POLA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PPP CILAUTEUREUN KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT PUTRI DEWI JAYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PPP CILAUTEUREUN KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT PUTRI DEWI JAYANTI"

Transkripsi

1 POLA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PPP CILAUTEUREUN KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT PUTRI DEWI JAYANTI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Dinamika Perikanan Tangkap di PPP Cilauteureun Kabupaten Garut, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2009 Putri Dewi Jayanti

3 Hak cipta IPB, Tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan endidikan, penelitiian, penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

4 POLA USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PPP CILAUTEUREUN KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT PUTRI DEWI JAYANTI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

5 Judul Skripsi Nama NRP Mayor : Pola Usaha Perikanan Tangkap di PPP Cilauteureun Kabupaten Garut, Jawa Barat : Putri Dewi Jayanti : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui: Pembimbing Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi., M.Si NIP Diketahui: Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP Tanggal lulus: 4 Mei 2009

6 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2008 dan bulan Februari 2009 ini adalah dinamika perikanan tangkap, dengan judul Pola Usaha Perikanan Tangkap di PPP Cilauteureun Kabupaten Garut, Jawa Barat. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. 2. Dr. Sugeng Hari Wisudo S.Pi., M.Si. dan Ir. M. Dahri. M.Si. selaku dosen penguji tamu, serta Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si selaku komisi pendidikan. 3. Bapak dan Ibu, yang selalu memberi dukungan dan doa hingga saat ini. 4. Mas Cahyo, mas Gunung, mas Tunggul, mas Mawan, dan mas Rizki yang selalu memberikan bantuan saat dibutuhkan selama melakukan penelitian. 5. Bapak Ade, Teh Itha, Bapak Ipul dan seluruh pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut. 6. Bapak Asep, Bapak Ade, Bapak Saefuddin, Bapak Saepulloh, dan seluruh pegawai PPP Cilauteureun. 7. Papa dan mama Irna atas perhatian dan bantuannya selama di Garut. 8. Irna yang telah membantu pengambilan data primer dan sekunder, Septa, Ummi, dan Ziah atas kebersamaan, motivasi, dan kasih persahabatan, serta rekan PSP 42 untuk kebersamaan semasa kuliah. 9. K Ahdiar, K Fifi, K Pras, K Aswar, K Edy, Mas Hery, dan Mas Taufik atas bantuan dan dukungannya selama penelitian. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Mei 2009 Putri Dewi Jayanti

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Nabire pada tanggal 25 April Penulis adalah putri bungsu dari enam bersaudara pasangan Hadi Suryanto dan Kuntari. Pada tahun 1999, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Al- Hikmah Yapis Nabire, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTP Negeri I Nabire pada tahun 2002 dan lulus dari SMA Negeri I Nabire pada tahun Penulis diterima pada program sarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) program studi Mayor-Minor. Pada tahun 2006, penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB dan mengambil Supporting Course dari beberapa mata kuliah di beberapa fakultas di IPB Bogor. Semasa kuliah penulis aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FPIK IPB menjabat sebagai sekretaris II Kabinet Biru Pembaharu ( ). Aktif pula sebagai pengurus Wadah Aktivitas Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB (Watasima IPB) menjabat sebagai sekretaris ( ) dengan keikutsertaan sebagai anggota mulai tahun 2006 hingga 2008, serta aktif sebagai pengurus pada Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia (HIMPATINDO) sebagai staf dari departemen Kesejahteraan Masyarakat Nelayan ( ). Selain itu, penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan dan pelatihan baik ruang lingkup Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB maupun Lingkup kampus IPB.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Perikanan Tangkap Sumberdaya ikan Daerah Penangkapan Ikan Musim Penangkapan Unit Penangkapan Kapal Nelayan Alat penangkap ikan Hasil Tangkapan Strategi Adaptasi Nelayan METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Analisis Data Analisis alat penangkap Analisis hasil tangkapan Pola usaha nelayan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Kabupaten Garut Letak geografi dan topografi Kondisi iklim dan,usim penangkapan Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Garut Sumberdaya ikan Daerah penangkapan ikan Produksi dan nilai produksi Unit penangkapan ikan Sarana dan Prasarana Fasilitas pokok Fasilitas fungsional Fasilitas penunjang Lembaga penunjang xi xii

9 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Alat penangkapan ikan di PPP Cilauteureun Hasil tangkapan Pola usaha nelayan di PPP Cilauteureun Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 63

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis alat tangkap berdasarkan statistik perikanan Indonesia Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan i PPP Cilauteureun tahun Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPP Cilauteureun Jumlah alat tangkap di PPP Cilauteureun Jumlah nelayan di PPP Cilauteureun tahun Spesifikasi unit penangkapan gill net di Cilauteureun Spesifikasi unit penangkapan jaring sirang di Cilauteureun Spesifikasi unit penangkapan mini purse seine di Cilauteureun Spesifikasi unit penangkapan pukat pantai di Cilauteureun Spesifikasi unit penangkapan pancing di Cilauteureun Komposisi hasil tangkapan di PPP Cilauteureun Produktivitas rata-rata hasil tangkapan per usaha penangkapan di PPP Cilauteureun Pola usaha nelayan Cilauteureun berdasarkan kepemilikkan alat tangkap Pengelompokan alat tangkap di Cilaureureun berdasarkan pola pengoperasian Pengelompokan alat tangkap di Cilauteureun berdasarkan waktu pengoperasian Pola pengoperasian alat tangkap kombinasi di Cilauteureun berdasarkan waktu operasional per trip Biaya operasional total per bulan kapal motor diesel Biaya operasional total per bulan kapal motor tempel 40 PK Biaya operasional total per bulan kapal motor tempel 40 PK (sistem nodong) Biaya operasional total per bulan kapal motor tempel 15 PK Biaya operasional total per bulan kapal tanpa motor... 52

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Analisis strategi usaha penangkapan Perkembangan jumlah produksi hasil tangkapan di PPP Cilauteureun Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di PPP Cilauteureun tahun Proporsi jumlah kepemilikkan alat tangkap berdasarkan kelompok jaring dan pancing di PPP Cilauteureun Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Cilauteureun tahun Perkembangan jumlah nelayan di PPP Cilauteureun Alat tangkap gill net di PPP Cilauteureun Alat tangkap jaring sirang di PPP Cilauteureun Alat tangkap mini purse seine di PPP Cilauteureun Alat tangkap pukat pantai di PPP Cilauteureun Alat tangkap pancing tonda di PPP Cilauteureun Alat tangkap pancing rawai tegak lurus (vertical long line) di PPP Cilauteureun presentase hasil tangkapan di PPP Cilauteureun Produktivitas rata-rata hasil tangkapan per usaha penangkapan di PPP Cilauteureun Strategi usaha penangkapan ikan di PPP Cilauteureun... 53

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian Foto fasilitas PPP Cilauteureun kelompok jaring dan pancing di PPP Cilauteureun Foto unit penangkapan ikan Peta daerah penangkapan ikan nelayan PPP Cilauteureun... 69

13 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas kegiatan perikanan tangkap di daerah PPP Cilauteureun termasuk perikanan skala kecil. Salah satu ciri aktivitas perikanan tangkap yang dilakukan nelayan skala kecil adalah penggunaan teknologi dan peralatan dalam kegiatan penangkapan ikan masih sederhana serta terbatas pada daerah penangkapan (fishing ground) tertentu di sekitar wilayah pantai. Berbeda dengan pola usaha yang lain, pendapatan dari usaha yang dilakukan oleh nelayan cenderung tidak teratur. Nelayan dalam menjalankan usahanya tidak pernah mempunyai gambaran tentang besarnya pendapatan yang akan diperoleh (Nadjib, 2000). Usaha penangkapan ikan bagi nelayan merupakan seni berburu yang sulit diperkirakan hasilnya. Pada suatu saat, nelayan mempunyai pendapatan besar tetapi pada saat yang lain nelayan tidak berpenghasilan sama sekali. Usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan sangat terkait dengan penggunaan biaya operasi penangkapan yang meliputi bahan bakar, perbekalan nelayan serta es apabila dibutuhkan. Biaya operasi merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh nelayan, walaupun nelayan tidak dapat memastikan perolehan hasil tangkapan yang akan diterima pada saat itu sebagai pengembalian modal usaha penangkapan ikan untuk hari esok. Penggunaan biaya operasi sebagai biaya tetap dalam kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan Cilauteureun serta fluktuasi hasil tangkapan yang tidak menentu, menyebabkan nelayan berorientasi untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan agar hasil tangkapan optimal. Nelayan dituntut untuk kreatif dalam beradaptasi agar dapat mengatur biaya pengeluaran usaha dan pendapatan sehingga usaha penangkapan tidak mengalami kerugian. Namun, apabila sektor usaha penangkapan tidak dapat memberikan jaminan ekonomi bagi nelayan, maka opsi-opsi yang tersedia di lingkungan akan dimanfaatkan sebagai suatu strategi adaptasi yang dapat dikembangkan untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan aktivitas penangkapan. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa usaha penangkapan ikan mempunyai resiko tinggi di samping kemungkinan tidak memperoleh hasil tangkapan.

14 Nelayan dapat mengalami kerugian dari penggunaan biaya operasi, resiko kehilangan perahu atau jaring pada waktu penangkapan ikan adalah sangat mungkin. Sehingga nelayan perlu melakukan berbagai macam inovasi dan diversifikasi usaha perikanan tangkap (Kusnadi, 2000). Kegiatan nelayan dalam melakukan berbagai strategi untuk merasionalkan pendapatan tersebut merupakan usaha dinamis dan penting untuk dikaji. Penelitian mengenai pola usaha perikanan tangkap ini sangat perlu dilakukan guna memberikan acuan atau informasi dalam perencanaan pengelolaan manajemen perikanan tangkap di PPP Cilauteueun khususnya dan pembangunan daerah di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat umumnya. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pola usaha perikanan tangkap di PPP Cilauteureun, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 2. Menentukan pola usaha perikanan tangkap di PPP Cilauteureun, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai acuan atau informasi mengenai dinamika perikanan tangkap serta pola usaha nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Cilauteureun, Kabupaten Garut, Jawa Barat kepada pihak-pihak atau instansi pemerintahan terkait, sehingga dapat digunakan untuk pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan, tepat, terencana di PPP Cilauteureun Kabupaten Garut, Jawa Barat.

15 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004). Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di air laut atau perairan umum secara bebas. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, usaha perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan pengertian penangkapan ikan sendiri adalah kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan yang tidak dalam keaadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Pelaksanaan kegiatan dibidang penangkapan ikan ini dihadapkan pada beberapa karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh sistem eksploitasi sumberdaya pertanian lainnya. Beberapa karakteristik dibidang penangkapan ikan menurut Monintja (2000), yaitu: 1) Sumberdaya pada umumnya tidak terlihat (invisible); 2) Sumberdaya merupakan milik umum (common property); 3) Eksploitasi sumberdaya melibatkan resiko yang besar (high risk); 4) Produk sangat mudah rusak ( highly perishable); Karakteristik-karakteristik itulah yang menyebabkan lebih sulitnya proses pemanfaatan sumberdaya perikanan dibandingkan dengan sumberdaya lainnya. Untuk itulah dibutuhkannya ilmu-ilmu perikanan yang sesuai dengan perkembangan dunia perikanan tangkap dalam pemanfaatan sumberdaya ini.

16 2.2 Sumber Daya Ikan Sumber daya ikan menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 adalah potensi semua jenis ikan. Ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sifatnya dapat pulih kembali atau renewable. Secara khusus, sumberdaya perikanan tangkap dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yakni (Naamin, 1987): 1) Sumberdaya ikan demersal, yaitu jenis ikan hidup di atau dekat perairan. 2) Sumberdaya pelagis kecil, yaitu jenis ikan yang berada di permukaan. 3) Sumberdaya pelagis besar, yaitu jenis ikan oseanik yang berada di permukaan dan sangat jauh dari lepas pantai, seperti tuna dan cakalang. 4) Sumberdaya udang dan biota laut non ikan lainnya. Jenis ikan yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 adalah: 1) Pisces (ikan bersirip); 2) Crustacea (udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya); 3) Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya); 4) Coelenterata (ubur-ubur dan sebangsanya); 5) Echinodermata (teripang, bulu babi, dan sebangsanya); 6) Amphibia (kodok dan sebangsanya); 7) Reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya); 8) Mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya); 9) Algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air); 10) Biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas. 2.3 Daerah Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan adalah bagian dari wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia yang ditetapkan sebagai daerah penangkapan ikan yang tercantum dalam SIUP dan SIPI (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004). Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan daerah dimana terdapatnya ikan untuk pelaksanaan kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat penangkap ikan tertentu secara efektif yang menguntungkan (Ayodhyoa,1981). Menurut Rifai (1983), daerah penangkapan ikan adalah suatu wilayah perairan yang merupakan tempat hidup ikan atau sumberdaya perairan lainnya dimana

17 dilakukan usaha penangkapan atau eksploitasi. Pada umumnya daerah penangkapan ini mulai dari pantai sampai wilayah perairan laut bebas dan secara vertikal mulai dari permukaan laut sampai dasar perairan. Secara khusus luas jangkauan daerah penangkapan dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dibidang perikanan, baik yang menyangkut armada penangkapan, alat penangkapan, maupun cara atau teknik penangkapan ikan. Nelayan di PPP Cilauteureun pada umumnya melakukan penangkapan di daerah penangkapan sekitar Perairan Cilauteureun, Perairan bagian barat Cilauteureun (Sukabumi), hingga wilayah timur Cilauteureun (Ciamis). 2.4 Musim Penangkapan Menurut Nontji (1987), pola musim berlangsung disuatu perairan dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin. Arus permukaan di Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin disetiap musimnya. Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson. Pola angin ini bertiup secara mantap ke arah tertentu pada suatu periode, dan periode lainnya bertiup ke arah yang berlainan secara mantap pula. Berdasarkan arah utama angin yang bertiup (secara periodik) di atas wilayah Indonesia, maka dikenal dengan istilah musim barat dan musim timur. Berhubungan dengan musim penangkapan ikan di Indonesia dikenal dengan adanya empat musim yang sangat mempengaruhi kegiatan penangkapan, yaitu musim barat, musim timur, musim peralihan awal tahun dan musim peralihan akhir tahun. Kedua musim peralihan tersebut sering disebut sebagai musim pancaroba. Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas dibelahan bumi bagian selatan, dimana saat itu terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah diatas daratan Australia. Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju Australia, yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat. Selama bulan Maret, angin Barat masih bertiup/berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang. Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tdak menentu dan periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun. Sedangkan pada bulan Juni hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia

18 dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin musim timur. Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah anngin tidak lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba akhir tahun. Pada daerah-daeerah di sebelah Selatan khatulistiwa, umumnyya musim barat banyak membawa hujan, dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran salinitas di permukaan lautan (Nontji, 1987) Iklim di Laut Jawa umumnya ditentukan oleh angin musim yang diakibatkan perbedaan temperatur di dua benua dan dua samudra. Musim penangkapan yang terjadi di Kecamatan Cikelet, Garut terbagi menjadi tiga kelompok musim dalam setahun, yaitu musim timur, musim barat, dan musim peralihan. Musim barat terjadi pada bulan November-Februari, sedangkan musim timur terjadi pada bulan Juli-Agustus. Musim peralihan terjadi antara pergantian musim barat ke musim timur atau sebaliknya yaitu bulan Maret-Juni dan bulan September -Oktober. 2.5 Unit Penangkapan Ikan Kapal Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, definisi kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal perikanan berdasarkan fungsinya meliputi: 1) Kapal penangkap ikan, 2) Kapal pengangkut ikan, 3) Kapal pengolah ikan, 4) Kapal latih perikanan, 5) Kapal penelitian/eksplorasi perikanan, 6) Kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan.

19 2.5.2 Nelayan Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004). Statistik perikanan tangkap Indonesia vide Pane (2008) menyatakan bahwa, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan kedalam perahu/kapal, tidak dimasukkan sebagai nelayan. Ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap dimasukkan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan. Khusus untuk kelompok nelayan perikanan laut dan perairan umum, statistik perikanan tangkap Indonesia mengklasifikasikan berdasarkan curahan waktu kerjanya kedalam tiga kategori, yaitu: (DKP, 2007) 1) Nelayan Penuh; yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. 2) Nelayan sambilan utama; yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk kegiatan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air dan masih dapat mempunyai pekerjaan lain. 3) Nelayan sambilan tambahan; yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan Alat penangkap ikan Alat penangkapan ikan adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004). Alat penangkap ikan menurut Statistik Perikanan Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok alat tangkap, yaitu:

20 Tabel 1 Jenis alat tangkap berdasarkan statistik perikanan Indonesia Jenis Alat Penangkap Ikan (Type of Fishing Gear) Pukat Tarik Pukat tarik udang ganda - Double rigs shrimp trawl Trawl Pukat tarik udang tunggal - Stren shrimp trawl Pukat tarik berbingkai - Beam Trawl Pukat tarik ikan - Fish net Pukat Kantong Payang (temasuk Lampara) - Pelagic danish seine Seine Net Dogol (tmsk. Lampara dsr, Cantrang, - Demersal Danish seine Jrg arad) Pukat pantai - Beach seine Pukat Cincin - Purse seine Jaring Insang Jaring insang hanyut - Drift gill nets Gill Net Jaring lingkar - Encircling gill nets Jaring klitik - Shrimp entangling gill nets Jaring insang tetap - Set gill nets Jaring tiga lapis - Trammel nets Jaring Angkat Bagan perahu/rakit - Boat/raft lift nets Lift Net Bagan tancap - Stationary lift net Serok dan songko - Scoop nets Anco - Shore lift net Jaring angkat lainnya - Other lift nets Pancing Rawai tuna - Tuna long line Hook and Lines Rawai hanyut lain selain rawai tuna Rawai tetap - Other drift long line - Set long line Rawai dasar tetap - Set Bottom long line Huhate - Skipjack pole and line Pancing Tonda - Troll line Pancing ulur - Hand lines Pancing tegak - Vertical lines (incld. Vertical long line) Pancing cumi - Squid jigger Pancing yang lain - Other lines Perangkap Sero (termasuk Kelong) - Guiding barriers Traps Jermal - Stow nets Bubu (termasuk Bubu ambai) - Portable traps Perangkap lainnya - Other traps Alat Alat pengumpul rumput laut - Sea weed collectors Pengumpul dan Alat penangkap kerang - Shell fish gears Penangkap Alat penangkap teripang (ladung) - Sea cucumber gears Collectors and Alat penangkap kepiting - Crab gears Gears Lain-lain Muroami - Muroami Others Jala tebar - Cast nets Garpu dan tombak - Harpoon, etc. Sumber: DKP, Hasil Tangkapan Hasil tangkapan adalah spesies ikan maupun binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Jenis sumberdaya ikan yang diperbolehkan ditangkap di kawasan konservasi laut dalam perspektif hukum nasional adalah semua jenis ikan yang tidak dilarang dan tidak terancam punah

21 serta usaha penangkapannya tidak menyebabkan kerusakan. Namun jenis ini bisa berbeda untuk setiap kawasan konservasi laut, tergantung dari fungsi kawasan, daya dukung dan pola pengembangan kawasan (Murdiyanto, 2006). Hasil tangkapan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah hasil tangkapan yang menjadi target utama nelayan. Hasil tangkapan sampingan menurut Hall (1999) dapat dibedakan lagi menjadi dua kategori, yaitu: 1) Spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch), merupakan hasil tangkapan yang sekali-kali tertangkap dan bukan merupakan spesies target dari unit penangkapan, namun masih dapat dimanfaatkan oleh nelayan. 2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), merupakan bagian dari hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan ekonomis (ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah) atau spesies ikan yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi. Saila (1983) vide Anonymous (1992), menyatakan bahwa hasil tangkapan sampingan (by-catch) merupakan total dari spesies yang bukan merupakan tujuan penangkapan (incidental catch) ditambah dengan hasil tangkapan yang dikembalikan ke laut karena tidak memiliki nilai ekonomis (discarded catch). 2.7 Strategi Adaptasi Nelayan Pola-pola pekerjaan sebagai nelayan tidak jarang membatasi aktivitasnya kesektor pekerjaan lain sehingga hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangganya (Muyarto et al vide Kusnadi, 2000). Kemiskinan dan kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat nelayan secara dominan disebabkan oleh dampak kebijakan modernisasi perikanan yang tidak tepat dan tidak seimbang atau akibat dari sisi negatif kebijakan modernisasi perikanan yang ada. Selain disebabkan oleh dampak negatif modernisasi perikanan, kemiskinan dan berbagai tekanan kehidupan yang dihadapi oleh nelayan pun dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain fluktuasi musim ikan, keterbatasan kemampuan teknologi penangkapan, dan konservasi hasil ikan (Kusnadi, 2000).

22 Corner (1988) vide Kusnadi (2000) berpendapat bahwa dikalangan penduduk miskin pedesaan terdapat beberapa pola strategi yang dikembangkan untuk menjaga kelangsungan hidup. 1) Melakukan beraneka ragam pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Pekerjaan-pekerjaan yang tersedia di desa dan dapat merendahkan martabat pun akan tetap diterima, kendatipun upahnya rendah. Ganjaran atau balasan berupa pangan membuat suatu pekerjaan menjadi lebih menarik. 2) Jika kegiatan-kegiatan tersebut masih kurrang memadai, penduduk miskin akan berpaling kepada sistem penunjang yang ada dilingkungannya. 3) Bekerja lebih banyak meskipun lebih sedikit pemasukkan. 4) Memilih alternatif lain jika ketiga alternatif di atas sulit dilakukan dan kemungkinan untuk tetap bertahan hidup di desa sudah sangat kritis. Rumah tangga miskin tersebut harus menghadapi pilihan terakhir agar segera meninggalkan desa dan bermigrasi ke kota. Keputusan ini dipertimbangkan sebelumnya dimana mereka memiliki anggota keluarga lainnya yang telah bekerja di kota untuk mencari pekerjaan dan memperoleh penghasilan. Dengan demikian, rumah tangga miskin dapat menganekaragamkan sumbersumber pendapatannya dari luar desa. Pola strategi adaptasi untuk kelangsungan hidup seperti membatasi aktivitas kesektor pekerjaan lain ataupun berpaling ke sistem penunjang yang lain akan terus berputar sekitar akses sumber daya dan pekerjaan. Dalam perebutan sumber daya ini, kelompok-kelompok miskin tidak hanya bersaing dengan pihak yang kaya dan kuat, tetapi juga diantara mereka sendiri (Kusnadi, 2000). Salah satu strategi adaptasi yang dapat digunakan oleh nelayan Cilauteureun untuk menghadapi ketidakpastian pendapatan dan biaya operasi yang tinggi adalah melakukan diversifikasi (kombinasi) pekerjaan dalam hal ini upaya penangkapan ikan. Kusnadi (2000), menyatakan bahwa dalam masyarakat nelayan modern diversifikasi pekerjaan adalah hal yang lazim dilakukan. Kegiatan menangkap ikan dilakukan secara bergantian dengan pekerjaan lain atau berpindah dari satu jenis penangkapan yang berbeda objek dan karakteristiknya

23 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2008 dan bulan Februari Kegiatan penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai Cilauteureun, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu metode pengumpulan data untuk mendapatkan gambaran yang dapat mewakili keadaan perikanan tangkap di daerah penelitian (representatif). Objek penelitian yang dikaji adalah unit penangkapan ikan di PPP Cilauteureun meliputi nelayan, alat penangkapan ikan yaitu gill net, mini purse seine, pukat pantai, dan pancing, serta hasil tangkapannya. Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling dengan besar sample total adalah 35 responden. Teknik non-probability sampling adalah teknik pengambilan data sampel yang semua objek atau elemen populasinya tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Hasan, 2003). Pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak dan terus menerus dengan berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu seperti pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman responden sehingga diperoleh pengerucutan nilai data yang sama yang dapat mewakili respon nelayan secara keseluruhan. Pengumpulan data primer, selain melalui observasi langsung di lapangan juga melalui kuesioner dan wawancara dengan nelayan, dimana datanya meliputi aspek-aspek pendukung untuk mengetahui dinamika perikanan tangkap yang terjadi di PPP Cilauteureun. Seperti data penggunaan alat penangkap ikan, upaya nelayan sebagai strategi adaptasi penangkapan ikan, produksi hasil tangkapan, serta biaya operasional yang digunakan untuk kegiatan penangkapan. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas Perikanan PPP Cilauteureun, Dinas Perikanan Kabupaten Garut serta lembaga-lembaga terkait lainnya meliputi data produksi selama lima tahun terakhir, jumlah armada penangkapan ikan, jenis alat tangkap, jumlah nelayan, sarana dan prasarana penunjang perikanan serta keadaan

24 umum Kabupaten Garut meliputi letak geografis, topografi, luas wilayah, keadaan iklim, musim dan curah hujan. 3.3 Analisis Data Analisis alat penangkap Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui karakteristik alat penangkap apa saja yang digunakan di PPP Cilauteureun, seperti data ukuran alat penangkap ikan, sasaran penangkapan, jumlah unit yang dibawa dalam satu kali trip, serta data pendukung lainnya mengenai alat penangkap ikan Analisis hasil tangkapan 1) Analisis hasil tangkapan utama Dalam kegiatan ini, identifikasi hasil tangkapan utama dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui nama umum dan nama latin dari jenis ikan hasil tangkapan. Pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi ikan (Saanin, 1968). Setelah dilakukan pengidentifikasian, data tersebut diolah dengan menggunakan software microsoft excel kemudian membandingkan hasil tangkapan yang diperoleh berdasarkan bobotnya (kg). 2) Analisis produktivitas hasil tangkapan (CPUE) Produktivitas hasil tangkapan dihitung dengan menggunakan CPUE. Penghitungan ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang didapat dengan menghitung nilai hasil tangkapan yang diperoleh per upaya penangkapannya (Catch per Unit Effort). Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai CPUE adalah sebagai berikut (Sparre & Vanema, 1999) : catch i CPUE = i = 1,2,...n effort i Keterangan: CPUE = hasil tangkapan per usaha penangkapan dalam musim i (kg/trip) catch i = hasil tangkapan dalam musim i (kg) effort i = usaha penangkapan dalam musim i (trip)

25 3.3.3 Analisis pola usaha nelayan 1) Aktivitas penangkapan Aktivitas penangkapan yang dilakukan per trip penangkapan, dilakukan untuk mengetahui aktivitas nelayan per musim penangkapan ikan. Analisis aktivitas penangkapan yang dilakukan dengan mengamati beberapa kegiatan nelayan Cilauteureun, mulai dari kepemilikkan jumlah alat penangkap, waktu pemakaian alat penangkap, serta pola operasi yang dilakukan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan nelayan di PPP Cilauteureun per waktu/musim penangkapan ikan 2) Biaya operasi penangkapan Analisis biaya operasi bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input kebutuhan operasi keterkaitannya dengan pola usaha sehingga dapat meminimalisir kerugian yang ada dari usaha penangkapan nelayan selama satu bulan. Rumus yang digunakan untuk Analisis biaya operasi penangkapan yang dilakukan per satuan usaha (trip penangkapan) adalah : n TC = cmv. fm n i= 1 v= 1 Keterangan: TC (Total Cost) = biaya pengeluaran total (Rp) cmv = biaya variabel pada bulan m (Rp) fm = usaha penangkapan pada bulan m (Trip) 3) Strategi usaha penangkapan Penggunaan biaya operasi penangkapan serta perolehan hasil tangkapan dari aktivitas penangkapan sangat terkait terhadap pendapatan nelayan. Berdasarkan perubahan pendapatan dari hasil operasi penangkapan yang terjadi akibat beberapa faktor seperti fluktuasi hasil tangkapan maupun biaya operasi penangkapan yang digunakan, maka dapat diketahui strategi pola usaha penangkapan yang terjadi di PPP Cilauteureun sesuai dengan kondisi saat ini. Kondisi tersebut dapat diproyeksikan pada kondisi yang sama beberapa tahun

26 mendatang ataupun dapat diproyeksikan untuk daerah lain sebagai acuan pola strategi adaptasi kelangsungan usaha perikanan tangkap. Gambar 1 Analisis strategi usaha penangkapan. Penentuan strategi adaptasi nelayan Cilauteureun untuk merasionalkan perolehan pendapatan dalam kondisi perikanan saat ini, maka analisis perolehan hasil tangkapan serta penggunaan biaya operasi digunakan sebagai informasi pendukung dalam menentukan pola strategi yang terjadi di PPP Cilauteureun. Pemilihan fluktuasi hasil tangkapan sebagai salah satu faktor pendukung terjadinya pola strategi adaptasi nelayan Cilauteureun sekaligus merupakan faktor pembatas dari penelitian ini selain penggunaan biaya operasi, karena menurut Fauzi (2006) sumberdaya ikan merupakan sumberdaya terbarukan dengan tingkat kompleksitas dan ketidakpastian yang relatif tinggi. Kompleksitas yang tinggi tersebut menyangkut interaksi ekosistem yang melekat pada sumberdaya ikan itu sendiri. Sementara ketidakpastian yang tinggi diakibatkan karena sifat sumberdaya ikan yang fugitive (buruan). Biaya operasional penangkapan ikan yang merupakan biaya tetap bagi nelayan Cilauteureun memegang peranan penting dalam upaya penangkapan ikan. Ketiadaan biaya operasi memberi arti bahwa nelayan tidak dapat melakukan usaha penangkapan atau tidak ada kelangsungan usaha perikanan tangkap.

27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Letak geografi dan topografi Kabupaten Garut secara geografis berada pada posisi 107 o o 7 30 Bujur Timur dan 6 o o Lintang Selatan. Pelabuhan Perikanan Pantai Cilauteureun (PPP Cilauteureun) adalah salah satu Pelabuhan Perikanan dari jumlah total 4 unit PP/TPI yang ada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. PP/TPI tersebut yaitu Cijeruk, Cimarimuara, dan Rancabuaya. Pelabuhan perikanan Cilauteureun terletak di Kecamatan Cikelet Pameungpeuk yaitu daerah pantai selatan pulau Jawa yang berhadapan dengan Samudera Hindia di sisi muara sungai Cilauteureun, Kabupaten Garut. Lokasi PPP Cilauteureun dapat ditempuh dari ibu kota Propinsi Jawa Barat yaitu 154 km, jarak Cilauteureun dari ibu kota Kabupaten Garut selama kurang lebih 2,5 jam melalui jalan darat sejauh 84 Km, sedangkan jarak dari Kota terhadap Cilauteureun yaitu 6 km (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2007). Cilauteureun memiliki batas-batas wilayah yaitu: (BPS dan BPN Kabupaten Garut, 2007) Sebelah Utara : Desa Pamalayan Sebelah Selatan : Pulau Santolo Sebelah Barat : Samudera Hindia Sebelah Timur : Sungai Cilauteureun & LAPPAN Pelabuhan perikanan pantai Cilauteureun yang terletak di muara Sungai Cilauteureun memiliki substrat dasar berlumpur berwarna coklat kekuningkuningan. Bentuk muara yang menyempit dan diapit oleh bukit kecil merupakan kondisi daerah yang aman dari hempasan ombak besar dan angin yang kencang. Daerah ini memiliki sedimentasi yang tinggi karena pelabuhannya berupa muara sungai.

