II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik dan Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) memiliki karakteristik limbah cair yang berbedabeda pada setiap tahapan proses produksinya, namun karakter yang ditinjau pada saat masuk unit pengolahan limbah, adalah karakter limbah secara keseluruhan. Limbah cair PKS umumnya bersuhu tinggi, berwarna kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan biological oxygen demand (BOD) yang tinggi. Tabel 2.1. Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Parameter Mutu Rebusan Ekstraksi Klarifikasi Hidroksiklon & Boiler Keseluruhan ph 4,0 4,9 3,9 4,8 4,5 4,7 6,2 3,8 4,5 Suhu ( 0 C) Minyak + Gemuk (10 3 mg/l) 1,1 6,1 6,8 8,5 7,0 8,5 0,8 1,6 0,2 8,6 TS (10 3 mg/l) 6,0 38,5 31,0 47,5 45,8 60,0 1,1 2,6 11,5 67,9 TSS (10 3 mg/l) 1,3 14,3 18,4 31,0 24,1 35,0 0,3 2,0 4,1 60,4 BOD (10 3 mg/l) 5,5 27,0 16,8 30,0 20,0 0,6 3,6 10,3 47,5 COD (10 3 mg/l) 10,3 52,5 45,0 64,0 47,9 60, ,6 53,6 Total P (mg/l) Total N (mg/l) Nd (Sumber: Tobing, dan Poeloengan, 2000; Herawan Tjahjono, 2009) Kandungan polutan yang terdapat pada limbah cair tersebut belum memenuhi baku mutu limbah cair, oleh sebab itu perlu ada pengelolaan limbah cair tersebut agar memenuhi baku mutu. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 7

2 ada 6 (enam) parameter utama yang dijadikan acuan baku mutu limbah cair pabrik kelapa sawit yaitu: Tabel 2.2. Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Parameter Mutu Satuan Baku Mutu ph 6 9 BOD mg/l 250 COD mg/l 500 TSS mg/l 300 Minyak & lemak Mg/L 30 Nitrogen total Mg/L 20 (Sumber: Bapedal, Kepmen LH Nomor 51/MenLH/10/1995) 2.2. Parameter Utama Yang Diamati Umumnya parameter kualitas air terbagi kepada parameter fisika dan parameter kimia. Berbeda jenis limbah, maka berbeda pula parameter yang akan diamati dalam penentuan kualitas limbah tersebut. Begitu banyak parameter kualitas limbah cair, tetapi tidaklah semua parameter tersebut harus diamati pada setiap jenis limbah, tergantung kepada jenis industrinya. Namun ada beberapa parameter yang selalu terdapat dalam baku mutu, antara lain: warna, turbiditas, Total Suspended Solid (TSS), dan Chemical Oxygen Demand (COD). Chemical Oxygen Demand (COD) Tujuan penggunaan nilai BOD sebenarnya adalah untuk mengetahui kuantitas bahan organik yang terdapat dalam air atau pun limbah cair, namun sayangnya nilai BOD masih memiliki banyak kelemahan dan belum dapat mempresentasikan kandungan bahan organik yang sebenarnya. Nilai BOD hanya menggambarkan keadaan kuantitas bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologis seperti 8

3 lemak, protein, karbohidrat dan sebagainya. Jadi nilai BOD hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut (Effendi, 2003; Kristanto, 2004). Ada cara lain yang lebih cepat dan lebih akurat selain uji BOD, yaitu uji COD, yang didasarkan atas reaksi kimia dari suatu bahan oksidator. Uji COD merupakan suatu uji untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (biasanya K 2 Cr 2 O 7 atau KMnO 4 ) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang ada di dalam air. Nilai COD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang bersifat biodegradable maupun non biodegradable menjadi CO 2 dan H 2 O. Persamaan reaksi oksidasi yang terjadi yaitu; C n H a O b + c Cr 2 O c H + n CO 2 + (a + 8c)/2 H 2 O + 2c Cr -3 (2.3) dimana c = 2/3 n - a/6 b/3 Kekeruhan (turbidity) Kekeruhan merupakan salah satu sifat fisik air yang disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (seperti lumpur, pasir) dan juga bahan organik dan anorganik yang berupa sisa tanaman, plankton dan mikroorganisme (APHA, 1976; Suharta, 2005). Biasanya kekeruhan berkorelasi positif dengan padatan tersuspensi (Kristanto, 2004). Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yaitu menunjukkan banyaknya cahaya yang diserap dan yang dipancarkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan air. 9

4 Pengukuran kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas yang setara dengan 1 mg/l SiO 2. Satuan turbiditas pertama kali dinyatakan dalam JTU (Jackson Turbidity Unit) dengan cara membandingkan air sampel dengan standar. Satuan yang baku saat ini adalah NTU (Nephelometric Turbidity Unit) yaitu dengan cara melewatkan cahaya melalui sampel, dan cahaya yang dipantulkan diukur. Sawyer dan Mc Carty (1978) mengatakan bahwa 40 JTU setara dengan 40 NTU. Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid atau TSS) Sebenarnya ada 3 jenis padatan dalam perairan, yaitu padatan terlarut, koloid, dan padatan tersuspensi. Penggolongan ini didasarkan atas ukuran partikel. Padatan terlarut merupakan padatan yang memiliki ukuran partikel rata-rata < 10-6 mm, sedangkan koloid adalah partikel padatan yang berukuran mm, dan padatan tersuspensi adalah partikel padatan yang berukuran > 10-3 mm. Padatan tersuspensi (TSS) berukuran > 10-3 mm yang tertahan pada kertas saring millipore berdiameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur, pasir halus dan juga jasad-jasad renik, yang terbawa ke dalam limbah cair atau badan air (Kristanto, 2004). TSS berpengaruh kepada nilai kekeruhan dan intensitas warna tampak. Warna Pentingnya warna sebagai parameter kualitas air karena pada dasarnya air yang baik adalah air yang tidak berwarna. Munculnya warna dalam suatu sistem perairan diakibatkan karena kehadiran suatu bahan pencemar dalam jumlah tertentu. 10

5 Dalam perairan, warna terbagi menjadi 2 jenis yaitu warna sejati (true colour) dan warna tampak (apparent colour). Warna sejati adalah warna yang disebabkan adanya bahan-bahan kimia terlarut, umumnya berasal dari penguraian zat organik alami yaitu zat humus (asam humik dan asam fulfik), lignin, yang merupakan sekelompok senyawa yang mempunyai sifat-sifat yang mirip. Senyawa-senyawa ini menyebabkan warna pada air sukar dihilangkan, terutama jika konsentrasinya tinggi dan memerlukan pengolahan dengan kondisi operasional yang khusus/berbeda dengan penghilangan warna tampak. Penentuan warna sejati biasanya diawali dengan pemisahan bahan-bahan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan. Karakteristik warna sejati pada air adalah: 1. Air berwarna kuning terang sampai coklat kemerahan dan relatif jernih. 2. ph air relatif rendah, di bawah 6 (rata-rata 3 5) oleh karena itu air dengan ph < 4,5 tidak mengandung alkalinitas. Karakteristik warna sejati dan sifat-sifat zat humus menyebabkan air berwarna jenis ini sukar untuk diolah. Sifat-sifat zat humus yang terutama dan penting antara lain sebagai berikut: 1. Berat molekul adalah Ukuran partikel 90% kurang dari 10 nm, partikel koloid. 3. Partikel warna terdiri dari zat humus yang secara dominan bermuatan negatif 4. Ukuran partikel yang kecil dan muatan negatif yang kuat (Suaib, 1994; SMKN3 Madiun, 2008). 11

6 Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan-bahan terlarut tetapi juga disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan (seperti pasir dan tanah), partikel/dispersi halus besi dan mangan dimana oksidanya dapat menyebabkan warna kemerahan dan kecoklatan dalam air, partikelpartikel mikroorganisme (algae/lumut), dan bahan warna yang berasal dari industri (tekstil, pengrajin batik, pabrik kertas, dll), bahan pencelup, cat, pewarna makanan dll Pengolahan LCPKS dengan Reaktor Anaerobik Unggun Tetap (RANUT) Reaktor anaerobik unggun tetap (RANUT) adalah salah satu sistem pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas, yang dilakukan secara anaerobik dengan kecepatan tinggi dan sangat efisien (Yuliasari, dkk., 2001; DITJEN PPHP, 2006). Keunggulan metode ini antara lain: tidak membutuhkan lahan yang luas, waktu retensi lebih singkat, efisiensi perngolahan sangat tinggi, mudah dalam pengoperasian dan start up, dan dihasilkan biogas sebagai bahan bakar alternatif (Yuliasari, dkk., 2001; DITJEN PPHP, 2006; Erwinsyah, dkk., 2008). Prinsip kerja RANUT adalah perombakan bahan organik dalam limbah cair menjadi biogas oleh bakteri anaerobik dalam suatu tangki yang berisi support materials (bahan pendukung) dan hampa oksigen. Bakteri anaerobik akan menempel pada bahan pendukung tersebut membentuk suatu lapisan film. Dengan begitu konsentrasi bakteri dalam tangki akan sangat tinggi, sehingga perombakan bahan organik dapat berlangsung jauh lebih cepat daripada perombakan pada sistem kolam. 12

7 Proses ini diawali dengan proses pemisahan lumpur/padatan tersuspensi dengan decanter ataupun dissolved air flotation. Tahap ini bertujuan untuk mengurangi kandungan COD, BOD, Nitrogen dan pasir, selain itu juga untuk mengurangi masalah pada proses berikutnya terutama foaming, sedimentasi dan penyumbatan pipa outlet. Hasil dari tahap pemisahan lumpur ini yaitu: - COD dapat menurun hingga % - Kandungan N dapat menurun hingga % - Kapasitas tangki untuk tahap perombakan menjadi lebih kecil dan kondisi operasi dapat lebih dioptimalkan (Wulfert, dkk., 2000). Kemudian dilanjutkan dengan perombakan bahan organik pada fasa cair menjadi biogas dalam tangki RANUT selama waktu retensi yang relatif singkat. Pada tahap ini limbah cair dialirkan ke dalam reaktor yang telah berisi bahan pendukung. Ada 2 (dua) tipe tangki perombakan yaitu up flow (aliran ke atas) dan down flow (aliran ke bawah). Tipe up flow lebih sesuai untuk limbah yang mengandung padatan tersuspensi tinggi, sedangkan down flow lebih cocok untuk limbah dengan kadar padatan tersusupensi rendah. Dalam tangki anaerobik ini, bahan organik akan dirombak menjadi biogas dengan kecepatan tinggi (30 kali sistem kolam) dan waktu retensi yang singkat (Erwinsyah, dkk., 2008). Aplikasi metode ini telah dilakukan pada skala pilot plant dengan menggunakan limbah cair dari PKS Pagar Merbau, PTPN II. Limbah cair yang diambil berasal dari kolam fat pit (komposisi limbah tergantung kondisi proses). 13

8 Reaktor terdiri dari dua digester up flow dan digester down flow. Data teknis pilot plant dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini. Tabel 2.3. Data Teknis Pilot Plant Tangki RANUT Tangki Penyimpanan (S1 dan S2) Volume 335 liter/tangki Digester (D1 dan D2) Volume total 275 liter/tangki Volume aktif 250 liter/tangki Diameter 40 cm Tinggi total 250 cm Tinggi unggun tetap 200 cm Bahan Stainless steel Pompa Type Progressing cavity pump Laju alir 60 l/jam (Sumber : DITJEN PPHP, 2006) Hasil penelitian ini mendapati bahwa kira-kira 90 % COD dapat terdegradasi dan dirombak menjadi biogas. Konsentrasi COD pada outlet sekitar mg/l dan ph 6,5 bahkan lebih (Wulfert, K., dkk., 2000; DITJEN PPHP, 2006). (Sumber: Wulfert, K, dkk, 2000; DITJEN PPHP, 2006) Gambar 2.1. Diagram pilot plant RANUT. 14

9 Yuliasari, dkk (2001) telah menggunakan RANUT untuk pengolahan LCPKS dengan tipe down flow. Metode ini beroperasi optimum pada laju alir sebesar 114 L/hari dengan waktu penahanan hidrolis dan laju pembebanan masing-masing 1,7 hari dan 5,5 kg/m 3 /hari. Efisiensi perombakan yang dihasilkan sebesar 90 % dengan karakteristik limbah yaitu; COD 1173 mg/l, TSS 287 mg/l, dan ph 6,8. Tabel 2.4. Karakteristik LCPKS Effluent RANUT Tipe Down flow Umpan Outlet Produksi Laju alir COD COD Konsentrasi TSS TSS biogas (L/hari) terlarut ph terlarut ph CH 4 (%) (mg/l) (mg/l) (L/hari) (mg/l) (mg/l) , , , , , , , , , , (Sumber : Wulfert, K., dkk., 2000) Dari beberapa hasil aplikasi RANUT yang ada diketahui bahwa karakteristik limbah cair yang dihasilkan pada outlet belumlah memenuhi baku mutu limbah cair pabrik kelapa sawit, untuk itu perlu ada pengolahan lanjutan. Alternatif yang telah dilakukan adalah memanfaatkan limbah tersebut untuk Land Application System (LAS). Hal ini memerlukan biaya pengangkutan apabila lokasi perkebunan jauh, selain itu juga dapat menimbulkan emisi gas metan ke udara. Apabila tidak digunakan untuk aplikasi lahan, limbah tersebut dapat diolah secara aerobik agar memenuhi baku mutu. 15

10 2.4. Elektrokoagulasi Definisi Secara singkat elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit oleh arus listrik (Purwaningsih, 2008). Dalam proses ini akan terjadi proses reaksi oksidasi reduksi. Dalam aplikasinya, elektrokoagulasi (EC) secara lebih luas adalah proses pengolahan air maupun limbah cair yang digunakan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan berbagai polutan seperti beberapa kation logam yang terlarut dengan melibatkan proses elektrokimia. Proses ini berdasarkan pada prinsip ilmu dimana adanya respon air yang mengandung kontaminan terhadap medan listrik melalui reaksi reduksi dan oksidasi Proses Elektrokoagulasi Elektrokoagulasi menggunakan 2 kutub elektroda (positif dan negatif), sehingga terjadi aliran arus listrik di dalam air limbah. Transfortasi muatan listrik antar fase dapat terjadi pada fase elektrolit dan fase elektroda. Elektrolit yaitu fase tempat muatan listrik dibawa oleh gerakan ion-ion, sedangkan elektroda yaitu fase tempat muatan listrik dibawa oleh gerakan elektron (Alkausar, 2009; Hanupurti, 2008). Proses elektrokoagulasi melibatkan peristiwa elektrolisis, yaitu peristiwa dimana energi listrik dengan arus searah digunakan untuk menginduksi reaksi redoks 16

11 yang tidak spontan sehingga terjadi dekomposisi material elektroda (anoda) dan elektrolit (Suaib, 1994). Reaksi yang terjadi pada sistem ini yaitu: Anoda (+) : 1. Logam anoda akan teroksidasi menjadi kation logam: M M + n + n e (2.4) 2. Ion OH - dari suatu basa akan mengalami oksidasi membentuk gas oksigen (O 2 ): 4 OH - (aq) 2 H 2 O (l) + O 2 (g) + 4 e (2.5) 3. Anion-anion lain (SO -2 4, SO - 3 ) tidak dapat dioksidasi dari larutan, yang akan mengalami oksidasi adalah H 2 O membentuk gas oksigen (O 2 ) pada anoda: 2 H 2 O (l) 4 H + (aq) + O 2 (g) + 4 e (2.6) Katoda (-) : 1. Ion-ion logam yang terdapat dalam larutan akan mengalami reduksi: M + n + n e M (2.7) 2. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali dan alkali tanah, maka ion-ion ini tidak dapat direduksi dan yang mengalami reduksi adalah air, dan terbentuk gas hidrogen (H 2 ) pada katoda: 2 H 2 O (l) + 2 e 2 OH - (aq) + H 2 (g) (2.8) 3. Ion H + dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen yang akan bebas sebagai gelembung-gelembung gas: 2 H + (aq) + 2 e H 2 (g) (2.9) Ketika arus searah dialirkan, maka elektron yang mengalir melalui anoda akan diterima oleh material anoda, dan untuk mengalirkan elektron tersebut agar 17

12 sampai ke katoda, maka material anoda akan teroksidasi dengan melepaskan sejumlah elektron (Suaib, 1994; Andrianto, dkk., 2001). Elektron-elektron tersebut mengalir melalui fase elektrolit (air) dan diterima oleh katoda, sehingga dikatoda terjadi reduksi yaitu penyerapan elektron oleh elektrolit dan kontaminan logam. Elektolit pada proses elektrokoagulasi adalah air, maka air lah yang akan terdekomposisi mengalami reduksi dan oksidasi. Pelarutan dari anoda logam bertujuan untuk memproduksi terus menerus ion-ion logam. Kation logam M + yang dihasilkan selanjutnya akan bergabung dengan ion OH - yang dihasilkan dari reduksi H 2 O maupun dari suatu basa, sehingga terjadi koagulasi membentuk endapan M(OH) n. Bila larutan tersebut mengandung koloid maka reaksi pembentukan flok akan segera terjadi (Hanupurti, 2008). Koloid-koloid umumnya bermuatan negatif. Flok M(OH) n yang mengandung muatan positif selanjutnya akan mendestabilisasi dan menurunkan gaya tolak menolak antar partikel koloid. Lapisan difusi akan mengecil dan memungkinkan bekerjanya gaya tarik menarik antar partikel koloid dengan ion-ion dari elektrolit yang muatannya berlawanan. Diharapkan muatan ini dapat dinetralkan, sehingga terjadi penggumpalan partikel-pertikel polutan yang akhirnya dapat diendapkan. Dari reaksi di atas, akan dihasilkan gas H 2 pada katoda dan O 2 pada anoda, dan flok M(OH) n. Adanya gelembung-gelembung gas tersebut menyebabkan flok kotoran yang lebih ringan terangkat ke permukaan. Selanjutnya apabila di dalam limbah terdapat ion-ion logam, maka pada daerah katoda akan terjadi reduksi dari kation menjadi bentuk logam netral yang akan terikat secara fisik dengan flok-flok 18

13 M(OH) n, sehingga ketika flok-flok tersebut telah mencapai berat tertentu untuk dapat mengendap, maka akan mengendap bersama logam-logam dan partikel-pertikel polutan lainnya dengan kecepatan pengendapan tertentu, dan buih akan terpisahkan pada unit filtrasi. Oleh sebab itulah proses ini bisa menurunkan padatan tersuspensi, kekeruhan dan kadar kontaminan lainnya. (Sumber: Othman Fadhil, dkk, 2006) Gambar 2.2. Proses Pengikatan Polutan Pada Teknik Elektrokoagulasi. Proses elektrokoagulasi merupakan suatu proses gabungan yang meliputi banyak fenomena kimia dan fisika. Mekanisme proses elektrokimia dalam sistem air cukup kompleks, secara umum diyakini bahwa ada tiga mekanisme yang mungkin terjadi dalam proses ini, yaitu: elektrokoagulasi, elektroflotasi dan elektro-oksidasi. Pada skala yang lebih besar, biasanya proses elektrokoagulasi limbah disusun meliputi proses equalisasi, elektrokimia, sedimentasi dan proses filtrasi (Sunardi, 2007, dan Susetyaningsih, dkk., 2008). 19

14 Jenis Plat Elektroda Elektroda dalam proses elektrokoagulasi merupakan perangkat vital karena selain untuk menghantarkan arus listrik ke dalam larutan agar terjadi suatu reaksi perubahan kimia, juga sebagai agen koagulan (anoda). Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda, sedangkan tempat terjadinya reaksi oksidasi disebut anoda. Sebuah elektroda bipolar adalah sebuah elektroda yang berfungsi sebagai anoda dari sebuah sel dan katoda bagi sel lainnya (Purwaningsih, 2008). Dalam sel elektrolisis, secara umum elektroda yang digunakan bersifat inert, karena tidak diinginkan terjadi reaksi pada elektroda, sehingga elektroda lebih tahan lama. Namun bukan berarti logam-logam reaktif tidak dapat digunakan sebagai elektroda (Andrianto, dkk., 2001; Hidayanto, 2004). Dalam teknik elektrokoagulasi logam reaktif digunakan sebagai elektroda terutama anoda, agar dihasilkan agen koagulan. Beberapa material elektroda yang pernah digunakan yaitu; aluminium, besi, stainless steel dan platina. Dengan menggunakan elektroda besi, Fe(OH) n dengan n = 2 atau 3 akan terbentuk pada anoda. Menurut Johanes (1978) mekanisme oksidasi dan reduksi yang terjadi secara simultan pada anoda dan katoda besi adalah: Mekanisme 1 : Anoda : Fe (s) Fe +2 (aq) + 2 e - (2.10) 4 OH - (aq) 2 H 2 O (l) + O 2 (g) + 4 e (2.11) Katoda : 6 H 2 O (l) + 6 e - 3 H 2 (g) + 6 OH - (aq) (2.12) keseluruhan : Fe (s) + 4 H 2 O (l) Fe(OH) 2 (s) + 3 H 2 (g) + O 2 (g) (2.13) 20

15 Mekanisme 2 : Anoda : 2 Fe (s) 2 Fe +3 (aq) + 6 e - (2.14) 4 OH - (aq) 2 H 2 O (l) + O 2 (g) + 4 e (2.15) katoda : 10 H 2 O (l) + 10 e - 5 H 2 (g) + 10 OH - (aq) (2.16) keseluruhan : 2 Fe (s) + 8 H 2 O (l) 2 Fe(OH) 3 (s) + 5 H 2 (g) + O 2 (g) (2.17) (Sumber: Othman Fadhil, dkk, 2006) Gambar 2.3. Proses Elektrokoagulasi dengan Elektroda Besi Aluminium merupakan elektoda yang sering digunakan. Apabila kedua elektroda tersebut adalah logam aluminium yang bersifat amfoter maka pada anoda akan terbentuk Al +3 yang dengan mengatur ph larutan di atas 7 maka akan segera terbentuk senyawa Al(OH) 3. 21

16 (Sumber: Sunardi, 2007; Susetyaningsih, dkk., 2008) Gambar 2.4. Sketsa Rangkaian Proses Elektrokoagulasi dengan Elektroda Al. Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk melihat kinerja teknik elektrokoagulasi ini. Ni`am, dkk (2007) telah melakukan penelitian penyisihan COD dan kekeruhan dari air limbah domestik menggunakan elektroda besi (Fe) dengan variasi kuat arus (3,51 dan 5,62) ma/cm 2 dan lama perlakuan (30, 40, 50) menit. Hasil kajian ini diketahui bahwa efluen air limbah sesuai dengan standar baku mutu. Efisiensi penurunan COD dan kekeruhan adalah 65% dan 95% pada kuat arus 5,62 ma/cm 2 dan waktu retensi 50 menit. Hasil kajian juga mendapati bahwa elektrokoagulasi dapat menetralkan ph air limbah. Analisa limbah cair batik menggunakan proses elektrokoagulasi juga telah dilakukan dengan variasi waktu kontak, tegangan listrik, dan jarak antar elektroda. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan konsentrasi TSS sebesar 76,73% dan lemak 87,88% yang terjadi pada menit ke 60, tegangan 25 volt dan jarak elektroda 1,5 cm, dimana ph akhir sebesar 9,5 (Pravitasari, 2008). Masih banyak penelitian lain 22

17 yang juga menerapkan teknik elektrokoagulasi seperti yang dilaporkan oleh Hafni (1996); Halilintar (2008); Ilmiati (2008) dan Herawati (2009) Kelebihan Teknik Elektrokoagulasi Penggunaan teknik elektrokoagulasi dalam pengolahan limbah cair sudah banyak dilakukan, walaupun umumnya masih dalam skala laboratorium. Berbagai keunggulan teknik elektrokoagulasi yang dapat diamati dari hasil penelitian adalah: 1. Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk dioperasikan. 2. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan. 3. Waktu retensi yang diperlukan untuk menurunkan kadar polutan terutama zat organik jauh lebih singkat. 4. Lebih cepat mereduksi kandungan koloid/partikel yang paling kecil, karena medan listrik dalam air akan mempercepat pergerakan mereka pada proses koagulasi. 5. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini dapat membantu proses flotasi. 6. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi, karena tidak dipengaruhi temperatur. 7. Agen koagulan yang dihasilkan dalam elektrokoagulasi lebih murni Kelemahan Teknik Elektrokoagulasi Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kelemahan dari teknik elektrokoagulasi antara lain: 23

18 1. Tidak dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang mempunyai sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar elektroda. 2. Besarnya reduksi logam berat dalam limbah cair dipengaruhi oleh besar kecilnya arus listrik searah pada elektroda. 3. Penggunaan listrik yang mungkin mahal jika digunakan dalam kapasitas besar Elektrolisis Sel dan elektrolisis Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang dihasilkan dari reaksi diubah menjadi energi listrik. Pada elektrolisis, terjadi peristiwa yang sebaliknya, yaitu pemanfaatan arus listrik untuk menghasilkan reaksi oksidasi reduksi yang tidak berlangsung spontan (Takeuchi Yoshito, 2008; Rufiati, 2009) artinya ada pemanfaatan energi listrik untuk menginduksi reaksi oksidasi reduksi. (Sumber: Rufiati, 2009) Gambar 2.5. Reaktor Elektrolisis 24

19 Hukum Elektrolisis Faraday Pada awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dalam sel dengan kuantitas kimia yang berubah di elektroda. Pada tahun 1833, Ia menyimpulkan hasil penelitiannya dalam dua hukum. 1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir melalui sel. 2. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya, bila kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah C (Coulomb) tidak bergantung pada jenis logamnya (Salomgea.com, 2009). C (Coulomb) adalah satuan muatan listrik, 1 C adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1 A mengalir selama 1 s. Bila 1 mol elektron = 6,02 x e dan muatan 1 e = 1,6 x C, maka muatan 1 mol e = (6,02 x ) x (1,6 x ) C C. Nilai ini disebut dengan konstanta Faraday F = 9,65 x 10 4 C, yaitu tetapan fundamental listrik atau didefinisikan sebagai kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Sehingga dimungkinkan untuk menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu. Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan kimia dalam larutan tersebut. Lewatnya arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda (anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda). 25

20 w Q w I.t w = e.i.t w = massa zat yang diendapkan (g). Q = jumlah arus listrik = muatan listrik (C) e = tetapan = (grek : F) Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda. Salah satu cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan menggunakan larutan dalam air (Salomgea.com, 2009). Karena dalam kasus proses elektrokoagulasi, ion-ion berada dalam air sebagai elektrolit, sehingga air lebih mudah direduksi dari pada ion aluminum berdasarkan harga potensial reduksi standar sebagaimana yang ditunjukkan di bawah ini. Al e - Al E 0 = - 1,662 V (2.25) 2 H 2 O + 2e - H OH - E 0 = - 0,828 V (2.26) Dalam elektrokimia kita mengenal yang disebut deret volta, yaitu deret yang menunjukkan kecenderungan logam-logam yang lebih mudah mengalami reduksi atau oksidasi berdasarkan harga potensial reduksi standar (E 0 ). K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb, Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au. Dengan memakai deret volta, kita memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Logam-logam yang terletak di sebelah kiri H memiliki E 0 negatif, sedangkan logam-logam yang terletak di sebelah kanan H memiliki E 0 positif. 26

21 b. Harga E 0 logam semakin ke kanan makin besar. Hal ini berarti bahwa logamlogam di sebelah kanan lebih mudah mengalami reduksi (menangkap elektron) atau sukar mengalami oksidasi (melepaskan elektron), begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itulah emas paling sukar teroksidasi. c. Makin ke kanan, sifat reduktor makin lemah (sukar teroksidasi). Makin ke kiri, sifat reduktor makin kuat (mudah teroksidasi). Itulah sebabnya, unsur-unsur dalam deret volta hanya mampu mereduksi unsur-unsur di sebelah kanannya Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan dua proses yang umumnya terdapat dalam pengolahan limbah cair dan air bersih. Kedua proses ini merupakan satu paket yang terjadi berurutan pada satu tahap, yaitu dimulai koagulasi baru flokulasi (Syahputra, B., 2007). Proses lain yang terkadang terjadi bersamaan pada tahap ini yaitu flotasi, sehingga pada tahap ini, umumnya terjadi 3 proses ini, yaitu koagulasi, flokulasi dan flotasi. Partikel-partikel koloid tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik, karena partikel-partikel koloid tidak memiliki berat yang cukup untuk mengendap, selain itu partikel-partikel koloid memiliki muatan yang seragam (biasanya bermuatan negatif), sehingga sukar untuk bergabung membentuk agregat yang lebih berat. Menurut Mysels (1959), partikel-pertikel koloid hidrofobik cenderung menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam limbah cair melalui sifat adsorpsi koloid, sehingga partikel tersebut bermuatan negatif. Dengan gaya Van der Walls, koloid bermuatan negatif menarik ion-ion yang berlawanan membentuk 27

22 lapisan kokoh (lapisan stern) mengelilingi inti. Selanjutnya lapisan stern yang bermuatan positif ini menarik ion-ion negatif lainnya membentuk lapisan kedua (lapisan difusi). Kedua lapisan ini menyelimuti partikel koloid dan membuatnya stabil. Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil tidak mau bergabung membentuk flok, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi atau filtrasi. Menurut Eckenfelder (1986) dan Suryadiputra (1995), koagulasi adalah proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid dengan menambahkan bahan koagulan. Pada koagulasi, terjadi penambahan ion-ion dari bahan koagulan dengan muatan yang berlawanan. Dengan penambahan ion-ion yang muatannya berlawanan, akan terjadi de-stabilisasi partikel koloid. Lapisan difusi akan mengecil dan memungkinkan bekerjanya gaya tarik menarik antar partikel koloid dengan ion-ion dari elektrolit yang muatannya berlawanan. Diharapkan muatan ini dapat dinetralkan, sehingga terjadi penggumpalan (Linggawati, dkk., 2002). Flokulasi terjadi setelah koagulasi dan biasanya disertai dengan pengadukan lambat pada air limbah. Flokulasi merupakan proses pembentukan agregat yang lebih besar (macroflock) dari gumpalan partikel-partikel koloid (microflok) disertai penggabungan flok-flok tersebut hingga mencapai berat tertentu untuk mengendap. Adapun flotasi, secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana padatan, cairan atau zat terlarut yang bersifat non-polar mengapung di permukaan larutan dengan menempel pada zat yang bersifat hidrofobik, yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari air, misalnya gelembung gas (Karamah dan Bismo, 2008). Pada 28

23 flotasi, separasi dihasilkan oleh gelembung-gelembung gas (diffuser) yang digunakan. Diffuser yang ditambahkan ke dalam larutan air limbah akan mengalami kontak dengan partikel-partikel kandungan air limbah, sehingga menghasilkan gaya apung yang cukup besar, yang menyebabkan partikel-partikel tersebut mengapung ke permukaan. Secara umum, proses koagulasi dilakukan dengan penambahan koagulan seperti Al 2 SO 4 dan PAC. Sampai saat berbagai macam koagulan telah ditemukan baik yang sintetis maupun yang alami. Pada dasarnya, hal yang terpenting dari suatu bahan koagulan adalah kemampuan bahan tersebut untuk menyumbangkan spesi yang berlawanan (biasanya kation) dengan muatan partikel koloid. Berdasarkan hal tersebut, maka teknik elektrokoagulasi merupakan alternatif yang juga bisa digunakan sebagai pengganti proses koagulasi, bahkan bisa digunakan untuk menurunkan kadar kontaminan lain selain padatan tersuspensi. Hal ini dikarenakan pada teknik elektrokoagulasi juga menghasilkan kation-kation yang bisa bertindak sebagai koagulan. 29

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang besar, yaitu berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS) (Naibaho, 1999) atau

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI Satriananda 1 1 Staf Pengajar email : satria.pnl@gmail.com ABSTRAK Air yang keruh disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010 SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU Oleh : Andri Lukismanto (3306 100 063) Dosen Pembimbing : Abdu Fadli Assomadi S.Si MT Jurusan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto Program Studi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan Pakuan PO BOX 452,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT Ratni Dewi *) ABSTRAK Limbah perkebunan khususnya limbah cair PKS umumnya mengandung dengan

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009 PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI Andik Yulianto, Luqman Hakim, Indah Purwaningsih, Vidya Ayu Pravitasari

Lebih terperinci

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI ABSTRAK Rachmanita Nofitasari, Ganjar Samudro dan Junaidi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1 Juni 10 ISSN : 1979-5858 EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA Hery Setyobudiarso (Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak PENGARUH TEGANGAN LISTRIK DAN KECEPATAN ALIR TERHADAP HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM Pb,Cd DAN TSS MENGGUNAKAN ALAT ELEKTROKOAGULASI SUNARDI ** Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN

Lebih terperinci

Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda sedangkan tempat

Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda sedangkan tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Elektrolisis Apabila dalam suatu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka terjadi peristiwa elektrolisis yaitu gejala dekomposisi elektrolit,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian Yang Relevan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian Yang Relevan 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Yang Relevan Pengolahan air limbah batik diperlukan oleh setiap pelaku industri guna mengurangi kadar zat yang dihasilkan dari proses produksi

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak zaman kerajaan Mataram ke-1. Pembatikan merupakan teknik mewarnai kain dengan menempelkan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RETNO SUSETYANINGSIH *, ENDRO KISMOLO **, PRAYITNO ** *Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan, YLH - Yogyakarta ** Pusat Teknologi Akselerator dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada Oktober 2016 di Sentra UMKM pengrajin batik khas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Letda Sudjono, Medan Tembung. Lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah

II. TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Secara sederhana limbah cair dapat didefinisikan sebagai air buangan yang berasal dari aktivitas manusia dan mengandung berbagai polutan yang berbahaya baik secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah 2.1.1 Definisi Limbah Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah adalah sisa produksi

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah 2.1.1 Pengertian Limbah Limbah merupakan sampah cair dari lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah digunakan dengan hampir 0,1% berupa benda-benda

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA Disusun oleh : Faiz Afnan N 07 / XII IPA 4 SMA NEGERI 1 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I. Praktikum ke : II ( Kedua ) II. Judul Praktikum : Beda

Lebih terperinci

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

1. Bilangan Oksidasi (b.o) Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Bilangan Oksidasi (b.o) 1.1 Pengertian Secara sederhana, bilangan oksidasi sering disebut sebagai tingkat muatan suatu atom dalam molekul atau ion. Bilangan oksidasi bukanlah

Lebih terperinci

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan BAB 1. PENDAHULUAN Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola

Lebih terperinci

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) Budi Utomo 1, Musyawaroh 2, Hunik Sri Runing Sawitri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah cair Menurut PP No 82 tahun 2001 limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN PROSES ELEKTROLFOKULATOR SECARA BATCH

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN PROSES ELEKTROLFOKULATOR SECARA BATCH PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN PROSES ELEKTROLFOKULATOR SECARA BATCH Soemargono, Endang ismiati, dan Lazuardi *) Jurusan Teknik Kimia, UPN Veteran Jatim ABSTRACT The principle of process electro-flocculator

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

APLIKASI ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

APLIKASI ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT APLIKASI ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT Farida Hanum, Rondang Tambun, M. Yusuf Ritonga, William Wardhana Kasim Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

FILTER AIR DENGAN METODE ELEKTROLISA

FILTER AIR DENGAN METODE ELEKTROLISA FILTER AIR DENGAN METODE ELEKTROLISA Tantri Wahyuni Fakultas Teknik Universitas Majalengka Tantri_wahyuni80@yahoo.co.id Abstrak Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Air sangat diperlukan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hidrogen Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom

Lebih terperinci

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL RACE-Vol.4, No.1, Maret 21 ISSN 1978-1979 PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL Oleh Agustinus Ngatin Yunus Tonapa Sarungu Mukhtar Gozali

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga Indonesia disebut sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar pada urutan ke-2 di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari hari, air merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari hari, air merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Sumber Kehidupan Dalam kehidupan sehari hari, air merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Banyak aktivitas yang kita lakukan sehari hari bergantung pada air.

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROLISIS

MODUL SEL ELEKTROLISIS MODUL SEL ELEKTROLISIS Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk samping berupa buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari air kondensat pada

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENURUNAN BOD dan TSS PADA LIMBAH INDUSTRI SAUS SECARA ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe, Cu dan STAINLESS

PENURUNAN BOD dan TSS PADA LIMBAH INDUSTRI SAUS SECARA ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe, Cu dan STAINLESS PENURUNAN BOD dan TSS PADA LIMBAH INDUSTRI SAUS SECARA ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe, Cu dan STAINLESS DECREASING OF BOD AND TSS FROM WASTE IN KETCHUP INDUSTRY WITH ELECTROCOAGULATION METHOD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak akhir 1980-an, Industri pulp dan kertas di Indonesia telah berkembang pesat dan mendorong negara Indonesia masuk ke dalam jajaran top 10 produsen dunia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

PENURUNAN MINYAK DAN TSS PADA AIR LIMBAH BALAI YASA DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROKOAGULASI

PENURUNAN MINYAK DAN TSS PADA AIR LIMBAH BALAI YASA DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROKOAGULASI PENURUNAN MINYAK DAN TSS PADA AIR LIMBAH BALAI YASA DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROKOAGULASI Hanandar Salam, Yuli Pratiwi, Sri Sunarsih Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Sains Terapan Institut Sains & Teknologi

Lebih terperinci

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI Oleh: Ni Made Ayu Yasmitha Andewi 3307.100.021 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.Ir. Wahyono Hadi, M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia ataupun proses-proses alam atau belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun pada prosesnya banyak yang menggunakan proses konvensional baik secara fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat mencemari perairan karena kandungan zat organiknya tinggi, tingkat keasaman yang rendah, dan mengandung unsur hara

Lebih terperinci

PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR PKS DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR PKS DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR PKS DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI Ratni Dewi *, Syafruddin, M. Yunus dan Suryani Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe, PO Box 90 Lhokseumawe * Email : raihan_annisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014 5. Teknik Bioseparasi Dina Wahyu Genap/ March 2014 Outline Chemical Reaction Engineering 1 2 3 4 5 6 7 Pendahuluan mempelajari ruang lingkup teknik bioseparasi dan teknik cel disruption Teknik Pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Cegara Arung D. 1, Erwin Akkas 2, dan Rahmat Gunawan 2,* 1 Laboratorium Riset Program Studi

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Oleh : Beauty S.D. Dewanti 2309 201 013 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tontowi Ismail MS Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto. Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto III Non Reguler JURUSAN ANALISA FARMASI DAN MAKANAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan menggunakan gabungan metode elektrokoagulasi dan EAPR. Parameter yang digunakan yaitu logam berat Pb, Cu, COD dan ph.

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis

Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 31 Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis Laeli Nurajijah 1, Dewanto Harjunowibowo 2, Y. Radiyono 3 1,2,3

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROKIMIA

MODUL SEL ELEKTROKIMIA MODUL SEL ELEKTROKIMIA ( Sel Volta dan Sel Galvani ) Standar Kompetensi: 2.Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tak dapat hidup tanpa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci