AGUS SOFYAN.S.IP.,M.Si Dosen Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Yapis Papua Jayapura ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AGUS SOFYAN.S.IP.,M.Si Dosen Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Yapis Papua Jayapura ABSTRAK"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERMENDIKNAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR (Studi Pada Sekolah Dasar Kartika VI-1 Kota Jayapura) AGUS SOFYAN.S.IP.,M.Si Dosen Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Yapis Papua Jayapura ABSTRAK Penelitian mengenai Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PERMENDIKNAS Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di SD Kartika VI-1 Kota Jayapura adalah suatu kajian untuk melihat secara lebih mendalam tentang sejauhmana Sekolah tersebut dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan Standar Pelayanan Minimum yang telah ditetapkan, dimana instrument inti yang digunakan adalah indept interview dengan teknik pengolahan data melalui tiga tahap yaitu Reduksi Data, Penyajian, Pemaparan data dan Penarikan Kesimpulan Penelitian ini merupakan penelitian dengan variabel tunggal yaitu mengenai Standar pelayanan minimal pendidikan dasar, dengan indikator mengacu pada Pelayanan Pendidikan Dasar oleh Satuan Pendidikan, dimana dari 13 bidang yang ada dalam SPM Dikdas Satuan Sekolah, peneliti memilih 8 yang dijadikan indikator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Kartika VI-I Kota Jayapura sejauh ini berdasarkan 8 dari 13 indikator yang diteliti, telah memenuhi SPM Dikdas bagi Satuan Pendidikan, berdasarkan ketentuan yang berlaku telah dapat memenuhi Standar Minimalnya dengan kategori rata-rata baik. Selanjutnya Pemenuhan SPM Dikdas di SD Kartika VI-I Kota Jayapura telah tergambar dimana dari 8 indikator yang dipilih diperoleh hasil dimana 1 indikator berada pada kategori sangat baik, yaitu dalam hal kesesuaian kurikulum yang berlaku; 4 indikator berada pada kategori baik, yaitu indicator Ketersediaan Buku Teks, Ketersediaan Alat Peraga IPA, Ketersediaan Buku Pengayaan & Referensi serta indicator Renc.Pelaksanaan Pembelajaran dan 3 indikator berada pada kategori cukup baik yaitu indicator Program Penilaian, Supervisi dan Evaluasi. I. PENDAHIULUAN A. Latar Belakang Masalah capacity building di Indonesia dalam upaya pengembangan sumber daya manusia dimasa yang akan datang diperlukan persiapan tenaga kerja yang lebih profesional, handal dan berkarakter sehingga mampu memberikan pelayanan secara prima kepada masyarakat selaku penguna jasa layanan sehingga perwujudan based performance bagi pelaksana suatu urusan dapat tercapai dengan optimal. Dalam upaya mempersiapkan SDM handal tersebut, maka hal yang perlu dilakukan adalah pembenahan pola pendidikn dari tingkat dasar, dimana hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Permendiknas nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar dikatakan bahwa untuk peningkatan mutu lulusan maka semua perangkat pendidikan dasar harus dapat memenuhi standarisasi minimal yang telah diatur dalam peraturan tersebut, bahkan untuk semua Satuan Kerja Perangkat Daerah telah ditentukan standar minimalnya yang harus dipenuhi, dimana untuk bidang pendidikan dasar terdapat 27 indikator yang ditetpkanterdiri dari 14 indikator untuk pemangku kepentingan bidang pendidikan di kabupaten dan 13 indikator bagi satuan pendidikan. Khusus mengenai kondisi pendidikan dasar di Papua, wajah pendidikan dasar di Papua secara umum sangat variatif dilihat dari kondisi fisik dan kapasitas perangkat pendidikannya, dimana berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan berkaitan dengan pemenuhan 27 indikator dimaksud, dimana sejauh ini dirasa belum dapat secara optimal memenuhinya, 1

2 khususnya hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan 13 indikator untuk satuan pendidikan. Demikian juga khusus di Kota Jayapura perlu dilakukan kajian secara khusus mengenai sejauhmana pemenuhan Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan dasar terutama untuk satuan pendidikannya yang diwajibkan mampu memenuhi 13 indikator dasar yang telah ditetapkan. Kehadiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Permendiknas nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, merupakan jawaban awal dalam upaya mempersiapkan SDM yang lebih berkualitas, dimana pemenuhan standar playanan minimal bidang pendidikan dasar dipandang sangat perlu untuk dikaji dan dianalisa mengenai pencapaiannya tersebut, sehingga menjadikan satuan pendidikan dasar di kota Jayapura sebagai ibu kota provinsi dapat dijadikan barometer bagi daerah kota atau kabupaten lainnya di wilayah Papua. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka saya merasa tertarik untuk melakukan kajian khususnya mengenai pemenuhan Standar pelayanan Minimal Pendidikan Dasar pada salah satu sekolah yang dijadikan lokasi prioritas yang telah peneliti tentukan, berkaitan dengan hal tersebut maka judul yang coba peneliti ajukan adalah mengenai Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PERMENDIKNAS Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di SD Kartika VI-1 Kota Jayapura. B. Perumusan Masalah. Dari uraian singkat mengenai latar belakang masalah, maka menjadi alasan bagi penulis untuk melihat hal yang paling menonjol walaupun dalam bidang lain mempunyai hubungan yang erat dalam kaitan dengan pemenuhan standar pelayanan minimal pendidikan dasar di kota Jayapura ini, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PERMENDIKNAS Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di SD Kartika VI-1 Kota Jayapura? C. Tujuan Dan Keguanaan Penelitian Adapun tujuan penelitian, dapat dikemukakan yaitu untuk mengetahui Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PERMENDIKNAS Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di SD Kartika VI-1 Kota Jayapura. Pembahasan yang dilakukan diharapkan dapat menjadi masukan kepada seluruh pihak yang berkompeten dalam bidang peningkatan pendidikan dasar di kota Jayapura. D. Keterbatasan Penelitian Mengingat besar dan luasnya wilayah Papua serta sulitnya hubungan Daerah satu dengan daerah yang lainnya maka kajian ini akan dibatasi dengan fokus pada satu sekolah dasar yang dijadikan sampel untuk melihat sejauhmana capaian pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar berdasarkan ketentuan yang berlaku khususnya untuk satuan pendidikan, yaitu dari 13 indikator peneliti tetapkan 12 yang dijadikan indikator penelitian yaitu iidikator yang khusus dapat digunakan untuk mengukur pencapaian SPM untuk tingkat Sekolah Dasar. II. KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Implementasi Sebagaimana di katakan Soenarko dalam Hosio (2007 : 48). Menjelaskan bahwa kebijakan adalah, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kemampuan dan bertindak, tentang pemerintah, organisasi dan sebagainya. Demikian kebijakan adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan dan kesempatan-kesempatan, yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut dalam rangka mencapai suatu cita - cita atau mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu. Maka menurut Hartono dalam Hosio ( 2007 : 46) menyimpulkan bahwa implementasi ialah proses pelaksanaan yang memungkinkan tujuan - tujuan atau sasaran-sasaran kebijakan Negara diwujudkan sebagai autcome (hasil akhir) kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan demikian mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha memahami Apa yang nyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik menyangkut usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat, oleh karena itu guna memperoleh pemahaman yang baik mengenai implementasi kebijakan Negara, maka tidak hanya menuruti pelaku dari lembagalembaga administrasi atau badan yang bertanggung jawab atas suatu program berikut pelaksanaannya terdapat kelompok-kelompok sasaran (target groups), tetapi juga perlu memperhatikan secara cermat berbagai jaringan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak 2

