PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate balbisiana C.) SEBAGAI MEDIA PENJERNIHAN AIR. Oleh : WULANDARI NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate balbisiana C.) SEBAGAI MEDIA PENJERNIHAN AIR. Oleh : WULANDARI NIM"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate balbisiana C.) SEBAGAI MEDIA PENJERNIHAN AIR Oleh : WULANDARI NIM PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA S A M A R I N D A 2013

2 PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate balbisiana C.) SEBAGAI MEDIA PENJERNIHAN AIR Oleh : WULANDARI NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013

3 PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate balbisiana C.) SEBAGAI MEDIA PENJERNIHAN AIR Oleh : WULANDARI NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013

4 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana C.) sebagai Media Penjernihan Air Nama : Wulandari NIM : Program Studi : Manajemen Lingkungan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Ir. Dadang Suprapto, MP NIP Ir. Taman Alex, MP NIP Taufiq Rinda Alkas, S.Si.,M.Pd. NIP Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Dadang Suprapto, MP NIP Ir. Hasanudin, MP NIP Lulus ujian pada tanggal :...

5 ABSTRAK WULANDARI. Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana C.) sebagai Media Penjernihan Air (di bawah bimbingan DADANG SUPRAPTO). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan limbah kulit pisang kepok (Musa acuminate balbisiana C.) sebagai media penjernih air. Penelitian ini telah dilaksanakan oleh penulis selama satu bulan pada bulan Juni 2013 dengan sampel air berasal dari perairan Sub DAS Karang Mumus. Untuk analisa parameter yang diteliti yaitu kekeruhan dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air dan kandungan logam Fe dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit pisang kepok menunjukkan respon dalam penurunan tingkat kekeruhan dan kadar logam Fe dalam air sungai. Air sungai yang memiliki tingkat kekeruhan sebesar 7,51 NTU setelah dilakukan penjernihan dengan kulit pisang kepok tingkat kekeruhannya menjadi 3,01 NTU dan telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kekeruhan air adalah 5 NTU, demikian juga dengan kadar logam Fe yang dikandung air sungai sebesar 0,326 mg/l setelah dilakukan penjernihan dengan kulit pisang kepok kadarnya menjadi 0,114 mg/l dan telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2002 bahwa kandungan Fe yang diperbolehkan adalah sebesar 0,3 mg/l. Kata kunci : Kulit Pisang Kepok, Sub DAS Karang Mumus, Analisa Sifat Fisika dan Kimia Air.

6 RIWAYAT HIDUP Wulandari, lahir pada tanggal 24 April 1992 di kota Bontang, Kalimantan Timur merupakan putri pertama dari pasangan suami istri Bapak Mulyadi dan Ibu Anik Rohmatin. Memulai pendidikan di TK. Cendrawasih Bontang pada tahun , lalu Sekolah Dasar Negeri 013 Bontang, Kalimantan timur pada tahun , kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontang pada tahun 2004 dan lulus pada tahun Lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bontang Jurusan Kimia Industri pada tahun Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Manajemen Pertanian Penulis telah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih dua bulan terhitung sejak tanggal 25 Februari sampai 26 April 2013 di PT. Indominco Mandiri Bontang, Propinsi Kalimantan Timur. Penulisan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dengan sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulis menyusun Karya Ilmiah yang berjudul Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana C.) sebagai Media Penjernihan Air.

7 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, karena atas ijin-nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis selama sebulan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan sekaligus sebagai pembimbing karya ilmiah. 2. Bapak Fachruddin Azwari ST., MSi selaku Kepala Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 3. Bapak Ir. Noorhamsyah, MP selaku Kepala Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 4. Bapak Ir. Taman Alex, MP selaku Dosen penguji satu. 5. Bapak Taufiq Rinda Alkas, S.Si., M.Pd. selaku Dosen penguji dua.. 6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 7. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan Jurusan Manajemen Pertanian. 9. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada Penulis. 10. Saudara - saudari senasib dan seperjuangan Nenny, Yanti, Dina, Andi, Sufian, Dian, Febri, Ardian, Ayu, Siska, Rudi dan seluruh rekan rekan mahasiswa/mahasiswi Manajemen Lingkungan 2010/2013 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta inspirasi bagi Penulis hingga Karya Ilmiah ini selesai. 11. Anggota Kost Tulip, Endah, April, Yunike, Carina, Opi dan seluruhnya yang memberi keributan di setiap hari. 12. Dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan kepada Penulis.

8 Sebaik apapun penyusanan karya ilmiah ini, Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca. Wulandari Sei Keledang, Juni 2013.

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. vi DAFTAR ISI.... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN.. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sungai Karang Mumus 3 B. Parameter Kualitas Air.. 4 C. Tinjauan Umum tentang Air Jernih. 6 D. Penyaringan (Filtrasi) 6 E. Tinjauan Umum tentang Pisang.. 7 BAB III METODE PENELITIAN.. 10 A. Waktu, Lokasi dan Batasan Penelitian B. Bahan dan Peralatan Penelitian.. 10 C. Prosedur Kerja D. Analisa Data 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. 18 B. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 25 A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA. 27 LAMPIRAN. 28

10 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1 Hasil Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air Sampel Hasil Pengukuran Kandungan Fe Air Sampel Hasil Analisa Angka Penurunan Tingkat Kekeruhan dan Persentase Kemampuan Penjernihan Air Sungai tanpa menggunakan Kulit Pisang Kepok Nilai Persentase Kemampuan Kulit Pisang Kepok terhadap Penurunan Tingkat Kekeruhan Air Sungai Nilai Persentase kemampuan Penjernihan Air Sungai tanpa menggunakan Kulit Pisang Kepok terhadap Penurunan Kadar Logam Fe Air Sungai 20 6 Nilai Persentase Kemampuan Kulit Pisang Kepok terhadap Penurunan Kadar Logam Fe Air Sungai. 21

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Tubuh Utama Halaman 1 Tingkat Penurunan Kekeruhan Penjernihan Air Tingkat Penurunan Kadar Fe Penjernihan Air Nomor Lampiran Halaman 1 Peta Sub DAS karang Mumus Samarinda Filter Penjernihan Air dengan menggunakan Kulit Pisang Kepok Filter Penjernihan Air tanpa menggunakan Kulit Pisang Kepok Tempat Pengambilan Sampel Sungai Karang Mumus Media Penjernihan Sampel Air Rangkaian Filtrasi Penjernihan dengan Kulit Pisang Kepok Pengukuran Kekeruhan Pengukuran Fe dengan SSA. 33

