BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis World Tides Analisis Data 15 Hari Hasil analisis World Tides berupa grafik yang terdiri dari data, prediksi, residu, serta muka air rata-rata. Dapat kita lihat pada Gambar 5.1 hasil analisis World Tides untuk lokasi Padang dengan menggunakan 7 komponen pasang surut. Hasil Analisis World Tides untuk Data 15 Hari dengan 7 Komponen /31/95 06/02/95 06/04/95 06/06/95 06/08/95 06/10/95 06/12/95 06/14/95 06/16/95 06/18/95 Muka Air (m) Padang, 1-15 Juni 1995 Data Prediksi Residu Muka Air Rata-Rata= m Gambar 5.1 Hasil Analisis World Tides Untuk Lokasi Padang (15 Hari) dengan 7 Komponen Dari gambar diatas terlihat bahwa hasil prediksi dengan program World Tides cukup baik dibandingkan dengan data. Sedangkan hasil analisis untuk 9 komponen dan komponen berdasarkan periode sinodik dapat dilihat pada Lampiran B. Begitupun untuk 4 lokasi lainnya. Namun dari grafik diatas sulit untuk melihat secara detail perbedaan antara data lapangan dan prediksi. Untuk lebih jelas, kita dapat melihat secara kuantitas melalui nilai error antara data dan prediksi yang ditampilkan dalam tabel dibawah ini. 26

2 Tabel 5.1 Nilai Error antara Data Lapangan dan Hasil Prediksi Program World Tides untuk Data 15 Hari Jumlah Komponen Error (%) Nilai Error rata-rata (%) Padang Bangka Pari Benoa Kupang 7 Komponen Komponen Komponen Berdasarkan Periode Sinodik Perhitungan nilai error dilakukan dengan rumus : 2 [ rata rata(( residu) ) ] x100% Error(%) = (5.1) dimana : residu = selisih antara data dan prediksi = data lapangan prediksi Perhitungan nilai error ini, belaku untuk setiap perhitungan error pada tiap program dan tiap kasus. Nilai error rata-rata (%) ditunjukkan oleh 9 komponen pasang surut. Tetapi bila kita liha Tabel 5.2, akan tampak sebuah kejanggalan yang membuat penggunaan 9 komponen tersebut tidak dapat diterima. 27

3 Tabel 5.2 Nilai Amplitudo dan Phasa untuk Data 15 Hari pada Lokasi Padang dari Hasil Analisis dengan Program World Tides Komponen Berdasarkan 7 Komponen 9 Komponen Komponen Periode Sinodik H (m) g ( ) H (m) g ( ) H (m) g ( ) Q1 RHO1 O M1 P S1 K J1 OO1 MNS2 2N2 MU2 N NU2 M LAM2 L2 T2 S R2 K SM2 2MK3 M3 MK3 MN4 M MS S4 2MN6 M6 2MS6 S6 M8 3MS8 Bila kita lihat pada Tabel 5.2, penggunaan 9 komponen tidak dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan berdasarkan periode sinodik, seperti telah dijelaskan pada Bab II, panjang data yang diperlukan untuk memisahkan komponen P1 dan K1 serta K2 dan S2 adalah 180 hari. Karena pada 9 komponen, P1 dan K1 serta K2 dan S2 dihitung secara bersamaan, nilai amplitudo K1 mengecil sedangkan S2 membesar. Padahal seharusnya nilai amplitudo 28

4 untuk tiap komponen cenderung sama. Seperti pada kasus 7 komponen dan komponen berdasarkan periode sinodik. Jika komponen P1 dan K2 (yang ditandai dengan warna biru pada Tabel 5.2) akan dihitung pada panjang data yang kurang dari 180 hari, maka dia harus relatif terhadap komponen lain. Yaitu P1 relatih terhadap K1 dan K2 relatif terhadap S2. Dimana nilai phasanya adalah sama dan nilai amplitudonya adalah : P1 = 1/3 K1 dan K2 = 1/5 S2 Pada Tabel 5.2 untuk 9 komponen nilai amplitudo P1 1/3 K1 dan K2 1/5 S2. Tidak dapat dijelaskan kenapa komponen P1 dan K2 dapat dimunculkan pada kasus 9 komponen tersebut. Hal ini dikarenakan, tidak dapat dilihatnya source program dari World Tides, yang membuat kita tidak dapat mengetahui perhitungan dalam program tersebut yang membuat komponen P1 dan K2 dapat dihitung dengan data 15 hari dan tidak relatif dengan komponen K1 dan S2. Sehingga untuk analisis data 15 hari ini dapat digunakan 7 komponen dan komponen berdasarkan periode sinodik. Dimana pada komponen berdasarkan periode sinodik, nilai amplitudo P1 = dan K2 = Analisis ini berlaku untuk keempat lokasi lainnya Analisis Data 30 Hari Analisis dengan data 30 hari pada umumnya sama dengan analisis untuk data 15 hari. Output dari Analisis ini seperti dapat kita lihat pada Gambar 5.2 untuk lokasi Padang. Dari grafik terlihat nilai residu atau nilai selisih antara data dan prediksi adalah kecil. Dimana grafik untuk kasus lainnya dan tiap lokasi dapat kita lihat pada Lampiran B. 29

5 Hasil Analisis World Tides untuk Data 30 Hari dengan 7 Komponen /26/95 05/31/95 06/05/95 06/10/95 06/15/95 Muka Air (m) 06/20/95 06/25/95 06/30/95 07/05/95 Padang, 1-30 Juni 1995 Data Prediksi Residu Muka Air Rata-Rata= m Gambar 5.2 Hasil Analisis World Tides Untuk Lokasi Padang (30 Hari) dengan 7 Komponen Sama halnya dengan analisis untuk data 15 hari, grafik hasil analisis ini tidak akan dibahas secara detail. Oleh karena itu, kita akan membahas lebih rinci mengenai nilai error (dalam %), dalam satu lokasi untuk tiap kasus sebagai berikut : Nilai error rata-rata (%) yang paling kecil untuk tiap lokasi adalah pada komponen berdasarkan periode sinodik. Bila kita lihat pada Tabel 5.4 nilai pada amplitudo dan phasanya cenderung sama atau mendekati dengan nilai amplitudo dan phasa pada 7 komponen. Hal ini menunjukkan komponen berdasarkan periode sinodik dapat digunakan untuk menganalisis data dengan jumlah 30 hari. Nilai amplitudo dan phasa untuk lokasi lain dapat dilihat pada Lampiran C. Jumlah Komponen Tabel 5.3 Nilai Error antara Data Lapangan dan Hasil Prediksi Program World Tides Untuk Data 30 Hari Error (%) Padang Bangka Pari Benoa Kupang Nilai Error rata-rata (%) 7 Komponen Komponen Komponen Berdasarkan Periode Sinodik

6 Tabel 5.4 Nilai Amplitudo dan Phasa untuk Data 30 Hari pada Lokasi Padang dari Hasil Analisis dengan Program World Tides Komponen Berdasarkan 7 Komponen 9 Komponen Komponen Periode Sinodik H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) Q RHO1 O M1 P S1 K J1 OO1 MNS2 2N2 MU2 N NU2 M LAM2 L T2 S R2 K SM2 2MK3 M3 MK3 MN4 M MS S4 2MN6 M6 2MS6 S6 M8 3MS8 Pada Tabel 5.4, 9 komponen juga tidak dapat digunakan. Hal ini dikarenakan berdasarkan periode sinodik, seperti telah dijelaskan pada Bab II, panjang data yang diperlukan untuk memisahkan komponen P1 dan K1 serta K2 dan S2 adalah 180 hari. Karena pada 9 komponen, P1 dan K1 serta K2 dan S2 dihitung secara bersamaan, nilai amplitudo K1 dan S2 membesar. Padahal seharusnya nilai amplitudo untuk tiap komponen 31

7 cenderung sama. Seperti pada kasus 7 komponen dan komponen berdasarka periode sinodik. Jika komponen P1 dan K2 akan dihitung pada panjang data yang kurang dari 180 hari, maka dia harus relatif terhadap komponen lain. Yaitu P1 relatih terhadap K1 dan K2 relatif terhadap S2. Dimana nilai phasanya adalah sama dan nilai amplitudonya adalah : P1 = 1/3 K1 dan K2 = 1/5 S2 Pada Tabel 5.2 untuk 9 komponen nilai amplitudo P1 1/3 K1 dan K2 1/5 S2. Sama halnya dengan analisis data 15 hari, tidak dapat dijelaskannya lebih rinci kenapa komponen P1 dan K2 dapat ada pada kasus 9 komponen. Padahal data yang ada kurang dari 180 hari, dan komponen P1 dan K2 tersebut tidak relatif dengan komponen K1 dan S2. Sehingga untuk analisis data 30 hari ini dapat digunakan 7 komponen dan komponen berdasarkan periode sinodik. Dimana pada komponen berdasarkan periode sinodik, nilai amplitudo P1 = dan K2 = Analisis ini juga berlaku untuk keempat lokasi lainnya. 5.2 Hasil Analisis TAN Hasil analisis TAN, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.4 untuk lokasi Padang, nilai residunya atau selisih antara data dan prediksi adalah kecil. Hasil analisis untuk lokasi lain dapat kita lihat pada Lampiran D. Hasil Analisis 30 Hari dengan Program TAN Muka Air (m) /26/95 05/31/95 06/05/95 06/10/95 06/15/95 06/20/95 06/25/95 06/30/95 07/05/95 Padang, 1-30 Juni 1995 Data Prediksi Residu Muka Air Rata-Rata = m Gambar 5.3 Hasil Analisis TAN untuk Lokasi Padang 32

8 Dari grafik kita tidak dapat melihat secara jelas berapa nilai error antara data dan prediksi, oleh karena itu dilakukan perhitungan error (%) untuk tiap lokasi seperti dapat kita lihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.5 Nilai Error (%) antara Data Lapangan dan Hasil Prediksi Program TAN untuk Data 30 Hari No Lokasi Error (%) 1 Padang Bangka Pari Benoa Kupang Pada Tabel 5.5 nilai error yang paling kecil, menunjukkan keakuratan hasil analisis, adalah lokasi Pari yaitu 0.87 %. Sedangkan yang paling besar adalah Kupang yaitu %. Hal ini dikarenakan keberadaan Pulau Pari yang berada dalam Kepulauan Seribu yang letaknya tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor meteorologi. Sedangkan lokasi Kupang berada dekat dengan Samudera Hindia dimana terdapat banyak pengaruh faktor non astronomis, yang menyebabkan data yang diperoleh memiliki nilai selisih yang besar dengan prediksi. 5.3 Hasil Analisis Admiralty Analisis Data 15 Hari Pada Gambar 5.4 nilai residu, yaitu selisih antara data dan prediksi, untuk lokasi Padang cukup besar. Untuk lebih jelas, dapat kita lihat pada Tabel 5.6. Hasil analisis untuk keempat lokasi lainnya dapat kita liha pada Lampiran E. 33

9 Hasil Analisis 15 Hari dengan Admiralty /31/95 06/02/95 06/04/95 06/06/95 06/08/95 06/10/95 06/12/95 06/14/95 06/16/95 06/18/95 Muka Air (m) Padang, 1-15 Juni 1995 Data Prediksi Residu Muka Air Rata-Rata = 0.00 m Gambar 5.4 Hasil Analisis Admiralty untuk Data 15 Hari pada Lokasi Padang Tabel 5.6 Nilai Error (%) antara Data Lapangan dan Hasil Prediksi Metode Admiralty untuk Data 15 Hari No Lokasi Error % 1 Padang Bangka Pari Benoa Kupang Dapat kita lihat pada Tabel 5.6, sama seperti pada nilai error hasil analisis TAN, nilai error yang paling kecil adalah Pari dengan 5.54 %. Sedangkan yang paling besar adalah Kupang dengan % Analisis Data 29 Hari Seperti pada analisis data 15 hari, pada Gambar 5.5, nilai residu dari hasil analisis tersebut menunjukkan nilai yang cukup besar. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat nilai error (%) di tiap lokasi pada Tabel

10 Hasil Analisis 29 Hari dengan Admiralty /26/95 05/31/95 06/05/95 06/10/95 06/15/95 06/20/95 06/25/95 Muka Air (m) 06/30/95 07/05/95 Padang, 1-29 Juni 1995 Data Prediksi Residu Muka Air Rata-Rata = 0.00 m Gambar 5.5 Hasil Analisis Admiralty untuk 29 Hari pada Lokasi Padang Tabel 5.7 Nilai Error (%) dari antara Data Lapangan dan Hasil Prediksi Metode Admiralty untuk 29 Hari No Lokasi Error % 1 Padang Bangka Pari Benoa Kupang Berbeda dari hasil analisis admiralty 15 hari, nilai error yang paling kecil ada pada lokasi Padang. Walaupun antara Padang dan Pari selisih antar nilai errornya tidak terlalu besar. Tetapi Kupang dalam hal ini, tetap menjadi lokasi dengan nilai error yang paling besar. 5.4 Tipe Pasang Surut Perairan Melalui perhitungan dengan menggunakan formula rasio: F K1 + O1 = (5.2) M 2 + S2 dapat diketahui tipe pasang surut untuk tiap lokasi. Dapat kita lihat pada Tabel

11 Tabel 5.8 Tipe Pasang Surut untuk Tiap Lokasi No Lokasi Bilangan Formzhal Tipe Pasang Surut 1 Padang 0.42 Campuran cenderung semidiurnal 2 Bangka 3.82 Diurnal 3 Pari 4.03 Diurnal 4 Benoa 0.44 Campuran cenderung semidiurnal 5 Kupang 0.33 Campuran cenderung semidiurnal 5.5 Perbandingan Antara World Tides, TAN dan Admiralty Untuk mengetahui perbandingan antara World Tides, TAN dan admiralty maka kita akan membandingkan amplitudo dan phasa dari empat komponen pasang surut (M2, S2, O1, dan K1) di tiap lokasi, seperti dibawah ini : 1. Padang 15 Hari Komponen World Tides Admiralty WT-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Hari Komponen World Tides TAN Admiralty WT-TAN WT-ADM TAN-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Bangka 15 Hari Komponen World Tides Admiralty WT-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K

12 30 Hari Komponen World Tides TAN Admiralty WT-TAN WT-ADM TAN-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Pari 15 Hari Komponen World Tides Admiralty WT-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Hari Komponen World Tides TAN Admiralty WT-TAN WT-ADM TAN-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Benoa 15 Hari Komponen World Tides Admiralty WT-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K

13 30 Hari Komponen World Tides TAN Admiralty WT-TAN WT-ADM TAN-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Kupang 15 Hari Komponen World Tides Admiralty WT-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Hari Komponen World Tides TAN Admiralty WT-TAN WT-ADM TAN-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Nilai amplitudo antara World Tides dan TAN maupun antara World Tides dan admiralty serta antara TAN dan admiralty, menunjukkan selisih yang tidak begitu besar. yang paling besar terdapat pada lokasi Benoa dengan data 30 Hari antara TAN dan admiralty yaitu sebesar Untuk nilai phasa, rata-rata di tiap lokasi memiliki perbedaan yang terlihat jelas, terutama pada World Tides. Perbedaan phasa antara World Tides dan admiralty maupun TAN menunjukkan selisih yang besar dengan yang paling besar berkisar pada lokasi Pari dengan data 15 hari. Perbedaan phasa tersebut menunjukkan perbedaan penjalaran komponen tersebut. Sebagai contoh antara World Tides dan admiralty pada lokasi Pari dengan data 15 hari, untuk komponen O1, pada World Tides phasanya adalah sedangkan pada admiralty adalah dengan selisih Hal ini menunjukkan pada World Tides, penjalaran komponen O1 lebih cepat 56 jam dibandingkan admiralty. Mengingat bahwa 1º = 1 jam. 38

14 Untuk mengetahui phasa yang benar maka dilakukan perbandingan dengan hasil analisis yang dilakukan oleh Dishidros untuk lokasi Benoa pada tanggal 29 September-27 Oktober 2004 dengan menggunakan metode admiralty. Berikut ini adalah nilai amplitudo dan phasanya : Tabel 5.9 Nilai Amplitudo dan Phasa pada Lokasi Benoa Tanggal 29 September-27 Oktober 2004 Admiralty (29 hari) Komponen H(m) g( ) M S O K (sumber : Dishidros, 2004) Bila dibandingkan dengan hasil dari program World Tides, program TAN dan metode Admiralty : Tabel 5.10 Nilai Amplitudo dan Phasa antara Program World Tides, TAN dan Admiralty dengan Hasil Pengolahan Data Dishidros (Admiralty 29 Hari) untuk Lokasi Benoa Komponen ADM Dishidros-WT ADM Dishidros-TAN ADM Dishidros-ADM H(m) g( ) H(m) g( ) H(m) g( ) M S O K Pada lokasi Benoa, komponen yang berperan adalah M2 dan S2. Pada Tabel 5.10 tersebut terlihat nilai amplitudo dan phasa dari hasil analisis dengan program TAN mendekati hasil pengolahan data yang dilakukan oleh DISHIDROS dibandingkan dengan program World Tides dan metode admiralty. Tetapi hal ini tidak dapat dijadikan kesimpulan, mengenai program mana yang paling menghasilkan analisis yang akurat. Untuk menilai antara World Tides, TAN dan admiralty mana yang hasil analisisnya akurat, maka kita lebih baik melihat nilai Error (%) seperti pada Tabel 5.11 dan Pada World Tides nilai error (%) yang diambil adalah untuk kasus komponen berdasarkan periode sinodik, karena nilai errornya rata-rata pada tiap lokasi menunjukkan nilai lebih kecil dibandingkan untuk kasus 7 komponen. 39

15 Pada Tabel 5.11 untuk data 15 hari, antara World Tides dan admiralty, nilai error yang lebih kecil ditunjukkan oleh admiralty. Dengan nilai error terkecil adalah 0.92 % dan yang terbesar adalah %. Sedangkan pada admiralty nilai error yang terkecil adalah 5.54 % dan yang terbesar adalah %. Oleh karena itu, untuk analisis data 15 hari, kita lebih baik menggunakan World Tides. Tabel 5.11 Perbandingan Nilai Error (%) antara Data Lapangan dan Hasil Prediksi Program World Tides dan Metode Admiralty untuk Data 15 Hari No Lokasi Nilai Error (%) pada Hasil Analisis World Tides Admiralty 1 Padang Bangka Pari Benoa Kupang Untuk data 30 hari, pada Tabel 5.12 nilai error yang kecil ditunjukkan oleh TAN. Dimana nilai error terkecilnya adalah 0.87 % dan yang terbesar adalah %, sedangkan pada World Tides nilai error terkecilnya adalah 0.77 % dan yang terbesar adalah %. Lalu pada admiralty nilai error terkecil adalah 6.31 %, dan yang terbesar adalah %. Sehingga untuk analisis data 30 hari, kita lebih baik menggunakan program TAN. Tabel 5.12 Perbandingan Nilai Error (%)antara Data Lapangan dan Hasil Prediksi Program World Tides, program TAN dan Metode Admiralty untuk Data 30 Hari No Lokasi Nilai Error (%) pada Hasil Analisis World Tides TAN Admiralty (29 Hari) 1 Padang Bangka Pari Benoa Kupang

16 5.6 Kelebihan dan Kekurangan dari Program World Tides, Program TAN dan Metode Admiralty Setiap program dan metode pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangannya tersebut diharapkan kita dapat memilah mana program atau metode yang dapat kita gunakan sesuai kebutuhan kita. Berikut ini adalah pembahasan lebih lengkap mengenai kelebihan dan kekurangan dari program World Tides, program TAN dan metode admiralty Program World Tides Kelebihan dari program World Tides yang terlihat jelas hádala program yang public domain. Hal ini terlihat dari penampilan World Tides yang mudah dipahami. Dengan World Tides, kita dapat melakukan dua hal dalam satu program ini. Yaitu analisis dan prediksi. Dari hasil analisis yang salah satu outputnya berupa nilai amplitudo dan phasa dari komponen pasut, kita dapat melakukan prediksi beberapa tahun ke depan maupun beberapa tahun yang lampau. Berikut ini adalah tampilan World Tides untuk prediksi. Gambar 5.6 Tampilan Program World Tides untuk Melakukan Prediksi 41

17 Dapat kita lihat dari gambar tersebut, kita dapat melihat prediksi untuk setiap hari bahkan setiap minggu dalam satu bulan tersebut. Sebagai contoh, dilakukan prediksi pada lokasi Bangka untuk bulan April 1996 dari 7 komponen pasut yang diperoleh dari hasil analisis. Data dari Bangka tersebut adalah tanggal 19 Januari-17 Februari Output dari prediksi ini dapat kita lihat dalam bentuk.txt berupa nilai prediksinya yang memiliki interval waktu 12 menit. Dari nilai prediksi tersebut kita dapat membandingkannya dengan data lapangan. Perbandingan antara Data Lapangan dan Hasil Prediksi World Tides /26/96 03/31/96 04/05/96 04/10/96 04/15/96 04/20/96 04/25/96 04/30/96 05/05/96 Muka Air (m) Bangka, 1-30 April 1996 Data Lapangan Prediksi World Tides Residu Gambar 5.7 Perbandingan Antara Data Lapangan dengan Prediksi World Tides Pada Tanggal 1-30 April 1996 untuk Lokasi Bangka Dapat dilihat pada Gambar 5.7, nilai residu yaitu selisih antara data lapangan dengan prediksi World Tides sangat besar. Bila kita lakukan perhitungan untuk nilai error (%) maka akan diperoleh nilai error sebesar 18.4 %. Dengan demikian, prediksi yang dilakukan oleh program World Tides dari data dua bulan sebelumnya memberikan hasil yang tidak akurat. Hal ini dapat menjadi salah satu kekurangan dari World Tides. Selain itu terdapat beberapa kekurangan lainnya seperti tidak diketahuinya source dari program ini, sehingga kita tidak dapat memodifikasi dan memahami lebih baik mengenai program tersebut. Bila kita mengetahui source program tersebut, kita dapat mengetahui mengapa komponen P1 dan K2 dapat dihitung pada kasus 9 komponen untuk data 15 hari dan 30 hari, seperti yang 42

18 telah diuraikan pada analisis sebelumnya. Dan kita juga dapat mengubah komponen utama pasang surut (O1, K1, N2, M2, dan S2) dari program tersebut. Karena belum tentu salah satu dar kelima komponen tersebut menjadi komponen utama pada tiap lokasi. Kekurangan lain dari World Tides adalah tidak dapat menganalisis data jangka pendek ( < 15 hari), hanya dapat menganalisis pada data 15 hari. Dan bila ada data kosong, World Tides tidak dapat melakukan analisis Program TAN Pada program TAN terdapat file input berupa.tif yang dapat dimodifikasi, sehingga jumlah komponen pasang surut dapat kita tentukan sendiri. Contoh file.tif untuk lokasi Bangka : {1} {2} {3} {4} {5} {6} P1:K S1:K N2:N NEU2:N LAMDA2:L T2:S K2:S (F9.3) {TSS}{TEE} PORT NAME Bangka 1996 ANALYSIS IN CENTIMETRES Time zone Data in centimetres from 19-Jan-96 to 17-feb-96, 30 days, 0 gaps Given and related from XXX - 19yy analysis 43

19 Keterangan : {1}Tahun data pengamatan {2}Hari ke-61, yaitu awal data, dihitung dari tanggal 1 bulan Januari pada tahun pengamatan. {3}Banyaknya komponen pasang surut periode panjang yang diberikan. {4}Banyaknya komponen pasang surut relatif terhadap komponen standarnya. {5}Jumlah komponen yang akan dihitung. {6}Banyaknya blocks data dalam satu rangkaian pengamatan. {TSS}Awal data pada blocks. {TEE}Akhir data pada blocks. Kelebihan lain dari program TAN yaitu dapat menganalisis walaupun terdapat data kosong. Data kosong tersebut ditulis pada {TSS}dan {TEE}. Sebagai contoh pada nomor data 0-4 terdapat data, tetapi pada nomor data 5-6 terdapat data kosong. Sehingga pada file.tif dapat ditulis : {TSS}{TEE} Berbeda dengan program World Tides, program TAN ini tidak public domain. Karena tidak semua komputer dapat menggunakan program ini, tetapi hanya pada komputer yang operation systemnya menggunakan DOS. Inilah salah satu kekurangan dari program ini. Kekurangan lain dari program ini adalah tidak dapat melakukan analisis untuk data jangka pendek, hanya pada panjang data 30 hari. Bila dilakukan analisis untuk data < 30 hari, sebagai contoh 15 hari, akan terdapat error pada nilai amplitudonya. Dimana nilai amplitudo tersebut dari data 15 hari ke 30 hari akan mengalami peningkatan nilai amplitudo yang besar. Prediksi pada program ini juga dapat dilakukan seperti halnya pada program World Tides, tetapi keberadaannya tidak dalam satu program. Tidak seperti halnya World Tides yang analisis dan prediksinya berada dalam satu program. 44

20 5.6.3 Metode Admiralty Dibandingkan program World Tides dan program TAN, metode admiralty sangat mudah digunakan atau user friendly. Tetapi dibutuhkan ketelitian yang lebih, karena banyaknya perhitungan dalam admiralty yang saling berhubungan. Sehingga bila terdapat salah satu kesalahan dalam perhitungan, maka hasil analisis dari metode ini juga akan terdapat kesalahan. Kelebihan dari metode ini yaitu dapat melakukan analisis untuk jangka pendek (1, 7, 15, dan 29 hari). Tetapi untuk menganalisis data dengan panjang data > 29 hari tidak dapat dilakukan dengan metode ini. Kekurangan lain dari metode ini adalah hasil komponen pasang yang diperoleh hanya 9 komponen pasang surut. Relatif sedikit bila dibandingkan dengan program World Tides dan TAN. 45

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Pengamatan Pasang Surut Untuk menerapkan perhitungan dan mendapatkan tujuan tugas akhir ini, pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat lokasi dan panjang data

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE LEAST SQUARE (PROGRAM WORLD TIDES DAN PROGRAM TIFA) DENGAN METODE ADMIRALTY DALAM ANALISIS PASANG SURUT TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN METODE LEAST SQUARE (PROGRAM WORLD TIDES DAN PROGRAM TIFA) DENGAN METODE ADMIRALTY DALAM ANALISIS PASANG SURUT TUGAS AKHIR PERBANDINGAN METODE LEAST SQUARE (PROGRAM WORLD TIDES DAN PROGRAM TIFA) DENGAN METODE ADMIRALTY DALAM ANALISIS PASANG SURUT TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kurikuler Program Sarjana Oseanografi

Lebih terperinci

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square 1 Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square Miftakhul Ulum dan Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Hasil Model dengan DISHIDROS Komponen gelombang pasang surut M2 dan K1 yang dipilih untuk dianalisis lebih lanjut, disebabkan kedua komponen ini yang paling dominan

Lebih terperinci

PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT

PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 508-515 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: AMPLITUDO KONSTANTA PASANG SURUT M2, S2, K1, DAN O1 DI PERAIRAN SEKITAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA Amplitude of the Tidal Harmonic Constituents M2, S2, K1, and O1 in Waters Around the City of Bitung in

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PEGAMBILA DA PEGOLAHA DATA Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi dua aspek, yaitu pengamatan data muka air dan pengolahan data muka air, yang akan dibahas dibawah ini sebagai

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA DAN HASIL

BAB III PENGOLAHAN DATA DAN HASIL BAB III PENGOLAHAN DATA DAN HASIL Kualitas hasil sebuah pengolahan data sangat bergantung pada kualitas data ukuran yang terlibat di dalam proses pengolahan data dan strategi dari pengolahan data itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) RISK ANALYSIS FLOWCHART Bagan Alir Analisis Resiko

BAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) RISK ANALYSIS FLOWCHART Bagan Alir Analisis Resiko BAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) 4.1. Metodologi Untuk mendapatkan hasil dari analisis resiko (risk analysis), maka digunakan simulasi model tumpahan minyak. Simulasi diperoleh melalui program

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB 2 DATA DAN METODA BAB 2 DATA DAN METODA 2.1 Pasut Laut Peristiwa pasang surut laut (pasut laut) adalah fenomena alami naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bendabenda-benda

Lebih terperinci

Bab IV Pengolahan Data dan Analisis

Bab IV Pengolahan Data dan Analisis Bab IV Pengolahan Data dan Analisis Kualitas data yang dihasilkan dari suatu pengukuran sangat tergantung pada tingkat kesuksesan pereduksian dan pengeliminasian dari kesalahan dan bias yang mengkontaminasi

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Andhita Pipiet Christianti *), Heryoso Setiyono *), Azis Rifai *)

STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN Andhita Pipiet Christianti *), Heryoso Setiyono *), Azis Rifai *) JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 441 446 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI KARAKTERISTIK DAN PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Informasi pasang surut (pasut) laut dibutuhkan bagi Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah perairan yang cukup luas. Luas laut

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Koreksi Suhu Koreksi suhu udara antara data MOTIWALI dengan suhu udara sebenarnya (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis tersebut dihasilkan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 25 III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan meliputi seluruh Perairan (Gambar 3.1). Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari hingga Mei 2011. Pengambilan data

Lebih terperinci

Pengertian Pasang Surut

Pengertian Pasang Surut Pengertian Pasang Surut Pasang surut adalah fluktuasi (gerakan naik turunnya) muka air laut secara berirama karena adanya gaya tarik benda-benda di lagit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Perbandingan parameter hasil pengolahan data dengan dan tanpa menggunakan moving average

Tabel 4.1 Perbandingan parameter hasil pengolahan data dengan dan tanpa menggunakan moving average BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis terhadap Moving average Hasil pengolahan data menunjukan bahwa proses moving average tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap nilai konstanta pasut laut yang dihasilkan

Lebih terperinci

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi ANALISA PERUBAHAN NILAI MUKA AIR LAUT (SEA LEVEL RISE) TERKAIT DENGAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING) ( Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ) Oleh: Ikhsan Dwi Affandi 35 08 100 060

Lebih terperinci

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8. 48 Maspari Journal 01 (2010) 48-52 http://masparijournal.blogspot.com Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data E-mail Pada bagian ini akan disajikan detail jumlah keseluruhan dataset yang digunakan untuk penelitian. Dataset diambil CSDMC21 yang disediakan oleh http://www.csmining.org/

Lebih terperinci

STUDI KONSTANTA HARMONIK PASANG SURUT TERHADAP DATA SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU PARI ABSTRAK

STUDI KONSTANTA HARMONIK PASANG SURUT TERHADAP DATA SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU PARI ABSTRAK Studi Konstanta Harmonik Pasang Surut Terhadap Data Suhu Permukaan Laut Di Perairan Pulau Pari (Harso Widisanto..et.al) STUDI KONSTANTA HARMONIK PASANG SURUT TERHADAP DATA SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN

Lebih terperinci

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. PASANG SURUT Untuk apa data pasang surut Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Mengingat

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI Modul Pengolahan Data Rata-rata Tunggang Pasut Disusun oleh : Asyari Adisaputra 2010 Pendahuluan Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan

Lebih terperinci

Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan

Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan Jurnal Penelitian Sains Volume 15 Nomer 1(D) 15108 Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan Heron Surbakti Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Sriwijaya, Sumatera

Lebih terperinci

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut Hasil pengukuran arus transek saat kondisi menuju surut dapat dilihat pada Gambar III.13. Terlihat bahwa kecepatan arus berkurang terhadap kedalaman. Arus permukaan dapat mencapai 2m/s. Hal ini kemungkinan

Lebih terperinci

Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty

Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty 1 N Nurisman et al. / Maspari Journal 04 (2012) 110-115 Maspari Journal, 2012, 4(1), 110-115 http://masparijournal.blogspot.com Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode

Lebih terperinci

Analisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga

Analisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga nalisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga I. U. KHSNH 1*, S. WIRDINT 2 dan Q. GUVIL 3 1,3 Tenaga Pengajar Teknik Geodesi, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : PERBANDINGAN FLUKTUASI MUKA AIR LAUT RERATA (MLR) DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA TIMUR DENGAN PERAIRAN PANTAI SELATAN JAWA TIMUR Anugrah Dewi Mahatmawati 1 Mahfud Efendy 2 Aries Dwi Siswanto 2 1 Alumni

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE Sidang Tugas Akhir PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE Miftakhul Ulum 350710021 Pendahuluan 2 Latar Belakang Pasut fenomena periodik dapat diprediksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Kecamatan Muara Gembong merupakan kecamatan di Kabupaten Bekasi yang terletak pada posisi 06 0 00 06 0 05 lintang selatan dan 106 0 57-107 0 02 bujur timur. Secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. I.2 Tujuan

PENDAHULUAN. I.2 Tujuan I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Ongkosongo (1989), pengetahuan mengenai pasang surut secara umum dapat memberikan informasi yang beraneka macam, baik untuk kepentingan ilmiah, maupun untuk pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pasang surut laut (pasut) merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI

BAB III 3. METODOLOGI BAB III 3. METODOLOGI 3.1. Pasang Surut Pasang surut pada umumnya dikaitkan dengan proses naik turunnya muka laut dan gerak horizontal dari massa air secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik

Lebih terperinci

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT Oleh: Gading Putra Hasibuan C64104081 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Bab 3 3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Sebelum pemodelan dilakukan, diperlukan data-data rinci mengenai kondisi fisik dari lokasi yang akan dimodelkan. Ketersediaan dan keakuratan data fisik yang digunakan

Lebih terperinci

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT PROSES DAN TIPE PASANG SURUT MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PASANG SURUT MODUL I METODE ADMIRALTY Disusun Oleh : PRISMA GITA PUSPAPUAN 26020212120004 TIM ASISTEN MOHAMMAD IQBAL PRIMANANDA 26020210110028 KIRANA CANDRASARI 26020210120041 HAFIZ

Lebih terperinci

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian Pasang Surut Pasang surut

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS IV.1 Uji Sensitifitas Model Uji sensitifitas dilakukan dengan menggunakan 3 parameter masukan, yaitu angin (wind), kekasaran dasar laut (bottom roughness), serta langkah waktu

Lebih terperinci

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya

Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya PENENTUAN HWS (HIGH WATER SPRING) DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN ELEVASI DERMAGA (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Pelabuhan Teluk Lamong) Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Penelitian tentang Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut

3. METODOLOGI. Penelitian tentang Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut 3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan waktu pengamatan Penelitian tentang Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut dilaksanakan di Muara Binuangeun yang terletak pada 06º50 35.88 LS dan 105º53

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Beda Tinggi Antara Bench Mark Dengan Palem Dari hasil pengukuran beda tinggi dengan metode sipat datar didapatkan beda tinggi antara palem dan benchmark

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 25 September 2016 Minggu, 25 September 2016 PERAIRAN LHOKSEUMAWE,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Software aplikasi hitungan pasut ini dibuat menggunakan bahasa program Borland

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP Mifroul Tina Khotip 1, Aries Dwi Siswanto 2, Insafitri 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95. Tabel 4.4 Debit Bulanan Sungai Jenggalu Year/Month Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1995 3.57 3.92 58.51 25.35 11.83 18.51 35.48 1.78 13.1 6.5 25.4 18.75 1996 19.19 25.16 13.42 13.21 7.13

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Foto stasiun pengamatan pasut di Kecamatan Muara Gembong

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Foto stasiun pengamatan pasut di Kecamatan Muara Gembong BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pasut Dalam pengambilan data pasut, ada dua cara pengukuran yang dapat dilakukan, yitu pengukuran secara manual dan otomatis. Pengukuran manual menggunakan alat palem, sementara dalam

Lebih terperinci

Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Supiyati, Syamsul Bahri dan Iwan Erdi Abstract: Penelitian mengenai prediksi jangka pendek debit aliran irigasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian II.1.1 Kondisi Geografi Gambar 2.1. Daerah Penelitian Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS. Berdasarkan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY

PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY PRAKTIKUM 6 PENGOLAHAN DATA PASANG SURUT MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY Tujuan Instruksional Khusus: Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan pengolahan data pasang surut (ocean tide) menggunakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

Tidal Prediction On The Sungai Enam Pier Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Province

Tidal Prediction On The Sungai Enam Pier Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Province Tidal Prediction On The Sungai Enam Pier Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Province Elvi Anggio Peni College Student of Merine Science, FIKP UMRAH, elvianggiopenie@yahoo.co.id Arief Pratomo Lecture of Merine

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN : POSITRON, Vol. V, No. (5), Hal. - 5 ISSN : -97 Prediksi Ketinggian Gelombang Laut Perairan Laut Jawa Bagian Barat Sebelah Utara Jakarta dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Prada Wellyantama

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL TERHADAP PASANG SURUT DI SEKITAR PULAU JAWA

KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL TERHADAP PASANG SURUT DI SEKITAR PULAU JAWA KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL TERHADAP PASANG SURUT DI SEKITAR PULAU JAWA Abstrak Abdul Basith a,yudhono Prakoso b Abdul Basith a Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM ( ) b

Lebih terperinci

ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant

ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant : 48-55 ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI Musrifin 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Universitas Raiu Diterima : 5 April 2011 Disetujui : 14 April 2011 ABSTRACT Tidal

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan (Forecasting) Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan. Peramalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Peta lokasi penelitian disajikan pada Lampiran A. Hasil pengolahan data arus polar current rose disajikan pada Lampiran B. Hasil pengolahan data komponen arus setelah

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Oktober 2016 s/d 17 Oktober 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Oktober 2016 s/d 17 Oktober 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Oktober 2016 s/d 17 Oktober 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 13 Oktober 2016 Kamis, 13 Oktober 2016 PERAIRAN ACEH, PERAIRAN

Lebih terperinci

Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) 3 sesi. Disusun oleh : Sigit Nugroho Sigma Mu Rho

Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) 3 sesi. Disusun oleh : Sigit Nugroho Sigma Mu Rho Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) 3 sesi Disusun oleh : Sigit Nugroho Sigma Mu Rho Konsep Dasar Tersedianya data satu peubah (variabel) berdasarkan waktu Perilaku informasi spt: permintaan, penawaran,

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 214-220 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa Tengah

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Oktober 2016 s/d 02 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Oktober 2016 s/d 02 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Oktober 2016 s/d 02 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 29 Oktober 2016 Sabtu, 29 Oktober 2016 PERAIRAN SELATAN PULAU

Lebih terperinci

Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak.

Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak. PERBANDINGAN TINGKAT SEDIMENTASI ANTARA KONDISI EKSISTING DENGAN ALTERNATIF KONDISI LAINNYA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEMANGKAT KALIMANTAN BARAT Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak cadrie_kobar@yahoo.com

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS L A M P I R A N 46 Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS KOLAKA Posisi 4 3'6.65" 121 34'54.5" waktu GMT + 08.00 Gerakan pasut diramalkan terhadap suatu Muka Surutan yang letaknya 9 dm di bawah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS_DAN_PERANCANGAN_APLIKASI. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang

BAB III ANALISIS_DAN_PERANCANGAN_APLIKASI. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang BAB III ANALISIS_DAN_PERANCANGAN_APLIKASI 3.1 Analisis Dalam proses analisis, terdapat dua cara yang ditempuh, diantaranya : a. Wawancara/Interview Langkah ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Pas Pa ang Surut Teor 1 Te Pembentukan Pasut a. Teor i Kesetimbangan

II TINJAUAN PUSTAKA Pas Pa ang Surut Teor 1 Te Pembentukan Pasut a. Teor i Kesetimbangan 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasang Surut Pasang surut selanjutnya disebut pasut adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda benda langit

Lebih terperinci

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004 Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004 R. Bambang Adhitya Nugraha 1, Heron Surbakti 2 1 Pusat Riset Teknologi Kelautan-Badan (PRTK), Badan Riset Kelautan

Lebih terperinci

ANALISA PASANG SURUT DI PERAIRAN JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FOURIER TRANSFORM

ANALISA PASANG SURUT DI PERAIRAN JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FOURIER TRANSFORM ANALISA PASANG SURUT DI PERAIRAN JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FOURIER TRANSFORM (Idha Yuliastuty 1), Kriyo Sambodho 2), Suntoyo 3) ) Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut

Lebih terperinci

Analisa Perilaku Biaya

Analisa Perilaku Biaya Modul ke: Analisa Perilaku Biaya Mengenali Prilaku biaya. Metode memisahkan biaya semivariabel atas biaya variable dan biaya tetap. Fakultas FEB Minanari, SE, M.Si Program Studi Manajemen Biaya VS Beban

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perbandingan Hasil Pemodelan dengan Data Lapang 4.1.1 Angin Angin pada bulan September 2008 terdiri dari dua jenis data yaitu data angin dari ECMWF sebagai masukan model dan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 30 Januari 2016 s/d 04 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 30 Januari 2016 s/d 04 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 30 Januari 2016 s/d 04 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 30 Januari 2016 Sabtu, 30 Januari 2016 BAGIAN BARAT LAMPUNG,

Lebih terperinci

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa G174 Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa Muhammad Ghilman Minarrohman, dan Danar Guruh Pratomo Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU Arif Ismul Hadi, Suwarsono, dan Herliana Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu, Telp. (0736)

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing. Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Alasan digunakan Metode Exponential Smoothing Banyak metode peramalan yang dapat digunakan dalam memprediksi tingkat penjualan untuk beberapa periode ke depan. Biasanya untuk

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI ENERGI PASANG SURUT DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP PROPINSI JAWA TENGAH

KAJIAN POTENSI ENERGI PASANG SURUT DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP PROPINSI JAWA TENGAH JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 78-86 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/joce KAJIAN POTENSI ENERGI PASANG SURUT DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP PROPINSI

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Mei 2016 s/d 26 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 22 Mei 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Mei 2016 s/d 26 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 22 Mei 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Mei 2016 s/d 26 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 22 Mei 2016 Minggu, 22 Mei 2016 PERAIRAN ACEH, PERAIRAN KEP. SIMUELUE,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek kehidupan dari bangsa ini akan selalu dipengaruhi oleh keadaan hujan ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek kehidupan dari bangsa ini akan selalu dipengaruhi oleh keadaan hujan ataupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara daerah tropis yang diapit antara samuera Hindia dan samudera Pasifik juga antara benua Asia dan benua Austarlia, memiliki dua musim dalam setahun,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara geografis, Kecamatan Padang Cermin terletak di sebelah Tenggara Kabupaten

Lebih terperinci

Simulasi Pemodelan Arus Pasang Surut di Luar Kolam Pelabuhan Tanjung Priok Menggunakan Perangkat Lunak SMS 8.1

Simulasi Pemodelan Arus Pasang Surut di Luar Kolam Pelabuhan Tanjung Priok Menggunakan Perangkat Lunak SMS 8.1 79 Indriani et. al./ Maspari Journal 01 (2010) 79-83 Maspari Journal 01 (2010) 79-83 http://masparijournal.blogspot.com Simulasi Pemodelan Arus Pasang Surut di Luar Kolam Pelabuhan Tanjung Priok Menggunakan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Oseanografi Perairan Teluk Bone Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah Barat dan Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara di

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK POLA ARUS DI PERAIRAN SELAT LAMPA, KABUPATEN NATUNA, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

STUDI KARAKTERISTIK POLA ARUS DI PERAIRAN SELAT LAMPA, KABUPATEN NATUNA, PROVINSI KEPULAUAN RIAU JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 499-507 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI KARAKTERISTIK POLA ARUS DI PERAIRAN SELAT LAMPA, KABUPATEN NATUNA, PROVINSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Wilayah Studi Wilayah studi dari penelitian ini adalah daerah Sukarame yaitu PH-03 Sukarame. Daerah ini merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kotamadya Bandar Lampung,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penelitian Kecamatan Muara Gembong merupakan daerah pesisir di Kabupaten Bekasi yang berada pada zona 48 M (5 0 59 12,8 LS ; 107 0 02 43,36 BT), dikelilingi oleh perairan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. BAB II DASAR TEORI. Umum Pada kebanyakan sistem, baik itu elektronik, finansial, maupun sosial sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. Karena sebagian besar sinyal

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Pantai Pemaron merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir Bali utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai wisata

Lebih terperinci

ANALISIS PASANG SURUT DI DERMAGA SUNGAI ENAM KIJANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK

ANALISIS PASANG SURUT DI DERMAGA SUNGAI ENAM KIJANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK ANALISIS PASANG SURUT DI DERMAGA SUNGAI ENAM KIJANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK Endi Dalpan Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, dalpan.endi@gmail.com Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

Studi Prosedur Dealiasing untuk Deteksi Konstanta Pasut Dominan

Studi Prosedur Dealiasing untuk Deteksi Konstanta Pasut Dominan Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.4 Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Oktober Desember 21 Studi Prosedur Dealiasing untuk Deteksi Konstanta Pasut Dominan NI MADE RAI RATIH CAHYA PERBANI Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan lapangan. Penelitian di

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan lapangan. Penelitian di 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan lapangan. Penelitian di laboratorium dilakukan pada 28-29 Februari 2012 yang bertempat di Workshop Akustik

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Perubahan vertikal muka air laut secara periodik pada sembarang tempat di pesisir atau di lautan merupakan fenomena alam yang dapat dikuantifikasi. Fenomena tersebut

Lebih terperinci

Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah

Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah Buletin Oseanografi Marina April 03. vol. 6-67 Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah Lucy Amellia Lisnawati *), Baskoro Rochaddi *), Dwi Haryo Ismunarti *) *)

Lebih terperinci