:Mecfia : } a[ :... Dl3:S HI 131? ~ ~ II

Transkripsi

1 :Mecfia : } Tan a[ :... Dl3:S HI 131? ~ ~ II '---- Jft_a_~_m_a_n : O<~_ Barangkali hanya di galeri itu seniman bertemu dan berdiskusi soal seni dengan ibu-ibu pengajian. Itulah galeri milik Amin Siregar di Cigadung TH Bandung Jawa Barat. OLEH BUDI SUWARNA a1eri itu berada di ruang tamu pasangan eniman Aminudin TH Siregar (38) dan Herra Pahlasari Saefullah (33). Layalmya galen ruangan itu dilengkapi dengan lampu pameran dan deretan paku pengait untuk menggantung lukisan. Yangjelas tidak ada kur i tamu di sana Tamu yang bertandang siapa pun orangnya diterirna di ruang keluarga merangkap ruang makan tepat di belakang galeri. Sewaktu kami bertandang pekan lalu Aminudin yang lebih akrab disapa Ueok baru saja pulang dari tempatnya mengajar di Faknltas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Sementara itu Herra mengawasi asistennya yang sedang menyiapkan karya instalasi untuk sebuah pameran di Jakarta

2 :Media :K a[ - 10l.. - ;LoLl J{afaman : tz ~----- Beberapa tamu lain an pergt. Semnanya diterima dan berkumpul akrab di meja makan panjang di ruang tengah. Sore itu ketika hujan gerimis dan udara mulai dingin memeluk Kota Bandung Hella menghidangkan baso berkuah panas. Sayangnya apa yang ingin kami lihat tidak ada: pameran di galeri pribadi Ucok dan Herra. Rupanya pameran yang digelar telah elesfli. Yang hanyalah jejak-jejak lukisan bunga di tembok putih galeri. Di lantai ada beberapa lukisan berbingkai yang diletakkan begitu saja "Ruangan ini akan kami dan kami cat lagi untuk pameran berikutnya" ujar Ucok Selasa (25/ 10) tentang galeri nonkomersialnya Lain hari kami bertandang ke sana. sekali lagi. Dan di "galeri ruang tamu" itu ada pameran fotografi dan video art karya Malcolm Smith asal Australia Ruang berbagi Ucok dan Herra menyulap ruang tamunya yang hanya berukuran sekitar 3 x 3 meter menjadi galeri ejak tahun Mereka menamainya Galeri Sjl4 ingkatan dari Jalan So iologi omor 14 yang merupakan alamat rumah tersebut. Lewat galeri itu mereka ingin mendekatkan sem kepada orang awam terutama para tetangga di mereka Setiap menggelar pameran Herra membujuk ibu-ibu pengajian dan ari - an unhll\ datang terutama di acara pembukaan. "Karni ingin mereka menyaksikan karya-karya yang dipamerkan." Awalnya para ibu yang awam dengan dunia sem rupa itu bingung. Mereka menyangka Herra dan Ucok mengundang mereka untuk pembukaan toko kerajinan. Makanya ada yang bertanya "Neng Herra enggak jual batik?" cerita Herra diikuti tawa. Ibu-ibu juga terkaget-kaget melihat karya sem yang kadang bentuknya vulgar di mata orang awam. Namun dari kekagetan itulah mereka terprovoka i untuk bertanya dan pada akhirnya berdisku i dengan seniman yang berpameran. Dari beberapa kali per entuhan dengan semman para ibu mulai dengan duma sem. Efeknya mereka mendukung anak-anak mengikuli semacam pelatihan seni rupa yang digelar

3 ~ecfia 7'an a{ : 1<\ : 4 ~ i«- c5l J{aCaman :r) di garasi rumah Ucok dan Herra pada musim Iiburan ekolah. Karena galeri itu adalah ruang berbagi Ucok dan Herra seniman yang ingin berpameran di juga harus mau berbagi toleran i. "Mereka harus merasa datang ke ini seperti datang ke rumah sendiri. Mereka mesti bergaul dengan emua orang di sini termasuk Laika anak kami. Mereka haru mau berbagi ilmu eni pad a masyarakat sekitar sini" ujar Herra. Syarat lainnya? Karyanya harus bagus. "Kalau karyanya jelek gue pasti empet lihatnya. Bayangin setiap hari gue bakalan lihat karya itu tergantung di dinding rumah ini" ujar Ucok yang juga menjadi kurator di galeri pribadi ini bersama istrinya. Awalnya yang memamerkan karyanya di galeri itu kebanyakan seniman muda yang belum sanggup menggelar pameran di galeri komersial. Seiring dengan waktu seniman senior juga diajak memamerkan karya di sini. "Kami kemudian mendorong mereka membuat proyek kolaborasi atau eksperimen seni" tambah Herra. Karena ruang galeri terialu kecil Ucok dan Herra pun memanfaatkan beberapa udut perpustakaan pribadi sebagai ruang pameran. Di antara rak buku misalnya ada tembok kosong seukuran kurang lebih 1 meter persegi yang digunakan untuk menggantung video art. baru yang dipamerkan. Belakangan interval antarpameran melebar hingga 3-4 bulan sekali. Penyebabnya? "Modalnya mulai tipis tabungan hampir habis" ujar Ucok. Bagaimana tidal< pasangan itu mengeluarkan duit Rp 1 juta-rp 2 juta untuk mencetak katalog dan konsumsi setiap kali pameran. "S~mua biaya kami tanggung. Kadang saya bingung sendiri ngapain ya capek-capek men-support seniman lain" ujar Herra Namun kecintaan pada seni membuat mereka bertahan dengan proyek pribadi itu. "Kami senang bisa berbagi lewat galeri ini. MesIG secara keuangan malah tombok kan1i yakin apa yang kami lakukan punya makna" tambah Herra Tidak terasa baso yang disajikan Herra dan Ucok sudah tandas. Di luar rintik pertama di musim hujan mulai menetes. Kami melanjutkan obrolan hingga hujan reda Tombok melulu Boleh dikata Ucok dan Herra tergolong rajin menggelar pameran di galeri pribadinya. Di awal berdirinya setiap dua bulan sekali pash ada karya

4 :Media Oto If J{a[aman -" --=-..::===---=-' ~.:...: ' i 1 Eil E.~! ~ - -' salah satu tempat mengobro\ dengan tamu dan kawan.

5 ~edia <Tan a[ "" ="; Jiafaman I Ruang Pamer I Tampak depan rumah seniman dan kurator Aminudin TH iregar eli Cigadung Bandung Jawa Barat Sabtu (26 1).

6 ~ecfia <ran a[ : ---. J{a[aman Perpustakaan yang juga terbuka untuk umum.