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Halaman 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Hasil Analisis Pengukuran Tingkat Kekeruhan Hasil Analisis Pengukuran Kadar Fe Sampel Air Penjernihan dengan menggunakan Kulit Pisang Kepok Hasil Analisis Pengukuran Kadar Fe Sampel Air Penjernihan tanpa menggunakan Kulit Pisang Kepok Perhitungan. 39

13 BAB I PENDAHULUAN Permasalahan lingkungan yang menjadi perhatian utama pada saat ini adalah menurunnya kualitas perairan oleh masuknya bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan manusia seperti sampah pemukiman, industri, pemupukan serta pestisida (Marganof, 2007dalam Endra, 2013).Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk air minum, memasak, mencuci dan sebagainya yang harus diperhatikan. Marganof (2007) dalam Endra (2013)menyatakan kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya.kekeruhan menggambarkan sifat fisik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikro organisme lain. Sub DAS Karang Mumus sebagai salah satu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di Kota Samarinda kini kondisinya perlu mendapat perhatian yang lebih, baik dari Pemerintah Kota maupun masyarakat di sekitar wilayah aliran sungai agar dampak yang ditimbulkan dapat ditanggulangi sedini mungkin. Kebiasaan masyarakat di sekitar sungai yang setiap hari memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan baik itu untuk mencuci, mandi dan bahkan sebagai tempat untuk pembuangan sampah membuat kualitas air sungai semakin mengalami penurunan hal ini ditandai dengan kondisi air yang berwarna hitam,

14 adanya bau yang dihasilkan dari pembusukan sampah dan banyaknya sampah yang tergenang dipermukaan air akibat aktifitas keseharian masyarakat mulai dari kegiatan rumah tangga, kegiatan pabrik kecil hingga besar dan kegiatan pasar yang sering kali tidak mempertimbangkan limbah yang mereka buang begitu saja ke badan sungai hingga menimbulkan masalah pencemaran yang serius hingga pencemaran logam berat (Anonim, 2007). Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah buah pisang yang cukup banyak jumlahnya.umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi dan kerbau.jumlah dari kulit pisang cukup banyak yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas.kulit pisang juga menjadi salah satu limbah dari industri pengolahan pisang, namun bisa dijadikan media dalam penjernihan air(endra, 2013). Dengan dasar pemikiran ini penulis mencoba untuk menggunakan metode filtrasi dengan media limbah kulit pisang kepok sebagai penjernihan air.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan limbah kulit pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.)sebagai media penjernih air. Dengan penelitianini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pemanfaatan kulit pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) sebagai media penjernih air pada air Sub DAS Karang Mumus dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan pencemaran yang telah terjadi yang dapat mengganggu kondisi kesehatan bagi masyarakat yang tinggal disekitar wilayah Sub DAS Karang Mumus.

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sungai Karang Mumus 1. Pengertian Air Sungai Air sungai berasal dari mata air dan air hujan yang mengalir pada permukaan tanah.secara fisik, air sungai terlihat berwarna coklat dengan tingkat kekeruhan yang tinggi karena bercampur dengan pasir, lumpur, kayu dan kotoran lainnya. Kualitas air sungai juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar aliran sungai. Secara umum, kualitas air sungai di daerah hilir(muara) lebih rendah dibandingkan di daerah hulu (mata air). Hal ini terjadi akibat limbah industri dan rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu dan terkumpul di muara sungai. Akibatnya, secara kualitas fisika, kimia maupun biologi, air didaerah muara sungai sangat rendah dan tidak layak dijadikan bahan baku air (Djunaedi,2007). 2. Kondisi Geografis Sungai Karang Mumus Secara geografis, wilayah Sub DAS Karang Mumus terletak pada koordinat antara LS dan BT. Berdasarkan peta Administrasi dan peta Topografi dengan skala 1:50.000, luas Sub DAS Karang Mumus hektar. Panjang sungai Karang Mumus adalah 42 Km, dengan pemanfaatan tergantung kebutuhan individu atau kebanyakan.sub DAS Karang Mumus merupakan prioritas urutan pertama DAS kritis di Kaltim.BPDAS Mahakam Berau (2004) menyatakan, luas lahan kritis di Kota Samarinda mencapai ha, sedangkan yang potensial kritis mencapai luasan ha.luas lahan kritis tersebut yang terluas berada pada

16 kawasan Samarinda Utara (9.106 ha) yang merupakan kawasan DAS Karang Mumus(Anonim, 2007). B. Parameter Kualitas Air 1. Parameter Fisika Air Parameter fisika adalah salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kadar kualitas air yang berhubungan dengan sifat fisik air. Salah satu parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air adalah kekeruhan. Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas maksimal kekeruhan air layak pakai menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air adalah 5 skala NTU.Kekeruhan didalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat-zat halus lainnya.kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis suspensi, karena tergantung juga pada ukuran dan bentuk butir(endra, 2013). 2. Parameter Kimia Air Parameter kimia adalah salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kadar kualitas air yang berhubungan dengan sifat kimia air.air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni.ketika air mengembun di udara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbondioksida, dan berbagai jenis gas lainnya.kemudian air tersebut, baik yang di atas maupun di bawah permukaan

17 tanah waktu mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya.(achmad, 2004 dalam Effendi, 2003). Beberapa parameter kimia yang digunakan untuk menentukan kualitas air adalah ph, BOD, COD, DO dan logam-logam berat. Dalam penelitian ini, parameter yang menjadi perhatian adalah logam Fe (besi). Air yang tinggi kandungan besi-nya bila bersentuhan dengan udara menjadi keruh, berbau dan tidak menyenangkan untuk dikonsumsi.kekeruhan dan warna kuning terbentuk karena oksidasi besi (II) menjadi besi (III) berupa endapan koloid berwarna kuning. Karena oksidasinya berlangsung perlahan terutama pada ph<6 maka pembentukan dan pengendapan Fe(OH) 3 atau Fe 2 O 3 berlangsung sangat lambat. Selain penampilannya yang tidak menyenangkan, air yang tinggi kandungan besi-nya mempunyai rasa yang tidak enak. Konsentrasi unsur besi yang melebihi ± 2 mg/lakan menimbulkan nodanoda pada perlalatan dan bahan yang berwarna putih (Kacaribu, 2008). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2002 tentang Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air bahwa standar baku mutu kualitas air untuk kandungan Fe yang diperbolehkan adalah sebesar 0,3 mg/l. C. Tinjauan Umum tentang Air Jernih Air bersih dan sehat adalah salah satu kebutuhan mendasar sehari-hari untuk setiap rumah.air bersih, jernih dan tidak bewarna diperlukan di setiap rumah mulai dari mencuci, masak, air minum dan mandi.di sebagian tempat saat ini kebutuhan

18 air semakin meningkat sementara kualitas kesehatan dan kebersihan air semakin menurun (Anonim, 2012b). Jernih atau tidak keruh merupakan salah satu parameter fisika air.air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Turbidity atau kekeruhan air dapat disebabkan oleh clay pasir, zat organik dan anorganik yang halus, plankton dan mikroorganisme lainnya. (Tutut, 2012). Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang akan memiliki kekeruhan tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang akan memiliki kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh partikel seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material organik.berdasarkan definisi, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel melainkan suatu ukuran bagaimana partikel menghamburkan cahaya (Copernicus, 2013). D. Penyaringan (filtrasi) Penyaringan atau filtrasi merupakan proses pemisahan padatan yang terlarut di dalam air. Pada proses ini, filter berperan memisahkan air dari partikel-partikel padatan hal ini juga bertujuan mendapatkan air yang jernih. Media yang digunakan untuk bahan filter memiliki syarat, yaitu pori-pori yang berukuran sesuai dengan ukuran padatan yang akan disaring dan tahan lapuk. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media filter antara lain pasir, ijuk, arang, kerikil, dan batu (Sujana, 2006). Menurut Sujana (2006) tujuan dan manfaat dari filtrasi adalah berikut : 1. Tujuan Fitrasi a. Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali.

19 b. Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah. c. Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air. d. Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor. e. Membantu pemerintah untuk menggalakan program alternatif perolehan air bersih secara alami dan ramah lingkungan. 2. Manfaat filtrasi a. Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja,misalnya sungai, rawa, telaga, sawah, sawah, dan air kotor lainnya. b. Dapat menghilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh. c. Dapat mengubah warna air yang keruh menjadi lebih bening. d. Menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya agar air dapat dilayak untuk minum. e. Cara ini berguna untuk desa yang masih jauh dari kota dan tempat terpencil. E. Tinjauan Umum tentang Pisang Pisang merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mulai dari buah, batang, daun, kulit hingga bonggolnya.tanaman pisang yang merupakan suku Musaceae termasuk kedalam tanaman yang besar memanjang.tanaman pisang sangat menyukai sekali daerah yang beriklim tropis panas dan lembab terlebih didataran rendah.ditemui pula di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia serta termasuk pula Papua, Australia Topika, Afrika Tropi.Pisang dapat berbuah sepanjang tahun pada daerah dengan hujan merata sepanjang tahun. Umumnya, kebanyakan orang memakan buah pisang kulitnya akan dibuang begitu saja. Seringkali kulit pisang dianggap sebagai barang tak berharga alias

20 sampah.ternyata dibalik anggapan tersebut, kulit pisang memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein dan juga lemak yang cukup baik(anonim,2012a). Menurut Suhartono (2011)dalamAnonim (2012a), menyebutkan bahwa pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) merupakan produk yang cukup perspektif dalam pengembangan sumber pangan lokal karena pisang dapat tumbuh di sembarang tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia, Kulit buah kuning kemerahan dengan bintik- bintik coklat. C.) : Berikut adalah klasifikasi dari buah pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana Kingdom : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberraceae Genus : Musa Spesies : Musa acuminatebalbisiana C. Penyebaran tanaman ini selanjutnyahampir merata ke seluruh dunia, yakni meliputi daerah tropik dan subtropik,dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai.Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui Samudera Atlantik,Kepulauan Kanari, sampai Benua Amerika.Pisang yang dikenal sampai saat ini merupakan keturunan dari spesies pisang liar yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana. Pisang Kepok memiliki tinggi 370 cm dengan umur berbunga 13 bulan. Batangnya berdiameter 31 cm dengan panjang daun 258 cm dan lebar daun 90 cm, sedangkan warna daun serta tulang daun hijau tua. Bentuk jantung spherical atau lanset.bentuk buah lurus dengan panjang buah 14 cm dan diameter buah 3.46 cm. Warna kulit dan daging buah matang kuning tua.produksi Pisang Kepok dapat mencapai 40 ton/ha(firmansyah, 2012dalam Endra, 2013).

21 Menurut Hewwet et al (2011), menyebutkan bahwa kulit pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) didalamnya mengandung beberapa komponen biokimia, antara lain selulosa, hemiselulosa, pigmen klorofil dan zat pektin yang mengandung asam galacturonic, arabinosa, galaktosa dan rhamnosa. Asam galacturonicmenyebabkan kuat untuk mengikat ion logam yang merupakan gugus fungsi gula karboksil.didasarkan hasil penelitian, selulosa juga memungkinkan pengikatan logam berat. Limbah kulit daun pisang yang dicincang dapat dipertimbangkan untuk penurunan kadar kekeruhan dan ion logam berat pada air yang terkontaminasi. Hanya butuh sekitar 20 menit untuk mencapai keseimbangan (Endra, 2013).

22 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu, Lokasi dan Batasan Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Juni 2013, meliputi kegiatan antara lain persiapan bahan, pengolahan data dan penyusunan laporan. Adapun lokasi kegiatan ini dilaksanakan di Sungai Karang Mumus Jl. Tarmidi untuk pengambilan sampel dan untuk batasan penelitian analisa parameter pada kekeruhan dan kadar logam Fe. Analisa sampelparameter Fe dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda serta analisa sampel parameter kekeruhan dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.Sebagai pembanding kemampuan, penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok dan tanpa menggunakan kulit pisang kepok. B. Bahan dan Peralatan Penelitian 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Air sungai Karang Mumus untuk sampel penjernihan b. Limbah kulit pisang Kepok untuk media penjernihan c. Ijuk dan sabut kelapa untuk media penjenihan d. Kerikil untuk media penjernihan e. Kain kasa untuk membungkus kulit pisang f. Tisu untuk pembersih alat yang digunakan g. Minyak Silikon, untuk membersihkan permukaan tabung sampel pada alat Turbidimeter.

23 2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Jerigen dan botol sampel untuk menampung sampelair b. Bejana plastik untuk wadah penyusun penyaringan dan penampung air bersih c. Pisau untuk mencincang kulit pisang d. Turbidimeter Model 2100AN, untuk mengukur kekeruhan sampel air. 1) Tabung sampel, untuk tempat sampel air pada Turbidimeter. 2) Larutan standar Formazin, untuk melakukan kalibrasi Turbidimeter. e. SSA untuk mengukur kandungan Fe (besi) f. Alat tulis untuk pengolahan data g. Kamera untuk dokumentasi proses penelitian C. Prosedur Kerja 1. Tahap Persiapan a. Persiapan wadah sampel untuk pengambilan sampel Wadah yang digunakan adalah jerigen plastik kapasitas 5 Liter untuk sampel air yang akan di jernihkan dan botol sampel kapasitas 500 ml untuk sampel yang akan di analisis di Laboratorium. b. Persiapan bahan penjernih air 1) Menyediakanbahan-bahan penjernih seperti kerikil, sabut kelapa dan ijuk, kulit pisang kepok yang telah dicincang serta dibungkus kain kasa. 2) Menyusun semua bahan dalam bejana plastik seperti pada Gambar 2 dan 3 (Lampiran halaman 30).

24 2. Pengambilan sampel air a. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel air yang dilakukan adalah dengan purposive sampling.purposive sampling merupakan pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti.kelebihan dari pengambilan menurut tujuan ini adalah tujuan dari peneliti dapat terpenuhi (Wikipedia, 2013).Dalam hal ini sampel air yang diambil di sungai Karang Mumus Jl. Tarmidi dengan pertimbangan kemudahan akses pengambilan. b. Cara pengambilan sampel : 1) Menyiapkan alat pengambil sampel (jerigen air) 2) Membilas alat sebanyak 3 kali dengan air yang akan diambil 3) Mengambil sampel sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung sementara kemudian homogenkan 4) Memasukkan ke dalam wadah sesuai analisis 5) Sampel yang akan dianalisis di laboratorium segera dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis. 3. Pengolahan sampel air a. Pengukuran awal parameter sampel air Pengukuran awal parameter sampel air dilakukan sebelum dilakukan penyaringan / penjernihan air. 1) Kekeruhan a) Kalibrasi alat Turbidimeter dengan standar larutan Formazin. (1) Menyalakan Turbidimeter dengan menekan tombol power yang terletak di bagian belakang alat.

25 (2) Memasukkan modul filter EPA. (3) Menekan tombol CAL/ZERO sehingga layar akan menunjukkan tanda NTU. (4) Memilih dan membersihkan tabung larutan Formazin dengan menggunakan kain dan minyak Silikon sampai merata dengan urutan kekeruhan < 0,1 NTU, 20,00 NTU, 200,0 NTU, 1000 NTU, 4000 NTU, 7500 NTU satu persatu. (5) Memasukkan tabung larutan Formazin tersebut ke dalam ruang tabung pada Turbidimeter secara satu persatu dan menekan tombol ENTER untuk masing-masing tabung yang sudah dimasukkan. (6) Menekan tombol CAL/ZERO sehingga Turbidimeter akan menyimpan hasil kalibrasi secara otomatis. b) Mengukur nilai kekeruhan (1) Mengumpulkan sampel air yang representatif ke dalam wadah yang bersih kemudian mengisikan sampel air ke dalam tabung sebanyak ± 30 ml dan pegang tabung dibagian atas. (2) Membersihkan tabung dengan tisu dan minyak Silikon. (3) Meletakkan tabung pada Turbidimeter dan pastikan bahwa tanda panah pada tabung searah dengan garis yang terdapat pada ruang tabung Turbidimeter. (4) Tunggulah sampai pembacaan pada alat telah selesai dengan hasil yang tertera pada layar kemudian langsung dicetak dengan menekan tombol print. (5) Mencatat hasil yang diperoleh.

26 2) Kandungan logam Fe (Besi) (a) Alat- alat (1) Corong kaca untuk tempat kertas saring (2) Botol semprot untuk wadah aquades (3) Labu erlenmeyer untuk wadah sampel (4) SpektrofotometerSerapan Atom (SSA) untuk mengukur kadar Fe dalam sampel (b) Bahan-bahan (1) Air sungai Karang Mumus sebagai sampel (2) Tisu gulung untuk membersihkan alat (3) Aquades untuk membasahi kertas saring (4) Larutan standar Fe untuk kalibrasi SSA (5) Kertas saring untuk menyaring sampel (c) Cara Kerja (1) Persiapan Sampel Menyaring sampel dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml. (2) Penentuan konsentrasi logam Fe pada Spektrofotometer Serapan Atomadalah sebagai berikut : i. Menghubungkan alat dengan sumber arus listrik yang telah distabilkan pada 100 volt. Sebelum menekan tombol power, komputer dan printer alat SSA dinyalakan terlebih dahulu. ii. Mengatur kedudukan tombol-tombol pada alat SSA. iii. Menyalakan tombol power 25 (power lampu), kemudian dimasukkan lampu katoda secara bergantian sesuai dengan

27 parameter yang diukur. Jenis lampu katoda yang digunakan yaitu lampu katoda Fe untuk pengukuran Fe. iv. Mengatur panjang gelombang yang akan digunakan, yaitu 248,3 untuk Fe. v. Menyalakan kompresor udara (power), kemudian kran gas udara dari kompresor dan gas asetilen dibuka. Jika tekanan gas-gas cukup, maka Pressure WarningLights akan padam dan ini menunjukkan siap untuk dinyalakan. vi. Setelah blower dinyalakan, tekanan gas asetilen diatur. Tekanan gas asetilen yang digunakan adalah 0,5 kg/cm 2, sedangkan laju alir gas yang digunakan adalah 4 L/menit. vii. Mengukur absorbansi sampel larutan standar/kerja. Dari hasil pengukuran akan terbaca pada monitor dan membentuk suatu kurva yang tampak pada monitor, dan disebut sebagai kurva kalibrasi. viii. Mengukur absorbansi larutan analisis sampel logam Fe dari air sungai. Setelah lampu katoda padam, maka akan menunjukkan status nilai absorban yang tampak pada kurva kalibrasi. ix. Mencetak data hasil pengukuran 4. Tahap Penyaringan a. Menuangkan sebanyak 1,5Liter air sampel kedalam alat penjernih b. Mendiamkan selama 20 menit lalu membuka keran bejana c. Menampung air saringan dalam wadah dan dibagi menjadi 2, ± 500 ml dalam botol untuk di analisa dan sisanya disaring kembali

28 d. Menyaring kembali sisa air yang telah melewati penjernihan pertama dan seterusnya hingga penyaringan ketiga 5. Tahap pengukuran akhir parameter sampel air a. Mengukur parameter kekeruhan dan kandungan Fe masing-masing air sampel yang sudah dijernihkan. b. Melakukan prosedur yang sama dengan pengukuran parameter tahap awal parameter sampel air c. Mencatat hasil yang diperoleh 6. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan penulis untuk memproses data sampel air yang diperoleh meliputi data lapangan, data pengukuran sampel air dan data setelah perlakuan penjernihan. 7. Penulisan Karya Ilmiah Semua data hasil kegiatan penelitian yang sudah diperoleh untuk selanjutnya penulis tuangkan dalam bentuk Karya Ilmiah. D. Analisa Data a. Analisa Nilai kelayakan sesuai peraturan Analisa data yang dilakukan terhadap nilai-nilai parameter sampel air seperti Kekeruhandan Logam Fe (Besi)dilakukan dengan menggunakan nilai pada masing-masing parameter yang diuji dan dibandingkan dengan Standar Baku Mutu. b. Analisa kemampuan Analisa kemampuan kulit pisang kepok ini meliputi analisa angka penurunan kadar parameter dan analisa persentase kemampuan kulit pisang kepok.

29 Analisa penurunan kadar parameter ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar angka penurunan kadar yang mampu direspon oleh kulit pisang kepok sebagai media penjernihan, sedangkan analisa persentase kemampuan ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa persen kemampuan kulit pisang sebagai media penjernih air dalam proses penjernihan air dengan metode filtrasi. Rumus berikut digunakan untuk mengetahui kemampuan kulit pisang kepok terhadap parameter yang di uji (Tutut, 2012) : 1) Angka penurunan Angka Penurunan = Nilai Parameter Awal - Nilai Parameter Akhir 2) Persentase kemampuan % = (Nilai Parameter Awal - Nilai Parameter Akhir) x 100% Nilai Parameter Awal Dari hasil tersebut dapat diketahui berapa persen kemampuan kulit pisang dalam peranannya menjernihkan air.

30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil data yang diperoleh dari penelitian pemanfaatan kulit pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) sebagai media penjernihan air yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Hasil pengukuran tingkat kekeruhan dengan alat Turbidimeter Tabel 1. Hasil pengukuran tingkat kekeruhan air sampel No Sampel Tingkat Kekeruhan Dengan Kulit Pisang Kepok Tanpa Kulit Pisang Kepok 1 Air Sungai sebelum penjernihan 7,15 NTU 7,15 NTU 2 Air Sungai Penjernihan 1 3,89 NTU 6,95 NTU 3 Air Sungai Penjernihan 2 2,74 NTU 5,25 NTU 4 Air Sungai Penjernihan 3 2,41 NTU 4,99 NTU 2. Hasil pengukuran kandungan Fe (Besi) dengan SSA di laboratorium Tanah, Air dan Udara Tabel 2. Hasil pengukuran kadar Fe air sampel No Sampel Kadar Fe (mg/l) Dengan Kulit Pisang Kepok Tanpa Kulit Pisang Kepok 1 Air Sungai sebelum penjernihan 0,326 0,326 2 Air Sungai Penjernihan 1 0,203 0,303 3 Air Sungai Penjernihan 2 0,095 0,206 4 Air Sungai Penjernihan 3 0,094 0,194

31 3. Analisa kemampuan penjernihan air sungai Analisa kemampuan penjernihanair sungai adalah sebagai berikut : 1) Analisa penurunan tingkat kekeruhan dan persentase kemampuan penjernihan air sungai tanpa menggunakan kulit pisang kepok dan dengan menggunakan kulit pisang kepok terhadap tingkat kekeruhan air sungai Angka penurunan tingkat kekeruhan dan persentase kemampuan penjernihan sederhana tanpa menggunakan kulit pisang kepokdan dengan menggunakan kulit pisang kepok terhadap air sungai yang memiliki tingkat kekeruhan air sebesar 7,15 NTU adalah dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : No Tabel 3. Hasil Analisa Angka Penurunan TingkatKekeruhan dan Persentase Kemampuan Penjernihan Air Sungai tanpa menggunakan Kulit Pisang Kepok Sampel Tingkat kekeruhan Angka penurunan % kemampuan 1 Air Sungai Penjernihan 1 6,95 NTU 0,2 NTU 2,79 % 2 Air Sungai Penjernihan 2 5,25 NTU 1,9 NTU 26,57 % 3 Air Sungai Penjernihan 3 4,99 NTU 2,16 NTU 30,20 % Rata-rata 5,73 NTU 1,42 NTU 19,85 % No Tabel 4. Nilai Persentase Kemampuan Kulit Pisang Kepok terhadap Penurunan Tingkat Kekeruhan Air Sungai Sampel Tingkat kekeruhan Angka penurunan % kemampuan 1 Air Sungai Penjernihan 1 3,89 NTU 3,26 NTU 45,59 % 2 Air Sungai Penjernihan 2 2,74 NTU 4,41 NTU 61,67 % 3 Air Sungai Penjernihan 3 2,41 NTU 4,74 NTU 66,29 % Rata-rata 3,01 NTU 4,04NTU 57,85 %

32 Dari data Tabel 3 dan 4 di atas dapat dibuat Grafik penurunan tingkat kekeruhan seperti yang tercantum pada Gambar 1 sebagai berikut ini: 7,5 7 6,5 6 5,5 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 Air Sungai tanpa Penjernihan Air sungai Penjernihan Ke 1 Air Sungai Penjernihan Ke 2 Air Sungai Penjernihan ke 3 Penjernihan tanpa Kulit Pisang Kepok Penjernihan dengan Kulit Pisang Kepok Gambar 1. Tingkat Penurunan Kekeruhan Penjernihan Air 2) Analisa penurunan kadar Fe dan persentase kemampuan penjernihan air sungai tanpa menggunakan kulit pisang kepok dan dengan menggunakan kulit pisang kepok terhadap penurunan kadar Fe air sungai. Angka penurunan kadar Fe dan persentase kemampuan penjernihan sederhana tanpa menggunakan kulit pisang kepok dan dengan menggunakan kulit pisang kepok terhadap air sungai yang memiliki kadar Fe dalam air sebesar 0,326 mg/l adalah dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Tabel 5. Nilai Persentase Kemampuan Penjernihan Air Sungai tanpa menggunakankulit Pisang Kepok terhadap Penurunan Kadar Logam Fe Air Sungai No Sampel Kadar Fe Angka penurunan % kemampuan 1 Air Sungai Penjernihan 1 0,303 mg/l 0,023 mg/l 7,05 %

33 2 Air Sungai Penjernihan 2 0,206 mg/l 0,12mg/L 36,80 % 3 Air Sungai Penjernihan 3 0,194 mg/l 0,132 mg/l 40,49 % Rata-rata 0,234 mg/l 0,091mg/L 28,11 % Tabel 6. Nilai Persentase Kemampuan Kulit Pisang Kepok terhadap Penurunan Kadar Logam Fe Air Sungai No Sampel Kadar Fe Angka penurunan % kemampuan 1 Air Sungai Penjernihan 1 0,203 mg/l 0,123 mg/l 37,73 % 2 Air Sungai Penjernihan 2 0,095 mg/l 0,231 mg/l 70,85 % 3 Air Sungai Penjernihan 3 0,044 mg/l 0,282 mg/l 86,50 % Rata-rata 0,114 mg/l 0,212 mg/l 65,02 % Dari data Tabel 5 dan 6 di atas dapat dibuat Grafik penurunan kadar logam Fe seperti yang tercantum pada Gambar 2 sebagai berikut ini: 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 Penjernihan tanpa Kulit Pisang Penjernihan dengan Kulit Pisang 0 Air Sungai sebelum Penjernihan Air Sungai Penjernihan Ke 1 Air Sungai Penjernihan Ke 2 Air Sungai Penjernihan Ke 3 Gambar 2. Tingkat Penurunan Kadar Fe Penjernihan Air

34 B. Pembahasan Dari hasil penelitian Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) sebagai Media Penjernihan Air yang telah diperoleh, maka dilakukan pembahasan sebagai berikut : 1. Analisa kelayakan sesuai peraturan Analisa kelayakan yang dilakukan adalah dengan membandingkan nilai parameter yang diperoleh dari hasil penelitian dengan Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan sebagai berikut : a. Analisa kelayakan sesuai peraturan 1) Kekeruhan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian maka diketahui tingkat kekeruhan air sungai Karang Mumus Samarinda sebelum dilakukan penjernihan adalah 7,15 NTU. Hasil ini belum memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun1990Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kekeruhan air adalah 5 NTU. Pada penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok, hasil ratarata tingkat kekeruhan yang diperoleh adalah 5,73 NTU. Nilai ini juga belum memenuhi Standar Baku Mutu yang ditetapkan, namun dengan penjernihan yang dilakukan dengan menggunakan kulit pisang kepok maka diperoleh hasil rata-rata tingkat kekeruhan adalah sebesar 3,01 NTU. Nilai ini telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan.

35 2) Kandungan Besi (Fe) Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui kandungan Fe pada air sungai Karang Mumus sebelum dilakukan penjernihan adalah sebesar 0,326 mg/l. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan Fe belum memenuhi standar baku mutu kualitas air yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2002 bahwa kandungan Fe yang diperbolehkan adalah sebesar 0,3 mg/l. Pada penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok, hasil ratarata kadar Fe yang diperoleh adalah 0,234 mg/l. Nilai ini telah memenuhi standar baku mutu kualitas air yang telah ditetapkan, namun jika dibandingkan dengan penjernihan menggunakan kulit pisang kepok, maka hasil rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 0,114 mg/ldan penjernihan menunjukkan respon yang lebih baik menggunakan kulit pisangkepok dibandingkan tanpa menggunakan kulit pisang kepok. 2. Analisa persentase kemampuan kulit pisang Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa persentase kemampuan kulit pisang kepok terhadap respon penurunan tingkat kekeruhan pada air sungai adalah sebesar 57,85 %.Hal ini lebih baik dibandingkan dengan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok yang menunjukkan respon hanya sebesar 19,85 %. Sedangkan untuk persentase kemampuan kulit pisang kepok terhadap penurunan kadar logam Fe dalam air sungai adalah sebesar 65,02 %.Hal ini lebih baik dibandingkan dengan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok yang menunjukkan respon hanya sebesar 28,11 %.

36 Menurut Hewwet et al (2011), menyebutkan bahwa kulit pisang kepok (Musa acuminate) didalamnya mengandung beberapa komponen biokimia, antara lain selulosa, hemiselulosa, pigemen klorofil dan zat pektin yang mengandung asam galacturonic, arabinosa, galaktosa dan rhamnosa. Asam galacturonic kuat untuk mengikat ion logam yang merupakan gugus fungsi gula karboksil.kulit pisang juga terdiri dari atom nitrogen, sulfur dan bahan-bahan organik seperti asam carboxylic.zat tersebut dapat berfungsi mengikat molekul pencemar dalam air.didasarkan hasil penelitian, selulosa juga memungkinkan pengikatan logam berat(endra, 2013).

37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis, dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Limbah kulit pisang kepok dapat diaplikasikan sebagai media penjernih air. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa limbah kulit pisang kepok menunjukkan respon terhadap penurunan parameter kekeruhan dalam air sungai. Hal ini terbukti perolehan angka penurunan terhadap tingkat kekeruhan dengan persentase kemampuan terhadap penurunan tingkat kekeruhan sebesar 57,85 %.Jika dibandingkan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok yang hanya menunjukkan persentase kemampuan terhadap penurunan tingkat kekeruhan sebesar 19,85 %.Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kekeruhan adalah 5 NTU, parameter fisika kekeruhan air sungai setelah dilakukan penjernihan dengan kulit pisang kepok telah memenuhi standar baku mutu kualitas air yang ditetapkan yakni 3,01 NTU. Hal ini lebih baik jika dibandingkan dengan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok dengan tingkat kekeruhan yang diperoleh adalah 5,73 NTU. 2. Sedangkan untuk parameter kimia kadar logam Fe (besi) dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa limbah kulit pisang kepok menunjukkan respon terhadap penurunan parameter logam Fe (besi) dalam air sungai. Hal ini terbukti dengan diperoleh angka penurunan terhadap tingkat logam Fe dengan persentase kemampuan terhadap penurunan tingkat logam Fe sebesar 65,02

38 %. Jika dibandingkan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok yang hanya menunjukkan persentase kemampuan terhadap penurunan tingkat logam Fe sebesar 28,11 %. Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kadar logam Fe dalam air adalah 0,3 mg/l, setelah dilakukan penjernihan telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan yakni 0,114 mg/l.hal ini lebih baik jika dibandingkan dengan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok, dengan hasil kadar logam Fe yang diperoleh adalah 0,234 mg/l. B. Saran 1. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan kulit pisang kepok sebagai media penjernih air terhadap parameter-parameter lain. 2. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai jangka waktu penggunaan kulit pisang kepok sebagai media penjernih air sebelum mengalami pembusukan. 3. Disarankan penelitian lebih lanjut agar media kulit pisang kepok dapat diaplikasikan dalam teknologi filtrasi air skala besar. 4. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah kulit pisang bekas penjernihan air. 5. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai perlakuan terhadap kulit pisang kepok sebagai media penjernih air seperti membuat arang aktif dari kulit pisang kepok.

39 DAFTAR PUSTAKA Anonim Pengelolaan DAS Karang Mumus Kota Samarinda. kul.web.id/karangmumus-2.html.diakses pada tanggal 13 Januari Anonim, 2012a.Manfaat Kulit Pisang. manfaat-kulit-pisang.html.diakses pada tanggal 12 Januari Anonim, 2012b. Air Bersih dan Sehat. /2012/08/air-bersih-dan-sehat.html. Diakses pada tanggal 4 Juli Copernicus Teknik Analisa Menggunakan Turbidity Meter Yang Harus Diketahui. Diakses pada tanggal 5 Juli Djunaedi Air Permukaan dan Air Tanah. Gajah Media. Malang Effendi Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.Kanisius.Yogyakarta. Endra Efektifitas Pisang Kepok terhadap Logam. harja.blogspot.com/2013/03/efektifitas-pisang-kepok-terhadaplogam.html.diakses pada tanggal 24 Februari Faisal Kulit Pisang untuk menjernihkan airhttp://wasurezakikun.blogspot.com/2012/11/kulit-pisang-untuk-menjernihkan-air.html. Diakses pada tanggal 5 Juli 2013 Kacaribu.2008.Tesis Kandungan kadar Seng (Zn) dan Besi (Fe) dalam air minum dari depot air minum isi ulang air pegunungan Sibolangit di kota Medan. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 15 Januari Sujana Merakit Sendiri Alat Penjernih Air untuk Rumah Tangga. Kawan Pustaka. Jakarta Tutut pada tanggal 7 Februari Wikipedia Diakses pada tanggal 5 Juli 2013.

40 LAMPIRAN

41 Gambar. 3 Peta Sub DAS karang Mumus Samarinda

42 Gambar 4.Penjernihan Air dengan menggunakan Kulit Pisang Kepok Gambar 5. Penjernihan Air tanpa menggunakan Kulit Pisang Kepok

43 Gambar 6. Tempat Pengambilan Sampel Sungai Karang Mumus Gambar 7. Media Penjernihan

44 Gambar 8. Sampel Air Gambar 9. Rangkaian Penjernihan dengan Kulit Pisang Kepok

45 Gambar 10. Pengukuran Kekeruhan Gambar 11. Pengukuran Fe dengan SSA

46 Lampiran 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001Tentang Pengolahan Kualitas Air dan PengendalianPencemaran Air

47 Lampiran 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun1990Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir

48 *Sampel air penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok Perhitungan A. Angka Penurunan tingkat kekeruhan 1. Penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok Diketahui : a. Tingkat kekeruhan air sungai sebelum penjernihan = 7,15 NTU b. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 6,95 NTU c. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 5,25 NTU d. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 4,99 NTU Ditanya : Penurunan tingkat kekeruhan tanpa menggunakan kulit pisang kepok? Jawab : a. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 7,15 NTU 6,95 NTU = 0,2 NTU b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 7,15 NTU 5,25 NTU = 1,9 NTU c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 7,15 NTU 4,99 NTU = 2,16 NTU Rata-rata = 0,2 + 1,9 + 2,16 3 = 4,26 3 = 1,42 NTU 2. Penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok Diketahui : a. Tingkat kekeruhan air sungai sebelum penjernihan = 7,15 NTU b. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 3,89 NTU c. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 2,74 NTU d. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 2,41 NTU

49 Ditanya : Penurunan tingkat kekeruhan dengan menggunakan kulit pisang kepok? Jawab : a. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 7,15 NTU 3,89 NTU = 3,26 NTU b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 7,15 NTU 2,74 NTU = 4,41 NTU c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 7,15 NTU 2,41 NTU = 4,74 NTU Rata-rata = 3,26 + 4,41+ 4,74 3 = 12,14 3 = 4,04 NTU B. Persentase kemampuan penjernihan terhadap kekeruhan air sungai 1. Penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok Diketahui : a. Tingkat kekeruhan air sungai sebelum penjernihan = 7,15 NTU b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 0,2 NTU c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 1,9 NTU d. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 2,16 NTU Ditanya : Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan tanpa menggunakan kulit pisang kepok? Jawab : a. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan pertama % = 0,2 x 100 % 7,15 = 2,79 %

50 b. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan kedua % = 1,9 x 100 % 7,15 = 26,57 % c. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan ketiga % = 2,16 x 100 7,15 = 30,20 % Rata-rata = 2, , ,20 3 = 59,56 3 = 19,85 % 2. Penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok Diketahui : a. Tingkat kekeruhan air sungai sebelum penjernihan = 7,15 NTU b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 0,2 NTU c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 1,9 NTU d. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 2,16 NTU Ditanya : Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan dengan menggunakan kulit pisang kepok? Jawab : a. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan pertama % = 3,26 x 100 % 7,15 = 45,59 % b. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan kedua % = 4,41 x 100 % 7,15

51 = 61,67 % c. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan ketiga % = 4,74 x 100 7,15 = 66,29 % Rata-rata = 45, ,67+ 66,29 3 = 173,55 3 = 57,85 % C. Angka penurunan kadar Fe 1. Penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok Diketahui : a. Kadar Fe air sungai sebelum penjernihan = 0,326 mg/l b. Kadar Fe air sungai penjernihan pertama = 0,303 mg/l c. Kadar Fe air sungai penjernihan kedua = 0,206 mg/l d. Kadar Fe air sungai penjernihan ketiga = 0,194 mg/l Ditanya : Penurunan kadar Fe tanpamenggunakan kulit pisang kepok? Jawab : a. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 0,326 mg/l - 0,303 mg/l = 0,023 mg/l b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 0,326 mg/l - 0,206 mg/l = 0,12mg/L c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 0,326 mg/l - 0,194 mg/l = 0,132 mg/l Rata-rata = 0, ,12+ 0,132 3 = 0,275 3 = 0,091 NTU

52 2. Penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok Diketahui : a. Kadar Fe air sungai sebelum penjernihan = 0,326 mg/l b. Kadar Fe air sungai penjernihan pertama = 0,203 mg/l c. Kadar Fe air sungai penjernihan kedua = 0,095 mg/l d. Kadar Fe air sungai penjernihan ketiga = 0,044 mg/l Ditanya : Penurunan kadar Fe dengan menggunakan kulit pisang kepok? Jawab : a. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 0,326 mg/l - 0,203 mg/l = 0,123 mg/l b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 0,326 mg/l - 0,095 mg/l = 0,231 mg/l c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 0,326 mg/l - 0,044 mg/l = 0,282 mg/l Rata-rata = 0, , ,282 3 = 0,636 3 = 0,212 NTU D. Persentase kemampuan penjernihan terhadap penurunan kadar Fe air sungai 1. Penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok Diketahui : a. Kadar Fe air sungai sebelum penjernihan = 0,326 mg/l b. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan pertama = 0,023 mg/l c. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan kedua = 0,12 mg/l d. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan ketiga = 0,132 mg/l

53 Ditanya : Persentase kemampuan penurunan kadar Fe tanpa menggunakan kulit pisang kepok? Jawab : a. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan pertama % = 0,023 x 100 % 0,326 = 7,05% b. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan kedua % = 0,12 x 100 % 0,326 = 36,80 % c. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan ketiga % = 0,132 x 100 0,326 = 40,49% Rata-rata = 7,05+ 36, ,49 3 = 84,34 3 = 28,11 % 2. Penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok Diketahui : a. Kadar Fe air sungai sebelum penjernihan = 0,326 mg/l b. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan pertama = 0,123 mg/l c. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan kedua = 0,231 mg/l d. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan ketiga = 0,282 mg/l Ditanya : Persentase kemampuan penurunan kadar Fe dengan kulit pisang kepok?

Safrudin J Mohamad, Sunarto Kadir 1, Lia Amalia 2

Safrudin J Mohamad, Sunarto Kadir 1, Lia Amalia 2 STUDI PEMANFAATN KULIT PISANG KEPOK DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR SUNGAI BONE KABUPATEN BONE BOLANGO (Suatu Penelitian di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo) Safrudin J Mohamad, Sunarto Kadir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan terutama bagi makhluk hidup, makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa air, terutama

Lebih terperinci

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air LEMBAR KERJA SISWA 1 Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air Apakah air yang kamu gunakan dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI MEDIA PENYARINGAN AIR SEDERHANA. Oleh: YUYUN SUSANTI NIM.

PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI MEDIA PENYARINGAN AIR SEDERHANA. Oleh: YUYUN SUSANTI NIM. PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI MEDIA PENYARINGAN AIR SEDERHANA Oleh: YUYUN SUSANTI NIM. 110 500 153 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG RESAPAN BIOPORI

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG RESAPAN BIOPORI PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG RESAPAN BIOPORI Oleh : NENNY TRIANA P NIM. 100 500 173 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja Alat dan Bahan 1. Sampel air yaitu sungai dan sumur sebagai bahan uji 2. Filter sebagai media filtrasi, batu basal, ijuk, karbon aktif, pasir silica (batu kuarsa) 3. Bak

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI UNIT PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI UNIT PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT Teknik Pengukuran Nilai Total Suspended Solid (TSS) di Kabupaten Indramayu-Jawa Barat (Sumarno, D., et al) TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, Pengujian

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY, pengujian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir kuarsa, zeolit dan arang batok yang dianalisis di Laboraturium Teknik Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian air sungai, menggunakan alat uji filtrasi buatan dengan media filtrasi pasir, zeolit dan arang yang dianalisis di laboraturium rekayasa lingkungan UMY,Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan, sedangkan untuk kebutuhan dan ketersediannya cenderung mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama dalam proses kehidupan di bumi, sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga jenis sumber air di bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah salah satu elemen atau unsur yang berdiri sebagai pemegang tonggak kehidupan makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, oleh karena itu air berperan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat : No.Telp./ HP : Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG (Musa acuminata) MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG (Musa acuminata) MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG (Musa acuminata) MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR Oleh: AYU WIDYA NIM. 100500153 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis ABSTRAK Akibat pengaruh manusia air mengalami penurunan kualitas, air limbah sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sedangkan, air bersih banyak berkurang jumlahnya yang dapat diambil langsung dari

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO. Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1)

ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO. Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1) ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1) meiske.blongkot@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi makhluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT MODUL: PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT I. DESKRIPSI SINGKAT A ir dan sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu jika kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR NASKAH PUBLIKASI ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR Tugas Akhir ini disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Saringan kasar (Horizontal Roughing Filter - HRF) merupakan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kekeruhan atau memisahkan padatan dalam jumlah besar serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR Tabel Hasil Pengamatan Sampel Warna Endapan Suhu ph Ikan Jumlah gerak mulut ikan dalam 1 menit Keadaan akhir Jernih Tidak Tanpa 25-7 35-75 Hidup sumur

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh mahkluk hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur yang sangat penting untuk menopang kelangsungan hidup bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Air bersih memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Depot Air Minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Penyelenggara air

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Air merupakan kebutuan yang sangat vital bagi manusia. Air yang layak diminum,

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non equivalent control

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER

Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER 1) Arief Muliawan, 2) Finta Amalinda 1) Sekolah Tinggi Ilmu Teknologi Bontang 2) Bagian Biostatistik Dan kependudukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai

I. PENDAHULUAN. Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai tempat di Asia Tenggara termasuk Malaysia. Malaysia merupakan daerah asal pisang kepok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Bagi

Lebih terperinci

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Padatan (solid) merupakan segala sesuatu bahan selain air itu sendiri. Zat padat dalam air ditemui 2 kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan dan merupakkan substansi kimia dengan rumus kimia HH2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

Lebih terperinci

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih F207 Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih Carissa Y. Ekadewi dan Wahyono Hadi Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM.

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM. PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4 Oleh : SUKARNO NIM. 120500064 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Prosedur Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan kali ini secara keseluruhan digambarkan oleh Gambar III.1. Pada penelitian kali akan digunakan alum sebagai koagulan.

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT FISIKA DAN KIMIA AIR PERMUKAAN PADA SUB DAS KARANG MUMUS KOTA SAMARINDA. Oleh : WIDI HARYANTO NIM

ANALISA SIFAT FISIKA DAN KIMIA AIR PERMUKAAN PADA SUB DAS KARANG MUMUS KOTA SAMARINDA. Oleh : WIDI HARYANTO NIM ANALISA SIFAT FISIKA DAN KIMIA AIR PERMUKAAN PADA SUB DAS KARANG MUMUS KOTA SAMARINDA Oleh : WIDI HARYANTO NIM. 090500122 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi, air sangat penting bagi pemeliharaan bentuk kehidupan. Tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air bersih tentunya sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Permasalahan air bersih memang permasalahan yang sangat kompleks untuk saat ini, dengan padatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya.

Lebih terperinci

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat maupun hasil panennya, misalnya budidaya

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci