BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA"

Transkripsi

1 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Provinsi Gorontalo tidak terlepas dari rangkaian mekanisme fungsi perencanaan yang sudah berjalan mulai dari Perencanaan Strategis (RPJMD/Renstra) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) ataupun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Perjanjian Kinerja (PK) Pemerintah Provinsi Gorontalo, pun tidak terlepas dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri sebagai fungsi Actuating dari berbagai piranti perencanaan yang sudah dibuat tersebut, hingga kemudian sampailah pada saat pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan yang mengerahkan seluruh sumber daya manajemen pendukungnya. Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan berbasis kinerja adalah orientasi untuk mendorong perbaikan, di mana program/kegiatan dan sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan, baik pada level keluaran, hasil maupun dampak. Bab 3 mengungkapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengukuran Realisasi Capaian Kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo Tahun 2016; 2. Evaluasi dan Analisis Realisasi Capaian Kinerja; 3. Realisasi Anggaran. 80

2 Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip good governance dimana salah satu pilarnya adalah akuntabilitas yang akan menunjukkan sejauh mana sebuah instansii pemerintahan telah memenuhi tugas dan mandatnya dalam penyediaan layanan publik yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Sehingga, pengendalian dan per tanggungjawaban program/kegiatan menjadi bagian penting dalam kinerja pemerintah daerah kepada publik telah dicapai. Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur, terdapat standar pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya. Pertanggung jawaban pengukuran yang diukur adalah kegiatan, program, dan sasaran, yang prosesnya adalah sejauh mana kegiatan, program, dan sasaran dilaksanakan tidak salah arah dengan berbagai piranti perencanaan yang telah dibuat. Sebagai bagian dari komitmen Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk membangun sistem akuntabilitas kinerja ini, dengan terus berinovasi dan mengembangkan sistem pengendalian dan evaluasi yang transparan menuju perbaikan terhadap pelayanan publik PENGUKURAN REALISASI KINERJA TAHUN 2016 Adapun pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan di ketahui selisih atau celah kinerja (performance gap). Selanjutnya, berdasarkan selisih kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna mendapatkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Realisasi kinerja setiap sasaran, menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Tingkat Realisasi Positif ( jika semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin tinggi capaian kinerja dan jika semakin rendah realisasi, menunjukkan semakin rendah capaian kinerja). Realisasi Capaian = x 100 % Target 81

3 2. Tingkat Realisasi Negatif ( jika semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah capaian kinerja dan jika semakin rendah realisasi menunjukkan semakin tinggi capaian kinerja). Target (Realisasi-Target) Capaian = x 100 % Target Sedangkan untuk skala penialaian terhadap realisasi kinerja pemerintah menggunakan skala pengukuran ordinal sebagai berikut : Tabel 3.1 Skala Nilai Peringkat Kinerja No. Interval Nilai Kriteria Penialaian Kode / Warna 1 91 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah 5 50 Sangat Rendah Adapun rincian pengukuran kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo Tahun 2016 adalah sebagai berikut: 82

4 Tabel 3.2 Realisasi dan Capaian IKU Tahun 2016 Pemerintah Provinsi Gorontalo No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Daerah 1 Jumlah Investor Berskala Nasional PMA dan PMDN 2 Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional PMDN dan PMA (Rp) 17 PMA/PMDN 50 PMA/PMDN 294,12 4,069 TRILIUN 4,145 Triliun 101,87 2 Meningkatkan Kinerja Ekspor Komoditi Unggulan Daerah dan diversifikasi komoditi lainnya 3 Terwujudnya Pertumbuhan Usaha Koperasi dan UKM 4 Peningkatan Lapangan Kerja 5 Meningkatnya Infrastruktur Daerah 3 Jumlah Ekspor Komoditi Unggulan Daerah 4 Jumlah perdagangan antar pulau 5 Jumlah Koperasi Berkualitas 6 Jumlah UMKM 7 Jumlah wira usaha baru yang difasilitasi oleh modal usaha 8 Persentase Angka Pengangguran Terbuka 9 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 10 Persentase jalan dengan kondisi baik 11 Persentase jiwa yang terlayani oleh akses air bersih 12 Tanggul penanganan erosi, longsor dan Ton ,195 Ton Ton Ton 14,20 127,39 20 Koperasi 20 Koperasi 100, Unit Unit 139, UMKM 0 0,00 3,75 % 2,76 % 126,40 65,75 % 67,89 % 103,25 70,18 % 70,18 % 100, jiwa jiwa 13, M 426,60 M 72,73 83

5 sedimentasi 6 Meningkatnya Aksesibilitas Pendidikan 13 Sarana sanitasi yang terbangun (MCK) 120 Unit 55 unit 45,83 14 Angka Melek Huruf 97,00 % 99,81 102,90 15 Angka Partisipasi Murni (APM) 16 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket 98,25 % APM SMP/MTs/Paket B 94,40 % A SMA/MA/SMK/Pa ket C 76,05 % TK/PAUD 57,19% 98,34 100,09 75,43 79,90 76,13 100,11 53,44 93,44 SD/MI 111,25% 111,40 100,13 SMP/MTs 99,90% SMA/MA/SMK 93,09 % 99,75 99,85 93,54 100,48 17 Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah SD/MI 74,00 79,01 106,77 SMP/MTs 61,00 62,29 102,11 SMA/MA/SMK 15,75 26,51 168,32 SMP/MTs ,89 115,09 SMA/MA/SMK ,77 105,89 7 Meningkatnya Kualitas Pendidikan 18 Angka Putus Sekolah SD/MI 0,03 % 0,00 300,00 SMP/MTs 0,03 % 0,03 100,00 SMA/MA/SMK 0,02 % 0,01 200,00 19 Angka Kelulusan SD/MI 100 % 100 % 100,00 84

6 SMP/MTs 99,70% SMA/MA/SMK 98,50 % 100 % 100, % 101,52 8 Meningkatnya Status Kesehatan Masyarakat 20 Angka Usia Harapan Hidup 21 Angka Kematian Ibu/ Angka kematian bayi/1.000 Kelahiran Hidup 23 Angka kematian neonatal/1.000 kelahiran hidup 24 Angka kematian balita/1.000 kelahiran hidup 68,6 67,12 97, ,4 34, ,0 82,81 8,90 11,0 76, ,3 99,38 9 Meningkatnya Status Masyarakat Gizi 25 Persentase balita gizi buruk 26 Prevelensi kekurangan gizi (standar WHO, 2005) 3,34 4,56 63,47 13,56 22,25 35,91 10 Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam 11 Meningkatnya Produksi Hasil Pertanian dan Perikanan 27 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis ha ha 246,34 28 Jumlah produksi padi ton ton 102,07 29 Jumlah produksi jagung ton ton 98,26 30 Jumlah produksi perikanan tangkap 31 Jumlah Produksi Perikanan Budidaya ton ton 103, ton ton 53,75 32 Jumlah Populasi sapi ekor ekor 94,70 33 Jumlah popolasi ayam buras ekor ekor 91,10 85

7 12 Meningkatnya Kemauan PMKS dalam Memenuhi Kebutuhan Dasarnya 13 Peningkatan kesejahteraan dan pelayanan serta pembinaan pengembangan nilai-nilai agama, adat dan budaya serta peran pemuda dalam pembangunan 14 Meningkatnya Pelestarian Budaya Daerah 34 Jumlah layanan atas perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial masyarakat 35 Persentase potensi konflik yang dapat diantisipasi 36 Jumlah penyelenggaraan festival seni dan budaya tingkat Nasional /Internasional 120 kk 130 kk 108,33 90 % 92 % 102,22 3 kali 3 kali 100,00 37 Budaya yang dilestarikan 5 kali 35 kali 700,00 15 Meningkatnya Nilai Indikator Kualitas Hidup Perempuan 16 Menurunnya Angka Tindak Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan dan Anak 17 Meningkatnya Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dalam Pelayanan pada 38 Pelestarian Benda Purbakala dan Cagar Budaya 39 Partisipasi angkatan kerja perempuan 40 Indeks Pembangunan Gender 41 Indeks Pemberdayaan Gender 42 Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 43 Indeks Reformasi Birokrasi 44 Opini Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah 32 jenis 32 jenis 100,00 42,11 % 45,80 % 108,76 67,02 % 85,87 % 103,34 59,72 % 69,26 % 143,79 27 kasus 46 kasus 29,63 Kategori Baik Kategori Baik 100,00 WTP WTP * 100,00 * 86

8 Masyarakat 45 Indeks Kepuasan Masyarakat 18 Terwujudnya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Miskin 46 Persentase Penduduk Miskin 47 Jumlah cakupan layanan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin dan Komunitas Adat Terpencil (KAT) 48 Jumlah sarana kebutuhan dasar yang dibangun bagi RTSM 49 Jumlah pendapatan ratarata nelayan (Rp./bln) 50 Jumlah pendapatan pembudidaya (Rp./bln) 80 89,15 111,44 14,5 17,63 78, kk 1220 kk 677, unit Mahyani 861 unit Mahyani 86, , ,- 101, , ,- 109,74 Catatan : * adalah realisasi capaian kinerja pada tahun Realisasi capaian kinerja tahun 2016 untuk indikator ini dapat diketahui pada awal bulan Juni Tahun EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA Pada bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan capaian kinerja secara umum sebagimana sudah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Pengukuran kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo tahun 2016 menggunakan dasar dan metode yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per sasaran strategis berdasarkan tiap tujuan. 1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Tujuan pertama Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah yang dijabarkan dalam 4 (empat) sasaran strategis 87

9 Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan 9 (sembilan) indikator kinerja utama. Selanjutnya akan disajikan analisis capaian kinerja setiap sasaran untuk tujuan pertama ini sebagai berikut : a. Sasaran Terwujudnya Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Daerah Terwujudnya pertumbuhan ekonomi dan daya saing daerah akan dicapai dan diukur dengan menetapkan 2 (dua) indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo yaitu jumlah investor berskala Nasional PMA dan PMDN yang di barengi dengan jumlah nilai investasi, dimana kedua indikator kinerja utama ini dianggap mampu mencapai sasaran strategis tersebut. Selanjutnya, akan di analisis per indikator kinerja utama tersebut sebagai berikut : No. Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian s.d Akhir RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Jumlah Investor Berskala 43 PMA/PMDN 17 PMA/PMDN 50 PMA/PMDN 294,12 19 PMA/ PMDN 263,16 Nasional PMA dan PMDN 2 Jumlah Nilai 4,124 Triliun 4,069 Triliun 4,145 Triliun 101,87 5,087 81,48 Investasi Berskala Trilyun Nasional PMDN dan PMA (Rp) Sumber Data : Dinas Penanaman Modal, ESDM dan Transmigrasi Prov. Gorontalo Dari tabel 3.3 dapat diketahui realisasi capaian kinerja tahun 2016 dan realisasi tahun sebelumnya. Realisasi sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 43 investor PMA/PMDN dengan nilai investasi juga meningkat sebesar 4,124 Triliun. Dan di tahun 2016, jumlah investor menjadi 50 PMA/PMDN dengan nilai 88

10 investasi sebesar 4,145 Triliun. Capaian kinerja kedua indikator kinerja ini sangat tinggi terlihat dari tingkat capaian kinerja capaian yang melebihi 100 persen. Realisasi capaian kinerja sampai dengan tahun 2016 jika dibandingkan dengan target capaian akhir tahun RPJMD untuk indikator kinerja jumlah investor berskala Nasional PMA dan PMDN, sudah melampaui target. Sebagaimana dapat pula dilihat dalam tabel 3.3 bahwa capaian sampai dengan tahun 2016 untuk indikator kinerja ini terhadap target yang ditetapkan diakhir RPJMD Provinsi Gorontalo Tahun Selanjutnya, terhadap indikator kinerja jumlah nilai investasi, jika di bandingkan dengan target yang ditetapkan diakhir RPJMD, capaian sebesar 81, 48 persen sehingga masih ada selisih 18,52 persen yang masih harus dicapai diakhir tahun RPJMD. Kecenderungan peningkatan jumlah investasi yang terjadi di Provinsi Gorontalo ini disebabkan oleh beberapa hal: 1. Adanya komitmen pemerintah Provinsi Gorontalo dalam meningkatkan potensi investasi daerah seperti menggalang kerjasama investasi dengan investor dalam dan luar negeri dan mempertemukan Pemerintah dengan Investor dalam dan luar negeri secara langsung melalui event Temu Bisnis sebagai upaya untuk menarik minat investor dalam menanamkan modalnya di Provinsi Gorontalo. 2. Promosi Investasi Promosi investasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo yaitu dengan mengembangkan website investasi yang menarik lengkap dan terupdate serta menjaring Investor melalui internet. 3. Menyelenggarakan Gelar Potensi Investasi Daerah Tingkat Provinsi yang bertujuan untuk mempromosikan potensi investasi Provinsi Gorontalo baik di tingkat Nasional maupun ditingkat Internasional serta menarik minat investor untuk berinvestasi di Provinsi Gorontalo. 4. Perumusan Kebijakan Investasi 89

11 Selanjutnya, kebijakan pemerintah Provinsi Gorontalo menyangkut peningkatan jumlah investasi di Provinsi Gorontalo adalah membuat aturan/payung hukum yang akan digunakan untuk pelaksanaan penanaman modal di daerah yang difokuskan pada merumuskan kebijakan-kebijakan investasi di Provinsi Gorontalo sehingga menjamin rasa aman dan kemudahan dalam berinvestasi yang ditunjang dengan kegiatan-kegiatan : Pengembangan potensi investasi bagi masyarakat, kegiatan ini bertujuan untuk pengembangan managerial Skill bagi pelaku UMKM serta pelaku investasi masyarakat yang paham/mengetahui adanya potensi investasi; Data potensi investasi dan dokumen studi kelayakan kegiatan, ini bertujuan untuk menyediakan data dan informasi yang akurat mengenai kelayakan investasi tentang potensi potensi unggulan daerah yang bermanfaat bagi investor dalam merencanakan investasinya di Provinsi Gorontalo. Sehingga para investor yang akan berinvestasi di Provinsi Gorontalo bisa beroleh kepastian tentang potensi investasi dimaksud. Meningkatnya capaian realisasi investasi juga dapat dilihat dari pertambahan jumlah pelaku investasi swasta murni. b. Sasaran Meningkatkan Kinerja Ekspor Komoditi Unggulan Daerah dan diversifikasi komoditi lainnya Pencapaian kinerja sasaran ini dihasilkan dari pelaksanaan program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor Komoditi Unggulan dengan menitik beratkan pada koordinasi program pengembangan ekspor dengan instansi terkait/asosiasi/eksportir/ pengusaha dengan tujuan antara lain untuk meningkatkan koordinasi program dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dan pusat melalui rapat koordinasi, yang bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan ekspor daerah dan pusat, dalam rangka mendorong peningkatan ekspor nasional. Dukungan selanjutnya adalah melalui Pelatihan prosedur ekspor impor dalam rangka membangun pemahaman bersama para pelaku 90

12 usaha di daerah terhadap prosedur dan mekanisme ekspor-impor, termasuk didalamnya standarisasi mutu barang ekspor impor. Jumlah volume dan nilai ekspor dipengaruhi pula oleh standarisasi mutu barang ekspor berupa Pengujian Komoditi dan Penerbitan Sertifikasi Mutu Produk Ekspor dalam rangka peningkatan pengawasan dan pengendalian mutu barang ber- SNI dan komoditi ekspor impor serta pengujian dan Sertifikasi. No. Tabel 3.4 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian s.d Akhir RPJMD Indikator Kinerja Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Jumlah Ekspor ,195 14, ,83 Komoditi Unggulan Daerah Ton Ton Ton ton 2 Jumlah perdagangan antar pulau Ton Ton Ton 127, ton 121,67 Sumber Data : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Prov. Gorontalo Dari tabel 3.4 dapat diketahui bahwa Ekspor komoditi unggulan Provinsi Gorontalo sebagaimana uraian target capaian indikator RPJMD, dimana target untuk volume ekspor komoditi unggulan Provinsi Gorontalo Tahun 2016 sebesar ton dengan pencapaian realisasi sebesar ,195 ton. Dari data tersebut diketahui bahwa capaian realisasi dari indikator ini belum sesui dengan target yang telah ditetapkan atau dengan capaian hanya 14,20 persen. Sementara realisasi terhadap indikator perdagangan antar pulau, melampaui target yang telah ditetapkan dengan capaian sebesar 127,39 persen. Pencapaian ini juga sudah melebihi target RPJMD. 91

13 Komoditi unggulan yang dieksport yakni 6 komoditi kayu, jagung kuning dan gula tetes, bungkil kopra, sabuk kelapa dan arang tempurung. Pencapaian kinerja sasaran ini dihasilkan dari pelaksanaan program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor Komoditi Unggulan, dengan kegiatan : 1) Koordinasi program pengembangan ekspor dengan instansi terkait/asosiasi/eksportir/ pengusaha. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan ekspor daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dan pusat, dalam rangka mendorong peningkatan ekspor nasional. 2) Pelatihan prosedur ekspor impor. Melalui kegiatan ini terbangun pemahaman bersama para pelaku usaha di daerah terhadap prosedur dan mekanisme ekspor-impor, termasuk didalamnya standarisasi mutu barang ekspor impor. Terkait dengan capaian indikator Jumlah Ekspor Komoditi Unggulan Daerah yang belum mencapai target yang telah ditetapkan dengan capaian sebesar 14,20 persen. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh berbagai faktor penghambat lambatnya pencapaian realisasi ini yang antar lain adalah kurangnya SKA yang diterbitkan melalui Provinsi Gorontalo dan banyaknya komoditi yang diantar pulaukan saja. Dengan kondisi seperti ini, secara langsung sangat mengurangi volume ekspor Gorontalo. Dalam rangka perbaikan kinerja Ekspor komoditi unggulan Daerah di provinsi Gorontalo, langkah-langkah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah: 1. Pembangunan Infrastruktur pendukung seperti pelabuhan laut dan pelabuhan udara perlu terus disempurnakan untuk mendorong peningkatan eksport. 2. Pemerintah perlu melakukan kebijakan subtitusi impor terutama pada produkproduk yang potensial dihasilkan oleh Gorontalo. 3. Meningkatkan peran UPTD BPSMB dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu barang yang ber SNI dan pengawasan eksport import sehingga geliat eksport komoditi unggulan daerah lebih bersemangat. 92

14 Terkait perdagangan antar pulau, pencapaian kinerja sasaran diperoleh dari pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan Kerjasama Dagang Antar Daerah, dengan target capaian menunjang pencapaian sasaran program adalah kantor perwakilan dagang antar pulau Gorontalo di Surabaya. Dengan adanya kantor perwakilan dagang maka perdagangan antar pulau Gorontalo ke Surabaya dapat difasilistasi dalam proses transaksi jual beli. Pencapaian kinerja ini didukung pula oleh kegiatan-kegiatan Pengawasan Barang Beredar dan Perlindungan Konsumen, program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan melalui peningkatan pengawasan peredaran barang dan jasa dengan tujuan harga / stok kebutuhan pokok di kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo tetap terjaga, sehingga mampu menciptakan iklim usaha yang sehat dan kondusif. Fasilitasi penyelesaian permasalahan-permasalahan pengaduan konsumen, Operasional dan pengembangan UPT Kemetrologian Daerah dengan tujuan tercipta tertib ukur dan tertib usaha dikalangan pelaku usaha sehingga mendorong peningkatan ketaatan pelaku usaha dalam penggunaan alat UTTP serta meningkatnya jaminan dan kepastian hukum penggunaan alat UTTP didaerah. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pencapaian kinerja sasaran ini dihasilkan dari pelaksanaan program dan kegiatan adalah Program Peningkatan Standarisasi Mutu Barang Ekspor, dengan kegiatan bimtek dan sosialisasi standarisasi mutu barang melalui kegiatan peningkatan pengawasan dan pengendalian mutu barang ber-sni dan komoditi ekspor impor. c. Sasaran Terwujudnya Pertumbuhan Usaha Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Upaya pemberdayaan koperasi ditujukan untuk mewujudkan lingkungan usaha yang mampu menstimulasi, memfasilitasi serta menciptakan iklim usaha yang kondusif pada 93

15 berbagai tingkat pemerintahan agar koperasi memiliki daya saing yang tinggi didalam dan luar negeri. Koperasi berkualitas adalah koperasi sebagai badan usaha yang dicirikan oleh prinsip-prinsip kohesivitas dan partisipasi anggota yang kuat dengan kinerja usaha yang semakin sehat dan berorientasi kepada usaha anggota serta memiliki kepedulian sosial. Instrument yang digunakan dalam menetapkan kualitas koperasi adalah hasil pelaksanaan klasifikasi terhadap masing-masing koperasi. Pelaksanaan klasifikasi koperasi didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Nomor : 22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa pemeringkatan koperasi didasarkan kepada penilaian terhadap 6 (enam) aspek koperasi berkualitas yang terdiri dari : - Aspek badan usaha aktif; - Aspek kinerja usaha yang semakin sehat; - Aspek kohesivitas dan partisipasi anggota; - Aspek orientasi kepada pelayanan anggota; - Aspek pelayanan terhadap masyarakat; - Aspek kontribusi terhadap pembangunan daerah. No. Tabel 3.5 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian s.d Akhir Tahun RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Jumlah Koperasi Berkualitas 15 Unit 20 Unit 20 Unit 100, Unit 17,39 2 Jumlah UMKM Unit Unit Unit 142, Unit 139,53 3 Jumlah wira usaha baru yang difasilitasi oleh modal usaha UMKM 1000 UMKM UMKM 0 Sumber Data : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Prov. Gorontalo 94

16 Berdasarkan data pada tabel 3.5 dapat diketahui bahwa realisasi capaian kinerja tahun 2016 terhadap indikator kinerja jumlah koperasi berkualitas mencapai 100 persen. Realisasi ini meningkat bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yang sebesar 15 unit koperasi. Jika dibandingkan dengan target akhir RPJMD, capaian terhadap indikator kinerja ini sebesar 17,39 persen. Capaian terhadap indikator kinerja ini sangat tinggi dengan nilai 100 persen. Indikator jumlah UMKM, dengan target yang ditetapkan sebesar unit UMKM, realisasi sebesar unit UMKM. Realisasi capaian untuk indikator ini melebihi target yang telah ditetapkan sebesar 142,46 persen. Jika di bandingkan dengan realisasi tahun 2015 yang mencapai unit UMKM, maka capaian ditahun 2016 ini meningkat sebesar 98,03 persen. Capaian ditahun 2016 ini dibandingkan dengan target akhir RPJMD adalah sebesar 139,53 atau melebihi target RPJMD. Capaian indikator kinerja inipun sangat tinggi dengan nilai capaian sebesar 139,66 persen. Sementara itu, terhadap indikator Jumlah wira usaha baru yang difasilitasi oleh modal usaha realisasi capaian pada tahun 2016 sebesar 0 persen. Dari target sebesar 1000 UMKM, tidak dapat direalisasikan. Dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, capaian ditahun 2016 ini meningkat, dimana realisasi tahun 2015 hanya sebesar UMKM yang difasilitasi modal usaha. Capaian ditahun 2016 terhadap target RPJMD masih cukup rendah yaitu sebesar 1,92 persen. Terhadap indikator kinerja ini, nilai kinerjanya pun Gambar : 3.1 Salah satu UMKM sulaman Karawo 95

17 sangat tinggi yang mencapai 139,00 persen. Pada Tahun 2016, semakin membaiknya iklim usaha dan investasi di daerah melalui peran dan kontribusi pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam mendorong pertumbuhan sektor riil, serta makin tingginya dukungan perbankan terhadap permodalan UMKM sehingga usaha-usaha kecil di Provinsi Gorontalo terangkat menjadi usaha menengah. pertumbuhan jumlah koperasi semakin naik dari tahun ke tahun. Selain itu, capaian kinerja tersebut dikarenakan semakin baiknya koordinasi dan implementasi program dan kegiatan antara pemerintah Provinsi dengan pemerintah Kabupaten / Kota, serta kerjasama dengan para stakeholder yang terkait dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan. Adapun program dan kegiatan yang berpengaruh terhadap pencapaian tersebut antara lain program Pengembangan KUKM, penguatan dan kegiatan Pengembangan Koperasi Berkualitas serta Fasilitasi Kredit Perbankan kepada KUKM telah berhasil memfasilitasi KUKM dalam mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja sasaran Tahun 2016 adalah rendahnya kesadaran anggota dalam mengembangkan koperasi, koordinasi antar sektor dalam hal pembinaan pengembangan dan pemberdayaan KUKM belum berjalan dengan baik, belum adanya Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Koperasi (Balatkop), tingkat suku bunga KUR Mikro masih dirasakan cukup tinggi, serta terjadinya tunggakan Kredit Program KUT, Pangan dan Pupuk. Selanjutnya, realisasi yang dicapai terhadap indikator jumlah UMKM di Provinsi Gorontalo adalah sebesar UMKM dari target yang ditetapkan sebesar UMKM atau capaian sebesar 139,66 persen. Capaian kinerja ini akibat semakin membaiknya iklim usaha dan investasi di daerah melalui peran dan kontribusi pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam mendorong pertumbuhan sektor riil, makin tingginya dukungan perbankan terhadap permodalan UMKM. 96

18 Keberhasilan dari capaian kinerja ini dihasilkan dari pelaksanaan program Pengembangan UMKM melalui kegiatan penyelenggaraan promosi produk UMKM. Output kegiatan ini yang menunjang pencapaian kinerja sasaran dan program adalah terselenggaranya promosi/pameran produk UMKM Gorontalo, terealisasinya sewa galeri UMKM di Jakarta dan terjalinnya kemitraan usaha melalui MoU tentang promosi produk UMKM. Selain itu juga kegiatan Fasilitasi Pendampigan Pos Daya dan SHAT telah berhasil memfasilitasi sebanyak 25 orang pengelola pos daya dalam meningkatkan SDM dan keterampilan dalam pengelolaan pos daya. Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja sasaran tahun 2016 adalah masih rendahnya kesadaran dan pemahaman pelaku usaha kecil untuk memformalkan usahanya melalui pengurusan perijinan, dimana hal ini merupakan salah satu persyaratan untuk bisa mengakses modal perbankan. Disamping itu pula masih terdapat hambatan dari sisi regulasi mengenai pajak dan retribusi yang dinilai memberatkan pelaku usaha kecil dalam mengembangkan usahanya. Praktek-praktek penarikan retribusi daerah yang mengatasnamakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang kurang berpihak terhadap usaha kecil merupakan penghambat terbesar proses transformasi usaha didaerah. Makin membaiknya iklim usaha di Provinsi Gorontalo, maka banyak tumbuh industri-industri kecil menengah yang sejenis yang tumbuh di tahun 2016, antara lain kebijakan pemerintah daerah yang makin berpihak terhadap Industri Kecil Menengah (IKM), antara lain makin kemudahan akses IKM terhadap permodalan, penyelenggaraan pelatihan dan bimbingan teknis bagi IKM serta bantuan peralatan bagi sentra IKM khususnya sentra kerajinan dan pangan. Selain itu keberhasilan sasaran ini ditunjang dengan semakin meningkatnya produksi karawo (tenun khas Gorontalo) dan semakin dikenalnya karawo sebagai kerajinan Provinsi Gorontalo melalui upaya pemerintah dengan mengadakan promosi promosi serta Event Festival Karawo Provinsi Gorontalo. Selanjutnya, capaian terhadap indikator Jumlah Wirausaha Baru yang difasilitasi modal usaha di Provinsi Gorontalo, dengan persentase pencapaian 97

