BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
|
|
- Bambang Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis Konsep Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu Isbandi (dalam Sofyan dan Uno 2004:5). Siagian (2004:138), motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Mulyasa (2009:196), motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tertinggi. Dengan demikian, seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya, baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari luar. Selanjutnya menurut Nawawi (2001:351), bahwa kata motivasi kata dasarnya adalah motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.
2 Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara sadar. Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut : (Sofyan dan Uno, 2004:17) a) Adanya hasrat dan keinginan. b) Adanya dorongan dan kebutuhan. c) Adanya harapan dan cita-cita. d) Penghargaan dan penghormatan atas diri. e) Adanya lingkungan yang baik. f) Adanya kegiatan yang menarik. Manusia dalam menjalankan kehidupan didorong untuk dapat melakukan sesuatu agar dapat memenuhi segala kebutuhan. Dorongan yang ada dalam diri manusia tersebut biasa disebut motivasi yang selalu berkaitan dengan masalah kebutuhan, ada beberapa jenis kebutuhan seperti yang dikemukakan Morgan yang ditulis kembali oleh Nasution (2008 : 78), dikatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai kebutuhan diantaranya : 1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas 2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain 3) Kebutuhan untuk hasil 4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
3 Jadi dalam penelitian ini, motivasi belajar diartikan sebagai dorongan yang ada dan timbul dalam diri siswa untuk belajar atau meningkatkan pengetahuan serta pemahaman ekonomi akuntansinya Ciri-ciri Motivasi Belajar Motivasi belajar memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Peranannya yang khas adalah menumbuhkan gairah, senang dan semangat untuk melakukan kegiatan belajar. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan semangat. Sebaliknya, seseorang belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajarannya tersebut. Untuk mengetahui apakah seorang siswa itu mempunyai motivasi dalam belajarnya, maka perlu mengetahui ciri-ciri dari pada motivasi. Menurut Makmun (2003:40) bahwa motivasi belajar dapat di identifikasi dari beberapa ciri atau indikator sebagai berikut : a. Lama waktu yang digunakan untuk kegiatan belajar b. Frekuensi kegiatan belajar c. Ketetapan dan kelekatan pada tujuan kegiatan d. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menggapai kesulitan untuk mencapai tujuan e. Pengorbanan (baik dari segi uang, tenaga, pikiran) untuk mencapai tujuan. f. Tingkat aspirasi (cita-cita, sasaran/target, idola) yang ingin dicapai. g. Kualifikasi prestasi yang dicapai dalam kegiatan.
4 h. Arah dan sikapnya terhadap sasaran kegiatan. Selanjutnya menurut Sardiman (2006:83) mengemukakan bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses). 4) Mempunyai orientasi ke masa depan. 5) Lebih senang bekerja mandiri. 6) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 7) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 8) Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini. 9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu
5 yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi belajar yang baik Pentingnya Motivasi Dalam Belajar Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat Dimyati dan Mudjiono (2006:84). Dimyati dan Mudjiono (2006:85), Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (a) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (b) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil. (c) mengarahkan kegiatan belajar. (d) membesarkan semangat belajar. (e) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan. Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu
6 sebagai berikut: (a) membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. (b) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam ragam. (c) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (d) memberi peluang guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada mengubah siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar. mengubah siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar. Bagi siswa yang sudah mempunyai motivasi, guru bertugas untuk meningkatkan motivasinya, jika guru dapat membangun motivasi siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, diharapkan seterusnya siswa akan meminati pelajaran tersebut Jenis-Jenis Motivasi Belajar Menurut Yamin (2009:163) jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah : a) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibat oleh dorongan dari luar diri seseorang seperti dorongan dari orang lain dan sebagainya.
7 Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut winkel (dalam Yamin 2009:85) diantaranya adalah (1) belajar demi memenuhi kewajiban, (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan, (4) belajar demi meningkatkan gengsi, (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru, (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif. b) Motivasi Instrinsik Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme suatu berdasarkan hukum dan rumusrumus, ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi seseorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar. Selanjutnya, menurut Sofyan dan Uno (2004:16), mengemukakan bahwa motivasi intrinsik berisi : (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atas respon siswa, (4) kesempatan respon peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan motivasi ekstrinsikberisi:(1) penyesuaian tugas dengan minat, (2)
8 perencanaan yang penuh variasi, (3) respon siswa, (4) kesempatan peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, (6) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006: 80) bahwa ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: 1) Kebutuhan Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajarnya rendah, padahal ia memiliki buku pelajaran yang lengkap. 2) Dorongan Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. 3) Tujuan Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Dalam proses belajar motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya unsur-unsur yang mempengaruhinya. Beberapa unsur-unsur tersebut menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:97), yaitu: a) Cita-Cita Atau Aspirasi Siswa Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Aspirasi ini bisa bersifat positif dan negatif, ada yang menunjukkan keinginan untuk
9 mendapatkan keberhasilan tapi ada juga yang sebaliknya. Taraf keberhasilan biasanya ditentukan sendiri oleh siswa dan berharap dapat mencapainya. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. b) Kemampuan Siswa Keinginan seorang anak dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi dalam belajar. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. c) Kondisi Siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembiran akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. d) Kondisi Lingkungan Siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
10 e) Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar Dan Pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman belajar dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. f) Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut : (1) menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, (2) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, (3) membina belajar tertib pergaulan, dan (4) membina belajar tertib di lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar siswa. Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Menurut De Decce dan Grawford (dalam Djamarah 2008: ) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak
11 didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran. 1. Menggairahkan Anak Didik Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari garu harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Discovery learning dan metode sumbang saran (brain storming) memberikan kebebasan semacam ini. Untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya. 2. Memberikan Harapan Realistis Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimis. Bila anak didik telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memeberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada anak didik. Harapan yang diberikan tentu saja terjangkau dan dengan pertimbangan yang matang. Harapan yang tidak realistis adalah kebohongan dan itu yang tak disenangi oleh anak
12 didik. Jadi, jangan coba-coba menjual harapan munafik bila tidak ingin dirugikan anak didik. 3. Memberikan Insentif Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebaginya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Bentuk-bentuk motivasi belajar sebagaimana diuraikan di depan merupakan motivasi ekstrinsik, di mana masalah hadiah dan pujian, dan memberi angka telah dibahas lebih mendalam. Insentif yang demikian diakui keampuhannya untuk membangkitkan motivasi secara signifikan. 4. Mengarahkan Anak Didik Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Dimana, guru dituntut untuk memberikan respon terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya dan sebagainya harus diberikan teguran secara arif dan bijaksana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajas siswa diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Metode mengajar guru, Metode dan cara-cara mengajar guru yang monoton dan tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi belajar siswa
13 2) Tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas 3) Tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa 4) Latar belakang ekonomi dan sosial budaya siswa Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada bersekolah. 5) Kemajuan teknologi dan informasi. Siswa hanya memanfaatkan produkteknologi dan informasi untuk memuaskan kebutuhan kesenangan saja. 6) Merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu, seperti matematika, dan bahasa inggris 7) Masalah pribadi siswa baik dengan orang tua, teman maupun dengan lingkungan sekitarnya Keterampilan Guru Dalam Menggunakan Variasi Mengajar Pengertian Keterampilan Guru Mengajar Keterampilan mengajar adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik. Keterampilan mengajar sangat penting dimiliki oleh seorang guru sebab guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.
14 Menurut Kamus Besar Indonesia (1990: 1447), bahwa keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan mengajar menurut Hamalik (2009: 43) adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Sejalan dengan itu Uzer (2011: 6) menjelaskan bahwa mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Berdasarakan kedua pengertian di atas, maka keterampilan mengajar dapat diartikan sebagai suatu kecakapan yang dimiliki oleh guru dalam membimbing dan mengorganisasi lingkungan dan bahan pengajaran, sehingga guru mampu menciptakan kondisi belajar yang efektif dan efisien bagi siswa. Keterampilan mengajar merupakanbagian dari kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut Uzer (2011: 4) kompetensi merupakan suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif maupun yang kuantitatif. Pengertian kompetensi yang dimaksud kemudian diperjelas dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen tentang pasal 1, ayat 10 yang menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimilki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan Jenis-jenis Keterampilan Mengajar
15 Keterampilan mengajar merupakan suatu keterampilan yang harus dimilki dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dengan keterampilan mengajar yang baik, seorang guru dapat menciptakan suatu pembelajaran yang efektif dan efisien. Menurut Uzer (2011: ) setidaknya terdapat delapan keterampilan dasar mengajar mengajar yang harus dimilki seorang guru, diantaranya: 1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set introduction and closer) 2. Keterampilan menjelaskan (eksplaning skills) 3. Keterampilan mengajar (questioning skills) 4. Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills) 5. Keterampilan mengadakan variasi (variation skills) 6. Keterampilan membimbing diskusi 7. Keterampilan mengajar kelompok kecil 8. Keterampilan mengelola kelas. Dari uraian 8 keterampilan guru mengajar diatas, peneliti hanya mengambil keterampilan menggunakan variasi untuk diteliti lebih lanjut. Keterampilan dalam menggunakan variasi meliputi 3 aspek yaitu; variasi gaya mengajar, variasi menggunakan media dan variasi interaksi Tujuan Variasi Mengajar Menurut Djamarah dan Zain (2006: 161) bahwa penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan penggunaan variasi mengajar adalah sebagai berikut:
16 1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar. 2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi. 3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah. 4. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual. 5. Mendorong anak didik untuk belajar Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar Djamarah dan Zain (2006: 166) menjelaskan prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar adalah sebagai berikut: a. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar. b. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu. c. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu: 1. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan tingkah laku siswa; 2. Umpan balik informasi tentang pengetahuan dn pelajaran Komponen-komponen Variasi Mengajar
17 Menurut Djamarah dan Zain (2006: ) bahwa komponen-komponen variasi mengajar dibagi ke dalam tiga kelompok besar sebagai berikut: 1. Variasi Gaya Mengajar Bagi siswa, variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat dan semuanya memiliki relevansi dengan hasil belajar. perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan anak didik, menarik, perhatian anak didik, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi dalam gaya mengajar ini adalah sebagai berikut: a. Variasi suara Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada volume, dan kecepatan. Guru mendramatisasi suatu peristiwa, menunjukan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam dengan anak didik yang kurang perhatian dan seterusnya. b. Variasi penekanan Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan penekanan secara verbal ; misalnya, perhatikan baik-baik. Nah ini yang penting, ini adalah bagian yang sukar, dengan baik-baik! Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis. c. Pemberian waktu (pausing)
18 Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian pelajaran kebagian berikutnya. Dalam keterampilan bertanya, untuk mengubangya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. d. Kontak pandang Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap setiap mata anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membentuk anak didik dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dandengan pandangannya dapat menarik perhatian anak didik. e. Gerakan anggota badan (Gesturing) Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya menarik perhatian saja, tetapi juga menolong dalam menyampaikan arti pembicaraan. f. Pindah posisi Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka kebagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara anak didik dari belakang ke samping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting kedalam
19 perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan menjemukkan dan bila variasi dilakukan secara berlebihan dapat menganggu. 2. Variasi Media Dan Bahan Ajaran Tiap anak didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara ada yang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimilki tiap anak didik misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis dipapan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadap indra anak didik. Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media yaitu, media pandangan, media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media, akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra anak didik, membuat perhatian anak didik menjadi lebih tinggi, memberi motivasi untuk belajar, mendorong berpikir dan meningkatkan kemampuan belajar. Komponen-komponen tersebut sebagai berikut: a. Variasi Media Pandang Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajar khusus untuk komunikasi. b. Variasi Media Dengar
20 Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai, untuk itu diantaranya ialah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi suara, rekaman musik, rekaman drama, dan wawancara, yang semuanya itu dapat memilki relevansi dengan pelajaran. c. Variasi Media Taktil Dalam hal ini akan melibatkan anak didik pada kegiatan penyusunan atau pembuatan model, dapat disebut sebagai media taktil. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contoh, dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa jaman majapahit; dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; mengumpulkan berbagai jenis mata uang logam untuk bidang studi ekonomi. 3. Variasi Interaksi Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memilki rentangan yang bergerak dari dua kutub yaitu; a. Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru. b. Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, dimana guru berbicara kepada anak didik. Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui pengajuan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara individual atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar anak didik dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi atau diskusi.
21 2.1.3 Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Menggunakan Variasi Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Optimaslisasi proses kegiatan belajar mengajar memerlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan kognitif siswa. Penggunaan variasi dalam proses belajar mengajar merupakan sesuatu yang mutlak dan harus diperhatikan. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Keterampilan guru dalam menggunakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek, yaitu variasi gaya mengajar, variasi penggunaan media atau bahan pengajaran dan variasi dalam interkasi antara guru dan siswa. Apabila ketiga aspek tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar. 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Panigoro (2011) mengenai pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa, hasil penelitian yang diperoleh adalah berdasarkan hasil analisis data, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa. Dengan persamaan regresi Ŷ = 49,87 + 0,14x, kompetensi guru yang dilaksanakan secara efektif mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dinyatakan dengan persamaan regresi yang menunjukan nilai F hitung sebesar 4,86 lebih besar dari
22 F tabel (0,05)(5,24) = 2,62, selanjutnya dalam perhitungan koefisien determinasi menunjukan r 2 = 0,6724%, yang berarti bahwa sebesar 67,24%. Varibilitas mengenai motivasi belajar siswa SMK Negeri 1 Gorontalo dapat dipengaruhi oleh kompetensi guru yang diterapkan, sedangkan sisanya 32,76% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak didesain dalam penelitian ini. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini hasilnya menunjukan bahwa hipotesis H 1 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo dapat diterima dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Panigoro (2011), dengan pengujian hipotesis dalam persamaan regresi Ŷ = 49,87 + 0,14x, dan koefisien determinasi menunjukan r 2 = 0,6724%, yang berarti bahwa sebesar 67,24%. Sedangkan Penelitian sekarang yang dilakukan oleh Umar (2012), dengan pengujian hipotesis dalam persamaan regresi Ŷ = 29,61 + 0,43X, dan koefisien determinasi menunjukan r 2 = 0,1296%, yang berarti bahwa sebesar 12,96%. Penelitian Terdahulu diatas memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang. Kaitannya terletak pada variabel Y yakni Motivasi belajar siswa, dalam artian bahwa motivasi belajar siswa merupakan variabel yang dipengaruhi. Adapun perbedaannya terdapat pada variabel X (motivasi belajar siswa), dimana Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru, sedangkan penelitian sekarang motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kreativitas mengajar guru sebagai variabel Y.
23 2.3 Kerangka Pemikiran. Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar yang bertugas menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Sebelum mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis, sehingga dapat terampil dalam proses belajar mengajar. Guru terampil sebaiknya melakukan berbagai upaya untuk peningkatan motivasi belajar siswa, hal tersebut merupakan tanggung jawab semua guru dalam memperoleh kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan hal di atas seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan mengajar seperti: keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan memberi variasi, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan keterampilan menjelaskan. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan sangatlah penting. Berhasil dengan tidaknya pembelajaran, sangatlah ditentukan oleh keberhasilan guru dalam mengajar. Denga demikian, guru dituntut agar memiliki keterampilan dalam menggunakan variasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga akan mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi belajar. selanjutnya diskemakan sebagai berikut:
24 Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Variasi Mengajar 1. Variasi Suara 2. Penekanan 3. Pemberian Waktu 4. Kontak Pandang 5. Gerakan Anggota Badan 6. Pinda Posisi (Djamarah dan Zain, 2006: 167) Motivasi Belajar Siswa 1. Kebutuhan 2. dorongan 3. Tujuan (Dimiyati dan Mudjiono2006:80) 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut; Keterampilan Guru Dalam Menggunakan Variasi Mengajar Berpengaruh Signifikan Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Kelas XI IPS, SMA Negeri I Bongomeme Kabupaten Gorontalo
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
7 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik 2.1.1 Kompetensi Pedagogik Guru 2.1.1.1 Pengertian Kompetensi Pedagogik Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru dalam perannya sangat menentukan, dilihat dari serangkaian. upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan.
1.1 Latarbelakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Guru dalam perannya sangat menentukan, dilihat dari serangkaian upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan. Olehnya guru sebagai agen utama dalam pembelajaran,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian variasi dalam mengajar. serta berperan secara aktif. 1 Dengan demikian, variasi dalam
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Variasi dalam Mengajar a. Pengertian variasi dalam mengajar Menggunakan variasi dalam mengajar diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar
Lebih terperinciadalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIK
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:
7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.
Lebih terperinciBAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha menghilangkannya, bosan terjadi jika seseorang selalu melihat, merasakan, mengalami
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan konseling belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bimbingan manusia ke arah cita-cita atau tujuan tertentu, maka masalah pokok dalam pendidikan adalah memilih arah dan tujuan yang akan ditempuh.
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pendidikan berkembang dengan pesat. Kini pendidikan merupakan hal yang utama bagi sebagian masyarakat di Indonesia, terbukti dengan menjamurnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia untuk menggunakan akal fikiran/rasional mereka sebagai jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Pengertian prestasi belajar menurut Sumadi Suryabrata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal perbaikan kehidupan masyarakat. Hal ini karena pendidikan memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan merupakan fondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik
Lebih terperinciOleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT
PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI GURU MENGAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI KOTA BATAM Oleh: ABSTRACT
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencaritahu tentang alam secara sistematis. Pada prinsipnya, IPA diajarkan untuk membekali
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang
BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa globalisasi, suatu negara dianggap maju apabila memiliki kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi suatu negara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan mengetahui berbagai informasi, menyukai satu situasi dan atau dapat melakukan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia dalam memperoleh bekal dalam kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan
Lebih terperinciBAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA A. Variasi Pembelajaran 1. Pengertian Variasi Pembelajaran Membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengajar. Yang dimaksud dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang mengalami masa keemasan dimana anak mulai peka dan sensistif untuk menerima berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Upaya peningkatan
Lebih terperinciOleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE TALKING STIKCK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 1 AK SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO (Penelitian pada siswa di kelas X ak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar guru, sebab dilingkungan sekolah guru pemeran utama dalam upaya
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kreativitas Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Kreativitas Mengajar Guru Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kreativitas mengajar guru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup seseorang. Pendidikan bermaksud membantu peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan dan tidak terlepas dari peran guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULIAN. Dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan serta
BAB I PENDAHULIAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan serta perubahan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat tercipta generasi yang cerdas, berwawasan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu bagi kemajuan bangsa. Dengan pendidikan manusia dituntut untuk memproleh kepandaian dan ilmu, sehingga akan mampu
Lebih terperinci: FATMAH DALUNGGU : S1 PENDIDIKAN EKONOMI ABSTRAK
PENGARUH KETERAMPILAN GURU DALAM MENGELOLA KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIA (IPS) KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN (Pada SMK Negeri 1 Limboto, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk juga didalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan tehnologi akan terus berlangsung. Secara internal Indonesia mempunyai tatanan kehidupan yang cukup kritis baik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi 1. Pengertian Motivasi Menyelesaikan Skripsi Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.makmun (2001:37) mendefinisikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
Lebih terperinciPENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO
PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Artikel Untuk memenuhi salah satu syarat Ujian guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam interaksi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan perkembangan suatu bangsa, selain itu pendidikan juga memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan itu penting untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Karena pendidikan berguna dalam membina dan mengembangkan kemampuan dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan dapat membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia ( SDM ). Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para. komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Pentingnya ilmu pengetahuan dikarenakan permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan alat yang menentukan untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan, sedangkan motivasi secara utuh merupakan proses pengerahan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A
PENGARUH LINGKUNGAN PERGAULAN REMAJA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA SMA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pendidikan, pembelajaran merupakan sesuatu yang harus ditempuh seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar mampu mencapai kualifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018
IMPLIMENTASI PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MAN JANGKA Mulyadi Zakaria Institut Agama Islam Almuslim Aceh ABSTRAK Psikologi pembelajaran merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. tujuan-tujuan dalam pembelajaran tercapai. digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan.
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Metode SQ3R a. Pengertian Metode SQ3R Melakukan proses pembelajaran adalah aktivitas guru seharihari. Seorang guru dalam melakukan pembelajaran harus menentukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Istilah motivasi menurut Purwanto (2011) merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal itu, maka orang tua
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal
2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk manusia yang berakal, berilmu, dan bermoral.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem
Lebih terperinciAndi H. Tegelon 1, Muh. Amir Arham 2, Ivan R. Santoso 3 Jurusan Pendidikan Ekonomi ABSTRAK
PENGARUH KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SANGTOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Andi H. Tegelon 1, Muh. Amir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk manusia dengan tujuan tertentu dan merupakan upaya manusia secara sadar untuk mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya kesadaran manusia tentang pentingnya pendidikan maka di zaman saat ini, negara kita mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada hakekatnya
Lebih terperinciBAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran
BAB II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran A. Kajian Teori 1. PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) Menurut buku panduan PPL FKIP UNPAS (2017, h. 1) PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan kegiatan akademik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.
I. PENDAHULUAN Secara umum pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :
II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang
I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan
Lebih terperinciMargunani 1 Siti Fatimah 2
Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sma Negeri Se Kabupaten Kebumen Margunani 1 Siti Fatimah 2 Abstrak : Pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi terciptanya
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI 1 PANGANDARAN
Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar di kelas VIII MTs Negeri 1 Pangandaran, hasil belajar siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah
Lebih terperinci