3 yang terlibat dalam program, dan yang pada akhirnya membawa dampak yang diharapkan terhadap program tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dipahami bahwa, kebijakan adalah suatu keputusan yang dilaksanakan oleh pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat, kepentingan disini merupakan keseluruhan kepentingan yang utuh dari perpaduan pendapat, keinginan dan tuntunan baik kepada pemerintah, maupun rakyat. Demikian lebih lanjut Hartono (2002) dalam Darwin mengatakan, setidaknya terdapat 4 (empat) hal penting dalam proses implementasi kebijakan, yakni : 1. Pendayagunaan sumber (pelipatan orang atau sekelompok orang dalam implementasi). 2. Interpretasi, atau pandangan teori terhadap sesuatu. 3. Manajemen program. 4. Penyediaan layanan dan manfaat pada publik. Oleh sebab itu implementasi kebijakan dapat mencapai tujuan, kebijakan harus dilakukan dengan baik. Sesuai program kebijakan umum sebagai manapun baiknya suatu kebijakan, kalau tidak disiapkan dan direncanakan strategi secara baik dalam implementasinya, maka apa yang menjadi tujuan kebijakan juga tidak akan terwujud. Tujuan kebijakan umum dapat dicapai dengan baik, selain dalam tahap implementasi harus disiapkan dan direncanakan strategi dengan baik tahap perumusan atau pembuatan kebijakan umum juga telah diantisipasi untuk dapat diimplementasikan (Hosio, 2007 : 50). Dalam persepktif sosiologis, desa adalah komunitas yang menempati wilayah tertentu dimana warganya saling mengenal satu sama lain dengan baik, bercorak homogen, dan banyak tergantung pada alam. Menurut kacamata politik, desa dipahami sebagai organisasi kekuasaan yang memiliki kewenangan tertentu dalam struktur pemerintahan negara (Pratikno, 2000;35). Implementasi menurut P.Siagian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai hasil kerja, hasil yang dicapai, perolehan secara maksimal (Siagian,2009;105). Suprihanto (2000;7) menyebutkan istilah kinerja dan prestasi kerja yaitu: hasil kerja seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran. Menurut Mangkunegara (2001;67), istilah implementasi adalah hasil kerja secara kualitas yang dicapai oleh seorang dalam melaksanakan kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dengan demikian implementasi adalah suatu hasil yang telah dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang dilakukan secara legal, tidak melangar hukum serta sesuai dengan moral dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, bagi lembaga atau pemerintahan.. 2. Pelayanan Publik a. Konsepsi Manajemen Pelayanan Berikut akan diuraikan tentang definisi manajemen, definisi pelayanan dan definisi manajemen pelayanan. Ada beberapa macam definisi manajemen, salah satunya menurut Manullang dalam Ratmiko dan Atik (2005:1) mendefinisikan manajemen sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sedangkan menurut Gibson dalam Ratmiko dan Atik (2005:2) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Dua definisi berbeda tersebut, pada prinsipnya sama, yang dimaksud dengan proses oleh Gibson sebenarnya adalah penerapan ilmu dan seni sebagaimana dimaksudkan oleh Manullang. Sedangkan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan, oleh Gibson disebut sebagai proses mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain. Sama halnya dengan definisi manajemen, definisi pelayanan juga sangat banyak, diantaranya adalah definisi pelayanan menurut Ivancevich yang dikutif Ratmiko dan Atik (2005:2) bahwa pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usahausaha manusia dan mengunakan peralatan. Sedangkan menurut Gronroos yang dikutif oleh Ratmiko dan Atik (2005:3) mendefinisikan pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh pemberi layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan pelanggan. Berdasarkan pada dua definisi tentang pelayanan tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa cirri pokok pelayanan adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan upaya manusia (karyawan atau aparatur) atau peralatan lain yang disediakan oleh perusahaan atau instansi penyelenggara pelayanan sebagai penunjang terlaksananya pelayanan yang baik. Berdasarkan pada pengertian manajemen dan pelayanan tersebut di atas, maka manajemen pelayanan dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ilmu dan seni untuk menyusun rencana, mengimplementasikan rencana, mengoordinasikan 3

4 dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas pelayanan demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan. b. Manajemen Pelayanan Publik Untuk menelaah pelayanan publik secara konseptual, perlu dibahas pengertian kata demi kata. Menurut Kotler dalam Sampara (2000:8) pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Sampara berpendapat bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Sementara dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara atau hasil pekerjaan melayani. Sementara itu istilah publik berasal dari bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Menurut Inu dalam Sinambela (2008:5) bahwa yang dimaksud dengan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilainilai norma yang merasa memiliki. Oleh karena itu, Inu berpendapat bahwa pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya menurut Anwar (2005:285) bahwa proses penyelenggaraan kegiatan pemerintahan merupakan proses penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat yang secara umum dimaknai sebagai pelayanan publik. Sedangkan menurut Mustopadidjaja (2003:182) Pelayanan publik adalah keseluruhan kegiatan pengelolaan pelayanan yang dilakuakan oleh pemerintah yang secara operasional dilaksanakan oleh instansiinstansi pemerintah atau badan hukum lain milik pemerintah sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya, baik pelayanan yang sifatnya langsung diberikan kepada masyarakat maupun tidak langsung melaliu kebijakan-kebijakan tertentu. Berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 tahun 1993 yo 63 tahun 2003, bahwa yang dimaksud dengan pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan dilingkungan badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundangundangan. Selanjutnya, dilihat dari produk layanannya yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan dilingkungan badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dlam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya perlu dipahami juga berkaitan dengan pelayanan dilihat dari produk layanan, penyedia layanan dan organisasi penyelenggara pelayanan yang ada. Dilihat dari produk pelayanan, menurut Ratmiko dan Atik (2005:8) dibedakan kedalam kategori sebagai berikut : a. Produk Pelayanan Privat Produk pelayanan ini memiliki sifat bahwa jika telah dimiliki secara individual, maka si pemilik dapat mencegah individual lain untuk menggunakannya. Namun demikian, untuk memiliki barang layanan ini setiap individu atau institusi harus memperoleh persetujuan dari pemasoknya. Persetujuan ini biasanya dalam bentuk penetapan harga. Jika digambarkan dalam satu garis kontinum, maka barang layanan privat berada pada satu ujung garis tersebut. b. Produk Layanan Publik Produk layanan ini digunakan secara kolektif bagi individual siapa saja yang ingin menggunakan dan tak mungkin seorang individu mencegah individu lainnya menggunakan. Jika digambarkan dalam satu garus kontinum, maka barang layanan publik berada pada satu ujung yang lain. c. Produk Layanan yang disediakan oleh Negara dan Swasta. Sector swasta memiliki peran penting dalam penyedian produk-produk pelayanan privat dan saling bersaing dalam penyedianya menurut selera konsumen. Pemerintah berperan dalam menetapkan persediaan (supply) produk pelayanan yang disediakan sektor swasta melalui proses politik (kebijakan publik). Namu demikian, terdapat produk pelayanan yang sifatnya privat tetapi dapat disediakan pula oleh negara. Peran pemerintahan dalam penyediaan produk-produk pelayanan privat dapat dilaksanakan sepanjang tidak menjadikannya sebagai pesaing (croudding out effect). Selanjutnya berkaitan dengan karakteristik penyediaan pelayanan, menurut Ratmiko dan Atik (2005:9) bahwa pelayanan oleh pemerintah mencakup hal-hal antara lain: (1) memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya; (2) memiliki kelompok kepentingan yang luas termasuk kolompok sasaran yang ingin dilayani (wide stakeholders); (3) memiliki tujuan sosial; (4) dituntut untuk akuntabel kepada publik; (5) 4

5 memiliki konfigurasi indikator kinerja yang perlu pelugasan (compleks and debated performance indicators ); serta (6) sering kali menjadi sasaran isu politik. Sedangkan penyediaan pelayanan oleh sektor swasta memiliki karakteristik : (1) didasarkan kepada kebijakan dewan direksi (board of directors); (2) terfokus pada pemegang saham (share holder) dan manajemen; (3) memiliki tujuan mencari keuntungan; (4) harus akuntabel pada halhal tertentu; (5) kinerja ditentukan atas dasar kinerja mnajemen, termasuk didalamnya kinerja financial, serta; (6) tidak terlalu terkait dengan isu politik. Demikian pula berdasarkan organisasi penyelenggaraan dapat dibedakan menjadi dua yaitu 1) pelayanan publik/pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik dan 2) pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat. Bahasan manajemen dari segi aktivitasnya dihubungkan dengan fungsi pelayanan, didasarkan pada pengamatan empiris dalam praktek seharihari. Adapun aktivitas manajemen yang menonjol diantara aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Menurut Stoner dalam Moenir (2006:164) aktivitas dimaksud antara lain: 1. Menetapkan Sasaran, tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersamaan dengan pembentukan organisasi itulah yang harus dicapai oleh manajemen, dalam tujuan termasuk maksud (purpose), misi (mision) dan sasaran (objevtives). Artinya untuk maksud apa organisasi itu didirikan, biasanya tercantum dalam statuta organisasi yang merupakan hasil kesepakatan dasar dari orangorang yang mendirikan organisasi tersebut; 2. Menetapkan Cara yang tepat, dalam hal ini termasuk menetapkan teknik pencapaian, prosedur dan metode. Khusus dalam tugastugas pelayanan soal prosedur dan metode harus benar-benar menjadi perhatian manajemen, karena ini akan menentukan kualitas dan kecepatan dalam pelayanan, baik pelayanan manual maupun pelayanan dengan menggunakan peralatan. 3. Melaksanakan Pekerjaan, manajemen tidak hanya memerintah tetapi juga melakukan tugas/pekerjaan sendiri yang tidak dilimpahkan kepada orang lain; c. Paradigma Pelayanan Publik Sejalan dengan perkembangan manajemen penyelenggaraan negara, dan dalam upaya mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas paradigma pelayanan publik berkembang dengan focus pengelolaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer - driven government) menurut Dwiyanto (2010:128) yang memiliki ciriciri sebagai berikut: 1. Lebih memfokuskan diri kepada fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan yang memfasilitasi berkembangnya kondisi yang kondusif bagi kegiatan pelayanan oleh masyarakat, 2. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas pelayanan yang telah dibangun bersama; 3. Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan publik tertentu, sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas; 4. Terfokus pada pencapaian dengan visi, misi, tujuan dan sasaran berorientasi pada hasil (out comes) yang sesuai dengan input yang digunakan; 5. Lebih mengutamakan apa yang diinginkan oleh masyarakat 6. Pada hal tertentu, pemerintah juga berperan untuk memperoleh pendapatan dari pelayanan yang dilaksanakan. 7. Libih mengutamakan antisipasi terhadap permasalahan pelayanan; 8. Lebih mengutamakan desentralisasi dalam pelaksanaan pelayanan; 9. Menerapkan sistem pasar dalam memberikan pelayanan. Dalam konteks Indonesia upaya menerapkan pelayanan berkualitas dilakukan melalui konsep pelayanan prima. Konsep ini dijabarkan dalam berbagai sistem seperti pelayanan satu atap, dan pelayanan satu pintu. Perubaha kebijakan dan peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah juga tak lepas dari upayah untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan. Perubahan tersebut juga didasari pergeseran paradigma yang berisikan perubahan perilaku pelayanan dari yang sifatnya sentralistis ke desentralistis dalam upayah meningkatkan efesiensi, mutu, dan efektifitas pelayanan. Selain itu, adanya keharusan setiap instansi pemerintah untuk menyusun rencana strateginya masingmasing, juga merupakan salah satu upayah untuk mendorong terwujudnya akuntabilitas pelayanan dan terjadinya revitalisasi fungsi pelayanan aparatur pemerintah. d. Jenis-Jenis Pelayanan Publik Kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang menjadi hal setiap warga negaranya ataupun memberikan pelayanan kepada warga negara yang memenuhi kewajibannya terhadap negara. Kewajiban pemerintah maupun hal setiap warga negara pada umumnya disebutkan dalam konstitusi suatu negara. Bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat menurut 5

