Fikrie. Warkop Biroe. FikrieDoank Publishing

Transkripsi

1 Fikrie Warkop Biroe FikrieDoank Publishing

2 Warkop Biroe Oleh: Fikrie Copyright 2010 by Fikrie Penerbit FikrieDoank Publishing ( Desain Sampul: Fikrie Diterbitkan melalui: 2

3 Ucapan Terimakasih: Allah SWT atas semua nikmat, berkah dan rahmatnya. Kedua Orang Tuaku atas semua doa, perhatian dan dukungannya. Aku Sayang kalian. Adikku yang selalu memberikan dukungan penuh serta pengertiannya. Sahabat-sahabatku yang mendukungku: Cheky, Damar, Rahman, Opik, Edah, Wawan, Hendar, Isal, Andi, Iyan, Andre, Reza. Komunitas D Blogger yang memberi inspirasi saya untuk menulis Kang Matahari Timoer, Kak Julie, Teh Anny, Om Arie Fabian, Yoswa Mahardika, Mas Trisno, Eyang Anjari, Fitri, Jay boana, Mbak Hanny, mata naga, dan sahabat-sahabat d blogger serta sahabat lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu per satu 3

4 DAFTAR ISI Laila...9 Kesenjangan Sosial...13 Hapus Budaya Korupsi...16 Pasukan Langit...18 Nyalakan Lampu!!...19 Kritik...23 Menggantung...25 Sendal Jepit...25 Kuliah Sambil Kerja...29 Melamar Pekerjaan...31 Sendal jepit Interview...42 Rojak The Loper...52 Sendal Jepit Madun Jadi Pedagang...88 Tentang Penulis

5 Persahabatan Tiga Mahasiswa. Semua Bermula dari sebuah Warkop Biroe 5

6 WARKOP BIROE Di sudut gang di Ibukota yang bernama gang Bale, terdapat sebuah warung kopi sederhana. Karena letaknya di ujung gang, tempat ini cukup ramai dikunjungi pelanggannya yang hendak melepas kepenatan dari padatnya Ibukota, atau sekedar bersantai menikmati kopi dan hiruk pikuknya Ibukota. Dengan bangunan sederhana, yang luasnya tak lebih dari tiga kali empat meter. Menampung dua buah meja yang dimana tiap mejanya diisi dengan minuman ringan bersoda, ada juga temu lawak dan akar lawing. Minuman kesukaan para supirsupir bajaj yang sering mampir di warkop yang berciri warna biru tersebut. Tak ketinggalan di meja utama ada gorengan yang masih panas, serta etalase buatan sendiri yang memajang rokok-rokok. Di sudut belakang nampak khas warung kopi dengan berjejernya kopi-kopi sachet, serta minuman sachet lainnya. Serta berbungkus-bungkus mie rebus, dan diatas juga digantung tempat telur ayam kampung untuk membuat telur setengah matang. di meja saji, tepat berdempetan dengan meja utama, terdapat termos air panas 6

7 dan gelas yang berjejer rapih, serta mangkuk dan peralatan makan lainnya. Untuk menyajikan hidangan kepada tamu yang datang. Mak Ijah, penjaga warkop tersebut warga asli betawi. Sebelumnya orang tua Mak Ijah adalah Juragan Tanah dan diapun mewarisi tanah yang cukup luas ditengah kota. Namun sudah digusur oleh pengembang apartemen, uang hasil gusurannya pun di belikan rumah di pinggiran kota. Namun naas Mak Ijah dan suami ternyata ditipu oleh si penjual rumah, karena tak lama berselang rumah itu jadi sengketa. Mak Ijah pun kalah dalam pengadilan karena surat yang didapat dari penjual ternyata palsu. Si penjual pun kini sudah tidak ketahuan dimana batang hidungnya. Mak Ijah dan keluarga pasrah, dan kembali ke kota mencari rumah petakan, untuk usaha sekaligus tempat tinggal.dia pun kini tinggal di lantai dua Warkop Biroe, bersama satu orang anak laki-lakinya yang sudah besar. Tak lama semenjak pindahnya Mak Ijah ke kampung Bale, suaminya telah mendahuluinya menghadap pencipta. Kini Mak Ijah dengan anak laki-laki satu-satunya yang bernama Rojak, berusaha bertahan hidup di Ibukota, di tanah kelahirannya. 7

8 Rojak anak kesayangan satu-satunya Mak Ijah, berhasil bertahan hidup bahkan sampai kuliah. Dari hasil Warkop Biroe mak Ijah sengaja mengutamakan pendidikan anak satu-satunya, ketimbang keperluan yang lain agar anaknya pintar tidak dibodoh-bodohi orang lain seperti dirinya dan suaminya dulu. Rojak kuliah tak jauh dari Gang Bale ketika senggang dan sepulang kuliah dia membantu Ibunya di Warkop Biroe. Rojak mempunyai dua orang sahabat bernama Madun dan Parno. Dua orang ini sering mampir ke warkop biroe untuk sekedar menunggu jam kuliah, juga sambil ngobrol dengan Rojak yang sembari membantu Ibunya melayani pelanggan di Warkop Biroe. 8