BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut merupakan taksonomi dari udang vannamei:
|
|
- Verawati Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Udang vannamei termasuk genus Penaeus dan subgenus Litopenaeus. Berikut merupakan taksonomi dari udang vannamei: Kingdom : Animalia Subkingdom : Metazoa Filum Subfilum Kelas Subkelas Superordo Ordo Subordo Infraordo : Arthropoda : Crustacea : Malacostraca : Eumalacostraca : Eucarida : Decapoda : Dendrobrachiata : Penaeidea Superfamili : Penaeioidea Famili Genus Spesies : Panaeidae : Litopenaeus : Litopenaeus vannamei Boone. (Haliman dan Adijaya, 2005). Udang vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting). Bagian tubuh digunakan 6
2 7 untuk makan, bergerak, membenamkan diri ke dalam lumpur, menopang insang, dan organ sensor. Morfologi tubuh udang vannamei dapat ditunjukkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Morfologi Udang Vannamei (Haliman dan Adijaya, 2005) Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang maxillipied untuk makan dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Endopodit kaki berjalan menempel pada chepalothorax yang dihubugkan oleh coxa. Di antara coxa dan dactylus, terdapat ruang berturut-turut disebut basis, 6 ischium, merus, carpus, dan cropus. Genus penaeus ditandai dengan adanya gigi pada bagian atas dan bawah rostrum serta hilangnya bulu cambuk (setae) pada tubuhnya. Secara khusus udang ini memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal (Haliman dan Adijaya, 2005). Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) berasal dari daerah subtropis pantai barat Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico bagian utara sampai pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika di Amerika Tengah hingga ke Peru di Amerika Selatan yang kemudian resmi diizinkan masuk ke
3 8 Indonesia melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001, dimana produksi udang windu menurun sejak 1996 akibat serangan penyakit dan penurunan kualitas lingkungan (Tim Perikanan WWF, 2014). Udang vannamei mulai banyak di budidayakan di Indonesia dan dijadikan sebagai pengganti dari udang windu. Hal ini disebabkan udang windu sering mengalami kematian massal akibat virus. Udang vannamei banyak dibudidayakan karena udang vannamei banyak mempunyai keunggulan diantaranya yaitu dapat mencapai ukuran besar, dapat tumbuh secepat udang windu (3 g/minggu), dapat dibudidayakan pada kisaran salinitas yang lebar (0,5-45 ppt), kebutuhan protein yang lebih rendah (20-35%) dibanding udang windu dan dapat ditebar dengan kepadatan tinggi hingga lebih dari 150 ekor/m 2.Selain itu udang ini mempunyai toleransi terhadap penurunan salinitas, resisten terhadap penyakit sehingga cocok untuk dibudidayakan di tambak serta harga udang vannamei cukup mahal membuat permintaan udang vannamei meningkat setiap tahunnya (Briggs et al., 2004). Udang vannamei merupakan salah satu komoditas perikanan andalan Indonesia yang jumlah produksinya meningkat setiap tahunnya. Data produksi dan data ekspor udang dari tahun 2010 hingga September 2014 ditunjukkan pada tabel 2.1.
4 9 Tabel 2.1. Data Volume Produksi dan Ekspor Udang 2010 hingga September 2014 (Dirjen Perikanan Budidaya, 2014). Bali merupakan provinsi yang mampu memproduksi ton udang vannamei pada tahun 2013 dan ton hingga September Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan produksi komoditas udang di Indonesia pada tahun 2015 akan naik 32 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan target produksi sebesar ton (Dirjen Perikanan Budidaya, 2014). Meningkatnya angka produksi juga diiringi dengan peningkatan jumlah limbah udang. Udang diekspor 90% berada dalam bentuk beku tanpa kulit dan kepala sehingga dari proses pembekuan tersebut dihasilkan limbah berupa kulit dan kepala udang (Natsir et al., 2007; Arif dkk., 2013). Limbah ini selanjutnya disebut bio-waste dengan perolehan rata rata 45-55% dari bobot udang keseluruhan (Lertsutthiwong et al., 2002). Knorr (1984) dalam Hossain (2013) menyatakan bahwa limbah kulit udang mengandung 30-40% protein, 30-50% kalsium karbonat, dan 20-30% kitin.
5 Kitin (Poli β-(1,4)-2-asetamida-2-deoksi-d-glukosa) Kitin merupakan senyawa organik kedua yang paling melimpah di bumi setelah selulosa. Sejarah penemuan kitin dimulai pada tahun 1811 oleh Henry Broconnot sebagai hasil isolasi dari jamur, sedangkan kitin dari kulit serangga diisolasi pertama kali pada tahun 1820-an (Brine, 1984). Kitin berasal dari bahasa Yunani yaitu Kiton yang berarti baju rantai dan besi. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai pelindung untuk hewan hewan golongan invertebrata. Secara struktural kitin sama seperti selulosa, perbedaannya adalah kitin merupakan polisakarida amino yang memiliki gugus asetamida (-NHCOCH 3 ) pada karbon no.2 dan terdiri dari β-(1,4)-2-asetamida-2-deoksi- β-d-glukosa atau merupakan senyawa poli β-(1,4)-n-asetil-d-glukosamin dengan struktur seperti pada gambar 2.2. Gambar 2.2. Struktur Kimia Kitin (Dutta, et al., 2004) Kitin berada dalam bentuk terikat secara kovalen dengan protein serta dilapisi mineral kalsium karbonat sehingga menjadi matriks yang keras. Kitin terdapat melimpah pada kulit kepiting, kulit udang, dan dinding sel jamur serta pada serangga. Kandungan kitin pada crustacean berkisar 20-30% (Knorr, 1984). Berdasarkan sumber biosintesisnya kitin ditemukan pada lebih dari 10 6 spesies
6 11 yang dibedakan dalam bentuk 3 polimorfisme yaitu α-kitin, β-kitin, dan γ-kitin (Tolaimate et al., 2003). Kecenderungan polimorfisme digambarkan seperti gambar 2.3. Gambar 2.3. Bentuk Polimorfisme dari Kitin (Kumirska, 2011) Menurut gambar 2.3 dapat dijelskan bahwa β-kitin yang dihasilkan dari cumi-cumi dan γ-kitin dari golongan fungi sangat mudah dikonversi menjadi α- kitin dengan perlakuan basa sehingga α-kitin yang dihasilkan oleh Crustacean lebih banyak digunakan dalam bidang bidang industri (Noishiki et al., 2003). Kitin merupakan molekul yang stabil terhadap asam dan basa dibandingkan komponen kulit crustacean yang lain sehingga untuk memisahkan kitin dari komponen yang lain dapat digunakan dengan asam dan basa. Kitin berwarna putih, keras, tidak elastis, polisakarida yang mengandung nitrogen. Kitin mempunyai sifat utama sangat sulit larut dalam air dan beberapa pelarut organik sehingga reaktifitas kimianya rendah. Menurut Dutta et al. (2004), kitin dapat larut dalam Hexafluoroisopropanol, Hexafluoroaseton, dan Kloroalkohol dengan konjugasi asam mineral dan Dimetilasetamida (DMAc) yang mengandung 5% Litium klorida (LiCl). Kitin dimanfaatkan sebagai prekursor kitosan dengan produk yang lebih applicable (Jayakumar et al., 2010).
7 Kitosan (Poli β-(1,4)-amino-2-deoksi-d-glukosa) Kitosan adalah polisakarida alam yang diperoleh dari deasetilasi kitin dengan penambahan larutan basa kuat berkonsentrasi tinggi sehingga menimbulkan substitusi gugus asetil dengan hidrogen menjadi gugus amino (Bastaman, 1989). Berikut merupakan struktur dari kitosan: Gambar 2.4. Struktur Kimia Kitosan (Dutta et al., 2004) Kitosan memiliki bentuk padatan amorf berwarna putih dengan struktur kristal yang tidak berubah dari bentuk kitin mula-mula (Prasetyaningrum dkk., 2007). Kitosan merupakan produk deasetilasi dari kitin. Penggantian struktur asetil menjadi amina membuat kitosan lebih aktif bereaksi sehingga lebih mudah melarutkan kitosan dalam pelarut yang lebih aman seperti asam asetat. Adanya gugus amino juga memberi sifat polikationik sehingga kitosan dapat digunakan untuk mengikat lemak (antikolesterol), mengkelat logam (penanganan limbah), mengikat zat warna (Dutta et al., 2004). Kitosan merupakan senyawa dengan harga pka 6,5. Kelarutan kitosan bergantung pada ph. Jika ph dibawah 6,5 maka kitosan akan mengalami protonasi gugus amino sehingga akan meningkatkan kelarutannya (Kumirska et al., 2011) Spesifikasi kitosan seperti yang tertera pada tabel 2.2.
8 13 Tabel 2.2. Spesifikasi Kitosan Spesifikasi Warna Bentuk Berat Molekul Derajat Deasetilasi Kadar Air 2-10% Kadar Abu <2% Nitrogen 7-8,4% Viskositas Rendah Medium Tinggi Sangat Tinggi Keterangan Putih Kristal Dalton 60% secara umum; % deasetilasi penuh. <200 Cps Cps Cps >2000 Cps (Jamaludin, 1994; Suhardi, 1993 dalam Mastuti, 2005) Metode Ekstraksi Kitin dan Kitosan Ekstraksi kitin dan sintesis kitosan terdiri dari 3 tahapan utama demineralisasi, deproteinisasi, dan deasetilasi, serta tahapan penunjang yaitu dekolorisasi (Hossain, 2013; Sofia dkk., 2010). Tahapan ekstraksi ini bersifat tidak mutlak karena kualitas produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam mengekstraksi kitin dan kitosan. Pada penelitian Sofia dkk. (2010) proses dengan urutan demineralisasi, deproteinisasi, deasetilasi, dan dekolorisasi memberikan hasil rendemen kitosan tertinggi yaitu 19,3% dari bobot kulit udang windu yang digunakan. Menurut agen yang digunakan untuk mengektraksi kitin, metode ekstraksi dibedakan menjadi 2 yaitu ekstraksi secara kimia dan biologi (Arbia et al., 2013). Pada tahap preparasi kitin (demineralisasi dan deproteinisasi), secara biologi dapat digunakan fermentasi jamur (contoh: Aspergillus), fermentasi bakteri (contoh: Lactobacillus), atau dengan menggunakan enzim protease
9 14 (contoh: Alkalase). Akan tetapi semua metode tersebut memerlukan kondisi yang spesifik dan mahal. Secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan HCl untuk demineralisasi dan NaOH sebagai deproteinisasi. Metode kimia ini penuh dengan pengembangan metode karena sangat mudah untuk dilakukan (Khan et al., 2001). Selain itu menurut penelitian Beaney et al. (2005) dalam Xu et al. (2013), ditemukan bahwa kualitas kitin yang diekstraksi dengan metode kimia lebih mendekati kitosan standar jika dibandingkan dengan metode biologi dengan proses fermentasi menggunakan bakteri asam laktat terhadap cangkang Neprhrops norvegicus ditinjau dari segi viskositas yang berhubungan linier dengan kemudahan produk untuk diaplikasikan (applicable). a. Demineralisasi Merupakan proses penghilangan mineral dari cangkang udang. Secara kimia dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan reagen asam seperti HCl, HNO3, H 2 SO 4, CH 3 COOH, dan HCOOH akan tetapi HCl merupakan reagen yang paling sering digunakan (Percot et al., 2003). Menurut penelitian Mahmoud et al. (2007), asam mineral (HCl) memberikan hasil penghilangan mineral terbaik jika dibandingkan dengan asam laktat dan asam asetat dalam proses demineralisasi ditinjau dari penurunan jumlah mineral setelah proses demineralisasi dari 13,44% menjadi 0,12%. Sedangkan pada penelitian Hendri dkk. (2007), HCl juga merupakan agen demineralisasi terbaik dibandingkan HNO 3 dan H 2 SO 4 ditnjau dari recovery kitin tertinggi mencapai 53,4% dari 62,5% bobot sampel yang digunakan.
10 15 b. Deproteinisasi Merupakan proses untuk memisahkan ikatan kitin dengan protein yang terdapat di dalam kulit udang. Kitin berada dalam bentuk terikat secara kovalen dengan protein serta dilapisi mineral kalsium karbonat sehingga menjadi matriks yang keras (Younes and Rinaudo, 2015). Untuk mengekstraksi protein dilakukan dengan perendaman dengan larutan alkali encer yang akan memutus ikatan kitin dan protein serta melarutkan protein sehingga kitin dapat dipisahkan dengan cara filtrasi (Peniston and Johnson, 1975). Secara kimia deproteinisasi dapat dilakukan dengan perendaman dengan larutan basa seperti NaOH, KOH, dan Ca(OH) 2 (Younes and Rinaudo, 2015). NaOH merupakan basa yang paling sering dan murah untuk digunakan. Sebagian besar penelitian menerapkan proses ini dengan melakukannya pada suhu C dengan menggunakan larutan NaOH 1 M dengan perbandingan serbuk udang dengan NaOH = 1:10 (gram serbuk/ml NaOH) sambil diaduk selama 120 menit. Kemudian campuran dipisahkan dengan disaring untuk diambil endapannya Pencucian endapan dilakukan dengan menggunakan aquadest sampai ph netral. Selanjutnya disaring untuk diambil endapannya dan dikeringkan (Hargono dkk., 2008). c. Deasetilasi Deasetilasi merupakan penghilangan gugus asetil (-NHCOCH 3 ) kitin untuk digantikan dengan gugus amina (-NH 2 ) dengan menggunakan basa kuat berkonsentrasi tinggi. Reagen yang biasa digunakan adalah NaOH (Mastuti, 2005). Transformasi kitin menjadi kitosan mengakibatkan berkurangnya massa
11 16 awal. Pada percobaan Arifin (2012), pengurangan massa berkisar 9-26% pada penaikan konsentrasi 55% hingga 70% NaOH. Faktor yang mempengaruhi deasetilasi pada penelitian yang dilakukan Arifin (2012) adalah konsentrasi NaOH, suhu reaksi dan waktu reaksi. Semakin tinggi konsentrasi NaOH, suhu reaksi ataupun waktu reaksi yang semakin lama akan memperbanyak gugus asetil yang digantikan oleh gugus amina. Pada penelitian Purwanti dan Yusuf (2013), penggunaan NaOH 55% tidak memberikan perbedaan nilai kelarutan kitosan dalam asam asetat yang bermakna dengan penggunaan NaOH 50% dalam proses deasetilasi yaitu dari 95,8 dan 94,53% sehingga NaOH 50% merupakan konsentrasi optimum yang digunakan untuk deasetilasi kitin Asam Salisilat (Asam-O-Hidroksi Benzoat) Asam salisilat (C 7 H 6 O 3 ) mengandung tidak kurang dari 99,5% dengan bobot molekul (BM) 138,12 gram/mol. Pemerian hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam. Kelarutan larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%), mudah larut dalam kloroform dan dalam eter, larut dalam larutan ammonium asetat, dinatrium hidrogenfosfat, kalium sitrat dan natrium sitrat. Khasiat dan penggunaan keratolitikum, anti fungi (Depkes RI,1979).
12 17 Struktur asam salisilat ditunjukkan pada gambar 2.5. Gambar 2.5. Struktur Kimia Asam Salisilat (Foye, 1995). Asam salisilat merupakan salah satu asam organik yang pertama kali diisolasi dari pohon dedalu (Salix sp.). Asam organik ini memiliki kemampuan untuk menembus sel epidermis dan menyebabkan pembengkakan sel yang disebut dengan mekanisme keratolitik. Oleh karena itu asam salisilat sering digunakan untuk meningkatkan penetrasi obat topikal untuk memberikan efek yang maksimal (Merrinville et.al., 2009). Kemampuan ini selanjutnya dimanfaatkan Toan (2011) dalam mengisolasi kitin dan dari limbah cangkang udang windu (Black Tiger Shrimp) untuk memperoleh kitosan yang dapat membentuk membran plastis yang kuat dan meningkatkan recovery karena dapat melunakkan cangkang udang sehingga memaksimalkan penetrasi agen demineralisasi dan deproteinisasi dalam mengikat mineral dan protein pada cangkang udang (Toan, 2011) Derajat Deasetilisasi (DD) Derajat deasetilasi (DD) merupakan banyaknya gugus amino bebas dalam polisakarida kitosan yang secara langsung akan mempengaruhi karakteristik kitosan yang dihasilkan. Kitin yang memiliki DD lebih dari 75%
13 18 disebut dengan kitosan. Derajat deasetilisasi yang tinggi akan memberikan viskositas, kelarutan dan biokompatibilitas yang tinggi sehingga produk menjadi lebih apllicable dan stabil (Kumirska et al., 2011). Penentuan DD dapat dilakukan dengan titrasi asam basa (Hossain and Iqbal, 2014; Purwanti, 2014). Titrasi ini memiliki prinsip penetralan larutan asam dan gugus amina dari kitosan dengan menggunakan larutan basa yang telah distandarisasi sehingga indikator yang digunakan adalah metilen jingga (Puvvada et al., 2012). Kitosan dilarutkan dalam HCl akan menghasilkan warna merah ketika ditetesi indikator metilen jingga dan selanjutnya dititrasi dengan NaOH hingga berubah warna menjadi jingga (Hossain and Iqbal, 2014). Menurut Kusumaningsih (2004) dalam Mastuti (2005), kualitas kitosan secara umum memiliki DD 60% sedangkan pada Hossain and Iqbal (2014) minimal dikatakan kitosan jika DD 75%. Untuk kualitas teknis kitosan yang digunakan harus memiliki DD minimal 85%, untuk kualitas makanan, kitosan yang digunakan memiliki DD 90% sedangkan dalam kualitas kitosan yang dimanfaatkan dalam bidang farmasetis harus memiliki DD minimal 95% (Mastuti, 2005) Viskositas Viskositas merupakan parameter yang berhubungan dengan kekentalan suatu bahan yang akan mempengaruhi stabilitas fisiknya. Dalam penelitiannya Ridwan dkk (2008) menyatakan bahwa viskositas adalah suatu sifat yang menentukan besarnya daya tahan terhadap gaya geser atau dapat didefinisikan
14 19 sebagai ketahanan terhadap aliran. Viskositas dari sutau fluida dihubungkan dengan tahanan terhadap gaya yang menggeserkan fluida pada lapisan yang satu dengan yang lain. Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas disebut dengan viskometer yang terdiri dari berbagai macam contoh yaitu Viskometer Ostwald untuk mengukur waktu yang diperlukan suatu fluida untuk mengalir melalui pipa kapiler, Viskometer Lehman untuk membandingkan kecepatan aliran fluida dengan cairan pembanding yaitu air, Viskometer Bola Jatuh-Stoke untuk mengukur kecepatan bola jatuh dalam suatu fluida akibat gaya gravitasi (Bird, 1993). Viskometer yang digunakan pada penelitian ini adalah viskometer brookfield tipe DV-E yang dilengkapi dengan spindel yang akan berputar sesuai dengan kecepatan Rad per Minute (rpm) yang telah diatur. Keunggulan menggunakan viskometer ini adalah praktis dan cepat untuk dilakukan jika terdapat pustaka yang mendukung dalam penentuan nomor spindel dan kecepatan putar spindel Spektrofotometri UV-Visibel Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara suatu radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia (Depkes RI, 1995). Spektrofotometri visibel menggunakan teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak (380 nm-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Gandjar dan Rohman, 2007).
15 20 Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer yang perhitungannya sesuai dengan persamaan 2.1. A = - log T = - log It / Io = ε. b. C... (2.1) Dimana : A T Io It ε b C = Absorbansi dari sampel yang akan diukur = Transmitansi = Intensitas sinar masuk = Intensitas sinar yang diteruskan = Koefisien ekstingsi = Tebal kuvet yang digunakan = Konsentrasi dari sampel Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Dalam menghitung konsentrasi larutan uji maka terlebih dahulu dibuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu seperti pada gambar 2.6. Gambar 2.6. Kurva Kalibrasi Spektrofotometri UV-Vis (Gandjar dan Rohman, 2007)
16 21 Menurut hukum Lambert-Beer absorban berbanding lurus dengan konsentrasi. Pada kurva kalibrasi akan diperoleh suatu persamaan regresi yang menyatakan hubungan linier antara absorbansi dan konsentrasi larutan (Gandjar dan Rohman, 2007). Salah satu pemanfaatan spektrofotometri yang dilakukan oleh Henri dkk. (2007) adalah dapat digunakan dalam penetapan kadar protein dalam sampel. Metode penetapan protein ini disebut dengan metode kolorimetri yang dapat dilakukan dengan metode biuret. Prinsip penetapan kadar protein ini adalah dengan mereaksikan sampel yang mengandung protein dengan reagen biuret yang salah satu komponennya yaitu CuSO 4. Adanya ion Cu 2+ akan bereaksi dengan gugus amina pada protein sehingga menghasilkan warna ungu yang kemudian dianalisis absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm. Kadar protein pada sampel dapat dihitung berdasarkan kurva kalibrasi yang dihasilkan pada pengukuran absorbansi standar protein (Henri dkk., 2007).
BAB I PENDAHULUAN. Budidaya (2014), menyatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tertinggi sehingga paling berpotensi menjadi sumber limbah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udang diekspor 90% berada dalam bentuk beku tanpa kulit dan kepala sehingga dari proses pembekuan tersebut dihasilkan limbah berupa kulit dan kepala udang (Natsir
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id Pembuatan Kitosan dari Cangkang Keong Mas untuk Adsorben Fe pada Air BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A.1. Keong mas Keong mas adalah siput sawah yang merupakan salah satu hama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tapioka merupakan industri rumah tangga yang memiliki dampak positif bila dilihat dari segi ekonomis. Namun dampak pencemaran industri tapioka sangat dirasakan
Lebih terperinciPADA PROSES SINTESIS KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG VANNAMEI
PENGARUH ASAM SALISILAT DALAM MEMAKSIMALKAN PENETRASI HCl DAN NaOH PADA PROSES SINTESIS KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SKRIPSI Anak Agung Ketut Purnama Sari 1208505007
Lebih terperinciPEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR Noor Isnawati, Wahyuningsih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Total produksi penangkapan dan perikanan udang dunia menurut Food and Agriculture Organization pada tahun 2009 berkisar 6 juta ton pada tahun 2006 [1] dan mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei
2.1 Biologi Udang Vannamei 2.1.1 Klasifikasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai berikut : Kingdom Sub kingdom Filum Sub
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan
Lebih terperinciPENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Penggunaan Kitosan dari Tulang Rawan Cumi-Cumi (Loligo pealli) untuk Menurunkan Kadar Ion Logam (Harry Agusnar) PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION
Lebih terperinciPEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)
Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN KITOSAN DALAM ASAM ASETAT DENGAN MELAKUKAN PERLAKUAN AWAL PADA PENGOLAHAN LIMBAH KULIT UDANG MENJADI KITOSAN Ani Purwanti 1, Muhammad Yusuf 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspor komoditi hasil perikanan dari Indonesia yang terbesar sampai saat ini adalah udang. Realisasi ekspor udang pada tahun 2007 mencapai 160.797 ton dengan nilai
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lumpur dan di perairan depan hutan mangrove. Rajungan biasanya hidup dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian hewan 2.1.1 Habitat dan morfologi Rajungan termasuk hewan dasar laut yang dapat berenang ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan. Rajungan hidup di daerah pantai
Lebih terperinciMetode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat
Bab 3 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas tahap pembuatan kitin dan kitosan, sintesis karboksimetil kitosan dari kitin dan kitosan, pembuatan membran kitosan dan karboksimetil kitosan, dan karakterisasi.
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua
Lebih terperinciPENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN
1 PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN Carlita Kurnia Sari (L2C605123), Mufty Hakim (L2C605161) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Isolasi Kitin dari Kulit Udang 5.1.1 Tepung kulit udang Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota Mataram dibersihkan kemudian dikeringkan yang selanjutnya
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI
TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI HELMI RIZA SUSANTO NRP. 2307 030059 ABDULLAH AL MUKHSI NRP. 2307 030 063 Dosen Pembimbing Ir. Sri Murwanti,
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteoarthritis (OA) 2.2 Glukosamin hidroklorida (GlcN HCl)
3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteoarthritis (OA) Osteoarthritis yang juga sebagai penyakit degeneratif pada sendi adalah bentuk penyakit radang sendi yang paling umum dan merupakan sumber utama penyebab rasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.
Lebih terperinciLaporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl
Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl Gol / kelompok : S/ A Nama / nrp : Grace Suryaputra ( 2443011013) Yuvita R Deva ( 2443011086) Felisia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari
Lebih terperinciTRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN
Marina Chimica Acta, Oktober 2004, hal. 28-32 Vol. 5 No.2 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin ISSN 1411-2132 TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN Mustari
Lebih terperinciTINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak
TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI Pipih suptijah* ) Abstrak Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan polimer alam terdapat pada karapas/ limbah udang sekitar 10 % - 25%.
Lebih terperinciabc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)
I. NOMOR PERCOBAAN : 6 II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan jumlah absorban protein secara biuret dalam spektroskopi IV. LANDASAN TEORI : Protein
Lebih terperinciMakalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT
276 PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik Cair Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Peran pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,
Lebih terperinciTINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak
TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI Pipih suptijah* ) Abstrak Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan polimer alam terdapat pada karapas/ limbah udang sekitar 10 % - 25%.
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)
Jurnal Teknologi Kimia Unimal 5 : 2 (November 2016) 37-44 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ac.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN
Lebih terperinciANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1
ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung
Lebih terperinciPENGGUNAAN MEMBRAN KITIN DAN TURUNANNYA DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM Co
Penggunaan Membran Kitin dan Turunannya dari Tulang Rawan Cumi-Cumi (Harry Agusnar) PENGGUNAAN MEMBRAN KITIN DAN TURUNANNYA DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM Co Harry Agusnar Departemen
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas
Lebih terperinciPEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4
PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4 Yuliusman dan Adelina P.W. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI, Depok
Lebih terperinciEFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)
EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex Beaker glass 100 ml pyrex Beaker glass 150 ml pyrex Beaker glass 200 ml pyrex Erlenmeyer
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan adalah polimer glukosamin yang merupakan selulosa beramin, nomer dua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitosan ditemukan pada cangkang invetebrata hewan perairan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah daging dari ternak yang sehat, saat penyembelihan dan pemasaran diawasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan daging merupakan bagian yang penting bagi keamanan pangan dan selalu menjadi pokok permasalahan yang mendapatkan perhatian khusus dalam penyediaan
Lebih terperinciKHITIN KHITOSAN, PRODUKSI DAN PEMANFAATANNYA
KHITIN KHITOSAN, PRODUKSI DAN PEMANFAATANNYA EBOOKPANGAN.COM 2006 I. LATAR BELAKANG Perairan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, baik dari segi jenis maupun volume produksinya. Udang dan kepiting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran belakangan ini sangat menarik perhatian masyarakat banyak.perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,
Lebih terperinciASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT
ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciPENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT
KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol.1, No. 1, pp. 647-653, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 9 February 2015, Accepted 10 February 2015, Published online 12 February 2015 PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah membawa pengaruh yang sangat luas dalam berbagai kehidupan manusia terutama dalam bidang ilmu sains
Lebih terperinciBab II. Tinjauan Pustaka
Bab II. Tinjauan Pustaka A. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm)
Lebih terperinciJurnal Teknologi Kimia Unimal
Jurnal Teknologi Kimia Unimal 1:1 (November 2012) 79-90 Jurnal Teknologi Kimia Unimal homepage jurnal: www.ft.unimal.ac.id/jurnal_teknik_kimia Jurnal Teknologi Kimia Unimal PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH
Lebih terperinciVALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI
VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Udang merupakan salah satu golongan binatang air yang termasuk dalam
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Udang Udang merupakan salah satu golongan binatang air yang termasuk dalam arthopoda (binatang berbuku-buku). Seluruh tubuh terdiri dari ruas-ruas yang terbungkus oleh kerangka
Lebih terperinciPEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG SEBAGAI BAHAN PENGAWET TAHU
PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG SEBAGAI BAHAN PENGAWET TAHU Shintawati Dyah P Abstrak Maraknya penggunaan formalin dan borak pada bahan makanan dengan tujuan agar makanan lebih awet oleh pedagang yang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi kitin, transformasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Kitosan 4.1.1 Penyiapan Perlakuan Sampel Langkah awal yang dilakukan dalam proses isolasi kitin adalah dengan membersikan cangkang kepiting yang masih mentah
Lebih terperinciBAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia
Lebih terperinciA. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori
PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MUTU DAN KELARUTAN KITOSAN DARI AMPAS SILASE KEPALA UDANG WINDU (Penaeus monodon)
Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol XI Nomor 2 Tahun 2008 KARAKTERISTIK MUTU DAN KELARUTAN KITOSAN DARI AMPAS SILASE KEPALA UDANG WINDU (Penaeus monodon) Characteristics of Quality And Solubility Kitosan
Lebih terperinciProtein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh
Lebih terperincilaporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret
laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret V.1 HASIL PENGAMATAN 1. TELUR PUYUH BJ = 0,991 mg/ml r 2 = 0,98 VOLUME BSA ( ml) y = 0,0782x + 0,0023 KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.
Lebih terperinciDAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman JUDUL..... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... iv vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciLEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )
LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah
Lebih terperinciTUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012
TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Tahap Pertama Tahap pertama penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mutu kitosan komersil yang digunakan, antara lain meliputi kadar air, kadar abu, kadar nitrogen,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi sampel
Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 36 Lampiran 2. Gambar tumbuhan jerami padi ( a ) ( b ) Keterangan : a. Pohon padi b. Jerami padi 37 Lampiran 3. Gambar serbuk, α-selulosa, dan karboksimetil selulosa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi
30 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di laboratorium Kimia Terpadu Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi dan Mikrobiologi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di
30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jack) termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menanam modalnya untuk
Lebih terperinciJurnal ILMU DASAR Vol. 10 No : Bagus Rahmat Basuki & I Gusti Made Sanjaya Jurusan Kimia,FMIPA, Universitas Negeri Surabaya
Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No. 1. 2009 : 93 101 93 Sintesis Ikat Silang Kitosan dengan Glutaraldehid serta Identifikasi Gugus Fungsi dan Derajat Deasetilasinya ross-linked hitosan Synthesis Using Glutaraldehyde
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari lautan yang menghasilkan berbagai macam hasil perikanan yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim, sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan yang menghasilkan berbagai macam hasil perikanan yang terus meningkat setiap
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI
iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH MODUL 1. TITRASI VOLUMETRI Kegiatan Praktikum 1: Titrasi Penetralan (Asam-Basa)... Judul Percobaan : Standarisasi Larutan Standar Sekunder NaOH... Kegiatan Praktikum
Lebih terperinci