IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELASS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPINGG SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELASS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPINGG SKRIPSI"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELASS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPINGG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Kharismantiwi Alfiah NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2015

2 IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELASS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPINGG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Kharismantiwi Alfiah NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2015 i

3

4 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya. Yogyakarta, 4 Juni 2015 Yang Menyatakan, Kharismantiwi Alfiah NIM iii

5

6 MOTTO Kemenangan seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri (Ibu Kartini) Sesungguhnya beserta (sehabis) kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Al-Insyirah, 30: 6) Not every child has an equal talent or an equal ability or equal motivation, but children have the equal right to develop their talents, their abilities and their motivation (John Fitzgerald Kennedy) v

7 PERSEMBAHAN Rasa syukur yang mendalam kupanjatkan kehadiratmu Ya Allah. Dengan ridho-mu kupersembahkan karyaku ini untuk: Ayah dan Mama tercinta Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta Nusa, Bangsa, dan Agama vi

8 IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPING Oleh Kharismantiwi Alfiah NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi siswa tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping dan hambatan yang dialami guru, serta upaya yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah guru, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, dan kepala SLB Rela Bhakti I Gamping. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Instrumen utama adalah peneliti dengan menggunakan pedoman wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Data dianalisis melalui reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksanaan keabsahan data menggunakan peningkatan ketekunan, membercheck, dan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang disesuaikan dengan hasil asesmen untuk menentukan indikator pencapaian. Perencanaan belum disertai catatan khusus selama proses pembelajaran yang dapat digunakan sebagai bahan refleksi pada perencanaan selanjutnya. Pelaksanaan pembelajaran ditinjau dari sisi pendekatan tematik yang diterapkan dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi terlihat belum optimal. Perencanaan yang sudah disusun belum dapat dilaksanakan secara keseluruhan karena pembelajaran yang bersifat situasional. Saat proses pembelajaran berlangsung guru membuat keputusan memilih KD yang relevan dengan kondisi situasional siswa. Evaluasi pembelajaran menggunakan dua cara yaitu: evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dengan pengamatan belum terdapat catatan-catatan pengamatan. Sedangkan, evaluasi hasil diperoleh melalui nilai akhir yang dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan dideskripsikan sesuai hasil kemampuan siswa. Hambatan yang dialami guru dalam menerapkan pembelajaran tematik, kondisi siswa saat pembelajaran belum kondusif, minimnya keikutsertaan guru dalam pelatihan-pelatihan, kesulitan memperoleh buku teks khusus tunagrahita kategori ringan. Upaya yang dilakukan menyampaikan materi pembelajaran secara separatif, memberi motivasi dan memberi nasihat pada siswa, mengoptimalkan kemampuan guru, materi dikembangkan sendiri oleh guru. Kata kunci: implementasi KTSP, anak tunagrahita kategori ringan vii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan selama ini, sehingga Penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita Kategori Ringan Kelas II di Sekolah Luar Biasa Rela Bhakti I Gamping dapat terselesaikan dengan baik. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan uluran tangan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dalam membantu terselesaikannya skripsi ini, antara lain: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi Peneliti untuk menimba ilmu dari masa awal studi sampai dengan terselesaikannya tugas akhir skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang telah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Mumpuniarti, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan selama menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang selalu memberikan ilmu. viii

10 6. Ibu Sri Purwanti, S. Pd. selaku kepala Sekolah Luar Biasa Rela Bhakti I Gamping yang telah memberikan ijin penelitian dan kemudahan hingga penelitian ini berjalan dengan lancar. 7. Ibu Retno Hidayati, S. Pd. selaku wakil kepala Sekolah Luar Biasa Rela Bhakti I Gamping yang memberikan ijin dan kemudahan hingga penelitian ini berjalan dengan lancar. 8. Bapak Sutrisno selaku guru kelas II SDLB/C Sekolah Luar Biasa Rela Bhakti I Gamping yang telah yang membantu Peneliti dalam melakukan penelitian. 9. Seluruh Guru dan karyawan Sekolah Luar Biasa Rela Bhakti I Gamping atas dukungan dan semangatnya kepada Peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. 10. Siswa kelas II SDLB/C SLB Rela Bhakti I Gamping yang telah membantu Peneliti selama penelitian. 11. Kedua Orangtua, Bapak Riyadi, S.H. dan Ibu Sutini serta adik saya Mahendra Maulana yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tak mungkin dapat tergantikan selama masa kuliah hingga terselesaikannya tugas akhir ini. 12. Sahabat-sahabat Yoesniar, Echa, Nike, Sasya, Arshanty dan Mas Aik yang selalu memberikan motivasi sampai tugas akhir skripsi ini terselesaikan. 13. Teman-teman PLB C angkatan 2011 yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta doa yang telah diberikan. ix

11 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penyusunan skripsi. Semoga segala kebaikan semua pihak mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangatlah penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan pihat-pihak yang bersangkutan. Yogyakarta, 4 Juni 2015 Peneliti Kharismantiwi Alfiah NIM x

12 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Fokus Penelitian... 6 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 7 G. Batasan Istilah... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Tunagrahita Pengertian Tunagrahita Kategori Ringan Karakteristik Tunagrahita Kategori Ringan B. Kajian Tentang KTSP Konsep Kurikulum Paradigma Pembelajaran dalam KTSP xi

13 3. Konsep KTSP Tujuan KTSP Prinsip pengembangan KTSP Komponen KTSP C. Implementasi KTSP bagi Anak Tunagrahita Implementasi Kurikulum Implementasi KTSP bagi Anak Tunagrahita Kategori Ringan Perencanaan Pembelajaran a. Asesmen b. Tujuan c. Menentukan Tema Pembelajaran d. Mengembangkan Materi Pembelajaran e. Menentukan Metode f. Penggunaan Media g. Menyusun Prosedur/Langkah Pembelajaran h. Menentukan Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Pembelajaran a. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran b. Pelaksanaan Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran D. Penelitian yang Relevan E. Kerangka Pikir F. Pertanyaan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Subyek Penelitian C. Lokasi Dan Waktu Penelitian D. Metode Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Teknik Keabsahan Data xii

14 G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Profil Sekolah Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Lokasi Penelitian Struktur Kurikulum SDLB B. Hasil Penelitian Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Evaluasi Hasil Belajar Hambatan dalam Implementasi KTSP serta Upaya yang Dilakukan C. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Kegiatan Penelitian Tabel 2. Asesmen xiv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir hal xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran KTSP Lampiran 2 Pedoman Observasi Penilaian Pembelajaran Dalam KTSP Berdasarkan Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Lampiran 3 Pedoman Observasi Penilaian Pembelajaran dalam KTSP Berdasarkan Program Pembelajaran Individual (PPI) Lampiran 4 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 5 Pedoman Wawancara Waka Kurikulum Lampiran 6 Pedoman Wawancara Guru tentang Implementasi KTSP Kelas II SDLB/C Lampiran 7 Pedoman Dokumentasi Lampiran 8 Pedoman Analisis RPP/PPI Lampiran 9 Display Data Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 10 Hasil Observasi Penilaian Pembelajaran Dalam KTSP Berdasarkan Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Lampiran 11 Hasil Observasi Penilaian Pembelajaran dalam KTSP Berdasarkan Program Pembelajaran Individual (PPI) Lampiran 12 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 13 Hasil Wawancara Waka Kurikulum Lampiran 14 Display Data Wawancara Guru kelas II Lampiran 15 Hasil Dokumentasi Lampiran 16 Silabus Lampiran 17 RPP Lampiran 18 Membercheck Lampiran 19 Hasil Analisis RPP/PPI Lampiran 20 Catatan Lapangan Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian FIP Lampiran 22 Surat Rekomendasi Kantor Kesatuan Bangsa Lampiran 23 Surat Ijin Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Lampiran 24 Surat Keterangan dari Lokasi Penelitian Lampiran 25 Dokumentasi Foto Pelaksanaan Pembelajaran hal xvi

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia berhak memperoleh pendidikan, tak terkecuali adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). ABK adalah sebutan untuk anak yang mengalami hambatan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial sehingga memerlukan pendidikan khusus untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki agar mampu menyesuaikan diri hidup di masyarakat tanpa bergantung pada orang lain. Hal ini dikemukakan secara jelas dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 (2003: 8) bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Salah satu ABK yang dimaksud adalah anak tunagrahita kategori ringan. Tunagrahita kategori ringan adalah istilah bagi individu yang mengalami keterbatasan intelektual. Hal ini menyebabkan individu mengalami kesulitan dalam berpikir secara abstrak. Karakteristik anak tunagrahita di antaranya adalah intelegensi yang kurang berkembang menyebabkan kesulitan dalam berpikir abstrak. Mumpuniarti (2007: 16) berpendapat anak normal mampu mencapai tahap operasional konkret pada usia 11 tahun, sedangkan pada anak tunagrahita dapat dicapai pada usia 15 tahun atau 17 tahun. Tunagrahita memiliki kemampuan intelektual yang rendah sehingga kemampuan berpikirnya terbatas. Pendidikan khusus harus diberikan agar dapat mengakomodasi kebutuhan 1

19 belajarnya. Pembelajaran fungsional sesuai diterapkan untuk anak tunagrahita kategori ringan. Pembelajaran fungsional diterapkan untuk melatih kemandirian siswa tunagrahita. Pembelajaran ini dapat diaplikasikan pada setiap aktivitas. Dalam proses pembelajaran dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh sumber belajar yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas tersebut dapat ditentukan dengan pendekatan model tematik. Hal ini dilakukan karena pendekatan tematik dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa dengan keterbatasan intelektual.seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (2006: 24) menyatakan bahwa pendekatan model tematik diterapkan untuk satuan pendidikan khusus SDLB, SMPLB, SMALB, C, C1, D1, G. Pendidikan memerlukan kurikulum sebagai pedoman dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurikulum terdapat tujuan, isi, materi, dan evaluasi yang saling berkaitan sehingga kegiatan pendidikan dapat terlaksana secara jelas. Kurikulum untuk siswa tunagrahita disusun sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Kurikulum yang berlaku sekarang adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (selanjutnya disebut KTSP). KTSP adalah kurikulum berbasis sekolah yang dalam penerapannya disesuaikan dengan kondisi siswa, keadaan sekolah, dan masyarakat. KTSP merupakan pengembangan kurikulum lanjutan dan hasil evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diterapkan pada tingkat satuan pendidikan. KTSP dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan 2

20 pendidikan yaitu sekolah (Depdiknas, 2008: 13). KTSP merupakan kebijakan pemerintah yang harus dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan, termasuk Sekolah Luar Biasa (selanjutnya disebut SLB). Dalam menerapkan KTSP di SLB dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan siswa. Siswa tunagrahita memerlukan program kurikulum yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar sesuai dengan kemampuan siswa sehingga implemetasi KTSP perlu disesuaikan dengan layanan pendidikan tunagrahita. Oleh karena itu, perlu kurikulum yang disusun secara individual yang sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. Hal ini sesuai dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (2006: 24) menyatakan bahwa Kurikulum satuan pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB, C, C1, D1, G dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan siswa dan sifatnya lebih individual. Kurikulum yang dirancang bagi anak tunagrahita kategori ringan dapat dimodifikasi sesuai dengan kemampuannya. Program pembelajaran bagi tunagrahita kategori ringan harus dimodifikasi sesuai potensi siswa tunagrahita. Program bagi tunagrahita kategori ringan disebut Program Pendidikan Individual (selanjutnya adalah PPI). PPI merupakan program yang diindividualkan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki anak. PPI yang dirancang guru dapat mengoptimalkan potensi siswa, karena perencanaan berdasarkan pada kemampuan individu masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala SLB Rela Bhakti I Gamping pada tanggal 10 Desember 2014 di dapat informasi bahwa KTSP sudah lama 3

21 diterapkan tetapi belum ada penelitian mengenai implementasi KTSP. KTSP masih diterapkan pada kelas I, II, III, V, dan VI, tetapi pada kelas I merupakan kelas awal sebagai tahap percobaan siswa memperoleh layanan pendidikan khusus, untuk kelas IV sudah menerapkan Kurikulum Berkaitan dengan implementasi KTSP diperoleh bahwa siswa-siswa di kelas III, V, dan VI memiliki hambatan penyerta selain tunagrahita kategori ringan. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan pada siswa yang hanya mengalami tunagrahita kategori ringan yaitu pada kelas II. Selanjutnya, wawancara juga dilakukan dengan guru kelas II SDLB/C, pada tanggal 16 Desember Berdasarkan hasil wawancara, implementasi KTSP dalam kegiatan belajar mengajar perlu dilakukan penyesuaian karena perubahan dari kurikulum yang sentralistik ke desentralistik. Hal yang dimaksudkan adalah KBK disusun dari pusat, guru dapat langsung menerapkan pedoman kurikulum yang sudah ditentukan. Sedangkan KTSP, guru dapat menyesuaikan indikator pencapaian dengan kemampuan masing-masing siswa. Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum (Waka Kurikulum) menyatakan bahwa terdapat beberapa hambatan dalam melakukan penyesuaian kurikulum dengan potensi siswa. Hal ini disebabkan kesulitan dalam menentukan kebutuhan siswa. Berkaitan dengan implementasi KTSP pada perencanaan pembelajaran beberapa informasi diperoleh dari guru kelas II SDLB/C pada tanggal 16 Desember 2014 bahwa perencanaan pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pembelajaran (RPP) disusun sendiri oleh guru kelas II. RPP yang disusun merupakan RPP tematik. Guru menyusun silabus dan RPP tematik secara mandiri 4

22 dengan menentukan tema. Selain itu, pada tanggal 17 Desember 2014, dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas II SDLB/C. Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa guru belum melaksanakan pembelajaran berbasis pendekatan tematik integratif sesuai dengan RPP tematik yang sudah disusun. Pelaksanaan pembelajaran masih menerapkan per bidang studi dalam penyampaian materi di kelas. Guru memegang peran utama dalam pelaksanaan pembelajaran, artinya guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran juga belum memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Siswa cenderung pasif mendengarkan penyampaian materi secara verbal. Ketika menyampaikan materi dilakukan secara klasikal sehingga seluruh siswa menerima materi yang disamaratakan, tetapi dalam pemberian tugas dibedakan sesuai dengan kemampuan siswa. Menurut guru layanan individual diberikan dengan penugasan sesuai kemampuan masing-masing siswa. Berkaitan dengan pemahaman guru dalam pelaksanaan KTSP pada anak tunagrahita kategori ringan, Wakil kepala sekolah bagian kurikulum Sekolah menyebutkan bahwa kemampuan guru belum sepenuhnya memahami dan memberikan layanan individual sesuai kebutuhan siswa. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dari guru yang bersifat pribadi. Berangkat dari masalah-masalah tersebut disimpulkan bahwa ada indikasi implementasi KTSP yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran di Sekolah Luar Biasa belum berjalan optimal. Penerapan kurikulum bagi siswa tunagrahita dirancang secara fungsional sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Pembelajaran fungsional untuk setiap anak tunagrahita juga berbeda. Guru sebagai pelaksana 5

23 kurikulum hendaknya dapat menerapkan kurikulum yang fungsional bagi anak tunagrahita secara individual. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bagi anak tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping. Dengan penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan secara jelas mengenai penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SLB kemudian ditinjau dari segi teori. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan langkah selanjutnya untuk pengembangan kurikulum bagi siswa tunagrahita kategori ringan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara awal, teridentifikasi beberapa masalah terkait implementasi KTSP kelas II SDLB di SLB Rela Bhakti I Gamping yaitu: 1. Guru belum sepenuhnya memahami konsep dan pengembangan KTSP yang dapat menyesuaikan kebutuhan belajar siswa tunagrahita. 2. Belum maksimalnya pembelajaran tematik integratif di kelas. 3. Ada indikasi implementasi KTSP yang disesuaikan dengan karakteristik tunagrahita kategori ringan belum optimal. C. Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah penelitian yaitu tentang adanya indikasi implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi anak tunagrahita II Sekolah Dasar (SD) di SLB Rela 6

24 Bhakti I Gamping belum berjalan optimal. Penelitian ini dilaksanakan karena implementasi KTSP di Sekolah Luar Biasa belum banyak diteliti. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi siswa tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping? 2. Apa saja hambatan yang dialami guru dan upaya yang dilakukan dalam implementasi KTSP bagi siswa tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi siswa tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping. 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan yang dialami guru dan upaya yang dilakukan dalam implementasi KTSP bagi siswa tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah khasanah keilmuan Pendidikan Khusus Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada siswa tunagrahita. 7

25 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi kinerja guru dan pemahaman guru dalam pelaksanaan KTSP bagi siswa tunagrahita kategori ringan. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana pemahaman mengenai implementasi KTSP bagi tunagrahita kategori ringan. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan referensi pengetahuan dan dasar bagi penelitian selanjutnya. Terutama dalam mendalami teori tentang kurikulum bagi siswa tunagrahita kategori ringan. G. Batasan Istilah 1. Implementasi KTSP bagi tunagrahita kategori ringan adalah penerapan/pelaksanaan KTSP yang dilakukan oleh guru di kelas meliputi penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan hambatan-hambatan dalam implementasi. KTSP serta upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala. 2. Anak tunagrahita adalah anak dengan keterbatasan intelektual yang tidak mampu berpikir abstrak yang berdampak pada kemampuan akademik dan non akademik. 8

26 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita secara umum adalah kondisi yang kompleks, menunjukkan kemampuan intelektual yang rendah (IQ 70). American Association of Mental Retardation (AAMR) yang sekarang organisasi tersebut telah berganti nama menjadi American Assosiation of Intellectual Developmental Disability (AAIDD) dalam (Smith & Tyler, 2010: 268) mendefinisikan mental retardation is a disability characterized by significant limitations both in intellectual functioning and in adaptive behavior as expressed in conceptual, social, and practical adaptive skills.this disability originates before age 18. Istilah tunagrahita digunakan pada individu yang mengalami dua kriteria keterbatasan yaitu dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif, seperti: pemahaman konsep, sosial, dan keterampilan adaptif. Amin (1995: 11) menegaskan anak yang mengalami keterbatasan intelektual kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak. Sutjihati (2007: 105) menambahkan kapasitas belajar anak tunagrahita yang tidak dapat berpikir secara abstrak tersebut berdampak pada kemampuan belajar dan membaca, menulis, dan menghitung (calistung), termasuk tunagrahita kategori ringan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tunagrahita adalah individu yang mengalami kesulitan dalam berpikir secara abstrak, 9

27 dengan keterbatasan tersebut menyebabkan kemampuan belajarnya mengalami kesulitan. Tunagrahita dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tunagrahita kategori ringan, sedang, dan berat. Tunagrahita kategori ringan memiliki tingkat intelegensi tertinggi dibandingkan dengan kategori tunagrahita lainnya. Tingkat intelegensi anak tunagrahita kategori ringan adalah sedangkan tunagrahita kategori sedang berada pada hingga dan kategori berat berada pada hingga atau berada dibawah 20 atau 25 (Mumpuniarti, 2007: 14). Tunagrahita kategori ringan masih mampu didik dalam bidang akademik secara fungsional sehingga bermakna bagi kehidupannya; tunagrahita kategori sedang masih dapat dilatih untuk menanamkan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari (binadiri); tunagrahita kategori berat hanya mampu rawat karena keterbatasannya dalam mengurus diri sendiri, sehingga sering disebut idiot (Sutjihati, 2007: ). Tunagrahita kategori ringan yang termasuk dalam klasifikasi tersebut adalah individu yang masih dapat dididik dengan pembelajaran akademik fungsional dikemas dalam materi yang sederhana. Mild intellectual disabilities has learning difficulties, is able to work, can maintain good social relationships, contributes to society menurut AAIDD (dalam Smith & Tyler, 2010: 270). Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa tunagrahita kategori ringan mengalami kesulitan dalam belajar, tetapi masih mampu melakukan pekerjaan, dapat menyesuaikan diri pada lingkungan sosial dan dapat bergaul dalam masyarakat. Berdasarkan definisi mengenai tunagrahita kategori ringan, dapat 10

28 dikatakan juga bahwa tunagrahita kategori ringan adalah individu yang mengalami keterbatasan dalam kemampuan intelektual dan perilaku adaptif, tetapi masih memiliki potensi dalam kemampuan akademik sederhana. 2. Karakteristik Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita mengalami keterbatasan proses kemampuan intelektual dan keterampilan adaptif. Karakteristik ini yang menyebabkan anak tunagrahita berbeda dengan anak seusianya. Sebagaimana yang diungkapkan Mumpuniarti (2007: 16) anak tunagrahita mengalami ketertinggalan dua atau lima tingkatan di bidang kognitif dibandingkan dengan anak normal yang seusia. Karakteristik tertentu pada anak tunagrahita meliputi: masalah pada kognitif, masalah pada perilaku adaptif, serta kebutuhan untuk memperoleh dukungan untuk dapat hidup mandiri. Sesuai dengan pendapat Smith & Tyler (2010: 271) the three defining characteristics are: problems with cognition; problem with adative behavior; and a need for supports to sustain independence. Karakteristik anak tunagrahita diantaranya adalah intelegensi yang kurang berkembang menyebabkan kesulitan dalam berpikir abstrak. Mumpuniarti (2007: 16) berpendapat perkembangan anak tunagrahita yang lebih lambat dari anak normal karena MA (Mental Age) tidak berkembang sesuai dengan CA-nya (Chronological Age), sehingga ini yang menyebabkan keterbelakangan mental anak. Sutjihati Soemantri (2007: ) menyebutkan karakteristik anak tunagrahita kategori ringan diantaranya: a) Masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. b) Dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled dengan latihan dan 11

29 bimbingan yang baik. c) Tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara mandiri, tidak mampu membelanjakan uangnya, tidak dapat merencanakan masa depan, serta sering berbuat kesalahan. d) Secara fisik tidak berbeda dari anak normal pada umumnya. e) Masih ada kemungkinan dapat bersekolah di sekolah anak berkesulitan belajar dengan mendapatkan bimbingan dari guru khusus pada kelas khusus. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita kategori ringan memiliki kemampuan intelektual yang rendah sehingga kemampuan berpikirnya rendah. Namun, siswa tunagrahita kategori ringan masih memiliki potensi yang dapat dioptimalkan. B. Kajian Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1. Konsep Kurikulum Kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Perubahan kurikulum dilakukan agar mampu menghasilkan lulusan (output) yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Kurikulum didefinisikan sebagai dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata (Wina Sanjaya, 2010: 9). Dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem 12

30 Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (2003: 6). Dengan adanya kurikulum, proses pembelajaran menjadi terarah dan teratur untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum bagi pendidikan khusus disesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa. Kurikulum yang ditetapkan pemerintah sebagai kebijakan dengan memperhatikan kebutuhan siswa sesungguhnya. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (2003; 18) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik emosional mental sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa Pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada rencana tertulis saja, tetapi juga seluruh kegiatan yang ada di sekolah. Arifin berpendapat (2012: 4) kurikulum merupakan semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, yang dapat dilakukan dimana pun atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian kurikulum dapat diartikan sebagai berbagai macam aktivitas yang dilakukan sekolah untuk membimbing siswa dalam belajar sehingga mencapai tujuan pendidikan, yang diutamakan yaitu proses belajar mengajar, mengatur strategi pembelajaran, mengevaluasi program pembelajaran (Trianto, 2010: 15). Wina Sanjaya (2010: 9) berpendapat kurikulum mencakup dua sisi yang sama 13

31 penting, yaitu perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi pengalaman belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan kurikulum bukan hanya seperangkat dokumen saja, tetapi segala bentuk aktivitas yang dikemas dalam program pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan terhadap siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Nasution (2005: 8-9) berbagai tafsiran kurikulum dapat ditinjau dari segi lain, diantaranya sebagai berikut: 1) Kurikulum dapat dipandang sebagai produk, merupakan hasil dari para pengembang kurikulum yang dituangkan dalam bentuk dokumen kurikulum dan bersifat idea. 2) Kurikulum dipandang sebagai program, dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga dengan berbagai macam kegiatan yang mempengaruhi perkembangan individu, misal: pertandingan, pramuka, dsb. 3) Kurikulum dipandang sebagai hal-hal yang dipelajari siswa, yakni tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diberikan kepada siswa. 4) Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Pandangan kurikulum ini sebagai kurikulum secara aktual menjadi kenyataan pada siswa, berbeda dengan ketiga pandangan kurikulum yang telah disebutkan diatas. Dalam pelaksanaannya akan berbeda dari yang direncanakan dengan yang diharapkan menurut rencana. 14

32 Penerapan kurikulum dalam pembelajaran dikelola oleh pendidik. Karena kurikulum yang direncanakan merupakan pemikiran dari para pengembang kurikulum. Menurut Nasution (2005: 8) kurikulum yang bersifat idea karena mengandung harapan/cita-cita pendidikan. Pendapat Wina Sanjaya (2010: 22)mengenai pengertian kurikulum dapat dipahami dua hal menjadi yaitu; (1) Kurikulum sebagai suatu rencana atau program tertulis yaitu kurikulum ideal (ideal curriculum) yang menggambarkan suatu cita-cita untuk mencapai tujuan pendidikan. (2) Kurikulum pada aspek pengalaman belajar siswa, yang pada hakikatnya adalah kurikulum aktual. Kurikulum aktual adalah kurikulum yang riil terjadi di dalam kelas. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurikulum aktual diterapkan di antaranya: a) Kelengkapan sarana prasarana yang tersedia di sekolah. b) Kapasitas kemampuan guru dalam menerapkan program kurikulum dalam pembelajaran. c) Kebijakan sekolah. Dengan keterbatasan tersebut maka guru dapat menerapkan kurikulum sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum aktual yang benar-benar dapat diterapkan pada siswa perlu dilakukan modifikasi. Menurut Mohammad Ali (2010: 13) penerapan kurikulum aktual dapat diterapkan di kelas, namun tetap memperhatikan rambu-rambu dan mematuhi syarat dalam dokumen, serta bagi guru dalam melakukan modifikasi kurikulum 15

33 dapat melatih kreativitasnya. Dalam proses pembelajaran juga terdapat kegiatan lain yang tidak termuat dalam dokumen kurikulum. Ini yang disebut kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Menurut Wina Sanjaya (2010: 26) kurikulum tersembunyi memiliki dua makna, yakni: a) Kurikulum tersembunyi dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis, tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna. Khairun Nisa (2009: 78) menambahkan kurikulum tersembunyi dalam mencapai pembelajaran yang bermakna yaitu tingkah laku, sikap, cara bicara, dan perlakuan guru terhadap siswa yang mengandung pesan moral. b) Kurikulum tersembunyi juga dapat diartikan sebagai gejala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum tersembunyi merupakan hasil dari suatu proses pendidikanyang tidak terencana. Penerapan kurikulum tersembunyi dalam aktivitas pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran nyata sesuai kondisi di kelas serta mampu meningkatkan kreativitas guru. 2. Paradigma Pembelajaran dalam KTSP Paradigma pembelajaran saat ini mulai mengalami pergeseran dari behavioristik ke konstruktivistik. Pada KTSP menerapkan teori belajar konstruktivistik. Pergeseran paradigma pembelajaran dikarenakan selama ini didasarkan pada pendekatan teori belajar behavioristik sehingga perlu untuk dikembangkan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Menurut aliran 16

34 behavioristik, belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (dalam Wina Sanjaya, 2010: 237). Pembelajaran yang menggunakan teori behavioristik diilustrasikan, stimulus diberikan guru secara aktif dan siswa yang merespon. Dalam teori ini siswa sebagai individu yang pasif. Pendekatan teori belajar behavioristik menganggap bahwa perilaku yang dapat diukur dan dapat diamati merupakan hasil belajar individu (Benny, 2009: 154). Belajar merupakan hasil perubahan perilaku setelah memperoleh pengalaman. Pengalaman belajar dapat diketahui melalui perilaku yang dapat diamati bukan dengan proses mental. Proses mental adalah pikiran, perasaan, dan motif yang dialami tetapi tidak dapat dilihat oleh orang lain (Santrock, 2010: 266). Meskipun tidak dapat diamati, tetapi merupakan sesuatu yang nyata. Teori behavioristik berbeda dengan kontriktivisme. Kontruktivisme menganut bahwa siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya dengan pengalaman yang nyata. Pendekatan konstruksivistik menekankan pada perlunya proses mental seseorang dilibatkan secara aktif dalam menempuh proses belajar dan membangun pengetahuan (Benny, 2009: 154). Hal ini berbeda dengan teori behavioristik yang tidak memperhatikan proses mental dalam pembelajaran. Menurut kaum konstruksivistik belajar diartikan tidak sekedar menghafal, tetapi proses membangun pengetahuan melalui pengalaman (Wina Sanjaya, 2010: 246). Pengetahuan tersebut bermakna jika dibangun dan ditemukan sendiri oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan dari teori 17

35 gestalt bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara keseluruhan kemudian menata kembali dalam struktur yang lebih sederhana (dalam Sugihartono, dkk., 2007: 107). Oleh karenan itu, guru bertugas mengatur lingkungan belajar mengajar sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri serta memperoleh pengalaman langsung. 3. Konsep KTSP Kurikulum yang berlaku kini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK ditetapkan oleh pusat, sedangkan dalam KTSP diserahkan dan disusun oleh satuan pendidikan yang bersangkutan dan tetap berpedoman pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan (Arifin, 2012: 184). Menurut Joko Susilo (2012: 97) KTSP diolah dari standar isi dan standar kompetensi lulusan yang berarti menekankan pada kompetensi. Sedangkan menurut Mulyasa (2011: 21) KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan. KTSP memberikan keleluasan pada satuan pendidikan yang bersangkutan untuk mengembangkan sendiri kurikulum untuk dapat disesuaikan dengan 18

36 kebutuhan yang bersangkutan karena lebih mengetahui secara mendalam kondisi daerah setempat dan kebutuhan belajar siswa sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang ada. Artinya dokumen KTSP dikembangkan sendiri oleh Satuan Pendidikan. 4. Tujuan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan. Tujuan KTSP, meliputi: (a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum dengan mendayagunakan sumber daya yang ada di lingkungan dan sekolah; (b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan secara bersamasama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; (c) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan dalam mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik (Mulyasa, 2011: 22). 5. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip: a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; b) Beragam dan terpadu; c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan; d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan; e) Menyeluruh dan berkesinambungan; f) Belajar sepanjang hayat; 19

37 g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006). Pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat diterapkankan pada siswa sebagai wujud dari hasil belajar. Penerapan kurikulum dilakukan guru dengan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, sehingga menjadi tolok ukur dalam penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari (Mulyasa, 2010: 146). 6. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berikut. Secara umum pelaksanaan KTSP meliputi lima komponen yaitu sebagai (a) Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan Visi, misi, dan tujuan pendidikan merupakan hal mutlak dalam sebuah organisasi atau lembaga. Sebuah organisasi (lembaga sekolah) memiliki tujuan yang akan dicapai. Dengan adanya visi dan misi yang jelas sehingga tujuan pada suatu lembaga dapat tercapai. Menurut Morrisey (dalam Mulyasa, 2011: 176) menyatakan bahwa visi adalah hal yang mewakili dari yang telah diyakini sebagai bentuk organisasi selanjutnya dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik, dan stakeholder lainnya. Menurut Mulyasa (2011: 177) dalam mengembangkan visi di sekolah harus mampu memanfaatkan kekuatan yang sesuai dengan kegiatan internal sekolah. Kekuatan tersebut disebutkan sebagai berikut: 1) Kekuatan yang berhubungan dengan kondisi di lingkungan sekitar sekolah (masyarakat). 20

38 2) Kekuatan yang berhubungan dengan klien pendidikan, yaitu latar belakang sosial, aspirasi keuangan, sumber-sumber masyarakat, dan karakteristik lingkungan. Visi dan misi selalu berdampingan karena keduanya berkaitan erat dengan tujuan. Visi lebih bersifat abstrak karena merupakan buah pikir (ide). Sedangkan, misi merupakan perwujudan dari visi yang telah dirumuskan. Misi menggunakan kata-kata operasional dalam penjabarannya sehingga mudah untuk dimaknai dan dilaksanakan. Dengan adanya visi dan misi yang jelas dari suatu lembaga Sekolah setiap warga sekolah yang bersangkutan juga dapat membantu mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan satuan pendidikan adalah segala sesuatu yang menjadi acuan dalam mengembangkan KTSP di satuan pendidikan yang bersangkutan (Mulyasa, 2011: 178). Tujuan pendidikan satuan pendidikan berupaya untuk meningkatkan potensi siswa sebagai anggota masyarakat serta mampu mengadakan hubungan sosial dengan masyarakat dan alam sekitar, maka untuk mencapai hal itu, tujuan pendidikan satuan pendidikan berpedoman pada tujuan pendidikan nasional (Oemar Hamalik, 2009: 178). Menurut Herbert Spencer (dalam Nasution, 2009:17) tujuan pendidikan dalam lima bagian berkenaan dengan: (1) Kegiatan demi kelangsungan hidup, seperti menjaga kesehatan, mencegah dari penyakit, hidup teratur, mampu melindungi diri dari bahaya. 21

39 (2) Usaha mencari nafkah, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja. (3) Mengurus dan menjaga keluarga, bertanggung jawab atas pendidikan anak dan kesejahteraan keluarga. (4) Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan Negara. (5) Penggunaan waktu senggang untuk menikmati kegiatan yang menyenangkan. Bagian-bagian tersebut merupakan kebutuhan manusia sejak lahir hingga dewasa. Dalam pendidikan, tujuan yang dicapai harus secara konkrit dan jelas, sehingga kegiatan pendidikan mampu memenuhi kebutuhan siswa ketika dewasa sehingga menjadi generasi yang survive pada masa yang akan datang. (b) Struktur Muatan KTSP Struktur muatan dalam panduan KTSP (BSNP, 2006: 9-13) memuat hal-hal sebagai berikut. 1) Mata Pelajaran 2) Muatan Lokal 3) Kegiatan Pengembangan Diri 4) Pengaturan Beban Belajar 5) Kenaikan kelas, Penjurusan, dan Kelulusan 6) Pendidikan Kecakapan Hidup 7) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global (c) Kalender Pendidikan Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran siswa selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan 22

40 tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur (2006: 44). Mulyasa (2013: 25) menambahkan hari libur dapat berbentuk jeda tengah semester selama-lamanya satu minggu, dan jeda antar semester. (d) Silabus Silabus merupakan penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian Kompetensi untuk penilaian (Martiyono,(tanpa tahun): 217). Mulyasa (2011: 209) menyatakan bahwa Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) menyiapkan kurikulum dan silabus, sehingga tugas guru menjabarkan, menganalisis, dan menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik siswa dan kondisi sekolah. Meskipun, bagi sekolah yang mampu dapat menyusun silabus secara mandiri diperkenankan dan tetap berpedoman pada SKKD. Dalam mengembangkan silabus, guru diberikan keleluasan dalam mengembangkan dan menyusunnya (dalam artian dapat memodifikasi silabus) secara mandiri dengan tetap berpedoman pada SK dan KD. Martiyono (tanpa tahun, 219) berpendapat pengembangan silabus dapat dilakukan oleh pihak terkait, yaitu guru secara mandiri atau berkelompok dalam satu sekolah atau dari beberapa sekolah, Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Dinas Pendidikan. 23

41 Kunandar (2007: 250) menjabarkan komponen-komponen silabus, sebagai berikut. 1) Standar Kompetensi Mata Pelajaran 2) Kompetensi Dasar 3) Hasil belajar 4) Indikator Hasil Belajar 5) Materi Pokok 6) Kegiatan Pembelajaran 7) Alokasi Waktu 8) Adanya penilaian 9) Sarana dan sumber belajar Komponen-komponen tersebut dapat disajikan dalam format tabel horizontal atau vertikal baik dalam bentuk naratif atau matrik disesuaikan dengan masing-masing ketentuan satuan pendidikan. (e) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP adalah rancangan yang berisi prosedur dan pengorganisasian pembelajaran (Martiyono, tanpa tahun: 229). Sedangkan menurut Mulyasa (2011: 212) rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Dalam PP Nomor 1 tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus menyatakan bahwa RPP disusun setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. C. Implementasi KTSP bagi Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Implementasi Kurikulum Implementasi adalah penerapan dari sesuatu yang telah ditentukan. Menurut Joko Susilo (2008: 74) implementasi adalah suatu penerapan ide, 24

42 konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis mampu memberikan dampak berupa perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Oxford Advance Learner Dictionary (dalam Susilo, 2008: 74) menyatakan implementasi adalah put somethimg into effect, maksudnya adalah penerapan yang mampu memberikan dampak. Implementasi kurikulum menurut Joko Susilo (2012: 175) adalah operasional kurikulum dalam bentuk tertulis menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran dalam pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2009: 238) implementasi kurikulum adalah pelaksanaan program kurikulum yang dikembangkan terlebih dulu kemudian dilaksanakan di sekolah, sambil dilakukan penyesuaian dengan keadaan lapangan dan karakteristik siswa, baik kemampuan kognitifnya, psikis dan fisiknya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa implementasi kurikulum adalah penerapan/pelaksaan program kurikulum berupa aktivitas dan pengelolaan sekolah dan kelas yang telah dikembangkan dan menyesuaikan dengan situasi sekolah dan kemampuan siswa. 2. Implementasi KTSP bagi Anak Tunagrahita Kategori Ringan Anak tunagrahita kategori ringan memiliki keterbatasan dalam berpikir. IQ yang berkisar 55-70, menyebabkan tidak dapat berpikir secara abstrak. Keterbatasan kemampuan berpikir tunagrahita kategori ringan menunjukkan bahwa perlu dilakukan penyesuaian kurikulum dengan kemampuan dan kebutuhan belajar siswa. Siswa tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga kurikulumnya pun berbeda dengan kurikulum pada 25

43 umumnya. Smith and Tyler menegaskan (2010: 284) most students with intellectual disabilities do not fully access the general education curriculum. Kebanyakan siswa dengan ketidakmampuan berpikir tidak dapat secara utuh menjangkau kurikulum pendidikan secara umum. Dengan demikian, penerapan KTSP di SLB lebih ditekankan pada kebutuhan belajar anak dan potensi yang dimiliki anak. Anak tunagrahita tidak dapat mencapai tujuan pendidikan menggunakan kurikulum regular, maka kurikulum fungsional lebih tepat. Menurut pendapat Rusch (dalam Smith & Tyler, 2010: 288).. functional curriculum, a curriculum that focuses on skills used in daily life before and after graduation. Maksud pemaparan tersebut kurikulum fungsional adalah kurikulum yang berfokus pada kecakapan hidup sehari-hari yang dapat digunakan sejak mulai hingga lulus dari pendidikan. Pendapat ini sejalan dengan yang ditegaskan Kurikulum Pendidikan Luar Biasa dalam Endang R. & Zaenal A. (2005: 40) kurikulum bagi anak yang memiliki keterbatasan intelektual bertujuan memberi bekal kemampuan yang berupa perluasan serta peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh dan bermanfaat bagi siswa agar mampu hidup mandiri disesuaikan dengan karakteristiknya. Kurikulum dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, keduanya merupakan hal yang saling berkaitan. Kurikulum dapat bermakna apabila diwujudkan dalam proses pembelajaran, begitu pula dengan pembelajaran akan berlangsung baik apabila ada kurikulum sebagai pedomannya (Deni, 2014: 54). 26

44 Implementasi kurikulum di sekolah bagi tunagrahita kategori ringan memerlukan tahapan yang tepat agar penerapan tersebut berhasil dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Implementasi kurikulum bagi tunagrahita kategori ringan nampak dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka pemahaman dan kompetensi guru memiliki peran penting. Dalam mengembangkan indikator pencapaian kompetensi sesuai kekhususan siswa dilakukan secara berkelompok oleh guruguru. Namun, dalam pelaksanaannya indikator pencapaian kompetensi menyesuaikan dengan kondisi masing-masing siswa tunagrahita kategori ringan. Bartleman et al. (2010:1) menyatakan desain pembelajaran untuk siswa tunagrahita memerlukan kualitas pengajaran yang berkaitan dengan hasil assessmen, tujuan IEP (Individualized Education Program) atau PPI (Program Pembelajaran Individual), dan perencanaan pendidikan yang diberikan pada penyandang tunagrahita. Menurut pendapat Kunandar (2007: 235) implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yakni perencanaan/pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Senada dengan pendapat Oemar Hamalik (2009: 249) menyebutkan tahapan implementasi kurikulum meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka, impelementasi kurikulum bagi anak tunagrahita meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan program pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. 27

45 3. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merencanakan semua komponen pembelajaran, terutama dalam rencana pelaksanaan pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, terarah, dan jelas (Martiyono: (tanpa tahun, 23). Perencanaan pembelajaran dalam kurikulum KTSP adalah langkah-langkah yang disusun untuk memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran bagi siswa, sesuai dengan SKKD yang ditetapkan. Dalam Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras disebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kunandar menambahkan (2007: 243) guru diharapkan mampu memberikan stimulus atau ransangan dalam pengalaman belajar yang bermakna untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal sehingga pengembangan silabus dan rencana pembelajaran yang diberikan tepat sesuai karakteristik siswa. Oleh karena itu, materi pengembangan silabus dan RPP penting dikuasai oleh guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai KD (Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008). Menurut Kunandar (2007: 262) lingkup RPP mencakup satu KD yang terdiri dari satu atau lebih indikator pencapaian untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP yang disusun oleh guru juga memerhatikan beberapa prinsip agar mampu tepat bagi potensi yang dimiliki siswa dan 28

46 ketentuan dari sisi kurikulum. Berikut adalah prinsip penyusunan RPP dalam Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008, meliputi: identitas mata pelajaran/tema pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, serta sumber belajar. Kunandar (2007: 263) berpendapat RPP hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan dapat memberikan kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikan dengan pembelajaran yang sesungguhnya. Perencanaan pembelajaran bagi siswa tunagrahita mengutamakan pada program yang bersifat individual. Program Pembelajaran individual (PPI) adalah program atau rencana yang disusun untuk individu siswa berkelainan tertentu (Mumpuniarti, 2007: 77). PPI kependekan dari program pendidikan yang diindividualkan. Makna diindividualkan berarti rencana yang dibuat secara khusus harus memenuhi kebutuhan khusus anak. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu pada aspek tujuan, modifikasi, akomodasi, personil, penempatan anak kebutuhan khusus (Terri Mauro (tanpa tahun) dalam diunduh tanggal 3 januari 2015). Welton & Mallan (1981: 371) individualized instruction is disarmingly simple; the intent is to provide instruction that is keyed to the student s needs, interests, and abilities and permits the student to maximize his or her potential. Dalam pendapat ini dinyatakan bahwa pembelajaran individual merupakan sesuatu yang sederhana, dengan merumuskan tujuan untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, minat, dan 29

47 kemampuannya serta dapat memungkinkan siswa untuk memaksimalkan potensinya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PPI adalah program yang dirancang oleh guru sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga program yang diberikan secara tepat dan mampu mengoptimalkan potensi anak. PPI adalah program yang dirancang menyesuaikan dengan hasil asesmen. PPI lebih tepat digunakan pada anak tunagrahita kategori ringan karena kebutuhan belajarnya bisa terpenuhi. Menurut Endang R. & Zaenal A., 2005: 35) masalah dan hambatan belajar tunagrahita yang kompleks membawa konsekuensi kepada kompetensi guru di dalam menyusun rencana pembelajaran yang mampu mengakomodasi kebutuhan anak tunagrahita. Apabila dalam mengakomodasi kebutuhan tunagrahita mengalami kegagalan dapat dipastikan pada tahap selanjutnya akan menemui masalah. Program pembelajaran bagi anak tunagrahita dikembangkan dari dua sisi, yaitu: dari sisi kurikulum dan kebutuhan anak. Rancangan PPI dapat disusun dengan dua cara, yaitu: 1) Penyusunan PPI berdasarkan analisis kurikulum dengan hasil asesmen. 2) Penyusunan PPI berdasarkan hasil asesmen, analisis kurikulum hanya sebagai rujukan formal (Endang R. & Zaenal A., 2005: 145). Guru dapat memilih salah satu cara tersebut untuk menyusun PPI sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing-masing. Namun, dalam pelaksanaannya PPI harus memenuhi rambu-rambu dalam perancangan program. Menurut Mumpuniarti (2007:77) PPI meliputi: deskripsi 30

48 kemampuan yang dimiliki anak; tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek; rincian layanan yang memuat pendidikan khusus dan layanan yang terkait dengan kebutuhan anak; keterangan waktu dimulainya program, waktu selesai, serta evaluasi; setiap tujuan terdapat kriteria ketercapaian. Menurut Kitano dan Kirby (dalam Endang R. & Zaenal A., 2005: 48) prosedur ideal untuk menentukan program pembelajaran individual yaitu : 1) Pembentukan tim PPI 2) Menilai kebutuhan khusus anak 3) Merancang metode dan prosedur pembelajaran 4) Menentukan evaluasi kemajuan anak PPI merupakan bentuk perencanaan pembelajaran oleh guru yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar lebih terarah. Selain itu, bagi siswa tunagrahita kategori ringan diberikan pembelajaran yang menekankan pada tema-tema tertentu sehingga kegiatan belajar menjadi bermakna dan utuh. Perencanaan pembelajaran individual bagi anak tunagrahita kategori ringan meliputi: asesmen, merumuskan tujuan pembelajaran, penentuan tema, menentukan materi pembelajaran, menentukan metode, media, dan prosedur, serta menentukan evaluasi pembelajaran. (a) Asesmen Program pembelajaran anak tunagrahita kategori ringan berorientasi pada kebutuhan setiap individu. Anak tunagrahita kategori ringan memiliki karakteristik yang berbeda meskipun anak tunagrahita memiliki MA (Mental Age) atau usia mental yang sama (Endang R. & Zaenal A., 2005: 35). Oleh karena itu, anak tunagrahita membutuhkan program 31

49 pembelajaran yang dirancang secara individual. Untuk dapat merancang PPI, guru dituntut memiliki kompetensi mampu mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan belajar siswa. Menurut Rochyadi (2005: 61) untuk memperoleh data dan informasi tentang kebutuhan dari masalah yang dihadapi anak, guru dapat melakukannya melalui kegiatan yang disebut asesmen. Asesmen adalah upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan dan kebutuhannya pada bidang tertentu, setelah itu data hasil asesmen dapat dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan PPI yang sesuai bagi anak (Endang R. & Zaenal A., 2005: 61). Standards for Special Education (2003: 3) mendefinisikan asesmen merupakan proses berkelanjutan dengan mengumpulkan informasi tentang siswa menggunakan sejumlah metode formal dan informal dari berbagai kawasan/area yang dapat diamati dan ditunjukkan (seperti perilaku, komunikasi, intelektual, karakteristik belajar dan fisik), untuk mengembangkan dan melaksanakan program yang tepat sehingga mendukung pembelajaran siswa. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan asesmen bagi anak tunagrahita adalah serangkaian proses yang dilakukan berkelanjutan untuk mendapatkan informasi/data anak mengenai kebutuhan belajar, kelemahan, dan kemampuan yang dimiliki secara tepat, agar program yang dirancang dapat mengoptimalkan potensinya. Dalam asesmen bagi anak tunagrahita kategori ringan setidaknya ada empat bidang yaitu; bidang akademik, bidang sensorimotor, 32

50 bidang menolong diri, dan bidang perilaku (Endang R. & Zaenal A., 2005: 68). Untuk menggali informasi/data mengenai empat bidang tersebut dilakukan dengan cara observasi, wawancara, tes. Menurut Mary A. Falvey (dalam Endang R. & Zainal A., 2005: 65) metode pengumpulan informasi/data siswa harus mempertimbangkan tiga hal penting berikut ini. 1) Kapan asesmen dilakukan? Asesmen dilakukan secara terus-menerus untuk menentukan program pembelajaran yang sesuai dan fungsional bagi anak. dengan demikian, asesmen dapat memfasilitasi anak dalam belajar dan keterampilan sehingga hasilnya bersifat fungsional. 2) Dimana asesmen dilakukan? Asesmen hendaknya dilakukan dalam situasi yang alamiah, (seperti; di rumah, di dalam kelas, di halaman sekolah, di dalam atau di luar kantin, di asrama, dsb). Hal ini dapat melihat perilaku anak secara alami. 3) Bagaimana asesmen dilakukan? Metode dan teknik menjadi pertimbangan saat melakukan asesmen. Beberapa teknik dapat digunakan dalam melakukan asesmen, diantaranya: observasi, wawancara, dan tes. Berbagai metode digunakan secara kombinasi dan tidak terpisah-pisah. Metode pengumpulan data dilakukan secara mendalam sehingga informasi mengenai kemampuan, masalah, dan kebutuhan anak. Observasi 33

51 dengan setting lingkungan yang alamiah membantu guru untuk melihat keterampilan dan kemampuan anak karena perilaku muncul tanpa ada manipulasi dari guru. Wawancara dapat dilakukan guru kepada orang yang paling dekat dengan anak yaitu orang tua/wali siswa. Sedangkan dokumentasi dapat data riwayat kesehatan, dsb. Data/informasi mengenai siswa hendaknya didapatkan secara akurat agar potensi yang akan dikembangkan, sesuai kebutuhan belajar anak. Dengan demikian asesmen diperlukan untuk menentukan pembelajaran yang tepat bagi anak tunagrahita kategori ringan. Hasil asesmen dapat menjadi acuan bagi guru untuk menentukan kebutuhan belajar siswa. (b)tujuan Dalam PPI dikenal dengan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang akan dilaksanakan dalam waktu yang relatif lama dapat selama satu semester atau satu tahun. Sedangkan tujuan jangka pendek merupakan tujuan yang akan dilaksanakan dalam waktu relatif singkat. Dalam merumuskan tujuan jangka pendek guru juga menggunakan pernyataan-pernyataan yang jelas mengenai perilaku untuk mengukur derajat keberhasilan pembelajaran (Endang R & Zaenal A., 2005: 54-55). Dalam merumuskan tujuan hal-hal yang harus diperhatikan adalah: (1) Tujuan dirumuskan berdasarkan kemampuan siswa untuk mencapainya. 34

52 (2) Memprioritaskan untuk dapat mencapai kemampuan yang praktis dan fungsional. (3) Tujuan yang dirumuskan sesuai dengan usia kronologis siswa. (4) Tujuan dirumuskan dengan menggunakan kata-kata operasional. (5) Komponen ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree) menjadi pedoman dalam merumuskan tujuan. (Mumpuniarti, 2007: 75). (c) Menentukan Tema Pembelajaran Tema merupakan konsep yang menjadi pengikat untuk menyatukan bahasan dalam materi belajar dari beberapa mata pelajaran (Deni, 2014: 101). Pendapat ini didukung oleh Trianto (2013: 154) yang menyatakan bahwa tema merupakan alat untuk pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran yang saling terkait sehingga dalam pembelajaran yang dilaksanakan mengandung materi-materi yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna bagi siswa mampu memberikan pengalaman yang nyata bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abd. Kadir dan Hanun Asrohah (2014: 67) tema diramu dari kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran yang dijabarkan dalam konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ingin dikembangkan dan didasarkan atas situasi dan kondisi kelas, guru, sekolah, dan lingkungan. Namun, dalam penentuan tema juga mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan 35

53 pengetahuan awal (Trianto, 2013: 154). Pendapat tersebut ditegaskan oleh Deni Kurniawan (2014: 103) yang menyebutkan penentuan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) Merujuk pada kompetensi dasar (KD) kemudian tentukan tema (2) )menentukan tema kemudian disesuaikan dengan kompetensi dasar (KD) Tema menjadi hal yang penting dalam perencanaan pembelajaran bagi siswa tunagrahita dengan mempertimbangkan antara kompetensi dasar dalam kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Dengan demikian, antara tujuan yang ingin dicapai dengan kebutuhan belajar siswa dapat tercapai. Trianto (2013: 154) menambahkan materi yang tidak dapat dipadukan tidak perlu dipaksakan, sehingga tidak menyusahkan guru dalam menyusun dan menerapkannya. (d)mengembangkan Materi Pembelajaran Dalam Permendiknas Nomor 1 tahun 2008 menyebutkan bahwa materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir yang sesuai dengan rumusan indikator pencapaian. Menurut Endang R. & Zaenal A. (2005: 148) mengembangkan materi pembelajaran yang dirancang dalam PPI disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak dan menganalisis kurikulum. Pendapat ini didukung oleh Mumpuniarti (2007: 75) yang menyebutkan bahwa pokok-pokok materi yang diajarkan pada anak dapat diambil dari silabus kurikulum sekolah yang telah ditetapkan. Mengembangkan materi pembelajaran dapat diambil dari analisis kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan awal siswa. Materi 36

54 pembelajaran yang disajikan bersifat fungsional. Dengan mengembangkan materi pembelajaran, maka guru dapat menentukan metode dan media yang relevan. (e) Menentukan Metode Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan menyampaikan materi kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Abdul Majid, 2013: 193). Metode yang digunakan guru berpengaruh pada kelangsungan kegiatan belajar mengajar. Metode bagi anak tunagrahita yang memiliki keterbatasan dalam bidang akademik maupun non akademik. Siswa dengan keunikan khusus memerlukan rencana yang lebih terperinci, seperti analisis tugas dan rencana individu (Jacobsen, Eggen, Kauchack, 2009: 164). Metode pembelajaran bagi siswa hambatan mental lebih tepat menggunakan analisa tugas (task analysis). Analisis tugas merupakan proses memecah tugas pembelajaran yang kompleks menjadi bagian-bagian mendasar sehingga siswa dapat menguasai tiap tahapan (Arends, 2013). Analisis tugas adalah proses memecahkan keahlian yang rumit menjadi keahlian yang lebih sederhana (Jacobsen, Eggen, & Kauchack, 2009: 58). Anak tunagrahita tidak dapat mempelajari sesuatu yang rumit, dengan melakukan proses analisis tugas dalam pembelajaran dapat memecah tahapan yang kompleks menjadi tahapan yang sederhana. Tahapan yang belum dikuasai siswa akan 37

55 diketahui oleh guru dan dapat diupayakan dengan pengulangan dalam pembelajaran hingga siswa dapat menyelesaikan tugasnya. (f) Penggunaan Media Penggunaan dan pemilihan media juga memiliki peran penting dalam pembelajaran. Media merupakan alat yang digunakan sebagai pengantar pesan-pesan pembelajaran dari guru kepada siswa (Azhar Arsyad, 2011: 4). Media yang menarik mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginanan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Hamalik dalam Azhar Arshad, 2011: 15). (g)menyusun Prosedur/langkah pembelajaran Proses pembelajaran dimungkinkan dapat mengelompokkan anak berdasarkan karakteristik materi yang akan dibelajarkan secara kooperatif. Meskipun dalam pelaksanaannya dapat dimungkinkan siswa yang heterogen, tetap dikelola secara individual. Dalam pembelajaran sangat dimungkinkan strategi pembelajaran akan berubah sesuai dengan kondisi anak, sehingga kreativitas guru sangat penting (Endang R. & Zaenal Alimin, 2005: 55). (h)menentukan Evaluasi Kemajuan Evaluasi kemajuan belajar hendaknya mengukur derajat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam evaluasi kemajuan 38

56 belajar dilaksanakan dari dua sisi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung dan evaluasi hasil dilakukan setelah pemberian materi tuntas diselesaikan. 4. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi guru, siswa, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila adanya perubahan tingkah laku siswa. Guru memiliki peran penting dalam pembelajaran yaitu mengondisikan lingkungan belajar agar terjadi perubahan perilaku (Kunandar, 2007: 287). Dalam Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus telah diatur mengenai syarat pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Berikut adalah uraiannya. 1. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran a. Rombong Belajar Jumlah maksimal siswa setiap rombongan belajar adalah: SDLB : 5 siswa SMPLB : 8 siswa SMALB : 8 siswa b. Beban Kerja Guru Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan, melaksanakan, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih siswa, serta melaksanakan tugas tambahan. c. Buku teks pelajaran 1) Buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah dipilih melalui musyawarah guru dan komite sekolah. 2) Buku teks pelajaran dipilih dan dimodifikasi sesuai taraf kemampuan membaca siswa dan satuan pendidikan. 3) Guru menggunakan buku panduan, buku pengayaan, buku referensi, dan pengalaman langsung serta sumber belajar lainnya. 4) Guru membiasakan siswa menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain. d. Pengelolaan kelas 1) Guru mengatur tempat duduk sesuai karakteristik siswa; 39

57 2) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan jelas; 3) Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti; 4) Guru menjadwalkan waktu untuk melakukan asesmen serta menyusun dan melaksanakan Program Pembelajaran Individual (PPI); 5) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar sesuai daya tangkap siswa; 6) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran melalui program bina diri; 7) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung; 8) Guru menghargai pendapat siswa; 9) Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; 10) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan dalam PPI. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan inti implementasi kurikulum. Karena melalui hal ini pesan-pesan (SK-KD) kurikulum dilaksanakan (Mulyasa, 2013: 180). Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup (Mulyasa, 2013: 181). Pendapat ini senada dengan pendapat Kunandar (2007: 345) terdapat tiga tahapan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan/awal/pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/tindak lanjut. Dalam Permendiknas Nomor 1 tahun 2008 menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran meliputi; kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan beberapa tahap pelaksanaan pembelajaran, antara lain: 40

58 a. Kegiatan Pendahuluan/ Pembukaan Pembukaan adalah kegiatan awal pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru menciptakan suasana pembelajaran agar siswa siap secara mental dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kesiapan siswa menentukan kegiatan selanjutnya dalam proses pembelajaran. Apabila siswa belum siap menerima materi yang akan disampaikan guru, siswa akan kesulitan menerima materi belajar. Menurut Hosnan (2014: 142) kegiatan pendahuluan memiliki tujuan untuk menciptakan suasana awal belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Dalam kegiatan awal guru melakukan apersepsi yaitu dengan mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipahami sebelumnya serta memberikan komentar pada jawaban siswa (Kunandar, 2007: 345). Dalam Permendiknas Nomor 1 tahun 2008, kegiatan pendahuluan bagi siswa tunagrahita kategori ringan adalah sebagai berikut. 1. Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan menyapa dan memberi salam kemudian berdoa bersama. 2. Menyiapkan kondisi siswa secara psikis dan fisik, seperti kegiatan memeriksa ketersediaan alat belajar, sikap tubuh, dan menuntun gerak (prompting) sesuai derajat kelainan. 41

59 3. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. 4. Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang siswa miliki. 5. Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi siswa. 6. Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan berdasarkan layanan individual yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Kegiatan pendahuluan merupakan hal yang penting sebagai langkah awal agar aktivitas pembelajaran inti berlangsung efektif. Guru juga dapat mengetahui tahapan kemampuan pengetahuan siswa sehingga dapat memulai pembelajaran sesuai kemampuan awal. b. Menyampaikan Materi/Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan untuk pembentukan kompetensi siswa (Mulyasa, 2011: 256). Pembelajaran yang menyenangkan dan menarik akan membantu dalam proses pembentukan kompetensi. Pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosial (2013: 183). Kunandar (2007: 345) menyebutkan kegiatan yang dapat dilakukan adalah membahas tema yang akan disajikan beserta materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari dan alternatif kegiatan yang akan dilakukan siswa. Pembelajaran dalam KTSP bagi kelas awal 42

60 menggunakan pendekatan tematik. Dengan pembelajaran tematik, siswa dapat belajar secara keseluruhan (holistik). Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam menentukan metode dan strategi yang tepat dan bervariasi dalam penyampaian materi. Dalam Permendiknas Nomor 1 tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Proses kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran, meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfimasi. Adapun penjelasan kegiatannya adalah sebagai berikut. 1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a) Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung yang bersifat multi sensorik. b) Menggunakan pendekatan yang mengutamakan pendekatan bermain sambil belajar atau lainnya secara bervariasi dan menyenangkan dengan menggunakan media yang menarik. c) Memfasilitasi interaksi antar siswa dengan siswa, guru, lingkungan, atau sumber lain. d) Melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran agar berpartisipasi secara aktif. e) Memfasilitasi siswa melakukan eksplorasi di berbagai tempat 43

61 dan dalam setiap kegiatan. 2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a) Menyusun analisis tugas sesuai dengan kondisi dan potensi siswa baik akademik maupun non akademik. b) Membiasakan siswa dalam kegiatan yang fungsional seperti membaca, menulis, dan menghitung sederhana sebagai kebiasaan hidup sehari-hari. c) Memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. d) Memfasilitasi siswa untuk mengikuti pameran, lomba, pagelaran, dan festival untuk menunjukkan produk yang dihasilkan. e) Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri siswa. 3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam terhadap keberhasilan siswa. b) Memberikan pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar dengan narasumber dan fasilitator. Pelaksanaan pembelajaran bagi tunagrahita kategori ringan disesuaikan dengan perkembangan anak, tidak dapat dipaksakan sesuai dengan target yang akan dicapai guru (Munawir Yusuf, 2005: 98). Oleh 44

62 karena itu, pelaksanaan PPI bersifat fleksibel. Ini berarti, ketika pelaksanaan PPI saat pembelajaran tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka guru harus segera mengadakan penyesuaian sehingga PPI benarbenar sesuai penerapannya bagi tunagrahita (Munawir Yusuf, 2005: 100). c. Penutup Penutup merupakan kegiatan akhir proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru melakukan beberapa hal yaitu: membuat rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut (Abd. Kadir & Hanun Asrohah, 2014: 160). Permendiknas Nomor 1 tahun 2008 terdapat kegiatan penutup, guru: 1) Melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran individual. 2) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 3) Merencanakan kegiatan tindak lanjut, meliputi: pengulangan pembelajaran, pencatatan dan penilaian anekdot serta layanan individual lainnya sesuai hasil belajar siswa. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran sebagai pelaksanaan dari rencanaa pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Melalui pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui kegiatan yang telah direncanakan dalam PPI. 5. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi merupakan penilaian dan pengukuran terhadap suatu proses pembelajaran. Kegiatan evaluasi dapat menjadi tolak ukur keberhasilan siswa selama pembelajaran. Suharsimi Arikunto (2012: 3) menyatakan bahwa 45

63 mengadakan evaluasi meliputi dua cara, yaitu mengukur dan menilai. Dalam pendapatnya tersebut, makna mengukur dan menilai berbeda. Mengukur berarti membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan sifatnya kuantitatif, sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk dan sifatnya kualitatif (Suharsimi Arikunto, 2012: 3). Pendapat ini didukung oleh Anas Sudijono (2008: 8) menyatakan evaluasi adalah kegiatan atau proses mengukur kemudian menilai, sampai tahap mana tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Proses evaluasi bagi anak tunagrahita ringan dengan menggunakan pembelajaran yang bersifat individual ditentukan oleh guru dengan menerapkan standar untuk setiap siswa sesuai dengan kompetensi yang dimiliki anak sesuai hasil asesmen (Munawir Yusuf, 2005: 299). Dalam hal ini guru memantau kemajuan atau kemunduran belajar siswa. Dengan mengetahui hal itu, guru dapat mengetahui kesesuaian strategi, pendekatan, atau media yang digunakan dengan hasil evaluasi terhadap siswa. Teknik penilaian dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 sebagai berikut: 1. Penilaian hasil belajar menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan individual atau kelompok, dan bentuk lain sesuai potensi dan perkembangan siswa. 2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. 3. Teknik observasi atau pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. 4. Teknik penugasan bertentuk tugas rumah atau proyek secara individual atau kelompok. Proses evaluasi tidak hanya pada hasil saja, tetapi juga saat aspek lain dari diri siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Moh. Soleh Hamid (2011: 221) menjelaskan penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk 46

64 mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi juga mencakup seluruh aspek kepribadian, seperti perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial. Evaluasi hasil pembelajaran tidak hanya mengukur tingkat kemampuan kognitif, terutama bagi anak tunagrahita kategori ringan yang memiliki keterbatasan dalam berpikir. Munawir Yusuf (2005: 100) menyebutkan ada dua jenis evaluasi ditinjau dari pelaksanaan PPI, yaitu: a. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran. b. Evaluasi proses Evaluasi proses dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam evaluasi ini menekankan pada pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakana, serta minat, sikap dan cara belajar siswa (Eko Putro W., 2010: 15) Menurut Hosnan (2014: 416) penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar secara utuh. Menurut Pokey & Siders (dalam Santrock, 2010: 657) penilaian autentik adalah mengevalusi pengetahuan atau kemampuan siswa dalam konteks yang mendekati kehidupan nyata. Evaluasi proses dan hasil harus ditindaklanjuti, apabila berhasil dengan 47

65 baik, maka PPI dapat diteruskan dan dimantapkan lagi (Munawir Yusuf, 2005: 100). Apabila kurang berhasil perlu diadakan peninjauan kembali dan perubahan strategi pembelajaran. D. Penelitian yang Relevan Penelitian berikut ini adalah hasil peneltian yang dinilai relevan dengan penelitian yang berkaitan dengan masalah Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Penelitian Ardian Yunaryo yang berjudul Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar Masjid Syuhada Yogyakarta; Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh Guru SD Masjid Syuhada Yogyakarta, yang meliputi :(1) Perencanaan pembelajaran berbasis KTSP, (2) Pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP, (3) Evaluasi pembelajaran oleh guru, (4) Hambatan yang dialami guru dalam pelaksanaan implementasi KTSP, (5) Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan dalam implementasi KTSP. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian yaitu di SD Masjid Syuhada Yogyakarta. Subyek penelitiannya yaitu Kepala Sekolah dan Guru SD Masjid Syuhada. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)Perencanaan pembelajaran belum berjalan dengan optimal ditinjau dari sisi penyusunan RPP yang masih belum tepat, RPP kadang disusun secara akumulasi dalam beberapa pertemuan sekaligus bahkan setelah pelaksanaan pembelajarannya berlangsung. 48

66 (2)Pelaksanaan pembelajaran di SD Masjid Syuhada juga belum berjalan dengan optimal ditinjau dari sisi jumlah siswa dalam 1 rombongan belajar yang melebihi standar maksimal, beban kerja guru yang terlalu banyak, dan sarana pendidikan yang masih belum mencukupi. (3)Evaluasi pembelajaran sudah berjalan optimal. Hal ini terlihat dari proses pelaksanaan evaluasi yang sudah benar-benar diterapkan guru dengan baik dan juga pemberian nilai kepada siswa secara murni tanpa adanya penambahan. (4)Hambatan dalam implementasi KTSP yaitu banyaknya beban kerja guru, kondisi siswa yang berbeda-beda, keterbatasan waktu, serta kurangnya sarana dan prasarana. (5)Upaya yang dilakukan adalah merumuskan kembali pembagian tugas guru agar bisa merata sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah, selalu berkomunikasi kepada orang tua siswa, meningkatkan kedisiplinan dan memanajemen waktu secara baik, mengajukan usulan kepada kepala sekolah dan yayasan untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Melalui hasil penelitian tersebut hampir serupa dengan Implementasi KTSP pada siswa tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta hambatan dan upaya yang dilakukan oleh guru kelas II. Namun perbedaan penelitian ini adalah implementasi KTSP di Sekolah Luar Biasa pada siswa tunagrahita kategori ringan dan penelitian ini juga belum banyak diteliti. E. Kerangka Berpikir KTSP merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan di tiap satuan pendidikan. Dalam penerapan KTSP disesuaikan dengan kondisi sekolah dan 49

67 siswa. Kurikulum ini sesuai diterapkan di SLB karena dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan belajar siswa berkebutuhan khusus. Perbedaan individu pada siswa berkebutuhan khusus menuntut adanya penyesuaian pembelajaran bagi masing-masing siswa. Tunagrahita adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan intelektual menyebabkan ketidakmampuan berpikir abstrak sehingga mengalami kesulitan dalam bidang akademik maupun non akademik. Meskipun memiliki keterbatasan intelektual, anak tunagrahita dapat diberikan pembelajaran yang sederhana, spesifik, melalui pendekatan tematik. Pembelajaran bagi tunagrahita kategori ringan diberikan secara menyeluruh melalui pendekatan tematik sehingga kegiatan belajar menjadi bermakna. Pembelajaran bagi anak tunagrahita kategori ringan dirancang dengan menyesuaikan kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus memiliki kompetensi untuk merencanakan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan awal siswa melalui kegiatan asesmen. Asesmen dilakukan untuk memperoleh data dan informasi siswa secara terperinci mengenai kelebihan dan kelemahan anak dalam belajar. Apabila guru mengetahui kelemahan dan kelebihan kemampuan belajar siswa, maka guru dapat merancang pembelajaran sesuai dengan potensi anak. Implementasi KTSP bagi anak berkebutuhan khusus terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Adapun di kelas II SDLB/C SLB Rela Bhakti I Gamping penerapan KTSP belum optimal. Perencanaan pembelajaran sudah berjalan baik, pelaksanaan pembelajaran belum 50

68 optimal pada penerapan pembelajaran tematik, dan evaluasi hasil belajar belum efektif sehingga secara tidak langsung layanan pendidikan bagi anak tunagrahita mengalami hambatan. Dengan demikian, implementasi KTSP dapat mengakomodasi pembelajaran tunagrahita. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dalam penerapan KTSP agar anak tunagrahita mendapakan pengalaman belajar melalui pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan anak tunagrahita. 51

69 Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitain Implementasi KTSP bagi siswa Tunagrahita Ringan Kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping Implementasi KTSP pada siswa tunagrahita kategori ringan dilakukan sesuai dengan potensi sekolah, masyarakat, dan kondisi anak tunagrahita kategori ringan di Sekolah Luar Biasa Anak tunagrahita kategori ringan adalah individu yang memiliki keterbatasan intelektual menyebabkan ketidakmampuan berpikir abstrak sehingga mengalami kesulitan dalam bidang akademik maupun non akademik Implementasi KTSP bagi tunagrahita kategori ringan dirancangkan berdasarkan kebutuhan belajar dan level kemampuan siswa Implementasikan KTSP bagi tunagrahita dapat terlihat melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi siswa Implementasi KTSP pada Sekolah Luar Biasa dapat mengakomodasi pembelajaran tunagrahita 52

70 F. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana proses implementasi KTSP bagi siswa tunagrahita kategori ringan kelas II SDLB? a. Bagaimanan proses perencanaan pembelajaran mencakup hasil asesmen, pembuatan silabus dan PPI bagi anak tunagrahita kategori ringan? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran mencakup isi materi, metode, media, proses pembelajaran, pengelolaan kelas bagi anak tunagrahita kategori ringan? c. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran mencakup teknik penilaian secara individual bagi anak tunagrahita kategori ringan? 2. Hambatan apa saja yang muncul dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dan upaya mengatasi hambatan tersebut pada implementasi KTSP bagi anak tunagrahita kategori ringan kelas II di SLB Rela Bhakti I Gamping? 53

71 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif memiliki tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek atau subyek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2011:157). Penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2012: 6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena peneliti bermaksud mendeskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bagi siswa tunagrahita kategori ringan kelas II SDLB di SLB Rela Bhakti I Gamping dengan menggunakan katakata. B. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, guru kelas II SDLB di SLB Rela Bhakti I Gamping. Guru memiliki peran dalam mengimplementasikan kurikululum dalam pembelajaran. Kepala sekolah memiliki peran dalam memanajemen pelaksanaan kurikulum. Wakil kepala sekolah bagian kurikulum bertugas membantu kepala sekolah dalam 54

72 urusan kurikulum. Pemilihan subyek ini untuk mendapatkan informasi dari sumber data yang berkaitan langsung dengan penelitian. C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SLB Rela Bhakti I yang beralamat di wilayah Cokrowijayan, Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY. Peneliti memilih lokasi penelitian ini disebabkan karena belum pernah digunakan sebagai lokasi penelitian tentang implementasi KTSP. Penelitian mengenai implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dilaksanakan pada awal Maret 2015 sampai akhir April Berikut adalah tabel kegiatan penelitian. Tabel 2. Kegiatan Penelitian Waktu Minggu ke 1 Minggu ke 2 hingga minggu ke 6 Minggu ke 7 Minggu ke 8 Kegiatan Mengurus ijin penelitian Peneliti mengambil data melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi Membercheck dengan pihak terkait (guru kelas, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, dan kepala sekolah) Melengkapi data Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan pengambilan data melalui observasi proses pembelajaran, materi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran di kelas II SDLB kemudian melakukan wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, dan guru kelas, serta mengambil data dokumen. 55

73 D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan salah satu langkah yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah memperoleh data. Dalam hal ini peneliti berupaya mengungkap data-data tentang implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pengumpulan data dapat diperoleh dengan cara: 1. Observasi Observasi adalah teknik yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2013: 76). Metode observasi digunakan untuk memperoleh data secara lengkap dan lebih rinci. Dalam metode ini peneliti tidak terlibat dalam pelaksanaan (nonpartisipan). Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat yaitu untuk mengamati, merekam, mempelajari, dan mencatat fenomena implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada peserta didik tunagrahita kategori ringan. Ada beberapa hal yang diamati oleh peneliti, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Berikut adalah perincian data yang ingin diambil. a. Perencanaan pembelajaran mencakup pelaksanaan asesmen, rencana kegiatan belajar mengajar, penentuan tujuan, dan tema pembelajaran. b. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru diantaranya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan, penerapan pendekatan tematik, dan kegiatan EEK dalam pembelajaran. 56

74 c. Evaluasi hasil belajar yang mencakup teknik penilaian yang diterapkan guru dalam implementasi KTSP. 2. Wawancara Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moelong, 2012: 186). Menurut Sukardi (2011: 79) wawancara adalah peneliti dan responden berhadapan muka secara langsung dan menanyakan sesuatu yang telah direncanakan. Pengertian wawancara dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan tanya jawab untuk membahas masalah tertentu.wawancara ini memuat tentang implementasi KTSP bagi anak tunagrahita kategori ringan mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran serta hambatan dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam implementasi kurikulum. 3. Analisis Dokumen Dalam penelitian ini menggunakan analisis dokumen berupa mencermati dan mengumpulkan dokumen yang ada. Data yang diperoleh antara lain kelengkapan data asesmen, pedoman kurikulum, program tahunan, program semester, hasil asesmen, pemetaan tema, perencanaan pembelajaran (silabus & RPP/PPI), buku kemajuan belajar siswa, anecdotal record (catatan anekdot), dan catatan kasus. Dokumen-dokumen tersebut dianalisis oleh peneliti untuk mendukung temuan-temuan yang diperoleh peneliti di kelas II. 57

75 E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh datadata adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data mengenai, proses pelaksanaan KTSP. Menurut Riduwan (2013: 77) dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan kunci dari instrument itu sendiri (key instruments). Sugiyono (2014: 59) juga berpendapat bahwa peneliti merupakan instrument penelitian. Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah peneliti sendiri yang dibantu pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi terstruktur yang dibuat sendiri oleh peneliti. Pedoman-pedoman tersebut antara lain: 1. Pedoman Observasi Observasi dilaksanakan ketika di dalam kelas. Berikut adalah pedoman observasi yang dilakukan meliputi: a. Pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran yang meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. b. Pedoman syarat pelaksanaan pembelajaran meliputi: jumlah rombong belajar, beban mengajar, buku teks/sumber belajar yang relevan, serta pengelolaan belajar. c. Pedoman observasi evaluasi pembelajaran meliputi: evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses diamati melalui pengamatan saat pelaksanaan dan evaluasi hasil dengan mencermati dokumen raport siswa pada semester 1. 58

76 2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut: a. Pedoman wawancara kepala sekolah terkait implementasi KTSP dan pemantauan yang dilakukan oleh kepala sekolah. b. Pedoman wawancara wakil kepala sekolah bagian kurikulum (Waka kurikulum) terkait dengan implementasi KTSP. c. Pedoman wawancara guru kelas II SDLB/C terkait dengan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi serta hambatan dan upaya yang dilakukan guru. 3. Pedoman Dokumentasi Pedoman dokumentasi yang digunakan oleh peneliti adalah berupa daftar checklist ketersediaan dokumen-dokumen yang dapat menunjang implementasi KTSP di kelas II SDLB/C. Khusus untuk RPP (PPI) peneliti juga menggunakan analisis dokumen RPP dengan mendeskripsikan komponen RPP yang dibuat guru. F. Teknik Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian sangat penting dilakukan sejak awal peneliti memasuki lapangan. Teknik ini digunakan untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang telah diambil oleh peneliti. Dengan demikian, data penelitian memiliki hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik untuk memeriksa kepercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan dengan peningkatan ketekunan, triangulasi, dan membercheck. 59

77 1. Peningkatan Ketekunan Peningkatan dilakukan dengan cara peneliti melakukan pengecekan kembali kebenaran data yang telah ditemukan. Untuk dapat memahami penerapan KTSP maka, peneliti melakukan pengamatan secara terus-menerus. Dengan pengamatan terus-menerus peneliti akan mengetahui data yang perlu diambil dan yang tidak, untuk menjawab pertanyaan penelitian. 2. Triangulasi Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu (Sugiyono, 2014: 125). Hal ini didukung pendapat Lexy Moleong (2012: 330) triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik pemeriksaan data dapat dilakukan dengan menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini pemeriksaan data akan dilakukan dengan triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2014:127). Peneliti menggunakan triangulasi teknik dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui wawancara dengan data hasil observasi, atau hasil analisis dokumen. 3. Membercheck Membercheck adalah pengecekan terhadap data yang telah terorganisir oleh peneliti. Menurut Lexy J. Moleong (2012: 335) membercheck atau pengecekan dengan anggota sangat penting dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Membercheck dalam 60

78 penelitian ini dilakukan dengan pengecekan kembali data yang diperoleh peneliti dengan pihak terkait, setelah pengecekan sudah sesuai maka peneliti meminta kesediaan subyek penelitian untuk menandatangani data-data yang terkait sebagai bukti autentik bahwa peneliti telah melakukan membercheck. G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy Moleong, 2012: 280). Data yang terkumpul dari catatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sehingga lebih banyak uraian berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian dianalisis secara kualitatif. Dalam melakukan analisis data perlu adanya kriteria yang menjadi dasar dalam penentuan hasil penelitian. Penelitian ini mengacu pada Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses yang disesuaikan dengan pelaksanaan kurikulum bagi SLB. Menurut Sugiyono (2014: 91) tahapan dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Berdasarkan pemaparan diatas maka akan dijelaskan mengenai tiga hal tersebut. 1) Reduksi data Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 61

79 2014: 92). Reduksi data dilakukan dengan cara menghilangkan bagian-bagian data yang tidak mendukung permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini reduksi data diklasifikasikan menjadi beberapa tema yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, evaluasi hasil belajar, hambatan dalam implementasi KTSP, serta upaya dalam mengatasi hambatan. 2) Display data Display data untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Dalam display data atau penyajian data maka dapat terorganisasikan, tersusun pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data dengan menggunakan teks naratif yang dikaji dalam penelitian ini. Data yang diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi di analisis kemudian disajikan ke dalam display hasil observasi, display hasil wawancara, dan catatan dan bukti dokumentasi. 3) Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan sejak awal penelitian, tetapi masih bersifat sementara. Melalui data yang disajikan selanjutnya ditarik kesimpulan terhadap seluruh data yang telah diperoleh selama berlangsungnya proses pengumpulan data. 62

