1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kulit (leather) merupakan salah satu sektor industri yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Pada data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil tahunan tercatat bahwa salah satu jenis industri yang mengalami pertumbuhan produksi tertinggi pada tahun 2012 adalah Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki dengan peningkatan sebesar 8,89 persen [1]. Kemudian pada tahun 2013, pertumbuhan produksi jenis industri kulit tersebut adalah sebesar 9,32 persen [2]. Pada data Eurostat tercatat bahwa Indonesia termasuk salah satu pemasok barang kulit terbesar ke Uni Eropa. Data tersebut menunjukkan bahwa kulit mempunyai potensi tinggi pada industri dalam negeri dan layak dipertimbangkan dalam ekspor Indonesia. Selain sebagai komoditi ekspor, barang kulit juga diminati oleh banyak konsumen di dalam negeri. Beraneka produk dengan berbagai model terbaru terus bermunculan. Namun tidak semua produk tersebut terbuat dari kulit asli (genuine leather), sebagian terbuat dari kulit imitasi (synthetic leather). Beberapa keunggulan kulit asli dibandingkan imitasi antara lain dari segi ketahanan, kelenturan, dan kenyamanan. Pada kulit sapi khususnya, jika dibandingkan dengan beberapa negara lain seperti Australia dan RRC kulit sapi asli Indonesia memiliki keunggulan karena lebih lentur, ulet, tidak mudah sobek, dan tekstur yang lebih menarik [3]. Daya tahan termasuk dalam parameter yang menentukan kualitas sebuah produk. Hal tersebut antara lain dinyatakan oleh [4] dalam [5] dan [6] dalam [5]. Lebih lanjut, dalam penelitiannya [5] menyimpulkan bahwa kualitas produk dan kualitas layanan mempunyai pengaruh pada kepuasan konsumen. Selain kualitas, [6] dalam [5] menyebutkan parameter lain dari dimensi kualitas produk yaitu perceived quality. Istilah ini bisa diartikan sebagai kesan kualitas, yang diartikan oleh [5] sebagai hasil dari penggunaan pengukuran 1

2 yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Kulit imitasi merupakan lembaran kulit tiruan yang diusahakan mirip dengan dengan kulit asli. Lembaran tersebut pada dasarnya terdiri atas lebih dari satu lapisan. Lapisan atas yang terbuat dari kompon polivinil klorida (PVC) atau poliuretan (PU) merupakan bagian yang dicetak dengan tekstur menyerupai kulit asli. Lapisan dasar terbuat dari kain yang berfungsi sebagai penguat. Di antara dua lapisan tersebut bisa ditambahkan busa sebagai lapisan tengahnya. Dengan semakin berkembangnya teknologi polimer maka semakin sulit untuk membedakan kulit imitasi dari kulit asli secara langsung. Ketika masih dalam bentuk lembaran, kemungkinan untuk mengetahui perbedaan tersebut bisa dilakukan secara lebih mudah. Hal tersebut dikarenakan terlihat perbedaan yang jelas pada bagian bawah lembaran. Namun apabila sudah dalam bentuk produk jadi maka akan sulit untuk mengetahuinya. Cara yang dahulu lazim digunakan semisal membakar permukaan produk semakin tidak relevan karena sekarang kulit imitasi semakin menyerupai kulit termasuk ketahanannya terhadap panas. Harga yang tinggi tidak selalu menjadi jaminan bahwa sebuah produk terbuat dari kulit asli. Sedangkan konsumen bersedia membayar lebih mahal dengan harapan memperoleh keunggulan dari produk kulit yang asli. Dalam studinya Navarone [7] menyatakan sebagai berikut menurut Dodds [8] dalam [7] minat membeli dipengaruhi oleh nilai dari produk yang dievaluasi. Nilai merupakan perbandingan antara kualitas dan keunggulan produk terhadap pengorbanan dalam memperoleh suatu produk atau layanan. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar daripada pengorbanan untuk mendapatkannya maka dorongan konsumen untuk membeli produk tersebut akan semakin tinggi dan berpengaruh pula untuk kembali membeli produk tersebut di waktu lain [9] dalam [7]. Tekstur merupakan salah satu karakteristik kulit yang bisa diamati dan dianalisis secara visual. Untuk melakukan analisis tekstur kulit diperlukan pengetahuan dan keahlian. Selain itu juga diperlukan pengalaman [10], yang tidak 2

