BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Belajar Pengertian Belajar Belajar merupakan kebutuhan manusia dari sejak lahir sampai dengan akhir kahayat. Belajar tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena setiap individu dapat belajar dan memperoleh pembelajaran kapanpun dan dimana pun manusia itu berada belajar sudah menjadi kebutuhan. secara, sederhana Robbins (Triatno, 2009:15) mendifinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara suatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh Brunner (Trianto, 2009;15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengelaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangannya sangat erat kaitannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik yang disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku yang berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Jadi, belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap da dari belum tahu, dari tdak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil menjadi terampil 7

2 8 dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Rusman (2008:138) menyebutkan belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana (Rusman, 2008:138) mengatakan belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Di dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan peserta didik. Perilaku guru dalam mengajar dan perilaku guru dalam mengajar dan perilaku siswa dalam belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut memiliki keterkaitan dengan bahan pembelajaran. Hubungan antara guru, peserta didik dan bahan pembelajaran bersifat dinamis dan kompleks. Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam suatu kegiatan pembelajaran, terdapat komponen yang dapat menunjang proses tersebut yaitu tujuan, materi, strategi belajar mengajar dan evaluasi. Masingmasing komponen tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara suatu dengan yang lain Tipe Belajar Setiap orang mempunyai tipe belajar yang berbeda-beda, ada orang yang dengan mudah menerima informasi baru dengan mendengarkan langsung, ada juga yang cukup hanya dengan menulis dan ada yang harus mendemostrasikan aktivitasnya. Seorang pendidik sangat penting sekali untuk mengenali tipe belajar tersebut. Karena setiap peserta didik mempunyai tipe belajar yang berbeda-beda. DePorter (2002:168) mengatakan terdapat tiga Tipe Belajar pada manusia yaitu Tipe Visual, Tipe Auditorial, dan Tipe Kinestik.

3 9 a. Tipe Visual Orang dengan tipe belajar visual biasa yang lebih menyukai belajar atau pun menerima suatu informasi dengan melihat atau membaca. Orang yang memiliki tipe belajar visual cenderung lebih mudah menyerap, mengatur dan mengelolah suatu informasi melalui indera penglihatan (melihat). Adapun ciriciri yang lain adalah: 1) Mudah mengingat apa yang dilihat. 2) Lebih senang membaca sendiri. 3) Dapat membaca cepat. 4) Dapat membayangkan kata-kata. 5) Tidak terganggu oleh suara. 6) Berpenampilan rapi. 7) Menyukai mendemostrasikan daripada menjelaskan. 8) Kebiasaan mencoret-coret. 9) Menyukai seni yang tidak berhubungan dengan musik Peserta didik dengan tipe belajar visual belajar terbaik saat mereka mulai dengan gambaran keseluruhan, melakukan tinjuan umum mengenai bahan pelajaran akan sangat membantu. b. Tipe Auditorial Orang dengantpe belajar Auditorial ini cenderung belajar atau menerima suatu informasi dengan mendengarkan atau secara lisan. Adapun ciri-ciri yang lain adalah: 1) Lebih senang belajar dengan mendengarkan 2) Mudah mengingat yang diterangkan daripada melihat 3) Membaca dengan bersuara 4) Mudah terganggu oleh suara berisik 5) Biasanya pembicara ulung 6) Senang berbicara dan berdiskusi 7) Lebih menyukai musik Peserta didik dengan tipe belajar Auditorial lebih suka merekam pada kaset dari pada mencatat, karena mereka lebih suka mendengar informasi secara

4 10 berulang-ulang. Mereka mungkin mengulang sendiri dengan keras apa yang anda katakan. Mereka tentu saja menyimak, hanya saja mereka suka untuk mendengarkannya lagi (DePorter. 2002:168). c. Tipe Kinestik Orang dengan tipe belajar Kinestik lebih menyukai belajar atau menerima suati informasi dengan melalui gerakan atau sentuhan. Adapun ciri-ciri yang lain adalah: 1) Tidak bisa diam saat belajar. 2) Tidak bisa dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama. 3) Mendekati orang yang diajak bicara. 4) Menggunakan jari sebagai petunjuk. 5) Suka menyentuh orang saat bicara. 6) Sulit mengingat tempat bila belum pernah kesana. 7) Menyukai bahasa isyarat. 8) Menyukai seni tari Pelajar-pelajar ini menyukai proyek terapan. Para pelajar kinestetik lebih menyukai belajar melalui gerakan, dan paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta (DePorter. 2002:168) Pengertian dan Karakteristik Mind Mapping Pengertian Mind Mapping Teknik mencatat peta pikiran (Mind Mapping) merupakan salah satu teknik mencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an dengan mendasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak dengan topik utama di tengah dan subtopik dengan rinciannya diletakan. Teknik mencatat peta pikiran dirancang berdasarkan bagaimana otak memproses informasi. Otak mengambil informasi dari berbagai tanda baik itu gambar, bunyi, aroma, pikiran, maupun perasaan. Saat mengingat informasi, otak biasanya melakukannua dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, perasaan dan lain-lain. Peta pikiran menirukan cara kerja otak tersebut. Peta pikiran merekam seluruh informasi melaluis simbol, gambar, kata dan warna. Catatan yang dihasilkan menggambarkan pola gagasan yang saling berkaitan pada cabang-

5 11 cabangnya. Oleh karena itu, catatan dalam bentuk peta pikiran memungkinkan otak memahami ulang gagasan dalam wacana secara utuh dan menyeluruh. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penilitian menunjukan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan apabila kita menyimpan informasi seperti cara kerja otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar akan semakin mudah. Dalam peta pikiran, kita dapat melihat hubungan antara suatu ide dengan ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi. Otak manusia terdiri dari dua belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphare) yang disambung oleh segumpul serabut yang disebut corpuss callosum. Menurut Suyanto (2009:93) menyatakan bahwa: Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, linear, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas, kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan rtespons yang berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan Mind Mapping atau Peta pikiran adalah motode mencatat kreatif yang dapat memudahkan kita dalam mengingat banyak informasi (Bobby DePorter, 2004:175). Peta pikiran merupakan perjalanan yang hebat bagi ingatan, dengan memberi kemudahan kepada kita dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak akan dilibatkan dari awal. Herdian (2009: 80) menyebutkan bahwa: Mind Mapping merupakan teknik penyusun catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan Mind Mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.

6 12 Mind Mapping merupakan peta rute bagi ingatan, memungkinkan kita untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga arah kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan secara tradisioanal. Menurut Hernowo (Sri, 2009:24) menggemukakan bahwa: Peta pikiran merupakan alat berpikir yang sangat efektif karena memberi peluang kepada kita untuk membuat garis besar tentang berbagai gagasan pokok dan menyebabkan kita melihat secara jelas dan cepat bagaimana berbagai gagasan tadi saling berhubungan dan berkaitan. Dengan menggunakan Mind Mappingi daftar informasi yang panjang dapat dipetakan secara sederhana dan menarik karena dilengkapi dengan warnawarni yang teratus, mudah diingat dan bekerja selaras dengan otak kita. Prinsip dari Mind Mapping adalah: a. Sinergis Sinergis artinya penggunaan secara seimbang. Sebenarnya otak bekerja secara sinergis di dalam sebuah sistem sinergis. Keseluruhan adalah lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Secara singkat pelatihan salah satu otak akan meningkatkan kemampuan otak yang lain bila digunakan secara seimbang. b. Pengualangan Mind Mapping sangat baik membantu siswa untu mengingat dan berimajinasi, tetapi yang terpenting dari Mind Mapping adalah seberapa penting kita mengkaji ulang materi yang telah kita ketahui. Rumus pengulangan menurut Toni Buzan (2008:125) antara lain: 1) Tepat setelah pertama kali mempelajari. 2) Satu hari setelah mempelajarinya 3) Satu minggu setelah mempelajarinya. 4) Satu bulan setelah mempelajarinya. 5) Tiga sampai Enam bulan setelah mempelajarinya. Mind Mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada, sehingga menimbulak adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. Dengan penggunaan warna dan simbol-simbol yang menarik akan

7 13 menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pekiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam belajar. Menurut DePorter dikatakan bahwa: Peta pikiran merupakan pendekatan kesuluruhan otak yang akan membuat siapapun mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halamn. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran akan memberikan kesan yang lebih dalam. Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan diamana kita berada. Buzan mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengelola informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Menurut Yovan (2008: 12) mengatakan aplikasi peta pikiran dapat meningkatkan kreativitas individu maupun kelompok. Hal ini disebabkan karena peta pikiran memungkinkan penggunaan unsur-unsur kreativitas seperti gambar, bentuk, warna, dan lainnya dalam membentuk representasi mental. Selain itu, pikiran juga mengakomodir berbagai sudut pandang yang berbeda dari individu dan kelompok. Berbagai teknologi pikiran yang memacu kreativitas seperti, brainwriting, brainwalking dan semantic intution sangat kompatibel dengan aplikasi peta pikiran Karakteristik Mind Mapping Hayati (2009:27) mengatakan teknik peralatan dengan menggunakan Mind Mapping memliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 1. Subjek yang menjadi perhatian mengalami kristilisasi dalam citra sentral

8 14 2. Tema utama dari subjek memancar dari citra sentral sebagai cabangcabang 3. Cabang-cabang terdiri dari citra kunci atau kata kunci yang dituliskan di garis yang berasosiasi. Topik-topik dengan tingkat kepentingan yang lebih kecil juga digambarkan sebagai cabang-cabang yang melekat pada cabang dari tingkat yang lebih tinggi. 4. Cabang-cabang ini membentuk struktur nodus yang berhubungan Manfaat Mind Mapping Agar terdorong untuk menggunakan peta pikiran, kita perlu mengetahui manfaat dari peta pikiran yang diantaranya adalah menyenangkan, imajinasi dan kreativitas kita tidak terbatas. (DePorter, 2004:172). Masih menurut DePorter (2004:172) ada beberapa manfaat dari peta pikiran antara lain: membuat berpikir lebih fleksibel, dapat memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman dan menyenangkan. Sementara itu, Buzan mind mapping (peta pikiran) memiliki manfaat antara lain: membantu merencana, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik serta belajar lebih cepat dan efisien. Berbeda dengan kedua pemikiran di atas, Michalko (dalam Buzan, 2008: 6) mengatakan manfaat mind mapping antara lain: mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus pada bahasa, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian dari informasi yang terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, serta memungkinkan kita mengelompokkan konsep, juga membantu kita membandingkannya. Terakhir mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping 1. Kelebihan Mind Mapping Keuntungan lain penggunaan catatan Mind Mapping menurut Rostikawati (2009) yaitu dapat membiasakan siswa untuk melatih aktivitas

9 15 kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistem limbik yaitu peranannya sebagai pengaturan emosi seperti marah, senang, lapar, dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambahkan kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreativitas. Pemetaan pikiran yang terdapat dalam pembelajaran kuantum adalah salah satu produk kreatif bentuk sederhana yang dapat dikembangkan. Dengan teknik mencatat pemataan pikiran diduga kreatifitas (sikap kreatif) siswa akan meningkat. 2. Kekurangan Mind Mapping Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan Mind Mapping akan relatif lebih lama dan memerlukan banyak peralatan dan warna. Diperlukan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi untuk menghasilkan Mind Mapping yang baik. Tetapi semakin kita banyak berlatih hal ini dapat diatasi, disamping guru memberikan lingkungan yang positif dan motivasi kepada anak Sintaks Pembelajaran Mind Mapping Selayaknya model pembelajaran, maka mind mapping sebagai salah satu model pembelajaran, tentu memiliki sintaks pembelajarannya sendiri. Menurut Sugiarto Iwan (2004: 67) mengutarakan bahwa langkah-langkah (sintaks) pembelajaran dalam mind mapping adalah sebagai berikut: 1. guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. guru menyajikan materi sebagaimana biasa. 3. untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang. 4. menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu, menceritakan materi yang baru diterima dari guru, dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

10 16 5. menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. 6. guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa. 7. kesimpulan/penutup. Sementara itu, Pandley (1994: 46) mengatakan tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan mind mapping adalah sebagai berikut: 1. guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran tentang materi pelajaran yang akan dipelajari. 2. siswa mempelajari konsep tentang materi pelajaran yang dipelajari dengan bimbingan guru. 3. setelah siswa memahami materi yang telah diterangkan oleh guru, guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan. Kemudian siswa dihimbau untuk membuat peta pikiran dari materi yang dipelajari. 4. untuuk mengevaluasi siswa tentang pemahaman materi, guru menunjuk beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil peta pikiran tentang materi dengan mencatat atau menuliskan di papan tulis. 5. dari hasil presentasi yang ditulis di papan tulis, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. 6. guru memberikan soal tentang materi yang telah dipelajari kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Rahayu Ratri, dkk (2012: 48) memaparkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan mind mapping antara lain sebagai berikut: 1. guru menyampaikan materi prasyarat dan tujuan yang ingin dicapai. 2. peserta didik diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang peserta didik. 3. peserta didik diminta berdiskusi dengan temannya mengenai materi/permasalahan yang disampaikan guru (mind)

11 17 4. tiap kelompok diminta untuk memaparkan hasil diskusi di depan kelas secara serentak (mapping). 5. guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkap oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Bedasarkan buku pintar Tony Buzan (2008) ada tujuh langkah dalam pembuatan Mind Mapping, antara lain sebagai berikut: 1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar,karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. 2) Gunakan gambar atau simbol untuk ide sentral,karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi.sebuah gambar sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita. 3) Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat Mind Mapping lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan 4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (ide pokok) dan hubungkan cabang ketingkat dua dan tiga ketingkat satu dan dua, seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat ) hal sekaligus.bila kita menghubungkan cabang-cabang,akan lebih mudah mengerti dan mengingat. 5) Buatlah garis melengkung, bukan lurus, karena garis lurus akan membosankan otak. 6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Mapping. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi, lebih bebas dan bisa memicu ide dan pikiran baru. 7) Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral setiap gambar bermakna seribu kata. Penekanan tentang langkah-langkah Mind Mapping dikemukakan oleh Tony Busan dalam bukunya yang berjudul The Ultimate Book of Mind Map, adalah sebagai berikut: a. Tulis judul di tengah-tengah kertas dan beri gambar yang sesuai untuk memudahkan mengingat judul tersebut. b. Buat cabang utama terkait topik tadi misalkan apa definisi mind map, bagaimana otak bekerja, apa itu kesuksesan, latihan apa yang bisa dilakukan dan bagaimana aplikasinya.

12 18 c. Teruskan dengan membuat cabang-cabang utama lainnya dan gunakan warna berbeda. d. Ingat beri label setiap cabang hanya dengan kata kunci saja. Semakin sedikit semakin baik. Anda mencatat bukan untuk menghafal melainkan untuk memahami dengan bahasa Anda sendiri. e. Selanjutnya dari tiap cabang buat sub cabang untuk hal-hal yang saling berhubungan. f. Gunakan garis-garis lengkung dan alur yang nyaman buat Anda. Tidak ada aturan khusus dalam membuat mind mapping sebab Anda-lah sang seniman. g. Jika ada hal-hal yang berhubungan pada sub yang berbeda, Anda bisa menarik garis sebagai pengingat adanya kaitan antara kedua hal tersebut. Pendapat lain tentang langkah-langkah pembuatan Mind Mapping juga dimuat dalam (diupload 8 September 2012) adalah sebagai berikut: 1. Tentukan tema yang akan ditulis, atau perhatikan tema apa yang sedang dipelajari. Tulis tema ini di bagian tengah kertas. Kemudian wadahi kata ini dengan sebuah gambar atau simbol. Bisa menggunakan lingkaran, persegi, segi tiga, bintang, dan lain-lain. Berikan juga warna agar lebih menarik. 2. Tentukan sub atau bagian dari tema tadi dalam beberapa kata kunci. Misalnya untuk Mind Map, sub tema dan kata kuncinya adalah Tema, Sub tema, Simbol, Konektor. Wadahi Subtema tersebut dalam gambar atau simbol yang lebih kecil dari pada wadah tema. Tarik garis penghubung dari tema ke subtema. 3. Tentukan unsur-unsur subtema sebagai penjelas. Misalnya unsur subtema simbol dalam bentuk, warna, ukuran. 4. Berikan warna yang berbeda untuk subtema, semakin banyak warna dan simbol semakin baik merangsang kerja otak. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembuatan mind mapping adalah sebagai berikut: a. Menentukan tema yang akan dibuat mind mapping. Tulis tema tersebut dengan posisi di bagian tengah kertas. Kemudian wadahi tema tersebut dengan sebuah gambar atau simbol. Bisa menggunakan lingkaran, persegi, segi tiga, bintang, dan lain-lain. Berikan juga warna agar lebih menarik. b. Tentukan sub tema dari tema tadi dalam beberapa kata kunci. wadahi sub tema tersebut dalam gambar atau simbol yang lebih kecil dari pada wadah tema. Tarik garis penghubung dari tema ke sub tema.

13 19 c. Tentukan unsur-unsur tema sebagai penjelas. a. Berikan warna yang berbeda untuk subtema, semakin banyak warna dan simbol semakin baik merangsang kerja otak. Berdasarkan pemaparan ketiga pendapat di atas tentang sintaks (langkahlangkah pembelajaran model pembelajaran mind mapping, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran mind mapping adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi sifat-sifat cahaya. 2) Siswa diminta membentuk kelompok, dimana masing-masing kelompok beranggotakan empat siswa. 3) Setelah dibentuk kelompok, guru menginstruksikan untuk melakukan diskusi kelompok, yaitu membuat langkah-langkah pembuatan mind mapping dengan urut-urutan sebagai berikut: a. Menentukan tema yang akan dibuat mind mapping. Tulis tema tersebut dengan posisi di bagian tengah kertas. Kemudian wadahi tema tersebut dengan sebuah gambar atau simbol. Bisa menggunakan lingkaran, persegi, segi tiga, bintang, dan lain-lain. Berikan juga warna agar lebih menarik. b. Tentukan sub tema dari tema tadi dalam beberapa kata kunci. wadahi sub tema tersebut dalam gambar atau simbol yang lebih kecil dari pada wadah tema. Tarik garis penghubung dari tema ke sub tema. c. Tentukan unsur-unsur tema sebagai penjelas. d. Berikan warna yang berbeda untuk subtema, semakin banyak warna dan simbol semakin baik merangsang kerja otak. 4) Setelah penjelasan ulang tentang materi dan pembuatan mapping, masingmasing kelompok diminta untuk presentasi di depan kelas hasil mind mapping materi sifat-sifat cahaya yang telah dilakukan. 5) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. 6) Guru menjelaskan ulang materi yang belum dipahami siswa. 7) Guru memberikan tes secara individual IPA Hakikat IPA Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan fenomena

14 20 yagn terjadi di alam. Dengan mempelajari seluk beluk alam dan fenomenanya siswa diharapkan mampu memahami manfaat alam dalam kehidupan seharihari dan dapat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupannya. Namun demikian, menurut Iskandar (2001:2-3) hakikat pembelajaran IPA terdiri dari: a. IPA sebagai produk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori IPA. Fakta dalam IPA adalah pertanyaan benda-benda yang benarbenar ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep IPA. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsepkonsep dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. b. IPA sebagai proses Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan diantaranya adalah: 1. Mengamati. 2. Mengukur. 3. Menarik kesimpulan. 4. Mengendalikan Variabel. 5. Membuat Grafik dan Tabel Data. 6. Membuat Definisi Operasional. 7. Melakukan Eksperimen. c. IPA sebagai sikap. IPA sebagai sikap ilmiah yaitu dalam memecahkan masalah seorang ilmuan sering berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Beberapa ciri sikap ilmiah yaitu: 1. Obyektif terhadap fakta. 2. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan. 3. Bersifat terbuka terhadap kritik. 4. Tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat. 5. Bersifat hati-hati.

15 21 6. Ingin menyelidiki Tujuan Pembelajaran IPA di SD Depdiknas (2006: 61), dinyatakan bahwa salah satu tujuan pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sulistyorini (2007: 40), mengemukakan tujuan pembelajaran IPA, sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tercakup dalam standar isi kurikulum. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah komponen pokok kurikulum yang ditetapkan oleh kurikulum pusat. Indikator pencapaian tujuan pembelajaran diturunkan dari Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh kurikulum pusat. SK dan KD menjadi pedoman untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapai tujuan pembelajaran, dan tujuan yang hendak dicapai dalam

16 22 suatu pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPA kelas V, semester II sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk rincian SK dan KD yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. 1 Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Materi Sifat- Sifat Cahaya Standar Kompetensi Indikator Kompetensi Menerapkan sifatsifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 1. Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap) 2. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar, cerming lengkung (cembung atau cekung) 3. Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan. 4. Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna. 5. Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari Kajian Penelitian Yang Relevan Pada penerapan metode pembelajaran Mind Mapping yang dilakukan Shofiah (2007). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, dengan penerapan mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar kelas XI IPS dalam mata pelajaran sejarah. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata skor siswa dari pada hasil tes awal 33,75% meningkat menjadi 73,25% hal ini berarti peningkatan skor sekitar 39,5% pada tes siklus I. Sedangkan pada siklus II hasil tes awal siswa adalah 36% dan pada dan pada post tes meningkat menjadi 88,75% ini menunjukkan telah terjadi peningkatan skor siswa sebanyk 52,75%. Fatma (2010), yang melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar IPS

17 23 Terpadu Pada Siswa Kelas VII A SMP Walisongo Gempol di Pasuruantemua. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya model belajar yang penulis tawarkan dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII A SMP Walisongo Gempol Pasuruan (1) pada perencanaan model mengacu pada RRP yang telah dirancang, pelaksanaan model sesuai dengan RPP yang telah dirancang secara kolaborasi bersama ibu Vivi Rianti selaku guru IPS Terpadu kelas VII A; (2) pada pelaksanaan dapat berjalan lancar, pelaksanaan model mind mapping merupakan pengalaman baru bagi guru dan siswa dan mind mapping telah memberi beberapa manfaat bagi siswa dan guru dalam belajar, manfaat mind mapping yang diperoleh antara lain: siswa menjadi semangat belajar, siswa mudah mengingat pelajaran dan siswa memperoleh pengalaman menggambar dan guru lebih mudah menjelaskan materi pelajaran pada siswa; (3) pada penilaian, dari data secara kuantitatif perolehan skor dalam prestasi belajar dan kreativitas siswa memperoleh nilai yang cukup tinggi Kerangka Berpikir Menggunakan Mind Mapping sebagai model pembelajaran, karena ternyata model pembelajaran ini mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikanya, termasuk dalam penjelasan teoritik tentang model pembelajaran mind mapping itu sendiri. Penelitian ini, karena itu menggunakan model pembelajaran ini dimana harapannya adalah bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa dapat memaksimalkan informasi yang dimiliki tentang materi dalam pelajaran IPA, dimana dengan kemampuan memanggil informasi tentang materi itu, dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa. Penjelasan di atas digambarkan dalam bagan kerangka berpikir, sebagai berikut:

18 24 Alur Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Mind Mapping dalam Mata Pelajaran IPA Proses Pembelajaran IPA KD : Menerapkan Sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu model/karya Pembelajaran Konvensional Metode : Ceramah dan bersifat teacher center Guru menjelaskan materi dengan hanya berbantuan buku pegangan/lks saja. Siswa :Diam mendengarkan. Bermain sendiri, bosan, mengantuk, tidak memperhatikan Hasil belajar IPA siswa rendah Model Pembelajaran Mind Mapping Rubrik penilaian aktivitas Aktivitas menyimak penjelasan materi sifatsifat cahaya Rubrik penilaian menyimak penjelasan materi Aktivitas membentuk kelompok Aktivitas bekerja sama untuk menentukan topik sifat-sifat cahaya Aktivitas bekerja sama menuliskan topik di bagian tengah kertas Rubrik penilaian pembentukan kelompok Rubrik penilaian menentukan topik Rubrik penilaian menuliskan topik Aktivitas bekerja sama memberi gambar atau simbol pada topik sifat-sifat cahaya Rubrik penilaian memberi gambar atau simbol Aktivitas bekerja sama memberi warna pada topik sifat-sifat cahaya Aktivitas bekerja sama menuliskan kata kunci sifat-sifat cahaya Aktivitas bekerja sama menarik garis penghubung dari topik ke sub topik Aktivitas mempresentasikan hasil kerja kelompok (mapping) Aktivitas bekerja sama membuat kesimpulan Rubrik penilaian memberi warna Rubrik penilaian menuliskan kata kunci Rubrik penilaian menarik garis penghubung Rubrik penilaian presentasi Rubrik penilaian membuat kesimpulan Penilaian hasil Tes Formatif Skor aktivitas Penilaian Proses Hasil Belajar Siswa Pada Mapel IPA Meningkat

19 Hipotesis Tindakan Berdasarkan pemaparan kajian teoritis dan kerangka pikir di atas maka hipotesis tindakan ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2012/2013, dapat dilaksanakan.

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd Mind Mapping Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 1. Hakikat Mind Mapping Mind Mapping atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak yang menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini berisi tentang beberapa pendapat para ahli mengenai pembelajaran IPA, metode pembelajaran mind mapping, hasil belajar, penerapan mind mapping

Lebih terperinci

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis Oleh Susana Widyastuti, M.A. Disampaikan pada Seminar Metode Belajar yang Efektif Yang diselenggarakan pada Sabtu, 25 September 2010 Oleh Pusat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah model yang menggunakan kinerja secara diskusi atau kelompok. Hal ini didukung oleh para

Lebih terperinci

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING Suhel Madyono Universitas Negeri Malang Alamat: Tunjung, Udanawu, Blitar, HP: 085733311038 e-mail: suhel.madyono.fip@um.ac.id Abstrak: Metode pembelajaran di SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta. diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi.

BAB I PENDAHULUAN. selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta. diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains disingkat menjadi IPA, merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerolehan proses belajar di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah salah satu masalah yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narasi sebenarnya merupakan karangan yang mudah ditulis oleh siswa karena karangan ini dikembangkan melalui kegemaran siswa dalam mendengarkan cerita atau bercerita.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau dikenal juga dengan sains menurut Bundu (2006) merupakan sejumlah proses kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar Siswa. (Rosliana Siregar) PENERAPAN IPTEKS

Penggunaan Metode Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar Siswa. (Rosliana Siregar) PENERAPAN IPTEKS Penggunaan Metode Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar Siswa (Rosliana Siregar) Abstrak Mind mapping (pemetaan pikiran) diadopsi untuk mencapai hasil pembelajaran yang baik. Peta pikiran ini menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini yang dikenal dengan era globalisasi dan teknologi informasi, adalah merupakan fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi perubahan yang sangat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JETIS 4 NUSAWUNGU CILACAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Indiarti Purnamasari Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI Oman Farhurohman 35 Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI Oleh: Oman Farhurohman 1 Abstrak Upaya dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran, seyogyanya ketika proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Mas ud Zein dan Darto, pemahaman ( comprehension ) adalah kemampuan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Mas ud Zein dan Darto, pemahaman ( comprehension ) adalah kemampuan 11 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pemahaman Konsep Matematis Salah satu kemampuan yang dievaluasi dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan pemahaman konsep matematika. Menurut Mas ud Zein dan Darto, pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah demokratisasi penyelenggaraan pendidikan yang memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. adalah demokratisasi penyelenggaraan pendidikan yang memperkuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika perubahan dan pengembangan teori-teori pembelajaran sangat cepat dan sangat produktif, sehingga pembaharuan pendidikan sudah mengalami percepatan siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab 1 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon) UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon) H. Abdul Rojak 1 1. Guru SMP Negeri 3 Kota Cirebon Abstrak Model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Mind Mapping Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ulih dalam Slameto (2003:65)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri siswa. Orang yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri siswa. Orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa yang baik akan mempermudah berinteraksi dengan orang banyak. Tentunya ini membutuhkan arahan khusus untuk terampil berbahasa. Berdasarkan Standar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

Oleh Anggrianne Anastasia Panjaitan ABSTRAK

Oleh Anggrianne Anastasia Panjaitan ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Anggrianne Anastasia Panjaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia lahir dengan segala potensi yang dimiliki, termasuk potensi pikiran. Namun, pada praktik pembelajaran, penggunaannya masih jauh dari optimal. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada dirinya seseorang. Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN PADA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN PADA SISWA Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2014 Volume 17 Nomor 2 84 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN PADA SISWA Oleh Hayaton* Hayaton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Subyek Tindakan 3.1.1 Subyek Penelitian Subyek penelitian dilakukan di kelas V SDN 1 Kedungrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora dengan jumlah peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE PETA ALUR PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Dewi Ekowati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk hasil belajar, pembelajaran IPS, minat belajar, dan metode pembelajaran Mind Mapping. 2.1.1 Hakikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat. menerima konsep-konsep ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat. menerima konsep-konsep ilmu pengetahuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerusakan pendengaran membawa akibat dalam perkembangan bahasa. Selain itu, konsekuensi akibat gangguan pendengaran bagi penderita adalah mengalami kesulitan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI TEKNIK MIND MAPPING MURID KELAS III SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR. Syahrun KEPALA SD KARTIKA XX-1 MAKASSAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI TEKNIK MIND MAPPING MURID KELAS III SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR. Syahrun KEPALA SD KARTIKA XX-1 MAKASSAR PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI TEKNIK MIND MAPPING MURID KELAS III SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR Syahrun KEPALA SD KARTIKA XX-1 MAKASSAR ABSTRAK: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI MIND MAPPING PADA ANAK TK AISYAH 29 SURABAYA. Endah Hendarwati, SE, M.Pd

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI MIND MAPPING PADA ANAK TK AISYAH 29 SURABAYA. Endah Hendarwati, SE, M.Pd PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI MIND MAPPING PADA ANAK TK AISYAH 29 SURABAYA Endah Hendarwati, SE, M.Pd email : endah_hen@yahoo.com ABSTRAK Mind Mapping adalah suatu metode untuk memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran Geografi di sekolah meliputi tiga aspek yaitu pengetahuan Geografi (geographical knowledge), keterampilan Geografi (geographical skills) dan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional setiap guru.

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping) Hadijah, H.K Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari hari ke hari semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar menuliskan kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan proses yang dialami oleh tiap orang mulai dari masa anak-anak sampai menjadi dewasa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja (Bahaudin, 1999:53). Mind map adalah teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deskripsi memiliki makna gambaran. Gambaran akan suatu keadaan atau perwujudan sebuah benda atau seseorang. Mendeskripsikan adalah cara agar seorang pembaca dapat membayangkan

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. University Press (2014), ingatan adalah kemampuan pikiran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. University Press (2014), ingatan adalah kemampuan pikiran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Mengingat 1. Defenisi Ingatan Menurut Matlin (2005), ingatan adalah proses untuk mempertahankan informasi dalam kurun waktu tertentu. Menurut Oxford University Press

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

PENGARUH TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 PENGARUH TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Widia Susanti Sihombing Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini merupakan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan metode pembelajaran Mind Mapping pada peserta didik kelas IV SD Negeri Kutowinangun 05 Kota

Lebih terperinci

Biogenerasi 1 (2) (2017) Biogenerasi

Biogenerasi 1 (2) (2017) Biogenerasi Biogenerasi 1 (2) (2017) Biogenerasi Jurnal Pendidikan Biologi http://www.jurnalbiogenerasi.com / PERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PETA PIKIR) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena manusia tidak terlepas dari berkomunikasi, Fungsi utama bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pengajar dan sekaligus sebagai manajer. Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai hasil dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakter Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Kalipucang Kulon Kecamatan Batang Kabupaten Batang sebanyak 2 siklus,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Anak berkelainan pendengaran atau tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan atau kerusakan pada satu atau lebih organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terabaikan demikian pula sebaliknya. Merosotnya kualitas pendidikan. para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya

I. PENDAHULUAN. terabaikan demikian pula sebaliknya. Merosotnya kualitas pendidikan. para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas dan kuantitas pendidikan sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanwirul Mikdas, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanwirul Mikdas, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alasan peneliti tertarik untuk mengamati siswa tentang menulis karangan narasi siswa kelas V di SD Negeri Kamanisan kecamatan Curug kota Serang ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Hakikat IPA IPA sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains (Inggris: science) berasal dari kata scientia yang berarti:

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

Pertemuan 14 dan 15. Materi 1: Problem Based Learning. A. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Pertemuan 14 dan 15. Materi 1: Problem Based Learning. A. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Pertemuan 14 dan 15 Materi 1: Problem Based Learning A. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi awal subjek penelitian Observasi awal yang dilakukan di kelas V SD Negeri Candisari I Ampel, peneliti berhasil menemukan beberapa permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar IPS yang berlangsung di SDN Pulutan 02 Kec. Sidorejo Salatiga berdasarkan pengamatan langsung yang telah dilakukan, terkesan monoton. Tidak

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIND MAPPING PADA PELAJARAN MATEMATIKA

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIND MAPPING PADA PELAJARAN MATEMATIKA UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIND MAPPING PADA PELAJARAN MATEMATIKA TRI SUCI MAYANG SARI Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ABSTRAK Penelitian ini adalah Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia ialah dengan berusaha meningkatkan kualitas guru melalui berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persoalan utama dalam proses belajar mengajar adalah bagaimana menghadirkan belajar menjadi menarik, menantang, tetapi kemudian hasil belajar itu dapat dipahami,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a)berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT

PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT Sri Indriati Hasanah dan Ukhti Raudhatul Jannah Universitas Madura E-mail: najwa_kurnadi@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia SMA, tujuan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah adalah siswa terampil berbahasa. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat yang semakin pesat, menuntut perubahan cara dan strategi guru dalam membelajarkan siswa tentang sesuatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan landasan utama dalam menciptakan generasi bangsa yang cerdas, bermoral, mampu mengikuti perkembangan teknologi dunia, dan memiliki kecakapan individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah PTK. Penelitian dilakukan di kelas IV SDN Kutowinangun 09 Kota Salatiga. Waktu penelitian dimulai pada awal semester

Lebih terperinci

Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca

Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca A. Pendahuluan Diposting oleh : Zikwan, S.Pd. Secara neurobiologis, otak manusia terdiri atas miliaran sel saraf atau neuron

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembelajaran merupakan sistem yang bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembelajaran merupakan sistem yang bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran merupakan sistem yang bertujuan untuk membantu kegiatan belajar siswa yang dirancang sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi proses belajar. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat hal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat hal tersebut mendapat porsi seimbang dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pembicaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mind mapping, kecerdasan, kecerdasan visual-spasial. kalangan meskipun sering disalahartikan atau diartikan common sense atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mind mapping, kecerdasan, kecerdasan visual-spasial. kalangan meskipun sering disalahartikan atau diartikan common sense atau 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Kajian teori ini mengkaji tentang belajar dan pembelajaran, model pembelajaran mind mapping, kecerdasan, kecerdasan visual-spasial. 1. Belajar dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau

Lebih terperinci