6 Moenir (2006:186) dapat dibedakan kedalam beberpa jenis pelayanan yaitu : 1. Pelayanan Pmerintahan, Adalah jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan, seperti pelayanan KTP, SIM, Pajak, dan Keimigrasian; 2. Pelayanan Pembangunan, Suatu jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam melakukan aktifitasnya sebagai warga negara. Pelayanan ini meliputi penyediaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, pelabuhanpelabuhan, dan lainnya. 3. Pelayanan Utilitas, Jenis pelayanan yang terkait dengan utilitas bagi masyarakat seperti penyediaan listrik, air, telepon, dan transportasi massal. 4. Pelayanan Sandang, Pangan dan Papan, Merupakan jenis pelayanan yang menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan, seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil, dan perumahan murah. 5. Pelayanan Kemasyarakatan, Yaitu jenis pelayanan masyarakat yang dilihat dari sifat dan kepentingannya lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenaga kerjaan, penjara, rumah yatim piatu, dan lainnya. e. Prinsip Pelayanan publik Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan, digunakan beberapa prinsip dalam penyediaan pelayanan pada sektor publik, salah satunya adalah prinsip pelayanan publik menurut Moenir (2006:164) meliputi penetapan standar pelayanan, terbuka, memperlakukan selauruh masyarakat sebagai pelanggan secara adil, mempermudah akses kepada seluruh masyarakat pelanggan, membenarkan sesuatu hal dalam proses pelayanan ketika hal tersebut menyimpang, menggunakan semua sumber-sumber yang digunakan untuk melayani masyarakat pelanggan secara efisien dan efektif dan selalu mencari pembaharuan dan mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan. Menetapkan standart pelayanan, dalam hal ini standar tidak hanya menyangkut standar atas produk pelayanan, tetapi juga standar prosedur pelayanan dalam kaitan dengan pemberian pelayanan yang berkualitas standar pelayanan akan dapat menunjukan kinerja pelayanan. Terbuka terhadap segala kritik dan saran maupun keluhan dan menyediakan seluruh informasi yang diperlukan dalam pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan harus memiliki berbagai instrument yang memungkinkan masyarakat pelanggan menyampaikan keluhan, kritik atau pun saran serta harus menyediakan berbagai informasi yang diperlukan oleh masyarakat pelanggan secara pro-aktif. Memperlakukan seluruh masyarakat sebagai pelanggan secara adil. Dalam pemberian layanan barang layanan tertentu, dimana masyarakat pelanggan secara transparan diberikan pilihan, maka pengertian adil adalah proporsional sesuai dengan tarif yang dibayarkannya; Mempermudah akses kepada seluruh masyarakat pelanggan unit-unit pelayanan yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan harus benar-benar mudah diakses oleh masyarakat pelanggan. Membenarkan sesuatu hal dalam proses pelayanan ketika hal tersebut menyimpang. Jika terjadi sesuatu yang menyimpang atau tidak pada tempatnya, dalam kaitan dengan pemberian pelayanan, maka setiap jajaran peronil pelayanan dari seluruh tingkat yang mengetahui penyimpangan tersebut harus segera membenarkan sesuai dengan kapsitasnya atau jika tidak dapat menyelesaikan masalah maka wajib menyampaikan kepada atasannya mengenai penyimpangan tersebut. Menggunakan semua sumber-sumber yang digunakan untuk melayani masyarakat pelanggan secara efisien dan efektif. Karena kriteria dasar pelayanan publik adalah efisiensi, efektifitas secara ekonomis, maka dalam penggunaan sumber-sumber yang digunakan dalam pelayanan harus memenuhi kriteria ini. Selalu mencari pembaharuan dan mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan harus secara kontinyu melakukan pembaharuan dan penyempurnaan baik secara responsive sesuai dengan masukan dari masyarakat pelanggan dan penilaian kinerja pelayanan maupun secara pro-aktif atas kehendak manajemen. Instansi penyedia pelayanan publik dalam memberikan pelayanan harus memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan publik, menurut Mahmudi (2010:228) bahwa prinsip-prinsip pelayanan publik tersebut, terdiri dari kesederhanaan prosedur, kejelasan, kepastian waktu, akurasi produk pelayanan publik, kelengkapan sarana dan prasarana, keamanan, tanggung jawab, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, serta kenyamanan. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip pelayanan tersebut, maka pemeberian pelayanan kepada publik sebagai pengguna jasa layanan dimaksud dapat berjalan secara optimal dan terciptanya pelayanan prima sesuai dengan tujuan dari organisasi publik pada umumnya, yaitu dapat 6