19 indikator sasaran sebesar 0 persen. Pencapaian target sasaran tersebut dihitung berdasarkan peningkatan jumlah wirausaha baru dari target yang ditetapkan sebanyak 1000 UMKM dari target RPJMD dengan tingkat realisasi sebesar 0 UMKM. Capaian kinerja tersebut tidak tercapai disebabkan karena terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 2016, tentang Pedoman Pembelian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang antara lain menyatakan bahwa, hibah kepada badan dan lembaga diberikan kepada Badan dan Lembaga yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan (pasal 6, Permendagri no. 14 tahun 2016). Dengan demikian, seluruh bantuan/hibah pengembangan WUB di Provinsi Gorontalo tidak dapat disalurkan kepada UMKM. d. Sasaran Peningkatan Lapangan Kerja Tingkat pengangguran (terbuka) dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen dengan rumus jumlah penganggur terbuka usia angkatan kerja dibandingkan dengan jumlah penduduk angkatan kerja dikali 100 persen. Berbagai terobosan dan inovasi telah dilakukan Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam rangka menekan angka pengangguran terbuka di Provinsi Gorontalo. Hal tersebut dituangkan dalam program-program dan kegiatan yang mendukung tercapainya penurunan angka pengangguran. Salah satunya adalah program kualitas dan produktivitas tenaga kerja adalah program yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja melalui pelatihan keterampilan, pengembangan dan penguatan kelembagaan, pemagangan, pengembangan jejaring kerjasama peran serta masyarakat dan dunia usaha. Yang kedua adalah program penempatan dan perluasan kesempatan kerja yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kerja seluas luasnya serta pembentukan kelompok-kelompok usaha yang akan menyerap tenaga kerja. 98

20 No. Tabel 3.6 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian s.d Akhir RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhada p 2017 (%) Angka Pengangguran 4,65 % 3,75 % 2,76 % 126,40 3,50 % 121,14 Terbuka 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 63,65 % 65,75 % 67,89 % 103,25 66,25 % 102,47 Sumber Data : BPS Provinsi Gorontalo dan Dinas Penanaman Modal, ESDM dan Transmigrasi Prov. Gorontalo Dari tabel 3.6 dapat diketahui realisasi capaian kinerja dari tabel capaian indikator kinerja diatas, dapat dilihat bahwa angka pengangguran terbuka di Provinsi Gorontalo pada tahun 2015 sebesar 4,65 persen atau naik sebesar 0,47 persen dibandingkan dengan tahun Target capaian diakhir RPJMD adalah sebesar 3,50 persen. Pada tahun 2016, angka pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo turun menjadi 2,76 persen atau capaian sebesar 126,40 persen dari target yang ditetapkan ditahun 2016 sebesar 3,75 persen. Jumlah penduduk bekerja meningkat sebanyak 3,59 juta dan orang Jumlah penganggur turun sebanyak 530 ribu orang. Hampir semua sektor mengalami kenaikan penyerapan tenaga kerja, kecuali sektor konstruksi turun sebanyak 230 ribu orang (2,80 persen). Kenaikan jumlah tenaga kerja terutama disektor jasa kemasyarakatan sebanyak 1,52 juta orang (8,47 persen), sektor perdagangan sebanyak 1,01 juta orang (3,93 persen), dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi sebanyak 500 ribu orang (9,78 persen). Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 mencapai orang, jumlah penduduk yang bekerja sebesar orang, atau bertambah sebesar orang dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Tingkat 99

21 Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan sebesar 0,58 persen poin. TPT mengalami penurunan sebesar 0,57 persen poin Partisipasi angkatan kerja di Provinsi Gorontalo sebesar 67,89 persen, jumlah ini naik jika dibandingkan dengan periode yang sama ditahun sebelumnya yang sebesar 63,65 persen. Peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja ini disebabkan proporsi penduduk usia kerja yang masuk ke pasar kerja mengalami kenaikan. Jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja naik sebesar orang. penduduk bukan angkatan kerja pada tahun 2016 sebesar orang, turun sebesar orang dari keadaan periode yang sama ditahun 2015 sebesar orang. Hampir semua sektor mengalami kenaikan penyerapan tenaga kerja, kecuali sektor konstruksi turun sebanyak 230 ribu orang (2,80 persen). Kenaikan jumlah tenaga kerja terutama disektor jasa kemasyarakatan sebanyak 1,52 juta orang (8,47 persen), sektor perdagangan sebanyak 1,01 juta orang (3,93 persen), sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi sebanyak 500 ribu orang (9,78 persen). Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Indikator yang dapat menggambarkan partisipasi angkatan kerja yaitu rasio aktifitas ekonomi umum, rasio ini khusus untuk penduduk usia kerja, atau biasa disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK adalah indikator yang biasa digunakan untuk menganalisa partisipasi angkatan kerja dengan rumus : Jumlah angkatan kerja dibagi jumlah penduduk usia kerja dikali 100 persen. Angka TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia kerja, dan sebaliknya. Angka TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia. 100

22 No Tabel 3.7 Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Gorontalo Dalam 3 Tahun Terakhir Uraian Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Angkatan Kerja Bekerja Penganggur Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ,76 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK ) ,89 Sumber: BPS Prov. Gorontalo Dari tabel 3.7 dapat diketahui perkembangan ketenaga kerjaan Provinsi Gorontalo selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2014, 2015 sampai dengan tahun Angkatan kerja Provinsi Gorontalo Tahun 2014 sebesar orang dengan jumlah orang yang bekerja sebesar orang dan yang menganggur sebesar orang. Dengan jumlah ini, tingkat pengangguran terbuka ditahun 2014 sebesar 4,18 persen dengan tingkat partisipasi anggkatan kerja sebesar 62,84 persen. Kondisi berbeda ditunjukkan ditahun 2015 dimana angkatan kerja di Provinsi Gorontalo meningkat menjadi orang dengan jumlah orang bekerja sebesar orang dan penganggur sebesar orang. Dengan jumlah tersebut, tingkat pengangguran terbuka ditahun 2015 sebesar 4,65 persen, meningkat dibandingkan denga tahun 2014 dan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 63,65 persen. Pada tahun 2016, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,76 persen dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 67,89 persen. Jumlah angkatan kerja Provinsi Gorontalo Tahun 2016 sebesar orang 101

23 dengan jumlah orang yang bekerja sebesar orang dan jumlah yang menganggur sebesar orang. Tabel 3.8 Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Realisasi Nasional No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Realisasi Tahun 2016 Realisasi Nasional Ket. (+/-) Peningkatan Lapangan 1 Angka Pengangguran 2,76 % 5,61 % + Kerja Terbuka 2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 68,60 % 68,06 % + Sumber Data : BPS Provinsi Gorontalo dan BPS Nasional Dari tabel 3.8 dapat diketahui bahwa Angka Pengangguran Terbuka Provinsi Gorontalo sebesar 2,76 persen dan Nasional sebesar 5,61 Persen. Capaian ini menunjukkan bahwa angka pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo lebih rendah dibandingkan dengan Nasional. Perbandingan angka pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo dan Nasional menunjukkan nilai positif atau angka pengangguran Provinsi Gorontalo lebih rendah bila dibandingkan dengan Nasional. Begitu pula dengan tingkat partisipasi angkatan kerja Provinsi Gorontalo tahun 2016 dibandingkan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja Nasional memiliki nilai positif atau TPAK Provinsi Gorontalo lebih besar dibandingkan dengan TPAK Nasional yaitu 68,60 persen Provinsi Gorontalo dan 68,06 persen Nasional. 102

24 2. Tujuan Menyediakan Infrastruktur untuk Percepatan Pembangunan Daerah Tujuan kedua Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah Menyediakan Infrastruktur untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Tujuan Menyediakan Infrastruktur untuk percepatan pembangunan daerah dijabarkan dalam 1 (satu) sasaran strategis Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan 4 (empat) indikator kinerja utama, yang selanjutnya akan dijelaskan per indikator kinerja sebagai berikut : Pembangunan infrastruktur memiliki peranan yang sangat strategis bagi peningkatan daya saing dan sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Olehnya, penyediaan infrastuktur masuk dalam indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo dan juga merupakan salah satu program unggulan Pemerintah Provinsi Gorontalo sebagaimana tertuang dalam visi dan misi dalam RPJMD No. Sasaran Meningkatnya Infrastruktur Daerah Tabel 3.9 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian s.d Akhir Tahun RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Persentase Jalan 45,58 % 70,18 % 70,18 % 100,00 90 % 77,98 dengan kondisi baik 2 Persentase jiwa yang terlayani oleh akses air bersih 3 Tanggul Penanganan erosi, longsor dan sedimentasi 4 Sarana Sanitasi yang terbangun (MCK) jiwa jiwa jiwa 13, jiwa M M M 72, M 2,42 11,14 28 unit 120 unit 55 unit 45, unit 8,26 Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Povinsi Gorontalo 103

25 Berdasarkan hasil pengukuran terhadap sasaran pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa pencapaian kinerja pembangunan infrastruktur di Provinsi Gorontalo masih memerlukan pembenahan dan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari 4 (empat) indikator kinerja sebagaimana pada tabel 3.9 dapat diketahui terdapat 1 (satu) indikator kinerja yang capaiannya sebagaimana target yang telah ditetapkan. Sementara 3 (tiga) indikator lainnya masih belum mencapai target yang ditetapkan. Pencapaian kinerja terhadap sasaran persentase jalan dengan kondisi baik telah sesuai dengan target yang ditetapkan. Dimana pada tahun 2016, terdapat 70,18 persen jalan provinsi dalam kondisi baik dari 285,30 km. Pada tahun 2015, dari panjang jalan provinsi 432,51 km, terdapat 45,58 persen dalam kondisi baik atau 197,13 km. Indikator kinerja ini mencakup kegiatan pembangunan jalan provinsi : Pembangunan Jalan Tangkobu-Pentadu, Pembangunan ruas jalan Tenilo- Pilolodaa-Iluta (land clearing), Pembangunan ruas jalan Duhiyadaa-Imbodu sepanjang 18,519 km. Pemeliharaan/Peningkatan berkala jalan Provinsi yaitu rehab berkala jalan Tangkobu-Pentadu, rehab. berkala ruas jalan Kabila-Tapa, rehab. berkala ruas jalan Molombulahe Bubaa dan peningkatan jalan Gorontalo-Suwawa-Tulabolo sepanjang 3,29 Km. Pemeliharaan rutin jalan provinsi yaitu pada ruas jalan Sapta Marga (Kantor Gubernur), jalan Boidu-Longalo-Dulamayo, jalan Dehuwalolo-Hunggaluwa, jalan Labanu-Tolongio, sepanjang 155,290 km. Selanjutnya, pembangunan infrastuktur yang strategis untuk kepentingan masyarakat, yang akan memudahkan bagi masyarakat untuk memperoleh akses yang sesuai dengan kebutuhan yaitu meliputi pembangunan jaringan perpipaan untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat. Pencapaian indikator kinerja sasaran ini telah dilaksanakan kegiatan penyediaan Sarana dan Prasarana Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan Perpipaan bagi masyarakat. Dari 104

26 target sebesar Jiwa, realisasi sebesar Jiwa atau sebesar 13 persen. Rendahnya realisasi pencapaian disebabkan oleh keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk menunjang pembangunan ini. Pada tahun 2015, anggaran yang tersedia hanya diperuntukkan sebesar jiwa yang memperoleh layanan dan pada tahun 2016, penganggaran hanya diperuntukkan sebesar jiwa. Guna mencapai target yang diharapkan diakhir RPJMD, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengevaluasi kembali perencanaan dan penganggarannya sehingga semua target yang telah ditetapkan bisa direalisasikan. Olehnya ditahun 2017 ini, penganggaran untuk mencapai sasaran ini akan dianggarkan sesuai target yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Pembangunan infrastuktur selanjutnya adalah pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan pengamanan terhadap ancaman banjir. Sebagaimana diketahui bahwa, dibeberapa lokasi/daerah di Provinsi Gorontalo masih rawan potensi banjir. Olehnya ditetapkanlah indikator kinerja ini, dimana terdapat beberapa jenis bangunan yang dilaksanakan yaitu pembangunan pengamanan badan sungai dan tebing, yaitu penguatan tebing sungai, pembangunan tanggul sungai, pembangunan tanggul banjir sungai, pembangunan penanggulangan banjir sungai serta perk tebing sungai. Pada tahun 2015, kegiatan pembangunan diarahkan pada daerah-daerah yang rawan akan erosi dan longsor. Adapun pembangunan tersebut adalah pengamanan badan sungai dan tebing, yaitu perkuatan tebing sungai desa Wanggahu, pembangunan tanggul sungai desa Bonda Raya, pembangunan tanggul sungai Huangobotu, pembangunan tanggul banjir sungai Daenaa di sekitar Jembatan Mohiyolo, termasuk pemeliharaan bangunan infrastruktur pengendali banjir (tersebar) dan Normalisasi dan pembuatan tanggul banjir sungai Ohulingo, Poluo, Olunga. Selain daripada itu, telah dilaksanakan pula pembangunan prasarana pengaman pantai yang terdiri dari pengaman abrasi pantai sepanjang meter. Pada tahun 2016, realisasi capaian kinerja terhadap indikator ini tidak sesuai dengan target yang ditetapkan. Realisasi sebesar 72,73 persen dari target 105

27 yang ditetapkan sebesar M dengan realisasi sebesar M. Target akhir RPJM terhadap indikator kinerja ini adalah M. Terhadap pencapaian target yang diharapkan diakhir RPJMD, pemerintah mengambil kebijakan untuk menganggarkannya kembali ditahun 2017 ini, sehingga target yang telah ditetapkan di akhir RPJMD dapat tercapai. Selanjutnya, terhadap pencapaian kinerja jumlah unit sarana sanitasi yang terbangun, pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 120 unit, realisasi sebesar 55 unit. Realisasi ini belum bisa mencapai target yang ditetapkan atau capaian sebesar 45,83 persen. Realisasi ditahun 2016, dibandingkan dengan realisasi pada Tahun 2012 terhadap indikator unit sarana sanitasi yang terbangun adalah sebesar 149 unit. Ditahun 2013 pencapaian sebesar 52 unit atau turun jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Pada Tahun 2014, capaian terhadap indikator sasaran ini naik jika dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. pencapaian ditahun 2014 sebesar 64 unit belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 120 unit. Dan pada tahun 2015, capaian realisasi baru mencapai 23 persen dari target yang telah ditetapkan. Capaian kinerja yang diharapkan diakhir periode RPJMD adalah sebesar 666 unit sarana sanitasi yang dibangun. Dari kondisi capaian kinerja sampai tahun 2016, target akhir RPJMD yang direncanakan masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini memacu Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk lebih berkonsentrasi untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan masyarakat. Pembangunan sarana sanitasi pada lokasi-lokasi fasilitas umum sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat utamanya masyarakat perdesaan. Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi bagi masyarakat, yaitu berupa pembangunan MCK di Kota Gorontalo, MCK di Kabupaten Gorontalo, MCK di Kabupaten Bone Bolango, MCK di Kabupaten Boalemo, MCK di Kabupaten Pohuwato, MCK di Kabupaten Gorontalo Utara, MCK di Dusun Hungayomamu Desa Bululi Kec. Asparaga (Rumah KAT) Kabupaten Gorontalo. Dari target 120 unit MCK yang ditetapkan ditahun 2015, baru terealisasi 28 unit atau 23 persen dari 106

28 target yang telah ditetapkan. Rendahnya realisasi dari indikator ini adalah disebabkan oleh keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk menunjang pembangunan ini. Anggaran yang teralokasi untuk pembangunan ditahun 2015 hanya diperuntukkan sebesar 28 unit atau sebesar 23 persen dari target yang ditetapkan. Guna mencapai target yang diharapkan diakhir RPJMD, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengevaluasi kembali perencanaan dan penganggarannya sehingga semua target yang telah ditetapkan bisa direalisasikan. Olehnya di tahun 2017, penganggaran untuk membangun sanitasi bagi masyarakat akan dianggarkan sesuai target yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Permasalahan dibidang infrastruktur diantaranya adalah masih adanya ketimpangan pembangunan antara lintas sektor di wilayah Provinsi Gorontalo serta antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan; makin maraknya pemekaran daerah yang seringkali menyebabkan penurunan kualitas pelayanan infrastruktur didaerah tersebut; dan juga keterbatasan kapasitas pelayanan infrastruktur yang dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Secara lebih khusus, dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur daerah ada beberapa tantangan yang dihadapi diantaranya: Bidang Sumber Daya Air : a. Laju alih fungsi lahan pertanian beririgasi; b. Pengelolaan resiko guna memperkecil kerugian yang diakibatkan oleh daya rusak air seperti banjir, abrasi pantai dan pengaruh menurunnya kapasitas sumber air akibat sedimentasi; c. Dampak negatif perubahan iklim global, khususnya banjir, kekeringan dan kenaikan muka air laut; d. Kualitas SDM dalam pengelolaan SDA terpadu berbasis teknologi informas; e. Jaringan pelayanan irigasi yang belum memadai; f. Keterbatasan dana pengendalian banjir & abrasi pantai; 107

29 g. Pengembangan beberapa mega proyek seperti: waduk Dumbaya Bulan, revitalisasi danau limboto, kanal banjir Tamalate-Bone, dan bendung Randangan; h. Kejadian bencana alam seperti banjir dan tanah longsor berdampak pada rusaknya daerah aliran sungai dan berbagai infrastruktur yang dibangun; i. Rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan illegal loging, illegal minning dan aktivitas perladangan berpindah; j. Pemanfaatan sumber air yang tidak ramah lingkungan serta tidak memperhatikan aspek berkelanjutan; k. Belum optimalnya sinergitas dan koordinasi antara stakeholder terkait dalam pengelolaan sumber daya air ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Bidang Bina Marga : a. Pemenuhan kebutuhan prasarana jalan yang berbasiskan pada tata ruang dan sistem transportasi harus memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil, pusat kegiatan ekonomi kreatif dalam rangka pencapaian MDGs; b. Meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna maupun pemanfaat jalan dalam memanfaatkan prasarana jalan yang tersedia; c. Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan serta operasi dan pemeliharaan prasarana jalan untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap prasarana jalan yang ada; d. Mempertahankan peran dan fungsi prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam pengembangan wilayah diantara berbagai gangguan bencana alam, maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping juga memenuhi kebutuhan aksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet lainnya; e. Meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum jalan daerah ditengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan 108

30 perkuatan terutama dalam menyiapkan produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah, dan meningkatkan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan jalan; f. Mengupayakan penyelesaian masalah pengadaan tanah untuk pembangunan jalan dan/atau pelebaran jalan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah Kabupaten/Kota; g. Belum adanya alternatif jalan lainnya untuk mengantisipasi pertumbuhan kepadatan pengguna jalan yang menunjang aktivitas sosial, ekonomi dan budaya pada lintas kabupaten/ kota; h. Belum terealisasinya rencana aksesibilitas jalan dalam rangka pengembangan ekonomi daerah dan masyarakat serta terbatasnya akses jalan bagi masyarakat daerah terpencil dan pesisir; i. Inkonsistensi pembangunan jalan & jembatan antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota; j. Kurangnya peralatan pendukung operasional untuk tanggap darurat dan pemeliharaan jalan; k. Belum optimalnya pelayanan prasarana jalan dan jembatan disebabkan karena banyaknya jalan rusak terutama pada jalur-jalur ekonomi Produktif; l. Perlu adanya peningkatan kapasitas berupa pelebaran jalan provinsi; m. Ruas jalan yang masih terbentur dengan kawasan hutan lindung seperti ruas jalan Aladi-Tulabolo, ruas jalan Tapa Atinggola; n. Perlu pemanfaatan as buton untuk pembangunan ruas jalan provinsi. Bidang Cipta Karya : a. Pemenuhan target Millennium Development Goals (MDGs) yang menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari proporsi masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman harus dapat dengan mudah mengakses air untuk kebutuhan air minum; b. Meningkatkan keterpaduan penanganan drainase dari lingkungan terkecil hingga wilayah yang lebih luas dalam satu wilayah administrasi maupun antar kabupaten/kota; 109

31 c. Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan menuntut pelayanan sanitasi yang sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis; d. Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat yang berpengaruh terhadap kualitas kehidupan, daya saing daerah serta sebagai bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan; e. Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum. Solusi dari berbagai masalah tersebut adalah perlunya diambil langkahlangkah atau kebijakan-kebijakan yaitu: 1. Dukungan infrastruktur sumber daya air dalam mendukung pencapaian prioritas pembangunan daerah pada tahun 2015 terus dilanjutkan untuk menyelesaikan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Dan untuk memulihkan kondisi lingkungan / meningkatkan ketersediaan air bagi masyarakat serta mendukung program ketahanan pangan nasional dan daerah meningkatkan kinerja layanan prasana irigasi, pada tahun ini sedang dilaksanakan beberapa kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya. 2. Penyelenggaraan jaringan transportasi ditujukan untuk mewujudkan media penghubung antar wilayah kabupaten/kota, pusat permukiman, kawasan produksi, kawasan industri, pelabuhan laut, bandara dan wilayah pontensial, sehingga terbentuk satu kesatuan sistem transportasi darat, laut dan udara. jaringan jalan, sebagai bagian dari elemen tata ruang dan elemen pembentukan struktur ruang wilayah serta bagian dari komponen infrastruktur wilayah, memiliki peran yang sangat vital bagi pemenuhan aksesibilitas dan mobilitas penduduk pada suatu wilayah. Dengan adanya pembangunan jalan diharapkan dapat memberikan pelayanan akses kepada masyarakat yang pada gilirannya dapat memberikan manfaat yang lebih luas, seperti mobilitas meningkat, distribusi produksi lebih lancar, dan lain sebagainya, yang pada 110

32 gilirannya dapat memberikan kemanfaatan bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. 3. Program penyelenggaraan jalan memiliki kegiatan utama yaitu pemeliharaan rutin jalan, pemeliharaan berkala jalan, dan kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan terutama yang ada diruas jalan provinsi dan strategis Provinsi. 4. Perumahan dan permukiman yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan menjadi faktor penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga pemerintah memiliki tanggung jawab dan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Beberapa upaya yang akan dilakukan antara lain memberikan fasilitasi penyediaan infrastruktur bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), IPM rendah serta pendukung lainnya. 111

33 3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tujuan ketiga adalah meningkatkan kualitas pendidikan dijabarkan dalam 2 (dua) Sasaran strategis pemerintah Provinsi Gorontalo dengan 6 (enam) indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo. Selengkapnya, akan dijelaskan dan dianalisis per sasaran strategis tentang realisasi capaian dari setiap indikator kinerja utama tersebut sebagai berikut : a. Sasaran Meningkatnya Aksesibilitas Pendidikan ini akan di jelaskan sebagai berikut : Sasaran meningkatnya aksesibilitas pendidikan, diukur dengan menetapkan 4 (emapat) indikator kinerja yang merupakan indikator kinerja utama pemerintah Provinsi Gorontalo. Realisasi dan capaian kinerja sasaran No. Tabel 3.10 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian s.d Akhir Tahun RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhada p 2017 (%) Angka Melek Huruf 99,71 97,00 % 99,81 102,90 97,50 % 96,99 2 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A 101,66 98,25 % 98,34 100,09 98,50 % 99,84 APM SMP/MTs/ Paket B SMA/MA/SMK/Paket C 77,10 94,40 % 75,43 79,90 95,00 % 79,40 71,43 76,05 % 76,13 100,11 83,05 % 91,67 112

34 3 Angka Partisipasi Kasar (APK) TK/PAUD 87,00 57,19% 53,44 93,44 60,04 % 89,01 SD/MI 114,23 111,25% 111,40 100,13 111,30 % 100,09 SMP/MTs 102,27 99,90% 99,75 99,85 99,99 % 99,76 SMA/MA/SMK 89,92 93,09 % 93,54 100,48 98,09 % 95,36 4 Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah SD/MI 71,92 74,00 79,01 106,77 75,00 105,35 SMP/MTs 57,18 61,00 62,29 102,11 61,10 101,95 SMA/MA/SMK 22,12 15,75 26,51 168,32 16,00 165,69 Sumber Data : Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi Gorontalo Dari tabel 3.10 dapat diketahui bahwa sasaran meningkatnya aksesibilitas pendidikan di Provinsi Gorontalo mendapatkan nilai capaian kinerja sangat tinggi. hal ini dapat dilihat dari hasil capaian dari ke 4 (empat) indikator kinerja yang ditetapkan memiliki capaian rata-rata diatas 100 persen. Angka Melek Huruf Angka melek huruf provinsi Gorontalo tahun 2016 mencapai 99,81 persen dari target yang ditetapkan sebesar 97,00 persen atau capaian sebesar 102,90 persen. Realisasi capaian kinerja tahun 2016, Angka melek huruf dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Dari target awal RPJMD tahun yaitu tahun 2012, persentase angka melek huruf di Provinsi Gorontalo sebesar orang dengan capaian sebesar 95,00 persen. Sedangkan pada tahun ke 2 (dua) RPJMD Provinsi Gorontalo yaitu tahun 2013 sebesar orang dengan capaian sebesar 99,68 persen. Kenaikan ini sangat jelas tidak memenuhi target RPJMD dikarenakan berbagai hambatan dan kendala yang dihadapi. Dan pada Tahun 2014 angka 113

35 melek huruf di Provinsi Gorontalo masih belum berubah dari angka Tahun 2013 yaitu sebesar 99,68 persen. Pada tahun 2015, capaian realisasi sebesar 99,71 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar 96,50 persen. Capaian ditahun ini melampaui target yang telah ditetapkan, hal ini berarti terdapat penghematan atau efisiensi sumberdaya yang digunakan dalam mencapai sasaran ini sehingga capaian terlampaui sebesar 3,21 persen. Target capaian yang diharapkan diakhir periode RPJMD adalah sebesar 97,50 persen. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. APM digunakan untuk mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A dapat diketahui dengan menggunakan rumus jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang sekolah pada jenjang SD/MI/Paket A dibagi dengan jumlah penduduk umur 7-12 tahun dikali 100. memfasilitasi wajib belajar 12 tahun dan paket A,B dan C adalah merupakan suatu kewajiban bagi pemerintah baik pusat maupun daerah. Capaian kinerja bidang pendidikan dasar ini didukung oleh program-program yang sangat relevan dengan tuntutan akan pendidikan dasar di daerah. Di Provinsi Gorontalo, untuk mendukung tercapainya wajib belajar 12 tahun. APM SD/MI/Paket A jika dibandingkan dengan target kinerja yang ditetapkan, pada tahun 2016 ini, capaian terhadap APM ini sebesar 98,34 persen dari target yang ditetapkan sebesar 98,25 persen. Pada tahun 2015 indikator kinerja ini telah berhasil mencapai target, bahkan melebihi dari target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 96,87 persen ditahun 2015, 114

36 berhasil terealisasi sebesar 101,66 persen dengan persentase capaian kinerja sebesar persen. Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) Usia 7 12 tahun dapat dicapai jika terjadi peningkatan persentase jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang mendapatkan pelayanan pendidikan jenjang SD/SDLB/MI/Paket A. Pada tahun 2015 jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak orang, sedangkan Jumlah siswa usia 7-12 tahun yang bersekolah di SD/SDLB/Paket A adalah sebanyak siswa, dengan distribusi sebagai berikut: SD sebanyak siswa dan MI sebanyak siswa. Dibandingkan dengan capaian APM SD/SDLB/Paket A tahun 2014 sebesar persen, terdapat peningkatan sebesar 0.69 persen. Kenaikan ini disebabkan antara lain oleh adanya penurunan jumlah penduduk usia 7-12 tahun, sementara jumlah siswa usia tersebut meningkat. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B dapat diketahui dengan rumus jumlah penduduk umur yang sekolah pada jenjang SMP/MTs/Paket B dibagi dengan jumlah penduduk umur tahun dikali 100. Pada tahun 2016, realisasi capaian terhadap APM SMP/MTs/Paket B adalah sebesar 75,43 persen dari target yang ditetapkan sebesar 94,40 persen atau capaian sebesar 79,90 persen. Untuk Tahun 2015 APM SMP/MTs/Paket B usia tahun ditargetkan sebesar 76,28 persen, baru dapat terealisasi sebesar 77,10 persen dengan capaian kinerja sebesar 101,07 persen. Jumlah penduduk usia tahun sebanyak 68,863 orang, sedangkan jumlah siswa yang bersekolah dijenjang SMP/MTs/SMPLB/Paket B sebanyak siswa. Indikator Kinerja APM Usia Tahun jenjang SMP/MTs/SMPLB/Paket B sebesar 77,1 persen telah mencapai target, begitu pula jika dibandingkan dengan capaian Nasional target indikator kinerja APM Usia tahun SMP/MTs/SMPLB sebesar 80,73 persen, capaian Provinsi Gorontalo lebih rendah sebesar 3,63 persen. 115

37 Untuk mengetahui nilai Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/SMK/Paket C dapat digunakan rumus jumlah penduduk umur tahun yang sekolah pada jenjang SMA/MA/SMK/Paket C dibagi jumlah penduduk umur tahun dikali 100. Guna peningkatan mutu pendidikan menengah ini, telah dilakukan Perluasan akses pendidikan menengah melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih baik. Pada tahun 2016, realisasi capaian kinerja sebesar 76,13 persen dari target sebesar 76,05 persen atau capaian sebesar 79,90 persen. dibandingkan dengan capaian ditahun-tahun sebelumnya terhadap indikator APM SMA/SMK/MA/Paket C dengan target kinerja yang ditetapkan, pada tahun 2015 indikator kinerja ini sudah berhasil mencapai target. Dari target yang ditetapkan sebesar 70,05 persen baru berhasil terealisasi sebesar 71,34 persen dengan persentase capaian kinerja sebesar 101,84 persen. Jumlah penduduk usia tahun mencapai orang, sedangkan siswa usia tahun yang bersekolah di SMA/SMK/MA/SMLB/Paket C mencapai siswa. Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) Usia Tahun dapat dicapai peningkatan persentase jumlah penduduk usia tahun yang mendapatkan pelayanan pendidikan jenjang SMA/SMK/MA/Paket C. Distribusi siswa SMA sebanyak siswa, MA sebanyak siswa, SMK sebanyak 14,645, Paket C sebanyak 629 siswa dan SMALB sebanyak 152 siswa. Dibandingkan dengan capaian APM Usia Tahun pada Tahun 2014 sebesar 65,87 persen, terdapat kenaikan sebesar 5,47 persen. Kenaikan ini disebabkan antara lain oleh peningkatan dilakukan melalui pemberian Bantuan Siswa Miskin (BSM-SM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pembanguan ruang kelas SMK sebanyak 23 ruang, pembangunan ruang kelas baru SMA sebanyak 18 ruang. Angka Partisipasi Kasar (APK) Pencapaian Kinerja yang tercermin dalam APK PAUD pada Tahun 2016 di Provinsi Gorontalo dari target yang di tetapkan sebesar 57,19 persen, realisasi 116

38 sebesar 53,44 persen atau capaian sebesar 93,44 persen. Capaian kinerja pada tahun 2016 ini sangat tinggi, sehingga dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya jumlah anak usia 1 6 tahun yang terlayani oleh PAUD baik melalui jenjang Formal (TK) maupun Nonformal (KB,TPA,SPS). Upaya pemerintah Provinsi Gorontalo untuk meningkatkan jumlah layanan PAUD formal maupun non formal dengan memperluas akses layanan PAUD melalui penambahan dana bantuan biaya operasional PAUD dan sosialisasi ke masyarakat juga semakin ditingkatkan dengan menggalakkan PAUD dimasyarakat luas. Sedangkan dalam hal peningkatan mutu pendidikan pemerintah berupaya menyelenggarakan orientasi teknis pembelajaran PAUD. APK PAUD dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan dari target yang ditetapkan. Capaian Tahun 2014 sebesar 85,37 persen. Pada tahun 2015 indikator kinerja ini sudah melebihi yang ditetapkan yaitu dengan target 75,00 persen dan capaian hasil 87,92 persen, diatas dari capaian tahun Peningkatan angka partisipasi kasar PAUD dapat dicapai jika terjadi peningkatan persentase jumlah penduduk usia jenjang PAUD yang mendapatkan pelayanan pendidikan jenjang PAUD. Pada Tahun 2015 jumlah penduduk usia jenjang PAUD sebanyak 85,650 orang, sedangkan jumlah siswa usia yang bersekolah PAUD sebanyak siswa. Indikator kinerja pendukung dalam upaya meningkatkan APK tersebut dilakukan melalui penyediaan 761 buah TK, 63 buah RA dan Kelompok Bermain (KB) 985 buah, Tempat Penitipan Anak (TPA) 36 lembaga, SPS sebanyak 198 lembaga, sehingga total lembaga PAUD buah. Selain itu pemberian bantuan operasional PAUD, publikasi dan sosialisasi pendidikan non formal serta pengembangan data dan informasi pendidikan non formal. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI dapat dihitung dengan menggunakan rumus jumlah penduduk yang bersekolah pada jenjang SD/MI dibagi jumlah penduduk umur 7-12 tahun dikali

39 Kondisi dan keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dasar tidak dapat dipisahkan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada. Berbagai masalah yang harus dihadapi dalam pelaksanaan dan pelayanan pendidikan dasar antara lain: Capaian kinerja terhadap indikator kinerja APK SD/MI/SDLB/Paket A pada tahun 2016, dengan target sebesar 111,25 persen, realisasi sebesar 111,40 persen atau capaian sebesar 100,13 persen. Jika dibandingkan dengan target kinerja yang ditetapkan, pada tahun 2015 Indikator Kinerja ini mengalami peningkatan. Dari target yang ditetapkan sebesar persen tahun 2015 berhasil terealisasi sebesar 114,23 persen dengan persentase capaian kinerja sebesar 102,72 persen. Pada Tahun 2015 jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak orang, sedangkan jumlah siswa yang bersekolah pada jenjang SD/MI/Paket A sebanyak siswa, dengan distribusi sebagai berikut SD sebanyak siswa, MI sebanyak siswa dan paket A sebanyak siswa. Dibandingkan dengan capaian APK SD/MI/SDLB/Paket A tahun 2014 sebesar 113,64 persen, terdapat kenaikan sebesar 0,59 persen. Kenaikan ini disebabkan antara lain oleh peningkatan jumlah anak yang bersekolah. Selanjutnya, untuk mengetahui Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs dapat digunakan rumus jumlah penduduk yang sekolah pada jenjang SMP/MTs dibagi jumlah umur tahun di kali 100. Keberhasilan peningkatan mutu layanan pendidikan dasar ditandai dengan meningkatnya ujian nasional (UN) SMP/MTs untuk tingkat kelulusan dari 99,96 persen pada tahun 2015 menjadi 100 persen dan nilai rata-rata ujian akhir sekolah setingkat SD/MI dari 74,11 pada tahun 2014 turun menjadi 71,12 Pada tahun Pada tahun 2016, dari target yang ditetapkan sebesar 99,90 persen, realisasi sebesar 99,75 persen atau capaian sebesar 99,85 persen. Sedangkan APK pada tingkat SD/MI meningkat 113,64 persen ditahun 2014, menjadi 114,23 persen pada tahun 2015, sedangkan untuk tingkat SMP/MTs juga mengalami peningkatan 118

40 dari 97,82 persen ditahun 2014 menjadi 102,27 persen pada tahun 2015, sedangkan APM SD/MI mengalami penurunan dari 100,97 persen di tahun 2014 menjadi 100,81 persen pada tahun 2015 turun sebesar 0,16 persen dan APM SMP/MTs dari 73,06 persen ditahun 2014 menjadi 77,10 persen pada tahun 2015, meningkat 4,04 persen dan dari target sasaran yang telah ditetapkan semua indikator dapat terealisasikan dengan nilai sangat baik. Keberhasilan pencapaian aspek peningkatan mutu pendidikan tersebut ditempuh melalui pembinaan potensi siswa merupakan intervensi yang dilaksanakan dalam bentuk pembinaan terhadap potensi kognitif, afektif dan psikomotor secara simultan melalui kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan. Pencapaian APK SMP/MTs/Paket B sebesar 99,75 persen ditahun 2016 tersebut berkat dukungan dan kontribusi, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah ataupun masyarakat. Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga memberikan kontribusi melalui program perluasan akses pendidikan pada jenjang/setara SMP. Indikator kinerja pendukung dalam upaya meningkatkan APK tersebut dilakukan melalui pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekolah menengah negeri dan swasta, rehalitasi sekolah, Layanan SMP terbuka, Layanan Program Paket B setara SMP, sosialisasi wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Pemberian Beasiswa Siswa Miskin. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK dapat diketahui dengan rumus jumlah penduduk yang sekolah dijenjang SMA/MA/SMK dibagi jumlah penduduk umur tahun dikali 100. Aspek pemerataan layanan pendidikan menengah terdapat peningkatan capaian indikator pada APK pendidikan menengah sebesar 89,92 persen pada tahun 2015 atau meningkat sebesar 1,73 persen dari tahun 2014 sebesar 88,19 persen, sedangkan APM pada tahun 2014 sebesar 65,87 persen dan tahun ,34 persen lebih meningkat 5,47 persen. Pada tahun 2016, realisasi capian kinerja 119

41 sebesar 93,54 persen dari target yang ditetapkan sebesar 93,09 persen atau capaian sebesar 100,48 persen. Dari capaian target diatas, dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya dimana pada Tahun 2012 realisasi atas capaian indikator kinerja APK SMA/MA/SMK sebesar 74,09 persen. Selanjutnya pada Tahun 2013, capaian kinerja dari indikator kinerja naik sebesar 85,18 persen. Dan pada Tahun 2014 capaian sebesar 88,19 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar 83,04 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa realisasi capaian kinerja meningkat dari tahun ke tahun sebesar 8,11 persen ditahun 2013 dan 3,01 persen ditahun Dari hasil capaian kinerja tersebut masih terdapat beberapa kendala. Kendala tersebut antaran lain dengan mekanisme pembiayaan pendidikan gratis, dimana masalah yang sering menjadi pertanyaan adalah menyangkut besaran alokasi dana yang layak, obyek pendanaan, dan pola kerjasama pembiayaan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah Kabupaten/Kota. Dan pada tahun 2015, capaian kinerja dari indikator ini sebesar 89,92 dari target sebesar 88,09 persen. Capaian target kinerja inipun terlihat adanya efisiensi sumber daya dimana capaian melampaui target yang telah ditetapkan. Target capaian kinerja diakhir periode RPJMD adalah sebesar 98,09 persen. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Perkembangan rasio ketersediaan sekolah bagi penduduk usia sekolah di Provinsi Gorontalo dapat dihitung dengan rasio ketersediaan sekolah dengan asumsi bahwa setiap sekolah terdiri dari 3 (kelas) yaitu kelas satu sampai kelas tiga. Untuk jenjang pendidikan SD/MI, ketersediaan sekolah standar minimalnya adalah 120 orang per sekolah. Sedangkan untuk jenjang SMP/MTs dan jenjang SMA/MA/SMK standar minimalnya adalah 60 orang per sekolah. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan. Rasio 120

42 ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah penduduk usia pendidikan. Dari tabel 3.10 capaian indikator diatas, dapat diketahui rasio ketersediaan sekolah di Provinsi Gorontalo pada tahun 2016 sebesar 79,01 untuk jenjang SD/MI dan 62,29 untuk jenjang SMP/MTs dan 26,51 untuk jenjang SMA/MA/SMK dengan capaian kinerjanya sangat tinggi. Capaian ini bila dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun Pada tahun 2012, dari satu sekolah yang tersedia hanya terdapat 68 orang murid yang idealnya 120 murid/sekolah untuk jenjang pendidikan dasar. Pada jenjang yang sama, untuk tahun 2013 sebanyak 72 murid/sekolah dan tahun 2014 sebanyak 73 murid/sekolah. Untuk tahun 2015 pada jenjang pendidikan SD/MI, sebanyak 72 murid/sekolah. Capaian pada akhir periode RPJMD adalah 75 murid/sekolah. Selama kurun waktu rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami kenaikan, setelah periode sebelumnya mengalami kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk tidak disertai dengan peningkatan jumlah sekolah SD/MI. Pembangunan jumlah sekolah baru tidak sebanding dengan peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2015, perbandingan ketersediaan sekolah SD/MI di Provinsi Gorontalo adalah 1 : 71,92. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SD/MI menampung 72 siswa. Pada tahun 2016, perbandingan ketersediaan sekolah SD/MI di Provinsi Gorontalo adalah 1 : 79,01. Ini berarti bahwa 1 sekolah SD/MI menampung 79 siswa. Dalam mencapai kinerja ini masih terdapat hambatan yang antara lain adalah persebaran penduduk kurang merata berakibat belum seimbangnya jumlah siswa dengan penduduk disetiap wilayah baik desa maupun kecamatan. Untuk mengatasi permasalahan/hambatan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Melakukan sosialisasi dan pemahaman pendidikan bagi anak intens dilakukan; 2. Pembangunan RKB. Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah SMP/MTs adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah SMP/MTs dalam 121

43 menampung penduduk usia pendidikan Tahun. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah penduduk usia pendidikan. Selama kurun waktu rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMP/MTs mengalami kenaikan, setelah periode sebelumnya mengalami kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk tidak disertai dengan peningkatan jumlah sekolah SMP/MTs Pembangunan jumlah sekolah baru tidak sebanding dengan peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2015, perbandingan ketersediaan sekolah SMP/MTs di Provinsi Gorontalo adalah 1 : 57,18. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SMP/MTs menampung 57 siswa dan pada tahun 2016, perbandingan ketersediaan sekolah SMP/MTs di Provinsi Gorontalo adalah 1 : 62,29. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SMP/MTs menampung 62 siswa. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah SMA/MA/SMK dalam menampung penduduk usia pendidikan Tahun. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah penduduk usia pendidikan. Selama kurun waktu rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK mengalami kenaikan, setelah periode sebelumnya mengalami kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk tidak disertai dengan peningkatan jumlah sekolah SMA/MA/SMK Pembangunan jumlah sekolah baru tidak sebanding dengan peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2015, perbandingan ketersediaan sekolah SMA/MA/SMK di Provinsi Gorontalo adalah 1 : 22,12. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SMA/MA/SMK menampung 22 siswa dan pada tahun 2016, perbandingan ketersediaan sekolah SMA/MA/SMK di Provinsi Gorontalo adalah 1 : 26,51. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SMA/MA/SMK menampung 26 siswa. 122

44 Adapaun program-program yang dilaksanakan dalam meningkatkan kesejahteraan guru di Provinsi Gorontalo antara lain adalah: a. Fasilitasi Peningkatan Kesejahteraan PTK, pada kegiatan Peningkatan kesejahteraan guru kontrak, Pendidik dan Tenaga kependidikan PKLK, guru daerah terpencil dengan kelompok sasaran Guru Non PNS sejumlah dengan rincian masing masing Kabupaten/Kota adalah Kota Gorontalo 278, Kabupaten Gorontalo 743, Kabupaten Boalemo 428, Kabupaten Pohuwato 419, Kabupaten Bone Bolango 308 dan Kabupaten Gorontalo Utara 396 dan rincian perjenjang pendidikan adalah Guru SD 1.530, Guru SMP 526, Guru SMA 198, Guru SMK 272 orang dan Guru SLB 46. b. Fasilitasi peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, kegiatan pelaksanaan seleksi guru berprestasi dan peningkatan kualifikasi dengan kelompok sasaran guru, kepsek dan pengawas Tkt SD, SMP, SMA/SMK/MA dan mahasiswa UT sejumlah 1608 orang. c. Fasilitasi kepengawasan pendidikan yaitu kegiatan peningkatan kapasitas kepengawasan program pendidikan dengan kelompok sasaran 150 orang pengawas pendidikan kabupaten/kota. d. Fasilitasi pengelolaan Ujian nasional dan diklat mata pelajaran Ujian Nasional, kegiatan penyediaan Ujian Nasional dengan kelompok sasaran 999 SD/MI. Rasio Ketersediaan guru terhadap siswa setiap kelas adalah indikator untuk mengukur jumlah guru SD/MI jumlah murid setiap kelas. Rasio ini bisa diartikan jumlah guru berbanding kelas kemudian siswa berbanding kelas. Target tahun 2015 sebesar 628,38 berhasil dicapai sebesar 622,52 untuk SD/MI. Untuk SMP/MTs target tahun 2015 sebesar 736,24 berhasil dicapai 765,52. Untuk SMA/MA/SMK target 2015 sebesar 766,26 tercapai sebesar 765,52. Dan pada tahun 2016, sebagaimana terlihat pada tabel 3.20 diatas bahwa capaian kinerja untuk tingkat SD/MI dari target 624,03, realisasi sebesar 756,26 atau capaian sebesar 121,19 persen. Untuk jenjang SMP/MTs dari target yang ditetapkan sebesar 721,09, realisasi sebesar 829,89 atau capaian sebesar 115,09 persen. Selanjutnya untuk 123

45 jenjang SMA/MA/SMK realisasi sebesar 793,77 dari target yang ditetapkan sebesar 749,62 dengan capaian sebesar 105,89 persen. Rasio guru/murid per kelas rata-rata di Provinsi Gorontalo dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 terus mengalami peningkatan. Rasio guru/murid perkelas rata-rata adalah jumlah guru sekolah pada jenjang pendidikan tertentu per kelas dibandingkan dengan jumlah murid pada jenjang tertentu dikalikan Pada tahun 2012, pada jenjang pendidikan SD/MI sebesar 615,10, SMP/MTs 710,07 dan pada jenjang SMA/MA/SMK 811,16. Pada tahun 2013, pada jenjang SD/MI sebesar 640,51 dan jenjang SMP/MTs 715,23 dan SMA/MA/SMK 747,59. Di tahun 2014, rasio guru/murid perkelas rata-rata sebesar SD/MI 656,11, pada jenjang SMP/MTs 759,3 dan pada jenjang SMA/MA/SMK 885,06. Hambatan yang dihadapi dalam mencapai sasaran meningkatnya kualitas pendidikan adalah : 1. Akses sekolah dengan pemukiman warga cukup jauh; 2. Pemerataan guru belum maksimal; 3. Banyaknya penduduk miskin; 4. Masih terdapat masyarakat yang tidak memahami pentingnya pendidikan lanjutan atas bagi anak. Dan strategi yang dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut adalah : 1. Pembangunan gedung sekolah baru; 2. Rehabilitasi penambahan ruang kelas sekolah; 3. Penyebarluasan dan sosialisasi pendidikan menengah; 4. Pemberian beasiswa bagi siswa miskin; 5. Penyelenggaaan Program Pendidikan bagi rakyat (PRODIRA) sekolah Negeri dan Swasta. 124

46 Tabel 3.11 Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Realisasi Nasional No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Realisasi Realisasi Ket. Tahun 2016 Nasional (+/-) Meningkatnya Angka Melek Huruf 99,81 70,01 + Aksesibilitas Pendidikan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A 98,34 96,20 + APM SMP/MTs/ 75,43 77,45 - Paket B SMA/MA/SMK/Paket C 76,13 59,46 - Angka Partisipasi Kasar (APK) TK/PAUD 53, SD/MI 111,40 109,94 + SMP/MTs 99,75 90,63 + SMA/MA/SMK 93,54 77,39 + Sumber Data : BPS dan Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Prov. Gorontalo b. Sasaran Meningkatnya Kualitas Pendidikan Untuk mengetahui pencapaian sasaran Meningkatnya kualitas pendidikan di Provinsi Gorontalo, ditetapkan dua indikator kinerja yang merupakan indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo dibidang peningkatan kualitas pendidikan. Realisasi capaian kinerja serta capaian dari kedua indikator tersebut, akan disajikan sebagai berikut : No. Tabel 3.12 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian s.d Akhir Tahun RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Angka Putus Sekolah SD/MI 0,03 % 0,03 % 0 300,00 0,02% 200,00 SMP/MTs 0,04 % 0,03 % 0,03 100,00 0,02% 50,00 SMA/MA/SMK 0,01 % 0,02 % 0,01 200,00 0,01% 100,00 2 Angka Kelulusan 125

47 SD/MI 100 % 100 % , % 100,00 SMP/MTs 100 % 99,70 % , % 100,00 SMA/MA/SMK 100 % 98,50 % , % 100,00 Sumber Data : Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi Gorontalo Dari tabel 3.12 diketahui bahwa realisasi capaian kinerja terhadap sasaran meningkatnya kualitas pendidikan yang ditetapkan dengan dua indikator kinerja, capaiannya Sangat Tinggi. Hal ini dapat diketahui dari tingkat capaian kinerja terhadap target, rata-rata memperoleh nilai diatas 100 persen atau telah melampaui target dan bahkan melampai target RPJMD. Angka putus sekolah pada jenjang SD/MI diperoleh dari hasil perhitungan Jumlah putus sekolah pada tingkat dan jenjang SD/MI dibagi jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SD/MI pada Tahun Ajaran sebelumnya. Angka putus sekolah pada jenjang SMP/MTs diperoleh dari hasil perhitungan Jumlah putus sekolah pada tingkat dan jenjang SMP/MTs dibagi jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran sebelumnya dan angka putus sekolah pada jenjang SMA/MA/SMK diperoleh dari hasil perhitungan Jumlah putus sekolah pada tingkat dan jenjang SMA/MA/SMK dibagi jumlah siswa pada tingkat yang sama dan jenjang SMA/MA/SMK pada tahun ajaran sebelumnya. Angka Putus Sekolah Pada tahun 2016, angka putus sekolah di Provinsi Gorontalo pada jenjang SD/MI sudah tidak ada lagi atau 0 persen. Capaian ini tak lepas dari peran pemerintah, orang tua dan semua pihak yang semakin peduli dengan pentingnya pendidikan terutama pendidikan dasar dan juga dibarengi dengan program pemerintah dengan program pendidikan gratis, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan program retrieval (program perekrutan kembali anak anak yang putus sekolah). Dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya bahwa pada Tahun 2012 angka putus sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI realisasi sebesar 2,70 126

48 persen. Dan ditahun 2013 angka putus sekolah turun menjadi 0,02 persen. Pada Tahun 2014 ini angka putus sekolah kembali naik sebesar 0,32 persen dengan realisasi sebesar 0,34 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar 0,50 persen. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs, angka putus sekolah pada Tahun 2012 sebesar 3,10 persen, pada Tahun 2013, angka putus sekolah turun menjadi 0,04 persen dan pada Tahun 2014 terealisasi sebesar 0,02 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar 0,06 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, angka putus sekolah sepanjang 3 (tiga) tahun terakhir ini berfluktuasi dari tahun ke tahun. Angka putus sekolah tingkat SD/MI pada tahun 2015 hanya sebesar 0,03 atau telah melebiki dari target yang ditetapkan sebesar 0,04 persen, dengan capaian kinerja sebesar 133,33 persen. Siswa SD tahun 2014 adalah siswa, sedangkan peserta didik yang putus sekolah adalah 31 siswa. Jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebesar 0.03 persen, capaian indikator kinerja ini sebesar 0,01 persen telah melebihi daritarget, dengan capaian kinerjanya sebesar 300,00 persen. Capaian terhadap target akhir RPJMD sebesar 0,02 sebesar 150 persen. Pada jenjang SMP/MI, pada tahun 2016 dari target yang ditetapkan sebesar 0,03 persen, capaian sebesar 100 persen. Pada tahun 2015 capaian indikator kinerja ini sebesar 0.04 persen dari target yang ditetapkan sebesar 0.05 persen, dengan capaian kinerjanya sebesar persen. Jumlah siswa SMP/MTs tahun 2015 adalah siswa, sedangkan peserta didik yang putus sekolah adalah sebanyak 27 siswa. Masih tingginya angka putus sekolah pada jenjang ini, disebabkan oleh faktor sosial dan budaya masyarakat, seperti adanya siswa SMP yang tidak mau menyelesaikan sekolahnya dengan alasan bekerja membantu perekonomian orangtua meskipun Pemerintah telah menyediakan beberapa program untuk meningkatkan partisipasi sekolah antara lain: Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan program paket B dan program SMP terbuka. 127

49 Angka putus sekolah peserta didik SMP selama lima tahun terakhir mengalami naik turun atau berfluktuasi mulai 0,52 persen pada tahun 2012, turun 0.04 persen pada tahun 2013 dan naik menjadi 0.10 persen pada tahun Pada tahun 2015 turun menjadi 0.04 persen. Pada tahun 2016 turun lagi menjadi 0,03 persen. Dan pada tahun 2016, kembali turun menjadi 0,03 persen. Masih tingginya angka putus sekolah pada jenjang ini disebabkan oleh faktor sosial dan budaya masyarakat, seperti adanya siswa SMP yang tidak mau menyelesaikan sekolahnya dengan alasan bekerja membantu perekonomian orangtua meskipun Pemerintah telah menyediakan beberapa program untuk meningkatkan partisipasi sekolah antara lain: 1. Pemberian bantuan khusus murid miskin; 2. Pemahaman terhadap pentingnya melanjutan sekolah; 3. Intensitas pendidikan bagi keluarga; 4. Menerapkan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS); 5. Menerapkan Program paket B; 6. Melaksanakan program SMP terbuka. Selanjutnya pada jenjang SMA/MA/SMK, persentase putus sekolah pada tahun 2015 sebesar 0.01 persen dari target yang ditetapkan sebesar 0.02 persen, dengan capaian kinerja sebesar 250 persen. Angka putus sekolah pada jenjang ini ditahun 2016 sebesar 0,01 persen. Realisasi capaian ini sebesar 200 persen dengan nilai capaian sangat tinggi. Program yang menurunkan angka putus sekolah tingkat SMA/MA/SMK adalah Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS-SM), Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan program paket C setara SMA dan Prodira atau program pendidikan gratis bagi rakyat. Angka putus sekolah peserta didik pendidikan menengah selama lima tahun terakhir mengalami penurunan secara terus menerus, dari 0,70 persen pada 2012, kemudian 0,31 pada tahun 2013, dan 0,14 pada tahun 2014 serta 0,01 pada tahun 2015 dan 0,03 di tahun

50 Dari pencapaian terhadap indikator sasaran menurunkan angka putus sekolah, dapat dilihat bahwa semua capaiannya melampaui target yang telah ditetapkan dan itu mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Provinsi Gorontalo sudah membaik dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Angka Kelulusan Jumlah kelulusan SD/MI dihutung berdasarkan jumlah lulusan pada jenjang SD/MI dibagi jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SD/MI pada Tahun Ajaran sebelumnya. Jumlah kelulusan SMP/MTs dihitung berdasarkan jumlah lulusan pada jenjang SMP/MTs dibagi Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran sebelumnya dan angka kelulusan pada jenjang SMA/MA/SMK dihitung berdasarkan jumlah lulusan pada jenjang SMA/MA/SMK dibagi Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMA/MA/SMK pada Tahun Ajaran sebelumnya. Keberhasilan peningkatan mutu dan relevansi layanan pendidikan di Provinsi Gorontalo, tercermin pula pada meningkatnya prosentase kelulusan Ujian Nasional pada jenjang SMA/MA tahun dari tahun 2012 hingga tahun Keberhasilan pencapaian aspek peningkatan mutu pendidikan tersebut ditempuh melalui pembinaan potensi siswa merupakan intervensi yang dilaksanakan dalam bentuk pembinaan terhadap potensi kognitif, afektif dan psikomotor secara simultan melalui kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan. Presentase angka kelulusan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK adalah sebagai berikut : Presentase angka kelulusan SD/MI pada tahun 2015 berhasil dengan baik yaitu target 100 persen, hasil capaian 100 persen, kinerja hasil 100 persen dan pada tahun 2016, dari target 100 persen, realisasi 100 persen. Capaian ini sudah sesuai dengan capaian target RPJMD. Pada jenjang SMP/MTs pada tahun 2015 Presentase angka kelulusan pada tahun 2015 berhasil dengan baik yaitu target 99,65 persen, hasil capaian 100 persen, kinerja hasil 100,35 persen. Dan pada tahun 2016 capaian melampaui target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 129

51 100,30 dari target sebesar 99,70 persen, realisasi 100 persen. Presentase angka kelulusan pada jenjang SMA/MA/SMK pada tahun 2015 berhasil dengan baik yaitu target 98,5 persen, hasil capaian 100 persen, kinerja hasil 100,52 persen. Dan di tahun 2016, capaian kinerja ini sebesar 101,52 persen dari target 98,50 persen, realisasi sebesar 100 persen. Dalam mencapai tingkat angka kelulusan ini didukung oleh program Peningkatan tata kelola/manajemen pendidikan menengah, Program Pendidikan untuk Rakyat (PRODIRA) dan Perluasan Akses Pendidikan Tinggi dengan kegiatankegiatan yang seluruhnya bertujuan untuk mendorong siswa untuk terus sekolah. Capaian kinerja ini bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya adalah angka kelulusan pada jenjang SD/MI pada Tahun 2012 sebesar 100 persen. Pada Tahun 2013, kelulusan pada jenjang SD/MI juga mencapai 100 persen. Untuk Tahun 2014 dengan target yang ditetapkan sebesar 100 persen, terealisasi sebesar 100 persen. Pada jengang SMP/MTs, angka kelulusan ditahun 2012 sebesar 99,76 persen dan pada Tahun 2013 angka kelulusan dijenjang ini sebesar 99,49 persen. Selanjutnya, ditahun 2014, dari target yang ditetapkan sebesar 99,50 persen, terealisasi sebesar 99,96 persen. Selanjutnya, angka kelulusan pada jenjang SMA/MA/SMK ditahun 2012 sebesar 95,76 persen, ditahun 2013 angka kelulusan sebesar 97,76 persen dan ditahun 2014, dari target yang ditetapkan sebesar 98,05 persen terealisasi sebesar 99,88 persen. Capaian indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Provinsi Gorontalo ini, untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs sudah mencapai target akhir RPJMD. Untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK capaian 2016 terhadap capaian akhir RPJMD masih mencapai 50 persen dan diharapkan dapat tuntas pada tahun

52 4. Tujuan Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat Tujuan ke empat adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dijabarkan dalam 2 (dua) sasaran strategis pemerintah Provinsi Gorontalo dengan 7 (tujuh) indikator kinerja utama. Tujuan ke empat ini selanjutnya akan dijelaskan dan dianalisis per sasaran strategis dan penjelasan lengkap tentang realisasi capaian kinerja disajikan dalam tabel-tabel dibawah ini. a. Sasaran Meningkatnya Status Kesehatan Masyarakat ditetapkan 5 (lima) Sasaran meningkatnya status kesehatan masyarakat, ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yaitu kesehatan. Guna mengetahui sejauh mana status kesehatan di Provinsi Gorontalo, maka indikator kinerja yang merupakan indikator kinerja utama pemerintah Provinsi Gorontalo. Realisasi dan capaian kinerja terhadap 5 (lima) indikator kinerja utama tersebut akan diuraikan sebagai berikut : No. Tabel 3.13 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Angka Usia Harapan 67,00 68,6 67,12 97,80 68,96 97,16 Hidup 2 Angka Kematian Ibu/ Angka kematian bayi/1.000 Kelahiran Hidup 4 Angka kematian neonatal/ , ,4 34,28 102,00 11, ,0 82,81 12,3 77,23 8,00 8,90 11,0 76,40 8,2 68,29 131

53 kelahiran hidup 5 Angka kematian balita/1.000 kelahiran hidup 12, ,3 99,38 15,0 91,33 Sumber Data : BPS Provinsi Gorontalo dan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Dari tabel 3.13 dapat dilihat bahwa realisasi capaian kinerja bidang kesehatan di Provinsi Gorontalo masih rendah. Meskipun demikian terhadap indikator usia harapan hidup dan angka kematian balita, capaian kinerjanya sangat tinggi. Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Angka Usia Harapan Hidup Angka Harapan Hidup pada suatu umur tertentu adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tertentu, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku dilingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata rata hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Di Indonesia, usia hidup dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Standar yang digunakan oleh Word Healt 132

54 Organization (WHO) untuk angka usia harapan hidup adalah maksimum 85 tahun dan minimum adalah 25 tahun. Perkembangan angka Usia Harapan Hidup (UHH) di Provinsi Gorontalo dari tahun 2012 sampai tahun 2016 trendnya mengalami kenaikan, walaupun pada tahun 2016 tidak mencapai 68,5 Tahun. Meningkatnya UHH memberikan gambaran adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3.1 Grafik 3.1. Angka UHH Provinsi Gorontalo Tahun Sumber Data : BPS Provinsi Gorontalo dalam Angka Tahun 2016 Dari tabel capaian indikator diatas, dapat diketahui angka usia harapan hidup dari tahun 2012 sampai dengan tahun Pada tahun 2012 usia harapan hidup 67,88 tahun. Tahun 2013 usia harapan hidup 67,54 Tahun dan Tahun 2014, 67 tahun. Pada tahun 2015 angka usia harapan hidup 67 tahun. Target capaian pada akhir periode RPJMD adalah 68,96 tahun. Angka kematian ibu dinyatakan per kelahiran hidup, menunjukkan rasio kematian ibu kematian maternal per kelahiran. Formula yang digunakan adalah: Angka Kematian Ibu 133

55 Tahun 2016 Jumlah kematian ibu di Provinsi Gorontalo adalah 61 orang dan jumlah kelahiran hidup sebanyak orang lahir hidup. Dengan menggunakan formula diatas, maka diperoleh AKI tahun 2016 mencapai 310,4/ KH. Angka ini sangat tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2016 yaitu 102/ KH. Angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2014 mencapai 194,8 per Kelahiran Hidup (KH) tetapi pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 253,4 per KH masih jauh dari target RPJMD tahun 2015 yakni 128,9 per KH dan Target MDGs Tahun per KH. Capaian ini jika dibandingkan dengan target Nasional 337/ KH dan capaian Nasional Tahun / KH, Angka kematian ibu di Provinsi Gorontalo sudah berada jauh dibawah target dan capaian Nasional. Penyebab meningkatnya angka kematian ibu di Provinsi Gorontalo antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai dan kondisi ibu hamil itu sendiri, seperti anemia sebanyak 23,9 persen, Kekurangan Energi Kronik (KEK) 38,5 persen, ibu hamil menderita hipertensi 35 persen, malaria dan perdarahan post partum 27 persen dan infeksi 4 persen. Selain itu faktor umur dari ibu hamil yakni empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun terlalu dekat jarak kehamilan dan terlalu banyak anak). Tahun 2015 ibu hamil meninggal diusia <20 tahun sebanyak 6 orang, tahun sebanyak 35 orang dan diatas usia>35 tahun sebanyak 11 orang. Potensi dan tantangan dalam penurunan angka kematian ibu adalah jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan di desa baru 647 orang dari jumlah desa yang ada yakni 732. Demikian juga secara kuantitas jumlah puskesmas PONED ada 22 puskesmas dan 4 RS PONEK namun belum diiringi dengan kualitas pelayanan. 134

56 Secara nasional angka kematian ibu juga masih tinggi, jauh dari target MDGs. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3.2 dan grafik 3.3. Grafik 3.2 Tren pencapaian AKI di Provinsi Gorontalo Tahun Grafik 3.3 Kondisi Nasional Angka Kematian Ibu Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 135

57 Upaya yang dilakukan dalam penurunan AKI antara lain dengan terus menggalakkan Keluarga Berencana (KB), Penyuluhan tentang penganekaragaman makanan untuk peningkatan gizi ibu hamil, pemberian Paket Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil yang tinggi kalori, protein dan mikronutrien. Selain itu upaya peningkatan kualitas Antenatal Care, mengoptimalkan peran promosi kesehatan dan pemberdayaan dimasyarakat dalam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Gerakan Masyarakat Sayang Ibu, Anak dan Keluarga (GEMASIAGA) serta pemanfaatan penggunaan buku KIA. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 29 hari -11 bulan. AKB diperoleh dengan formula sebagai berikut: Angka Kematian Bayi Pada tahun 2016, jumlah kematian bayi (usia 0-11 bulan) adalah 295 orang dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak orang, sehingga diperoleh capaian AKB sebesar15,0/1000 KH, lebih tinggi dari target Tahun 2016 yakni 12,8/1000 KH. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2015 yang hanya 11,6/1000 KH. Berikut trend angka kematian bayi di Provinsi Gorontalo kurun waktu

58 Grafik 3.4 Tren capaian AKB di Provinsi Gorontalo Tahun dibawah ini : Adapun penyebab dari kematian bayi antara lain dapat dilihat pada gambar Gambar 3.5 Persentase Penyebab Kematian Bayi Tahun 2016 di Provinsi Gorontalo 137

59 Faktor yang mempengaruhi masih banyaknya kematian bayi di Provinsi Gorontalo antara lain adalah jarak dan transportasi ke tempat pelayanan kesehatan yang jauh, lingkungan yang tidak ber-phbs seperti tinggal dilingkungan yang tidak sehat (kebiasaan merokok didalam rumah, ventilasi rumah kurang memenuhi syarat untuk sirkulasi dan pencahayaan), asupan gizi seperti pemberian MP- ASI terlalu dini, pemberian MP-ASI tidak sesuai umur, kualitas MP-ASI kurang baik/tidak memenuhi kebutuhan gizi, penggunaan susu formula, terutama karena botol susu dan dot kurang bersih, minum air mentah/tidak dimasak, makanan dan minuman tercemar kuman penyakit, pemberian ASI kurang memadai, imunisasi yang tidak lengkap, faktor perilaku ibu dan keluarga seperti pada saat ibu hamil sering mengkonsumsi obat-obatan tanpa berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan, kemungkinan ibu merokok atau sering menghirup asap rokok (perokok pasif) dan adanya penyakit infeksi. Capaian kinerja tahun 2016 dibandingkan dengan capaian kinerja tahuntahun sebelumnya adalah, capaian kinerja dari angka kematian bayi di Provinsi Gorontalo per 1000 kelahiran hidup di Tahun 2012 sebesar 18,7. Pada Tahun 2013 sebesar 13,3 / 1000 KH. Selanjutnya, capaian kinerja di Tahun 2014 jumlah ini naik sebesar 13,9 / 1000 KH dari target yang ditetapkan sebesar 16 / 1000 KH. Kenaikan kematian bayi di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 disebabkan karena penyakit, diantaranya yang paling tinggi karena Diare : 24,7 persen, Pneumonia : 16,95 persen, Kelainan Kongenital : 8,6 persen, Infeksi : 7,4 persen, Kelainan syaraf : 1,23 persen, Gizi Buruk : 1,23 persen, dan Lain-lain : 40,7 persen. Pada tahun 2015, angka kematian bayi menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,5/1000 kelahiran hidup. Jumlah ini turun sebesar 123,3 persen dari target yang telah di tetapkan. Target capaian pada akhir periode RPJMD adalah sebesar 12,3/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian neonatal 138

60 Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi pada bayi usia sampai dengan 28 hari. AKN diperoleh dengan formula sebagai berikut: Tahun 2016, jumlah bayi usia sampai 28 hari yang meninggal dunia adalah 216 bayi dari kelahiran hidup, sehingga berdasarkan formula diatas capaian AKN Tahun 2016 mencapai 11,0/1000 KH. Angka ini mengalami kenaikan dari capaian tahun 2015 yakni hanya 8/1000 KH. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik sebagai berikut : Grafik 3.6 Angka Kematian Neonatal di Provinsi Gorontalo Tahun Penyebab utama kematian neonatal yang paling tinggi adalah disebabkan oleh Asfiksia 36 persen, di susul oleh BBLR 35 persen, kelainan kongenital : 7,87 dan penyebab lain-lain : 16,36. Hal ini dipengaruhi antara lain perilaku ibu dan keluarga seperti : 139

61 1) BBLR : ibu hamil kurang gizi, ibu hamil kurang darah (anemia), jarak kelahiran kurang dari 2 tahun, dan ibu berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. 2) Asfiksia : perdarahan saat hamil dan persalinan, ibu hamil dengan tekanan darah tinggi, bayi lahir dengan tindakan, dan BBLR. Selain BBLR dan Asfiksia, penyebab lainnya yakni kelainan kongenital, hal ini dipengaruhi oleh pada saat ibu hamil sering mengkonsumsi obat-obatan tanpa berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan, kemungkinan ibu merokok atau sering menghirup asap rokok (perokok pasif). Pencapaian kinerja penurunan angka kematian neonatal di Provinsi Gorontalo selang tahun adalah sebagai berikut : Pada Tahun 2012 sebesar 11,7 / 1000 KH. Di Tahun 2013 kematian neonatal menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 10 / 1000 KH. Dan di Tahun 2014 kembali turun menjadi 9,8 / 1000 KH dan melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 10,30. Dengan demikian, dapat diketahui rata-rata penurunan kematian neonatal di Provinsi Gorontalo sebesar 15 persen. Pada tahun 2015, capaian sebesar 8,0 atau sebesar 114,8 persen dari target yang ditetapkan sebesar 9,40. Capaian pada akhir periode RPJMD adalah sebesar 8,2/1000 kelahiran hudup. Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada anak usia 12 sampai 59 bulan. AKABA diperoleh dengan formula sebagai berikut: Angka Kematian Balita Tahun 2016, jumlah balita usia sampai 59 bulan yang meninggal dunia di Provinsi Gorontalo adalah 320 orang. Berdasarkan formula diatas capaian AKABA 140

62 tahun 2016 mencapai 16,3/1000 KH. Berikut ini gambaran AKABA di Provinsi Gorontalo dalam kurun waktu Grafik 3.7 Angka Kematian Balita di Provinsi Gorontalo Tahun Penyebab kematian balita di Provinsi Gorontalo antara lain disebabkan oleh Diare : 20%, Ispa : 8%, Typoid : 4%, Kelainan saluran cerna : 4%, Lain-lain : 64%. Pencapaian kinerja angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup selang Tahun adalah : Di tahun 2012 sebesar 20,9 / 1000 KH. Di Tahun 2013 sebesar 15, 35 / 1000 KH dan di Tahun 2014 realisasi dari capaian kinerja ini naik dengan menurunnya angka kematian balita di Provinsi Gorontalo menjadi 15,3 / 1000 KH. Pada tahun 2015, capaian indikator ini kembali naik yaitu sebesar 127 persen dengan penurunan angka kematian balita hingga 12,7/1000 KH dari target yang ditetapkan sebesar 17,40/1000 KH. Capaian kinerja ini menggambarkan bahwa derajat kesehatan khususnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dari tahun ke tahun semakin baik. Pada akhir periode RPJMD capaian kinerja yang diharapkan sebesar 15,0/1000 kelahiran hidup. 141

63 Tabel 3.15 Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Realisasi Nasioanal No. Sasaran Indikator Kinerja Realisasi Realisasi Ket. Strategis Tahun 2016 Nasional (+/-) Meningkatnya Status Kesehatan Masyarakat 1 Angka Usia Harapan Hidup 67,12 70,1 - Sumber Data : BPS dan BPS Provinsi Gorontalo b. Sasaran Meningkatnya Status Gizi Masyarakat Indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo yang terkait dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah indikator kinerja sasaran meningkatnya status gizi masyarakat yaitu Persentase balita gizi buruk dan Prevelensi Kekurangan Gizi. Realisasi dan capaian kinerja terhadap ke dua indikator kinerja utama ini adalah sebagi berikut : No. Tabel 3.16 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Persentase balita gizi 5,7 3,34 4,56 63,47 3,11 53,05 buruk 2 Prevelensi kekurangan gizi 24,5 13,56 22,25 35,91 13,00 28,85 Sumber Data : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 142

64 Dari tabel 3.16 dapat diketahui bahwa realisasi atas indikator kinerja persentase balita gizi buruk pada tahun 2016 sebesar 4,56 persen dari target yang ditetapkan sebesar 3,34 persen atau capaian sebesar 63,47 persen. Capaian terhadap indikator kinerja ini belum sesuai target yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya yaitu pada Tahun 2012 sebesar 3,08 persen. Tahun 2013, balita dengan gizi buruk di Provinsi Gorontalo turun menjadi 2,32 persen atau turun sebesar 76 persen. Dan pada Tahun 2014 persentase gizi buruk di Provinsi Gorontalo sebesar 2,32 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar 3,80 persen. Pada tahun 2015, balita dengan gizi buruk kembali naik menjadi 5,7 persen dari target yang ditetapkan sebesar 3,57 persen. Capaian di tahun 2016 ini naik dibandingkan dengan capaian di tahun 2015 dimana terjadi penurunan persentase terhadap balita gizi buruk. Target capaian pada akhir periode RPJMD adalah 3,11 persen. Pada akhir RPJMD diharapkan mampu menurunkan angka balita gizi buruk di Provinsi Gorontalo dengan programprogram yang lebih menyentuh dan berpihak pada masyarakat penderita. Gizi buruk adalah gangguan kekurangan gizi tingkat berat yang ditandai dengan adanya tanda-tanda klinis gizi buruk dan atau berat badan sangat rendah tidak sesuai dengan Persentase Balita Gizi Buruk tingginya. Pada Tahun 2015 persentase balita gizi buruk mengalami peningkatan dari 2,31 persen tahun 2013 menjadi 5,7 persen dan tahun 2016 turun menjadi 4,56 persen tetapi masih berada diatas target yang ingin dicapai Tahun 2016 yakni 3,32 persen. Hal ini disebabkan oleh antara lain faktor kemiskinan sebagaimana yang telah dijelaskan pada point 13 Prevalensi Gizi Kurang, dan pola asuh yang tidak tepat. Ini akan mengakibatkan kemampuan kognitif dari balita yang menderita gizi buruk tidak berkembang maksimal dan mudah sakit. Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah mendidik masyarakat memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. 143

65 Upaya yang telah dilakukan adalah sejak tahun 2013 melakukan MOU dengan Dinas Pendidikan dalam memberikan pendidikan gizi melalui mulok pada anak SD, SMP dan SMA,yang diperkuat dengan Perda Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pembelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo. Kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, solusinya adalah masyarakat perlu dididik memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Upaya yang telah dilakukan adalah MOU dengan Dinas Pendidikan dalam memberikan pendidikan gizi melalui mulok pada anak SD, SMP dan SMA,yang diperkuat dengan Perda Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pembelajaran Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo. Selain itu masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga oleh sektor diluar kesehatan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Perbaikan Gizi Berikut ini persetase balita gizi buruk Provinsi Gorontalo kurun waktu Grafik 3.8 Persentase Balita Gizi Buruk di Provinsi Gorontalo Tahun Sumber Data : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 144

66 Capaian kinerja terhadap prevelensi kekurangan gizi pada tahun 2016 sebesar 35,91 persen. Dimana dari target yang di tetapkan sebesar 13,56 persen, realisasi sebesar 22,25 persen. Capaian kinerja prevalensi kekurangan gizi pada Tahun 2012 sebesar 14,44 persen dan pada Tahun 2013 turun menjadi 10,87 persen. Di Tahun 2014 dengan target yang di tetapkan sebesar 14,00 persen, realisasi yang dicapai sebesar 10,86 persen. Hal ini berarti bahwa terdapat penurunan terhadap balita dengan gizi kurang dan balita dengan gizi buruk sebesar 75 persen di tahun 2013 dan 0,99 persen. Pada tahun 2015, prevelensi kekurangan gizi naik menjadi 24,5 persen. Target capaian pada akhir RPJMD adalah 13 persen. Untuk mencapai target akhir RPJMD, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menetapkan program-program yang berpihak pada perbaikan gizi masyarakat yang didukung oleh pendanaan yang memadai. Prevalensi kekurangan gizi adalah persentase gizi kurang ditambah presentase gizi buruk. Formula yang digunakan untuk menghitung indikator ini adalah: Prevelensi Kekurangan Gizi Perkembangan prevalensi kekurangan gizi pada baliita selang tahun dapat dilihat pada grafik

67 Grafik 3.9 Prevalensi Kekurangan Gizi Provinsi Gorontalo Tahun Sumber Data : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Peningkatan prevalensi gizi kurang berbanding lurus dengan jumlah penduduk miskin pada periode yang mengalami peningkatan sebanyak jiwa atau penduduk miskin mengalami kenaikan dari 17,44 persen menjadi 18,32 persen. (BPS : Provinsi Gorontalo dalam Angka 2016), sehingga menyebabkan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok menurun. Masih tingginya angka gizi buruk di Provinsi Gorontalo disebabkan antara lain oleh faktor kemiskinan yang meningkat dan daya beli masyarakat menurun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut berbagai strategi dan kebijakan telah di lakukan oleh pemerintah yakni : 1. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah kekurangan gizi; 2. Optimalisasi lintas sektor dalam memperbaiki sosial ekonomi masyarakat; 3. Integrasi program lintas Kab/Kota untuk perbaikan gizi pada anak penderita gizi buruk; 146

68 4. Peran pendidikan ilmu gizi berbasis makanan khas daerah Gorontalo di sekolahsekolah mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA; 5. Memperbaiki dan menata manajemen data (by name by adres); 6. Pemberian makanan tambahan bagi penderita gizi buruk dan gizi kurang berupa susu, biskuit dan makanan tambahan lainnya. 5. Tujuan Mengelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup untuk Kemakmuran Masyarakat Tujuan kelima Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk kemakmuran masyarakat dijabarkan dalam 2 (dua) sasaran strategis Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan 7 (tujuh) indikator kinerja utama. Sasaran, indikator kinerja utama dan capaian masing-masing sasaran dapat di jelaskan pada tabel-tabel berikut ini: Sasaran meningkatkan pengelolaan sumber daya alam merupakan salah satu sasaran strategis Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam upaya pemanfaatan potensi alam Provinsi Gorontalo untuk sebesarbesarnya kemakmuran masyarakat sekaligus upaya yang dilakukan dalam rangka melestarikan keberadaan sumber daya alam yang ada di Provinsi Gorontalo. Sasaran strategis ini akan diukur dengan menetapkan sebuah indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo. Realisasi dan capaian kinerja sasaran ini akan dijelaskan sebagaimana tabel berikut ini : a. Sasaran Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam 147