3 semua orang memilikinya. Dengan bantuan komputer dan metode analisis citra hal tersebut bisa dilakukan. Beberapa metode untuk analisis tekstur antara lain adalah metode statistikal, metode struktural, metode berbasis model, dan metode berbasis transformasi atau analisis pada domain frekuensi [10], [11]. Analisis tekstur metode struktural tidak sesuai diterapkan pada kulit karena tekstur pada kulit merupakan tekstur tidak teratur atau acak [10]. Tekstur dengan sifat acak sesuai untuk penerapan analisis berdasarkan karakter statistik [12]. Salah satu metode statistikal untuk ekstraksi ciri tekstur yang banyak digunakan adalah Gray Level Co-occurrence Matrices (GLCM) [13]. Dalam penelitian mengenai deteksi dan klasifikasi defek pada kulit mentah dan pada kulit yang telah melalui proses pengawetan wet blue, Pistori [14] menerapkan metode GLCM untuk ekstraksi ciri dari citra kulit tersebut. GLCM juga digunakan oleh Jian [15] dalam melakukan ekstraksi ciri untuk klasifikasi defek kulit dengan metode decision tree. Untuk menganalisis tekstur kayu dan mengklasifikasikannya Wang [16] dan Pramunendar [17] menggunakan GLCM untuk ekstraksi ciri citra kayu tersebut. 1.2 Perumusan masalah Dengan kondisi tersebut di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: adanya kesulitan dalam membedakan kulit sapi tersamak dengan kulit imitasi melalui pengamatan visual secara langsung karena kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli. Maka diperlukan teknik ekstraksi ciri dan klasifikasi yang tepat untuk mengidentifikasi keaslian kulit sapi yang sudah tersamak. 1.3 Keaslian penelitian Terdapat berbagai penelitian tentang kulit berbasis citra dengan menggunakan beragam metode. Masing-masing penelitian dilakukan dengan tujuan tertentu. Subagyo [18] mengevaluasi dimensi kulit dengan tujuan mengukur luas bentangan permukaan kulit menggunakan metode Multivariate Image Analysis (MIA). Wang [10] menggunakan metode Improved Statistical 3

4 Geometrical Feature (ISGF) untuk mengklasifikasikan kulit tersamak ke dalam dua kelompok yaitu samak krom dan samak nabati. Wang membandingkan ISGF dengan Statistical Geometrical Feature (SGF) dan menyimpulkan bahwa ISGF jauh lebih baik dibanding SGF karena lebih stabil, tingkat akurasi lebih tinggi dan biaya komputasi lebih rendah. Sedangkan SGF tidak sesuai untuk mendeskripsikan tekstur kulit. Untuk classifier Wang membandingkan fisher dengan LVQ neural network dan mendapatkan hasil fisher lebih sesuai untuk klasifikasi tekstur kulit tersamak. Masalah paling penting pada klasifikasi tekstur adalah ekstraksi ciri yang paling bagus dalam menunjukkan karakteristik tekstur dari sebuah citra. Hal tersebut dikemukakan oleh Wang [19] yang melakukan penelitian tentang klasifikasi kulit domba menjadi lima jenis. Wang melakukan ekstraksi ciri yang terdiri atas tiga bagian yaitu ciri dari distribusi intensitas, ciri dari spektrum energi, dan deteksi ciri lokal, dilanjutkan dengan klasifikasi citra kulit. Pada tahap pelatihan digunakan citra sebanyak 25 buah dan untuk tahap pengujian digunakan 9 buah citra, masing-masing citra berukuran 128x128 piksel dengan 256 derajat keabuan. Dari kesembilan citra pengujian, delapan citra berhasil diklasifikasikan dengan benar dan satu citra salah. Lovergine [20] menganalisis tekstur kulit dengan pendekatan morfologi untuk mendeteksi adanya cacat atau kerusakan (defect) pada kulit. Kerusakan diidentifikasi dengan menganalisis variasi orientasi dominan gradien pada intensitas citra. Proses ini dilakukan terhadap citra keabuan (gray-level images) karena analisis orientasi tidak memerlukan warna namun memerlukan kriteria yang jelas untuk membedakan antara tekstur alami kulit dengan area yang mengalami kerusakan. Analisis tekstur kulit juga digunakan oleh Kwon [21] untuk menentukan kualitas (grading) kulit berdasarkan ektraksi densitas dan cacat atau kerusakan yang ada. Kerusakan pada kulit dikelompokkan dalam lubang, lubang kecil, goresan, dan kerutan. Penggolongan kerusakan kulit tidak terbatas pada empat hal tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Jian [15] membagi cacat kulit menjadi empat kelompok yaitu rusak karena terpotong, goresan, cap, dan kelainan. Metode yang digunakan berdasarkan neural network dan decision tree. Deteksi defek pada permukaan kulit juga menjadi topik penelitian Fuqiang [22] di 4

5 mana deteksi berdasarkan ciri entropy dan adaptive wavelet packet kemudian neural network digunakan untuk klasifikasi defek tersebut. Dari sekian banyak penelitian dengan topik citra kulit, beberapa membahas mengenai klasifikasi kulit tersamak seperti yang dilakukan oleh Wang [10] dan Wang [19]. Dan sebagian besar lainnya membahas mengenai deteksi cacat (defek) kulit dan atau klasifikasinya berdasarkan analisis tekstur kulit. Akan tetapi belum ditemukan penelitian yang membahas mengenai analisis tekstur kulit untuk keperluan deteksi keaslian kulit dengan spesifikasi tertentu. Penelitian yang akan dilakukan adalah identifikasi keaslian kulit sapi tersamak berbasis ekstraksi ciri citra kulit menggunakan metode gray level cooccurrence matrix (GLCM). Dari hasil percobaan dan analisis bisa diketahui standar dan atau jangkauan nilai parameter yang dimiliki citra kulit dengan spesifikasi tertentu, misal citra kulit sapi tersamak. Dengan menggunakan standar tersebut sebagai acuan maka bisa dibuat sebuah sistem identifikasi untuk mengetahui keaslian kulit berdasarkan citranya. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Ekstraksi ciri dari citra kulit. Hal ini penting dilakukan untuk menghasilkan informasi penting yang bisa merepresentasikan citra kulit. 2. Identifikasi keaslian kulit berdasarkan hasil yang diperoleh dari ekstraksi ciri. 3. Pengujian dan analisis yang dilakukan untuk mengetahui performansi dari sistem yang dibangun. Kulit yang dimaksud adalah kulit sapi yang telah disamak. 5

6 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut: 1) untuk ilmu pengetahuan: sebagai salah satu sarana pembelajaran khususnya pada pendidikan yang mempelajari tentang perkulitan, baik teknologi pengolahan kulit maupun teknologi bahan kulit 2) untuk dunia industri: sebagai alat perbandingan, khususnya antara kulit sapi asli dan imitasi 3) manfaat lebih lanjut bagi industri adalah membantu peningkatan industri kulit sapi di Indonesia. 6

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan dunia industri manufaktur zaman sekarang yang berkembang dengan pesat menuntut perusahaan untuk memiliki daya saing tinggi, baik dari segi kualitas maupun

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK KLASIFIKASI JENIS KULIT SAPI TERSAMAK

PENERAPAN MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK KLASIFIKASI JENIS KULIT SAPI TERSAMAK PENERAPAN MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK KLASIFIKASI JENIS KULIT SAPI TERSAMAK Nunik Purwaningsih Dosen Program Studi Teknologi Pengolahan Produk Kulit Politeknik Negeri ATK Yogyakarta E-mail: nunikpurwa@atk.ac.id

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA KULIT SAPI BERBASIS CO-OCCURRENCE MATRIX

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA KULIT SAPI BERBASIS CO-OCCURRENCE MATRIX EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA KULIT SAPI BERBASIS CO-OCCURRENCE MATRIX Nunik Purwaningsih1), Indah Soesanti2), Hanung Adi Nugroho3) 1) Pascasarjana Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kain adalah bahan dasar dari pakaian yang biasa digunakan sebagai kebutuhan pokok manusia untuk melindungi dan menutup dirinya. Kain pun dapat menjadi identitas suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Saluran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus dan paru-paru (bronkiolus, alveolus). Paru-paru merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekstur pada citra memiliki peranan penting dalam menyelesaikan banyak tugas pada sistem visual seperti pemeriksaan permukaan, pengelompokan objek, pemeriksaan kualitas,

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR...

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv BERITA ACARA TUGAS AKHIR... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

HALAMAN SAMPUL SKRIPSI PENGENALAN POLA TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK

HALAMAN SAMPUL SKRIPSI PENGENALAN POLA TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK HALAMAN SAMPUL SKRIPSI PENGENALAN POLA TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK Oleh: MOH SHOCHWIL WIDAT 2011-51-034 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MACAN TUTUL DENGAN METODE GREY LEVEL COOCURENT MATRIX ( GLCM) Zuly Budiarso Fakultas teknologi Informasi, Univesitas Stikubank Semarang

IDENTIFIKASI MACAN TUTUL DENGAN METODE GREY LEVEL COOCURENT MATRIX ( GLCM) Zuly Budiarso Fakultas teknologi Informasi, Univesitas Stikubank Semarang IDENTIFIKASI MACAN TUTUL DENGAN METODE GREY LEVEL COOCURENT MATRIX ( GLCM) Zuly Budiarso Fakultas teknologi Informasi, Univesitas Stikubank Semarang Abstrak Tekstur (Textures) adalah sifat-sifat atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri atau sifat-sifat yang terdapat didalam citra dan membentuk suatu pola-pola dengan interval

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang tumbuh di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan berasal dari Indonesia yang menjadi komoditas utama perdagangan nasional serta mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia industri manufaktur pada masa kini menuntut perusahaan untuk memiliki daya saing tinggi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas produk yang

Lebih terperinci

Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE)

Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE) I Gusti Rai Agung Sugiartha

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

DETEKSI PENYAKIT KULIT MENGUNAKAN FILTER 2D GABOR WAVELET DAN JARINGAN SARAF TIRUAN RADIAL BASIS FUNCTION

DETEKSI PENYAKIT KULIT MENGUNAKAN FILTER 2D GABOR WAVELET DAN JARINGAN SARAF TIRUAN RADIAL BASIS FUNCTION 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kulit merupakan pelindung tubuh kita pertama kali dari benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Kulit terdiri dari lapisan epidermis berupa lapisan kulit mati dan dermis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI JENIS CITRA KEABUAN, HSV, DAN L*a*b* PADA IDENTIFIKASI JENIS BUAH PIR

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI JENIS CITRA KEABUAN, HSV, DAN L*a*b* PADA IDENTIFIKASI JENIS BUAH PIR PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI JENIS CITRA KEABUAN, HSV, DAN L*a*b* PADA IDENTIFIKASI JENIS BUAH PIR Mulia Octavia 1), Jesslyn K 2), Gasim 3) 1), 2),3) Program Studi Teknik Informatika STMIK GI MDP Jl. Rajawali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kayu merupakan salah satu komoditi yang dapat digunakan untuk beberapa keperluan, seperti bahan bangunan, furniture, dll. Setiap jenis kayu memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kulit merupakan bahan yang kuat dan fleksibel yang terbuat dari kulit hewan melalui proses khusus. Produk yang terbuat dari bahan kulit antara lain adalah alas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur menuntut perusahaan untuk untuk memiliki daya saing tinggi, baik itu skala nasional maupun internasional. Kegiatan ekspor dan impor

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX Karina Auliasari, Bastian, Bella Fardani, Zulkifli, Ivandi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri keramik yang terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware), genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru telah menjadi salah satu kanker yang sering terjadi dalam beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang tak terkendali pada

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH BAB II IDENTIFIKASI DAERAH TERKENA BENCANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen bencana salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Program P rinsip kerja program yaitu dengan melakukan pra pengolahan citra terhadap foto fisik dari permukaan buah manggis agar ukuran seluruh data

Lebih terperinci

PENENTUAN JENIS FRAKTUR BATANG (DIAFISIS) PADA TULANG PIPA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DAN SUPPORT VECTOR MACHINE

PENENTUAN JENIS FRAKTUR BATANG (DIAFISIS) PADA TULANG PIPA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pengolahan citra digital terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Teknologi tersebut dapat digunakan untuk memudahkan dan menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Buah-buahan merupakan salah satu kelompok komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi. Permintaan domestik terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan penelitian dibutuhkan perangkat lunak yang dapat menunjang penelitian. Perangkat keras dan lunak yang digunakan dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) Metode GLCM menurut Xie dkk (2010) merupakan suatu metode yang melakukan analisis terhadap suatu piksel pada citra dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Tim Koordinasi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH Rikko Ismail Hardianzah 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA BERAS BERDASARKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN MENGGUNAKAN k-nearest NEIGHBOUR

KLASIFIKASI CITRA BERAS BERDASARKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN MENGGUNAKAN k-nearest NEIGHBOUR MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR KLASIFIKASI CITRA BERAS BERDASARKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN MENGGUNAKAN k-nearest NEIGHBOUR Eko Prasetyo, Imam Santoso, Budi Setiyono. Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merupakan tanaman yang banyak dibutuhkan untuk kehidupan sehari hari seperti memasak, baik secara langsung ataupun diolah dahulu. Salah satu contoh produk olahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan dewasa ini tidak bisa dipisahkan dengan teknologi yang terus berkembang. Pengembangan teknologi yang erat kaitannya dengan dunia kesehatan atau dunia

Lebih terperinci

DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ. Muhammad Imron Rosadi 1

DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ. Muhammad Imron Rosadi 1 DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ Muhammad Imron Rosadi 1 Prodi Teknik Informatika, Universitas Yudharta Pasuruan Purwosari 67162 Pasuruan Jawa Timur 1 Email : Imron_uyp@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Bab III ANALISIS&PERANCANGAN Pada penelitian sebelumnya yaitu ANALISIS CBIR TERHADAP TEKSTUR CITRA BATIK BERDASARKAN KEMIRIPAN CIRI BENTUK DAN TEKSTUR (A.Harris Rangkuti, Harjoko Agus;

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) dan GABOR FILTER DALAM PENGENALAN MOTIF BATIK OLEH : ANUGRAH SURADIPURWO NIM : 41508110061

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Implementasi Aplikasi Bagian ini membahas implementasi aplikasi yang telah dibuat untuk dilakukan pengujian terhadap aplikasi sehingga akan diketahui hasil dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan kata dalam dunia teknologi informasi merupakan suatu permasalahan yang tidak asing dalam bidang kecerdasan buatan. Pengenalan kata dalam bidang kecerdasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

Ekstraksi Ciri Citra Batik Berdasarkan Tekstur Menggunakan Metode Gray Level Co Occurrence Matrix

Ekstraksi Ciri Citra Batik Berdasarkan Tekstur Menggunakan Metode Gray Level Co Occurrence Matrix Ekstraksi Ciri Citra Batik Berdasarkan Tekstur Menggunakan Metode Gray Level Co Occurrence Matrix Rizky Andhika Surya, Abdul Fadlil, Anton Yudhana Magister Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN SIMULASI IMAGE RETREIVAL MENGGUNAKAN METODE COLOR HISTOGRAM, GREY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX DAN KNN (Design and Simulation of Image Retreival Using Color Histogram, Grey Level Co-Occurrence

Lebih terperinci

Cucun Very Angkoso ~

Cucun Very Angkoso ~ Klasifikasi Tumor dan Kista pada Citra Panoramik Gigi Manusia Menggunakan Metode Support Vector Machine (SVM) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng Dr. I Ketut Eddy Purnama, S.T.,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM) PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM) Rima Tri Wahyuningrum *) Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra tampak dan citra tak tampak.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi berisi tahapan-tahapan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka pemikiran. Seperti tercantum pada Gambar 9. Mulai Potongan kayu Alat pinda i (scanner) Identifikasi

Lebih terperinci

Sistem perolehan citra berbasis isi Berdasarkan tekstur menggunakan metode Gray level co-occurrence matrix dan Euclidean distance

Sistem perolehan citra berbasis isi Berdasarkan tekstur menggunakan metode Gray level co-occurrence matrix dan Euclidean distance Vol 1, No 3 Desember 2010 ISSN 2088-2130 Sistem perolehan citra berbasis isi Berdasarkan tekstur menggunakan metode Gray level co-occurrence matrix dan Euclidean distance * Fitri Damayanti, ** Husni, ***

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini 34 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Dalam proses diagnosis kanker payudara dibutuhkan akurasi yang tinggi untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pengolahan Citra untuk Identifikasi Kerusakan Kemasan Minuman Kaleng

Pengolahan Citra untuk Identifikasi Kerusakan Kemasan Minuman Kaleng Pengolahan Citra untuk Identifikasi Kerusakan Kemasan Minuman Kaleng Damage identification of packaging beverage can by image processing application Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok penduduk dunia salah satunya Indonesia sebagai Negara dengan tingkat konsumsi beras mencapai 139 kilogram perkapita per tahun dan menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang Teknologi Informasi sangat pesat. Hampir seluruh bidang-bidang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang Teknologi Informasi sangat pesat. Hampir seluruh bidang-bidang dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya dalam bidang Teknologi Informasi sangat pesat. Hampir seluruh bidang-bidang dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat banyak memberi pengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Dan kebutuhan manusia akan teknologi untuk mempermudah melakukan

Lebih terperinci

DETEKSI ADANYA CACAT PADA KAYU MENGGUNAKAN METODE LOCAL BINARY PATTERN DETECTION OF THE EXISTENCE OF THE DEFECTS IN WOOD USING LOCAL BINARY PATTERN

DETEKSI ADANYA CACAT PADA KAYU MENGGUNAKAN METODE LOCAL BINARY PATTERN DETECTION OF THE EXISTENCE OF THE DEFECTS IN WOOD USING LOCAL BINARY PATTERN ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 298 DETEKSI ADANYA CACAT PADA KAYU MENGGUNAKAN METODE LOCAL BINARY PATTERN DETECTION OF THE EXISTENCE OF THE DEFECTS IN WOOD USING

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS IKAN BANDENG MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES BERDASARKAN TEKSTUR PADA CITRA ABSTRAK

PENENTUAN KUALITAS IKAN BANDENG MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES BERDASARKAN TEKSTUR PADA CITRA ABSTRAK PENENTUAN KUALITAS IKAN BANDENG MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES BERDASARKAN TEKSTUR PADA CITRA Rahmanika Ratna Sari 1, Hanny Haryanto 2 1,2 Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Buah Jeruk Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit

Identifikasi Jenis Buah Jeruk Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit IJCCS, Vol.x, No.x, Julyxxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Jenis Buah Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit Reni Resita *1, Juratminingsih *2, Gasim 3 1,2 STMIK GI MDP; Jl. Rajawali

Lebih terperinci

Panjang bin dari setiap penggabungan disesuaikan dengan skala yang digunakan,

Panjang bin dari setiap penggabungan disesuaikan dengan skala yang digunakan, Panjang bin dari setiap penggabungan disesuaikan dengan skala yang digunakan, misalnya penggabungan, +, maka panjang bin yang dihasilkan sebesar 28 bin. 2. Penggabungan operator dengan, Setiap histogram

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang komputer merupakan suatu bidang yang tidak akan pernah berhenti dan selalu berkembang kegunaanya hingga sekarang ini. Teknologi baru dan aplikasi baru selalu

Lebih terperinci

ISBN: Cetakan Pertama, tahun Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

ISBN: Cetakan Pertama, tahun Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini PENGENALAN POLA; Aplikasi untuk Pengenalan Wajah, Analisis Tekstur Obyek, Pengenalan Plat Nomor Kendaraan dan Segmentasi Pembuluh Darah, oleh Dr. Arif Muntasa, S.Si., M.T. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan dibidang kecerdasan buatan sedemikian pesatnya, seperti penelitian segmentasi dokumen. Segmentasi dokumen membuat pengguna menjadi mudah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Retrival Citra Saat ini telah terjadi peningkatan pesat dalam penggunaan gambar digital. Setiap hari pihak militer maupun sipil menghasilkan gambar digital dalam ukuran giga-byte.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Desain Penelitian 34 35 Penjelasan dari skema gambar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi ternyata berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Semuanya merupakan informasi yang sangat penting. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

Journal of Control and Network Systems

Journal of Control and Network Systems JCONES Vol. 5, No. 1 (2016) 158-163 Journal of Control and Network Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone IDENTIFIKASI JENIS PENYAKIT DAUN TEMBAKAU MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN TUGAS...iv HALAMAN MOTTO...vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR GAMBAR...xv

Lebih terperinci

VOLUME 6 No. 2, 22 Juni 2017 Halaman

VOLUME 6 No. 2, 22 Juni 2017 Halaman ISSN 2089-6131 (Print) ISSN 2443-1311 (Online) DOI 10.22146/teknosains.26972 https://jurnal.ugm.ac.id/teknosains JURNAL TEKNOSAINS VOLUME 6 No. 2, 22 Juni 2017 Halaman 59-138 METODE KLASIFIKASI MUTU JAMBU

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Mempelajari dasar-dasar teori dan mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan batubara, jenis batubara, metode ekstraksi ciri Discrete Wavelet

Mempelajari dasar-dasar teori dan mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan batubara, jenis batubara, metode ekstraksi ciri Discrete Wavelet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara adalah bahan bakar fosil yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara terbentuk

Lebih terperinci

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan dari tugas akhir ini.

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan dari tugas akhir ini. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan dari tugas akhir ini. I.1 Latar Belakang Perkembangan interaksi

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK MENDETEKSI KERUSAKAN BIJI PINANG DENGAN METODE PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK MENDETEKSI KERUSAKAN BIJI PINANG DENGAN METODE PROBABILISTIC NEURAL NETWORK APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK MENDETEKSI KERUSAKAN BIJI PINANG DENGAN METODE PROBABILISTIC NEURAL NETWORK 1) Rusli, 2) Usman Baafai, 3) Tulus 1) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lhokseumawe,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan proses penyakit yang terjadi karena sel abnormal mengalami mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal membentuk klon dan berproliferasi secara abnormal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan syaraf tiruan merupakan bidang ilmu yang banyak digunakan dalam melakukan pengenalan pola suatu obyek. Banyak obyek yang dapat digunakan untuk pengenalan pola

Lebih terperinci

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE

GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE GRAY LEVEL COOCURENCE MATRIX SEBAGAI PENGEKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN NASKAH BRAILLE Yegar Sahaduta 1), Chairisni Lubis 2) 1) Fakultas Teknologi Informasi-Universitas Tarumanagara Jl. S. Parman No.1,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM OTOMATISASI KLASIFIKASI KUALITAS KULIT BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY LOGIC TERINTEGRASI DENGAN PLC S DI

PERANCANGAN SISTEM OTOMATISASI KLASIFIKASI KUALITAS KULIT BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY LOGIC TERINTEGRASI DENGAN PLC S DI PERANCANGAN SISTEM OTOMATISASI KLASIFIKASI KUALITAS KULIT BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY LOGIC TERINTEGRASI DENGAN PLC S7 1200 DI PT. KARYAMITRA BUDISENTOSA Dodik Pradana 1, Rino Andias Anugraha

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN JENIS KAYU BERBASIS CITRA G A S I M

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN JENIS KAYU BERBASIS CITRA G A S I M JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN JENIS KAYU BERBASIS CITRA G A S I M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK Pengenalan jenis kayu yang sering dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI JENIS IKAN KOI MENGGUNAKAN GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRIX DAN ALGORITMA NAIVE BAYES

KLASIFIKASI JENIS IKAN KOI MENGGUNAKAN GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRIX DAN ALGORITMA NAIVE BAYES KLASIFIKASI JENIS IKAN KOI MENGGUNAKAN GRAY LEVEL CO- OCCURRENCE MATRIX DAN ALGORITMA NAIVE BAYES Tri Adhi Atmaji 1, Catur Supriyanto 2 Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kemungkinan tulisan dengan huruf yang khas mempunyai histories

BAB I PENDAHULUAN. banyak kemungkinan tulisan dengan huruf yang khas mempunyai histories BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan sebuah tulisan bagi masyarakat, merupakan hal yang penting untuk berkomunikasi dengan orang lain selain dengan bahasa (lisan). Disisi lain banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proses pencocokan citra dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengukur pasangan titiktitik sekawan antara citra satu dengan citra lainnya untuk objek yang sama pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. BAB II... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI SKRIPSI... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN DEWAN PENGUJI... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR...

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 BAB HASIL DAN PEMBAHASAN Ada tiga tahap utama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu ektraksi ciri, pelatihan dan pengujian JST. Percobaan dilakukan dengan mengkombinasikan data hasil ekstraksi ciri

Lebih terperinci

EKSTRAKSI FITUR TEKSTUR CITRA TEMPE MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURENCE MATRIX

EKSTRAKSI FITUR TEKSTUR CITRA TEMPE MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURENCE MATRIX EKSTRAKSI FITUR TEKSTUR CITRA TEMPE MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURENCE MATRIX WINDAYANI ACHMAD ZAENULLAH 41511120110 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas langkah-langkah dari implementasi dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang klasifikasi aktivitas menggunakan algoritma k-nearest neighbor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas merupakan faktor penting dalam industri makanan modern karena

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas merupakan faktor penting dalam industri makanan modern karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan faktor penting dalam industri makanan modern karena produk dengan kualitas tinggi adalah kunci untuk memenangkan pasar yang sekarang semakin kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste terletak di antara garis lintang 8 dan 10 S, dan bujur 124

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste terletak di antara garis lintang 8 dan 10 S, dan bujur 124 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timor Leste terletak di antara garis lintang 8 dan 10 S, dan bujur 124 dan 128 E. Terletak di Asia Tenggara, Pulau Timor merupakan bagian dari Asia Tenggara Maritim,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI JENIS DAGING BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL COOCURENT MATRIX

KLASIFIKASI JENIS DAGING BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL COOCURENT MATRIX KLASIFIKASI JENIS DAGING BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL COOCURENT MATRIX Nurul Lihayati 1, Ratri Enggar Pawening 2, Mohammad Furqan 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Informatika, STT Nurul Jadid

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis dan perancangan sistem ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai aplikasi yang akan dibuat. Hal ini berguna untuk menunjang pembuatan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan pola adalah proses mengenali suatu objek berdasarkan data yang tersedia. Dengan pengenalan pola, komputer dapat mengenali pola dan bentuk yang dikenali

Lebih terperinci