7 memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa layanan secara optimal. f. Strategi Pelayanan Dalam mewujudkan pelayanan yang mampu memuaskan masyarakat pelanggan, menurut Sinambela (2006:48) adalah sebagai berukut : 1. Visi dan Misi Pelayanan Visi dan misi pelayanan merupakan komitmen dari seluruh manajemen terhadap kualitas pelayanan yang akan disediakan. Visi sifatnya sangat umum dan memiliki jangkauan jauh kedepan. Visi kemudian dijabarkan kedalam misi yang sifatnya lebih operasional. Baik visi maupun misi disusun atas dasar perkembangan kebutuhan masyarakat pelanggan maupun perubahan lingkungan. 2. Pelanggan Identifikasi pekerjaan secara jelas siapa konsumen yang dilayani akan memberikan focus kepada unit pelayanan dalam memberikan pelayanannya. Dalam pelayanan public dikenal adanya pembagian pelanggan sebagai berikut: a. Pelanggan Internal 1. Pelanggan internal organisasi adalah mereka yang terkena dampak produk dan merupakan anggota organisasi yang mengahasilkan produk tersebut. 2. Pelanggan internal pemerintah adalah mereka yang terkena dampak produk dan bukan anggota organisasi penghasil produk, tetapi masih dalam lingkungan organisasi pemerintah. b. Pelanggan Eksternal Adalah mereka yang terkena dampak produk tetapi bukan anggota organisasi penghasil produk tersebut dan juga bukan dari organisasi dilingkungan pemerintah. Pelanggan eksternal disini maksudnya adalah masyarakat. g. Tujuan Dan Sasaran Pelayanan Meskipun misi sifatnya lebih operasional dari visi, namun dalam rangka mewujudkannya diperlukan tahapan pencapaiannya melalui rencana tindak. Oleh karena itu dalam jangka menengah misi dijabarkan kedalam tujuan yang selanjutnya tujuan ini dijabarkan kedalam sasaran yang terukur dan siap dioperasionalkan pencapaiannya. Dalam menentukan tahapan pencapaian tersebut, selain dengan melihat kemampuan internal maka masyarakat pelanggan selalu menjadi pertimbangan utama. Dalam kaitan itu, penetapan tujuan dan sasaran dapat dilihat dari Perspetif internal ataupun eksternal. Perspektif internal, tujuan dan sasaran diarahakan untutk meningkatkan kapasitas organisasi dalam memberikan pelayanan yang mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggan. Sedangkan dari perspektif eksternal tujuan dan sasaran diarahkan untuk menciptakan kepuasan masyarakat pelanggan. h. Standar Pelayanan Dan Ukuran Keberhasilan Pelayanan Standar-standar diperlukan dalam kaitan komitmen unit pelayan terhadap pelanggan. Standar-standar tidak hanya meliputi standar produk pelayanan tetapi juga standar prosedur operasi yang memukinkan setiap petugas pelayanan mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk yang jelas dan baku. Standarstandar secara internal dapat ditentukan sesuai dengan kemampuan unit pelayanan dengan memadukan harapan pelanggan. Penetapan standar-standar pada dasarnya dpat memberikan informasi tentang ukuran-ukuran keberhasilan pelayanan sekaligus menunjukan sejauhmana kapasitas organisasi pelayanan mampu memberikan pelayanan yang memuaskan masyarkat pelanggan. Bahkan, untuk keperluan pelayanan yang mendunia (world wide) standarstandar pelayanan dapat dibuat dengan standarstandar yang berlaku secara internasional. Standarstandar ditetapkan sebagai salah satu cara untuk memenuhi harapan masyarakat. jika pelayanan memenuhi atau bahkan melebihi harapan-harapan masyarakat, maka pelayanan dimaksud dapat dikatakan prima (excellent). Standar pelayanan perlu ditetapkan menurut Dwiyanto (2010:127) dengan tujuan : (a) menjadi alat monitoring dan analisis terhadapa kinerja pelayanan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan; (b) menjadi alat komunikasi yang efektif antara masyarakat pelanggan dengan penyedia layanan; (c) memberikan fokus yang jelas; (d) memberikan informasi menganai akuntabilitas pelayanan yang harus dipertanggung jawabkan oleh unit penyedia layanan; (e) menjadi alat bagi pengambilan keputusan. Standar-standar ditetapkan dengan tahaptahap menurut Dwiyanto (2010:128) adalah sebagai berikut : (a) mengetahui secara jelas pelayanan yang diberikan; (b) melakuakan konsultasi dengan pelanggan, pegawai dan stakeholders; (c) menetapkan standar; (d) melakukan pelaporan kinerja; (e) memberdayakan seluruh elemen dalam unit pelayanan; (f) mengkomuinikasikan standar. Penetapan tujuan dan sasaran harus disertai dengan penetapan ukur-ukuran keberhasilan pencapaiannya. Ukuran-ukuran keberhasilan merupakan janji-janji atau komitmen pihak penyedia barang layanan kepada masyarakat pelanggan. Pemenuhan komitmen tersebut tidak hanya menunjukan kinerja organisasi pelayanan tetapi juga akuntabilitasnnya terhadap masyarakat pelanggan. Secara internal, penetapan ukuranukuran keberhasilan akan menunjukan sejauhmana 7

8 kapasitas organisasi pelayanan mampu memberikan pelayanan yang memuaskan masyarakat pelanggan. i. Rencana Tindak Pelayanan Atas dasar tahapan pencapaiannya, maka tujuan dan sasaran dioperasionalkan melalui rencana tindak. Secara internal rencana tindak menurut Moenir (2006:167) menyangkut aspekaspek antara lain : (1) Pemberdayaan pegawai, baik dari aspek penjualan (salesmanship), komunikasi dan hubungan masyarakat (public relation); (2) Pengembangan standar operasi yang baku (standard operating procedures); (3) Standar kinerja pelayanan oleh pegawai; (4) Penanganan keluhan-keluhan masyarakat pelanggan; (5) Proses tanggapan terhadap kebutuhan masyarakat pelanggan; (6) Prosedur pelayanan; (7) Mengendalikan mutu pelayanan; (8) Sarana dan prasarana pelayanan; (9) Keuangan; dan (10) Kelembagaan organisasi pelayanan. Sedangkan dalam perspektif eksternal rencana tindak pelayanan menyangkut aspek-aspek yang terdiri antara lain adalah: (1) Standar pelayanan; (2) Kepuasan masyarakat pelanggan; (3) Penyediaan informasi bagi masyarakat pelanggan; (4) Pemasaran produk pelayanan; dan (5) Penciptaan hubungan antara organisasi pelayanan dan masyarakat pelanggan yang saling menguntungkan. Perlunya pengkajian berkaitan dengan rencana tindak pelayanan dimaksudkan agar proses jalannya pemberian layanan sesuai dengan kapasitas aparatur yang mempunyai tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga bila tugas pokok dan fungsinya tersebut dapat dijalankan sesuai rencana yang telah ditetapkan dalam standard operating procedures (SOP) yang telah ada, maka pencapaian pelayanan prima akan mencapai hasil yang sesuai dengan harapan dan terciptanya kepuasan dari masyarakat atas layanan yang diberikan oleh aparatur pada instansi tersebut. j. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Pendidikan adalah agenda penting negara yang merupakan kunci suksesnya pembangunan negara tercinta ini. Urgensi pendidikan semakin terlihat jelas jika dibaca sejarah turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah Muhammad SAW, dimana ayat yang pertama diwahyukan Allah SWT berbunyi Iqra yang berarti Bacalah!. Maka jelaslah ilmu pengetahuan -yang merupakan hasil dari proses pendidikan- adalah kebutuhan terpenting bagi manusia untuk berinteraksi baik dengan alam, sesama manusia maupun dengan tuhannya. Dengan proses pendidikan dari zaman ke zaman telah terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan pola pikir manusia sehingga terciptalah kehidupan manusia yang beradab, ditata dengan sistem yang teratur dan ditopang oleh teknologi yang semakin canggih. Pendidikan juga merupakan instrumen pembangunan ekonomi dan sosial, serta dalam konteks lebih luas merupakan dasar utama bagi keseluruhan upaya implementasi prioritas tertinggi kebijakan pembangunan sumberdaya manusia dalam kerangka pembangunan nasional yang komprehensif. Oleh sebab itu, pembangunan dan penyelenggaraan layanan pendidikan nasional perlu dilakukan dengan pendekatan komprehensif, holistik, serta mengedepankan cara pandang anak didik sebagai manusia utuh. Mengingat peran penting dan strategisnya pendidikan, maka selayaknya pendidikan dijadikan prioritas utama pembangunan baik di pusat, propinsi maupun daerah. Ini diwujudkan dengan penganggaran semaksimal mungkin bagi kelangsungan proses pendidikan baik di lembaga formal maupun non formal. Pemerintah telah mengambil kebijakan mengatur anggaran pendidikan baik di pusat, propinsi maupun daerah haruslah minimal 20% dari anggaran keseluruhan. Ini tentu saja secara kuantitatif merupakan angin surga bagi penyelenggara pendidikan karena sudah terbayang peningkatan kesejahteraan dari anggaran ini, walaupun masih dipertanyakan darimana datangnya angka 20% tersebut Setinggi apapun biaya yang dianggarkan untuk pendidikan, tetap saja pemerataan akses menjadi indikator terkuat keberhasilan pembangunan pendidikan di daerah. Pendidikan seyogyanya harus dapat dinikmati oleh semua warga negara baik di perkotaan maupun pedesaan, masyarakat ekonomi mapanmaupun yang tidak mapan. Kebijakan yang telah ditentukan tersebut tidak lain adalah untuk mewujudkan tercapainya SPM Pendidikan Dasar setiap kabupaten atau kota diseluruh Indonesia, untuk keberhasilannya tersebut diukur dengan 27 indikator yang terbagi dalam 2 bagian yaitu 14 indikator yang menjadi tanggungjawab kabupaten/kota dan 13 indikator yang menjadi tanggugjawab setiap satuan pendidikan, untuk lebih jelasnya berkaitan dengan indikator tersebut, maka berdasarkan Permendikbud No,23 Tahun 2013 adalah sebagaiberikut: a. Pelayananan pendidikan dasar oleh Kabupaten/Kota : 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil. 8

9 2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis. 3. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik. 4. Disetiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya, dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru. 5. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan. 6. Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran. 7. Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik. 8. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separoh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%. 9. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. 10. Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidik. 11. Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik. 12. Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik. 13. Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif. 14. Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervise dan pembinaan. b. Pelayanan Pendidikan dasar oleh Satuan Pendidikan : 1. Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. 2. Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. 3. Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh pelaratan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA. 4. Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi. 5. Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan. 6. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut ; a) Kelas I II : 18 jam per minggu b) Kelas III : 24 jam per minggu c) Kelas IV VI : 27 jam per minggu d) Kelas VII IX : 27 jam per minggu 7. Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku. 8. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya. 9. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. 10. Kepala sekolah melakukan supervise kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester. 11. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik. 9

10 12. Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester. 13. Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsipprinsip manajemen berbasis sekolah (MBS). B. Variabel dan Indikator Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan variabel tunggal yaitu mengenai Standar pelayanan minimal pendidikan dasar, dengan indikator mengacu pada Pelayanan Pendidikan Dasar oleh Satuan Pendidikan, dimana dari 13 bidang yang ada dalam SPM Dikdas Satuan Sekolah, peneliti memilih 8 yang dijadikan indikator, yaitu sebagai berikut: 1. Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. 2. Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model C. Kerangka Konseptual Gambar 2.1 Kerangka Konseptual kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh pelaratan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA. 3. Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi. 4. Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya. 6. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. 7. Kepala sekolah melakukan supervise kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester. 8. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik. Implementasi SPM Pendidikan Dasar untuk Satuan Pendidikan Ketersediaan Buku Teks; Ketersediaan Alat Peraga IPA Ketersediaan Buku Pengayaan & Referensi; Kurikulum; Renc.Pelaksanaan Pembelajaran; Program Penilaian; Supervisi; Evaluasi D. Definisi Operasional Berdasarkan pada kerangka konseptual tersebut diatas, maka untuk menyatukan pemahaman peneliti mencoba memberikan definisi operasional dari setiap indikator yang ditetapkan, adalah sebagai berikut: Ketersediaan Buku Teks, Setiap SD menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya (disertifikasi) oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dan PKn dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik Ketersediaan Alat Peraga IPA, Setiap SD menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar dan poster IPA Ketersediaan Buku Pengayaan & Referensi, Setiap SD memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 judul buku referensi Kurikulum, Setiap satuan pendidikan menerapkan Kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku Renc.Pelaksanaan Pembelajaran, Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya Program Penilaian, Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik 10

11 Supervisi, Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester Evaluasi, Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil evaluasi peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan prestasi belajar peserta didik III. METODE PENELITIAN Dalam membuktikan pendapat dari hipotesis yang telah diperoleh dari hasil hipotesa maka diperlukan beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh guna mendapatkan kepastian akan kebenaran jawaban sementara yang disajikan tersebut. Salah satu langkah untuk dapat menganalisa mengenai implementasi suatu peraturan yang berkaitan dengan penerapan standar pelayanan minimal pendidikan dasar adalah dengan menggunakan metode penelitian yang didalamnya terdiri dari: A. Tipe dan Dasar Penelitian Dalam penelitian sering terdapat hubungan yang saling terkait antara satu variabel dengan variable lainnya dan selalu lebih dari satu variabel guna mendukung hubungan timbal-balik. Dalam penelitian ini tipe dasar penelitian yang digunakan yaitu tipe penelitian deskriptif dimana hal ini bertolak dari pendapat para ahli sepaerti Koentjaraningrat (2009:42) yang mengemukakan bahwa Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu frekuensi adanya hubungan tertentu antara satu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Menurut Whitney (1988:63) metode deskriptif adalah pencarisn fakta interprestasi yang tepat. Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga penelitian deskriptif dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena tersebut, sehingga dasar yang diguanakan penulis yaitu metode survei. B. Unit Analisis Dalam sebuah penelitian perlu terdapat adanya unit analisis atau objek yang ingin diteliti dalam hal ini siapa, sejauh mana/bagaimana, serta mengapa sehingga objek itu diteliti, dengan kata lain bahwa objek penelitian ini harus dapat sesuai dengan variabel yang ingin dibahas dalam penelitian ini. Sejalan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini,maka unit analisa dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Kartika VI-1 Jayapura besrta perangkat satuan pendidikannya. C. Informan Adapun informan yang akan diwawancarai dalam mencari informasi yang diperlukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Kepala SD Kartika VI-1 Jayapura 2. Guru SD Kartika VI-1 Jayapura 3. Ketua Komite SD Kartika VI-1 Jayapura 4. Staff Bidang Dapodik Sekolah D. Jenis dan Sumber Data Dalam menjelaskan mengenai instrument penelitian yang digunakan dalam pengambilan data,terlebih dahulu peneliti menyebutkan dan menjelaskan jenis dan sumber data dimaksud,yang dari data tersebut kemudian nantinya akan dipilih sebagai perhitungan dalam proses analisa yang kemudian dijadikan sebagai kesimpulan dari penelitian tersebut.adapun jenis dan sumber yang diperolehnya data tersebut dapat berupa: 1. Data Primer, Yaitu merupakan data yang diperoleh langsung dari ersponden atau objek yang diteliti.data tersebut dapat diperoleh langsung dari personil yang diteliti dan dapat pula berasal dari lapangan. 2. Data Sekunder, Merupakan data yang telah lebih dulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari peneliti sendiri,walaupun data yang dikumpulakn adalah data yang asli.data sekunder ini dapat diperoleh dari perpustakaan, instansi-instansi maupun pihak-pihak lainnya. Dari uraian mengenai jenis dan sumber data tersebut diatas maka untuk mendapatkan data yang relevan dalam rangka penelitian ini peneilti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk memberikan kepastian jawaban hipotesis yang dibuat. E. Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi, Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan mencatat secara sistematik terhadap gejala atau fenomena. Dimana dalam observasi terdapat dua cara observasi diantaranya yaitu Cara Partisipasi dan Cara Pendekatan. Dalam hal ini peneliti lebih banyak menggunakan teknik observasi dengan cara pendekatan dengansuatu harapan bahwa dengan menggunakan cara pendekatan dapat lebih menjaga hubungan baik antara peneliti dan yang diteliti. 2. Wawancara Mendalam (In-deppth interview), yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara mendalam dan langsung dengan informan yang dianggap mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. 11

12 F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif dengan langkah - langkah sebagai berikut : 1. Reduksi Data, Tahap ini dilakukan melalui proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan catatan tertulis dilapangan. Hal ini dilakukan dengan menajamkan, mengolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu, serta mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa. 2. Penyajian, Pemaparan data yang telah disistematisasikan sesuai dengan variabel penelitian. 3. Penarikan Kesimpulan, Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan penyajian hasil temuan dan kesimpulan analisis dalam bentuk deskriptif naratif. IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Analisis dan Interpretasi Data Pada bagian ini peneliti akan mencoba menyajikan dan menganalisis berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan melalui instrument inti wawancara, yaitu sebagai berikut di bawah ini: 1. Ketersediaan Buku Teks; Indikator pertama dalam penelitian ini adalah mengenai ketersediaan buku teks, dimana berdasarkan ketentuan yang berlaku. Ketersediaan Buku Teks, Setiap SD wajib menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya (disertifikasi) oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dan PKn dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari saudara PY Selaku petugas perpustakaan, beliau mengatakan sebagai berikut: Ketersediaan buku teks pada SD Kartika VI-I sampai saat ini sudah sangat memadai dimana ketersediaannya sudah sesuai dengan banyaknya siswa peserta didik bahkan melebihi, hal tersebut dikarenakan hamper secara rutin setiap tahun, SD Kartika VI-I selalu mendapatkan bantuan pengadaan buku dari stakeholders Hal tersebut juga di komentari oleh informan lain yaitu saudara MD selaku komite sekolah SD Kartika VI-I yang mengatakan sebagai berikut: Ketersediaan buku teks di SD Kartika VI-I sudah sangat memadai dan memenuhi standar kebutuhan bagi siswanya, selain itu buku teks yang tersedia sejauh ini sudah sangat layak terutama untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dan PKn. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dua orang informan tersebut, serta data-data pendukung yang diperoleh, maka dapat dipastikan dimana SD Kartika VI-I sejauh ini mampu menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya (disertifikasi) oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dan PKn dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. 2. Ketersediaan Alat Peraga IPA Ketersediaan Alat Peraga IPA, Setiap SD menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar dan poster IPA. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari saudara WS Selaku guru IPA, beliau mengatakan sebagai berikut: SD Kartika VI-I telah memiliki laboratorium IPA untuk praktek siswa didiknya, dimana alat peraga dasar yang tersedia seperti kerangka manusia gambar anatomi tubuh manusia dan mahluk hidup laiinya serta dilengkapi alat-alat peraga lainnya Hal tersebut juga di komentari oleh informan lain yaitu saudara SL selaku Kepala Sekolah SD Kartika VI-I yang mengatakan sebagai berikut: Ketersediaan laboratorium IPA pada SD Kartika VI-I saat ini kondisinya sangat baik dan memenuhi standar nasional untuk lembaga pendidikan tingkat dasar, dimana pada tahun 2014 bahkan sekolah kami mendapatkan bantuan alat peraga pendidikan termasuk tambahan alat peraga IPA berupa bola dunia, patung rangka manusia dan alat praktek lainnya Berdasarkan hal tersebut, maka setelah peneliti melihat langsung kondisi dilapangan, maka data dan informasi yang telah diperoleh tersebut dapat memberikan kepastian dengan jelas dimana SD Kartika VI-I telah memiliki alat peraga IPA yang sangat menunjang dan berdasarkan peraturan yang berlaku mengenai Standar Pelayanan Minimal dalam hal ketersediaan alat peraga tersebut telah terpenuhi dengan baik. 3. Ketersediaan Buku Pengayaan & Referensi; Ketersediaan Buku Pengayaan & Referensi, Setiap SD memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 judul buku referensi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari saudara SK Selaku Guru bidang studi Bahasa Indonesia, beliau mengatakan sebagai berikut: SD Kartika VI-I memiliki ruang perpustakaan yang cukup besar dan telah memiliki lebih dari 100 judul buku pengayaan, ketersediaan ini saya yakini telah memenuhi kelayakan dan 12

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013 Laporan Tahun 2013 Bidang Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Tahun 2013 I PENDIDIKAN DASAR OLEH KABUPATEN / KOTA 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 14 TAHUN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 14 TAHUN TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG PERIODE TAHUN 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2019 merupakan amanat perundang-undangan

Lebih terperinci

Indikator Kinerja Program. A. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Indikator Kinerja Program. A. Standar Pelayanan Minimal (SPM) No. Indikator Kinerja Program A. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Satuan Tabel 2.7. Pencapaian Kinerja pelayanan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2016 Target Target Kinerja Program Realisai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 1 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR NO JENIS PELAYANAN INDIKATOR SUB INDIKATOR KEGIATAN VOL SATUAN NILAI JUMLAH TARGET JUMLAH DANA TARGET JUMLAH DANA 2013 Rp 2014 Rp 1 2 3 1

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL Persentase SD/ MI yang semua rombongan... belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang

DAFTAR TABEL Persentase SD/ MI yang semua rombongan... belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Desa dan Dusun di Kabupaten Lombok Barat... 4 Menurut Kecamatan 1.2 Luas Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan... 4 1.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis...

Lebih terperinci

SALINAN. b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar;

SALINAN. b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar; SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKANASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2O1O TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMA TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB.

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via  pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB. Lampiran 1 Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Baswedan. Wawancara dilakukan via E-mail pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR

CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN/KOTA : BANYUWANGI PROVINSI : JAWA TIMUR NO TARGET (%) PROGRAM/ KEGIATAN masukkan bahan RENCANA PEMBIAYAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah yang dilaksanakan per 1 Januari 2001 telah memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya, berdasarkan

Lebih terperinci

Hasil Perhitungan SPM

Hasil Perhitungan SPM THE WORLD BANK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Utara Juli 2012 Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Menggunakan Aplikasi TRIMS (Tool for Reporting and Information Management by Schools)

Lebih terperinci

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota Analisis Capaian Standar Pelayanan Minimal IP-1.1 = (a) Permukiman Permanen=penduduk yang berjumlah 1000 org, khusus di daerah terpencil; (b) Kewajiban kab/kota=1 Sekolah/Madrasah bisa saja berada dalam

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI. Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan

PANDUAN APLIKASI. Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan PANDUAN APLIKASI Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KATA PENGANTAR merupakan aplikasi yang didesain untuk menghasilkan output Standar Pelayanan Minimal (SPM) berdasarkan data yang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB)

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) SLINN LMPIRN III PERTURN MENTERI PENDIDIKN DN KEBUDYN NOMOR 23 THUN 2013 TENTNG PERUBHN TS PERTURN MENTERI PENDIDIKN NSIONL NOMOR 15 THUN 2010 TENTNG STNDR MINIML PENDIDIKN DSR DI KBUPTEN/KOT. NLISIS STNDR

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa pembaharuan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Pendidikan Dasar Dengan Menggunakan TRIMS KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 212 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA 2 Laporan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN SAMPANG

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN SAMPANG PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG DINAS PENDIDIKAN ROADMAP PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO Subangun FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo pak.b.jozz@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pembina Tk.I NIP Bandung, 28 Februari 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG, Dr. H. ELIH SUDIAPERMANA, M.Pd.

KATA PENGANTAR. Pembina Tk.I NIP Bandung, 28 Februari 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG, Dr. H. ELIH SUDIAPERMANA, M.Pd. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasilguna, bertanggung jawab dan untuk lebih

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP)

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP) SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas. Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan

Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas. Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan harus berdayaguna, berhasil

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten Bangka

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten Bangka BAB V PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten Bangka Tengah Sebagaimana yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, pada bab pembahasan ini peneliti akan menjelaskan evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian menurut Sugiyono (2009, hlm.3) diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SAW, dimana ayat pertama diwahyukan Allah SWT berbunyi Iqra yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. SAW, dimana ayat pertama diwahyukan Allah SWT berbunyi Iqra yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah agenda penting negara yang merupakan kunci suksesnya pembangunan negara tercinta ini. Urgensi pendidikan semakin terlihat jelas jika dibaca

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEJIK VISI DAN MISI 1. Pernyataan

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA Novita Wijanarti dan Slameto Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen

Lebih terperinci

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA Pengantar Keberadaan bangsa Indonesia dewasa ini dihadapkan persoalan-persoalan yang sangat kompleks. Secara eksternal, Globalisasi dengan segala konsekuensinya,

Lebih terperinci

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONOROGO TAHUN ANGGARAN 2013 DALAM MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONOROGO TAHUN ANGGARAN 2013 DALAM MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONOROGO TAHUN ANGGARAN 2013 DALAM MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN Subangun Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : pak.b.jozz@gmail.com

Lebih terperinci

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume V, Nomor 01 Januari 2015

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume V, Nomor 01 Januari 2015 AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume V, mor Januari PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PADA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) DI KOTA BANJARMASIN TAHUN Hidayat Ma

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol SINOPSIS Kinerja organisasi mengisyaratkan bahwa penilaian kinerja sesungguhnya sangat penting untuk melihat sampai sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai. Sejalan dengan sistem pemerintahan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti perubahan lingkungan yang mempengaruhinya. Seperti studi yang sistematis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA Deskripsi : Sebelum menjelaskan Pelayanan Masyarakat Berbasis pada Standar Pelayanan Minimal di Tingkat Praja, praja diharapkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DONO ARUM KECAMATAN SEPUTIH AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DONO ARUM KECAMATAN SEPUTIH AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Nurlatifah, dkk. Implementasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan di SD 22 IMPLEMENTASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DONO ARUM KECAMATAN SEPUTIH

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL A. BIDANG PENDIDIKAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL 1-8 - 2011 STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN DASAR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT NO JENIS PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Penyusun: Tim Pengembang Madrasah Nama Madrasah Alamat : MTs Al Inayah : Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Program Prioritas MTs. Al Inayah STANDAR ISI 0 MENENTUKAN PROGRAM PRIORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Pastinya kemajuan teknologi dan informasi menuntut birokrasi untuk beradaptasi dalam menghadapi dunia global

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK Penelitian ini berjudul Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Organisasi, Administrasi dan Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Organisasi, Administrasi dan Manajemen 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Organisasi, Administrasi dan Manajemen 1. Pengertian Organisasi Peneliti akan mengemukakan pengertian organisasi dari beberapa ahli. Adapun pengertian organisasi

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENDIDIKAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENDIDIKAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 35, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENDIDIKAN TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka perluasan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

Kondisi baik 425 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0

Kondisi baik 425 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0 e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK I. Pendahuluan A. Latar Belakang Ketetapan MPR-RI

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

TINJAUAN PUSTAKA. langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Publik Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring perubahan zaman dan bertambahnya usia manusia, maka kebutuhan hidup nya pun akan meningkat. Kebutuhan ini terdiri dari kebutuhan fisik dan kebutuhan

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah dan dibukanya kesempatan bagi pembentukan daerah otonom baru melalui pemekaran daerah, ditujukan untuk optimalisasi kinerja penyelenggaraan

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 23 TAHUN 2017

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 23 TAHUN 2017 1 BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2015

EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2015 EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2015 Abstrak Masalah pendidikan merupakan salah satu agenda besar pemerintah baik pusat maupun daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Prov.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Prov. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Prov. NTT a. Visi Visi merupakan cara pandang jauh kedepan, gambaran yang menantang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Masyarakat (IKM) yang berdampak pada pendapatan, pendapatan kas akan naik apabila pelayanan yang diberikan oleh staff atau para pegawai di Kantor Bersama Samsat sangat ramah maka masyarakat akan merasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN HUKUM Dasar Hukum : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 3. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era desentralisasi, pendidikan ini ditekankan pada kebijakan setiap sekolah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK disampaikan oleh : Drs. F. Mewengkang, MM Asisten Deputi

Lebih terperinci

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.215, 2012 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini fenomena reformasi birokrasi merupakan isu penting bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci