TANDUR KULIT OLEH IMAM BUDI PUTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TANDUR KULIT OLEH IMAM BUDI PUTRA"

Transkripsi

1 TANDUR KULIT OLEH IMAM BUDI PUTRA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN 2008

2 TANDUR KULIT PENDAHULUAN Kulit merupakan organ yang penting bagi manusia karena memiliki fungsi antara lain sebagai pelindung terhadap lingkungan di sekitarnya dan mempertahankan suhu tubuh. Komplikasi yang diakibatkan oleh kerusakan dan kehilangan jaringan kulit dapat menimbulkan infeksi bakteri, kehilangan cairan tubuh, protein, energi, serta kerusakan jaringan dibawahnya. l Dalam menangani suatu luka akibat trauma atau penyakit, hasil yang diharapkan adalah dapat mengembalikan integritas anatomi maupun fungsinya. Pada kenyataannya tidak semua luka dapat menutup secara primer, karena kehilangan kulitnya terlalu luas membutuhkan jaringan penutup untuk mengatasinya. Salah satu pilihan untuk menutup luka tersebut adalah dengan melakukan tindakan tandur kulit (skin graft). 1,2 Tandur kulit sudah dilakukan oleh masyarakat Hindu Tilemaker Caste lebih dari tahun yang lampau. Pada saat itu tandur kulit dilakukan untuk rekonstruksi hidung yang rusak akibat amputasi sebagai hukuman bagi para pencuri. Pada abad ke 19 tandur kulit baru diperkenalkan di dunia barat. Selama 100 tahun terakhir, alat dan metode yang digunakan mengalami banyak perubahan dan perbaikan. 3 Pada perkembangan awal terdapat beberapa nama yang berhubungan dengan tandur kulit ini, diantaranya adalah Bunger tahun 1823 melakukan pemindahan kulit kecil dan tipis (epidermic graft) yang diletakkan pada permukaan jaringan granulasi. Lawson (1870), Le fort (1872), dan Wolfe (1875) memperkenalkan Full-Thickness Skin Graft (FTSG), sedangkan Ollier (1872) dan Thiersch (I874) pertama kali melaporkan Split-thickness skin graft (STSG), yang juga selanjutnya mengemukakan dan mengembangkan tentang thin STSG. Tahun 1929

3 Blair dan Brown memperkenalkan Intermediate (medium) STSG Tahun 1939, Padgett melakukan thick STSG dan juga memperkenalkan selanjutnya dermatome. 2,4 Pada bidang bedah kulit terdapat banyak jenis tandur kulit, antara lain FTSG dan STSG yang akan dibahas lebih mendalam definisi, indikasi, kontra indikasi, perawatan, dan Tehnik mengerjakannya, sedangkan pada beberapa tandur kulit lainnya yang sering dilakukan di bagian kulit seperti punch graft, hair-bearing graft, cultured, epidermal graft, minigraft dan suction blister graft akan diuraikan secara ringkas. DEFINISI Tandur kulit secara umum merupakan salah satu tindakan transplantasi yang didefinisikan sebagai tindakan pemisahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit donor yang di pindahkan ke resipien. Supaya hidup di tempat yang baru tersebut, dibutuhkan penyaluran darah baru (revaskularisasi) untuk menjamin kelangsungan hidup kulit yang dipindahkan tersebut. Proses ini dinamakan take. 1,4 Syarat - syarat tandur kulit baik adalah : 1. Vaskularisasi resipien yang baik. 2. Kontak yang akurat antara tandur kulit dengan resipien. 3. Imobilisasi. 2 FASE KETAHANAN HIDUP TANDUR KULIT 1. Imbibisi Fase ini dimulai segera setelah operasi. Pada 8 jam pertama fase ini donor melekat pada resipien melalui bantuan bekuan fibrin. Selama fase ini terjadi 3 hal, yaitu : Penempelan donor ke resipien melalui bekuan tibrin Perpindahan cairan secara pasif (serum dan eritrosit) searah dari kapiler di resipien ke donor, sehingga berat donor bertambah 40% dalam 48 jam

4 pertama. Serum menyediakan nutrisi dan oksigen selama 2 hari pertama pasca tranplantasi. Kulit donor tampak edema dan pucat serta mengalami metabolisme anaerobik yang ditandai dengan penurunan kerja enzim dan penurunan ph Revaskularisasi Fase ini terdiri atas 2 proses, yaitu : Inokulasi : 6 sampai 12 jam setelah tranplantasi, terjadi hubungan langsung antara tandur dengan pembuluh darah pejamu. Neovaskularisasi : pada tahap ini terdapat pertumbuhan pembuluh darah pejamu ke dalam tandur. Dalam waktu 48 jam, endotel kapiler pejamu mencapai taut dermo epidermal tandur dan revaskularisasi lengkap terjadi pada hari ke-4 atau 5. Secara klinis, tandur berwarna merah muda sampai merah ungu. Pada hari ke 4 sampai ke 7, terbentuk pembuluh limfe serta vena, dan edema berkurang. l-5 3. Maturasi Pada hari ke-4 pasca operasi terjadi infiltrasi lapisan oleh fibroblas dan resorbsi bekuan fibrin sehingga tandur melekat erat pada hari ke 9. trpitel bermitosis dengan hebat, sehingga mencapai ketebalan 7 kali lipat. Organisasi dan penyatuan tandur dengan pejamu terjadi pada hari ke 10 sampai 12 pasca operasi. 1-5 JENIS - JENIS TANDUR KULIT Tandur kulit terbagi atas : 1. Autograft yaitu tandur kulit yang berasal dari individu yang sama berasal dari tubuh yang sama). Terdiri dari FTSG, STSG, dermal graft, dan Composite graft. 2. Homografi yaitu bila tandur berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh lain). 3. Hetegraft (Xenograft) yaitu tandur yang berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies. 1-4

5 AUTOGRAFT A. Full-Thickness Skin Graft Disebut juga sebagar Wolfian graft, yaitu tandur yang meliputi epidermis dan seluruh ketebalan dermis. Sering digunakan untuk menutup kelainan di wajah, leher, ketiak, volar manus atau menutup daerah yang diinginkan secara estetik tidak terlalu jelek 2,6-11 Keuntungan : Kecenderungan untuk terjadi kontraksi lebih kecil. Kecenderungan untuk berubah warna lebih kecil. Kecenderungan permujakaan berkilat lebih kecil. Secara estetik lebih baik dari STSG. 2,6,7 Kerugian : Kemungkinan take lebih kecil dibanding STSG. Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas. Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas sehingga tidak dapat ditutup primer. Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu seperti : inguinal, supraklavikular, retroaurikular. 2,6,7 Indikasi : Kehilangan jaringan. Kualitas jaringan yang kurang baik. Memerlukan tindakan lebih dari satu tahap.6,7 Kontra indikasi : Tidak terdapatnya suplai darah. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol. Kelainan yang bersifat rekuren dan sedang dalam pengawasan. 6,7 Tehnik mengerjakan

6 Kehilangan kulit yang ada dibuat patron dari kasa karet sarung tangan bedah kemudian dibuat desain pada daerah donor sesuai dengan patron. Donor dapat diambil dari : retroaurikuler, supraklavakular, kelopak mata, perut, lipat paha (inguinal), lipat siku, lipat pergelangan. Dilakukan penyuntikan NaCl 0,9 % atau lidokain dicampur dengan adrenalin. Penyuntikan ini berguna untuk : a. Meratakan permukaan kulit pada daerah donor yang tidak rata. b. Membantu pemisahan lapisan dermis dengan jaringan lemak di bawahnya. c. Lapangan operasi relatif lebih bersih dari peredaran membuat batas dermis dan subkutis lebih jelas sehingga rnempermudah pengambilan tandur. Insisi sesuai desain sampai sedalam dermis dengan menggunakan pisau no. 15 atau no. 10. Dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit dalam keadaan tegang dengan bantuan countertraction dari asisten. Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut terangkat saat pengambilan. Dengan cara meietakkan permukaan epidermis teregang di atas jari telunjuk operator dan menggunting sisa jaringan 1emak. 2,6,7 B. Split-Thickness Skin Graft Tandur yang mengandung epidermis dan sebagian dermis, tipe ini terdiri atas 3 jenis berdasarkan ketebalannya yaitu : a. Thin STSG sering juga disebut Thiersch atau Ollier-Theirsch graft, berukuran 0,008-0,012 mm. b. Intermediate (medium) srsg, berukuran 0,012 - o,018 mm. c. Thick STSG atau three quarter thickness graft, berukuran 0,018-0,030 mm. 12,13 STSG dapat merupakan tindakan yang definitif sebagai penutup kelainan yang permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu tindakan yang definitif. Tindakan sementara ini dimaksudkan untuk rnengontrol, mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dan menutup struktur vital, kemungkinan nanti dapat diganti dengan FTSG atau Skin flap untuk mendapatkan

7 hasil yang lebih baik. STSG diindikasikan untuk tnenutup defek - defek kulit yang iuas. 2,12,13 Keuntungan : Kemungkinan take iebih besar. Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas. Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja. Daerah donor dapat sembuh sendiri (epitelialisasi). 2,12,13 Kerugian : Mempunyai kecenderungan kontraksi lebih besar. Mempunyai kecenderungan terjadi perubahan warna. Permukaan kulit berkilat. Secara estetik kurang baik. Indikasi Luka yang luas. Penutupan sementara. Observasi tumor yang rekuren. 12,13 Kontra indikasi Ukuran luka kecil yang dapat diperbaiki dengan melakukan flap atau FTSG 12,13 Tehnik mengerjakan Donor dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh seperti perut, dada, punggung, bokong, ekstermitas dan lain-lain, bahkan satu tempat yang sama dapat diambil beberapa kali. Umumnya yang sering dilakukan diambil dari tungkai atas. Untuk mengambil STSG dari tempat donor dilakukan dengan menggunakan. a. Pisau (blade) semua pisau yang tajam, tipis dan rata. b. Pisau khusus ketebalan tandur yang diambil diatur dan merata humby, braith, waite, bodenham, watsai.

8 c. Dermatome dermatome tangan (drum dermatome), dermatome listrik dan tekanan udara.2,8,9 Pemilihan alat yang digunakan tergantung dari pengalaman masing-masing operator. Prinsip dari penggunaan alat-alat ini adalah menggerakkan pisau untuk memotong kulit agar mendapatkan selapis kulit yang ketebalannya tergantung pada kontrol dari operator atau berdasarkan kalibrasi yang ada pada alat tersebut. 2,12,33 ANASTESI PADA DAERAH DONOR Pada F'TSG dan STSG dapat dilakukan dengan infiltrasi, anestesi block regional atau narkose umum. Ini terganntung luas kulit dan daerah donor yang akan dambil. l-5 PENEMPELAN TANDUR KULIT Tehnik dasar penempelan STSG dan FTSG adalah sama. Sebelum penempelan daerah resipien harus dilakukan hemostasis dengan baik sehingga diperlukan resipien bersih tidak ada pendarahan atau bekuan darah. Dilakukan penjahitan interupted. disekeliling tandur dengan benang non absorbable 4-0 atau 5-0 bisanya menggunakan silk. Jahitan dimulai dari tandur ke tepi luka resipien, dari suatu yang lebih mobil ke tempat yang lebih fixed. Di atas kulit ditutup tule, dilapisi kasa lembab NaCl 0,9% dan selanjutnya dilapisi kasa kering steril. Dibuat beberapa lubang kecil di atas tandur kulit untuk jalan keluar darah yang ada. Kemudian dilakukan irigasi untuk membuang sisa bekuan darah di bawah tandur dengan spuit berisi NaCl 0,9%. Untuk membantu keberhasilan tindakan dilakukan balut tekan menggunakan verban elastis. Pada daerah-daerah yang tidak memungkinkan dipasang verban elastis seperti muka dan leher untuk menjamin fiksasi perlu dilakukan tie over. 2-4,7,9,12,13 Tie over adalah cara yang terbaik untuk fiksasi tandur kulit, bila akan melakukan tie over saat menjahit tepi tandur beberapa sisa simpul dibiarkan panjang untuk fiksasi. Bila perlu untuk menjamin imobilisasi dapat dipasang spalk (splint). 2-4,7-9,12,13

9 Kehilangan kulit daerah donor STSG akan sembuh sendiri melalui proses epitelialisasi. Ini dimungkinkan karena masih terdapat unsur-unsur epitel di dalam dermis seperti folikel rarnbut, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak (sebasea) Luka donor STSG setelah pengambilan tandur ditutup tulle dan kasa steril kemudian dibalut dengan verban elastis. 2-4,7-9,12,13 Kehilangan kulit daerah donor FTSG ditutup dengan melakukan undermining pada tepi luka dan sedapatnya ditutup primer tanpa ketegangan. Bila tidak dapat ditutup primer, luka ditutup dengan STSG. Pada donor FTSG setelah pengambilan tandur harus dijahit karena lapisan yang diambil tidak menyisakan asesori kulit yang mengandung unsur epitel sehingga tidak memungkinkan terjadinya epitelialisasi. 2-4,7-9,12,13 CARA PERAWATAN Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipien telah dilakukan dengan baik dan fiksasi tandur kulit telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5 untuk mengevaluasi take dari tandur kulit dan benang jahitan dicabut. 1-3,7-9,12,13 Skin Graft take yang dimaksud adalah terjadinya revaskularisasi, di mana tandur kulit memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit di tempat yang baru. Apabila baik, dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita pasca tindakan tandur kulit di ekstremitas tetap memakai pembalut elastis sampai pematngan tandur kurang lebih 3-6 bulan. 1-3,7-9,12,13 Bila diduga akan adanya seroma, hematoma atau bekuan darah di bawah kulit sebaiknya dalam jam dilakukan pengamatan tandur kuiit. Karena bila terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah tandur kulit akan mengurangi kontak tandur dengan resipien sehingga akan menghalangi take dari tandur kulit tersebut- Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati, jangan sampai merusak tandur (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada tandur kulit tepat di atas seroma, hentatoma, bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian balut dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma,

10 bekuan darah tidak ada lagi di bawah tandur kulit. Bila evakuasi seroma, hemotoma, bekuan darah dilakukan dalam 24 jam pertama, tandur masih dapat terjamin take 100%. Untuk selanjutnya perawatan dan pengelolaan sama seperti yang telah diuraikan di atas. Infeksi pada tandur kulit tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada pinggir tandur kulit antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah, apalagi bila disertai adanya rasa nyeri yang makin bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi pada daerah operasi. 1-3,7-9,12,13 PERAWATAN LUIKA DAERAH DONOR Pada donor STSG balutan dibuka setelah proses epitelialisasi. Pada daerah donor penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin STSG 7 sampai 9 hari, intermediate STSG 10 sampai 14 hari sedangkan thick STSG memerlukan 14 hari atau lebih. Perawatan STSG secara umum rata-rata memerlukan waktu 14 hari. Balutan dibiarkan sekitar 14 hari, kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan kuiit. Saat melepas balut (tuile) harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah (terlepas) spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena telah terjadi epitelialisasi. Bila pelepasan balut (tulte) dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelialisasi dan penyembuhan akan bertambah lama. 2,12,l3 Luka donor FTSG diperlukan seperti luka jahitan biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah, kontrol dapat langsung hari ke-7. Pada donor FTSG yang tidak dapat ditutup prirner, dilakukan penutupan dengan STSG, perawatannya seperti perawatan luka STSG. 2,7-9 FAKTOIR YANG MENGHAMBAT KEBERHASILAN TANDUR KULIT Kunci utama kesuksesan tindakan tandur kulit adalah terpenuhinya syaratsyarat untuk tindakan tandur kulit dan mengetahui faktor yang membuat tandur kulit

11 gagal. Berangkat dari itu pula maka untuk meningkatkan keberhasilan tindakan tandur kulit ini dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap faktor yang dapat membuat tandur kulit gagal, yaitu: 1-4,6-8,12,13,16 1. Hematoma Penyebab kegagalan tandur kulit yang terpenting adalah adanya perdarahan atau hernatoma di bawah tandur kulit. Bekuan darah atau seroma akan menghalangi kontak dan proses revaskularisasi, sehingga tindakan home ostasis yang baik harus dilakukan sebeium penempelan tandur kulit. Perawatan perdarahan yang baik pada resipien sebelum penempelan yaitu dengan cara ligasi (kauter) pada sumber perdarahan (bleeding point) atau menunggu terjadinya proses spontan hemostasis normal. Sambil menunggu luka resipien ditutup oleh kasa lembab campuran NaCl 0,9% dengan adrenalin. Pada tandur dibuat beberapa insisi kecil untuk drainase sehingga seroma darah tidak terkumpul di bawah tandur kulit yang dapat menghalangi kontak tandur dengan resipien. 2. F'iksasi Suplay darah yang kurang baik pada daerah resipien, misalnya daerah bekas crush injury akan mengurangi kemungkinan take, kecuali bila telah dilakukan debridement yang adekuat. Penempelan tandur kutrit pada daerah yang avaskuler seperti tulang, tendon, dan syaraf rnembuat tindakan tandur kulit gagal. Tandur kulit akan gagal bila secara regional terjadi malfungsi arterial dan vena pada daerah resipien. Dilakukan cara penjahitan interupted dipinggir kemudian jahitan kasur diatas tandur kulit untuk menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Tandur kulit ditutup tule dan diatasnya ditutup kasa steril lembab NaCl 0,9% sampai merata supaya dapat menyerap darah maupun seroma yang ada atau dengan menggunakan kapas steril yang banyak kemudian dilapisi kasa kering steril, diharapkan ada efek menekan secara merata keseluruh permukaan Tie over ini dilakukan terutama pada daerah yang tidak dapat dilakukan balut tekan dengan verban elastis. Sebaiknya kasa penutup sengaja dibuka dan diacak dari lipatannya

12 yang rapi, supaya bila nanti ditekan dengan tie over (verban elastis) dapat memberi tekanan yang merata sampai disemua lekukan luka. 3. Imobilisasi Pergeseran tandur kulit akan menghalangi atau merusak jalinan hubungan (revaskularisasi) dengan resipien. Harus diusahakan terhindarnya daerah operasi dari geseran dengan cara fiksasi dan imobilisasi yang baik. imobilisasi dilakukan dengan spalk (splint) untuk daerah ekstremitas, leher, aksila yaitu untuk melindungi tandur kulit dari gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak tandur kulit serta mencegah kontraksi yang terjadi karena posisi anatornis. 4. Infeksi Merupakan penyebab kegagalan yang sebenarnya tidak sering, walaupun dulu seringkali para ahli bedah menyalahkan infeksi sebagai penyebab utama kegagalan tandur kulit. Pendapat bahwa infeksi sebagai penyebab kegagalan berdasarkan keyakinan bahwa sukses atau tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi luka. infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan jumlah mikroorganisme. Bila jumlah mikroorganisme lebih dari 10 4 /gram jaringan kemungkinan terjadinya infeksi adalah 89%. Sedangkan bila jumlah mikroorganisme dibawah 10 4 gram/jaringan kemungkinan terjadinya infeksi adalah 6%. Pada luka dengan jumlah Mikroorganisme lebih dari 10 5 /gram jaringan hampir dipastikan penutupan luka selalu gagal (contohnya streptococcus B hemoliticus). Perawatan luka yang baik, diperlukan untuk mencegah infeksi, bila perlu dilakukan kompres NaCl 0,9% atau diberikan antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak tandur kulit. 5. Tehnik yang salah Tehnik yang salah dapat terjadi karena : a. Menempelkan tandur kulit pada daerah berepitel atau daerah yang masih cukup biji epitel dipermukaannya. Sel epitel ini merupakan sel basal

13 epiderrnis dan asesori kulit yang mengandung unsur epitel sepeti kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan folikel rarnbut. b. Penempelan tandur kulit terbalik. c. Tandur kulit terlalu tebal. d. Ukuran tidak tepat. e. Ketegangan. f. Penanganan yang kasar menyebabkan trauma. 6. Penyakit sistemik a. Diabetes mellitus b. Imunosupresif c. Kelainan kolagen-vaskuler 7. Tempat donor jelek a. Lemak, tulang, kartilago, tendon. b. Debris, nekrotik pada luka c. Elektrokoagulasi berlebihan. d. Jaringan granulasi inadekuat. C. PUNCH GRAFTING Tindakan ini sering dipakai pada kondisi jaringan parut yang tidak dapat dikoreksi dengan dermabrasi. 5 Indikasi Kanker kulit Ice-Pick acne scar Ulkus pada kaki Leukoderma Vitiligo Piebaldism Epithelialized sinuses (tunnels)

14 Leukoderma dan alopesia sikalrisial Transplantasi rambut pada alopesia androgenik Transplantasi rambut pada alopesia sikatrisial Revisi jaringan parut muka. 5 D. HAIR-BEARING GRAF'TS Merupakan FTSG dengan bulbus rambut dan jaringan lemak. Digunakan pada daerah-daerah tertentu seperti skalp, alis, janggut dan jambang, misalnya pada karsinoma sel basal. Pada daerah tersebut skin flap biasanya lebih disukai daripada tandur kulit, namun hal tersebut kadang-kadang tidak selalu memungkinkan. 5 E. CULTURED EPIDERMAL GRAFTS Kulit berukuran sekitar 1 cm 2 diambil dan dikultur selama 3-4 minggu agar siap untuk dilakukan tandur. l4 Indikasi Autografts (dapat diterima secara komersial) Luka bakar, dengan dasar luka yang sudah siap Ulkus refrakter Epidermolisis bulosa tipe junctional Luka eksisi luas. 14 Allografts ( tidak dianjurkan) Luka bakar Ulkus rekalsitran yang berasal dari berbagai macam - Ulkus venosum, arteriosum, campuran. - Amputasi tungkai.

15 - Ulkus dekubitus. - Ulkus karena keiainan sistemik: reumatoid arritis skleroderma. Kehilangan kulit karena trauma. Bekas menghilangkan tato denga laser CO 2. Donor STSG. Epidermolisis bulosa (tipe distrofik resesif). Kontra indikasi Infeksi pada dasar luka. Selulitis. Dermatitis akut di sekitar luka. Tidak ada dasar luka yang bersih dan jaringan granulasi sehat Edema tungkai. l4 F. MINIGRAFTS Merupakan prosedur yang sederhana. Tehnik ini menyerupai mekanisme fisiologis pada repigmentasi yang sering terjadi pada vitiligo setelah luka bakar. Sejumlah melanosit diimplantasikan dengan punch bcrukuran 1,0 atau 1,2 mm. 15 Indikasi Vitiligo - Segmental - Lokalisata - Bilateral (lama, bentuk stabil) 15 Leukoderma - Pasca luka bakar - Pasca bedah beku - Lupus eritematosus diskoid yang sudah baik - Post hydroquinone monobenzyl ester toxixity - Pasca dermabrasi

16 - Piebaldism. 15 Kontra indikasi Vitiligo aktif Kecenderungan terbentuk hiperpigmentasi Kecenderungan terbentuk keloid. 15 G. SUCTION BLISTER GRAFT Tujuan utama dari prosedur ini memindahkan epidermis normal ke epitel akromia, yang didapat setelah 2 sampai 3 jam dengan suction 200 sampai 300 mmhg. 15 Indikasi Vitiligo - Segmental - Lokalisata - Bilateral (lama, bentuk stabil) Leukoderma - Pasca luka bakar - Pasca dermabrasi - Piebaldism 15 Kontra indikasi Vitiligo aktif Kecenderungan terbentuk hiperpigmentasi. 15 PENUTUP Telah dibicarakan beberapa jenis tandur kulit, indikasi, perawatan, Tehnik mengerjakan, menghambat keberhasilannya. Namun sebelum tersebut harus dipertimbangkan pula baik dari rawat dan penjelasan kepada pasien.

17 DAFTAR PUSTAKA 1. Brennan JA. Skin Grafts. Dalam: Myers AD. Biological Basis of Facial Plastic Surgery. New York: Thieme Medical publishers Inc., 1993; Perdanakusuma DS. Skin Grafting. Surabaya: Airlangga University Press, 1998; Johnson TM, Ratner D. Skin Grafts. Dalam: Ratz Jl, Geronemus RG, Goldman MP, Malovery ME, Padilla RS, penyunting. Textbook of Dermatologic Surgery. Philadelphia : Lippincot Raver, 1998; Rudolph R, Ballantyne DL Jr. skin Grafts. Dalam: Mc. JG, penyunting. Plastic surgery Volume 1. Philadelphia : WB Saunders Company, 1990 ; Arpey cj, Whitaker DC, O'Donnel MJ. Cutaneous Surgery Illustrated and Practical Approach. New York: Mc. Graw Hill, 1997; Roenigk RK, Zalla MJ. Full-Thickness Skin Grafts. Dalam: Robinson JK, Arndt KA, Leboit DE, Wintroub BU, penyunting. Atlas of Cutaneous Surgery. Philadelphia: WB Saunders Company, 1996; Kent DE. Full-Thickness Skin Grafts. Dalam: Lask Gp, Moy RL. Principles and Techniques of Cutaneous Surgery. New york: Mc Graw-Hill, 1996; Gloster HM Jr, Cincinnati MD. The use of full-thickness skin grafts to repair nonperfoating nasal detects. J Am Acad Dermatol 2000 ; 42: Byrd DR, Otley CC, Nguyen TH. Alar batten cartilage grafting in nasal reconstruction: Functional and cosmetic results. J Am Acad Dermatol 2000; 43: Burge S, Rayment R, Free Skin Graft. Dalam: Simple Skin Surgery, Ronardy DH, Alih Bahasa, Suyono J. penerbit Widya Medika, Jakarta, 1993; Falabella R, Antologous Minigrafting for stable leukoderma. dalam: surgical Gems in Dermatology, Ed. Robins P, Igaku Shoin. VoI 2, New York-Tokyo, 1991; Aroute J, Full Thickness skin Grafts. dalam: Surgical Gems in Dermatology Ed. Robins P, Igaku - Shoin Vol 2-, New York Tokyo, l991; Zilinsky I, Defattling of the Full-Thickness Skin Graft. dalam: Surgical Gems in Dermatology, Ed Robins P, Igaku - Shoin Vol.2, New York - Tokyo, I992; 55.

18 14. Keunen H, skin Grafting. dalam: Skin surgery, Ed Harahap M, Warren, H. Green inc., St. Louis, Missouri, USA, 1985 ; Falabella R. Surgical Techniques for Repigmentation. Dalam Robinson JK, et all, penyunting. Atlas of Cutaneous Surgery Philadelphia: WB saunders companny, 1996; Eka N, et all, Beciah sahlpel. dalam: Buku panduan Penatalaksanaan Bedah Kulit 1, Ed. Yogyartono P, Bagian SMK Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FK Universitas Diponegoro - RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2000;

SKIN GRAFT. Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP

SKIN GRAFT. Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP SKIN GRAFT Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP.132 308 599 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 1 PENDAHULUAN Kulit menutupi seluruh permukaan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan

Lebih terperinci

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Tinjauan Kepustakaan I 5 th August 2016 PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Neidya Karla Pembimbing : dr. Tertianto Prabowo, SpKFR Penguji : dr. Marietta

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera

BAB I LATAR BELAKANG. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan (Agustina, 2010). Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur

Lebih terperinci

TEHNIK EKSISI. Dr. Donna Partogi, SpKK NIP

TEHNIK EKSISI. Dr. Donna Partogi, SpKK NIP TEHNIK EKSISI Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 TEHNIK EKSISI PENDAHULUAN Bedah eksisi adalah salah

Lebih terperinci

b) Luka bakar derajat II

b) Luka bakar derajat II 15 seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum : : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan Giant Condyloma Acuminatum Tanggal kegiatan : 23 Maret 2010 : GCA merupakan proliferasi jinak berukuran besar pada kulit dan mukosa

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA PADANG PUSKESMAS LUBUK BEGALUNG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) VULNUS LACERATUM. No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Efektif:

DINAS KESEHATAN KOTA PADANG PUSKESMAS LUBUK BEGALUNG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) VULNUS LACERATUM. No. Dokumen: No. Revisi: Tanggal Efektif: Definisi Vulnus laseratum: luka robek adalah luka denga tepi yang tidak beraturan atau compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Gambaran Klinis Luka tidak teratur Jaringan rusak

Lebih terperinci

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314 LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea Fitri Yuliana, SST Pendahuluan Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan

Lebih terperinci

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA PENDAHULUAN Penyebab tersering trauma wajah pada daerah konflik biasanya adalah luka tembak selain ledakan bom, yang ditandai dengan adanya penetrasi peluru pada

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neonatus bearti baru saja dilahirkan. Dalam dunia kedokteran, neonatus didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 hari atau 4 minggu

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan

Lebih terperinci

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai Laporan Khusus Hands-On Insufisiensi Vena Kronik dan Setidaknya 70 % dari semua ulkus pada tungkai berawal dari insufisiensi

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS.

PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS. PERAWATAN LUKA DENGAN NACL 0,9 % PADA TN. R DENGAN POST EKSISIABSES GLUTEA SINISTRA HARI KE-25 DI RUMAH TN. R DI DESA KIRIG KABUPATEN KUDUS Oleh L.Sofa 1) S.Yusra 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida

Lebih terperinci

Kecantikan Mata. Bedah Plastik REKONSTRUKSI MATA

Kecantikan Mata. Bedah Plastik REKONSTRUKSI MATA Bedah Plastik REKONSTRUKSI MATA Pelayanan Bedah Plastik Rekonstruksi Mata merupakan bidang kedokteran mata (oftalmologi) dengan fokus pembedahan pada jaringan di sekitar bola mata termasuk kelopak, tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh

Lebih terperinci

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim PERAWATAN LUKA by : Rahmad Gurusinga A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka timbul, beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis Penelitian yang dilakukan adalah observasi analitik dengan menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat

BAB 1 PENDAHULUAN. Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat BAB 1 PENDAHULUAN Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat dan kuat. Mandibula berfungsi dalam proses pengunyahan, penelanan dan bicara. Walaupun mandibula merupakan tulang

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB 11 KURETASE GINGIVAL

BAB 11 KURETASE GINGIVAL 161 Kuretase gingival BAB 11 KURETASE GINGIVAL Pada uraian berikut akan dibahas tiga tehnik bedah yang termasuk kategori kuretase, yaitu: kuretase gingival (gingival curettage), kuretase subgingival (subgingival

Lebih terperinci

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal.

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal. III.4.2 Resiko Persalinan Secara Sectio Caesaria Menurut MeduaSehat.com ( 2006 ), resiko persalinan secara Sectio Caesaria dibagi menjadi : 1. Resiko jangka pendek a. Infeksi pada bekas jahitan Infeksi

Lebih terperinci

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) I. KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi 1. Kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi. Umumnya kontraktur terjadi apabila pembentukan sikatrik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk mikroorganisme. Gangguan atau kerusakan pada struktur anatomi kulit dengan hilangnya fungsi yang berturut-turut

Lebih terperinci

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Luka Bakar Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi (Sjamsuhidayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Lebih terperinci

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta PIODERMA Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta DEFINISI Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

2. Indikasi Sectio Caesarea

2. Indikasi Sectio Caesarea BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sectio Caesarea 1. Pengertian Sectio Caesarea Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Abstrak Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam. Mayoritas dari luka bakar

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto,

Lebih terperinci

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT UMUM YARSI II.1. Definisi Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik). II.2. Etiologi Epistaksis dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Kepada : Yth. Bapak/Ibu Responden di- Klinik Kitamura Pontianak Bersama ini disampaikan bahwa dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di program Pasca Sarjana Magister Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar BAB I PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Luka bakar didefinisikan sebagai suatu trauma pada jaringan kulit atau mukosa yang disebabkan oleh pengalihan termis baik yang berasal dari api, listrik, atau benda-benda

Lebih terperinci

BAB III KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT

BAB III KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT BAB III KELAINAN KONGENITAL RONGGA MULUT Kelainan kongenital yang menyebabkan gangguan di rongga mulut sering pula terjadi pada hewan kesayangan. Gangguan pada palatum yang bersifat kongenital berupa :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hingga saat ini luka bakar masih dapat menjadi penyebab mortalitas dan morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health Organization

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN CO-ASSISTANT RSUP Prof.Dr. R.D. KANDOU TERHADAP SKIN GRAFT

GAMBARAN PENGETAHUAN CO-ASSISTANT RSUP Prof.Dr. R.D. KANDOU TERHADAP SKIN GRAFT GAMBARAN PENGETAHUAN CO-ASSISTANT RSUP Prof.Dr. R.D. KANDOU TERHADAP SKIN GRAFT Shalawaty Jan Ngantung Hilman Limpeleh Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: shalawaty09078@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA I. Pengertian Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Sedang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

VULNUS (LUKA) 1. Definisi Vulnus 2. Klasifikasi Vulnus Apertum

VULNUS (LUKA) 1. Definisi Vulnus 2. Klasifikasi Vulnus Apertum VULNUS (LUKA) 1. Definisi Vulnus Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kuit, mukosa mambran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Vulnus appertum adalah luka dengan tepi yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar, khususnya pada negara dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan mencapai 15% dari total berat badan dewasa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutaneus.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,

Lebih terperinci

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web : 1. PENGERTIAN RAMBUT Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

Sebelum anda melakukan reservasi sesi/booking Harap perhatikan informasi berikut mengenai waktu penyembuhan dan AFTERCARE yang harus diikuti:

Sebelum anda melakukan reservasi sesi/booking Harap perhatikan informasi berikut mengenai waktu penyembuhan dan AFTERCARE yang harus diikuti: Sebelum anda melakukan reservasi sesi/booking Harap perhatikan informasi berikut mengenai waktu penyembuhan dan AFTERCARE yang harus diikuti: Anda TIDAK dianjurkan melakukan prosedur ini jika: Anda di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya mikroorganisme yang normal pada konjungtiva manusia telah diketahui keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan populasi mikroorganisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep Pembalutan Pembalutan adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu Pembalut adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Biopsi payudara (breast biopsy)

Biopsi payudara (breast biopsy) Biopsi payudara (breast biopsy) Pemeriksaan histopatologi ialah dengan prosedur biopsi yaitu mengambil sampel jaringan payudara untuk menilai jaringan tersebut mengandung sel kanker atau bukan kanker.

Lebih terperinci

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll Manfaat Terapi Ozon Sebagai Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer untuk berbagai penyakit. Penyakit yang banyak diderita seperti diabetes, kanker, stroke, dll. Keterangan Rinci tentang manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

PENGURUTAN (MASSAGE)

PENGURUTAN (MASSAGE) PENGURUTAN (MASSAGE) Massage merupakan salah satu cara perawatan tubuh paling tua dan paling bermanfaat dalam perawatan fisik (badan) Massage mengarahkan penerapan manipulasi (penanganan) perawatan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.

Lebih terperinci

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Kulit Kanker kulit merupakan kanker yang umum terjadi. Tingkat insidensi kanker kulit di seluruh dunia telah meningkat pesat. Meskipun tingkat insidensi di Hong Kong jauh lebih rendah daripada negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran dapat berisiko menimbulkan luka, hal ini yang membuat ketidaknyamanan pasien. Luka dapat terjadi secara sengaja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi seluruh permukaan bagian tubuh. Fungsi utama kulit sebagai pelindung dari mikroorganisme,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur Terbuka 2.1.1 Definisi : Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar penyusun tubuh manusia yang memiliki berbagai fungsi penting, antara lain sebagai pengatur keluar masuknya air, pengatur suhu, pelindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biopsi adalah pengambilan jaringan dari tubuh makhluk hidup untuk mendapatkan spesimen histopatologi dalam upaya membantu menegakkan diagnosis (Melrose dkk.,

Lebih terperinci

Modul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)

Modul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542) Modul 34 Bedah Digestif EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik

Lebih terperinci