28 4.1.2 Kondisi iklim dan musim penangkapan Iklim di wilayah Kecamatan Cikelet dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup dari dua arah yang dikenal dengan angin Barat dan angin Timur. Musim barat ditandai dengan angin yang bertiup dari arah Barat dengan membawa curah hujan, sedangkan musim timur ditandai dengan angin bertiup dari arah Timur dengan membawa udara kering, sehingga terjadi musim kering. Kecamatan Cikelet memiliki suhu rata-rata pertahun yaitu 32,3ºC, dengan suhu maksimum sebesar 37,5ºC dan suhu minimum sebesar 23,7ºC, sementara curah hujan ratarata pertahun adalah 7,4 mm. Musim penangkapan ikan di wilayah Cilauteureun terbagi menjadi tiga musim yaitu musim paceklik, musim peralihan (liwungan), dan musim panen. Musim paceklik berlangsung antara Desember sampai dengan Maret, musim peralihan (liwungan) terjadi pada bulan April sampai dengan Mei, dan bulan Oktober sampai dengan November. Sedangkan musim panen berlangsung dari bulan Juni sampai dengan bulan September. Sebagian besar nelayan tidak melaut pada musim barat. Nelayan lebih banyak melaut pada musim timur karena kondisi perairan yang tenang. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Garut Sumberdaya ikan Sumberdaya ikan di pantai Kabupaten Garut dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan luas areal penangkapan ± km 2 diestimasi dengan potensi lestari ton. Umumnya ikan yang ditangkap diantaranya mencakup jenis-jenis ikan pelagik seperti tuna, cakalang, tongkol, tengiri, layur, bawal hitam. Beberapa jenis ikan demersal dan krustacea yang umum di tangkap di perairan Cilauteureun adalah kakap, cucut, kerapu, baronang, cumi-cumi, udang dan udang lobster. Selain potensi lestari laut dan pantai di Kabupaten Garut juga terdapat potensi tambak di sepanjang garis pantai yaitu sekitar Ha. Serta terdapat banyak potensi yang terdapat pada ekosistem yang belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ekosistem kelautan terdiri dari: ekosistem estuaria seluas 24 Ha,

29 terumbu karang seluas 525 Ha, padang lamun seluas 75 Ha, dan ekosistem Mangrove seluas 50,9 Ha. (DKP Garut, 2006) Daerah penangkapan ikan (DPI) Daerah penangkapan ikan merupakan lokasi keberadaan ikan di suatu tempat. Penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah salah satu faktor penentu keberhasilan penangkapan ikan. Kecenderungan nelayan pada umumnya dalam penentuan lokasi daerah penangkapan ikan yaitu mencari daerah dengan populasi ikan melimpah dan ukuran yang layak tangkap. Penentuan daerah penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Garut dipengaruhi oleh keberadaan ikan yang menjadi sasaran utama penangkapan serta musim penangkapan yang ada di daerah tersebut. Hal lain yang mempengaruhi penentuan DPI adalah dimensi dari unit penangkapan ikan yang digunakan. Nelayan yang ada di Kabupaten Garut mencari DPI dengan mengandalkan pengalaman mereka serta informasi dari mulut ke mulut antar nelayan pribumi dan tanpa menggunakan alat bantu seperti GPS atau fishfinder. Daerah penangkapan ikan berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada nelayan setempat adalah daerah Perairan Cilauteureun, Cipatujah (Tasikmalaya), Pangandaran (Ciamis), serta wilayah Perairan Palabuhanratu Produksi dan nilai produksi Produksi perikanan di Kabupaten Garut mengalami fluktuasi jumlah maupun nilai produksi. Produksi perikanan terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar kg dengan nilai produksi sebesar Rp ,00. Sedangkan nilai produksi terbesar sebesar Rp ,00 pada tahun 2006 dengan jumlah produksi pertahun sebasar kg. Tabel 2 Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Cilauteureun tahun No Tahun Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp.) , , , , , , , , , ,00 Sumber: PPP Cilauteureun, 2008

30 Produksi perikanan rata-rata di Kecamatan Cikelet sebesar 5% dari produksi perikanan di Kabupaten Garut. Produksi perikanan di PPP Cilauteureun mengalami penurunan dari tahun 2003 sampai tahun Penurunan jumlah maupun nilai produksi tersebut terjadi menjelang peristiwa tsunami di Perairan Selatan Jawa, khususnya di Perairan Cilauteureun, Garut. Penurunan paling besar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 83,923 kg dengan nilai produksi sebesar Rp ,00. Pasca tsunami tahun 2006 terjadi peningkatan produksi, baik jumlah maupun nilai produksi sebesar kg dan nilai produksi Rp ,00; dan pada tahun 2007 terjadi penurunan kembali produksi perikanan sebesar 17,5 %. Penurunan ini diakibatkan oleh beberapa faktor seperti penggunaan rumpon oleh pihak perusahaan perikanan swasta di beberapa tempat di luar perairan Cilauteureun, hal ini mengakibatkan jalur ruaya ikan menjadi terganggu dan akhirnya ikan berkumpul di rumpon dan tidak melewati jalur ruaya ke perairan Cilauteureun. Gambar 2 Perkembangan jumlah produksi hasil tangkapan di PPP Cilauteureun tahun Unit Penangkapan Ikan 1) Kapal Perairan di Selatan Jawa Barat merupakan perairan samudera yang terbuka. Pemanfaatannya sumberdaya ikan pun diperlukan armada perikanan/kapal yang cukup kuat, karena harus melawan arus dan gelombang yang besar.

31 Kapal atau perahu yang ada di PPP Cilauteureun terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kapal motor, kapal motor tempel, dan perahu tanpa motor. Sebagian besar nelayan di Cilauteureun menggunakan kapal jenis kapal motor tempel dengan kekuatan mesin 15 PK dan 40 PK bermerk suzuki dan yamaha. Kapal motor tempel yang digunakan nelayan Cilauteureun terbuat dari bahan fibreglass berkatir dengan panjang kapal berkisar 9-10 meter, lebar kapal 1-1,8 meter, dan draft kapal antara 0,5-0,8 meter. Katir umumnya terbuat dari dua buah bambu yang panjangnya ± 5 meter dan dua buah kayu untuk posisi melebar yang panjangnya ± 1,5 meter. Katir ini berfungsi sebagai penyeimbang agar kapal apabila terhantam gelombang maka kondisi kapal akan tetap stabil. Tabel 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPP Cilauteuren tahun No Jenis Armada Jumlah Armada (Unit) (unit) Kapal Motor (KM) Motor Tempel (MT) Tanpa Motor (TM) Jumlah Sumber: PPP Cilauteureun, 2008 Berdasarkan komposisi armada/kapal perikanan jenis motor tempel dengan ukuran mesin 15 PK dan 40 PK berkontribusi terbesar, yaitu 126 unit pada tahun 2003 menjadi 208 unit pada tahun Sebaliknya perahu layar atau perahu tanpa motor atau perahu jukung cenderung menurun setiap tahunnya. Bila pada tahun 2003 berjumlah 62 unit, berkurang menjadi 36 unit pada tahun Sedangkan untuk kapal motor secara umum telah terjadi penurunan.bila pada tahun 2003 sebanyak 26 unit, pada tahun 2008 tinggal berjumlah 16 unit. Penurunan kapal motor disebabkan mahalnya harga kapal motor bermesin diesel merek yanmar dan biaya perawatan yang lebih tinggi. Disamping itu ukurannya yang besar mengakibatkan kapal motor pada saat air surut tidak dapat mendaratkan hasil tangkapannya. Karena itu nelayan di Cilauteureun lebih memilih menggunakan kapal motor tempel. Harga kapal fibreglass lebih murah

32 selain biaya perawatannya yang juga lebih kecil dibandingkan harga kapal motor bermesin diesel. Gambar 3 Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di PPP Cilauteureun tahun Secara umum jumlah kapal yang beroperasi di Perairan Cilauteureun mulai tahun 2003 hingga tahun 2008 terjadi penurunan. Selain usia teknis, penurunan tersebut juga dikarenakan kerusakan yang dialami sebagian armada akibat peristiwa tsunami yang melanda sebagian besar wilayah perairan di sekitar Pantai Selatan Jawa pada tahun Penurunan paling besar terjadi pada tahun 2006, yaitu 15 unit untuk kapal motor (KM) dan 45 unit untuk kapal tanpa motor (TM). Pasca terjadinya tsunami yang dialami di wilayah tersebut, pihak pemerintah pusat hingga pihak Kabupaten Garut memberikan bantuan berupa armada penangkap ikan sebanyak 40 unit untuk kapal motor dan kapal motor tempel. Bantuan yang diberikan adalah kapal jenis motor tempel, maka peningkatan yang cukup tinggi pada kapal jenis motor tempel dengan kekuatan mesin 15 PK dan 40 PK bermerk suzuki dan yamaha terdapat pada tahun 2006 (PPP Cilauteureun, 2008), sedangkan 5 unit kapal tambahan berjenis kapal motor tempel pada tahun tersebut menurut kepala pelabuhan setempat menyatakan bahwa penambahan tersebut berasal dari pihak nelayan juragan yang membeli kapal.

33 2) Alat tangkap Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, dan pancing. Alat penangkap di Cilauteureun yang termasuk jenis pukat kantong adalah pukat pantai atau jaring arad untuk nama lokalnya. Alat penangkap pukat cincin untuk daerah Cilauteureun atau biasa disebut jaring payang untuk nama lokalnya termasuk kategori mini purse seine. Jaring insang yang dipergunakan di PPP Cilauteureun terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu, drift gill nets dan set gill nets. Kategori set gill nets digunakan untuk menangkap udang lobster dan nelayan Cilauteureun menyebut alat penangkap tersebut dengan nama lokal jaring sirang. Kelompok alat penangkap jenis terakhir yang ada di Cilauteureun menurut pengelompokkan data statistik perikanan Indonesia adalah pancing, dimana alat penangkap jenis pancing terbagi lagi menjadi dua yaitu, pancing rawai dan pancing tonda. Nelayan Cilauteureun pun memiliki pengelompokkan tersendiri untuk alat penangkap ikan yang beroperasi di Cilauteureun, yaitu kelompok jaring dan pancing. Kelompok jaring umumnya merupakan alat penangkap ikan utama dibanding jenis pancing yang hanya digunakan sebagai alat penangkap ikan tambahan hasil tangkapan selama waktu operasi penangkapan ikan. Tabel 4 Jumlah alat tangkap di PPP Cilauteureun tahun No JenisAlat Tangkap Jumlah Alat Tangkap (Unit) PANCING 1 Rawai Tonda Jumlah JARING 3 Gill net Mini Purse seine Sirang Pukat Pantai Jumlah TOTAL Sumber: PPP Cilauteureun, 2008

34 Pada Tabel 4 dapat diketahui penggunaan alat tangkap tonda dari kelompok alat tangkap pancing sangat besar volume penggunaannya. Hal ini dipengaruhi hasil tangkapan di perairan Cilauteureun yang dominan terhadap ikan jenis pelagis terutama tongkol (Auxis thazard) sedangkan untuk kelompok jaring, sirang merupakan alat tangkap jenis jaring yang besar volume penggunaannya dibandingkan jenis alat tangkap jaring yang lain di PPP Cilauteureun. Volume penggunaan yang besar ini, dikarenakan perairan sekitar Cilauteureun juga berpotensi terhadap hasil tangkapan lobster. Volume penangkapan lobster sebenarnya lebih sedikit dibandingkan hasil tangkapan jenis ikan pelagis, namun karena faktor harga lobster yang cukup tinggi menyebabkan para nelayan Cilauteureun lebih dominan memiliki alat tangkap jenis ini. Gambar 4 Proporsi jumlah kepemilikkan alat tangkap jaring dan pancing menurut pengelompokkan nelayan Cilauteureun. Presentase jumlah alat tangkap berdasarkan kelompok alat tangkap jenis jaring dan pancing dapat terlihat jelas pada Gambar 4, dimana proporsi kepemilikkan dan penggunaan alat tangkap kelompok pancing lebih besar yaitu 69% dibanding kepemilikan dan penggunaan kelompok alat tangkap jenis jaring yaitu sebesar 31%. Hal ini disebabkan pada saat mengoperasikan alat tangkap jenis jaring seperti gill net dan mini purse seine, sebagian besar nelayan di PPP Cilauteureun juga membawa alat tangkap jenis pancing baik rawai maupun tonda dengan jumlah 3 sampai dengan 4 unit. Tujuan nelayan tersebut membawa beberapa unit alat penangkap terutama jenis pancing adalah untuk menambah jumlah hasil tangkapan mereka sambil menunggu jaring diangkat.

35 Gambar 5 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Cilauteureun tahun Berdasarkan perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Cilauteureun, secara umum terlihat peningkatan yang secara terus menerus setiap tahunnya mulai tahun 2003 hingga tahun Walaupun pada tahun 2006 daerah sekitar Perairan Selatan Jawa terkena bencana tsunami termasuk di PPP Cilauteureun kecamatan Cikelet, namun bantuan segera dari pihak pemerintah dengan memberikan pelayanan kepada nelayan berupa penggantian dan pemberian beberapa unit penangkapan ikan seperti kapal, mesin kapal, dan alat tangkap, menyebabkan jumlah alat tangkap di PPP Cilauteureun terus meningkat hingga tahun ) Nelayan Nelayan adalah orang yang mata pencariannya melakukan penangkapan ikan. Perkembangan jumlah nelayan di PPP Cilauteureun cenderung meningkat setiap tahunnya pada tahun 2003 sampai tahun 2008 baik nelayan pemilik (juragan) maupun nelayan buruh (pendega). Nelayan pemilik adalah nelayan yang mempunyai kapal atau perahu, dan membiayai operasi penangkapan ikan. Sedangkan nelayan buruh adalah nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan tanpa memperhatikan biaya operasi penangkapan ikan. Perkembangan jumlah nelayan di Cilauteureun dapat dilihat pada Tabel 5.

36 Tabel 5 Jumlah nelayan di PPP Cilauteureun tahun No. Status Jumlah Nelayan Per Tahun (orang) Nelayan Juragan Pendega Jumlah Sumber: PPP Cilauteureun, 2008 Status nelayan kelompok juragan atau nelayan pemilik dari tahun 2003 hingga tahun 2008 terlihat pada Tabel 5 berjumlah 630 orang nelayan, jumlah tersebut 14,4% lebih rendah dibandingkan jumlah nelayan buruh (pendega) yang berjumlah 3740 atau 85,6% dari jumlah total nelayan Cilauteureun yang berjumlah 4370 orang. Gambar 6 Perkembangan jumlah nelayan di PPP Cilauteureun tahun Pada Gambar 6 terlihat perkembangan jumlah nelayan di PPP Cilauteureun mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga tahun Hal ini karena mata pencaharian utama di daerah sekitar Cilauteureun adalah nelayan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka penuhi dengan pergi ke laut. Selain itu, faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah nelayan Cilauteureun setiap tahunnya adalah sulitnya mereka mencari mata pencaharian lain di kota, karena letaknya yang cukup jauh dari pemukiman nelayan.

