L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T. A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T. A"

Transkripsi

1 i

2 LAPORAN KINERJA BBVET WATES I.A KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar Veteriner Wates disusun berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2016, serta Penetapan Kinerja Tahun 2016 dan sebagai bentuk akuntabilitas dari tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Balai Besar Veteriner Wates atas target kinerja dan penggunaan anggaran tahun Laporan Kinerja Balai Besar Veteriner Wates disusun mengacu kepada Peraturan Presiden Rl Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja mencakup ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Semoga laporan kinerja ini dapat bermanfaat sekaligus sebagai pertanggung jawaban kepada publik atas penyelenggaraan fungsi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan untuk terwujudnya Good Governance. ii

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Pelaporan akuntabilitas instansi pemerintah yang merupakan komponen dari sistem SAKIP yang kemudian disebut sebagai Laporan Kinerja (Lakin) disusun sebagai pertanggungjawaban kinerja intansi pemerintah berupa penjelasan capaian kinerja secara ringkas dan terinci berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Permentan 135 Tahun 2013 Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian. Laporan Kinerja Balai Besar Veteriner Wates tahun 2016 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis BBVet Wates tahun dan Rencana Kinerja Tahun 2016 yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun Dalam upaya merealisasikan good governance, BBVet Wates telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis BBVet Wates Tahun Dengan tugas yang diamanahkan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan hewan melalui Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, BBVet Wates memiliki 4 (empat) tujuan strategis yang dirumuskan sebagai berikut: (1) Meningkatkan pelayanan dibidang pengamatan dan identifikasi penyakit hewan melalui kegiatan surveillans, pemetaan, peringatan dini, pemeriksaan dan pengujian serta pelaporan; (2) Meningkatkan pelayanan dibidang pengujian veteriner dan Produk Hewan; (3) Meningkatkan kompetensi teknis sumberdaya manusia yang tersedia untuk melayani pemangku kepentingan dan tantangan era globalisasi; dan (4) Meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) melalui Sistem Kesehatan Hewan Nasional (SISKESWANNAS). Untuk mencapai 4 tujuan strategis iii

4 tersebut, diupayakan melalui 4 (empat) sasaran kegiatan yaitu : (1) Peningkatan Produksi Pakan Ternak; (2) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis; (3) Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing; dan (4) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan. Capaian kinerja sasaran (output) tahun 2015 diperoleh rata-rata sebesar 108,2%. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 10 indikator kinerja, penilaian kategori sangat berhasil sebanyak 6 indikator yaitu: 1) Surveilans keamanan pakan/bahan pakan (114,00%); 2) Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan (119,91%); 3) Bimbingan Teknis Puskeswan (123%); 4) Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada Sapi/Kerbau (103,67%); 5) Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba (110,41%); dan 6) Surveilans Zoonosis Produk Hewan (110,0%) dan penilaian kategori berhasil (100%) sebanyak 4 indikator yaitu: 1) Penyusunan Peta Penyakit; 2) Pengembangan Metode Uji; 3) Bimbingan Lab. Tipe B dab C; dan 4) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya. Pada tahun anggaran 2016 BBVet Wates mengelola anggaran APBN sebesar Rp ,-. Anggaran tersebut telah direalisasikan sebesar Rp ,- (97,15%) yang melampaui target perjanjian kinerja (95,00%). Adapun capaian kinerja sasaran (output) tercapai sebesar 108,60%. Pada tahun 2016 diperoleh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sejumlah 305,0% dari target yaitu dari anggaran target Rp ,- diperoleh PNBP sejumlah Rp ,-. Dari data pelaksanaan kinerja dimulai tahun dapat dilihat bahwa terlihat kebutuhan anggaran semakin meningkat untuk pencapaian kinerja. Pada tahun 2016 diketahui untuk mendapatkan kinerja sejumlah 108,2% dari keseluruhan realisasi fisik dibutuhkan rerata Rp ,- dengan total realisasi fisik sejumlah unit fisik. Pelaksanaan kinerja BBVet Wates pada tahun 2016 tidak mengalami banyak kendala serta secara umum dapat ditanggulangi. iv

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii RINGKASAN EKSEKUTIF... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 I. 1. Latar Belakang... 1 I. 2. Organisasi dan Tata Kerja... 2 I. 3. Sumber Daya Manusia... 4 I. 4. Anggaran Keuangan... 8 I. 5. Sistematika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BAB II. PERJANJIAN KINERJA II. 1. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) II.1.A. Visi dan Misi II.1.B. Tujuan dan Sasaran Strategi II.1.C. Program Kerja dan Kegiatan II. 2. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) II.2.A. Indikator Kinerja Utama (IKU) BBVet Wates II.2.B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) II. 3. PERJANJIAN KINERJA (PK) II.3.A. Perjanjian Kinerja BBVet Wates T. A v

6 II.3.B. Rencana Anggaran Tahun BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA III. 1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran III. 2. Pencapaian Sasaran Strategis Tahun III. 3. Evaluasi dan Analisis Capaian Sasaran Strategis Tahun III.3.A. Peningkatan Produksi Pakan Ternak III.3.B. Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Zoonosis III.3.C. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing III.3.D. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen PKH86 III. 4. Capaian Kinerja Lainnya III. 5. Akuntabilitas Keuangan III.5.1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) III.5.2. Anggaran Belanja Negara III. 6. Hambatan dan Kendala III. 7. Upaya dan Tindak Lanjut BAB IV. PENUTUP LAMPIRAN vi

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan Struktural... 4 Gambar 2. Jumlah pegawai berdasar golongan... 5 Gambar 3. Jumlah pegawai berdasar jenis tingkat pendidikan... 6 Gambar 4. Persentase jumlah pegawai berdasar jenis kelamin... 6 Gambar 5. Persentase jumlah pegawai berdasar unit kerja/bagian... 7 Gambar 6. Persentase jumlah pegawai berdasar unit laboratorium dan teknis... 8 Gambar 7. Realisasi capaian Perjanjian Kinerja BBVet Wates Tahun Gambar 8. Capaian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates T.A Gambar 9. Akurasi perencanaan vs implementasi BBVet Wates Gambar 10. Hasil analisa Cross Analysis Anggaran Vs Realisasi Fisik (unit) Gambar 11. Cross Analysis Anggaran vs Realisasi Fisik (%) tahun Gambar 12. Kebutuhan anggaran vs realisasi fisik BBVet Wates Gambar 13. Hasil surveilans Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan Gambar 14. Realisasi Surveilans Penyidikan dan Pengujian PHM Gambar 15. Proporsi positif AI dari itik tervaksin dan tidak tervaksin Gambar 16. Hasil pengujian virus Avian Influenza di Live Bird Market Gambar 17. Prevalensi pengujian penyakit hewan pada Sapi di WSB Gambar 18. Prevalensi penyakit pada ternak kambing wilayah sumber bibit Gambar 19. Jumlah kabupaten terdata dalam Peta Penyakit tahun Gambar 20. Hasil Pengembangan Metode PCR Campylobacter Gambar 21. Hasil Pengujian Residu Trembolon-acetate menggunakan GCMS Gambar 22. Hasil mapping Virus Avian Influenza secara Antigenik Gambar 23. Target dan Realisasi Bintek Laboratorium tahun Gambar 24. Capaian Target Bintek Puskeswan vii

8 Gambar 25. Hasil kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi Gambar 26. Hasil Kesembuhan Penanganan Gangguan Reproduksi Gambar 27. Data Diagnosa Penyidikan Gangguan Reproduksi Gambar 28. Hasil pengujian Monitoring dan Surveilans Cemaran Kimia Gambar 29. Hasil pengujian Surveilans Cemaran Mikroba Gambar 30. Rincian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun Gambar 31. Realisasi belanja pegawai, barang dan modal Gambar 32. Realisasi anggaran BBVet Wates dari tahun Gambar 33. Realisasi anggaran Belanja Pegawai BBVet Wates tahun Gambar 34. Realisasi anggaran Belanja Barang BBVet Wates Tahun Gambar 35. Anggaran dan realisasi Belanja Modal tahun viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Rincian Alokasi Anggaran BBVet Wates tahun anggaran Tabel 2. Indikator Kinerja Utama BBVet Wates Tahun Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan BBVet Wates Tahun Tabel 4. Perjanjian Kinerja BBVet Wates Tahun Tabel 5. Rincian anggaran BBVet Wates tahun Tabel 6. Skala Nilai Peringkat Kinerja Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja BBVet Wates tahun Tabel 8. Capaian Kinerja BBVet Wates dari tahun Tabel 9. Capaian Sasaran Peningkatan Produksi Pakan Ternak Tabel 10. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji surveilans kemanan pakan Tabel 11. Capaian Sasaran Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Zoonosis Tabel 12. Output sasaran kegiatan penyidikan dan pengujian penyakit hewan Tabel 13. Realisasi lokasi Surveilans Investigasi Wabah Tabel 14. Jenis sampel dan hasil uji surveilans rabies Tabel 15. Hasil uji serologis antibodi rabies Tabel 16. Hasil pengujian FAT Rabies Tabel 17. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji AI pada ayam petelur Tabel 18. Lokasi surveilans AI Itik dan jumlah sampel yang terkoleksi Tabel 19. Proporsi sampel itik terdeteksi antibodi positif Tabel 20. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Survei AI di Live Bird Market Tabel 21. Lokasi surveilans dan jumlah sampel Survei Brucellosis pada Sapi Perah Tabel 22. Lokasi kegiatan, jumlah spesimen dan hasil uji positif CFT Tabel 23. Lokasi dan jumlah sampel kegiatan Survei Brucellosis pada Sapi di Madura Tabel 24. Lokasi dan jumlah sampel Penyakit Anthrax ix

10 Tabel 25. Lokasi dan jumlah sampel surveilans Penyakit Hog Cholera Tabel 26. Hasil pengujian antibodi dan Isolasi Virus IBR Tabel 27. Data positif untuk tingkat insidensi Virus IBR Tabel 28. Realisasi lokasi dan jumlah sampel Surveilan Penyakit Bakterial Tabel 29. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Surveilans Penyakit Parasiter Tabel 30. Lokasi, jumlah sampel dan hasil pengujian Penyakit BSE Tabel 31. Lokasi Sumber Bibit ternak sapi, jumlah sampel dan hasil uji positif Tabel 32. Lokasi, jumlah sampel dan hasil pengujian Kambing di WSB Tabel 33. Lokasi UPT Perbibitan dan jumlah koleksi sampel Tabel 34. Kabupaten/Kota yang terdata pada Peta Penyakit Hewan Tabel 35. Rincian Bimbingan Teknis Laboratorium Tipe B dan C Tabel 36. Lokasi Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi Tabel 37. Capaian Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing Tabel 38. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Monitoring Residu Tabel 39. Hasil Pengujian Residu Pestisida Tabel 40. Hasil Pengujian Hormon Trenbolone acetate (TBA) Tabel 41. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Monitoring Cemaran Kimia Tabel 42. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel pengujian Cemaran Mikroba Tabel 43. Hasil pengujian Monitoring dan Surveilans Cemaran Mikroba Tabel 44. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji Surveilans Zoonosis Tabel 45. Capaian sasaran Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Tabel 46. Realisasi Anggaran BBVet Wates T.A x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi Balai Besar Veteriner Wates Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates Lampiran 3. Jumlah dan Realisasi Anggaran BBVet Wates per kegiatan Lampiran 4. Rincian Jumlah Pegawai BBVet Wates Tahun Lampiran 5 Data Jumlah Pegawai berdasar jabatan struktural dan fungsional xi

12 BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Balai Besar Veteriner Wates Tahun Anggaran 2016 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hal ini merupakan bagian dari implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah guna mendorong terwujudnya sebuah tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di Indonesia. BBVet Wates sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mempunyai tugas mendukung produksi dan keamanan pangan tersebut melalui pelaksanaan tugas dan fungsi pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan serta pengembangan teknik dan metode penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner. Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang Undang No 18 Tahun 2012, dimana keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Dengan disusunnya Laporan Kinerja Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta tahun 2016 diharapkan dapat : 1

13 1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat yaitu Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. 2. Mendorong Balai Besar Veteriner Wates di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar yang didasarkan pada peraturan perundangan, kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat. 3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Balai Besar Veteriner Wates untuk meningkatkan kinerjanya. 4. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat terhadap Balai Besar Veteriner Wates di dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. I. 2. Organisasi dan Tata Kerja Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 54/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Veteriner, ditetapkan Struktur Organisasi Balai Besar Veteriner Wates yang terdiri dari : A. Kepala Balai Besar B. Bagian Umum: 1. Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha 2. Sub Bagian Keuangan 3. Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan C. Bidang Program dan Evaluasi: 1. Seksi Program 2. Seksi Evaluasi dan Pelaporan D. Bidang Pelayanan Veteriner: 1. Seksi Pelayanan Teknis 2. Seksi Informasi Veteriner E. Kelompok Jabatan Fungsional Hal 2 dari 117

14 BBVet Wates mempunyai tugas melaksanakan pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan serta pengembangan teknik dan metode penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner. Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, BBVet Wates Yogyakarta menyelenggarakan fungsi: 1. Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran, pelaksanaan kerja sama, serta penyiapan evaluasi dan pelaporan; 2. Pelaksanaan penyidikan penyakit hewan; 3. Pelaksanaan penyidikan melalui pemeriksaan dan pengujian produk hewan; 4. Pelaksanaan surveilans penyakit hewan, dan produk hewan; 5. Pemeriksaan kesehatan hewan, semen, embrio, dan pelaksanaan diagnosa penyakit hewan; 6. Pembuatan peta penyakit hewan regional; 7. Pelaksanaan pelayanan laboratorium rujukan dan acuan diagnosa penyakit hewan menular; 8. Pelaksanaan pengujian dan pemberian laporan dan/atau sertifikasi hasil uji; 9. Pelaksanaan pengujian forensik veteriner; 10. Pelaksanaan peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness); 11. Pelaksanaan kajian terbatas teknis veteriner; 12. Pelaksanaan pengujian toksikologi veteriner dan keamanan pangan; 13. Pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, pusat kesehatan hewan, dan kesejahteraan hewan; 14. Pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan dan pengujian veteiner, serta bimbingan teknis penanggulangan penyakit hewan; 15. Pelaksanaan analisa risiko penyakit hewan dan keamanan produk hewan di regional; 16. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner; Hal 3 dari 117

15 17. Pengkajian batas maskimum residu obat hewan dan cemaran mikroba; 18. Pemberian pelayanan teknis penyidikan, pengujian veteriner dan produk hewan, serta pengembangan teknik dan metoda penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner; 19. Pelaksanaan pengembangan dan diseminasi teknik dan metoda penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner; 20. Pengembangan sistem dan diseminasi informasi veteriner; 21. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan; 22. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga BBVet I. 3. Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta pada tahun 2016 secara keseluruhan berjumlah 128 orang, dengan perincian berdasar jabatan, golongan, tingkat pendidikan dan jenis kelamin sebagai berikut: A. Berdasarkan jabatan struktural 1) Pejabat eselon II : 1 orang 2) Pejabat eselon III : 3 orang 3) Pejabat eselon IV : 7 orang Gambar 1 Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan Struktural Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016 Hal 4 dari 117

16 B. Berdasarkan golongan 1) Golongan IV : 13 orang 2) Golongan III : 69 orang 3) Golongan II : 9 orang 4) Tenaga Harian Lepas (THL) : 37 orang Gambar 2. Jumlah pegawai berdasar golongan 70 BERDASAR GOLONGAN GOL IV GOL III GOL II THL Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016 C. Berdasarkan tingkat pendidikan 1) Pendidikan S3 : 1 orang 2) Pendidikan S2 : 42 orang 3) Pendidikan S1 : 13 orang 4) Pendidikan D4 : 2 orang 5) Pendidikan D3 : 17 orang 6) Pendidikan SMA : 30 orang 7) Pendidikan SMP : 2 orang 8) Pendidikan SD : 1 orang Hal 5 dari 117

17 Gambar 3. Jumlah pegawai berdasar jenis tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan S3 S2 S1 D4 D3 SMA SMP SD Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016 D. Berdasarkan jenis kelamin 1) Laki laki : 73 orang 2) Perempuan : 55 orang Gambar 4. Persentase jumlah pegawai berdasar jenis kelamin Jenis Kelamin 57% 43% Laki laki Perempuan Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016 E. Berdasarkan unit kerja / bagian: 1) Kepala Balai : 1 orang 2) Kepala Bagian Umum : 1 orang Hal 6 dari 117

18 KaBalai Kabag Umum Bid.Program Bid.Yanvet Keu RTP Kepeg TU Lab L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T. A ) Bidang Program dan Evaluasi : 3 orang 4) Bidang Pelayanan Veteriner : 5 orang 5) Seksi Keuangan : 9 orang 6) Seksi Rumah Tangga Perlengkapan : 31 orang 7) Seksi Kepegawaian dan TU : 11 orang 8) Laboratorium : 67 orang Gambar 5. Persentase jumlah pegawai berdasar unit kerja/bagian Unit Kerja Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016 F. Berdasarkan unit laboratorium dan teknis 1) Lab Patologi Klinik : 3 orang 2) Lab Patologi : 6 orang 3) Lab Serologi : 6 orang 4) Lab Virologi : 6 orang 5) Lab Bioteknologi : 7 orang 6) Lab Parasitologi : 7 orang 7) Lab Bakteriologi : 7 orang 8) Lab Kesmavet : 8 orang Hal 7 dari 117

19 Pat.Klinik Patologi Serologi Virologi Biotek Parasitologi Bakteriologi IKHP Kesmavet Epidemiologi L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T. A ) Lab Epidemiologi : 9 orang 10) Instalasi Kandang Percobaan : 8 orang Gambar 6. Persentase jumlah pegawai berdasar unit laboratorium dan teknis Unit Lab Sumber data : Balai Besar Veteriner Wates 2016 I. 4. Anggaran Keuangan Dalam menjalankan program/kegiatan tahun 2016 yang telah disusun, Balai Besar Veteriner Wates mendapatkan dukungan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Anggaran pembangunan dari APBN digunakan untuk membiayai 4 (empat) kegiatan yang dikelola BBVet Wates dengan total anggaran Rp ,-. Tabel 1. Rincian Alokasi Anggaran BBVet Wates tahun anggaran 2016 No Kode Kegiatan Anggaran Peningkatan Produksi Pakan Ternak Rp , Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing Rp ,- Rp ,- Hal 8 dari 117

20 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan Rp ,- JUMLAH Rp ,- Kegiatan 1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak Pagu (Rp.) Anggaran Target ( %) Real ( % ) 1.1 Pengujian Keamanan Pakan/Bahan Pakan 239,400, ,84 2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan 2.1 Penguatan Pengujian dan Penyidikan Veteriner 7,814,776, , Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular 162,450, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies 115,550, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza 431,450, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis 200,250, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax 106,300, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera 159,250, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral 207,900, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial 148,500, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter 325,900, , Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi 1,810,401, , Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan Antar Wilayah 108,150, , Surveilans Penyakit Hewan di UPT 335,750, , Fasilitas PNBP Lab. Pengujian Veteriner 297,950, , Pembinaan dan koordinasi Kesehatan Hewan 422,000, , Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 52,700, , Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 26,600, ,99 3 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) 3.1 Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba 771,150, , Pengadaan Sarana dan Prasarana Lab. Kesmavet 382,140, , Surveilance Zoonosis Produk Hewan 87,826, ,80 4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan 4.1 Perumusan Kebijakan Perencanaan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan 4.2 Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan 202,000, ,80 105,400, ,22 Hal 9 dari 117

21 4.3 Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan serta Penatausahaan Barang Milik Negara 4.4 Ketatalaksanaan Organisasi Kepegawaian, Hukum serta Tata Usaha 187,642, ,22 316,800, , Layanan Perkantoran (Bulan Layanan) 9,135,593, ,87 JUMLAH BELANJA 24,153,828, ,15 I. 5. Sistematika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Laporan Akuntabilitas Kinerja memberikan penjelasan mengenai pencapaian kinerja BBVet Wates selama tahun Capaian Kinerja (performance results) tahun 2016 tersebut dibandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreements) tahun 2016 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini dapat memungkinkan diidentifikasikannya celah-celah kinerja (performance gaps) bagi perbaikan kinerja di masa mendatang. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar Veteriner Wates Tahun 2016 berpedoman pada PP Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri PAN dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, sebagai berikut: Bab I - Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas tujuan dan sasaran organisasi, aspek strategis Balai Besar Veteriner Wates, struktur organisasi, serta struktur anggaran; Bab II - Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Balai Besar Veteriner Wates Tahun 2016 meliputi Rencana Strategis BBVet Wates Hal 10 dari 117

22 Tahun , Indikator Kerja Utama dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016; Bab III - Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016, menjelaskan kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran, evaluasi dan analisis capaian sasaran strategis, capaian kinerja lainnya, akuntabilitas keuangan, hambatan dan kendala (aspek administrasi, manajemen dan teknis) serta upaya dan tindak lanjut berikutnya. Bab IV - Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Besar Veteriner Wates Tahun 2016 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang. Hal 11 dari 117

23 BAB II. PERJANJIAN KINERJA II. 1. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) Rencana Strategis (renstra) adalah dokumen perencanaan strategis pelaksanaan arah dan kebijakan pekerjaan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Balai Besar Veteriner Wates. Renstra BBVet Wates merupakan rujukan dalam penyusunan kebijakan umum anggaran, prioritas program dan kegiatan tahunan balai pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Rencana Strategis BBVet Wates juga digunakan sebagai dasara penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN). Oleh karena itu muatan utama Renstra adalah semua program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh balai dalam konteks akuntabilitas kinerja dan manajerial yang mencakup kegiatan yang dibiayai oleh dana APBN. Renstra akan menjadi sistem tolok ukur penilaian pertanggungjawaban Rencana Strategis Balai Besar Veteriner Wates Tahun yang merupakan penjabaran RPJM dan RPJP Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Oleh karenanya, Renstra BBVet Wates mengacu kepada dokumen-dokumen perencanaan seperti berikut: 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kementerian Pertanian Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Pertanian Tahun Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun

24 5. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun Rencana Strategis Direktorat Kesehatan Hewan Tahun II.1.A. Visi dan Misi Visi dan Misi dirumuskan dan diselaraskan dengan arah kebijakan dan program pembangunan nasional yang ditetapkan di dalam RPJMN dan situasi kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja BBVet Wates. Visi Pembangunan Balai Besar BBVet Wates dirumuskan di dalam RPJM dan Rencana Strategis yang akan dicapai selama lima tahun mulai tahun 2015 sampai dengan 2019, yaitu: Terwujudnya pelayanan prima melalui pengamatan dan pengidentifikasian penyakit hewan, pengembangan metode surveilans dan pengujian veteriner yang berbasis laboratorium terakreditasi Sejalan dengan visi BBVet Wates, maka diperlukan rumusan mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang mencerminkan apa yang akan dapat dicapai (pada level dampak) dan bagaimana mencapainya dalam periode tertentu, beserta ukuranukuran pencapaiannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, misi yang harus dilaksanakan, yaitu: (1) Mempertahankan dan meningkatkan status akreditasi laboratorium agar mendapat pengakuan secara internasional. (2) Meningkatkan pemberdayaan sumberdaya manusia agar mampu mengantisipasi perubahan global. (3) Meningkatkan profesionalisme di bidang veteriner terutama pengamatan dan pengidentifikasian penyakit hewan. Hal 13 dari 117

25 (4) Membangun dan mengelola sistem informasi veteriner dalam penyediaan data dan informasi hasil pengamatan dan pengidentifikasian penyakit hewan yang valid, akurat dan tepat waktu. (5) Membangun partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penanganan kesehatan hewan dan kesehatan manusia serta kesehatan lingkungan secara terpadu. II.1.B. Tujuan dan Sasaran Strategi Selaras dengan visi dan misi balai, BBVet Wates menetapkan tujuan dan sasaran strategis yang merupakan kondisi yang ingin diwujudkan selama lima tahun ke depan. Adapun tujuan BBVet Wates terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus yaitu : A. Tujuan Umum: Peningkatan peran sebagai laboratorium penyidikan, pengujian dan diagnostik sebagai laboratorium rujukan melalui peningkatan pemanfaatan sumber daya dan teknologi dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengendalian kegiatan balai. B. Tujuan Khusus: 1) Peningkatan penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana serta dana yang tersedia dalam meningkatkan daya saing. 2) Peningkatan kompetensi teknis sumberdaya manusia yang tersedia untuk melayani pemangku kepentingan dan tantangan era globalisasi. 3) Peningkatan pelayanan di bidang pengamatan dan identifikasi penyakit hewan melalui kegiatan surveillans, pemetaan, peringatan dini, pemeriksaan dan pengujian serta pelaporan. 4) Peningkatan kemampuan manajemen aparatur melalui pengembangan sistem informasi veteriner terutama Hal 14 dari 117

26 pengelolaan sistem informasi laboratorium dalam mengantisipasi era globalisasi. C. Sasaran : a) Peningkatan pengamatan (Surveillans) untuk memperoleh data status hewan atau status kesehatan hewan, meningkatkan kewaspadaan dini, meningkatkan teknik diagnosis dan pengembangan metoda pengujian di wilayah BBVet Wates dengan peningkatan pengelolaan (manajemen) yang mencakup penyusunan program, monitoring dan evaluasi serta perbaikan yang berkesinambungan (continues improvement). b) Peningkatan kegiatan pengamanan yang mencakup dukungan laboratorium terhadap penetapan dan pengamanan kawasan PHMS, penerapan biosafety dan biosecurity, pengebalan hewan (monitoring hasil vaksinasi), pengawasan lalu lintas hewan dan produk hewan dan kesiagaan darurat veteriner serta pengawasan kewaspadaan dini. c) Peningkatan kegiatan penyidikan atas kasus atau wabah, pelayanan laboratorium rujukan dan diseminasi teknik dan metoda. d) Peningkatan pengujian aktif maupun pasif dan pengembangan pengujian. II.1.C. Program Kerja dan Kegiatan Sesuai dengan tugas dan fungsi yang mengacu kepada Renstra BBVet Wates disusun program kerja dan kegiatan sebagai berikut : Pengamatan dan Pengidentifikasian Diagnosa a) Pelaksanaan penyidikan penyakit hewan; b) Pelaksanaan penyidikan melalui pemeriksaan dan pengujian produk hewan; c) Pelaksanaan surveillans penyakit hewan, dan produk hewan; Hal 15 dari 117

27 d) Pemeriksaan kesehatan hewan, semen, embrio, dan pelaksanaan diagnosa penyakit hewan; e) Pembuatan peta penyakit hewan regional; f) Pelaksanaan analisa risiko penyakit hewan dan keamanan produk hewan di regional; g) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner. Pengujian Veteriner dan Produk Hewan a) Pelaksanaan pengujian dan pemberian laporan atau sertifikasi hasil uji; b) Pelaksanaan pengujian forensik veteriner; c) Pelaksanaan pengujian toksikologi veteriner dan keamanan pangan; d) Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan. Pengembangan Teknik dan Metoda a) Pelaksanaan kajian terbatas teknis veteriner; b) Pengkajian batas maskimum residu obat hewan dan cemaran mikroba; c) Pemberian pelayanan teknis penyidikan, pengujian veteriner dan produk hewan, serta pengembangan teknik dan metoda penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner; d) Pelaksanaan pengembangan dan diseminasi teknik dan metoda penyidikan, diagnosa dan pengujian veteriner. Peningkatan Partisipasi Masyarakat a) Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran, pelaksanaan kerja sama, serta penyiapan evaluasi dan pelaporan; b) Pelaksanaan peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness); Hal 16 dari 117

28 c) Pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, pusat kesehatan hewan, dan kesejahteraan hewan; d) Pelaksanaan pelayanan laboratorium rujukan dan acuan diagnosa penyakit hewan menular; e) Pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan dan pengujian veteriner, serta bimbingan teknis penanggulangan penyakit hewan; f) Pengembangan sistem dan diseminasi informasi veteriner; g) Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga BBVet. II. 2. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Untuk mewujudkan, visi, misi dan tujuan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, sasaran yang ingin dicapai maka disusun sasaran strategis. Masing-masing sasaran tersebut mempunyai indikator yang ingin dicapai selama kurun waktu yang selanjutnya disebut Indikator Kinerja Utama (IKU). II.2.A. Indikator Kinerja Utama (IKU) BBVet Wates Tabel 2. Indikator Kinerja Utama BBVet Wates Tahun No Sasaran strategis Indikator/Outcome Target Peningkatan pengamatan (surveillans) untuk memperoleh data status hewan atau status kesehatan hewan, meningkatkan kewaspadaan dini, meningkatkan teknik diagnosis dan pengembangan metoda pengujian di wilayah BBVet Wates. a. Penurunan kasus penyakit (%) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 b. Hasil dari tindak lanjut rekomendasi teknis dari Balai terhadap institusi dinas peternakan yang terkait untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan penyakit hewan(%) , Peningkatan kegiatan pengamanan penyakit PHMSZ a. Dukungan laboratorium terhadap penetapan PHMSZ (%) Hal 17 dari 117

29 3 Peningkatan kegiatan penyidikan atas kasus atau wabah, pelayanan laboratorium rujukan dan diseminasi teknik dan metoda. 4 Peningkatan pengujian aktif maupun pasif dan pengembangan pengujian 5 Surveilans, pengujian dan sertifikasi status kesehatan hewan untuk meningkatkan nilai ekonomi ternak termasuk sebagai jaminan asuransi dan agunan perbankan b. Kawasan pengamanan PHMSZ (kab) c. Penerapan biosafety dan biosecurity (Unit) d. Pengebalan hewan (monitoring hasil vaksinasi) (%) e. Pengawasan keamanan produk hewan (Kab) f. kesiagaan darurat veteriner serta pengawasan kewaspadaan dini (kab) Hasil dari tindak lanjut rekomendasi teknis dari Balai terhadap institusi dinas peternakan yang terkait untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan kasus atau wabah penyakit hewan (%). Hasil dari tindak lanjut rekomendasi teknis dari Balai terhadap institusi dinas peternakan terkait hasil pengujian (%) Kawasan ternak dan wilayah sumber bibit (kabupaten) ,5 0,6 0,7 0,8 0, , II.2.B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Rencana Kinerja Tahunan (RKT) BBVet Wates disusun di dalam Rencana Strategis tahun 2016 yang mendukung Program Ditjen PKH yaitu Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat. Rencana Kinerja BBVet Wates Tahun 2016 memuat empat (4) kegiatan utama yaitu: (1) Peningkatan produksi pakan ternak; (2) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis; (3) Penjaminan produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan (4) Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya yang kemudian menjadi Hal 18 dari 117

30 sasaran kinerja (output) yang tertuang dalam IKU dan PK. Penjabaran dari 4 Kegiatan utama tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan BBVet Wates Tahun 2016 Kode Uraian Kegiatan dan Sub Kegiatan Vol 1783 Pengujian Keamanan Pakan/ Bahan Pakan Harga Satuan (Rp) Anggaran (Rp) 011 Menjamin keamanan pakan/ bahan pakan yang beredar 900 Sampel 250,000, ,000, Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis 011 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan a. Penguatan pengujian dan penyidikan veteriner di UPT b. Peningkatan pelaksanaan kesehatan hewan di UPT Perbibitan 1 Laporan 11,543,655,000 11,543,655,000 3,680 Sampel 1,753,841,000 1,753,841,000 c. Pengadaan sarana dan prasarana 1 paket 1,500,000,000 1,500,000,000 pengujian d. Fasilitasi PNBP/BLU 1 Tahun 595,900, ,900,000 e. Gedung, tanah dan bangunan 10 Unit f. Peningkatan Kompetensi SDM 1 Laporan 100,000, ,000,000 g. Surveillance. Monitoring penyakit hewan 1 Laporan 4,674,574,000 4,674,574,000 h. Penyidikan penyakit hewan dan wabah penyakit 1 Laporan 433,450, ,450,000 i. Rapat koordinasi Penanggulangan PHMS 1 laporan 100,000, ,000, Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing Penerapan Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (unit usaha) a. Surveilans Zoonosis pada produk hewan 1 Laporan 200,000, ,000,000 b. Monitoring dan surveilans cemaran 1,800 sampel 500, ,000,000 mikroba c. Fasilitasi Peralatan Laboratorium 1 paket 1,000,000,000 1,000,000,000 d. Parkir mobil 120 M2 416,000 50,000,000 e. Rapat koordinasi Kesmavet 1 Laporan 50,000,000 50,000,000 f. Operasional Lab. Kesmavet 1 Tahun 1,000,000,000 1,000,000,000 g. Penguatan pengujian produk hewan 1 paket 350,000, ,000,000 h. Peningkatan Kompetensi SDM 1 Laporan 9,500,000 9,500, Dukungan Manajemen dan dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan 011. A Penyusunan Program/Anggaran 1 Laporan 994,550, ,550,000 B Apresiasi Perencanaan Pembangunan (Pemantapan Pelaksanaan/Perencanaan Kegiatan) 1 Laporan 280,000, ,000,000 Hal 19 dari 117

31 011. A Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Pembangunan Peternakan dan Keswan 021. A Penyusunan Laporan dan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 1 Laporan 192,000, ,000,000 1 Laporan 60,000,000 60,000, Pelaporan SAK dan SIMAK BMN 1 Laporan 274,000, ,000, Koordinasi Kesekretariatan 1 Laporan 844,000, ,000, A. Pengadaan Sarana dan Prasarana 1 paket 1,864,752,000 1,864,752,000 B Kendaraan Bermotor (Bus) 1 Unit 900,000,000 C Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 1 Unit 15,000,000 15,000,000 D Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 4 Unit 25,000,000 25,000,000 E Perwatan Gedung/Bangunan 1 laporan 263,500, ,500,000 F Gaji pegawai 1 Tahun 7,008,000,000 7,008,000,000 G Belanja Operasional 1 laporan 10,643,850,000 10,643,850,000 H Koordinasi dan Bimbingan Teknis 1 paket 343,000, ,000,000 I Pembinaan dan koordinasi 1 laporan 665,000, ,000,000 J Penguatan kelembagaan 1 laporan 603,000, ,000,000 K Pengelolaan Kegiatan PPID 1 Laporan 350,000, ,000,000 L Pengelolaan Kearsipan 1 Laporan 100,000, ,000,000 M USULAN PEMENUHAN SARANA DAN PRASARANA A Keg. Pembangunan kontruksi: a. Gedung pelayanan publik 100 M2 2,750, ,000,000 b. Renovasi gedung lab.zoonosis 50 M2 1,500,000 75,000,000 c. Pembangunan gedung arsip 100 M2 3,500, ,000,000 d. Sekat aula BBVet 34 M2 2,250,000 76,500,000 e. Doorlop lab. Biotek-Ruang Pool 20 M2 6,250, ,000,000 f. Renovasi ruang administrasi IKHP 50 M2 390,000, ,000,000 g. Pengerasan jalan antar kandang di IKHP 150 M2 350,000 52,500,000 h. Pelebaran ruang jatayu (Ruang minum dan makan di lab) 100 M2 800,000 80,000,000 i. Pengecatan Genteng 3,000 M2 66, ,800,000 j. Lapangan olahraga 648 M2 12,312,000 19,000 B. Pengadaan Bus antar jemput pegawai 1 unit 900,000, ,000,000 N PENUGASAN TAMBAHAN DIRJEN a. Pembinaan Kelompok VBC b. Pembinaan Laboratorium Type B dan C 1 Laporan 65,000,000 65,000,000 c. Pembinaan Medik dan paramedik 1 Laporan 120,000, ,000,000 d. Pembinaan / Desain Biosecurity di BB/BPTU Perbibitan Ternak 1 Laporan 50,000,000 50,000,000 e. Pembinaan Puskeswan 1 Laporan 158,000, ,000,000 JUMLAH 51,770,684,000 Hal 20 dari 117

32 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 Penerapan standar pelayanan 1. Terpenuhinya standar pelayanan prima 2 Pelatihan Kompetensi Tenaga Teknis yang berkelanjutan 3 Pendayagunaan peran Kelembagaan dan SDM 4 Ketersediaan Sistem Informasi Data 5 Pelayanan kesehatan hewan BBVet Wates diarahkanke wilayah padat ternak dan wilayah suber bibit ternak untuk mendukung program pemenuhan pangan asal ternak melalui industrialisasi dan agribisnis peternakan rakyat. 2. Adanya pelatihan tenaga teknis yang berkelanjutan 3. Berfungsinya peran kelembagaan dan SDM secara optimal 4. Tersedianya sistem data base laboratorium 5. Peningkatan pemenuhan pelayanan kesehatan di wilayah padat ternak dan wilayah sumber bibit 1. Dibuatnya petunjuk standar pelayanan teknis 2 paket 2. Adanya paket pelatihan untuk staf laboratorium dan staf administrasi 3. Sistem kelembagaan yang optimal dan didukung oleh peran SDM yang berkuwalitas 4. Tersedianya sistem informasi data yang akurat 5. Kesehatan ternak di wilayah sumber bibit dan wilayah padat ternek terpantau. II. 3. PERJANJIAN KINERJA (PK) Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan. Melalui Perjanjian Kinerja, terwujud komitmen penerima tugas dan kesepakatan antara penerima dan pemberi tugas atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Dokumen tersebut memuat sasaran strategis, indikator kinerja, beserta target kinerja dan anggaran. II.3.A. Perjanjian Kinerja BBVet Wates T. A Penyusunan perjanjian kinerja instansi mengacu kepada Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan, Indikator Kinerja Utama dan anggaran. Hal 21 dari 117

33 Perjanjian kinerja pada tabel berikut merupakan Perjanjian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates Tahun Anggaran Tabel 4. Perjanjian Kinerja BBVet Wates Tahun 2016 No. Sasaran Kegiatan/ Program 1. Peningkatan Produksi Pakan Ternak 2. Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Z Indikator Kinerja Terlaksananya Surveilans Keamanan Pakan/Bahan Pakan Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan Target 900 Sampel Sampel Penyusunan Peta Penyakit 3 Peta Hewan Pengembangan Metode 3 Metode Diagnosa dan Pengujian Penyakit Hewan Bimbingan Teknis Laboratorium 12 Unit Tipe B dan Tipe C Bimbingan Teknis Puskeswan 100 Unit 3. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing 4. Dukungan Manajemen dan Dukungan Manajemen Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada Sapi/ Kerbau Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba Surveilans Zoonosis Produk Hewan Dukungan Manajemen dan Dukungan Manajemen Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Ekor Sampel 200 Sampel 1 Dokumen Penjabaran Perjanjian Kinerja dituangkan dalam kegiatan-kegiatan Balai Besar Tahun 2016 sebagai berikut: No Kegiatan 1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak 1.1 Pengujian Keamanan Pakan/Bahan Pakan 2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Hal 22 dari 117

34 2.1 Penguatan Pengujian dan Penyidikan Veteriner 2.2 Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular 2.3 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies 2.4 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza 2.5 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis 2.6 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax 2.7 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera 2.8 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral 2.9 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial 2.10 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter 2.11 Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi 2.12 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan Antar Wilayah 2.13 Surveilans Penyakit Hewan di UPT 2.14 Fasilitas PNBP Lab. Pengujian Veteriner 2.15 Pembinaan dan koordinasi Kesehatan Hewan 2.16 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 2.17 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 3 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) 3.1 Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba 3.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana Lab. Kesmavet 3.3 Surveilance Zoonosis Produk Hewan 4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan 4.1 Perumusan Kebijakan Perencanaan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan 4.2 Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan 4.3 Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan serta Penatausahaan Barang Milik Negara 4.4 Ketatalaksanaan Organisasi Kepegawaian, Hukum serta Tata Usaha 4.5 Layanan Perkantoran (Bulan Layanan) II.3.B. Rencana Anggaran Tahun 2016 Pada tahun 2016 Balai Besar Veteriner Wates melaksanakan kegiatan dengan memperoleh anggaran dari APBN sebesar Rp ,- (dua puluh empat milyar seratus lima puluh tiga juta delapan ratus dua puluh Hal 23 dari 117

35 delapan ribu rupiah). Rincian penggunaan anggaran tahun 2016 adalah untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Tabel 5. Rincian anggaran BBVet Wates tahun 2016 No. Sasaran Kegiatan/ Program Anggaran % 1. Peningkatan Produksi Pakan Ternak Rp ,- 0,99 2. Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Z Rp ,- 52,69 3. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing 4. Dukungan Manajemen dan Dukungan Manajemen Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Rp ,- 5,14 Rp ,- 41,18 Hal 24 dari 117

36 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA III. 1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Balai Besar Veteriner Wates telah melaksanakan penilaian kinerja dengan mengacu kepada Penetapan Kinerja BBVet Wates tahun 2016 yang telah disepakati. Penilaian dilakukan oleh tim pengelola kinerja untuk mengevaluasi dan mengukur data kinerja yang hasil penilaian tersebut dapat memberikan gambaran keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran. Dari hasil pengumpulan data selanjutnya ditentukan kategori kinerja sesuai dengan tingkat capaian kinerja yaitu: Tabel 6. Skala Nilai Peringkat Kinerja No Interval Nilai Realisasi Kinerja Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja 1 > 100 % Sangat Berhasil % Berhasil % Cukup berhasil 4 < 60 % Kurang berhasil 25

37 III. 2. Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2016 Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh Balai Besar Veteriner Wates dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Indikator kinerja sebagai ukuran keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis BBVet Wates Yogyakarta beserta target dan capaian realisasinya dirinci sebagai berikut: Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja BBVet Wates tahun 2016 No Sasaran/ Program/ Kegiatan INDIKATOR KINERJA SATUAN Target Realisasi % KRITERIA 1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak 2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis Terlaksananya surveilans keamanan pakan/ bahan pakan Penyidikan Pengujian Hewan Penyusunan Penyakit Hewan dan Penyakit Peta Pengembangan Metode Diagnosa dan Pengujian Penyakit Hewan : - PCR Camphylobacter, - Mapping Virus AI secara Antigenik, - Pengujian Residu Hormon Trembolon acetate Menggunakan GCMS Bimbingan Lab. Tipe B dan Lab Tipe C Sampel ,00 Sangat Berhasil Sampel ,91 Sangat Berhasil Peta ,00 Berhasil Metode ,00 Berhasil Unit ,00 Berhasil Bimbingan Puskeswan Penyidikan Pengujian Reproduksi Teknis dan Gangguan Unit ,00 Sangat Berhasil Dosis Sangat Berhasil 3 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan berdaya saing Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba Sampel Sangat Berhasil Surveilans Produk Hewan Zoonosis Sampel Sangat Berhasil 4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dokumen Berhasil Hal 26 dari 117

38 Surveilans Keamanan Pakan Penyidikan PHM Peta PHM Pengembangan Metode Bimbingan Lab Bintek Puskeswan Gangrep Residu CM Zoonosis Dukungan Manajemen L A P O R A N K I N E R J A B B V E T W A T E S T. A Dari tabel di atas diketahui sasaran Strategis BBVet Wates pada tahun 2016 memiliki 4 (empat) sasaran strategis dengan 10 (sepuluh) indikator kinerja. Pada tahun 2016, secara rerata capaian sasaran strategis BBVet Wates adalah 108,2% dengan penilaian kriteria masuk ke dalam kriteria sangat berhasil. Dari 10 sasaran strategis tersebut, 6 indikator telah memenuhi target yang telah ditetapkan dengan penilaian sangat berhasil, dan 4 indikator yang memenugi target dengan penilaian berhasil. Capaian yang tertinggi terdapat pada indikator Bimbingan Teknis Puskeswan, dengan persentase capaian 123,00%. Dari tabel di atas juga dapat ditunjukkan bahwa tidak ada indikator kinerja yang mendapatkan nilai cukup berhasil ataupun kurang berhasil. Gambar 7. Realisasi capaian Perjanjian Kinerja BBVet Wates Tahun 2016 Realisasi Perjanjian Kinerja BBVet Wates 125% 120% 123% 114% 111% 110% 100% 100% 100% 100% 104% 100% 75% % Target Hal 27 dari 117

39 Dalam rangka mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan dari suatu organisasi/instansi maka perlu dilakukan analisis dengan membandingkan keluaran (output) pada suatu periode (Tahun Anggaran) dengan output dari periode sebelumnya. Pada Laporan Akuntabilitas Kinerja BBVet Wates ini capaian kinerja sasaran tahun 2016 dibandingkan terhadap capaian kinerja dari tahun Tabel 8. Capaian Kinerja BBVet Wates dari tahun INDIKATOR KINERJA Target Realisa si % Target Realisa si % Target Realisa si % Target Realisa si % Target Surveilans keamanan pakan % % Realisa si % Penyidikan dan Pengujian PHM % % % % % Penyusunan Peta PHM % % % % % Pengembangan Metode Diagnosa Lab % % % % Bimbingan Lab. Tipe B dan Lab Tipe C % % % % Bimbingan Teknis Puskeswan % % % % Penyidikan dan Pengujian Gangrep % % Monitoring dan Surveilans Residu dan CM % % Surveilans Zoonosis Produk Hewan % % Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya % % Rerata Kinerja Fisik % % % % % Hal 28 dari 117

40 Gambar 8. Capaian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates T.A Dari data tabel diatas, dapat dilihat bahwa capaian sasaran kegiatan secara umum selalu lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa BBVet Wates mempunyai kemampuan pencapaian target kinerja yang lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2016 target tercapai sejumlah 108,2% yang walaupun terjadi penurunan dibandingkan tahun 2015 (128,8%) namun hal ini menunjukkan adanya perbaikan penilaian antara perencanaan fisik dengan implementasi. Di dalam penilaian kinerja, terdapat satu hal yang cukup penting yaitu ketepatan keputusan perencanaan kinerja dibandingkan dengan hasil yang diperoleh (implementasi). Ketepatan dapat berupa ketepatan realisasi fisik dan realisasi anggaran. Selama periode penilaian selama lima tahun dari 2012 hingga 2016, Ketepatan Perencanaan-implementasi BBVet Wates dapat diamati pada grafik di bawah ini. Hal 29 dari 117

41 Gambar 9. Akurasi perencanaan vs implementasi BBVet Wates Standar penilaian adalah semakin tepatnya (100%) sebuah perencanaan kinerja dibanding implentasi menunjukkan semakin real keseimbangan antara beban kinerja fisik dan juga kebutuhan anggaran yang tersedia. Pada grafik di atas terlihat bahwa akurasi perencanaan paling rendah adalah pada tahun 2013, yaitu dengan angka persentase -22,4%, semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, diketahui akurasi perencanaan vs implementasi semakin meningkat dengan nilai akurasi 80,1%. Selain akurasi perencanaan, hal yang perlu diamati pada penilaian kinerja BBVet Wates adalah Cross Sectional Analysis yaitu merupakan perbandingan dua parameter untuk melihat keterkaitan. Pada kinerja BBVet Wates dapat dilihat perbandingan antara ketersediaan anggaran dengan realisasi kinerja. Hal 30 dari 117

42 Gambar 10. Hasil analisa Cross Analysis Anggaran Vs Realisasi Fisik (unit) Gambar 11. Cross Analysis Anggaran vs Realisasi Fisik (%) tahun Hal 31 dari 117

43 Dari kedua analisis Cross Section Analysis di atas terlihat bahwa dari trendline tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 kinerja BBVet Wates mulai mendekati kesetimbangan antara pencapaian kinerja fisik dengan kinerja anggaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin kecilnya rentang trendline antara kedua parameter tersebut. Dari data pelaksanaan kinerja dimulai tahun dapat dilihat bahwa terlihat kebutuhan anggaran semakin meningkat untuk pencapaian kinerja. Pada tahun 2016 diketahui untuk mendapatkan kinerja sejumlah 108,2% dari keseluruhan realisasi fisik dibutuhkan rerata Rp ,- dengan total realisasi fisik sejumlah unit fisik. Kebutuhan anggaran untuk mendapatkan kinerja fisik dari dapat diperhatikan pada grafik di bawah ini. Diharapkan hasil analisis, baik analisis akurasi perencanaan vs implementasi, analisis cross sectional antara anggaran dan realisasi fisik dapat dijadikan dasar pijakan untuk alokasi anggaran dan target fisik Penetapan Kinerja Balai Besar Veteriner Wates untuk tahun-tahun selanjutnya. Gambar 12. Kebutuhan anggaran vs realisasi fisik BBVet Wates Hal 32 dari 117

44 III. 3. Evaluasi dan Analisis Capaian Sasaran Strategis Tahun 2016 III.3.A. Peningkatan Produksi Pakan Ternak Sasaran kinerja ini merupakan sasaran kinerja yang ditugaskan kepada BBVet Wates pada tahun 2015 dan diteruskan pada tahun 2016, sesuai dengan tugas dan fungsi BBVet Wates yang ke-12 yakni Pelaksanaan pengujian toksikologi veteriner dan keamanan pangan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengawasi kualitas pakan ternak yang digunakan oleh peternak di Indonesia terhadap racun, agen penyakit, senyawa kimia berbahaya, residu dan logam berat yang dapat membahayakan bagi ternak dan konsumen produk ternak Dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah Permentan Nomor: 65/Permentan/OT.140/9/2007 tanggal 28 September 2007 tentang Pedoman Pengawasan Mutu Pakan. Peningkatan Produksi Pakan Ternak didukung oleh Kegiatan Surveillans Keamanan Pakan dan Bahan Pakan. Capaian sasaran kegiatan ini adalah dari target sampel 900 didapatkan sampel atau secara persentase % (sangat berhasil). Tabel 9. Capaian Sasaran Peningkatan Produksi Pakan Ternak No Sasaran Program/ Kegiatan Indikator Kinerja Target (sampel) Realisasi (sampel) % 1 Peningkatan Produksi Pakan Ternak Terlaksananya surveilans keamanan pakan/ bahan pakan 900 1, Realisasi serapan anggaran kegiatan ini adalah sejumlah Rp ,- atau mencapai 99,84% dari total rencana anggaran tahunan yang sejumlah Rp ,-. Penyerapan anggaran yang melebihi target Perjanjian Kinerja yang senilai 95,0% adalah karena kelancaran belanja bahan berupa bahan kimia, bahan dan peralatan habis pakai, biaya perjalanan surveilans dan perjalanan pendampingan pengambilan sampel guna mendukung kegiatan pengujian di laboratorium. Hal 33 dari 117

45 Tabel 10. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji surveilans kemanan pakan NO KABUPATEN JUMLAH SAMPEL MBM POSITIF Salmonela Tetrasiklin Amino glikosida Makrolida AFLATOKSIN Terdeteksi 1 Cilacap Kebumen Semarang Pekalongan Sragen Karanganyar+ brebes Kulon Progo Bantul Sleman Kota Jogja Klaten + Salatiga Grobogan Gresik Kota Surabaya Jombang Kediri Total Persentase hasil pengujian 0.10% 0.39% 1.46% 0.68% 0.58% 24.66% Kegiatan laboratorium terhadap pengawasan mutu pakan meliputi pengujian terhadap kandungan Meat Bone Meal (MBM) pada pakan ternak ruminansia, cemaran Salmonella dalam pakan, residu antibiotika golongan Tetrasiklin, Aminoglikosida, Makrolida dan uji cemaran Aflatoksin dalam pakan terutama pakan berbahan dasar jagung. Uji Meat Bone Meal (MBM) diperoleh hasil 0,1% (1/1026) pakan mengandung MBM yang didapatkan dari sampel di Kabupaten Kediri. Penggunaan MBM pada pakan dapat beresiko menimbulkan penyakit sapi gila (Mad Cow/BSE) dari kemungkinan adanya Prion Sapi Gila pada MBM yang terkandung dalam pakan unggas. Uji pakan terhadap cemaran Salmonella diperoleh hasil sebanyak 0,39% (4/1026) positif tercemar Salmonella. Hasil positif diperoleh dari 3 Kabupaten dari 16 lokasi survei yakni Kab. Kulon Progo, Grobogan dan Jombang. Bakteri Salmonella merupakan indikator keamanan pangan. Hal 34 dari 117

46 Uji terhadap residu antibiotik Tetrasiklin didapat 1,46% (15/1026) positif. Hasil positif diperoleh dari 10 Kabupaten dari 16 Kabupaten target sampling. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian antibiotik khususnya Tetrasiklin masih banyak dilakukan dan perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai hal tersebut. Hasil uji racun Aflatoksin pada Pakan sebanyak 24,66% sampel terdeteksi positif (253/1026). Positif Aflatoksin diperoleh dari 15 Kabupaten dari total 16 Kabupaten yang disurvei. Hal 35 dari 117

47 III.3.B. Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Zoonosis Tabel 11. Capaian Sasaran Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Zoonosis. No Sasaran Program/ Kegiatan 2 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis Indikator Kinerja Satuan Target Reali sasi Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan Penyusunan Peta Penyakit Hewan % Sampel ,91 Peta ,00 Pengembangan Metode Diagnosa dan Pengujian Penyakit Hewan Bimbingan Lab. Tipe B dan Lab Tipe C Bimbingan Teknis Puskeswan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi Metode ,00 Unit ,00 Unit ,00 Dosis III. 3.B. 1. Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan merupakan kegiatan utama yang melatar belakangi berdirinya BBVet Wates. Hal ini menjadikan kinerja tersebut selain menjadi tugas dan fungsi utama, juga menjadi indikator utama keberhasilan kinerja BBVet Wates. Tabel 12. Output sasaran kegiatan penyidikan dan pengujian penyakit hewan No OUTPUT Satuan Target Realisasi Persentase VS Target Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Sampel ,54 Hewan Menular 2 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies Sampel ,85 3 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza Sampel ,94 Hal 36 dari 117

48 4 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Sampel ,23 Brucellosis 5 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Sampel ,29 Anthrax 6 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Sampel ,27 Cholera 7 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral Sampel ,38 8 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Sampel ,90 Bakterial 9 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Sampel ,07 Parasiter 10 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Sampel ,00 Perbatasan Negara dan Antar Wilayah 11 Surveilans Penyakit Hewan di UPT Sampel ,25 Jumlah ,91 Capaian sasaran kinerja kegiatan Tahun 2016 sebesar 119,91% (20.027/16.701) (sangat berhasil). Jumlah sampel tersebut berasal dari 11 kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan PHMSZ BBVet Wates T.A termasuk didalamnya 25 sub-kegiatan Surveilans dan Monitoring. Realisasi capaian kinerja Pengendalian dan Penanggulangan PHMS-Z BBVet Wates dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Gambar 13. Hasil surveilans Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan Hal 37 dari 117

49 Gambar 14. Realisasi Surveilans Penyidikan dan Pengujian PHM Tercapainya kinerja melebihi target yang ditentukan, didukung oleh pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan jadwal yang ketat, koordinasi yang baik antara Tim Lapangan dengan Dinas yang membidangi fungsi Peternakan khususnya Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) serta merupakan kegiatan reguler yang telah rutin dilaksanakan setiap tahun. A). Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular Kegiatan surveilans wabah penyakit menular dan tindak lanjut kasus penyakit di wilayah kerja BBVet Wates tahun 2016 mendapatkan pencapaian sejumlah 358 sampel (118,54%) dari target 302 sampel. Pencapaian target yang lebih tinggi ini diartikan bahwa pengamatan kasus di lapangan dapat terlaksana dengan lebih baik dibanding target. Perincian wilayah kabupaten/kota yang dapat dilakukan penyidikan kasus lapangan di masing-masing provinsi adalah seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Hal 38 dari 117

50 Tabel 13. Realisasi lokasi Surveilans Investigasi Wabah. Tanggal Kabupaten Kasus Penyakit 12 Jan 2016 Karanganyar Avian Influenza pada ayam kampung 18 Jan 2016 Sleman Avian Influenza pada itik 16 Feb 2016 Banyumas Kematian sapi perah dan domba Kulonprogo Sleman Kematian ayam buras Kematian itik dana yam buras 18 Feb 2016 Kulonprogo Pemalsuan daging bangkai 24 Feb 2016 Kulonprogo Pemalsuan daging bangkai 22 Maret 2016 Klaten Avian Influenza pada itik 24 Maret 2016 Lamongan Kasus kematian sapi potong 26 Maret 2016 Pati Kematian ayam buras 26 Maret 2016 Lamongan Avian Influenza pada itik Mojokerto Avian Influenza pada ayam broiler 29 Maret 2016 Sragen Avian Influenza pada itik Sukoharjo Avian Influenza pada ayam kampong 30 Maret 2016 Pekalongan Avian Influenza pada unggas Pemalang Avian Influenza pada itik 5 April 2016 Kebumen Kematian ayam kampong Magelang Sleman Kematian sapid dan ayam broiler Kematian itik dana yam broiler 10 April 2016 Sukoharjo Avian Influenza pada itik Tuban Avian Influenza pada entok 16 April 2016 Magelang Kematian ayam kampong Kota Semarang Kematian ayam kampong 17 April 2016 Kulonprogo Kasus gigitan anjing 28 Mei 2016 Kendal Kematian itik 25 Juni 2016 Lamongan Kematian sapi 13 Juli 2016 Bantul Kematian itik 21 Juli 2016 Kulonprogo Kematian unggas (itik) 28 Juli 2016 Grobogan Kematian ayam kampong 4 Agustus 2016 Pacitan Kasus dugaan Anhrax Pamekasan Kasus dugaan Para-TB 15 Agustus 2016 Temanggung Kasus kematian kambing 18 Agustus 2016 Wonogiri Kasus kematian kambing 9 Sept 2016 Wonogiri Kasus dugaan Anthrax 10 Sept 2016 Tegal Kasus kematian itik Sleman Kulonprogo Kasus kematian itik Kasus kematian ayam kampong 13 Sept 2016 Banyumas Kasus kematian Kambing Saanen Hal 39 dari 117

51 11 Oktober 2016 Purbalingga Kasus kematian itik 22 Nov 2016 Wonogiri Kasus kematian sapi 29 Nov 2016 Sleman Kasus kematian sapi PFH 18 Des 2016 Malang Kasus kematian sapi PFH Sleman Kasus kematian ayam dan itik B). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies Kegiatan surveilans penyidikan dan pengujian penyakit Rabies BBVet Wates tahun 2016 mendapatkan pencapaian sejumlah 239 sampel (183,85%) dari target 130 sampel. Pencapaian target yang lebih tinggi ini diartikan bahwa sebaran pengamatan keberadaan penyakit di lapangan dapat terlaksana dengan lebih baik. Tabel 14. Jenis sampel dan hasil uji surveilans rabies TANGGAL JENIS NO KAB / KOTA JUMLAH HASIL PENGAMBILAN SAMPEL 1 Ngawi 23 Februari 2016 Otak 16 Negatif Rabies 2 Sragen 24 Februari 2016 Otak 20 Negatif Rabies 3 Kt. Surakarta 25 Februari 2016 Otak 36 Negatif Rabies 4 Karanganyar 26 Februari 2016 Otak 20 Negatif Rabies 5 Cilacap April 2016 Serum Otak 3 Seropositif 3 Seronegatif 48 Negatif Rabies 3 6 Brebes April 2016 Serum 16 Seronegatif 21 7 Kulon Progo 20 Juni 2016 Otak 19 Negatif Rabies 8 Sleman Juni 2016 Otak 20 Negatif Rabies 9 Bantul Juni 2016 Otak 20 Negatif Rabies Tabel 15. Hasil uji serologis antibodi rabies KABUPATEN / KOTA Status Vaksinasi Hasil Elisa Ab Rabies Prosentase seropositif NO Jumlah Jumlah Sero Sero Vaksin non-vaksin positif negatif 1 Cilacap ,84 % Hal 40 dari 117

52 2 Brebes % Dari hasil uji serologis terhadap darah atau serum dari daerah daerah immune belt (Cilacap, Brebes) terlihat di tabel 15, terlihat bahwa daya imunitas pada daerah immune belt bagian barat adalah 7,84 % karena harapan daerah immune belt adalah 70 % dari populasi yang ada harus protektif rabies, sehingga menjadi seperti ancaman bom waktu yang suatu saat akan meledak atau terjadi out break. Tabel 16. Hasil pengujian FAT Rabies NO KABUPATEN / KOTA JENIS SAMPEL JUMLAH HASIL 1 Ngawi Otak 16 Negatif Rabies 2 Sragen Otak 20 Negatif Rabies 3 Kota Surakarta Otak 36 Negatif Rabies 4 Karanganyar Otak 20 Negatif Rabies 5 Cilacap Otak 3 Negatif Rabies 6 Kulon Progo Otak 19 Negatif Rabies 7 Sleman Otak 20 Negatif Rabies 8 Bantul Otak 20 Negatif Rabies JUMLAH 154 Negatif Rabies Hasil uji FAT menunjukkan dari keseluruhan sampel yang diambil dari delapan kabupaten di wilayah kerja BBVet Wates didapatkan hasil negatif rabies. Hal ini menunjukkan sampel yang diperiksa tidak ada yang berasal dari hewan yang tertular rabies.. Berdasarkan hasil kajian pengawasan dini terhadap penyakit Rabies di daerah Bebas di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan vaksinasi Rabies di lapangan masih jauh dari yang diharapkan, immune belt hanya berkisar 7,84 %. Diharapkan ada peningkatan sebaran vaksinasi rabies terutama untuk daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah positif. Hal 41 dari 117

53 C). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza dikerjakan sebagai salah satu bagian dari sasaran strategis Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan di Balai Besar Veteriner Wates tahun anggaran Kegiatan ini ditargetkan untuk mendapatkan hasil studi surveilans dengan jumlah total target sejumlah 3600 sampel. Kegiatan dibagi menjadi tiga sub kegiatan yaitu : Surveilans AI pada ayam ras petelur, Surveilan penyakit Avian Iinfluenza dan monitoring post vaksinasi pada itik di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta Tahun 2016, dan kegiatan Survei Penyakit Avian Influenza Di Pasar Unggas Hidup (Live Bird Market). Realisasi hasil surveilans adalah 3958 sampel atau capaian 109,94%. - Surveilans AI pada Ayam Ras Petelur Surveilans AI pada ayam ras petelur di wilayah kerja BBVet Wates tahun 2016 bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi penyakit AI pada peternakan ayam ras petelur di DIY, Prov. Jawa Tengah, dan Prov. Jawa Timur, kedua, untuk mengetahui protektivitas ayam petelur terhadap infeksi virus AI berdasarkan antigen homolog dan challange strain, ketiga, untuk mengetahui adanya shedding virus AI akibat infeksi virus AI lapangan yang bersirkulasi pada ayam ras petelur yang telah divaksinasi AI. Dari kegiatan yang telah dikerjakan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengambilan sampel baik sampel serum darah, swab kloaca dan swab oropharing telah tercapai lebih dari 100 % atau tepatnya 101 % (1311/1300) dari target awal yang direncanakan. Salah satu hasil uji diketahui bahwa prevalensi penyakit AI pada ayam ras petelur di Provinsi Jawa tengah adalah 0 %, DI Yogyakarta 0 % dan Hal 42 dari 117

54 untuk Provinsi Jawa timur adalah 5 % karena temuan hasil positif AI di kabupaten Jombang. Tabel 17. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji AI pada ayam petelur - Surveilan penyakit Avian Influenza dan monitoring post vaksinasi pada itik Kegiatan surveilan dan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui viral-prevalence dan sero-prevalence AI subtipe H5 pada itik di daerah studi (Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta) tahun 2016, mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang kemungkinan berperan dalam penularan virus AI pada peternakan itik dan di daerah sekitarnya, dan mengetahui tingkat kekebalan antibodi pada itik-itik yang divaksinasi AI. Sebanyak ekor itik telah disampling selama periode survei dan monitoring dilakukan. Sampel terdiri dari swab oropharingeal (1592), swab cloaca (1264) dan serum (1326) yang berasal dari 58 peternak di 13 kabupaten di Provinsi Jatim dan Jateng. Tabel 18. Lokasi surveilans AI Itik dan jumlah sampel yang terkoleksi No Lokasi / Kabupaten Jumlah Sampel 1 Sidoarjo Mojokerto Temanggung 60 Hal 43 dari 117

55 4 Kebumen Kediri Wonogiri 60 7 Brebes Pemalang 80 9 Blitar Situbondo Banyuwangi Jombang Ngawi 60 JUMLAH 1662 Gambar 15. Proporsi positif AI dari itik tervaksin dan tidak tervaksin Hal 44 dari 117

56 Tabel 19. Proporsi sampel itik terdeteksi antibodi positif Hasil surveilans penyakit AI menunjukkan bahwa viral prevalensi virus AI yang ditemukan pada itik sebesar 10.36%. Prevalensi virus ini lebih tinggi dibanding dengan hasil surveilan tahun 2014 (5.4%) dan tahun 2015 (2.75%). Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kasus di tahun 2016 dan terdapat bias dari hasil positif avian influenza subtype non H5, bukan dari Avian influenza subtype H5/HPAI. - Survei Penyakit Avian Influenza Di Pasar Unggas Hidup (Live Bird Market) Tujuan kegiatan ini adalah untuk menentukan prevalensi penyakit AI di pasar unggas hidup dan mengetahui sumber virus yang menyebabkan kejadian penyakit AI. Output yang diharapkan pada kajian survei penyakit AI di pasar unggas hidup tahun 2016 adalah diperolehnya sampel dari 200 pool swab lingkungan dari pasar unggas di 8 kab/kota pasar unggas hidup di kota besar yang akan diuji menggunakan PCR, Isolasi virus AI. Hal 45 dari 117

57 Berdasarkan tujuan kegiatan ini maka keluaran/outcome yang dihasilkan adalah memperoleh angka tingkat kejadian/ prevalensi penyakit AI. Mengetahui dan mempelajari virus AI yang ada di pasar unggas. Mengetahui pasar unggas yang telah terpapar penyakit AI. Mampu mengambil keputusan/kebijakan, memberikan saran dan tindakan yang nyata dan tepat jika telah terpapar penyakit AI sebagai bentuk pengendalian dan pemberantasan penyakit AI. Tabel 20. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Survei AI di Live Bird Market No Wilayah Povinsi Daerah Kota/Kabupaten Jumlah Sampel (pool) 1 Jawa Tengah Kab. Banyumas Kota Semarang Kota Pekalongan Kab. Pati DI Yogyakarta Kota Yogyakarta 9 3 Jawa timur Kota Blitar Kota Malang Kab. Gresik Gambar 16. Hasil pengujian virus Avian Influenza di Live Bird Market Dari hasil pengambilan sampel di lapangan yang selanjutnya dilakukan pengujian PCR matrik berlanjut ke PCR AI subtipe H5 dan Hal 46 dari 117

58 dilanjutkan ke uji isolasi virus diperoleh hasil dari 91 sampel swab lingkungan menunjukkan prevalensi positif PCR matriks AI sebesar 53% (48/91), prevalensi PCR AI subtipe H5 sebesar 24% (22/91), dan prevalensi sementara uji isolasi virus AI sebesar 7,7% (7/91). Dari hasil uji di atas diketahui 53% pasar unggas yang tercemar virus Influenza dengan 24% tercemar virus AI subtipe H5 dan serta terdapat 8% sampel yang mengandung virus AI hidup dengan mampu terisolasinya virus AI di laboratorium. Hasil surveilan menunjukkan bahwa virus AI telah mencemari lingkungan pasar unggas hidup dan berpotensi sebagai sumber penularan virus AI. D). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis - Survei seroepidemiologi Brucellosis pada sapi perah Provinsi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur Survei seroepidemiologi Brucellosis pada sapi perah bertujuan untuk mengetahui prevalensi, mengetahui sebaran/distribusi Brucellosis, dan mengetahui kerugian ekonomi akibat Brucellosis pada sapi perah di Provinsi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Tabel 21. Lokasi surveilans dan jumlah sampel Survei Brucellosis pada Sapi Perah No. Kabupaten Target Sampel Capaian Target 1 Boyolali Wonosobo Sleman Blitar Kediri Kota Batu Malang JUMLAH Hal 47 dari 117

59 Hasil uji laboratorium, apabila serum diuji RBT hasilnya positif maka dilanjutkan uji CFT untuk peneguhan diagnosa Brucellosis. Hasil penghitungan lokasi yang diambil berdasarkan Kabupaten, Kecamatan dan Desa serta hasil uji CFT apabila uji RBT positif, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 22. Lokasi kegiatan, jumlah spesimen dan hasil uji positif CFT No Kab/Kota Kecamatan Desa Jml CFT(+) 1 Blitar Srengat Kedalrejo 67 0 Udanawu Sumbersari 44 5 Nglegok Nglegok 27 0 Ponggok Candirejo Kediri Kandangan Madewo Kota Batu Batu Oro oro ombo Malang Lawang Sidoluhur Sleman Cangkringan Kepuhharjo Glagahharjo Boyolali Cepogo Sumbung Paras Wonosobo Wonosobo Pager kukuh 94 0 Kramatan 24 0 Jumlah Penilaian akhir survei ini dikatagorikan baik sekali, karena target sampel yang direncanakan sebesar 1000 ekor, dapat terpenuhi sebanyak 1078 sampel, sehingga prosentase penilaian keberhasilan Survei ini adalah 107,8%. Dari hasil Surveilans, Prevalensi Brucellosis pada sapi perah tahun 2016 di Provinsi Jawa Tengah sebesar: 0% (0/290), DI Yogyakarta: 0,79% (2/252) dan Jawa Timur: 1,86% (10/536). Dari hasil pengujian didapatkan hasil 2 ekor reaktor positif brucellosis pada sapi perah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan 10 ekor reaktor positif brucellosis pada sapi perah di Jawa Timur. Semua reaktor positif sudah direkomendasikan ke dinas yang berwenang untuk dilakukan pemotongan bersyarat sesuai peraturan yang berlaku. Hal 48 dari 117

60 - Survei Sero-Epidemiologi Brucellosis pada Sapi di Madura Pasca Pembebasan. Surveillace Brucellosis di wilayah Pulau Madura pasca pembebasan bertujuan mempertahankan status bebas Brucellosis di Madura dan melakukan uji dan potong (test and slaughter) bila dalam perjalanan surveillance didapatkan positif reaktor brucellosis berkolaborasi dengan dinas peternakan setempat Tabel 23. Lokasi dan jumlah sampel kegiatan Survei Brucellosis pada Sapi di Madura No Kabupaten Tanggal Kecamatan Jumlah sampel 1 Sumenep Maret 2106 Rubaru 184 Pasangsang 49 2 Pamekasan April 2016 Waru 65 Kadur 30 Larangan 66 Galis 90 3 Sampang April 2016 Kedungdung 129 Sreseh Bangkalan April 2016 Sepulu Pamekasan Mei 2016 Propo 54 Palegaan 52 Pakong 157 Waru 8 6 Sumenep Mei 2016 Dungklek 69 Gapura 58 Kota Sumenep Pamekasan 8-12 Agustus 2016Waru 36 Batu Mamar 32 Pasean Pamekasan 8-12 Agustus 2016Waru 193 Pasean 122 Pakong 51 Pengantenan 47 9 Pamekasan 8-12 Agustus 2016Larangan 40 Kadur 20 Pademawu 22 Tlanakan 92 Palengan 48 JUMLAH 2331 Hal 49 dari 117

61 Surveilans Brucellosis Pasca Pembebasan pada sapi di Pulau Madura tahun 2016 mendapatkan koleksi sejumlah sampel. Hasil pengujian terhadap semua sampel mendapatkan hasil uji negatif Brucellosis, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 Pulau Madura masih dapat ditetapkan sebagai wilayah bebas Brucellosis, walaupun di Kabupaten Pamekasan 2 sempel terindikasi ada positif RBPT, tetapi setelah dilakukan uji CFT dinyatakan Negatif Brucellosis. E). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax merencanakan target sejumlah 700 sampel selama tahun Dalam pelaksanaannya selama tahun 2016 dapat terkoleksi sejumlah 735 sampel atau persentase keberhasilan sebesar 105,29% (sangat berhasil ). Tujuan dari kegiatan Surveillance Penyakit Anthrax Tahun 2016 ini adalah Untuk mengetahui gambaran penyakit anthrax di daerah endemis anthrax dan deteksi dini adanya anthrax di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates. Tabel 24. Lokasi dan jumlah sampel Penyakit Anthrax No Kabupaten Kecamatan Desa Jenis Sampel Realisasi 1 Semarang Tengaran Krajan Tanah 39 2 Pati Gunung wungkal Gadu Tanah Boyolali Klego dll Karangmojo, dll Tanah Sragen Tanon dll Ketro, dll Tanah 76 5 Karanganyar Gondang rejo Tuban Tanah 47 6 Kab. Blitar Srengat Kendal Rejo Tanah 51 7 Kota Blitar RPH Kota Tanah 37 JUMLAH 735 Hal 50 dari 117

62 Kegiatan Surveillance Anthrax pada daerah endemis Anthrax pada tahun 2016 ini menghasilkan kesimpulan bahwa seluruh 735 sampel dari 7 Kabupaten/ Kota dinyatakan negatif Bacilllus anthracis. Surveillance anthrax dapat melakukan deteksi dini dan dapat mencegah terjadinya wabah kembali. F). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera Kegiatan ini termasuk ke dalam sasaran kegiatan utama dengan jumlah target 704 sampel selama tahun Dalam pelaksanaannya selama tahun 2016 dapat terkoleksi sejumlah 727 sampel atau persentase keberhasilan sebesar 103,27% ( sangat berhasil ). Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat antibodi penyakit Hog cholera atau CSF pada babi di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, mendeteksi keberadaan agen penyakit Hog cholera dari peternakan yang di surveilans, mengidentifikasi dan menganalisa rasio kemungkinan terjadi kasus penyakit CSF, pelaksanaan vaksinasi dan protektifitas kelompok vaksinasi di peternakan babi yang disurveilan. Tabel 25. Lokasi dan jumlah sampel surveilans Penyakit Hog Cholera No Kabupaten/Kota Tanggal pelaksanaan Jumlah sampel 1 Kab Blitar Mei Kab Malang 85 2 Kab Sragen 4-8 April Kab Magetan 70 3 Kab Batang April Kab Semarang 80 4 Kab Karanganyar Februari Kab Wonogiri 80 5 Kab Boyolali Mei Kab Klaten 50 TOTAL SAMPEL 726 Hal 51 dari 117

63 Dari hasil pengujian dapat disimpulkan, untuk keamanan terhadap infeksi, vaksinasi masih dapat diandalkan untuk perlindungan karena hasil perhintungan didapatkan level kekebalan kekebalan sejumlah 70 % dengan tingkat akurasi dan tingkat kepercayaan 99%. Pengujian antigen cupture pada serum babi yang divaksinasi maupun tidak untuk mendeteksi keberadaan virus pada peternakan babi diperoleh hasil semua sampel terdeteksi Negatif sehingga dinyatakan bahwa semua peternakan babi yang di monitoring aman dari penyakit CSF. G). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral Kegiatan ini termasuk ke dalam sasaran kegiatan utama dengan jumlah target 321 sampel selama tahun Dalam pelaksanaannya selama tahun 2016 dapat terkoleksi sejumlah 574 sampel atau persentase keberhasilan sebesar 179,38% (sangat berhasil). Sub kegiatan Tingkat Insidensi Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) Pada Sapi Potong Betina merupakan kegiatan yang menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian target fisik. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah kasus baru penyakit IBR dan jumlah hewan yang terancam dan untuk mengetahui shedding virus IBR dilapangan di wilayah kerja BBVet Wates Yogyakarta. Data hasil pengujian antibody dan juga isolasi virus IBR dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 26. Hasil pengujian antibodi dan Isolasi Virus IBR Kunjungan I Kunjungan II No Kabupaten Pos Antibodi Pos Isolasi Virus Pos Antibodi Pos Isolasi Virus 1 Kab. Tulung Agung Kab. Trenggalek Kab. Rembang Hal 52 dari 117

64 4 Kab. Blora Kab. Gunung Kidul Kab. Bantul Tabel 27. Data positif untuk tingkat insidensi Virus IBR Kunjungan I No Kabupaten Pos Antibodi Pos Isolasi Virus Kunjungan II Pos Antibodi Pos Isolasi Virus 1. Kab. Rembang Kab. Blora Kab. Gunung Kidul Kab. Bantul Hasil pengujian serologi terhadap antibodi IBR sapi potong di 4 kabupaten dengan pengulangan satu kali menunjukkan tingkat laju insidensi yang menurun pada pengambilan berikutnya. Untuk kabupaten Rembang dan Blora dengan jarak pengambilan 3 bulan juga menunjukkan laju insidensi penyakit yang menurun. H). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial Sub-Kegiatan yang termasuk kelompok penyidikan dan pengujian Penyakit Bakterial adalah Surveillans Penyakit Septichaemia Epizootica (SE), Surveillans Salmonellosis pada Ayam Petelur dan Surveilans Penyakit Mastitis pada Sapi Perah. Keseluruhan target sasaran kegiatan adalah pengujian pada 3000 sampel, sedangkan realisasi yang dapat dicapai adalah total 3455 sampel atau tercapai sebesar 108,90% (sangat berhasil). Rincian realisasi sampel kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 28. Realisasi lokasi dan jumlah sampel Surveilan Penyakit Bakterial SE SALMONELLA MASTITIS Jumlah Jumlah Jumlah Kabupaten Kabupaten Kabupaten Sampel Sampel Sampel Blitar 160 Semarang 392 Bantul 16 Lumajang 200 Magelang 256 Kulonprogo 24 Hal 53 dari 117

65 Jember 263 Tulungagung 188 Sleman 241 Bondowoso 228 Kediri 372 Jombang 83 Pasuruan 86 Madiun 56 Blitar 606 Ngawi 110 Bojonegoro 194 Jumlah Sampel 1294 Jumlah Sampel 1900 Jumlah Sampel 281 Hasil kegiatan surveilans penyakit bacterial adalah sebagai berikut: a) Surveillance Penyakit Septichaemia Epizootica (SE), Keseluruhan sampel (1294 sampel) untuk pengujian penyakit SE mendapatkan hasil yang negative, sehingga dari data yang tersedia dapat disimpulkan bahwa wilayah kerja BBVet Wates dapat mempertahankan status bebas SE. b) Surveillace Salmonellosis pada Ayam Petelur Rerata sero-prevalensi Salmonellosis dari total 1900 sampel ayam ras petelur adalah 54,62%. Hasil isolasi Salmonella sp. pada sampel swab kloaka negatif (0%), hasil isolasi Salmonella sp. dari sampel swab kloaka menunjukkan hasil negatif (0 %), hasil isolasi Salmonella sp. pada swab tempat penyimpanan telur ayam menunjukkan hasil negatif Salmonella sp. Hasil isolasi positif Salmonella sp. hanya ditemukan pada sampel air yang berasal dari peternakan ayam ras petelur (layer) di Kabupaten Blitar (16,67 %). c) Surveilans Penyakit Mastitis pada Sapi Perah. Prevalensi Mastitis berdasarkan jumlah ternak adalah sebesar 46% dari total sampel pemeriksaan 281 ekor. Prevalensi Mastitis berdasarkan kwartir terinfeksi sebesar 30%. Bakteri penyebab penyakit Mastitis yang terdeteksi adalah Streptococcus sp. dan Staphylococcus sp. masing-masing sebesar 40% dan 36%. Bakteri Hal 54 dari 117

66 penyebab mastitis yang pathogen adalah Staphyococcus aureus 4,7% dan Streptococcus agalactiae 19%. Hampir semua bakteri sensitif terhadap ampicilline dan kurang sensitif (resisten) terhadap streptomycin. I). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter Sub-Kegiatan yang termasuk kelompok Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter adalah (1) Monitoring penyakit parasiter pada sapi potong di Jawa Timur, (2) Survei penyakit Surra pada kerbau, dan (3) Survei Toxoplasma gondii pada kambing dan domba di Jawa Tengah. Keseluruhan target sasaran kegiatan adalah pengujian pada 2250 unit sampel, sedangkan realisasi yang dapat dicapai adalah total 2544 unit sampel atau tercapai sebesar 113,07% (sangat berhasil). Rincian realisasi sampel kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 29. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Surveilans Penyakit Parasiter PARASITER SAPI SURRA TOXOPLASMA Kabupaten Jumlah Sampel Kabupaten Jumlah Sampel Kabupaten Jumlah Sampel Tuban 145 Cilacap 32 Boyolali 253 Gresik 44 Jepara 52 Grobogan 182 Probolinggo 120 Kendal 30 Kendal 185 Lumajang 43 Pekalongan 45 Demak 102 Jombang 77 Pemalang 114 Purworejo 324 Lamongan 55 Tegal 53 Magelang 239 Magetan 57 Brebes 106 Purworejo 120 Nganjuk 100 Purbalingga 31 Semarang 35 TOTAL 641 TOTAL 498 TOTAL 1405 Kesimpulan hasil dari Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter yang dilaksanakan di tahun anggaran 2016 ini adalah: Hal 55 dari 117

67 a) Monitoring penyakit parasiter pada sapi potong di Jawa Timur Hasil pemeriksaan sampel dari kabupaten terpilih di Provinsi Jawa Timur ditemukan prevalensi nematodosis 21,69%, prevalensi koksidiosis 15,46%, prevalensi cestodiosis 1,61% dan prevalensi fasciolosis 7,83%. Sedangkan hasil pengujian parasit darah dengan metode hematokrit dan pewarnaan diperoleh hasil prevalensi trypanosomiasis 0%, theileriosis 0%, dan anaplasmosis 0,14%. b) Survei penyakit Surra pada kerbau Prevalensi Trypanosoma sp pada kerbau di Jawa Tengah Tahun 2016 adalah sebesar 5,42% dengan rincian Kabupaten Cilacap 7 ekor (21,8%), Pemalang 13 (11,4%)J Brebes 6 ekor (5,66%), Purbalingga 1 ekor (3,23%) dengan. Sedangkan di Kabupaten Jepara, Kendal, Pekalongan, Tegal, Semarang tidak ditemukan infeksi Trypanosoma sp. Pemeriksaan tambahan adalah pemeriksaan Anaplasma sp dengan prevalensi 0,4% dan Theileria sp dengan prevalensi 1,2%. c) Survei Toxoplasma gondii pada kambing dan domba di Jawa Tengah Berdasarkan survei yang dilaksanakan di wilaya kerja BBVet Wates, didapatkan sero-prevalensi T. gondii di Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 pada kambing 50,46% dan pada domba 50,7%. J). Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan Negara dan Antar Wilayah - Penyidikan dan Kajian Faktor Resiko Penyakit BSE pada Sapi Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan penyidikan dan kajian faktor resiko penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) tahun 2016 ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya penyakit maupun faktor resiko terhadap kemungkinan munculnya penyakit BSE pada sapi serta untuk Hal 56 dari 117

68 mengetahui terhadap kemungkinan penggunaan MBM pada sapi, baik MBM yang berasal dari impor maupun tidak. Tabel 30. Lokasi, jumlah sampel dan hasil pengujian Penyakit BSE No. Kab./Kota Jumlah sampel Hasil pengujian 1 Kota Semarang 60 Negative BSE - 2 Kota Surakarta 6 Negative BSE - 3 Kota Salatiga 64 Negative BSE - 4 Kab. Boyolali 56 Negative BSE - 5 Kab. Semarang 37 Negative BSE - Keterangan Jumlah 218 Hasil penyidikan menunjukkan bahwa selama tahun 2016 telah dilakukan penyidikan penyakit BSE di Kabupaten Semarang dan Boyolali, dan Kota Semarang Salatiga dan Surakarta. Dari hasil penyidikan telah diambil 286 sampel otak sapi. Hasil pengujian secara histopatologis semua negative terhadap kemungkinan adanya penyakit BSE. Demikian juga dari hasil kajian faktor resiko, tidak ditemukan adanya penggunaan pakan yang mengandung MBM dalam konsentrat pakan sapi. Berdasarkan dari data hasil penyidikan disimpulkan bahwa sampai dengan tahun 2016 di Pulau Jawa tidak ditemukan adanya penyakit BSE pada sapi. K). Surveilans Penyakit Hewan di UPT Perbibitan Salah satu output Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan adalah Kegiatan Surveilans Penyakit Hewan di Unit Pelaksana Teknis Perbibitan, yang terdiri dari wilayah sumber bibit dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perbibitan. Rincian dari kegiatan yang telah dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates di lingkup Perbibitan adalah: Hal 57 dari 117

69 a) Pengamatan Kesehatan Hewan di Wilayah Sumber Bibit (WSB) Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui situasi terkini profil kesehatan hewan dan permasalahan, mengetahui penyebab gangguan kesehatan hewan, serta memberikan saran dan solusi permasalahan gangguan gangguan kesehatan hewan di Wilayah Sumber Bibit di wilayah kerja BBVet Wates. Tabel 31. Lokasi Sumber Bibit ternak sapi, jumlah sampel dan hasil uji positif WILAYAH SUMBER BIBIT HASIL UJI Kabupaten Jenis Sumber Bibit Jumlah ANTHR Sampel AX SE BRUC IBR BVD Para TB TOXO Nemato da Koksi Cestoda la Fascio Theileria Anaplasma nos Trypa Babesi a Microfilaria Kebumen (plus SPR) Sapi PO Blora (plus SPR) Sapi PO Bojonegoro (Plus SPR) Sapi PO Brebes (plus SPR) Sapi Jabres Rembang Sapi PO GunungKidul Sapi PO Lumajang (Kambing) Kambing Senduro Purworejo (Kambing) Kambing PE Pamekasan Sapi Madura JUMLAH Gambar 17. Prevalensi pengujian penyakit hewan pada Sapi di WSB Dari hasil pengujian diketahui bahwa seluruh sampel teridentifikasi aman dan bebas dari tiga penyakit utama perbibitan yaitu Hal 58 dari 117

70 Anthrax, SE dan Brucellosis. Sedangkan untuk uji lainnya dengan hasil paling tinggi prevalensi adalah Nematoda, diikuti sero-prevalence IBR, Para-TB, serta parasit koksidia dan fasciola. Untuk wilayah sumber bibit khusus kambing, dapat diamati hasil surveilans seperti tabel di bawah ini. Tabel 32. Lokasi, jumlah sampel dan hasil pengujian Kambing di WSB WILAYAH SUMBER BIBIT HASIL UJI Kabupaten Jenis Sumber Bibit Jumlah ANTHR Sampel AX SE BRUC IBR BVD Para TB TOXO Nemato da Koksi Cestoda la Fascio Theileria Anaplasma nos Trypa Babesi a Microfilaria Lumajang (Kambing) Kambing Senduro Purworejo (Kambing) Kambing PE JUMLAH Gambar 18. Prevalensi penyakit pada ternak kambing wilayah sumber bibit Dari hasil pengujian diketahui bahwa seluruh sampel teridentifikasi aman dan bebas dari tiga penyakit utama perbibitan yaitu Anthrax, SE dan Brucellosis. Sedangkan untuk uji lainnya dengan hasil paling tinggi prevalensi adalah Toxoplasma, Koksidia, Nematoda, dan diikuti oleh Cestoda. Hal 59 dari 117

71 b) Pengamatan Kesehatan Hewan di BIB Singosari dan BBPTU Baturraden Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui situasi terkini profil kesehatan hewan dan permasalahannya di UPT Perbibitan Ternak, mengetahui penyebab gangguan kesehatan hewan di UPT Perbibitan Ternak, serta memberikan saran dan solusi permasalahan gangguan gangguan kesehatan hewan di UPT Perbibitan Ternak di wilayah kerja BBVet Wates. Rekaman surveilans (jumlah sampel) dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 33. Lokasi UPT Perbibitan dan jumlah koleksi sampel No UPT PERBIBITAN JENIS TERNAK JUMLAH SAMPEL 1 BBPTU HPT Baturraden Sapi Perah BBPTU HPT Baturraden Kambing Perah BBIB Singosari Sapi BBIB Singosari Kambing 27 c) Monitoring Evaluasi Pengamatan Kesehatan Semen dan Embrio Tujuan dilakukan kegiatan ini untuk melakukan upaya pengamanan dan pengendalian penyakit hewan sehingga dapat diperoleh benih dan bibit ternak yang berkualitas dan bebas dari penyakit hewan. Sampel yang digunakan pada kegiatan ini terdiri dari sampel semen dari UPT Balai Inseminasi Buatan Ungaran dan pengepul semen milik dinas Kabupaten Kebumen. Sampel diuji npcr. Hasil interview didapatkan bahwa semen yang berasal dari UPT Balai Inseminasi Buatan Ungaran didistribusikan tidak hanya untuk Jawa Tengah melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan semen di Sumatera salah satunya provinsi Lampung, sedangkan semen yang berasal dari dinas Kabupaten Kebumen didapatkan dari Balai Inseminasi Buatan Lembang dan UPT Balai Inseminasi Buatan Ungaran, distribusi semen hanya untuk memenuhi kebutuhan wilayah kebumen. Hal 60 dari 117

72 Hasil uji npcr pada 62 sampel semen diperoleh semua hasil negatif. Sedangkan untuk embrio tidak dilakukan pengambilan tetapi dilakukan pengembangan metode untuk pengujian IBR pada embrio yang sampai sekarang masih dirasakan perlunya pengembangan metode untuk pengujian IBR pada embrio. Kesimpulan yang didapat dari kegiatan ini bahwa hasil uji pada 63 sampel semen tidak terdeteksi BHV-1 dengan npcr. Saran yang bisa diberikan yaitu UPT Perbibitan hendaknya melakukan pemeriksaan IBR sebanyak 2 kali dalam setahun, pemeriksaan rutin dilakukan untuk sampel semen dan embrio untuk memonitoring dan mencegah penularan penyakit hewan, dan sapi-sapi yang ada di UPT Perbibitan hendaknya dihindarkan dari faktor-faktor yang menyebabkan latensi. d) Desain Biosecurity di wilayah Sentra Produksi Ternak (SPR) Tujuan dilakukan kegiatan ini untuk melakukan upaya pengamanan dan pengendalian penyakit hewan dan biosekuriti di wilayah SPR sehingga dapat diperoleh benih dan bibit ternak yang berkualitas dan bebas dari penyakit hewan. Tingkat kesesuain biosekuriti yang mengacu good breeding practice hendaknya dapat diterapkan secara maksimal sehingga menghindari kemungkinan terjadinya resiko penyakit hewan yang dapat ditimbulkan dari peralatan, bahan, amnesia, ternak, media pembawa penyakit hewan lainnya yang masuk atau dimasukkan ke dalam lokasi perbibitan ternak. Layout dari lahan yang akan dipakai untuk kandang kelompok hendaknya dapat diterapkan. e) Analisis kerugian ekonomi penyakit IBR pada wilayah sumber bibit Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit IBR pada wilayah sumber bibit dan menilai kelayakan program pengendalian penyakit IBR. Kesimpulan yang didapatkan dari kegiatan ini adalah rerata dari berat badan setiap Hal 61 dari 117

73 bulannya bahwa tidak dapat dibedakan kenaikan berat badan dan penurunan berat badan sapi-sapi seropositif dan seronegative serta sapi-sapi yang diamati dara dan baru pertama kali beranak sehingga tidak bisa melihat pengaruhnya terhadap rentang waktu kebuntingan. III. 3.B. 2. Penyusunan Peta Penyakit Hewan Target penyusunan Peta Penyakit dalam Perjanjian Kinerja tahun 2016 adalah tersusunnya peta penyakit di 3 (tiga) Provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI. Yogyakarta yang merupakan wilayah kerja BBVet Wates. Capaian kinerja kegiatan ini 100% (berhasil) seperti tahun sebelumnya, namun jumlah kabupaten/kota penyusun Peta Penyakit hasil baik kegiatan Surveilans dan Monitoring dilaksanakan ataupun pengirim sampel pasif semakin meningkat dari tahun tahun sebelumnya. Gambar 19. Jumlah kabupaten terdata dalam Peta Penyakit tahun Dari data yang dikumpulkan, diketahui pada tahun 2016 ini terdapat 74 kabupaten/kota yang masuk ke dalam peta penyakit hewan wilayah kerja Hal 62 dari 117

74 BBVet Wates yang apabila dihitung secara persentase dari total 78 kabupaten/kota didapat angka partisipasi sejumlah 94,9%. Dari hasil pendataan tersebut diketahui terdapat peningkatan di banding tahun-tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2014 sebanyak 69 kabupaten/kota atau 88,46%, sedangkan tahun 2015 sebanyak 73 kabupaten/kota atau 93,59% dari 78 kabupaten/kota di wilayah kerja BBVet Wates. Tabel 34. Kabupaten/Kota yang terdata pada Peta Penyakit Hewan No Provinsi Jawa Provinsi Jawa DI Yogyakarta Tengah Timur 1 Banyumas Bangkalan Kota Yogyakarta 2 Banjarnegara Banyuwangi Sleman 3 Batang Blitar Bantul 4 Blora Bojonegoro Kulonprogo 5 Boyolali Bondowoso Gunung Kidul 6 Brebes Gresik 7 Cilacap, Jember 8 Demak Jombang 9 Grobogan Kediri 10 Jepara Lumajang 11 Karanganyar Lamongan 12 Kebumen Madiun 13 Kendal Magetan 14 Klaten Malang 15 Kudus Mojokerto 16 Magelang Ngawi 17 Pati Nganjuk 18 Pekalongan, Pacitan 19 Pemalang Pamekasan 20 Purbalingga Pasuruan 21 Purworejo Ponorogo 22 Rembang Probolinggo 23 Sragen Sampang 24 Sukoharjo Sidoarjo 25 Semarang Situbondo 26 Temanggung Sumenep 27 Wonosobo Trenggalek 28 Tegal Tuban 29 Wonogiri Tulungagung 30 Kota Magelang Kota Batu 31 Kota Surakarta Kota Blitar Hal 63 dari 117

75 32 Kota Salatiga Kota Malang 33 Kota Semarang Kota Probolinggo 34 Kota Pekalongan Kota Surabaya 35 Kota Tegal Peta Penyakit disusun dari sampel yang diuji di BBVet Wates baik berupa sampel pelayanan aktif yakni sampel yang diperoleh dari kegiatan monitoring dan surveilans, serta sampel pelayanan pasif (kiriman dinas, perorangan, maupun swasta). Peta penyakit BBVet Wates juga sudah dapat diakses di website BBVet Wates, sejak tahun Untuk lebih meningkatkan kualitas maka dikembangkan aplikasi website yang dapat menyajikan data kasus PHMS secara real time tracking. III. 3.B. 3. Pengembangan Metode Diagnosa dan Pengujian Penyakit Hewan Capaian kinerja Pengembangan Metode (PM) telah terlaksana 100% (berhasil). Ketiga PM tersebut adalah PCR Camphylobacter, Pengujian Residu Hormon Trembolon-acetate menggunakan GCMS, dan Mapping Virus AI secara Antigenik. 1) PCR Campylobacter BBVet Wates Yogyakarta telah mampu melakukan uji Isolasi dan Identifikasi Campylobacter. Pengujian Campylobacter telah dilakukan pada sampel dari hewan (preputium wash, vaginal wash, cairan fetus, feses) dan bahan pangan asal hewan dan produk olahannya (daging ayam). Selama ini, pengujian Campylobacter di BBVet Wates dilakukan dengan Uji Isolasi dan Identifikasi Campylobacter dengan metode kultur. Uji ini dilaksanakan secara konvensional dan membutuhkan waktu yang lama sekitar 1 minggu, sehingga diperlukan pengujian yang lebih cepat dan akurat untuk mendeteksi ada tidaknya Campylobacter dalam sampel. Hal 64 dari 117

76 Pengembangan Metode Pengujian PCR Campylobacter ini bertujuan untuk mengidentifikasi Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli. Pengembangan Metode ini dilaksanakan dengan tahapan : Pengumpulan bahan, penyusunan rencana, persiapan prosedur kerja, koleksi sampel, persiapan dan pemurnian kontrol positif isolat Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli, Uji coba PCR Campylobacter, Training, Evaluasi, Aplikasi, dan Penerapan metode. Hasil dari pengembangan metode PCR Campylobacter adalah : BBVet Wates Yogyakarta telah berhasil mengembangkan metode pengujian PCR Campylobacter dengan mengidentifikasi Campylobacter sampai pada spesies Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli. Metode ini sudah bisa diterapkan dan diaplikasikan untuk mendukung pengujian Campylobacter yang cepat dan akurat. Gambar 20. Hasil Pengembangan Metode PCR Campylobacter 2) Pengujian Residu Hormon Trembolonacetate menggunakan GCMS Kegiatan pengembangan metode pengujian hormon trembolon acetat menggunakan GC-MS bertujuan untuk memperoleh metode pengujian residu hormone trembolon yang mudah, murah, cepat dan Hal 65 dari 117

77 aman bagi analis maupun lingkungan. Metode yang digunakan adalah setting and trial. Setting alat yang dirancang diujicoba untuk menganalisis standar trembolon dengan beberapa konsentrasi sampai diperoleh peak standar pada waktu retensi tertentu. Demikian dilakukan berulang-ulang sampai didapatkan hasil analisis yang paling optimal. Metode preparasi sampel menggunakan tehnik QUEChERS dan clean-up, tehnik ini telah digunakan untuk analisis multiresidu obat maupun multiresidu pestisida. Prinsip kerja dari tehnik QUEChERS adalah analit (trenbolon) akan dilepas dari matriks sampel pada saat pengocokan dan centrifuse dan ditarik serta diikat oleh acetonitril. Magnesium sulfat akan mengikat air yang berasal dari sampel. Proses clean-up dilakukan dengan tehnik fase terbalik menggunakan C-18. Analit siap diperiksa menggunakan Gas-chromatrography/Mass Spectrometry. Gambar 21. Hasil Pengujian Residu Trembolon-acetate menggunakan GCMS Berdasarkan hasil validasi terhadap metode uji hasil pengembangan metode deteksi residu trenbolon acetate menggunakan GC-MS dapat disimpulkan bahwa metode yang dimaksud memenuhi syarat untuk digunakan sebagai metode analisis/ deteksi residu trembolon acetate pada daging sapi. Metode uji ini dapat digunakan untuk analisis secara kualitatif maupun kuantitatif dan telah diuji coba Hal 66 dari 117

78 pada beberapa sampel aktif servis dengan hasil tidak terdeteksi hormone trenbolon acetat pada 10 sampel hati dan daging sapi. 3) Mapping Virus AI secara Antigenik Kegiatan pengembangan metode Mapping Virus AI secara Antigenik bertujuan untuk : memonitor seluruh perkembangan virus AI baik secara antigenik maupun genetik, untuk mengetahui sirkulasi penyakit Avian Influenza yang saat ini beredar di Indonesia, mengetahui evikasi vaksin yang telah beredar saat ini, dengan isolat yang dulu pernah di tetapkan apakah masih poten atau tidak, menentukan kembali antigen dan antisera refferent agar dapat mencakup antigen AI yang saat ini telah berubah, menentukan antigen yang sesuai sebagai evaluasi pengujian di laboratorium atas program vaksinasi di lapangan, Gambar 22. Hasil mapping Virus Avian Influenza secara Antigenik Hasil kegiatan pengembangan metode Mapping Virus AI secara Antigenik adalah terdapat perubahan secara signifikan isolat virus AI yang sekarang beredar yang terbagi menjadi 2 kelompok besar, perubahan antigenic drift berdampak besar terhadap penggunaan reagen referent, sehingga diperlukan isolat lokal terpilih yang baru sebagai acuan Hal 67 dari 117

79 reagen referent baru untuk memonitoring virus AI yang akan datang, perlu di waspadai perubahan siklus AI dalam jangka 6 tahunan dalam menyesuaikan diri hidup di tubuh inangnya, diperlukan segera perubahan reagen refferent untuk menangkap virus AI yang telah banyak berubah. Serapan anggaran Kegiatan Pengembangan Metode pada akhir Desember 2016 dapat tercapai Rp ,- dari total anggaran Rp ,- yang apabila dihitung capaian persentase adalah 99,95% yang dapat melampaui target rerata serapan anggaran tahun 2016 yaitu 95,00%. Target serapan anggaran dapat tercapai dengan baik karena baik pembelian bahan habis pakai seperti hormon, kuman standar maupun antigen dan reagen uji PCR dapat terlaksana dengan baik, begitu juga dengan belanja barang non operasional lainnya. III. 3.B. 4. Bimbingan Teknis Laboratorium Tipe B dan Tipe C Capaian kinerja kegiatan Bimbingan Teknis Laboratorium BBVet Wates Tahun 2016 adalah 100,00% (12/12) (berhasil). Bimtek laboratorium telah dilakukan di 6 laboratorium Tipe B dan 6 laboratorium Tipe C di wilayah kerja. Capaian kinerja Bimtek laboratorium tipe B dan laboratorium tipe C di wilayah kerja BBVet Wates tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 35. Rincian Bimbingan Teknis Laboratorium Tipe B dan C No Laboratorium Pelaksana 1 Lab. Tipe C Kulon Progo 2 Lab. Tipe C Mojokerto Drh. Nur Rohmi Farhani, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal Februari Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai uji Rose Bengal Test (RBT), uji Pullorum, uji Parasit Darah dan Parasit Gastrointestinal. Drh. Nur Rohmi, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal Februari Hal 68 dari 117

80 3 Lab B. BPTDK Bantul 4 Lab. Tipe C Bantul 5 Lab. Tipe B Malang 6 Lab. Tipe B Malang 7 Lab. Tipe B Malang 8 Lab. Tipe C Sleman Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai uji RBT, uji Pullorum, uji TPC, Uji HA/HI untuk ND dan AI, uji Parasit Darah dan Parasit Gastrointestinal. Drh. Santi Lestari, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal Februari Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai validasi uji Total Plate Count (TPC) dan E. coli pada sampel yang diberi kuman coli dengan kuman standar. Drh. Santi Lestari, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal Februari Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai uji kuman Total Plate Count (TPC) dan uji Formalin pada sampel daging. Drh. Tri Widayati, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal 4 5 Maret Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai Validasi metode kuantitatif untuk TPC Spike sampel daging ayam dengan kuman standar E. coli dan validasi kualitatif untuk uji formalin dan Salmonella dengan sampel yang diuji daging ayam. Drh. Elly Puspasari, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal Maret 2016 Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai Metoda Validasi uji Serologi AI, ND, RBT, dan teknik Aglutinasi Pullorum dan uji parasitologi Drh. Hendra Wibawa, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal April 2016 Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai Validasi Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) Drh. Dessie Eri Waluyati, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal April 2016 Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai Pengujian Parasitologi baik parasit darah maupun parasite gastrointestinal dan diskusi interpretasi hasil pengujian laboratorium. Hal 69 dari 117

81 9 Lab. Tipe C GunungKidul 10 Lab. Tipe B Magelang 11 Lab. Tipe B Solo 12 Lab. Tipe C Pati Drh. Dessie Eri Waluyati, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal April 2016 Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai Pengujian Parasitologi baik parasit darah maupun parasite gastrointestinal dan uji HI serum darah unggas untuk penyakit Avian Influenza dan Newcastle Diseases. Drh. Tri Widayati, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal Juni 2016 Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai pengujian parasitology, bakteriologi dan kesmavet Drh. Tri Widayati, dkk Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal Juni 2016 Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai pengujian parasitology, bakteriologi dan kesmavet. Drh. M. Yusuf, dkk. Bimbingan teknis dilaksanakan tanggal Juni 2016 Materi Bimbingan Teknis yang diberikan mengenai Pengujian RBT Brucella, Uji TPC, pengujian parasit gastrointestinal dan parasite darah. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 629/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2005 selanjutnya disempurnakan dengan Permentan nomor 54/Permentan/OT.140/5/2013 BBVet Wates memiliki 5 tambahan tusi dari 17 menjadi 22, diantaranya adalah fungsi pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, pusat kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Hal 70 dari 117

82 Gambar 23. Target dan Realisasi Bintek Laboratorium tahun III. 3.B. 5. Bimbingan Teknis Puskeswan Kegiatan Bimbingan Teknis Puskeswan tahun 2016 tercapai 123% (123/100) (sangat berhasil). Capaian kinerja tersebut lebih rendah dari tahun 2015 yakni 168% (126/75). Hal ini disebabkan oleh target yang ditentukan lebih tinggi, sedangkan realisasi tidak jauh berbeda. Namun demikian, capaian kinerja masih dapat memenuhi target yang ditentukan. Realisasi serapan anggaran sampai akhir tahun anggaran 2016 adalah sebesar Rp ,- atau sebesar 99,78% dari anggaran sejumlah Rp ,- yang tentunya di atas target serapan tahun Target fisik sejumlah 123% didukung oleh jumlah puskeswan di wilayah kerja BBVet Wates sejumlah 245 Puskeswan yang terdiri dari 75 Puskeswan di Provinsi Jawa Tengah, 145 Puskeswan di Provinsi Jawa Timur dan 25 di DI. Yogyakarta sehingga memudahkan dalam plotting target. Hal 71 dari 117

83 Gambar 24. Capaian Target Bintek Puskeswan Pembinaan dilakukan dalam bentuk rapat koordinasi dengan mengundang perwakilan petugas Puskeswan di masing-masing wilayah serta bimbingan teknis secara langsung pada Puskeswan yang dikunjungi di tiap Kabupaten/ Kota di wilayah kerja BBVet Wates. Pemberian materi pembinaan puskeswan baik secara teori-presentasi maupun komunikasi dua arah dan tanya-jawab secara langsung terkait dengan; 1. Peranan Kelembagaan Puskeswan Dalam Pemberantasan PHMS-Zoonosis dan Peningkatan Hasil Produksi Peternakan. 2. Hambatan dan Tantangan Dalam Menghadapi Perubahan Situasi Kesehatan Hewan Nasional. 3. Manajemen Kesehatan Hewan Di Wilayah Sentra Produksi Ternak. 4. Perkembangan Penyakit Zoonosis di Indonesia; Toxo, Lepto, Rabies, Fasciola. 5. Perkembangan Diagnosa Laboratoris PHMS BBVet. Perkembangan Penyakit Hewan Besar Di Indonesia. 6. Kasus PHMS-Zoonosis di Lapangan dan Penanganannya. 7. Pemalsuan Produk Asal Hewan: Kenal Secara Fisik dan Laboratoris. Hal 72 dari 117

84 8. Pengambilan-Handling Sampel PHMS-Zoonosis serta Tindak Lanjut Kasus Lapangan. 9. Teknik Bedah Sectio Cesaria pada Sapi. 10. Evaluasi Hasil Diagnosa Kegiatan Gangrep 2015: Review, Pencegahan dan Penanggulangan. 11. Peranan Puskeswan untuk OPTIMALISASI ishiknas dalam Pengendalian dan Pemberantasan PHMS-Z Pelaksanaan pembinaan pada Unit Puskeswan di wilayah kerja tidak mengalami kendala sehingga dapat tercapai melebihi target. Selain kegiatan pertemuan bimbingan teknis, pembinaan juga dilaksanakan secara langsung pada Puskeswan di wilayah kerja. Praktek bintek secara langsung berupa pelatihan pengambilan, pengemasan dan pengiriman sampel lapangan, serta penguatan potensi Puskeswan berupa sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian no. 64/OT.140/9/2007 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Hewan. III. 3.B. 6. Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi Pencapaian kinerja Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi adalah telah terlaksananya kegiatan lapangan sejumlah 3110 sampel dari total target Perjanjian Kinerja tahun 2016 sejumlah sampel dengan perhitungan persentase sejumlah 103,67% pencapaian fisik dibanding target dengan kriteria sangat berhasil. Rincian jumlah sampel hasil kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi tahun 2016 di wilayah kerja BBVet Wates adalah sebagai berikut: Tabel 36. Lokasi Kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi No Kabupaten Target Kegiatan (Sampel) Hasil Kegiatan (Sampel) % Capaian Hasil Kegiatan Sembuh % Tidak % Sembuh 1 Gunungkidul , % % 2 Rembang , % % 3 Blora , % % 4 Klaten , % % 5 Pamekasan , % % Hal 73 dari 117

85 6 Situbondo , % % Total , % % Kegiatan ini secara keseluruhan berhasil dengan baik yaitu capaian di atas target yang telah ditentukan, walaupun secara detail tiap Kabupaten ada yang tidak mencapai target, namun hal tersebut dapat tertutupi oleh kegiatan gangrep di Kabupaten lainnya. Salah satu kendala adalah di satu kabupaten yaitu Gunung Kidul dengan tingkat capaian realisasi sejumlah 96,11%. Hal ini disebabkan kegiatan dilaksanakan hampir bersamaan dengan kegiatankegiatan di dinas setempat sehingga harus membagi konsentrasi dan personel dalam bekerja di lapangan. Gambar 25. Hasil kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi Salah satu parameter target yang menjadi indikator keberhasilan kegiatan ini adalah tingkat keberhasilan penanganan gangguan reproduksi. Dari keseleruhan sapi yang telah dilakukan penanganan dapat diamati hasil kesembuhannya pada grafik di bawah ini. Hal 74 dari 117

86 Gambar 26. Hasil Kesembuhan Penanganan Gangguan Reproduksi Pada grafik hasil kesembuhan penanganan gangguan reproduksi dapat di amati bahwa penanganan di Kabupaten Situbondo mendapatkan hasil kesembuhan tertinggi dengan capaian kesembuhan 97,6%, kemudian diikuti oleh Kabupaten Blora dengan capaian 95,8 %. Hasil kesembuhan relative paling rendah adalah di Kabupaten Klaten dengan tingkat kesembuhan 64,5%. Salah satu faktor cukup rendahnya tingkat kesembuhan di Kabupaten Klaten dapat diamati dengan cukup tingginya mobilitas ternak di wilayah ini sehingga setelah penanganan belum dapat diketahui hasil kesembuhannya ternak sapi sudah terjual oleh berbagai penyebab. Realisasi serapan anggaran sampai dengan bulan Desember 2016 adalah sejumlah Rp ,- atau dengan persentase 98,79% dari total anggaran tahun 2016 sejumlah Rp ,-. Kelancaran serapan terutama oleh lancarnya kegiatan pengadaan barang pada kegiatan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi baik secara lelang maupun penunjukan langsung dan tidak mengalami kendala. Realisasi serapan anggaran kegiatan ini juga didukung oleh biaya perjalanan team lapangan Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi serta realisasi biaya pendampingan lapangan oleh tim dinas kabupaten. Hal 75 dari 117

87 Gambar 27. Data Diagnosa Penyidikan Gangguan Reproduksi Data hasil diagnosa gangguan reproduksi pada tahun 2016 di atas diketahui bahwa kasus Hypofungsi (HF) mendominasi dari seluruh diagnosa gangrep yang ada (30,4%), diikuti oleh Silent Heat (16,5%) dan Kawin Berulang (KB) (14,4%) yang sering disebut sebagai gangguan reproduksi akibat faktor manajemen pemeliharaan, sehingga dapat diartikan faktor nutrisi menjadi hal yang harus diperhatikan. Antisipasi perbaikan kondisi tubuh ternak harus selalu dilakukan dengan suplai asam amino dan mineral premik, dan juga Vitamin ADE, obat cacing dan juga preparat supportif lainnya. Hal 76 dari 117

88 III.3.C. Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing Kegiatan dalam rangka penjaminan produk hewan yang asuh dan berdaya saing merupakan bagian dari Kegiatan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner BBVet Wates melaksanakan kegiatan berupa Monitoring dan Surveillance Residu dan Cemaran Mikroba serta Surveillance Zoonosis Pada Produk Hewan. Untuk mendukung penjaminan produk hewan yang halal maka dilakukan kegiatan pengujian kehalalan melalui deteksi kandungan bahan non halal antara lain dengan uji spesies. Capaian target sasaran Kegiatan Penjaminan Produk Hewan yang ASUH tahun 2016 disajikan dalam tabel 35 sebagai berikut : Tabel 37. Capaian Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing No Sasaran Program/ Kegiatan 3 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan berdaya saing Indikator Kinerja Target Realisasi % Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba Surveilans Zoonosis Produk Hewan , ,0 III.3.C.1. Monitoring dan Surveillans Residu dan Cemaran Mikroba Capaian kinerja kegiatan Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba tahun 2016 adalah 111,0% (sangat berhasil) yang didapatkan dari jumlah sampel realisasi sampel dibandingkan dengan target sampel. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yaitu 148,83% (2.679/1.800) terjadi penurunan realisasi fisik sejumlah 37,83%. Walaupun terjadi penurunan namun hal tersebut bukan merupakan gejala penurunan prestasi kinerja namun lebih merupakan peningkatan dan konsistensi ketepatan antara perencanaan kinerja dengan realisasi hasil kinerja. Hal tersebut ditandai dengan tidak ditemuinya permasalahan dalam kegiatan surveilans maupun kegiatan di laboratorium yang dapat mengindikasikan penurunan kinerja. Hal 77 dari 117

89 Detail realisasi fisik Kegiatan Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba Balai Besar Veteriner Wates dilakukan dengan melaksanakan tiga sub kegiatan dengan perincian sebagai berikut : 1. Monitoring Residu Pestisida, Antibiotika dan Hormon Kegiatan Monitoring Residu Antibiotika, Residu Pestisida, dan Residu Hormon Tahun 2016 dimaksudkan sebagai bentuk pengawasan terhadap tersedianya daging dan telur ayam yang bebas residu antibiotik atau mengandung residu di bawah Batas Maksimum Residu (BMR) bebas pestisida, dan residu hormone TBA. Kegiatan pengambilan sampel dilaksanakan di enam kabupaten di wilker BBVet Wates dengan capaian jumlah sampel sebanyak 374 sampel. Tabel 38. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Monitoring Residu No Kabupaten Lokasi Kegiatan Jumlah Sampel 1 Demak 40 2 Jepara 53 3 Kulonprogo 52 4 Bantul 49 5 Kota Batu Kota Malang 80 Total Sampel 374 Hasil identifikasi residu antibiotika pada sampel produk hewan yang positif residu didapatkan hasil golongan Penicillin sebanyak 40% (45/111), Positif Gol Makrolida sebesar 23% (26/111), Positif Tetrasiklin sebesar 4 % (4/111), dan Positif Golongan Aminoglikosida 33% (36/111). Tabel 39. Hasil Pengujian Residu Pestisida No. Kabupaten Jenis Sampel Jumlah Total Hasil Uji Positif Negatif 1 Demak Daging Sapi Jepara Daging Kerbau Hal 78 dari 117

90 Daging Sapi Kulonprogo Daging Sapi Susu Bantul Daging Sapi Susu Batu Daging Sapi Susu Malang Susu Daging Sapi TOTAL SAMPEL Dari hasil pengujian residu pestisida di 6 Kabupaten terpilih di wilayah kerja BBVet Wates Yogyakarta didapatkan hasil 100% negative terhadap residu pestisida. Disamping uji terhadap residu antibiotic dan residu pestisida, pengujian juga dilakukan pada 36 sampel untuk identifikasi residu hormone trenbolone acetate (TBA). Lokasi asal sampel, jumlah sampel diuji dan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 38. Tabel 40. Hasil Pengujian Hormon Trenbolone acetate (TBA) Jumlah Hasil Uji No. Kabupaten Jenis Sampel Total Positif Negatif 1 Demak Daging Sapi Jepara Daging Kerbau Daging Sapi Kulonprogo Daging Sapi Hati Sapi Bantul Daging Sapi Hati Sapi Batu Daging Sapi Malang Daging Sapi TOTAL SAMPEL Hal 79 dari 117

91 Dari hasil pengujian residu Hormon TBA di 6 Kabupaten terpilih di wilayah kerja BBVet Wates Yogyakarta didapatkan hasil 100% negative terhadap residu hormone TBA. Sampel yang diambil beberapa dari RPH, dan Pasar Tradisional. Sampel daging sapi, daging kerbau dan hati sapi merupakan sampel daging dan hati sapi dan kerbau lokal. 2. Monitoring Cemaran Kimia pada Produk Asal Hewan Tujuan dari kegiatan monitoring ini adalah untuk pengawasan terhadap pemakaian bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks, pengawasan terhadap daging bangkai, pemalsuan daging babi dan dan pengawasan adanya logam berat Pb pada produk asal hewan. Kegiatan dilaksanakan di 12 kabupaten/kota di wilayah kerja BBVet Wates seperti di tunjukkan pada tabel 39. Tabel 41. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel Monitoring Cemaran Kimia No Kabupaten Lokasi Kegiatan Jumlah Sampel 1 Kulonprogo 86 Sleman 2 Wonogiri 96 Sragen 3 Demak 81 Kudus 4 Kab. Magelang 143 Kota Magelang 5 Sidoarjo 57 6 Bantul 58 7 Yogyakarta 62 8 Pacitan 41 Total Sampel 624 Dari keseluruhan sampel yang dikoleksi dari masyarakat, diuji untuk uji Boraks sejumlah 108 sampel, uji formalin 258 sampel, uji bangkai 105 sampel, uji spesies babi 107 sampel, dan uji logam timbal Hal 80 dari 117

92 (Pb) sejumlah 61 sampel. Hasil pengujian ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Gambar 28. Hasil pengujian Monitoring dan Surveilans Cemaran Kimia Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dari 105 sampel daging ayam menunjukkan hasil pengujian daging bangkai hasilnya positif daging bangkai sejumlah 2 sampel (1,91%). Hasil pengujian spesies babi menunjukkan 1 sampel (0,93%) daging sapi yang berasal dari depot daging sapi di wilker BBVet Wates teridentifikasi daging babi dengan kemungkinan daging tersebut adalah daging babi atau daging sapi yang dicampur daging babi. Dari data di atas juga dapat diketahui bahwa jumlah sampel pengujian logam berat Pb sebanyak 61 sampel hati sapi. Hasil pengujian menunjukkan 9 sampel hati sapi terdeteksi logam berat Pb, akan tetapi hasil pengujian masih dibawah batas maksimum residu (BMR) logam berat Pb pada jeroan sapi (hati sapi dll) adalah 1.00 ppm (SNI 7387:2009). Semua hasil pengujian yang berindikasi kepada pelanggaran aturan atau hukum yang berlaku dan sudah diinformasikan ke dinas kabupaten yang bersangkutan untuk pengambilan langkah selanjutnya. Hal 81 dari 117

93 3. Monitoring dan Surveilans Cemaran Mikroba (CM) Salah satu tupoksi BBVet Wates adalah melakukan pengujian keamanan pangan seperti tercantum dalam Kep Mentan No. 629/Kpts/OT.140/12/2003 tentang Organisasi tata kerja BBVet. Adapun pelaksanaan monitoring dan surveilan residu dan cemaran mikroba pada pangan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 15/Permentan/OT.140/2/2008 mengenai Pedoman Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba pada Produk Hewan. Tabel 42. Lokasi kegiatan dan jumlah sampel pengujian Cemaran Mikroba No Kabupaten Lokasi Kegiatan Jumlah Sampel 1 Pasuruan Sidoarjo 2 Purbalingga Banjarnegara 3 Bantul Kulon Progo 4 Purworejo Kebumen 5 Klaten Sleman Total Sampel 879 Target sampel kegiatan Monitoring dan Surveilans Cemaran Mikroba adalah sebesar 730 dengan realisasi jumlah pengambilan sampel sebesar 879 sampel dan jumlah sampel hasil pengujian realisasinya mencapai 916 sampel uji yang meliputi : uji Salmonella 329 sampel, uji TPC 277 sampel, uji Staphylococcus 120 sampel, uji E. coli 100 sampel, uji Coliform 76 sampel, dan uji Listeria 14 sampel dengan hasil uji seperti pada tabel 43. Serapan anggaran pada kegiatan Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba tahun 2016 adalah sejumlah 89,36% yaitu dengan realisasi belanja sejumlah Rp ,- dari total anggaran sejumlah Rp ,-. Realisasi serapan tidak Hal 82 dari 117

94 NO KABUPATEN mencapai target serapan anggaran yaitu 95,00% dengan penyebab adanya sisa lelang belanja bahan kimia untuk 1800 sampel sejumlah Rp ,00 yang tidak dapat dioptimalkan dan kembali ke kas negara Tabel 43. Hasil pengujian Monitoring dan Surveilans Cemaran Mikroba SAMPEL POSITIF NEGATIF SAMPEL > BMCM < BMCM SAMPEL > BMCM < BMCM SAMPEL > BMCM < BMCM SAMPEL POSITIF NEGATIF SAMPEL POSITIF NEGATIF 1 Pasuruan Sidoarjo Purbalingga Banjarnegara Kulon Progo Bantul Kebumen Purworejo Klaten Sleman JUMLAH TOTAL UJI SALMONELLA UJI TPC UJI E. COLI UJI COLIFORM UJI STAPHYLOCOCCUS AUREUS UJI LISTERIA Dari pemeriksaan atau hasil pengujian yang dilakukan dari kegiatan ini dapat diketahui bahwa tidak ada sampel produk asal hewan yang positif Salmonella sp. (0/329). Angka Kuman (TPC) pada produk asal hewan dengan nilai cemarannya melebihi BMCM 53,8% (149/277). Cemaran E. coli dan coliform pada sampel produk asal hewan yang melebihi BMCM sebanyak 86% (86/100) dan 97% (74/76). Jumlah sampel produk asal hewan yang positif cemaran Staphylococcus aureus yang melebihi BMCM 0% (0/45) dan jumlah sampel produk asal hewan yang positif cemaran Listeria sp sebanyak 0% (0/14). Hal 83 dari 117

95 Gambar 29. Hasil pengujian Surveilans Cemaran Mikroba Pencemaran mikroba pada produk asal hewan kemungkinan dapat berasal dari kontaminasi lingkungan ataupun pada saat penanganan produk pada saat proses penyembelihan, saat ditransportasikan dari rumah pemotongan hingga sampai di tempat penjualan, maupun pada saat dijajakan di meja penjualan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa sanitasi lingkungan atau hygienitas para penjual daging masih rendah. III.3.C.2. Surveilans Zoonosis Produk Hewan Capaian kinerja kegiatan ini pada tahun 2016 adalah 110% (220/200) sehingga dikategorikan sebagai sangat berhasil. Pelaksanaan kegiatan dan hasil Monitoring Zoonosis Salmonellosis pada Telur pada tahun 2016 adalah sebagai dirinci pada tabel berikut : Tabel 44. Lokasi kegiatan, jumlah sampel dan hasil uji Surveilans Zoonosis NO TANGGAL PENGAMBILAN SAMPEL KABUPATEN KECAMATAN JUMLAH SAMPEL HASIL UJI April 2016 Purworejo Begelen Hal 84 dari 117

96 2 Purwodadi Kulon Progo Lendah Sentolo Pengasih April 2016 Boyolali Boyolali Teras Cepogo Surakarta Jebres Banjar Sari Pasar Kliwon Mei 03 Juni Nganjuk Ngronggot Prambon Ngawi Kendal Sept 2016 Sleman Pakem Cangkringan Ngaglik Bantul Bantul Pandak Pajangan JUMLAH TOTAL Serapan anggaran untuk kegiatan Surveilans Zoonosis Produk Hewan tercapai Rp (99,80%) dari total anggaran Rp Capaian serapan anggaran kegiatan ini melampaui target serapan tahun 2016 sejumlah 95,00%. Seluruh komponen anggaran belanja baik belanja bahan kimia dan peralatan habis pakai, belanja perjalanan monitoring dan surveilans maupun perjalanan pendampingan dapat dilaksanakan dengan baik. Hal 85 dari 117

97 III.3.D. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen PKH Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan merupakan bagian yang sangat penting dalam memfasilitasi kelembagaan dan kinerja Balai. Kegiatan ini meliputi pengelolaan manajemen balai antara lain meliputi: keuangan, barang, administrasi dan ketatausahaan serta kepegawaian. Secara umum capaian target sasaran dari kegiatan ini disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 45. Capaian sasaran Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya No. Sasaran Program/ Kegiatan 4. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Indikator Kinerja Target Realisasi % Terlaksananya Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 1 Dokumen 1 Dokumen 100,00 Capaian Program Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dari masing-masing kegiatan sampai dengan triwulan terakhir tahun 2016 adalah: 1) Perumusan kebijakan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan (100,00%); 2) Evaluasi pelaksanaan kebijakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan (100,00%); 3) Pengelolaan dan pelaporan keuangan serta Penatausahaan Barang Milik Negara (100,00%); 4) Ketatalaksanaan Organisasi Kepegawaian Hukum serta Tata Usaha (100,00%); dan 5) Layanan Perkantoran (100,00%). Serapan anggaran pada program Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2016 adalah Rp ,- yang apabila dihitung secara persentase adalah 94,27% dari total anggaran Rp ,-. Capaian serapan tidak dapat mencapai target serapan 95,00% yang disebabkan salah satu komponen terbesar yang tidak dapat dilakukan pemaksimalan serapan adalah komponen Layanan Perkantoran termasuk unsur gaji dan tunjangan pegawai yang rutin direalisasi setiap bulan berjalan sehingga sisa anggaran layanan perkantoran dikembalikan ke kas negara. Hal 86 dari 117

98 III. 4. Capaian Kinerja Lainnya Beberapa capaian kinerja lainnya yang dapat dilaporkan pada Laporan Kinerja tahun 2016 antara lain : 1) Mempertahankan SNI ISO 17025: 2008 tentang Akreditasi Laboratorium dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). 2) Meraih akreditasi Sistem Manajemen Terintegrasi (SMT) ISO 9001: 2015 dari TUV Rheindland pada audit eksternal tanggal 28 September ) Indeks Kepuasan Masyarakat dengan nilai sangat memuaskan. 4) Penghargaan dari KPPN Wates sebagai Terbaik Pertama dengan Tingkat Kesalahan SPM Rendah tahun 2016 dan Terbaik Ketiga dalam Akurasi Penarikan Dana dan Perencanaan Kas Semester I tahun Hal 87 dari 117

99 III. 5. Akuntabilitas Keuangan Laporan Keuangan Balai Besar Veteriner Wates - Yogyakarta mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam pemerintahan. Laporan Keuangan disusun dan disajikan dengan basis aktual sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan yang lebih transparan, akurat, dan akuntabel. Parameter anggaran BBVet Wates dilakukan pada dua hal yaitu Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Masing-masing anggaran mendapatkan target baik nilai rupiah pendapatan (PNBP) maupun serapan anggaran (APBN). Tahun 2016, BBvet Wates mendapatkan anggaran sejumlah Rp ,- dan selama berlangsungnya kegiatan sampai akhir tahun 2016 telah tercapi sejumlah 97,15% dengan nominal Rp ,-. Realisasi serapan sejumlah 97,15% meningkat dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yaitu sejumlah 91,71%. Tabel 46. Realisasi Anggaran BBVet Wates T.A Uraian T.A T.A T.A T.A T.A Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % A. Pendapatan Negara dan Hibah 1. PNBP 430,000,000 1,004,963, % 458,084,000 1,114,097, % 500,000,000 1,252,414, % 575,230,000 1,339,771, % 602,000,000 1,836,254, % JUMLAH 430,000,000 1,004,963, % 458,084,000 1,114,097, % 500,000,000 1,252,414, % 575,230,000 1,339,771, % 602,000,000 1,836,254, % B. Belanja Negara 1. Belanja Pegaw ai 5,716,404,000 5,103,884, % 5,288,272,000 5,242,940, % 5,693,820,000 5,693,815, % 6,081,258,000 6,186,285, % 6,839,763,000 6,526,889, % 2. Belanja Barang 6,919,300,000 6,892,868, % 7,721,545,000 7,597,527, % 9,781,465,000 9,682,526, % 72,004,888,000 65,428,290, % 11,480,145,000 11,108,946, % 3. Belanja Modal 3,719,000,000 3,713,724, % 5,651,077,000 5,556,787, % 1,242,722,000 1,242,509, % 7,121,390,000 6,526,151, % 5,833,920,000 5,830,111, % JUMLAH 16,354,704,000 15,710,477, % 18,660,894,000 18,397,255, % 16,718,007,000 16,618,851, % 85,207,536,000 78,140,727, % 24,153,828,000 23,465,947, % Hal 88 dari 117

100 III.5.1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Dari data selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) baik dari nominal Rupiah ataupun secara persentase. Pada tahun 2016 diperoleh PNBP sejumlah 305,0% dari target yaitu dari anggaran target Rp ,- diperoleh PNBP sejumlah Rp ,-. Perolehan sejumlah tersebut lebih meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebagai salah satu pembanding adalah tahun 2015, dengan raihan persentase 232,9% (anggaran target Rp didapatkan PNBP sejumlah ,-. Gambar 30. Rincian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun III.5.2. Anggaran Belanja Negara 1) Belanja Total BBVet Wates Tahun Anggaran 2016 Pada tahun anggaran 2016 realisasi belanja pegawai adalah sebesar 95,4%, belanja barang sebesar 96,8% dan belanja modal sebesar 99,9%. Secara keseluruhan pada tahun 2016 realisasi serapan sebesar 97,15% yang dapat melampaui target serapan Perjanjian Kinerja sebesar 95,00%. Hal 89 dari 117

101 Gambar 31. Realisasi belanja pegawai, barang dan modal Realisasi anggaran tahun 2016 sebesar 97,2% yang apabila dibandingkan year on year (YoY) dengan tahun 2015 terjadi peningkatan persentase yang cukup besar yaitu selisih lebih besar 5,5%. Gambar 32. Realisasi anggaran BBVet Wates dari tahun Hal 90 dari 117

102 2) Belanja Pegawai Anggaran belanja pegawai pada tahun 2016 mencatat realisasi serapan sejumlah 95,41%. Realisasi tersebut melebihi rerata target Perjanjian Kinerja 95,0%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, realisasi anggaran mengalami penurunan senilai 5,3%, namun optimalisasi anggaran tidak dapat dilakukan karena anggaran tersisa terutama pada komponen gaji dan tunjangan yang sudah disesuaikan dengan kebijakan pemerintah. Gambar 33. Realisasi anggaran Belanja Pegawai BBVet Wates tahun ) Belanja Barang Realisasi belanja barang mencapai 96,8% yang mengalami peningkatan cukup tinggi dibanding tahun Hal ini disebabkan adanya kegiatan nasional Penanggulangan Gangguan Reproduksi di tahun 2015 yang cukup banyak sisa lelang belanja barang kegiatan. Hal 91 dari 117

103 Gambar 34. Realisasi anggaran Belanja Barang BBVet Wates Tahun ) Belanja Modal Realisasi anggaran belanja modal tahun 2016 adalah sejumlah 99,9%, mengalami kenaikan yang cukup baik dibanding target tahun 2016 sejumlah 95,0%. Apabila dikomparasi dengan tahun sebelumnya, juga terjadi peningkatan realisasi sejumlah 8,3%. Gambar 35. Anggaran dan realisasi Belanja Modal tahun Hal 92 dari 117

104 Realisasi anggaran pada tahun 2016 sebesar 97,15% yang berarti dapat melampaui target anggaran kumulatif Perjanjian Kinerja yaitu 95,00%. Realisasi pada ketiga jenis belanja juga masing-masing lebih besar dibanding target anggaran Perjanjian Kinerja yaitu yang tertinggi adalah realisasi Belanja Modal yaitu 99,9%. Realisasi serapan anggaran tahun 2016 juga lebih baik dibanding dengan realisasi tahun sebelumnya yaitu 91,7% (tahun 2015). Pada data di atas juga dapat diamati capaian realisasi penerimaan PNBP tahun 2016 yaitu sebesar Rp ,- dari target tahunan Rp ,-. Persentase capaian PNBP tahun 2016 mengalami peningkatan 63,1% (305,0% tahun 2016 dibandingkan dengan persentase tahun sebelumnya yaitu 232,9% tahun 2015). Hal tersebut didukung oleh semakin meningkatnya kesadaran kebutuhan pemeriksaan laboratorium oleh customer baik dinas kabupaten/kota/provinsi, perusahaan swasta maupun perseorangan. III. 6. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan kinerja BBVet Wates tahun 2016 secara umum tidak terdapat banyak mengalami hambatan/kendala karena masih dapat dikonsolidasi solusi pemecahannya. Hambatan yang dijumpai antara lain: 1. Aspek Administrasi dan Manajemen Pemotongan anggaran kegiatan yang dalam satu kurun waktu dilakukan sampai lebih dari satu kali sehingga mengharuskan revisi tiga kali PK sehingga harus dilakukan perubahan Term of Refference (TOR) Kegiatan dan penggabungan beberapa kegiatan surveilans agar terjadi efisiensi anggaran tanpa ada resiko dalam pencapaian fisik. 2. Aspek Teknis Beberapa keterlambatan pengiriman kit pengujian terutama untuk produksi manca negara dan antigen dari dalam negeri sehingga memperlambat proses pengujian hasil surveilans. Hal 93 dari 117

105 III. 7. Upaya dan Tindak Lanjut Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan kendala sebagaimana disebut di atas, ditempuh berbagai upaya antara lain : 1. Meningkatkan koordinasi baik dengan pihak Pusat Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam hal kecepatan konfirmasi perubahan anggaran. 2. Mempercepat persiapan kegiatan termasuk pemesanan bahan dan kit pengujian agar lebih cepat dalam pelaksanaan pengujian dan kinerja fisik. Hal 94 dari 117

106 BAB IV. PENUTUP Peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja BBVet Wates merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mendorong terwujudnya penguatan akuntabilitas dan peningkatan kinerja seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 dan Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional yang diselaraskan dengan Tugas dan Fungsi BBVet Wates. Capaian sasaran strategis Balai Besar Veteriner Wates pada tahun 2016 termasuk kategori sangat berhasil. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian sasaran strategis enam indikator yang rata-rata capaian lebih dari 100%, dengan kisaran 100% - 123%. Indikator yang memiliki capaian >100% adalah surveilans keamanan pakan/ bahan pakan, Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan, Bimbingan Teknis Puskeswan, Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi, Monitoring dan Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba dan Surveilans Zoonosis Produk Hewan, sedangkan empat indikator mendapat nilai capaian 100% yaitu Penyusunan Peta Penyakit Hewan, Pengembangan Metode Diagnosa dan Pengujian Penyakit Hewan, Bimbingan Lab. Tipe B dan Lab Tipe C, serta Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pelaksanaan program/kegiatan Balai Besar Veteriner Wates tahun 2016 dibiayai oleh dana Anggaran APBN Rp ,- dan dapat terealisasi sebesar Rp ,- (97,15%). Pada tahun 2017 Balai Besar Veteriner Wates akan lebih meningkatkan capaian kinerja melalui beberapa kegiatan dan sasaran strategis peningkatan surveilans wabah penyakit menular, pengembangan 95

107 metode diagnosa dan pengujian, peningkatan surveilans penyakit di perbibitan dan penambahan wilayah bebas penyakit menular. Salah satu rencana yang cukup penting adalah usulan penambahan tenaga teknis baik medis veteriner maupun paramedis veteriner karena tantangan di dunia kesehatan di masa mendatang akan semakin bertambah berat. Disamping dukungan yang berasal dari internal, kinerja instansi BBVet Wates tahun 2016 juga tidak terlepas dari dukungan seluruh stakeholders dan customer, baik instansi dinas, perusahaan swasta serta perseorangan yang berkomitmen untuk semakin menciptakan situasi kesehatan hewan yang relatif aman dan terkendali yang merupakan salah satu poin terpenting dalam kerjasama saling menguntungkan antara balai dan masyarakat. Hal 96 dari 117

108 LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi Balai Besar Veteriner Wates 97

109 Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Balai Besar Veteriner Wates Hal 98 dari 117

110 Hal 99 dari 117

111 Hal 100 dari 117

LAPORAN KINERJA BALAI BESAR VETERINER WATES YOGYAKARTA T.A. 2015

LAPORAN KINERJA BALAI BESAR VETERINER WATES YOGYAKARTA T.A. 2015 LAPORAN KINERJA BALAI BESAR VETERINER WATES YOGYAKARTA T.A. 2015 Jln. Raya Yogya-Wates Km.27, Wates Kode Pos 55602 Telp.0274-773168, Fax.0274-773354 E-mail: bbvetwates@pertanian.go.id KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

LAPORAN KINERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN LAPORAN KINERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR VETERINER DENPASAR Jalan Raya Sesetan No. 266 Denpasar 80223

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 05 Januari 2015

Revisi ke 01 Tanggal : 05 Januari 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke : 04 Tanggal : 31 Desember 2014

Revisi ke : 04 Tanggal : 31 Desember 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun : 2013

Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun : 2013 Rencana Kinerja an Balai Besar Veteriner : 203 Sasaran Rencana Rencana Keterangan Tingkat Program Indikator Tingkat Uraian Indikator Uraian Satuan Capaian Kinerja Capaian (Target) (Target) () (2) (3) (4)

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun : 2010

Lampiran 2. Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun : 2010 Lampiran 2. Rencana Kinerja an Balai Besar Veteriner : 200 Sasaran Rencana Rencana Keterangan Tingkat Program Indikator Tingkat Uraian Indikator Uraian Satuan Capaian Kinerja Capaian (Target) (Target)

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun : 2009

Lampiran 2. Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun : 2009 Lampiran 2. Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun : 2009 Sasaran Kegiatan Rencana Rencana Keterangan Tingkat Indikator Tingkat Uraian Indikator Uraian Satuan Capaian Kinerja Capaian

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014 1 Peningkatan Produksi Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal a. Pengembangan Kawasan Sapi Potong (Kelompok) 378 335 88,62 b. Pengembangan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 103TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2016 A. DATA UMUM 1 UNIT KERJA 2 TUGAS DAN FUNGSI a. TUGAS : BPTU-HPT DENPASAR Melaksanakan pemeliharaan, produksi, pemuliaan, pelestarian, pengembangan,

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 A. Program. Sebagai upaya untuk mewujudkan sasaran pembangunan peternakan ditempuh melalui 1 (satu) program utama yaitu Program Pengembangan Agribisnis. Program ini bertujuan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-018.01-0/AG/2014 DS 6100-9979-1830-7597 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT REALISASI RUPIAH MURNI REALISASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN BALAI BESAR LABORATORIUM KESEHATAN SURABAYA Jl. Karangmenjangan No.

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA SKPD Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timnur untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis SKPD sesuai dengan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.01-0/2013 DS 5903-0340-5288-0144 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum.wr.wb Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB II. PERJANJIAN KINERJA BAB II. PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009-2014 Rencana Stategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2014 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam kerangka pembangunan kelautan dan perikanan saat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 NOMOR SP DIPA-18.1-/215 DS791-3632-6284-16 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2017 1 KATA PENGANTAR Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-18.1-/216 DS933-1269-654-625 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-.6-/216 DS3945-8555-79-7987 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016

LAKIP LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016 LPMP PROV. JATIM TAHUN 2016 LAKIP Jl. Ketintang Wiyata No. 15 Surabaya Telp. : (031) 8290243, 8273734, & Fax : (031) 8273734 Email : lpmpjatim@yahoo.co.id DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii IKHTISAR EKSEKUTIF...iii

Lebih terperinci

Terlampir. Terlampir

Terlampir. Terlampir KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

DAN KEPEGAWAIAN DRAH KATA PENGANTAR

DAN KEPEGAWAIAN DRAH KATA PENGANTAR DAN KEPEGAWAIAN DRAH KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-nya maka Laporan Kinerja (LKj) Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 629/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BESAR VETERINER MENTERI PERTANIAN,

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 629/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BESAR VETERINER MENTERI PERTANIAN, 285 SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 629/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BESAR VETERINER MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN) BALAI VETERINER MEDAN

LAPORAN KINERJA (LAKIN) BALAI VETERINER MEDAN LAPORAN KINERJA (LAKIN) BALAI VETERINER MEDAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah yang Maha Kuasa, atas berkat rahmat, hidayah dan InayahNya, maka Laporan Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA STANDAR BALAI BESAR VETERINER DENPASAR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA STANDAR BALAI BESAR VETERINER DENPASAR PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA STANDAR BALAI BESAR VETERINER DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 103/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober Tahun 2013 sebagai penyempurnaan Permentan Nomor : 17/Permentan/OT.140/02/2007

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-18.6-/217 DS186-992-1912-699 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Jakarta, Januari 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

1 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2015 Balai Veteriner Lampung

1 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2015 Balai Veteriner Lampung 1 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2015 Balai Veteriner Lampung LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI VETERINER

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES DINAS PETERNAKAN KAB/KOTA SE PROVINSI ACEH - DI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Sebagai

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014 BAB I Pendahuluan Bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued yang sedang dihadapi organisasi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN BAB II GAMBARAN PELAYANAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN II.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DASAR HUKUM PEMBENTUKAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP Kantor Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2013 J l. A h m a d Y a n i N o. 2 0 2 S u r a b a y a T e l p ( 0 3 1 ) 8 2 9 2 5 4 5 F a x ( 0 3 1 ) 8 2 9 1 8 5 3 e m a i l : d i s n a k @

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

(Rp.) , ,04

(Rp.) , ,04 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN APBD PROVINSI SUMATERA BARAT BELANJA LANGSUNG URUSAN : PILIHAN ( PERTANIAN ) KEADAAN S/D AKHIR BULAN : DESEMBER 2015 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci