BAB I PENDAHULUAN. bidang energi. Kegiatan usaha yang dijalankan Pertamina saat ini terbagi atas sektor
|
|
- Handoko Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pertamina (Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu minyak dan gas bumi, energi baru dan terbarukan, serta kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi. Kegiatan usaha yang dijalankan Pertamina saat ini terbagi atas sektor hulu, yang mengelola eksplorasi dan produksi, gas, energi baru dan terbarukan, serta sektor hilir yang mengelola kilang pengolahan, pemasaran & niaga, dan perkapalan. Selain sektor-sektor utama tersebut, Pertamina juga menjalankan kegiatan usaha lain (non-core business) seperti perhotelan, jasa konsultan, pendidikan, transportasi, perkapalan, rumah sakit, asuransi dan properti. Upaya perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah satu komitmen Pertamina menjalankan peran strategis dalam perekonomian nasional. Semangat terbarukan yang dicanangkan saat ini merupakan salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dengan inisatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina menetapkan visi perusahaan: Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia. Sesuai dengan visinya tersebut, maka disusunlah road map transformasi Pertamina menuju perusahaan energi kelas dunia, seperti terlihat pada Gambar
2 Transformasi Pertamina dimulai sejak menjadi PT Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003, kemudian dicanangkan kembali pada tanggal 14 Juni 2006 sesuai arahan dari Presiden Republik Indonesia pada waktu itu, yaitu Bapak Susilo Bambang Yudoyono. Sumber: Materi Presentasi Financing for BPS, Gambar 1.1 Roadmap Menjadi Perusahaan Energi Kelas Dunia. Menindaklanjuti roadmap transformasi Pertamina tersebut, kemudian ditetapkan strategi Aggressive Upstream, Profitable Downstream sejak tahun Strategi tersebut kemudian diwujudkan dalam program pengembangan produksi dan akuisisi wilayah kerja produksi migas di luar negeri maupun di dalam negeri. Lapangan produksi migas yang diakusisi antara lain di Algeria, Irak, Libia, Sudan, Qatar, Australia, dan Malaysia, serta di dalam negeri yaitu lapangan produksi migas ONWJ (Offshore North West Java), WMO (West Madura Offshore), serta yang baru saja diserahkan oleh SKK Migas yaitu Blok Mahakam. 2
3 Strategi Aggressive Upstream, Profitable Downstream tersebut menunjukkan hasilnya, berdasarkan Annual Report Pertamina tahun 2014, produksi minyak mentah dan gas bumi yang dihasilkan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 meningkat cukup signifikan, terutama produksi minyak mentah dan gas bumi pada tahun Sumber: Annual Report Pertamina, Gambar 1.2 Produksi Minyak Mentah dan Gas Bumi Rumusan Masalah Sejalan dengan visi dan program transformasi seperti yang telah disebutkan di atas, maka PT Pertamina (Persero) menetapkan salah satu strategi untuk mendirikan sebuah anak perusahaan perkapalan yang handal, memiliki keunggulan operasional, dan mendukung strategi korporasi serta pencapaian goal perusahaan. Anak perusahaan perkapalan tersebut akan mengambil alih jasa transportasi impor kargo minyak mentah, gas dan produk minyak yang selama ini sebagian besar kargo dikirim oleh perusahaan shipping pihak ketiga (eksternal). 3
4 Pembentukan anak perusahaan perkapalan (AP Shipping) ini bertujuan untuk perluasan value chain dari bisnis Pertamina ke arah vertikal, yaitu ke arah jasa pasokan logistik (supply chain). Strategi tersebut merupakan bagian dari strategi pertumbuhan (growth) perusahaan, dengan tujuan memperoleh peningkatan keuntungan sebagai dampak dari value creation tersebut. Strategi pembentukan AP Shipping tersebut juga merupakan implementasi salah satu pilar strategi PT Pertamina (Persero), yaitu strategi untuk meningkatkan efisiensi dengan mendukung rantai nilai sendiri (own supply chain), dan mengembangkan model layanan pihak ketiga, artinya perkapalan akan mengambil alih jasa transportasi pengiriman impor kargo yang selama ini dilayani oleh perusahaan shipping pihak ketiga (eksternal), seperti terlihat pada Gambar 1.3 Tiga Pilar Strategi PT Pertamina (Persero). Sumber: Materi Presentasi Company Profile Pertamina, Gambar 1.3 Tiga Pilar Strategi PT Pertamina (Persero). 4
5 Rencana pendirian AP Shipping tersebut ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero) pada tanggal 14 Juni 2011, yang menyarankan agar PT Pertamina (Persero) melakukan kajian dan pembentukan anak perusahaan baru di bidang perkapalan. Kronologis dan progres pembentukan AP Shipping tersebut, sebagai berikut: 1. Tanggal 14 Juni 2011, RUPS PT Pertamina (Persero) menyarankan pembentukan anak perusahaan baru di bidang perkapalan (AP Shipping), 2. Tanggal 27 Desember 2011, Rapat Direksi sesuai Risalah Rapat Direksi (RRD) No.120/C00000/2011-S0, merekomendasikan skema pembentukan anak perusahaan baru di Bidang Shipping (AP Shipping). 3. Tanggal 9 Oktober 2012, Rapat Direksi sesuai RRD No.116/C00000/2012-S4, kembali memberikan persetujuan atas pendirian AP Shipping dengan skema spin-off (Fungsi Charter Out) dari Unit Bisnis Perkapalan yang ada di bawah Direktorat Marketing & Trading sebagai cikal bakal AP Shipping, dan modal awal berupa aset 2 kapal dan dana senilai US$ 10 Juta. 4. Tanggal 5 Nopember 2012, Rapat Direksi sesuai RRD No.136/C00000/2012- S4, menyetujui pemisahan aset yang akan diserahkan kepada AP Shipping, serta pengumuman perihal pembentukan AP Shipping di Surat Kabar Nasional (Kompas dan Bisnis Indonesia) dan seluruh pekerja Pertamina. 5. Tanggal 27 Desember 2012, menanggapi pembentukan AP Shipping tersebut, Dewan Komisaris Pertamina mengeluarkan Memorandum Dewan Komisaris No.566/K/DK/2012, meminta tambahan data usulan pembentukan AP Shipping tersebut, diantaranya adalah meminta dilakukan kajian kembali menggunakan konsultan independen serta memastikan positioning AP Shipping, PT Pertamina Trans Kontinental, dan Fungsi Shipping dalam Bisnis Perkapalan. 6. Tanggal 10 Juli 2013, Direktur Pemasaran dan Niaga mengirimkan Memoradum No.179/F00000/2013-S0 kepada Direktur Perencanaan Investasi & Manajemen Risiko (PIMR), perihal penyampaian hasil kajian pembentukan AP Shipping yang dilaksanakan oleh konsultan KPMG, dengan hasil rekomendasi: modal awal US$ 24 Juta dan 4 unit kapal. 5
6 7. Tanggal 8 Februari 2014 ditandatangani Nota Kesepahaman kerjasama bisnis pengangkutan bahan bakar minyak dan gas, antara PT Pertamina (Persero) dan Petral (PES), dengan No. 003/F00000/2014-S0, dimana komitmen PES untuk menciptakan sinergi yang optimal dengan AP Shipping apabila terbentuk dengan mengintegrasikan organisasi Shipping di PES dan aset kapal di PES ke AP Shipping. 8. Tanggal 18 Juli 2014, Direktur Pemasaran dan Niaga mengirimkan Memorandum No.175/F00000/2014-S0 kepada Direktur Keuangan dan Direktur PIMR, perihal: Rencana Anggaran Investasi Pembentukan AP Shipping, dimana sebagai modal awal diajukan US$ 10 Juta dan 5 unit kapal. 9. Tanggal 19 Desember 2014, sehubungan pergantian Jajaran Direksi Pertamina pada tanggal 28 November 2014, VP Strategic Planning & Business Development mengirimkan Memorandum kepada Direktur Pemasaran No. 952/F00100/2014-S0, perihal Progres Pembentukan Anak Perusahaan Shipping dan Rencana Investasi Kapal LNG. 10. Rencana pembentukan AP Shipping ini juga menjadi salah satu program strategis PT Pertamina (Persero) di dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Tahun , yang merupakan langkah restrukturisasi dalam pengembangan bisnis angkutan laut, dan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2014 telah disetujui anggaran US$ 10 juta sebagai penyertaan modal dalam pembentukan AP Shipping. 11. Tanggal 1 Desember 2015 PT Pertamina (Persero) mempublikasikan rencana pembentukan AP Shipping ini di harian Nasional sebagai informasi awal kepada para stakeholder. Fungsi perkapalan selama ini memainkan peran vital di dalam proses bisnis dan value chain Pertamina. Berikut proses bisnis Pertamina beserta value chainnya yang menunjukkan aktivitas impor ekspor dan peran jasa transportasi perkapalan dalam menjaga ketersediaan pasokan bahan baku kilang dan bahan baku BBM, ditunjukkan dalam Gambar 1.4 Proses Bisnis & Value Chain Pertamina. 6
7 Sumber: Materi Presentasi AP Shipping, Gambar 1.4 Proses Bisnis & Value Chain Pertamina. Strategi pembentukan AP Shipping Pertamina yang akan mengambil alih jasa transportasi kargo impor yang selama ini dilakukan oleh perusahaan shipping pihak ketiga (eksternal) merupakan salah satu strategi integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal menurut Thomson, et al., (2012:230) sebagai berikut: A vertical integration strategy can expand the firm s range of activities backward into source of supply and/or forward toward end users. Dan Thomson, et al., (2012:231): A vertically integrated firm is one that performs value chain activities along several portions or stages of an industri s overall value chain, which begins with the production of raw materials or initial inputs and culminates in final sales and service to the end consumer. Untuk mewujudkan strategi integrasi vertikal melalui pembentukan AP Shipping tersebut, diperlukan suatu penelitian dan analisis yang komprehensif, karena strategi integrasi vertikal adalah strategi yang kompleks, memerlukan biaya 7
8 tinggi, berisiko tinggi, dan sulit untuk berbalik kembali jika sudah terlanjur diimplementasikan, seperti yang dikemukakan oleh Stuckey & White melalui artikel di Sloan Management Review Association, August 1993, dengan judul: When and when not to vertically integrate. Oleh karena itu diperlukan analisis yang komprehensif atas rencana strategi integrasi vertikal Pertamina di bidang pelayaran khususnya jasa transportasi impor kargo minyak mentah, gas dan produk ini, dimana selama ini jasa transportasi impor kargo tersebut dilakukan oleh perusahaan shipping pihak ketiga (eksternal). 1.3 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan di atas PT Pertamina (Persero) dihadapkan pada pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah rencana strategi integrasi vertikal pada jasa transportasi logistik impor kargo minyak mentah, gas & produk di Pertamina merupakan strategi yang tepat? 2. Apakah strategi tersebut akan memberikan benefit bagi perusahaan? Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: melakukan analisis terhadap lingkungan industri minyak dan gas, khususnya struktur pasar pada indutri pelayaran jasa transportasi impor kargo minyak mentah, gas dan produk. Tujuan lainnya adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap kondisi persaingan di industri pelayaran yang akan dimasuki oleh AP Shipping baru Pertamina, sehingga Pertamina dapat melakukan justifikasi bahwa pilihan strategi 8
9 integrasi vertikal pada jasa transportasi impor kargo minyak mentah, gas dan produk tersebut sudah tepat, dan memberikan benefit bagi perusahaan. 1.4 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (Mixed Method Research), yaitu metode gabungan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell & Clark, 2007, ada beberapa istilah untuk menyebut rancangan metode campuran, yaitu: multimetode, metode konvergensi, metode terintegrasi, dan metode kombinasi, yang memiliki prosedur-prosedurnya masing-masing (Tashakkori & Teddlie, 2003). Metode campuran terdiri dari tiga variasi (Creswell, 2014), yaitu: (1) Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods), dimana penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara kualitatif terlebih dahulu untuk mendapatkan penjelasan yang memadai, lalu diikuti dengan metode survei kuantitatif untuk memperoleh hasil umum. (2) Strategi metode campuran konkuren/satu waktu (concurrent mixed methods), dimana peneliti menyatukan data kualitatif dan data kuantitatif untuk memperoleh hasil analisis komprehensif atas masalah penelitian. Dalam strategi ini dua jenis data tersebut dikumpulkan dalam satu waktu, kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan. (3) Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixed methods), merupakan prosedur-prosedur dimana di dalamnya peneliti menggunakan kacamata teoritis sebagai perspektif overaching yang di dalamnya 9
10 terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Perspektif ini bisa digunakan peneliti sebagai metode pengumpulan data secara sekuensial ataupun konkuren. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian strategi metode campuran konkuren, dimana data kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan secara konkuren (dalam satu waktu), kemudian dua database tersebut dibandingkan untuk mengetahui apakah ada konvergensi, perbedaan-perbedaan, atau beberapa kombinasi. Strategi ini menerapkan metode kualitatif dan kuantitatif secara terpisah untuk menutupi atau menyeimbangkan kelemahan-kelemahan satu metode dengan kekuatan-kekuatan metode yang lain, atau sebaliknya, kekuatan satu metode menambah kekuatan metode lainnya Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data dari internal PT Pertamina (Persero), dan data dari eksternal perusahaan Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui observasi dan wawancara, serta data sekunder yang diperoleh dari dokumen (teks) yang dikeluarkan oleh perusahaan, misalnya: website Pertamina, annual report, notulen rapat, surat keputusan, materi presentasi, dan lain-lain. Selain itu dilengkapi juga dengan data yang dikumpulkan dari eksternal organisasi seperti: jurnal ilmiah, buku-buku terkait, materi perkuliahan, kepustakaan, dan internet. 10
11 1.4.3 Alat Analisis Penelitian ini menggunakan 5 (lima) alat analisis yaitu: 1) Porter s Five Forces Model Five Forces Model ini disampaikan oleh Michael E. Porter, dalam Competitive Strategy (New York: The Free Press, 1980), dalam Hax & Majluf (1991:37). Five Forces Model ini digunakan untuk menganalisis atraktifitas dan profitabilitas suatu industri, dengan menggunakan 5 (lima) kekuatan yang mendorong tingkat persaingan di dalam industri tersebut, yaitu: (1) Intensity of rivalry among competitors, (2) Threat of new entrants, (3) Bargaining power of suppliers, (4) Bargaining power of buyers, dan (5) Threat of subtitutes. Hubungan diantara kelima kekuatan tersebut dan faktor-faktor di balik kekuatan-kekuatan tersebut menunjukkan tingkat atraktifitas dan profitabilitas industri tersebut. 2) Yellow pages Test Yellow pages Test adalah alat analisis yang digunakan untuk mengambil keputusan di dalam menentukan pilihan strategi apakah akan menggunakan pihak eksternal untuk transaksi-transaksi di dalam rantai pasokannya, atau apakah perlu melakukan akuisisi atau membentuk perusahaan sendiri (internalisasi) untuk memenuhi pasokan tersebut. 11
12 Sesuai istilahnya, Yellow pages Test, menurut Prof. Goldsmith dari Harvard, merupakan tes sederhana untuk mengetahui ketersediaan jumlah perusahaan pemasok melalui buku telepon, yang dikenal sebagai Yellow pages. ( 3) When and when not to vertically integrate Framework Vertical Market Structure Framework Framework ini dikemukakan oleh Stuckey & White pada tahun 1993 melalui artikel yang dimuat di Sloan Management Review Association, John Stuckey adalah Director, dan David White adalah Principal pada perusahaan McKinsey s Sydney Office. Framework ini membahas alasan-alasan utama yang dapat memberikan justifikasi mengapa perusahaan melakukan strategi integrasi vertikal. Framework ini menganalisis struktur pasar dengan memasukkan faktor jumlah pembeli dan jumlah penjual, untuk kemudian melihat tingkat risiko dan kekuatan penjual dan pembeli yang berbeda pada kuadran-kuadran yang terbentuk dari kombinasi jumlah penjual dan pembeli tersebut. Pada kuadran dengan risiko transaksi yang tinggi, dimana jumlah penjual atau jumlah pembelinya hanya satu atau beberapa saja, maka strategi integrasi vertikal dapat dilakukan, untuk mengurangi tingkat risiko transaksi. 4) When and when not to vertically integrate Framework Transaction Asset Matrix Framework Framework ini juga dikemukakan oleh Stuckey & White pada tahun 1993, dengan memperhitungkan jumlah transaksi (frekuensi) yang dilakukan oleh perusahaan, kekhususan (spesifitas) aset, daya tahan (durabilitas) aset, dan 12
13 intensitas aset perusahaan. Frekuensi transaksi yang tinggi adalah faktor yang dapat mendorong terjadinya vertical market failure, ketika disertai dengan kondisi pasar yang oligopoli bilateral dan spesifitas aset yang tinggi. Jumlah transaksi yang semakin sering juga dapat meningkatkan risiko dan biaya transaksi yang semakin tinggi. 5) Net Present Value (NPV) Terakhir, dianalisis strategi integrasi vertikal ini secara kuantitatif, menggunakan metode Net Present Value (NPV), sehingga bisa dijustifikasi apakah investasi baru pembentukan AP Shipping tersebut sudah tepat. Metode Net Present Value (NPV) mendiskontokan semua arus kas pada biaya modal proyek investasi, dan kemudian menjumlahkan semua arus kas tersebut. Proyek investasi akan diterima jika NPV yang dihasilkan adalah positif. 1.5 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu luas dan sesuai dengan tujuannya. Pembatasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini difokuskan pada pembahasan rencana strategi integrasi vertikal dengan pembentukan AP Shipping, dari perspektif manajemen strategis dan kaca mata Korporat PT Pertamina (Persero). 2. Penelitian ini hanya dibatasi pada penyusunan strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping Pertamina, dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan strategis korporasi PT Pertamina (Persero) dan Unit Bisnis Perkapalan. 13
14 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran dan kajian yang jelas mengenai struktur pasar, lingkungan strategis, dan kondisi industri oil & gas khususnya industri pelayaran kargo oil & gas, dan produk, serta pengaruhnya terhadap bisnis PT Pertamina (Persero), dan membantu PT Pertamina (Persero) dalam mengevaluasi rencana strategi integrasi vertikal dengan pembentukan AP Shipping Pertamina. Hal-hal tersebut sangat penting bagi PT Pertamina (Persero) dan anak perusahaannya khususnya yang bergerak di bidang pelayaran, agar strategi integrasi vertikal tersebut benar-benar memberikan benefit dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan menuju perusahaan berkelas dunia. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Pada bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah, pertanyaan dan tujuan penelitian, penjelasan metode penelitian, manfaat penelitian, analisis penelitian dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI Bab II membahas tentang teori-teori yang mendasari penelitian ini, yaitu teori tentang konsep strategi, manajemen strategik, proses manajemen strategik, dan strategi integrasi vertikal, Porter s Five Forces Model, Yellow pages Test, When and when not to vertically integrate Framework, dan Net Present Value (NPV). 14
15 BAB III. METODE PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN Bab III membahas tentang pengembangan metode penelitian dan profil Perusahaan yang menjadi studi kasus pada penelitian ini yaitu PT Pertamina (Persero) dan Unit Bisnis Perkapalan. BAB IV. ANALISIS & PEMBAHASAN Bab IV berisi tentang analisis penelitian dan pembahasan, dengan menggunakan 5 (lima) macam alat analisis untuk menjelaskan kondisi yang sedang dihadapi PT Pertamina (Persero) dan rencana strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping Pertamina. Kemudian berdasarkan analisis dan pembahasan tersebut ditarik simpulan dan diberikan saran untuk PT Pertamina (Persero) atas rencana integrasi vertikal tersebut. BAB V. SIMPULAN & SARAN Bab V berisi tentang simpulan dari kondisi yang sebenarnya sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dan saran-saran yang dapat penulis berikan untuk kepentingan perusahaan dan penelitian selanjutnya. 15
DAFTAR ISI. Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xi Intisari... xii Abstract... xiii
DAFTAR ISI Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xi Intisari... xii Abstract...
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sejalan dengan visi, misi, dan program transformasi Pertamina untuk menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia, dan seiring dengan berkembangnya pasar angkutan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan perusahaan, yang lebih biasa disebut organizational life cycle. Organizational life cycle menggambarkan siklus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berawal sebagai sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang selanjutnya disebut
Lebih terperinciLAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35
LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang berintikan pada kegiatan Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan dan/atau Niaga produk minyak dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bisnis minyak dan gas merupakan bisnis yang membutuhkan biaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis minyak dan gas merupakan bisnis yang membutuhkan biaya investasi yang besar dan menggunakan teknologi tinggi yang senantiasa terus berkembang. Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto Nasional (PDB) Indonesia. Sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa faktor..., Esther Noershanti, FT UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas kegiatan investasi eksplorasi minyak dan gas yang dilakukan memiliki risiko dimana terdapat kemungkinan tidak ditemukannya sumber minyak dan gas baru,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN BAB I METODE BAB III PENELITIAN
1 BAB I METODE BAB III PENELITIAN METODE PENELITIAN 1.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran disusun sebagai argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat diantara berbagai faktor yang saling
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis efektivitas..., Maulana Abdillah, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah mencapai laba yang optimum guna memaksimalkan nilai para pemegang saham. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diciptakan dan disampaikan kepada user dari sudut struktural. Sebuah supply chain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kalakota dalam Hardiyanto (2010) definisi manajemen rantai suplai (supply chain management) adalah sebuah proses payung di mana produk diciptakan dan disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang cukup besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi mengalami goncangan yang luar biasa di 10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri minyak dan gas bumi mengalami goncangan yang luar biasa di 10 tahun terakhir ini. Kesulitan dalam investasi dan usaha dibidang minyak dan gas bumi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan terus melonjaknya kebutuhan minyak bumi di dalam negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan terus melonjaknya kebutuhan minyak bumi di dalam negeri dalam satu dasawarsa terakhir ini, menyebabkan ketergantungan terhadap impor semakin besar. Selama
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015
REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Premium merupakan jenis bahan bakar minyak yang digunakan pada sektor transportasi, khususnya transportasi darat baik itu digunakan pada kendaraan pribadi maupun kendaraan
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) 1.1.2 Lokasi Perusahaan Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta 10110
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber
Lebih terperinciDisampaikan dalam rangka : National Conference IIA Agustus 2015 Jogyakarta
M ewujudkan Kem an dir ian En er gi M en u ju Sat u Pe r t a mi na Bar u Disampaikan dalam rangka : National Conference IIA Agustus Jogyakarta Konteks Pasar dan Tantangan yang Dihadapi Pertamina Perubahan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Indragiri hulu Berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1948 dibentuk Kabupaten Indragiri hulu yang termasuk didalam provinsi Sumatra Tengah dan Diralisi dengan
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan
BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan eksternal terhadap pelaksanaan kegiatan bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) baik di dalam negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula gaya hidup konsumen saat ini yang semakin dinamis, pemenuhan akan kebutuhan masyarakat pun semakin berkembang ke arah yang
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, menggerakkan roda
Lebih terperinciBAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak
BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri logistik menunjukan dinamika yang relatif meningkat. Peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manisnya industri logistik di Indonesia belakangan ini mulai terasa saat industri logistik menunjukan dinamika yang relatif meningkat. Peningkatan tersebut
Lebih terperincimereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam
BAB IV KESIMPULAN Harapan akan adanya kerjasama yang menguntungkan dari masing-masing pihak menjadi fondasi terjadinya negosiasi antara kedua belah pihak seperti pembahasan sebelumnya. Ketersediaan minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan suatu jenis bahan bakar yang dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah menjadi kebutuhan pokok dalam
Lebih terperinciI. BAB I - PENDAHULUAN. Perusahaan Logistik X (PT. X ) adalah perusahaan yang bergerak dalam
I. BAB I - PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perusahaan Logistik X (PT. X ) adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis penyediaan jasa logistik atau pengiriman barang dari industri-industri yang terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri
Lebih terperinciOleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif
Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke
Lebih terperinciDEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG DIWAKILI OLEH: ROES ARYAWIJAYA DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI Kondisi Pengelolaan Energi, Ketenagalistrikan
Lebih terperinciCUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG
CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK..
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. i ii iii KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR... vi x DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK.. xii DAFTAR LAMPIRAN.. xiii
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laba Bersih Pertamina Tahun 2014 hingga 2015
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Terbentuknya proses kolaborasi diyakini menjadi salah satu tantangan bagi pengelolaan bisnis dalam organisasi. Hal ini terkait dengan adanya kerjasama dan inisiatif bersama
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Business Plan Kerangka pikir penulis untuk model bisnis ini terdiri dari delapan langkah yaitu diantaranya berupa : 1. Identifikasi business model saat ini : dimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga berbagai cara dilakukan oleh perusahaan agar mampu bersaing dengan para kompetitornya. Salah satu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai sisi kehidupan manusia. Melalui pemanfaatan sistem informasi, maka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan sistem dan teknologi informasi berkembang sangat pesat dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Melalui pemanfaatan sistem informasi, maka dimungkinkan penerapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Teknologi informasi (TI) yang terus berkembang memberi berbagai kemudahan bagi banyak dunia bisnis dalam meningkatkan efisiensi. Manfaatnya yang besar khususnya
Lebih terperinciKEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA *47271 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 31 TAHUN 1997 (31/1997)
Lebih terperinci2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und
No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan
PT WAHANA PRONATURAL TBK Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan DAFTAR ISI A. Ikhtisar Data Keuangan Penting B. Informasi Saham C. Laporan Direksi D. Laporan Dewan Komisaris E. Profil Emiten atau Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan
Lebih terperinciPembahasan Materi #11
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Konsep, Pengelolaan, Kolaborasi SCM Sistem Informasi Terpadu Tahapan Evolusi Pengembangan Aspek Pengembangan 6623 - Taufiqur Rachman 1 Konsep SCM 3 SCM Memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi, pasar dan teknologi baik secara geografi maupun batas-batas budaya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Internasionalisasi merupakan dampak atas terjadinya globalisasi. Globalisasi merupakan proses perluasan yang menghubungkan individu, organisasi, pasar dan teknologi
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang terkait permasalahan yang akan diteliti, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan mafaat penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki prospek industri minyak bumi yang menjanjikan kedepannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduknya. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya
Lebih terperinciKONTRAK PEMBELAJARAN
KONTRAK PEMBELAJARAN Nama Mata Kuliah : MANAJEMEN STRATEGI Kode Mata Kuliah : IE 008 Pengajar : Semester : Ganjil Hari Pertemuan/ Jam : Tempat Pertemuan : 1. Manfaat Mata Kuliah Dalam ilmu manajemen dikenal
Lebih terperinciPAPARAN PUBLIK PT Elnusa Tbk
PAPARAN PUBLIK PT Elnusa Tbk Graha Elnusa, 18 Desember 2012 Agenda 1 2 Perbaikan Kinerja Elnusa Tahun 2012 Rencana Pengembangan Bisnis Elnusa 2 1 Perbaikan Kinerja Elnusa Tahun 2012 Paparan Publik Elnusa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat, sehingga perusahaan didalam mengelola usaha diharapkan mampu menggunakan sumber daya manusia dengan
Lebih terperinciYth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.
Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/2014
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional yang berbasis di Jakarta, Indonesia. PT. Bakrie and Brothers Tbk didirikan pada
Lebih terperinciPERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK
PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK Sehubungan dengan rencana penerbitan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) tentang: a. Komite Yang Dibentuk Dewan Komisaris Perusahaan Asuransi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Ada pengkajian yang secara teoritis menjadi landasan teori yang di rumuskan lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu mengelola usahanya dengan baik dan optimis agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki persaingan bisnis yang semakin ketat, para pengusaha dituntut untuk mampu mengelola usahanya dengan baik dan optimis agar keberlanjutan usaha dapat diciptakan
Lebih terperinciANALISA BIAYA DAN MANFAAT PENGADAAN PROGRAM ASTRA DAIHATSU PRODUCTION PLANNING SYSTEM (ADPPS) DI PT.ASTRA DAIHATSU MOTOR
ANALISA BIAYA DAN MANFAAT PENGADAAN PROGRAM ASTRA DAIHATSU PRODUCTION PLANNING SYSTEM (ADPPS) DI PT.ASTRA DAIHATSU MOTOR TUGAS AKHIR Oleh Agus Riyadi 1201000054 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang State-owned Enterprises (SOE) di Indonesia disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh negara melalui penyertaan
Lebih terperinciRantai Pasokan Global (Global Supply Chains)
Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Liquefied Petroleum Gas (LPG) LPG adalah singkatan dari Liquefied Petroleum Gas yang di Iindonesia (oleh PERTAMINA) diproduksi /dipasarkan dengan nama dagang Elpiji. Elpiji umumnya
Lebih terperinciMateri Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu:
M a n a j e m e n S t r a t e g i k 15 Materi Minggu 3 Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) 3.1 Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, akan mengubah intensitas kompetisi pada seluruh sektor industri. ASEAN Economic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Material sebagai salah satu sumber daya yang dibutuhkan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material sebagai salah satu sumber daya yang dibutuhkan merupakan kebutuhan yang diperlukan untuk keberlangsungan dan kelancaran opersional suatu perusahaan atau bisnis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan adalah sekumpulan kegiatan yang dilaksanakan untuk merancang, membuat, memasarkan, mengantarkan, dan mendukung produknya dimana setiap kegiatan dapat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.417, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Kilang Minyak. Dalam Negeri. Pembangunan. Pengembangan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN. dengan negara lain, seperti Filipina yang mencapai 72 kg/kapita, Malaysia sudah
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri baja merupakan salah satu industri pendukung pembangunan nasional yang sesuai dengan rencana strategis yang sedang direncanakan oleh Pemerintah Indonesia
Lebih terperinciSUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017
SUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017 Forum Energizing Indonesia Ikatan Alumni Departemen Teknik Gas Petro Kimia Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang menimpa Indonesia di tahun 1998 menyebabkan terpuruknya beberapa sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang dapat bertahan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Visi dan Misi Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V memiliki visi dan misi sebagai berikut: 2.1.1. Visi Menjadi partner lini bisnis Direktorat Pemasaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai modal untuk memenangkan persaingan global. dapat memberikan informasi yang akurat, informatif, dan up to date yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, bidang teknologi informasi dan sistem informasi telah mengalami perkembangan. Kedua bidang ini sangat berhubungan dalam kemajuan bisnis
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
Yth. Direksi Emiten atau Perusahaan Publik di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciSCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar
Lebih terperinci... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)
Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com T ahun 1977-1992 adalah masa kejayaan industri minyak Indonesia dengan produksi rata rata 1,5 juta barrel per hari. Kondisi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan
Lebih terperinciKULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS
KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed methods.
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed methods. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua
Lebih terperinciE-Government Capacity Check
EKOJI999 Nomor 146, 1 Februari 2013 E-Government Capacity Check oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam mencapai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Melalui pembahasan dari Bab I sampai dengan pembahasan Bab IV dan sejumlah 5 (lima) pertanyaan yang dilampirkan pada rumusan masalah, maka kami dapat memberikan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini terkait dengan klaster industri minyak dan gas
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan dalam Berita negara RI No. 95 tanggal 27 Nopember 1992, tambahan Nomor
Lebih terperinci