BAB II KAJIANTEORI. padi (Oryza sativa) berdasarkan klasifikasinya adalah: Kingdom : Plantae. : Spermathophyta. : Monocotiledonae

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIANTEORI. padi (Oryza sativa) berdasarkan klasifikasinya adalah: Kingdom : Plantae. : Spermathophyta. : Monocotiledonae"

Transkripsi

1 BAB II KAJIANTEORI A. DESKRIPSI TEORI 1. PADI INPARI SIDENUK Baru-baru ini Balitbang Pertanian telah mensosialisasikan kepada petani untuk menanam benih padi varietas inhibrida padi sawah irigasi (Inpari).Varietas Inpari merupakan hasil hibrida beberapa jenis padi sawah.upaya untuk menjaga kesediaan pangan di Indonesia dengan mengembangkan tanaman padi yaitu dengan menanam varietas padi yang unggul.varietas unggul juga tahan terhadap hama dan penyakit tertentu (Hartoyo, 2010).Pada tahun 2015 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta menggalakkan kultivar jenis baru yaitu padi Inpari Sidenuk.Menurut Siregar (1981) kedudukan tanaman padi (Oryza sativa) berdasarkan klasifikasinya adalah: Kingdom : Plantae Divisi Kelas Ordo Suku Genus Jenis : Spermathophyta : Monocotiledonae : Glumiflorae (poales) : Graminae (poaceae) : Oryza : Oryza sativa. L. Inpari Sidenuk Ketahanan terhadap hama : agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan biotipe 3. Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III, rentan terhadap 8

2 hawar daun bakteri patotipe IV, agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII, rentan terhadap penyakit tungro serta rentan terhadap semua ras blas. Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam di daerah endemic tungro dan blas.(bbpp,2011) 9

3 Tabel.1. Tabel Paparan Inpari Sidenuk dan Ciherang Komuditas Padi Sawah Padi Sawah Tahun Anakan Produktif +/- 15 malai - Asal Diah Suci diradiasi sinar gamma dengan dosis 0,20 Tarjat T,Z.A. Simunallang, E. Sumadi, dan Aan A. Daradjat kgy dari 60Co Bentuk gabah Ramping Ramping Panjang Bentuk tanaman Tegak Tegak Berat 1000 butir +/- 25,9 gram gram Golongan Cere Cere Jumlah gabah per butir malai Kadar amilosa +/- 20,6 % 23% Kerebahan Tahan Sedang Kerontokan Sedang Sedang Nomor pedigri OBS1703-PSJ S3383-1d-Pn Permukaan daun Kasar Posisi daun Tegak Tegak Posisi daun bendera Tegak Tegak Potensi hasil 9,1 ton/ha GKG Rata rata hasil 6,9 ton/ha GKG 5-7 Ton/ Ha Tekstur nasi Pulen Pulen Tinggi tanaman +/- 104 cm cm Umur tanaman +/- 103 hari hari Warna batang Hijau Hijau Warna daun Hijau Hijau Warna gabah Kuning bersih Kuning bersih Warna kaki Hijau Hijau Warna lidah daun Tidak berwarna Warna telinga daun Tidak berwarna Keterangan Potensi hasil 9,1 ton/ha GKG. Rata rata hasil 5-7 ton/ha Status Komersial (Sumber :Balai Besar Penelitian Tanaman Padi) 10

4 2. SYARAT TUMBUH Padi dapat tumbuh di daerah tropis sampai subtropis pada 450 LU sampai 450 LS, dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.rata-rata curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 200 mm / bulan atau mm/tahun.padi dapat ditanam di musim kemarau atau musim penghujan.pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia.di musim hujan, walaupun air melimpah tetapi produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif (International Rice Research Institute, 1996). a. Iklim Batasan suhu yang lebih rendah untuk perkecambahan sulit diestimasikan dan sangat bervariasi, tetapi proses perkecambahan hanya lambat pada suhu 10 0 C (50 0 F). Perkecambahan optinum antara 18 0 C 33 0 C dengan gizi dari kebanyakan perkecambahan varietas lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi dari yang lain. Pada suhu 42 0 C perkecambahan tertahan, pada suhu 50 0 C benih mati.suhu kritis antara 15 15,5 0 C benih mati.untuk penyesuaian dataran tinggi 25 0 C sampai 28 0 C suhu optimum dengan menghambat akar pada suhu dibawah 16 0 C dan diatas 35 0 C (Noor, 1996). Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, ratarata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar

5 2000 mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga genangan yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi (International Rice Research Institute, 1996) b. Tanah Tanah sawah yang mempunyai persentasi fraksi pasir dalam jumlah besar, kurang baik untuk tanaman padi, sebab tekstur ini mudah meloloskan air.pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, terutama untuk tanaman padi yang membutuhkan tanah subur.lumpur adalah butir-butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi oleh air, sehingga pada tanah sawah diperlukan air dalam jumlah yang cukup dan butir tanah dapat mengikatnya (International Rice Research Institute, 1996). Tidak semua jenis tanah cocok dengan areal persawahan karena tidak semua tanah dapat tergenang air.padahal dalam sistem tanah sawah lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan kandungan pasir tinggi) kurang cocok untuk lahan persawahan. Sebaliknya tanah yang sulit dilewati air tanah dengan kandungan lempung tinggi cocok dibuat lahan persawahan (Noor, 1996). 12

6 3. POLA TANAM Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih pola tanam. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumberdata secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan.pola Tanam yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan jarak tanam yang digunakan berbeda beda sesuai dengan perlakuan yaitu memberikan jarak antar tanaman sehingga tiap tiap tanaman mendapatkan ruang yang sesuai umtuk pertumbuhannya. (Hidayat,2008) a. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Selama ini produksi padi nasional masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air. Dilain pihak lahan kering tersedia cukup luas dan pemanfaatannya untuk pertanaman padi gogo belum optimal, sehingga ke depan produksi padi gogo juga dapat dijadikan andalan produksi padi nasional. Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumberdaya alam terus menurun sehinga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usahatani padi agar 13

7 usahatani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat terlanjutkan. Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian di suatu tempat (spesifik lokasi).teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang memiliki efek sinergistik.artinya tiap komponen teknologi tersebut saling menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan.(bppp, 2007).Cara pengelolaan tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi.dengan menerapkan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat diwujudkan. Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu: 1) Terpadu, PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu. 2) Sinergis, PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi 14

8 3) Spesifik lokasi, PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat 4) Partisipatif, berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan cara-- cara mengatasi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu: 1) Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi. 2) Benih bermutu dan berlabel. 3) Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi) 4) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT). Komponen Teknologi Pilihan dalam PTT yaitu : 1) Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang. 15

9 2) Peningkatan populasi tanaman. 3) Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah. 4) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang. 5) Pengendalian gulma. 6) Panen tepat waktu. 7) Perontokan gabah sesegera mungkin. Keunggulan Pengelolaan Tanaman Terpadu pada tanaman padi sawah adalah : 1) Penggunaan teknologi yang spesifik dan efisien dalam pengelolaan tanaman padi (menghemat usahatani) serta berwawasan lingkungan 2) Meningkatkan produksi tanaman padi melalui integrasi beberapa komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) sesuai dengan kondisi SDA setempat yang berwawasan lingkungan. 3) Petani dapat menentukan atau memilih kombinasi teknologi yang digunakan tergantung pada potensi lahan dan kemampuan petani (spesifik lokasi) 4) Kombinasi teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan kondisi lainnya, karena beragamnya kondisi pertanaman padi. 5) Setiap teknologi atau kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani dilokasi setempat 6) Meningkatkan produktivitas pertanaman padi secara berkelanjutan. 16

10 Sistem tanam legowo merupakan salah satu bentuk rekayasa teknologi untuk mengoptimalkan produktivitas tanaman padi dengan pengaturan populasi sehingga tanaman mendapatkan ruang tumbuh dan sinar matahari yang optimum (Suriapermana, 1990).Sistem tanam legowo adalah sistem tanam berselang-seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong.baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo.bila terdapat dua baris tanaman per unit legowo, maka disebut legowo 2:1, kalau tiga baris tanaman per unit legowo disebut 3:1 dan seterusnya (Abdurrachman, 2004).Pada penelitian ini pada perlakuan pola tanam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Alternatif Wetting and Drying (AWD) menggunakan sitem tanam jajar legowo tipe 4 : 1. Dimana pada jajar legowo 4 : 1 jarak antar tanaman memiliki empat baris tanam per unit. Menurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang memiliki beberapa keuntugan sebagai berikut : 1) Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir) 2) Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah 3) Menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air. 4) Penggunaan pupuk lebih berdaya guna. (Juslitia Bobihoe, 2007) 17

11 Menurut Kiswanto, 2014 faktor penghambatnya dalam pengaplikasian sistem jajar legowo adalah : 1) Sistem tanam jajar legowo masih menggunakan tenaga kerja manusia dan dianggap lebih rumit dibandingkan dengan sistem tanam jajar tegel sehingga biaya tanamnya lebih tinggi % 2) Walaupuan biaya tanamnya sudah ditingkatkan, tenaga kerja tanam masih cenderung memilih sistem tanam jajar tegel Langkanya tenaga kerja tanam, apalagi saat tanam bersamaan, sehingga umur bibit muda yang direncanakan < 21 HSS bisa mundur lebih > 25 HSS dan tanam serentak tidak dapat terlaksana dengan baik yang pada akhirnya pertumbuhan tanaman kurang optimal yang berpengaruh terhadap penurunan produktivitas. b. Pengelolaan Sistem Air Basah Kering (AWD) Prinsip teknologi hemat air adalah mengurangi aliran yang tidak produktif seperti rembesan, perkolasi, dan evaporasi, serta memelihara aliran transpirasi.hal tersebut bisa dilaksanakan mulai saat persiapan lahan, tanam, dan selama pertumbuhan tanaman. Salah satu alternatif teknologi dalam pengelolaan air (water management) adalah Alternative Wetting And Drying (AWD) atau pengairan basah kering (PBK). Teknologi ini telah diadaptasi di negara-negara penghasil padi seperti China, India, Philipina, dan Indonesia.Secara umum, penggunaan teknologi ini tidak menyebabkan penurunan hasil yang signifikan dan dapat meningkatkan produktivitas air. 18

12 Prinsip dari penerapan PBK adalah memonitor kedalaman air dengan menggunakan alat bantu berupa pipa. Setelah lahan sawah diairi, kedalaman air akan menurun secara gradual. Ketika kedalaman air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, lahan sawah kembali diairi sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman padi berbunga, tinggi genangan air dipertahankan 5 cm untuk menghindari stress air yang berpotensi menurunkan hasil. Batas kedalaman air 15 cm ini dikenal dengan PBK aman (safe AWD) yang bermakna bahwa kedalaman air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan kembali.apabila terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan. Gambar.1. Pipa AWD Sumber :(Balai Besar Penelitian Padi, 2015) 19

13 c. Transplanter Rice Transplanter merupakan mesin penanaman padi yang digunakan untuk menanam bibit padi setelah disemai pada areal khusus dengan umur tertentu (hasil persemaian dengan tray/baki/dapog).mesin tersebut digunakan pada areal sawah dengan kondisi yang siap tanam.mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur. Penggunaan rice transplanter dapat menghemat waktu kerja 10 kali lebih singkat dibandingkan cara manual (kebiasaan petani). Penggunaan mesin pada sawah irigasi seluas 1 ha hanya membutuhkan 3 orang tenaga kerja selama 6-7 jam dan memerlukan bahan bakar (bensin) sekitar 4,5 liter. Keunggulan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter antara lain sebagai berikut : 1) Produktivitas tanam cukup tinggi 6-7 jam/ha 2) Jarak tanam dalam barisan dapat diatur dengan ukuran 12,14,16,18,21 cm 3) Penanaman yang presisi (akurat) 4) Tingkat kedalaman tanam dapat diatur dari 0,7-3,7 cm (5 level kedalaman) 5) Jumlah tanaman dalam satu lubang dapat diatur berkisar 2-4 tanaman per lubang 6) Jarak dan kedalaman tanam seragam sehingga pertumbuhan dapat optimal dan seragam. 20

14 Kelemahan menggunakan mesin Rice Transplanter antara lain sebagai berikut : 1) Jarak antar tanaman (gawangan 30cm) tidak dapat diubah 2) Untuk membawa mesin ke lahan diperlukan alat angkut 3) Perlu bibit dengan persyaratan khusus 4) Harga masih terjangkau mahal sehingga belum terjangkau petani secara individu. Gambar.2. Mesin Transplanter (Sumber : BPTP Jawa Tengah, 2013) Berikut merupakan beberapa parameter perbandingan mesin tanam Transplanter dengan cara Manual per Ha : Tabel.2. Perbandingan Mesin Transplenter dan Manual Parameter Tranplanter SPW48C Cara Manual Jumlah tenaga kerja Produktivitas kerja Kualitas tanam Kontrol tenaga kerja tenaga 2-3 orang 5-8 jam/ha Konsisten Mudah orang 8-10 jam/ha Kurang konsisten Sulit 21

15 Persyaratan lahan untuk penanaman menggunakan mesin tanam transplanter antara lain : 1) Lahan dalam keadaan melumpur sempurna. Penyiapan lahanagar melumpur sempurna, dilakukan dengan 2 kali bajak dan 1kali penggaruan. 2) Genangi lahan yang sudah melumpur sempurna setinggi + 2 cmdan diamkan selama + 3 hari. 3) Ukur kedalaman lumpur dengan cara menginjak tanah yangsudah siap tanam, kemudian ukur kedalaman kaki yangtenggelam. Idealnya kedalaman kaki yang tenggelam kurangdari 25 cm. Syarat Tanam a) Bibit : Kunci utama keberhasilan menanam padi denganmenggunakan mesin Indo Jarwo Transplanter adalah penyiapanbibit yang sesuai dengan persyaratan mesin.oleh karenanya bibitpadi perlu dipersiapkan secara khusus dengan membuat persemaianmemakai dapog (kotak persemaian). (a) Umur hari setelah sebar (b) Kepadatan 2-3 bibit / cm (c) Akar putih saling berkait sehingga dapat digulung menyatu (d) Pertumbuhan merata dan seragam (e) Ketebalan tanah 2-2,5 cm 22

16 b) Penerapan : (a) Tanah dianjurkan dari lahan sawah maupun pengunungan (b) Tanah yang diambil berada pada kedalaman 2-3cm dibawah permukaan tanah (c) Keringkan tanah dengan cara dijemur, tanah yang kering dapat mempermudah proses penggemburan dan penyaringan. penggemburan dilakukan untuk memecah bongkahan tanah (d) Ukuran partikel tanah ideal 4-6 mm, ukuran yang lebih kecil akan mempersulit suplay oksigen. Ukuran yang lebih besar akan mempersulit tanah dalam menahan kandungan air (e) Saringan yang digunakan berukuran 4-6 mm bertujuan untuk mencegah adanya gumpalan tanah. Tanah yang menggumpal tidak bisa digunakan oleh showing machine (mesin penabur) (f) Tanah dicampur dengan pupuk maupun desinfektan (dalam satu petak 3 gram NPK) Pesiapan benih a. Pilih benih yang berlabel, benih direndam dalam larutan 20 gram ZA/ liter air b. Selain ZA dapat digunakan abu. Cara mengetahui larutan abu yang baik yaitu dengan menggunakan indicator telur. Lauran abu yang baik yaitu yang semula telur berada dalam dasar air setelah diberi abu telur mulai terangkatkepermukaan. 23

17 Kemudian benih yang mengapung dibuanng. Benih yang tenggelan direndam selama 24jam c. Setelah 24 jam benih dibilas dan pastikan bila kandungan ZA sudah bersih. Pemeraman atau perkecambahan benih : a. Benih diperam selama 1-2 hari sampai berkecambah b. Benih yang sudah berkecambah ditiriskan agar kering. Usahakan untuk menghindari sinar matahari secara langsung c. Kecambah ideal yang memiliki pertumbuhan 0,5-1 mm. bila terlalu panjang (> 1mm) dapat merusak benih saat penyebaran dengan showing machine (alat penyebar benih) d. Gunakan kertas Koran untuk mempercepat proses pengeringan Persiapan dan pengisian Tray a. Pencusian b. Penaburan tanah c. Penyiraman d. Penaburan benih e. Penutupan benih Lahan : a. Lahan datar diolah dengan sempurna b. Level ketinggian di satu petak kurang dari 40cm c. Ketinggian genangan 1-3 cm d. Untuk tanah lempungan perlu pengendapan sekitar 1-2 hari 24

18 e. Menentukan titik awal (masuk) dan titik akhir (keluar) masin tanam Rice Transplanter Hasil penerapan rice transplanter maningkatkan jumlah anakan produktif antara 1,9 2,6 batang/ rumpun atau naik 9,59 13,13 % dan meningkatkan produktifitas antara 0,5 1,2 ton/ha GKG atau 7,21 18,12 % dibandingkan dengan cara tanam konvensional (Suhendra dan Kushartanti, 2013). Penerapan rice transplanter jarak tanam 30 x 18 cm menggunakan varietas Mekongga dilahan sawah irigasi Desa Plosorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen pada MT / 2011 dan MT dapat meningkatkan produktivitas masing masing 16,13 % dan 17,14% dibandingkan sistem tanam tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm (Suhendrata et al. 2011). 15 % per ha dilahan sawah irigasi (Taufik, 2010) Gambar.3. Pelaksanaan penanaman menggunakan mesin Transplanter (Sumber :BPTP Jawa Tengah, 2013) 25

19 d. Cara Petani Petani tradisional umumnya menanam padi hanya berdasarkan pengalaman. Karena pengetahuan yang terbatas itulah satu jenis padi sering ditanam terus menerus dalam suatu lahan. Cara petani merupakan cara konvensional atau cara kebiasaan petani dalam melaksanakan sistem tanam dan pengolahan sawah seluruhnya. Yaitu dengan menggunakan pola tanam tegel atau persegi dengan jarak antar tanaman 25 x 25 cm. (BB.Padi 2013). Pada penelitian ini pada pola tanam cara petani menggunakan pola tanam tegel dengan jarak tanam 15 x 15 cm sehingga jarak antar rumpun tanaman lebih dekat dan lebih banyak biomassa pada satu petak pola tanam dibandingkan dengan pola tanam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Alternatif Wetting and Drying (AWD) yang menggunakan sistem jarak tanam jajar legowo 4 : 1. Dari kedua jarak tanam yang digunakan berbeda maka dapat dilihat perbedaan antara pola tanam cara petani dengan PTT dan Pengelolaan Basah Kering / AWD. 4. KEANEKARAGAMAN JENIS Indeks keragaman dapat digunakan untukmenyatakan hubungan kelimpahan spesies dalamsuatu komunitas. Indeks keragaman denganvariabel yang menggolongkan struktur komunitasmeliputi : jumlah spesies, kelimpahan relative spesies (kesamaan), dan homogenitas dan ukurandari area sampel (Anonimus, 2008). Serangga merupakan salah satu bagian dari keragaman hayati. Serangga hama adalah organisme yang menimbulkan kerusakan pada 26

20 tanaman dan menurunkan kualitas maupun kuantitasnya sehingga menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia (Hill, 1997). 5. Faktor faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga a. Faktor fisik Faktor fisik/ iklim meliputi suhu, kelembapan, cahaya, angin, curah hujan yang mudah di evaluasi. Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung dan tidak langsung, serangga yang hidup di lingkungan kering mempunyai cara tersendiri untuk mengifesienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat pada fesces yang akan dibuang dan menggunakan air metabolik tersebut. Hujan secara langsung dapat mempengaruhi populasi serangga hama apabila hujan besar serangga hama banyak yang mati, berpengaruh terutama pada pertumbuhan dan keaktifan serangga unsur yang penting dalam analisis hujan adalah curah hujan, jumlah hari dan kelebatan hujan. Angin mempengaruhi metabolisme serangga, serangga kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin selanjutnya sumber cahaya panas yang utama di alam adalah radiasi surya (Nenet et al., 2005). b. Faktor Makanan Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama. keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan curah hujan dan tindakan manusia. Oleh karena itu faktor makanan dapat digunakan untuk menekan populasi serangga hamabaik dalam bentuk tidak menanami lahan pertanian dengan 27

21 tanaman yang merupakan makanan serangga hama (Nenet et al., 2005). c. Faktor Biologi Komponen yang disebabkan oleh faktor biologi adalah predator dan entomopatogen, komponen itu berpengaruh terhadap populasi harna makin tinggi faktor biologi tersebut maka akan menurun populasi hama, begitupun sebaliknya (Nenet et al., 2005). Kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga diperoleh pada setiap lahan saat melakukan penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman (penggunaan tanaman penutup tanah) (Rizali dkk, 2002). Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan juga dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang merusak. Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup di sampah atau serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan makanan hewan sementara yang lain hidup di lumut dan tidak signifikan untuk pertanian. Serangga ini sangat sensitif terhadap faktor lingkungan, seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan getaran (Kalshoven, 1981). Perkembangan dan reproduksi serangga dapat dipengaruhi berbagai faktor abiotik.faktor ini mungkin menunjukkan pengaruhnya pada 28

22 serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. (Melalui pengaruhnya pada organisme lain) dan pada batas pendek atau jauh (cahaya, sebagai contoh, mungkin menimbulkan efek yang cepat pada orientasi serangga saat mencari makanan, dan banyak menyebabkan perubahan pada fisiologi serangga dalam antisipasi kondisi yang merugikan pada beberapa bulan kedepannya) (Gillot, 1982). 6. Faktor yang Saling Berkait Menentukan Derajat Naik Turunnya Keanekaragaman Jenis a. Waktu. Keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada komunitas muda yang belum berkembang.dalam ekologi, waktu dapat berjalan lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi.skala ekologis mencakup keadaan dimana jenis tertentu dapat bertahan dalam lingkungan tetapi belum cukup waktu untuk menyebar sampai ketempat tersebut.keragaman jenis suatu komunitas bergantung pada kecepatan penambahan jenis melalui evolusi tetapi bergantung pula pada kecepatan hilang jenis melalui kepenuhan dan emigrasi. b. Heterogenitas ruang. Semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan fauna di tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya.faktor heterogenitas berlaku pada skala makro maupun mikro. 29

23 c. Kompetisi. Terjadi apabila sejumlah organisme (dari spesies yang sama atau yang berbeda) menggunakan sumber yang sama ketersediaannya kurang, atau walaupun ketersediaan sumber tersebut cukup namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya. d. Pemangsaan. Pemangsaan yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemengsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan keragaman jenis. e. Kestabilan iklim. Makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi keberlangsungan evolusi. f. Produktifitas merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi (Krebs, 1978). Indeks keragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Indeks keragaman dengan variabel yang menggolongkan struktur komunitas meliputi : jumlah spesies, kelimpahan relative spesies (kesamaan), dan homogenitas dan ukuran dari area sampel (Anonimus, 2008). Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat keragaman jenis organisme yang 30

24 ada di dalamnya (Krebs, 1978).Untuk memeroleh keragaman jenis ini diperlukan kemampuan mengenal dan membedakan jenis. Serangga sering digunakan sebagai model dalam kajian ilmu pengetahuan, baik murni maupun terapan karena serangga memiliki keragaman yang tinggi, baik dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi maupun perilaku adaptasi dalam lingkungannya, dan banyaknya serangga yang terdapat di muka bumi (Jumar, 2000) 7. Hama Kepadatan populasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal ialah persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain, perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/parasit/penyakit, emigrasi faktor iklim misalnya cuaca, suhu, kelembaban, sedangkan internal perubahan genetik dari populasi tersebut (Oka, 1995). Sebaliknya banyak serangga yang dianggap sebagai hama karena merusak tanaman budidaya, salah satunya terjadi pada tanaman padi. Hama - hama penting tanaman padi diantaranya: tikus, penggerek batang, wereng coklat, dan walang sangit, kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tersebut sangat bervariasi dari pengurangan hasil panen sampai kerusakan sempurna (Jumar,2000). Hama dalam arti luas adalah setiap organisme yang dapat mengganggu, merusak ataupun mematikan organisme lain. Hama yang umum merusak tanaman padi yaitu wereng coklat, wereng hijau dan tungronya, penggerek batang padi, dan 31

25 ganjur.sedangkan untuk hama minornya yaitu walang sangit, kepinding tanah, lalat daun padi, ulat pelipat daun padi, ulat kantung, trips, anjing tanah, ulat grayak, wereng loreng,serangga yang sedang menanjak menjadi hama yaitu wereng punggung putih (Beahaki, 2009). Hama utama padi menyerang berbagai fase kehidupan tanaman yaitu pada fase vegetatif, fase generatif dan fase pemasakan. Hama pada fase vegetatif yaitu penggerek batang, wereng hijau, hama ganjur dan keong mas. Pada fase generatif biasanya wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang, walang sangit, hama ganjur, ulat grayak, hama putih palsu, tikus sawah dan keong mas. Dan pada fase pemasakan, hama yang sering dijumpai adalah walang sangit, tikus sawah dan burung. Menurut Kartasapoetra (1993 Hal : 23) hama hama tanaman padi terdiri dari : 1. Hama Sundep (Scirpophaga innotata) 2. Ulat penggerek (Scahunobius bipunctifer) 3. Hama Putih (Nymphula depunctalis) 4. Hama Wereng Coklat (Nilapervata iugens) 5. Wereng Hijau (Nephotettix apicalis) 6. Walang Sangit (Leptocarixa acuta) 7. Lembing Hijau (Nexara viridula) 32

26 Jenis Hama yang Terdapat pada Tanaman Padi : a. Belalang Belalang adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengankemampuan melompat mumpuni dapat mencapai jarak hingga 20 kali panjangtubuhnya. Belalang ini mempunyai sifat cenderung untuk membentuk kelompok yangbesar dan suka berpindah-pindah (berimigrasi), sehingga dalam waktu yang singkatdapat menyebar pada areal yang luas.kelompok yang berimigrasi dapat memakantumbuhan yang dilewatinya selama dalam perjalanan.perilaku makan belalangkembara dewasa biasanya diwaktu hinggap pada sore hari sampai malam dan pada pagihari sebelum terbang. Gejala serangan yang ditimbulkan adalah terdapat robekan pada daun, dan pada serangan yang hebat dapat terlihat tinggal tulang-tulang daun saja.gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi.serangan pada daun biasanya bagian daun pertama.hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas b. Hama Putih Palsu Nama umum lainnya :Rice leaf roller, Grass Leaf roller Serangga dewasa penggulung daun (cnaphalocrocis medinalis) adalah ngengat berwarna kuning-coklat. Ngengat betina dapat 33

27 meletakkan 300an telur setiap malam selama hidupnya antara 3-10 hari. Larva membentuk ruang makan pelindung bersama-sama dengan melipat helaian daun dan merekatnya dengan helaian sutra dan feed jaringan daun. Gejala serangan berupa garis-garis putih membujur dan transparan daun.ulat Leaffolder menggulung daun padi dengan menyertakan dirinya dan meletakkan tepi daun bersama dengan helaian sutra.sementara di dalam lipatan daun, ulat memakan jaringan daun dengan mengerik jaringan permukaan daun. Gejala serangan hama putih palsu: 1) Garis-garing longitudinal berwarna keputihan dan transparan pada daun rusak 2) Daun terlipat tubular 3) Ujung daun adakalanya diikat ke bagian basal daun 4) Pertanaman yang terserang berat terlihat seperti terbakar dengan banyak daun terlipat. Faktor pendukung serangan hama putih palsu: 1) Pemupukan dengan takaran tinggi. 2) Kelembaban tinggi dan tanaman ternaungi 3) Gulma rumput yang tumbuh di dalam dan sekitar sawah. 4) Sawah bukaan baru dengan sistem irigasi dan tumpang sari c. Ulat Penggerek Hama ini menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari pesemaian hingga menjelang panen Pada tanaman fase vegetative larva memotong bagian tengah anakan 34

28 menyebabkan pucuk layu, kering mati, dan gejala pada fase vegetatif disebut sundep.gejala serangan pada fase generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk.kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan fase tanaman bunting. d. Walang sangit Merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusaknya yaitu mengisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau.walang sangit merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa (Rahmawati, 2012). 8. Predator Di persawahan, musuh alami jelas berfungsi, sehingga akan terjadi keseimbangan biologis (Baehaki et al.1997). Keseimbangan biologis ini kadang-kadang tercapai, tetapi bisa juga sebaliknya.musuh alami adalah organisme yang dapat mengendalikan populasi hama atau organisme lain. Di daerah tropis terdapat banyak jenis musuh alami, baik predator maupun parasitoid (Sembel, 2012Hal : 13) a. Famili Staphylinidae Adalah kumbang kecil berupa predator yang bersifat generalis.kumbang ini juga banyak ditemukan pada pertanaman 35

29 padi, memangsa wereng daun maupun wereng batang. Beberapa famili lain yang bertindak sebagai predator pada habitat perairan adalah Gyrinidae dan Dytiscidae. Famili lain yang juga bertindak sebagai predator ialah Histeridae, Cantharidae, dan Cybocephalidae (Purnomo, 2010). b. Ordo Araneae Semua laba-laba adalah predator.laba-laba memiliki empat pasang tungkai. Beberapa spesies yang menghasilkan jaring akan memangsa binatang yang terperangkap dalam jaring itu. Ada juga yang memburu mangsanya di tanah ataupun di pertanaman.sekitar 50 famili laba-laba dikenal sebagai predator. Famili ini dapat dibedakan dari bentuk tubuh, karakteristik mata, bentuk jaring, dan perilaku memburu dan perilaku lain di alam (Purnomo, 2010). c. Ordo Hymenoptera Ada tiga famili penting dari ordo Hymenoptera yang bertindak sebagai predator, yaitu Formicidae, Vespidae, dan Sphecidae.Famili Formicidae adalah serangga sosial yang jumlah individu dalam koloninya mungkin sangat besar sekali.famili Vespidae mudah dikenali dengan adanya warna kuning cerah.imago dari famili ini menangkap mangsanya, seperti ulat, untuk dijadikan sumber makanan bagi progeninya.famili Sphecidae merupakan pemangsa ulat Lepidoptera (Purnomo, 2010). 36

30 B. KERANGKA PIKIR Padi Inpari Sidenuk merupakan padi varietas unggul.padi Inpari Sidenuk tersebut diberi empat macam perlakuan pola tanam yang dimaksud pola tanam di sini adalah jarak tanam yang digunakan berbeda beda pada masing masing perlakuan pola tanam yakni Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Alternatif Wetting and Drying (AWD), Tansplenter, dan Cara Petani yang akan berpengaruh terhadap jumlah rumpun yang dihasilkan juga berbeda yang dapat mempengaruhi kondisi mikro pada masing masing pola tanam. Adanya perbedaan pola tanamakanmempengaruhi organisme penganggu tanaman (serangga) yang terdiri dari hama dan predator oleh karena itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman hama dan predator khususnya pada tanaman padi Inpari Sidenuk 37

31 Inpari Sidenuk Pola Tanam (Jarak Tanam ) Jarak TanamPENGAR Sistem Pengairan Transplanter Petani PTT AWD Rumpun Mikroklimat Serangga Hama Predator - Indeks Keanekaragaman (H) - Indeks Kemerataan (e) - Indeks Kekayaan (R) Gambar. 4. Kerangka Pikir 38

32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang bertujuan untuk mengetahui jenis hama serta indeks keanekaragaman hama dan predator pada berbagai macam pola tanam pada tanaman padi Oryza sativa. L Inpari Sidenuk di Kelompok Tani Manunggal Patran Desa Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. B. Objek Penelitian Adapun populasi berupa semua hewan (arthropoda) )yang ada pada pertanaman padi Oryza sativa. L Inpari Sidenuk di Kelompok Tani Manunggal Patran Desa Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta dengansampel pada penelitian ini yaitu hewan (hama dan predator) yang tertangkap. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian : Di Desa Madurejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan wilayah pengamatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Depok, Sleman, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2016 sampai bulan Juli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2) 64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di TINJAUAN PUSTAKA I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2. Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III T V1 V2 V3 U S V2 V1 V2 B 150 cm V3 V3 V1 100 cm V3 V3 V1 50 cm V1 V2 V3 18,5 m V2 V1 V2 V3 V1 V1 V2 V2 V2 5,5 m V1 V3 V3 80 cm 300 cm Lampiran 2.Bagan Tanaman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica. 6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN Ameilia Zuliyanti Siregar Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian zuliyanti@yahoo.com,azs_yanti@gmail.com Pendahuluan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies TINJAUAN PUSTAKA Keragaman dan Keanekaragaman Serangga Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2 komponen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai 9 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta No. 05 / Brosur / BPTP Jakarta / 2008 PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI JAKARTA DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA

Lebih terperinci

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification Pendahuluan System of Rice Intensification (SRI) merupakan sistem budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien berbasis pada pengelolaan tanaman, biologi tanah, tata air dan pemupukan secara terpadu

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO Oleh : Sugeng Prayogo BP3K Srengat Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Asal persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia (Marlina,2012), Batang pada tanaman padi beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong), biasanya

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengenalan Varietas Padi Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak tahun 1930an. Varietas yang dilepas mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

Pedoman Umum. PTT Padi Sawah

Pedoman Umum. PTT Padi Sawah Pedoman Umum PTT Padi Sawah Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015 Pedoman Umum PTT Padi Sawah Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015 i Pedoman

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia, karena sebagian besar dari penduduk Indonesia mengkomsumsi beras sebagai bahan

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Indeks keanekaragaman/ Indeks Diversitas Insdeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari

Lebih terperinci

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH Oleh : Drh. Saiful Helmy Pendahuluan Dalam rangka mendukung Upaya Khusus Pajale Babe yang digalakkan pemerintah Jokowi, berbagai usaha dilakukan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Intensifikasi Padi (SRI) semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapat di klasifikasikan sebagai,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Intensifikasi Padi (SRI) semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapat di klasifikasikan sebagai, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Intensifikasi Padi (SRI) Menurut Suparyono dan Agus (1993), tanaman padi merupakan tanaman semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapat di klasifikasikan sebagai, Divisi

Lebih terperinci

PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT

PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT 1. Partisipatif Petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, serta meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Nomor seleksi : B2484B-PN-28-3-MR-1 Asal persilangan : Pelita I-1/B2388 Golongan : Cere, kadang-kadang berbulu Umur tanaman : 135-140 hari Bentuk tanaman :

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI I. PENDAHULUAN Kabupaten Bantul mencanangkan sasaran : (1). Padi, luas tanam 32.879 ha, luas panen 31.060 ha, produktivitas 65,43 ku/ha GKG, produksi 203.174 ton, ( 2)

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 1 KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) PADI Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci