BAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,
|
|
- Shinta Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau Kalimantan pada umumnya dan Provinsi Kalimantan Barat pada khususnya adalah suku Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil, kelompok-kelompok tersebut mempunyai struktur dan sistem hukum yang berbeda-beda. Pada umumnya sistem keturunan yang dianut oleh masyarakat adat Dayak Kalimantan Barat adalah sistem Parental atau Bilateral, sedangkan sistem perkawinan Dayak adalah Endogami, yaitu mengadakan perkawinan hanya di dalam tribe atau rumpun mereka sendiri (antar keluarga). Pada dasarnya hidup suku Dayak terisolir, tetapi lambat laun bertambah terbuka berkat lalu lintas dan modernisasi, dalam arti masuknya tata hidup dari luar yang membawa perubahan-perubahan dalam segala segi kehidupan sehari-hari, baik kebiasaan-kebiasaan/mental, maupun dalam cara mempergunakan alat-alat yang baru dikenal. 1 Kabupaten Sintang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Sintang, terdiri dari 14 kecamatan dengan total luas wilayah km². 14 Kecamatan tersebut adalah Ambalau, Binjai Hulu, Dedai, kayan Hilir, Kayan Hulu, Kelam Permai, Ketungau Hilir, Ketungau Hulu, Ketungau Tengah, Sungai Tebelian, 1 Bushar Muhammad, 2013, Pokok Pokok Hukum Adat, Balai Pustaka, Jakarta, hlm
2 2 Sepauk, Serawai, Sintang, Tempunak. 2 Penduduk yang mendiami Kabupaten Sintang di dominasi oleh suku Dayak dan suku Melayu yang tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Sintang. Suku Dayak yang banyak mendiami Kecamatan Kelam Permai adalah suku Dayak Desa, Dayak Sebaruk dan Dayak Seberuang. 3 Masyarakat Dayak Desa dulunya tinggal di rumah-rumah panjang, namun sekarang rumah panjang bagi masyarakat Dayak Desa tidak lebih dari sekedar simbol budaya. Satu-satunya kampung masyarakat dayak Desa yang masih bertahan di rumah panjang hanya kampung Ensaid Panjang, itu pun karena dijadikan kawasan wisata dan budaya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang. Hilangnya rumah panjang tidak terlepas dari program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Misalnya program regrouping bagi desa-desa terisolasi yang dihuni masyarakat dayak, melalui projek resettlement desa dan resettlement penduduk, bahkan budaya masyarakat dayak di pedalaman terutamanya rumah panjang didakwa turut menghambat program penataan desa. 4 Masyarakat Dayak Desa secara tradisi bergantung dengan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, ketersediaan sumberdaya alam seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan sangatlah penting untuk kelangsungan hidup. Praktik-praktik budaya sehari-hari seperti perladangan berpindah, berburu dan mengumpulkan hasil hutan menggambarkan kehidupan sosial 2 Mersamjambi, 2014, diakses pada tangggal 25 februari, pada pukul 12:00. 3 Hasil wawancara dengan Bapak Maryadi, Camat Kelam Permai, pada tanggal 25 februari Herpanus, 2014, diakses pada tanggal 25 februari 2015, pada pukul 12:10.
3 3 masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman pola kehidupan masyarakat mulai bergeser, perladangan berpindah mulai ditinggalkan masyarakat salah satu penyebabnya yaitu keterbatasan hutan dikarenakan pembangunan. Hutan yang dulunya dijadikan ladang berpindah kini oleh masyarakat dijadikan lahan perkebunan dan pertanian, dengan ditanami pohon karet dan dijadikan sawah. Dalam kebudayaan suku Dayak Desa ada istilah Bujang Bebini Dara Belaki, yang masing-masing kata mempunyai pengertian menurut tata bahasa Dayak Desa. Pertama, kata bujang artinya seorang laki-laki yang masih lajang, kedua kata bebini artinya beristeri, ketiga kata dara artinya seorang perempuan yang masih lajang dan keempat kata belaki artinya bersuami. Bujang Bebini Dara Belaki suatu proses di mana seorang laki-laki dan seorang perempuan yang ingin membentuk sebuah rumah tangga. Dilihat dari bentuknya jelas Bujang Bebini Dara Belaki jelas merupakan perkawinan yang monogami. Perkawinan poligami dari sudut pandang adat tidak diperkenankan dalam masyarakat suku Dayak Desa, meskipun dalam kenyataannya masih ada pelanggaran yang kemudian dilegalkan dengan memberikan sanksi adat. 5 Sistem perkawinan suku Dayak adalah Endogami, dalam arti mereka mengadakan perkawinan satu sama lain di dalam Tribe mereka sendiri ( antar keluarga ). 6 Tribe mempunyai pengertian setiap satuan orang yang 5 Ibid 6 Bushar Muhammad, 2013, Pokok Pokok Hukum Adat, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 25
4 4 dipersatukan oleh ikatan keturunan, mempunyai tradisi, dan juga dipersatukan oleh pemimpin yang sama atau sama-sama mempunyai primus interpares. 7 Ada beberapa alasan mengapa mereka mengambil sistem endogami ini, yaitu : 8 1. Dipandang dari sudut keamanan, pertahanan ; 2. Dipandang dari sudut pemilikan tanah, kebun, sawah dan sebagainya. 3. Dipandang dari sudut kemurnian darah/keturunan, dan lain-lain pantangan yang bersifat magis religius. Selanjutnya, begitu pula dengan sistem perkawinan suku Dayak Desa adalah endogami, yaitu perkawinan sesama suku atau rumpun. Perkawinan yang ideal bagi masyarakat Dayak Desa adalah perkawinan derajat kedua kesamping yaitu sepupu dari kakek yang bersaudara. Dalam perkembangannya perkawinan suku Dayak Desa tidak lagi hanya suku dan rumpun saja, terjadi perkawinan antar suku di dalam suku Dayak Desa. Terjadinya perkawinan antar suku ini sehingga secara otomatis juga akan mempengaruhi terhadap pewarisan itu sendiri, yang juga dapat menimbulkan konflik antara para ahli waris. 9 Perkawinan antar suku adalah bentuk perkawinan yang terjadi antara suami dan istri yang berbeda suku bangsa, adat dan budaya. Terjadinya perkawinan antar suku pada umumnya menimbulkan masalah hukum antara tata hukum adat, yaitu hukum mana dan hukum apa yang akan diberlakukan 7 Mohammad Darry, 2014, Hubungan%20Antar%20Suku%20Bangsa-Tribe%20Vs%20Ethnic%20Groups.html, diakses pada tanggal 19 Mei 2016, pada pukul 00:15. 8 Ibid, hlm Ibid
5 5 dalam pelaksanaan perkawinan itu. Sebagian hukum adat tidak membenarkan tejadinya perkawinan antar suku, namun dalam perkembangannya hukum adat ada yang memberikan jalan keluar untuk mengatasi masalah ini sehingga perkawinan antar suku dapat dilaksanakan. 10 Menurut hukum adat Dayak Desa, apabila akan dilaksanakannya perkawinan antar suku maka hukum adat ini memberikan jalan keluar yaitu dengan Nguang yaitu laki-laki atau perempuan yang bukan suku Dayak Desa masuk kedalam masyarakat adat Dayak Desa atau dengan nguai yaitu laki-laki atau perempuan suku Dayak Desa keluar dari masyarakat adat Dayak Desa. 11 Apabila laki-laki atau perempuan suku Dayak Desa memilih untuk nguai maka secara otomatis akan kehilangan terhadap hak-hak adatnya termasuk dalam hal pewarisan. Hal ini dapat menimbulkan konflik terhadap pewarisan. Masyarakat hukum adat suku Dayak Desa sudah sejak lama menyelesaikan konflik-konflik adat melalui kelembagaan tradisional, yaitu hakim perdamaian desa. Biasanya yang bertindak sebagai hakim perdamaian desa ini adalah ketua adat. Apa yang dilakukan oleh ketua adat selaku hakim perdamaian desa tidak menggunakan peradilan adat dan menggantikannya dengan sistem kelembagaan yang berorientasi pada masyarakat. Perkembangan jaman yang terus menerus mengalami kemajuan ke arah yang modern tidak menutup kemungkinan akan adanya sengketa waris 10 C. Dewi Wulansari, 2012, Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar, Refika Aditama, Bandung, hlm Hasil wawancara dengan narasumber Yohanes Kiyong selaku Temenggung pada tanggal 3 Juli 2016
6 6 yang terjadi dalam masyarakat Dayak terutama masyarakat Dayak Desa. Hukum adat di dalam kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat terutama di Kabupaten Sintang dapat dipergunakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan termasuk kehidupan penyelesaian warisan. Penyelesaian dengan menggunakan hukum adat Dayak Desa dilakukan melalui lembaga adat desa maupun lembaga adat kecamatan. Penyelesaian dengan lembaga adat desa ketua adat hanya sebatas mendamaikan saja, sedangkan penyelesaian melalui lembaga adat kecamatan yang disebut dewan adat kecamatan yaitu penyelesaian melalui peradilan adat yang bertindak sebagai hakim adalah temenggung. 12 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses pembagian harta warisan pada masyarakat suku Dayak Desa yang melakukan perkawinan antar suku di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat? 2. Bagaimana cara penyelesaian jika terjadi konflik pewarisan pada masyarakat suku Dayak Desa yang melakukan perkawinan campuran di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang provinsi Kalimantan Barat? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan eksplorasi penulis, belum ada penulisan yang melakukan kajian tentang pembagian harta warisan pada masyarakat suku Dayak Desa yang melakukan perkawinan antar suku di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat. Namun demikian, ada 12 Hasil wawancara dengan narasumber Yohanes Kiyong selaku Temenggung pada tanggal 3 Juli 2016
7 7 beberapa tulisan lain yang mirip dengan tema ini, yaitu terhadap penelitian yang berjudul: 1. Happy Susianti, Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada tahun 2007, judul Pelaksanaan Hukum Waris Adat Pada Masyarakat Dayak Ma anyan di Kelurahan Belitung Selatan Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin. 13 Rumusan masalah : a. Bagaimana pembagian waris yang dijalankan masyarakat Dayak Ma anyan di Kelurahan Belitung Selatan Kecamatan Banjarmasin Barat kota Banjarmasin? b. Adakah kesamaan hak antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam pelaksanaan pembagian warisan menrut Hukum Waris Adat pada masyarakat Dayak Ma anyan di Kelurahan Belitung Selatan Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin? 2. Dwike Widhiasih, Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada tahun 2008, judul Pelaksanaan Pewarisan Masyarakat Adat Dayak Maanyan Paju Lima (Benua Lima) di Kecamatan Patangkep Tutui Kalimantan Tengah. 14 Rumusan masalah : 13 Happy Susianti, 2007, Pelaksanaan Hukum Adat Pada Masyarakat Dayak Ma anyan di Kelurahan Belitung Selatan Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin, Tesis, Program Magister kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 14 Dwike Widhiasih, 2008, Pelaksanaan Pewarisan Masyarakat Adat Dayak Maanyan Paju Lima (Benua Lima) di Kecamatan Patangkep Tutui Kalimantan Tengah, Tesis, Program Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
8 8 a. Bagaimana pelaksanaan pewarisan masyarakat adat Dayak maanyan Paju Lima (Benua Lima)? b. Bagaimana peranan tetua adat dalam pelaksanaan pewarisan masyarakat Dayak Maanyan Paju Lima (Benua Lima)? c. Bagaimana peranan Notaris/PPAT dalam Pelaksanaan Pewarisan masyarakat adat Dayak Maanyan Paju Lima (Benua Lima)? 3. Wenny CD, Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada tahun 2013, judul Perkawinan dan Penerusan Harta Peninggalan Pada Masyarakat Adat Dayak Jangkang di Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. 15 Rumusan masalah : a. Mengapa bentuk perawinan pada masyarakat adat Dayak Jangkang di Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat adalah perkawinan mentas/mencar? b. Bagaimana pelaksanaan penerusan harta peninggalan pada masyarakat adat Dayak Jangkang di Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat? c. Bagaimana cara penyelesaian sengketa dalam penerusan harta peninggalan pada masyarakat adat Dayak Jangkang di Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat? 15 Wenny CD, 2013, Perkawinan dan Penerusan Harta Peninnggalan Pada Masyarakat Adat Jangkang di Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Tesis, Program Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
9 9 Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya seperti tersebut di atas, karena suku dan tempat penelitian yang berbeda, yang mempunyai sistem hukum yang berbeda pula. Penelitian ini merupakan pewarisan suku Dayak Desa di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat, apabila tanpa sepengetahuan penulis ada yang sama maka penelitian tersebut saling melengkapi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan bahan pustaka guna membantu perkembangan ilmu hukum khususnya yang berkaitan dengan waris adat. 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil peneletian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan manfaat bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat Suku Dayak pada umumnya dan masyarakat Suku Dayak Desa pada khususnya. b. Lembaga Terkait Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan mengenai eksistensi hukum waris adat dan bagaimana penyelesaian sengketa secara waris adat
10 10 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan pada rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Proses penerusan harta warisan pada masyarakat suku Dayak Desa yang melakukan perkawinan antar suku di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat saat ini. 2. Penyelesaian jika terjadi konflik pewarisan pada masyarakat suku Dayak Desa yang melakukan perkawinan antar suku di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat.
BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Wilayah Indonesia terdiri atas gugusan pulau-pulau besar maupun kecil yang tersebar di seluruh wilayah
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG
KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG Etty Apriyanti 1) Abstrak Pembangunan Jembatan Kapuas di Kota Sintang beserta jalan aksesnya memberikan pengaruh yang
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG
KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel
Lebih terperinciSekapur Sirih. Penutup
Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk merupakan hajatan besar bangsa yang dilaksanakan tiap 10 tahun sekali dengan melibatkan petugas yang banyak dan anggaran yang cukup besar. Pembangunan yang melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati merupakan makhluk sosial, yang mana tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Sintang Tahun 2013 I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN A. Umum 1. Maksud dan tujuan a. Maksud Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan dokumen yang berisi gambaran perwujudan AKIP yang disusun dan disampaikan secara
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam
Lebih terperinciBUPATI SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat untuk menetap, tetapi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Bali memiliki sistem pewarisan yang berakar pada sistem kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan lebih dititikberatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, agama dan adat istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem kekerabatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang di dalamnya terdapat beraneka ragam kebudayaan yang berbeda-beda tiap daerahnya. Sistem pewarisan yang dipakai di Indonesia juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk hidup pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat hukum yang berkaitan dengan pengurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Hukum alam telah menentukan bahwa keadaan tanah yang statis menjadi tempat tumpuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat ternyata tidak lepas untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, hal
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen keempat. Sebagai negara hukum,
Lebih terperinciBAB I. Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± pulau, sehingga dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± 13.677 pulau, sehingga dapat dikatakan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Beranjak dari kondisi geografis tersebut
Lebih terperinciLampiran I.61 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I.6 /Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 PROVINSI No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 8.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian seseorang diantaranya ialah masalah bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia berlainan jenis yaitu seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri tersebut diantaranya
Lebih terperinciRKPD Kabupaten Sintang Tahun 2013
BAB 2 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2011 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN A. Gambaran Umum Kondisi Daerah 1. Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten
Lebih terperinciDATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)
KABUPATEN / KOTA : SAMBAS 61.01 SAMBAS 319.392 303.365 622.5 1 61.01.01 SAMBAS 26.562 26.202 52.64 2 61.01.02 TELUK KERAMAT 3.394 35.351 2.45 3 61.01.03 JAWAI 25.392 23.61 49.009 4 61.01.04 TEBAS 43.242
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam berbagai hubungan bisnis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Suku Dayak Provinsi Timur, dikenal dengan keragaman suku asli pedalamannya. Jika kita mendengar Timur, pastilah teringat dengan suku Dayak dan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum maupun selama perkawinan berlangsung.perkawinan adalah masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup memiliki hak melanggengkan keturunannya melalui cara perkawinan. Perkawinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga kenotariatan telah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda. Hal ini dibuktikan dengan catatan sejarah yang termuat dalam beberapa buku saat ini. Di Indonesia
Lebih terperinciUU 34/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN MELAWI DAN KABUPATEN SEKADAU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Copyright (C) 2000 BPHN UU 34/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN MELAWI DAN KABUPATEN SEKADAU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT *14445 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 34 TAHUN 2003 (34/2003) TENTANG PEMBENTUKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Menurut Pitana dan Diarta (2009) konsep pariwisata mempunyai kata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas wisata merupakan kegiatan untuk melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Menurut Pitana dan Diarta (2009) konsep pariwisata mempunyai kata kunci perjalanan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai
Lebih terperinciRINCIAN FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI PELAMAR UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG TAHUN ANGGARAN 2014
LAMPIRAN I : PENGUMUMAN BUPATI SINTANG NOMOR : 810 / 2108 / BKD-C TANGGAL : 5 SEPTEMBER 2014 RINCIAN FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI PELAMAR UMUM PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG TAHUN ANGGARAN 2014 NO NAMA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MELAWI DAN KABUPATEN SEKADAU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MELAWI DAN KABUPATEN SEKADAU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adat merupakan salah satu sumber yang penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi pembangunan hukum nasional yang menuju kearah kodifikasi hukum terutama akan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang penduduknya memiliki aneka ragam adat kebudayaan. Mayoritas masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di pedesaan masih berpegang teguh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa pewarisan adalah perihal klasik dan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka pada saat itulah
Lebih terperinciialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah
2 suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dasar pertimbangannya ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat internasional antar warga negara yang berbeda dan tidak menutup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar individu sudah tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu, hal ini berdampak dengan munculnya interaksi yang bersifat internasional antar warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SUKU BANJAR
GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kearifan merupakan salah satu bagian yang melekat pada masyarakat, khususnya masyarakat lokal. Kondisi lingkungan dan pengalaman belajar yang spesifik membuat masyarakat
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SINTANG
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sintang Tahun 2013 sebanyak 69,09 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Sintang Tahun 2013 sebanyak 34 Perusahaan Jumlah
Lebih terperinciOleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN
PENGATURAN WAJIBAH TERHADAP AHLI WARIS MURTAD DALAM PEMBAGIAN HARTA KELUARGA (ANALISIS PUTUSAN No. 368/K/AG/1995). TESIS Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN 1420123032 Pembimbing: 1. Dr. Dahlil Marjon, S.H., M.H
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan
29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting yang terjadi dalam hidup manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam kehidupannya manusia memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk bertahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum 1 yang menganut pada keyakinan dan keteguhan bahwa kekuasaan negara harus tunduk dan dijalankan atas dasar hukum. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat yang majemuk yang terdiri dari berbagai sukubangsa dan budaya. Dengan penduduk lebih dari 210 (dua ratus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, suku, dan kebudayaan di setiap
Lebih terperinciRGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MELAWI DAN KABUPATEN SEKADAU
RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MELAWI DAN KABUPATEN SEKADAU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta. Akta yang dibuat notaris mempunyai peranan penting dalam menciptakan kepastian hukum di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. tersebut memiliki kaitan erat dengan cara pandang orang Sabu tentang sesama
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 7.1. Kesimpulan Penelitian tentang pola tata spasial pada hunian orang Sabu di desa Kadumbul menemukan sebuah konsep mendasar, bahwa pola tata hunian tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Era globalisasi menjadikan batas-batas antar negara semakin dekat. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara warga negara semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraria.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan manusia pada dasarnya erat kaitannya dengan tanah. Sejak awal dilahirkan sampai pada meninggal dunia, manusia selalu bersinggungan dan tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 A. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang. Secara astronomis lokasi penelitian berada pada 0 00 00 LU - 0º10 30 LU dan 111º28 30
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas membentang dari kota Sabang Provinsi Nanggro Aceh Darussalam hingga kota Merauke Provinsi Papua. Tidak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan
BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun
Lebih terperinciTanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya
Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penganut agama di dunia mengatur tentang pembagian waris, salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat pluralistis 1, karena saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari interaksi dengan sesama. Bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam masyarakat, individu yang satu senantiasa berhubungan dengan individu yang lain. Dengan perhubungan tersebut diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pewarisan adalah proses peralihan harta kekayaan dari seseorang yang telah meninggal dunia sebagai pemberi kepada para ahli warisnya sebagai penerima. 1 Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkawinan di Indonesia dapat berlaku hukum menurut peraturan perundang-undangan, hukum adat dan hukum agama. Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Hukum Perdata di Indonesia khususnya hukum waris bersifat pluralisme (beraneka ragam). Belum adanya unifikasi dalam hukum waris di Indonesia yang merupakan bagian
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan
BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap kepala keluarga harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap kepala keluarga harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut menimbulkan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : masyarakat adat, Suku Dayak Limbai, Goa Kelasi, aturan adat, perlindungan sumberdaya hutan
1 PERAN ATURAN ADAT SUKU DAYAK LIMBAI DALAM PERLINDUNGAN SUMBERDAYA HUTAN : STUDI KASUS GOA KELASI DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Nurul Iman Suansa, Amrizal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan tindakan masyarakatnya diatur oleh hukum. Salah satu hukum di Indonesia yang telah lama berlaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moch Ali M., 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnobotani merupakan salah satu cabang dari etnobiologi yang mempelajari konsep-konsep pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan yang merupakan hasil perkembangan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup, berkembang biak,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pembagian Harta Warisan. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk membedakan dengan istilah-istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu upacara daur hidup manusia yang dilakukan secara turun-temurun untuk melanjutkan roda kehidupan. Dalam Undang- Undang Perkawinan no. 1 tahun
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Hak ulayat adalah hak penguasaan tertinggi masyarakat hukum adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Hak ulayat adalah hak penguasaan tertinggi masyarakat hukum adat meliputi semua tanah serta yang termasuk dalam lingkungan wilayah tertentu. Tingginya tingkat
Lebih terperinciBAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal
BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN A. Dampak Negatif Dampak negatif antara kedua suku yang bertikai tentu membuat hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik,
Lebih terperinci