HASlL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASlL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASlL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Bogor rnerniliki beberapa arti kata, nalnun keseluruhannya berrnakna terkait dengan pohon kawung atau pohon enau. Dalarn bahasa Sunda urnum rnenurut Coolsrna, L "Bogor" berarti "droogetaple kawoeng" (pohon enau yang telah habis disadap) atau "bladerlooze en taklooze boom" (pohon tak berdaun dan tak bercabang). Pada tahun 1745 Bogor ditetapkan sebagai Kota Buitenzorg yang berarti Kota tanpa kesibukan. Saat pernerintahan Gubernur Jenderal Baron van lmhoff tahun 1740 dibangun ternpat peristirahatan yang bernarna Buitenzorg di lokasi lstana Bogor saat ini. Pada tahun 1808 Bogor diresrnikan sebagai pusat kedudukan dan kediarnan resrni Gubernur Jenderal. Letak Karnpung Bogor awalnya di dalarn Kebun Raya Bogor (lokasi tanarnan kaktus). Berdasarkan UU Nornor 16 Tahun 1960 Kota Bogor ditetapkan menjadi kota besar dan kota praja yang terbagi dalarn 2 wilayah kecarnatan, 22 kelurahan, 5 kecarnatan, dan 1 perwakilan kecamatan. Berdasarkan PP Nomor 44 tahun 1992, rnenyebutkan bahwa perwakilan kecarnatan Tanah Sareal ditingkatkan statusnya rnenjadi kecarnatan. Pernerintahan di Kota Bogor dipirnpin oleh seorang Walikota dengan masa kepernirnpinan 5 tahun. Wilayah Kota Bogor terbagi rnenjadi 6 kecamatan, yaitu kecarnatan Tanah Sareal, Bogor Selatan, Bogor Tirnur, Bogor Utara, Bogor Tengah, dan Bogor Barat. Masing-masing kecarnatan terdiri dari kelurahanldesa, seluruhnya terrnasuk dalarn klasifikasi desa swadaya dan swakarya. Jumlah kelurahanldesa di Kota Bogor pada tahun 2005 rnencapai 68 buah (Larnpiran 1). Letak Geografis Kota Bogor rnerniliki luas krn2, secara administratif wilayah ini terletak antara koordinat 30'30 Lintang Selatan hingga 6"51'00" Lintang Selatan dan 106"43'30 Bujur Tirnur serta 106"51'00" Bujur Tirnur, berada di tengahtengah Kabupaten Bogor dan diantara jalur PuncakICianjur serta jarak yang dekat dengan lbukota Jakarta yaitu kurang lebih 60 kilometer. Oleh karena itu Bogor rnerniliki potensi yang strategis untuk perkernbangan wilayah dan perturnbuhan kegiatan ekonorni. Peta Kota Bogor dapat dilihat pada Larnpiran 2, sedangkan batas Kota Bogor adalah sebagai berikut :

2 Sebelah Utara : Kecamatan Sukaraja, Bojong Gede, dan Kernang Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan : Kecarnatan Cijeruk dan Caringin Kabupaten Bogor. Sebelah Tirnur : Kecarnatan Sukaraja dan Ciawi Kabupaten Bogor. Sebelah Barat : Kecarnatan Kernang dan Drarnaga Kabupaten Bogor. Kemiringan sebagian besar wilayah Kota Bogor berkisar antara 0-15 persen. Perbukitan bergelornbang di Kota Bogor bervariasi dengan ketinggian 0 hingga >350 rn. Jenis tanah latosil coklat kernerahan harnpir terdapat di seluruh wilayah dengan tekstur tanah yang halus dan agak peka terhadap erosi. Secara umum wilayah Kota Bogor ditutupi batuan vulkanik dari endapan Gunung Pangrango dan Gunung Salak di bagian dalarn, sedangkan endapan permukaan tersusun tanah, pasir, dan kerikil hasil pelapukan endapan. Keadaan cuaca dan udara di Kota Bogor sangat sejuk. Hal ini disebabkan karena Kota Bogor terletak pada ketinggian rata-rata antara rn dari perrnukaan laut, suhu rata-rata 26'C dan kelernbaban udara c 70 persen. Ratarata curah hujan di Kota Bogor rnencapai 390 rnrnlbulan dengan curah hujan tertinggi pada bulan Juni dan terendah pada bulan Nopernber. Tekanan udara rata-rata Kota Bogor 990 Nbs dengan tekanan udara tertinggi pada bulan Juni dan terendah pada bulan November. Wilayah Kota Bogor dialiri oleh 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane dengan anak sungai Cipakancilan, Cipaku. Cibalok, Cidepit dan Ciparigi. Letak permukaan air sungai tersebut jauh di perrnukaan sehingga Kota Bogor arnan dari bahaya banjir. Secara keseluruhan anak-anak sungai yang ada rnernbentuk pola aliran paralel sub paralel sehingga rnempercepat waktu rnencapai debit puncak (time to peak) pada kedua sungai besar tersebut. Pada umurnnya aliran sungai tersebut dirnanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kota Bogor sebagai saran MCK (Mandi Cuci Kakus) dan usaha perikanan kararnba serta sumber air baku bagi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minurn). Selain beberapa aliran sungai yang rnengalir di wilayah Kota Bogor, terdapat juga beberapa rnata air yang urnurnnya dirnanfaatkan oleh rnasyarakat untuk kebutuhan air bersih sehari-hari. Kernunculan mata air tersebut umurnnya terjadi karena pernotongan bentuk lahan atau topografi, sehungga secara otornatis aliran air tanah tersebut terpotong. Kondisis tersebut dapat dilihat diantaranya di tebing jalan to1 Jagorawi, pinggiran Sungai Ciliwung di Karnpung Lebak Kantin, Babakan Sirna dan Bantar Jati dengan besaran debit bervariasi. Pernanfaatan potensi surnber air baku (raw

3 water) yang dikelola oleh PDAM Kota Bogor selain rnernanfaatkan Sungai Cisadane juga rnernanfaatkan mata air yang berlokasi di Kabupaten Bogor. Kapasitas air bersih PDAM literldetik yang berasal dari sumber Mata air Kota Batu, Bantar Karnbing, Tangkil, Dekeng dan Cipaku. Cakupan air bersih yang berasal dari PDAM adalah pelanggan dengan konsumsi rata-rata rn31bulan. Bagi rnasyarakat yang belurn terjangkau oleh pipanisasi PDAM, pernerintah mernbangun layanan air bersih yang berasal dari rnata air di sekitar yang dapat dirnanfaatkan penduduk dengan debit mencapai 8,5 literldetik dari 7 mata air. Penggunaan Lahan Prinsip penataan ruang suatu wilayah pada dasarnya rnerupakan pengaturan terhadap pengunaan lahan yang ada di wilayah tersebut. Selain itu penggunaan lahan yang ada dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penataan guna lahan selanjutnya. Berdasarkan kondisi eksisting guna lahan di Kota Bogor tahun 1999, sebagian besar pengunaan lahan di wilayah ini adalah diperuntukkan bagi pernukiman yaitu seluas Ha atau persen dari luas keseluruhan. Penggunaan lahan untuk pertanian rnenernpati urutan kedua dengan presentase Jurnlah terendah penggunaan lahan di Kota Bogor diperuntukkan bagi kolarn oksidasi (Instalasi Pembuangan Air Lirnbah atau IPAL) yaitu seluas 1.5 Ha. Presentase luasan penggunaan lahan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Persentase luasan penggunaan lahan Kota Bogor Jenis Penggunaan Eksisting Tahun 1999 Luas (Ha) Persentase (%) Permukiman Terminal Agrobisnis Kolam oksidasi IPAL Pertanian Kebun Campuran lndustri Perdagangan dan jasa Perkantoranlpemerintahan Hutan Kota TarnanlLapangan Olahraga Kuburan Sungailsituldanau Ja!an Terminal dan Sub terminal Stasiun kereta api Jumlah Sumber: RTRW Kota Bogor

4 Kebun Raya Bogor selain menjadi ternpat wisata dan pendidikan juga rnerupakan hutan Kota seluas hektar yang terletak ditengah-tengah kota mernberikan kontribusi kesejukan pada rnasyarakat Kota Bogor rnerniliki koleksi tanarnan hutan tropis paling lengkap. Selain itu kawasan yang tidak direncanakan oleh pernerintah tetapi terbentuk karena adanya arus urbanisasi adalah kawasan kurnuh, yaitu kawasan dengan perrnukaan yang tidak rnernenuhi persyaratan kesehatan, umurnnya berada pada lokasi di sepanjang bantaran sungai, tepian re1 kereta api, sekitar areal pusat perdagangan, sekitar areal transisi (pinggiran Kota), sekitar areal rawan banjir dan longsor serta areal kantong-kantong pernukirnan yang tertata terjepit (enclove) diantara rumah-rumah rnewah. Luas kawasan kurnuh di Kota Bogor pada tahun 2005 adalah 1.8 persen dari seluruh luas wilayah atau rnencapai Ha yang tersebar di 6 kecamatan. Penduduk Jurnlah penduduk Kota Bogor Tahun 2005 rnenurut BPS (2006) adalah jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perernpuan. Sex Ratio penduduk adalah 102 yang artinya setiap 102 penduduk laki-laki berbanding dengan 100 penduduk perernpuan. Dengan laju pertumbuhan penduduk 2.35 persen, jumlah penduduk Kota Bogor selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan pula dengan pertarnbahan penduduk dari tahun 2001 sebanyak jiwa rnenjadi jiwa pada tahun 2002, jiwa pada tahun 2003 dan jiwa pada tahun 2004 rnenjadi jiwa pada tahun Apabila dibandingkan dengan luas.wilayah Kota Bogor, maka rata-rata kepadatan penduduk tahun 2005 adalah jiwa/krn2. Kecarnatan yang paling padat penduduknya adalah wilayah Bogor Tengah dengan kepadatan penduduk jiwa/km2. Kepadatan penduduk berpotensi untuk mernudahkan penularan penyakit seperti pneumonia, dernarn berdarah dan TBC. Oleh karena itu program pemberantasan penyakit rnenular dikonsentrasikan di wilayah ini. Data rnobilitas penduduk tidak dapat disajikan, karena hingga saat ini data ernigrasi dan irnigrasi penduduk belurn ada. Sebaran jurnlah penduduk di Kota Bogor secara lengkap terdapat pada Tabel 6.

5 Tabel 6 Sebaran jurnlah dan kepadatan penduduk Kota Bogor tahun 2005 Kecamatan Rumahtangga Penduduk Luas Wipyah Kepadatan (jiwa) (Km ) Penduduk Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Kota Bogor Sumber: BPS 2006 Angka ketergantungan penduduk tidak produktif (urnur 0-4 tahun dan 65 tahun lebih) terhadap penduduk produktif usia 15 sarnpai 64 tahun adalah yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 47 penduduk tidak produktif. Keadaan ini rnengindikasikan kondisi yang cukup baik dengan asumsi secara rata-rata seorang yang tidak produktif ditanggung oleh dua orang penduduk yang produktif. Angka rasio ketergantungan penduduk rnuda di Bogor Tengah (33.27) paling rendah dibanding wilayah lain karena jurnlah penduduk urnur 0 sarnpai 14 tahun lebih rendah dibanding kecamatan lainnya. Jurnlah penduduk rnenurut rasio ketergantungan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jurnlah penduduk rnenurut rasio ketergantungan Rasio Rasio ketergantungan Rasio Kecamatan Ketergantungan Penduduk muda ketergantungan penduduk tua Bogor Selatan Bogor Tirnur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Kota Bogor Sumber: BPS Kota Bogor 2006 Tabel 8 menunjukan struktur penduduk terbanyak adalah urnur 15 sarnpai 44 tahun berarti kornposisi penduduk Kota Bogor bergeser ke level yang lebih tinggi tingkatannya yaitu mengalarni transisi urnur penduduk rnuda ke tua. Pada tahun 2004 kornposisi penduduk usia anak-anak dan remaja (usia di bawah 20 tahun) sebesar persen bergeser rnenjadi 38 persen pada tahun Jurnlah penduduk yang berusia 0 sarnpai 4 tahun paling banyak terdapat di Bogor Barat ( anak) dan paling rendah di Bogor Tengah (8 294 anak).

6 Tabel 8 Penduduk per kecarnatan rnenurut kelompok umur Kecamatan Kelompok Umur Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat ana ah Sareal Total Sumber: BPS Kota Bogor 2005 Angka Melek Huruf Angka rnelek huruf (AMH) adalah indikator yang rnenggarnbarkan rnutu surnber daya rnanusia yang diukur dalam aspek pendidikan yaitu dilihat dari kemarnpuan rnernbaca dan rnenulis. Dengan kernarnpuan baca tulis rnaka inforrnasi dapat lebih rnudah diterirna penduduk. AMH Kota Bogor selalu rneningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2005 adalah yang berarti sekitar 98 dari 100 penduduk usia 10 tahun keatas sudah dapat rnembaca dan menulis. Hal ini ditunjukkan bahwa kernarnpuan penduduk Kota Bogor dalarn ha1 rnembaca dan rnenulis sudah sangat baik dilihat angka rnelek huruf yang telah rnencapai lebih dari 98 persen di seluruh kecarnatan. Pada Tabel 9 dapat dilihat AMH di masing-masing kecarnatan. Kecarnatan Bogor Tengah rnernpunyai AMH tertinggi dibanding kecarnatan lainnya yaitu 99.48, ha1 ini ditunjang oleh banyaknya fasilitas sekolah. Tabel 9 Angka rnelek huruf per kecamatan Melek Huruf Buta Huruf Kecamatan Bogor Selatan Bogor Tirnur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Surnber: BPS Kota Bogor 2006 Angka rnelek huruf di Kota Bogor sudah baik namun tidak diikuti dengan kualitas pendidikan melalui jalur pendidikan formal. Menurut data BPS tahun 2005, tersedia sarana pendidikan negeri rnaupun swasta sebanyak 312 sekolah dasar, 103 sekolah menengah pertama, 48 sekolah menengah atas, 56 sekolah rnenengah atas kejuruan dan 9 perguruan tinggi. Pendidikan formal yang telah diternpuh penduduk dapat dilihat dari ijazah tertinggi yang dirniliki. Jumlah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas sarnpai tahun 2005 rnasih banyak

7 yang berpendidikan SLTA ke bawah, terlihat dari persentase penduduk yang rnernpunyai ijazah SD sebanyak persen, SLTP persen dan SLTA persen sedangkan yang terendah adalah penduduk yang rnemiiliki ijazah 52 yaitu hanya 0.34 persen. Hal ini disebabkan karena penduduk yang berpendidikan di atas SLTA banyak yang tinggal di Kabupaten Bogor. Penduduk 10 tahun ke atas dan ijazah yang dirniliki dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Penduduk 10 tahun ke atas dan ijazah yang dirniliki ljazah tertinggi yang dirniliki N Oh Tidak punya ijazah SDIMl sederajat SLTPIMTs sederajat kejuruan SMUIMAISederajat SM Kejuruan D IID II D IIIISarjana Muda D IVI Sarjana S21S Surnber: BPS Kota Bogor 2006 Jenis Pekerjaan Sektor tenaga kerja merupakan salah satu sektor penting pembangunan ekonomi khususnya dalarn upaya pernerintah untuk menanggulangi kerniskinan. Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pernbangunan. Perkembangan jurnlah tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan perturnbuhan lapangan pekerjaan akan rnenyebabkan tingkat kesernpatan kerja atau penyerapan tenaga kerja cenderung rnenurun. Jurnlah pengangguran penduduk Kota Bogor yang berusia lebih dari 15 tahun mencapai jiwa sedangkan jurnlah lowongan kerja yang terdaftar di Kota Bogor tersedia bagi orang atau hanya 2.4 persen dari lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Jurnlah pencari kerja yang terdaftar orang dengan tingkat pendidikan beragarn, jurnlah pencari kerja terbanyak (10%) berada di tingkat SLTA yaitu orang, 8.8 persen berpendidikan sarjana dan 6.9 persen berpendidikan sekolah rnenengah kejuruan. Lowongan pekerjaan yang tersedia sudah terisi sebanyak orang atau 28 persen dari pencari kerja yang terdaftar. Kota Bogor yang merupakan kota perdagangan, industri dan jasa ditunjukkan dengan sebagian besar rnata pencaharian penduduk pada ketiga bidang tersebut. Perdagangan merupakan bidang pekerjaan yang terbanyak dilakukan oleh penduduk Kota Bogor yaitu jiwa (27.70%), kemudian industri jiwa (25.80%) dan jasa jiwa (19.90%). Bidang pekerjaan listrik, gas dan air merupakan bidang pekerjaan yang paling sedikit dilakukan

8 oleh penduduk yaitu hanya 0.38 persen. Bidang pekerjaan penduduk Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 11 Tabel 11 Bidang pekerjaan penduduk Kota Bogor Bidang Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total Persentase Pertanian Pertambangan 1551 lndustri Listrik, gas, air 517 Konstruksi Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Sumber: Dinas Kesehatan (2006) Ketersediaan Pangan Produksi. Ketersediaan pangan yang dibutuhkan penduduk Kota Bogor sebagian besar tidak dapat dipenuhi oleh produksi sendiri, melainkan disuplai dari luar wilayah seperti Kabupaten Bogor. Walaupun Kota Bogor rnerupakan bukan daerah pertanian, rnasalah pertanian rnasih diupayakan dalarn jajaran Pemerintah Daerah Kota Bogor rnelalui Dinas Agribisnis karena rnasih ada lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Sektor pertanian meliputi sub sektor Tanaman Bahan Makanan (TABAMA), Peternakan dan Perikanan. Yang termasuk dalarn sub sektor TABAMA adalah tanaman bahan makanan (padi-padian, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan), sayursayuran (bayam, buncis, cabe, kacang panjang, kangkung, ketimun, tornat, dan terung), buah-buahan (alpukat, belirnbing, duku, durian, jambu biji, jeruk, mangga, manggis, nangkalcempedak, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun, petai, melinjo, dan jambu air), juga tanaman hias (anggrek, anthurium, gladiol, anyelir, pisang-pisangan, krisan, rnawar, kenanga, melati, palem dan sedap malam), Produksi tanaman bahan makanan di Kota Bogor yang berasal dari seluruh kecamatan yang ada pada tahun 2004 yaitu tanarnan padi sawah sebanyak ton, jagung ton, kacang tanah 59 ton, ubi kayu ton, ubi jalar ton, total produksi sayuran ton dengan hasil terbanyak diperoleh dari produksi ketimun sebesar ton dan terung sebesar ton, total produksi buah-buahan ton sebagian besar yang disumbang oleh produksi pepaya ton dan rarnbutan sebesar ton. Produksi beras berasal dari padi sawah. Selama periode tahun 2002 sampai

9 2005 produksi padi rnengalarni peningkatan. Pada tahun 2002 produksi padi sebesar ton, tahun 2003 menjadi ton, tahun 2004 sebesar ton dan pada tahun 2005 rnenjadi ton. Peningkatan produksi ternyata tidak rnarnpu rnernenuhi kebutuhan pangan yang semakin bertambah. Tanaman palawija yang dihasilkan Kota Bogor antara lain jagung dan ubi kayu, ubi jalar dan talas yang produksinya cenderung rnenurun. Pada tahun 2002 produksi palawija ton, pada tahun 2003 kernudian naik hampir dua kali lipat rnenjadi ton, tahun 2004 turun rnenjadi ton kernudian turun kernbali pada tahun 2005 rnenjadi ton. Selain tanaman bahan rnakanan terdapat juga produksi tanarnan hias. Tota1,produksi tanarnan hias ton dengan prirnadona bunga sedap rnalarn tangkai dan anggrek tangkai. Peternakan yang diutarnakan adalah ternak besar (sapi potong, sapi perah dan kuda), ternak kecil (karnbing dan dornba) dan unggas (ayarn kampung, ayam ras petelur dan ayarn ras potong). Jurnlah ternak besar yang ada ekor dengan populasi terbanyak adalah sapi perah ekor. Sernentara kuda (64 ekor) dibudidayakan untuk alat transportasi sebagai penarik sadoldelman. Jumlah ternak kecil ekor, yang lebih banyak dipelihara adalah domba sebanyak ekor. Tidak ada satupun babi yang diternakan oleh penduduk Kota Bogor. Untuk unggas rnasih didominasi ayarn kampung sebesar ekor. Pengembangan usaha perikanan konsumsi di kolarn baik deras rnaupun tenang lebih banyak diarahkan untuk penyediaan jenis ikan yang menghasilkan produk yang dapat diserap pasar lokal dan sekaligus untuk penyediaan kecukupan gizi rnasyarakat, sedangkan budidaya ikan hias diarahkan untuk rnernenuhi kebutuhan pasar lokal, regional dan ekspor dalarn rangka rneningkatkan pendapatan usaha rnasyarakat. lkan yang dihasilkan adalah ikan air tawar yang berasal dari kolarn pernbesaran air tenang, air deras, sawah dan kararnba dengan total produksi ton dengan produk tertinggi dari ikan hasil kolarn air tenang ton (54.8%). Potensi perikanan yang dirniliki Kota Bogor selain kolam juga terdapat beberapa situ yang berpotensi untuk dikembangkan budidaya dan konservasi yaitu Situ Gede seluas 4 Ha, Situ Leutik seluas 1 Ha dan Situ Panjang seluas 1.5 Ha yang berada di kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat. Selain berfungsi sebagai lahan budidaya juga sebagai areal irigasi adan konservasi hutan. Selain itu terdapat situ-situ yang dikuasai

10 oleh pengembang perurnahan seperti Situ Curug (Bogor Barat), Situ Bogor Raya (Bogor Timur) dan Situ Anggalena (Bogor Utara). Kota Bogor rnerupakan salah satu sentra ikan hias dan telah bekerjasarna dengan pelaku usaha ikan hias daerah lain yang berdekatan. Pemasaran ikan hias telah rnenguasai beberapa negara Asia, Arnerika Serikat, Eropa dan negara lain seperti Bahrain dan Turki. Volume ekspor ikan hias pada tahun 2004 sebanyak ekor yang setara dengan nilai 4 rnilyar rupiah. Berdasarkan Neraca Bahan Makanan (2005) dapat diketahui bahwa pangan yang tersedia untuk dikonsumsi, bila dikonversikan ke dalarn bentuk energi sebesar kkallkapitalhari dan protein sebanyak grlkapitalhari. Ketersediaan ini telah rnelarnpaui ketersediaan energi dan protein yang direkornendasikan dalarn Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional yaitu energi kkallkapitalhari dan protein 55 grlkapitalhari). Sedangkan penyediaan protein masih didorninasi oleh protein nabati sebesar grlkapitalhari atau 93.2 persen. Ketersediaan energi dan protein tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel I2 Ketersediaan energi dan protein tahun 2005 Uraian Ketersediaan WKNPG 2004 Persentase (%) Energi (kkallkaplhari) Protein (grlkaplhari) Hewani Nabati Sumber: NBM Kota Bogor tahun 2005 (diolah) Impor. lmpor pangan terjadi pada sernua jenis komoditi kecuali buah jarnbu batu yang mernpunyai produktifitas tinggi dan rnencukupi kebutuhan konsurnsi penduduk, pada tahun 2005 telah diekspor sebanyak 913 ton ke DKI Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Kebutuhan bahan rnakanan penduduk Kota Bogor cukup tinggi dan hanya sekitar 0.38 sampai persen rnerupakan produksi lokal. Sebagai contoh prediksi kebutuhan pangan penduduk Kota Bogor pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa kebutuhan beras, urnbi- urnbian, kacang tanah dan buah-buahan lebih dari 90 persen didapat dari irnpor. Beras biasanya didatangkan dari Cianjur, Sukaburni dan Karawang. Palawija yang diirnpor adalah ubi kayu, ubi jalar dan talas. Penyediaan kacang-kacangan, yang didorninasi kacang tanah dan kedelai harnpir seluruhnya impor karena produksi lokal relatif sedikit. Untuk kelornpok sayuran, keseluruhan komoditi berupa impor sedangkan produksi lokal yang tinggi hanya kangkung, terong dan daun singkong rnuda. Jenis bahan makanan kelompok daging yang diirnpor

11 sebagian besar berupa daging sapi dan ayam ras. Penyediaan telur seluruhnya diperoleh dari impor. Pada kelompok susu masih diimpor dari luar daerah terutama susu bubuk walaupun kebutuhan susu lebih dari separuh dipenuhi dari produksi susu segar lokal. Penyediaan untuk kelornpok pangan ikan bersumber dari suplai dari luar daerah yang didominasi ikan jenis air tawar seperti ikan mas, rnujair dan carnpuran. Tabel I3 Prediksi kebutuhan konsumsi bahan pangan penduduk Jenis Bahan Konsumsi Kebutuhan Pernenuhan Pangan Masyarakat produksi lokal Suplai Luar daerah Makanan (kglkaplth) (ton) (ton) (Ton) Padi-padian Beras (6.38%) (93.61%) hung (13.88%) (86.12%) Palawijalumbiurnbian Ubi kayu, ubi (2.48%) (97.52%) jalar dan Talas Kacangkacangan Kacang tanah (0.38%) (99.62%) dan kacang kedelai Sayuran (15.38%) (84.62%) Buah-buahan (6.29%) (93.71%) Daging sapi, domba, ayam (37.30%) (6131%) Telur (100.0%) Susu (62.9%) (37.13%) lkan (10.6%) (89.37%) Surnber: Dinas Pertanian Kota Bogor 2004 Cadangan Pangan. Salah satu kebijakan dalam aspek ketersediaan pangan pada Program Ketahanan Pangan dari Departemen Pertanian adalah menjamin produksi pangan utamanya dari produksi dalarn negeri. Produksi pangan pokok dalam ha1 ini yaitu beras di Kota Bogor tidak rnencukupi kebutuhan konsurnsi penduduk. Untuk meningkatkan kapasitas produksi tidak mungkin dilakukan karena lahan yang tidak tersedia. Kekurangan produksi beras dipenuhi impor dari daerah lain seperti Cianjur, Karawang dan Sukaburni. Cadangan pangan (peubah stok) merupakan salah satu komponen ketersediaan pangan yang penting. Dikaitkan dengan peran pernerintah daerah, pengelolaan cadangan pangan yang baik oleh pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat secara luas dapat rneminimalkan terjadinya kasus-kasus kerawanan dan kekurangan pangan di daerah. Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dapat mengernbangkan cadangan pangan tertentu yang bersifat pangan pokok sesuai dengan pola pangan pokok seternpat. Dengan demikian,

12 apabila terjadi kasus kekurangan pangan di suatu wilayah dapat segera ditanggulangi oleh pernerintah daerah seternpat tanpa harus rnenunggu kebijakan pernerintah pusat (Basuki 2004). Cadangan beras yang disimpan pernerintah yang ada adalah di Depot Logistik Divisi Regional (Dolog Divre) Cianjur, Bogor dan Sukaburni. Beras yang dikelola oleh instansi ini adalah penyaluran raskin (beras miskin) yang keluar masuk setiap bulan, sedangkan cadangan beras untuk menanggulangi bencana baik alarn maupun sosial tidak ada. Stok akhir tahun 2005 tersedia kg untuk raskin Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Kota Depok (Herrnawan 2006). Rekapitulasi mutasi persediaan, pernasukan dan penyaluran fisik beras di Gudang Bulog Baru Bogor sub divre Cianjur tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3. Cadangan pangan paling besar ada di tingkat pedagang dibanding pernerintah maupun rumahtangga karena aktifitas ekonorni pangan di Indonesia secara prinsip dijalankan berdasarkan mekanisme pasar bebas. Data mengenai jumlah beras yang rnasuk dan keluar Kota Bogor tidak ada, sehingga tidak diketahui secara pasti berapa cadangan beras yang ada di tingkat pedagang. Walaupun demikian dari hasil pengamatan, cadangan beras di tingkat pedagang rnasih baik, terlihat dari kegiatan bongkar rnuat beras di tingkat pedagang. Konsumsi Normatif. Ketersediaan pangan yang utama merupakan fungsi dari produksi pangan. Produksi dan impor merupakan aspek yang menunjukkan apakah wilayah tersebut dapat mernenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Komoditas yang dipakai sebagai dasar perhitungan adalah ketersediaan bersih beras dan jagung. Dilihat dari sisi produksi beras dan jagung ternyata kebutuhan pangan penduduk seluruh wilayah Kota Bogor tidak dapat dipenuhi oleh produksi setempat. Perhitungan tanpa memperhatikan kemungkinan adanya bencana alarn dan bencana sosial. Ratio konsumsi normatif dan produksi setara beras per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 14. Ratio konsurnsi padi dan jagung dibanding produksi pada hampir kecamatan rnempunyal nilai lebih dari 1.5 kecuali Bogor Barat yang berarti defisit pangan sangat tinggi, berarti ketersediaan pangan penduduk terutarna beras sangat tergantung pada suplai dari luar daerah. Hal ini sangat riskan karena rnakanan pokok penduduk produsen beras juga beras, sehingga terjadi bencana alarn dan kegagalan produksi di wilayah produsen. Ekspor dari akan dilakukan bila terdapat kelebihan pasokan setelah konsumsi domestik terpenuhi. Selain itu

13 posisi dan tawar menawar pengimpor pangan tergantung pada kebijakan produsen. Tabel 14 Ratio konsurnsi norrnatif dan produksi setara beras per kecamatan Jurnlah Konsumsi Kecarnatan PSB Ratio Penduduk Normatif (a) (b) (c) (d) (c:d) Bogor Selatan ~ogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat O Tanah sareal Surnber: Dinas Pertanian Kota Bogor tahun 2004 (diolah) Jika dilihat dari sisi produksi pangan rnaka Kecarnatan Bogor Tengah, sebagai pusat kota mengalami defisit paling tinggi dibanding wilayah lain tetapi cadangan pangannya paling banyak dibanding daerah lain karena wilayah ini rnempunyai dua pasar utarna yang rnenyediakan berbagai keperluan penduduk terrnasuk pangan. Distribusi Pangan Distribusi pangan rnerupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting karena salah satu indikator ketidakpuasan rakyat terhadap penyelenggaraan pernerintahan diantaranya dapat diukur dengan baik buruknya distribusi pangan. Sedangkan rnasalah utarna dalarn distribusi pangan adalah masalah pengangkutan dan penyimpanan dalarn upaya menyeimbangkan - berapa, kapan dan dirnana - produksi dan konsumsi. Distribusi yang efektif dan efisien rnenjamin seluruh rurnahtangga dapat rnernperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dan harga yang terjangkau. Distribusi dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana, kelembagaan, dan perundang-undangan. Kunci keberhasilan kinerja subsistern distribusi terletak pada penjagaan kearnanan sepanjang jalur distribusi, pengaturan perdagangan yang kondusif, dan penegakan hukum (DKP 2006). Surat Kepala Pusat Pengembangan Distribusi Pangan nomor 0041PP tanggal 17 Januari 2005 kepada Kepala BadanIDinas yang rnenangani ketahanan pangan untuk rnelakukan pernantauan perkembangan harga pangan pokok strategis, pasokan beras, situasi luas panen, termasuk permasalahan dan tindak lanjut daerah dalarn penyediaan, kelancaran arus distribusi dan stabilitas harga di masing-masing wilayah (Pusat Pengembangan Distribusi Pangan DKP 2005).

14 Jalan raya adalah jalan besar atau main road yang rnenghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini rnernpunyai ciri-ciri berikut: (1) digunakan untuk kendaraan berrnotor (2) digunakan untuk orang awarn (3) dibiayai oleh pernerintah (4) penggunaannya taat kepada undangundang atau peraturan pengangkutan. Jalan raya dapat rneningkatkan kegiatan ekonorni di suatu wilayah karena dapat rnernbuka hubungan dan rneningkatkan kornunikasi dengan wilayah lain. Dengan adanya jalan raya, kornoditi dapat rnengalir ke luar daerah produksi dernikian juga sebaliknya. Selain itu, jalan raya juga rnernbentuk jalur ekonorni di sepanjang wilayah yang dilaluinya (Wikipedia 2008 ). Stabilitas harga pangan merupakan petunjuk stabilitas pasokan sebagai salah satu elernen penting ketahanan pangan. Sernakin tinggi fluktuasi harga berarti sernakin tidak stabil harga kornoditas yang bersangkutan. Ketidakstabilan harga sangat dipengaruhi sifat kornoditas yang rnudah rusak dan belum terintegrasinya pengelolaan sistern produksi dengan permintaan pasar sehingga pola pasokan kurang sesuai dengan pergerakan perrnintaannya (Suryana 2004). Masalah yang sangat rnendasar dalarn ketahanan pangan ini adalah keterjangkauan pangan oleh rurnahtangga dan rnasalah kehandalan dan keberlanjutan dari penyediaan pangan. Keterjangkauan pangan oleh rurnahtangga ditentukan oleh kernarnpuan dan stabilitas produksi pangan dalam negeri dan kernarnpuan pernbiayaan untuk rnnegirnport serta keadaan penyediaan pangan di pasar internasional. Karena Indonesia adalah negara besar untuk memantapkan ketahanan pangan harus rnarnpu rnernproduksi beras sekitar 95 persen kebutuhannya (Kasryno 2004). Akses Pangan secara Fisik. Lokasi sangat rnernpengaruhi besarnya biaya transportasi dan biaya produksi. Penernpatan lokasi produksi pertanian rnaupun pabrik serta gudang-gudang penyirnpanan pada lokasi yang tepat akan dapat rnenekan biaya transportasi rnaupun biaya produksi dari produk yang dihasilkan. Besarnya biaya transportasi tidak hanya dipengaruhi oleh jauhnya jarak yang diternpuh, rnelainkan juga dipengaruhi oleh jenis barang yang diangkut, kondisi jalan yang dilalui dan juga alat angkut yang digunakan. Prasarana perhubungan seperti jalan sangat diperlukan untuk rnobilitas penduduk untuk di dalarn, ke luar dan ke dalarn Kota Bogor. Keadaan jalan yang baik akan rnernperrnudah dan rnernpercepat penduduk untuk rnendapatkan segala kebutuhan maupun keperluan. Status jalan sebagian besar rnerupakan

15 jalan kabupatenlkota yang telah diaspal tetapi dengan kondisi yang sedang dengan klasifikasi jalan kelas Ill C. Dari pengamatan ternyata kerusakan jalan tidak hanya dalam wilayah kecamatan tetapi juga di jalan protokol seperti Jalan Suryakencana dan Jalan Merdeka yang merupakan urat nadi perdagangan (Lampiran 5). Sarana transportasi yang paling banyak digunakan adalah angkutan perkotaan sebanyak buah dengan jurnlah rute 22 buah (Lampiran 6). Seluruh rute menghubungkan antar kecamatan, pemukiman, pasar dan pusat kota baik perdagangan, perkantoran rnaupun pendidikan. Rute yang paling banyak adalah Sukasari-Bubulak yang dilayani angkutan perkotaan sebanyak 660 buah atau sekitar 47.9 persen. Secara urnurn kondisi Kota Bogor yang terjepit diantara Daerah Khusus lbukota dan daerah wisata Puncak rnenunjang distribusi masuk keluar bahan pangan dari luar wilayah. Prasarana jalan, kernudahan alat transportasi dan fasilitas pasar yang ada di sekitar wilayah Kota Bogor transportasi yang ada sangat membantu jalur distribusi pangan dari daerah sentra produksi ke sentra konsumsi. Kota Bogor sendiri rnempunyai enam buah pasar besar yang dikelola langsung oleh pemerintah kota, satu buah di masing-masing kecamatan. Pasar ini telah mulai dari waktu dini hari hingga sore hari dan berlangsung setiap hari. Selain itu juga bermunculan pasar-pasar kecil dan pasar tumpah disekitar pernukirnan. Akses penduduk untuk mencapai pasar tidak sulit karena jalan yang ada rnendukung dan tersedia angkutan kota yang rnenghubungkan wilayah kecamatan dengan pasar besar. Di pemukirnan yang tertata juga banyak berjualan tukang sayur keliling ataupun warung yang menetap. Sarana penyimpanan pangan yang dikelola pemerintah belum diperlukan karena pangan disirnpan dan dikelola sendiri oleh pedagang. Pangan yang diperdagangkan baik di pasar maupun pedagang keliling cukup bervariasi rnernenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Biaya angkutan dapat ditekan yaitu dengan kernudahan transportasi sehingga biaya yang dibebankan pada harga jual pangan menjadi kompetitif. Hal ini menyebabkan pasokan dan harga pangan reiatif stabil. Perkembangan dan distribusi harga pangan di tingkat konsumen untuk beberapa macarn komoditas pangan strategis dilakukan monitoring setiap rninggu sekali yang bekerjasama dengan Kantor Pengelolaan Pasar Kota Bogor. Pada suasana normal harga jual pangan tidak berbeda antar pasar yang satu dengan lainnya.

16 Stabilitas Harga. Harga pangan pada hari-hari besar keagamaan akan rnengalami fluktuasi dan cenderung rnelonjak sebagai akibat dari meningkatnya perrnintaan untuk konsurnsi dan juga akibat perilaku pasar dan harapan pelaku pasar yang ingin mendapatkan harga dan pendapatan yang lebih tinggi. Lonjakan juga dapat disebabkan karena gangguan pada pasokan atau ketersediaan bahan pangan dan juga gangguan dalam distribusi (Departernen Perdagangan 2006). Pemerintah rnemantau setiap minggu fluktuasi harga pangan strategis secara periodik, yang dilaporkan oleh Dinas Perdagangan dan lndustri dan koperasi sebagai upaya pengendalian untuk menjaga agar lonjakan harga pangan tidak terlalu tinggi. Kenaikan harga terutama beras akan rnemberikan kontribusi kebutuhan energi dan protein dalam pola pangan penduduk, karena beras rnerupakan pangan pokok. Harga pangan strategis selarna tahun 2004 relatif stabil kecuali pada hari-hari besar keagamaan seperti ldul Fitri, Natal dan Tahun Baru yang mengalami kenaikan harga pada kornoditas tertentu seperti daging sapi, telur ayam, ayam dan cabai. Walaupun demikian pergeseran harga tidak melebihi batas toleransi yang diperbolehkan yaitu 15 sampai 25 persen dari harga normal. Adapun hasil monitoring harga selarna tahun 2004 rnenunjukkan bahwa harga beras IR-64 menunjukkan kenaikan yang terendah (7.7%) dari harga Rp menjadi Rp Khusus untuk komoditas beras, studi yang dilakukan lkhsan (2001) rnenyimpulkan bahwa kenaikan harga beras meningkatkan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Setiap kenaikan harga beras 10 persen rnengakibatkan dua juta penduduk jatuh miskin. Sementara kornoditas yang mengalami kenaikan harga yang tertinggi adalah daging sapi sebanyak 23.3 persen dari harga Rp kg menjadi Rp kg. Kenaikan harga karena dipacu oleh demand yang tinggi dari penduduk dalarn rnenghadapi hari raya keagarnaan. Harga akan mengalami penurunan seiring dengan berlalunya perayaan keagaaman tersebut. Perkembangan harga komoditas pertanian di Kota Bogor selarna tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 4. Situasi Kerawanan Pangan Kerawanan Pangan Berdasarkan Akses pangan Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai bidang kehidupan. Pernahaman kemiskinan terutama adalah'gambaran kekurangan materi, yang

17 biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perurnahan, dan pelayanan kesehatan. Kerniskinan dalarn arti ini dipaharni sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar dan rnerupakan garnbaran tentang kurangnya penghasilan. Rurnahtangga rniskin di wilayah perkotaan rnernpunyai kesulitan untuk rnendapatkan pangan karena daya beli yang terbatas sernentara rnereka tidak rnernpuyai akses terhadap proses produksi pangan dengan terbatasnya kepernilikan lahan pertanian. Jadi rnereka sangat tergantung dukungan ketersediaan pangan di tingkat lokal rnaupun nasional. Hasil pendataan yang dilakukan Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Kota Bogor pada tahun 2003, 2004 dan 2005, terjadi penurunan jurnlah rurnahtangga rniskin walaupun pernah naik pada tahun Jumlah rurnahtangga rniskin Sejahtera I jauh lebih banyak dibanding dengan pra- sejahtera. Fluktuasi jurnlah rurnahtangga rniskin dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jurnlah rurnahtangga rniskin di Kota Bogor Tahun Tahap kesejateraan Pra-KS KS I Surnber: BPS Kota Bogor tahun 2006 Secara urnurn persentase rurnahtangga rniskin karena alasan ekonorni pada tahun 2005 sebesar 23 persen dari total rurnahtangga yang ada di wilayah Kota Bogor. Keadaan ini terrnasuk dalarn daerah dengan risiko sedang untuk terjadinya rawan pangan dan gizi, narnun rentang jurnlah rumahtangga rniskin pada tiap kecarnatan berkisar antara 13 sarnpai 29.4 persen. Besar rnasalah kemiskinan di suatu wilayah yang digunakan untuk rnelihat situasi pangan dan gizi di Indonesia yang besarnya kurang dari 20 persen maka hanya ada satu wilayah kecarnatan yang rnerniliki risiko rawan pangan dan gizi yang rendah yaitu Bogor Utara sebesar 13 persen, sedangkan Bogor Tirnur merupakan wilayah yang tinggi rnasalah kerniskinannya yaitu 29.4 persen. Persentase rumahtangga miskin. Kerawanan pangan sangat dipengaruhi oleh daya beli rurnahtangga. Daya beli yang rendah mernpengaruhi konsumsi energi dan protein. Persentase rurnahtangga rniskin per kecarnatan berkisar antara 13 sarnpai 29.4 persen. Bila dibandingkan dengan batas keberadaan rumahtangga rniskin di suatu wilayah yang besarnya lebih kecil dari 5 persen rnaka seluruh kecarnatan yang ada di Kota Bogor rnernpunyai rnasalah dengan kerniskinan (Tabel 16).

18 Tabel 16 Jurnlah rurnahtangga pra sejahtera dan sejahtera I per kecamatan Kecamatan Total Jumlah rumahtan Sejahtera Pra Sejahtera I gga n Kategori Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Sumber: BPS Kota Bogor tahun 2006 Persen rumahtangga dengan akses listrik. Daerah rawan pangan biasanya kurang fasilitas umurn seperti listrik. Listrik rnernberikan kernakrnuran bagi daerah karena rnasyarakat setempat dapat rnernanfaatkannya untuk kegiatan yang produktif. Persentase rumahtangga yang rnendapat fasilitas listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seluruh kecarnatan rnasih di bawah angka yang diharapkan yaitu di atas 95 persen. Bogor Utara paling sedlkit rnendapat akses listrik hanya 83.6 persen dari total rurnahtangga sedangkan di Bogor Tengah listrik dapat dinikrnati 94.8 persen. Bila dibandingkan dengan batasan yang ada rnaka Bogor Tengah dan Tirnur terrnasuk kategori dua (2) artinya terrnasuk wilayah dengan fasilitas listrik tinggi (90 sampai 95%). Tabel 17 menujukkan jurnlah rurnahtangga yang rnendapat akses listrik per kecamatan Tabel 17 Jurnlah rurnahtangga yang akses ke fasilitas listrik per kecamatan Kecamatan rota1 Rumahtangga Listrik YO Kategori Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Sumber: BPS Kota Bogor tahun 2006 Pada Tabel 18 dapat dilihat peringkat kecarnatan berdasarkan persentase rumahtangga rniskin dan persentase rurnahtangga yang rnendapat sambungan listrik. Bila dilihat dari angka kerniskinan rnaka Kecarnatan Bogor Utara rnerupakan wilayah yang paling sejahtera dibanding keempat kecarnatan lainnya, sedangkan bila dilihat dari infrastruktur listrik rnaka Kecamatan Bogor Tengah paling baik.

19 Tabel 18 Peringkat kategori masing-masing indikator akses pangan per kecamatan Kecarnatan Miskin (%) Uategori Listrik (%) Kategori Bogor Selatan Bogor Tirnur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Surnber: BPS Kota Bogor tahun 2006 Kerawanan Pangan Berdasarkan Kesehatan dan Gizi Angka Harapan Hidup (AHH). Rata-rata Umur Harapan Hidup (AHH) tertinggi berada di Bogor Barat yaitu tahun pada tahun 2004 sedangkan yang terendah di Bogor Selatan (68.62 tahun). Dibandingkan dengan rata-rata angka harapan hidup nasional yang besarnya 63 tahun pada tahun yang sama maka AHH di tiap kecarnatan di Kota Bogor sudah diatas angka rata-rata nasional (Tabel 19), Tabel 19 Angka Harapan Hidup (AHH) per kecarnatan tahun Kecarnatan Uategori Bogor Selatan Bogor Tirnur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Surnber : BPS Kota Bogor tahun 2005 Prevalensi Balita Gizi Kurang. Status gizi merupakan muara akhir dari semua sistem pangan dan gizi yang mencerminkan baik buruknya program pangan dan gizi nasional. Pelaksanaan pemantauan perkembangan dan kecenderungan masalah pangan dan gizi dapat dilihat melalui analisa terhadap situasi pangan dan gizi yang terjadi pada wilayah tersebut. lnformasi yang dihasilkan dapat dijadikan dasar untuk intervensi yang akan dilakukan pada masa mendatang. Keadaan gizi dan kesehatan yang baik dirnulai sejak dalam kandungan. Keadaan gizi dan kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan berpengaruh terhadap kesehatan janin yang dikandung. Bayi yang dikandung oleh ibu dengan kekurangan gizi dan kesehatan yang buruk akan rnenyebabkan bayi yang dilahirkan mempunyai risiko berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan di bawah gram. Kejadian ini banyak terjadi di negara berkembang. Dampak dari BBLR mengakibatkan, perawatan anak

20 rnenjadi lebih sulit, pertumbuhan anak yang kurang baik, kesehatan yang kurang, dan perkembangan yang terharnbat. Persentase BBLR di Kota Bogor sebesar 0.22 persen dari kelahiran. Angka ini diperoleh dari seluruh puskesmas yang ada berdasarkan laporan cakupan neonatus, bayi dan BBLR. Data yang berasal dari ternpat pelayanan kesehatan lainnya tidak tercakup di dalamnya. Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh asupan bahan pangan yang dikonsumsi, yang ditentukan oleh kernampuan penyediaan dan pengelolaan konsurnsi pada masing-masing rumahtangga. Keragaan prevalensi balita gizi kurang secara keseluruhan Kota Bogor cenderung rnengalarni penurunan, pada tahun 2003 terdapat 9.8 persen balita rnenderita gizi kurang, tahun 2004 rnenjadi 9.2 persen dan tahun 2005 rnenjadi 8.7 persen. Penurunan ini disebabkan adanya upaya-upaya intervensi yang sudah dilaksanakan. Sedangkan persentase balita dengan status gizi buruk tidak banyak berubah, tahun 2003 sebanyak 0.5 persen, tahun 2004 rnenjadi 0.4 dan pada tahun 2005 menjadi 0.46 persen. Balita gizi buruk rnemerlukan penanganan medis yang intensif karena balita gizi buruk seringkali disertai penyakit penyerta. Walaupun demikian persentase balita gizi buruk masih lebih rendah dari prevalensi Jawa Barat yang besarnya 2.5 persen (Profil Jawa Barat tahun 2004) dan merniliki risiko rendah rawan pangan dan gizi. Jika keragaan tersebut dilihat pada masing-masing kecamatan ternyata penurunan prevalensi balita gizi kurang tidak terjadi di semua kecarnatan. Pada periode tahun ada dua kecarnatan yang mengalami peningkatan prevalensi gizi kurang yaitu Bogor Selatan dari 7.0 persen pada tahun 2003 rnenjadi 10.7 persen pada tahun 2004, dan Bogor Barat dari 8.9 persen pada tahun 2003 menjadi 12.1 persen. Hal ini disebabkan pemekaran wilayah Kota Bogor yang terjadi pada tahun 2002 (Tabel 20). Tabel 20 Prevalensi balita gizi kurang dan buruk Kurang Buruk Kecamatan (%) (%) (%) (Yo) (%) ("A) Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Kota Bogor Surnber: Dinas Kesehatan Kota Bogor 2005

21 Gangguan pertumbuhan dari usia balita berlanjut pada saat rnasuk sekolah, ha1 ini dapat dilihat dari hasil pengukuran berat badan rnenurut umur terhadap anak yang baru rnasuk sekolah dasar yang dilakukan petugas kesehatan setiap tahun. Peningkatan rnurid dengan status gizi kurang terjadi pada antara tahun 2001 sarnpai ke 2002 yaitu sebesar 3.25 persen, persentase rnurid kelas I sekolah dasar yang berstatus gizi kurang tahun 2001 sebesar 5.75 persen rneningkat menjadi 8.9 persen pada tahun Antara tahun 2002 sarnpai 2003 terjadi penurunan sebesar 0.06 persen kernudian meningkat kernbali pada tahun 2004 sekitar 0.79 persen pada tahun 2005 (Tabel 21). Tabel 21 Perkembangan status gizi rnurid kelas I Gizi kurang Gizi Baik Tahun Gizi lebih n % n % n YO Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor 2005 Masalah gizi yang terjadi pada rnurid sekolah dasar tidak saja keadaan gizi kurang tetapi juga rnasalah gizi lebih berarti Kota Bogor rnernpunyai rnasalah gizi ganda yang rnulai terlihat dari besaran rnurid dengan status gizi lebih yang cenderung meningkat sejak tahun Berbeda dengan persentase gizi kurang yang berfluktuasi rnaka persentase gizi lebih pada murid sekolah dasar selalu rneningkat dari tahun ke tahun (Tabel 21). Berdasarkan data tahun 2005, rnurid sekolah dasar kelas I dengan keadaan gizi kurang antara 2.37 persen sarnpai persen tersebar di lirna kecarnatan. Persentase rnurid yang rnenderita gizi kurang paling rendah di Bogor Utara sebanyak 2.37 persen dan paling tinggi di Bogor Tengah sebanyak persen sedangkan rnurid yang mengalami gizi lebih terbanyak di Bogor Utara yaitu persen dan paling rendah di Tanah Sarea12.94 persen (Tabel 22). Tabel 22 Sebaran status gizi murid kelas I SD Status Gizi Kecamatan Kurang Baik Lebih n % n YO n % Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara , Bogor Tengah Bogor Barat Tanah sareal O Kota Bogor Sumber: Dinas Kesehatan 2005

22 Prevalensi balita yang rnenderita gizi kurang berkisar antara 6.1 sarnpai 10.3 persen, terendah di Bogor Tirnur dan tertinggi di Bogor Barat. Apabila dibandingkan dengan batas prevalensi gizi kurang yang besarnya kurang dari 15 persen rnaka seluruh kecarnatan terrnasuk kategori wilayah dengan prevalensi kurang gizi yang sangat rendah. Prevalensi balita gizi kurang per Kecarnatan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Prevalensi balita gizi kurang per Kecarnatan Kecarnatan Gizi Kurang (%) Gizi Buruk (%) Total (%) Kategori Bogor Selatan Bogor Tirnur Bogor Utara 7.O Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Surnber: Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2006 Rasio Jumlah Penduduk Per Dokter. Rasio jurnlah penduduk per dokter rnasih sangat tinggi. Kekurangan dokter terjadi di seluruh kecarnatan, terutarna di Bogor Barat, seorang dokter rnelayani 228 jiwa. Standar yang digunakan di Indonesia adalah seorang dokter rnelayani kurang dari 20 jiwa. Rasio jurnlah orang per dokter per kecarnatan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Rasio jumlah orang per dokter per kecarnatan No Kecarnatan Jurn'ah Jurn'ah Kepadatan ** Rasio Kategori dokter' penduduk*' 1 Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Surnber : * Dinas kesehatan Kota Bogor. 2006; " BPS Kota Bogor tahun 2006 Persen Akses Air Bersih. Air bersih rnerupakan salah satu kebutuhan rnanusia untuk rnernenuhi standar kehidupan secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan rnenjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Ketersediaan air dapat rnenurunkan water borne disease sekaligus dapat rneningkatkan perekonornian rnasyarakat. Persediaan air bersih di Indonesia terutarna diperkotaan tergolong rendah, yang ditandai dengan pelayanan air bersih di perkotaan hanya rnarnpu rnernenuhii kurang dari 50 persen kebutuhan (Bank Dunia 2004). Dalarn Water World Forum (WWF) kedua di The Haque, Belanda tahun 2000, telah dikeluarkan kesepakatan yang dikenal dengan sebutan Millenium Development Goals (MDG) 2015 di rnana salah satu target yang disepakati

23 adalah mengurangi sekitar setengah jumlah penduduk yang tidak merniliki akses terhadap "safe drinking water". Di sisi lain dalarn agenda KTT Bumi tahun 2002 Johannesburg, diharapkan pernerintah dapat meningkatkan cakupan pelayanan air minum rnenjadi 80 persen di perkotaan dan 40 persen di perdesaan. Persentase penduduk akses air bersih di tiap kecarnatan sangat bervariasi. Wilayah yang sangat tinggi dalam menunjang kesehatan apabila jangkauan fasilitas air minum yang bersih dan aman lebih dari 90 persen rumahtangga. Air baersih dan aman ini dapat bersumber dari PDAM, sumur gali, sumur pantek maupun mata air. Setiap rumahtangga dapat memiliki lebih dari satu sumber air tergantung rnaksud penggunaan air tersebut apakah untuk mandi, mencuci, dan kakus (MCK) atau memasak. Tabel 25 Persentase rumahtangga yang mempunyai akses air bersih per kecamatan Kecarnatan Jurnlah rurnahtangga yang Rumah rnenggunakan air bersih % Kategori tangga Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Sumber: Profil Kesehatan Kota Bogor tahun 2005 Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat bahwa persentase rumahtangga yang mendapatkan air bersih di Tanah Sareal paling tinggi yaitu sebesar 74.6 persen. Dari persentase tersebut dapat dikategorikan bahwa Kecarnatan Bogor Selatan, Tengah dan Barat termasuk ke dalarn kategori agak rawan, sedangkan Kecamatan Bogor Timur, Utara dan Tanah Sareal terrnasuk ke dalarn kategori cukup tahan. Persen Anak Tidak Imunisasi. lmunisasi merupakan suatu prosedur rutin yang akan rnenjaga kesehatan anak, untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya yang sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalarn jangka waktu panjang. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. lmunisasi pada anak-anak membantu pengembangan ketahanan tubuh dalam rnengantisipasi timbulnya penyakit dan kematian.

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan rnerupakan kebutuhan dasar rnanusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Kondisi terpenuhinya kebutuhan ini dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Undang-undang No. 7

Lebih terperinci

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan Analisis Data METODE PENELlTlAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini rnenggunakan rnenggunakan data sekunder yang berkaitan dengan rnasalah kerawanan pangan tahun 2004 atau 2005 serta intewensi yang telah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging, V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS 5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak 5.1.1 Jenis dan Populasi Ternak Secara urnum jenisjenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat adalah ternak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar negeri rnernpunyai peranan yang sangat penting. Pada periode tahun 1974-1981 surnber utarna pernbangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional, VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 8.1. Kesirnpulan 1. Pola konsurnsi dan pengeluaran rata-rata rumahtangga di wilayah KT1 memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

Lebih terperinci

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen terhadap produk olahan perikanan yang berrnutu, dewasa ini rnuncul industri pengolahan perikanan yang rnengalarni

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan daerah rnerupakan bagian dari pernbangunan nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang A.1. Konsumsi Daging Ayam Ras Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia baru mencapai 3,45 kg di tahun 2000 merupakan tingkat yang rendah bila dibandingkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang berjalan dewasa ini di berbagai dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, tetapi seiring dsngan perkembangannya tanaman kelapa sawit ini rnarnpu tumbuh dan berkernbang dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang lndustri perbankan, khususnya bank urnurn, rnerupakan pusat dari sistern keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan dana, rnernbantu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Provinsi Banten pada koordinat bujur timur dan 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Provinsi Banten pada koordinat bujur timur dan 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Provinsi Banten pada koordinat 106 0 20-106 0 43 bujur timur dan 6 0 00-6 0 20 lintang selatan. Luas Wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalarn usaha rnernbangkitkan sektor perekonornian rnenghadapi krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha dari seluruh lapisan rnasyarakat,

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonorni dan rnoneter telah mernberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perturnbuhan perekonornian Indonesia yang ditunjukkan dengan rnenurunnya Produk Dornestik

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. berada di Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong adalah salah satu perangkat

GAMBARAN UMUM WILAYAH. berada di Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong adalah salah satu perangkat V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis Penelitian ini difokuskan hanya pada daerah Kecamatan Cibinong yang berada di Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong adalah salah satu perangkat daerah di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun dalarn rangkaian berikut ini: (1) Karakteristik Personal: Sernua peternak, baik peternak ayarn buras

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Sepaku rata-rata 177,2 mm pada tahun 2010 Kecamatan Sepaku memiliki luas 438,50 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Ciamis, secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 0 20 sampai dengan 108 0

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai RINGKASAN DlEN EVlTA HENDRIANA. ANALISIS PEMlLlHAN STRATEGI BERSAING PRlMKOPTl KOTAMADYA BOGOR SETELAH PENGHAPUSAN MONOPOLI TATANIAGA KEDELAI OLEH BULOG. (Dibawah Bimbingan NUNUNG NURYARTONO) Kedelai sebagai

Lebih terperinci