasnya adalah membantu pembeli mencar buku yang dibutuhkan. Agen mendapat komisi dari hasil buku yang berhasil mereka jual. Komisi itu didapat dari pedagang. Setelah sekian lama berjualan di Lapangan Merdeka, pedagang harus direlokasi lagi. Karena lokasi mereka berjualan akan dibangun lapangan parkir dan jembatan penyebrangan (Sky Bridge) untuk penumpang kereta api ke Bandara Kualanamu. Padahal seharusnya pembanguan itu dilakukan di Jalan Jawa, tepatnya sekarang yang berdiri bangunan pusat perbelanjaan Centre Point. Pedagang pun akhirnya direlokasi sementara waktu. Mereka dipindahkan ke Jalan

14 Pegadaian. Seblumnya juga sempat terdengar wacana, pedagang buku akan dipindahkan ke daerah Jalan Panglima Denai. Pedagang tidak begitu saja mau pindah. Mereka meminta Pemko untuk merevitalisasi kios mereka. Karena Lapangan Merdeka Medan sudah menjadi identitas mereka. Apalagi letaknya yang cukup strategis yaitu di inti Kota Medan. Ketua Persatuan Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka (P2BLM) Sainan mengatakan, revitalisasi itu adalah hal yang harus dilakukan. Karena bagi mereka Lapangan Merdeka adalah tempat yang sudah menjadi identitas mereka. Setelah sebelumnya mereka sudah lama berjualan di Titi Gantung. Kami Cuma minta sama Pemko Medan agar membangun kembali kios kami di Lapangan Merdeka. Kalaupun itu mau dibangun lahan parkir dan jembatan yah silahkan saja. Tapi jangan jadikan kami korban dari pembangunan. Kami tetap minta kios itu dibangun lagi di Lantai 2. Perpindahan ke Jalan Pegadaian itu hanya sementara waktu, ungkap H. Sainan saat diwawancarai, Rabu (02/06/2016). Perjuangan pedagang buku untuk meminta kiosnya dibangun kembali cukup panjang. Berkali-kali mereka melakukan unjuk rasa dan berbagai pertemuan lain agar tuntutannya dipenuhi. Kahirnya perjuangan itu membuahkan hasil. Pemko Medan bersedia membangun 180 kios di lantai 2 lahan parkir. Pedagang juga akhirnya pindah ke Jalan Pegadaian. Selama beberapa tahun di Jalan Pegadaian, pedagang lebih banyak mengeluh. Karena mereka tidak mendapat keuntungan yang maksimal. Penyebabnya adalah tata letak kios yang sejajar dengan jalan satu arah, membuat pembeli yang tidak merata. Karena kebanyakan pembeli lebih memilih kios yang terlebih dahulu didapat, daripada harus berjalan ke masing-masing kios untuk mencari buku. Berbeda dengan tata letak sebelumnya. Di Lapangan Merdeka

15 Medan, tata letak kios memakai pola paralel. Sehingga konsumen tidak lelah mencari buku yang diinginkan. Keuntungan pedagang juga lebih merata. Selain di Jalan Pegadaian, pedagang buku juga kembali membuka lapak di Titi Gantung Medan karena tidak mendapat kis di Jalan Pegadaian. Titi gantung pun akhirnya dipadati pedagang buku kembali. Di dalam kelompok pedagang buku juga mengalami polemik tersendiri Ada dua lembaga berbeda kepentingan yang menaungi pedagang buku. Yang pertama adalah Asosiasi Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka Medan (Aspeblam). Yang kedua adalah Persatuan Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka Medan (P2BLM). Kedua kelompok ini punya keinginan yang berbeda. Dari awal P2BLM terus memperjuangkan nasib pedagang buku agar dilakukan revitalisasi kios di Lapangan Merdeka, Sedangkan rivalnya, menyetujui begitu saja untuk pindah ke Jalan Pegadaian. Selama berada di Jalan Pegadaian, pedagang yang ada di P2BLM terus melakukn perjuangan untuk mendesak pemerintah membangun kembali kios di Lapangn Merdeka. Sedangkan Aspeblam hanya berdiam diri. Perjuangan panjang pedagang buku membuahkan hasil yang memuaskan. Kios yang ada di Lapangan Merdeka Medan dibangun kembali oleh Pemko. Total, ada 180 kios yang dibangun oleh Pemko Medan. Itu berdasarkan data yang ada di Pemko Medan. Hampir dua tahun lebih pedagang benrjualan di Jalan Pegadaian sebelum akhirnya dipindahkan kembali ke Lapangan Merdeka Medan. Setelah kios dan beberapa fasilitas selesai dibangun, barulah pedagang diminta untuk pindah.

16 Kios yang ada di Jalan Pegadaian akan segera dibangun Jalan Layang Kereta Api (JLKA). Ini merupakan proyek nasional untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan moda transportasi Kereta Api. Karena pembangunan sudah dimulai, pedagang diminta untuk segera pindah. PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre I Sumut-Aceh juga sudah melayangkan surat imbauan ke pedagang buku untuk segera mengosongkan kios yang ada di Jalan Pegadaian. Namun pedagang enggan untuk pindah karena belum menerima kejelasan legalitas dari Pemko Medan atas kios yang ada di Lapangan Merdeka Medan. Meski begitu, beberapa pedagang termasuk yang berjualan di Titi Gantung sudah terlebih dahulu memindahkan barang ke Lapangan Merdeka Medan. Sampai, tibalah surat terakhir yang berisi peringatan agar pedagang di Jalan Pegadaian mengosongkan kios dengan batas akhir tanggal 19 Januari Apabila tidak, PT KAI akan mengambil tindakan tegas melakukan penertiban kios. Meski begitu, beberapa pedagang masih enggan untuk memindahkan barang dagangannya. Mereka masih mempertanyakan legalitas kios yang ada di Lapangan Merdeka Medan. Pedagang mengadukan nasibnya ke DPRD Kota Medan. Dari hasil pertemuan dengan DPRD Kota Medan, PT KAI diminta untuk menunda penertiban pedagang. Selang beberapa waktu, pedagang melakukan pertemuan dengan Pemko Medan, PT KAI dan stake holder yang terkait. Dalam pertemuan itu, mereka membahas soal legalitas kios. Pertemuan yang difasilitasi Polrestabes Medan itu berbuah pada kesepakatan pedagang akan pindah dengan jaminan akan diberikan legalitas kios. Pedagang menyetujui pertemuan itu. Setelahnya, pedagang akhirnya mau pindah ke Lapnagan Merdeka Medan.

17 Kini 180 kios yang ada di Lapangan Merdeka Medan sudah diisi pedagang. Bahkan di beberapa lahan yang masih kosong, sejumlah pedagang nampak mendirikan tenda untuk berjualan Jumlah Pedagang Dari data Pemko Medan, ada 180 pedagang buku yang terdaftar memiliki kios. Sementara itu Persatuan Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka Medan (P2BLM) mengklaim ada 244 pedagang yang terdata. Sehingga tidak semua pedagang bisa memiliki kios. Hal ini sudah disampaikan P2BLM ke Pemko Medan. Mereka juga menuntut Pemko Medan agar membangun kembali kios tambahan. Sementara menunggu waktu, 64 pedagang yang tidak memiliki kios berjualan menggunakan tenda Jenis Pedagang Dalam komunitas pedagang buku, ada beberapa klasifikasi jenis pedagang. Mulai dari pemilik kios, penyewa dan agen. Pertama, pemilik kios adalah pedagang yang memiliki kios dan memiliki barang dagangan sendiri. Jadi pemilik kios ini bisa saja memiliki lebih dari satu kios. Kios itu didapatkan mereka dari hasil penjualan kios dari pedagang jauh sebelum revitalisasi dilakukan. Tepatnya pada saat pedagang masih menempati lapak bekas taman sepatu roda. Kedua, penyewa kios adalah orang yang awalnya tidak memiliki kios lalu menyewa kepada pemilik kios untuk digunakan berdagang. Kisaran harga

18 sewanya juga tergantung kesepakatan antara pemilik dan peyewa. Besarannya mulai dari jutaan rupiah hingga belasan juta rupiah per tahunnya. Ketiga, Agen buku adalah orang yang biasanya menawarkan buku kepada pelanggan yang datang. Agen tidak memiliki kios dan barang. Mereka hanya memafaatkan kios orang lain sebagai distributor buku. Apabila ada pelanggan yang mencari buku tertentu, maka agen akan membantu untuk mencarikan buku itu. Tapi kesepakatan harga buku ada di tangan agen. Ada juga agen yang hanya membawa pelanggan ke kios yang memiliki buku yang dicari. Apabila terjadi transaksi jual beli, maka agen akan mendapat persenan dari pedagang yang berhasil menjual bukunya. Besarannya tidak dipatokkan. Namun apabila pelanggan membeli buku dalam jumlah banyak, maka agen akan mendapatkan keuntungan yang besar juga Legalitas Pedagang Buku Berdasarkan data yang diperoleh peneliti ada beberapa dokumen yang menunjukkan tentang legalitas pedagang buku bekas Lapangan Merdeka Medan : 1. Surat Persetujuan DPRD Kota Medan No. : 646/624 Perihal Persetujuan Revitalisasi Cagar Budaya Titi Gantung Medan dan Pemindahan Pedagang Buku ke Lapangan Sepatu Roda, Tertanggal 11 Juli 2003, dengan dibubuhi stempel dan tanda tangan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan An. Tom Adlin Hajar. 2. Surat Keputusan (SK) Walikota Medan No. : 510/1034/K/2003 Tentang Penetapan Lokasi Jalan Sisi Timur Lapangan Merdeka Medan Menjadi Lokasi Tempat Berjualan/ Kios-Kios Pedagang Buku Eks Titi Gantung,

19 Jalan Irian Barat, Jalan Jawa, Jalan Veteran Dan Jalan Sutomo Medan, Tertanggal 18 Juli Surat Perjanjian Pemakaian Kios Tempat Berjualan Buku Jalan Sisi Timur Lapangan Merdeka Medan Nomor:511.3/5750.B tertanggal 22 Juli Surat Penetapan hasil Pengundian Kios Tempat Berjualan Buku Jalan Sisi Timur Lapangan Merdeka Medan Nomor:511.3/5750. A tertanggal 16 Juli Dari beberapa dokumen diatas, sudah jelas aktifitas pedagang buku di lapangan Merdeka Medan diakui pemerintah. Selain dari dokumen legal, masyarakat Kota Medan, bahkan dari luar kota mengakui eksistensi dari pasar buku ini Asosiasi Pedagang Buku Ada dua asosiasi yang menaungi komunitas pedagang buku, antara lain, Asosiasi Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka Medan (Aspeblam) dan Persatuan Pedagang Buku Lapangan Merdeka Medan P2BLM. Asosiasi adalah persatuan antara rekan usaha atau persekutuan dagang yang mempunyai kepentingan bersama. Menurut Menurut Herskovtis (Harsojo 217:1988), asosiasi bebas tidak dibangun atas dasar kekerabatan, meliputi berbagai bentuk pengelompokan berdasarkan seks, umur dan dalam arti yang lebih luas, strukur sosial itu juga meliputi relasi sosial yang mempunyai karakter politik berdasarkan atas daerah tempat tinggal dan status.

20 Hidup dalam bermasyarakat berarti mengorganisasikan berbagai kepentingan, kebutuhan para individu, serta pengaturan sikap manusia yang satu terhadap yang lain dan pemusatan manusia dalam kelompok tertentu untuk melakukan tindakan bersama. Relasi sosial yang timbul dari hidup bermasyarakat itu dapat kita lihat sebagai suatu rencana atau sistem yang dapat disebut struktur sosial. Jadi strukur sosial suatu masyarakat manusia meliputi berbagai tipe kelompok atau asosiasi dan institusi dalam mana orang banyak itu mengambil bagian. Dengan perkataan lain asosiasi sesungguhnya adalah kelompok yang diorganisasikan. Kriteria Organisasi yang menjadi ciri asosiasi adalah: 1. Mempunyai tujuan dan fungsi yang jelas dan tertentu. 2. Ada norma asosiasi. 3. Ada status asosiasi. 4. Ada otoritas. 5. Percobaan menjadi anggota atau ada sistem calon anggota. 6. Ada sistem hak milik 7. Mempunyai nama atau lambang identitas. Fungsi asosiasi adalah untuk melakukan tujuan tertentu seperti misalnya tujuan politik, ekonomi sosial dan kebudyaan. Sering juga bahwa suatu asosiasi mempunyai lebih dari satu fungsi. 4.2 Profil Informan Informan dalam penelitian ini sangatlah penting untuk memperdalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti telah

21 mendapatkan berbagai karakteristik yang sesuai dalam penelitian yang telah diteliti, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Informan I Nama Inisial Umur Jenis kelamin Agama Status Pendidikan Jumlah tanggungan : FR : 37 tahun : Laki-laki : Islam : Menikah : SMA : Satu orang FR adalah seorang pedagang dan juga penyuplai buku di Titi Gantung Lapangan Merdeka, yang sudah berumur 37 tahun. FR telah berdagang buku sudah cukup lama, sekitar tahun 1992, usaha buku ini merupakan usaha turun temurun dari keluarganya yang sudah dibangun sejak lama oleh keluarganya. FR sudah tidak mempunyai tanggungan dan menikah, saat ini dia hanya tinggal bersama istrinya yang juga terkadang membantu di kios buku Titi Gantung. Ia mendapat pasokan buku untuk dijual lagi dari beberapa golongan dan juga mencetak kembali, untuk buku asli ia dapat ada dari para penerbit dan ada dari toko buku besar yang sedang cuci gudang sedangkan buku yang bajakan ia mencetak sendiri dan dijual kembali kepada pedagang yang, serta untuk buku bekas ada yang diapat dari orang yang mengumpulkan barangbarang bekas (tukang butut) dan ada juga yang didapat dari konsumen yang sudah berlangganan di tempatnya.

22 Dalam menjalankan bisnisnya, FR melakukan cara yang cukup sederhana dengan menjual buku kepada pengecer, kepada konsumen dan modalnya akan diputar kembali, tapi ia memberi sistem kredit kepada pedagang pengecer, bila pedagang pengecer memiliki modal sedikit ia memberikan sistem kredit. Perbedaan harga buku asli dan bajakan yang dijual di Titi Gantung Lapangan Merdeka ini sangat signifikan dengan toko-toko buku besar, karena buku asli yang didapat oleh FR lebih murah maka dari terkadang ia dapat memberi potongan harga kepada para konsumen. Sedangkan untuk buku bajakan ia mencetak sendiri lagi dan biasanya buku yang di cetak itu adalah buku yang laris serta banyak di cari oleh konsumen. Keuntungan yang di dapat FR ini bisa mencapai juta setiap bulannya dan dalam bisnis gelap buku putaran uang yang ada bisa mencapai milyaran rupiah karena sesama tauke ini bisa bersaing harga.kalau ingin mencetak satu judul buku minimal harus 500 eksemplas dan itu bisa memakan biaya sampai puluhan juta tergantung dari judul buku yang dicetak. Karena beda jenis buku beda harganya, biasanya buku yang paling mahal adalah buku anak kedokteran. Selain mencetaak sendiri, ia mengakui bahwa ia juga memesan buku dari Jakarta dan Surabaya dengan memesan buku sampai harga belasan juta serta metode pengirimannya memakai ekspedisi sesekali namun lebih sering memakai bus. Ia juga mengakui bahwasanya ia tahu menjual buku bajakan adalah terlarang, namun karena ini usaha turun temurun ia harus melanjutkan untuk

23 memenuhi kebutuhan keluarga. Di kawasan toko buku Titi Gantung Lapangan Merdeka ini sudah menjadi rahasia umum bahwasanya pedagangnya menjual buku bajakan. Resiko dalam menjual buku di Titi Gantung ini adalah ditangkap polisi dan kemudian bangkrut, danuntuk itu sesama pedagang di Titi Gantung Lapangan Merdeka ini juga saling bantu. 2. Informan II Nama Inisial Umur Jenis kelamin Agama Status Pendidikan Jumlah tanggungan : N : 43 tahun : Perempuan : Islam : Janda : SMA : Tiga orang N adalah seorang perempuan yang mempunyai profesi sebagai pedagang buku yang lebih tepatnya disebut pedagang pengecer buku di Titi Gantung Lapangan Merdeka, ia sudah berdagang buku disini sejak tahun N adalah seorang wanita yang sudah memiliki tiga orang anak yang masih sekolah semua dan suami N sudah lama meninggal sekitar tahun Berdagang buku ini adalah usaha almarhum suaminya yang ia lanjutkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, terkadang ia juga dibantu oleh anak-anaknya berjualan dan ia buka setiap hari dari pagi sampai sore hari serta ada juga ia ada menjual buku secara online.

24 N mendapat pasokan buku untuk dijual adalah ada dari penerbit dan dari tauke (pedagang besar) dan ia menjual buku tidak hanya buku bekas namun ada yang asli dan bajakan. Untuk setiap jenis buku, biasanya buku asli hanya ia dapat dari penerbit dan dari rekanan di toko buku besar, untuk buku bajakan ia mendapat pasokan dari tauke, untuk buku bekas N mendapatkannya dari berbagai kalangan. Sistemnya, ia sebagai pedagang eceran awalnya mendapat buku dari tauke denga ada yang memasok buku secara kredit kalau modal tidak cukup namuan terkadang N juga mengambil secara tunai yang mana unuk buku yang di ambil secara tunai adalah bukubuku yang terjual banyak. Harga buku asli yang N jual lebih murah dari pada di toko besar, ia dapat menjual murah karena tidak terlalu mahal menyewa kios. N menjual buku bajakan juga karena banyak permintaan dari konsumen dari yang tua dan muda menyukai buku bajakan karena harganya yang lebih murah. N bisa mendapatkan keuntungan sampai 5 juta tiap bulannya, dari sinilah ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. N juga sudah tahu untuk larang menjual buku bajakan dari pemerintah, namun ia mengakui juga di Titi Gantung ini sesama pedagang baik pengecer maupun tauke saling membantu, karena juga sudah rahasia umum jenis-jenis buku yang dijual disini. Resiko dalam menjalankan bisnis ini menurut N hanya rugi, karena dalam berdagang harus bisa menghitung.

25 3. Informan III Nama Inisial Umur Jenis kelamin Agama Status Pendidikan Jumlah tanggungan : RC : 50 tahun : Laki-laki : Islam : Menikah : SMP : Lima orang RC adalah seorang ayah yang memiliki 4 orang anak dan seorang istri, ia adalah pedagang yang sudah lumayan lama berdagang buku di Titi Gantung Lapangan Merdeka, tepatnya sejak tahun 1990-an. Ia memilih berdagang buku karena menurutnya buku selalu dibutuhkan oleh masyarakat dan menjadi pedangan pengecer buku merupakan peluang bisnis baginya, usaha yang sudah lama dia jalankan ini dimulai dari pagi sampai sore setiap hari kecuali hari libur. Buku-buku yang ia jual biasanya adalah buku asli, bajakan dan buku bekas, dan biasanya ia dapatkan dari penerbit serta tauke. Semua jenis buku yang ia jual adalah tergolong murah baik itu buku asli, bajakan dan bekas. Untuk buku bekas biasanya ia dapat dari pembeli yang dulunya datang membeli buku. Untuk buku bajakan biasanya saya mengambil dari tauke dan untuk buku asli dari penerbit. Mekanisme pemasokan buku RC sebagai pedagang eceran awalnya mendapat pemasokan buku dari tauke, kemudian untuk buku asli ia dapat dari

26 penerbit langsung dan biasanya untuk buku bekas ia dapat dari masyarakat. Keuntungan yang diapat RC bisa mencapai 5-7 juta setiap bulannya. RC juga sudah mengetahui bahwasanya ada Undang-Undang yang mengatur tidak boleh menduplikatkan buku, namun menurutnya untuk berjualan di Titi Gantung Lapangan Merdeka ini haruslah pandai-pandai karena juga dia berjualan buku bersama rekan-rekan di seputaran kios sudah lama serta udah menjadi rahasia umum jenis buku yang di jual. Untuk resiko yang ditanggung dalam bisnis ini adalah rugi, bila tidak giat. 4.3 Jaringan Mafia Buku Titi Gantung Dalam sosiologi berkembang berbagai macam pendekatan dalam memahami pasar, setiap pendekatan menekankan pada suatu aspec dan mengabaikan aspek lain. Namun pendekatan satu melengkapi pendekatan lainnya.jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain. Analisis jaringan sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan.simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut.bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah,

27 menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji.jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya. Pendekatan jaringan sosial melihat pasar sebagai suatu struktur hubungan antara beberapa aktor pasar sepaeti perusahaan, pesaing, pemasok, distributor, pelanggan, pembeli, dan seterusnya. Kesemua aktor tersebut membentuk suatu kompleksitas jaringan hubungan yang melibatkan modal budaya dan modal sosial. Pasar bejalan di pandang tidak sekedar karena ada permintaan dan penawaran tetapi lebih dari itu yakni adanya kompleksitas jaringan aktor pasar yang menggunakan berbagai macam energi sosial budaya seperti trust, clientization, suku, daerah, clan, dan seterusnya. Berdasarkan literature yang berkembang, Powell dan Smith Doerr mengajukan 2 pendekatan yang dapat untuk mempelajari jaringan sosial, yakni pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan preskriptif atau studi kasus. Pendekatan analisis terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada : a. Pola informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yakni hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik, organisasi formalpada dasarnya adalah hubungan yang berkelanjutan

28 antara orang- orang dan hubungan organisasi di bangun atas dasar campuran yang rumit dan otoritas serta loyalitas. b. Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan di dalam organiasi dikonstruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi- segi normative dan budaya dari lingkungan seperti system kepercayaan, hak profesi, dan sumber-sumber legitimasi. c. Sebagai suatu alat penelitian formal untuk menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini terdiri dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang terkait yang dapat mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka. Bedasarkan pendekatan preskriptif memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakkan hubungan hubungan di antara para aktor ekonomi. Dengan demikian pendekatan ini di pandang sebagai perekat yang menyatukan individu individu secara bersama ke dalam suatu system yang padu.pendekatan ini lebih pragmatis dan berkait dengan pendekatan antar-disipliner.pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda dalam kehidupkan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar tenaga kerja, etika bisnis, kelompok bisnis. Buku adalah gudang ilmu. Namun, bagi penerbit dan jaringan mafia buku, buku juga termasuk lahan uang. Bisnis buku pelajaran yang memberikan keuntungan menggiurkan telah membuat penerbit berebut untuk mendapatkan proyek buku dari pemerintah daerah. Kalau proyek pencetakan buku dari pemerintah tidak berhasil didapatkan masih ada celah besar yang menjadi sumber

29 pundi uang: menjual buku langsung ke sekolah. Peneliti menemukan di lapangan bahwasanya mafia buku Titi Gantung sudah sangat lama berdagang disana. Hasil wawancara dan observasi langsung peneliti ke lapangan menunjukkan bahwa jaringan sosial yang terbentuk pada pedagang buku Titi Gantung awalnya dapat dikatakan bahwa tauke yang menguasai lapak dagangan karena memiliki modal yang besar dan bahkan memberikan juga pinjaman kepada pengecer bila pengecer kekurangan modal dan juga bisa sistem kredit kepada tauke. Untuk buku baru pengecer mendapatkan langsung dari penerbit, maka dari itu mereka dapat menjual murah karena pedagang buku Titi Gantung tidak terlalu mahal membayar sewa tidak seperti toko-toko buku yang lain. Untuk buku bekas pedagang buku Titi Gantung biasanya dapat dari tukang butut atau warga yang ingin membuang buku-buku lamanya. Dari sinilah tanpa disadari terbentuk jaringan itu, mafia pedagang buku ini terpaksa harus membajak buku karena untuk buku keluaran terbaru dari percetakan resmi biayanya lebih mahal dan kalau dijual lagi tidak banyak juga yang membeli karena kebanyakan masyarakat sekarang ini lebih berminat membeli yang bajakan karena harganya lebih murah. Maka dari itu, jaringan sudah terbentuk secara terorganisir oleh pedagang buku Titi Gantung Lapangan Merdeka sejak lama. Sistem ini terbentuk dari tauke ke pengecer buku yang saling bergantung untuk mendapatkan buku baik itu buku baru, buku bekas maupun buku bajakan. Bisnis ilegal ini tetap berjalan lancar untuk kebutuhan masing

30 4.4 Mekanisme Penjualan Buku Titi Gantung Mekanisme berasal dari bahasa Yunani mechane yang memiliki arti instrumen atau perangkat dan juga berasal dari kata mechos yang memiliki arti sarana dan cara menjalankan sesuatu. Mekanisme dapat diartikan dalam banyak pengertian, secara umum mekanisme adalah interaksi bagian-bagian dengan bagian-bagian lainnya dalam suatu keseluruhan atau sistem secara atau tanpa disengaja dengan menghasilkan kegiatan atau fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan. Pedagang buku yang berjualan di Titi Gantung memiliki mekanisme tersendiri dalam usahanya. Sistem yang tidak sengaja terbentuk ini berawal dari pemilik modal atau yang mereka sebut adalah tauke, tauke buku bekas ini memiliki usaha percetakan sendiri dan lalu menawarkan buku murah yang sudah dicetak lagi kepada pedagang buku Titi Gantung. Tauke juga mendapatkan barang dari Jakarta dan Surabaya dengan melakukan pengiriman lewat bus dan ekspedisi. Pedagang buku mendapat pasokan buku untuk dijual lagi dari beberapa golongan dan juga mencetak kembali, untuk buku asli didapat ada dari para penerbit dan ada dari toko buku besar yang sedang cuci gudang sedangkan buku yang bajakan biasanya dicetak sendiri oleh tauke dan dijual kembali kepada pedagang serta untuk buku bekas ada yang diapat dari orang yang mengumpulkan barang-barang bekas (tukang butut) dan ada juga yang didapat dari konsumen yang sudah berlangganan di tempatnya. Tauke melakukan cara yang cukup sederhana dengan menjual buku kepada pengecer, kepada konsumen dan modalnya akan diputar kembali, tauke

31 juga memberi sistem kredit kepada pedagang pengecer, bila pedagang pengecer memiliki modal sedikit maka tauke dapat memberikan sistem kredit. Di kawasan toko buku Titi Gantung Lapangan Merdeka ini sudah menjadi rahasia umum bahwasanya pedagangnya menjual buku bajakan. Resiko dalam menjual buku di Titi Gantung ini adalah ditangkap polisi dan kemudian bangkrut, dan untuk itu sesama pedagang di Titi Gantung Lapangan Merdeka ini juga saling bantu.

32 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan dan pemaparan hasil penelitian dibab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Mafia buku ini ada didalamnya tauke dan pengecer buku, keduanya sama-sama terlibat dalam sistem penjualan buku gelap. Tauke sebagai sumber buku bajakan yang dicetak sendiri menjual buku bajakan itu ke pengecer dan bisa kredit dengan tauke. Buku asli yang didapatkan mereka langsung dari penerbit biasanya lebih murah dari pada beli dari toko, maka dari itu pedagang buku bisa kasih potongan harga kepada pembeli. Untuk buku bekas biasanya didapat dari masyarakat yang ingin membuang buku atau dari pemulung. Bisnis buku bajakan ini disadari pedagang buku Titi Gantung berbahaya, namun sampai saat ini bisnis ini tetap berjalan lancar karena antar pedagang buku komunikasi masih tetap berjalan. 2. Sistem pembayaran pedagang pengecer biasanya langsung tunai dan bila pengecer tidak mempunyai modal yang cukup, tauke biasanya kasih kredit kepada pengecer. Pengecer biasanya sebulan bisa hampir dapat keuntungan sebesar 5-7juta sedangkan tauke bisa puluhan juta. Hasil dari penelitian peneliti, semua informan mengakui bahwa bisnis ini sangat beresiko karena ada larangan menduplikatkan buku asli.

33 Namun, pedagang buku tetap melakukan bisnis ini dengan hati-hati untuk memenuhi kebutuhan hidup. 5.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah diperoleh peneliti selama melakukan penelitian, ada beberapa saran yang dianggap perlu yakni: 1. Saran dalam kaitan akademis yakni: agar penelitian selanjutnya dengan kajian yang sama dapat menggunakan kerangka analisis yang berbeda, sehingga tercipta keragaman dalam penelitian 2. Saran dalam kaitan teoritis, diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat dan menjadi refrensi bagi para peneliti lain yang ingin meneliti mengenai mafia. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan pada peneliti lain dapat menutupi kekurangan tersebut demi mencapai suatu penelitian yang lebih baik lagi di masa depan. 3. Saran dalam kaitan praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi masyarakat dimana saja dan mahasiswa-mahasiwa dapat memahami penjualan buku bekas yang ada di Medan.

Pertanyaan Wawancara. 1. Sejak kapan anda memulai berjualan buku di Lapangan Merdeka? 3. Dari manakah anda mendapatkan pasokan buku untuk dijual?

Pertanyaan Wawancara. 1. Sejak kapan anda memulai berjualan buku di Lapangan Merdeka? 3. Dari manakah anda mendapatkan pasokan buku untuk dijual? Pertanyaan Wawancara 1. Sejak kapan anda memulai berjualan buku di Lapangan Merdeka? 2. Mengapa anda memilih berjualan buku? 3. Dari manakah anda mendapatkan pasokan buku untuk dijual? 4. Bagaimana caranya

Lebih terperinci

LAPORAN PEMANTAUAN KASUS PENGGUSURAN PEDAGANG BUKU BEKAS & BUKU MURAH DI LAPANGAN MERDEKA MEDAN

LAPORAN PEMANTAUAN KASUS PENGGUSURAN PEDAGANG BUKU BEKAS & BUKU MURAH DI LAPANGAN MERDEKA MEDAN LAPORAN PEMANTAUAN KASUS PENGGUSURAN PEDAGANG BUKU BEKAS & BUKU MURAH DI LAPANGAN MERDEKA MEDAN Tim Pemantauan Komnas HAM pada 18 22 Maret 2013 Pemantauan atas penggusuran pedagang buku bekas / buku murah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa

METODE PENELITIAN. penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan produk distro sebagai bentuk penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Topik mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mempertimbangkan : 1) realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang,

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang, persaingan dalam hidup semakin berat. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Pasar Niten yang beralamat di Jalan Raya Bantul Km 5 Kabupaten Bantul.

BAB III METODE PENELITIAN. a. Pasar Niten yang beralamat di Jalan Raya Bantul Km 5 Kabupaten Bantul. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yang berada di wilayah Kabupaten Bantul yaitu: a. Pasar Niten yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang relokasi pasar tradisional. Untuk menjelaskan hal tersebut,

BAB III METODE PENELITIAN. tentang relokasi pasar tradisional. Untuk menjelaskan hal tersebut, 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini untuk menjelaskan tentang proses formulasi kebijakan, dan menjelaskan tentang siapa yang mendapat keuntungan dengan adanya

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme 123 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme Generasi Muda dalam Era Otonomi Khusus Papua ini adalah metode kualitatif. Digunakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Pantai Depok yang letaknya masih satu kompleks dengan Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian yang peneliti lakukan Menggunakan pendekatan kualitatif yang dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pengangkutan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan dengan makin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran

Lebih terperinci

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan)

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan) PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto Purwodadi Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak pernah terlepas dari segala masalah yang berhubungan dengan tempat tinggal, dimana manusia itu bernaung dan tinggal dalam kehidupan sehari hari.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini berupaya meneliti tentang bagaimana proses perumusan kesepakatan besaran beban pembiayaan 6 (enam) komponen pendanaan bersama yang dilakukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 Tema: Perumahan dan Permukiman Indonesia: Masa Lalu, Kini dan Ke Depan I. LATAR BELAKANG Sarasehan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN 2.1 Deskripsi Umum Wilayah 2.1.1 Sejarah Desa Lalang Menurut sejarah yang dapat dikutip dari cerita para orang tua sebagai putra daerah di Desa Lalang, bahwa Desa Lalang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

sekolah secara keseluruhan selama satu tahun.

sekolah secara keseluruhan selama satu tahun. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah SMA Kolese De Britto. SMA Kolese De Britto adalah sekolah yang menurut laporan harian kedaulatan rakyat 20 januari 2014 mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN FASILITAS UMUM

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN FASILITAS UMUM BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi atau tempat penelitian mengenai fenomena perempuan pengangkut garam di Desa Kedungmutih, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak khususnya di pangkalan KUB

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam bentuk kualitatif deskriptif dengan pendekatan case study (studi kasus). Studi kasus adalah penelitian tentang status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Industri Batu Bata Dusun Somoketro III, Desa Somoketro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Alasan peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2000: 3) penelitian kualitatif adalah prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA GORONTALO

PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA GORONTALO 1 PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA GORONTALO (Suatu Tinjauan Sosiologis Pekerja Anak) ABSTRAK Narti Buo, NIM 281409054, Pekerja Sektor Informal di Kota Gorontalo (suatu tinjauan sosiologis pekerja anak).

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dahulu dikenal dengan nama Batavia yang merupakan salah satu kota kolonial di Indonesia, selanjutnya berkembang menjadi kota Metropolitan seperti saat ini.

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Suwatu Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan penelitian di tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Peneliti mengambil lokasi ini karena banyak penduduk tinggal di kecamatan Depok sehingga banyak

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Secara umum metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian. Menurut Moleong (2012), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan keadaan

III. METODE PENELITIAN. prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan keadaan 34 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Menurut Nawawi (2001:63), penelitian deskriptif adalah sebagai prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikankan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan,

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan, politis dan lain-lainnya, tempat pembeli dan penjual (penukar tipe lain) saling bertemu

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul " MANAJEMEN PASAR JONGKOK (Studi Kasus Di Pasar Jongkok Wonokromo Surabaya), maka jenis metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan

I. PENDAHULUAN. guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri uruasn pemerintahan dan kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai di sudut-sudut kota besar, selalu saja ada anak-anak yang mengerumuni mobil di persimpangan lampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 5 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan investasi yang dilakukan pemerintah daerah dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN A. Diskripsi Wilayah 1. Keadaan Geografis, Demografis dan Susunan Pemerintahan Desa

Lebih terperinci

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN KOTA LANGSA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang.

Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. Perda No. 18/2001 tentang Retribusi dan Penyelenggaraan Terminal Bus / Non Bus di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupannya di

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang

BAB II METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat kuantitatif digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Kota Medan Kehadiran kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara untuk menyimpulkan, menyusun dan menganalisis data tentang masalah yang menjadi objek peneliti.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki ciri khas masing-masing, berbeda antara satu dengan yang lain, karena cara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yaitu untuk mengetahui dampak kebijakan affirmative action kuota 30%

METODE PENELITIAN. ini yaitu untuk mengetahui dampak kebijakan affirmative action kuota 30% III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Data serta argumentasi yang dibangun dalam penelitian ini, menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini dunia usaha dihadapkan pada situasi atau kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini dunia usaha dihadapkan pada situasi atau kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini dunia usaha dihadapkan pada situasi atau kondisi persaingan yang semakin ketat yang menuntut perusahaan untuk menjalankan usahanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan ini adalah bentuk narasi yang bersifat kreatif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan ekonomi serta perkembangan kebudayaan telah menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen. Untuk memenuhi tuntutan

Lebih terperinci

BAB 10 Membeli Rumah

BAB 10 Membeli Rumah BAB 10 Membeli Rumah Menggali informasi secara rinci dan lengkap tentang dana yang harus disiapkan sebelum membeli rumah secara kredit merupakan suatu keharusan. Bisa jadi apa yang disampaikan pengembang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mengenai konsep diri pada perempuan penderita tumor jinak payudara, metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan sehingga dapat diperoleh data yang dibutuhkan dan tercapainya tujuan penelitian itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat transportasi tetapi juga sebagai identitas seseorang, terbukti dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat transportasi tetapi juga sebagai identitas seseorang, terbukti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kendaraan roda dua maupun roda empat saat ini tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat transportasi tetapi juga sebagai identitas seseorang, terbukti dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan berkembang pesat dari waktu ke waktu serta disesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah yang harus dijaga, karena pada merekalah masa depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan yang bersifat kualitatif. Menurut Moh. Nasir, bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong,

BAB III METODE PENELITIAN. tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor penyebab perceraian pada keluarga tenaga kerja wanita (TKW) ini dilaksanakan di desa Citembong, kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan sesuatu yang menentukan jawaban terhadap suatu permasalahan, mengembangkan dan menguji kebenaran dari suatu teori dengan menggunakan cara cara ilmiah. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal yang perlu dijelaskan dalam kaitannya dengan metodologi dan prosedur yang digunakan dalam penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN. Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah BAB III METODE PENELITIAN A. Latar Penelitian Peneliti menentukan Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah yang luas,

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. menggunakan metode deksriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. menggunakan metode deksriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Untuk mengurai masalah dan mencapai tujuan penelitian, penulis menggunakan metode deksriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan persiapan yang sesuai dengan prosedur penelitian. Persiapan-persiapan ini akan membantu kelancaran

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan transformasional dalam pembinaan toleransi budaya mahasiswa yang tinggal di Ma had al-jami

Lebih terperinci

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN NAMA NAMA JALAN DI WILAYAH KOTA SERANG

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN NAMA NAMA JALAN DI WILAYAH KOTA SERANG WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN NAMA NAMA JALAN DI WILAYAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting keberadaannya didalam proses penelitian yang dilakukan secara terencana dan sistematis, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anselm Strauss dan Juliet Corbin penelitian kualitatif adalah, jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Anselm Strauss dan Juliet Corbin penelitian kualitatif adalah, jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Lebih terperinci