80 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian 1. Profil Sekolah Sekolah Luar Biasa (SLB) Rela Bhakti I Gamping berdiri sejak 20 Agustus Sekolah ini bermula dari ruang kelas milik SD Tegalrejo dengan fasilitas seadanya. Dengan semangat pengabdian para pengasuh, sekolah ini tetap berjalan. Sekolah yang berstatus sekolah swasta ini didirikan oleh Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Anak Tuna (YPKAT). Pada tahun 1992 pindah ke gedung baru yang sekarang di tempati tepatnya di desa Cokrowijayan, kelurahan Banyuraden, kecamatan Gamping, kabupaten Sleman. Siswa yang bersekolah di sekolah ini, kebanyakan adalah siswa yang teridentifikasi mengalami tuna wicara, tunadaksa sedang, autis, tunagrahita kategori ringan dan sedang. 2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah SLB Rela Bhakti I Gamping memiliki visi "Terwujudnya siswa yang terampil, mandiri, berbudaya berdasarkan iman dan taqwa". Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dijabarkan melalui misi sekolah antara lain: a. Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat siswa sebagai bekal hidupnya kelak; b. Mendidik anak berkebutuhan khusus agar dapat mandiri; c. Mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa dalam berkesenian; d. Membimbing siswa untuk dapat melaksanakan ajaran agama dan keyakinannya masing-masing. (Dokumen Kurikulum SLB Rela Bhakti I Gamping Tahun 2015). 63

81 Adapun visi dan misi sekolah tersebut mencerminkan bahwa sekolah berorientasi pada kebutuhan siswa di masa mendatang untuk membekali siswa agar survive di masyarakat. Secara nyata sekolah menjabarkan misi secara operasional ke dalam dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum disebutkan dalam lingkup yang lebih luas, sedangkan tujuan khusus ke dalam indikator-indikator pencapaian sehingga dalam pencapaian visi dan misi menjadi lebih jelas untuk dilaksanakan. Tujuan umum dan tujuan khusus, meliputi sebagai berikut. Tujuan Umum SLB Rela Bhakti I Gamping meliputi: a. Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; b. Siswa sehat jasmani dan rohani; c. Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, berkemampuan, dan keterampilan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi; d. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat, dan berkebudayaannya; e. Siswa mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuannya. (Dokumen Kurikulum SLB Rela Bhakti I Gamping Tahun 2015). Sedangkan, tujuan khusus meliputi: a. Siswa mampu melaksanakan ajaran agama dan keyakinannya dalam kehidupan sehari-hari; b. Siswa memiliki kemampuan untuk mengurus diri sendiri; c. Siswa mempunyai keterampilan spesifik sebagai bekal hidup di masyarakat; d. Siswa mampu menguasai salah satu seni dan budaya daerah. (Dokumen Kurikulum SLB Rela Bhakti I Gamping Tahun 2015). Visi, misi, dan tujuan SLB Rela Bhakti I dirumuskan sesuai dengan kebutuhan siswa. Siswa dengan kebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang dapat melatih kemandirian serta keterampilan sebelum dan sesudah lulus sekolah. Kemandirian anak yang diharapkan yaitu setiap siswa mampu untuk mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Selain itu, dapat menjadikan siswa memiliki keterampilan tertentu sebagai bekal untuk 64

82 dapat menghidupi diri sendiri di tengah masyarakat. Siswa juga dibimbing dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa dalam kesenian dan budaya daerah. Hal yang terpenting adalah memupuk iman dan taqwa siswa terhadap ajaran agama yang dianutnya. Visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah dirumuskan berdasarkan pada keadaan dan kondisi lingkungan serta siswa berkebutuhan khusus. Sesuai dengan KTSP bahwa perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah disesuaikan dengan keadaan siswa, sekolah, serta masyarakat sekitar. 3. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan sejak awal bulan maret hingga akhir bulan april Adapun ruang kelas II SDLB berada di sebelah selatan halaman sekolah, ruangan nomor dua dari sebelah timur. Deskripsi ruang kelas yaitu kelas menjadi satu ruangan dengan dua kelas lainnya, dengan adanya penyekat sebagai pembeda ruang kelas. Ruangan tersebut menghadap ke utara, whiteboard berada di sebelah barat. Whiteboard diletakkan di meja pada tengah ruangan menghadap ke timur. Sedangkan meja guru berada di sebelah utara menghadap ke timur membelakangi whiteboard. 65

83 4. Struktur Kurikulum SDLB No. Komponen Kelas dan Alokasi waktu I II III IV V VI A. Mata Pelajaran 1. Agama Pend. Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tematik 15 Tematik 15 Tematik 18 Tematik 20 Tematik Seni Budaya & Keterampilan Penjaskes B. Muatan Lokal : Bahasa Jawa C. Program Khusus: Bina Diri D. Pengembangan diri*) Jumlah Tematik 20 keterangan: *) sesuai dengan bakat dan minat anak *) untuk pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa terintegrasi dalam mata pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, dan ekstrakurikuler Struktur kurikulum SDLB kelas II menggunakan pendekatan tematik pada mata pelajaran tertentu yaitu Pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS. Sedangkan, mata pelajaran Agama, Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), dan Penjaskes serta komponen muatan lokal, program khusus, dan pengembangan diri diberikan juga secara terpisah. 66

84 Komponen lainnya muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler yang mengembang ciri khas potensi daerah. Muatan lokal yang wajib dikembangkan di SLB Rela Bhakti I adalah Bahasa Jawa.Bahasa Jawa diberikan agar siswa dapat mengaplikasikan bahasa daerah Jawa dikehidupan sehari-hari. Komponen program khusus yang dikembangkan adalah Bina diri.dengan bina diri diharapkan siswa dapat merawat dan membina dirinya sendiri secara mandiri. Sedangkan, komponen kegiatan pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekpresikan diri sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ektrakulikuler yang terbagi menjadi dua bentuk pelaksanaan, antara lain: a) kegiatan terprogram, meliputi: pramuka, musik, dan menari: b) kegiatan rutin, meliputi: upacara bendera, senam, serta jamaah shalat dzuhur. B. Hasil Penelitian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Pelaksanaan KTSP di SLB Rela Bhakti I Gamping dimulai sejak tahun ajaran 2007/2008. Pihak sekolah mengikuti berbagai sosialisasi, pelatihan-pelatihan dari berbagai lembaga tentang implementasi KTSP. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Rh selaku waka kurikulum, KTSP merupakan perubahan mindset guru dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini berarti guru 67

85 mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru lebih kreatif untuk mengembangkan serta menerapkan KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan adanya pengembangan KTSP merupakan pengembangan kurikulum yangoperasional karena sesuai dengan dalam pelaksanaanya diserahkan sepenuhnya kepada pihak satuan pendidikan dimana para pendidik yang mengetahui kondisi, potensi, serta kebutuhan belajar siswa berkebutuhan khusus. Dalam pelaksanaan KTSP diterapkan di kelas II SDLB pada siswa tunagrahita kategori ringan. Peneliti melaksanakan wawancara dengan guru kelas II, yaitu Bapak St. Dari wawancara awal dapat dinyatakan bahwa guru St sudah berusaha mengimplementasikan KTSP yang disesuaikan dengan kemampuan siswa yang tetap berpedoman pada kurikulum khusus tunagrahita kategori ringan (C). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi KTSP di SLB Rela Bhakti I Gamping kelas II SDLB yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran serta hambatan dan upaya dalam mengatasi hambatan tersebut melalui observasi pelaksanaan pembelajaran, wawancara, serta analisis dokumen-dokumen yang menunjang pelaksanaan pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Berikut merupakan hasil penelitian yang akan dijelaskan secara detail. 1. Perencanaan Pembelajaran Perencanan pembelajaran merupakan kegiatan merencanakan pembelajaran yang menggambarkan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan 68

86 pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP yang merupakan pengembangan dari KTSP sebagai pesan-pesan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Oleh karena itu, dalam mengembangkan silabus dan RPP perlu direncanakan secara matang oleh guru. Sebelum menyusun silabus dan RPP guru perlu mengetahui kemampuan siswa dengan melakukan asesmen.setelah itu, guru melakukan telaah SKKD, menentukan tema, dan menyusun silabus dan RPP. Hal-hal dalam perencanaan pembelajaran akan dijelaskan secara rinci berikut ini. a. Asesmen Sebelum merencanakan pembelajaran dilakukan asesmen untuk mengetahui kebutuhan belajar dan kemampuan siswa. Berdasarkan hasil wawancara, guru memperoleh informasi/data kemampuan siswa dari mencermati hasil raport pada kelas I dan berdiskusi dengan guru yang menulis raport tersebut. Seperti pernyataan Bapak St: "Asesmen sudah dilakukan oleh guru kelas sebelumnya.saya sharing dengan guru kelas yang sebelumnya dan melihat hasil raport terakhir." (Senin, 9 Maret 2015) Selain itu, guru St juga berupaya mengetahui kemampuan siswa dengan asesmen selama ±1 minggu sebelum dimulai pembelajaran efektif. Hal ini sesuai pernyataan guru: Asesmen dilakukan pada saat masuk kelas II pertama kali selama ±1 minggu dicobakan kemampuannya sampai pada tahap mana. (Kamis, 26 Maret 2015). 69

87 Asesmen dilakukan dengan berpedoman pada SKKD kurikulum kelas II SDLB/C dengan metode tanya jawab dengan siswa. Sesuai percakapan di bawah ini: Peneliti : Bagaimana cara Bapak menentukan masalah anak? Guru : menentukan masalah yang dialami anak dalam akademik, saya tanyakan pada anak, misal pada mapel matematika, saya melihat SKKD penjumlahan 1-20 misal, kemudian saya lakukan tanya jawab dengan anak tentang penjumlahan dan pengurangan, dengan demikian saya akan mengetahui masalah yang dihadapi anak. Peneliti : oh iya Pak, apakah juga dilakukan tes-tes tertentu untuk mengerjakan soal-soal yang sesuai dengan KD? Guru : Tidak mbak, saya hanya bertanya jawab pada siswa (Kamis, 26 Maret 2015). Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa asesmen dilakukan dengan cara mencermati hasil raport dan berdiskusi dengan guru terdahulu. Selain itu, guru St juga melakukan asesmen selama ± 1 minggu dengan metode tanya jawab pada siswa yang berpedoman pada pedoman SKKD kelas II. b. Menelaah SKKD Menelaah SKKD merupakan kegiatan mempelajari, mengkaji, dan memeriksa antara kemampuan siswa dengan SKKD dalam pedoman kurikulum. Telaah SKKD dilaksanakan oleh guru setelah melakukan tes tanya jawab pada siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru bahwa: Saya membaca SKKD dulu mbak, lalu saya tanyakan pada siswa, akan diketahui kompetensinya mana yang tidak bisa, jadi sekaligus melakukan telaah kompetensi dasar kalau kompetensi dasarnya ketinggian ya diturunkan. Pokoknya disesuakan dengan siswanya mbak." (Senin, 9 Maret 2015) 70

88 Telaah KD merupakan kegiatan guru dalam menentukan indikator pencapaian sebagai dasar untuk menentukan materi. Telaah KD ini dilakukan dua kali yaitu, pertama, telaah yang dilakukan terhadap hasil diskusi dan mencermati raport untuk menentukan KD dalam menyusun silabus dan RPP. Kedua, telaah KD yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dilakukan satu minggu sebelum pembelajaran efektif. Hal ini sesuai pernyataan guru: "Saya telaah KD itu saat membuat silabus dan RPP mbak, dari hasil sharing dan raport, karena silabus dan RPP dikumpul sejak awal semester baru. Nah setelah saya tanya jawab itu, saya berikan materi sesuai dengan anak." (Kamis, 26 Maret 2015). c. Menentukan Tema Dalam implementasi KTSP menerapkan pendekatan tematik terdapat beberapa mata pelajaran yang saling terkait dalam tema tertentu. Guru menentukan tema pembelajaran secara mandiri. Sesuai percakapan dengan guru. Peneliti : Bagaimana cara Bapak menentukan tema? Guru : Tema ditentukan sendiri, mbak. Tema ditentukan dulu, kemudian memilih KD, lalu dikelompokkan mata pelajarannya apa saja yang dapat masuk ke tema tersebut. (Senin, 9 Maret 2015). Menentukan tema pembelajaran diawali dengan menentukan topik tema tertentu, kemudian mengelompokkan kompetensi dasar per mata pelajaran yang memiliki keterkaitan dengan topik tema yang telah ditentukan. d. Penyusunan silabus dan RPP Silabus dan RPP disusun sebelum pelaksanaan pembelajaran secara mandiri. Seperti yang diungkap oleh bapak St bahwa: 71

89 "Kalau di SLB membuat silabus sendiri dengan menelaah SK KD sebagai acuan, apabila anak tidak mampu maka disesuaikan dengan kemampuan anak." (Senin, 9 Maret 2015). Berikut ini penjelasan terperinci mengenai silabus dan RPP. 1) Menyusun Silabus Silabus disusun sejak tahun ajaran baru sebelum pembelajaran efektif dimulai. Silabus disusun secara mandiri oleh guru, tetapi kadang direvisi dari yang sudah ada. Hal-Hal yang diperbaiki meliputi indikator pencapaian, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, serta evaluasi. Penyusunan silabus juga berdasarkan pada kemampuan siswa sehingga perlu dilakukan perbaikan pada aspek tertentu. Sedangkan RPP disusun secara mandiri oleh guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak St: "Untuk silabus kadang saya merevisi yang sudah ada jika kemampuan siswa hampir sama dan RPP berusaha membuat sendiri." (Senin, 9 Maret 2015) Silabus merupakan pegangan penting bagi guru dalam merencanakan program pembelajaran. Hal penting dalam penyusunan silabus adalah memuat komponen-komponen silabus. Berikut ini adalah komponen silabus dijelaskan terperinci. a) Identitas Identitas silabus meliputi topik tema yang ditujukan untuk kelas II semester 2 dan Sekolah Dasar Luar Biasa tunagrahita kategori ringan (C). Tercantum juga bidang pengajaran atau mata pelajaran yang terkait dengan tema. 72

90 b) Standar Kompetensi Standar kompetensi kelas II tercantum dalam silabus yang diambil dari pedoman SKKD SDLB/C. c) Kompetensi Dasar Kompetensi dasar tercantum dalam silabus yang diperoleh dari pedoman kurikulum SDLB/C. d) Materi Materi memuat konsep, fakta, dan prinsip. Materi yang dituliskan dalam silabus dari tema "Diri Sendiri" yaitu, mendengarkan bacaan "Aku Anak Pandai", makanan pokok, penjumlahan benda maksimal 20. Materi ini saling mengaitkan antar mata pelajaran. e) Indikator Indikator silabus berisi rincian-rincian dari kompetensi dasar yang sudah tidak dapat dipecah lagi. Misal: menyebutkan pesan dari orang tuanya. f) Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran memuat gambaran aktivitas yang akan dijabarkan dalam RPP. g) Penilaian Penilaian memuat tentang metode penilaian yang digunakan, misal: tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan. 73

91 h) Alokasi Waktu Alokasi waktu pada silabus menunjukkan lama durasi jam pelajaran dikalikan banyaknya pertemuan setiap kompetensi dasar dapat dilaksanakan. i) Sumber Bahan/Alat Sumber bahan didapatkan dari SKKD, buku teks, gambar-gambar, serta kreasi dari guru secara mandiri. 2) Menyusun RPP Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan penjabaran lebih lanjut dari silabus. Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk menyusun RPP mengacu pada format yang diberikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum. Hal ini berdasarkan pernyataan guru di bawah ini. "Saya membuat RPP dengan melihat format yang diberikan oleh Bu Rh selaku waka kurikulum, tinggal mengisi saja." (Senin, 9 Maret 2015) Perencanaan pembelajaran satu kelas dikemas dalam satu RPP. Berdasarkan analisis dokumen RPP, RPP yang disusun memiliki perbedaan dengan RPP pada sekolah regular yaitu pada komponen indikator pencapaian dan asesmen. Indikator pencapaian berkaitan dengan hasil asesmen/kemampuan awal siswa. Dengan adanya indikator pencapaian akan menjelaskan bahwa pencapaian setiap siswa akan berbeda. Berikut adalah indikator dan asesmen atau kemampuan awal yang dimaksud dalam RPP. Indikator 1.1. Menyebutkan pesan dari orang tuanya 1.2. Mengucapkan kembali kalimat-kalimat yang ada dalam bacaan 74

92 1.3. Menyatakan isi pesan yang ada dalam bacaan 2.1. Menyebutkan pentingnya makanan bagi tubuh kita 2.2. Menyebutkan jenis makanan sehat 2.3. Memberikan contoh jenis makanan sehat 3.1. Menghitung penjumlahan sejumlah benda yang jumlahnya mak Menyebutkan hasil penjumlahan yang hasilnya mak Menuliskan penjumlahan benda sampai 20 dalam kalimat matematika. Tabel 1. Asesmen No Nama Kemampuan yang sudah dikuasai Materi umum 1. Ag 1.1, Mendengarkan pesan 2. Df 1.1, 2.1, 2. Makanan sehat 2.3, Menjumlahkan benda mak Ud 1.1, 2.1, 2.3, 3.1 Kemampuan yang belum dikuasai 1.2,1.3, 2.1, 2.2., 2.3, 3.2, , 1.3, 2.2, 3.2, , 1.3, 2.2, 3.2, 3.3 Kode-kode indikator tercantum pada tabel asesmen, dikelompokkan kemampuan yang sudah dikuasai dan kemampuan yang belum dikuasai dari indikator pencapaian. Setiap siswa memiliki pencapaian yang berbeda. Guru berupaya membuat PPI yang dikemas dalam satu RPP. Penerapan PPI akan diketahui saat proses pelaksanaan pembelajaran sedang berlangsung, Ketika setiap siswa diberi tugas/soal yang berbeda sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Seperti yang diungkap oleh guru St: "Saya hanya membuat satu RPP untuk satu kelas.namun, dalam pelaksanaannya saya rendahkan materinya. Penerapan pembelajaran individualnya saat pemberian tugas yang dibedakan" (Senin, 9 Maret 2015) 75

93 Untuk lebih jelas mengenai RPP, berikut adalah rincian dokumen RPP. a. Identitas Identitas RPP memuat tema, kelas/semester, satuan pendidikan, bidang pengajaran, dan alokasi waktu. Tema menjelaskan topik tema yang telah ditentukan oleh guru. Tema yang ditentukan adalah "Diri Sendiri". RPP ini disusun untuk kelas II semester 2. Satuan pendidikan RPP ini menunjukkan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa untuk siswa Tunagrahita kategori ringan (SDLB/C). Bidang pengajaran atau bidang studi yang termuat dalam RPP ini adalah Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika. Alokasi waktu yang ditentukan adalah 3x pertemuan selama 2 jam pelajaran. b. Standar Kompetensi Standar kompetensi sudah ditentukan dari pedoman kurikulum tunagrahita kategori ringan (C) kelas II semester 2. c. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar yang tercantum mengacu pada pedoman kurikulum kelas II semester 2. d. Indikator Indikator merupakan perincian dari kompetensi dasar. Indikator ini menjadi kemampuan yang akan dikuasai siswa. 76

94 e. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan pada kompetensi dasar yang dijabarkan dari indikator. Hal ini berdasarkan wawancara dengan guru. "Dengan menelaah SKKD lalu ke indikator KD yang akan dicapai anak, kemudian dapat ditentukan tujuannya." (Kamis, 26 Maret 2015). Berdasarkan analisis dokumen RPP, tujuan dirumuskan setelah menjabarkan indikator-indikator untuk merinci kompetensi dasar. Pada tujuan pembelajaran guru juga sudah membuat sesuai dengan komponen ABCD (audience, behavior, condition, dan degree). Audience yang menunjukkan subyek siswa, behavior sebagai hasil belajar perilaku yang dapat diamati, condition yaitu persyaratan agar perilaku yang diharapkan tercapai, serta degree yang merupakan tingkat penampilan yang dapat diterima. Dalam RPP tidak berurutan ABCD, tetapi dengan DABC (degree, audience, behavior, dan condition). Hal ini berdasarkan pada beberapa contoh tujuan pada dokumen RPP dibawah ini. 1) Dengan diskusi dan tanya jawab siswa dapat menyebutkan 2 pesan dari orang tuanya. 2) Melalui demonstrasi siswa dapat mengucapkan kembali kalimatkalimat yang ada dalam bacaan. 3) Dengan menyimak bacaan aku anak pandai siswa dapat menyetakan pesan yang ada dalam bacaan tsb. 4) Dengan diskusi dan tanya jawab siswa dapat menyatakan pentingnya makanan bagi tubuh. 77

95 f. Asesmen/kemampuan awal Asesmen disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari nama, kemampuan yang dikuasai dan belum dikuasai anak, serta materi secara umum. Asesmen ini merupakan hasil dari mencermati raport dan diskusi dengan guru terdahulu. Hal ini sesuai dengan percakapan berikut. Peneliti :"Bagaimana cara Bapak menuliskan asesmen pada RPP ini?" Guru : "Asesmen ini kan dari sharing dengan guru dan hasil raport anak". Peneliti: "Lalu bagaimana dengan hasil tanya jawab yang dilakukan pada awal sebelum masuk minggu efektif? Hasil dari asesmen itu bagaimana Pak?" Guru : "Kalau hasil dari asesmen itu dilaksanakan saat pembelajaran mbak" Peneliti: "Oh iya Pak, apakah tidak dicantumkan pada RPP?" Guru :"Tidak mbak karena RPP ini sudah dikumpulkan sejak awal semester mbak, jadi sebenarnya harus merevisi." (Kamis, 26 Maret 2015) Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil asesmen yang diperoleh oleh guru melalui metode tanya jawab dengan siswa dan dilaksanakan sebelum pembelajaran efektif belum tercantum pada hasil asesmen. Akan tetapi, diketahui bahwa guru tidak membuat rekapan saat melaksanakan asesmen. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan anak sehingga dan mengoptimalkan kreativitas guru untuk mengembangkan materi. Berikut pernyataan guru. Peneliti: "Apakah ada bukti otentik tentang hasil asesmen masingmasing anak Pak? Guru : "Saya tidak memiliki hasil asesmen anak, mbak." 78

96 Peneliti:"Lalu bagaimana pelaksanaan pembelajaran saat di kelas, Pak? Apakah tidak selalu mengacu pada RPP? Guru : Tidak juga mbak, kadang juga kreasi guru mbak, tetap disesuaikan dengan kemampuan anaknya. (Senin, 1 April 2015). g. Pemilihan Materi Berdasarkan hasil wawancara, materi ditentukan dari indikator pencapaian dan mempertimbangkan kemampuan siswa. Materi dapat diperoleh dari buku dan mengembangkan kreasi guru. Hal ini sesuai pernyataan guru. Peneliti :"Bagaimana Bapak menentukan dan mengembangkan materi pembelajaran?" Guru : "Materi dikembangkan dari indikator itu mbak, nanti dicarikan dari buku atau kreasi guru tentang materi yang sesuai, tetapi juga mempertimbangkan kemampuan anak. Peneliti : "Oh Iya Pak. Kreasi guru yang seperti apa Pak contohnya?" Guru : "Kreasi guru itu saya membuat materi sendiri, misal membuat soal matematika, membuat cerita-cerita begitu mbak." (Kamis, 26 Maret 2015) Pemilihan materi tidak hanya dari buku, melainkan kreasi dari guru. Kreasi guru dapat berupa pengembangan materi secara mandiri, tidak hanya mengacu pada buku tertentu. Guru juga membuat soal latihan atau cerita untuk disampaikan ketika pelaksanaan pembelajaran. h. Metode/pendekatan Metode merupakan cara guru untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran dari pedoman kurikulum kepada siswa. Penyampaian materi dengan metode konvensional diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode penugasan. Selain itu, guru juga 79

97 melakukan pengamatan pada keseharian anak, dan pemberian contoh.hal ini berdasarkan wawancara dengan guru kelas. "Metode demonstrasi, tanya jawab, dan ceramah." (Senin, 9 Maret 2015). Metode demonstrasi dilaksanakan ketika praktik materi tertentu, misal pada mata pelajaran agama. Akan tetapi, peneliti tidak mengamati metode demonstrasi lebih mendalam. i. Langkah Pembelajaran Langkah pembelajaran merupakan skenario yang disusun guru untuk menggambarkan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dalam langkah pembelajaran juga menggambarkan topik tema yang dibahas juga pemanfaatan media, penerapan metode, serta evaluasi pada akhir pembelajaran. Langkah pembelajaran memuat tiga kegiatan, yaitu pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Pertama, pada pembukaan pembelajaran, guru mengondisikan dengan berdoa bersama, mengabsensi siswa, tanya jawab tentang pelajaran yang lalu, dan menyimak penyampaian guru mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dan penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kedua, kegiatan inti pembelajaran, dalam kegiatan ini guru tidak mencantumkan perbedaan yang jelas mengenai tiga aktivitas pokok yaitu, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Hal ini berdasarkan pada hasil wawancara berikut ini. Peneliti :"bagaimana menurut Bapak mengenai eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi pada kegiatan inti Pak? Guru : "Setahu saya itu kegiatan yang mengaktifkananak" 80

98 Peneliti :"Lalu bagaimana cara Bapak mengaktifkan anak saat pembelajaran?" Guru : "Saya lakukan tanya jawab dengan siswa"(kamis, 26 Maret 2015). Dalam RPP di kegiatan inti guru melibatkan siswa secara aktif dengan tanya jawab dalam pembelajaran. Berdasarkan dokumen RPP kegiatan tanya jawab dilakukan guru dalam kegiatan berikut ini. 1) Tanya jawab tentang kegiatan sebelum ke sekolah 2) Tanya jawab tentang isi bacaan 3) Tanya jawab tentang isi bacaan (Dokumen RPP). Selanjutnya dalam kegiatan inti, guru juga membiasakan siswa untuk menulis dan berhitung. Berikut adalah adalah poin-poin yang menjelaskan mengenai kegiatan menulis dan berhitung. 1) Menulis hasil tanya jawab 2) Membilang gambar makanan 3) Menjumlahkan dua jenis makanan 4) Mengerjakan hitungan penjumlahan Pada kegiatan ini tercantum juga kegiatan mengulang kembali pelajaran keseluruhan dan pelaksanaan evaluasi. Ketiga, pada kegiatan penutup guru memberi pesan singkat pada siswa serta doa bersama. j. Alat/sumber bahan Alat dan sumber bahan dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran. Alat yang digunakan guru adalah pengalaman siswa, teks, dan gambar. Sedangkan, sumber bahan berasal dari SK/KD dan memanfaatkan internet. 81

99 k. Evaluasi Berdasarkan analisis dokumen RPP, evaluasi dilakukan dengan cara test lisan saat pembelajaran, perbuatan dan juga test tertulis. Silabus dan RPP yang telah disusun oleh guru pada awal semester dikoreksi oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan ditandatangani oleh kepala sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum memberikan pengarahan dalam menyusun silabus, sedangkan kepala sekolah berperan sebagai pemantau dalam pengarahan tersebut. Pengarahan dilakukan dengan diskusi secara bersama dan dengan guru-guru juga diberi format cara penulisan silabus dan RPP. Hal ini untuk memudahkan guru dalam menyusun silabus dan RPP. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan kurikulum operasional yang sepenuhnya disusun, dilaksanakan, dievalusi oleh guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara guru St sebagai guru kelas II SDLB/C dapat disimpulkan bahwa guru masih menggunakan cara mengajar konvensional. Meskipun demikian, guru berupaya untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan anak.sebelum pelaksanaan pembelajaran guru telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Syarat ini terdiri dari rombong belajar, beban mengajar guru, buku teks/ sumber lain yang relevan, dan pengelolaan kelas. Lalu pelaksanaan pembelajaran, yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu, kegiatan 82

100 awal, kegiatan inti, dan penutup.berikut ini deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas II SDLB C SLB Rela Bhakti I Gamping. a) Persyaratan Pembelajaran 1) Rombong Belajar Rombong belajar di kelas II SDLB mencapai 3 siswa berjenis kelamin laki-laki. Ketiganya adalah siswa tunagrahita kategori ringan memiliki karakteristik yang berbeda. 2) Beban Mengajar Beban mengajar guru sudah mencapai syarat ketentuan, yaitu 29 jam/ minggu. 3) Buku Teks, Media/Alat, serta Sumber Belajar Dalam pemanfaatan buku teks guru merasa kesulitan mendapatkan buku teks khusus siswa tunagrahita. Media/alat bantu mengajar yang dimanfaatkan guru adalah papan tulis dan spidol. 4) Pengelolaan Kelas Guru mengelola kelas dengan beberapa cara tertentu. Mengelola kelas dalam mengatur tempat duduk siswa. Pengaturan tempat duduk yang mengikuti keinginan siswa, tetapi guru dapat memindahkan urutan duduk siswa apabila siswa tidak fokus dalam pelajaran. Selanjutnya penampilan guru di depan kelas diantaranya: guru berusaha mengeraskan volume dan intonasi, karena terdapat dua kelas lainnya berada dalam 1 ruangan kondisi ruangan, suara guru kadang kurang jelas. 83

101 Guru menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi di kelas. Bahasa Jawa digunakan untuk memudahkan menyampaikan materi pelajaran karena bahasa sehari-hari yang digunakan siswa juga bahasa Jawa. Dalam pemberian materi disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. Memilih kompetensi dasar yang sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Dalam pembelajaran guru memberi penguatan positif terhadap siswa. Sedangkan umpan balik diberikan secara verbal oleh guru ketika proses pembelajaran, serta umpan balik hasil diberikan guru saat mengadakan ulangan. Pada pembelajaran guru juga menghargai pendapat siswa dengan menanggapi pembicaraan siswa. Melalui observasi dapat diketahui guru berpakaian rapi, sopan, dan tidak ketat. b) Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan dalam menyampaikan pesan belajar bagi siswa agar mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pelaksanaan pembelajaran meliputi: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Berikut hasil observasi dan wawancara mengenai pelaksanaan pembelajaran. 1) Pendahuluan/Kegiatan Awal Kegiatan awal berisi kegiatan belajar mengajar dengan menyapa dan memberi salam kemudian berdoa bersama. Menyiapkan kondisi siswa secara psikis dan fisik, seperti kegiatan memeriksa ketersediaan alat belajar, sikap tubuh. Melakukan apersepsi dengan mengajukan 84

102 pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya. Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran. Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan. Hal ini berdasarkan wawancara dengan guru. "Dalam membuka pelajaran, anak dikondisikan dahulu agar duduknya tertib, berdoa, absensi, dan selalu ditanyakan hari dan tanggal saat belajar, kemudian mengulang pelajaran lalu." (Kamis, 26 Maret 2015) Berikut penjelasan lebih rinci mengenai kegiatan awal. a) Menyiapkan kondisi siswa secara psikis dan fisik Pada kegiatan awal guru mengondisikan kesiapan siswa baik secara fisik dan psikis. Guru mengatur posisi duduk siswa dengan tujuan ingin menenangkan supaya pembelajaran berjalan efektif. Sesuai wawancara guru kelas. "Anak yang kurang tertib posisi duduknya, serta diarahkan posisi duduknya menghadap ke papan tulis supaya tenang dahulu. (Kamis, 26 Maret 2015). Kesiapan siswa secara psikis dan fisik juga didapatkan ketika observasi hari Rabu tanggal 1 April 2015, guru melihat Df menangis. Guru langsung menanyakan penyebab Df menangiskepada siswa. Guru menenangkan Df agar berhenti menangis. Guru memberikan nasihat pada semua siswa untuk rukun dengan teman, dan menyuruh Ud untuk meminta maaf kepada Df. Guru senantiasa memberikan nasihat kepada semua siswa untuk saling rukun dengan teman. Aktivitas guru pada kegiatan awal juga terlihat, guru mengingatkan siswa mengikuti kegiatan sekolah. Seperti yang dilakukan guru pada 85

103 tanggal 15 April 2015, guru mengumumkan kepada siswa bahwa akan memperingati hari Kartini. Dalam pengumuman tersebut guru menghimbau untuk mengenakan baju adat, tetapi akan lebih baik untuk memakai pakaian muslim yang ada di rumah agar lebih menghemat biaya. Setelah itu, guru menenangkan siswa untuk berdoa sebelum memulai pelajaran. b) Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan Guru bertanya jawab tentang materi pada hari sebelumnya, tetapi dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini berdasarkan observasi pada tanggal 25 Maret 2015, guru mengajukan pertanyaan tentang makanan yang di makan sebelum berangkat sekolah. Tetapi, guru tidak mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Hal demikian juga nampak pada observasi 1 April 2015, guru mengajukan pertanyaan tentang macam wujud benda (padat, cair, gas). Tetapi, guru tidak mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. c) Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan. Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari pada tanggal 18 Maret 2015 mengenai benda di langit. Pada tanggal 25 Maret 2015 guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari tentang makanan pokok. Akan tetapi, tidak menyampaikan tujuan mempelajari materi. Kemudian, guru melakukan absensi siswa dengan 86

104 memanggil nama satu per satu. Sebelum memulai pembelajaran guru selalu menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan waktu. 2) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti berdasarkan observasi peneliti pelaksanaan pembelajaran yang ditonjolkan oleh guru kelas II SDLB/C adalah pelajaran yang bertema, berusaha menerapkan pembelajaran interaktif dan menyenangkan dalam EEK (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Berikut penjelasan mengenai pelaksanaan kegiatan inti di kelas II SDLB/C. (a) Pelajaran Berbasis Tematik Dalam penerapan di kelas siswa diberikan materi secara separatif yaitu penyampaian materi secara terpisah, tidak berkaitan antar mata pelajaran. Guru merasa lebih mudah menyampaikan per bidang studi. Hal ini sesuai wawancara dengan guru. Peneliti: "Oh ya Pak, menurut Bapak apakah selama ini sudah menerapkan pembelajaranyang bertema sesuairpp?" Guru :"kalau dalam RPP bertema mbak, tapi dalam pelaksanaan belum. Lebih mudah per mata pelajaran. Peneliti: "Oh, Iya Pak. Apakah ada kesulitan tertentu dalam menerapkanpembelajaran dengan tema tertentu? Guru : "Iya Mbak, pembelajaran yang bertema agak sulit diterapkan, harus beruntun dan mengaitkan mata pelajaran 1 dengan yang lain." (Rabu, 1 April 2015) Dalam observasi dapat disimpulkan bahwa guru menggunakan suatu tema yang berkaitan dengan pelajaran. Hal ini sesuai dengan observasi tanggal 25 Maret 2015, tema yang dimaksud adalah lingkungan 87

105 dengan materi mengenal makanan. Penyajian proses pembelajaran berdasarkan pada tema yang terkait dengan mata pelajaran yang dibahas. (b) Pembelajaran Interaktif dan Menyenangkan dalam EEK Guru menentukan dan mengembangkan materi sesuai kebutuhan siswa. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan guru. "Ketika pembelajaran saya mengembangkan materi sendiri mbak, tidak semata-mata mirip RPP begitu.kan RPP disusun ketika awal, jadi ya ketika KBM kadang bentuk kreasi guru mbak." (Kamis, 26 Maret 2015). Dalam pelaksanaan tidak hanya mengacu pada RPP yang telah dibuat, tetapi dikembangkan dengan kreasi guru. Kreasi guru ini berupa cerita dan latihan soal yang berikan pada siswa secara spontan. Berdasarkan observasi di kelas, guru belum sepenuhnya dapat menerapkan pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan RPP karena dalam pembelajaran tunagrahita bersifat situasional. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru berikut. "Siswa tunagrahita ini kadang ya tidak bisa diduga mbak, kadang dak masuk sekolah, juga ramai terus di kelas, jadi ya tidak bisa sesuai dengan RPP yang saya buat" (Kamis, 26 Maret 2015). Langkah pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP meliputi kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (1) Eksplorasi Kegiatan eksplorasi guru menyampaikan materi inti kepada siswa dengan penjelasan secara verbal. Pada observasi 88

106 tanggal 25 Maret 2015, guru menyebutkan mata pelajaran yang akan dipelajari. Materi yang disampaikan adalah tentang makanan pokok dengan tema lingkungan. Guru menjelaskan tentang macammacam makanan pokok dan proses makanan pokok dapat dibuat. Kesempatan yang diberikan kepada siswa adalah mengamati dan mendengarkan penjelasan dari guru. Penyajian proses pembelajaran berdasarkan pada tema yang dituliskan di papan tulis dan terkait dengan mata pelajaran yang dibahas. Setelah siswa dijelaskan, guru memberi contoh-contoh dari pokok bahasan tersebut. Hal ini berdasarkan wawancara dengan guru. "Menerangkan pokok bahasan yang diberikan, misal: diberikan dengan penjelasan terlebih dahulu kemudian contohcontohnya."(kamis, 26 Maret 2015). Dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas guru menggunakan metode pembelajaran yang digunakan diantaranya metode konvensional (ceramah), metode kontekstual (pemanfaatan benda di dalam kelas) dan metode penugasan. (2) Elaborasi Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah membiasakan siswa menulis dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu tetapi kurang secara fungsional. Pada observasi yang dilakukan peneliti menyimpulkan, kegiatan menulis dilakukan dengan cara siswa menyalin materi yang telah disampaikan dari papan tulis. Sedangkan ketika mata pelajaran matematika, siswa menghitung dengan angka 89

107 dan simbol matematika. Guru kurang mencontohkan pemanfaatan kegiatan menulis dan menghitung dalam penggunaan di kehidupan sehari-hari. Kegiatan membaca belum diberikan secara intensif pada siswa disebabkan jika salah satu siswa mendapakan latihan membaca secara intensif maka kelas menjadi tidak efektif. Hal ini sesuai wawancara dengan guru. "Kalau untuk menulis dan menghitung sudah dibiasakan, tetapi untuk membaca belum begitu sering karena anak-anak sulit dikondisikan apabila saya fokus melatih satu anak. Dalam pelaksanaan menghitung angka dan menulis/menyalin di papan tulis." (Kamis, 26 Maret 2015). Setelah kegiatan menulis atau berhitung, siswa menyerahkan hasil pekerjaan kepada guru untuk diberi nilai sebagai penyajian tugas individu. Aspek yang dinilai adalah kerapian, kebenaran huruf yang tulis dan hasil menghitung siswa. Hal ini sesuai wawancara dengan guru. "Saya lebih sering penilaian individu, seperti menulis yang dinilai tulisannya bagus, tidak ada tulisan yang salah kemudian diberi nilai atau paraf." (Kamis, 26 Maret 2015). Selanjutnya, setelah diberi penjelasan dan contoh mengenai materi, kemudian mengerjakan soal pada buku siswa. Lalu, siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal-soal yang telah dikerjakan di depan kelas. Dengan demikian, sikap percaya diri pada diri siswa dapat tumbuh.hal ini sesuai dengan wawancara guru. "Menumbuhkan kebanggaan dengan memberi hadiah berupa nilai bagus. Kalau untuk menumbuhkan percaya diri pada anak 90

108 kadang saya suruh maju ke depan untuk mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan-pertanyaan." (Kamis, 26 Maret 2015). (3) Konfirmasi Kegiatan yang dilakukan berupa siswa diberi umpan balik dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. Namun, umpan balik tersebut sudah dilakukan sekaligus pada saat guru menilai hasil pekerjaan siswa. Umpan balik terkadang tidak diberikan pada siswa karena keterbatasan waktu. "Umpan balik itu ya kadang saya beri kadang tidak mbak, karena waktunya kadang sudah habis juga"(kamis,26 Maret 2015). Guru juga memberikan penguatan berupa pujian kepada siswa. Penguatan verbal tersebut disampaikan dengan mengucapkan "bagus" atau "pinter". Guru memberikan motivasi agar siswa mau mengerjakan instruksi yang diberikan oleh guru dalam bentuk tugas, guru menjawab pertanyaan siswa menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dari serangkaian pembelajaran. Guru mereview materi pelajaran bersama siswa dengan memberi stimulus pada siswa. Dalam kegiatan penutup guru menutup pelajaran dengan menyatakan pelajaran telah selesai dan selalu mengingatkan siswa tentang seragam yang dikenakan dan pelajaran yang akan dipelajari pada hari selanjutnya. Hal ini sesuai wawancara dengan guru. 91

109 "Ketika menutup pelajaran saya katakan pada anak-anak pelajaran hari ini dilanjut besok lagi kemudian ditutup dengan berdoa, kadang saya juga mengingatkan pada anak seragam yang dikenakan besok dan pelajaran yang akan dipelajari besok." (Kamis, 26 Maret 2015). Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam penutup. 3. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi hasil belajar dilakukan oleh guru secara terus-menerus untuk memantau proses dan hasil belajar siswa. Pemantauan tersebut dilakukan dalam bentuk pengamatan sehari-hari, nilai tugas atau PR (pekerjaan rumah), ulangan harian, dan evaluasi hasil belajar. Hal ini sesuai wawancara dengan guru kelas. "Setelah KBM selesai diadakan ulangan harian dan evaluasi hasil belajar.seharusnya ada mid semester (UTS) tetapi di SLB jarang diadakan." (Rabu, 1 April 2015). Pengamatan sehari-hari yang dilakukan guru untuk menilai kemampuan kognitif dengan bertanya jawab secara lisan siswa selama mengikuti pembelajaran, dengan mengutamakan daya ingat untuk menuliskan dilaporan akhir hasil belajar (raport). Karena dalam tes lisan, guru tidak membuat rekapan hasil tanya jawab dengan siswa. Keseluruhan evaluasi penilaian digunakan untuk mencapai tujuan kompetensi yang telah ditentukan. Guru berupaya menggunakan berbagai metode penilaian untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan dengan standar KKM masing-masing mata pelajaran. Guru menilai per mata pelajaran yang dibandingkan dengan KKM masing-masing mata pelajaran. Setiap mata pelajaran diadakan ulangan harian sebanyak dua kali selama satu semester.selain itu, terdapat nilai tugas 92

110 atau PR dipilih nilai yang terbaik dari nilai siswa. Hal itu berdasarkan wawancara dengan guru kelas. "Dalam 1 semester itu dilakukan 2x ulangan harian 3 bulan sekali, kemudian ada EHB (Evaluasi Hasil Belajar) yang dilaksanakan pada akhir semester. Untuk memperoleh nilai di raport anak, dengan menghitung nilai harian + nilai tugas/pr+nilai EHB dibagi 3" (Rabu, 1April 2015). Selanjutnya untuk ulangan akhir semester diambil dari latihan soal-soal yang diberikan pada siswa ketika ulangan harian. Soal-soal yang diambilkan dari ulangan harian semester 1 dan soal ulangan harian semester 2. Hal ini sesuai wawancara dengan guru kelas. "Kalau saya membuat soal sendiri mbak, untuk EHB itu saya ambilkan dari ulangan harian 1 dan 2. Saya ambil sebagian untuk soal di EHB dari semester 1 dan dari semester 2. Nanti kalau soalnya beda anak-anak tidak dapat mengerjakan. Kadang soalnya sama saja belum tentu dapat mengerjakan." (Rabu, 1 April 2015) Baik dalam ulangan harian atau evaluasi hasil belajar (EHB) guru tidak melampirkan kisi-kisi soal. Guru membuat soal sesuai dengan berpedoman pada kurikulum dan materi yang sudah disampaikan di kelas. Guru melakukan tindak lanjut dari hasil EHB yang telah dilaksanakan. Apabila siswa belum mencapai KKM yang ditentukan maka guru mengadakan remedial maksimal 2x. Jika masih belum mencapai KKM maka guru menulis nilai siswa sesuai dengan hasil yang dicapai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara guru. "..Apabila anak tidak dapat mengerjakan maka dilakukan perbaikan, sebanyak 2x apabila masih tidak mencapai KKM, maka tidak apa-apa kemampuan anak hanya sampai disitu, berarti selama KBM tidak mampu mencapai." (Rabu, 1 April 2015) 93

111 Nilai siswa yang menjadi akhir dari nilai pembelajaran tidak hanya berupa nominal. Namun, juga guru mendeskripsikan nilai nominal yang diperoleh. Deskripsi kemampuan setiap siswa pun berbeda, meskipun nilai nominal yang diperoleh sama. 4. Hambatan dalam Implementasi KTSP serta upaya yang dilakukan guru Berdasarkan hasil temuan dilapangan melalui wawancara dan observasi pada saat pelaksanaan dan penilaian pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SLB Rela Bhakti I Gamping kelas II SDLB/C, terdapat beberapa hambatan. Berikut penjelasan mengenai hambatan dan upaya yang dilakukan guru. a) Hambatan yang pertama terkait dengan perencanaan yaitu guru tidak merevisi silabus dan RPP yang sesuai dengan hasil asesmen yang berpedoman pada KD, karena kondisi kesehatan yang terbatas. Hal ini sesuai wawancara dengan guru. silabus dan RPP itu tidak saya revisi setelah melakukan asesmen yang berpedoman pada hasil tanya jawab dengan siswa karena kondisi saya ini mbak. (Senin, 9 April 2015). Upaya yang dilakukan adalah pada waktu pelaksanaan pembelajaran guru menyampaikan materi dengan berpedoman pada SK KD kurikulum. b) Hambatan kedua pada pelaksanaan pembelajaran terkait tema yang sudah dirancang pada RPP, guru kesulitan menerapkan pembelajaran bertema. Upaya yang dilakukan guru melaksanakan pembelajaran per mata pelajaran dengan tema tertentu sesuai dengan kompetensi dasar pedoman kurikulum. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru membuat keputusan 94

112 mmengembangkan materi ketika proses pelaksanaan pembelajaran yang diberikan pada siswa. Guru tidak sepenuhnya mengacu pada RPP karena menyesuaikan dengan keadaan peserta didik. Penyampaian pembelajaran dengan pendekatan tematik disampaikan dengan satu tema satu mata pelajaran yang sesuai juga dengan materi yang akan disampaikan. Hal ini sesuai wawancara dengan guru. Saya melaksanakan pembelajaran per mata pelajaran dengan tema tertentu.1 mapel 1 tema.dalam penyampaian materi dengan kreasi guru secara mandiri. (Rabu, 1 April 2015). c) Berdasarkan hasil wawancara hambatan lain yang dialami dalam mengikuti pelatihan karena kondisi kesehatan yang menurun sehingga menyebabkan penyampaian materi pun kurang optimal. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan guru. "Saya kalau mengikuti pelatihan repotmbak, karena kondisi kesehatan saya. Jadi untuk memberi materi di kelas juga sesuai kemampuan saya" (Kamis, 26 Maret 2015). Upaya guru dalam pelaksanaan guru mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. d) Hambatan selanjutnya guru mengalamikesulitan dalam pengadaan sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang dimaksud guru yaitu belum adanya pengadaan buku khusus tunagrahita kategori ringan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan guru. Peneliti: "Kalau dalam pengadaan sumber belajar adakah kesulitannya Pak?" Guru : "belum ada buku khusus tunagrahita ringan mbak". Peneliti: "Lalu bagaimana cara Bapak menyiasati hambatan tersebut Pak? 95

113 Guru : "Kadang ya mengambil materi dari buku Sekolah Dasar kelas I. Kadang ya kreasi guru, membuat materi sendiri sesuai siswanya." (Kamis, 26 Maret 2015) Upaya yang dilakukan dalam menyampaikan materi dengan mengambil materi pada buku Sekolah Dasar kelas I, materi tersebut disesuaikan dengan kemampuan siswa. Guru juga menentukan materi secara mandiri dengan membuat keputusan saat proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung. e) Hambatan lain berdasarkan hasil observasi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Hambatan terjadi pada siswa Ud yang mengeluh materi yang diberikan guru berulang-ulang sehingga Ud meminta untuk mengganti mata pelajaran lain. Upaya guru dengan memberikan penguatan dan memberi motivasi pada siswa untuk menyelesaikan materi. Selain itu, siswa membuat suara dengan memukul meja dan papan pembatas kelas. Selain itu guru dalam hal ini dengan menasehati siswa agar tenang dan kembali mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. f) Hambatan selanjutnya terkait evaluasi pembelajaran yaitu penilaian yang digunakan guru adalah tes tulis, sedangkan siswa tidak dapat membaca soal yang diberikan. Hal ini sesuai dengan dokumen soal-soal penilaian pada semester I dan pengamatan peneliti mengenai kesulitan salah satu siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca. Jika salah satu siswa (Ag) dibacakan soal yang mengakibatkan siswa lain menjadi tidak ingin membaca soal yang diberikan oleh guru sehingga dua siswa lain yaitu Ud dan Df juga ingin dibacakan soal. Upaya guru dalam hal ini adalah 96

114 memfasilitasi membacakan soal dan pilihan jawaban pada siswa kemudian siswa yang memilih jawaban yang sudah disebutkan guru. g) Hambatan lain pada evaluasi pembelajaran adalah guru tidak membuat kisikisi soal karena keterbatasan kondisi kesehatan. Upaya guru dalam hal ini adalah guru membuat soal dengan berpedoman pada SK KD dimana materi sudah disampaikan saat pembelajaran serta disesuaikan dengan kemampuan siswa. C. Pembahasan Dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta hambatan dan upaya yang dilakukan guru kelas II SDLB/C SLB Rela Bhakti I Gamping. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, terlebih dahulu guru membuat perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Hal ini sesuai pendapat Mulyasa (2011: 209) bahwa Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) telah menyiapkan kurikulum dan silabus, sehingga tugas guru menjabarkan, menganalisis, dan menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik peserta didik serta kondisi sekolah. Penyusunan silabus direvisi dari yang sudah ada. Komponen yang diperbaiki meliputi, indikator pencapaian, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, serta evaluasi. Silabus ini didasarkan pada hasil asesmen yang dilakukan pada kali pertama dengan mencermati hasil raport dan diskusi dengan guru terdahulu. Guru berupaya untuk menyesuaikan perencanaan dengan kemampuan siswa melalui asesmen yang telah dilakukan. Sedangkan untuk RPP guru menyusun secara mandiri. Hal ini sesuai 97

115 Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang SKL khusus untuk siswa dengan kekhususan C, C1, D, dan G, silabus dan SKL dapat ditetapkan sendiri oleh guru. RPP merupakan penjabaran dari silabus yang disusun secara mandiri oleh guru. Dalam Permendiknas RI No.1 tahun 2008 salah satu komponen RPP yaitu indikator pencapaian pembelajaran yaitu pecahan tugas-tugas sederhana yang akan dicapai siswa dari kompetensi dasar (KD) untuk menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dalam RPP disusun lebih sederhana dan operasional. Dalam penerapannya kadang mengalami penyesuaian dengan situasi dan kondisi siswa di kelas. Perencanaan pembelajaran di kelas II SDLB/C yang bersifat individual akan terlihat pada pelaksanaan. Guru memberikan tugas sesuai kemampuan siswa. Sedangkan untuk RPP dibuat secara klasikal, namun terdapat asesmen yang berisi perbandingan antara kemampuan awal dan indikator yang akan dicapai oleh setiap siswa. RPP yang disusun guru mencantumkan pencapaian indikator yang berbeda setiap siswa agar lebih efektif dan efisien. Sebelum menyusun silabus dan RPP, guru melakukan kegiatan asesmen, menelaah KD, menentukan tema, dan memilih KD yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Perencanaan pembelajaran dalam Permendiknas No. 1 Tahun 2008 sudah tercantum dalam RPP yang disusun guru, tetapi perencanaan yang dibuat guru dengan menambahkan asesmen/ kemampuan awal siswa. RPP yang dibuat oleh guru sudah mencantumkan asesmen/kemampuan awal siswa. Meskipun RPP disusun secara klasikal, tetapi masing-masing siswa memiliki indikator pencapaian yang berbeda. 98

116 Kegiatan asesmen dilaksanakan dengan cara menggali informasi/data kemampuan siswa dengan mencermati hasil raport dan diskusi dengan guru terdahulu. Hasil asesmen digunakan menelaah KD untuk menentukan indikator pencapaian yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kegiatan telaah KD dari asesmen yang pertama ini digunakan untuk menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada awal semester. Penyusunan RPP dikembangkan sendiri oleh guru berdasarkan silabus yang sudah disusun. Setelah menyusun silabus dan RPP dikoreksi oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum, kemudian ditandatangani/disahkan oleh kepala sekolah. Sedangkan, asesmen yang kedua dilakukan sebelum pembelajaran efektif berdasarkan pada pedoman kurikulum SDLB/C. Asesmen yang kedua dilakukan dengan metode tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui kemampuan siswa. Kegiatan asesmen ini merupakan telaah KD yang diterapkan saat pembelajaran efektif dan telah disesuaikan dengan kemampuan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Endang Rochyadi (2005: 145) bahwa perencanaan individual yang dilakukan salah satunya berbasis pada analisis kurikulum tertentu dengan hasil asesmen.namun, hasil asesmen yang kedua ini diterapkan saat proses pembelajaran berlangsung. Penyusunan silabus dan RPP setelah asesmen yang kedua tidak dilakukan refleksi dan perbaikan. Mary A. Felvey (dalam Endang Rochyadi, 2005: 65) mengemukakan metode pengumpulan informasi/data siswa harus mempertimbangkan tiga hal penting yaitu: (1) waktu pelaksanaan asesmen yang dilakukan secara terusmenerus sehingga dapat menentukan program pembelajaran yang sesuai dan 99

117 fungsional bagi anak. (2) tempat asesmen dilakukan dalam situasi yang alamiah, (seperti; di rumah, di dalam kelas, di halaman sekolah, di dalam atau di luar kantin, di asrama, dsb). (3) metode dan teknik menjadi pertimbangan saat melakukan asesmen, beberapa teknik dapat digunakan dalam melakukan asesmen, diantaranya: observasi, wawancara, dan tes. Namun, hal ini belum dapat optimal dilaksanakan dalam asesmen karena informasi diperoleh guru masih terbatas melalui tes tanya jawab dengan siswa. Setelah hasil asesmen diperoleh, proses perencanaan pembelajaran selanjutnya adalah menelaah KD. Kegiatan menelaah KD dilakukan dengan membuat keputusan tentang kegiatan pembelajaran pada saat itu. Guru cenderung menggunakan intuisi dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini menyebabkan pencapaian tujuan bagi setiap siswa kurang dapat optimal. KTSP menerapkan pembelajaran tematik yaitu antar mata pelajaran harus berkaitan dan terikat dengan tema tertentu. guru membuat tema dahulu lalu memilih KD-KD yang sudah ditelaah sesuai dengan tema yang ditentukan oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu pendapat Deni Kurniawan (2014: 103) bahwa penentuan tema dapat ditentukan terlebih dahulu kemudian disesuaikan dengan kompetensi dasar (KD). Berdasarkan hasil analisis dokumen RPP yang oleh guru sudah sesuai dengan PP No.1 tahun 2008, meliputi: identitas mata pelajaran/tema pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, komponen asesmen/kemampuan awal siswa. Perencanaan yang dibuat guru sudah mencantumkan asesmen/ kemampuan 100

118 awal. Perencanaan tidak dapat sepenuhnya diterapkan dalam perencanaan pembelajaran siswa tunagrahita kategori ringan. Secara keseluruhan, perencanaan bagi tunagrahita kategori ringan selalu memerlukan refleksi dan perbaikan. Hal ini juga disebabkan karena hasil asesmen yang mengacu pada pedoman kurikulum tidak direkap sehingga pencapaian tujuan belajar dalam perencanaan menjadi kabur. Agar pencapaian siswa tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan siswa, maka perlu membuat catatan harian yang benarbenar menggambarkan kondisi siswa saat itu sehingga dapat dijadikan sebagai refleksi terhadap perencanaan berikutnya. Kegiatan kedua setelah perencanaan, adalah pelaksanaan pembelajaran.ktsp merupakan kurikulum operasional yang sepenuhnya disusun, dilaksanakan, dievalusi oleh guru.hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa guru masih menggunakan cara mengajar konvensional. Meskipun demikian, guru berupaya untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan anak.sebelum pelaksanaan pembelajaran guru telah untuk memenuhi syarat yang ditetapkan dalam permendiknas No. 1 Tahun (a) Rombong Belajar Jumlah maksimal siswa setiap rombongan belajar adalah: SDLB SMPLB SMALB : 5 siswa : 8 siswa : 8 siswa 101

119 (b) Beban Kerja Guru Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan, melaksanakan, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih siswa, serta melaksanakan tugas tambahan. (c) Buku teks pelajaran (1) Buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah dipilihmelalui musyawarah guru dan komite sekolah. (2) Buku teks pelajaran dipilih dan dimodifikasi sesuai taraf kemampuan membaca siswa dan satuan pendidikan. (3) Guru menggunakan buku panduan, buku pengayaan, buku referensi, dan pengalaman langsung serta sumber belajar lainnya. (4) Guru membiasakan siswa menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain. (d) Pengelolaan kelas (1) Guru mengatur tempat duduk sesuai karakteristik siswa; (2) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan jelas; (3) Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti; (4) Guru menjadwalkan waktu untuk melakukan asesmen serta menyusun dan melaksanakan Program Pembelajaran Individual (PPI); (5) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar sesuai daya tangkap siswa; 102

120 (6) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam maenyelenggarakan proses pembelajaran melalui program bina diri; (7) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung; (8) Guru menghargai pendapat siswa; (9) Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; (10) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan dalam PPI. Guru selalu berupaya memenuhi persyaratan pembelajaran, kecuali dalam pengelolaan kelas yaitu menjadwalkan waktu untuk melakukan asesmen serta menyusun dan melaksanakan Program Pembelajaran Individual (PPI). Guru menyusun dan melaksanakan PPI belum secara optimal. Dalam menyusun PPI menggunakan RPP tematik secara klasikal dan pelaksanaannya yang secara individual ketika pemberian tugas sesuai level kemampuan siswa. Selanjutnya menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran melalui program bina diri, belum dapat peneliti pastikan karena selama peneliti berada di lapangan program bina diri belum dilaksanakan. Pelaksanaan pembelajaran KTSP yang dilaksanakan oleh guru terdiri dari tiga kegiatan yaitu, kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Hal ini sudah sesuai dengan permendiknas No. 1 tahun 2008 yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran terdapat tiga kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. 103

121 Dalam kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan yang dilakukan antara lain, menyiapkan kondisi siswa secara psikis dan fisik, guru mengatur posisi duduk dengan tujuan menenangkan siswa supaya pembelajaran berjalan efektif. Kemudian berdoa sebelum memulai pelajaran. Kegiatan awal selanjutnya adalah melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Kegiatan selanjutnya yaitu menyampaikan cakupan materi.akan tetapi, tidak menyampaikan tujuan mempelajari materi. Kemudian, guru melakukan absensi siswa dengan memanggil nama satu per satu. Sebelum memulai pembelajaran guru selalu menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahunbertujuan agar siswa dapat memiliki pengetahuan waktu. Hal ini sudah sesuai dalam Permendiknas No. 1 tahun 2008, kegiatan pendahuluan bagi siswa tunagrahita kategori ringan adalah sebagai berikut. (a) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan menyapa dan memberi salam kemudian berdoa bersama. (b) Menyiapkan kondisi siswa secara psikis dan fisik, seperti kegiatan memeriksa ketersediaan alat belajar, sikap tubuh, dan menuntun gerak (prompting) sesuai derajat kelainan. (c) Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. (d) Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang siswa miliki. 104

122 (e) Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran dalam kehidupan seharihari sesuai kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi siswa. (f) Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan berdasarkan layanan individual yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hanya saja terdapat beberapa kegiatan yang belum dapat dilaksanakan oleh guru yaitu poin (d) dan poin (e). Akan tetapi dalam kegiatan awal guru menambahkan kegiatan seperti memberi pesan moralkepada siswa berupa nasihat. Hal ini sesuai dengan konsep kurikulum tersembunyi yaitu dalam mencapai pembelajaran yang bermakna dapat diaplikasikan melalui tingkah laku, sikap, cara bicara, dan perlakuan guru terhadap siswa yang mengandung pesan moral (Khairun Nisa, 2009: 78). Dalam hal ini dapat disampaikan juga dengan memberikan nasihat bagi siswa tunagrahita. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti, dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan pendekatan tertentu. Pendekatan tematik pada kurikulum SDLB diberikan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar secara holistik (utuh) sehingga materi yang diperoleh siswa dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, penyampaian materi di kelas II SDLB/C SLB Rela Bhakti I dilakukan dengan cara memilih KD mata pelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran memfokuskan pada satu mata pelajaran (separatif). Guru kesulitan menerapkan pembelajaran tematik integratif karena kurang memahami cara menyampaikan materi yang mengaitkan antar mata pelajaran. 105

123 Pada permendiknas No. 1 Tahun 2008 tercantum proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, motivasi siswa untuk berpatisipasi aktif. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kelas II SDLB/C juga dilaksanakan sesuai dengan permendiknas, tetapi masih banyak hambatan dan kekurangan dalam pelaksanaan di kelas. Berdasarkan Permendiknas No. 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus kegiatan eksplorasi meliputi: kesempatan memperoleh pengalaman belajar langsung, menggunakan pendekatan bermain sambil belajar atau lainnya secara bervariasi dan menyenangkan dengan menggunakan media yang menarik, memfasilitasi interaksi, melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran agar berpartisipasi secara aktif, memfasilitasi siswa melakukan eksplorasi di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan. Akan tetapi, pelaksanaan di kelas II SDLB/C dalam menyampaikan materi inti kepada siswa kurang bervariatif. Dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas guru menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Siswa dilibatkan secara aktif oleh guru dengan metode tanya jawab setelah guru menyampaikan materi pada siswa. Guru memberi contoh-contoh dari pokok bahasan tersebut. Dalam penyampaian materi juga memerlukan media pembelajaran sebagai penyampai pesan. Menurut Azhar Arsyad (2011: 4) media merupakan alat yang digunakan sebagai pengantar pesan-pesan pembelajaran dari guru kepada siswa. Selain itu, mengenai media yang digunakan pada anak tunagrahita kategori ringan adalah media yang konkret karena keterbatasan 106

124 kemampuan berpikir secara abstrak. Media yang konkret berarti media yang nyata (tidak abstrak). Akan tetapi, penggunaan media yang dimanfaatkan belum optimal berupa papan tulis, spidol, buku tulis siswa dan benda yang terbatas ada di ruang kelas. Kegiatan elaborasi dilaksanakan guru dengan membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan menulis dan menghitung. Dalam kegiatan menulis siswa menyalin tulisan dari papan tulis ke buku masing-masing. Sedangkan kegiatan menghitung, siswa menghitung angka-angka dengan simbol matematika berupa penjumlahan (+), pengurangan (-), dan sama dengan (=). Hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 1 Tahun 2008 yaitu membiasakan siswa dalam kegiatan yang fungsional seperti membaca, menulis, dan menghitung sederhana sebagai kebiasaan hidup sehari-hari. Namun, kegiatan menulis dan menghitung tersebut kurang bermakna dalam pemanfaatan di kehidupan sehari-hari karena hanya menghitung angka-angka dengan simbol matematika. Sedangkan, kegiatan membaca belum dapat fokus diberikan pada siswa. Hal ini disebabkan apabila guru fokus mengajarkan membaca pada satu siswa maka siswa yang lain akan membuat kegaduhan. Selanjutnya, kegiatan yang dilakukan setelah selesai menulis atau mengerjakan soal dikumpulkan di meja guru lalu dinilai guru sebagai apresiasi kepada siswa secara individual. Hal ini sesuai dengan permendiknas No. 1 Tahun 2008 yaitu memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. Penyajian hasil kerja dengan penyerahan tugas kepada guru untuk dikoreksi. Selain itu, guru berupaya menumbuhkan sikap percaya diri siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal-soal yang telah diberikan oleh guru di depan kelas. Hal 107

125 ini sesuai dengan Permendiknas No. 1 Tahun 2008, yaitu memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri siswa. Selain itu, metode juga memiliki pengaruh yang besar terhadap penyampaian materi kepada siswa dalam pembelajaran. Metode pembelajaran bagi anak tunagrahita sebaiknya dengan analisis tugas. Permendiknas No. 1 Tahun 2008 menyebutkan dalam menyusun analisis tugas sesuai dengan kondisi dan potensi siswa baik akademik maupun non akademik. Analisis tugas merupakan proses memecah tugas pembelajaran yang kompleks menjadi bagian-bagian mendasar sehingga siswa dapat menguasai tiap tahapan (Arends, 2013). Hal ini menerangkan bahwa analisis tugas merupakan tahapan pembelajaran yang dilaksanakan guru dari hal yang paling mudah ke hal yang sukar, dari materi yang sederhana ke materi yang kompleks karena tunagrahita kategori ringan mampu melakukan kegiatan yang sederhana dan bertahap. Akan tetapi, penerapan metode di kelas II SDLB/C hanya dengan metode konvensional atau metode tradisional, dimana siswa pasif mendengarkan penjelasan guru. Metode pembelajaran diterapkan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Dalam dokumen silabus dan RPP sudah dicantumkan pendekatan tematik, namun ketika pelaksanaan belum dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena guru kesulitan mengaplikasikan dalam pembelajaran. Guru masih menerapkan pembelajaran per bidang studi tidak saling berkaitan dengan mata pelajaran lain (separatif). Selanjutnya, kegiatan konfirmasi yang dilaksanakan guru berupa umpan balik sudah dilakukan sekaligus pada saat guru menilai hasil pekerjaan siswa. 108

126 Guru memberikan umpan balik dengan mengoreksi hasil pekerjaan siswa sekaligus memberikan penguatan positif kepada siswa. Hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 1 Tahun 2008, yaitu memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam terhadap keberhasilan siswa. Namun, umpan balik terkadang tidak diberikan pada siswa karena keterbatasan waktu. Penguatan dalam pelaksanaan pembelajaran guru memberikan secara verbal berupa pujian pada siswa apabila dapat menjawab pertanyaan. Guru memberikan motivasi kepada siswa secara verbal agar siswa mau mengerjakan instruksi yang diberikan oleh guru dalam bentuk tugas tertulis atau menjawab pertanyaan secara lisan. Hal ini sesuai dengan permendiknas No. 1 tahun 2008, yaitu memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Komunikasi antara guru dan siswa menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Bahasa Jawa yang digunakan diberikan dalam bentuk krama alus (bahasa Jawa yang memiliki tingkat tertinggi). Namun, kadang juga menggunakan Bahasa Jawa Ngoko. Hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 1 Tahun 2008 guru menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar sesuai kemampuan berbahasa dan komunikasi. Secara keseluruhan guru sudah berupaya melaksanakan kegiatan konfirmasi sesuai Permendiknas No. 1 Tahun Namun,terdapat beberapa hal yang belum dapat dilaksanakan, yaitu guru belum memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa dalam mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan karena 109

127 penyampaian materi kepada siswa masih terbatas dengan metode konvensional, sehingga kegiatan belajar siswa pasif mendengarkan penjelasan guru. Kegiatan akhir yaitu kegiatan penutup, dalam Permendiknas No. 1 Tahun 2008, yaitu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran individual. Guru melakukan penilaian terhadap pembelajaran individual sekaligus pada kegiatan penyajian tugas individual pada kegiatan konfirmasi. Permendiknas No. 1 Tahun 2008 menyebutkan bahwa merencanakan kegiatan tindak lanjut, meliputi: pengulangan pembelajaran, pencatatan dan penilaian anekdot serta layanan individual lainnya sesuai hasil belajar siswa. Akan tetapi, penilaian anekdot atau anekdotal record belum dilaksanakan oleh guru. Layanan individual lain seperti adanya catatan kemajuan siswa dan catatan kasus tidak dilampirkan. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran belum dapat berjalan optimal. Penyusunan silabus dan RPP seharusnya direvisi setelah pelaksanaan pembelajaran dengan catatan-catatan kemajuan belajar siswa, catatan anekdot, catatan kasus yang dibuat guru selama pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat membantu guru untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan pada RPP. Apabila belum dapat mencapai maka guru dapat merefleksi kekurangan selama pembelajaran. Perencanaan yang telah dirancang tidak selalu menjadi acuan guru dalam mengajar di kelas. Guru membuat keputusan-keputusan dan mengembangkan materi saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena pembelajaran bagi tunagrahita yang bersifat situasional atau tidak dapat diprediksi. Keputusan pemilihan KD yang akan diberikan pada siswa ditentukan 110

128 guru menyesuaikan keadaan siswa saat itu. Saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung guru mencari kesesuaian pembelajaran bagi siswanya. Pembelajaran yang terpadu pun belum dapat diterapkan karena kesulitan dalam memahami konsep pendekatan tematik itu sendiri sehingga guru menyiasati dengan menyampaikan materi secara separatif yaitu konsep mengajar lama yang tidak mengaitkan antar mata pelajaran. KTSP merupakan pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan. Pergeseran ini dari teori behaviorisme ke konstruktivisme. Teori belajar behavioristik dengan konsep stimulus-respon, menjadikan siswa cenderung menerima apa yang diberikan oleh guru, kemudian siswa merespon dengan perilaku atau berupa jawaban apabila diberi pertanyaan. Berbeda dengan konsep pembelajaran pada KTSP yang menyarankan untuk menerapkan pendekatan tematik terpadu yang merupakan adanya keterkaitan dan keterikatan antar bidang studi yang dikemas dalam sebuah tema. Pembelajaran tematik terpadu merupakan esensi dari teori gestalt yaitu informasi harus dipandang secara menyeluruh, bukan secara terpisah atau bagian demi bagian agar strukturnya jelas (Sugihartono, dkk., 2007: 107). Dalam penerapan di kelas II SDLB//C guru masih menerapkan pembelajaran separatif karena kesulitan menerapkan pendekatan tematik. Pembelajaran yang berdiri sendiri kurang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa tunagrahita kategori ringan. Perencanaan sudah menerapkan teori konstruktivisme tetapi dalam pelaksanaan masih kesulitan menerapkan pembelajaran berbasis pendekatan tematik. Hal ini disebabkan minim mengikuti pelatihan-pelatihan karena kondisi 111

129 kesehatan yang tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Peneliti menyimpulkan mindset guru masih menggunakanmetode praktik mengajar yang meliputi: pengetahuan dan didaktik mengajar dengan cara lamakarena minimnya pengetahuan dan keterbatasan dalam kondisi kesehatan yang bersifat pribadi. Secara umum, pembelajaran bagi siswa tunagrahita diberi stimulus, kemudian merespon sesuai dengan teori behaviorisme, tetapi dalam KTSP menerapkan pembelajaran terpadu setiap siswa membangun pengetahuannya sendiri pada teori konstruktivisme. Siswa tunagrahita cenderung sesuai dengan behavioristik karena siswa tunagrahita cenderung pasif menerima materi. Apabila pada KTSP menghendaki siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri, maka guru sebagai kunci pelaksanaan belajar secara aktif mengkondisikan suasana belajar. Akan tetapi, penerapan teori konstruktivisme pun tidak dapat diterapkan secara murni pada siswa tunagrahita kategori ringan, namun dapat dikolaborasikan dengan teori stimulus-respon yang erat dengan karakteristik tunagrahita kategori ringan untuk mendorong dan menggerakkan kemauan belajar siswa. Apabila kedua teori tersebut dapat diterapkan pada layanan pendidikan bagi tunagrahita, maka dapat mengakomodasi kebutuhan belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran perlu menerapkan pembelajaran yang fungsional. Hal ini berkaitan dengan pemilihan materi yang memiliki manfaat bagi kehidupan nyata. Pelaksanaan pembelajaran yang aktif bagi siswa tidak hanya dilakukan dengan metode tanya jawab, tetapi jika menghendaki penerapan pembelajaran yang aktif, maka masih perlu pengkondisian dari guru dalam proses pembelajaran. Kegiatan ketiga, yaitu evaluasi pembelajaran di kelas II SDLB/C SLB Rela 112

130 Bhakti I Gamping. Melalui hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa evaluasi menggunakan dua cara evaluasi yaitu, evaluasi proses dan hasil. Hal ini sesuai dengan Munawir Yusuf (2005: 100) menyebutkan ada dua jenis evaluasi ditinjau dari pelaksanaan PPI, yaitu: evaluasi hasil yang merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran. Dan evaluasi proses dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi proses dilaksanakan dengan pengamatan sehari-hari yang dilakukan guru untuk menilai aspek sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian teknik observasi atau pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Namun, dalam pelaksanaannya perlu menggunakan catatan-catatan kecil atau catatan kasus untuk mencatat sikap siswa yang muncul selama pembelajaran. Teknik evaluasi lain berupa tugas yang harus diselesaikan di sekolah atau tugas yang dikerjakan di rumah. Penilaian yang dikerjakan oleh siswa di sekolah berupa menyalin materi yang disajikan guru di papan tulis kemudian diserahkan kepada guru untuk dinilai. Dalam penilaian ini guru menilai dari kerapian tulisan dan kebenaran kata yang ditulis, dengan memberi nilai atau paraf. Hal ini hampir sesuai dengan Permendiknas RI No. 1 Tahun 2008 penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan tes dalam bentuk tertulis dan lisan, nontes dalam bentuk pengamatan kinerja, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Namun, terdapat beberapa yang tidak dilaksanakan oleh guru yaitu portofolio dan 113

131 penilaian diri.penggunaan tes tulis sebagai alat evaluasi kurang tepat diterapkan untuk siswa tunagrahita kategori ringan karena siswa tidak dapat membaca secara mandiri. Analisis penilaian dilakukan guru setelah mengadakan ulangan harian sebanyak dua kali selama satu semester dan dibagi dua. Selain itu, terdapat nilai tugas atau PR dipilih nilai yang terbaik dari nilai siswa. Kemudian juga menambahkan nilai EHB atau ujian akhir, setelah semua nilai didapatkan guru menjumlahkan keseluruhan kemudian dibagi tiga hingga diperoleh nilai per mata pelajaran. Nilai tersebut dibandingkan dengan KKM mata pelajaran yang sudah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Munawir Yusuf (2005: 299) bahwa proses evaluasi bagi anak tunagrahita ringan dengan menggunakan pembelajaran yang bersifat individual ditentukan oleh guru dengan menerapkan standar untuk setiap siswa sesuai dengan kompetensi yang dimiliki anak sesuai hasil asesmen. Akan tetapi, guru menilai per mata pelajaran yang dibandingkan dengan KKM masing-masing mata pelajaran.kkm ini ditentukan oleh satuan pendidikan pada setiap jenjang kelas. Nilai siswa tidak hanya berupa nominal, guru juga mendeskripsikan kemampuan siswa dari nilai nominal yang diperoleh. Deskripsi nilai disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Tindak lanjut dilakukan dari hasil EHB yang telah dilaksanakan. Apabila siswa belum mencapai KKM yang ditentukan maka guru mengadakan remedial maksimal 2x. Jika masih belum mencapai KKM maka kemampuan siswa pada level tersebut. Secara keseluruhan evaluasi sudah sesuai dengan Permendiknas No

132 Tahun 2008, tetapi tidak sepenuhnya dapat diterapkan pada siswa tunagrahita. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hambatan-hambatan yang ditemui guru. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya, terkait dengan perencanaan yaitu guru tidak merperbaiki dan merefleksi silabus dan RPP yang sesuai dengan hasil asesmen yang berpedoman pada KD, karena kondisi kesehatan yang terbatas. Upaya guru dalam mengatasi hambatan tersebut adalah guru membuat keputusan materi dengan memilih KD yang relevan dengan kondisi situasional siswa. Hambatan kedua terkait tema yang sudah dirancang pada RPP, guru kesulitan menerapkan pembelajaran bertema. Upaya guru melaksanakan pembelajaran per mata pelajaran dengan tema tertentu sesuai dengan memilih kompetensi dasar. Hambatan lain yang dialami guru dalam mengikuti pelatihan karena kondisi kesehatan yang menurun sehingga menyebabkan penyampaian materi pun kurang optimal. Hambatan ini berkaitan dengan penyampaian pembelajaran bertema kepada siswa, karena minimnya pelatihan guru. Upaya guru dalam pelaksanaan guru mengoptimalkan kemampuan mengajar yang dimiliki. Hambatan selanjutnya guru merasakesulitan dalam pengadaan buku khusus tunagrahita kategori ringan. Upaya guru dalam menyampaikan materi dengan mengambil materi pada buku Sekolah Dasar kelas I yang apabil terlalu tinggi bagi anak maka materi direndahkan, materi tersebut disesuaikan dengan kemampuan siswa. Guru juga mengkreasikan materi secara mandiri. Kreasi guru berupa membuat materi secara mandiri seperti, membuat soal, bercerita tentang materi. 115

133 Hambatan lain berdasarkan hasil observasi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Hambatan terjadi pada sikap siswa mengeluh materi yang diberikan guru berulang-ulang. Keluhan siswa tersebut disebabkan karena kurangnya motivasi untuk mendengarkan penjelasan guru sehingga kesibukan siswa beralih dengan memukul meja dan papan pembatas kelas sehingga kelas menjadi kurang kondusif. Upaya yang dilakukan guru ketika menghadapi siswa adalah dengan menasehati siswa agar tenang dan kembali mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. Hambatan selanjutnya terkait evaluasi pembelajaran yaitu penilaian yang digunakan guru adalah tes tulis, sedangkan siswa tidak dapat membaca soal yang diberikan. Upaya guru dalam hal ini adalah membacakan soal dan pilihan jawaban pada siswa dan siswa yang memilih jawaban yang sudah disebutkan guru. Hambatan lain pada evaluasi pembelajaran adalah guru tidak membuat kisikisi soal karena keterbatasan kondisi kesehatan. Upaya guru dalam hal ini adalah guru membuat soal dengan berpedoman pada SK KD dimana materi sudah disampaikan saat pembelajaran serta disesuaikan dengan kemampuan siswa. 116

134 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi KTSP di SLB Rela Bhakti I Gamping meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Perencanaan meliputi: silabus dan RPP, yang disusun berdasarkan hasil asesmen untuk menentukan indikator pencapaian masing-masing siswa. Namun, belum dilakukan perbaikan secara terus-menerus terhadap perencanaan dengan memiliki catatan-catatan khusus mengenai kondisi siswa selama pelaksanaan pembelajaran yang seharusnya dapat menjadi bahan refleksi pada perencanaan berikutnya. RPP yang sudah dirancang belum sepenuhnya dapat diterapkan pada pelaksanaan di kelas karena pembelajaran siswa tunagrahita yang bersifat situasional, sehingga guru membuat keputusan memilih kompetensi dasar yang relevan dengan kondisi situasional siswa. Saat proses pelaksanaan pembelajaran belum dapat diterapkan pembelajaran tematik integratif sehingga guru menerapkan pembelajaran separatif (per mata pelajaran). Evaluasi pembelajaran menggunakan dua cara yaitu: evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dengan pengamatan sikap dan keterampilan siswa di kelas, tetapi belum terdapat catatan-catatan pengamatan selama proses pembelajaran. Sedangkan, evaluasi hasil diperoleh melalui nilai akhir yang dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan dideskripsikan sesuai kemampuan siswa. 117

135 2. Hambatan dalam implementasi KTSP, yaitu kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik, minimnya keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan, kesulitan memperoleh buku teks khusus tunagrahita kategori ringan, kondisi siswa saat pembelajaran yang kurang kondusif, kurang tepat pemilihan teknik tes. Upaya yang dilakukan mengoptimalkan kemampuan guru, menyampaikan materi pembelajaran per mata pelajaran (separatif), materi dikembangkan sendiri oleh guru, memberi motivasi dan memberi nasihat pada siswa, ketika pelaksanan tes guru memfasilitasi siswa. B. Saran Secara keseluruhan implementasi KTSP di kelas II SDLB/C SLB Rela Bhakti I Gamping telah terlaksana, meskipun belum optimal. Berdasarkan kesimpulan maka saran yang disampaikan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Perencanaan hendaknya direvisi dan direfleksi secara terus-menerus dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting, agar setiap kemajuan atau perubahan sikap dan ketrampilan siswa dapat diketahui. b. Pembelajaran hendaknya dilakukan secara fungsional melalui kegiatan menulis, membaca, dan menghitung. c. Guru dapat memanfaatkan internet, lingkungan kelas, dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, agar lebih menarik perhatian siswa saat penyampaian materi. 118

136 2. Bagi Sekolah Hendaknya mengadakan lesson study, agar kualitas dan kompetensi profesional guru dalam mengajar dapat dievaluasi oleh kepala sekolah dan teman sejawat. 119

137 DAFTAR PUSTAKA Abd. Kadir & Hanun Asrohah. (2014). Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Abdul Majid. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Alberta learning. (2004). Document of Standards for Special Education (Amended June 2004): Special Program branch. Diakses pada tanggal 4 Januari 2015 pukul 15:00 WIB dari Anas Sudijono. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Ardian Yunaryo. (2012). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar Masjid Syuhada Yogyakarta. Diakses pada tanggal 11 Januari 2015 pukul 09:00 WIB dari Arends, Richard. (2013). Belajar untuk Mengajar. Jakarta: Salemba Humanika. Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Benny A. Pribadi. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Bartleman, Robin et al,. (2010). Instructional Designs:A Resource Guide for Teachers of Students with Significant Cognitive Disabilities. Diakses pada tanggal 18 Desember 2014 pukul 14:15 dari Deni Kurniawan. (2014). Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian). Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 1 tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras. E. Mulyasa. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. E. Mulyasa. (2013). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Eko Putro Widoyoko. (2010). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Endang Rochyadi & Zaenal Alimin. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdiknas 120

138 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jacobsen, A. David., Paul, Eggen., & Kauchack, Donald. (2009) Methods for teaching ( Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar siswa TJ- SMA). Terj. Achmad Fawaid & Khoirul Anam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joko Susilo. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan & Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Khairun Nisa. (2009). Hidden Curriculum: Upaya Peningkatan kecerdasan Spiritual Siswa. Lentera Pendidikan, Vol. 12 No. 1 Juni 2009: Kunandar. (2007). Guru professional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan menghadapi sertifikasi Guru. Depok: Raja Grafindo Persada. Lexy J. Moleong. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. M. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Martiyono. (tanpa tahun). Perencanaan Pembelajaran (Suatu Pendekatan Praktis Berdasarkan KTSP Termasuk Model Tematik). Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Mauro, Terri. (tanpa tahun). What is an IEP?. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015 pukul 17:00 WIB dari Mida Latifatul Muzamiroh. (2013). Kupas Tuntas Kurikulum (Tanpa Kota Penerbit) : Kata Pena Moh. Sholeh Hamid. (2011). Standar Mutu Penilaian dalam Kelas. Yogyakarta: Diva Press. Mohammad Ali. (2010). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Sains di SD Muhammadiyah Condong Catur. Yogyakarta: Program Pascasarjana. Universitas Negeri Yogyakarta. Mohammad Amin. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Mumpuniarti. (2007). Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Mumpuniarti. (2007). Pembelajaran Akdemik Bagi Tunagrahita. Yogyakarta: FIP 121

139 UNY Munawir Yusuf. (2005). Pendidikan bagi Anak dengan Problem Belajar: Konsep dan Penerapannya di Sekolah Maupun di Rumah. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Oemar Hamalik. (2009). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasioal Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menenngah. Tahun Jakarta: Cv Eko Jaya. Permendiknas No. 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian. Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian (untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula). Bandung: Alfabeta. S. Nasution. (2005). Azas-azas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.. (2011). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Santrock, J. W. (2010). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Terj. Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Smith, D. &Tyler, N. C. (2010). Introduction to Special Education: Making Difference (Seventh Edition). London: Pearson International Edition. Sugiharto, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara. T. Sutjihati Somantri. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Cv. Eko Jaya. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 122

140 Jakarta: Bumi Aksara. Welton, David. A. & Mallan, John T. (1981). Children and Their World: Strategies for Teaching Social Studies 2 nd Edition. London: Houghton Mifflin Company. Wina Sanjaya. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Zaenal Arifin. (2012). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 123

141 L A M P I R A N 124

142 Lampiran 1 Hari/tanggal observasi : observasi ke- : Tema/Subtema : Waktu pengamatan : Kelas/semester : PEDOMAN OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Aspek yang diamati Indikator Deskripsi pengamatan 1. Kegiatan awal a) Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran b) Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan tentang materi yang telah dipelajari (pretest) yang mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari c) Guru menyampaikan cakupan materi (kompetensi dasar) yang terkait dengan tema dan menjelaskan tujuan pembelajaran d) Menyampaikan manfaat pembelajaran 125

143 2) Kegiatan inti Kegiatan pembelajaran berbasis tematik a) guru menyajikan proses pembelajaran berdasarkan tema b) guru menyajikan proses pembelajaran dengan mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran Proses pembelajaran dilakukan secara interaktif dan menyenangkan dalam EEK Eksplorasi a. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung yang bersifat multi sensorik (mengoptimalkan pancaindra yaitu pengamatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan penciuman) b. Guru menggunakan berbagai pendekatan sambil bermain yang menyenangkan c. Metode yang digunakan menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik d. Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, guru, lingkungan, atau sumber lain. e. Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pembelajaran berpusat pada siswa) f. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan eksplorasi (pencarian/menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan Elaborasi g. Guru membiasakan peserta didik membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara fungsional 126

144 h. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok i. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. j. Guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/alat, dan sumber belajar. 1) media yang digunakan relevan dengan karakteristik, usia, tujuan, materi 2) mudah digunakan 3) tidak mudah rusak 4) aman 5) konkret 6) mudah diperoleh Konfirmasi k. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat terhadap keberhasilan peserta didik l. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (1) menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar sesuai kemampuan berbahasa dan komunikasi (2) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (3) mengaitkannya dengan kegiatan hidup dengan pekerjaan sehari-hari 127

145 3. Kegiatan penutup a. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman pelajaran b. guru membuat tes lisan/tertulis c. guru melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah dilaksanakan d. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. e. Merencanakan kegiatan tindak lanjut, berupa pengulangan(remedi), pengayaan, pencatatan dan penilaian anekdot serta layanan individual lainnya yang sesuai hasil belajar peserta didik 128

146 Lampiran 2 PEDOMAN OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN PERSYARATAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN No. Indikator Deskripsi Hasil Temuan 1. Rombong belajar 2. Beban kerja guru 3. buku teks, media/alat, serta sumber belajar yang digunakan saat pembelajaran 4. Pengelolaan kelas a. guru mengatur tempat duduk sesuai karakteristik peserta didik b. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran terdengar dengan jelas c. tutur kata guru santun dan dapat dimengerti d. guru menjadwalkan waktu untuk melakukan asesmen serta menyusun dan melaksanakan PPI e. guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar sesuai daya tangkap peserta didik; f. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran melalui program bina diri; g. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung; h. Guru menghargai pendapat peserta didik i. Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan dalam PPI. 129

147 Lampiran 3 PEDOMAN OBSERVASI PENILAIAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI) Indikator Penggunaan teknik evaluasi a. evaluasi proses penilaian non tes (a) observasi - ceklist individu/kelompok - catatan anekdot - catatan kasus - buku kemajuan siswa (b) penilaian portofolio b. evaluasi hasil/produk Penilaian tes (a) tes standar atau tes buatan guru (b) tes tulis/tes lisan/tes perbuatan Deskripsi Hasil Temuan 130

148 Lampiran 4 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Hari/tanggal wawancara : Waktu : Tempat : Identitas Kepala sekolah Nama : Pendidikan : Pengalaman mengajar : Tema : No. Aspek Indikator Jawaban Refleksi 1. Profil sekolah a. Visi dan misi sekolah b. Tujuan Sekolah c. Implementasi KTSP 2. Perencanaan a. Pengarahan pelaksanaan asesmen b. Tim asesmen c. Pengarahan dalam menyusun silabus dan RPP d. Supervisi kepala sekolah dalam perencanaan 3. Pelaksanaan a. Pemantauan kepala sekolah pada pelaksanaan pembelajaran b. Aspek yang dipantau (guru atau siswa) 131

149 c. Waktu pelaksanaan d. Tindak lanjut pemantauan e. Penerapan PPI 4. Evaluasi pemantauan pada evaluasi pembelajaran 5. Kendala yang dialami 6. Upaya mengatasi kendala 132

150 Lampiran 5 Pedoman Wawancara Waka Kurikulum Hari/tanggal wawancara : Waktu : Tempat : Identitas Waka Kurikulum Sekolah Nama : Pendidikan : Tugas mengajar : Pengalaman mengajar : No. Aspek Indikator Jawaban Refleksi 1. Implementasi a. Pemahaman KTSP mengenai KTSP b. Pelaksanaan asesmen c. Penempatan kelas d. Program tahunan dan program semester e. Perencanaan menerapkan PPI/RPP f. Pedoman perencanaan g. Pedoman penilaian 2. Hambatan 3. Upaya 133

151 Lampiran 6 Pedoman Wawancara Guru Tentang Implementasi KTSP Kelas II SDLB/C Aspek Pertanyaan Perencanaan Pembelajaran Langkah pembelajaran Pelaksanaan asesmen Telaah SKKD 1. Bagaimana langkah perencanaan pembelajaran? 2. Apakah dilakukan asesmen bagi masing-masing peserta didik? Bagaimana dan kapan pelaksanaan asesmen? 3. Apakah menggunakan panduan dalam asesmen? Menggunakan panduan yang sudah ada atau membuat sendiri? 4. Bagaimana cara menentukan masalah anak? 5. Apakah juga dilakukan tes-tes tertentu untuk mengerjakan soal-soal yang sesuai dengan KD? 6. Bagaimana menentukan kelemahan dan kelebihan anak? 7. Apakah ada bukti otentik tentang hasil asesmen masing-masing anak Pak? 8. Adakah tim ahli dalam kegiatan asesmen? Jika iya siapa saja? Dan bagaimana masing-masing ahli melakukan tugasnya? 9. Kapan Bapak menelaah KD yang disesuaikan dengan hasil asesmen tanya jawab dengan siswa? 10. Bagaimana cara Bapak menuliskan asesmen pada RPP ini? 11. Bagaimana dengan hasil tanya jawab yang dilakukan pada awal sebelum masuk minggu efektif? Hasil dari asesmen itu bagaimana Pak? 12. Apakah tidak dicantumkan pada RPP? Merumuskan tujuan 13. Bagaimana perumusan tujuan pembelajaran? 14. Adakah acuan merumuskan tujuan pembelajaran? Menentukan tema 15. Bagaimana cara Bapak menentukan tema? 16. Apakah Bapak menerapkan pembelajaran dengan 134

152 Mengembangkan silabus dan RPP/PPI Menentukan dan mengembangkan materi tema tertentu dalam pembelajaran? 17. Apakah sebelum mengajar Bapak menyusun dan mengembangkan silabus dan RPP? 18. Adakah pedoman dalam menyusun langkah pembelajaran bagi peserta didik tunagrahita? 19. Bagaimana proses pembuatan silabus dan RPP? Apakah Bapak menyusun silabus dan RPP sendiri atau menggunakan yang sudah ada? 20. Apakah Bapak menyusun PPI (program pembelajaran individual)? 21. Apakah silabus dan RPP juga ditandatangani oleh Kepala Sekolah Pak? 22. Bagaimana Bapak menentukan dan mengembangkan materi bagi peserta didik? Pedoman penilaian 23. Metode apa yang Bapak gunakan dalam melakukan penilaian? 24. Pedoman apa yang Bapak gunakan dalam melakukan penilaian serta bagaimana pelaksanaannya? Pelaksanaan Pembelajaran Persyaratan pelaksanaan Acuan dalam pelaksanaan Kegiatan awal 1. Berapakah jumlah siswa di kelas ini? 2. Beban mengajar Bapak bagaimana? 3. Apakah Bapak menggunakan sumber belajar dalam kegiatan belajar? Dalam bentuk apa? 4. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran mengacu pada tema tertentu? 5. Apakah Bapak melaksanakan kegiatan pembelajaran mengacu pada RPP yang telah dibuat? Atau adakah pengembangan dari Bapak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran? Jika ada pengembangannya seperti apa? 6. Apakah Bapak menerapkan PPI dalam pembelajaran? Bagaimana penerapannya? 7. Bagaimana Bapak membuka pembelajaran/kegiatan awal? 8. Bagaimana cara Bapak mengkondisikan siswa agar siap secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran? 135

153 Kegiatan inti 9. Apakah dalam kegiatan pendahuluan Bapak sudah mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari dan materi yang akan dipelajari? 10. Apakah Bapak menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada peserta didik? 11. Apakah di setiap pembelajaran Bapak menyampaikan manfaat pembelajaran? 12. Bagaimana proses kegiatan inti? 13. Bagaimana menurut Bapak mengenai Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi pada kegiatan inti Pak? 14. Bagaimana cara Bapak mengaktifkan anak saat pembelajaran? 15. Apakah Bapak memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung yang bersifat multi sensorik (mengoptimalkan pancaindra yaitu pengamatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan penciuman) dalam proses pembelajaran?? 16. Apakah Bapak menggunakan berbagai pendekatan sambil bermain yang menyenangkan saat pembelajaran? Bagaimana prosesnya? 17. Apakah Bapak menerapkan analisis tugas (task analysis) bagi setiap siswa? Bagaimana pelaksanaannya? 18. Metode pembelajaran apa yang Bapak gunakan saat pembelajaran? 19. Apakah Bapak memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, guru, lingkungan, atau sumber lain dalam proses pembelajaran? Bagaimana prosesnya? 20. Apakah Bapak melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pembelajaran berpusat pada siswa) dalam proses pembelajaran? Bagaimana prosesnya? 21. Apakah Bapak memfasilitasi peserta didik melakukan eksplorasi (pencarian/menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan dalam proses pembelajaran? Bagaimana pelaksanaannya? 22. Apakah Bapak membiasakan peserta didik membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas- 136

154 tugas tertentu yang bermakna secara fungsional? Bagaimana pelaksanaannya? 23. Apakah Bapak berusaha memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok? Bagaimana? 24. Apakah Bapak sudah berusaha memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik? Bagaimana? 25. Apakah Bapak memanfaatkan media sesuai dengan tema pembelajaran? Jika iya, bagaimana pemanfaatan media pembelajaran? 26. Adakah kesulitan dalam pemanfaatan media? Bagaimana kesulitannya? 27. Media apa saja yang Bapak gunakan? 28. Apakah dengan menggunakan media tersebut dapat membantu penyampaian materi kepada peserta didik? 29. Apakah Bapak melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/alat, dan sumber belajar? Bagaimana perlibatannya? Kegiatan Penutup 30. Diakhir pembelajaran bagaimana cara Bapak memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap keberhasilan peserta didik? Bagaimana? 31. Bagaimana cara Bapak melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan?(kesulitan/menyelesaikan masalah/memotivasi/mengaitkan dengan kegiatan kehidupan sehari-hari)? 32. Bagaimana cara Bapak menutup kegiatan belajar? Pemantauan Kepala Sekolah Evaluasi Pembelajaran 33. Apakah kepala sekolah memantau pelaksanaan kegiatan belajar mengajar? Bagaimana dan kapan kegiatan tersebut dilakukan? Waktu evaluasi 1. Kapan dilakukan penilaian dalam kelas ini? Proses pelaksanaan 2. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi? 137

155 Aspek yang dinilai 3. Aspek apa saja yang dinilai pada masing-masing peserta didik? Analisis evaluasi 4. Apakah Bapak melakukan analisis hasil evaluasi? Bagaimana proses pengolahan evaluasi pembelajaran? Hasil evaluasi dan tujuan yang dicapai Proses pembuatan soal-soal Tindak lanjut 5. Apakah hasil yang dicapai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan? 6. Bagaimana dengan pembuatan soal-soal ulangan Pak? Bapak membuat sendiri atau mengambil yang sudah ada? 7. Bagaimana tindak lanjut dari hasil evaluasi? Hambatan Hambatan dalam melaksanakan KTSP secara umum Hambatan terkait perencanaan Hambatan kesesuaian antara RPP dan pelaksanaan Hambatan terkait dengan pelaksanaan pendekatan tematik Hambatan terkait EEK Hambatan terkait kesesuaian tujuan dalam pelaksanaan Hambatan terkait pembuatan kisi-kisi soal 1. Hambatan apa saja yang Bapak temui dalam Implementasi KTSP? 2. Apakah hambatan dalam perencanaan pembelajaran? 3. Apakah proses pembelajaran yang dilaksanakan telah sesuai dengan RPP yang dibuat? Bagaimana alasannya? 4. Apakah Bapak telah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan tematik? Bagaimana alasannya? 5. Apakah Bapak telah menerapkan EEK dalam kegiatan inti? 6. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan setiap pembelajaran yang diharapkan? 7. Apakah Bapak membuat instrumen (alat) penilaian, baik tes atau non tes? Upaya Upaya yang dilakukan dalam perencanaan 8. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan perencanaan? 138

156 Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan Upaya yang dilakukan dalam evaluasi 9. Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pelaksanaan pembelajaran? 10. Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengaatasi hambatan dalam evaluasi? 139

157 Lampiran 7 PEDOMAN DOKUMENTASI No. Dokumen yang dibutuhkan 1 Pedoman penyusunan kurikulum 2 Program tahunan 3 Program semester 5 Kalender pendidikan 6 Hasil asesmen 7 Pemetaan tema 8 Silabus 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/ Program Pelaksanaan Individual (PPI) 10 Evaluasi hasil belajar 11 Buku Kemajuan belajar siswa 12 Anekdotal record 13 Catatan kasus Ada ( ) Tidak ada ( ) Keterangan 140

158 Lampiran 8 PEDOMAN ANALISIS RPP/PPI No. Komponen 1. Asesmen 2. Tujuan pembelajaran 3. Tema Pembelajaran 4. Materi pembelajaran 5. Metode pembelajaran 6. Medi/ alat pembelajaran 7. Skenario pembelajaran 8. Evaluasi Hasil Belajar Deskripsi Hasil Temuan 141

159 Lampiran 9 DISPLAY DATA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KELAS II SLB RELA BHAKTI I GAMPING No Aspek yang diamati Hasil Observasi 1 Hasil Observasi 2 Hasil Observasi Hasil observasi 3 Hasil observasi 4 Hasil observasi 5 Kesimpulan 1. Kegiatan awal a. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajara n Guru memberi salam pada siswa, lalu melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama dan absensi. Guru memberi salam pada siswa, lalu melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama. Guru memberi pesan tentang berdoa dengan sikap yang baik. Guru memberi salam pada siswa, lalu melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama, lalu absensi. Sebelum masuk, ada dua siswa Ud dan Df bertengkar, kemudian Df menangis. Guru langsung menanyakan penyebab dari pertengkaran tersebut. Guru menenangkan Df agar berhenti Guru memberi salam pada siswa, lalu melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama, lalu absensi. Guru mengumumka n kepada siswa bahwa minggu depan adalah hari Pada kegiatan awal guru memberikan salam kepada siswa, kemudian melakukan prakondisi yaitu menyiapkan kondisi siswa baik secara fisik dan psikis untuk berdoa sebelum memulai pelajaran. Setelah itu, berdoa bersama-sama dan melakukan absensi, setelah itu, guru memberikan nasihat dan masukan pada siswa. 142

160 b. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan tentang Melakukan tanya jawab tentang menghitung penjumlahan dan pengurangan Kemudian absensi. Guru mengajukan tanya jawab tentang materi pada hari ini yaitu benda di langit. Namun, tidak mengaitkan Guru mengajukan pertanyaan tentang makanan yang di makan sebelum berangkat menangis. Guru memberikan nasihat pada semua siswa untuk rukun bersama teman, dan menyuruh Ud untuk meminta maaf kepada Df. Melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama, lalu absensi. Guru mengajukan pertanyaan tentang macam wujud benda (padat, cair, gas). Tetapi, guru tidak Kartini, guru menghimbau anak-anak menggunakan baju adat, tetapi akan lebih baik untuk menggunakan pakaian yang ada di rumah untuk hemat biaya. Guru menanyakan PR Matematika kemarin, lalu menyuruh siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Dalam kegiatan awal, guru bertanya jawab tentang materi pada hari sebelumnya, tetapi dalam mengajukan pertanyaanpertanyaan tersebut tidak mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. 143

161 materi yang telah dipelajari (pretest) yang mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari c. Guru menyampai kan cakupan materi (kompetensi dasar) yang terkait dengan tema dan menjelaska n tujuan pembelajara n Guru menyampaika n cakupan materi yang terkait, serta tidak menyebutkan tujuan pembelajaran. dengan materi sebelumnya. Guru menyampaika n cakupan materi yang akan dipelajari pada hari ini mengenai benda di langit. Akan tetapi, tidak menyampaika n tujuan pembelajaran. sekolah tadi pagi. Tetapi, guru tidak mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaika n cakupan materi yang akan dipelajari tentang makanan pokok. Akan tetapi, tidak menyampaika n tujuan mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaika n cakupan materi yang akan dipelajari siswa pada hari ini. Namun, tidak menyampaika n tujuan pembelajaran pada siswa. Guru menyampaika n cakupan materi yang akan dipelajari siswa pada hari ini. Namun, tidak menyampaika n tujuan pembelajaran pada siswa. Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari. Namun, tujuan yang akan dicapai tidak disebutkan. 144

162 d. Menyamp aikan manfaat pembelajara n 2. Kegiatan Inti Guru tidak menyampaika n manfaat pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan 1-30 Kegiatan pembelajaran berbasis tematik a. Guru menyajika n proses pembelaja ran berdasarka n tema b. Guru menyajika n proses pembelaja ran dengan mengaitka n berbagai muatan Proses pembelajaran guru menuliskan dipapan tulis tema "diri sendiri". Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran, materi yang yang Guru tidak menyampaikan manfaat pembelajaran pada siswa. - Tema yang dimaksud adalah lingkungan dengan materi makanan. Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran, serta menyebutkan Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran, serta menyebutkan - Dengan tema yang dituliskan pada papan tulis diri sendiri. Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran, serta menyebutkan Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran, serta menyebutkan Penyajian proses pembelajaran berdasarkan pada tema yang dituliskan di papan tulis dan terkait dengan mata pelajaran yang dibahas Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai mata pelajaran, serta menyebutkan mata pelajaran yang akan dipelajari. 145

163 mata pelajaran diberikan adalah matematika menghitung ke samping kombinasi penjumlahan dan pengurangan 1-30 bahwa pada hari ini akan belajar IPA bahwa pada hari ini akan belajar IPS bahwa pada hari ini akan belajar IPA. Proses pembelajaran dilakukan secara interaktif dan menyenangkan dalam EEK Eksplorasi a. Guru memberika n kesempatan pada siswa untuk memperole h pengalama n langsung yang bersifat multi sensorik Guru memberikan kesempatan untuk mengamati contoh soalsoal yang diberikan, siswa berusaha menjawab soal-soal yang diberikan. Guru berusaha memberikan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi yang dibahas. Guru berusaha memberikan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi yang dibahas. Guru berusaha memberikan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi yang dibahas. bahwa pada hari ini akan belajar Bahasa Indonesia. Guru memberikan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi yang dibahas. Kesempatan yang diberikan kepada siswa adalah mengamati dan mendengarkan penjelasan dari guru. 146

164 b. Guru menggunak an berbagai pendekatan sambil bermain yang menyenang kan Guru tidak menggunakan berbagai pendekatan sambil bermain dalam penyampaian materi c. Metode pembelajara n yang digunakan disesuai karakteristi k siswa Metode penugasan Guru menyampaikan materi dengan metode konvensional (ceramah) dan bertanya jawab tentang materi, serta pemberian contoh. Guru menyampaikan materi dengan metode konvensional (ceramah dan bertanya jawab) tentang materi, serta pemberian contoh. Guru menyampaikan materi dengan metode konvensional (ceramah) dan bertanya jawab tentang materi macam wujud benda, serta pemberian contoh pada kehidupan sehari-hari Guru menyampaikan materi dengan metode konvensional (ceramah), tanya jawab, metode kontekstual Metode pembelajaran yang digunakan diantaranya metode konvensional (ceramah), metode tanya jawab, metode kontekstual (pemanfaatan benda di dalam kelas) dan metode penugasan. 147

165 d. Guru memfasilita si interaksi antar siswa dengan siswa, guru, lingkungan, atau sumber lain. e. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajara n Guru memfasilitasi interaksi antar siswa dengan melakukan tanya jawab materi yang dipelajari Siswa cenderung mendengarka n penjelasan guru. Guru memfasilitasi interaksi antar siswa apabila siswa berbicara dengan siswa lain tentang materi pelajaran. Guru mengikuti keinginan siswa dalam bercerita kemudian kembali mengarahkan pembicaraan ke materi pelajaran. Siswa cenderung mendengarkan penjelasan guru. Guru mengaktifkan partisipasi siswa dengan bertanyajawab mengenai materi yang dibahas. Guru memfasilitasi interaksi antar siswa dengan bertanya jawab mendiskusikan materi makanan pokok. Siswa cenderung mendengarkan penjelasan guru. Guru mengaktifkan partisipasi siswa dengan bertanya-jawab mengenai materi yang dibahas satu Guru memfasilitasi interaksi antar siswa dengan bertanya jawab satu per satu wujud benda yang telah dijelaskan oleh guru Siswa cenderung mendengarkan penjelasan guru. Guru mengaktifkan partisipasi siswa pada materi dengan bertanya-jawab mengenai materi yang Guru memfasilitasi interaksi antar siswa dengan bertanya jawab mengenai pesan yang disampaikan oleh orang tua. Siswa cenderung mendengarkan penjelasan guru. Guru mengaktifkan partisipasi siswa pada materi dengan bertanya-jawab mengenai materi yang Guru memfasilitasi interaksi siswa dengan melakukan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari. Guru juga memfasilitasi siswa dalam berdiskusi dengan siswa lain, guru mengikuti arah pembicaraan lalu mengarahkan ke materi yang dipelajari. Perlibatan siswa secara aktif melalui tanya jawab yang dilakukan dalam pembelajaran. 148

166 per satu. dibahas satu per satu. dibahas satu per satu. f. Guru memfasilita si siswa melakukan eksplorasi (pencarian/ menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan Elaborasi g. Guru membiasak an siswa membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara Eksplorasi dalam pembelajaran tidak dilakukan. Guru memberikan tugas menulis soal-soal menghitung sebanyak 10 butir soal, kemudian siswa mengerjakan soal-soal tersebut. Siswa menyalin materi yang ada di papantulis (whiteboard) pada buku masing-masing Siswa menyalin materi yang ada di papantulis (whiteboard) pada buku masingmasing. Siswa menyalin materi yang ada di papantulis (whiteboard) pada buku masingmasing. Siswa menyalin materi yang ada di papantulis (whiteboard) pada buku masingmasing. Guru membiasakan guru untuk menulis dengan menyalin yang sudah ditulis di papan tulis dan menghitung soalsoal matematika pada buku masingmasing, akan tetapi dalam pelaksanaannya kurang fungsional. 149

167 fungsional h. Guru memfasilita si siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok i. Guru memfasilit asi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhk an kebanggaan dan rasa percaya diri siswa. Tidak menyajikan hasil kerja individu karena tugas dilanjutkan di rumah. Kebanggaan dan rasa percaya diri melalui kegiatan mengerjakan soal secara mandiri dengan percaya diri. Hasil kerja berupa pekerjaan individu menyalin materi yang telah dijelaskan kemudian dicek oleh guru dan diberi paraf Memfasilitasi siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan berani menjawab pertanyaan dari guru. Siswa tidak menilaikan hasil pekerjaan mereka, karena waktu istirahat sudah tiba dan siswa-siwa langsung keluar kelas. Penyajian hasil kerja individu dengan menyerahkan hasil menyalin kepada guru kemudian diberi paraf. - Kegiatan yang menumbuhkan kepercayaan diri melalui menjawab pertanyaan dari guru tanpa ragu-ragu. Penyajian hasil kerja individu dengan menyerahkan hasil menyalin kepada guru kemudian diberi paraf. Kegiatan yang menumbuhkan kepercayaan diri melalui menjawab pertanyaan dari guru tanpa ragu-ragu. Kebanggaan siswa di dapatkan apabila guru memberikan nilai baik setelah mencocokkan PR yang telah dikerjakan. Penyajian hasil kerja individu dengan mengumpulkan tugas menulis/menghitun g yang telah diselesaikan siswa ke meja guru. Menumbuhkan kepercayaan diri dilakukan dengan bertanya jawab berani menjawa pertanyaan dari guru, serta menumbuhkan kebanggaan siswa, melalui nilai baik yang diberikan guru atas hasil pekerjaan rumah. 150

168 j. Guru melibatkan siswa dalam pemanfaata n media/alat, dan sumber belajar. Konfirmasi k. Guru memberika n umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat terhadap keberhasila n siswa Media digunakan sebagai contoh pokok bahasan yang dipelajari siswa, contoh yang diberikan yang berada di dalam kelas - Pemanfaatan media diberikan dengan media yang diperoleh terbatas di dalam kelas, dari lima kali observasi hanya 1x dengan mencontohkan bendah di sekitar kelas Tidak memberikan umpan balik positif dalam kegiatan inti. 151

169 l. Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan 1) Menjawab Apabila siswa Siswa yang pertanyaan bertanya guru bertanya pada Guru menjawab Guru menjawab Guru menjawab siswa yang menjawab menghadapi pertanyaan guru, guru menjawab pertanyaan dengan pertanyaanpertanyaan pertanyaanpertanyaan kesulitan dengan pertanyaan menggunakan dengan dengan dengan menggunakan dengan bahasa Jawa menggunakan menggunakan menggunak bahasa Jawa menggunakan dan bahasa bahasa Jawa bahasa Jawa an bahasa yang baku dan benar sesuai kemampuan berbahasa dan komunikasi dan bahasa Indonesia. bahasa Jawa dan Indonesia. bahasa Indonesia. dan bahasa Indonesia. yang diselipkan bahasa Jawa Krama alus dan bahasa Indonesia. 2) Memberika n motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipa si aktif Motivasi yang diberikan secarta verbal bermaksud untuk menyemangat i siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan Guru memberikan motivasi secara verbal untuk dapat menjawab pertanyaan yang diberikan Guru memberikan motivasi secara verbal untuk dapat menjawab pertanyaan yang diberikan Motivasi yang diberikan berupa verbal agar siswa mau mendengarkan materi pelajaran yang diberikan Guru memotivasi siswa apabila tidak menjawab pertanyaan yang diajukan atau tidak memperhatikan guru menjelaskan Guru menjawab pertanyaan siswa menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Kadang bahasa Jawa yang digunakan diberikan dalam Krama alus/krama Inggil. Guru memberikan motivasi kepada siswa secara verbal agar siswa mau mengerjakan instruksi yang diberikan oleh guru dalam bentuk tugas, menjawab pertanyaan secara lisan. 152

170 3) Mengaitkan nya dengan kegiatan hidup dengan pekerjaan sehari-hari 3. Kegiatan Penutup a. Guru dan siswa bersamasama membuat rangkuman pelajaran - Pada pembelajaran ini, guru memberikan contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari tentang pemanfaatan benda langit secara verbal Dalam kegiatan penutup guru mengintruksik an siswa untuk bersiap pulang, kemudian berdoa, dan salam penutup. Guru merangkum/ mereview materi pelajaran bersama siswa. Guru memberikan contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari tentang makanan pokok yang baik di konsumsi secara verbal Guru merangkum/ mereview materi pelajaran bersama siswa. - - guru memberikan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi yang dipelajari Guru merangkum/ mereview materi pelajaran bersama siswa, dengan memberi stimulus bagi siswa yang kesulitan. - Guru mereview materi pelajaran bersama siswa dengan memberi stimulus pada siswa. b. Guru membuat tes lisan/tertulis Tidak membuat tes tulis/lisan. 153

171 c. Guru melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah dilaksanaka n d. Memberika n umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajara n e. Merencanak an kegiatan tindak lanjut, berupa pengulanga n(remedi), pengayaan, pencatatan dan penilaian anekdot Tidak melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah dipelajari Tidak memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran - Tidak ada kegiatan tindak lanjut. Guru menutup pelajaran lalu berdoa. Tidak ada kegiatan tindak lanjut, guru menutup pelajaran lalu berdoa bersama dan memberi salam penutup. Tidak ada kegiatan tindak lanjut, guru menutup pelajaran lalu berdoa bersama dan memberi salam penutup. Tidak ada kegiatan tindak lanjut, guru menutup pelajaran lalu berdoa bersama dan memberi salam penutup. Tidak merencanakan kegiatan tindak lanjut. Setelah sedikit mereview materi guru menutup pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam. 154

172 serta layanan individual lainnya yang sesuai hasil belajar siswa 155

173 Lampiran 10 HASIL OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN PERSYARATAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN No. Indikator Deskripsi Hasil Temuan 1. Rombong belajar Terdapat 3 peserta didik 2. Buku teks, media/alat, serta sumber belajar yang digunakan saat pembelajaran 3. Pengelolaan kelas a. Guru mengatur tempat duduk sesuai karakteristik peserta didik b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran terdengar dengan jelas c. Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti d. Guru menjadwalkan waktu untuk melakukan asesmen serta menyusun dan melaksanakan PPI e. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar sesuai daya tangkap peserta didik; f. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran melalui program bina diri; Guru menggunakan papan tulis dan spidol sebagai alat bantu Guru mengatur tempat duduk sesuai keinginan siswa, jika siswa ingin pindah tempat duduk dengan teman diperbolehkan oleh guru Guru berusaha mengeraskan volume dan intonasi, karena terdapat dua kelas lainnya berada dalam 1 ruangan kondisi ruangan, suara guru kadang kurang jelas. Guru meggunakan bahasa indonesia dan jawa sebagai alat komunikasi di kelas - Materi yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan belajar peserta didik. Kadang guru meninggikan atau merendahkan materi yang sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik

174 g. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung; h. Guru menghargai pendapat peserta didik i. Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan dalam PPI. Guru memberi penguatan berupa penguatan positif terhadap peserta didik. Sedangkan umpan balik diberikan secara verbal oleh guru ketika proses pembelajaran, sedangkan umpan balik hasil diberikan guru saat mengadakan ulangan. Guru mengahargai pendapat peserta didik Guru berpakaian rapi, sopan, dan bersih - 157

175 Lampiran 11 HASIL OBSERVASI PENILAIAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI) Indikator Deskripsi Hasil Temuan Penggunaan teknik evaluasi Evaluasi proses - Penilaian non tes 1) Observasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran. Hal yang diamati guru adalah kemampuan siswa dan akademik dan sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik selama pembelajaran -Ceklist Tidak ada lembar ceklist observasi sebagai bukti individu/kelompok telah dilakukan pengamatan. - Catatan anekdot - - Catatan kasus - - Buku kemajuan - siswa 2) Penilaian portofolio - - Penilaian tes Penilaian tes dilakukan selama proses pembelajaran sebanyak 2x ulangan harian Evaluasi hasil/produk Penilaian tes (a) Tes standar atau tes buatan guru (b) tes tulis/tes lisan/tes perbuatan Tes yang diberikan pada peserta didik dibuat oleh guru secara mandiri. Berpedoman pada SKKD dan materi yang diberikan. Tes tulis yang diberikan dalam bentuk tes tertulis dengan tipe soal pilihan ganda, masing-masing soal terdapat 3 butir pilihan. tes lisan diberikan apabila dalam tes tulis peserta didiki tidak dapat membaca dan menjawab dengan benar. 158

176 Lampiran 12 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Hari/tanggal wawancara : Senin, 9 Maret 2015 Waktu : Tempat : Ruang Kepala Sekolah Identitas Kepala sekolah Nama Pendidikan Pengalaman mengajar Tema : Ibu Sp (Disamarkan) : S1-Pendidikan : 21 Tahun : Implementasi KTSP No. Aspek Indikator Jawaban Refleksi 1. Profil sekolah a. Visi dan misi sekolah b. Tujuan Sekolah untuk visi dan misi "Terwujudnya peserta didik yang terampil, mandiri, berbudaya, iman dan taqwa." Pada dasarnya setelah lulus dari sini dapat mandiri dan terampil. Mandiri kaitannya dengan kemampuan bina diri dan terampil paling dapat menghidupi diri sendiri dan paling pokok iman dan taqwa. tujuan sekolah di pedoman juga ada, terdapat pada dokumen kurikulum diantaranya: siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan 159 Visi dan misi sekolah "Terwujudnya peserta didik yang terampil, mandiri, berbudaya, iman dan taqwa." Sekolah mencetak lulusan yang mandiri, terampil dimasyarakat serta beriman kepada Tuhan YME menurut kepercayaaan. Tujuan sekolah di pedoman juga ada, terdapat pada dokumen kurikulum diantaranya: siswa beriman dan bertaqwa kepada

177 c. Implementa si KTSP 2. Perencanaan a. Pengarahan pelaksanaa n asesmen b. Tim asesmen berakhlak mulia; siswa sehat jasmani dan rohani; siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, berkemampuan, dan keterampilan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi; mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat, dan berkebudayaannya; siswa mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuannya. KTSP itu kurikulum disusun sendiri, dilaksanakan sendiri, dievaluasi sendiri, jadi sebenarnya lebih mudah dapat diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi siswa juga. Pengarahan dilakukan ketika siswa-siswa sudah pulang, dengan cara sharing masalah yang terjadi di kelas. Hal yang pernah terjadi, saat observasi anak dapat menjawab indikator kompetensi dasar yang diujikan, tetapi setelah berlangsungnya pembelajaran ternyata kemampuannya tidak sesuai dengan saat diobservasi. Belum ada tim secara khusus untuk mengasesmen anak mungkin di sekolah negeri ada. 160 Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; siswa sehat jasmani dan rohani; siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, berkemampuan, dan keterampilan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi; mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat, dan berkebudayaannya; siswa mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuannya. KTSP merupakan kurikulum yang disusun secara mandiri oleh guru karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah dan siswa. Pengarahan guru dilakukan dengan cara berdiskusi masalah yang terjadi di kelas, kemudian kepala sekolah mengarahkan, seperti memberi masukan pada guru. Belum ada tim secara khusus untuk melaksanakan asesmen

178 c. Pengarahan dalam menyusun silabus dan RPP d. Supervisi kepala sekolah dalam perencanaa n 3. Pelaksanaan a. Pemantaua n kepala sekolah pada pelaksanaa n pembelajar an di kelas b. Aspek yang dipantau Kami (para guru) modelnya sharing yang terpenting mengacu pada SK KD dan yang berwenang mengoreksi silabus dan RPP adalah waka kurikulum, apabila masih ada yang kurang kepala sekolah menambahi. Format silabus sudah ditentukan, masingmasing guru mengumpulkanflashdisk kemudian diberi format oleh sesi kurikulum, ditayangkan di layar sambil dijelaskan cara membuatnya. Kemudian,oleh guru dibuat sesuai masing-masing kelas. Untuk RPP diserahkan sepenuhnya pada guru kelas. bentuk supervisi dari saya, sejak awal semester saya mengesahkan silabus dan RPP yang sudah di revisi oleh waka kurikulum, kalau ada yang kurang sempurna masih diperbaiki lagi. Saya memantau kegiatan belajar mengajar dengan kadang-kadang masuk ke kelas, tidak semata-mata menunggu di kelas kadang saya juga mengajar mata pelajaran di kelas-kelas itu yang SMP dan SMA, jadi saya tahu penyampaian-penyampaian guru saat itu. Kalau menunggu di kelas dapat mengalihkan perhatian siswa. Materi dulu yang diamati dan metode pembelajaran di kelas. Saya ada format 161 Pengarahan dalam menyusun silabus yang lebih berwenang adalah waka kurikulum, kepala sekolah menambahi jika dirasa kurang. Untuk menyusun silabus dan RPP, sudah ditentukan format penulisan sehingga susunan/urutan menjadi seragam. Kepala sekolah mengesahkan/membubuhkan tanda tangan dan cap lembaga sebagai awal disetujuinya silabus dan RPP yang diajukan guru. Kepala sekolah memantau kegiatan belajar mengajar dengan pemantauan yang dilakukan sekaligus saat mengajar di kelas yang berdekatan dengan kelas lainnya, dengan demikian kepala sekolah dapat mengetahui cara mengajar guru di kelas. Kepala sekolah memantau materi yang diberikan dan metode yang

179 (guru atau siswa) c. Tindak lanjut pemantauan d. Penerapan PPI 4. Evaluasi pemantauan pada evaluasi pembelajaran untuk supervisi yang saya bagikan kemudian guru mengisi sendiri administrasi yang dimiliki. Setelah itu, nanti saya cocokkan antara format yang sudah diisi dengan dokumen sebagai bukti. Selain itu, saya melihat silabus dan RPP sesuai atau tidak. ada tindak lanjut, yaitu pembenahan kelengkapan administrasi dengan cara sharing untuk PPIbelum secara menyeluruh menerapkannya. evaluasi pembelajaran sepenuhnya wewenang guru masing-masing kelas. 5. Kendala yang dialami Sekolah ini kekurangan guru sehingga dalam pelaksanaan observasi untuk keperluan asesmen juga belum dapat dilaksanakan secara khusus. Belum adanya asesmen secara tertulis. 6. Upaya mengatasi kendala asesmen dilakukan dengan mencermati raport anak dan sharing dengan guru mbak, kalau untuk awal ketika anak masuk dilakukan asesmen selama tiga bulan oleh guru sebagai penyesuaian untuk menengetahui tentang kemampuan anak. diterapkan saat mengajar. Selain itu juga, kelengkapan administrasi guru saat pelaksanaan. Tindak lanjut pemantauan kepala sekolah adalah melengkapi administrasi yang belum lengkap. Penerapan PPI belum dapat diterapkan oleh semua guru Evaluasi sepenuhnya wewenang guru Hambatan dalam implementasi dalam asesmen karena belum dapat dilakukan secara khusus. Untuk awal anak masuk ke sekolah Para guru mencermati raport anak dan berdiskusi dengan guru. 162

180 Lampiran 13 Hasil Wawancara Waka Kurikulum Hari/tanggal wawancara : Senin, 16 Maret 2015 Waktu : WIB Tempat : Ruang Kepala Sekolah Identitas Waka KurikulumSekolah Nama : Ibu Rh (disamarkan) Pendidikan : S1- Pendidikan Pengalaman mengajar : 28 tahun Tema : Implementasi KTSP No. Aspek Indikator Jawaban Refleksi 1. Implementasi KTSP a. Pemahaman KTSP KTSP itu kurikulum yang dibuat sendiri, dilaksanakan sendiri, dan dievaluasi sendiri oleh guru, KTSP lebih sesuai untuk SLB, karena KTSP disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekolah dan kondisi peserta didiknya juga, KTSP dapat membuat guru lebih kreatif dalam mengajar. KTSP merupakan kurikulum yang diserahkan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasinya sepenuhnya di sekolah sehingga guru dapat menjadi lebih kreatif dan dapat menyesuaikan kebutuhan anak. dengan b. Pelaksanaan asesmen asesmen dilakukan oleh masing-masing guru dimana pedomannya diambil dari kompetensi dasar. Dari kegiatan ini guru 163 Pelaksanaan asesmen dilakukan oleh masing-masing guru dengan berpedoman pada

181 c. Penempatan kelas d. Program tahunan dan program semester e. Perencanaan menerapkan PPI/RPP dapat melakukan pengetesan sehingga diketahui kemampuan siswa. Selain itu, asesmen juga didapatkan dari raport sebelumnya. Pelaksanaan asesmen disini juga belum optimal. penempatan kelas berdasarkan usia dan kemampuan siswa tetapi tidak sepenuhnya karena tiap anak kemampuannya berbedabeda. Pembelajaran bagi siswa diadaptasi dari kurikulum yang ada. Tidak harus mengikuti KD setiap jenjang kelas, yang terpenting menyesuaikan kemampuan siswa di kelas. program tahunan secara keseluruhan dan program semester ada juga, terlihat di SK KD ada pembagian semester 1 dan semester 2 PPI dilaksanakan saat pembelajaran berlangsung. PPI yang dibuat dengan model indikator perbandingan tabel kemampuan awal dengan yang akan dicapai oleh peserta didik. Pelaksanaan dalam kelas sudah secara individual, tetapi secara administrasi memang kurang optimal, karena 164 KD. Guru mendapatkan datakemampuan siswa juga dari raportdi kelas sebelumnya. Penempatan kelas dilakukan berdasarkan usia anak, pembelajaran di kelas diadaptasi dari kurikulum yang sudah ada. Program tahunan yang dimaksud adalah pedoman SKKD secara keseluruhan, program semester yaitu program-program yang sudah ada pada pedoman kurikulum. PPI sudah dilaksanakan ketika proses pembelajaran, tetapi secara administrasi kurang optimal karena memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam menyusun PPI, hal ini disebabkan karena kapasitas

182 f. Pedoman perencanaan g. Pedoman penilaian memerlukan kecermatan dan ketelitian dan setiap guru memiliki kapasitas kemampuan berbeda. Dalam PPI juga seharusnya guru membuat catatan-catatan untuk mengetahui kompetensi mana yang belum dikuasai siswa. Ada pedoman kurikulum SK KD. Pedoman penilaian tidak ada, karena kurikulum dibuat sendiri dan penilaian diberi dengan cara pedoman penilaian bobot masing-masing soal. Untuk KTSP menggunakan nilai nominal dan deskripsi kemampuan. kemampuan guru yang berbeda. Pedoman perencanaan dari SKKD siswa tunagrahita Pedoman penilaian ditentukan oleh guru secara mandiri tidak ada ketentuan tertentu., pada raport menggunakan nilai nominal dan deskripsi kemampuan siswa 2. Hambatan - kendala dalam fasilitas ke SDM guru belum keseluruhan mampu memanfaatkan fasilitas yang sudah ada. - Kendala dalam menentukan kebutuhan anak, belum dapat menyimpulkan kebutuhan sejati anak, sehingga pembelajaran belum tepat diberikan ke anak. - Untuk sarana-prasarana misal anak belajar cuci piring, menata meja makan, menyiapkan makanan, nata ruang tidur, Hambatan pada implementasi KTSP, SDM guru yang belum optimal - Hambatan dalam mengakomodasi kebutuhan anak secara tepat - Keterbatasan fasilitas sekolah dalam menunjang kegiatan pembelajaran siswa - Mindset orangtua mengenai anak yang kegiatan belajar di sekolah harus seperti

183 kegiatan untuk bina diri butuh tempat. - Kendala juga pada orangtua, menuntut anaknya seperti siswa normal lainnya untuk bersekolah secara umum. Kurang memahami kebutuhan anak tentang kemandirian. 3. Upaya - Melakukan pembiasaan pada siswa untuk melakukan pekerjaan tertentu - Sekolah mencoba untuk berkomunikasi terhadap orangtua siswa - Memaksimalkan SDM dan fasilitas yang ada. anak di sekolah regular, orangtua kurang memahami tentang kebutuhan anak sesungguhnya. - memanfaatkan fasilitas yang ada, untuk melatih keterampilan dan kemandirian siswa - pihak sekolah sudah berusaha untuk berkomunikasi dengan orangtua siswa - pihak sekolah berusaha mengoptimalkan SDM yang ada. 166

184 Lampiran 14 DISPLAY DATA WAWANCARA GURU KELAS II DALAM IMPLEMENTASI KTSP No Indikator 1. Perencanaan pembelajaran a. Pelaksanaan asesmen 1) Pelaksanaan asesmen pada masingmasing peserta didik Hasil wawancara Hasil wawancara/ hasil analisis 1 Asesmen sudah dilakukan oleh guru kelas sebelumnya yaitu kelas I. Saya sharing dengan guru kelas yang sebelumnya dan melihat hasil raport terakhir. Selain itu, untuk mengetahui kemampuan anak pada SKKD di kelas II diberikan tes tanya jawab untuk mengetahui kemampuan masing-masing anak. Hasil wawancara/ hasil analisis 2 Asesmen dilakukan pada saat masuk kelas II pertama kali selama satu minggu diujikan kemampuannya sampai pada tahap mana dengan pedoman kurikulum tunagrahita kelas II. Saya juga melihat raport di kelas sebelumnya. Kesimpulan Asesmen sudah dilaksanakan di kelas I oleh guru sebelumnya. Guru kelas berdiskusi dengan guru sebelumnya untuk mengetahui kemampuan peserta didik. Selain itu, guru juga melihat raport peserta didik sebagai awal untuk mengetahui tentang siswa. Guru kelas II juga berupaya untuk mengasesmen peserta didiknya satu minggu sebelum pembelajaran efektif dilaksanakan. Asesmen yang dilakukan 167

185 2) Panduan asesmen 3) Menentukan masalah anak serta kelebihan dan kekurangan 4) Bukti hasil asesmen asesmen dilaksanakan dengan menggunakan panduan yang sudah ada yaitu SKKD. saya melakukan tanya-jawab untuk mengetahui kemampuan awal anak sampai pada tahap mana. Misal matematika, untuk mengetahui kemampuan menghitungnya dengan diberikan pertanyaan sesuai dengan KD disitu akan diketahui letak kelemahan dan kelebihan kemampuan siswa pada tahap yang mana.selain itu,saya mengetahuinya dengan cara mengevaluasi. Apabila ada kekurangan diberi remedial, apabila ada yang sudah mencapai diberi pengayaan. belum ada bukti anak sudah diasesmen sebelumnya. Panduannya sudah ada yaitu dari SKKD tunagrahita menentukan masalah yang dialami anak dalam akademik, saya tanyakan pada anak, misal pada mata pelajaran matematika, saya melihat SKKD penjumlahan 1-20, kemudian saya lakukan tanya jawab dengan anak tentang penjumlahan dan pengurangan, dengan demikian saya akan mengetahui masalah yang dihadapi anak. Untuk kelemahan dan kelebihan dapat dilihat dari keseharian dalam pertemuan KBM untuk mengukur kemampuan anak. Belum ada berupa guru bertanya jawab dengan peserta didik dengan berpedoman pada SKKD kelas II. Panduan dalam melaksanakan asesmen adalah dengan pedoman SKKD kelas II SDLB C (khusus tunagrahita). untuk menentukan masalah belajar yang dihadapi anak guru melakukan tanya jawab dengan anak yang berpedoman pada KD sekaligus guru dapat mengetahui letak kelebihan serta kekurangan siswa dalam materi yang akan diberikan. Guru juga memantau kelebihan dan kekurangan anak dengan pengamatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran dan saat evaluasi pembelajaran. Belum ada hasil asesmen sebagai bukti bahwa 168

186 5) Tim ahli yang terlibat b. Telaah SKKD 1) Waktu pelaksanaan 2) Hasil telaah SKKD asesmen telah dilaksanakan belum ada tim ahli. Belum ada tim asesmen. belum adanya tim ahli untuk mengasesmen peserta didik - Saya telaah KD itu saat membuat silabus dan RPP, dari hasil sharing dan raport, karena silabus dan RPP dikumpul sejak awal semester baru. Nah setelah saya tanya jawab itu, saya berikan materi sesuai dengan anak - Asesmen pada RPP merupakan hasil sharing dengan guru. Sedangkan hasil dari asesmen yang berpedoman pada SKKD dilaksanakan saat pembelajaran Guru tidak merevisi RPP yang berpedoman dengan hasil asesmen yang kedua karena sudah dikumpulkan sejak awal semester. Telaah SKKD dilakukan dua kali, yaitu ketikan membuat kemampuan awal/hasil asesmen pada RPP dengan mencermati hasil raport dan diskusi dengan guru sebelumnya, dan telaah pada saat pelaksanaan pembelajaran. Pada telaah kedua guru tidak merevisi RPP yang sudah dibuat pada waktu awal semester c. Tujuan pembelajaran Perumusan dan acuan tujuan Tujuan pembelajaran terdapat di RPP. Tujuan saya buat berdasarkan pada KD di kurikulum. Acuan merumuskan tujuan dari penjabaran SK KD. Perumusan tujuan dengan dengan menelaah SKKD sebagai acuan, kemudian ke indikator KD yang akan dicapai anak sehingga dapat ditentukan tujuannya. perumusan tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan pedoman SKKD yang dijabarkan ke indikator-indikator yang 169

187 d. Tema pembelajaran 1) Menentukan tema pembelajaran 2) cara menentukan tema e. Silabus dan RPP/RPI 1) proses pembuatan silabus dan RPP 2) pedoman penyusunan silabus dan RPP Dalam pembelajaran bertema untuk matapelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, Pkn. Untuk pelajaran penjaskes, agama, SBK, bahasa Jawa dan bina diri berdiri sendiri tidak saling berkaitan. Saya menentukan tema sendiri, disesuaikan dengan KD, kemudian barulah dibuat jaringan tema. Sebelum mengajar membuat silabus kemudian dituangkan ke dalam RPP. pedoman penyusunan diberikan oleh Bu Rh selaku waka kurikulum yang diberikan dalam bentuk softfile. Dalam pelaksanaan pembelajaran disampaikan per mata pelajaran. Guru mengungkapkan lebih mudah per bidang studi daripada per tema. awalnya dari setiap KD bidang studi kemudian dibuat jaringan tema baru dibuat tema. penyusunan dan mengembangkan silabus dan RPP telah dilakukan sejak awal semester. pedoman dari SKKD dan sudah ada format yang diberikan oleh waka kurikulum dalam penyusunan RPP akan dicapai. penerapan tema pembelajaran disampaikan per bidang studi, dalam proses pembelajaran guru menyebutkan tema, tetapi dalam bahasannya mata pelajaran tertentu. Guru lebih mudah menerapkan per bidang studi dalam proses KBM. Guru menetukan tema secara mandiri, tema tersebut disesuaikan dengan KD mata pelajaran Penyusunan silabus dilakukan sebelum mengajar yaitu sejak awal semester, sedangkan RPP adalah penjabaran dari silabus. Format penyusunan silabus dan RPP sudah tersedia.untuk penyusunan isi silabus dan RPP 170

188 3) proses penyusunan silabus dan RPP 4) penyusunan PPI 5) Pengesahan kepala sekolah dalam silabus dan RPP 6) Penentuan materi SLB membuat silabus sendiri dengan menelaah SK KD terlebih dahulu kemudian disesuaikan dengan kemampuan anak. saya hanya membuat satu RPP untuk satu kelas. Namun, dalam pelaksanaannya untuk anak yang kemampuannya berbeda saya rendahkan materinya. Penerapan pembelajaran individualnya saat pemberian tugas yang dibedakan. Untuk silabus saya merevisi yang sudah ada jika kemampuan siswa agak sama, sedangkan RPP berusaha membuat sendiri. saya buat RPP untuk 1 kelas, tidak membuat 1 anak 1 RPP. - Silabus dan RPP dikoreksi oleh waka kurikulum dan ditanda tangani oleh kepala sekolah. melalui tema yang telah ditentukan lalu dimasukkan dalam bidang studi yang sesuai dengan SKKD tetapi juga mempertimbangkan Materi dikembangkan dari indikator itu, nanti dicarikan dari buku atau kreasi guru tentang materi yang sesuai, tetapi juga mempertimbangkan kemampuan diperoleh dari pedoman KTSP khusus tunagrahita. Secara umum guru SLB membuat silabus sacara mandiri, tetapi kadang juga merevisi yang sudah ada karena kemampuan peserta didik yang hampir sama, sedangkan untuk RPP membuat sendiri. Dalam penyusunan PPI tidak dibuat satu siswa satu PPI, RPP dibuat 1 untuk semua siswa. RPP dibuat secara klasikal, sedangkan untuk PPI lebih terlihat saat pelaksanaan pembelajaran dan tugas yang diberikan pada anak secara berbeda. Silabus dan RPP dikoreksi oleh waka kurikulum dan disahkan oleh kepala sekolah. Materi ditentukan dari indikator yang dikembangkan sendiri, dapat diperoleh melalui dari buku atau kreasi guru, 171

189 kemampuan anak. anak. Kreasi guru itu saya membuat materi sendiri, misal membuat soal matematika, membuat cerita-cerita dimana guru mengembangkan materi secara mandiri sesuai pengalaman guru. 7) Penilaian a) metode penilaian b) pedoman penilaian metode penilaian dengan tes tulis, pengamatan sehari-hari dengan mengamati sikap anak, dan tes lisan. untuk melakukan penilaian, anak diberi soal-soal, misal tes tulis. Penilaian tidak hanya dari hasil ulangan, tetapi keseharian juga. penilaian dengan tes, tanya jawab. Saya tidak menilai setiap akhir pembelajaran, tetapi ketika adanya ulangan harian, 1 semester 2 x. EHB menggunakan pilihan ganda dengan 3 pilihan. Selain itu dilakukan tanya jawab dengan lisan apabila kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal. metode penilaian dilakukan dengan 2 cara yaitu, proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan dengan pengamatan seharihari dengan mengamati sikap anak dan juga tes lisan tanya jawab. Penilaian hasil dilakukan dengan tes tulis, tes tulis dilakukan sebanyak 3x. Tes ulangan harian yang dilakukan 2x selama 1 semester. Pedoman penilaian selama satu semester dilakukan dengan penilaian tes tulis, pilihan ganda. Apabila siswa kesulitan maka menggunakan lisan. 172

190 2. Pelaksanaan Pembelajaran a. Persyaratan pelaksanaan 1) Jumlah siswa - awalnya 4 siswa, tetapi 1 siswa (Fj) sudah pindah maka tinggal 3 siswa. Didalam kelas terdapat 3 siswa. 2) Beban mengajar Saya 29 jam sudah memenuhi syarat sertifikasi 24 jam tiap minggunya. 3) Buku teks, media/alat, serta sumber belajar yang digunakan saat pembelajaran 4) Acuan dalam pembelajaran sumbernya dari buku-buku Sekolah Dasar tetapi juga direndahkan jika diberikan kepada anak. dalam pelaksanaan pembelajaran saya tetap per bidang studi. Dalam pelaksanaan juga tidak selalu mengacu pada RPP, tetapi juga melakukan pengembangan materi, guru lebih banyak mengkreasikan materi untuk siswa. Masalahnya di SK KD tersebut terlalu tinggi untuk anak, maka saya dapat 29 jam sesuai dengan yang tentukan oleh pusat dari buku, juga kreasi saya sendiri, membuat soal sendiri, menyusun dan mengembangkan materi sendiri (pengetahuan guru). dalam pelaksanaan pembelajaran saya tetap per bidang studi, karena saat evaluasi hasil belajar (EHB) juga dibuat per bidang studi bukan per tema. Dalam pelaksanaan tidak selalu mengacu pada RPP, kadang juga kreasi guru, siswa tunagrahita ini kadang ya tidak bisa diduga, kadang tidak masuk sekolah, juga ramai terus di kelas, jam mengajar guru adalah 29 jam Sumber belajar yang dimanfaatkan guru adalah buku. Selain itu juga guru mengembangkan kreasi (pengetahuan) guru sendiri dengan membuat materi yang sesuai dengan kemampuan peserta didik Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menerapkan pelajaran per bidang studi karena saat EHB, soal-soal yang diberikan juga per bidang studi. Dalam pelaksanaan guru tidak selalu mengacu pada RPP yang sudah disusun tetapi juga 173

191 5) PPI dalam pelaksanaan b. Pelaksanaan pembelajaran 1) Persyaratan pelaksanaan 2) Acuan dalam pelaksanaan direndahkan sesuai kemampuan anak, misal membuat RPP pun kadang pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang di kelas sehingga RPP harus selalu di evaluasi. jadi ya tidak bisa sesuai dengan RPP yang sudah direncanakan - setiap anak diberi materi sesuai kemampuannya, pokok bahasan yang diberi sama yaitu tentang penjumlahan, tetapi bobotnya berbeda. - Jumlah siswa ada 3 orang Beban mengajar selama 29 jam/minggu Sumber belajar berupa buku dan juga kreasi saya sendiri, membuat soal sendiri, menyusun dan mengembangkan materi sendiri (pengetahuan guru). melakukan kreasi saat melaksanakan pembelajaran. PPI dalam pelaksanaan dilakukan dengan penyampaian materi yang sama pada semua siswa, tetapi dalam pemberian tugas tingkat kesulitannya berbeda Persyaratan pembelajaran sudah memenuhi syarat, yaitu: jumlah siswa yang 5, jumlah mengajar guru sudah 29 jam/minggu, dan sumber belajar diambil dari buku dan kreasi dari guru. 174

192 a) kesesuaian pelaksanaan dengan tema b) Acuan dalam mengajar (RPP/RPI) Dalam pelaksanaan pembelajaran per bidang studi tidak selalu mengacu pada RPP, tetapi juga melakukan pengembangan materi, guru lebih banyak mengkreasikan materi untuk siswa. Jika SK KD tersebut terlalu tinggi untuk anak, maka dapat direndahkan sesuai kemampuan anak, dalam membuat RPP pun kadang pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang di kelas sehingga RPP harus selalu di evaluasi Dalam pelaksanaan saya menyampaiankan per bidang studi karena lebih mudah dilaksanakan dan sat EHB juga per bidang studi bukan dibuat tema. Acuan dalam pelaksanaan tidak selalu mengacu pada RPP juga kreasi guru siswa tunagrahita ini ya tidak bisa diduga kadang tidak masuk sekolah, juga ramai terus di kelas, jadi ya tidak bisa sesuai dengan RPP yang saya buat. Dalam pelaksanaan guru tidak menerapkan pembelajaran tematik, karena guru kesulitan menerapkan. Hal ini disebabkan karena saat EHB siswa diberikan soal-soal per mata pelajaran. Selain itu, guru tidak selalu mengacu pada RPP yang dibuat, guru cenderung mengkreasikan materi pada saat pelaksanaan sesuai dengan kondisi anak. 175

193 1) Kegiatan awal pertama anak dikondisikan terlebih dahulu, diarahkan agar duduknya teratur dan tertib, kemudian berdoa yang dipimpin oleh salah satu anak, lalu apersepsi dari pelajaran yang sebelumnya, kemudian baru mulai menuju ke materi. Contohnya, materi yang diajarkan tentang mengenal macam-macam benda, apersepsinya misal; pengetahuan anak tentang benda yang berada di lingkungan sekitar. dalam membuka pelajaran, anak dikondisikan dahulu agar duduknya tertib, berdoa, absensi, dan selalu ditanyakan hari dan tanggal saat belajar, kemudian mengulang pelajaran lalu. anak yang kurang tertib posisi duduknya, serta diarahkan posisi duduknya supaya tenang dahulu. sudah, saya menanyakan tentang materi sebelumnya lalu membuka materi baru. tujuan pembelajaran saya sampaikan pada siswa. manfaat pembelajaran saya sampaikan pada siswa saat proses KBM. 2) kegiatan inti - saya tidak melaksanakan pendekatan multisensori karena saya rasa anak sudah mampu. Dan juga tidak menggunakan permainan karena kondisi kesehatan saya Untuk mengaktifkan siswa saat pembelajaran anak dilibatkan dengan tanya jawab. Dalam kegiatan menulis dan menghitung sudah dibiasakan, Guru mengondisikan anak terlebih dahulu yaitu dengan mengatur posisi duduk masing-masing siswa agar tenang menghadap guru, setelah tertib siswa berdoa bersama dan absensi. Sebelum pelajaran dimulai, guru selalu menanyakan hari, tanggal, bulan, dan tahun untuk selalu mengingatkan peserta didik. Kemudian guru menanyakan materi yang pada hari sebelumnya. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi guru, mengeksplor pengalaman belajar siswa dengan pemberian penjelasan melalui metode konvensional (ceramah dan tanya jawab) 176

194 tetapi untuk membaca belum begitu sering karena anak-anak sulit dikondisikan apabila saya fokus melatih satu anak. saya lebih sering penilaian individu, seperti menulis yang dinilai tulisannya bagus, tidak ada tulisan yang salah kemudian diberi nilai atau paraf serta benar/salahnya anak dalam mengerjakan tugas menghitung misalnya. menumbuhkan kebanggaan dengan memberi hadiah berupa nilai bagus. Kalau untuk menumbuhkan percaya diri pada anak kadang saya suruh maju ke depan untuk mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaanpertanyaan. umpan balik diberikan dengan mengulang pelajaran, saya beri tugassecara lisan dan tertulis, tetapi kadang, waktu tidak mencukupi maka dibuat PR. Kendala juga kalo anak susah diatur maka kadang Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru membiasakan siswa untuk aktif dalam kegiatan menulis dan menghitung, tetapi untuk membaca belum dapa dilaksanakan karena jika guru fokus terhadap satu siswa, siswa lainnya tidak dapat tenang. Guru lebih sering menilai secara individu Menumbuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri siswa melalui penguatan Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi guru memberikan unpan balik dengan mengulang pelajaran secara lisan dan tertulis, tetapi apabila waktu tidak mencukupi tidak 177

195 3) kegiatan penutup saat menutup pelajaran dengan mengulangi materi yang sudah disampaikan, lalu kadang diberi soal-soal untuk dikerjakan atau dijawab, kemudian bersiap-siap dan diakhiri dengan berdoa bersama-sama. tidak terlaksana dijadikan PR di rumah. dalam menutup pelajaran saya katakan pada anak-anak pelajaran hari ini dilanjut besok lagi kemudian ditutup dengan berdoa, kadang saya juga mengingatkan pada anak seragam yang harus dikenakan dan pelajaran yang akan dipelajari besok. diberikan. Dalam kegiatan penutup guru menutup pelajaran dengan mengulang materi yang sudah disampaikan, c. metode yang digunakan (analisis tugas) d. pemanfaatan media pembelajaran metode pembelajaran dengan ceramah dan penugasan. untuk analisis tugas dengan tahapan-tahapan lebih ke praktik bina diri, misal prosedur menggosok gigi, membuat teh. saya sesuaikan media dengan pembelajaran. biasanya saya menggunakan media gambar-gambar. metode demonstrasi, tanya jawab, cerita, dan ceramah. dalam pelajaran kadang saya menggunakan media yang ada di dalam dan luar kelas. Media yang digunakan media gambar, kadang juga menggunakannya sebagai contoh benda yang ada di dalam dan di luar kelas. metode pembelajaran dengan metode konvensional (ceramah dan tanya jawab), serta penugasan, demonstrasi, dan metode cerita. Untuk analisis tugas diberikan saat bina diri saja. Media yang dimanfaatkan adalah media yang ada disekitar kelas (kontekstual), media digunakan sebagai contoh dalam materi. 178

196 e. pemantauan kepala sekolah kepala sekolah memantau setiap KBM. Setiap semester ada PKG ada tim yang dibentuk, semua guru juga wajib ikut serta PKG. Setelah silabus dan RPP dikoreksi kemudian guru melakukan pembenahan kemudian baru dilaksanakan dalam pembelajaran. kepala sekolah kadang memantau sebentar, kan Ibu kepala seminggu sekali juga mengajar di kelas sebelah jadi sekalian memantau, tidak menunggu di kelas, karena Ibu kepala juga sangat sibuk Pemantauan kepala sekolah dilakukan sekaligus saat mengajar di kelas sebelah yang berada dalam satu ruangan. Selain itu, pemantauan administrasi guru dengan mengesahkan silabus dan RPP yang telah dibuat oleh guru, direvisi kemudian ditandatangani oleh kepala sekolah. 3. Evaluasi Pembelajaran setelah selesai KBM, kemudian diadakan tes, terus EHB. a. Waktu evaluasi setelah KBM selesai diadakan ulangan harian. seharusnya ada mid semester (ujian tengah semester) tetapi di SLB jarang diadakan. setelah KBM diadakan ulangan harian dan EHB (Evaluasi Hasil Belajar) b. Proses pelaksanaan Saya membuat dengan melihat pedoman dan materi yang diberikan saat pembelajaran. Anak sudah diberikan soal dengan diambil sebagian. Kemudian dari beberapa nilai dibagi 3 kemudian didapatkan hasil ujian, kemudian dibandingkan dengan KKM begini mbak, dalam 1 semester itu dilakukan 2x ulangan harian 3 bulan sekali, kemudian ada EHB (Evaluasi Hasil Belajar) yang dilaksanakan pada akhir semester. Untuk memperoleh nilai di raport anak, dengan menghitung nilai harian + nilai tugas (PR) + nilai EHB dibagi 3 Proses pelaksanaan evaluasi dilaksanakan 2x UH, kemudian EHB yang dilaksanakan pada akhir semester. nilai di raport anak, dengan menghitung nilai harian + nilai tugas (PR) + nilai EHB dibagi 3 dan dibandingkan dengan 179

197 c. Aspek yang dinilai setiap mata pelajaran. Apabila siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan, maka dilakukan dengan tes lisan. Metode penilaian dengan cara tes tulis, lisan, dan ulangan harian. Kepribadian/sikap, keterampilan, dan pengetahuan. d. Analisis evaluasi menulis rapot siswa penilaian dengan nilai nominal (angka) dan deskriptif. Nilai nominal angka didapatkan dari nilai harian + nilai ulangan+nilai EHB dibagi 3. Untuk deskriptif saya menilai melalui pengamatan sehari-hari dan nilai tes yang dicapai siswa. yang saya nilai ya seperti anak dalam menjawab pertanyaan/soal, sikap anak. analisis dilakukan dengan nilai yang didapatkan tadi lalu dibandingkan dengan KKM yang ada, kemudian baru dideskripsikan. KKM setiap mata pelajaran. Metode penilaian dengan cara tes tulis, lisan dalam keseharian di kelas. aspek yang dinilai kepribadian/sikap saat pelaksanaan pembelajaran, keterampilan, dan pengetahuan. Analisis evaluasi dengan membandingkan nilai yang diperoleh anak dengan KKM yang sudah ditentukan, kemudian dideskripsikan e. Hasil evaluasi dan tujuan yang dicapai hasil yang dicapai siswa diupayakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misal, siswa tidak dapat mencapai KKM dengan tes tulis, dilakukan remedial sebanyak 2x KKM sudah ditentukan jadi ketentuannya pada KKM yang per bidang studi. Hasil evaluasi dalam bentuk nominal dibandingkan dengan KKM setiap bidang studi. 180

198 f. Proses pembuatan soalsoal - Kalau saya membuat soal sendiri mbak, untuk EHB itu saya ambilkan dari ulangan harian 1 dan 2. Nanti saya ambil sebagian untuk soal di EHB dari semester 1 dan dari semester 2. Nanti kalau soalnya beda anak-anak tidak dapat mengerjakan. Kadang soalnya sama saja belum tentu dapat mengerjakan. Pembuatan soal oleh gurudiambil dari soal-soal latihan pada Ulangan harian 1 dan 2. Hal ini karena memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan g. Tindak lanjut tindak lanjut yang dilakukan adalah perbaikan dan pengayaan. Perbaikan apabila nilai kurang dari KKM, pengayaan apabila nilai telah mencapai KKM. 4. Hambatan Hambatan yang temui dalam Implementasi KTSP Sebenarnya jika dipelajari tidak sulit KTSP kurikulum yang mengaitkan antar mata pelajaran, selain itu saya juga kurang membaca dan tidak pernah mengikuti pelatihan guru karena kondisi kesehatan saya. kalau nilai anak belum mencapai KKM ya dilakukan remedial kalau sudah mencapai atau lebih dilakukan pengayaan Hambatan yang saya alami kesehatan saya yang menurun mbak, jadi tidak bisa maksimal. Saya juga minim pengetahuan mengenai KTSP, karena jarang mengikuti pelatihan. Hambatan lain dalam sumber belajar yaitu buku khusus tunagrahita kategori ringan yang belum ada. Tindak lanjut dalam penilaian yaitu dilakukan remedial bagi yang nilainya belum mencapai KKM dan pengayaan bagi yang sudah mencapai atau setara KKM Hambatan guru secara umum pada implementasi KTSP adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan kurang mengikuti pelatihan guru dan minimnya pengetahuan guru mengenai pelaksaan KTSP bagi anak tunagrahita. 181

199 a. perencanaan pembelajaran b. pelaksanaan pembelajaran 1) Kesesuaian proses pembelajaran yang dilaksanakan telah sesuai dengan RPP yang dibuat 2) Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan tematik 3) Pencapaian tujuan pembelajaran c. evaluasi pembelajaran silabus dan RPP itu tidak saya revisi setelah melakukan asesmen yang berpedoman pada hasil tanya jawab dengan siswa karena kondisi saya ini saat pelaksanaan dapat berkembang lagi tidak sesuai dengan perencanaan menyesuaikan dengan kondisi peserta didik. dalam pelaksanaan masih per bidang studi Hambatan pada RPP mbak belum bisa revisi yang sesuai dengan hasil asesmen yang berpedoman pada SKKD. kadang ada pengembangan dari saya juga. Saya sudah membuat RPP tetapi kadang dalam pelaksanaannya berbeda tidak sesuai dengan RPP yang dibuat. Karena kondisi anak yang sulit diatur. saya masih per bidang studi. Per tema dengan mengaitkan berbagai bidang studi agak susah diterapkan. - Kadang anak tidak dapat mencapai tujuan pembelajraan penilaian dengan tes tulis, anak - Hambatan pada rencana pembelajaran yaitu guru tidak merevisi silabus dan RPP yang sesuai dengan hasil asesmen kedua (asesmen yang berpedoman pada KD) karena kondisi kesehatan Antara proses pembelajaran dengan RPP kurang sesuai karena kondisi pelaksanaan tidak sesuai dengan yang direncanakan, guru mengembangkan lagi materi pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru kesulitan menerapkan pendekatan tematik sesuai KTSP. Pencapaian tujuan dengan diberikan materi secara berulang-ulang Hambatan yang berkaitan dengan evaluasi 182

200 d. Kisi-kisi penilaian tidak dapat membaca soal-soal. - alat penilaian saya buat yang tes tulis. Untuk non tes saya dengan mengamati keseharian anak. pembelajaran yaitu anak yang diberikan penilaian dengan tes tulis tidak dapat membaca soal-soal yang diberikan Hambatan yang terkait dengan pembuatan kisi-kisi soal guru tidak membuat kisi-kisi soal, guru membuat soal berpedoman pada SKKD dan penyampaian meteri di kelas. 5. Upaya a. perencanaan pembelajaran b. pelaksanaan pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran guru mengembangkan materi dengan berpedoman pada SKKD Mengkreasikan materi yang akan disampaikan pada siswa meskipun tidak tematik Mengondisikan siswa saat pembelajaran mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki Dalam pelaksanaan pembelajaran saya mengembangkan materi dengan berpedoman pada SKKD dan disesuaikan dengan anak. Saya melaksanakan pembelajaran per mata pelajaran dengan tema tertentu. 1 mapel 1 tema. Dalam penyampaian materi dengan kreasi guru secara mandiri. Upaya dari guru tidak merevisi RPP adalah ketika mengajar di kelas berpedoman pada SKKD serta menyesuaikan dengan anak. Upaya dalam pelaksanaan guru mengkreasikan materi pada siswa, pada pembelajaran tematik, kadang guru menyempaikan materi dengan 1 mata pelajaran satu tema. Kreasi 183

201 c. evaluasi saya mengupayakan untuk membacakan soal dan pilihan jawaban bagi siswa, kemudian siswa yang memilih jawaban. Saya mengupayakan siswa mencapai KKM yang telah ditentukan, dengan remedial jika belum mencapai KKM tidak membuat kisi-kisi soal langsung membuat soal ulangan sesuai dengan yang disampaikan saat pelaksanaan di kelas. guru dilakukan dalam menyampaikan materi sehingga dapat sesuai dengan kemampuan anak. saat evaluasi guru membacakan soal dan pilihan jawaban bagi siswa kemudian siswa yang memilih jawaban tersebut 184

202 Lampiran 15 HASIL DOKUMENTASI No. Dokumen yang Ada Tidak dibutuhkan ( ) ada ( ) Keterangan 1 Pedoman penyusunan Pedoman SKKD Tunagrahita kurikulum kelas II SDLB 2 Tidak terdapat program Program tahunan tahunan 3 Tidak terdapat program Program semester semester 4 Terdapat kalender pendidikan Kalender pendidikan tahun ajaran 2014/ Hasil asesmen dari raport Hasil asesmen siswa dan tercantum pada RPP 6 Pemetaan tema Tidak terdapat pemetaan tema 7 Silabus Terdapat silabus tematik 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/ Program Pelaksanaan Individual (PPI) Terdapat RPP tematik 9 Evaluasi hasil belajar Evaluasi hasil belajar tercantum pada RPP 10 Buku Kemajuan Tidak terdapat buku belajar siswa kemajuan siswa 11 Tidak terdapat catatan Anekdotal record anecdotal record 12 Tidak terdapat catatan khusus Catatan kasus tentang kasus 185

203 Lampiran

204 187

205 188

206 Lampiran

207 190

208 191

209 192

210 193

211 194

212 Lampiran 18 Membercheck 1 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Hari/tanggal wawancara : Senin, 9 Maret 2015 Waktu : Tempat : Ruang Kepala Sekolah A. Identitas Kepala sekolah Nama : Sri Purwanti, S. Pd. Pendidikan : S1- Pendidikan Pengalaman mengajar : 21 Tahun Tingkat/Golongan : VI A/Pembina Tema : Implementasi KTSP B. Profil sekolah 1. Apa visi dan misi sekolah dalam pelaksanaan KTSP? J: untuk visi dan misi jalan mbak. Terwujudnya peserta didik yang terampil, mandiri, berbudaya, iman dan taqwa. Pada dasarnya setelah lulus dari sini dapat mandiri dan terampil. Mandiri kaitannya dengan kemampuan bina diri dan terampil paling dapat menghidupi diri sendiri dan paling pokok iman dan taqwa. 2. Bagaimana tujuan sekolah KTSP? J: tujuan sekolahnya di pedoman juga ada, terdapat pada dokumen kurikulum diantaranya: siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; siswa sehat jasmani dan rohani; siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, berkemampuan, dan keterampilan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi; mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat, dan berkebudayaannya; siswa mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuannya. 195

213 3. Bagaimana menurut Ibu tentang KTSP? J: KTSP itu kurikulum disusun sendiri, dilaksanakan sendiri, dievaluasi sendiri mbak, jadi sebenarnya lebih mudah dapat diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi siswa juga. C. Perencanaan Pembelajaran 1. Apakah Ibu melakukan pengarahan pada guru sebelum melakukan asesmen? Jika iya, seperti apa? J: iya tentu mbak. Pengarahan dilakukan ketika siswa-siswa sudah pulang, dengan cara sharing masalah yang terjadi di kelas. Hal yang pernah terjadi, saat observasi anak dapat menjawab indikator kompetensi dasar yang diujikan, tetapi setelah berlangsungnya pembelajaran ternyata kemampuannya tidak sesuai dengan saat diobservasi 2. Adakah tim yang dibentuk secara khusus untuk melakukan asesmen? Jika iya, bagaimana masing-masing melakukan tugasnya? J: Belum ada tim secara khusus untuk mengasesmen anak mungkin di sekolah negeri ada. 3. Apakah Ibu melakukan pengarahan pada guru dalam menyusun silabus dan RPP? Kapan dan bagaimana pelaksanaannya? J: iya mbak, kami modelnya sharing yang terpenting mengacu pada SK KD dan yang berwenang mengoreksi silabus dan RPP adalah waka kurikulum, apabila masih ada yang kurang kepala sekolah menambahi. Format silabus sudah ditentukan, masing-masing guru mengumpulkan flashdisk kemudian diberi format oleh sesi kurikulum, ditayangkan di layar sambil dijelaskan cara membuatnya. Kemudian,oleh guru dibuat sesuai masing-masing kelas. Untuk RPP diserahkan sepenuhnya pada guru kelas. 196

214 4. Bagaimana bentuk supervisi kepala sekolah dalam perencanaan pembelajaran? J: bentuk supervisi dari saya, sejak awal semester saya mengesahkan silabus dan RPP yang sudah di revisi oleh waka kurikulum, bila masih ada yang kurang sempurna masih diperbaiki lagi. D. Pelaksanaan Pembelajaran 1. Apakah kepala sekolah memantau pelaksanaan pembelajaran di kelas? J: Saya memantau kegiatan belajar mengajar dengan kadang-kadang masuk ke kelas, tidak semata-mata menunggu di kelas kadang saya juga mengajar mata pelajaran di kelas-kelas itu yang SMP dan SMA, jadi saya tahu penyampaian-penyampaian guru saat itu. Kalau menunggu di kelas dapat mengalihkan perhatian siswa. 2. Dari segi apa saja yang dapat dipantau? Kemajuan belajar siswa atau guru? Bagaimana dilakukan? J:.Materi dulu yang diamati dan metode pembelajaran di kelas. Saya ada format untuk supervisi yang saya bagikan kemudian guru mengisi sendiri administrasi yang dimiliki. Setelah itu, nanti saya cocokkan antara format yang sudah diisi dengan dokumen sebagai bukti. Selain itu, saya melihat silabus dan RPP sesuai atau tidak. 3. Bagaimana tindak lanjut dari pemantauan tersebut? J: ada tindak lanjut, yaitu pembenahan kelengkapan administrasi dan dengan cara sharing 4. Bagaimana pelaksanaan PPI? J: untuk PPI belum secara menyeluruh menerapkannya. E. Evaluasi Pembelajaran 1. Apakah kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap evaluasi pembelajaran? J: evaluasi pembelajaran sepenuhnya wewenang guru masing-masing kelas. 197

215 F. Kendala dan Upaya yang Dilakukan 1. Kendala apa yang dialami dalam implementasi KTSP? J: - Sekolah ini kekurangan guru sehingga dalam pelaksanaan observasi untuk keperluan asesmen juga belum dapat dilaksanakan secara khusus. - Belum adanya asesmen secara tertulis. 2. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut? J: - asesmen dilakukan dengan mencermati raport anak dan sharing dengan guru mbak, kalau untuk awal ketika anak masuk dilakukan asesmen selama tiga bulan oleh guru sebagai penyesuaian untuk mengetahui tentang kemampuan anak. 198

216 Membercheck 2 Hasil Wawancara Waka Kurikulum Hari/tanggal wawancara : Senin, 16 Maret 2015 Waktu : WIB Tempat : Ruang Kepala Sekolah A. Identitas Kepala sekolah Nama : Retno Hidayati, S. Pd. Pendidikan : S1-PLB Tingkat/Golongan : VI A/Pembina Pengalaman mengajar : 28 Tahun B. Implementasi KTSP 1. Bagaimana menurut Ibu tentang KTSP? J: KTSP itu kurikulum yang dibuat sendiri, dilaksanakan sendiri, dan dievaluasi sendiri oleh guru, KTSP lebih sesuai lho mbak untuk SLB, karena KTSP disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekolah dan kondisi peserta didiknya juga, KTSP dapat membuat guru lebih kreatif dalam mengajar. 2. Apakah dilakukan asesmen bagi setiap peserta didik? Bagaimana pelaksanaannya? J: asesmen tentu dilakukan oleh masing-masing guru dimana pedomannya diambil dari kompetensi dasar. Dari kegiatan ini guru dapat melakukan pengetesan sehingga diketahui kemampuan siswa. Selain itu, asesmen juga didapatkan dari raport sebelumnya. Pelaksanaan asesmen disini juga belum optimal. 3. Bagaimana penempatan kelas peserta didik yang sesuai dengan kemampuan anak? 199

217 J: penempatan kelas berdasarkan usia dan kemampuan siswa tetapi tidak sepenuhnya karena tiap anak kemampuannya berbeda-beda. Pembelajaran bagi siswa diadaptasi dari kurikulum yang ada. Tidak harus mengikuti KD setiap jenjang kelas, yang terpenting menyesuaikan kemampuan siswa di kelas. 4. Adakah program tahunan atau program semester atau sejenisnya? J: program tahunan secara keseluruhan dan program semester ada juga, terlihat di SK KD ada pembagian semester 1 dan semester Apakah perencanaan pembelajaran menggunakan RPP atau PPI? Bagaimana penerapannya? J: PPI dilaksanakan saat pembelajaran berlangsung. PPI yang dibuat dengan model indikator perbandingan tabel kemampuan awal dengan yang akan dicapai oleh peserta didik. Pelaksanaan dalam kelas sudah secara individual, tetapi secara administrasi memang kurang optimal, karena memerlukan kecermatan dan ketelitian dan setiap guru memiliki kapasitas kemampuan berbeda. Dalam PPI juga seharusnya guru membuat catatan-catatan untuk mengetahui kompetensi mana yang belum dikuasai siswa. 6. Adakah pedoman untuk menyusun kurikulum di sekolah? J: Ada pedoman kurikulum SK KD. 7. Adakah pedoman kegiatan pembelajaran dan pedoman penilaian? J: Pedoman penilaian tidak ada, karena kurikulum dibuat sendiri dan penilaian diberi dengan cara pedoman penilaian bobot masing-masing soal. Untuk KTSP menggunakan nilai nominal dan deskripsi kemampuan. 8. Adakah kendala dalam implementasi KTSP? Seperti apa? J: - kendala dalam fasilitas ke SDM guru belum keseluruhan mampu memanfaatkan fasilitas yang sudah ada. 200

218 - Kendala dalam menentukan kebutuhan anak, belum dapat menyimpulkan kebutuhan sejati anak, sehingga pembelajaran belum tepat diberikan ke anak. - Untuk sarana-prasarana misal anak belajar cuci piring, menata meja makan, menyiapkan makanan, nata ruang tidur, kegiatan untuk bina diri butuh tempat. - Kendala juga pada orangtua, menuntut anaknya seperti siswa normal lainnya untuk bersekolah secara umum. Kurang memahami kebutuhan anak tentang kemandirian. 9. Bagaimana mengatasi kendala tersebut? J: - Melakukan pembiasaan pada siswa untuk melakukan pekerjaan tertentu - Sekolah mencoba untuk berkomunikasi terhadap orangtua siswa - Memaksimalkan SDM dan fasilitas yang ada. 201

219 Membercheck 3 Hasil Wawancara Guru Kelas II (1) Hari/Tanggal : Senin, 9 Maret 2015 waktu : A. Identitas Nama : ST Pendidikan : SGPLB Kalibayem Pangkat/golongan : IV A/Pembina Tugas mengajar : kelas II SDLB Pengalaman mengajar : 29 Tahun B. Perencanaan Pembelajaran 1) Apakah dilakukan asesmen bagi masing-masing peserta didik? Bagaimana pelaksanaan asesmen? J: Asesmen sudah dilakukan oleh guru kelas sebelumnya. Saya sharing dengan guru kelas yang sebelumnya dan melihat hasil raport terakhir. Tetapi saya juga melakukan asesmen dengan membaca SKKD dulu mbak, lalu saya tanyakan pada siswa, akan diketahui kompetensinya mana yang tidak bisa, jadi sekaligus melakukan telaah kompetensi dasar kalau kompetensi dasarnya ketinggian ya diturunkan. Pokoknya disesuaikan dengan siswanya mbak. 2) Apakah menggunakan panduan dalam asesmen? Menggunakan panduan yang sudah ada atau membuat sendiri? J: asesmen dilaksanakan dengan menggunakan panduan yang sudah ada yaitu SKKD. 3) Bagaimana cara menentukan masalah anak? J: saya melakukan tanya-jawab untuk mengetahui kemampuan awal anak sampai pada tahap mana. Misal matematika, kemampuan menghitungnya dengan diberikan soal sesuai dengan KD disitu akan diketahui kemampuannya sampai mana. 202

220 4) Bagaimana menentukan kelemahan dan kelebihan anak? J: saya menentukan kelemahan dan kelebihan anak dengan cara mengamati keseharian anak. 5) Adakah bukti hasil asesmen telah dilaksanakan? J: belum ada bukti anak sudah diasesmen sebelumnya. 6) Adakah tim ahli dalam kegiatan asesmen? Jika iya siapa saja? Dan bagaimana masing-masing ahli melakukan tugasnya? J: belum ada tim ahli. 7) Bagaimana perumusan tujuan pembelajaran pada kelas II? J: tujuan pembelajaran terdapat di RPP. Tujuan saya buat berdasarkan pada KD di kurikulum. 8) Adakah acuan merumuskan tujuan pembelajaran? J: acuan merumuskan tujuan dari penjabaran SK KD. 9) Apakah Bapak menerapkan pembelajaran dengan tema tertentu dalam pembelajaran? J:Dalam pembelajaran bertema mbak untuk matapelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, Pkn. Untuk pelajaran penjaskes, agama, SBK, bahasa Jawa dan bina diri berdiri sendiri tidak saling berkaitan. 10) Bagaimana cara Bapak menentukan tema pembelajaran? J: Tema ditentukan sendiri, mbak. Tema ditentukan dahulu, kemudian membaca KD, lalu dikelompokkan mata pelajarannya apa saja yang dapat masuk ke tema tersebut. 11) Apakah sebelum mengajar Bapak menyusun dan mengembangkan silabus dan RPP? J: Iya mbak. Sebelum mengajar membuat silabus kemudian dituangkan ke dalam RPP. 12) Bagaimana proses pembuatan silabus? Apakah Bapak menyusun silabus sendiri atau menggunakan yang sudah ada? 203

221 J: Kalau SLB membuat silabus sendiri dengan menelaah SK KD terlebih dahulu kemudian disesuaikan dengan kemampuan anak. Untuk silabus kadang saya merevisi yang sudah ada jika kemampuan siswa hampir sama dan RPP berusaha membuat sendiri. 13) Bagaimana Bapak menyusun RPP? J: Saya membuat RPP dengan melihat format yang diberikan oleh Bu Rh selaku waka kurikulum, tinggal mengisi saja. 14) Apakah juga terdapat PPI (Program Pembelajaran Individual) untuk masing-masing siswa? J: saya hanya membuat satu RPP untuk satu kelas. Namun, dalam pelaksanaannya untuk anak yang kemampuannya berbeda saya rendahkan materinya. Penerapan pembelajaran individualnya saat pemberian tugas yang dibedakan. 15) Bagaimana untuk menentukan dan mengembangkan materi pembelajaran? J: melalui tema yang telah ditentukan lalu dimasukkan dalam bidang studi yang sesuai dengan SK KD, tetapi juga mempertimbangkan kemampuan anak. 16) Metode apa yang Bapak gunakan dalam melakukan penilaian? J: metode penilaian dengan tes tulis, pengamatan sehari-hari dengan mengamati sikap anak, dan tes lisan. 17) Pedoman apa yang Bapak gunakan dalam melakukan penilaian serta bagaimana pelaksanaannya? J: untuk melakukan penilaian. Anak diberi soal-soal, misal tes tulis diberi soal-soal untuk dikerjakan. Penilaian tidak hanya dari hasil ulangan, tetapi keseharian juga. Dalam satu semester penilaian meliputi nilai harian, nilai ulangan, nilai PR, dan pengamatan sikap. Apabila siswa tidak dapat mencapai KKM maka dilakukan remedial hingga nilainya mencapai KKM, dapat diberikan dengan tes lisan tanya jawab. 204

222 C. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Apakah kepala sekolah memantau pelaksanaan kegiatan belajar mengajar? Bagaimana dan kapan kegiatan tersebut dilakukan? J: ya, kepala sekolah memantau setiap KBM. Setiap semester ada PKG ada tim yang dibentuk, semua guru juga wajib ikut serta PKG. Setelah silabus dan RPP dikoreksi kemudian guru melakukan pembenahan kemudian baru dilaksanakan dalam pembelajaran. 2) Berapakah jumlah siswa di kelas ini? J: awalnya 4 siswa mbak, tetapi 1 siswa (Fj) sudah pindah maka tinggal 3 siswa. 3) Beban mengajar Bapak bagaimana? J: Saya 29 jam sudah memenuhi syarat sertifikasi 24 jam tiap minggunya. 4) Apakah Bapak menggunakan sumber belajar dalam kegiatan belajar? Dalam bentuk apa? J: sumbernya dari buku-buku Sekolah Dasar. 5) Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran mengacu pada tema tertentu? Bagaimana pelaksanaan? J: dalam pelaksanaan pembelajaran saya tetap per bidang studi. 6) Apakah Bapak melaksanakan kegiatan pembelajaran mengacu pada RPP yang telah dibuat? Atau adakah pengembangan dari Bapak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran? Jika ada pengembangannya seperti apa? J: tidak selalu mengacu pada RPP, tetapi juga melakukan pengembangan materi, guru lebih banyak mengkreasikan materi untuk siswa. Masalahnya di SK KD tersebut terlalu tinggi untuk anak, maka saya dapat direndahkan sesuai kemampuan anak, misal membuat RPP pun kadang pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang di kelas sehingga RPP harus selalu di evaluasi. 205

223 7) Bagaimana Bapak membuka pembelajaran/kegiatan awal? J: pertama anak dikondisikan terlebih dahulu, diarahkan agar duduknya teratur dan tertib, kemudian berdoa bersama, lalu apersepsi dari pelajaran yang sebelumnya, kemudian baru mulai menuju ke materi. 8) Apakah Bapak menerapkan PPI dalam pembelajaran? Bagaimana penerapannya? J: untuk PPI diterapkan saat penugasan mbak. Saya beri materi per anak sesuai kemampuannya, tetapi kadang juga diberi sama rata. karena kemampuannya anak sama, sehingga tidak terlalu sulit dalam pelaksanaannya. 9) Metode pembelajaran apa yang Bapak gunakan saat pembelajaran? J: metode pembelajaran dengan ceramah dan penugasan. 10) Apakah Bapak menyusun analisis tugas bagi setiap siswa? bagaimana pelaksanaannya? J: untuk analisis tugas dengan tahapan-tahapan lebih ke praktik bina diri, misal prosedur menggosok gigi, membuat teh. 11) Apakah Bapak memanfaatkan media sesuai dengan tema pembelajaran? Jika iya, bagaimana pemanfaatan media pembelajaran? J: ya, saya sesuaikan media dengan pembelajaran. 12) Adakah kesulitan dalam pemanfaatan media? Bagaimana kesulitannya? J: tidak sulit mbak, saya menggunakan media yang sama untuk semua siswa. 13) Media dalam bentuk apa saja yang Bapak gunakan? J: biasanya saya menggunakan media gambar-gambar. 14) Apakah dengan menggunakan media tersebut dapat membantu penyampaian materi kepada peserta didik? J: Ya dapat membantu anak. 206

224 15) Bagaimana cara Bapak menutup kegiatan belajar? J: saat menutup pelajaran dengan mengulangi materi tadi, lalu kadang saya beri soal-soal untuk dikerjakan atau dijawab, kemudian bersiapsiap dan diakhiri dengan berdoa bersama-sama D. Evaluasi Hasil Belajar 1. Kapan dilakukan penilaian dalam kelas ini? J: setelah selesai KBM, kemudian diadakan tes, terus EHB. 2. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi dalam kelas II SDLB? J:Saya membuat dengan melihat pedoman dan materi yang diberikan saat pembelajaran. sudah diberikan soal dengan diambil sebagian. Kemudian dari beberapa nilai dibagi 3 kemudian didapatkan hasil ujian, kemudian dibandingkan dengan KKM setiap mata pelajaran. Apabila siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan, maka diberikan dengan tes lisan. Metode penilaian dengan cara tes tulis, lisan, dan ulangan harian. 3. Aspek apa saja yang dinilai pada masing-masing peserta didik? J: kepribadian, keterampilan, dan pengetahuan. 4. Adakah KKM untuk kelas II? J: ada KKMnya mbak, tiap mata pelajaran berbeda-beda. 5. Apakah Bapak melakukan analisis hasil evaluasi? Bagaimana proses pengolahan evaluasi pembelajaran? J: menulis rapot siswa penilaian dengan nilai nominal (angka) dan deskriptif. Nilai nominal angka didapatkan dari nilai harian + nilai ulangan+nilai EHB dibagi 3. Untuk deskriptif saya menilai melalui pengamatan sehari-hari dan nilai tes yang dicapai siswa. 6. Apakah hasil yang dicapai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan? J: hasil yang dicapai siswa diupayakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misal, siswa tidak dapat mencapai KKM dengan tes tulis, maka dapat dilakukan tes lisan sesuai kemampuannya. 207

225 7. Bagaimana tindak lanjut dari hasil evaluasi? J: tindak lanjut yang dilakukan adalah perbaikan dan pengayaan. Perbaikan apabila nilai kurang dari KKM, pengayaan apabila nilai telah mencapai KKM. E. Hambatan dan upaya yang dilakukan 1. Hambatan apa saja yang Bapak temui dalam Implementasi KTSP? J: Sebenarnya jika dipelajari tidak sulit mbak. KTSP kurikulum yang mengaitkan antar mata pelajaran, selain itu saya juga kurang membaca dan tidak pernah mengikuti pelatihan guru karena kondisi kesehatan saya. 2. Apakah hambatan dalam perencanaan pembelajaran? J: silabus dan RPP itu tidak saya revisi setelah melakukan asesmen yang berpedoman pada hasil tanya jawab dengan siswa karena kondisi saya ini mbak. 3. Apakah proses pembelajaran yang dilaksanakan telah sesuai dengan RPP yang dibuat? Bagaimana alasannya? J: belum mbak, karena saat pelaksanaan dapat berkembang lagi tidak sesuai dengan perencanaan menyesuaikan dengan kondisi peserta didik. 4. Apakah Bapak telah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan tematik? J: Belum mbak, dalam pelaksanaan masih per bidang studi 5. Apa saja hambatan dalam evaluasi? J: penilaian dengan tes tulis, anak tidak dapat membaca soal-soal. 6. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan perencanaan? J: Dalam pelaksanaan pembelajaran guru mengembangkan materi dengan berpedoman pada SKKD 7. Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pelaksanaan pembelajaran? Tetap melaksanakan pembelajaran dengan per mata pelajaran 208

226 - lebih mengkreasikan materi yang akan disampaikan pada siswa - mengondisikan siswa saat pembelajaran - mengoptimalkan kemampuan yang saya miliki 8. Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam evaluasi? J: saya mengupayakan untuk membacakan soal dan pilihan jawaban bagi siswa, kemudian siswa yang memilih jawaban. Saya mengupayakan siswa mencapai KKM yang telah ditentukan, dengan remedial jika belum mencapai KKM. NIP

227 Membercheck 4 Hasil Wawancara Guru Kelas II (2) Hari/tanggal : Kamis, 26 Maret 2015 dan Rabu, 1 April 2015 Waktu : (Jam istirahat) A. Perencanaan Pembelajaran 1) Bagaimana langkah perencanaan pembelajaran? J: pertama ya asesmen dulu, kemudian telaah SKKD, menentukan tema, baru silabus dan RPP yang terakhir. 2) Apakah dilakukan asesmen bagi masing-masing peserta didik? Bagaimana dan kapan pelaksanaan asesmen? J: Asesmen dilakukan juga pada saat masuk kelas II pertama kali selama 1 minggu dicobakan kemampuannya sampai pada tahap mana. 3) Apakah menggunakan panduan dalam asesmen? Menggunakan panduan yang sudah ada atau membuat sendiri? J: Panduannya sudah ada yaitu dari SKKD tunagrahita mbak. 4) Bagaimana cara menentukan masalah anak?j: menentukan masalah yang dialami anak dalam akademik, saya tanyakan pada anak, misal pada mapel matematika, saya melihat SKKD penjumlahan 1-20 misal, kemudian saya lakukan tanya jawab dengan anak tentang penjumlahan dan pengurangan, dengan demikian saya akan mengetahui masalah yang dihadapi anak. 5) apakah juga dilakukan tes-tes tertentu untuk mengerjakan soal-soal yang sesuai dengan KD? J: Tidak mbak, saya hanya bertanya jawab pada siswa 6) Bagaimana menentukan kelemahan dan kelebihan anak? J: kelemahan dan kelebihan dapat dilihat dari dari keseharian dalam pertemuan KBM untuk mengukur kemampuan anak. 7) Apakah ada bukti otentik tentang hasil asesmen masing-masing anak Pak?J: Saya tidak memiliki hasil asesmen anak, mbak. 210

228 8) Adakah tim ahli dalam kegiatan asesmen? Jika iya siapa saja? Dan bagaimana masing-masing ahli melakukan tugasnya? J: Belum ada tim asesmen. 9) Kapan Bapak menelaah KD yang disesuaikan dengan hasil asesmen tanya jawab dengan siswa? J: Saya telaah KD itu saat membuat silabus dan RPP mbak, dari hasil sharing dan raport, karena silabus dan RPP dikumpul sejak awal semester baru. Nah setelah saya tanya jawab itu, saya berikan materi sesuai dengan anak 10) Bagaimana cara Bapak menuliskan asesmen pada RPP ini? J: Asesmen ini kan dari sharing dengan guru dan hasil raport anak. 11) Bagaimana dengan hasil tanya jawab yang dilakukan pada awal sebelum masuk minggu efektif? Hasil dari asesmen itu bagaimana Pak? J: Kalau hasil dari asesmen itu dilaksanakan saat pembelajaran mbak 12) Apakah tidak dicantumkan pada RPP? J: Tidak mbak karena RPP ini sudah dikumpulkan sejak awal semester mbak, jadi sebenarnya harus merevisi." 13) Bagaimana perumusan tujuan pembelajaran? J: dengan menelaah SKKD lalu ke indikator KD yang akan dicapai anak, kemudian dapat ditentukan tujuannya. 14) Adakah acuan merumuskan tujuan pembelajaran? J: acuan merumuskan tujuan dari SK KD. 15) Bagaimana cara Bapak menentukan tema? J: tema ditentukan sendiri oleh guru. 16) Apakah Bapak menerapkan pembelajaran dengan tema tertentu dalam pembelajaran? J: kalau dalam pembelajaran lebih kepada per bidang studi. Lebih mudah per bidang studi mbak daripada per tema. 211

229 17) Apakah sebelum mengajar Bapak menyusun dan mengembangkan silabus dan RPP? J: Ya mbak, penyusunan dan mengembangkan silabus dan RPP telah dilakukan sejak awal semester. 18) Adakah pedoman dalam menyusun langkah pembelajaran bagi peserta didik tunagrahita? J: pedoman dari SKKD mbak dan sudah ada format yang diberikan oleh waka kurikulum dalam penyusunan RPP 19) Bagaimana proses pembuatan silabus dan RPP? Apakah Bapak menyusun silabus dan RPP sendiri atau menggunakan yang sudah ada? J: untuk silabus kadang saya merevisi yang sudah ada jika kemampuan siswa agak sama dan RPP berusaha membuat sendiri. 20) Apakah Bapak menyusun PPI (program pembelajaran individual)? J: saya buat RPP untuk 1 kelas, tidak membuat 1 anak 1 RPP begitu 21) Apakah silabus dan RPP juga ditandatangani oleh Kepala Sekolah Pak? J: iya mbak, awalnya dikoreksi oleh waka kurikulum kemudian ditandatangani oleh kepala sekolah. 22) Bagaimana Bapak menentukan dan mengembangkan materi bagi peserta didik? J: Materi dikembangkan dari indikator itu mbak, nanti dicarikan dari buku atau kreasi guru tentang materi yang sesuai, tetapi juga mempertimbangkan kemampuan anak. 23) Kreasi guru ini yang seperti apa Pak contohnya?" Kreasi guru itu saya membuat materi sendiri, misal membuat soal matematika, membuat cerita-cerita begitu mbak 24) Metode apa yang Bapak gunakan dalam melakukan penilaian? J: penilaian dengan tes, tanya jawab. Saya tidak menilai setiap akhir pembelajaran, tetapi ketika adanya ulangan harian, 1 semester 2 x. 212

230 25) Pedoman apa yang Bapak gunakan dalam melakukan penilaian serta bagaimana pelaksanaannya?j: EHB menggunakan pilihan ganda dengan 3 pilihan. Selain itu dilakukan tanya jawab dengan lisan apabila kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal. B. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Apakah kepala sekolah memantau pelaksanaan kegiatan belajar mengajar? Bagaimana dan kapan kegiatan tersebut dilakukan? J: kepala sekolah kadang memantau sebentar, kan Ibu kepala seminggu sekali juga mengajar di kelas sebelah jadi sekalian memantau, tidak menunggu di kelas, karena Ibu kepala juga sangat sibuk karena tugas kepala sekolah. 2) Berapakah jumlah siswa di kelas ini? J: awalnya 4 siswa mbak, tetapi 1 siswa (Fj) sudah pindah maka tinggal 3 siswa. 3) Beban mengajar Bapak bagaimana? J: 29 jam sesuai dengan yang tentukan oleh pusat 4) Apakah Bapak menggunakan sumber belajar dalam kegiatan belajar? Dalam bentuk apa? J: dari buku, juga kreasi saya sendiri mbak, membuat soal sendiri, menyusun dan mengembangkan materi sendiri (pengetahuan guru). 5) Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran mengacu pada tema tertentu? j: tidak mbak, per bidang studi karena lebih mudah karena di EHB juga per bidang studi bukan dibuat tema begitu mbak. 6) Apakah Bapak melaksanakan kegiatan pembelajaran mengacu pada RPP yang telah dibuat? Atau adakah pengembangan dari Bapak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran? Jika ada pengembangannya seperti apa? J: Tidak juga mbak, kadang juga kreasi guru mbak, siswa tunagrahita ini kadang ya tidak bisa diduga mbak, kadang dak masuk sekolah, juga 213

231 ramai terus di kelas, jadi ya tidak bisa sesuai dengan RPP yang saya buat. 7) Apakah Bapak menerapkan PPI dalam pembelajaran? Bagaimana penerapannya? J: setiap anak diberi materi sesuai kemampuannya, misal begini mbak, pokok bahasan yang diberi sama yaitu tentang penjumlahan, tetapi bobotnya berbeda. 8) Bagaimana Bapak membuka pembelajaran/kegiatan awal? J: dalam membuka pelajaran, anak dikondisikan dahulu agar duduknya tertib, berdoa, absensi, dan selalu ditanyakan hari dan tanggal saat belajar, kemudian mengulang pelajaran lalu. 9) Bagaimana cara Bapak mengkondisikan siswa agar siap secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran? J: anak yang kurang tertib posisi duduknya, serta diarahkan posisi duduknya menghadap ke papan tulis supaya tenang dahulu. 10) Apakah dalam kegiatan pendahuluan Bapak sudah mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari dan materi yang akan dipelajari? J: sudah, saya menanyakan tentang materi sebelumnya yang terkait dengan materi sekarang ya itu dinamakan apersepsi. 11) Apakah Bapak menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada peserta didik? J: tujuan pembelajaran saya sampaikan pada siswa. 12) Apakah di setiap pembelajaran Bapak menyampaikan manfaat pembelajaran? J: manfaat pembelajaran saya sampaikan pada siswa saat proses KBM. 13) Bagaimana proses kegiatan inti? J: pada kegiatan inti menerangkan pokok bahasan yang diberikan, misal: diberikan dengan penjelasan terlebih dahulu kemudian contohcontohnya. 214

232 14) Bagaimana menurut Bapak mengenai Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi pada kegiatan inti Pak? J: Setahu saya itu kegiatan yang mengaktifkan anak 15) Bagaimana cara Bapak mengaktifkan anak saat pembelajaran? J: Saya lakukan tanya jawab dengan siswa 16) Apakah Bapak memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung yang bersifat multi sensorik (mengoptimalkan pancaindra yaitu pengamatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan penciuman) dalam proses pembelajaran?? J: saya tidak melaksanakan mbak, karena saya rasa anak sudah mampu. 17) Apakah Bapak menggunakan berbagai pendekatan sambil bermain yang menyenangkan saat pembelajaran? Bagaimana prosesnya? J: tidak menggunakan permainan karena kondisi kesehatan saya. 18) Apakah Bapak menerapkan analisis tugas (task analysis) bagi setiap siswa? Bagaimana pelaksanaannya? J: analisis tugas saya melakukan, contohnya pada matematika, penjumlahan sampai 10, jika anak sudah mampu maka ditambah lagi materinya ) Metode pembelajaran apa yang Bapak gunakan saat pembelajaran? J: metode demonstrasi, tanya jawab, cerita, dan ceramah. 20) Apakah Bapak memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, guru, lingkungan, atau sumber lain dalam proses pembelajaran? Bagaimana prosesnya? J: anak ditenangkan terlebih dahulu agar tenang, kalau masih sulit diatur tetap diberi nasihat lagi, tapi beberapa saat kemudian ramai lagi ya tetap saya tenangkan lagi mbak begitu seterusnya yang penting tidak memberi metode hukuman pada anak, diikuti saja anak itu seperti 215

233 apa. Jika dalam pembelajaran anak tetap ramai dan materi yang diberikan belum dapat dipahami tetap saya ulang-ulang terus mbak. 21) Apakah Bapak melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pembelajaran berpusat pada siswa) dalam proses pembelajaran? Bagaimana prosesnya? J: anak dilibatkan dengan tanya jawab saat proses pembelajaran. 22) Apakah Bapak memfasilitasi peserta didik melakukan eksplorasi (pencarian/menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan dalam proses pembelajaran? Bagaimana pelaksanaannya? J: kalau dalam pembelajaran memang kurang saya terapkan, karena hal tersebut lebih diterapkan saat jalan-jalan ketika olahraga pagi dengan mengamati lingkungan sekitar. 23) Apakah Bapak membiasakan peserta didik membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara fungsional? Bagaimana pelaksanaannya? J: kalau untuk menulis dan menghitung sudah dibiasakan, tetapi untuk membaca belum begitu sering karena anak-anak sulit dikondisikan apabila saya fokus melatih satu anak. Dalam pelaksanaan menghitung angka dan menulis/menyalin di papan tulis. 24) Apakah Bapak berusaha memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok? Bagaimana? J: saya lebih sering penilaian individu, seperti menulis yang dinilai tulisannya bagus, tidak ada tulisan yang salah kemudian diberi nilai atau paraf. 25) Apakah Bapak sudah berusaha memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik? Bagaimana? J: sudah mbak, menumbuhkan kebanggaan dengan memberi hadiah berupa nilai bagus. Kalau untuk menumbuhkan percaya diri pada anak 216

234 kadang saya suruh maju ke depan untuk mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. 26) Apakah Bapak memanfaatkan media sesuai dengan tema pembelajaran? Jika iya, bagaimana pemanfaatan media pembelajaran? J: dalam pelajaran kadang saya menggunakan media yang ada di dalam dan luar kelas. 27) Adakah kesulitan dalam pemanfaatan media? Bagaimana kesulitannya? J: tidak ada kesulitan mbak, saya berikan media yang sama pada semua anak. 28) Media apa saja yang Bapak gunakan? J: biasanya media gambar, kadang juga menggunakannya sebagai contoh benda yang ada di dalam dan di luar kelas. 29) Apakah dengan menggunakan media tersebut dapat membantu penyampaian materi kepada peserta didik? J: dapat membantu dalam penyampaian materi pada anak mbak. 30) Apakah Bapak melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/alat, dan sumber belajar? Bagaimana perlibatannya? J: iya mbak, hanya saya berikan contoh-contohnya. 31) Diakhir pembelajaran bagaimana cara Bapak memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap keberhasilan peserta didik? Bagaimana? J: umpan balik itu ya kadang saya beri kadang tidak mbak, karena waktunya kadang sudah habis juga. 32) Bagaimana cara Bapak melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan?(kesulitan/menyelesaikan masalah/memotivasi/mengaitkan dengan kegiatan kehidupan seharihari)? J: - 217

235 33) Bagaimana cara Bapak menutup kegiatan belajar? J: dalam menutup pelajaran saya katakan pada anak-anak pelajaran hari ini dilanjut besok lagi kemudian ditutup dengan berdoa, kadang saya juga mengingatkan pada anak seragam yang dikenakan besok dan pelajaran yang akan dipelajari besok. C. Evaluasi Hasil Belajar 1. Kapan dilakukan penilaian dalam kelas ini? J: setelah KBM selesai diadakan ulangan harian dan semesteran. seharusnya ada mid semester (ujian tengah semester) tetapi di SLB jarang diadakan. 2. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi? J: begini mbak, dalam 1 semester itu dilakukan 2x ulangan harian 3 bulan sekali, kemudian ada EHB (Evaluasi Hasil Belajar) yang dilaksanakan pada akhir semester. Untuk memperoleh nilai di raport anak, dengan menghitung nilai harian + nilai tugas (PR) + nilai EHB dibagi 3 3. Aspek apa saja yang dinilai pada masing-masing peserta didik? J: yang saya nilai ya seperti anak dalam menjawab pertanyaan/soal, sikap anak. Apabila anak tidak dapat mengerjakan maka dilakukan perbaikan, sebanyak 2x apabila masih tidak mencapai KKM, maka tidak apa-apa kemampuan anak hanya sampai disitu, berarti selama KBM tidak mampu mencapai. 4. Apakah Bapak melakukan analisis hasil evaluasi? Bagaimana proses pengolahan evaluasi pembelajaran? J: analisis dilakukan dengan nilai yang didapatkan tadi lalu dibandingkan dengan KKM yang ada, kemudian baru dideskriptifkan. 5. Apakah hasil yang dicapai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan? J: begini mbak, KKM sudah ditentukan jadi ketentuannya pada KKM yang per bidang studi. 218

236 6. Bagaimana dengan pembuatan soal-soal ulangan Pak? Bapak membuat sendiri atau mengambil yang sudah ada? J: Kalau saya membuat soal sendiri mbak, untuk EHB itu saya ambilkan dari ulangan harian 1 dan 2. Nanti saya ambil sebagian untuk soal di EHB dari semester 1 dan dari semester 2. Nanti kalau soalnya beda anak-anak tidak dapat mengerjakan. Kadang soalnya sama saja belum tentu dapat mengerjakan. 7. Bagaimana tindak lanjut dari hasil evaluasi? J: kalau nilai anak belum mencapai KKM ya dilakukan remedial kalau sudah mencapai atau lebih dilakukan pengayaan D. Hambatan dan upaya yang dilakukan 1. Hambatan apa saja yang Bapak temui dalam Implementasi KTSP? J: Hambatan yang saya alami kesehatan saya yang menurun mbak, jadi tidak bisa maksimal. Saya juga minim pengetahuan mengenai KTSP, karena jarang mengikuti pelatihan. Hambatan lain dalam sumber belajar yaitu buku khusus tunagrahita kategori ringan yang belum ada 2. Apakah hambatan dalam perencanaan pembelajaran? J: Hambatan pada RPP mbak belum bisa revisi yang sesuai dengan hasil asesmen yang berpedoman pada SKKD. 3. Apakah proses pembelajaran yang dilaksanakan telah sesuai dengan RPP yang dibuat? Bagaimana alasannya? J: belum mbak, kadang ada pengembangan dari saya juga. Karena begini mbak, saya sudah membuat RPP tetapi kadang dalam pelaksanaannya berbeda tidak sesuai dengan RPP yang dibuat. Karena kondisi anak yang sulit diatur, maka RPP untuk anak SLB dapat diulang-ulang hingga anak menguasai kompetensi. 4. Apakah Bapak telah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan tematik? Bagaimana alasannya? J: belum mbak, saya masih per bidang studi. Per tema dengan mengaitkan berbagai bidang studi agak susah diterapkan. 219

237 5. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan setiap pembelajaran yang diharapkan? J: dapat mbak, ya harus mengulang-ulang terus materi yang diberikan hingga tujuan dapat tercapai. 6. Apakah Bapak membuat kisi-kisi penilaian, baik tes atau non tes? J: tidak membuat kisi-kisi soal, alat penilaian saya buat yang tes saja mbak, tes tulis. Untuk non tes saya dengan mengamati keseharian anak. 7. Upaya seperti apa yang Bapak lakukan untuk mengatasi hambatan dalam perencanaan pembelajaran? J: Dalam pelaksanaan pembelajaran saya mengembangkan materi dengan berpedoman pada SKKD dan disesuaikan dengan anak. 8. Upaya seperti apa yang Bapak lakukan untuk mengatasi hambatan dalam proses pelaksanaan pembelajaran? J: Saya melaksanakan pembelajaran per mata pelajaran dengan tema tertentu. 1 mapel 1 tema. Dalam penyampaian materi dengan kreasi guru secara mandiri. 9. Upaya seperti apa yang Bapak lakukan untuk mengatasi hambatan dalam evaluasi pembelajaran? J: tidak membuat kisi-kisi soal langsung membuat soal ulangan sesuai dengan yang disampaikan saat pelaksanaan di kelas. NIP

238 Membercheck 5 HASIL OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Hari/tanggal observasi : Rabu, 11 Maret 2015 observasi ke- : 1 Tema/Subtema : Diri sendiri (dalam pelaksanaan pelajaran Matematika) Waktu pengamatan : Kelas/semester : II/2 Aspek yang diamati 1) Kegiatan awal Indikator a. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran b. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari (pretest) yang mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari c. Guru menyampaikan cakupan materi (kompetensi dasar) yang terkait dengan tema dan menjelaskan tujuan pembelajaran Deskripsi pengamatan Guru memberi salam pada siswa, lalu melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama, kemudian absensi Melakukan tanya jawab tentang menghitung penjumlahan dan pengurangan Guru menyampaikan cakupan materi yang terkait, serta tidak menyebutkan tujuan pembelajaran. 221

239 2) Kegiatan inti d. Menyampaikan manfaat pembelajaran Guru tidak menyampaikan manfaat pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan 1-30 Kegiatan pembelajaran berbasis tematik a. guru menyajikan proses pembelajaran berdasarkan tema Proses pembelajaran guru menuliskan dipapan tulis tema "diri sendiri". b. guru menyajikan proses pembelajaran dengan mengaitkan Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran berbagai muatan mata pelajaran, materi yang yang diberikan adalah matematika menghitung ke samping kombinasi penjumlahan dan pengurangan 1-30 Proses pembelajaran dilakukan secara interaktif dan menyenangkan dalam EEK Eksplorasi a. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung yang bersifat multi sensorik (mengoptimalkan pancaindra yaitu pengamatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan penciuman) yang diberikan. b. Guru menggunakan berbagai pendekatan sambil bermain yang menyenangkan c. Metode pembelajaran yang digunakan disesuai karakteristik peserta didik d. Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, guru, lingkungan, atau sumber lain. Guru memberikan kesempatan untuk mengamati contoh soal-soal yang diberikan, peserta didik berusaha menjawab soal-soal - Metode penugasan Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan melakukan tanya jawab materi yang dipelajari e. Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pembelajaran berpusat pada siswa) Peserta didik cenderung mendengarkan penjelasan guru. 222

240 f. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan eksplorasi (pencarian/menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan Elaborasi g. Guru membiasakan peserta didik membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara fungsional h. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok i. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. j. Guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/alat, dan sumber belajar. media yang digunakan relevan dengan karakteristik, usia, tujuan, materi mudah digunakan tidak mudah rusak aman konkret mudah diperoleh Konfirmasi k. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat terhadap keberhasilan peserta didik l. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan - Guru memberikan tugas menulis soal-soal menghitung sebanyak 10 butir soal, kemudian peserta didik mengerjakan soal-soal tersebut. Tidak menyajikan hasil kerja individu karena tugas dilanjutkan di rumah. Kebanggaan dan rasa percaya diri melalui kegiatan mengerjakan soal secara mandiri dengan percaya diri

241 3) Kegiatan penutup 1) menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar sesuai kemampuan berbahasa dan komunikasi 2) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif 3) mengaitkannya dengan kegiatan hidup dengan pekerjaan sehari-hari a. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman pelajaran b. guru membuat tes lisan/tertulis - c. guru melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah - dilaksanakan d. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil - pembelajaran. Apabila peserta didik bertanya guru menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Motivasi yang diberikan secarta verbal bermaksud untuk menyemangati peserta didik untuk mengerjakan tugas yang diberikan - Dalam kegiatan penutup guru mengintruksikan peserta didik untuk bersiap pulang, kemudian berdoa, dan salam penutup. e. Merencanakan kegiatan tindak lanjut, berupa pengulangan(remedi), pengayaan, pencatatan dan penilaian anekdot serta layanan individual lainnya yang sesuai hasil belajar peserta didik NIP

242 Membercheck 6 HASIL OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Hari/tanggal observasi : Rabu, 18 Maret 2015 observasi ke- : 2 Tema/Subtema : - (mata pelajaran IPA tentang benda dilangit) Waktu pengamatan : Kelas/semester : II/2 Aspek yang diamati Indikator Deskripsi pengamatan 1) Kegiatan awal (a) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran (b) Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari (pretest) yang mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari (c) Guru menyampaikan cakupan materi (kompetensi dasar) yang terkait dengan tema dan menjelaskan tujuan pembelajaran Guru memberi salam pada peserta didik, lalu melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama. Guru memberi pesan tentang berdoa dengan sikap yang baik. Lalu, absensi. Guru mengajukan tanya jawab tentang materi pada hari ini yaitu benda di langit. Namun, tidak mengaitkan dengan materi sebelumnya. Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari pada hari ini mengenai benda di langit. Akan tetapi, tidak menyampaikan 225

243 tujuan mempelajari pembelajaran. (d) Menyampaikan manfaat pembelajaran - 2) Kegiatan inti Kegiatan pembelajaran berbasis tematik (a) guru menyajikan proses pembelajaran berdasarkan tema (b) guru menyajikan proses pembelajaran dengan mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran, serta menyebutkan bahwa pada hari ini akan belajar IPA Proses pembelajaran dilakukan secara interaktif dan menyenangkan dalam EEK Eksplorasi a. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung yang bersifat multi sensorik (mengoptimalkan pancaindra yaitu pengamatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan penciuman) b. Guru menggunakan berbagai pendekatan sambil bermain yang menyenangkan c. Metode yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik d. Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, guru, lingkungan, atau sumber lain. Guru berusaha memberikan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi yang dibahas. - Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah dan bertanya jawab tentang materi, serta pemberian contoh. Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik apabila peserta didik berbicara dengan peserta didik lain tentang materi pelajaran. Guru mengikuti keinginan peserta didik dalam bercerita kemudian kembali mengarahkan pembicaraan ke materi

244 pelajaran. e. Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pembelajaran berpusat pada peserta didik) f. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan eksplorasi (pencarian/menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan Elaborasi g. Guru membiasakan peserta didik membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara fungsional h. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok i. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. j. Guru melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media/alat, dan sumber belajar. media yang digunakan relevan dengan karakteristik, usia, tujuan, materi mudah digunakan tidak mudah rusak aman Peserta didik cenderung mendengarkan penjelasan guru. Guru mengaktifkan partisipasi peserta didik dengan bertanyajawab mengenai materi yang dibahas. - Peserta didik menyalin materi yang ada di papantulis (whiteboard) pada buku masingmasing Hasil kerja berupa pekerjaan individu menyalin materi yang telah dijelaskan kemudian dicek oleh guru dan diberi paraf Memfasilitasi peserta didik untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan berani menjawab pertanyaan dari guru

245 konkret mudah diperoleh Konfirmasi k. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat terhadap keberhasilan peserta didik l. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan 1) menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar sesuai kemampuan berbahasa dan komunikasi 2) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif 3) mengaitkannya dengan kegiatan hidup dengan pekerjaan sehari-hari 3) Kegiatan penutup (a) Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman pelajaran - peserta didik yang bertanya pada guru, guru menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Guru memberikan motivasi secara verbal untuk dapat menjawab pertanyaan yang diberikan Pada pembelajaran ini, guru memberikan contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari tentang pemanfaatan benda langit secara verbal Guru merangkum/mereview materi pelajaran bersama peserta didik. (b) guru membuat tes lisan/tertulis - (c) guru melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah dilaksanakan - 228

246 (d) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. (e) Merencanakan kegiatan tindak lanjut, berupa pengulangan(remedi), pengayaan, pencatatan dan penilaian anekdot serta layanan individual lainnya yang sesuai hasil belajar peserta didik - Tidak ada kegiatan tindak lanjut. Guru menutup pelajaran lalu berdoa. NIP

247 Membercheck 7 HASIL OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Hari/tanggal observasi : Rabu, 25 Maret 2015 observasi ke- : 3 Tema/Subtema : Lingkungan (mata pelajaran IPS) Waktu pengamatan : Kelas/semester : II/2 Aspek yang diamati Indikator Deskripsi pengamatan 1) Kegiatan awal (a) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran (b) Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari (pretest) yang mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari (c) Guru menyampaikan cakupan materi (kompetensi dasar) yang terkait dengan tema dan menjelaskan tujuan pembelajaran Guru memberi salam pada peserta didik, lalu melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama. Kemudian absensi. Guru mengajukan pertanyaan tentang makanan yang di makan sebelum berangkat sekolah tadi pagi. Tetapi, guru tidak mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari tentang makanan pokok. Akan tetapi, tidak menyampaikan tujuan mempelajari materi ini. 230

248 (d) Menyampaikan manfaat pembelajaran - 2) Kegiatan inti Kegiatan pembelajaran berbasis tematik (a) guru menyajikan proses pembelajaran Tema yang dimaksud adalah lingkungan berdasarkan tema dengan materi makanan. (b) guru menyajikan proses pembelajaran dengan Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran berbagai muatan mata pelajaran, serta menyebutkan bahwa pada hari ini akan belajar IPS Proses pembelajaran dilakukan secara interaktif dan menyenangkan dalam EEK Eksplorasi i. Guru memberikan kesempatan pada peserta Guru berusaha memberikan kesempatan didik untuk memperoleh pengalaman langsung untuk mendengarkan penjelasan dari guru yang bersifat multi sensorik (mengoptimalkan mengenai materi yang dibahas. pancaindra yaitu pengamatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan penciuman) ii. Guru menggunakan berbagai pendekatan sambil - bermain yang menyenangkan iii. Metode yang digunakan menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik iv. Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, guru, lingkungan, atau sumber lain. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah dan bertanya jawab tentang materi, serta pemberian contoh pada kehidupan sehari-hari. Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan bertanya jawab mendiskusikan materi makanan pokok. v. Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pembelajaran berpusat pada peserta Peserta didik cenderung mendengarkan penjelasan guru. Guru mengaktifkan 231

249 didik) vi. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan eksplorasi (pencarian/menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan Elaborasi vii. Guru membiasakan peserta didik membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara fungsional viii. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok ix. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. x. Guru melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media/alat, dan sumber belajar. media yang digunakan relevan dengan karakteristik, usia, tujuan, materi mudah digunakan tidak mudah rusak aman konkret mudah diperoleh Konfirmasi partisipasi peserta didik dengan bertanyajawab mengenai materi yang dibahas satu per satu. - Peserta didik menyalin materi yang ada di papantulis (whiteboard) pada buku masingmasing. Peserta didik tidak menilaikan hasil pekerjaan mereka, karena waktu istirahat sudah tiba dan siswa-siwa langsung keluar kelas

250 xi. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat terhadap keberhasilan peserta didik xii. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan a. menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar sesuai kemampuan berbahasa dan komunikasi b. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif c. mengaitkannya dengan kegiatan hidup dengan pekerjaan sehari-hari 3) Kegiatan penutup (a) Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman pelajaran - guru menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Guru memberikan motivasi secara verbal untuk dapat menjawab pertanyaan yang diberikan Guru memberikan contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari tentang makanan pokok yang baik di konsumsi secara verbal Guru merangkum/mereview materi pelajaran bersama peserta didik. (b) guru membuat tes lisan/tertulis - (c) guru melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah dilaksanakan (d) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. (e) Merencanakan kegiatan tindak lanjut, berupa pengulangan(remedi), pengayaan, pencatatan dan - - Tidak ada kegiatan tindak lanjut, guru menutup pelajaran lalu berdoa bersama dan 233

251 penilaian anekdot serta layanan individual lainnya yang sesuai hasil belajar peserta didik memberi salam penutup. NIP

252 Membercheck 8 HASIL OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Hari/tanggal observasi : Rabu, 1 April 2015 observasi ke- : 4 Tema/Subtema : - (mata pelajaran IPA macam-macam benda) Waktu pengamatan : Kelas/semester : II/2 Aspek yang diamati Indikator Deskripsi pengamatan 1) Kegiatan awal (a) Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran (b) Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari (pretest) yang mengaitkan Sebelum masuk, ada dua peserta didik Ud dan Df bertengkar, kemudian Df menangis. Guru langsung menanyakan penyebab dari pertengkaran tersebut. Guru memberikan nasihat pada semua peserta didik untuk rukun bersama teman, dan menyuruh Ud untuk meminta maaf kepada Df. Guru melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama. Setelah itu, absensi. Guru mengajukan pertanyaan tentang macam wujud benda (padat, cair, gas). Tetapi, guru tidak mengaitkan materi sebelumnya dengan 235

253 dengan materi yang akan dipelajari materi yang akan dipelajari. (c) Guru menyampaikan cakupan materi (kompetensi Guru menyampaikan cakupan materi yang dasar) yang terkait dengan tema dan menjelaskan akan dipelajari siswa pada hari ini. Namun, tujuan pembelajaran tidak menyampaikan tujuan pembelajaran pada peserta didik. (d) Menyampaikan manfaat pembelajaran - 2) Kegiatan inti Kegiatan pembelajaran berbasis tematik (a) guru menyajikan proses pembelajaran berdasarkan tema (b) guru menyajikan proses pembelajaran dengan mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran, serta menyebutkan bahwa pada hari ini akan belajar IPA. Proses pembelajaran dilakukan secara interaktif dan menyenangkan dalam EEK Eksplorasi a) Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh pengalaman langsung yang bersifat multi sensorik (mengoptimalkan pancaindra yaitu pengamatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan penciuman) b) Guru menggunakan berbagai pendekatan sambil bermain yang menyenangkan c) Metode yang digunakan menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik Guru berusaha memberikan kesempatan untuk mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi yang dibahas. Guru menyampaikan materi dengan metode konvensional (ceramah), metode kontekstual (pemberian contoh wujud benda padat di dalam kelas) dan metode tanya jawab d) Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik Guru memfasilitasi interaksi antar peserta -

254 dengan peserta didik, guru, lingkungan, atau sumber lain. e) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pembelajaran berpusat pada siswa) f) Guru memfasilitasi peserta didik melakukan eksplorasi (pencarian/menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan Elaborasi g) Guru membiasakan peserta didik membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara fungsional h) Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok i) Guru memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. j) Guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/alat, dan sumber belajar. media yang digunakan relevan dengan karakteristik, usia, tujuan, materi mudah digunakan didik dengan bertanya jawab satu per satu wujud benda yang telah dijelaskan oleh guru Peserta didik cenderung mendengarkan penjelasan guru. Guru mengaktifkan partisipasi peserta didik pada materi dengan bertanya-jawab mengenai materi yang dibahas satu per satu. - Peserta didik menyalin materi yang ada di papantulis (whiteboard) pada buku masingmasing. Penyajian hasil kerja individu dengan menyerahkan hasil menyalin kepada guru kemudian diberi paraf. Kegiatan yang menumbuhkan kepercayaan diri melalui menjawab pertanyaan dari guru tanpa ragu-ragu. Media digunakan sebagai contoh pokok bahasan yang dipelajari siswa, contoh yang diberikan yang berada di dalam kelas dan luar kelas Mudah diperoleh dan aman. 237

255 tidak mudah rusak aman konkret mudah diperoleh Konfirmasi k) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat terhadap keberhasilan peserta didik l) Guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan 1) menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar sesuai kemampuan berbahasa dan komunikasi 2) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif 3) mengaitkannya dengan kegiatan hidup dengan pekerjaan sehari-hari 3) Kegiatan penutup (a) Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman pelajaran (b) guru membuat tes lisan/tertulis - - guru menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Motivasi yang diberikan berupa verbal agar peserta didik mau mendengarkan materi pelajaran yang diberikan - Guru merangkum/mereview materi pelajaran bersama peserta didik, dengan memberi stimulus bagi siswa yang kesulitan. 238

256 (c) guru melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah dilaksanakan (d) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. (e) Merencanakan kegiatan tindak lanjut, berupa pengulangan(remedi), pengayaan, pencatatan dan penilaian anekdot serta layanan individual lainnya yang sesuai hasil belajar peserta didik - - Tidak ada kegiatan tindak lanjut, guru menutup pelajaran lalu berdoa bersama dan memberi salam penutup. NIP

257 Membercheck 9 HASIL OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Hari/tanggal observasi : Rabu, 15 April 2015 observasi ke- : 5 Tema/Subtema : diri sendiri (mata pelajaran Bahasa Indonesia) Waktu pengamatan : Kelas/semester : II/2 Aspek yang diamati Indikator Deskripsi pengamatan 1) Kegiatan awal (a) Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran (b) Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari (pretest) yang mengaitkan Guru memberi salam pada peserta didik, lalu melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama. Kemudian absensi. Guru mengumumkan kepada peserta didik bahwa minggu depan adalah hari Kartini, guru menghimbau anak-anak menggunakan baju adat, tetapi akan lebih baik untuk menggunakan pakaian yang ada di rumah untuk hemat biaya. Guru menanyakan PR Matematika kemarin, lalu menyuruh peserta didik untuk mengerjakan di papan tulis. 240

258 dengan materi yang akan dipelajari (c) Guru menyampaikan cakupan materi (kompetensi dasar) yang terkait dengan tema dan menjelaskan tujuan pembelajaran (d) Menyampaikan manfaat pembelajaran Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari siswa pada hari ini. Namun, tidak menyampaikan tujuan pembelajaran pada peserta didik. 2) Kegiatan inti Kegiatan pembelajaran berbasis tematik (a) guru menyajikan proses pembelajaran Dengan tema yang dituliskan pada papan tulis berdasarkan tema diri sendiri. (b) guru menyajikan proses pembelajaran dengan Dalam proses pembelajaran tidak mengaitkan mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran berbagai muatan mata pelajaran, serta menyebutkan bahwa pada hari ini akan belajar Bahasa Indonesia. Proses pembelajaran dilakukan secara interaktif dan menyenangkan dalam EEK Eksplorasi i. Guru memberikan kesempatan pada peserta Guru memberikan kesempatan untuk didik untuk memperoleh pengalaman langsung mendengarkan penjelasan dari guru mengenai yang bersifat multi sensorik (mengoptimalkan materi yang dibahas. pancaindra yaitu pengamatan, pendengaran, pencecapan, perabaan, dan penciuman) ii. Guru menggunakan berbagai pendekatan sambil - bermain yang menyenangkan iii. Metode yang digunakan menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah dan bertanya jawab tentang kebiasaan pada pagi hari sebelum berangkat ke sekolah dan pesan yang disampaikan oleh orang tua kepada mereka (peserta didik).

259 iv. Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan peserta didik, guru, lingkungan, atau sumber lain. v. Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran (pembelajaran berpusat pada siswa) vi. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan eksplorasi (pencarian/menjelajah) di berbagai tempat dan dalam setiap kegiatan Elaborasi vii. Guru membiasakan peserta didik membaca, menulis, dan menghitung melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara fungsional viii. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok ix. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. x. Guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/alat, dan sumber belajar. media yang digunakan relevan dengan karakteristik, usia, tujuan, materi Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan bertanya jawab mengenai pesan yang disampaikan oleh orang tua. Peserta didik cenderung mendengarkan penjelasan guru. Guru mengaktifkan partisipasi peserta didik pada materi dengan bertanya-jawab mengenai materi yang dibahas satu per satu. - Peserta didik menyalin materi yang ada di papantulis (whiteboard) pada buku masingmasing. Penyajian hasil kerja individu dengan menyerahkan hasil menyalin kepada guru kemudian diberi paraf. Kegiatan yang menumbuhkan kepercayaan diri melalui menjawab pertanyaan dari guru tanpa ragu-ragu. Kebanggaan peserta didik di dapatkan apabila guru memberikan nilai baik setelah mencocokkan PR yang telah dikerjakan

260 mudah digunakan tidak mudah rusak aman konkret mudah diperoleh Konfirmasi xi. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat terhadap keberhasilan peserta didik xii. Guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan a. menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar sesuai kemampuan berbahasa dan komunikasi b. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif c. mengaitkannya dengan kegiatan hidup dengan pekerjaan sehari-hari 3) Kegiatan penutup (a) Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman pelajaran - - Guru memotivasi siswa apabila tidak menjawab pertanyaan yang diajukan atau tidak memperhatikan guru menjelaskan - - (b) guru membuat tes lisan/tertulis - 243

261 (c) guru melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah dilaksanakan (d) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. (e) Merencanakan kegiatan tindak lanjut, berupa pengulangan(remedi), pengayaan, pencatatan dan penilaian anekdot serta layanan individual lainnya yang sesuai hasil belajar peserta didik - - Tidak ada kegiatan tindak lanjut, guru menutup pelajaran lalu berdoa bersama dan memberi salam penutup. NIP

262 Lampiran 19 HASIL ANALISIS RPP/PPI No. Komponen Deskripsi Hasil Temuan 1. Asesmen Asesmen disajikan berupa tabel yang berisikan tentang perbandingan antara kemampuan yang sudah dikuasai dalam indikator pencapaian dan kemampuan yang belum dikuasai oleh siswa. Dengan penyajian berupa tabel, akan terlihat jelas indikator kemampuan yang perlu dioptimalkan pada siswa. 2. Tujuan pembelajaran 3. Tema Pembelajaran 4. Materi pembelajaran 5. Metode pembelajaran 6. Media/ alat pembelajaran 7. Skenario pembelajaran 8. Evaluasi Hasil Belajar Tujuan pembelajaran dalam RPP berupa tujuan jangka pendek atau pencapaian KD. Tujuan pembelajaran telah memenuhi komponen ABCD yaitu audience, behavior, condition, dan degree. Namun dalam urutan dalam RPP yaitu DABC. Terdapat tema pembelajaran dalam RPP diletakkan awal sebagai identitas. Tema pembelajaran adalah diri sendiri meliputi mata pelajaran: Bahasa Indonesia, IPS, dan Matematika. Materi mencakup mata pelajaran yang disajikan dalam beberapa mata pelajaran yang mencakup cerita pendek yang memiliki keterkaitan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab, pengamatan, dan pemberian contoh. Media pembelajaran berupa pengalaman siswa, teks, dan gambar Skenario pembelajaran berupa gambaran kegiatan pembelajaran yang akan dilaksakan saat pembelajaran Evaluasi pembelajaran sesuai dengan bidang pengajaran dan materi yang tercantum pada RPP, pada evaluasi juga terdapat lampiran soal-soal yang akan dikerjakan oleh siswa. 245

263 Lampiran 20 Catatan Lapangan Catatan Lapangan 1 Hari/tanggal : Senin, 9 Maret 2015 Tempat : Ruang Kelas Waktu : Kegiatan : Wawancara I dengan guru kelas II Wawancara dengan guru kelas II untuk mengetahui tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dalam implementasi KTSP. Kegiatan wawancara dilakukan selama ± 45 menit di ruang kelas II saat jam istirahat dan kegiatan menari siswa setelah istirahat. Kegiatan wawancara dilakukan setelah peneliti menyiapkan segala sesuatunya yang dibuat sebagai pedoman. Setelah kegiatan wawancara selesai, peneliti berpamitan dan bertemu kepala sekolah untuk mengadakan janji waktu wawancara. Catatan lapangan 2 Hari/tanggal : Senin, 9 Maret 2015 Tempat : Ruang Kepala Sekolah Waktu : Kegiatan : Melakukan wawancara dengan kepala sekolah Peneliti bermaksud untuk membuat janji terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan wawancara dengan kepala sekolah, tetapi tanpa diduga kepala sekolah menawarkan untuk pada saat itu saja. Kepala sekolah menanyakan kesiapan peneliti untuk melakukan wawancara, peneliti sudah menyiapkan pedoman yang digunakan untuk wawancara. Setelah ± 30 menit, kegiatan wawancara selesai peneliti berpamitan pulang. 246

264 Catatan Lapangan 3 Hari/tanggal : Rabu, 11 Maret 2015 Tempat : Ruang kelas II Waktu : Kegiatan : Observasi 1 Pelaksanaan pembelajaran kelas II kurang efektif, kelas sedikit gaduh karena peserta didik kelas sebelah memukul-mukul meja. Pelaksanaan pembelajaran yaitu pelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 s/d 25. Guru tidak menyebutkan tujuan pembelajaran pada siswa yang mengaitkan dengan kehidupan fungsional siswa. Guru membuka pelajaran dengan mengondisikan siswa kemudian berdoa bersama, lalu mengabsen siswa dengan tujuan agar siswa mampu menjawab bila dipanggil guru dengan cara yang santun. Guru mengulang pelajaran sebelumnya tentang cara menghitung penjumlahan dan pengurangan. Guru memberi soal sebagai penugasan siswa. Untuk dua siswa (Df dan Ud) diberi soal sama untuk dikerjakan karena menurut guru kemampuannya sama, untuk Ag diberi soal berbeda karena kemampuan di bawah kedua temannya. Guru melakukan pengecekan (checking) hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal satu per satu, setelah itu siswa beristirahat. Catatan Lapangan 4 Hari/tanggal : Senin, 16 Maret 2015 Tempat : Ruang kepala sekolah Waktu : Kegiatan : Wawancara dengan waka kurikulum Pada pukul WIB peneliti bertemu dengan waka kurikulum untuk melakukan wawancara. Setelah ± 45 menit melakukan wawancara mengenai implementasi KTSP di sekolah tersebut. Peneliti juga memvalidasi pedoman dokumentasi yang berupa dokumen-dokumen yang harus dimiliki guru dalam implementasi KTSP serta pedoman pelaksanaan pembelajaran dengan sesi waka 247

265 kurikulum yang berwenang dalam bidang kurikulum di sekolah tersebut. Setelah kegiatan tersebut selesai, peneliti meminjam dokumen kurikulum. Setelah itu, peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan. Catatan Lapangan 5 Hari/tanggal : Rabu, 18 Maret 2015 Tempat : Ruang kelas II Waktu : Kegiatan : Observasi 2 dan konfirmasi wawancara I dengan guru Kondisi kelas tenang dan berjalan efektif. Jadwal pelajaran hari ini adalah tematik. Namun, dalam pelaksanaannya adalah mata pelajaran IPA tentang kegunaan benda dilangit. Kegiatan awal meliputi prakondisi dengan mengondisikan siswa untuk duduk dan berdoa dengan tenang. Kegiatan inti pembelajaran tentang benda dilangit dan kegunaannya untuk kehidupan seharihari. Kelas kurang berjalan efektif karena kelas lain membuat suara-suara dengan memukul meja. Guru kelas menanyakan siswa satu persatu tentang keberadaan matahari. Di dalam kelas Df bercerita dengan subyek Ud tentang matahari. Karena tempat duduk mereka bersebelahan maka guru memindahkan tempat duduk Df ke belakang bertukar dengan Ag. Ud selalu sibuk sendiri dan membuat gaduh kelas, guru mengalihkan pertanyaan pada Ud. Metode pembelajaran merupakan kuliah atau bercerita. Guru memberikan pembelajaran mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari anak. Guru melakukan prinsip pengulangan dalam pembelajaran. Siswa protes karena pembelajaran diulang-ulang terus. Siswa selalu meminta untuk berganti pelajaran matematika. Saat istirahat peneliti melakukan konfirmasi mengenai hasil wawancara yang pertama. 248

266 Catatan Lapangan 6 Hari/tanggal : Rabu, 25 Maret 2015 Tempat : Ruang kelas II Waktu : Kegiatan : Observasi 3 Hari ini siswa masuk semua. Seperti biasa guru melakukan kegiatan awal yaitu berdoa, absensi, menabung. kemudian guru memberikan materi tentang makanan, guru menuliskan tema lingkungan. dalam pembelajaran ini guru menggunakan metode bercerita dan berceramah, serta tanya jawab kepada siswa. Guru menggunakan pendekatan kehidupan sehari-hari dengan bertanya jawab pada siswa. Siswa mengeluh mengantuk dan mengucapkan sudah bosan dengan pelajaran karena selalu diulang-ulang. Kemudian matematika menghitung 3 angka hingga 5. 2 siswa sama, 1 siswa berbeda soal. Setelah istirahat, dinilaikan ke guru. Mata pelajaran SBK, menggambar bebas. Siap-siap pulang lalu berdoa.tidak dilakukan review materi. Catatan Lapangan 7 Hari/tanggal : Kamis, 26 Maret 2015 Tempat : Ruang kelas II Waktu : Kegiatan : Wawancara 2 (bagian 1) dengan Guru kelas II Peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan guru yang kedua untuk memastikan data yang diperoleh pada kegiatan wawancara yang pertama. Peneliti menanyakan lagi implementasi KTSP meliputi perencaan dan pelaksanaan pembelajaran, dengan pedoman yang sudah sedikit dikembangkan lagi karena pada wawancara pertama data yang diperoleh belum lengkap. Wawancara kedua ini dibagi menjadi dua hari karena pertanyaan yang diajukan lebih banyak dan peneliti memutuskan untuk melanjutkan di hari selanjutnya. 249

267 Catatan lapangan 8 Hari/tanggal : Rabu, 1 April 2015 Tempat : Ruang kelas II Waktu : Kegiatan : Observasi 4 dan wawancara 2 (bagian 2) Hari ini siswa masuk semua. Sebelum masuk, ada dua siswa Ud dan Df bertengkar, kemudian Df menangis. Guru langsung menanyakan penyebab dari pertengkaran tersebut. Guru menenangkan Df agar berhenti menangis. Guru memberikan nasihat pada semua siswa untuk rukun bersama teman, dan menyuruh Ud untuk meminta maaf kepada Df. Melakukan prakondisi sebelum berdoa. Berdoa bersama, lalu absensi. Materi macam benda dan sifatnya. materi padat, cair, dan gas. guru menjelaskan benda padat, serta ciri-ciri benda padat. kemudian benda cair dan ciri-ciri benda cair. karena tak cukup waktu maka benda gas akan dibahas pada materi selanjutnya. Guru memberikan contoh-contoh benda padat di sekitar kelas. Kemudian bertanya-jawab pada siswa tentang materi dan contoh-contohnya. Pada saat istirahat peneliti wawancara dengan guru lagi mengenai evaluasi dan hambatan serta upaya yang dilakukan. Catatan lapangan 9 Hari/tanggal : Rabu, 15 April 2015 Tempat : Ruang kelas II Waktu : Kegiatan : Observasi 5 Pembelajaran tematik diri sendiri, mata pelajaran bahasa indonesia materi tentang kegiatan di pagi hari. Guru melakukan kegiatan awal dengan menyiapkan psikis dan fisik siswa agar tertib ketika berdoa. kemudian berdoa bersama dan memberi salam serta menabung. pembelajaran tematik diri sendiri, mata pelajaran bahasa indonesia materi tentang kegiatan di pagi hari. Guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa. guru langsung masuk pada materi dan langsung 250

268 bertanya jawab pada siswa tentang pesan yang disampaikan pada siswa. Kemudian guru bercerita tentang cerita pendek 'Aku anak pandai' para siswa menirukan dan menulis di buku masing-masing. Guru tidak melakukan refleksi, umpan balik, dan rangkuman pelajaran karena keterbatasan waktu. Kegiatan akhir guru menutup dengan berdoa dan salam. 251

269 Lampiran

270 Lampiran

271 Lampiran

272 Lampiran

273 Lampiran 24 Gambar 1. Ruang kelas II SDLB terdapat 3 buah kursi dan 3 buah meja siswa, 1 meja guru dan kursi guru, papan tulis, dan papan penyekat antar pembeda kelas. Gambar 2. Guru sedang menjelaskan materi pada siswa, setelah menjelaskan guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi yang sudah dijelaskan 256

274 Gambar 3. Guru sedang menuliskan rangkuman materi yang telah dijelaskan sebelumnya Gambar 4. Siswa sedang menulis/menyalin materi yang telah dituliskan guru di papan tulis 257

275 Gambar 5. Guru sedang menilai hasil pekerjaan siswa menyalin pada pelajaran IPA mengenai wujud benda 258

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPING

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPING IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPING ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN MANIK-MANIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN MANIK-MANIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN MANIK-MANIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN BINA DIRI MAKAN PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS III SDLB DI SLB PGRI SUMBERSARI MOYUDAN SLEMAN SKRIPSI

DESKRIPSI KEMAMPUAN BINA DIRI MAKAN PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS III SDLB DI SLB PGRI SUMBERSARI MOYUDAN SLEMAN SKRIPSI DESKRIPSI KEMAMPUAN BINA DIRI MAKAN PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS III SDLB DI SLB PGRI SUMBERSARI MOYUDAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

PENANGANAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA TUNALARAS YANG BERPERILAKU AGRESIF DI LINGKUNGAN ASRAMA SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI

PENANGANAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA TUNALARAS YANG BERPERILAKU AGRESIF DI LINGKUNGAN ASRAMA SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI PENANGANAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA TUNALARAS YANG BERPERILAKU AGRESIF DI LINGKUNGAN ASRAMA SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

Implementasi Pendidikan Segregasi

Implementasi Pendidikan Segregasi Implementasi Pendidikan Segregasi Pelaksanaan layanan pendidikan segregasi atau sekolah luar biasa, pada dasarnya dikembangkan berlandaskan UUSPN no. 2/1989. Bentuk pelaksanaannya diatur melalui pasal-pasal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tentang kurikulum yang termasuk kategori pola lama seperti yang dikemukakan

BAB II KAJIAN TEORI. tentang kurikulum yang termasuk kategori pola lama seperti yang dikemukakan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 1. Kurikulum Terdapat beberapa batasan tentang kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli, baik yang termasuk kategori pola lama maupun kategori pola baru Batasan tentang

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA Makalah Disajikan pada kegiatan Workshop Monev Pelaksanaan KTSP MI, MTs, dan MA Angkatan I Tingkat Propinsi Jawa Barat pada

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN SOSIAL BAGI LANSIA MELALUI HOME CARE SERVICE DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN SOSIAL BAGI LANSIA MELALUI HOME CARE SERVICE DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN SOSIAL BAGI LANSIA MELALUI HOME CARE SERVICE DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP Landasan & Acuan Penyusunan & Pengembangan KTSP UU

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP ISLAM TERPADU (IT) ABU BAKAR YOGYAKARTA SKRIPSI

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP ISLAM TERPADU (IT) ABU BAKAR YOGYAKARTA SKRIPSI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP ISLAM TERPADU (IT) ABU BAKAR YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MERAWAT DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB DI SLB BHAKTI PERTIWI PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

PEMBELAJARAN MERAWAT DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB DI SLB BHAKTI PERTIWI PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI PEMBELAJARAN MERAWAT DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB DI SLB BHAKTI PERTIWI PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR MASJID SYUHADA YOGYAKARTA SKRIPSI

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR MASJID SYUHADA YOGYAKARTA SKRIPSI IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR MASJID SYUHADA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP)

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI KELAS 2 SDLB SLB INSAN MANDIRI DLINGO SKRIPSI

KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI KELAS 2 SDLB SLB INSAN MANDIRI DLINGO SKRIPSI KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI KELAS 2 SDLB SLB INSAN MANDIRI DLINGO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP KLIEN PADA PELAKSANAAN BIMBINGAN KETERAMPILAN DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) YOGYAKARTA SKRIPSI

PENDAMPINGAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP KLIEN PADA PELAKSANAAN BIMBINGAN KETERAMPILAN DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) YOGYAKARTA SKRIPSI PENDAMPINGAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP KLIEN PADA PELAKSANAAN BIMBINGAN KETERAMPILAN DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA (PSKW) YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD N BENDUNGAN IV WATES KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD N BENDUNGAN IV WATES KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD N BENDUNGAN IV WATES KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari BSNP, dalam menyusun tesis. Data selanjutnya digunakan

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PADA MATA. PELAJARAN PKn SISWA KELAS V SD NEGERI II MOJORENO

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PADA MATA. PELAJARAN PKn SISWA KELAS V SD NEGERI II MOJORENO PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS V SD NEGERI II MOJORENO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Siti Sumaryasih NIM

SKRIPSI. Oleh Siti Sumaryasih NIM PENGAJARAN REMIDIAL DENGAN KARTU ANGKA DAN PUZZLE ANGKA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN SIMBOL BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS III SDLB DI SLB DAYA ANANDA KALASAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah. TELAAH KURIKULUM DOC. 1 BAGIAN AWAL A. Cover Deskripsi 1. Ada logo sekolah. 2. Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah dan Tahun Pelajaran) 3. Menulis alamat sekolah dengan lengkap B. Lembar Pemberlakuan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah Instrumen Review KTSP Berikut ini Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1 1 Cover/halaman judul Terdapat logo sekolah/daerah Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah...) Menulis alamat

Lebih terperinci

PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN SKRIPSI

PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN SKRIPSI PENINGKATAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MELAKSANAKAN KOMUNIKASI BISNIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Skripsi dengan judul Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi

PERSETUJUAN. Skripsi dengan judul Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi PERSETUJUAN Skripsi dengan judul Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi Yogyakarta yang disusun oleh Anggar Setiawan, NIM 10603141023 ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionaldisebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

Lebih terperinci

KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SLEMAN DALAM PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH SKRIPSI

KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SLEMAN DALAM PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH SKRIPSI KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SLEMAN DALAM PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di Indonesia kembali mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di Indonesia kembali mengalami perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional di Indonesia kembali mengalami perubahan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga mengalami perubahan. Begitu pula dengan kurikulum yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut bahan

Lebih terperinci

PERAN PEMBELAJARAN PKn DAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MAN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

PERAN PEMBELAJARAN PKn DAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MAN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI PERAN PEMBELAJARAN PKn DAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MAN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

YULIANA DWI SUPATMI NIM: A

YULIANA DWI SUPATMI NIM: A PEMAHAMAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM PENYUSUNAN DAN PENERAPAN SILABUS BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KELAS VIIA SEMESTER II DI SMP N 4 KLATEN TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ernisa Purwandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Ernisa Purwandari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Istilah individu berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari individu penyandang cacat tetapi individu berkebutuhan khusus mencakup

Lebih terperinci

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP a. Cara Pengisian Instrumen: Beri tanda checklist (V) pada; ) 0 apabila tidak ada ) apabila Ada/Kurang atau tidak lengkap ) apabila Ada/Cukup /Cukup Lengkap )

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SD NEGERI LOBANG 02 LIMPUNG

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XI

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XI PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Arif Ramadhan NIM : K1209009 Jurusan/Program studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menyatakan bahwa skripsi saya yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam hal perkembangan potensinya dalam semua aspek. Sejalan dengan perkataan A.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA KELAS III SDN MOJOREJO 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara di Indonesia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia bermacam-macam,

Lebih terperinci

: AMBAR WAHYU NINGSIH A

: AMBAR WAHYU NINGSIH A PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK BONGKAR PASANG BAGI SISWA KELAS V SD N 1 NGEMPLAK KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SDN KAYEN 01 PATI TAHUN 2013

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SDN KAYEN 01 PATI TAHUN 2013 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SDN KAYEN 01 PATI TAHUN 2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan meliputi rencana dan proses yang akan menentukan hasil yang ingin di capai sebagaimana termasuk dalam UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat (1) tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan masyarakat yang begitu cepat sebagai dampak dari kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi, membawa akibat positif dan sekaligus akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu modal seseorang untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pada dasarnya setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Apriyani NIM

SKRIPSI. Oleh Apriyani NIM PENGGUNAAN MEDIA BLOK DIENES DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MELALUI METODE JOURNALIST S QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I DELANGGU

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MELALUI METODE JOURNALIST S QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I DELANGGU UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MELALUI METODE JOURNALIST S QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS Mumpuniati PLB-FIP-UNY 1. Menstimulasi peredaran darah 2. Mestimulasi pertumbuhan syaraf 3. Menambah koordinasi gerak yang selanjutnya

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu secara optimal sehingga dapat hidup mandiri. Pendidikan di Indonesia telah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita

BAB I PENDAHULUAN. Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita dititikberatkan pada kecakapan vokasional. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa mereka mengalami

Lebih terperinci

PROGRAM KEBUTUHAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DAN SEDANG Oleh: Atang Setiawan

PROGRAM KEBUTUHAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DAN SEDANG Oleh: Atang Setiawan PROGRAM KEBUTUHAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DAN SEDANG Oleh: Atang Setiawan A. Pendahuluan Kurikulum sebagai bangun dasar dari sebuah proses pendidikan merupakan saripati masyarakat dalam

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BAGI SISWA KELAS X TP2 SEMESTER GENAP SMK YP DELANGGU TAHUN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Oleh Yunan Helmi El Faris NIM

Oleh Yunan Helmi El Faris NIM PERANAN PENDIDIK PAUD DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI PAUD NAHLA DESA JATIBANTENG KECAMATAN JATIBANTENG KABUPATEN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh ELOK FAIQOH

SKRIPSI. Oleh ELOK FAIQOH PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS: MELENGKAPI CERITA RUMPANG DENGAN BANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN MLOKOREJO 03 KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SKRIPSI diajukan guna

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013

IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013 IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (EKONOMI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (EKONOMI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (EKONOMI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Sempu - Banyuwangi Materi

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Implementasi Program Vokasional bagi Anak Tunagrahita Een Ratnengsih Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia email : ratnengsih_een@upi.edu Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

KESENJANGAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK TENTANG BERTOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA

KESENJANGAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK TENTANG BERTOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA KESENJANGAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK TENTANG BERTOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA (Analisis Isi Buku Teks PPKn pada Materi Bab VI Terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kurikulum

Lebih terperinci

DEDY CANDRA PRANATA NIM.

DEDY CANDRA PRANATA NIM. PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBEARUM 02 KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI OLEH : DEDY

Lebih terperinci

HASAN ABDUL CHOLIL A

HASAN ABDUL CHOLIL A PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING (PTK Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 2 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013) S K R I P S I Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bangsa Indonesia sedang mengerahkan segala daya upaya untuk melakukan pembangunan di segala bidang demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Sekolah Dasar (SD) yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: DEVI HAYUNINGATI

SKRIPSI. Oleh: DEVI HAYUNINGATI PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV MELALUI PENERAPAN VIDEO PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI SDN PADOMASAN 01 JEMBER SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Rizki Panji Ramadana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN READING GUIDE DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN SISWA KELAS VII A SEMESTER II SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

SKRIPSI SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI 1 PANUNGGALAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

MOTTO. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 6) Usaha dan doa itu mutlak. Mereka adalah pasangan yang tidak bisa

MOTTO. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 6) Usaha dan doa itu mutlak. Mereka adalah pasangan yang tidak bisa MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 6) Usaha dan doa itu mutlak. Mereka adalah pasangan yang tidak bisa ditolak.(penulis) Be your self and always be positive. (Penulis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia mengalami suatu kemajuan sehingga berpengaruh pula kepada bidang pendidikan. Pendidikan ini diharapkan mampu

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar SUTINI NIM A54E090112

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar SUTINI NIM A54E090112 PENINGKATAN KEBERANIAN BERBICARA DALAM BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MEDIA GAMBAR CERITA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI SUKOLILO 05 SUKOLILO PATI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Suhardi NIM :

SKRIPSI. Oleh Suhardi NIM : PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA BILANGAN BULAT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MISTAR BILANGAN KELAS V A SDN GUWOSARI KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penddikan adalah hak setiap warga negara. Negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan untuk semua warga negaranya tanpa diskriminasi. Pendidikan untuk semua diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan

Lebih terperinci