69 Tabel 3.17 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir Tahun RPJMD No. Indikator Kinerja Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Rehabilitasi hutan dan lahan kritis ha ha ha 246,34 Sumber Data : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Gorontalo ha 50,55 Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran pada tabel 3.17, terhadap pencapaian indikator kinerja pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa capaian di tahun 2016 melampaui target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar hektar hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi, terealisasi sebesar 246,34 persen atau realisasi sebesar hektar. Capaian akhir RPJMD yang ditetapkan sebesar hektar rehabilitasi hutan di Provinsi Gorontalo. Capaian tahun 2016 terhadap target RPJMD sebesar 50,55 persen. Di akhir tahun RPJMD tahun 2017, diharapkan capaian ini dapat terwujud. Rehabilitasi lahan di Provinsi Gorontalo adalah suatu usaha memulihkan kembali, memperbaiki dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak supaya dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai lahan produksi, media pengatur tata air, ataupun sebagai unsur perlindungan alam dan lingkungannya. Rehabilitasi hutan dan lahan atau RHL merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang dilokasikan pada kerangka daerah aliran sungai. Kegiatan rehabilitasi ini menempati posisi untuk mengisi kekosongan ketika sistem perlindungan tidak dapat mengimbangi hasil sistem budidaya lahan dan hutan, sehingga terjadi deforestasi serta degredasi fungsi hutan dan lahan. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan melalui kegiatan penghijauan, reboisasi, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak 148

70 produktif. Kegiatan reboisasi dan penghijauan pada umunya dilakukan pada tanah kritis dan areal bekas penebangan liar atau pembalakan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut membutuhkan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas baik. Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai pengatur media pengatur tata air, unsur produksi pertanian, maupun unsur perlindungan alam dan lingkungannya. Lahan kritis juga merupakan suatu lahan yang kondisi tanahnya telah mengalami proses kerusakan fisik, biologi atau kimia yang pada akhirnya bisa membahayakan fungsi hidrologi, produksi, orologi, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi disekelilingnya. Rehabilitasi hutan dan lahan dapat diimplementasikan pada semua kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional. Pada tahun 2012 telah disusun master plan penataan hutan Provinsi Gorontalo dalam upaya untuk melestarikan hutan di Gorontalo, juga telah dilakukan upaya-upaya dalam penataan kawasan hutan sesuai peruntukkannya, dengan merehabilitasi hutan dan lahan kritis untuk mengurangi isu pemanasan global seluas 4500 Ha, dan penanaman tanaman hutan dengan tanaman produktif seluas 200 Ha, melakukan perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan dan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dengan melakukan penataan 4 KPH di tahun 2013 serta melaksanakan operasi pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan dalam rangka menurunkan tingkat pencurian kayu, illegal logging dan perambahan hutan. Dalam rangka mendukung kegiatan rehabilitasi hutan lindung dengan gerakan penanaman 1 Milyar pohon, Pemerintah Provinsi Gorontalo memberikan kontribusi melakukan penanaman pohon maupun memberikan bantuan bibit kepada masyarakat dan kelompok tani berupa bibit tanaman kehutanan, bibit tanaman Multi Purpose Tree Species (MPTS), bibit tanaman produktif dan bibit tanaman serbaguna sebanyak bibit pohon. Luas hutan Provinsi Gorontalo adalah ,22 ha yang terdiri dari ,05 ha hutan konversi, ,01 ha hutan lindung dan ,16 ha. 149

71 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis pada tahun 2012 adalah sebesar hektar, pada tahun 2013 seluas hektar, pada tahun 2014 adalah seluas hektar. Pada tahun 2015 rehabilitasi hutan dan lahan kritis seluas hektar dan pada tahun 2016, rehabilitasi seluas hektar. Dari data ini terlihat jelas bahwa antara kurun waktu 2012 s.d 2016 telah dilakukan rehabilitasi tambahan pada lahan kritis seluas hektar sehingga mampu menurunkan luasan kerusakan kawasan hutan dari luasan awal tahun 2012 sebesar hektar menjadi hektar. Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan kritis dilakukan melalui programprogram pemerintah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat sekitar hutan. Program dimaksud antara lain adalah : 1. Memberikan bantuan bibit kepada kelompok tani HTR (Hutan Tanaman Rakyat); 2. Memfasilitasi perlengkapan kelompok tani; 3. Pengamanan hutan dilaksanakan di Kabupaten/Kota dan pembuatan tanaman hutan rakyat diluar kawasan. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Provinsi Gorontalo telah tercapai sebagaimana yang diharapkan. Tetapi lebih dari pencapaian tersebut, terdapat beberapa kendala yang perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu : a. Pencadangan areal Hutan Tanaman Rakyat cukup luas di Provinsi Gorontalo sementara alokasi anggaran belum mencukupi untuk program peningkatan usaha masyarakat sekitar hutan. b. Sarana pengangkutan bibit yang kurang memadai mengingat jarak lokasi penanaman dengan lokasi pengangkutan cukup jauh, dengan menggunakan tenaga manusia untuk mengangkut bibit membuat tidak optimal. c. Petani HTR yang sebagian besar memiliki skill yang rendah dan tidak terlatih mengakibatkan pemanfaatan lahan yang kurang optimal. 150

72 d. Kondisi cuaca yang ekstrim, kemarau yang panjang sangat berpengaruh pada daya tumbuh bibit tanaman yang diberikan kepada masyarakat sehingga prosentasi tumbuh tanaman hanya berkisar 70 persen. e. Masih tingginya tingkat pembalakan hutan (Illegal Logging) dan penyelundupan kayu yang menyebabkan terjadinya Degradasi dan Deforestasi didalam kawasan dan luar kawasan. Masalah utama yang menjadi celah yang mudah diterobos oleh pelaku Illegal Logging adalah lemahnya koordinasi antar sektor (Instansi pemerintah, penegak hukum, masyarakat dan dunia usaha). b. Meningkatnya Produksi Hasil Pertanian dan Perikanan kinerja utama tersebut, akan dibahas sebagai berikut : Guna mencapai sasaran meningkatnya produksi hasil pertanian dan perikan, pemerintah Provinsi Gorontalo menetapkan 6 (enam) indikator kinerja utama. Realisasi dan capaian kinerja terhadap ke enam indikator Tabel 3.18 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir Tahun RPJMD Tahun 2016 Target Indikator Realisasi Akhir Kinerja 2015 Target Realisasi RPJMD Capaian s.d 2016 No. % terhadap Realisasi (2017) 2017 (%) ,06 1 Jumlah produksi padi ton ton Ton 102, ton 2 Jumlah produksi jagung 3 Jumlah produksi perikanan tangkap ton ton ton ton ton ton 98, ton 103, ton 89,88 94,08 4 Jumlah Produksi Perikanan Budidaya 5 Jumlah Populasi ternak sapi 6 Jumlah popolasi ayam buras 63,131,22 ton ekor ekor ton ekor ekor ton ekor ekor 53, ton 94, ekor 91, ekor Sumber Data : Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo 48,87 91,10 79,17 151

73 Dari tabel 3.18 dapat diketahui bahwa capaian kinerja sasaran meningkatnya produksi hasil pertanian dan perikanan di Provinsi Gorontalo, capaiannya sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari realisasi capaian kinerja terhadap target yang ditetapkan di tahun 2016 mendapat nilai rata-rata sangat tinggi. Pada tahun 2013, produksi padi mencapai ton dengan produktivitas sebesar 50,20 Ku/ha. Pencapaian ini meningkat jika dibandingkan dengan capaian produksi pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 51,164 Ha ( lebih rendah dibandingkan sasaran luas panen padi tahun 2012 yang direncanakan sebesar Ha. Produktivitas dengan target Ku/Ha hanya dapat mencapai realisasi sebesar Ku/Ha. Dan untuk target produksi padi ditahun yang sama sebesar ton hanya dapat direalisasikan sebesar ton. Pada Tahun 2014, produksi padi sebesar ton. Peningkatan produksi padi ini Jumlah Produksi Padi diantaranya disebabkan oleh bertambahnya lahan pertanian. Selain itu, guna peningkatan produksi komoditi tanaman pangan ini, penyediaan pupuk terus disuport. Kelangkaan pupuk pada setiap musim tanam tertentu, mendorong pemerintah untuk berupaya memperbaiki fasilitas penunjang antar lain infrastruktur laut dan usulan realokasi kuota pupuk bersubsidike pemerintah pusat yang belum mencukupi kebutuhan di Provinsi Gorontalo. Alat-alat pertanian yang modern pun ikut andil dalam meningkatkan produksi pertanian dimana pemerintah memberikan bantuan langsung kepada kelompok tani melalui sistem KSO. Dari hasil pengukuran capaian produksi padi sesuai Angka Sementara (ASEM) tahun 2016 terhadap target RPJMD terdapat kenaikan produksi sebesar Ton ( 5 %), sehingga dengan demikian target kenaikan 3 persen pertahun 152

74 terlampaui. Dan dibandingkan produksi tahun 2015 meningkat sebesar 4.24 persen atau setara Ton. Hal ini disebabkan Tahun 2016 Provinsi Gorontalo mendapat bantuan benih padi sawah seluas ha yang terdiri dari : APBD I seluas ha menurun ha dibanding tahun 2015, dari anggaran APBN mendapat bantuan benih padi sebanyak ha yang terdiri dari bantuan padi inhibrida untuk ekstensifikasi ha, intensifikasi ha, teknologi hazton 100 ha dan padi organik 40 ha. Peningkatan luas tanam dan luas panen meningkatkan total produksi padi secara keseluruhan. Meskipun produktivitas menurun tetapi karena luas panen meningkat maka total produksi padi meningkat. Capaian ditahun 2016 ini jika dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya adalah jumlah luas panen padi di tahun 2014 yaitu sebesar 62,690 hektar dan tahun 2015 sebesar 59,668 hektar atau menurun sebesar 4,82 persen luas panen tahun Juga jumlah produktivitas padi yang dihasilkan per hektar sawah di tahun 2014 sebesar 50,20 ku/ha dan 2015 sebesar 55,51 ku/ha atau naik sebesar 10,58 persen bila dibandingkan dengan capaian ditahun Serta dapat dilihat pula hasil produksi padi pada tahun 2014 yaitu sebesar 314,703 ton dan 2015 sebesar ton atau naik sebesar 5,25 persen dibandingkan dengan tahun Pada Tahun 2013, produksi jagung di Provinsi Gorontalo sebesar ton dari target Dan ditahun 2014, produksi jagung sebesar ton dari target yang ditetapkan sebesar ton. Penyebab belum tercapainya sasaran produksi jagung antara lain adalah petani/masyarakat belum menerapkan teknologi budidaya yang benar dan Jumlah Produksi Jagung kurangnya faktor pemupukan, selain itu faktor pola subsidi benih yang mulai diterapkan Tahun 2013 sampai 2014, varietas benih yang disubsidi oleh pemerintah tidak diminati oleh petani, hal ini didasari oleh realisasi penyerapan subsidi benih 153

75 jagung untuk provinsi Gorontalo hanya kurang lebih sebesar 25 persen sampai akhir Tahun Demikian pula hanya untuk dukungan dana APBD melalui bantuan benih jagung hibrida mengalami peningkatan. Namun program bantuan pupuk urea dan NPK mengalami keterlambatan dalam proses pengadaan barang dan jasa sehingga kurang mempengaruhi peningkatan produktivitas pada komoditi jagung di Tahun Produksi Jagung berdasarkan Angka Sementara (ASEM) 2016 dibandingkan dengan target RPJMD mencapai Ton atau 98 persen dari target RPJMD Ton. Tetapi jika dibanding Angka Tetap (ATAP) 2015 meningkat persen. Bantuan benih jagung dari anggaran APBD 2016 sebanyak ha dan APBN sebanyak ha ditanam pada periode musim tanam I dan II. Selanjutnya untuk musim tanam III (September-Desember) mendapat tambahan anggaran APBDP ha dan APBNP ha (full paket). Tetapi karena pengadaan benih jagung untuk APBDP mengalami keterlambatan sehingga penanaman yang semestinya bulan September bergeser penanaman menjadi bulan Oktober 2016 dan berakibat panen dan berproduksi nanti di Januari Produksi perikanan tangkap adalah produksi perikanan yang dihasilkan oleh kegiatan penangkapan ikan baik diperairan laut maupun diperairan umum (Danau Limboto). Produksi perikanan tangkap dijadikan Indikator Kinerja Utama (IKU) karena indikator ini merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan dan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Tahun 2016 capaian produksi perikanan tangkap sebesar 118,578 Ton, nilai ini melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 114,578 Ton, atau capainya sebesar 103,49 persen. Capaian kinerja ini sangat tinggi. Keberhasilan capaian produksi perikanan tangkap ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 154

76 Pemerintah Provinsi Gorontalo melaksanakan program perikanan tangkap melalui Restrukturisasi Armada Tangkap Kapal Mina Maritim> 30 GT. Dari tahun 2010 sampai tahun 2016 ini, Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui anggaran APBN (TP) dan APBD (DAK) sudah mengalokasikan pembangunan dan penyediaan kapal > 30 GT sebanyak 48 unit atau dengan alokasi anggaran sebesar Rp , khusus tahun 2016 sebanyak 3 Unit kapal Mina Maritim. Membangun sarana rumah ikan (Fish Apartement) yang berfungsi menyediakan ekosistem buatan baru (Spawning and Nursery Ground) bagi siklus bertelur dan pembesaran ikan sehingga mampu bereproduksi dengan habitat yang baik sehingga mampu meningkatkan populasi ikan disuatu kawasan perairan. Melakukan kegiatan one man one thousand fries melalui pengadaan benih ikan yang dilepas di perairan Teluk Tomini yang bertujuan untuk memperkaya stok populasi ikan tertentu sehingga mampu berkembang biak dan menunjang kapasitas keberadaan stok ikan di perairan. Melakukan pembinaan kelompok kepada kelompok usaha perikanan tangkap dan kegiatan ini selalu berkoordinasi dengan dinas perikanan dan kelautan Kab/Kota dan Badan Koordinasi Penyuluh ditingkat provinsi maupun kab/kota. Capaian ditahun 2016, jika dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya adalah sebagai berikut. Pada tahun 2015 capaian produksi perikanan tangkap sebesar Ton, nilai ini melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar Ton, atau capainya sebesar 100,57 persen. Pencapaian kinerja terhadap indikator kinerja sasaran produksi perikanan tangkap, pada Tahun 2012 adalah sebesar ton. Dan pada Tahun 2013 capaian kinerja dari indikator sasaran ini naik menjadi ,3 ton atau sebesar 111 persen. Untuk Tahun 2014 capaian kinerja ini kembali naik jika dibandingkan dengan pencapaian di Tahun 2013 yaitu menjadi ,3 ton. Pada tahun 2015, capaian sebesar ton dari target yang telah ditetapkan sebesar ton. Capaian ditahun ini 155

77 melampaui target yang telah ditetapkan. Dari capaian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat efisiensi sumber daya yang digunakan dalam pencapaian sasaran ini. Target yang ditetapkan terlampaui sebesar 597 ton. Capaian pada akhir periode RPJMD yang diharapkan sebesar ton produksi perikanan tangkap. Selain jagung sebagai komoditi unggulan dan sebagai komoditi ekspor Provinsi Gorontalo, ikan juga merupakan komoditi unggulan yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Produksi perikanan budidaya adalah produksi perikanan yang dihasilkan oleh kegiatan budidaya ikan baik diperairan laut, payau maupun diperairan tawar (Danau Limboto). Produksi perikanan budidaya dijadikan indikator kinerja utama (IKU) karena indikator ini merupakan salah satu faktor utama yang juga mempengaruhi tingkat pendapatan pembudidaya dan nilai tukar pembudidaya (NTP). Tahun 2016 capaian produksi perikanan budidaya hanya sebesar Ton atau hanya 53,574 % dari target yang ditetapkan (186,49 Ton). Capaian produksi perikanan budidaya ini terdiri dari produksi ikan budidaya (ikan dan udang) sebesar 38,295 ton dan produksi rumput laut sebesar 61,950 Ton. Tidak tercapainya produksi perikanan budidaya tahun 2016, untuk ikan dan produksi rumput laut dipengaruhi oleh beberapa faktor : Faktor cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan timbulnya penyakit iceice sehingga mengakibatkan kegagalan panen pada budidaya rumput laut. Rendahnya produksi rumput laut disebabkan oleh ketersediaan bibit unggul rumput laut disaat musim tanam dan rendahnya kualitas bibit yang tersedia. Beberapa upaya yang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota telah mengembangkan kebun bibit disentra-sentra budidaya rumput laut dengan melakukan koordinasi dengan Loka Rumput laut untuk melakukan penetapan jadwal tanam sesuai dengan kondisi wilayah dan melakukan introduksi bibit rumput laut hasil kultur jaringan. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya 156

78 Kabupaten Boalemo yang merupakan salah satu penghasil rumput laut sejak tahun 2013 tidak mengalokasikan lagi anggaran untuk kegiatan budidaya rumput laut. Dampak bencana alam yang terjadi ditahun 2016 sehingga meningkatnya jumlah volume air di danau limboto telah menimbulkan kerugian pada pembudidaya ikan di karamba jaring apung (KJA). Hal ini berdampak pada penurunan investasi masyarakat di sub sektor perikanan budidaya. Tingginya niai tukar dolar terhadap rupiah sangat mempengaruhi harga pakan ikan, dimana secara nasional bahan baku pembuatan pakan ikan masih menggunakan produk import. Hal ini mengakibatkan daya beli pakan ikan oleh pembudidaya mengalami penurunan sehingga produktifitas hasil perikanan budidaya cenderung berkurang dari target yang diharapkan. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab rendahnya atau tidak tercapainya target produksi perikanan budidaya di Tahun Pencapaian kinerja pada tahun 2016 terhadap indikator kinerja sasaran produksi perikanan budidaya, dibandingkan dengan capaian pada tahun-tahun sebelumnya adalah sebagai berikut. Pada Tahun 2012 adalah sebesar 133,34 ton. Dan pada Tahun 2013 capaian kinerja dari indikator sasaran ini sebesar ,9 ton. Untuk Tahun 2014 capaian kinerja ini turun jika dibandingkan dengan pencapaian di Tahun 2013 yaitu sebesar ,3 ton. Pada tahun 2015, capaian sebesar ,22 ton dari target yang telah ditetapkan sebesar ton. Capaian ditahun ini belum mencapai target yang telah ditetapkan disebabkan oleh beberapa factor sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Capaian pada akhir periode RPJMD yang diharapkan sebesar ton produksi perikanan budidaya dapat tercapai hingga akhir tahun

79 Beberapa inovasi yang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam mengembangkan sektor perikanan di Provinsi Gorontalo sekaligus meningkatkan keberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) Inovasi yang dikembangkan pada kegiatan Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) merupakan kerjasama dengan LAPAN dalam penyediaan titik koordinat keberadaan dan pergerakan populasi ikan diperairan laut indonesia, dimana informasi titik koordinat ini dikirimkan kepada nelayan/pengelola kapal perikanan tangkap di Provinsi Gorontalo sehingga nelayan mampu menangkap ikan sesuai dengan lokasi keberadaan ikan tersebut yang pada akhirnya akan memberikan efisiensi operasional dan optimalisasi hasil tangkapan ikan. 158

80 2) Pengembangan Kampung Vaname Pengembangan kampung vaname merupakan kegiatan yang mengembangkan teknologi budidaya udang vaname dengan sistem teknologi BUSMETIK (Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik) yang difokuskan di Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo Utara. Penerapan teknologi Busmetik ini memberikan dampak yang besar bagi pelaku usaha perikanan yang bergerak dibidang budidaya udang dengan mengaplikasikan teknologi tersebut. 3) Budidaya Air Tawar dengan Sistem Aquaponik (Yu-mina) Sistem Aquaponik merupakan sistem budidaya ikan berkelanjutan yang mengkombinaskan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Melalui sistem akuaponi, tanaman tidak perlu disiram setiap hari secara manual sebab air di kolam dipompa ke atas sehingga mampu menyirami tanaman. sehingga kita hanya perlu memberi makan pada kolam ikan yang pada akhirnya bisa mendapat sayuran dan ikan segar. Keuntungan dari aquaponik untuk kolam ikan adalah kebersihan air kolam tetap terjaga, air tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi ikan karena sudah melalui proses filtrasi. 4) Pos Pelayanan Terpadu di Pelabuhan Perikanan (PPI) Inovasi lain yang dikembangkan adalah pos pelayanan terpadu yang dipusatkan di Pelabuhan perikanan (PPI) Tenda dan Gentuma dengan kegiatan utama pelayanan kesyahbandaran, pelayanan surat kesehatan pelabuhan, pelayanan SLO dan pelayanan SPDN bagi nelayan yang akan melaut. Pelaksanaan pelayanan terpadu di pelabuhan perikanan ini memberikan dampak yang besar bagi nelayan yang akan melakukan penangkapan ikan karena mereka bisa mengurus semua dokumen izin dan kebutuhan melaut pada pos pelayanan terpadu tersebut. 159

81 5) Gerakan Pakan Mandiri (Gerpari) Gerakan pakan mandiri (Gerpari) merupakan salah satu kegiatan inovasi Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo yang dilaksanakan, sehingga bisa mendorong pembudidaya ikan untuk tidak lagi tergantung dari bahan baku pakan impor. Hal ini perlu digalakan dalam rangka menekan biaya produksi budidaya ikan yang bersumber dari pakan impor karena daerah Gorontalo merupakan salah satu daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar yang dapat dimanfaatkan untuk menggantikan bahan baku pakan impor dengan memproduksi pakan lokal secara mandiri. Jumlah Populasi ternak sapi tahun 2016 dari target yang ditetapkan sebesar Ekor, realisasi sebesar Ekor atau capaian sebesar 94,70. Capaian kinerja ini masih tergolong sangat tinggi tetapi belum Jumah Populasi Ternak Sapi mampu mencapai target yang telah ditetapkan di tahun Tidak tercapai populasi ternak sebanyak ekor disebabkan oleh : 1. Karena masih rendahnya produktifitas ternak sapi yang dipelihara oleh masyarakat sebagai akibat belum terkelolanya budidaya ternak sapi. 2. Cukup tingginya penjualan ternak sapi antar pulau. Langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi turunnya populasi ternak sapi di Provinsi Gorontalo antara lain adalah mengadakan pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis guna meningkatkan pengetahuan peternakan dalam hal budidaya ternak sapi. Sementara itu, sejalan dengan penurunan populasi ternak sapi, diikuti pula oleh menurunnya produksi daging sapi sebesar Kg disebabkan karena masih rendahnya jumlah pemotongan. Pada Tahun 2012, pencapaian swasembada daging sapi Nasional dan komoditi peternakan lainnya di Provinsi Gorontalo. Untuk jumlah populasi sapi Ekor dengan Produksi daging yang mencapai 160

82 kg pertahun. Pencapaian sasaran tahun 2013 target Populasi Sapi sebesar Ekor dengan tingkat capainnya 95,2 persen atau ekor, turun jika dibandingkan dengan populasi ditahun sebelumnya. Dan pada tahun 2014 peningkatan populasi sapi yang direncanakan adalah ekor dengan tingkat capaiannya 91,5 persen atau ekor dengan produksi daging sapi sebesar 3.011,474 kg. Peningkatan populasi sapi belum mencapai target, hal ini disebabkan karena tingkat pemotongan yang tinggi ( ekor) dan tingkat perdagangan serta biaya untuk pemeliharaan ternak yang cukup tinggi (9.500 ekor). Selain masalah tersebut, terdapat adanya keterbatasan anggaran untuk mendukung operasional Inseminasi Buatan (IB) terutama dalam hal ketersediaan N2 cair, sarana dan prasarana IB yang belum memadai, dan belum terpenuhinya rasio jumlah petugas dengan wilayah pengembangan peternakan. Pada tahun 2015, populasi ternak sapi di Provinsi Gorontalo ditargetkan sebesar Ekor dengan capaian sebesar Ekor. Tidak tercapainya populasi ternak sapi sebanyak ekor di tahun 2015 disebabkan oleh karena masih rendahnya produktifitas ternak sapi yang dipelihara oleh masyarakat sebagai akibat belum terkelolanya budidaya ternak sapi. Jumlah Populasi ternak ayam ditahun 2016 dari target sebesar ekor, realisasi sebesar ekor atau capaian kinerja sebesar 91,10 persen. Capaian ini sangat Jumlah Populasi Ayam Buras tinggi tetapi belum mencapai target yang telah di tetapkan di tahun Tidak tercapainya populasi ternak ayam sebanyak ekor disebabkan oleh karena angka konsumsi telur cukup tinggi ditahun 2016 sehingga berdampak pada berkurangnya telur tetas yang dapat digunakan untuk menambah anakan ternak ayam. Disamping itu, tingkat kematian ternak sebagai akibat dari wabah penyakit masih terus terjadi. 161

83 Pada Tahun 2012, populasi ayam buras di Provinsi Gorontalo sebesar Ekor dengan produksi daging ayam buras sebesar kg pertahun. Selanjutnya, peningkatan populasi ayam buras direncanakan pada tahun 2013 adalah 15 persen atau Ekor, realisasi yang tercapai 17 persen atau Ekor. Pada Tahun 2014, populasi ayam buras di Provinsi Gorontalo ditargetkan naik sebesar 15 persen atau Ekor tetapi terealisasi hanya ekor dengan produksi daging ayam buras sebesar kg. Peningkatan populasi ayam buras belum mencapai target, hal ini disebabkan karena merebaknya kasus flu burung di Provinsi Gorontalo pada bulan Oktober 2014 dengan jumlah kematian unggas ekor yang terdiri dari: 578 ekor di Kabupaten Gorontalo; 700 ekor di Kabupaten Bone Bolango dan ekor di Kota Gorontalo. Sementara jumlah unggas yang didepopulasi adalah ekor terdiri dari: ekor di Kabupaten Gorontalo; ekor di Kabupaten Bone Bolango; dan ekor di Kota Gorontalo. Semua ternak yang sudah didepopulasi telah diberi dana kompensasi kepada pemilik ternak. Pada tahun 2015, Populasi ternak ayam ditargetkan sebesar Ekor dengan capaian sebesar Ekor. Peningkatan populasi ayam buras tahun 2015 mencapai target bahkan melebihi target sebesar ekor hal ini disebabkan karena komitmen pemerintah yang kuat dalam meningkatkan ekonomi dan keberdayaan masyarakat melalui program bantuan pengembangan ternak ayam buras (KUR) untuk masyarakat. Disamping itu, animo masyarakat dalam memelihara ayam buras sangat tinggi. Sementara itu, turunnya populasi ayam buras ditahun 2016 memacu pemerintah untuk menerapkan strategi pemecahan masalah yang terjadi dengan melaksanakan program-program yang menuju pada optimalisasi peningkatan produksi pertanian dan perkebunan serta penguatan terhadap kapasitas peternak. 162

84 Tabel 3.19 Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Realisasi Nasional No. Sasaran Realisasi Realisasi Ket. Indikator Kinerja Strategis Tahun 2016 Nasioanal (+/-) Meningkatnya 1 Jumlah produksi padi ton 75,36 juta ton - Produksi Hasil Pertanian dan 2 Jumlah produksi jagung ton 19,61 juta ton - Perikanan 3 Jumlah produksi perikanan tangkap ton ton - 4 Jumlah Produksi Perikanan Budidaya ton ton - Sumber Data : BPS, Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo Dari data pada tabel 3.19 dapat diketahui realisasi kinerja dibandingkan dengan realisasi Nasional. Realisasi Nasional didasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS). Dari perbandingan tersebut, antara realisasi provinsi dan nasional seluruhnya memperoleh nilai negatif yang berarti realisasi nasional lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi provinsi. 6. Tujuan Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Khususnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Tujuan ke enam adalah peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat khususnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dijabarkan dalam 1 (satu) sasaran strategis Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan 1 (satu) indikator kinerja utama. Selanjutnya, akan dijelaskan dan dianalisis realisasi capaian kinerjanya sebagai berikut: Sasaran Meningkatnya Kemauan PMKS dalam Memenuhi Kebutuhan Dasarnya Sasaran meningkatnya kemauan penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, ditetapkan atas dasar masih banyaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial di Provinsi Gorontalo yang perlu mendapatkan penanganan dan memperoleh 163

85 perhatian pemerintah. Untuk melihat sejauh mana sasaran strategis ini bisa dicapai, maka ditetapkan 1 (satu) indikator kinerja utama yang akan menjadi ukuran keberhasilan sasaran strategis ini. Realisasi dan capaian kinerjanya akan dibahas sebagai berikut : No. Tabel 3.20 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian KInerja s.d Akhir RPJMD Target Tahun 2016 Realisasi Akhir Indikator Kinerja 2015 % RPJMD Target Realisasi Realisasi (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Jumlah layanan atas 99 kk 120 kk 130 kk 108, kk 24,57 perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial masyarakat Sumber Data : Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Gorontalo Dari tabel 3.20 diketahui bahwa realisasi capaian kinerja untuk indikator sasaran jumlah layanan atas perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial masyarakat dengan target 120 Kepala Keluarga (kk), realisasi mencapai 130 kk atau 108,33 persen. Capaian kinerja ini sangat tinggi. Realisasi pada tahun 2015 sebesar 99 kk lebih rendah dibandingkan dengan realisasi capaian ditahun Realisasi capaian kinerja tahun 2016 dibandingkan dengan target RPJMD adalah sebesar 24,57 persen. Dalam mengukur keberhasilan dari layanan atas perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial dicapai dengan 2 (dua) target kinerja yang ingin dicapai. Sebagai berikut : a. Kegiatan Pembinaan Kelembagaan Jaminan Kesejahteraan sosial dilaksanakan pada Tahun Tujuan pembinaan kelembagaan jaminan kesejahteraan sosial adalah meningkatnya jumlah layanan atas perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan tujuan tersebut adalah pelaksanaan PKH di daerah dan tertanganinya korban tindak kekerasan dan pekerja migran bermasalah sosial 164

86 melalui LPPTC untuk 30 KK, Pemulangan orang terlantar sebagai biaya bagi pekerja migran yang terlantar untuk kembali ke daerah asalnya sebanyak 6 orang, bantuan stimulan korban bencana sosial untuk 14 KK, kegiatan ini dapat dilaksanakan 100%. Pada Tahun 2016 nomenklatur kegiatannya berubah menjadi kegiatan perlindungan jaminan sosial dan bantuan bencana sosial. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dari kegiatan yang dimaksud adalah perlindungan sosial bagi KTK-PM melalui pemberian bantuan stimulan UEP sebanyak 40 KK, bantuan stimulan Bahan Bangunan Rumah (BBR) 15 KK. b. Kegiatan koordinasi dan peningkatan kapasitas petugas penanggulangan bencana bidang Linjamsos. Tujuan pelaksanaan kegiatan koordinasi dan peningkatan kapasitas petugas penanggulangan bencana bidang Linjamsos adalah untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan petugas penanggulangan bencana dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana serta kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dari kegiatan dimaksud adalah meningkatnya kualitas dan pemahaman 60 orang petugas penanggulangan bencana. Pencapaian kinerja terhadap indikator kinerja sasaran perlindungan dan jaminan sosial tahun-tahun sebelumnya adalah, pada Tahun 2012 adalah sebesar 56 kepala keluarga. Dan pada Tahun 2013 capaian kinerja dari indikator sasaran ini naik signifikan menjadi kepala keluarga. Untuk Tahun 2014 capaian kinerja ini turun jika dibandingkan dengan pencapaian di Tahun 2013 yaitu menjadi 81 kepala keluarga. Pencapaian kinerja di Tahun 2014 ini melampaui target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2015, capaian naik bila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 yaitu 99 kepala keluarga dan 6 orang yang mendapatkan perlindungan dan jaminan sosial. 165

87 7. Tujuan Memelihara Keragaman Agama dan Budaya Tujuan ke tujuh Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah memelihara keragaman agama dan budaya yang dijabarkan dalam 2 (dua) sasaran strategis Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan 4 (empat) indikator kinerja utama. Selanjutnya akan dijelaskan per sasaran strategis dengan analisis realisasi capaian kinerja sebagai berikut : a. Sasaran Peningkatan kesejahteraan dan pelayanan serta pembinaan pengembangan nilai-nilai agama, adat dan budaya serta peran pemuda dalam pembangunan Provinsi Gorontalo adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak adat istiadat dan budaya serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama sehingga Provinsi Gorontalo dijuluki dengan serambi madinah. Selain dari pada itu, beraneka ragamnya suku yang ada di Provinsi Gorontalo maka mendorong ditetapkannya sasaran peningkatan kesejahteraan dan pelayanan serta pembinaan pengembangan nilainilai agama, adat dan budaya serta peran pemuda dalam pembangunan sebagai sasaran strategis yang capaiannya akan diukur dengan menggunakan 1 (satu) indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo. Realisasi dan capaian kinerja terhadap indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : No. Tabel 3.21 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir RPJMD Tahun 2016 Target Indikator Realisasi Akhir Kinerja 2015 % Target Realisasi RPJMD Realisasi (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Persentase potensi konflik yang dapat diantisipasi 90 % 90 % 92 % 102, % 92,00 Sumber Data : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Gorontalo 166

88 Dari tabel 3.21 dapat diketahui bahwa relisasi capaian kinerja terhadap indikator kinerja Persentase potensi konflik yang dapat diantisipasi dari target yang ditetapkan sebesar 90 persen, realisasi sebesar 92 persen atau capaian sebesar 102,22 persen. Capaian kinerja ini sangat tinggi. Masyarakat adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi. Dalam interaksinya, manusia sering dihadapkan pada situasi konflik (pertentangan / pertikaian). Munculnya konflik sosial tidak terjadi dengan sendirinya dan tidak sesederhana yang bisa dibayangkan. Banyak faktor yang dapat dikaji mengapa konflik tersebut muncul dipermukaan. Pada umumnya konflik merupakan suatu gejala sosial yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Memahami konflik dengan cara memahami bahwa masyarakat memiliki perspektif atau pandangan yang berbeda tentang hidup dan masalahnya, individu masing-masing punya sejarah dan karakter yang unik, individu dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, individu dilahirkan dalam suatu cara hidup yang berbeda, individu masing-masing memiliki nilai-nilai yang memandu perilaku dan pikiran serta manusia diciptakan dengan banyak perbedaan. Penyebab konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan sosial diantara individu yang terlibat dalam suatu interaksi sosial yang secara umum dapat di identifikasi sebagai berikut : a. Perbedaan Individu; b. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan; c. Perbedaan Kepentingan; d. Perubahan Sosial. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan itu. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai 167

89 kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi secara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan prosesproses sosial dimasyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Provinsi Gorontalo yang masyarakatnya majemuk, tak lepas dari berbagai potensi konflik tersebut, baik karena faktor perbedaan individu, perbedaan latar belakang kebudayaan, perbedaan kepentingan dan karena perubahan sosial. Dalam mengantisipasi potensi konflik yang timbul, pemerintah mengambil langkahlangkah antisipasi sehingga potensi konflik yang muncul tidak akan menjadi konflik yang mengganggu keamanan dan ketertiban yang berakibat menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Antisipasi Potensi Konflik Politik Pada tahun 2015 terdapat pelaksanan tahapan pemilihan kepala daerah di 3 (tiga) Kabupaten Yakni ; Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango. Dari pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah 3 (tiga) Kabupaten tersebut pada dasarnya berjalan sesuai tahapan yang ada, namun khusus di Kabupaten Bone Bolango pada proses pelaksanaan tahapan tepatnya pada Hari Kamis Tanggal 20 Agustus 2015 terjadi gerakan masa aksi ke Penyelengara dalam hal ini PANWAS Kabupaten Bone Bolango oleh aliansi penyelamat demokrasi, yang potensi terjadinya konflik ditengah-tengah masyarakat serta berpeluang menggangu stabilitas daerah. Salah satu antisipasi potensi konflik di Provinsi Gorontalo adalah melaksanakan Forum kerukunan umat beragama adalah forum yang dibentuk 168

90 berdasarkan pada amanat peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9/8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, pemberdayaan FKUB dan pendirian rumah ibadat. Program yang dilaksanakan dalam mendukung tercapainya target indikator kinerja ini adalah Program peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat pada kegiatan koordinasi dan pemantapan FKUB di daerah dengan sasaran masyarakat yang dilaksanakan secara bertahap dari tahun ke tahun. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan ketahanan sosial dan ketahanan budaya dalam hal ini mengantisipasi adanya aksi-aksi kekerasan premanisme dan aliran sesat yang bernuansa SARA yang bisa menimbulkan potensi konflik. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat bisa mempunyai pemahaman dan ketahanan terhadap aksi-aksi kekerasan dan aliran sesat. Selanjutnya, kegiatan ini didukung pula oleh kegiatan-kegiatan terkait dengan peningkatan stabilitas keamanan didaerah seperti pelaksanaan kegiatan dalam rangka mengantisipasi gejolak sosial yang bisa timbul akibat dari kebijakankebijakan pemerintah dibidang ekonomi antara lain kebijakan-kebijakan yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan dasar masyarakat seperti kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif dasar listrik. Kebijakankebijakan yang diambil oleh pemerintah seringkali menimbulkan gejolak dimasyarakat yang bisa berimbas pada stabilitas daerah termasuk juga meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ketahanan ekonomi dalam menunjang stabilitas daerah dengan dilakukannya pemantauan terhadap stabilitas harga-harga kebutuhan pokok dan ketersediaan kebutuhan pokok dimasyarakat dalam menjaga ketahanan ekonomi masyarakat di Provinsi Gorontalo. b. Sasaran Meningkatnya Pelestarian Budaya Daerah Sasaran meningkatnya pelestarian budaya daerah di Provinsi Gorontalo adalah salah satu sasaran strategis yang ditujukan untuk 169

91 meningkatkan kepedulian dan kesadaran terhadap pelestarian budaya daerah, mengingat Provinsi Gorontalo memiliki banyak budaya daerah yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk kelestariannya. Untuk mencapai sasaran strategis ini, ditetapkan 3 (tiga) indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo yang realisasi dan capaian kinerjanya akan dijelaskan sebagai berikut : No. Tabel 3.22 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Tahun 2016 Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Target Realisasi % Realisasi Jumlah penyelenggaraan festival seni dan budaya tingkat Nasional /Internasional 3 kali 3 kali 3 kali 100,00 15 kali 20,00 2 Budaya yang dilestarikan 35 kali 5 kali 35 kali 700,00 25 pagelaran 140,00 3 Pelestarian Benda Purbakala dan Cagar Budaya 32 jenis 32 jenis 32 jenis 100,00 32 jenis 100,00 Sumber Data : Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo o Dari tabel 3.22, dapat diketahui bahwa dari ketiga indikator kinerja tersebut, ketiganya memperoleh nilai sangat tinggi dan telah melampaui target akhir RPJMD. Pencapaian kinerja penyelenggaraan seni dan budaya tingkat national dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya adalah, pada Tahun 2012 adalah 2 kali penyelenggaraan festival. Dan pada Tahun 2013 capaian kinerja dari indikator sasaran ini meningkat menjadi 3 kali festival. Untuk Tahun 2014 capaian kinerja juga masih sama dengan target yang di tetapkan sebesar 3 kali penyelenggaraan Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya tingkat Nasional/Internasional 170

92 festival. Pada tahun 2015, jumlah festival seni dan budaya dicapai 3 kali festival. Capaian ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Capaian kinerja yang diharapkan pada akhir periode RPJMD adalah 15 penyelenggaraan seni dan budaya. Gorontalo sebagai salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi memiliki aneka ragam kesenian daerah baik tari, lagu, rumah adat, dan pakaian adat. Pemerintah Provinsi Gorontalo berkomitmen penuh terhadap pelestarian seni dan budaya peninggalan leluhur Daerah Gorontalo. Provinsi Gorontalo yang dijuluki Serambi Madinah dengan menjunjung adat Gorontalo tentu sangat mengedepankan budaya lokal dalam setiap penyelenggaraan pembangunan di daerah. Olehnya, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian seni dan budaya banyak mendapat perhatian pemerintah. Kegiatan tersebut yaitu Pelestarian dan aktualisasi adat budaya daerah dan pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah Gorontalo. Gambar 3.5 Festival Budaya Tumbilotohe Gambar 3.6 Festival Seni Gorontalo memiliki Tari dana-dana yang merupakan tari pergaulan remaja Gorontalo. Tarian ini dilakukan oleh 2 sampai 4 orang laki-laki. Tarian ini diiringi oleh alat musik gambus dan rebana serta lagu berisi pantun yang bertema percintaan atau nasehat-nasehat yang bertemakan kehidupan remaja. Tarian dana-dana 171

93 memang menggambarkan sosok remaja yang energik dengan gairah hidup yang besar, kehidupan dunia remaja dan keakraban pergaulan remaja. Olehnya, guna melestarikan seni dan budaya tersebut maka di selenggarakan festifal seni dan budaya sebagai capaian kinerja ini. Yang paling fenominal adalah penyelenggaraan Festifal Karawo yang diselenggarakan setiap tahun. Selanjutnya capaian kinerja ini didukung pula oleh program promosi keragaman budaya Gorontalo sasaran kelompok kegiatan adalah pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah Gorontalo dan pengembangan rintisan taman budaya daerah. Adapun kegiatan-kegiatan yang menunjang program ini antara lain adalah : a. Pemeliharaan Sejarah dan Cagar Budaya Gorontalo. b. Pengembangan Nilai nilai Budaya. c. Penyediaan Sarana dan Prasarana Kebudayaan. d. Promosi Keragaman Budaya Gorontalo. Budaya dalam suatu masyarakat etnis tertentu merupakan akal budi, pikiran manusia, cipta karsa, dan hasil karya yang diciptakan oleh kelompok masyarakat etnis tersebut. Dengan adanya budaya, masyarakat dapat menentukan hukum-hukum yang berlaku disuatu kelompok yang merupakan Budaya yang di Lestarikan Gambar 3.7 Budaya Walima 172

94 nilai moral suatu entis tertentu yang akhirnya menjadi kebiasaankebiasaan entis atau suku tertentu, termasuk juga budaya adat istiadat daerah Gorontalo. Namun membahas tentang budaya atau kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat daerah Gorontalo saat ini tentu telah terdapat banyak perubahan dan pergeseran mengikuti perkembangan jaman, dibandingkan pada jaman dahulu dimana masing-masing individu masih mempertahankan nilai-nilai leluhur yang berlaku didalam masyarakat. Namun demikian saat ini masih ada kebiasaankebiasaan hidup dalam masyarakat yang terus dipelihara dan masih berlaku dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tentang adat perkawinan dan kesenian Derah Gorontalo. Pagelaran budaya yang diselenggarakan adalah dalam rangka meningkatkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap budaya daerah sendiri. Dalam rangka memperkenalkan budaya daerah Gorontalo, Pemerintah Provinsi Gorontalo melaksanakan Pelestarian dan aktualisasi Adat Budaya Daerah, dengan sasaran para siswa SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di Provinsi Gorontalo dengan hasil kegiatan yang diharapkan adalah terbinanya para remaja untuk memahami nilai-nilai sastra yang tertuang dalam ajaran agama, kegiatan ini juga dilaksanakan untuk Pelatihan upacara adat Gorontalo, Karya cetak/rekam sastra lisan Gorontalo, dan identifikasi Nilai-nilai budaya Gorontalo, siswa-siswi SMP dan SMA yang diharapkan mampu memahami dan mencintai pelestarian adat budaya daerah Gorontalo sejak dini. Pagelaran budaya yang diselenggarakan merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya Gorontalo yang sampai saat ini terus dilaksanakan oleh pemerintah bersama-sama masyarakat. Budaya Gorontalo yang masih lestari antara lain adalah tahapan pada pernikahan adat yang dimulai dari Mopoloduwo rahasia, Tolobalango, Depito Dutu, Mopotilandahu, Tari Saronde, Akad Nikah. Budaya Gorontalo lainnya adalah tujuh bulanan atau dalam bahasa Gorontalo Tondhalo, Aqiqah, Khitanan dan Beat, Sapaan Atau Toli, Tumbilotohe, Meriam Bambu (dalam bahasa Gorontalo Bunggo) dan Walima. 173

95 Dewasa ini kita telah menghadapi masa globalisasi yang hubungan manusianya tiada batas antar satu benua dengan banua lain. Keberadaan budaya Gorontalo dimasa sekarang ini sudah mengalami banyak perubahan yang sangat signifikan Kurangnya pengetahuan akan adat budaya daerah Gorontalo; Kurangnya pengetahuan akan tarian adat; Kurangnya pengetahuan pembelajaran tentang adat budaya gorontalo; Pergaulan kaum muda mudi yang sudah tergerus oleh jaman atau berperilaku hidup modern. Faktor-faktor tersebut diatas yang membuat memudarnya kebudayaan Gorontalo. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Gorontalo berkomitmen dalam pelestarian budaya daerah agar tetap lestari, karena budaya itulah yang menjadi warisan leluhur nenek moyang suku Gorontalo. Pencapaian sasaran ini di dukung pula oleh program pengembangan rintisan taman budaya daerah sebagai wadah atau sarana seniman dan budayawan yang melestarikan budaya daerah Gorontalo. Pencapaian kinerja pagelaran budaya yang merupakan salah satu sarana pelestarian budaya Gorontalo pada Tahun 2012 adalah 3 kali pagelaran budaya. Dan pada Tahun 2013 capaian kinerja dari indikator sasaran ini meningkat menjadi 5 kali pagelaran. Untuk Tahun 2014 capaian kinerja naik menjadi 35 kali pagelaran budaya dengan target yang ditetapkan sebesar 5 kali pagelaran budaya. Capaian kinerja di Tahun 2014 ini naik hingga 700 persen, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah pagelaran budaya baik tingkat Daerah Provinsi, Nasional dan Internasional. Pada tahun 2015 capaian kinerja ini sebesar 35 kali penyelenggaraan pagelaran budaya. Tingginya capaian ini disebabkan banyaknya pagelaran budaya yang diselenggarakan di tahun Dari capaian terhadap sasaran ini dapat disimpulkan baha terdapat penggunaan sumber daya yang efisien. Sehingga mampu menyelenggarakan pagelaran yang melampaui target yang telah ditetapkan pada 174

96 tahun 2016 maupun target akhir RPJMD. Capaian yang diharapkan pada akhir periode RPJMD adalah 25 pagelaran budaya. Provinsi Gorontalo adalah provinsi yang ada di pulau Sulawesi yang penuh dengan peninggalan sejarah dan purbakala. Peninggalan sejarah tersebut sangat berpotensi untuk pengembangan IPTEK dan penelitian Arkeologi, sebab Gorontalo memiliki bukti peninggalan sejarah dan kepurbakalaan mulai dari zaman prasejarah, zaman Hindu/Budha (klasik), zaman Islam sampai zaman Kolonial. Benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala merupakan Benda Cagar Budaya (BCB) yang perlu dilindungi dan dilestarikan karena salah satu kekayaan budaya nasional serta menjadi corak khusus Provinsi Gorontalo yang dikenal tidak hanya sebagai daerah kelapa saja tetapi juga kota wisata, religi, dan kota cagar budaya. Pelestarian Benda Purbakala /Cagar Budaya Beberapa benda dan cagar budaya yang sudah dijaga dan dilestarikan adalah Benteng Otanaha, Benteng Oranye, Makam ju panggola, Makam ta ilayabe, kuburan duhela pitulolango, Makam Raja Blongkod, ruamh tua di bone bolango. Benda purbakala yang sudah dilestarikan seperti didingga, isiriki mulolo dan lain. Gambar 3.8 Beberapa cagar budaya yang dilestarikan Benteng Otanaha Di Kota Gorontalo 175

97 Sebagai bentuk kepedulian terhadap sejarah Provinsi Gorontalo beserta benda-benda peninggalan sejarah (benda purbakala), di Provinsi Gorontalo telah dibangun museum purbakala tempat penyimpanan benda-benda purbakala. Berikut ini adalah gambar beberapa benda purbakala dan situasi di museum Gorontalo. Gedung Museum Tempat Penyimpanan Benda Purbakala Gorontalo 176

98 8. Tujuan Meningkatkan Peran Perempuan dan Kualitas Hidup Anak Tujuan delapan adalah meningkatkan peran perempuan dan kualitas hidup Anak dijabarkan dalam 2 (dua) sasaran strategis pemerintah Provinsi Gorontalo dengan 4 (empat) indikator kinerja utama. Realisasi capaian kinerja akan diuraikan sebagai berikut : a. Sasaran Meningkatnya Nilai Indikator Kualitas Hidup Perempuan Sasaran meningkatnya nilai indikator kualitas hidup perempuan akan digambarkan dengan realisasi capaian kinerja terhadap 3 (tiga) indikator kinerja utama dan ditambah dengan satu indikator lain yang relevan dengan sasaran strategis ini. Realisasi dan capaian kinerja akan diulas sebagai berikut : Tabel 3.23 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir RPJMD No. Indikator Kinerja Target Capaian Tahun 2016 Realisasi Akhir s.d % RPJMD terhadap Target Realisasi Realisasi (2017) 2017 (%) Tingkat Partisipasi angkatan kerja perempuan 44,66 % 42,11 % 45,80 % 108,76 43 % 106,51 2 Indeks Pembangunan Gender 85,09 % 67,02 % 85,87 % 128,13 68,05 % 126,19 3 Indeks Pemberdayaan Gender 67,36 % 59,72 % 69,26 % 115,97 60,10 % 115,24 Sumber Data : BPS Provinsi Gorontalo dan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Gorontalo 177

99 Dari tabel 3.23 dapat dilihat bahwa realisasi capaian kinerja terhadap indikator kinerja tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan pada tahun 2016 sebesar 45,80 persen dari target yang ditetapkan sebesar 42,11 persen atau capaian sebesar 108,76 persen. Capaian kinerja ini sangat tinggi. Capaian kinerja ini, bila dibandingkan dengan capaian tahun-tahun tahun 2012 capaian sebesar 45,28 persen dan tahun 2013 target kinerja ini sebesar 43,75 persen. Pada tahun 2014 capaian kinerja sasaran ini mencapai 42,26 persen dengan capaian melampaui target yang telah ditetapkan. Hal ini berarti bahwa, partisipasi angkatan kerja perempuan di tahun 2014 makin membaik tetapi masih dibawah capaian dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, realisasi capaian kinerja terhadap indikator kinerja ini sebesar 44,66 persen, capaian ditahun 2015 naik bila di bandingkan dengan tahun 2014 dari taget yang ditetapkan di tahun 2015 sebesar 41,20 persen. Target kinerja dalam RPJMD untuk pencapaian sasaran ini adalah sebesar 43 persen. Dengan capaian sampai dengan tahun 2016 terhadap target akhir RPJMD, capaian kinerja ini sudah melampaui target akhir RPJMD. Indikator kinerja selanjutnya adalah tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan. Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Provinsi Gorontalo adalah proporsi penduduk perempuan usia kerja yang sudah bekerja atau masih mencari pekerjaan terhadap penduduk usia kerja yaitu 15 tahun ke atas. TPAK dapat menjadi indikator sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memberikan ruang bagi partisipasi kesetaraan gender dan peluang kerja bagi perempuan khususnya pendidikan dan pekerjaan di sektor formal. Selain itu, dapat terlihat pula seberapa besar motivasi perempuan untuk bekerja baik di desa maupun di kota. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Secara hukum, perempuan dapat berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, 178

100 bahkan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam menikmati hasil pembangunan. Namun, kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari ditemukan banyak kendala dan ketidak pastian dalam pencapaian kesetaraan gender tersebut. Peran perempuan dalam berbagai sektor publik kemasyarakatan masih banyak terhambat oleh alasan sosial budaya, tradisi adat istiadat dan tata nilai yang telah melembaga dimasyarakat itu sendiri. Keterwakilan perempuan dan laki-laki dalam semua sektor pembangunan belum mencapai titik sasaran yang diharapakan baik itu ditingkat nasional maupun daerah. Namun demikian banyak organisasi-organisasi baik internasional, nasional maupun lokal berusaha untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan Gender. Seperti halnya di provinsi Gorontalo, pemerintah telah memasukkan pembangunan yang berwawasan gender dalam rencana jangka panjang menengah daerah Tahun Partisipasi perempuan dalam kehidupan saat ini di Provinsi Gorontalo dapat terlihat disegala bidang, baik politik dan lembaga legislative, lembaga eksekitif dan lembaga yudikatif, swasta serta organisasi kemasyarakatan. Pada bidang politik, terdapat 12 orang perempuan yang menjadi anggota legislatif. Begitupun dalam bidang pemerintahan, terdapat orang sebagai Aparatur Sipil Negara dan 25 persen diantaranya menduduki jabatan strategis dalam pemerintahan di Provinsi Gorontalo baik sebagai Sekretaris Daerah, Kepala SKPD maupun pejabat administrator dan pengawas. Secara umum langkah-lankah yang perlu dilakukan oleh pemerintah sebagai rekomendasi untuk perbaikan ke depan pada sasaran ini adalah: a. Memberi akses yang lebih luas kepada perempuan untuk menduduki jabatan yang stretegis baik di lembaga legislatif maupun dieksekutif. b. Memberi ruang akses yang lebih luas kapada terhadap peningkatan kapasitas baik pendidikan maupun kesehatan. c. Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan di provinsi Gorontalo. 179

101 Gender diartikan sebagai perbedaan fungsi dan peran sosial antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan oleh masyarakat. Perbedaan tersebut pada prakteknya sering menimbulkan ketidakadilan, terutama terhadap kaum perempuan baik dilingkungan rumah tangga, pekerjaan masyarakat, kultur maupun Negara. Oleh sebab itu, untuk menghilangkan ketidakadilan tersebut diperlukan adanya kesetaraan dan keadilan gender dalam proses bermasyarakat dan bernegara. Kesetaraan gender lebih dimaknai sebagai kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperolah kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpartisipasi disegala bidang. Sementara itu, keadilan gender merupakan proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki, sehingga dalam menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat, tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses, kesempatan berpartisipasi dan control atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang dan kesempatan untuk menggunakan sumberdaya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumberdaya tersebut. Sedangkan memiliki control berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumberdaya. Tingkat keberhasilan pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender dapat diukur, salah satunya dengan IPG (Indeks Pembangunan Gender) adalah ukuran pembangunan manusia yang merupakan komposit dari empat indikator, yang lebih menekankan status perempuan, khususnya dalam mengukur kemampuan dasar. Indeks Pembangunan Gender 180

102 Pembangunan manusia secara kuantitatif dapat digambarkan dari angka IPM (Indeks Pembangunan Manusia), namun demikian, angka IPM ini belum mampu menjelaskan perbedaan capaian kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan. Melalui angka IPG, kesenjangan atau gap kemampuan dasar antara laki-laki dan perempuan mampu dijelaskan dengan melihat rasio antara IPG dengan IPM. Semakin tinggi rasionya maka semakin rendah gap kemampuan dasar antara laki-laki dan perempuan. Sebaliknya, semakin rendah rasio maka semakin tinggi gap kemampuan dasar antara laki-laki dan perempuan. IPG merupakan rasio IPM perempuan dengan laki-laki, dimana komponen pembentuk IPM laki-laki dan perempuan sama dengan komponen pembentuk IPM. Komponen pembentuk tersebut yakni angka harapan hidup (mewakili dimensi kesehatan), angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (mewakili dimensi pendidikan) serta sumbangan pendapatan (mewakili dimensi ekonomi). Pencapaian pembangunan gender di Provinsi Gorontalo menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Program-program pemerintah yang selama ini dilaksanakan dan beberapa telah berpedoman pada pengarustamaan gender antara lain adalah : 1. Penganggaran yang responsive gender. Kebijakan ini memuat diwajibkan kepada seluruh SKPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo dari setiap program yang diselenggarakan harus memuat 1 (satu) kegiatan yang responsive gender. 2. Kelompok Usaha Perempuan. Pembentukan kelompok ini ditujukan untuk membantu para perempuan yang produktif dalam bentuk bantuan permodalan sehingga mampu membantu meningkatkan perekonomian keluarga dan taraf hidupnya. 3. Membentuk Kaukus Perempuan Parlemen. Kegiatan yang dilaksanakan adalah memberikan penguatan kapasitas keanggotaan perempuan diparlemen sehingga mampu mengaktualisaikn diri serta penguatan kelembagaan para anggota parlemen perempuan. 181

103 Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Gorontalo tahun 2016 mencapai 85,87 persen atau capaian kinerja sebesar 103,34. Nilai capaian kinerja ini sangat tinggi dibandingkan dengan capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya adalah, pencapaian kinerja sasaran pada Tahun 2012 sebesar 84,54. Tahun 2013 target kinerja ini sebesar 62,41 dengan realisasi sebesar 84,57. Pada Tahun 2014 capaian kinerja sasaran mencapai 85,09, naik sebesar 0,52 poin dibandingkan capaian tahun Pada tahun 2015, capaian sebesar 85,09, dari taget yang ditetapkan ditahun 2015 sebesar 65,10. Target capaian pada akhir RPJMD adalah 68,05 dengan demikian, target akhir RPJMD terhadap indikator kinerja ini telah terlampaui. Selain Indeks Pembangunan Gender (IPG), terdapat pula ukuran komposit lainnya yang terkait dengan gender yakni Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang digunakan untuk mengukur persamaan peranan antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan ekonomi, politik dan pengambilan keputusan. Kedua ukuran ini diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang kesetaraan dan keadilan gender yang telah dicapai melalui berbagai program-program pembangunan serta dapat digunakan sebagai bahan dalam menentukan arah kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kesetaraan dan keadilan gender. IDG dibentuk berdasarkan tiga komponen yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen, perempuan sebagai tenaga profesional, manajer, administrasi dan teknisi serta sumbangan pendapatan. Indeks pemberdayaan gender secara nasional tahun 2015 sebesar 70,68. sementara itu, Indeks pemberdayaan gender Provinsi Gorontalo berada pada angka 67,36. Tetapi jika dibandingkan dengan indeks tahun sebelumnya, pencapaian ini naik sebesar 6,47 poin. Hal ini sebagai akibat naiknya proporsi perempuan sebagai tenaga profesional. Indeks Pemberdayaan Gender 182

104 Pencapaian kinerja sasaran tahun2016 ini, dibandingkan dengan capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya adalah, pada Tahun 2012 capaian sebesar 62,08. Tahun 2013 target kinerja ini sebesar 56,02 dengan realisasi sebesar 60,89. Pada Tahun 2014 capaian kinerja sasaran mencapai 67,36 naik sebesar 6,47 poin dibandingkan dengan capaian tahun Pada tahun 2015, capaian sebesar 67,36, dari taget yang ditetapkan ditahun 2015 sebesar 58,08. Target capaian pada akhir RPJMD adalah 60,10 dan sudah tercapai di Tahun No. Tabel 3.24 Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Realisasi Nasional Realisasi Indikator Kinerja Tahun 2016 Sasaran Strategis Realisasi Nasional Meningkatnya 1 Indeks Pembangunan 85,87 91,03 - Nilai Indikator Gender Kualitas Hidup Perempuan 2 Indeks Pemberdayaan 69,26 70,83 - Gender Sumber Data : BPS dan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Gorontalo Ket. (+/-) b. Menurunnya Angka Tindak Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan dan Anak untuk mengukur capaian kinerja sasaran menurunnya angka tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak di Provinsi Gorontalo, ditetapkan 1 (satu) indikator kinerja yang merupakan indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo. Sasaran kinerja ini ditetapkan sebagai sasaran strategis sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam upaya mengantisipasi dan mengatasi tindak kekerasan dan diskriminasi pada perempuan dan anak serta komitmen dalam perlindungan terhadap perempuan dan anak di Provinsi Gorontalo. Realisasi dan capaian kinerja terhadap sasaran ini, akan dijelaskan sebagai berikut : 183

105 No. Tabel 3.25 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Tahun 2016 Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Target Realisasi % Realisasi Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Sumber Data : 32 kasus 27 kasus 46 kasus 29,63 17 kasus 15,29 BPS Provinsi Gorontalo dan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Gorontalo Dari tabel 3.25 dapat diketahui bahwa realisasi capaian kinerja terhadap Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada tahun 2016, dari target 27 kasus yang dilaporkan dan ditangani, realisasi sebesar 46 kasus yang dilaporkan dan yang ditangani. Nilai capaian kinerja ini sangat rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa dari angka tindak kekerasan dalam rumah tangga yang ditangani melebihi target yang ditetapkan. Itu berarti pula kekerasan dalam rumah tangga Tahun 2016 meningkat. Capaian akhir tahun RPJMD adalah 17 kasus yang ditangani dengan capaian 2016 terhadap target akhir RPJMD sebesar 15,29 persen. Sementara rasio penyelesaian tindak pidana adalah 100 persen, yaitu jumlah kasus yang dilaporkan dibandingkan dengan jumlah kasus yang ditangani. Pencapaian kinerja sasaran di tahun 2016, dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya adalah sebagai berikut. Pada Tahun 2012 sebesar 60 kasus yang tertangani dari jumlah semua kasus yang dilaporkan atau rasio sebesar 100 persen. Tahun 2013 target kinerja ini sebesar 20 kasus tertangani dengan rasio pencapaian 100 persen. Pada Tahun 2014 capaian kinerja sasaran mencapai 18 kasus yang ditangani dari 18 kasus yang dilaporkan itu berarti rasio mencapai 100 persen. Pada tahun 2015, jumlah kasus yang dilaporkan dan yang ditangani relative tinggi bila dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya tetapi jumlah 184

106 ini dibawah target yang ditetapkan sebesar 52 kasus. Itu berarti kasus KDRT yang dilaporkan turun sebesar 62 persen dari target yang ditetapkan. Sehingga rasio KDRT pada tahun 2015 dapat diketahui sebesar 100 persn. Capaian kinerja pada akhir RPJMD diharapkan kasus KDRT menurun sehingga kasus yang ditangani juga turun sebesar 17 kasus. Untuk mencegah, melindungi korban, dan menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, negara dan masyarakat wajib melaksanakan pencegahan, perlindungan, dan penindakan pelaku sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Negara berpandangan bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, adalah pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi. Di Provinsi Gorontalo pada Tahun 2013 kasus kekerasan dalam rumah tangga masih tinggi. Tingginya kasus kekerasan yang terjadi selama ini ditambah dengan kurangnya sumber daya yang menyebabkan proses penanganan penyelesaian kasus KDRT sangat lambat. Pada tahun 2013 kasus yang dapat tertangani sebanyak 20 kasus. Demikian halnya dengan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak yang penurunannya hanya 0,6 persen. Namun demikian pemerintah melalui Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesra provinsi Gorontalo terus melakukan sosialisasi Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, termasuk kampanye anti kekerasan baik melalui media cetak maupun media elektronik, juga melakukan koordinasi lintas sektor penanganan kasus dengan melibatkan Polisi Daerah Gorontalo, Kejaksaan Tinggi Gorontalo, Pengadilan Tinggi Gorontalo, Kemnekumham Provinsi Gorontalo, Bapas Gorontalo, Lapas Gorontalo dan Lembaga Swadaya Masayakat (LSM). Pada tahun 2014 sebanyak 18 kasus kekerasan yang dilaporkan oleh masyarakat dan telah tertangani semuanya. Selain itu kinerja juga ditunjang oleh adanya sosialisasi tentang Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang 185

107 Penghapusan Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah disosialisasikan ke seluruh Kab/Kota se-provinsi Gorontalo. Kampanye anti kekerasan bukan hanya dilaksanakan melalui sosialisasi, akan tetapi dilaksanakan juga melalui media massa baik cetak maupun elektronik. Koordinasi dengan lintas sektor juga sangat menunjang pencapaian sasaran ini. Koordinasi penanganaan kasus selama Tahun 2014 sangat baik dilaksanakan dengan melibatkan Polda Gorontalo, Kejaksaaan Tinggi Gorontalo, Pengadilan Tinggi Gorontalo, Kemenkumham Provinsi Gorontalo, Bapas Gorontalo, Lapas Gorontalo dan LSM. Capaian kinerja ini didukung pula oleh antara lain terlaksananya pembinaan kepada Kelompok-kelompok Usaha Perempuan yang ada di Kabupaten/Kota agar perempuan-perempuan memiliki aktivitas yang dapat meningkatkan taraf hidup dan perekonomian keluarga. Dengan demikian dapat menekan angka tindak kekerasan dalam rumah tangga. Karena tidak dipungkiri bahwa kekerasan dalam rumah tangga terjadi sebagian besar dipicu oleh keterbatasan ekonomi keluarga. Selain pembinaan, Kelompok Usaha Perempuan yang berjumlah 20 Kelompok Usaha diberikan bantuan usaha untuk menunjang produktifitas pekerjaan. Setiap tahunnnya diharapkan ada peningkatan pada jumlah kelompok usaha yang dibina. Pada tahun 2013 kelompok usaha perempuan yang dibina hanya berjumlah 12 kelompok usaha. Pada tahun 2014 meningkat menjadi 20 kelompok usaha. Peningkatan ini tidak lepas pada ketersediaan dana yang ada. Sehingganya bila ada peningkatan anggaran untuk tahun mendatang maka kelompok usaha yang akan dibina dan diberikan bantuan usaha akan semakin meningkat pula. Keberadaan berbagai lembaga diatas tidak melulu menangani masalah kekerasan terhadap perempuan namun juga peduli terhadap masalah gender lain seperti persamaan hak baik dalam hal mendapatkan pendidikan, pekerjaan hingga permasalahan politik. 186

108 Disamping lembaga-lembaga keperempuanan tersebut ada pula sejumlah lembaga yang khusus menangani masalah anak. Tindak kekerasan terhadap anak (Child Abuse) terbagi atas 3 (tiga) kelompok yaitu tindak kekerasan fisik, tindak kekerasan psikis dan pelecehan seksual. Tindak kekerasan fisik adalah tindakan menyiksa atau menganiaya seseorang yang sifatnya menyakiti dan melukai anggota tubuh. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki dll) atau dengan alat-alat lainnya. Sedang tindak kekerasan psikis atau non-fisik adalah tindakan merendahkan, melecehkan, mengancam, memaksa serta tindakan-tindakan sejenis yang sifatnya melukai perasaan. Tindakan ini biasanya dilontarkan melalui perkataan. Jenis kekerasan terhadap anak secara psikis bermacam-macam. Yang paling umum adalah jenis kekerasan emosional. Kekerasan seperti ini dapat membuat anak terluka secara batiniah dan cukup berpotensi mempengaruhi perkembangan kejiwaan dan mental anak diwaktu mendatang. Disamping itu tidak membekali anak dengan ilmu pengetahuan baik melalui institusi resmi maupun tidak resmi, mengexploitasi anak atau memanfaatkan anak untuk mencari uang seperti meminta-minta/ mengemis, mengikut-sertakan anak dalam segala macam lomba secara berlebihan dengan tujuan menafkahi hidup keluarga walaupun anak tersebut mengikutinya dengan senang hati dapat dikategorikan sebagai penganiayaan terselubung ( Hidden Crime). Pada tahun 2015, terdapat penurunan jumlah kasus yang dilaporkan jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Terdapat 32 kasus yang dilaporkan ditahun 2015 dan semuanya dapat ditangani tetapi ditahun 2016 kasus ini kembali naik. Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka kekerasan dalam rumah tangga adalah melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat tentang tindak kekerasan dan menyempurnakan perangkat hukum yang lebih lengkap dalam melindungi individu dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. 187

109 9. Tujuan Mengembangkan Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tujuan ke sembilan adalah Mengembangkan Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dijabarkan dengan 1 (satu) sasaran strategis Pemerintah Provinsi Gorontalo yaitu meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam pelayanan pada masyarakat yang dicapai dengan 3 (tiga) indikator kinerja yang merupakan indikator kinerja utama Pemerintah Provinsi Gorontalo. Realisasi dan capaian kinerjanya akan dijelaskan dan dianalisis dalam tabel-tabel sebagai berikut : No. Tabel 3.26 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir RPJMD Indikator Kinerja Realisasi 2015 Tahun 2016 Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Target Realisasi % Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi Kategori Baik Kategori Baik Kategori Baik 100,00 WBBM (Wilayah Birokrasi Bersih Melayani) 50,00 2 Opini Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah 3 Indeks Kepuasan Masyarakat WTP WTP WTP* 100,00* WTP 100,00* 84, ,15 111, ,05 Sumber Data : Inspektorat Provinsi Gorontalo, Dinas Penanaman Modal, ESDM dan Transmigrasi Provinsi Gorontalo dan Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo Dari tabel 3.26 dapat diketahui nilai capaian kinerja terhadap 3 (tiga) indikator kinerja sasaran mengembangkan Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sangat tinggi. Indeks reformasi birokrasi 188

110 Provinsi Gorontalo dari target yang ditetapkan dengan kategori baik, realisasi kategori baik. Opini pengelolaan keuangan daerah adalah capaian yang diperoleh atas opini BPK tahun Untuk capaian tahun 2016, baru dapat diketahui pada pertengahan tahun Selanjutnya adalah indeks kepuasan masyarakat, dari target yang ditetapkan sebesar 80, realisasi sebesar 89,15. Untuk indeks kepuasam masyarakat ini, masih terbatas pada kinerja pelayanan pemerintah terhadap pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Provinsi Gorontalo. Indeks Reformasi Birokrasi Indeks Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) minimal baik. Melalui indikator kinerja ini diharapkan dapat meningkatnya zona-zona integritas dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Penilaian PMPRB oleh KEMENPAN RB atas Pelaksanaan Reformasi Birokrasi mencakup penilaian terhadap dua komponen yaitu pengungkit dan hasil. Pengungkit adalah seluruh upaya yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam menjalankan fungsinya, sedangkan hasil adalah kinerja yang diperoleh dari komponen pengungkit. Hubungan sebab-akibat antara komponen pengungkit dan komponen hasil dapat mewujudkan proses perbaikan bagi instansi melalui inovasi dan pembelajaran, dimana proses perbaikan ini akan meningkatkan kinerja instansi pemerintah secara berkelanjutan. Komponen pengungkit sangat menentukan keberhasilan tugas instansi, sedangkan komponen hasil berhubungan dengan kepuasan para pemangku kepentingan. Indikator kinerja dari sasaran strategis ini dapat dicapai karena terpenuhinya target yang ingin dicapai, yaitu jumlah unit kerja dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo mendapatkan indeks penilaian mandiri pelaksanaan birokrasi (PMPRB) bernilai baik. Berdasarkan Capaian kinerja tersebut, maka secara presentase capaian bisa bernilai 100 persen. Kriteria dari Instansi/SKPD yang telah melaksanakan reformasi birokrasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam 189

111 melayani masyarakat, diukur dari seberapa besar tingkat kepuasan atas layanan yang diberikan kepada masyarakat/stake holder. Di akhir Tahun 2017 tercapainya jumlah unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo yang mendapatkan wilayah birokrasi bersih melayani (WBBM) di harapkan dapat terwujud. Capaian indikator kinerja ini, dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya, capaiannya masih sama. Pencapaian kinerja sasaran ini tidak terlepas dari upaya Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam melakukan pembinaan dan pendampingan kepada SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Pembinaan dan pendampingan ini dilakukan baik dalam bentuk sosialisasi maupun rapat-rapat yang berkaitan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, dimana mulai tahun 2015, telah dilakukan self asessment pada setiap SKPD atas pelayanan kepada masyarakat atas tugas dan fungsi SKPD tersebut, dan untuk dapat mencapai target di akhir tahun renstra, diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik dari seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Disamping itu, alokasi anggaran yang memadai sangat diperlukan bagi tercapainya sasaran ini. Keberhasilan pencapaian indikator ini dilaksanakan melalui 2 (dua) Program, yaitu : a. Program Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah melalui kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Reguler SKPD Pemerintah Provinsi, Tindak Lanjut Hasil Temuan Pengawasan dan Pelaksanaan SPIP untuk Pemerintah Provinsi Gorontalo. b. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Opini Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah Pengawasan kegiatan melalui Penyusunan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan. Otonomi daerah memberikan wewenang kepada Pemerintah daerah untuk bertanggungjawab dalam 190

112 penggunaan dana, baik dana dari Pemerintah pusat maupun dana yang berasal dari Pemerintah daerah sendiri. Cara mengelola keuangan dengan berhasil guna dan berdaya guna merupakan syarat penting untuk peningkatan pelayanan publik di daerah. Dalam pelaksanaannya harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah (anggaran) yang baik. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah adalah sejalan dengan sistem tata pemerintahan yang baik dalam rangka reformasi birokrasi yang menjadi misi ke-5 dalam RPJMD Pemerintah Provinsi Gorontalo tahun Penilaian atas laporan keuangan daerah dilakukan oleh pihak eksternal yang dalam hal ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Penilaian oleh lembaga eksternal ini menjadi komponen penting untuk menilai sejauh manakah penilaian yang obyektif bisa dilakukan terhadap akuntabilitas dan kinerja pemerintah daerah terutama dari segi keuangan. Pemeriksaan yang dilakukan secara periodic setiap tahunnya ini mencakup pemeriksaan terhadap Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Opini yang di hasilkan atas pemeriksaan ini secara bertingkat terdiri dari Tidak Wajar (TW), Tidak Memberikan Pendapat (TMP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dan yang terbaik adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Untuk sasaran Meningkatnya Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dalam Pelayanan pada Masyarakat target kinerja yang ditetapkan menunjukkan hasil yang Sangat Baik. Pencapaian kinerja sasaran opini pengelolaan keuangan pemerintah daerah Provinsi Gorontalo pada Tahun 2012 target kegiatannya adalah WDP (wajar dengan pengecualian) dan hasilnya sesuai target ini. Pada tahun 2013 dengan target WDP realisasi capaian kinerja adalah WTP (wajar tanpa pengecualian), dan tahun 2014 capaian sebagaimana target yang telah di tetapkan yaitu WTP. Capaian kinerja di tahun 2015 sesuai dengan target yang telah di tetapkan atau capaian 100 persen. Target akhir RPJMD untuk pencapaian sasaran opini pengelolaan keuangan pemerintah daerah Provinsi Gorontalo adalah Opini 191

113 WTP ini berarti sejak tahun 2013, sudah memenuhi target akhir RPJMD pada tahun Sebagai catatan, realisasi ini merupakan capaian kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo tahun 2015 yang dikeluarkan oleh BPK pada tahun Untuk hasil pemeriksaan atas kinerja tahun 2016, masih dalam proses ketika laporan kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo ini disusun. Tabel 3.27 Opini BPK Atas Laporan Keuangan Provinsi Gorontalo Tahun Opini BPK Keterangan 2012 WDP Laporan aset yang tidak dapat diyakini kebenarannya. Pemerintah Provinsi Gorontalo tidak melakukan pencatatan dan penatausahaan yang memadai atas Aset Tetap pada Kartu Inventaris Barang (KIB). Dokumen dan pencatatan yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan atas nilai aset tetap WTP Dengan catatan : Dampak penyesuaian terhadap material atas laporan keuangan jika ada yang mungkin perlu di lakukan jika BPK dapat memeriksa bukti-bukti asset tetap per 31 Desember WTP Tanpa Paragraf Penjelasan WTP Dengan catatan : Pemerintah Provinsi Gorontalo tidak menyajikan kembali laporan keuangan tahun 2014 berbasis kas menuju akrual, menjadi laporan keuangan tahun 2014 yang berbasis akrual. Sumber Data : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Sebagai bagian penting dari proses pemeriksaan, aspek pengendalian intern juga menjadi bagian penting dalam rformasi birokrasi dan akuntabilitas pemerintah. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kinerja khususnya untuk membangun kapasitas kelembagaan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi yang sesuai dengan arahan tata pemerintahan yang baik. Reformasi birokrasi, mustahil akan terwujud jika tatapemerintahan masih memberikan peluang terhadap praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. 192

114 Terdapat lima prinsip manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi : - Akuntabilitas, mensyaratkan bahwa dalam mengambil suatu keputusan hendaknya berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik. - Value for money, prinsip ini diopersionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien. - Kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity), dalam pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada pegawai yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga potensi munculnya praktek korupsi dapat diminimalkan. - Transparansi, merupakan keterbukaanpemerintah dalam membuat kebijakankebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun masyarakat. - Pengendalian, dalam pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan monitoring terhadap penerimaan maupun pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sehingga bila terjadi selisih (varians) dapat dengan segera dicari penyebab timbulnya selisih. Salah satu faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan pengendalian adalah efektifitas peran Aparat Pengawasan Inten Pemerintah (APIP). Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan akan dicapai, melalui pengawasan di harapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi Gorontalo dimulai dari serangkaian perencanaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan kaidah 193

115 penyusunan rencana kerja anggaran sehingga target ukuran kinerja dapat tercapai sesuai dengan rencana awal. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah berdasarkan SAP, harus memiliki karakteristik dasar relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Karakterisktik dasar dimaksud yakni karakteristik kualitatif laporan keuangan yakni ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya atau menghasilkan informasi yang berkualitas. Laporan keuangan yang disajikan didalamnya memuat tentang pengelolaan keuangan daerah yang juga pengelolaan aset, sehingga data aset yang disajikan sesuai dengan kenyataan di masing-masing SKPD dengan kondisi yang diklasifikasikan menurut pemanfaatan maupun keberadaan aset itu sendiri. Berbagai tahapan pengeloaan keuang tersebut menghantarkan Pemerintah Provinsi Gorontalo meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun berturut-turut yaitu tahun 2013, 2014 dan tahun Capaian tersebut adalah suatu prestasi yang sangat membanggakan dimana selama 2 (dua) tahun berturut-turut yaitu di tahun 2014 dan tahun 2015, menjadi provinsi di Indonesia yang seluruh daerahnya meraih WTP atas Laporan Keuangannya (100 persen). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berpendapat, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Gorontalo disajikan secara wajar dalam segala hal yang materi. Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Selain itu, Pemerintah Provinsi Gorontalo dinilai mampu mengungkapkan dalam laporan keuangan dengan cukup memadai, patuh terhadap peraturan perundang undangan yang berlaku serta sistem pendendalian internal yang cukup efektif. Untuk mempertahankan prestasi tersebut, Pemerintah Provinsi Gorontalo melakukan beberapa langkah yakni meningkatkan kerjasama eksekutiflegislatif dalam hal perencanaan, penatausahaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan daerah. 194

116 Terkait perolehan predikat WTP, berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk mempertahankan capaian ini di tahun-tahun yang akan datang, diantaranya peningkatan komitmen bersama antara pihak eksekutif dan legislatif dalam hal pengelolaan keuangan daerah, mendorong peningkatan kualitas SDM terutama dalam hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. BPK RI sangat mengapresiasi Pemerintah Provinsi Gorontalo, BPK menilai pula bahwa penggunaan anggaran dialokasikan sebesar-besarnya untuk kebutuhan masyarakat, dimana penggunaan alokasi APBD 72 persen diperutukkan untuk belanja publik jika dibandingkan dengan belanja pegawai yang hanya mengalokasikan 28 persen. Sejak tahun 2015, sebagai langkah strategis dalam meraih opini WTP atas Pengelolaan Keuangan Daerah, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menerapkan Sistem Akuntansi Pemerintah berbasis akrual. Sistem ini diharapkan dapat memberi manfaat yang lebih besar bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan, dengan memberikan informasi pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang lebih informatif, sekaligus menjadi informasi utama bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan dan penyelenggaraan keuangan negara dan daerah yang lebih baik. Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual menyajikan tantangan yang cukup besar baik dari segi kesiapan teknis pelaksanaan, struktur dan infrastruktur organisasi pemerintahan, budaya, sistem dan prosedur, hingga kesiapan sumber daya manusianya. Dengan komitmen yang dibarengi dengan persiapan dan usaha, maka mampu kembali meraih predikat WTP atas LKPD Pemerintah Provinsi Gorontalo tahun Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, khususnya pelayanan untuk perizinandan non perizinan di Provinsi Gorontalo maka perlu disusun Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Di samping itu, data Indeks 195

117 Kepauasan Masyarakat (IKM) akan dapat menjadi bahan penilaian terhadap unsur pelayanan masyarakat khususnya pelayanan perizinan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dilakukan melalui survey. Data yang diambil dalam survey ini berupa data primer, dimana data primer diperoleh dengan cara melakukan pengambilan data langsung terhadap responden dengan mengisi kuesioner. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dengan 2 (dua) cara sebagai berikut : 1. Dilakukan sendiri oleh penerima layanan dan hasilnya dikumpulkan ditempat yang telah disediakan. 2. Dilakukan oleh pencacah/petugas wawancara. Proses pengolahan data hasil survey dilakukan dengan sistem yaitu nilai IKM dihitung dengan menggunakan nilai tertimbang masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan Indeks Kepuasan Masyarakat terdapat 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut : Untuk memperoleh nilai IKM unit pelayanan, digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut : IKM = Total dari Nilai Persepsi per Unsur x Nilai Penimbang Total Unsur yang Terisi Selama penyelenggaraan perizinan dan non perizinan di Provinsi Gorontalo selalu mendapatkan nilai IKM yang tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa masyarakat puas dengan kualitas pelayanan. Tingginya IKM juga mengindikasikan bahwa layanan perizinan dan non perijinan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan waktu yang dijanjikan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan. 196

118 Target tahun 2015 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan perizinan dan non perijinan Provinsi Gorontalo sebesar 80 atau kategori Baik. Pada tahun 2015, dari hasil survey IKM, kepuasan pelayanan masyarakat terhadap pelayanan perizinan dan non perijinan sebesar 84,25 atau mencapai 105,31% dari target tahun 2015, sementara itu, target tahun 2016 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan perizinan dan non perijinan Provinsi Gorontalo sebesar 85 atau nilai capaian kinerja Sangat Tinggi. Pada tahun 2016, dari hasil survey IKM, kepuasan pelayanan masyarakat terhadap pelayanan perizinan dan non perijinan BPM-PTSP Provinsi Gorontalo sebesar 89,15 atau mencapai 104,89 persen dari target tahun Tabel 3.28 Survey Indeks Kepuasan Masyarakat No Unsur Pelayanan Nilai Rata-Rata U1 Prosedur pelayanan 3,500 U2 Persyaratan pelayanan 3,480 U3 Kejelasan petugas pelayanan 3,560 U4 Kedisiplinan petugas pelayanan 3,540 U5 Tanggung jawab petugas pelayanan 3,667 U6 Kemampuan petugas pelayanan 3,647 U7 Kecepatan pelayanan 3,513 U8 Keadilan mendapatkan pelayanan 3,567 U9 Kesopanan dan keramahan petugas 3,600 U10 Kewajaran biaya pelayanan 3,540 U11 Kepastian biaya pelayanan 3,727 U12 Kepastian jadwal pelayanan 3,680 U13 Kenyamanan lingkungan 3,640 U14 Keamanan pelayanan 3,567 JUMLAH NILAI/UNSUR

119 NRR PER UNSUR (=Jumlah Nilai Per Unsur : Jumlah Kuesioner yang terisi) NRR TERTIMBANG PER UNSUR (=NRR Per Unsur x 0.071) IKM UNIT PELAYANAN (=NRR Tertimbang Per Unsur x 25) 50,227 3,57 89,15 Sumber Data : Dinas Penanaman Modal, ESDM dan Transmigrasi Prov. Gorontalo Dari Tabel diatas dapat diketahui nilai rata-rata prosedur pelayanan adalah 3.50, nilai rata-rata persyaratan adalah 3,48, nilai rata-rata kejelasan petugas pelayanan adalah 3,56, nilai rata-rata kedisiplinan petugas pelayanan adalah 3.54, nilai rata-rata tanggung jawab petugas pelayanan adalah 3,67, nilai rata-rata kemampuan petugas pelayanan adalah 3.65, nilai rata-rata kecepatan pelayanan adalah 3,51, nilai rata-rata keadilan mendapatkan pelayanan adalah 3,57, nilai rata-rata kesopanan dan keramahan petugas adalah 3,60, nilai rata-rata kewajaran biaya pelayanan adalah 3,54, nilai rata-rata kepastian biaya pelayanan adalah 3,73, nilai rata-rata kepastian jadwal pelayanan adalah 3,68, nilai rata-rata kenyamanan lingkungan adalah 3,64 dan nilai rata-rata keamanan pelayanan adalah 3,57. Jumlah nilai per unsur adalah 7534, jumlah nilai rata-rata per unsur adalah 50,23, jumlah nilai rata-rata (NRR) tertimbang per unsur adalah 3,57 dan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Unit Pelayanan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Gorontalo adalah 89,15. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Gorontalo Tahun 2016 masuk dalam kategori Nilai Interval IKM antara 3,26 4,00 dan Nilai Interval Konversi IKM antara 81,26 100,00, dengan 198

120 kesimpulan bahwa mutu pelayanan adalah A, dengan Kinerja pelayanan Sangat Baik. Pada Tahun 2016, berdasarkan Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pendelegasian Kewenangan untuk menandatangani perijinan dan non perijinan kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPM-PTSP) Provinsi Gorontalo, Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Gorontalo menyelenggarakan pelayanan perizinan terpadu atas 115 jenis izin. Pencapaian kinerja sasaran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Provinsi Gorontalo khususnya dalam pelayanan perizinan dan non perizinan pada tahun 2015 sebesar 84,30 dari target sebesar 80. Apabila dibandingkan dengan target akhir 2017, maka realisasi indikator kinerja IKM tahun 2016 sebesar 89,15 telah mencapai 99,05 persen dari target akhir periode Renstra sebesar Tujuan Pengentasan Kemiskinan Tujuan terakhir yaitu tujuan sepuluh Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah pengentasan kemiskinan, yang dijabarkan dalam 1 (satu) Sasaran Strategis Pemerintah Provinsi Gorontalo yaitu Terwujudnya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Miskin dengan 5 (lima) indikator kinerja utama. Realisasi capaian kinerja dan analisisnya akan dijelaskan pada tabel-tabel berikut ini : No. Tabel 3.29 Perbandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja s.d Akhir RPJMD Tahun 2016 Realisasi Indikator Kinerja 2015 Target Realisasi % Realisasi Target Akhir RPJMD (2017) Capaian s.d 2016 terhadap 2017 (%) Persentase Penduduk 18,16 14, ,63 78,41 14,5 78,41 Miskin 199

121 2 Jumlah cakupan layanan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin dan Komunitas Adat Terpencil (KAT) 3 Jumlah saran kebutuhan dasar yang dibangun bagi RTSM 4 Jumlah pendapatan rata-rata nelayan (Rp. /bln 5 Jumlah pendapatan pembudidaya (Rp./bln) 170 kk 180 kk kk 677, kk 135, unut Mahyani 1000 unit Mahyani 861 unit Mahyani 86, unit 15, , , , ,00 Sumber Data : BPS Provinsi Gorontalo, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Adminduk dan Capil Provinsi Gorontalo, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo dan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Persentase penduduk miskin adalah salah satu indikator kinerja dalam rangka mengidentifikasi atau mengetahui sejauh mana program-program pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi masyarakat mampu mengentaskan/menanggulangi kemiskinan di Provinsi Gorontalo. Dari tabel 3.30 dapat diketahui bahwa Persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo tahun 2016 (September) sebesar 17,63 persen atau 203,69 ribu jiwa dari target 14,5 persen. Kemiskinan Provinsi Gorontalo mengalami kondisi yang fluktuatif. Kenaikan signifikan terjadi pada tahun 2015 sebesar 0,75 persen. Hal ini terjadi karena gejolak ekonomi nasional yang berpengaruh terhadap perekonomian daerah. Namun pada tahun 2016 kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 0,53 persen, dimana tahun 2015 angka kemiskinan mencapai 18,32 persen, menurun hingga 17,63 persen (September 2016). Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin bulan Maret 2016 sebesar 17,72 persen, Berarti selama kurun waktu 6 (enam) bulan telah terjadi penurunan sebesar 0,09 persen; 200

122 Persntase Penduduk Miskin Angka kemiskinan tahun 2016 ini turun dibandingkan pada September 2015 dengan persentase penduduk miskin sebesar 18,16 persen atau sebesar jiwa. Garis kemiskinan Provinsi Gorontalo pada September 2015 sebesar Rp perkapita perbulan. Penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebagian besar masih tinggal di perdesaan yaitu sebesar 86,92 persen dan sisanya 13,08 persen tinggal di wilayah perkotaan dari total jumlah penduduk miskin. Tabel 3.30 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo Tahun 2016 Rincian Indikator Persentase Penduduk Miskin (%) Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) (1) (2) (3) Perkotaan 5,78 24,02 Perdesaan 24,30 179,67 Jumlah 17,63 203,69 Sumber Data : BPS Provinsi Gorontalo Garis kemiskinan sangat menentukan besar kecil jumlah penduduk miskin, karena penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan terdiri dari garis kemiskinsn makanan dan garis kemiskinan bukan makanan yang disebut garis kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan Provinsi Gorontalo tahun 2016 Rp per kapita per bulan. Untuk mengukur kemiskinan, digunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar atau kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, 201

123 dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin tarhadap total penduduk. Capaian sasaran ini terhadap persentase angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 adalah : Pada tahun 2012, penduduk miskin sebesar 17,33 persen atau jiwa dari target yang ditetapkan sebesar 18,5-17 persen. Pada tahun 2013, target penduduk miskin yang ditetapkan sebesar persen dengan realisasi sebesar 17,44 persen atau sebesar 191,44 ribu jiwa. Pada tahun 2014, penduduk miskin naik menjadi 17,51 persen atau sebesar 194,17 ribu jiwa dari target yang ditetapkan sebesar persen. Tahun 2015, penduduk miskin Gorontalo kembali naik menjadi 18,16 persen atau sebesar jiwa dari target yang ditetapkan sebesar 15,5-14 persen. Kemiskinan memang menjadi masalah utama diberbagai belahan dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia juga di daerah sebagaimana di Provinsi Gorontalo. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Berbagai kebijakan dan berbagai program telah ditempuh dan laksanakan oleh Pemerintah, dalam upaya penanggulangan masalah kemiskinan di Provinsi Gorontalo. Yaitu menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja sehingga pengangguran penyebab kemiskinan bisa berkurang, menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok karena program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin / keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok 202

124 terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras. Selain itu, program program seperti Program BOS (Bantuan Operasional Sekolah), RASKIN (Beras Miskin), BLT (Bantuan Langsung Tunai), dan Asuransi miskin harus tetap dilaksanakan dan ditingkatkan. Selain program-program nasional penanggulangan kemiskinan tersebut, Pemerintah Provinsi Gorontalo pun telah melaksanakan program-program unggulan penanggulangan kemiskinan : 1. Program peningkatan keberdayaan masyarakat; 2. Program pembangunan Desa tertinggal; 3. Program pembinaan kesejahteraan keluarga; 4. Program pembangunan dan pengembangan masyarakat dan kawasan transmigrasi; 5. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin; 6. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir; 7. Program pemberdayaan sosial. Gambar 3.1 Persentase Penduduk Miskin Indonesia dan Gorontalo Tahun Nasional Gorontalo S u m b e r Sumber Data : BPS Provinsi Gorontalo 203

125 Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan terus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama yang ditempuh oleh pemerintah. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Kedua, memberdayakan masyarakat miskin agar mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru. Berbagai intervensi dari pemerintah telah dilakukan dalam upaya menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo, antara lain sebagai berikut : 204

126 Sebagaimana telah tergambar pada tabel 3.29 bahwa target yang ditetapkan untuk indikator kinerja ini sebesar 180 kepala keluarga dan terealisasi kepala keluarga miskin dan komunitas adat terpencil yang diberikan layanan pemberdayaan, dengan capaian 677,78 persen. Nilai capaian kinerja ini Sangat Tinggi bahkan melampaui target akhir RPJMD. Jumlah Cakupan layanan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin dan Komunitas Adat Terpencil (KAT) Tujuan program Pemberdayaan masyarakat Miskin adalah meningkatnya kesejahteraan sosial Keluarga Miskin. Untuk mencapai kondisi tersebut dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Sasaran meningkatnya cakupan layanan pemberdayaan terhadap masyarakat miskin dan KAT merupakan salah satu indikator kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam penanggulangan kemiskinan 205

127 di Provinsi Gorontalo yang pencapaiannya diperoleh melalui 2 (dua) beberapa program/indikator keberhasilan yaitu : 1. Cakupan Layanan Pemberdayaan Terhadap Masyarakat Miskin. Tujuan Program Pemberdayaan Fakir Miskin adalah meningkatnya kesejahteraan sosial Keluarga Fakir Miskin. Untuk mencapai kondisi tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Salah satu upaya yang dilakukan untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga adalah dengan pemberian bantuan stimulan UEP (Usaha Ekonomi Produktif). Oleh karena itu, indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program adalah jumlah KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang menerima bantuan stimulan UEP. Tahun 2016 Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Dinas Sosial Provinsi Gorontalo merencanakan pemberian bantuan stimulan UEP melalui KUBE kepada KK fakir miskin yang dikelompokkan menjadi 230 KUBE Penumbuhan dan 14 KUBE pengembangan dengan anggota masing-masing KUBE berjumlah 5 KK. Guna mengawal bantuan agar benar-benar dapat dimanfaatkan serta meningkatkan pendapatan keluarga maka diberikan pula bimbingan dan motivasi sosial. Kegiatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan yaitu pemberian bantuan stimulan KUBE kepada KK. Dalam proses pencapaian target terdapat beberapa kendala yang ditemui dilapangan, sebagai berikut: 1) Sumber Daya Manusia (SDM) kelompok penerima program untuk menyerap dan menjabarkan apa yang diberikan oleh pendamping belum memadai, akibatnya berpengaruh kepada bantuan UEP yang diberikan belum dapat berjalan dengan baik sebagaimana diharapkan; 2) Masih Kurangnya kerjasama antar pendamping KUBE dengan pelaksana kegiatan dalam menunjang Program Penanggulangan Kemiskinan yang mengakibatkan pengelolaan KUBE kurang berjalan baik. 206

128 2. Cakupan layanan sarana dan prasarana sosial di lokasi KAT. Tujuan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) adalah meningkatnya kesejahteraan sosial warga KAT dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan agar mereka dapat hidup secara wajar baik jasmani, rohani dan sosial, sehingga dapat berperan dalam pembangunan dengan tetap menjunjung tinggi nilai sosial budaya setempat. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut diatas adalah dengan memukimkan warga KAT agar lebih dekat dengan pusat pelayanan sosial yang disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Dengan demikian di area pemukiman warga KAT perlu disediakan pula sarana dan prasarana sosial. Capaian kinerja dari target kegiatan pembangunan sarana dan prasarana KAT diukur dengan tersedianya sarana umum di lokasi seperti pembangunan MCK, pembangunan balai sosial, pembangunan rumah ibadah. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pembangunan rumah ibadah 2 unit, bantuan sarana balai sosial 4 paket, bantuan sarana rumah ibadah 4 paket. Pencapaian kegiatan ini dipandang berhasil. a. Dalam pencapaian kinerja ini terdapat beberapa kendala didalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu: 1) Aksebilitas pelayanan sosial dasar yang sangat terbatas, sehingga tidak semua warga KAT mampu menjangkaunya. 2) Kesenjangan antara warga diluar KAT dengan warga KAT, sehingga mengakibatkan integrasi sosial tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. 3) Belum terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan warga KAT. b. Berdasarkan kendala tersebut diatas, dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan maka hal yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo, yaitu: 1) Kompleksitas permasalahan yang dihadapi pada Pemberdayaan KAT, menghendaki perhatian yang lebih dari pemerintah untuk itu 207

129 diharapkan kepada pemerintah untuk sama-sama bertanggung jawab dalam pemberdayaan sosial terhadap KAT yang dilakukan secara komprehensif, terencana, terarah, terukur, terpadu, sinergi, terkoordinasi dan berkelanjutan 2) Peningkatan kapasitas dan kompetensi pendamping sosial dalam rangka pengembangan kehidupan berkelanjutan agar merekrut pendamping KAT dari unsur Pekerja Sosial Profesional/sejenis, agar kedepan penempatan tenaga pendamping sosial tidak hanya berfungsi sebagai administrator, fasilitator dan koordinator saja tetapi sebagai sosok panutan atau tauladan bagi warga KAT dalam bersikap, berperilaku dan pengembangan wawasan tentang dunia luar dan dinamika perubahan. Pencapaian kinerja sasaran pada Tahun 2012 sebesar 100 kepala keluarga miskin dan 6 unit sarana prasarana yang dibangun untuk KAT. Tahun 2013 capaian kinerja naik menjadi 120 kepala keluarga miskin dan 8 unit sarana prasarana KAT. Pada Tahun 2014 capaian kinerja sasaran naik melampaui target yang telah di tetapkan sebesar 140 kepala keluarga miskin menjadi 175 kepala keluarga atau dengan capaian sebesar 125 persen dan 4 unit sarana dan prasarana KAT yang dibangun. Pada tahun 2015, capaian sebesar 170 kepala keluarga miskin atau 170 persen dari target yang telah di tetapkan dan 4 unit sarana dan prasarana KAT yang dibangun atau 93 kepala keluarga. Target RPJMD untuk indikator Jumlah cakupan layanan Pemberdayaan Masyarakat Miskin dan Komunitas Adat Terpencil (KAT) adalah 900 KK. Jumlah Sarana Kebutuhan Dasar yang di bangun bagi Rumah Tangga Miskin (RTM) Sebagaimana telah tergambar pada tabel 3.29 bahwa capaian kinerja terhadap indikator kinerja ini sebesar 86,10 persen. Dari target yang ditetapkan sebesar 1000 unit rumah layak huni, realisasi sebesar 861 unit rumah layak huni. Pencapaian kinerja sasaran ditahun 2016 ini, jika dibandingkan 208

130 dengan capaian tahun-tahun sebelumnya adalah : Pada Tahun 2012 sebesar 525 unit rumah layak huni yang di bangun dan Tahun 2013 capaian kinerja naik menjadi 1000 unit rumah atau naik 52 persen. Pada Tahun 2014 capaian kinerja sasaran turun menjadi 800 unit rumah layak huni atau kurang 20 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar 1000 unit rumah layak huni. Pada tahun 2015, capaian sebesar 711 unit dari target yang di tetapkan sebesar 1000 unit atau capaian sebesar 71 persen. Target capaian pada akhir RPJMD adalah sebesar unit mahyani. Dengan data realisasi kinerja tersebut, diharapkan target akhir RPJMD tahun 2017 akan tercapai. Penanggulangan Kemiskinan adalah program prioritas lintas sektor yang dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik itu oleh kementerian/lembaga di pusat, maupun dinas teknis ditingkat daerah yang didukung oleh para pihak terkait seperti perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat maupun masyarakat sendiri. Sehubungan dengan itu, tingkat kemiskinan yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar yang merupakan cerminan dimensi non pendapatan dari kemiskinan, merupakan hasil akhir dari berbagai upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak. Selain itu, pencapaian tingkat kemiskinan pada tahun tertentu merupakan rangkaian hasil dari upaya yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya secara konsisten dan kontinu. 209

131 Gambar 3.2 Rumah Layak Huni Adapun untuk ukuran standar Rumah Layak Huni juga telah ditentukan sebagai berikut: 210

132 NO Tabel 3.31 Realisasi Pembangunan Rumah Layak Huni (Mahyani) Tahun 2016 KAB/KOTA JUMLAH MAHYANI YANG DIBANGUN (UNIT) 1 KOTA GORONTALO 84 2 KAB. GORONTALO KAB. BOALEMO 94 4 KAB. POHUWATO 74 5 KAB. BONE BOLANGO 52 6 KAB. GTLO UTARA 157 JUMLAH 861 Sumber Data : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Adminduk dan Dukcapil Provinsi Gorontalo 211

Tabel Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016

Tabel Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016 Tabel 3.3.2 Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Capaian (%) Anggaran (Rp.) Anggaran Realisasi (Rp.) Capaian (%) Tingkat Efisiensi (6-9)

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016 Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Meningkatnya Pertumbuhan Jumlah Investor Berskala Nasional PMA 17 PMA/PMDN Ekonomi dan Daya Saing

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Daerah Jumlah Investor Berskala

Lebih terperinci

Tabel Alokasi Anggaran per Sasaran/Urusan. Anggaran Realisasi Realisasi % Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Daerah

Tabel Alokasi Anggaran per Sasaran/Urusan. Anggaran Realisasi Realisasi % Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Daerah 3.3. REALISASI ANGGARAN 3.3.1. Alokasi per sasaran pembangunan Pada dasarnya pembagian alokasi anggaran pada suatu pemerintah daerah disesuaikan dengan proporsi pembangunan. Pada tabel di bawah ini di

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah LAMPIRAN I KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR : 431 / 02 / XI / 2015 TANGGAL : 3 NOVEMBER 2015 TENTANG : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROVINSI GORONTALO 1. Nama Organisasi : Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

: RUSLI HABIBIE :

: RUSLI HABIBIE : GUBERNUR GORONTALO PENETAPAN KINERIA TAHUN 2013 PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO, KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013

GUBERNUR GORONTALO, KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013 GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012-2017 GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS KINERJA

AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Provinsi Gorontalo tidak terlepas dari rangkaian mekanisme fungsi perencanaan yang sudah berjalan

Lebih terperinci

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN 3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Disampaikan Oleh : Dr. H. WAHIDIN HALIM, M.Si. GUBERNUR BANTEN Serang, 20 JUNI 2017 1 KONDISI EKSISTING 2 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO CAPAIAN IPM CAPAIAN LPE 2014 2015 2016

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi BAB 4 P E N U T U P Kata Pengantar Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Bab 4 Berisi : Gorontalo di susun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Kesimpulan dari hasil penyusunan Gorontalo

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 Realiasasi 2015 % Capaian

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA % Capaian Kinerja % Realisasi

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

lampiran 2 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

lampiran 2 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 lampiran 2 RENCANA KINERJA TAHUNAN : DINAS KOPERASI UMKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI : GORONTALO TA : 2015 N0 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 1 2 3 4 5 1 Meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Sasaran Indikator Kinerja Utama Satuan TARGET PROGRAM PEMBANGUNAN ANGGARAN Meningkatnya Ketahanan Ekonomi Keluarga Terwujudnya

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH B A B I X 1 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala dan Wakil Kepala

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Sebagai langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja Pemerintah Kota Depok, diperlukan perumusan suatu perencanaan strategik yang merupakan integrasi antara keahlian sumber

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

multiplier effect bagi indikator lainnya. Misalnya pencapaian kinerja yang cukup tinggi

multiplier effect bagi indikator lainnya. Misalnya pencapaian kinerja yang cukup tinggi Adapun perbandingan antara pencapaian kinerja dan anggaran pada tabel 3.3.2 di atas, tidak bisa serta merta di tetapkan tingkat efisiensinya, di karenakan pada masingmasing indikator bisa jadi di biayai

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU 1 : PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU PAUD dan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Non

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 NO LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 05 Kehidupan yang kondusif bagi umat beragama. tercapai Mewujudkan tatanan sosial keagamaan 00% Penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Sebagai bagian penutup dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Lamandau Tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Kabupaten Lamandau telah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2015

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2015 14 BAB II PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Laporan Kinerja Kabupaten Aceh Barat tahun mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a Jabatan :

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PERJANJAN PERUBAHAN TAHUN 2016 PEMERNTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANT Dalam rangka mewujudkan manajeman pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertandatangan

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH ACEH TAHUN Pergub menjaga keberlanjutan perdamaian. 1.3 Persentase pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP.

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH ACEH TAHUN Pergub menjaga keberlanjutan perdamaian. 1.3 Persentase pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP. PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH ACEH TAHUN 2017 No (1) (2) (3) (4) 1. Meningkatnya implementasi UUPA 1.1 Jumlah Qanun Aceh yang ditetapkan. * 13 Qanun dalam percepatan pembangunan dan 1.2 Jumlah Peraturan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

Lampiran Rekapitulasi Capaian Kinerja Tahun 2016

Lampiran Rekapitulasi Capaian Kinerja Tahun 2016 Lampiran Rekapitulasi Kinerja Tahun 2016 Tujuan Sasaran Indikator Target Mewujudkan 1. Mewujudkan 1. Opini BPK WTP On proses - - 6.054.909.055,- 5.208.945.347,- 86,02 kualitas penyelenggaraan Sistem kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta 2021 A. 1

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta 2021 A. 1 Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Kota Surakarta NO 2016 2017 2018 2019 2020 A. 1 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pertumbuhan ekonomi/pdrb

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun DAFTAR TABEL Tabel. 2.1. Perbandingan Penduduk Kabupaten Pati dan Prov Jateng Tahun 2007- II 8 Tabel. 2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan & Atas Dasar Harga II 8 Berlaku Kabupaten Pati Tahun 2007- Tabel.

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI PARIGI MOUTONG NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGII MOUTONG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran dan Target Sasaran Visi : "Bali Mandara Jilid 2", Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera

Tabel 5.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran dan Target Sasaran Visi : Bali Mandara Jilid 2, Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera Tabel 5.1 Visi, Misi, Tujuan,, Indikator dan Target Visi : " Mandara Jilid 2", yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera No 1 Misi Mewujudkan yang Berbudaya, Metaksu, Dinamis, Maju dan Modern Tujuan Meningkatkan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

14. Menurunnya angka kesakitan penduduk 83,26% 15. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan 78,14% bagipenduduk miskin melalui Jamkesmas dan

14. Menurunnya angka kesakitan penduduk 83,26% 15. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan 78,14% bagipenduduk miskin melalui Jamkesmas dan RINGKASAN EKSEKUTIF Penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Pekalongan secara langsung didasarkan pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Secara khusus penyelenggaraan Pemerintah

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan Kabupaten Pati tidak terlepas dari hirarki perencanaan pembangunan nasional, dengan merujuk pada pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan

Lebih terperinci

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 MISI 1 : TUJUAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN TAHUN : 2012 : PENAJAM PASER UTARA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Dituntaskannya program wajib belajar dua belas tahun pada seluruh siswa Persentase

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam Renstra Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo 2012-2017 telah ditetapkan visi jangka menengah, yaitu Terwujudnya Infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Berkualitas

Lebih terperinci

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET KET URAIAN INDIKATOR TUJUAN TARGET TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 6 7 8 9 10 13 Mendukung Ketahanan

Lebih terperinci