37 4.3 Sarana dan Prasarana Fasilitas pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang diperlukan oleh suatu Pelabuhan Perikanan. Adapun yang termasuk fasilitas pokok yang terdapat di PPP Cilauteureun antara lain: 1) Areal pelabuhan, berukuran 2,5 hektar yang seluruh pengelolaannya diserahkan kepada pihak pengelola pelabuhan. Areal pelabuhan digunakan untuk kepentingan umum seperti lahan untuk industri perikanan seluas m 2, tempat parkir, dan kantor pelabuhan. Tetapi, sebagian besar areal pelabuhan ini digunakan untuk berdagang dan tempat penginapan bagi para wisatawan. 2) Penahan gelombang (break water), merupakan suatu struktur yang khusus dibangun untuk melindungi pantai atau daerah Pelabuhan Perikanan dari hempasan gelombang. Break water di PPP Cilauteureun berjumlah satu buah dengan panjang 200 m 2 yang terbentuk dari material bebatuan. Break water yang ada di PPP Cilauteureun ini dalam keadaan rusak sebagai imbas dari kejadian tsunami yang melanda Pantai Selatan Jawa pada bulan Juli 2006 sehingga dibutuhkan perbaikan kembali. 3) Dermaga, adalah suatu struktur yang dibangun untuk tempat membongkar hasil muatan dan mengisi kembali muatan atau perbekalan. Dermaga di PPP Cilauteureun tergolong dermaga tipe Quay, yaitu bentuk dermaga yang terletak sejajar dengan garis pantai. Dermaga sepanjang 40 meter dengan jarak dari TPI sekitar 50 meter ini masih berfungsi baik. 4) Kolam pelabuhan, alur pelayaran dan mulut pelabuhan adalah fasilitas yang diperlukan dalam pelayaran untuk memberikan kemudahan dan keamanan bagi kapal di dalam pelayarannya, serta untuk berlabuh/bersandar kapal. 5) Kolam Pelabuhan di PPP Cilauteureun ada dua, yaitu kolam pelabuhan di muara sungai Cilauteureun dengan luas 100 m 2 berkapasitas tambat labuh 25 kapal motor tempel berukuran 1-2 GT per hari, serta kolam pelabuhan Santolo seluas 300 m 2 yang berkapasitas tambat labuh 10 kapal motor berukuran 14 GT per hari. Kolam pelabuhan Santolo digunakan untuk bongkar muat, dan tambat labuh kapal jika terjadi pendangkalan muara Cilauteureun.

38 Pendangkalan di muara Cilauteureun menyebabkan permukaan air laut menjadi surut, sehingga pengangkutan hasil tangkapan pun harus menggunakan kapal kecil atau perahu tanpa motor. 6) Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16.MEN/2006 mengenai standar klasifikasi kolam pelabuhan, luas kolam tersebut belum dapat diklasifikasikan sebagai Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP). Oleh karena itu diperlukan penambahan luas dan kedalaman kolam, sehingga kapal dapat berlabuh walaupun dalam keadaan surut, serta hasil tangkapan cepat didaratkan di pelabuhan dan ikan pun dapat cepat memperoleh penanganan. 7) Reveatment; berfungsi sebagai penahan pasir agar tidak jatuh ke kolam pelabuhan. Reveatment di PPP Cilauteureun mempunyai panjang sebesar 247 m 2 yang saat ini masih dalam keadaan rusak akibat Tsunami tahun ) Jalan; adalah sarana jalan baik yang masuk maupun keluar dari wilayah PPP Cilauteureun Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok dengan cara memberikan pelayanan yang diperlukan disuatu Pelabuhan Perikanan. Adapun yang termasuk fasilitas fungsional di PPP Cilauteureun adalah: 1) Gedung pelelangan ikan; memiliki peranan dalam penyortiran, pelelangan, dan pengepakan serta administrasinya.luas gedung TPI di PPP Cilauteureun yaitu 160 m 2. Gedung ini belum termanfaatkan dengan baik sebagaimana fungsinya untuk menjalankan aktivitas pelelangan, penyortiran, dan pengepakan, tetapi hanya digunakan untuk proses penimbangan saja. 2) Kantor pelabuhan, luas kantor UPTD pelabuhan yaitu 54 m 2 dengan fasilitas yang tersedia yaitu mesin tik, meja kayu sebanyak dua buah dan 4 buah kursi kayu. Kondisi fasilitas yang ada seharusnya direnovasi, sehingga diharapkan aktivitas pemerintahan dapat berjalan dengan lancar. 3) Gedung pertemuan nelayan, dengan luas 64 m 2 dalam kondisi rusak sehingga belum teroptimalkan dengan baik pemanfaatannya.

39 4) Instalasi bahan bakar, tempat pengisian BBM ini dibangun pada tahun 2005 dengan ukuran 9 m 2 tetapi pemanfaatannya belum optimal. Nelayan memenuhi kebutuhan bahan bakar melaut mereka dengan membeli BBM di luar wilayah pelabuhan yang berjarak cukup jauh. Sehingga untuk mengantisipasi kekurangan bahan bakar, biasanya para nelayan membeli bahan bakar cadangan agar tidak perlu repot bolak-balik menuju tempat pengisian BBM. 5) MCK, dengan luas bangunan 9 m 2 dan dengan kondisi tidak terawat mengakibatkan pemanfaatannya pun tidak optimal sebagaimana fungsinya. 6) Bengkel, dengan luas gedung 87 m 2 dan kondisinya masih termanfaatkan sebagaimana fungsi bengkel yang menyediakan kebutuhan kapal nelayan serta tempat perbaikan kapal yang rusak dan mesin kapal yang rusak. Tetapi karena letaknya yang jauh (± 2 km dari wilayah pelabuhan) menyebabkan nelayan harus mengeluarkan ongkos lebih untuk membawa ataupun memperbaiki bagian-bagian dari kapalnya. 7) Pagar keliling, pagar ini berfungsi untuk membatasi wilayah pelabuhan dengan wilayah lainnya, sehingga terlihat jelas perbedaan antara pelabuhan dengan tempat pemukiman penduduk. Tetapi pagar keliling dengan luas ± 600 m 2 yang ada di PPP Cilauteureun dalam kondisi rusak. 8) Instalasi listrik, aliran listrik yang terdapat di PPP Cilauteureun berasal dari PLN setempat dan keberadaannya sangat membantu kegiatan operasional di PPP Cilauteureun terutama untuk penerangan kompleks, dan penerangan gedung. Hingga saat ini tidak terjadi kekurangan daya listrik yang dapat mengganggu aktivitas operasional di pelabuhan PPP Cilauteureun. 9) Prasarana lainnya seperti Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai Cilauteureun, Kantor SDAP (Sumber Daya Air dan Pertambangan), kantor POL AIR, rumah jaga, lampu suar serta kios-kios sarana produksi Fasilitas penunjang 1) Mesjid; dengan luas bangunan 225 m 2 dan masih dalam kondisi baik, berfungsi sebagai tempat beribadah bagi para nelayan yang umumnya beragama Islam serta para wisatawan yang berkunjung. Selain itu, mesjid di

40 PPP Cilauteureun juga digunakan nelayan sebagai tempat istirahat setelah seharian melakukan aktivitas melaut Lembaga penunjang 1) UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daaerah); UPTD PPP Cilauteureun berfungsi sebagai pelaksana pemerintahan dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab seperti: menyelenggarakan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan dan pengelolaan sarana pokok dan penunjang yang ada di PPP. Tetapi hingga kini, aktivitas yang dilakukkan oleh UPTD tidak berjalan semestinya, hal ini dikarenakan banyaknya hambatan teknis yang dialami diantaranya pihak pengelola pelabuhan tidak menyediakan kebutuhan nelayan sehingga nelayan banyak yang mengeluh dan enggan untuk menaati program kerja yang sudah dibuat oleh pihak pengelola pelabuhan. 2) KUD MINA; sudah lama tidak berfungsi selayaknya sebagai Koperasi, hal ini disebabkan kurangnya koordinasi antara pengurus KUD dengan anggotanya sehingga banyak anggota yang masih memiliki utang pada Koperasi yang semakin lama semakin menumpuk dan akhirnya koperasi mengalami kerugian.

41 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, dan pancing. Alat penangkap di Cilauteureun yang termasuk jenis pukat kantong adalah pukat pantai atau jaring arad untuk nama lokalnya. Alat penangkap pukat cincin untuk daerah Cilauteureun atau biasa disebut jaring payang untuk nama lokalnya termasuk kategori mini purse seine. Jaring insang yang dipergunakan di PPP Cilauteureun terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu, drift gill net dan coral reef gill net. Kategori coral reef gill net digunakan untuk menangkap udang lobster dan nelayan Cilauteureun menyebut alat penangkap tersebut dengan nama lokal jaring sirang. Kelompok alat penangkap jenis terakhir yang ada di Cilauteureun menurut pengelompokkan data statistik perikanan Indonesia adalah pancing, dimana alat penangkap jenis pancing terbagi lagi menjadi dua yaitu pancing rawai dan pancing tonda. Nelayan Cilauteureun pun memiliki pengelompokkan tersendiri untuk alat penangkap ikan yang beroperasi di Cilauteureun, yaitu kelompok jaring dan pancing. Kelompok jaring umumnya merupakan alat penangkap ikan utama dibanding jenis pancing yang hanya digunakan sebagai alat penangkap ikan tambahan hasil tangkapan selama waktu operasi penangkapan ikan. Seperti pukat pantai (jaring arad), gill net, dan mini purse seine merupakan alat tangkap primer/utama saat musim puncak atau musim banyak terdapat ikan serta jaring sirang digunakan untuk menangkap lobster. Alat tangkap yang digunakan nelayan Cilauteureun cenderung memiliki karakteristik yang sama, yang membedakan hanyalah jumlah kepemilikkan nelayan terhadap beberapa jenis alat tangkap. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor modal yang dimiliki nelayan untuk membeli alat penangkapan. Nelayan dengan modal besar dapat membeli alat tangkap lebih dari satu unit baik jumlah maupun jenis unit penangkapan. Sedangkan nelayan dengan modal sedikit hanya mampu membeli alat tangkap sebanyak satu unit dengan jumlah dan jenis yang terbatas.

42 1) Gill net Tabel 6 Spesifikasi unit penangkapan gill net di Cilauteureun. Ukuran jaring Jenis armada yang digunakan Ukuran armada Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan Panjang : m/piece Lebar : m Ukuran mata jaring : 4-5 inci Bahan jaring : Nilon multifilamen Pemberat : batu dan semen (berat = 1-2 kg) Pelampung : plastik (p = 13,5 cm) Kapal motor tempel & kapal motor diesel Panjang (LOA): 9-12 meter Lebar (LB): 1-2,6 meter D: 0,8-1,2 meter Malam hari Cimari, Sancang, Cilauteureun, Cipalebuh, Cipasarangan Tongkol, cakalang, tenggiri, tuna, kuwe, tetengkek, bawal hitam, bawal putih, kakap merah, gulamah, jangilus, layang Menurut letak operasi, gill net yang ada di Cilauteureun termasuk ke dalam kelompok surface drift gill net, yang pengoperasiannya dilakukan secara pasif pada malam hari. Metode pengoperasian gill net dibagi dalam tiga tahap yaitu penurunan jaring (setting), perendaman (drifting), dan penarikan jaring (hauling). Kapal berangkat pada sore hari sekitar jam WIB menuju daerah penangkapan, setelah juru mudi menemukan daerah fishing ground kecepatan kapal dikurangi oleh juru mudi, lalu nelayan lainnya bersiap untuk menurunkan jaring. Penurunan jaring dilakukan di perairan yang diperkirakan akan dilewati ikan dan dilepas untuk beberapa lama sampai ikan menabrak dan terjerat memasuki mata jaring. Tahap setting biasanya dilakukan setelah matahari terbenam dimulai dengan penurunan jaring ditandai dengan penurunan pelampung tanda dan pemberat utama, pelampung, badan jaring, pemberat, kemudian pelampung tanda dan pemberat terakhir. Setelah semua jaring diturunkan, tali selambar yang terhubung dengan tali ris atas diikat pada bagian haluan kapal, lalu mesin dimatikan dan diproses drifting pun dilakukan. Proses drifting umumnya oleh nelayan Cilauteureun dilakukan sekitar 3-6 jam dengan satu kali trip. Setting

43 dilakukan 3-5 kali untuk fishing ground di sekitar perairan Cilauteureun, Santolo, Cimari, Cipalebuh, Cianjur, Karang potong, dan Sancang. Proses penarikan jaring dilakukan setelah proses drifting dalam keadaan mesin masih dimatikan, jaring ditarik oleh nelayan dimulai dengan pemberat dan pelampung tanda, kemudian pelampung lalu badan jaring, dan terakhir pemberat. Hasil tangkapan pun dimasukkan ke dalam boks (berkapasitas 50 kg) atau ke dalam kotak styrofoam berkapasitas 30 kg. Setelah penanganan hasil tangkapan selesai, jaring dirapikan kembali untuk persiapan setting selanjutnya. Pengoperasian satu unit gill net oleh nelayan Cilauteureun tergantung ukuran mesin dan jenis kapal yang digunakan. Umumnya kapal motor tempel ukuran 15 PK membawa piece jaring, kapal motor tempel ukuran 40 PK membawa piece jaring, dan kapal diesel dapat membawa hingga 86 piece jaring. pelampung tali ris atas m # = 4-5 inci badan jaring m pemberat m tali ris bawah Gambar 7 Alat tangkap gill net di PPP Cilauteureun.

44 2) Sirang (coral reef gill net) Tabel 7 Spesifikasi unit penangkapan sirang di Cilauteureun. Ukuran jaring Jenis armada yang digunakan Ukuran armada Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan Panjang : 33-34,5 m/piece Lebar : 1,5-2 meter Ukuran mata jaring : 3,5-5 inci Bahan jaring : PA monofilamen Pemberat : batu dan semen (berat = 0,75-1 kg) Pelampung : plastik (p = 15 cm) Kapal motor tempel Panjang (LOA): 9-12 meter Lebar (LB): 1-2,6 meter D: 0,8-1,2 meter Setiap hari Cimari, Sancang, Cilauteureun, Cipalebuh, Cipasarangan Udang lobster (Panulirus sp) Jaring sirang atau jaring blo on adalah salah satu jenis gill net yang berdasarkan metode pengoperasiannya di daerah Cilauteureun termasuk ke dalam klasifikasi jaring insang dasar (coral reef gill net). Jaring sirang digunakan untuk menangkap udang karang atau disebut juga jaring lobster. Selain untuk menangkap lobster, tidak jarang nelayan Cilauteureun juga menggunakan jaring sirang untuk menangkap ikan seperti ikan layur dengan menggunakan mesh size 2 inci. Jaring sirang termasuk alat tangkap jaring yang hampir 80% dimiliki oleh nelayan di PPP Cilauteureun sebagai alat tangkap sambilan dan sambilan utama. Metode pengoperasian jaring sirang dibagi dalam tiga tahap yaitu penurunan jaring (setting), perendaman (soaking), dan penarikan jaring (hauling). Waktu pengoperasian dapat dilakukan malam hari maupun siang hari, hal itu tergantung nelayan yang mengoperasikannya. Biasanya untuk mengoperasikan jaring sirang, nelayan berangkat dari pelabuhan sekitar jam WIB menuju daerah fishing ground yaitu di daerah perairan karang. Setelah sampai di daerah fishing ground kecepatan kapal dikurangi oleh juru mudi, lalu nelayan lainnya bersiap untuk menurunkan jaring. Penurunan jaring (setting) ditandai dengan penurunan pelampung tanda dan pemberat utama, pelampung, badan jaring, pemberat, kemudian pelampung dan pemberat terakhir. Pelampung tanda yang digunakan nelayan Cilauteureun terbuat dari styrofoam yang pasang pada sebatang bambu yang berukuran panjang ±2-3

45 m. Setelah semua jaring diturunkan, alat penangkap ini pun di tinggalkan (proses soaking). Sementara menunggu proses soaking, nelayan Cilauteureun biasanya melakukan penangkapan dengan menggunakan alat penangkap yang lain seperti gill net, mini purse seine, maupun pancing. Nelayan akan kembali untuk mengangkat atau penarikan jaring sirang ketika hari telah sore namun tidak jarang penarikan jaring sirang ini dilakukan pada keesokan harinya. Proses penarikan jaring dilakukan setelah proses soaking dalam keadaan mesin dimatikan, jaring ditarik oleh nelayan dimulai dengan pemberat dan pelampung tanda, kemudian pelampung lalu badan jaring, dan terakhir pemberat. Penarikan jaring harus dilakukan secara hati-hati karena operasi dilakukan di perairan karang maka jaring akan mudah rusak atau putus. Hasil tangkapan utama adalah udang lobster, yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi di daerah Cilauteureun. Satu kilogram udang lobster jenis Panulirus sp bernilai jual Rp Rp Hasil tangkapan tersebut biasanya dimasukkan ke dalam kotak styrofoam berkapasitas 30 kg. Setelah penanganan hasil tangkapan selesai, jaring pun dirapikan untuk persiapan setting selanjutnya. pelampung m tali ris atas # = 3,5-5 inci badan jaring 1,5-2 m pemberat 33-34,5 m Gambar 8 Alat tangkap jaring sirang di PPP Cilauteureun.

46 3) Mini purse seine Tabel 8 Spesifikasi unit penangkapan mini purse seine di Cilauteureun. Bagian alat tangkap Jenis tali 1. Pelampung 2. Tali ris atas 3. Tali pelampung 4. Tali pemberat 5. Tali ris bawah 6. Tali cincin 7. Tali selambar 8. Tali kolor/pengerut Bagian jaring Kantong Sayap & badan selvedge Jenis kapal yang digunakan Ukuran kapal Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan Keterangan Bahan Bahan : sandal jepit Bahan : polyethilene (Ø=5 mm) Bahan : polyethilene (Ø=10 mm) Bahan : polyethilene (Ø=8 mm) Bahan : polyethilene (Ø=8 mm) Bahan : polyethilene (Ø=10 mm) Bahan : polyethilene (Ø=12 mm) Bahan : polyethilene (Ø=23 mm) Keterangan PE (1,25 inci) PE (1,5-1,75 inci) PA (1,25-2 inci) Kapal motor & kapal motor tempel Panjang (LOA): 9-12 meter Lebar (LB): 1-2,6 meter D: 0,8-1,2 meter Siang hari Cimari, Sancang, Cilauteureun, Cipalebuh, Cipasarangan Tongkol, cakalang, tenggiri, kuwe, bawal putih, bawal hitam, gulamah, jangilus, pari. Mini purse seine atau oleh nelayan setempat disebut payang merupakan alat tangkap yang aktif. Karakteristik purse seine adalah adanya cincin-cincin (ring) yang menggantung pada bagian bawah jaring, yang berfungsi untuk mempermudah penarikan tali kolor (purse line) pada saat pengerucutan jaring. Operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap mini purse seine di Cilauteureun dilakukan pada siang hari dengan cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan terutama ikan pelagis, kemudian bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik purse line. Pengoperasian mini purse seine di Cilauteuren termasuk dalam kategori pengoperasian dengan menggunakan satu kapal (one boat system). Kapal yang digunakan adalah kapal motor tempel dengan kekuatan mesin 40 PK berbahan fibreglass. Tahap pengoperasian mini purse seine yang pertama adalah persiapan nelayan sebelum melaut, seperti pengecekan mesin dan kapal, pengecekan bahan bakar, alat tangkap dan alat bantu serta pengecekan perbekalan. Setelah persiapan

47 selesai, kapal berangkat menuju fishing ground sekitar pukul WIB. Penentuan fishing ground dilakukan oleh juru mudi berdasarkan pengalaman dan informasi dari nelayan lain. Ketika nelayan melihat adanya gerombolan ikan, juru mudi kemudian mengarahkan kapal menuju gerombolan ikan tersebut dan melingkarinya dengan melakukan setting. Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, kemudian sayap, badan jaring dan sayap sehingga melingkari gerombolan ikan. Lama setting sekitar 30 menit, setelah ikan masuk ke dalam jaring maka nelayan menarik tali selambar kemudian tali kolor sampai kedua ujungnya bertemu dan semua cincin naik ke atas kapal. Hauling dilakukan jika semua cincin bersatu dan jaring membentuk seperti mangkuk. Nelayan mini purse seine yang berjumlah 8-20 orang memiliki pembagian tugas masing-masing saat operasi penangkapan. Tugas 8-10 orang menarik jaring ke atas kapal di sebelah kiri dan sebagian lagi bertugas menata kembali alat tangkap. Lama waktu hauling berkisar antara 25 sampai 1 jam tergantung jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil tangkapan kemudian dimasukkan ke dalam blong/drum plastik besar berkapasitas 100 kg. Setelah selesai menangani hasil tangkapan nelayan merapikan kembali jaring untuk persiapan setting selanjutnya.

48 337,5 m Benang D9 selvedge (48,75 X 2) m (22,5 X 2) m (26,25 X 2) m m (22,5 X 2) m (48,75 X 2) m 14 m Ujung Bara Kantong Bara Ujung Tali pengerut # = 1,75 inci #= 1,5 inci # = 1,25 inci # = 1,75 inci # = 1,5 inci 19 m Benang = Benang = 21 m D12 D12 Benang = D9 Benang = D9 Benang = D9 Tali ris bawah Cincin 500 m Gambar 9 Alat tangkap mini purse seine di PPP Cilauteureun.

49 Pada Gambar 9 terlihat bagian-bagian jaring mini purse seine terdiri dari: (1) jaring kantong, bahan nilon D/9, # 1 inci; (2) jaring sayap (bara), bahan nilon D/9, # 1 inci; (3) jaring utama (ujung), bahan nilon D/12, # 1 inci. Pelampung pada bagian kantong menggunakan pelampung yang lebih besar dan lebih rapat penempatannya dari pada pelampung lainnya dengan tujuan agar kuat menahan beban berat hasil tangkapan. Ukuran diameter pelampung besar adalah ± 20 cm berbentuk bola berwarna putih, sedangkan untuk pelampung kecil biasanya menggunakan potongan sendal jepit atau potongan sterofoam. Mini purse seine menggunakan selvedge berbahan PA 1,25-2 inci ukuran benang D/9. 4) Pukat pantai Tabel 9 Spesifikasi unit penangkapan pukat pantai di Cilauteureun. Bagian alat tangkap Bagian jaring Kantong Sayap & badan Jenis kapal yang digunakan Ukuran kapal Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan Keterangan PE (2-3 inci) Panjang : 40 meter # = 13 mm untuk jaring kantong Kapal tanpa motor (congkreng) Panjang (LOA): 6-7 meter Lebar (LB): 0,8 meter D: 0,8 meter Pagi-siang hari Perairan pantai Cilauteureun Ikan-ikan kecil Spesifikasi umum alat tangkap jaring arad yang ada di Cilauteureun yang umumnya memiliki panjang total 40 m terbagi menjadi bagian kantong, badan jaring, sayap atau kaki, dan tali panjang (slambar, hauling line), dimana keseluruhan bahan jaring seluruhnya terbuat dari bahan poliethylen (PE) berwarna hitam atau nilon hitam bagi sebutan nelayan lokal. Bagian kantong berbentuk persegi panjang berukuran panjang ± 80 cm dan lebar ± 60 cm, dengan ukuran mata jaring sekitar 13 mm dan terbuat dari bahan waring. Kantong berfungsi sebagai tempat ikan hasil tangkapan dan pada bagian ujung kantong diikat sebuah tali agar ikan tidak dapat lolos. Bagian sayap atau kaki berfungsi melingkupi ikan

50 yang sudah terperangkap agar masuk ke dalam kantong. Bagian sayap jaring arad terdiri bagian depan yang mempunyai ukuran mata lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan panjang serta jumlah mata yang lebih banyak daripada bagian belakang. Ukuran mata jaring atau mesh size yang digunakan 2 inci sampai dengan ukuran 3 inci. Pengoperasian jaring arad di daerah pantai Cilauteureun dengan menggunakan satu kapal (one boat system) yaitu jenis kapal tanpa motor atau perahu dayung yang berfungsi menarik jaring ke tengah laut. Nelayan yang mengoperasikan berjumlah 4-6 orang, dengan pembagian tugas kerja 4 orang berada dalam perahu dan sisanya menahan salah satu ujung jaring di pantai. Pembagian tugas bagi nelayan yang berada di dalam perahu yaitu: satu orang sebagai tekong, dua orang bertugas membuang jaring, dan satu orang lagi sebagai perenang untuk menghalau ikan ataupun merapikan jaring saat proses setting. Waktu operasi dilakukan pada dini hari pukul WIB hingga siang hari. Tahap setting pukat pantai pertama kali adalah melingkarkan jaring di sekitar pantai Cilauteureun dengan menggunakan kapal tanpa motor atau perahu jukung. Perahu didayung ke arah tengah laut dengan terlebih dulu meninggalkan salah satu ujung tali hela yang dipegangi oleh du orang nelayan yang berada di tepi pantai. Tali hela terus diulur mengikuti jalannya perahu. Setelah sampai di tempat yang dituju, jaring diturunkan yang dimulai dengan salah satu ujung sayap jaring, badan jaring, kantong jaring, kemudian badan jaring serta sayap jaring satu lagi. Selanjutnyaperahu berjalan terus menuju daratan sambil mengulurkan tali hela yang lain, ujung tali hela ini kemudian diberikan kepada nelayan yang telah siap menerima di pantai. Nelayan yang berada di atas kapal akan kembali ke arah laut dan bertugas untuk menggiring ikan agar masuk ke dalam jaring dengan cara memukul-mukulkan dayung ke permukaan air. Penarikan jaring dimulai dengan dibantu oleh beberapanelayan yang berjumlah 3-4 orang, menjelang penarikan jaring kemudian kantong jaring pukat pantai dinaikkan ke daratan dan hasil tangkapan pun dikeluarkan. Hasil tangkapan jaring pukat pantai ini adalah ikan-ikan kecil yang kurang bernilai ekonomis tinggi di daerah Cilauteureun. Ikan-ikan tersebut misalnya, ikan teri, kembung, petek, dan ikan sebelah.

51 Pelampung tanda Pelampung Pemberat Tali hela Kantong Badan jaring Sayap 40 m Gambar 10 Alat tangkap pukat pantai (beach seine) di PPP Cilauteureun. 5) Pancing Tabel 10 Spesifikasi unit penangkapan pancing di Cilauteureun. Bagian alat tangkap Ukuran mata pancing Penggulung tali Jenis tali Panjang tali Jenis umpan Jumlah mata pancing Jenis kapal yang digunakan Ukuran kapal Hasil tangkapan Waktu operasi Daerah penangkapan ikan Keterangan No. 4-5 dan no.8-9 No. 5 & 8. Bahan plastik PA monofilamen ± 50 meter (no.60) Rapala & kain sutra, ikan runcah mata pancing tonda, ±100 mata pancing rawai Kapal motor tempel Panjang (LOA): 9-12 meter Lebar (LB): 1-2,6 meter D: 0,8-1,2 meter Cakalang, tongkol, tenggiri, tuna Siang hari Cimari, Sancang, Cilauteureun, Cipalebuh, Cipasarangan Alat penangkap jenis pancing di daerah Cilauteureun memiliki beberapa jenis yang hampir dimiliki oleh semua nelayan di PPP Cilauteureun. Jenis alat penangkap pancing ini yaitu rawai tegak lurus (vertical long line) dan tonda (troll linre). Pengoperasian unit alat tangkap pancing digunakan setiap saat atau pada saat satu kali trip ke laut dengan menggunakan alat tangkap seperti gillnet, mini purse seine, dan sirang, alat tangkap jenis pancing selalu dibawa dalam kapal oleh

52 nelayan. Tujuannya untuk menambah hasil tangkapan disaat gillnet, mini purse seine, dan sirang tidak beroperasi. Alat tangkap jenis pancing tersebut adalah: 1) Tonda; ukuran mata pancing yang umum digunakan adalah No.4-5 walau terkadang ada juga yang menggunakan ukuran mata pancing no.9, dan menggunakan jenis tali PA monofilament sepanjang ± 50 m. Jenis umpan yang digunakan dalam pengoperasian pancing tonda adalah rapala dan sutra. Rata-rata nelayan membawa satu unit pancing tonda sebanyak mata pancing. Daerah pengoperasian: Cimari, Sancang, Cilauteueun, Cipalebuh, Cipasarangan. Kili-kili Mata pancing Gambar 11 Alat tangkap pancing tonda di PPP Cilauteureun. 2) Rawai; nelayan Cilauteureun dalam satu kali trip umumnya membawa 2-4 set pancing dengan satu set pancing berjumlah hingga ±100 buah mata pancing. Ukuran mata pancing yang digunakan tergantung sasaran ikan yang akan di tangkap. Seperti rawai layur, nelayan banyak menggunakan mata pancing no.8. Kili-kili Mata pancing 1 1,5 m Umpan Gambar 12 Alat tangkap pancing rawai tegak lurus (vertical long line) di PPP Cilauteureun.

53 5.1.2 Hasil tangkapan 1) Komposisi hasil tangkapan Hasil tangkapan di Perairan Cilauteureun diperoleh empat jenis ikan yang lebih mendominasi dibandingkan hasil tangkapan jenis ikan lainnya seperti cumicumi, sontong, tengiri, cucut, kacangan dan lain-lain. Keempat hasil tangkapan utama ini adalah tongkol (Auxis thazard) sebesar 83,3%, layur (Trichurus savala) sebesar 15%, kerapu (Epinephelus bantoides) sebesar 0,7%, lobster (Panulirus sp) sebesar 0,6% dan hasil tangkapan lainnya sebesar 0,4%. Gambar 13 Persentase hasil tangkapan di PPP Cilauteureun.

54 Tabel 11 Komposisi hasil tangkapan di PPP Cilauteureun tahun Bulan KM : kapal motor diesel MT : kapal motor tempel TM : kapal tanpa motor Hasil Tangkapan Utama (Kg) Jumlah HT Armada Penangkapan (% per unit) Jumlah Armada Tongkol Layur Lobster Kerapu Lainnya KM MT KM MT KM MT KM MT KM MT KM MT TM Januari ,3 16,7 12 Februari ,6 18,2 18,2 11 Maret ,6 50,0 21,4 14 April ,3 82,6 13,0 23 Mei ,9 88,7 2,4 124 Juni ,8 78,1 3,1 96 Juli , ,5 18,8 78,7 2,5 122 Agustus ,5 78,6 3,9 126 September ,2 60,6 15,2 33 Oktober ,6 78,6 17,8 28 November , ,5 5,0 70,0 25,0 20 Desember ,7 33,3 50,0 6 Jumlah Total % 83,3 15,0 0,6 0,7 0, Keterangan:

55 Tabel 11, menerangkan produksi hasil tangkapan per armada penangkapan di PPP Cilauteureun terhadap spesies hasil tangkapan beserta jumlah armada penangkapan yang digunakan per bulan pada tahun Pada bulan januari jumlah total hasil tangkapan utama sebesar kg selama satu bulan. Jumlah armada yang digunakan 83,3 % menggunakan armada jenis kapal motor tempel dan 16,7 % pada bulan Januari menggunakan armada penangkapan jenis kapal tanpa mesin yang khusus digunakan untuk unit alat penangkap pukat pantai. Pada Tabel juga dapat dilihat produksi terbesar pada tahun 2008 adalah ikan tongkol (Auxis thazard) yaitu kg, kemudian dilanjutkan dengan jumlah produksi ikan layur (Trichurus savala) sebesar kg, kg untuk ikan kerapu (Epinephelus bantoides), 947 kg untuk produksi hasil tangkapan lobster (Panulirus sp) dan untuk perolehan hasil tangkapan lainnya adalah 680 kg atau 0,4% dari total hasil tangkapan di PPP Cilauteureun pada tahun Lobster menjadi salah satu komoditi utama di PPP Cilauteureun karena nilai produksinya yang tinggi walaupun jumlahnya lebih kecil dibandingkan ikan hasil tangkapan utama lainnya. 2) Produktivitas hasil tangkapan di PPP Cilauteureun Perolehan hasil tangkapan yang fluktuatif hingga saat ini di daerah Cilauteureun, secara tidak langsung berdampak ke pola usaha penangkapan yang diupayakan nelayan Cilauteureun. Pengembangan beberapa usaha penangkapan yang merupakan kombinasi dari beberapa alat tangkap yang ada di Cilauteureun menjadi salah satu solusi untuk merasionalkan pendapatan nelayan di PPP Cilauteureun. Terbentuknya pola usaha penangkapan tersebut tidak dapat dipastikan waktunya, tetapi sejalannya waktu pola itu pun melembaga dan menjadi kebiasaan nelayan di Cilauteureun. Usaha penangkapan ikan di PPP Cilauteureun ada beberapa jenis yaitu usaha penangkapan pukat pantai (jaring arad), mini purse seine, gill net, dan jaring sirang. Keempat jenis usaha penangkapan tersebut memiliki produktivitas masing-masing terhadap hasil tangkapan (catch) per upaya penangkapan (effort), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

56 Tabel 12 Produktivitas rata-rata hasil tangkapan per usaha penangkapan di PPP Cilauteureun. No. Usaha Produktivitas penangkapan (kg/trip) 1 Jaring arad Mini purse seine Gill net Sirang Gambar 14 Produktivitas rata-rata hasil tangkapan per usaha penangkapan di PPP Cilauteureun. Pada Gambar 14 terlihat produktivitas rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan dari masing-masing usaha penangkapan yang ada di PPP Cilauteureun. Usaha penangkapan mini purse seine memiliki produktivitas tertinggi yaitu 306,69 kg/trip. Produktivitas tertinggi kedua adalah usaha penangkapan gill net yaitu sebesar 223,40 kg/trip, selanjutnya produktivitas terkecil terdapat pada usaha penangkapan jaring sirang yaitu sebesar 103,33 kg/trip. Produktivitas terkecil pada usaha penangkapan jaring sirang dipengaruhi jumlah produksi hasil tangkapannya yaitu lobster yang juga kecil di perairan Cilauteureun. Tetapi karena nilai produksinya atau harga jualnya yang tinggi yaitu Rp , ,00 per kilogramnya sehingga alat tangkap ini masih tetap menjadi salah satu usaha penagkapan pilihan oleh nelayan di PPP Cilauteureun.

57 5.1.3 Pola usaha nelayan di PPP Cilauteureun Kelima jenis alat tangkap (gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang, dan pancing) secara umum dimiliki nelayan Cilauteureun. Nelayan biasanya mempunyai lebih dari dua alat penangkap ikan yang digunakan secara kombinasi antar penggunaan jenis alat tangkap. Hal ini dilakukan sebagai pola usaha nelayan dalam menambah jumlah pendapatan. Kombinasi alat penangkap ikan itu tergantung pada modal kepemilikan untuk membeli beberapa alat tangkap. Pengelompokan nelayan atas kepemilikan alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Pola usaha nelayan Cilauteureun berdasarkan kepemilikkan alat tangkap. Alat Penangkap Ikan (API) Mini purse Pukat Gill net Sirang Pancing seine pantai 1-4 Kelompok Nelayan Jumlah API Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa kelompok nelayan 1 (satu) memiliki modal yang tinggi sehingga dapat membeli empat jenis alat tangkap yaitu gill net, mini purse seine, sirang, dan alat tangkap jenis pancing. Kelompok 2 (dua), 4 (empat) dan 6 (enam) dibutuhkan modal yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok nelayan 1 (satu). Pada kelompok tersebut hanya dapat memiliki tiga jenis alat tangkap kombinasi antara gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang, dan Pancing. Kombinasi kepemilikan alat tangkap tersebut adalah: 1) gill net, sirang, pancing; 2) mini purse seine, sirang, pancing; serta 3) pukat pantai, sirang, pancing. Sedangkan kelompok kepemilikkan yang terakhir adalah nelayan dengan dua jenis alat tangkap, yang ditandai pada kelompok

58 nelayan 3 (tiga), 5 (lima) dan 7 (tujuh) dengan kombinasi alat tangkap yaitu: 1) gill net, pancing; 2) mini purse seine, pancing; 3) sirang, pancing. 1) Aktivitas penangkapan di PPP Cilauteureun (a) Pola pengoperasian Berdasarkan hasil pengamatan, pola pengoperasian alat tangkap di PPP Cilauteureun dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pola pengoperasian alat tangkap tunggal dan pola pengoperasian alat tangkap kombinasi. Pola pengoperasian alat tangkap tunggal dapat dikelompokkan lagi berdasarkan musim penangkapan menjadi non insidental dan insidental. Pola pengoperasian alat tangkap ketegori tunggal non insidental adalah pola pengoperasian yang dalam satu kali trip pengoperasian, API tersebut teratur digunakan sehari-hari dan tidak terpengaruh musim penangkapan, dan kategori pola pengoperasian tunggal insidental yaitu dalam satu kali trip pengoperasian API tersebut digunakan pada waktu-waktu tertentu berdasarkan musim penangkapan. Pola pengoperasian jenis kedua adalah pola pengoperasian kombinasi, maksudnya dalam satu kali trip pengoperasian, alat penangkap tersebut dapat digunakan secara bergantian/kombinasi dengan alat penangkap ikan yang lain. Tabel 14 Pengelompokan alat tangkap di Cilauteureun berdasarkan pola pengoperasian. Pola pengoperasian Gill net Alat Penangkap Ikan (API) Mini purse seine Pukat pantai Sirang Pancing Tunggal Non insidental - - Insidental Kombinasi - Pada Tabel 14, alat tangkap gill net dan mini purse seine termasuk ke dalam pola pengoperasian tunggal insidental dan kombinasi, yaitu pola pengoperasian dimana dalam satu kali trip pengoperasian, API tersebut digunakan pada waktu-

59 waktu tertentu berdasarkan musim penangkapan dan digunakan secara bergantian/kombinasi dengan alat penangkap ikan yang lain. Sirang dan pancing termasuk ke dalam jenis alat tangkap dengan pola pengoperasian tunggal non insidental dan kombinasi, yaitu pola pengoperasian alat penangkap ikan dalam satu kali trip operasi penangkapan alat penangkap digunakan sehari-hari tanpa dipengaruhi oleh musim penangkapan serta penggunaannya juga dapat dikombinasikan dengan alat penangkap ikan lainnya yang juga di bawa oleh nelayan. Biasanya oleh nelayan Cilauteureun, alat tangkap dengan jenis sirang dan pancing ini digunakan secara kombinasi dengan alat tangkap seperti gill net dan mini purse seine dalam satu kali tripnya. Berbeda dengan jenis alat tangkap lainnya yang ada di PPP Cilauteureun seperti jaring arad atau Pukat Pantai. Alat tangkap tersebut termasuk ke dalam kelompok pola pengoperasian tunggal non insidental saja, artinya alat tangkap jenis ini digunakan sehari-hari tanpa kombinasi operasi penangkapan dalam satu kali tripnya. (b) Waktu pengoperasian Waktu penggunaan masing-masing alat tangkap di Cilauteuren berbedabeda tergantung kebutuhan operasi penangkapan. Pembagian waktu pengoperasian alat tangkap tersebut ada tiga yang didasarkan atas penggunaan API (Alat Penangkap Ikan) per bulan selama satu tahun. Pembagian waktu tersebut yaitu penggunaan API mayor ( ), penggunaan API minor ( ), dan API yang tidak digunakan ( ). Yang dimaksud penggunaan API mayor ( ) adalah waktu penggunaan API yang lebih dari 20 hari waktu operasi ke laut dan penggunaan API minor ( ) adalah waktu penggunaan alat tangkap yang dapat dikombinasikan antar alat tangkap yang ada di Cilauteureun. Tanda ( ) adalah simbol dimana pada bulan-bulan tertentu alat penangkap tersebut tidak digunakan sama sekali. Waktu pengoperasian masing-masing alat penangkap ikan di Cilauteureun dapat dilihat pada Tabel 15.

60 Tabel 15 Pengelompokan alat tangkap di Cilauteureun berdasarkan waktu pengoperasian. Alat Penangkap Ikan (API) Waktu Pengoperasian API (Bulan) Gill net Mini purse seine Keterangan: Pukat pantai Sirang Pancing : penggunaan API mayor (waktu penggunaan dalam satu bulan 20 hari) : penggunaan API kombinasi (waktu penggunaan dalam satu bulan < 20 hari) : API tidak digunakan pada bulan tersebut Seperti pada Tabel 15, alat tangkap gill net dan mini purse seine lebih banyak digunakan hampir sebulan penuh atau lebih dari 20 hari terlihat pada bulan Juli, Agustus, dan bulan September. Waktu pengoperasian sirang lebih banyak digunakan dalam satu bulan penuh yaitu pada bulan Januari, November, dan Desember. Pada bulan Januari, November, dan Desember inilah biasa oleh nelayan Cilauteureun disebut dengan musim liwungan atau musim peralihan antara musim panen dan musim paceklik ikan. Berbeda dengan alat tangkap lainnya di Cilauteureun, alat tangkap jenis pancing tidak terlalu terlihat dominansi penggunaannya dalam satu bulan, hal ini karena pancing termasuk alat tangkap kombinasi yang pengoperasian hanya sebagai selingan untuk menambah pendapatan nelayan Cilauteureun. (c) Pengoperasian alat penangkap ikan kombinasi Berdasarkan pola pengoperasian alat penangkap ikan kombinasi yang ada di Cilauteureun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tidak teratur dan teratur. Pola pengoperasian kombinasi tidak teratur adalah pola pengoperasian alat tangkap yang penggunaannya tidak menjadi prioritas utama tetapi hanya sebagai penambah jumlah hasil tangkapan, sehingga waktu pengoperasiannya setelah alat tangkap utama dioperasikan ketika hasil tangkapannya sedikit. Alat tangkap yang

61 termasuk pola pengoperasiannya kombinasi teratur yaitu pola pengoperasian per trip dari alat tangkap tersebut digunakan secara berurut atau lebih diutamakan penggunaanya. Tabel 16 Pola pengoperasian alat tangkap kombinasi di Cilauteureun berdasarkan waktu operasional per trip. Pola pengoperasian Gillnet Mini purse seine Alat Penangkap Ikan Pukat pantai Sirang Pancing Tidak teratur Teratur - - Diketahui pada Tabel 16, bahwa alat tangkap gill net, mini purse seine, dan sirang termasuk ke dalam kelompok pengoperasian kombinasi teratur. Maksudnya pola pengoperasian per trip dari alat tangkap tersebut digunakan secara berurut atau lebih diutamakan penggunaanya dibanding dengan alat tangkap sekunder yang juga dibawa selama operasi ke laut. Alat tangkap sekunder tersebut umumnya adalah jenis alat tangkap pancing yang pola pengoperasiannya termasuk kombinasi tidak teratur, sehingga penggunaannya tidak menjadi prioritas utama tetapi hanya sebagai penambah jumlah hasil tangkapan. 2) Biaya operasional penangkapan ikan per armada/jenis kapal Biaya operasional merupakan biaya yang digunakan oleh nelayan untuk memenuhi kebutuhan per trip pengoperasian penangkapan ikan sehingga mendapatkan hasil yang menguntungkan. Biaya yang digunakan umumnya untuk perbekalan seperti bahan bakar mesin, bahan bakar lampu apabila pengoperasian dilakukan pada malam hari, perbekalan ransum yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan jumlah ABK yang dibawa saat trip pengoperasian, hingga kebutuhan seperti air tawar dan es yang digunakan untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Kebutuhan bahan bakar mengambil proporsi terbesar dari setiap jenis kapal. Baik itu penggunaan bahan bakar solar untuk kebutuhan kapal jenis diesel maupun bahan bakar bensin campur bagi kapal jenis kapal motor tempel. Pembagian volume campuran antara bensin dan oli menggunakan perbandingan

62 4:1. Selain kebutuhan bahan bakar, pelumas merupakan salah satu kebutuhan bagi kapal motor untuk menjaga agar mesin tidak cepat rusak. Penggantian oli biasa dilakukan oleh nelayan pemilik kapal motor di Cilauteureun yaitu dua kali dalam sebulan walau tidak jarang hanya satu kali penggantian oli dalam satu bulan, hal itu tergantung waktu pengoperasian penangkapan dengan menggunakan kapal motor. Rincian penggunaan biaya operasional nelayan berdasarkan armada penangkapan di PPP Cilauteureun dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini: Tabel 17 Biaya operasional total per bulan kapal motor diesel No Jenis biaya Rata-rata Tertinggi Terendah % (Rp) (Rp) (Rp) 1 Bahan bakar solar , , ,00 2 Bahan bakar lampu , , ,00 3 Perbekalan ABK , , ,00 4 Air tawar , , ,00 5 Es balok , , ,00 Biaya pengeluaran total (TC) , , ,00 Pada Tabel 17, menunjukkan komponen biaya yang dibutuhkan bagi seorang nelayan yang menggunakan kapal motor diesel sebagai salah satu unit penangkapan. Umumnya nelayan pemilik kapal motor diesel di Cilauteureun yang menanggung semua biaya operasional penangkapan ikan dalam satu kali tripnya, baik itu kebutuhan bahan bakar, perbekalan ABK, hingga penggunaan es balok ataupun air tawar. Komponen-komponen tersebut meliputi biaya kebutuhan bahan bakar solar sebesar Rp ,00 untuk 700 liter, perbekalan ABK sebesar Rp ,00 untuk orang ABK, penggunaan air tawar untuk memasak ataupun mencuci hasil tangkapan sebesar Rp ,00 untuk 70 balok dimana harga satu balok es ukuran kg seharga Rp ,00. Sehinga penggunaan biaya operasional secara keseluruhan rata-rata per trip dengan menggunakan kapal motor diesel adalah Rp ,00.

63 Tabel 18 Biaya operasional total kapal motor tempel 40 PK No Jenis Biaya Rata-rata (Rp) % Tertinggi (Rp) Terendah (Rp) 1 Bahan bakar bensin , , ,00 2 Bahan bakar lampu , , ,00 3 Perbekalan ABK , , ,00 4 Es balok , , ,00 5 Air tawar 7.500, , ,00 Biaya pengeluaran total (TC) , , ,00 Komponen biaya operasional untuk kapal motor tempel berbeda dengan kebutuhan kapal motor diesel, yang membedakan selain volume penggunaan komponen, juga waktu trip dalam satu bulan penangkapan yaitu 4-5 trip per bulan untuk kapal motor tempel 40 PK. Secara umum komponen biaya operasional yang dikeluarkan meliputi: bahan bakar untuk kebutuhan mesin menggunakan bensin campur dengan perbandingan antara bensin dan oli sebesar 4:1seharga Rp 5.700,00 perliternya dan untuk satu kali trip kapal motor tempel 40 PK menggunakan 250 liter atau seharga Rp ,00. Untuk bahan bakar lampu yang digunakan sebagai penerang saat beroperasi di malam hari menggunakan minyak tanah rata-rata 10 liter atau dalam satu kali trip menggunakan Rp ,00. Perbekalan ABK untuk satu kali trip untuk waktu rata-rata lima hari, umumnya disediakan oleh nelayan pemilik yang juga ikut dalam pengoperasian penangkapan ikan. Biaya yang dibutuhkan untuk perbekalan hingga lima orang ABK sebesar Rp ,00 sehingga untuk satu kali trip dengan menggunakan kapal motor tempel berkekuatan 40 PK membutuhkan rata-rata biaya operasi sebesar Rp ,00. Tabel 19 Biaya operasional total kapal motor tempel 40 PK (sistem nodong) No Jenis Biaya Rata-rata (Rp) % Tertinggi (Rp) Terendah (Rp) 1 Bahan bakar bensin , , ,00 2 Bahan bakar lampu , , ,00 3 Perbekalan ABK , , ,00 Biaya pengeluaran total (TC) , , ,00

64 Biaya operasional pada Tabel 19 menunjukkan kebutuhan biaya operasional menggunakan kapal motor tempel kekuatan 40 PK namun dengan waktu trip satu kali yaitu dengan menggunakan sistem nodong atau sehari atau semalam sehingga dalam satu bulan dapat melakukan 26 kali trip. Berbeda dengan kapal motor diesel dan kapal motor tempel yang melakukan satu kali trip lebih dari sehari, biaya perbekalan bagi ABK kapal dengan sistem nodong ini menanggung sendiri biaya perbekalannya yang umumnya sebesar Rp ,00 untuk tiga orang nelayan atau Rp ,00 per nelayan. Kebutuhan bahan bakar bensin campur sebesar Rp ,00 untuk 80 liter. Sehingga total biaya operasional rata-rata yang digunakan kapal motor tempel (sistem nodong) per trip sebesar Rp ,00. Tabel 20 Biaya operasional total kapal motor tempel 15 PK No Jenis Biaya Rata-rata Tertinggi Terendah % (Rp) (Rp) (Rp) 1 Bahan bakar bensin , , ,00 2 Bahan bakar lampu , , ,00 3 Perbekalan ABK , , ,00 Biaya pengeluaran total (TC) , , ,00 Biaya operasional yang dibutuhkan nelayan dengan menggunakan armada penangkapan ikan jenis kapal motor tempel berkekuatan 15 PK sebesar Rp ,00 untuk setiap kali trip operasi penangkapan, sehingga biaya pengeluaran total satu bulan dengan 26 kali trip sebesar Rp ,00 tanpa biaya perawatan kapal yang sering dikeluarkan setiap satu tahun sekali sebesar Rp ,00. Bahan bakar yang digunakan adalah bensin campur dengan ratarata penggunaan sebanyak 35 liter atau membutuhkan biaya Rp ,00 untuk satu kali trip. Perbekalan mengeluarkan biaya total untuk 2-3 orang sebesar Rp ,00. Tabel 21 Biaya operasional total kapal tanpa motor Rata-rata Tertinggi Terendah No Jenis Biaya (Rp) % (Rp) (Rp) 1 Perbekalan ABK Biaya pengeluaran total (TC)

65 Berbeda dengan armada yang menggunakan alat bantu penggerak berupa mesin diesel maupun mesin motor tempel, kapal congkreng sebutan bagi kapal tanpa motor bagi nelayan Cilauteuren lebih sedikit mengeluarkan biaya untuk satu kali trip operasi penangkapan. Kebutuhan biaya hanya digunakan untuk perbekalan ABK selama operasi per trip penangkapan, yaitu sebesar Rp ,00 untuk 5-6 orang nelayan dan membutuhkan biaya operasional Rp ,00 untuk satu bulan atau 26 kali trip penangkapan ikan. Kapal congkreng dengan alat bantu penggerak dayung ini lebih digunakan untuk pengoperasian alat tangkap pukat pantai atau jaring arad, yang pengoperasiannya hanya di sekitar pantai Cilauteureun. 3) Strategi usaha penangkapan di PPP Cilauteureun Pola-pola pekerjaan sebagai nelayan tidak jarang membatasi aktivitasnya kesektor pekerjaan lain sehingga hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangganya (Muyarto et al vide Kusnadi, 2000). Pola strategi adaptasi untuk kelangsungan hidup seperti membatasi aktivitas kesektor pekerjaan lain ataupun berpaling ke sistem penunjang yang lain akan terus berputar sekitar akses sumber daya dan pekerjaan. Dalam perebutan sumber daya ini, kelompokkelompok miskin tidak hanya bersaing dengan pihak yang kaya dan kuat, tetapi juga diantara mereka sendiri (Kusnadi, 2000). Gambar 15 Strategi usaha penangkapan ikan di PPP Cilauteureun

66 Hal itu pun terjadi dikalangan masyarakat nelayan Cilauteureun, penggunaan biaya operasi yang telah menjadi biaya tetap dalam operasi penangkapan seperti yang terlihat pada sub bab biaya operasional rata-rata (hal ) serta perolehan hasil tangkapan yang tidak dapat dipastikan tiap tripnya. Menyebabkan nelayan Cilauteureun melakukan diversifikasi (mengombinasikan) pekerjaan dalam hal ini upaya penangkapan ikan untuk merasionalkan perolehan pendapatan. Beberapa pola usaha penangkapan terbentuk di PPP Cilauteureun dari hasil pengkombinasian alat tangkap yang ada di Cilautureun. Usaha penangkapan itu antara lain usaha penangkapan jaring gill net, dimana dalam pola usaha penangkapan tersebut terdiri dari beberapa alat tangkap yang beroperasi di Cilauteureun tetapi alat tangkap gill net merupakan alat tangkap utama dari usaha penangkapan tersebut. Upaya penangkapan kombinasi antar alat tangkap yang dilakukan nelayan Cilauteureun tersebut sesuai dengan pernyataan Kusnadi (2000), bahwa dalam masyarakat nelayan modern diversifikasi pekerjaan adalah hal yang lazim dilakukan. Kegiatan menangkap ikan dilakukan secara bergantian dengan alat tangkap yang lain untuk pengoptimalan penggunaan biaya operasi yang digunakan serta perolehan hasil tangkapan yang tidak passti dari setiap operasi penangkapan. 5.2 Pembahasan Alat tangkap yang digunakan nelayan Cilauteureun Kabupaten Garut, Jawa Barat ada lima jenis yaitu gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang, dan pancing. Kelima jenis alat tangkap tersebut terbagi menjadi dua kategori menurut nelayan Cilauteureun yaitu kategori kelompok alat tangkap jaring dan kelompok alat tangkap pancing. Kategori alat tangkap jaring meliputi jenis gill net, mini purse seine, pukat pantai (jaring arad), dan jaring sirang yang juga termasuk dalam coral reef gill net. Alat tangkap kelompok pancing yang digunakan nelayan di PPP Cilauteureun yaitu pancing tonda (troll line) dan pancing rawai tegak lurus (vertical long line). Pada umumnya karakteristik alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Cilauteureun cenderung sama dari setiap jenis alat tangkap yang ada di PPP Cilauteureun, yang membedakan hanyalah jumlah kepemilikkan nelayan

67 terhadap dari beberapa jenis alat tangkap. Nelayan biasanya mempunyai lebih dari dua alat penangkap ikan yang digunakan secara kombinasi antar penggunaan jenis alat tangkap (Tabel 13). Kombinasi pertama meliputi kepemilikkan nelayan atas empat jenis alat tangkap yaitu gill net, mini purse seine, sirang dan pancing. Kombinasi kedua adalah kepemilikan nelayan atas tiga jenis alat tangkap kombinasi antara gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang dan jenis pancing. Kombinasi kepemilikan nelayan atas jenis alat tangkap yang terakhir adalah nelayan dengan jumlah dua jenis alat tangkap, yang dikombinasikan penggunaannya antara gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang dan jenis pancing. Kombinasi alat penangkap ikan ini tergantung pada modal kepemilikan nelayan untuk membeli beberapa alat tangkap tersebut. Pengoperasian alat tangkap di PPP Cilauteureun berdasarkan hasil pengamatan terbagi menjadi dua jenis, yaitu pola pengoperasian alat tangkap tunggal dan pola pengoperasian alat tangkap kombinasi. Pola pengoperasian alat tangkap tunggal dapat dikelompokkan lagi berdasarkan musim penangkapan menjadi non insidental dan insidental. Pola pengoperasian alat tangkap ketegori tunggal non insidental adalah pola pengoperasian yang dalam satu kali trip pengoperasian, API tersebut teratur digunakan sehari-hari dan tidak terpengaruh musim penangkapan. Jenis alat tangkap yang termasuk pola pengoperasian tunggal non insidental adalah pukat pantai, jaring sirang dan pancing. Hal itu karena alat tangkap jaring sirang dan pancing lebih mudah dalam penggunaannya selain ukuran yang kecil dibandingkan alat tangkap jenis gill net, mini purse seine dan pukat pantai, sehingga nelayan Cilauteureun lebih memilih untuk mengoperasikan kedua alat tangkap ini sehari-hari tanpa terpengaruhi musim puncak atau musim terdapat banyak ikan. Alat tangkap pukat pantai termasuk dalam pola pengoperasian tunggal non insidental, karena pengoperasiannya hanya sekitar pantai Cilauteureun yang hingga saat ini cenderung terjadi penurunan hasil tangkapannya. Kategori pola pengoperasian tunggal insidental yaitu dalam satu kali trip pengoperasian API tersebut digunakan pada waktu-waktu tertentu berdasarkan musim penangkapan. Kategori alat tangkap di PPP Cilauteureun yang termasuk dalam pola ini adalah kelompok alat tangkap jaring gill net dan mini purse seine.

68 Hal ini dipengaruhi oleh metode pengoperasian dari kedua alat tangkap tersebut yang termasuk rumit dan membutuhkan sumberdaya nelayan yang cukup banyak serta biaya operasi yang besar, walaupun produktivitas hasil tangkapan (Gambar 14) dari kedua usaha penangkapan gill net dan mini purse seine yang ada di PPP Cilauteureun termasuk tinggi. Pola pengoperasian tunggal insidental ini juga terlihat pada Tabel 14, dimana penggunaan alat tangkap gill net dan mini purse seine adalah mayor atau penggunaan API yang lebih dari 20 hari. Penggunaan kedua alat tangkap mayor tersebut terdapat pada bulan Juni, Juli, dan Agustus yang merupakan musim puncak atau musim terdapat banyak ikan di perairan Cilauteureun, sedangkan pada bulan-bulan lainnya selain musim puncak, gill net dan mini purse seine tidak digunakan sama sekali atau digunakan secara kombinasi dengan alat tangkap yang ada di Cilauteureun. Sedangkan pola jenis pengoperasian kedua adalah pola pengoperasian kombinasi maksudnya dalam satu kali trip pengoperasian, alat penangkap tersebut digunakan secara bergantian/kombinasi dengan alat penangkap ikan yang lain. Jenis alat tangkap yang termasuk dalam pola kombinasi adalah gill net, mini purse seine, sirang, dan pancing. Penggunaan pola kombinasi ini tergantung dari kepemilikan modal nelayan atas jenis maupun jumlah alat tangkap. Pola kombinasi saat satu kali trip dapat terjadi ketika nelayan membawa dua alat tangkap atau lebih pada saat yang sama menuju laut. Sebagai contoh, ketika nelayan dengan dua alat tangkap yaitu mini purse seine dan pancing melakukan operasi penangkapan dengan satu kali trip. Ketika sampai daerah penangkapan ikan mini purse seine pun dioperasikan, tetapi karena hasil tangkapannya sedikit, maka nelayan akan segera mengoperasikan pancing untuk mendapatkan hasil tangkapan tambahan. Alat tangkap gill net, mini purse seine dan pukat pantai di PPP Cilauteureun termasuk jenis alat tangkap utama, artinya dalam usaha penangkapan yang dilakukan nelayan Cilauteureun alat tangkap tersebut lebih diutamakan penggunaannya saat musim puncak atau musim banyak terdapat ikan serta jaring sirang yang digunakan untuk menangkap lobster. Penggunaan alat tangkap ini dulunya, menjadi andalan disetiap operasi penangkapan ikan oleh nelayan

69 Cilauteureun. Seiring berjalannya waktu, ditambah harga kebutuhan operasi yang terus mengalami perubahan yang fluktuatif sejak tahun 1998 menyebabkan nelayan Cilauteureun menentukan strategi adaptasi dengan cara menempuh opsiopsi rasional dan efektif dari sumberdaya yang tersedia (Apriyanto, 2008). Apabila nelayan tetap menggunakan alat tangkap utama ini dalam setiap kegiatan operasi penangkapan, maka kerugian yang harus ditanggung akan lebih besar. Hal ini terkait dengan pola dan metode pengoperasian dari alat tangkap utama, seperti kebutuhan biaya operasi yang tidak sebanding apabila hasil tangkapan minim atau tidak memperoleh hasil tangkapan sama sekali. Sedangkan alat tangkap jenis lain yang juga dimiliki oleh nelayan di PPP Cilauteureun yaitu pancing, penggunaannya secara sekunder yaitu setelah alat tangkap utama seperti gill net dan mini purse seine sudah tidak lagi digunakan atau pada saat alat tangkap utama sedikit hingga tidak mendapatkan hasil tangkapan. Alat tangkap jenis pancing oleh nelayan Cilauteureun hanya digunakan sebagai alat tangkap selingan untuk menambah perolehan hasil tangkapan. Tetapi setelah nelayan menyadari kondisi usaha penangkapan yang sebelumnya tidak membantu penutupi biaya operasi penangkapan serta pendapatan mereka dari hasil tangkapan ikan, maka bentuk adaptasi nelayan yang dilakukan nelayan Cilauteureun antara lain berupaya untuk merasionalkan biaya pengeluaran usaha dengan cara mengkombinasikan penggunaan alat tangkap yang ada di PPP Cilauteureun berdasarkan pola operasinya. Sesuai pula seperti apa yang dikatakan Mulyadi (2007), bahwa tingginya resiko yang dihadapi setiap saat menyebabkan masyarakat nelayan lebih mengutamakan pemerataan resiko. Hal itu juga dipengaruhi karena sektor usaha yang penuh dengan spekulatif, pendapatan yang tidak menentu, dan penuh resiko seperti penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan. Maka umumnya yang terjadi adalah adaptasi terhadap ekosistem lingkungan fisik laut dan lingkungan sosial (Nadjib, 2000). Penggunaan alat tangkap yang dikombinasikan dan keahlian nelayan Cilauteureun dalam menggunakan beberapa alat penangkap ikan ini merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan pendapatan nelayan di luar kebutuhan untuk biaya operasi penangkapan sehari-hari. Hal ini pula yang dijelaskan dalam pernyataan Kusnadi (2000), melakukan diversifikasi (pengombinasian) pekerjaan

70 dalam hal ini upaya penangkapan ikan merupakan strategi adaptasi yang dapat dilakukan oleh nelayan untuk menghadapi ketidakpastian pendapatan dari hasil tangkapan. Ketidakpastian perolehan hasil tangkapan pun telah terlihat sejak beberapa tahun belakangan ini khususnya di perairan Cilauteureun (Gambar 1), dimana perkembangan produksi hasil tangkapan di perairan Cilauteureun terus mengalami fluktuasi hingga tahun Beberapa faktor penyebab fluktuasi hasil tangkapan ini antara lain penggunaan rumpon oleh pihak swasta di beberapa tempat di perairan Samudera Hindia yang bebatasan langsung dengan perairan Cilauteureun. Hal ini menyebabkan jalur ruaya ikan di perairan Cilauteureuun menjadi terganggu karena ikan-ikan yang menjadi sasaran tangkap oleh nelayan Cilauteureun berkumpul di rumpon (Disnakkanla Cikelet, 2008). Penurunan produksi hasil tangkapan secara tidak langsung mempengaruhi biaya operasional penangkapan. Produksi hasil tangkapan nelayan yang menurun maka pendapatan nelayan pun menurun, hal ini terkait pengembalian modal untuk upaya penangkapan keesokan harinya. Kedua hal antara produksi hasil tangkapan yang fluktuatif dan penggunaan biaya operasi yang tetap oleh nelayan Cilauteureun, maka nelayan perlu melakukan adaptasi sebagai langkah strategis untuk memaksimalkan kesempatan hidup (Nadjib, 2000). Pola usaha nelayan Cilauteureun dalam menambah jumlah pendapatan atau perolehan hasil tangkapan dilakukan dengan cara pengkombinasian antara kelima jenis alat tangkap sebagai cara adaptasi nelayan di Cilauteureun. Namun pengkombinasian alat penangkap ikan itu tergantung pada modal kepemilikan nelayan untuk membeli beberapa alat tangkap. Pemilik dengan modal besar dapat memiliki keseluruhan jenis alat tangkap yang dapat beroperasi di PPP Cilauteureun, sehingga perolehan pendapatan akan hasil tangkapan pun akan meningkat dan tertutupi karena dapat terus melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap yang tepat pada saat yang tepat.

71 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1). Alat tangkap yang digunakan nelayan Cilauteureun Kabupaten Garut, Jawa Barat ada lima jenis yaitu gill net, mini purse seine, pukat pantai, sirang, dan pancing. Kelima alat tangkap tersebut digunakan secara kombinasi dalam setiap waktu operasi penangkapan ikan. Nelayan dengan modal besar dapat memiliki keseluruhan jenis alat tangkap dan beberapa jenis armada yang dapat beroperasi di PPP Cilauteureun dengan pengeluaran biaya operasi ratarata per trip adalah Rp ,00 Rp ,00. Penggunaan kombinasi alat tangkap dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan dari usaha penangkapan, karena operasi penangkapan dapat terus dilakukan dengan menggunakan alat tangkap yang tepat pada saat yang tepat serta dapat mengoptimalkan penggunaan biaya operasi penangkapan. 2). Penggunaan alat tangkap dan keahlian nelayan Cilauteureun dalam mengkombinasikan beberapa alat penangkap ikan merupakan salah satu strategi pola usaha dari proses dinamis perikanan tangkap dalam meningkatkan pendapatan sebagai upaya untuk menutupi biaya operasi serta pendapatan akan hasil tangkapan di laut. 6.2 Saran 1). Pengelola PPP Cilauteureun, perlu meninjau kembali kebutuhan perikanan tangkap dari masyarakat nelayan Cilauteureun serta melakukan pengawasan terhadap fasilitas yang telah ada agar dapat berfungsi sebagai mana mestinya. 2). Dinas Perikanan dan Kelautan Kecamatan Cikelet dan Kabupaten, hendaknya meningkatkan perannya dalam pembinaan dan pengawasan pada kegiatan perikanan tangkap. 3). Bagi pengelola pelabuhan di luar daerah Cilauteureun, dapat mengadaptasikan pola strategi yang ada di PPP Cilauteureun sebagai upaya meningkatkan pendapatan nelayan dari perolehan hasil tangkapan.

72 DAFTAR PUSTAKA [Anonim] Estimates Of Global Fishery Bycatch And Discards. (11 Mei 2009). Aprianto A Persepsi Strategi Adaptasi Nelayan Garuk Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak di Pangkalan Pendaratan Ikan Mundu Pesisir Kabupaten Kulon. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Aryadi O Pengendalian Kualitas pada Distribusi Hasil Tangkapan di PPP Cilauteureun Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ayodhyoa AU Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Corner, G Kelangsungan Hidup, Saling Ketergantungan, dan Persaingan di Kalangan Kaum Miskin Filipina. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut Laporan Tahunan Bidang Perikanan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan. Garut. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Statistik Kelautan dan Perikanan Tahun Jakarta: Pusat Data, Statistik, dan Informasi. Fauzi A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hall S The Effects of Fishing on Marine Ecosystems and Communities. London: Blackwell Science Ltd. 274 p. Harteman E Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan Upaya Perlindungannya di Indonesia. Makalah Falsafah Sains. Bogor: Program Pasca Sarjana, IPB. harteman.htm.83k Hasan MI Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: Bumi Aksara Heddy dan Kurniawan Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. Suatu Bahasan Kaidah Ekologi dan Penerapannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Jennings et al Marine Fisheries Ecology. Berlin, Germany: Blackwell Publishing. Krebs CJ Ecological Methodology. New York. USA: Harper and Row.

73 Klust G Bahan Jaring untuk Alat Penangkap Ikan. Semarang: Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI) Semarang (terjemahan). Kusnadi Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press. 244 halaman. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Data Klimatologi Satu Tahun (2008). Garut: Kedeputian Bidang Penelitian Media Dirgantara Stasiun Pengamat Dirgantara. Mailany H Model Sediaan Stokastik Solar Packed Dealer Net di PPP Eretan Wetan, Indramayu. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nadjib MM Pemberdayaan Masyarakat Tertinggal: Sebuah Uji Model Penanganan Kemiskinan. Jakarta. Pusat Ekonomi dan Pembangunan, LIPI. Nonji A Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. Millianty PI Teknologi Pilihan untuk Pemanfaatan Ikan Pelagis di Wilayah Perairan Cilauteureun Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Monintja DR Prosiding Pelatihan Untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor: IPB Press. Hal Mulyadi Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 224 halaman. Murdiyanto B Kumpulan Pemikiran Tentang Teknologi Perikanan Tangkap Yang Bertanggung Jawab. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Naamin N Dinamika Populasi Udang Jerbung (Penaeus merguiensis de Man) di Perairan Arafura dan Alternatif Pengelolaannya. [Disertasi]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, IPB. 281 hal. Pendi Probability or nonprobability??. [terhubung tidak berkala]. [14 April 2009]. Rifai SA Biologi Perikanan 2. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Saanin H Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Bogor: Bina Cipta.

74 Sari FA Karakterisasi Alat Penangkap Ikan Demersal di Perairan Pantai Utara Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Setiawan IF Analisis Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan di PPI Binuangeun Kabupaten Lebak, Banten. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sparre P dan SC Vanema Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Sudirman dan Achmar M Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka Cipta. Tempat Pelelangan Ikan Cilauteureun Data Hasil Tangkapan Lima Tahun Terakhir, Garut: TPI Cilauteureun Cikelet. Usman H dan PS Akbar Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Wiyono ES, S Yamada, E Tanaka, T Arimoto, and T Kitakado Dynamics of Fishing Gear Allocation By Fishers in Small-Scale Coastal Fisheries of Palabuhanratu Bay, Indonesia. Fisheries Research Journal. Tokyo: Blackwell Publishing Ltd. Wiyono ES Pengembangan Teknologi Penangkapan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Ikan. [terhubung tidak berkala]. [9 Agustus 2008]

75 LAMPIRAN

76 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Kecamatan Cikelet

77 Lampiran 2 Fasilitas PPP Cilauteureun (a) Kantor PPP Cilauteureun (b) Kantor kesyahbandaran Cilauteureun (c) TPI Cilauteureun (d) Tempat perbaikan alat tangkap (e) Darmaga utama Cilauteureun

78 Lampiran 2 Lanjutan (f) Kantor pol air PPP Cilauteureun (g) Alat pendeteksi tsunami (h) Pangkalan ojek Cilauteureun

79 Lampiran 3 Unit Penangkapan Ikan (a) Satuunit penangkapan ikan (b) Armada kapal motor diesel (c) Armada kapal motor tempel (d) Armada tanpa motor (e) Alat bantu armada tanpa motor (dayung)

80 Lampiran 3 Lanjutan (f) Mesin kapal motor 15 PK merk Yamaha (g) Mesin kapal motor 40 PK merk Yamaha (h) Tumpukan alat tangkap Gill net di dermaga Cilauteureun (i) Barisan kapal keluar dari dermaga Cilauteureun

81 Lampiran 4 Peta daerah penangkapan ikan Bayan Citeureup Cilacap Cikelet Pangandaran Cidaunt ww.indotravelers.com/garut/peta_garut.ht

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

SURVEI PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DEFINISI & KLASIFIKASI DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

SURVEI PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DEFINISI & KLASIFIKASI DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP SURVEI PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DEFINISI & KLASIFIKASI DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP METODE SURVEI PENGGUNAAN DEFINISI & KLASIFIKASI PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA PELAKSANAAN PENGOLAHAN DATA TINGKAT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi PENGANTAR ILMU PERIKANAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Bumi Yang Biru begitu Kecilnya dibandingkan Matahari Bumi, Planet Biru di antara Planet lain The Blue Planet 72 % Ocean and 28 % Land Laut Dalam Al Qur

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PEMAKAIAN ALAT PENANGKAP DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

Perikanan: Armada & Alat Tangkap Perikanan: Armada & Alat Tangkap Mengenal armada dan alat tangkap sesuai dengan Laporan Statistik Perikanan Kul 03 Tim Pengajar PDP FPIK-UB. pdpfpik@gmail.com 1 Oktober 2013 Andreas, Raja Ampat Perikanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 30 5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 5.1 Kapal-kapal Yang Memanfaatkan PPS Cilacap Kapal-kapal penangkapan ikan yang melakukan pendaratan seperti membongkar muatan

Lebih terperinci

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi ALAT PENANGKAPAN IKAN Riza Rahman Hakim, S.Pi A. Alat Penangkap Ikan Definisi alat penangkap ikan: sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan Pengertian sarana:

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU 4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU 4.1 Provinsi Maluku Dengan diberlakukannya Undang-Undang RI Nomor 46 tahun 1999 tentang pemekaran wilayah Provinsi Maluku menjadi Provinsi Maluku Utara dan Provinsi

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 JUMLAH BIAYA PER HEKTAR USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT, BANDENG, DAN NILA DI ATAS Rp. 5 JUTA JUMLAH BIAYA PER TRIP USAHA PENANGKAPAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMAKAIAN ALAT TANGKAP DAN ATAU ALAT BANTU PENGAMBILAN HASIL LAUT DALAM WILAYAH PERAIRAN KABUPATEN WAKATOBI

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMAKAIAN ALAT TANGKAP DAN ATAU ALAT BANTU PENGAMBILAN HASIL LAUT DALAM WILAYAH PERAIRAN LAUT KABUPATEN MANGGARAI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara 58 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 15 5 34 Lintang Utara dan antara 123 07 127 10 Bujur Timur,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN 4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN 4.1 Kondisi Alat Tangkap dan Armada Penangkapan Ikan merupakan komoditas penting bagi sebagian besar penduduk Asia, termasuk Indonesia karena alasan budaya

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan dengan Malili sebagai ibukota kabupaten. Secara geografis Kabupaten Luwu Timur terletak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Daerah Penelitian 3.2 Jenis dan Sumber Data

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Daerah Penelitian 3.2 Jenis dan Sumber Data 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan, yaitu mulai dari November 2008 hingga Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Jakarta karena kegiatannya terfokus

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dan luas perairan laut 5,8 juta km² (terdiri dari luas laut teritorial 0,3 juta km², luas perairan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7 o 43` 8 o 46`

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 o 57-7 o 25 Lintang Selatan dan 106 o 49-107 o 00 Bujur Timur dan mempunyai

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa potensi sumber daya ikan perlu dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN SUMBERDAYA IKAN DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2011 TENTANG JALUR PENANGKAPAN IKAN DAN PENEMPATAN ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) Alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu; tali (line) dan mata

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kabupaten Indramayu Sebagai Kawasan Perikanan Tangkap 2.1.1. Keadaan Umum Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, dengan letak geografis

Lebih terperinci

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Posisi Geografis dan Kondisi Perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara geografis propinsi Bali terletak pada posisi 8º 03 40-8º 50 48 LS dan 144º 50 48 BT. Luas propinsi Bali meliputi areal daratan sekitar 5.632,66 km² termasuk keseluruhan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) PANCING Alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu; tali (line) dan mata pancing (hook). Sedangkan bahan, ukuran tali

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PELESTARIAN SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PELESTARIAN SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PELESTARIAN SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang : a.

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memilki zona maritim yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 yang terdiri atas perairan kepulauan 2,3 juta km 2, laut teritorial

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003 BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IJIN USAHA PERIKANAN BUPATI JEMBRANA,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Wilayah Sebaran Penangkapan Nelayan Labuan termasuk nelayan kecil yang masih melakukan penangkapan ikan khususnya ikan kuniran dengan cara tradisional dan sangat tergantung pada

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG USAHA PERIKANAN DAN USAHA KELAUTAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkunganya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

4 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP DI SULAWESI SELATAN

4 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP DI SULAWESI SELATAN 4 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP DI SULAWESI SELATAN 4.1 Kondisi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan secara geografis terletak pada posisi 0 0 12 o LS dan 116

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN 2007 2008 Adrian A. Boleu & Darius Arkwright Abstract Small pelagic fishing effort made bythe fishermen in North Halmahera

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Pulau Maratua berada pada gugusan pulau Derawan, terletak di perairan laut Sulawesi atau berada dibagian ujung timur Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 31 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Ciamis 4.1.1 Geografi, Morfologi dan Klimatologi Kabupaten Ciamis terletak di selatan Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2000 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN (Fishing Ground System) DR. Mustaruddin

SISTEM PENGELOLAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN (Fishing Ground System) DR. Mustaruddin SISTEM PENGELOLAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN (Fishing Ground System) DR. Mustaruddin Fishing Ground /Daerah Penangkapan Ikan (DPI) adalah wilayah perairan, di mana alat tangkap dapat dioperasikan secara

Lebih terperinci