K A T A P E N G A N T A R

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "K A T A P E N G A N T A R"

Transkripsi

1

2 K A T A P E N G A N T A R Pembangunan Nasional harus dilaksanakan secara merata dan berkesinambungan di seluruh wilayah Indonesia dan umumnya ditujukan untuk mensejahterakan rakyat. Pembangunan daerah di Kota Jambi merupakan upaya untuk mengimplementasikan program pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendayagunaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat perlu dilakukan secara terencana, terpadu dan optimal sesuai dengan pengelolaan lingkungan bagi pembangunan yang berkelanjutan. Seiring dengan kebutuhan pembangunan perkotaan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Jambi, maka salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan pemahaman persepsi dan peningkatan kemampuan operasionalisasi, oleh karena itu pada setiap bidang Cipta Karya di Kota Jambi memerlukan suatu rincian program dan kegiatan yang telah dilaksanakan ataupun yang akan dilaksanakan sehingga rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah pun dapat sejalan dan mempunyai sinkronisasi yang jelas. Laporan Akhir ini diharapkan memenuhi kebutuhan informasi program dan kegiatan yang dimaksud dengan menyajikan gambaran umum kondisi daerah Kota Jambi dan juga ditampilkan hasil tinjauan perencanaan yang ada di Kota Jambi. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat merinci rencana program kegiatan yang akan datang secara matang, jelas, dan terarah sesuai tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Jambi, Desember 2008 Satgas RPIJM Kota Jambi i

3 P E N D A H U L U A N Bab 1-1

4 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman yang disiapkan secara lebih terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan sumber daya yang sinergis diharapkan mampu mengoptimalkan pelaksanaan dan hasil pembangunan untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan serta pengernbangan wilayah baik di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk mewujudkan ha! tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung Provinsi, Kabupaten/Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya melalui penyiapan Rencana Program Investasi (RPIJM) sebagai embrio terwujudnya perencanaan program infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya RPIJM tersebut, Kabupaten/Kota dapat menggerakan semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan daerah, mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable). RPIJM yang disusun perlu memperhatikan aspek kelayakan program dari masing-masing kegiatan dan kelayakan spasialnya sesuai skenario pembangunan Bab 1-2

5 daerah yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang akan disusun daerah harus mempertimbangkan kemampuan pendanaan dan kapasitas kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan program investasi yang telah disusun. Dengan Demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten/Kota diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kabupaten/kota, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing kabupaten/kota agar dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dapat dicapai. Pendampingan daerah dalam penyusunan RPUM Kabupaten/Kota, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah membentuk Tim Satgas Pusat yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya- No. 30/KPTS/DC/2007 tangga! 2 Agustus 2007 tentang Pembentukan Satgas (Satuan Tugas) Pendampingan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPUM) Daerah Kabupaten/Kota/Provinsi Bidang PU/Cipta Karya. Tim Satgas ini bertugas untuk mendukung penyusunan RPUM di Daerah dalam bentuk pendampingan dan penilaian RPUM yang telah disusun, serta sebagai 'knowledge center bagi kabupaten/kota dalam menyusun RPUM Daerah. Sejalan dengan persiapan pelaksanaan tugas dekonsentrasi dari Pemerintah kepada Pemerintah Provinsi, berdasarkan Surat Direktur Jenderal Cipta Karya kepada seluruh Gubernur,No. PR DC/459 tanggal 25 September 2007 perihal Penyusunan Rencana dan Program Investasi Jangka Menengah (RPUM) Kabupaten/Kota Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya, perlu dibentuk Satgas Provinsi untuk memfasilitasi Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPUM di Kabupaten dan Kota masing-masing antar Satgas Provinsi selanjutnya diharapkan mampu melakukan sinkronisasi RPUM Kabupaten/Kota di Provinsi masing-masing dan kegiatan dinas/badan ditingkat Provinsi termasuk kontribusi APBN, APBD Provinsi, selanjutnya diharapkan mampu melakukan dan APBD Kabupaten/Kota dalam mendukung pembangunan Bab 1-3

6 prasarana dan sarana Pekerjaan Umum/Cipta Karya di Kabupaten/Kota. Satgas Provinsi dibentuk berdasarkan SK Gubernur dan terdiri dari unsur-unsur Bappeda Provinsi dan Dinas-Dinas yang terkait dengan pembangunan PS Bidang PU/Cipta Karya ditingkat Provinsi. Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi dalam memfasilitasi penyusunan RPUM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Kota akan didukung oleh sumberdaya pemerintah pusat. Sehubungan hal tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah mengalokasikan melalui DIPA Satuan Kerja Pembina dari pengembangan program Cipta Karya Tahun 2008 Kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh Satgas Provinsi dalam memfasilitasi pelaksanaan tugas Tim Satgas Kabupaten/Kota dalam menyusun RPUM daerah masing-masing. 1.2 Peraturan Perundangan UU No. 18/2008 tentang Persampahan; UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang; UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah; UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara; UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air; UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; UU No. 38/2004 tentang Jalan; UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara; UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung; UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman; Peraturan Perundangan lainnya yang terkait. Bab 1-4

7 1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran Maksud dari kegiatan ini adalah mendukung pemerintah Provinsi dalam mendampingi dan memfasilitasi pembangunan kabupaten/kota, sebagai perwujudan peran dan fungsi koordinasi serta pembinaan teknis dalam penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten/Kota. Tujuan dari kegiatan Fasilitasi Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPUM) Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten/Kota ini adalah tersusunnya RPUM Kabupaten/Kota Bidang PU/Cipta Karya yang sesuai dengan kebutuhan nyata daerah dan rencana pengembangan wilayah dengan dukungan peran Pemerintah Provinsi selaku koordinator dan enabler pembangunan bidang Cipta Karya. Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut; 1) Tersusunnya RPIJM Kabupaten/Kota yang sesuai dengan kebutuhan prioritas daerah dan rencana, pengembangan wilayah yang mengacu pada RTRW Kabupaten/Kota yang bersangkutan. 2) Tersusunnya RPIJM Kabupaten/Kota yang memenuhi kelayakan teknik, ekonomi, keuangan, social dan lingkungan yang didukung dengan kelembagaan daerah yang memadai. 3) Tersusunnya rencana investasi daerah yang dapat didanai dengan berbagai skema pendanaan baik melalui dana sendiri (APBD Kota/Kabupaten ), dana -dana hibah (APBN, APBD Provinsi) dan dana hibah/pinjamsn luar negeri maupun dana swasta. 1.4 Mekanisme dan Frame penyusunan RPIJM 1) Eksekutif Summary Usulan Rencana Program Investasi Jangka Menengah bidang PU/Cipta Karya serta kesepakatan program antara pemerintah pusat, Provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. 2) Strategi dan rencana pembangunan perkotaan dan perdesaan (kota/kabupaten) yang mencakup pembahasan isu dan kecenderungan Bab 1-5

8 situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah, lingkungan strategis, skenario pembangunan serta rencana pembangunan yang ditetapkan. 3) Kajian kelayakan investasi (feasibility study) prasarana dan sarana bidang PU/Cipta Karya yang meliputi kelayakan teknis, teknologis, ekonomi, finansial, lingkungan, dan kelayakan sosial serta kelayakan manajemen yang dilandasi oleh rencana induk sistem serta penetapan prioritas program/proyek. 4) Kajian integratif RPIJM disesuaikan dengan kapasitas kemampuan pembiayaan dan kelembagaan. 5) Memorandum program investasi PS Bidang PU/Cipta Karya 6) Social Safeguard (Land Acquisition and Resettlement Plan) 7) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) 8) Analisis Keuangan Daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan 9) Rencana Peningkatan Pendapatan Daerah 10) Rencana Pengembangan Kelembagaan Daerah 11) Lampiran Penunjang (rencana tata ruang, rencana induk sistem, FS sektor, dll) c. Kegiatan Bidang PU/Cipta Karya yang dapat dimasukkan dalam RPIJM tersebut meliputi, antara lain: 1) Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan untuk mendukung: i) pengembangan kawasan agropolitan, ii) pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa (KTP2DJ dan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), dan iii) penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal (PPIP) 2) Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh dan Nelayan, melalui: i) penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), ii) penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP), dan iii) peremajaan kawasan kumuh/nelayan; Bab 1-6

9 3) Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui: i) penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI- POLRI/Pekerja, ii) pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan iii) penyediaan infrastruktur di daerah terpencil/pulau kecil/kawasan perbatasan; 4) Pengembangan Infrastruktur Permukiman Perkotaan, meliputi: i) Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) air minum, ii) Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat, iii) Pengelolaan Persampahan iv) Drainase Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan/bersejarah; 5) Pengembangan Kawasan Permukiman, Meliputi penyediaan infrastruktur untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan pengembangan kawasan ekonomi terpadu; 6) Pembinaan teknis penataan bangunan dan lingkungan untuk memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan gedung serta lingkungan yang layak huni. d. Kegiatan penyusunan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten/Kota perlu disusun oleh Satgas.RPIJM Kabupaten/Kota dengan mendasarkan pada manajemen strategis pembangunan daerah yang mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar dan demand of development serta melalui pendekatan partisipatif, yang sedapat mungkin melibatkan berbagai stakeholder pembangunan. Bab 1-7

10 K A R A K T E R I S T I K U M U M K O T A J A M B I Bab 2-1

11 Identifikasi awal kawasan perencanaan merupakan tinjauan awal yang berupa penyajian kondisi kawasan wilayah perencanaan ditinjau dari wilayah Kota Jambi secara keseluruhan. Pembahasan ditekankan pada gambaran umum wilayah Kota Jambi yang berupa data sekunder. Adapun tinjauannya adalah sebagai berikut : 2.1. Karakteristik Fisik Dasar A. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan Ibukota Propinsi Jambi, secara geografis terletak pada koordinat sampai dengan Lintang Selatan dan sampai dengan Bujur Timur. Secara administrasi wilayah kota Jambi berbatasan langsung dengan : Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi. Luas wilayah Kota Jambi hektar terdiri dari 8 kecamatan dan 55 kelurahan. Untuk lebih jelasnya mengenai orientasi wilayah Kota Jambi dan batas administrasinya dapat dilihat pada Tabel II.1.1 dan Gambar Bab 2-2

12 Tabel II.1.1 Luas Wilayah Administrasi Kota Jambi No Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas (Km2) 1 Kotabaru Jambi Selatan Jelutung Pasar Jambi Telanaipura Danau Teluk Pelayangan Jambi Timur Kota Jambi Sumber : Kota Jambi Dalam Angka 2007 B. Iklim dan Curah Hujan Pada umumnya wilayah Kota Jambi dan sekitarnya ber iklim tropis dengan dipengaruhi oleh dua musim, yaitu Musim Barat dan Musim Timur. Pada saat Musim Barat angin bertiup ke arah barat yang biasanya terjadi pada bulan April bulan Oktober, sementara pada Musim Timur angin bertiup ke arah Timur dan Selatan yang berlangsung pada bulan Oktober bulan April. Musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dan musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April. Selama tahun 2002 curah hujan di wilayah Kota Jambi menunjukkan curah hujan sebesar mm, dengan jumlah hari hujan dalam setahun sekitar 130 hari. Jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 367 mm dengan jumlah hari hujan 20 hari dan jumlah curah hujan terkecil terjadi pada bulan September yaitu 0 mm dengan jumlah hari hujan 0 hari. Sedangkan suhu / temperatur udara rata-rata mencapai 26 C 27,8 C, dengan kelembaban nisbi bulanan berkisar antara 81% - 89%. Bab 2-3

13 KOTA JAMBI Gambar PETA BATAS ADMINISTRASI KOTA JAMBI PEMERINTAH KOTA JAMBI TAHUN 2000 Bab 2-4

14 C. Kelerengan Lahan Berdasarkan data tahun 2002 diketahui sebagian besar wilayah Kota Jambi mempunyai kelerengan antara 0 2% yaitu seluas hektar atau sekitar 55,15% dari luas keseluruhan Kota Jambi. Wilayah dengan kelerengan 2 8% seluas hektar ( 26,04%), kemiringan 8 15% seluas hektar (13,30 %). Jika dilihat penyebarannya pada masing-masing kecamatan, kemiringan lereng 0 2% tersebar di seluruh kecamatan, sebagian besar terdapat di Kecamatan Jambi Selatan dan Telanaipura yaitu masing-masing seluas hektar dan hektar. Kelerengan 2 8% tersebar di lima kecamatan yaitu Kecamatan Kota Baru seluas hektar, di Kecamatan Jambi Selatan seluas 629 hektar, Kecamatan Jelutung seluas 401 hektar, Kecamatan Pasar Jambi seluas 40 hektar dan Kecamatan Telanaipura seluas 111 hektar. D. Geologi dan Struktur Batuan Dilihat dari struktur batuan, pada umumnya wilayah Kota Jambi terbentuk dari struktur batuan endapan permukaan, batuan sedimen umur miosen dan batuan sedimen umur pliosen. Struktur batuan endapan permukaan pada umumnya tersebar di sebelah utara Sungai Batanghari, meliputi Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan. Sedangkan batuan sedimen umur miosen tersebar di sebelah barat wilayah Kota Jambi meliputi Kecamatan Kota Baru. Dilihat luasannya, jenis batuan endapan permukaan menempati areal seluas hektar, batuan sedimen umur miosen seluas hektar dan batuan sedimen umur pliosen seluas hektar. E. Jenis dan Tekstur Tanah Jenis tanah di wilayah Kota Jambi dapat dibedakan kedalam empat jenis tanah yaitu jenis tanah Gleisol Hidrik, Podsolik Gleiik, Alluvial dan Podsolik. Dari keempat jenis tanah tersebut yang paling dominan adalah jenis Bab 2-5

15 tanah podsolik yaitu seluas hektar, sedangkan jenis tanah lainnya yaitu tanah alluvial, tanah gleisol hidrik dan jenis tanah podsoil gleik masing-masing seluas hektar, 796 hektar dan 60 hektar. Dilihat penyebarannya, jenis tanah podsoil pada umumnya tersebar di Kecamatan Telanaipura, Kota Baru, Jelutung dan Jambi Selatan. Jenis tanah alluvial umumnya terdapat di daerah dataran seperti di Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan. Tekstur tanah adalah gambaran perbandingan antara pembentuk tanah, yaitu fraksikot, debu dan pasir. Pembentukan tanah terjadi karena adanya pelapukan mekanik, pelapukan kimia dan pelapukan organisme. Akibat proses pelapukan tersebut, maka terjadi macam-macam kelas tekstur tanah, penggolongan tekstur tanah tersebut meliputi tekstur halus, tekstur sedang dan tekstur kasar. Komposisi ini menentukan kualitas fisik kawasan. Tekstur tanah di wilayah Kota Jambi dapat dibedakan kedalam jenis halus, sedang dan kasar. Tanah dengan tekstur halus menempati areal seluas hektar atau sekitar 17,43% dari luas wilayah keseluruhan, tekstur sedang seluas hektar atau seluas 74,89% dan tekstur kasar seluas 488 hektar atau seluas 2,38% dari luas wilayah keseluruhan kota Jambi. F. Kedalaman Efektif Tanah Sebagian besar wilayah Kota Jambi mempunyai kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm yaitu seluas hektar atau sekitar 93,78% dari luas wilayah keseluruhan Kota Jambi. Sedangkan kedalaman efektif tanah lainnya berkisar antara cm seluas 188 hektar atau sekitar 0,91% dari luas wilayah keseluruhan. Kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm sebagian besar terdapat dua kecamatan yaitu Kecamatan Kota Baru seluas hektar dan Kecamatan Jambi Selatan seluas hektar. Bab 2-6

16 G. Hidrologi Kota Jambi dibelah oleh Sungai Batanghari menjadi 2 ( dua ) bagian yaitu bagian selatan dan bagian utara. Bagian selatan merupakan bagian terbesar wilayah kota Jambi dimana terdapat 5 buah anak Sungai Batanghari, yaitu : 1. Sungai Kenali Besar Sungai ini melewati Kecamatan Kotabaru dan Kecamatan Telanaipura, kemudian masuk kedalam Danau Kenali terus ke Danau Sipin dan akhirnya bermuara ke Sungai Batanghari. 2. Sungai Kambang Daerah pengaliran Sungai Kambang meliputi sebagian Kelurahan Simpang III Sipin di Kecamatan Kotabaru dan Kelurahan Simpang IV Sipin. 3. Sungai Asam Daerah pengaliran Sungai Asam meliputi Kecamatan Kotabaru (yaitu meliputi sebagian Kelurahan Kenali Asam Bawah, sebagian Kelurahan Kenali Asam Atas, Kelurahan Sukakarya, Kelurahan Simpang III Sipin dan Kelurahan Paal Lima), Kecamatan Jelutung (yaitu meliputi Kelurahan Jelutung, Kelurahan Lebak Bandung dan Kelurahan Cempaka Putih), Kecamatan Pasar Jambi (meliputi Kelurahan Beringin dan Kelurahan Orang Kayo Hitam). 4. Sungai Tembuku Daerah pengaliran Sungai Tembuku meliputi sebagian Kecamatan The Hok, Kelurahan Tambak Sari, sebagian Kelurahan Kebon Handil, Kelurahan Jelutung, sebagian Kelurahan Cempaka Putih, Kelurahan Talang Jauh, sebagian Kelurahan Sulanjana, Kelurahan Rajawali dan Kelurahan Kasang. Bab 2-7

17 5. Sungai Selincah Daerah pengaliran Sungai Selincah meliputi Kelurahan Talang Bakung dan Kelurahan Sijenjang. Sungai Batanghari selain berfungsi hidrologi juga berfungsi sebagai prasarana transportasi dan penunjang kegiatan ekonomi masyarakat serta sebagai sumber air baku untuk air minum. Sedangkan danau yang ada di Kota Jambi antara lain adalah Danau Sipin, Danau Teluk, Danau Penyengat dan Danau Kambang. 2.2 Karakteristik Penggunaan Lahan dan Bangunan A. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Jambi dari luas wilayah hektar, sebagian besar merupakan penggunaan non urban seluas hektar atau sekitar 74,84% dari luas keseluruhan Kota Jambi. Penggunaan urban seluas 5.134,2 hektar atau seluas 25,16% dari luas wilayah keseluruhan Kota Jambi. Konsentrasi luasan bangunan terluas berada di Kecamatan Jambi Selatan dengan Ha sementara di Kecamatan Pelayangan hanya terdapat 98 Ha. Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan di Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel II Bab 2-8

18 No Nama Kecamatan Tabel II.2.1. Luas Penggunaan Lahan Di Kota Jambi Lahan Sawah Lahan Kering Bangunan Tegal / Kebun Padang Rumput Lainnya 1 Kotabaru - 3, , Jambi Selatan , Jelutung Pasar Jambi , Telanaipura , Danau Teluk Pelayangan Jambi Timur Kota Jambi 1, , , , ,508.5 Sumber : Kota Jambi dalam angka 2007 B. Penggunaan Bangunan Berdasarkan data diketahui luas daerah terbangun di Kota Jambi seluas hektar atau 25,16% dari luas keseluruhan wilayah Kota Jambi. Sedangkan daerah yang belum terbangun seluas hektar atau 74,84% dari luas keseluruhan Kota Jambi. Penggunaan lahan untuk daerah terbangun ini terdiri dari beberapa jenis penggunaan seperti rumah hunian, gedung olah raga, pertokoan, perkantoran, tempat ibadah, industri, terminal, kuburan, sekolah dan lain-lain Karakteristik Sosial Kependudukan Berdasarkan registrasi penduduk tahun 2007, jumlah penduduk sebesar orang. Terdiri dari penduduk laki-laki sebesar dan perempuan orang. Laju pertumbuhan penduduk dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 4,05 persen. Besaran ini meningkat lebih dari tiga kali lipat dibanding laju pertumbuhan tahun 2006, sebesar 1,27 persen. Penyebabnya antara lain Bab 2-9

19 adalah pertumbuhan penduduk kecamatan Kota Baru dan kecamatan Pelayangan yang lebih dari 10 persen. Komposisi penduduk tidak mengalami perubahan, jumlah penduduk laki-laki tetap lebih banyak dibanding perempuan. Rasio jenis kelamin (sex ratio) tahun 2007 sebesar 102, artinya di Kota Jambi terdapat 102 laki-laki per 100 perempuan. Selama empat tahun terakhir yaitu tren jumlah penduduk Kota Jambi terus meningkat. Laju pertumbuhan penduduk selama empat tahun tersebut sebesar 1,91 persen artinya kecepatan perubahan penduduk rata-rata setiap tahun adalah 1,91 persen. Menurut jenis kelamin, laju pertumbuhan penduduk laki-laki selama empat tahun sebesar 1,92 persen sedangkan laju pertumbuhan penduduk perempuan sebesar 1,90 persen. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin tidak berubah dari tahun ke tahun, jumlah penduduk laki-laki selalu lebih besar dari penduduk perempuan. Rata-rata rasio jenis kelamin per tahun adalah sebesar 102. Hanya tahun 2005 besarnya rasio jenis kelamin 101. A. Penduduk Kota Jambi Menurut Kecamatan Pertumbuhan penduduk di delapan kecamatan di Kota Jambi cukup bervariasi. Pertumbuhan penduduk terbesar di Kecamatan Kota Baru sebesar 13,21 persen. Hal ini wajar mengingat pesatnya perkembangan jumlah pemukiman baru (perumahan) yang dibangun di kawasan ini. Selain itu kecamatan Pelayangan juga mengalami pertumbuhan cukup besar yaitu 10,49 persen. Bab 2-10

20 No Nama Kecamatan Tabel II.3.1 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Jambi per Kecamatan Tahun 2007 Jumlah Kelurahan Jumlah Penduduk Kotabaru ,21 2 Jambi Selatan ,65 3 Jelutung ,24 4 Pasar Jambi ,97 5 Telanaipura ,24 6 Danau Teluk ,41 7 Pelayangan ,49 8 Jambi Timur ,79 Jumlah ,05 Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2007 % Dari orang penduduk Kota Jambi, sebagian besar atau 24,2 persen adalah penduduk Kecamatan Kota Baru, sedangkan persentase terkecil yaitu 2,61 persen bermukim di Kecamatan Danau Teluk. B. Penduduk Kota Jambi Menurut Jenis Kelamin Tabel II.3.2 Jumlah dan Jenis Kelamin Penduduk Kota Jambi per Kecamatan Tahun 2007 PENDUDUK Rasio No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Jenis 1 Kotabaru Jambi 58,533 55, , Selatan 49,925 49,225 99, Jelutung 30,311 31,231 61, Pasar Jambi 7,549 7,807 15, Telanaipura 38,244 37,980 76, Danau Teluk 6,188 6,102 12, Pelayangan 6,924 6,679 13, Jambi Timur 40,655 38,123 78, J u m l a h 238, , , Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2007 Bab 2-11

21 Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan banyaknya penduduk perempuan dengan banyaknya penduduk laki-laki pada suatu daerah dan waktu tertentu. Angka yang diperoleh dari rasio jenis kelamin menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Apabila angka yang diperoleh dari rasio jenis kelamin lebih besar dari 100 berarti jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan. Sedangkan untuk angka kurang dari 100 berarti jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki. Kecamatan-kecamatan di Kota Jambi yang mempunyai rasio jenis kelamin kurang dari 100 adalah Kecamatan Jelutung dan Pasar Jambi dengan rasio jenis kelamin sama yaitu 97. Artinya pada dua kecamatan tersebut terdapat 97 lakilaki per 100 perempuan. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan terbesar di kecamatan Jambi Timur, dengan rasio jenis kelamin 107 yang artinya dari setiap 100 perempuan terdapat 107 laki-laki. C. Tingkat Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Jambi Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencatatkan setiap kejadian kelahiran dan kematian adalah salah satu kelemahan data registrasi penduduk. Dari pencatatan registrasi penduduk tahun 2007 terdapat kelahiran dan kematian. Bab 2-12

22 Tabel II.3.3 Tingkat Kelahiran Penduduk Kota Jambi per Kecamatan Tahun 2007 No Kecamatan Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Kasar 1 Kotabaru 100, Jambi Selatan 98, Jelutung 61, Pasar Jambi 14, Telanaipura 76, Danau Teluk 12, Pelayangan 22, Jambi Timur 81, J u m l a h Penduduk Pertengahan Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2007 Kelahiran Angka Kelahiran 466,683 1,224 1,024 2,248 5 No Kecamatan Tabel II.3.4 Tingkat Kematian Penduduk Kota Jambi per Kecamatan Tahun 2007 Penduduk Pertengahan tahun Kematian Laki-laki Perempuan Jumlah Angka Kematian Kasar 1 Kotabaru 100, Jambi Selatan 98, Jelutung 61, Pasar Jambi 14, Telanaipura 76, Danau Teluk 12, Pelayangan 22, Jambi Timur 81, J u m l a h 466, ,141 2 Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2007 Berdasarkan data tersebut kita dapatkan angka kelahiran kasar (crude birth rate) Kota Jambi tahun 2007 adalah 5 orang per orang penduduk, dengan angka kematian kasar ( crude death rate) sebesar 2 orang per orang penduduk. Bab 2-13

23 Tabel II.3.5 Jumlah Penduduk Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2007 Kelompok Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempuan Jumlah ,548 23,955 48, ,258 19,769 40, ,688 21,164 42, ,642 22,094 44, ,501 24,885 50, ,216 25,583 51, ,113 17,676 35, ,066 18,606 37, ,491 15,118 30, ,823 13,489 27, ,963 10,698 21, ,150 6,977 14, ,243 5,117 10, ,575 3,489 7, ,383 2,326 4, ,669 1,627 3,296 Jumlah 238, , ,902 Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2007 Sementara apabila ditinjau dari struktur kelompok umur penduduk Kota Jambi seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.13 diatas, dapat dilihat bahwa perbandingan penduduk dengan kelompok umur usia produktif masih dapat menanggung penduduk kelompok umur usia belum produktif dan penduduk kelompok umur nin produktif. D. Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Jambi Luas wilayah Kota Jambi adalah 205,38 km2 dengan jumlah penduduk jiwa, maka kepadatan penduduk Kota Jambi tahun 2007 adalah jiwa/km2. Kepadatan penduduk per kecamatan cukup bervariasi sesuai dengan luas masing-masing wilayah. Kecamatan Jelutung mempunyai tingkat kepadatan penduduk terbesar dari delapan kecamatan yang ada di Kota Jambi Bab 2-14

24 yakni jiwa/km2, sementara kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Danau Teluk sebesar 783 jiwa/km2 Tabel II.3.6 Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Jambi per Kecamatan Tahun 2007 No Kecamatan Luas wilayah (km2) Penduduk Kepadatan Penduduk 1 Kotabaru ,959 1,465 2 Jambi Selatan ,150 2,910 3 Jelutung ,542 7,770 4 Pasar Jambi ,356 3,820 5 Telanaipura ,224 2,508 6 Danau Teluk , Pelayangan , Jambi Timur ,778 3,898 J u m l a h ,902 2,293 Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2007 Gambarl II.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Jambi per Kecamatan Tahun Jumlah Kepadat a K ot ab ar u Jb_S el Jelut u n g Psr _ Jbi T elan a ipur a D_T eluk P elaya n gan Jbi_T imur Bab 2-15

25 E. Jumlah Rumah Tangga dan Rata Rata Jumlah Anggota Keluarga Penduduk Kota Jambi Di seluruh kecamatan di Kota Jambi terdapat rumah tangga dengan rata rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 5 orang. Apabila diasumsikan sebanyak 60% dari seluruh rumah tangga adalah pemilik 1 unit rumah tinggal, maka diperkirakan jumlah rumah tinggal di Kota Jambi sebanyak unit. Tabel II.3.7 Jumlah dan Rata rata Anggota Rumah Tangga Penduduk Kota Jambi per Kecamatan Tahun 2007 No Kecamatan Penduduk Rumah Tangga Rata-rata Anggota Rumah Tangga 1 Kotabaru 113,959 24, Jambi Selatan 99,150 23, Jelutung 61,542 15, Pasar Jambi 15,356 3, Telanaipura 76,224 16, Danau Teluk 12,290 2, Pelayangan 13,603 3, Jambi Timur 78,778 15,730 5 J u m l a h 470, ,943 Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, Karakteristik Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana dan prasarana transportasi di Kota Jambi, pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu transportasi melalui darat, melalui air, dan udara. Hal ini sesuai dengan karakteristik wilayah Kota Jambi, dimana selain dapat memanfaatkan transportasi darat, juga dengan adanya sungai Batanghari di bagian utara kota, menjadikan transportasi melalui air merupakan salah satu prasarana transportasi yang penting. Terutama menghubungkan Kota Jambi dengan wilayah lain yang belum dapat dijangkau dengan angkutan darat, atau untuk kegiatan angkutan barang dengan volume yang cukup besar. Selain itu juga terdapat Bandara Sultan Thaha yang dapat menghubungkan Kota Jambi dengan kota-kota besar lainnya ( eksternal kota ). Bab 2-16

26 A. Transportasi darat 1. Jaringan Jalan Jaringan jalan yang ada di Kota Jambi, jumlahnya ( panjang ) terus bertambah, pada tahun 1993, tercatat total panjang jalan yang ada ialah 419,48 km, dan pada tahun 1997 meningkat menjadi 549,09 km, sedangkan pada tahun 2002 tercatat sepanjang 579,488 km, atau bertambah sepanjang 160 km selama 6 tahun terakhir. Berdasarkan konstruksinya, jaringan jalan yang ada di Kota Jambi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis perkerasan, yaitu konstruksi Aspal, Koral/Batu, dan Tanah. Dari data tahun 1996, dari total panjang jalan yaitu 419,542 km, jalan dengan konstruksi aspal tercatat sepanjang 284,973 km ( 67,93% ), konstruksi Batu/Koral 3,985 km ( 0,95% ), dan konstruksi Perkerasan tanah sepanjang 130,584 km ( 31,13% ). Sedangkan pada tahun 1997, total panjang jalan yang ada ialah 549,09 km, jalan dengan konstruksi aspal sepanjang 351,81 km ( 64,07% ), konstruksi perkerasan tanah 197,28 km ( 35,93% ) dan tidak terdapat jalan dengan perkerasan batu/koral. Pada tahun 2002, dimana tercatat panjang jalan total menjadi 579,488 km, jalan dengan konstruksi aspal sepanjang 364,52 km ( 62,90% ), konstruksi perkerasan tanah sepanjang 214,97 km ( 41,76% ), tidak tercatat adanya jaringan jalan dengan konstruksi perkerasan batu/koral. Berdasarkan kondisinya, dibagi menjadi 4 kategori, yaitu baik, sedang, rusak dan rusak berat. Pada tahun 1993, dari sepanjang 419,54 km jaringan jalan total se Kota Jambi, dalam kondisi baik sepanjang 268,55 km ( 64,01% ), kondisi sedang 73,31 km ( 17,47% ), dan kondisi rusak 77,68 km ( 18,52% ), tidak tercatat adanya jaringan jalan dalam kondisi rusak berat. Pada tahun 2002 dimana tercatat panjang total jaringan jalan menjadi 579,488 km, dalam kondisi baik sepanjang 341,64 km ( 58,96% ), dalam kondisi rusak sepanjang 40,16 km ( 6,93% ), dan Bab 2-17

27 dalam kondisi rusak berat sepanjang 197,69 km ( 34,11% ), tidak tercatat adanya jaringan jalan dengan kondisi sedang. Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan yang ada di Kota Jambi terbagi menjadi Arteri Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Sekunder, Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan. Pada tahun 2002, yang termasuk kedalam jaringan Jalan Arteri Primer : sepanjang 38,403 km, Arteri Sekunder 49,537 km, Kolektor Sekunder 47,615 km, sehingga total panjang jaringan jalan di Kota Jambi dengan hirarki fungsi sampai dengan kolektor sekunder ialah : 135,555 km. Sisanya sepanjang km termasuk kedalam Jaringan Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan. Berdasarkan data Pengamatan Lapangan, dan data Kajian Pengembangan Jaringan Jalan Kota Jambi Direktorat Bina Jalan Kota, Bina Marga Dep. Pekerjaan Umum, Jaringan jalan arteri primer di Kota Jambi terdiri dari beberapa ruas jalan yaitu : a. Jalan yang menghubungkan pelabuhan udara Sultan Thaha dengan pusat kota, yaitu Jalan Abd. Rahman Saleh, Jalan Jend. Sudirman dan Jalan Gatot Subroto. b. Jalan utama masuk Kota Jambi untuk lalu lintas regional, dari wilayah selatan ( Palembang ), yaitu jalan Laksamana Surya Darma, Jalan Pangeran Hidayat, Jalan Prof. Moh. Yamin, Jalan Sultan Agung dan Jalan Sultan Thaha. c. Jalan utama masuk Kota Jambi untuk lalu lintas regional, dari wilayah selatan (Palembang), yaitu Jalan Laksamana Surya Darma, Jalan Pangeran Hidayat, Jalan Prof. Moh. Yamin, Jalan Sultan Agung dan Jalan Sultan Thaha. d. Jalan yang menghubungkan Kota Jambi dengan Pelabuhan, yaitu jalan Yos Sudarso, Jalan M. Pamuk dan Jalan Sultan Thaha. e. Jalan utama masuk Kota Jambi untuk lalu litnas regional, dari wilayah barat (Padang), yaitu Jalan Patimura, Jalan Letkol Abunjani, Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro, Jalan Sultan Agung dan Jalan Sultan Thaha. Bab 2-18

28 f. Jalan utama masuk Kota Jambi untuk lalu lintas regional, dari wilayah utara ( Pekan Baru ), yaitu Jalan Lingkar Barat V, Jalan Lingkar Barat IV, Jalan Patimura, Jalan Letkol. Abunjani, Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro, Jalan Sultan Agung, dan Jalan Sultan Thaha. Untuk jaringan jalan Arteri Sekunder, meliputi : Jaringan jalan Lingkar Barat I sampai dengan Lingkar Barat III. Jaringan jalan Lingkar Selatan I sampai Lingkar Selatan III. Jaringan Jalan Lingkar Timur I dan II. Ruas jalan : Slamet Riyadi, Sudewi Maschun, GA. Siwabesy, Amir Hamzah, Basuki Rahmat, Agus Salim, Adam Malik, Orang Kayo Hitam, Rangkayo Pingai, KH. Hasan Anang, dst. 2. Sarana Transportasi Dalam kompilasi ini, yang dimaksud dengan Sarana Transportasi ialah, sarana transportasi yang bersifat melayani angkutan umum (orang/barang) sebagai salah satu service / pelayanan kota dalam mengantarkan orang/barang ke tempat tujuannya, meliputi : kompilasi jumlah kendaraan Angkutan Umum untuk orang atau barang, baik dalam Kota ( Angkot ), maupun regional, dan Rute serta Jumlah Angkutan Kota. Kendaraan angkutan umum yang ada di Kota Jambi secara umum dibagi menjadi 5 jenis, yaitu : Angkutan Dalam Kota ( Angkot ) Angkutan Kota Dalam Propinsi ( AKDP ) Angkutan Kota Antar Propinsi ( AKAP ) Angkutan Truk Taxi Angkutan Sewa (Rent Car) Angkutan Pariwisata Bab 2-19

29 Jumlah Angkutan Kota (Angkot) pada tahun 2003 hingga tahun 2007 tidak mengalami peningkatan yakni tetap sebanyak kendaraan. Angkutan Kota Dalam Propinsi ( AKDP ), pada tahun 2003 berjumlah 463 kendaraan, pada tahun 2007 jumlahnya meningkat menjadi 626 kendaraan. Untuk Angkutan Kota Antar Propinsi ( AKAP ), pada tahun 2003 berjumlah 521 kendaraan, dan pada tahun 2003 berkurang menjadi 174. Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya angkutan udara sebagai alternatif utama sarana perjalanan antar propinsi dengan jangkauan yang lebih luas. Angkutan Truk, pada tahun 2003 berjumlah kendaraan, dan pada tahun 2007 menyusut drastis menjadi hanya sebanyak 493 kendaraan. Sebagaimana dengan kondisi angkutan orang, angkutan barang pun sudah dapat diakomodasikan secara efektif oleh angkutan udara. Untuk data lebih lengkap, dapat dilihat pada Tabel II.4.1. No Tahun Dalam Kota Tabel II.4.1 Banyaknya Kendaraan Angkutan Di Kota Jambi Tahun 2003 s.d 2007 Antar Kabupaten Jenis Angkutan ( Unit ) Antar Propinsi Angkutan Truk Taxi Angkutan Sewa Angkutan Pariwisata , , , , ,038 * * ** 80 * * ,038 * * ** 80 * * , Sumber : Kantor DLLAJR Kotamadya Jambi Untuk Angkutan Dalam Kota ( Angkot ) terbagi dalam 5 trayek dan 14 jurusan, kesemuanya diatur dalam SK Walikota Jambi No. 13 tahun Terminal Sistem Terminal yang ada di Kota Jambi, sebagai salah satu komponen penting dalam sistem transportasi, secara umum sudah dilakukan Bab 2-20

30 dengan memisahkan Terminal Lokal dan Terminal Regional. Pada tahun 1993, di Kota Jambi terdapat 4 buah Terminal, yaitu : Terminal Angkutan Kota, terletak di Kecamatan Pasar Jambi, yaitu di Jl. Sersan Zuraida dan Jl. Marsda Halim. Terminal Antar Kota, terletak di Kecamatan Telanaipura, yaitu di Jl. Sumantri Brojonegoro. Terminal Luar Kota, terletak di Kecamatan Kota Baru, di Jl. HOS Cokroaminoto. Terminal Truk, terletak di Kecamatan Kota Baru, yaitu di Jl. HOS Cokroaminoto. Pada tahun 1997, Terminal Antar Kota di Jl. Sumantri Brojonegoro dan Terminal Luar Kota di Jl. HOS Cokroaminoto, digabungkan menjadi satu Terminal Regional, yaitu Terminal Alam Barajo yang terletak di Simpang Rimbo Kota Baru. Sejak tahun 1997, Terminal di Kota Jambi menjadi : Terminal Angkutan Kota Rawasari terletak di pusat kota, yaitu di Kecamatan Pasar Jambi, Jl. Sersan Zuraida. Berfungsi sebagai Terminal Dalam Kota melayani Angkutan Dalam Kota ( Angkot ). Melayani 5 Trayek angkutan yang terbagi menjadi 14 Jurusan. Terminal Truk, di Kec. Kota Baru, yaitu di Jl. HOS Cokroaminoto, melayani angkutan kendaraan Truk besar, sedang dan kecil. Terminal Regional Alam Barajo Simpang Rimbo, berfungsi sebagai Terminal Regional, melayani Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP), dan Angkutan Kota Antar Propinsi ( AKAP ). Pada tahun 2007 terminal di Kota Jambi terdiri dari : Terminal Angkutan Kota Rawasari terletak di pusat kota, yaitu di Kecamatan Pasar Jambi, Jl. Sersan Zuraida. Berfungsi sebagai Terminal Dalam Kota melayani Angkutan Dalam Kota ( Angkot ). Melayani 5 Trayek angkutan yang terbagi menjadi 14 Jurusan. Bab 2-21

31 Terminal Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi ( AKDP ), di Kec. Kota Baru, yaitu di Jl. HOS Cokroaminoto, melayani kendaraan angkutan penumpang antar kota dalam Provinsi Jambi. Terminal Regional Alam Barajo Simpang Rimbo, berfungsi sebagai Terminal Regional, melayani Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP), dan Angkutan Kota Antar Propinsi ( AKAP ). B. Transportasi Sungai Transportasi Sungai di Kota Jambi, terjadi karena adanya Sungai Batanghari di bagian utara kota, dimana lalu lintas air sepenuhnya dibawah pembinaan LLASDP. Untuk melayani kegiatan transportasi sungai tersebut, maka di Kecamatan Pasar Jambi, di Jalan Sultan Thaha ditempatkan sebuah Pelabuhan Sungai. Kegiatan transportasi sungai di Kota Jambi, saat ini sepenuhnya memanfaatkan Sungai Batanghari, yang memisahkan Pusat Kota Jambi dengan Kota Jambi Seberang ( Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan ). Saat ini kegiatan transportasi sungai tersebut mempunyai 2 sifat pelayanan, yaitu untuk keperluan internal kota, serta external kota. Internal Kota, yaitu melayani pergerakan antar kedua tepi sungai Batanghari yang berfungsi sebagai penyeberangan, menghubungkan Pusat Kota Jambi dengan Jambi Seberang. Kegiatan penyeberangan ini lebih didominasi untuk angkutan orang, sedangkan untuk angkutan barang lebih berkembang melalui Jembatan Aur Duri. Untuk transportasi external Kota Jambi, yaitu menghubungkan Kota Jambi dengan kota-kota lain di bagian hulu dan hilir sungai. Kegiatan transportasi ini melayani angkutan orang, dan barang, terutama untuk angkutan kayu, dimana sepanjang DAS Batanghari banyak dijumpai Industri Pengolahan Kayu. Bab 2-22

32 Kegiatan transportasi sungai ini dilayani oleh beberapa jenis kapal, mulai dari kapal kecil tanpa motor, sampai kapal motor berukuran besar, sedangkan berdasarkan Ship Call, kapal-kapal yang ada di pelabuhan Jambi terdiri dari Kapal Nasional, Kapal Asing, Pelayaran Rakyat, dan Non Pelayaran. Berdasarkan data statistik, jumlah kapal penumpang dan barang yang datang dan berangkat di Pelabuhan Jambi dari tahun 2001 sampai 2007 memperlihatkan kecenderungan yang fluktuatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.4.2. Tabel II.4.2 Jumlah Penumpang Yang Datang dan Berangkat Serta Jumlah Barang Yang Bongkar Muat Di Pelabuhan Tahun 2001 s.d 2007 Tahun Penumpang Barang Datang Berangkat Bongkar Muat ,153 23, ,215 40,432 90,886 91, ,200 2,250 13,460 3, ,687 17, ,176 13, ,115 12, ,821 37,510 14,748 12,583 Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, Tahun 2007 C. Transportasi Udara Kegiatan Transportasi Udara di Kota Jambi dilayani oleh Pelabuhan Udara Sultan Thaha Syaifudin, yang melayani jalur komersial ke Jakarta dan Batam. Dengan fasilitas Runway berukuran 30 x m, dapat melayani jenis pesawat F-28. Dari data statistik, diketahui bahwa untuk jumlah pesawat yang datang maupun pergi, sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 meningkat pesat. Pada tahun 2001 jumlah pesawat yang datang / berangkat sebanyak1.332 pesawat, kemudian sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan pesat menjadi pesawat. Bab 2-23

33 Jumlah penumpang, sejak tahun 2001 hingga tahun 2008 mengalami peningkatan pesat, dimana pada tahun 2001 mencapai penumpang datang dan berangkat, dan pada tahun 2007 mencapai penumpang datang, dan penumpang berangkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.4.3. Tabel II.4.3 Jumlah Pesawat dan Penumpang Yang Datang dan Berangkat Di Bandara Udara Sultan Thaha Tahun 2001 s.d 2007 Tahun Pesawat Penumpang Datang Berangkat Datang Berangkat Transit ,332 1,332 74,452 77, ,026 2, , , ,883 2, , , ,975 3, , ,967 2, ,334 3, , , ,496 3, , ,622 1, ,284 3, , ,158 - Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, Tahun Kondisi Aktual Tata Ruang Kota Jambi Pada bagian ini akan kondisi aktual pola penataan ruang di Kota Jambi ditinjau dari aspek aspek pembahasan yang terkait dengan konteks pengembangan kegiatan perkotaan yang terdapat pada dokumen rencana tata ruang yang masih berlaku. A. Struktur Tata Ruang Kota Jambi Kegiatan utama kota merupakan kegiatan yang menjadi orientasi penduduk untuk keperluan pemenuhan kebutuhan pelayanan dan pekerjaan. Berdasarkan potensi yang dimiliki serta kebijakan pengembangan Kota Jambi, Di dalam dokumen rencana tata ruang Kota Jambi diarahkan pengembangan beberapa kegiatan utama yang diharapkan dapat Bab 2-24

34 berkembang menjadi orientasi penduduk. Beberapa kegiatan tersebut antara lain adalah : Pusat Permukiman Pusat Perdagangan & Jasa Industri Perkantoran dan Pelayanan Umum Terminal Bandar Udara Sub Pusat Pelayanan Berdasarkan kondisi aktual yang berkembang, alokasi kegiatan terminal dan industri sudah tidak relevan lagi dijadikan acuan dalam menentukan orientasi bagi penduduk untuk keperluan pemenuhan kebutuhan pelayanan dan pekerjaan. Alokasi pengembangan terminal dengan berbagai fungsi dan hierarkinya cenderung tidak dapat bertahan dan berkembang sebagaimana yang diharapkan. Saat ini terminal induk Alam Barajo sudah tidak dapat dikatakan berkembang dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan karena sebagian besar angkutan kota, angkutan antar kota dan antar propinsi yang seharusnya menempati lokasi tersebut sudah tidak lagi terkoordinasikan dengan baik. Bahkan sebagian besar agen angkutan antar kota dan antar propinsi menempati lokasi di berbagai ruas jalan yang saat ini berkembang menjadi jalan protokol kota terutama di sekitar Jl. H.O.S. Cokroaminoto, Jl. Kapt. A. Bakarudin ( Simpang Mayang s.d Simpang Bangunan ) dan Jl. Kapt. Pa ttimura. Sementara itu terminal truk simpang kawat ( Jl. H.O.S. Cokroaminoto ) sudah beralih fungsi sebagai terminal beberapa pool angkutan antar kota ( tujuan Ma. Bulian, Tembesi sampai dengan Sungai Rengas ). Sebagian besar truk yang memasuki Kota Jambi memiliki orientasi untuk mangkal di sekitar ruas Jl. Lingkar Barat ( Simpang Rimbo s.d Simpang Paal X ) atau di ruas Jl. Lingkar Selatan. Sementara itu, pertumbuhan sektor industri di Kota Jambi juga relatif tidak relevan untuk dijadikan sebagai salah satu orientasi. Hal ini Bab 2-25

35 disebabkan sebagian besar investor di bidang industri cenderung memilih mengembangkan pabrik di lokasi yang memiliki akses yang cukup dekat dan lancar menuju pelabuhan atau lokasi penumpukkan ( stock pile ) komoditas industrinya. Lokasi lokasi tersebut cenderung berkembang di sepanjang Sungai Batanghari terutama yang berada dekat dengan kawasan Pelabuhan Talang Duku. Faktor lain yang menyebabkan semakin terbatasnya perkembangan sektor industri adalah harga lahan di sekitar Kota Jambi yang sudah sangat mahal dan tidak ekonomis untuk dikembangkan sebagai lokasi industri. Terbatasnya lahan yang termasuk di dalam wilayah administratif Kota Jambi atau yang memiliki akses yang cukup baik menuju pusat pusat kegiatan utama menyebabkan investor di bidang industri lebih memilih untuk mengembangkan lokasi pabrik di Kabupaten Muara Jambi atau Kabupaten Batanghari yang memang masih layak dan memadai. Disamping itu arahan pengembangan orientasi pusat kegiatan yang terdapat di dokumen rencana tata ruang Kota Jambi juga kurang berpihak pada pengembangan sektor ini. Tercatat hanya 3 sub Bagian Wilayah Kota ( BWK ) dari 38 sub BWK yang ada di Kota Jambi yang mengalokasikan orientasi pusat kegiatannya di bidang industri. B. Pola Distribusi dan Kepadatan Penduduk Meskipun pada sebagian kawasan yang diarahkan untuk kepadatan penduduk yang sedang hingga rendah dapat dipertahankan sesuai dengan arahan rencana tata ruang Kota Jambi, namun pembatasan pengembangan tersebut hanya terbatas pada pengembangan perumahan oleh pengembang swasta ( developer ). Upaya untuk mempertahankan arahan pola distribusi dan kepadatan penduduk terhadap rumah yang dikembangkan secara swadaya masih diragukan prospeknya. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh semakin tingginya harga material bangunan dan harga lahan pada lokasi lokasi yang diarahkan sebagai konsentrasi pertumbuhan penduduk yang memang diminati dan sudah dikembangkan oleh developer. Hal ini Bab 2-26

36 menyebabkan perkembangan penduduk di lokasi dengan kepadatan penduduk tinggi sulit untuk didistribusikan karena kemampuan dan kemauan untuk membeli ( menurun. willingness to pay ) masyarakat juga semakin C. Pemanfaatan Ruang Arahan pemanfaatan ruang yang diuraikan pada Tabel II.5.1. sudah banyak yang tidak sesuai dengan perkembangan kondisi yang terjadi saat ini terutama arahan lokasi pusat BWK dan pusat Sub BWK. Rencana pemanfaatan ruang Kota Jambi juga memperlihatkan proporsi pemanfaatan ruang secara umum yaitu : a. Perumahan Kondisi pertumbuhan perumahan di Kota Jambi berbagai tipe melalui Perum Perumnas cabang Jambi dapat dilihat pada Tabel II.6.1. Tabel II.6.1. Realisasi Pembangunan Perumahan Kota Jambi Melalui Perum Perumnas Cabang Jambi Tahun 2001 s.d 2007 Type Tahun RS RS RS RS RS RS RIT RSH1 RSH2 Jumlah T.21 T.27 T.36 D.45 D.54 D.70 T.21 T.28 T Jumlah Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2007 Bab 2-27

37 Pengembangan kawasan permukiman skala besar di Kota Jambi direalisasikan pada kawasan yang diarahkan lahan sebagai cadangan pengembangan Kota Jambi sesuai alokasi yang direncanakan pada dokumen tata ruang b. Perdagangan Salah satu mall besar yang berlokasi di jalan protokol Kota Jambi Disebagian besar kawasan perdagangan di Kota Jambi mengalami pertumbuhan yang pesat dalam waktu yang sangat singkat. Kegiatan perdagangan yang bersifat lokal yang tersebar di berbagai lokasi pusat permukiman saat ini sangat mudah berkembang dari sisi jumlah. Perkembangan kegiatan komersial saat ini cenderung bersifat komplementer atau saling melengkapi antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Disamping itu dengan semakin mudahnya memperoleh kredit Usaha Kecil Menengah ( U KM ) saat ini sudah semakin banyak kegiatan komersial yang berorientasi pelayanan lokal / pusat permukiman. c. Industri Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sektor industri memang sudah bukan menjadi salah satu prioritas lagi untuk dikembangkan di Kota Jambi dengan alasan - alasan sebagai berikut : Bab 2-28

38 1. Secara alamiah harga lahan di Kota Jambi yang saat ini sudah tergolong mahal akan membatasi dan bahkan mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya dengan alasan ekonomis. 2. Lokasi lahan yang diarahkan sebagai lokasi pengembangan sektor industri juga diminati oleh pengembang perumahan. Kedua jenis pengembang ini akan membutuhkan luas lahan yang sama besarnya sehingga ketika salah satu berkembang akan membatasi perkembangan sektor lainnya. Untuk kasus di Kota Jambi, pengembang perumahan memiliki kemauan untuk membayar ( willingness to pay ) yang lebih baik dibandingkan pengembang sektor industri sehingga kompetisi yang terjadi diantara keduanya lebih sering dimenangkan oleh pengembang perumahan. 3. Dokumen rencana tata ruang Kota Jambi yang disusun berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk yang merefleksikan kebutuhan akan sarana permukiman memperlihatkan bahwa kebutuhan lahan perumahan pada akhir tahun perencanaan akan membutuhkan lahan yang sangat luas sementara luas lahan Kota Jambi semakin terbatas. Hal ini menyebabkan sebagian besar arahan orientasi pusat Sebagian besar industri pengolahan kayu yang berlokasi disepanjang Sungai Batanghari sudah tidak beroperasi lagi pertumbuhan di berbagai BWK di Kota Jambi di prioritaskan pada kawasan permukiman dibandingkan kawasan industri. 4. Sesuai dengan arahan kebijakan nasional dalam memberantas illegal logging, perkembangan kegiatan industri kayu di Kota Jambi dapat dikatakan sudah mati. Hal ini menyebabkan jenis industri kayu yang berkembang hanya terbatas pada industri pengolahan kayu hasil Bab 2-29

39 kegiatan replanting terutama pada jenis tanaman karet yang memang supplynya cukup memadai. d. Fasilitas Umum Beberapa jenis fasilitas umum skala besar seperti rumah sakit Kota Jambi, Mall, Taman Rekreasi, Fasilitas Pendidikan Tinggi dan berbagai lokasi yang mengalami aglomerasi kegiatan tertentu ( terutama komersial ) sudah layak dipertimbangkan untuk diarahkan sebagai pusat kegiatan bagi BWK dan atau Sub BWK. e. Pemerintahan / Perkantoran Pola alokasi pusat pemerintahan / perkatoran sudah cukup tepat sehingga sampai saat ini dipandang dapat memberikan pelayanan yang prima kepada publik. Namun demikian perkembangan berbagai kegiatan di berbagai ruas jalan yang memiliki akses langsung maupun tidak langsung pada kawasan pemerintahan / perkantoran juga memberikan pengaruh yang cukup berarti pada pola aksessibilitas menuju kawasan tersebut. f. Ruang Terbuka Hijau 1. Taman Kota Keberadaan taman kota di kawasan Kota Jambi saat ini masih dapat dipertahankan sesuai arahan rencana tata ruang. Namun demikian pemanfaatan taman kota sebagai salah satu alternatif kegiatan rekreasi belum optimal karena tampaknya jenis fasilitas ini tidak didukung jenis fasilitas lainnya yang dapat menambah daya tarik bagi warga untuk memanfaatkannya sebagaimana yang diharapkan. 2. Olah raga Fasilitas olah raga di Kota Jambi jumlahnya sudah sangat menyusut. Hal ini dikarenakan pada dasarnya sebagian besar lahan yang Bab 2-30

40 dijadikan fasilitas olahraga adalah lahan milik pribadi masyarakat sehingga dengan semakin menariknya prospek pengembangan perumahan merekapun lebih cenderung untuk membangun bangunan rumah, bangunan komersial atau bahkan menjualnya pada pihak lain yang akan mengambil langkah serupa. 3. Jalur Hijau Kawasan lindung setempat / konservasi dan jalur hijau jalan sudah semakin sedikit jumlahnya karena tidak dapat berkompetisi dengan perkembangan sektor permukiman dan komersial. 4. Rekreasi Kota Arahan pengembangan Taman Rimbo Aneka Ria dapat dikatakan sudah gagal karena sudah kurang diminati oleh masyarakat. Sementara itu kawasan khusus Danau Sipin dan Pulau Sijenjang yang diarahkan sebagai kawasan konservasi yang berfungsi rekreasi sampai saat ini belum terbentuk. 5. Pertanian Sebagian besar kawasan pertanian sudah terkonversi sebagai kawasan permukiman. Kondisi ini masih cukup relevan dengan arahan rencana tata ruang Kota Jambi yang memang mengalokasikan kawasan tersebut sebagai alternatif cadangan bagi kawasan permukiman. Sementara hutan kota juga dapat dipertahankan hingga saat ini namun memang belum berkembang menjadi salah satu alternatif pilihan tempat rekreasi. 6. Pemakaman Arahan alokasi kawasan permakaman di setiap BWK tidak disertai dengan lahan cadangan yang memadai sehingga luas lahan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan yang berkembang sudah tidak dapat diakomodir lagi. Bab 2-31

41 g. Konservasi Pembatasan pembangunan kawasan perumahan pada ruas ruas di sepanjang aliran Sungai Batanghari dan anak anak sungainya serta di beberapa bagian kawasan dengan karakter rawa hingga saat ini dapat dilakukan dengan baik. Hanya saja di beberapa lokasi tertentu yang secara strategis potensi pengembangan kegiatan komersial dapat memberikan keuntungan pada pendapatan daerah mendapatkan peluang untuk berkembang karena secara teknis pihak pengembang mampu dan mau untuk melakukannya dengan meminimalisir dampak lingkungan yang mungkin terjadi. Salah satu bangunan komersial yang memiliki arti strategis bagi pendapatan daerah yang dibangun di sisi Sungai D. Utilitas 1. Air Bersih Salah satu upaya melakukan pemerataan distribusi air bersih di seluruh Kota Jambi (Lokasi : Sei. Sawang ) Air bersih merupakan salah satu komponen penting pendukung perkembangan kawasan permukiman di Kota Jambi. Jaringan distribusi air bersih di Kota Jambi cenderung masih belum memadai memenuhi kebutuhan air bersih penduduk yang semakin berkembang dari tahun ke tahun. Kondisi penyediaan air bersih di Kota Jambi sangat bergantung pada fluktuasi debit air Sungai Batanghari dimana juga sangat bergantung pada kondisi musim. Sebagaimana diperlihatkan pada Tabel II.5.2 bahwa produksi air bersih akan menurun pada bulan kering April September karena Bab 2-32

42 debit air Sungai Batanghari sangat berkurang pada saat tersebut, sementara ketika musim hujan berlangsung selama bulan Oktober Maret produksi air bersih akan meningkat. Bulan Tabel II.5.2. Produksi Air Bersih di Kota Jambi Air Minum Yang Disalurkan Januari 1,043, ,457 1,653,695 1,909,677 Februari 1,066,799 1,011,402 1,646,065 1,691,870 Maret 993,998 1,008,381 1,737,909 1,868,471 April 957, ,084 1,710,467 1,835,717 Mei 1,020, ,262 1,794,989 1,888,427 Juni 971, ,861 1,748,177 1,815,677 Juli 994, ,761 1,830,474 1,815,776 Agustus 1,123, ,697 1,813,474 1,831,783 September 989, ,243 1,813,813 1,827,435 Oktober 1,030,508 1,105,639 1,818,606 1,916,628 November 1,022,724 1,039,387 1,908,855 1,847,004 Desember 1,022, ,610 1,814,855 1,793,385 Jumlah 12,235,460 11,944,784 21,291,379 22,041,850 Sumber : Kota Jambi dalam angka, Listrik Listrik merupakan sumber energi utama baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Uraian mengenai banyaknya pelanggan PLN pada wilayah S2JB cabang Jambi Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Bab 2-33

43 Golongan Tarif Tabel II.5.3 Banyaknya Pelanggan PLN Menurut Golongan Tarif Tahun 2007 Jumlah Langganan Jumlah VA / Langganan Kwh / Langganan Nilai Penjualan R1 s.d 450 VA 100,508 45,228,600 9,895,670 42,694,282,019 R1 s.d 900 VA 101,859 91,673,100 12,489,656 65,306,939,154 R1 / 1,300 VA 64,786 84,221,800 9,505,290 44,617,809,535 R1 2,200 VA 5,141 11,310,200 2,060,501 10,730,546,589 R2 / > 2,200 s.d 6,600 VA 1,388 5,823, ,940 5,732,794,580 R3 / > 6,600 VA 181 2,776, ,357 2,492,562,800 Jumlah 273, ,033,500 35,219, ,574,934,677 Sumber : Kota Jambi dalam angka, 2007 Golongan Pelanggan Tabel II.5.4 Banyaknya Pelanggan PLN Wilayah S2JB Cabang Jambi Tahun 2007 Jumlah Langganan Jumlah VA / Langganan Kwh / Langganan Nilai Penjualan Sosial 10,845 20,176,700 2,651, ,221,381 Rumah Tangga 273, ,033,500 35,219, ,574,934,677 Industri 17,441 68,748,900 13,064,263 63,955,668,127 Usaha ,626,200 4,396,206 28,606,926,202 Gedung 1,992 15,203,526 3,244,796 18,973,183,550 Penerangan - - 3,273,227 32,774,830,460 Jumlah 304, ,788,826 61,849, ,492,764,397 Sumber : Kota Jambi dalam angka, Telepon Fasilitas telekomunikasi juga merupakan salah satu fasilitas turunan yang harus dikembangkan untuk memenuhi perkembangan kebutuhan dari kawasan perumahan. Hingga akhir tahun 2006 jumlah sambungan telepon yang menggunakan sambungan kabel cenderung mengalami penurunan. Sementara sambungan telepon tanpa kabel ( wireless ) semakin meningkat secara drastis. Alasan mobilitas penggunaan merupakan latar belakang utama terjadinya perkembangan kondisi seperti ini. Untuk lebih lengkap mengenai perkembangan sambungan telepon di Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel II.5.5. Bab 2-34

44 Tabel III.5.5 Jumlah Unit Satuan Sambungan Telepon yang Telah Terpasang Tahun Tahun Wireless Jumlah Unit Wireline , , , , ,344 61, ,609 60,739 Sumber : Kota Jambi dalam angka, 2007 E. Transportasi 1. Sistem Jaringan Jalan Jaringan jalan di kawasan Kota Jambi yang berbentuk radial konsentrik masih sesuai dengan fungsi dan sistem yang diarahkan dalam rencana tata ruang. Hanya saja pertumbuhan Intensitas kendaraan yang tinggi disertai bercampurnya lalu lintas regional dan lokal menyebabkan LOS menurun pergerakan orang yang sangat pesat akibat bangkitan yang terjadi hanya terkosentrasi pada daerah tertentu saja menyebabkan efektifitas pelayanan ( level of service LOS ) jalan diberbagai ruas jalan protokol di Kota Jambi semakin menurun. Pengembangan jalur jalan alternatif yang dapat secara efektif menghubungkan berbagai pusat kegiatan di Kota Jambi merupakan pilihan jalan keluar yang utama untuk mengembalikan bahkan meningkatkan LOS. Uraian mengenai permukaan, kondisi dan kelas jalan dapat dilihat pada Tabel II.5.6. Bab 2-35

45 Tabel II.5.6. Permukaan, Kondisi dan Kelas Jalan di Kota Jambi Tahun 2007 Perincian Panjang Jalan ( Km ) I Permukaan 576, , , , , ,660 I.1. Aspal 438, , , , , ,000 I.2. Kerikil - 14,018 15,943 15,943 16,791 1,000 I.4. Tidak Terinci 138, , , , , ,660 II Kondisi Jalan 574, , , , , ,914 II.1. Baik 438, , , , , ,114 II.2. Sedang - 8, II.3. Rusak 136,007 5,663 19,476 17,459 16,791 2,800 II.4. Rusak Berat - 168, III Kelas Jalan 576, , , , , ,705 III.1. Kelas I III.2. Kelas II III.3. Kelas III III.4. Kelas IIIA III.5. Kelas IV III.6. Kelas V 438, , , , , ,514 III.7. Tidak Terinci 138, , , , , ,521 Sumber : Kota Jambi dalam angka, Sistem Terminal Beberapa rencana pengembangan terminal pendukung angkutan kota di berbagai lokasi antara lain : 1. Terminal TAC ( Jl. Sumantri Brojonegoro ) 2. Teminal Sijenjang 3. Terminal Talang Bakung 4. Terminal Tempino Kondisi Terminal Alam Barajo yang kian sepi dari aktivitas lalu lintas kendaraan angkutan umum. Sudah tidak dapat mengakomodasikan fungsi yang diembankan padanya. Bahkan terminal TAC saat ini sudah sama sekali tidak berfungsi dan saat ini sudah dibangun fasilitas pelayanan umum. Terminal pendukung Sijenjang dan Talang Bakung hingga saat ini tidak terealisasi. Sementara Bab 2-36

46 terminal pendukung Tempino saat ini lebih berfungsi sebagai pelayanan angkutan antar kota. Berdasarkan kondisi aktual yang berkembang, alokasi kegiatan terminal dan industri sudah tidak relevan lagi dijadikan acuan dalam menentukan orientasi bagi penduduk untuk keperluan pemenuhan kebutuhan pelayanan dan pekerjaan. Alokasi pengembangan terminal dengan berbagai fungsi dan hierarkinya cenderung tidak dapat bertahan dan berkembang sebagaimana yang diharapkan. Saat ini terminal induk Alam Barajo sudah tidak dapat dikatakan berkembang dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan karena sebagian besar angkutan kota, angkutan antar kota dan antar propinsi yang seharusnya menempati lokasi tersebut sudah tidak lagi terkoordinasikan dengan baik. Bahkan sebagian besar agen angkutan antar kota dan antar propinsi menempati lokasi di berbagai ruas jalan yang saat ini berkembang menjadi jalan protokol kota terutama di sekitar Jl. H.O.S. Cokroaminoto, Jl. Kapt. A. Bakarudin ( S impang Mayang s.d Simpang Bangunan ) dan Jl. Kapt. Pattimura. Sementara itu terminal truk simpang kawat ( Jl. H.O.S. Cokroaminoto ) sudah beralih fungsi sebagai terminal beberapa pool angkutan antar kota ( tujuan Ma. Bulian, Tembesi sampai dengan Sungai Rengas ). Sebagian besar truk yang memasuki Kota Jambi memiliki orientasi untuk mangkal di sekitar Jl. Lingkar Barat ( Simpang Rimbo s.d Simpang Paal X ) atau di ruas Jl. Lingkar Selatan. Bab 2-37

47 2.6. Kondisi Ekonomi Kota Jambi A. Pertumbuhan Ekonomi Bila dicermati laju pertumbuhan ekonomi Kota Jambi (tanpa Migas), terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Kota Jambi mencapai 5,11%, pada tahun 2004 terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu mencapai 6,10%, di tahun 2005 naik menjadi 6,25% dan menjadi 6,35% pada tahun Gambar Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi ,11 6,1 6,25 6, '03 '04 '05 '06 Tabel II.6.1 laju pertumbuhan PDRB Atas Harga Konstan 2000 Tahun Tabel. II.6.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kota Jambi (Atas Dasar Harga Konstan 2000) Tahun LAPANGAN USAHA Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 0,68 1,76 2,01 2,29 2. Pertambangan Dan Penggalian 2,11-5,65-1,29 0,42 3. Industri Pengolahan 2,05 1,38 3,29 4,69 4. Listrik, Gas Dan Air Bersih 18,42 11,64 6,32 5,87 5. Bangunan 29,20 15,32 13,16 10,22 6. Perdagangan Hotel Dan Restoran 4,06 3,61 8,47 9,75 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 5,55 7,11 4,95 5,53 8. Keuangan Persewaan Dan Jasa 5,62 17,32 7,81 5,79 Perusahaan 9. Jasa-Jasa 1,76 2,66 2,58 3,07 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 4,85 5,16 5,69 5,93 BRUTO P D R B TANPA MIGAS 5,27 6,10 6,25 6,35 Bab 2-38

48 Dari Tabel II.6.1 diatas terlihat bahwa terdapat sektor-sektor yang menunjukkan trend pertumbuhan yang meningkat; sektor pertanian pada tahun 2003 pertumbuhannya adalah 0,68% meningkat menjadi 2,29% pada tahun 2006; sektor Industri Pengolahan tumbuh dari 2,05% pada tahun 2003 menjadi 4,69% pada tahun 2006 walaupun pada tahun 2004 turun, namun menunjukan trend pertumbuhan yang signifikan. Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran pada tahun 2003 tumbuh 4,06% pada tahun 2006 meningkat menjadi 9,75%. Demikian juga sektor jasa-jasa yang pada awal periode tumbuh 1,76% menjadi 3,07% pada tahun Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Kota Jambi masih optimis dapat meningkat dengan laju pertumbuhan 6,75 % pada tahun 2008 dan diperkirakan terus meningkat menjadi 6,9% pada tahun Dari sisi penawaran diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi hampir seluruh sektor mengalami kenaikan terutama sektor-sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap PDRB Kota Jambi, yaitu sektor industri, sektor jasa dan sektor perdagangan Struktur Ekonomi Struktur ekonomi tercermin pada pembentukan PDRB. PDRB Kota Jambi atas dasar harga konstan tahun 2000 selama kurun didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Industri Pengolahan yang memberikan kontribusi diatas 15 %. Sektor yang memberikan kontribusi antara 5% s/d 15 % adalah sektor jasajasa, pertambangan dan penggalian, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan sektor bangunan. Sedangkan sekor yang memberikan kontribusi lebih kecil dari 5% adalah sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Rincian Bab 2-39

49 kontribusi sektoral terhadap PDRB Tahun ADHK 2000 dapat dilihat pada Tabel II.6 2berikut : Tabel.II.6.2 Kontribusi Serktoral terhadap Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kota Jambi (Atas Dasar Harga Konstan 2000) Tahun LAPANGAN USAHA Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2,6 2,5 2,4 2,3 2. Pertambangan Dan Penggalian 8,2 7,4 6,9 6,5 3. Industri Pengolahan 19,7 19,0 18,6 18,4 4. Listrik, Gas Dan Air Bersih 2,4 2,6 2,6 2,6 5. Bangunan 5,4 6,1 6,6 6,9 6. Perdagangan Hotel Dan Restoran 21,7 21,4 22,1 22,9 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 19,8 20,2 20,2 20,1 8. Keuangan Persewaan Dan Jasa Perusahaan 6,1 7,0 7,2 7,2 9. Jasa-Jasa 14,2 13,9 13,5 13, Pendapatan Per kapita Untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk Kota Jambi dapat dilihat melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Selama kurun PDRB per kapita atas harga konstan menunjukan trend pening-katan. Pada tahun 2003 PDRB per kapita per tahun tercatat 4,68 juta, menjadi 5,31 juta per kapita per tahun pada tahun 2006 atau meningkat rata 9,65 % per tahun. Bab 2-40

50 PDRB per Kapita (Rupiah) Tingkat inflasi Laju inflasi tahunan Kota Jambi periode menunjukkan trend meningkat dan berfluktuasi. Inflasi yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2005 dan 2006 yang mencapai angka 16,5 %. Pada triwulan III tahun 2007 inflasi mencapai 10 96%, lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 6,95%. Tingginya angka inflasi kota Jambi terjadi pada komoditas kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan dan kelompok transportasi. persen Kota Jambi Nasional 17,11 16,5 16,1 16,35 15,74 15,53 15,12 14, ,06 5,11 4,49 3,79 8,46 6,83 8,96 7,25 6,27 6,4 9,65 8,81 7,74 6,67 9,06 7,52 10,66 12,62 6,6 6,52 9,92 5,77 10,96 6, Triwulan/Tahun Bab 2-41

51 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KOTA JAMBI Bab 3-1

52 3.1. Tinjauan Terhadap Rencana Tata Ruang Kota Jambi LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Dokumen Rencana Tata Ruang untuk wilayah Kota Jambi yang terakhir di perdakan adalah Evaluasi/Revisi Rencana Tata Ruang Kota Jambi Tahun yang disusun Oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Jambi pada tahun anggaran Paparan berikut adalah bahasan mengenai RUTR kota Jambi yang dikutip dari dokumen Buku Rencana di atas. A. Rencana Struktur Tata Ruang Kegiatan utama kota merupakan kegiatan yang menjadi orientasi penduduk untuk keperluan pemenuhan kebutuhan pelayanan dan pekerjaan. Berdasarkan potensi yang dimiliki serta kebijakan pengembangan Kota Jambi, kegiatan-kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah : Pusat Permukiman Pusat Perdagangan & Jasa Industri Perkantoran dan Pelayanan Umum Terminal Bandar Udara Sub Pusat Pelayanan B. Rencana Distribusi dan Kepadatan Penduduk Distribusi dan kepadatan penduduk Kota Jambi terbagi dalam 4 (empat ) klasifikasi yaitu : Kepadatan rendah, Kepadatan sedang, Kepadatan tinggi, dan Kepadatan sangat tinggi. Arahan distribusi penduduk dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan penduduk di Kota Jambi, sejalan dengan fungsi yang diemban setiap BWK. Pada tahun rencana ( 2010 ) distribusi penduduk kecamatan minimal 5% d ari jumlah penduduk Kota Jambi, sedangkan jumlah penduduk maksimal 20% dari jumlah penduduk Kota Jambi. Bab 3-2

53 Bab 3-3

54 C. Rencana Pemanfaatan Ruang Rencana pemanfaatan ruang Kota Jambi, memperlihatkan proporsi pemanfaatan ruang secara umum yaitu : a. Perumahan Perkiraan jumlah rumah di Kota Jambi tahun 2010 sebanyak unit atau bertambah unit. Penambahan tersebut diarahkan pada kawasan baru di bagian Selatan Kota Jambi. b. Perdagangan Kegiatan perdagangan bersifat lokal diarahkan keluar dari CBD dan menyebar ke Bagian Wilayah Kota ( BWK ). Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa ( skala regional ) tetap diarahkan pada kawasan CBD atau BWK E ( Pusat Kota ) dan berfungsi juga sebagai pusat perdagangan lokal atau BWK E. Kegiatan perdagangan pada pusat-pusat yang telah ada tetap dipertahankan seperti ; sekitar pusat kota, Simpang Pulai, Simpang III Sipin, Simpang Tugu Juang, Simpang Jelutung, Simpang Kawat, Simpang Talang Banjar, Simpang Kota Baru, Thehok, Pasar Talang Banjar, Simpang Kota Baru, Simpang Pasar Kasang, Pasar Olak Kemang dan Pasar Arab Melayu. c. Industri Berdasarkan kecenderungan serta adanya pengembangan pelabuhan laut Talang Duku, pengembangan Jalan Lingkar ( ring road ), maka pengembangan industri di masa yang akan datang diarahkan sebagai berikut 1. Industri yang relatif lebih besar intensitas kegiatannya yang mencakup terutama aneka industri dan industri-industri lain skala besar, diarahkan ke bagian Timur kota yaitu di Kelurahan Payo Selincah dan Kelurahan Talang Bakung (BWK D1 dan D2). Kawasan ini dapat dikembangkan sebagai zona industri. Dalam Bab 3-4

55 pengembangan industri pada kawasan ini harus diperhatikan persyaratan-persyaratan berikut : a. Karena lokasinya di tepi rawa, maka perlu batasan yang pasti agar tidak terjadi pemanfaatan rawa bagi kegiatan industri. b. Limbah yang berasal dari proses kegiatan industri tersebut harus ditangani dengan baik untuk menghindari dampaknya yang merusak terhadap lingkungan. 2. Sebenarnya pengembangan industri dengan skala relatif besar tersebut sangat terbuka kemungkinan di sekitar Pelabuhan Talang Duku, sehingga tekanan terhadap kebutuhan lahan untuk pengembangan industri akan terbagi pada jangka panjang dengan kawasan tersebut. 3. Industri bahan bangunan ( bata dan genteng ) harus diarahkan pengembangannya sehingga dapat lebih terkonsentrasi kegiatannya dan mengurangi dampaknya terhadap penggalian / pengupasan permukaan tanah, serta gangguannya terhadap keamanan penerbangan. Sehubungan dengan sumber row materialnya, maka kelompok industri tersebut diarahkan pada Kawasan Kelurahan Paal Merah dan Talang Bakung Kecamatan Jambi Selatan. 4. Industri dengan skala relatif kecil namun cenderung mempunyai dampak terhadap lingkungan ( potensi polusi ) yang terutama berupa industri pengolahan makanan dan minuman, diarahkan sesuai kecenderungan yang ada, yaitu di Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur. Dalam hal ini penanganan limbah harus dilakukan untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. Bab 3-5

56 Tabel II. 5.1 Pembagian BWK Dan Dominasi Pemanfaatan Ruang Tiap Unit Lingkungan Permukiman Di Kota Jambi No BWK ULP Dominasi Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) 1. A A-1 Permukiman, konservasi, ruang terbuka hijau, pertanian 841 A-2 Permukiman, pendidikan, kebudayaan, konservasi, pusat BWK 485 A-3 Konservasi, ruang terbuka hijau, pertanian A-4 Ruang terbuka hijau 905 Jumlah Luas BWK A B B-1 Permukiman, perkantoran, perdagangan 642 B-2 Permukiman 548 B-3 Permukiman, perkantoran, kawasan pompa minyak 554 B-4 Permukiman, kawasan pompa minyak, pusat BWK B 725 B-5 Permukiman 382 B-6 TPA, pergudangan kering, cadangan pengembangan kota 456 Jumlah Luas BWK B C1 C1-1 Permukiman, pendidikan, perdagangan 223 C1-2 Permukiman, rumah sakit, konservasi 590 C1-3 Perkantoran, permukiman, konservasi 235 C1-4 Hutan Kota, permukiman ruang terbuka hijau, konservasi 609 C1-5 Ruang terbuka hijau 604 C1-6 Kawasan khusus Sipin 622 Jumlah Luas BWK C C2 C2-1 Permukiman, perdagangan 435 C2-2 Permukiman, perdagangan 390 C2-3 Permukiman, kawasan pompa minyak 752 C2-4 Permukiman, pusat BWK C2, hutan kota 825 C2-5 Permukiman, konservasi 698 C2-6 Cadangan pengembangan kota C2-7 Cadangan pengembangan kota 861 Jumlah Luas BWK C D1 D1-1 Ruang terbuka hijau, rawa, konservasi 746 D1-2 Permukiman, perdagangan, konservasi 218 D1-3 Industri dan pergudangan, rawa, konservasi 475 D1-4 Ruang terbuka hijau, konservasi 230 Jumlah Luas BWK D D2 D2-1 Industri & Pergudangan, permukiman, konservasi, pusat BWK D2 D2-2 Industri & Pergudangan, permukiman, cad. pengembangan kota D2-3 Bandar udara, Taman Rimbo Anek Ria, ruang terbuka hijau Jumlah Luas BWK D E E-1 Perdagangan dan jasa 309 E-2 Perdagangan dan jasa, permukiman 205 E-3 Permukiman 214 E-4 Perdagangan dan jasa, permukiman 223 E-5 Perdagangan dan jasa, permukiman 189 E-6 Perdagangan dan jasa, permukiman, pusat BWK E 258 E-7 Perdagangan dan jasa, permukiman 242 Bab 3-6

57 E-8 Perdagangan dan jasa, permukiman 197 Jumlah Luas BWK E Jumlah Luas Total Kota Jambi Tabel II.5.2 Perkembangan Dan Arahan Kepadatan Serta Distribusi Penduduk Di Kota Jambi Diperinci Per Kecamatan Tahun 1998 s/d 2010 No Keterangan K E C A M A T A N Kota Jambi Luas ( Ha ) Tahun 1998 Jumlah Penduduk Kepadatan ( Jiwa/Ha ) 7,93 20,98 69,77 40,63 24,14 6,79 7,76 34,63 18,05 Distribusi (%) 16,69 19,28 14,91 4,41 19,79 2,88 3,2 18,88 100,00 2 Tahun 2000 Jumlah Penduduk Kepadatan ( Jiwa/Ha ) 9,00 22,00 71,00 40,00 24,00 7,00 8,00 35,00 27,00 Distribusi (%) 17,78 19,78 14,72 4,18 19,19 2,82 3,15 18,38 100,00 Arahan Distribusi 18,00 19,00 15,00 5,00 19,00 4,00 4,00 16,00 100,00 Arahan Kepadatan S S T S S R R S S 3 Tahun 2005 Jumlah Penduduk ,955 Kepadatan ( Jiwa/Ha ) 11,00 26,00 75,00 38,00 24,00 7,00 8,00 35,00 28,00 Distribusi (%) 20,82 20,94 14,18 3,66 2,67 2,67 3,00 17,08 100,00 Arahan Distribusi 20,00 20,00 14,00 4,00 4,00 4,00 4,00 16,00 100,00 Arahan Kepadatan S S T S S R R S S 4 Tahun 2010 Jumlah Penduduk Kepadatan ( Jiwa/Ha ) 14,00 30,00 78,00 36,00 24,00 7,00 9,00 36,00 29,00 Distribusi (%) 24,16 21,98 13,53 3,17 16,09 2,51 2,84 15,73 100,00 Arahan Distribusi 20,00 20,00 14,00 4,00 16,00 5,00 5,00 16,00 100,00 Arahan Kepadatan S S T T S R R S S Sumber : RUTR KOTA JAMBI 2001 (Evaluasi/Revisi RUTR Kota Jambi 1994) Keterangan : 1 = Kecamatan Kota Baru 5 = Kecamatan Telanai Pura 2 = Kecamatan Jambi Selatan 6 = Kecamatan Danau Teluk 3 = Kecamatan Jelutung 7 = Kecamatan Pelayangan 4 = Kecamatan Pasar Jambi 8 = Kecamatan Jambi Timur R = Rendah S = Sedang T = Tinggi Bab 3-7

58 5. Industri kerajinan dan rumah tangga, terutama yang bersifat non polutif dapat dikembangkan pada kawasan-kawasan perumahan dan pusat kota. 6. Industri yang berupa industri pengolahan kayu di bagian hulu dibatasi pengembangannya, dalam arti tidak diperluas dan bila perlu diarahkan untuk berangsur-angsur melakukan relokasi ke bagian hilir kota, yaitu di zona industri ( Kelurahan Sijenjang dan Tanjung Johor ) ataupun ke arah kawasan sekitar Pelabuhan Talang Duku. 7. Industri yang berlokasi di sekitar sempadan Sungai Batanghari diarahkan untuk dibatasi pengembangannya sampai izin operasinya berakhir. Untuk selanjutnya industri tersebut diarahkan ke kawasan industri di Kecamatan Jambi Timur. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar Sungai Batanghari. 8. Pergudangan untuk mendukung kegiatan industri besar diarahkan bersatu dengan lokasi industri yaitu di Kelurahan Payo Selincah dan Talang Bakung ( BWK D1 dan D2 ). 9. Pergudangan kering ( yaitu pergudangan untuk menampung barangbarang seperti teh botol, barang elektronik dan lain-lain ). Lokasinya diarahkan di sekitar Jalan Lingkar Luar ( outer ring road ) yaitu di Kelurahan Kenali Asam Bawah ( BWK B ). Arahan lokasi gudang kering ini dimaksudkan untuk mengantisipasi peningkatan arus barang yang masuk ke Kota Jambi sebagai imbas dari telah dioperasikannya Pelabuhan Samudera Muara Sabak sebagai pelabuhan ekspor impor. d. Fasilitas Umum Fasilitas umum meliputi ; penduduk, kesehatan, peribadatan, pelayanan untuk skala regional telah mencukupi dan lokasinya tetap dipertahankan. Namun perlu adanya peningkatan pelayanan sedangkan fasilitas umum untuk skala lokal diarahkan pada pusat-pusat BWK dan Bab 3-8

59 pusat lingkungan sesuai hirarki jenjang pelayanan fasilitas umum tersebut. e.pemerintahan / Perkantoran Kawasan perkantoran yang diemban Kota Jambi meliputi pelayanan Tingkat Propinsi yang teralokasi di Kelurahan Telanaipura, Perkantoran untuk pelayanan Kotamadya Jambi dialokasikan di Kota Baru dan Paal Lima. Adapun pengembangan perkantoran pemerintahan pada tingkat lebih rendah ( Kecamatan dan Kelurahan ) selain mempertahankan yang ada saat ini juga diarahkan ke pusat-pusat BWK. f. Ruang Terbuka Hijau Mengacu pada instruksi Mendagri No. 14 tahun 1988 tentang Penataan RTH Wilayah Perkotaan, maka arahan rencana untuk RTH ini adalah sebagai berikut 1. Taman Kota Taman kota dikembangkan baik untuk skala fungsional kota maupun dalam lingkup lingkungan permukiman / perumahan, mulai dari tingkat BWK, lingkungan permukiman maupun unit lingkungan perumahan. Sebagai acuan standar untuk lingkup 250 penduduk disediakan taman lingkungan seluas 250 M2, untuk lingkup penduduk disediakan taman seluas M2. 2. Olah raga Fasilitas olah raga yang tercakup dalam RTH adalah fasilitas olah raga luar ruangan. Fasilitas ini diberikan pada masing-masing tingkat pelayanan kota, sejak dari lingkungan perumahan ( misalnya lapangan bola voli ), BWK ( lapangan sepak bola ), kota ( sepak bola / stadion, lapangan golf dan sebaginya. ) Bab 3-9

60 3. Jalur Hijau RTH jalur hijau ini terintegrasi dengan kawasan lindung setempat / konservasi, serta jalur hijau jalan. 4. Rekreasi Kota RTH rekreasi dikembangkan dapat berdiri sendiri ataupun terintegrasi dengan bentuk-bentuk RTH / kegiatan lain. Pengembangan RTH rekreasi kota misalnya adalah pada Taman Rimbo Aneka Ria dan pada pengembangan khusus kawasan Danau / Pulau Sipin, serta pengembangan khusus di Pulau Sijenjang. 5. Pertanian RTH pertanian ( termasuk hutan kota ) ini secara prinsip adalah kawasan-kawasan perkotaan yang sejalan dengan tahap perkembangan fisik kota belum dimanfaatkan untuk kawasan terbangun. Oleh karena itu RTH pertanian ini bersifat sementara. 6. Pemakaman Pemakaman berfungsi juga sebagai RTH, diarahkan agar dapat dialokasikan pada setiap BWK. 7. Pekarangan Sehubungan dengan penetapan BCR ( Building Coverage Ratio ) atau KDB ( Koefisien Dasar Bangunan ), maka diarahkan agar bagian lahan yang tidak tertutup bangunan ( pekarangan ) dijadikan taman pekarangan. Bab 3-10

61 8. Khusus Karena Bandar Udara Sultan Thaha Syaifudin terletak dalam kota, maka kawasan terbuka di kawasan bandar udara dapat juga dianggap sebagai RTH. g. Konservasi Penentuan kawasan konservasi dimaksudkan agar kelestarian lingkungan di kota Jambi tetap terjaga, sehingga pembangunan yang dilaksanakan tidak merusak lingkungan dan tercipta pembangunan yang berwawasan lingkungan. Kawasan konservasi yang terdapat di Kota Jambi selain berupa kawasan lindung setempat ( sempadan danau, sungai dan rawa ), juga meliputi lahan kosong di luar yang telah direncanakan sebagai kawasan permukiman, yang pengembangnya diarahkan sebagai kawasan konservasi. Ketentuan kawasan konservasi yang diterapkan di Kota Jambi mengacu kepada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum ( Perda No. 20 Tahun 1995 ). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, beberapa prinsip kawasan konservasi / lindung dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Sempadan sungai besar seperti sungai Batanghari ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. 2. Sempadan sungai di sepanjang sungai-sungai kecil, sekurangkurangnya selebar 50 meter di kiri maupun kanan sungai, seperti Sungai Kenali Besar, Sungai Kenali Kecil, Sungai Lubuk Raman, Sungai Talang Gayong, Sungai Sialang dan sebagainya. 3. Sempadan danau pada Danau Sipin, Danau Kenali, Danau Teluk dan Danau Kambang adalah 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. 4. Rawa yang terdapat di alur Sungai Asam dan Sungai Lubuk Raman, ditetapkan seluas kawasan rawa efektif yang ada. Bab 3-11

62 Untuk mencapai tujuan atau prinsip-prinsip tersebut di atas, dapat dilakukan beberapa langkah kegiatan dalam penataan kawasan konservasi. Mengingat dalam kenyataannya pada kawasan-kawasan dimaksud telah berkembang atau ada bangunan / kegiatan fisik, maka langkah yang dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut : Pada kawasan yang relatif masih kosong dapat diterapkan secara efektif fungsi konservasi tersebut. Untuk kegiatan yang telah terbangun, perlu dilakukan seleksi untuk menentukan mana yang akan dipertahankan dan mana yang harus dipindahkan ( dan dikembalikan ke fungsi lindung ), cara -cara dan saat pemindahan tersebut perlu adanya perumusan lebih lanjut. Untuk bangunan / kegiatan yang dipertahankan disyaratkan agar dapat memperhatikan dengan baik fungsi lindung yang harus dijaganya. Untuk bangunan perumahan yang sudah terlanjur berada di kawasan konservasi (sempadan Sungai Batanghari), dibatasi perkembangannya serta tidak diijinkan adanya pembangunan baru. D. Rencana Pengembangan Transportasi 1. Sistem Jaringan Jalan Raya Pengembangan Sistem Jaringan Jalan Raya, merupakan sistem keterpaduan jaringan jalan raya berdasarkan fungsinya, yang terdiri dari jaringan Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal, dimana ketiga fungsi jalan tersebut berada dalam sistem primer dan sistem sekunder. Keterpaduan sistem ini diharapkan akan memperlihatkan kinerja yang optimal untuk memenuhi kebutuhan akan sistem pergerakan dari berbagai kegiatan kota. Jalan Arteri : adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi Bab 3-12

63 secara efektif. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan / pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Sedangkan Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciriciri perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jaringan Jalan Arteri Primer : Fungsi jaringan jalan arteri primer ini adalah menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kedua, dan atau jalan yang menghubungkan Ibu Kota Propinsi dengan Ibu Kota Kabupaten / Kota ( penghubung antar kota-kota orde kesatu dan diantara kota orde kesatu dengan kota-kota orde kedua dibawahnya ). Disepanjang jalan arteri primer, jalan keluar masuk dibatasi, dan arahan penggunaan lahannya ialah kegiatan dengan fungsi primer seperti produksi hasil pertanian, industri, bahan bangunan dan sebagainya. Keterkaitan jalan-jalan arteri primer yang ada dalam Kota Jambi adalah dengan jaringan jalan regional, dengan pelabuhan laut, bandar udara dan pelabuhan / terminal sungai. Jaringan jalan regional yang terkait adalah ke 3 (tiga) arah, masing - masing : Ke Selatan : menuju Palembang Ke Barat : menuju Muara Bulian dan Jalan Lintas Trans- Sumatera Ke Utara : menuju Pekanbaru. Sementara itu keterkaitan dengan jaringan / moda angkutan lain, masing-masing adalah : Ke Timur : menuju Pelabuhan Laut Talang Duku Ke Tenggara : menuju bandar udara STS Bab 3-13

64 Ke Pusat Kota : terkait dengan pelabuhan / terminal angkutan sungai. Dari pola jaringan yang ada terlihat memanjang dari sisi barat hingga ke sisi timur, dan berpusat di pusat kota ( Pasar Jambi ), dari pusat kota ini terdapat jalur ke selatan ke arah Palembang, serta terdapat jalur ke arah tenggara menuju Bandara. Sebagai pendukung terhadap jaringan jalan dengan arah-arah seperti tersebut diatas adalah jalan lingkar ( ring road ) yang mengaitkan jalan-jalan diatas. Dengan demikian, maka ruas-ruas jalan yang tercakup sebagai jalan arteri primer adalah : Arah barat timur : Dari arah Muara Bulian Jl. Kapten Pattimura Jl.H.Abunjani Jl. Sultan Thaha Syaifuddin Jl. Yos Sudarso terus ke arah pelabuhan Talangduku. Arah utara selatan : Jl. Moh. Yamin Jl. Pangeran Hidayat Jl. Surya Darma terus ke arah Palembang. Arah barat laut tenggara : Jl. Gatot Subroto Jl. Jend. Sudirman Jl. Sukarno Hatta Jl. Abdurahman Saleh. Jalan Lingkar (ring road) : Yang terdiri atas jalan-jalan baru dan jalan yang ada dewasa ini antara lain : Jl. Aur Duri ( sebagian ) Jl. Simpang Rimbo Jl. Darmawangsa Jl. Cendrawasih Jl. Sultan Hasanuddin ( sebagian ) Jl. Fatahillah dan Jl. Orang Kayu Pingai ( sebagian ). Lebar DMJ / Daerah Milik Jalan ( ROW ) yang di usulkan untuk jalan arteri primer adalah meter. Bab 3-14

65 Jaringan Jalan Arteri Sekunder Fungsi jaringan jalan arteri sekunder ini adalah menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua, dan atau jalan yang menghubungkan Ibu Kota Kabupaten / Kota ke pusat pelayanan di bawahnya, yaitu pusat-pusat bagian wilayah kota. Ruas jalan arteri sekunder yang direncanakan terdiri dari ruas jalan yang ada dan usulan rencana ruas baru. Secara umum jalan arteri sekunder ini merupakan jalan lingkar dalam ( inner ring road ) ditambah beberapa jalan memotong jalan lingkar tersebut yang mengarah ke pusat kota. Di luar ruas jalan baru yang diusulkan, maka ruas-ruas jalan atau bagian ruas jalan yang ada dewasa ini yang diusulkan menjadi jalan arteri sekunder ini antara lain adalah : Jl. Slamet Riady, Jl. Sudewi Maschun Sofwan, Jl. G.A. Siwabessy, Jl. Amir Hamzah, Jl. Basuki Rahmat, Jl. Agus Salim, Jl. Adam Malik, Jl. Orang Kayo Hitam, Jl. Rangkayo Pingai, Jl. Residen B. Siagian, Jl. Hasanuddin, Jl. K.H. Saleh dan Jl. K.H. Hasan Anang. Lebar Daerah Milik Jalan ( ROW ) yang diusulkan untuk jalan arteri sekunder adalah meter. Jaringan Jalan Kolektor Sekunder Fungsi jaringan jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan kedua, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga, dan atau jalan yang menghubungkan Ibu Kota Kec. ke Pusat Kel.. Yaitu merupakan penghubung pusat-pusat kota kedua yaitu pusat-pusat BWK dengan pusat-pusat ketiga yaitu pusat-pusat lingkungan atau dengan kawasan perumahan. Bab 3-15

66 Lebar Daerah Milik Jalan ( ROW ) yang diusulkan untuk jalan kolektor sekunder adalah meter. Jaringan Jalan Lokal Primer dan Sekunder Fungsi jaringan jalan lokal Primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil, atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, atau kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, atau kota jenjang ketiga sampai persil, dan atau jalan yang menghubungkan pusat desa ke pusat lingkungan, yaitu merupakan penghubung pusat-pusat fungsi ketiga kota dengan perumahan. Jalan Lokal Sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua, atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan, dan atau jalan utama lingkungan. Lebar Daerah Milik Jalan ( ROW ) yang diusulkan untuk jalan lokal sekunder adalah tidak kurang dari 10 meter. Jaringan Jalan Lingkungan Fungsi jaringan jalan lingkungan terutama adalah melayani pergerakan dalam suatu unit lingkungan perumahan. Lebar Daerah Milik Jalan ( ROW ) yang diusulkan untuk jalan lingkungan ini tidak kurang dari 7 meter. Jalan-Jalan Utama di Dalam Kota Jalan-jalan yang lebih bersifat jalan lokal, namun terletak di pusat kota atau pusat-pusat kegiatan utama kota ( terutama CBD ) diusulkan mempunyai Daerah Milik Jalan ( ROW ) yang cukup lebar, seperti halnya jalan arteri dan kolektor diatas ( jadi antara meter ). Hal ini dihubungkan dengan karakter kegiatan yang harus didukung oleh jalan tersebut, yang meliputi fungsi estetis / keindahan kota, lalu lintas yang relatif lebih padat, fasilitas parkir dan ruang untuk pejalan kaki. Bab 3-16

67 Jalan Protokol Penetapan ruas jalan protokol di wilayah Kota Jambi berasal dari adanya titik-titik / simpul yang perlu dihubungkan. Simpul-simpul tersebut adalah : Bandara Sultan Thaha Syaifudidn, Gubernuran, Kantor Gubernur ( Kantor Pemerintahan Propinsi ) dan Kantor Walikota ( Kantor Pemerintahan Kota ). Sesuai dengan rencana Kanwil / Dinas PU Propinsi Jambi, yang dimaksud dengan jalan protokol di Kota Jambi adalah ruas jalan : Jl. Soekarno Hatta, Jl. Sudirman, Jl. Diponegoro, Jl. Orang Kayo Hitam, Jl. DR. Setiabudhi, Jl. Rd. pamuk, Jl. Sultan Thaha, Jl. Slamet Riady, Jl. Prof. Dr. Sri Soedewi, Jl. Sumantri Brojonegoro, Jl. A. Yani, Jl. RE. Martandinata, Jl. Kol. Amir Hamzah, Jl. Kol. Abunjani, Jl. HOS. Cokroaminoto, Jl. P. Hidayat, Jl. Basuki Rahmat, Jl. H. Agus Salim, Jl. A. Rahman Saleh. 2. Sistem Terminal Sistem Terminal di Kota Jambi, diarahkan meliputi sistem terminal untuk ketiga moda angkutan yaitu darat, air dan udara, yang terdiri dari : Terminal Dalam Kota, dan Terminal Pembantu Terminal Antar Kota Dalam Propinsi ( AKDP ) Terminal Antar Kota Antar Propinsi ( AKAP ) Terminal Barang / Terminal Truk a. Terminal Dalam Kota dan Terminal Pembantu Untuk melayani angkutan umum, dalam kota terdapat satu terminal yang terletak di Kelurahan Rawasari. Terminal ini terletak di pusat kegiatan bisnis, lokasinya sudah strategis. Namum berdasarkan pengamatan pada jam-jam tertentu terminal ini menunjukkan keadaan mendekati kapasitasnya sehingga ada kalanya angkot tidak masuk terminal karena jam tunggunya akan cukup lama. Hal ini dimungkinkan terjadi karena seluruh trayek, 14 trayek tersebut, Bab 3-17

68 berawal dari terminal ini, belum terdapat terminal Bantu ( sub - terminal ) yang ditetapkan. Dari pengamatan dilapangan terdapat pangkalan yang tidak difasilitasi layaknya terminal, seperti misalnya di Kelurahan Talang Bakung untuk nomor trayek 5C ( warna merah ). Pertampalan rute juga terjadi pada arah keluar terminal. Sebagai contoh trayek IA/B dan IIIA/B/C akan menyatu di Simpang Mangga ( Hotel Abadi ) yang berjarak sekitar 500 meter dari Terminal Rawasari. Trayek-trayek tersebut jumlah armadanya dapat mencapai 50% dari seluruh armada angkutan umum di Kota Jambi. Terpusatnya penumpang di lokasi ini menyebabkan terbentuknya terminal bayangan. Untuk terminal angkutan lokal diusulkan agar terminal angkutan lokal sekarang ( Terminal Rawasari ) tetap dipertahankan. Hal ini mengingat bahwa fungsi terminal lokal ini sangat kuat hubungannya dengan kegiatan pusat kota ( CBD ), sehingga lokasinya sebaiknya berdekatan dengan pusat. Sub Terminal ( terminal pembantu ) tersebut meliputi : 1. Terminal TAC, dengan wilayah pelayanan : a. Perumahan Vila Kenali b. Seberang Kota Jambi / terminal pendukung Penyengat c. Perumahan Griya Aur Duri d. Kenali Asam ( Paal 10 ) / terminal pendukung via Kota Baru e. Talang Bakung via Kota Baru ( Kantor Walikota ) f. Terminal Rawasari ( Kebun Handil ) 2. Terminal Pendukung Paal 10 Kenali Asam : a. Melayani penumpang dari Kab. Batanghari ( sarang burung ) untuk tujuan Pasar Angso Duo ( via terminal TAC ) b. Melayani rute Penyengat Olak Terminal Alam Barajo 3. Terminal Pendukung Paal 10 Kenali Asam, melayani : Bab 3-18

69 a. Penumpang tujuan Tempino b. Dari Terminal TAC via Kota Baru c. Dari Terminal Talang Bakung d. Terminal Rawasari 4. Terminal Pendukung Talang Baku, melayani : a. Angkutan Kota dari Terminal Rawasari b. Terminal TAC via Kebun Handil c. Terminal Paal 10 Kenali Asam d. Terminal Sijenjang Kasang e. Angdes Tangkit. 5. Terminal Pendukung Sijenjang, melayani : a. Angkutan Suak Kandis, Kumpeh, dan Talang Duku b. Angkutan dari Terminal Rawasari c. Angkutan dari Terminal Talang Baku d. Angkutan Kota rute Rawasari Sijenjang via Kasang Pudak b.terminal Antar Kota Dalam Propinsi ( AKDP ) Terminal Antar Kota Dalam Propinsi, secara formal saat ini masih belum ada di Kota Jambi, namum berdasarkan pengamatan lapangan masih berupa Terminal Bayangan, dan untuk masa mendatang perlu ditetapkan sebagai terminal AKDP untuk melengkapi sistem terminal di Kota Jambi, serta menghilangkan terputusnya kesinambungan pergantian antar moda angkutan, baik antar status angkutan ( AKAP AKDP Lokal ), maupun antar moda angkutan. Lokasi dari Terminal AKDP ini diarahkan di 3 lokasi, yaitu di : 1. Arah Selatan Kota Jambi, yaitu di wilayah perbatasan bagian selatan, sebagai antisipasi untuk menghubungkan penumpang yang datang dari arah Palembang yang menggunakan angkutan AKDP. Bab 3-19

70 2. Arah Timur Selatan Kota Jambi, yaitu di Talang Bakung, sebagai antisipasi untuk menghubungkan penumpang ke arah Tangkit yang menggunakan angkutan AKDP. 3. Arah Timur Kota Jambi, sebagai antisipasi untuk menghubungkan penumpang ke arah Timur Kota Jambi ( Muaro Jambi ) yang menggunakan angkutan AKDP. c. Terminal Antar Kota Antar Propinsi ( AKAP ) Terminal Antar Kota Alam Barajo ( AKAP Tipe A ) sudah menempati lokasi baru di Kelurahan Kenali Besar dan terletak disisi jalan lingkar luar. Terminal ini hasil pemindahan dari Jalan HOS Cokroaminoto di Kelurahan Payo Lebar yang tidak memenuhi syarat lagi. Namun cukup disayangkan aksesibilitas terminal baru masih sukar dicapai dari pusat kegiatan. Hal ini menyebabkan tingkat kebutuhan terminal antar kota belum tinggi. Ketidak efisien itu ditambah lagi dengan masih terpusatnya biro travel dan juga armadanya di sekitar lokasi terminal lama dan jalan Gatot Subroto. Keberangkatan bis sedang dan besar antar kota baik kelas bisnis dan eksekutif berawal dari lokasi biro travel ini, tanpa melalui terminal baru tersebut. Juga terdapat pangkalan kendaraan antar kota jenis EIF di Jalan Surya Darma dalam jalan lingkar luar. Pangkalan EIF ini terpisah cukup jauh dari Terminal Alam Barajo itu. Terminal lama belum termanfaatkan sebagaimana mestinya. Saat ini dimanfaatkan untuk perdagangan pakaian, jauh sekali dari fungsi seharusnya. Dilihat dari lokasinya yang strategis. terminal ini cukup baik bila dikembangkan menjadi terminal pendukung angkutan dalam kota. d.terminal Barang / Terminal Truk Terminal truk saat ini terdapat di daerah Simpang Kawat, dan sudah lama direkomendasikan untuk dipindahkan, dengan alasan lokasinya Bab 3-20

71 sudah tidak tepat lagi karena berada di daerah kota, sehingga angkutan barang / truk yang melayaninya harus melalui jaringan jalan dalam kota, yang sering kali melebihi kapasitas ( berat ) beban jalan kota. Dengan adanya jaringan jalan lingkar luar, pengaturan terminal truk dan jalur lintasannya, direkomendasikan untuk memanfaatkan jaringan jalan tersebut. Lokasi dari Terminal Truk tersebut diarahkan dibagian selatan dari jalan lingkar luar, atau tepatnya di samping Balai Pembenihan Ikan, sehingga pengaturan kendaraan angkutan barang tersebut menjadi : Dari arah selatan ( Palembang ), memasuki simpangan lingkar luar, harus berbelok ke kiri dan masuk ke Terminal Truk. Dari arah barat ( Riau Pekanbaru ), masuk ke jalur lingkar luar ke arah selatan, dan masuk ke terminal truk. Dari arah timur ( Pelabuhan Talang Duku ), masuk belok kiri ke jalan lingkar luar arah selatan dan masuk ke terminal truk Tinjauan Terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Jambi Visi dan Misi Visi Pembangunan Kota Jambi adalah KOTA JAMBI BERNAS Adapun maksud daru visi tersebut yaitu mewujudkan Kota Jambi Bersih, Ekonomi Maju, Rukun, Aman, Adil dan sejahtera Pada Tahun Dalam kaitan rumusan visi diatas, maka ditetapkan batasan konsep dengan masingmasing ide yang terdapat dalam visi : Bernas menunjukan kualitas lingkungan fisik, ekonomi dan sosial Kota Jambi yang harus diciptakan untuk menjamin kualitas hidup yang tinggi. Tahun 2013 menunjukan target pencapaian untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan yaitu kota Bernas. Bab 3-21

72 Misi Pembangunan Kota Jambi adalah 1. Meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat 2. Pengentasan Kemiskinan dan Pengurangan pengangguran sehingga terwujud masyarakat yang sejahtera lahir dan batin 3. Peningkatan Infrastruktur dan Perbaikan Tata Ruang Kota yang indah, aman dan nyaman. Misi Kota Jambi sebagaimana tersebut diatas dijabarkan sebagai berikut: I. Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat 1. Menghapus monopoli pengolahan sampah melalui pendirian unit usaha pengolahan sampah tingkat kecamatan dengan melibatkan partisipasi masyarakat. 2. Membangun taman kota sebagai paru-paru kota dan taman wisata 3. Mempermudah perizinan usaha melalui pendirian kantor pelayanan satu atap 4. Pemutihan perumahan guru 5. Memberi insetif kepada pengurus rumah ibadah/pegawai syarak termasuk guru mengaji di masjid-masjid 6. Menaikan insentif kepada seluruh ketua rt 7. Pelayanan cepat dan murah pembuatan ktp, kk, akte kelahiran dan gratis bagi orang miskin 8. Revitalisasi tempat pembuangan sampah (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA) talang gula dengan fasilitas daur ulang 9. Membangun business center sebagai pusat peluang investasi, bisnis dan lowongan kerja serta pemasaran produk unggulan. 10. Membantu modal kalangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta koperasi 11. membangun kawasan sentra produksi bibit ikan/pertanian unggul di kota seberang Bab 3-22

73 12. Membentuk forum silahturahmi umat beragama untuk menjaga hubungan kerukunan antar umat beragama dan suku bangsa 13. Meningkatkan fungsi poskamling disetiap lingkungan 14. Meningkatkan peran posyandu dan pkk disetiap RT 15. Merenovasi seluruh sekolah rusak dari SD/sederajat sampai SLTA 16. Membangun fasilitas penyandang cacat 17. Revitalisasi puskesmas untuk rawat inap 18. Membangun fasilitas dan meningkatkan akses penduduk pada kegiatan seni, budaya dan olahraga II. Pengentasan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran 1. Gratis susu untuk ibu hamil dan balita bagi keluarga miskin 2. Berobat gratis di puskesmas 3. Sekolah murah dan berkualitas untuk orang miskin 4. Memberi beasiswa kepada seluruh siswa miskin dan siswa berprestasi 5. Memberi asuransi jiwa bagi masyarakat miskin 6. Membangun kawasan pusat jajanan untuk usaha kecil 7. Membangun kawasan pusat jual beli untuk usaha kecil 8. Membangun dan meningkatkan pasar-pasar tradisional 9. Memberi keterampilan pada anak jalanan, pengemis dan pengamen 10. Menurunkan tingkat kriminalitasi dengan membinaan mental keagamaan 11. Meningkatkan kesejahteraan LANSIA di panti-panti jompo 12. Meningkatkan kesejahteraan anak dipanti asuhan, anak yatim/miskin. III. Peningkatan Infrastruktur dan Perbaikan Tata Ruang 1. Pembangunan drainase kota 2. Mengembangkan kali bersih melalui pembangunan turap 3. Penertiban parkir pengembangan bangunan dan kawasan parkir secara terpusat Bab 3-23

74 4. Perbaikan dan pembangunan jalan-jalan di areal pemukiman 5. Membuka akses transportasi pada pusat permukiman dan pendidikan melalui pembangunan terminal antara 6. Relokasi terminal angkutan dalam kota 7. Membangun wisata sungai batanghari 8. Mengembangkan cagar budaya kota seberang 9. Membangun kawasan ekowisata 10. Mengembangkan kota seberang menjadi pusat industri rumah tangga 11. Mengembangkan kota seberang menjadi sentra batik provinsi jambi 12. Membangun lokasi pembinaan dan rehabilitasi anak nakal dan narkotika 13. Memperindah dan mengatur areal pemakaman umum 14. Menetapkan kawasan khusus industri dan pergudangan Tujuan dan Sasaran Pemerintah Kota Jambi A. Tujuan Adapun yang menjadi tujuan adalah : 1. Meningkatkan kualitas dan kredibilitas pelaksanaan pemerintahan dan kemasyarakatan dengan berbagai kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan untuk memberikan nilai tambah maksimal yang spesifik dan kreatif bagi masyarakat Kota Jambi. 2. Mendayagunakan manajemen organisasi ( Pemerintah Kota Jambi ) berbasis kompetensi yang sesuai dengan tuntutan perkembanagan internal dan eksternal sesuai dengan nilai-nilai budaya organisasi yang dianut. 3. Mewujudkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak di tingkat regional, nasional, dan internasional. 4. Terwujudnya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan; pencepatan pemulihan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan; penerapan nilai-nilai agama dalam perilaku kehidupan etis-normatif;supremasi hukum dan HAM; peningkatan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan rakyat, pembinaan pemuda serta penyetaraan gender dan olahraga,perluasan Bab 3-24

75 kesempan kerja, pemantapan ekonomi daerah, dan kemudahan pelayanan public melalui standar pelayanan minimal, pengendalian eksploitasi sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup, serta meningkatkan kapasitas perlindungan masyarakat dari gangguan keamanan dan ketertiban, pengembangan wilayah Kota Seberang Jambi, dan pinggiran kota. B. Sasaran Adapun yang menjadi sasaran kedepan adalah : 1. Mendayagunakan Manejemen organisasi ( Pemerintahan Kota Jambi ) berbasis kompetensi ( pengetahuan -keahlian-perilaku ) yang sesuai dengan tuntutan dan nilai budaya yang dianut, berupa; a. layanan administrasif ( standar pelayanan mi nimal ) yang professional, efisien, dan efektif dalam menunjang kinerja organisasi (input-output-utcome-benefit-impact ) secara menyeluruh dan mantap berikut monitoring dan evaluasi terhadap kualitas layanan administrasi. b. Pengembangan sumber daya manusia yang berkarakter dan berkompetensi serta etos kerja dan budaya organisasi dengan suatu sistem sumberdaya manusia yang profesional. c. Terselenggaranya manajemen sistem informasi yang mutakhir, cepat, akurat, terpecaya, bersifat menyeluruh dan terintegrasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang ditunjang oleh perangkat teknologi yang berkualitas. 2. Terbentuknya jaringan kelembagaan dengan berbagai pihak, terutama dalam bidang agro-bisnis, industri pengolahan, pertambanagn, dan kepariwisataan, baik ditingkat regional, nasional, maupun internasional. 3. Membangun komunikasi dialogis antara pemerintahan Pusat- Pemerintahan Propinsi- Pemerintahan Kabupatan/ Kota, dalam suatu jaringan kerja yang modern dan dinamis. 4. Meningkatnya perluasan kesempatan belajar, dan kualitas penyelenggaraan pendidikan, berkembangnya sitem ekonomi Bab 3-25

76 kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar dan kemitraan yang saling mengutungkan, berkembangnya perekonomian yang berorientasi global dan memanfaatkan kemajuan IPTEK dengan membangun keunggulan kompetitif dan keunggulan bersaing sesuai dengan potensi yang dimiliki Kota Jambi, meningkatnya kesadaran kolektif untuk beragama dan kerukunan hidup umat beragama serta peran maupun fungsi lembaga keagamaan dalm mengatasi dampak negatif perubahan sosial; meningkatnya supremasi hukum dan HAM; meningkatnya pelayanan kesehatan dan gizi serta penanggulangan penyalahgunaan NAPZA; peningkatnya pengendalian penyakit social dan perhatian terhadap orang lanjut usia, penyandang cacat, fakir miskin, anak terlantar, anak jalanan dan kelompok rentan sosial, meningkatnya pembinaan generasi muda dan budaya olahraga, serta upaya memperdayakan perempuan agar menjadi insan yang mandiri, meningkatnya lapangan kerja; berkembangnya sistem politik yang berkedaulatan rakyat demokratis-terbuka, terciptanya kehidupan politik yang harmonis dan penyelenggaraan Pemilu 2009 yang demokratis, mantapnya ekonomi daerah dan terselenggaranya Standar Pelayanan Minimal, meningkatnya pemanfaatan informasi dan komunikasi guna mewujudkan kecerdasan masyarakat, memperkokoh kepribadian, persatuan dan kesatuan; meningkatkan pengolahan SDA secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, pengendalian pencemaran lingkungan dan mencegah kerusakan lingkungan hidup serta kawasan konservasi, meningkatnya ketenteraman dan ketertiban; serta pengembangan wilayah Kota Seberang Jambi dan pinggiran kota. Bab 3-26

77 Strategi Pembangunan Daerah Strategi pembangunan Kota Jambi pada dasarnya merupakan aktualisasi dari Rencana Strategis Kota Jambi yang akan dicapai untuk lima tahun kedepan. Dalam pelaksanaannya strategi dibagi menurut pendekatan perbidang pembangunan, yaitu sebagai berikut : 1. Bidang Sosial dan Budaya Strategi pembangunan bidang sosial dan budaya yaitu : a. Pembangunan dibidang pendidikan Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, meningkatkan sarana prasarana pendidikan termasuk mengembangkan kepustakaan daerah. b. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat yang berhasil dan berdaya guna, meliputi usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta dukungan sarana dan prasarana. c. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Pembangunan keluarga dan kesejahteraan sosial serta terlaksananya pelayanan kesejahteraan sosial bagi penduduk. d. Mengembangkan SDM Aparatur Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan (good governance), mengelola sumberdaya daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. 2. Bidang Ekonomi dan Keuangan Daerah a. Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa dan Industri Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa dengan memperhatikan aspek lingkungan, keamanan, ketertiban, kenyamanan dan estetika kota, sosial budaya, kondisi geografis dan historis serta menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah. b. Membangun Keuangan Daerah Bab 3-27

78 Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah secara professional, efisien, transparan dan bertanggungjawab serta meningkatkan penerimaan dan kinerja pengelolaan Pendapatan Asli Daerah secara signifikan untuk mendukung pembiayaan kegiatan pelayanan masyarakat dan pembangunan. 3. Bidang Fisik dan Sarana Prasarana a. Meningkatkan Kapasitas Kota Meningkatkan kapasitas kota dengan membangun dan memantapkan ketersediaan, kecukupan dan kelayakan infra struktur dasar perkotaan. b. Perbaikan Lingkungan Hidup Meningkatkan pengelolaan perkotaan dengan memperhatikan aspek daya dukung lingkungan. c. Meningkatkan implementasi dokumen penataan ruang yang berlaku. Mengendalikan pemanfaatan ruang kota sehingga mampu mewujudkan ruang kota yang dapat menampung segala aktivitas perkotaan dengan tetap memperhatikan daya dukung lahan. Arah Kebijakan Pembangunan Daerah A. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Membangun Pendidikan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan memperolah pendidikan yang bermutu, meningkatkan sarana prasarana pendidikan termasuk mengembangkan kepustakaan daerah. B. Peningkatan aktivitas perekonomian Dari sisi ekonomi, perkembangan ekonomi Kota Jambi secara makro menujukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB yang meningkat setiap tahunnya, baik PDRB dengan migas ataupun PDRB tanpa migas, dengan struktur ekonomi yang masih didominasi oleh empat sektor utama, yaitu perdagangan, hotel dan Bab 3-28

79 restoran, sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Dalam rangka mendorong dan memacu peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka berbagai aktivitas dan sumber daya ekonomi Kota Jambi harus dipicu seoptimal mungkin dengan mengacu pada daya dukung dan potensi yang tersedia di Kota Jambi dan kawasan hinterlandnya. 1) Peningkatan Daya Saing Produk Unggulan dan Potensi Daerah Peningkatan daya saing produk unggulan dan potensi daerah diarahkan untuk menciptakan produk-produk usaha kecil dan menengah, serta pengembangan destinasi wisata yang mampu bersaing ditingkat regional hingga manca negara melalui penguatan dan akses kepada modal produktif, peningkatan SDM, kapasitas Iptek sistim produksi, kewirausahaan dan promosi serta penguatan Koperasi. 2) Pengembangan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Pembangunan pertanian diarahkan melalui pendekatan sistem usaha tani yang didasarkan pada potensi dan sumberdaya daerah yang diharapkan dapat menunjang peningkatan produksi, peningkatan ekspor non migas, memantapkan ketahanan pangan, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha demi tercapainya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan yang ingin diterapkan oleh Pemerintah Kota Jambi guna mendukung keberhasilan pembangunan kehutanan Tahun 2008 di Kota Jambi adalah Mengembangkan hutan kota sebagai asset daerah yang multiguna sejalan dengan peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pengembangan agroforestry serta Penertiban industri pengolahan hasil hutan dan usaha pengelolaan sarang burung wallet dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hayati. Bab 3-29

80 3) Pembinaan dan Pengelolaan Ketenagakerjaan Kebijakan pengelolaan ketenagakerjaan diarahkan bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih luwes dengan mengupayakan penyempurnaan hubungan industrial dan mekanisme penempatan dan perlindungan tenaga kerja ke luar negeri serta peningkatan kualitas tenaga kerja dan upaya penciptaan lapangan kerja oleh pemerintah. C. Peningkatan kualitas infra struktur dasar perkotaan Kedudukan Kota Jambi sebagai Ibu Kota Provinsi dan sebagai pusat pengembangan utama Provinsi Jambi belum berfungsi optimal. Hingga saat ini kondisi fisik dan infrastruktur serta berbagai utilitas kota lainnya relatif masih kurang dalam rangka perwujudan fungsi kota. Arah Kebijakan yang diambil untuk mendorong peningkatan kualitas infra struktur dasar perkotaan adalah meningkatkan kapasitas pengelolaan dan penataan perkotaan, percepatan peningkatan/penyediaan sarana pendukung fisik kota serta perluasan jangkauan pelayanan. D. Peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan Arah Kebijakan yang diambil untuk mendorong peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan adalah dengan meningkatkan upaya penyehatan lingkungan perkotaan. E. Pemberdayaan Masyarakat & Peningkatan Kesejahteraan sosial Pembangunan membutuhkan dukungan masyarakat, oleh sebab itu penguatan atau pemberdayaan masyarakat melalui Penumubuh-kembangan kesadaran kritis untuk melakukan perubahan yang mendukung pembangunan akan terus diupayakan. Pemberdayan masyarakat ditujukan pada terwujudnya masyarakat yang mampu berpartisipasi dalam dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pembangunan. Bab 3-30

81 Keluarga miskin di Kota Jambi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Selain dari pada kemiskinan terdapat juga penyandang masalah sosial lainnya lainnya seperti anak jalanan, tuna susila, gelandangan, pengemis serta penyandang cacat yang sangat dibutuhkan penanganan yang terus menerus dan berkelanjutan. Arah Kebijakan yang diambil untuk Mendorong Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Kesejahteraan sosial adalah : 1. Meningkatkan partisipasi berbagai elemen masyarakat dalam berbagai aktifitas pembangunan. 2. Meningkatkan jangkauan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat miskin, Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan sosial serta terlaksananya pelayanan kesejahteraan sosial. 3. Pemberdayaan Perempuan, keluarga dan pelayanan KB. 4. Meningkatkan aktivitas kepemudaan dan olah raga F. Optimaslisasi pranata pemerintahan Arah Kebijakan yang diambil untuk mendorong optimalisasi pranata kepemerintahan adalah : Menciptakan aparatur pemerintah yang memiliki kapabilitas, integritas, berkualitas dan akuntabel sebagai penyelenggara pemerintah dan pelayan publik Kijakan Umum Pembangunan Daerah Kebijakan umum pembangunan kota Jambi untuk periode di fokuskan pada 3 kebijakan penting yaitu : 1. optimalisasi organisasi pemerintahan kota yang selarah dengan besarnya tantangan dan kebutuhan 2. mencitakan iklim yang kondusif di bidanga ekonomi, sosial, politik dan budaya melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi Bab 3-31

82 3. melakukan terobosan melalui inovasi dalam upaya menarik investor melalui peningkatan kerjasama antar pemerintah kabupaten dan kota pemerintah provinsi beserta pemerintah pusat Program Prioritas Pembangunan Daerah Program yang menjadi Prioritas dalam pembangunan Daerah kota Jambi adalah 6 aspek yaitu: (1) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, (2) Peningkatan aktivitas perekonomian, (3) peningkatan kualitas infra struktur dasar perkotaan, (4) peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan, (5) Pemberdayaan Masyarakat & Peningkatan Kesejahteraan sosial, (6) optimaslisasi pranata pemerintahan (good governance) Program Prioritas Pertama: Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dilaksanakan melalui: a. Program Pendidikan Anak Usia Dini b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun c. Program Pendidikan Menengah d. Program Pendidikan Non Formal e. Program Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan f. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Peningkatkan Kualitas Kesehatan dilaksanaka melalui : a. Program Pengadaan,peningkatan dan perbaikan sarana prasarana puskesmas Puskesmas Pembantu dan Jaringannya Bab 3-32

83 b. Program Pengembangan SIKDA c. Program Upaya Kesehatan Masyarakat d. Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan e. Program Pengembangan Lingkungan Sehat, f. Program Pengawasan dan Pengendalian Makanan g. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat h. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak dan Remaja i. Program Peningkatan keselamatan Ibu melahirkan dan anak, j. Program Perbaikan Gizi Masyarakat k. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan l. Program Pencegahan & Penanggulangan Penyakit Menular Peningkatan akhlak, mental dan spritual masyarakat melalui Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda Program Prioritas Kedua : Peningkatan aktivitas perekonomian Dari sisi ekonomi, perkembangan ekonomi Kota Jambi secara makro menujukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB yang meningkat setiap tahunnya, baik PDRB dengan migas ataupun PDRB tanpa migas, dengan struktur ekonomi yang masih didominasi oleh empat sektor utama, yaitu perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Dalam rangka mendorong dan memacu peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka berbagai aktivitas dan sumber daya ekonomi Kota Jambi harus dipicu seoptimal mungkin dengan mengacu pada daya dukung dan potensi yang tersedia di Kota Jambi dan kawasan hinterlandnya melalui : Bab 3-33

84 a. Program percepatan kawasan-kawasan ekonomi cepat tumbuh b. Program Peningkatan aksesibilitas distribusi barang dan jasa serta pemasaran produk-produk hasil pertanian, industri pengolahan dan kerajinan. c. Program Peningkatan keterampilan dan daya saing usaha mikro dan koperasi dan penciptaan lapangan kerja baru d. Program Peningkatan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Program Prioritas Ketiga : Peningkatan kualitas infra struktur dasar perkotaan Kedudukan Kota Jambi sebagai Ibu Kota Provinsi dan sebagai pusat pengembangan utama Provinsi Jambi belum berfungsi optimal. Hingga saat ini kondisi fisik dan infrastruktur serta berbagai utilitas kota lainnya relatif masih kurang dalam rangka perwujudan fungsi kota. Peningkatan kapasitas pengelolaan dan penataan perkotaan, percepatan peningkatan/penyediaan sarana pendukung fisik kota serta perluasan jangkauan pelayanan, dilakukan melalui; Pengairan a. Program Pembangunan Saluran Draenase /Gorong-gorong b. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, rawa dan jaringan Pengairan lainya Cipta Karya a. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya. b. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat Tumbuh c. Program pembangunan infrastruktur Pedesaan d. Program lingkungan sehat perumahan Bab 3-34

85 Bina Marga a. Program Pembangunan Jalan & Jembatan b. Program Rehab./Pemel. Jalan & Jembatan c. Program Pengembangan Jaringan Penerangan Jalan Perhubungan a. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ b. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan c. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor d. Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas e. Program peningkatan pelayanan angkutan Perparkiran a. Program Peningkatan Pelayanan Perparkiran Pemadam Kebakaran a. Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Penataaan Ruang a. Program pemanfaatan Ruang b. Program pengendalian pemanfaatan ruang Program Prioritas Keempat: Peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan Peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan adalah dengan meningkatkan upaya penyehatan lingkungan perkotaan melalui: a. Program Peningkatan Pengendalian Polusi b. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup c. Program Rehabilitasi dan pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam Bab 3-35

86 d. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam e. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan Hidup f. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan g. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Program Pengelolaan Areal Pemakaman, dengan kegiatan h. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur i. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Program Prioritas Kelima : Pemberdayaan Masyarakat & Peningkatan Kesejahteraan sosial Pemberdayan masyarakat ditujukan pada terwujudnya masyarakat yang mampu berpartisipasi dalam dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pembangunan melalui : 1. Peningkatan partisipasi berbagai elemen masyarakat dalam berbagai aktifitas pembangunan, dengan program: a. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan b. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan c. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa d. Program peningkatan peran perempuan di pedesaan 2. Peningkatan jangkauan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat miskin, Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan sosial serta terlaksananya pelayanan kesejahteraan sosial dengan program : a. Program Pemberdayaan Fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kessos b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial c. Program Pembinaan Anak Terlantar dengan kegiatan : d. Program pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo Bab 3-36

87 e. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (eks narapidana,psk, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) f. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial 3. Pemberdayaan Perempuan, keluarga dan pelayanan KB dengan program: a. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak b. Program Peningkatan Kualitas hidup dan perlindungan perempuan c. Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan d. Program Keluarga Berencana e. Program Pelayanan Kontrasepsi; f. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan KB/KR Yang Mandiri; g. Program pembangunan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR; h. Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak; 4. Peningkatan aktivitas kepemudaan dan olah raga dengan program : a. program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan dengan kegiatan : b. Program Pembinaan dan Pemasyarakan Olah Raga dengan kegiatan : c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga dengan Kegiatan : Program Prioritas Keenam : Optimalisasi pranata pemerintahan Optimalisasi pranata kepemerintahan adalah : Menciptakan aparatur pemerintah yang memiliki kapabilitas, integritas, berkualitas dan akuntabel sebagai penyelenggara pemerintah dan pelayan publik melalui : Bab 3-37

88 a. Program Pelayanan administrasi perkantoran b. Program Peningkatan sarana dan prasarana aparatur c. Program Peningkatan disiplin aparatur d. Program Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur e. Program Peningkatan, pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan f. Program Pemeliharaan kesehatan KDH, WKDH, Anggota DPRD g. Program Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan h. Program Mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat i. Program Penataan peraturan perundang-undangan j. Program Pembinaan dan pengembangan aparatur k. Program Pemeliharaan kamtrantibmas dan pencegahan tindak kriminal l. Program Pengembangan wawasan kebangsaan m. Program Kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan n. Program Pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan o. Program Peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat p. Program Pendidikan politik masyarakat q. Program Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam r. Program Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah s. Program Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH t. Program Peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan u. Program Pemberdayaan kecamatan v. Program Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa w. Program Program fasilitasi pindah/purna tugas PNS x. Program Kerjasama informasi dan media massa. Bab 3-38

89 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI RENCANA PROGRAM INVESTASI Bab 4-1

90 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 4.1 Rencana Program Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan 4.1 Petunjuk Umum Umum Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah : 1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan 2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. 3) Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain: 1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan. 2. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi Bab 4-2

91 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. 3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan Masih adanya permukiman kumuh seluas 47,3 ribu Ha yang tersebar di kantong permukiman yang dihuni tidak kurang dari 17,2 juta jiwa (berdasarkan data tahun 2003). Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota. Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana raga, dan lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua olah kota, terutama kota Metro dan Besar. 4. Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan Jumlah penduduk miskin sebanyak 36,1 juta jiwa (16,6%) dengan11,5 juta jiwa di perkotaan dan 24,6 juta jiwa di perdesaan (berdasarkan data tahun 2003). Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat. Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan diwilayahnya. 5. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 Bab 4-3

92 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI tentangperaturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas kumuh Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan lingkungan antara lain : 1. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota, 2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota 3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya, 4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, 5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Kota, 6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan, 7. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik, 8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia, 9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan lingkungan pada kota bersangkutan, 10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan, Bab 4-4

93 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta, 12. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan, 13. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama 14. dalam hal pemulihan biaya investasi, Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut, 15. Safeguard sosial dan lingkungan, 16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah yang belum menindak lanjutinya sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari : 1. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan Gedung; 2. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran yang belum memiliki atau melembagakaninstitusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan; Bab 4-5

94 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 3. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan pendataan bangunan gedung; 4. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan yang baru hasil pembangunan sejak ; 5. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selaku siap pakai setiap saat; 6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat; 7. Masih banyak Kabupaten/Kota pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; 8. Masih banyak Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang terdegradasi dan belum di tata ulang; 9. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Kabupaten/Kota; 10. Masih banyak Kabupaten/Kota belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. Untuk itu, Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Untuk tahun anggaran 2007, tahun sebelumnya, perlu sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun- melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten/Kota. Bab 4-6

95 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif dan responsif. Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni: mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target 1); setengahnya, sampai dengan tahun dan mengurangi sampai 2015, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompk peduli dan dunia usaha secara aktif. Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensive dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan masyarakat sesuai siklus P2KP Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Kota Jambi Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Kota Jambi Diskripsi memberikan ini dimaksudkan gambaran umum untuk tentang bangunan yang terdapat di kota Jambi. Pemaparan difokuskan pada bentukan fisik bangunan yaitu dari segi fungsi bangunan, arsitektur, struktur dan pencapaian ke bangunan yang mampu memberikan pemahaman awal terhadap obyek pemeriksaan keandalan bangunan gedung. Bab 4-7

96 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bangunan kantor operasional Bandar Udara Sultan Thaha Kota Jambi ini dengan sistem fungsi kegiatan terkonsentrasi pada satu lantai, dengan performa elemen arsitektural pada atap bangunan kuat menunjukkan lokalitas arsitektur Jambi. Bangunan ini seperti pada umumnya terdiri dari beberapa bagian yaitu kaki (super structure), badan, dan kepala (uper structure). Pada bagian kaki (super structure), merupakan komponen struktural yang terbentuk dari susunan pondasi, bada bagian badan sebagai massa ruang yang terbentuk oleh komponen struktural kolom, dinding, pintu, jendela dan komponen utilitas serta mekanikal elektrikal. Bagian kepala sebagai representasi atap atau mahkota dari badan bangunan yang berfungsi sebagai pelindung badan bangunan, ruang yang terdapat dibawahnya. Pada bagian atap bangunan bandar udara Sultan Tahha ini sangat menonjolkan elemen lokalitas arsitektur daerah Jambi, selain memiliki bidang atap yang bersusun bidang atapnya juga memiliki kemiringan yang cukup tajam, ini sebagai bentuk representasi dari ciri khas arsitektur Kota Jambi. Kemiringan atap yang cukup tajam senagai ciri bangunan tropis yang dapat berfungsi mengalirkan air hujan dengan cepat, dengan kemiringan atap yang cukup tajam memungkinkan juga terpaan radiasi panas matahari tidak semuanya diteruskan ke dalam ruang, sehingga temperatur ruang tetap terjaga kenyamanannya. material arsitektural yang digunakan pada kantor bangunan bandar udara ini telah menunjukkan material yang bersifat kekinian, seperti penggunaan atap genteng beton, bidang-bidang kaca jendela yang lebar, kusen alumunium, plat gypsum untuk plafond (ceiling), dan keramik untuk penutup lantai. Bab 4-8

97 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Papan lisplank yang menonjol sebagai akhiran bidang atap memberikan kesan lokalitas yang sangat kuat. Bidang sopi-sopi sebagai bagian dari elemen komponen atap diselesaikan dengan krawang ukiran khas daerah Jambi, hal ini dilakukan untuk mendukung performa arsitektur lokal, namun elemen ini juga sangat fungsional sebagai sirkulasi udara panas yang terdapat dibawah atap menjadi bergerak keluar. Bangunan kantor DIPENDA Propinsi Jambi sebagai kantor dinas pendapatan daerah yang membidangi beberapa bagian pengelolaan pendapatan daerah menjadikan ruang pada bangunan ini terbagi menjadi kelompok ruang-ruang untuk sesuai dengan fungsi dan kelompok bidang kerjanya. Bangunan ini dikembangkan secara horisontal satu lantai dengan ekspresi arsitektural sebagai mana bangunan lainnya yang berada di daerah Jambi. pada entrance bangunan nampak penonjolan lisplak bidang atap dengan lokalitasnya sebagai tanda bangunan itu berada. dengan Atap bagunan bidang atas bersusun lebih dua tajam kemiringannya. Bentuk tersebut sekaligus menandakan bila terdapat sistem struktur konstruksi atap yang terdapat di dalamnya. Sebagai bentuk atap yang menjulang dan bersusun tentu memiliki persyaratan konstruksi yang lebih bila dibandingkan dengan bentuk atap yang sederhana. Atap menjulang dan bersusun dapat memberikan fungsi yang optimal pada bangunan, dengan atap yang menjulang air hujan akan lebih cepat mengalir dan bidang atap akan lebih cepat kering bila terkena hujan. Bidang atap yang bersusun dapat berfungsi untuk mengalirkan udara panas yang terdapat di dalam ruang maupun atap. Bab 4-9

98 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI pada bagian entarance bangunan, lokalitas juga nampak sangat kuat. Kolom-kolom struktur dan bidang dinding masif mencitrakan kekokohan. Pada bangunan ini atap bangunan utama tidak dibuat menjulang sebagai mana pada bangunanbangunan lain yang terdapat di sekitarnya, namun pada bagian entrance sebagai vocal point, atap dibuat bersusun dan menjulang dengan elemen ukiran kas daerah. Tata hijau yang terdapat diatas jalur jalan utama kantor dipenda memberikan kontribusi visual estetika. Tata hijau ini dapat meberikan manfaat bagi lingkungan yaitu untuk mereduksi polusi udara/gas CO2 hasil pembakaran kendaraan bermotor. Prima Mal merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan pusat perbelanjaan yang terdapat di Kota Jambi. Bangunan ini tampil dengan ekspresi bentuk arsitektur modern, komposisi geometrisnya memperkuat citra kekinian sebagai aktualisasi bentuk kontemporer, hal ini membuat bangunan lebih nampak menonjol dan tidak menunjukkan karakter lokalitasnya. Konsep kaki, badan, kepala tidak nampak pada bangunan menempatkan ini. Penggunan perlengkapan utilitas atap dan datar memungkinkan mekanikal bangunan untuk untuk mendukung keandalan dala m pelayanan bangunan. Bab 4-10

99 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Penggunaan material dan konstruksi pada arsitekturalnya cukup berfariasi yaitu dengan material kekinian seperti penggunaan beton, stainlessteel, alumunium, kaca, metal, keramik, dan warna dengan komposisi yang kontras namun kompak, serasi, dan menarik pengunjung. Prima Mal terletak di jalan utama yang memungkinkan aksesibilitas ke bangunan menjadi lebih mudah. Kendaraan bermotor roda empat dan roda dua, serta pejalan kakipun dapat dengan mudah mencapainya, namun kondisi ini bila tidak diatur sedemikian rupa dapat menjadi gangguan dari kelompok kegiatan tertentu. Sebagai bangunan public (public building) menuntut adanya kemudahan pencapaian dari semua kelompok pengguna bangunan, fasilitas parkir (parking area) menjadi faktor untuk mencapai kemudahan Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher berfungsi sebagai pelayanan kesehatan masyarakat Jambi. Bangunan yang terdiri dari dua lantai dengan pengembangan tapaknya secara horisontal membutuhkan lahan yang cukup luas. Struktur Bangunan RSUD Raden Mattaher terbuat dari bahan beton bertulang dengan sistem rangka yaitu kolom, balok, dan plat lantai. Sistem mendukung ini beban cukup baik untuk bangunan dan menghantarkannya ke dalam tanah. sebagai rumah sakit dituntut adanya faktor kemudahan pencapaian ke bangunan dan ke dalam ruang bangunan, ini dikarenakan rumah sakit sebagai tempat pertolongan memerlukan respon yng cepat dalam pertolongan agar pasien dapat segera terselamatkan. Bab 4-11

100 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Ekspresi arsitektural bangunan ini tidak meunjukkan lokalitas yang kuat, arsitekturalnya tumbuh begitu saja sesuai bentuk dan materialnya. Lokalitasnya hanya nampak terlihat ditempelkan pada atap papan nama gedung di bagian entrance utama. bangunan ini berfungsi sebagai fasilitas pendidikan tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Thaha Saifudin Jambi. Bentuk bangunannya yang mudah dikenali melalui bentuk atapnya yang menjulang tinggi dan sangat dominan yang mengadopsi atap lokal. Ekspresi atapnya ini seolah menunjukkan dan mempertegas jati diri arsitektur tradisional Jambi. Struktur bangunananya terbuat dari beton bertulang dengan sistem struktur rangka kolom, balok dan plat. Sistem ini memungkinkan bentuk menjadi kaku (rigid frame) yang andal terhadap tekanan gaya grafitasi/aksial yang disebabkan oleh beban mati dan beban hidup serta andal terhadap tekanan gaya lateral yang disebabkan oleh tekanan angin dan gempa bumi. struktur vertikalnya memberikan ekspresi bangunan ini nampak kokoh. Material struktur yang terbuat dari bahan beton, penutup atap genteng beton, jendela kaca dengan frame kayu, pelapis lantai ubin dan traso menginformasikan bila bangunan ini eksis pada masanya. Komponen struktur yang terdiri kaki (super structure), badan, kepala (uper structure), nampak tegas pada bangunan ini. Sistem dan bentuk atap dengan kombinasi bentuk limas dan pelana dengan bidang atap yang cukup miring dengan skala bangunan yang cukup besar dibandingkan dengan bangunan disekitarnya, membuat bangunan ini mudah dikenali sebagai bangunan pendidikan. Bab 4-12

101 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Gedung Kantor Pos dan Giro Kota Jambi terletak di Jl. Sultan Tahha No 5 Jambi. Gedung ini sebagai kantor ekpedisi milik pemerintah daerah, memiliki kesibukan dalam pelayanan jasa pengiriman kepada masyarakat Jambi. Bangunan ini terdiri dari dua lantai dengan luas lantai yang cukup memadai untuk kegiatan pelayanan publik. Pada lantai satu berfungsi untuk pelayanan masyarakat, pengiriman surat/dokumen, pengiriman barang, pembayaran telepon dan pembayaran listrik serta pelayanan pencairan dana pensiun ataupun pelayanan programprogram pemerintah lainnya. Bentuk arsitektural bangunan ini tampil dengan menekankan pada fungsinya saja, ini terlihat tidak kuatnya elemen arsitektur lokalnya hadir pada fisik bangunan. Sistem struktur bangunan ini menggunakan beton bertulang dengan sistem rangka kolom, balok dan plat. Bentuk atap limasan dengan bidang atap yang sederhana dan dengan kemiringan cukup rendah, yang jauh dari bentuk atap daerah Jambi, yang memiliki kemiringan cukup tajam. Sebagai kantor pelayanan publik bangunan ini telah dilengkapi jalan masuk bagi kaum difabel atau masyarakat yang berkebutuhan khusus. Hal ini telah tersedianya sarana aksesibilitas bagi penyandang cacat pada bagian main entrance bangunan. Halaman parkir bangunan ini cukup sempit sehingga bila jam-jam puncak pelayanan, area parkir tidak cukup melayani masyarakat pengunjung. Gedung kantor Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN Persero) kantor wilayah cabang Jambi. Bangunan ini terdiri dari tiga lantai dengan massa bangunan Bab 4-13

102 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI geometris atap datar. Bangunan ini memiliki karakter sebagai kantor-kantor PLN seperti yang terdapat di daerah lainnya. Karakter gedung membuat lepas dari karakter lokalitas bangunan nampak berbeda dengan bangunan-bangunan di sekitarnya. Banguan ini memiliki satu pintu masuk dan satu pintu keluar dengan area parkir yang luas bagi pengunjung. Kantor PLN ini terdiri dari beberapa massa bangunan yang tersebar di belakang bangunan utama, bangunan-bangunan yang terdapat di belakang gedung utama, antara lain gedung logistik, mesjid, perluasan kantor manajemen, dan parkir pimpinan, staff karyawan. Sistem struktur bangunan ini menggunakan beton bertulang dengan sistem rangka kolom, balok dan plat. Bentuk atap pada massa bangunan utama plat beton datar dan untuk massa bangunan lainnya dengan bentuk limasan dan pelana dengan bidang atap yang sederhana dengan kemiringan yang cukup rendah. Bentuk atap yang terdapat di gedung PLN memiliki karakter yang jauh dari bentuk atap arsitektur Jambi, yang memiliki kemiringan cukup tajam. sebagai bangunan publik dengan skala yang cukup besar bangunan ini telah dilengkapai dengan system utilitas dan mekanikal elektrikal. Bahan arsitektural yang digunakan seperti plafond dengan triplek finishing cat kamprot, kusen allumunium dengan penutup lubang jendela kaca dan penutup pintu dengan daun kaca dan kayu, pelapis lantai dengan keramik ukuran 30/30 cm, dinding pasangan plester finishing cat, halaman parkir dengan finishing paving block dan bahan penutup atap pada massa bangunan lainnya dengan menggunakan asbes dan genteng beton. Bab 4-14

103 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Gedung museum ini terletak bersebrangan dengan kantor PLN. Bangunan museum ini terdiri dari bangunan penunjang terdiri dari 2 lantai yang dihubungkan dengan selasar penghubung. bangunan melalui yang bentuk menjulang atap tinggi mengadopsi bentuk atap lokal membuat bangunan museum ini sangat dominan dilingkungannya. Ekspresi atapnya seolah mempertegas jati diri bangunan yang berdiri di tengah-tengah kenusantaraan lokalitas arsitektur tradisional daerah Jambi. Sistem struktur bangunan ini menggunakan beton bertulang dengan sistem rangka kolom, balok dan plat. Struktur atapnya bersusun mengikuti susunan bidang atap yang menjulang tinggi. sebagai bangunan publik dengan skala yang cukup besar bangunan ini telah dilengkapai dengan system utilitas dan mekanikal elektrikal. Bahan arsitektural yang digunakan seperti plafond dengan triplek finishing cat kamprot, kusen allumunium dengan penutup lubang jendela kaca dan penutup pintu dengan daun kaca dan kayu, pelapis lantai dengan keramik ukuran 30/30 cm, finishing cat, dinding pasangan halaman parkir plester dengan finishing paving block dan bahan penutup atap pada massa bangunan lainnya dengan menggunakan asbes dan genteng beton. bangunan ini nampak dengan performa yang sangat formal, menunjukkan bila fungsi bangunan ini sebagai kantor pemerintah tingkat dua propinsi Jambi. Ekspresi arsitekturalnya yang simetris Bab 4-15

104 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI formal namun tetap lekat dengan lokalitasnya. Hal ini nampak terlihat pada penggunaan bentuk atap yang menjulang dengan elemen ukiran pada dinding sopi-sopinya. Skala bangunan yang nampak lebih besar membuat bangunan ini sangat dominan dilingkungannya, terkadang bangunan seperti ini menjadi parameter bentuk disekitarnya. struktur bangunananya terbuat dari beton bertulang dengan sistem struktur rangka kolom, balok dan plat. Sistem ini memungkinkan bentuk menjadi kaku (rigid frame) yang andal terhadap tekanan gaya grafitasi/aksial yang disebabkan oleh beban mati dan beban hidup serta andal terhadap tekanan gaya lateral yang disebabkan oleh tekanan angin dan gempa bumi. Bangunan Balai Kota ini berfungsi sebagai kantor pusat pemerintahan wali kota Jambi. Bentuk bangunannya yang mudah dikenali melalui bentuk atapnya yang menjulang tinggi dan sangat dominan yang mengadopsi atap lokal. Ekspresi atapnya ini seolah menunjukkan dan mempertegas jati diri arsitektur tradisional Jambi. Komposisi massa pada tapak yang formal yang dipertegas dengan adanya ruang terbuka (alun-alun kota) menjadikan bangunan pemerintahan ini kebanggaan dan icon masyarakat Kota Jambi. Sebagai bangunan kantor pemerintahan wali kota, bangunan harus memiliki keandalan terhadap kenyamanan, keamanan, dan kemudahan bagi penggunanya. Kenyamanan dapat dicapai melalui sirkulasi udara, cahaya, tata udara, dan tata suara yang terdapat di dalam Bab 4-16

105 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI bangunan. Keamanan merupakan ketersediaan perlengkapan bangunan seperti ketersediaan air bersih, pembuangan air limbah, sampah, proteksi kebakaran dan proteksi petir. Sedangkan kemudahan lebih menekankan pada aksesibilitas atau pencapaian. letak bangunan dengan jalan yang cukup jauh membuat bangunan dapat terlihat lebih utuh dan nampak lebih monumental. komponen struktur bangunananya menggunakan material beton bertulang dengan sistem struktur rangka kolom, balok dan plat. Sistem ini memungkinkan bentuk menjadi kaku (rigid frame) yang andal terhadap tekanan gaya grafitasi/aksial yang disebabkan oleh beban mati dan beban hidup serta andal terhadap tekanan gaya lateral yang disebabkan oleh tekanan angin dan gempa bumi. sebagian bangunan balai kota ini dikembangkan secara vertikal dengan ketinggian tiga lantai. Nampak atap bangunan ini lebih kecil bila dibandingkan dengan massa bangunan utamanya, namun arsitekturalnya yang didukung bentuk atap yang menjulang masih tetap selaras dengan bangunan utamanya. kondisi jalan disekitar balai kota dengan elemen-elemen jalan seperti vegetasi, pedestrian, dan sluran air hujan nampak tertata dengan baik dan terkendali. Perencanaan sistem jalan dan pedestrian yang baik mampu memberikan pelayanan bagi kelompok masyarakat pengguna. Bab 4-17

106 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 4.2 Rencana Program Investasi Pengembangan Permukiman Petunjuk Umum 1. Umum Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Perintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang laya huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspekaspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangaannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman, diantaranya adalah : 1. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah 2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota 3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya 4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan Bab 4-18

107 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman. 6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam Pengembangan Permukiman. 7. Keterpaduan dilaksanakan Pengembangan pada Permukiman dengan sektor lainnya setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik. 8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia. 9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam Pengembangan Perkotaan pada kota bersangkutan. 10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan. 11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta. 12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman 13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya. 14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut. 15. Safeguard Sosial dan Lingkungan. 16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran 2. Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pembangunan Permukiman Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang Bab 4-19

108 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman: 1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar Permukiman) 2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur 3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah 4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman. Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah: 1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman 2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA 3. Terarahnya pertumbuhan wilayah 4. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah: 1. Lahan siap bangun 2. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan 3. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat 4. Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni 5. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis 6. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya Bab 4-20

109 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah: 1. Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat berpenghasilan rendah 2. Mengacu pada UU no. 4/1992 tentang perumahan dan peraturan perundangan terkait Melalui penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya diharapkan dapat diwujudkan permukiman yang layak huni dan mendukung pengembangan perkotaan. Selain itu, mampu mendorong kerjasama antar stakehoder dalam mendanai dan mennyelenggarakan Program Pengembangan Permukiman oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas PU/Cipta Karya yang diwujudkan dalam Program Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program Pengembangan Permukiman Perdesaan 3. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan A. Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH Target: Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri. Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah. Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah Sudah mendatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum. Bab 4-21

110 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 4.3 Rencana Program Investasi Penyehatan Lingkungan Permukian Rencana Investasi Sub-bidang Persampahan Petunjuk Umum A. Umum Sub Bidang Persampahan pada Bidang Citpa Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah. Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan mengacu pada RPJMN yaitu (1) meningkatkan jumlah sampah terangkut; (2) meningkatnya kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan (environmental friendly) pada semua kota metropolitan, kota besar dan sedang; Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran RPJMN , dapat dilakukan meliputi: 1. Pengurangan sampah maksimal semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya 2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan. 3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan. Sasaran utama yang hendak dicapai yaitu (1) pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk; (2) pencapaian pengurangan kuantitas Bab 4-22

111 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI sampah sebesar 20%; (3) tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill untuk kota metropolitan dan besar serta controlled landfill untuk kota sedang dan kecil serta tidak diperasikannya TPA secara open dumping. B. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Dalam Rencana Kabupaten/Kota Kebijakan Pemerintah Kota Jambi dalam pengelolaan persampahan diarahkan pada pengelolaan prasarana persampahan yang dapat dipergunakan untuk lintas wilayah, dengan didukung ketersediaan tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA). Pengembangan sistem prasarana pengelolaan persampahan di Kota Jambi, meliputi: Kerjasama antar wilayah kecamatan dalam penanggulangan masalah sampah, terutama di wilayah perkotaan; Penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan teknis dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; Pengembangan pengelolaan persampahan dengan teknologi ramah lingkungan Profil Persampahan A. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini Berdasarkan Rencana Strategi Sanitasi Kota Jambi 2005, jumlah penduduk kota Jambi pada tahun 2005 adalah jiwa atau kepala keluarga (KK) yang tersebar di 8 (delapan) kecamatan atau 62 kelurahan dengan kepadatan penduduk tertinggi 143 jiw/hektar dan terendah 2 jiwa/hektar dan pertumbuhan 3.34 persen per tahun. Berdasarkan data kependudukan tersebut dan perkiraan timbulan sampah 2.8 liter per orang per hari, maka jumlah Bab 4-23

112 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI sampah yang dihasilkan di seluruh kota adalah sekitar m3/hari atau sekitar 252 ton/hari (apabila kerapatan curah 225 kg/m3 ). Apabila tidak ada tindakan pengurangan, maka jumlah sampah yang dihaslkan akan bertambah sekitar 9.5 ton/hari Untuk dapat melaksanaan pembersihan Kota Jambi dengan volume tersebut diatas, Kantor Pengelola Kebersihan Dan Pemakaman (KPKP) Kota Jambi melibatkan warga setempat dan pihak swasta yaitu CV Usaha Sehat Bersama (USB). Pelibatan masyarakat dalam pengumpulan sampah sampai ke TPS dan swasta CV USB dalam pembersihan Kota Jambi (penyapuan jalan jalan protokol, pembersihan saluran pada jalan jalan protokol dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA) untuk wilayah 6 kecamatan dari 8 kecamatan yang ada di Kota Jambi. Sedangkan 2 kecamatan lagi kecamatan Danau Teluk dan kecamatan Pelayangan menjadi tanggungjawab Kantor Pengelola Kebersihan dan Pemakaman Kota Jambi. Bab 4-24

113 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-25

114 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-26

115 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-27

116 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-28

117 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI C. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada (Aspek Teknis) 1. Pewadahan Sampah yang dihasilkan belum seluruhnya ditangani oleh masyarakat maupun pemerintah kota. Pewadahan sampah merupakan tanggungjawab masyarakat dan pemerintah kota. Berdasarkan data studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang dilakukan pada tahun 2007 keluarga yang memiliki tempat (wadah) sampah adalah sekitar 9.2 persen. Wadah (tong) sampah yang disediakan pemerintah kota sampai tahun 2004 adalah 209 buah. Wadah yang digunakan terdiri atas jenis permanen yang terbuat dari tembok, logam, atau material lain dan jenis gerak yang terbuat dari kayu, bambu, atau material lain. 2. Pengumpulan Pengumpulan sampah dilaksanakan oleh keluarga masing-masing, petugas pribadi, petugas kelompok, petugas RT/RW, petugas swasta dan petugas pemerintah kota. Kegiatan pengumpulan meliputi pemindahan sampah dari wadah (tempat sampah) keluarga atau umum ke tempat pembuangan sementara (TPS), dan penyapuan fasilitas kota. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong, gerobak motor, atau kendaraan lainnya. Berdasarkan studi EHRA keluarga yang memiliki tempat (wadah) sampah menerima pelayanan pengumpulan sampah dari berbagai pihak. Pemerintah kota hingga sampai tahun 2005 telah memiliki TPS 260 buah, container 10 buah, dan transfer depo 3 buah. Bab 4-29

118 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Pada area dimana tidak tersedia TPS, penduduk menimbun sampah dalam lubang di halaman rumah, atau dibakar. Di banyak tempat sampah dibuang ke saluran drainase dan dituding sebagai penyebab tersumbatnya saluran air serta menjadi biang keladi timbulnya banjir di beberapa kawasan terutama saat turun hujan. Di salah satu bagian dari saluran air di S. Tembuku terdapat lubang goronggorong yang sempit sehingga aliran air terganggu saat hujan turun. Akibatnya genangan air meluap ke kawasan pemukiman di sekitarnya yang didominasi oleh penduduk berpenghasilan rendah. Sampah yang menyumbat lubang masuk saluran ikut memperparah keadaan Bab 4-30

119 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 3. Pengangkutan Pengangkutan dilaksanakan oleh petugas pemerintah kota dan swasta. Jumlah sampah yang terangkut dari rumahtangga, pasar, jalan, industri, dan lain-lain ke tempat pembuangan akhir (TPA) pada 2005 sekitar 560 m3/hari atau 45 persen dari timbulan sampah. Pengangkutan dari daerah Kecamatan Kota Baru, Jambi Selatan, Jambi Timur, Telanai Pura, Jelutung, dan Pasar Jambi dilaksanakan oleh pihak swasta (CV. Usaha Sehat Bersama, USB), sedangkan Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan oleh petugas Kantor Pengelola Kebersihan dan Pemakaman Kota Jambi. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump-truck dan arm-roll truck, baik milik Pemerintah Kota, maupun CV. USB. Pemerintah kota sampai tahun 2006 memiliki 5 buah dumptruck berdaya angkut 10 m3, dan 2 buah arm-roll truck berdaya angkut 10 m3. 4. Daur Ulang Kegiatan daur ulang sampah telah dilaksanakan baik oleh pemerintah kota maupun swasta. Pemerintah kota memiliki sarana pengolahan sampah berupa mesin pencacah sampah yang dirancang mampu mengolah sampah 30 m3/hari dengan hasil produksi berupa bahan kompos dari sampah pasar. Pembuatan kompos dilakukan oleh warga masyarakat di daerah perdesaan yang berprofesi sebagai petani untuk digunakan sendiri pada lahan pertanian mereka. Beberapa perusahan swasta atau perorangan telah melakukan pula kegiatan daur ulang dengan memproduksi cacahan berbagai jenis bahan plastik yang dikumpulkan oleh para pemulung. 5. Pemusnahan/Pembakaran Berbagai upaya pemusnahan sampah telah dilakukan oleh masyarakat atau petugas pemerintah kota dengan cara membakar sampah di tempat terbuka. Pemerintah Kota Jambi memiliki incinerator sebanyak 4 (empat) unit yang diletakkan di TPA Talang Gulo 1 (satu) unit, di Pasar Angso Duo 2 (dua) Bab 4-31

120 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI unit, dan di TAC 1 (satu) unit. Incinerator tersebut saat ini tidak dioperasikan lagi karena keterbatasan dana operasional dan pemeliharaannya. 6. Pembuangan Lokasi TPA terletak di Kelurahan Kenali Asam Bawah Desa Talang Gulo yang berjarak 14 km dari pusat kota, 3 km dari permukiman terdekat, 12 km dari sungai terdekat, 210 km dari pantai, 12 km dari lapangan terbang. Luas lahan TPA Talang Gulo yaitu 10 ha dengan topografi kemiringan 20 %. Sistem pengolahan yang diterapkan di TPA Talang Gulo adalah yaitu open dumping (belum menerapkan teknologi yang memadai, walaupun pada awalnya direncanakan dengan controlled landfill), beroperasi mulai tahun 1997 hingga sekarang. Sebuah perusahaan investasi dari Jepang sedang memulai diskusi kemungkinan penerapan Clean Development Mechanism (CDM) dalam sektor persampahan di kota Jambi. Bab 4-32

121 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Pada saat ini luas lahan yang ada sudah 95 % terisi dengan fasilitas antara lain : perkantoran, pool kendaraan, gudang/garasi, 2 unit Buldozer, 2 unit excavator 2 serta 1 unit Incenerator (Total Incenerator yang dimiliki ada 3 unit dan pada saat ini semua tidak dioperasikan karena keterbatasan dana). 7. Kompos dan Daur Ulang Usaha pembuatan kompos baru dilakukan dalam skala kecil dengan menambang sampah yang terdapat di TPA. Diperkirakan sampah yang termanfaatkan untuk kompos sekitar 6 25 ton per bulan, tergantung kondisi cuaca. Usaha daur ulang dilakukan dengan memanfaatkan pemulung dan jaringan di atasnya (pengumpul). Pemu lung umumnya beroperasi di TPA. Tercatat sekitar 10 pengumpul di kota Jambi yang mendaur ulang plastik, logam, aluminium, kertas dan gelas, dengan hasil mencapai 5 ton per hari per pengumpul. Logam merupakan bahan yang paling banyak didaur ulang. Bab 4-33

122 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI D. Aspek Pendanaan Pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi sandar memerlukan biaya yang besar baik untuk investasi mesin dan peralatan, maupun untuk biaya operasional maupun pemeliharaan. Kebutuhan dana untuk pengelolaan sampah saat ini diperoleh dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kota Jambi dan dari masyarakat. Dana dari APBD kota Jambi digunakan untuk membiayai kegiatan pegumpulan sampah dari sarana dan prasarana umum, pengangkutan, dan pembuangan sampah seluruh kota, sedangkan dana dari masyarakat digunakan untuk membiayi kegiatan pewadahan dan pengumpulan sampah yang dilakukannya sendiri atau oleh kelompoknya. Guna meningkatkan kinerja pengelolaan sampah di kota Jambi dibutuhkan bantuan dana dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi, lembaga donor, dan pihak lain. E. Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan Pengelolaan sampah di kota Jambi secara kelembagaan akan ditangani bersama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Pengelolaan sampah akan melibatkan pemerintah Pusat, Pemerintah Kota, Pengusaha, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), RT/RW, dan masyarakat umum. Adapun peran masing-masing lembaga dalam pengelolaan sampah di kota Jambi sebagaimana diuraikan berikt ini. Pemerintah Pusat Pemerintah pusat dalam pengelolaan sampah berperan sebagai lembaga pengatur dengan tugas: Membuat undang-undang dan peraturan tentang sanitasi secara umum yang mengatur kesehatan dan kebersihan di rumahtangga; dan Bab 4-34

123 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Membuat undang-undang dan peraturan tentang sumberdaya yang mengatur tata-cara pengelolaan dan menanfaatan sumberdaya termasuk sampah. Membuat undang-undang dan peraturan tentang pengelolaan limbah rumahtangga. Pemerintah Kota Pemerintah kota dalam pengelolaan sampah berperan sebagai lembaga pengatur dan sekaligus pelaksana pengelolaan sampah dengan tugas: Membuat peraturan daerah tentang pengelolaan sampah di kota. Melaksanakan peraturan daerah tentang pengelolaan sampah; Menyediakan layanan pengelolaan sampah. Pemerintah kota dalam menjalankan fungsinya telah melimpahkan wewenang kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) untuk melaksanakan peraturan pengelolaan sampah tersebut. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya KKP didukung oleh Dinas-dinas lain yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan pengelolaan sampah Lembaga Usaha Swasta Lembaga usaha swasta berperan sebagai mitra pemerintah kota dalam pengelolaan sampah, baik sebagai investor yang mendanai kegiatan pengelolaan sampah, termasuk daur ulang, maupun sebagai kontraktor pelaksana pengelolaan sampah dari satuan kerja pemerintah daerah (SKPD). Lembaga Swadaya Masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan sebagai mitra pemerintah kota dalam pengelolaan sampah, baik sebagai perintis kegiatan maupun sebagai donor dalam penyediaan dana bagi kegiatan yang mendukung Bab 4-35

124 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI pengelolaan sampah, meliputi pengumpulan, pengangkutan, atau daur ulang, maupun sebagai pelaksana pengelolaan sampah. Rukun Tetangga (RT) Rukun Tetangga (RT) berperan sebagai mitra pemerintah kota, baik sebagai kepanjangan tangan pemerintah kota dalam penyediaan layanan pengelolaan sampah, maupun kegiatan kemasyarkatan termasuk penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah, daur ulang, maupun sebagai pelaksana pengelolaan sampah. Masyarakat Masyarakat berperan sebagai pelaku pengelolaan sampah yang sebenarnya. Penyediaan layanan oleh pemerintah kota, atau pihak lain tidak melepaskan tanggungjawab masyarakat secara keseluruhan dari pengelolaan sampah. Masyarakat secara umum akan menanggung resiko secara langsung dari dampak yang ditimbulakan akibat pengelolaan sampah yang buruk atau tidak memenuhi syarat keamanan lingkungan. F. Aspek Peraturan Perundangan Perda Kota Jambi Nomor 04 tahun 2001, tentang unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kota Jambi di bidang kebersihan dan Pemakaman G. Aspek Sumber Daya Masyarakat Untuk dapat melaksanaan pembersihan Kota Jambi dengan volume tersebut diatas, Kantor Pengelola Kebersihan Dan Pemakaman (KPKP) Kota Jambi melibatkan warga setempat. Pelibatan masyarakat dalam pengumpulan sampah adalah pengumpulan sampah dari rumah sampai ke TPS Bab 4-36

125 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Permasalahan Penanganan Persampahan Yang dihadapi A. Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah Adapun sasaran penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan : Peningkatan NSPM persampahan dan pengembangan perangkat pengaturan di daerah Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan SDM Pengurangan volume sampah sejak dari sumber melalui peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah Peningkatan sistem pengolahan akhir sampah untuk melindungi sumber daya lingkungan Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengurangan timbulan dan pengelolaan sampah Menggerakkan keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi sampah dan peningkatan PS pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan PS persampahan Peningkatan kualitas sistem pengelolaan persampahan ramah lingkungan B. Rumusan Masalah Permasalahan Dalam Pengelolaan Sampah Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengelolaan sampah adalah belum adanya strategi pengelolaan sampah berskala kota Jambi, sehingga pengelolaan sampah masih dilakukan secara parsial yang mengakibatkan antara lain : 1. Perilaku masyarakat kurang tertib dalam membuang sampah di TPS sehingga Bab 4-37

126 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI sampah berserakan dan banyaknya penolakan oleh masyarakat tentang keberadaan TPS di lokasi mereka. 2. Volume sampah yang terangkut persentasenya dari tahun ketahun menunjukan adanya peningkatan, tetapi bila dilihat dari volume yang tidak terangkut juga terus meningkat. 3. Program peran serta masyarakat untuk melakukan kegiatan 3R masih belum tersosialisasikan sehingga pengurangan volume sampah dari sumbernya belum terlihat. 4. Dalam pengelolaan TPA belum menggunakan teknologi yang tepat Analisa Permasalahan dan Rekomendasi A. Analisa Permasalahan Menyusun rencana strategi, rencana induk, dan rencana operasional pengelolaan sampah skala kota, dan melakukan pembagian tanggung jawab secara formal untuk melakukan pekerjaan antara pemerintah kota dan organisasi masyarakat. Memperbaiki teknologi pengumpulan dan pembuangan sampah agar lebih efektip dan ekonomis. Meningkatkan ketrampilan petugas pengelolaan sampah dan sampah dan meningkatkan pengawasan. Meningkatkan penyebaran informasi dan keterbukaan. Meningkatkan penerimaan retribusi pelayanan menyeimbangkan tarif agar sesuai dengan kebutuhan nyata pengelolaan sampah. Bab 4-38

127 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan A. Kebutuhan Pengembangan a. Pewadahan dan Pengumpulan Bertambahnya jumlah sarana pewadahan dari 316 unit menjadi 500 unit dan sarana gerobak pengangkutan sampah dari 115 unit menjadi 200 unit. Memperbaiki efisiensi dan efektifitas layanan pengumpulan sampah hingga mencapai 75 persen dari timbulan sampah. b. Pengangkutan Sampah Meningkatnya jumlah pengangkutan sampah dari TPS, dan transfer depo menjadi sebesar 90 persen dari jumlah timbulan sampah per hari. Melengkapi armada pengangkutan sampah dengan jaring penutup dari 25 persen menjadi 100 persen; Meningkatkan jangkauan layanan dari 70 persen menjadi 85 persen dari luas area layanan. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas layanan pengangkutan sampah sebesar 20 persen dari kondisi sebelumnya. c. Pembuangan dan Pemusnahan Sampah Memperbaiki sistem pengelolaan sampah di TPA dengan sistem sanitary landfill dan perlengkapannya (pipa pembuangan gas dan saluran air lindi ke kolam leachet). Menyediakan dan menambah sarana dan prasarana di TPA yang terdiri atas, Bulldozer (1 buah), Wheel Loader (1 buah), dan Excavator (1 Unit). Bab 4-39

128 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-40

129 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-41

130 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-42

131 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-43

132 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-44

133 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-45

134 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-46

135 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-47

136 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-48

137 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Rencana Investasi Sub-bidang Air Limbah Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah A. Umum Sub Bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain. Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada RPJMN yaitu pencapaian open defecation free hingga akhir 2009 di semua Kabupaten/Kota, peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun hingga mencapai 60% di akhir tahun 2009 serta pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50% di akhir tahun Upaya pencapaian sasaran RPJMN , kebijakan yang dapat dilakukan meliputi dan strategi (draft Kebijakan dan Strategi Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, 2006): 1. Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melaui sistem on-site maupun off-site di perkotaan dan perdesaan. 2. Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman. Bab 4-49

138 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman. 4. Penguatan kelembagaan. 5. Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan Profil Pengelolaan Air Limbah A. Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini Kota Jambi secara geografis terletak diantara , ,07 Lintang Selatan dan , ,22 Bujur Timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Muaro Jambi. Secara umum Kota Jambi terletak pada dataran rendah dan sedikit berbukit dengan ketinggian m di atas muka air laut yang ditandai dengan adanya kawasan kota yang merupakan rawa rawa, mencakup 8 (delapan) wilayah kecamatan. Kota Jambi secara alamiah terbagi menjadi 2 (dua) bagian oleh Sungai Batanghari. Bagian Kota di Selatan sungai disebut Jambi Kota memiliki topografi datar dan sedikit berbukit terdiri dari 6 (enam) Kecamatan dihuni 95% dari total penduduk kota Jambi yang berjumlah jiwa1, sedang bagian Utara sungai disebut Jambi Seberang memiliki topografi relatif datar dan rendah dihuni hanya 5% penduduk sisanya. Kota Jambi dengan topografi dataran rendah dan topografinya didalam kota yang naik turun, sehingga banyak kawasan rawa sering dan jalan-jalan Bab 4-50

139 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI yang berada dalam cekungan mengalami banjir dan genangan air pada musim penghujan. Tingginya genangan air dapat mencapai ketinggian 2 meter pada daerah daerah tertentu, sehingga banyak bentuk rumah penduduk dengan rumah panggung/ rumah di atas tiang. Secara administrasi kota Jambi merupakan kota yang otonom dengan luas wilayah 205,38 km2, yang terbagi atas 8 kecamatan dengan 62 kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak jiwa (2005) terdistribusi secara tidak merata di seluruh kota yang mempunyai luasan total ha. Kepadatan penduduk tertinggi berada di kelurahan Murni kecamatan Telanai Pura sebanyak 143 orang/ha, sedangkan kepadatan terendah adalah Kelurahan Bagan Pete - kecamatan Kota Baru dengan 2 orang/ha. Berdasarkan perbandingan data penduduk tahun 2005 dengan tahun 2000, maka pertumbuhan penduduk mencapai angka 3,34 % per tahun. Data tahun 2005 menunjukan bahwa angka kejadian penyakit yang paling tinggi adalah gingivitis dan penyakit periodontal (39 %), disusul oleh infeksi akut lain pernafasan atas (18 %). Kasus diare (termasuk tersangka kolera) tercatat sebesar 2,17 % Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Area yang memiliki tingkat resiko kesehatan lingkungan yang tinggi akan mendapatkan prioritas yang tinggi dalam program pembangunan dan pengembangan sanitasi. Dari hasil analisis penentuan area prioritas ada 7 area prioritas pertama di Kota Jambi yang meliputi : Kel. Arab Melayu, Kel. Jelmu, Kel.Orang Kayo Hitam, Kel.Legok, Kel.Sulanjana, Kel. Budiman dan Kel. Rajawali. B. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Penyedotan lumpur tinja dari tangki septik dari masyarakat diolah di IPLT ( Instalasi Pengolahan Limbah Tinja) Talang Bakung yang berjarak 14 km Bab 4-51

140 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI dari pusat Kota. Sebagaimana disebutkan dalam Perda Nomor 04 tahun 2001, tentang unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kota Jambi di bidang kebersihan dan Pemakaman, bahwa Kantor Pengelola Kebersihan dan Pemakaman menangani pengelolaan Air Limbah dengan Penyedotan lumpur tinja. Jamban keluarga yang ada sebanyak buah, namun saat ini hanya sekitar 16% yang menggunakan layanan IPLT. C. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Kawasan Jambi bagian Utara sungai atau kota Jambi Seberang berkontur datar bahkan pada musim hujan muka tanah sering mengalami banjir dengan meluapnya sungai Batanghari. Perubahan tata guna lahan oleh masyarakat di bantaran sungai dan saluran menjadi permukiman. sehingga kawasan resapan yang ada menjadi sangat kecil untuk menyerap air hujan, akibatnya fluktuasi debit air sungai dimusim kemarau dan musim penghujan sangat besar. Saluran drainase yang ada berfungsi campuran (mixed used) sebagai saluran air hujan dan air limbah. Kawasan Jambi bagian Selatan Sungai Batanghari yang relatif luas berkontur datar hingga berbukit sehingga debit dan kecepatan aliran bervariasi dari rendah sampai tinggi. Perkembangan perumahan-perumahan baru terutama oleh developer tidak diikuti dengan penanganan sanitasi yang memadai. Sebagian saluran yang ada masih saluran alam padahal lahan yang semula kosong telah berubah menjadi permukiman yang semakin padat. Sebagian saluran juga masih berfungsi campuran (mixed used) untuk drainase dan irigasi. Pengelolaan air limbah rumah tangga maupun industri masih belum tertangani dengan baik, kesadaran masyarakat akan penanganan air limbah masih sangat kurang. Bab 4-52

141 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Masyarakat Kota Jambi belum secara menyeluruh melengkapi jamban keluarganya dengan septic-tank (tangki kedap air). Belum ada data akurat yang menunjukan jumlah septik tank ada di kota Jambi. Pada tahun 2005 jumlah penyedotan lumpur tinja hanya sebesar 15,90 % dan pada tahun 2006 sebesar 16,32 % dari total jamban yang ada di Kota Jambi. Dari buah jamban yang terdata pada tahun 2005, sebanyak (63,58%) buah yang diperiksa, dan yang memenuhi persyaratan sebanyak buah (78,29%). Kepemilikan jamban keluarga terkecil ada di wilayah Olak Kemang sebanyak buah (2,14%). Secara kualitas tangki jamban yang dimiliki masyarakat belum teruji memenuhi persyaratan tangki septik. Untuk daerah rendah dimana masyarakat banyak membangun rumah panggung masih banyak ditemukan rumah tanpa jamban keluarga dan penduduk masih memanfaatkan sungai sebagai tempat membuang hajat mereka Permasalahan Yang Dihadapi A. Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah 1. Terhadap Bahaya Langsung Bagi Kesehatan Kondisi sanitasi kota diharapkan tidak lagi memberi ancaman yang membahayakan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyebaran berbagai penyakit menular seperti : Penyakit yang berhubungan dengan air yang terkontaminasi dan sanitasi yang kurang baik; Penyakit cacingan Penyakit kolera, demam berdarah, dan penyakit lain seperti gastroenteritis, dan sebagainya. Bab 4-53

142 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 2. Toilet Pribadi dan Umum Seluruh penduduk kota memiliki toilet pribadi; Penduduk tidak ada yang buang hajat di tempat terbuka; Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk membuat toilet meningkat; Gedung-gedung di pusat kota memiliki ruang untuk toilet, di dalam atau di luar; Pemerintah kota berkonsentrasi pada peningkatan sanitasi; Program pembangunan toilet umum di daerah pemerintah kota meningkat dan kondisinya terpelihara juga berfungsi dengan baik. 3. Fasilitas Pembuangan dan Pengolahan Air Kotor Limbah rumah tangga termanfaatkan sebagai pupuk. Tersedianya fasilitas pengolahan air limbah rumahtangga dan air limbah industri secara terpadu Terpilihnya sistem pengolahan air limbah di tempat (on-site) dan di luar tempat (off-site) yang mempertimbangkan: - jumlah uang tersedia - ketepatan untuk keadaan kota; - kelayakan secara teknis; - keagamaan dan budaya; - ketepatan secara iklim. Toilet dibangun dengan mempertimbangkan kondisi air tanah untuk menghindari pencemaran air. Toilet disambungkan ke sistem penampungan dan/atau pengolahan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan dan ganguan terhadap kesehatan manusia. Tercegahnya pembuangan limbah secara sembarangan Bab 4-54

143 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 4. Pemeliharaan Secara Teratur Toilet milik penduduk dan toilet umum terpelihara dengan baik dan bersih. Pengetahuan penduduk tentang manfaat dan risiko toilet meningkat, sehingga dapat mengambil alih tugas atau pekerjaan pembersihan dan pemeliharaan secara teratur.. Penduduk dapat menggunakan toilet umum yang bersih dan baik. Septik tank terancang dan terpelihara dengan baik, sehinga tidak menjadi tempat berkembang biak lalat dan nyamuk. B. Rumusan Masalah Permasalahan mendasar dalam pengelolaan limbah cair/ air limbah adalah belum adanya rencana pegelolaan air limbah skala kota Jambi yang menyeluruh dan komprehensif. Pengoperasian Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) belum dilakukan secara optimal karena tidak tersedianya As built drawing dan buku manual operasional IPLT, sehingga tidak diketahui kapasitasnya. Tingkat pelayanan limbah cair masih rendah (15,90%) serta Jamban Keluarga yang dimiliki masyarakat tidak dapat dipastikan memiliki tangki septik. Jumlah jamban keluarga masih perlu konfirmasi dan pengecekan di lapangan, baik jumlah dan kualitasnya. Bab 4-55

144 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Target Pelayanan Air Limbah Kota Jambi s/d th 2012 No Tahun Jumah KK x ,374 92,360 95,444 98, , , , ,484 Target yg terlayani air limbah ( KK ) 53,625 56,339 59,175 62,138 65,233 67,412 70,752 73,115 Perkiraan yg terlayani air limbah ( KK ) 45,581 47,888 50,299 52,818 55,448 57,300 60,139 62,148 Target Pelayanan Air Limbah s/d th , ,000 80,000 60,000 40,000 20, Jumah KK 2008 X Tahun T arget ygterlayani air limbah Prediksi yg terlayani air limbah Laporan Final Strategi Sanitasi Kota Jambi Sub Sektor Persampahan 2008 Bab 4-56

145 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-57

146 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-58

147 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-59

148 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-60

149 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-61

150 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Rencana Investasi Sub-bidang Drainase Petunjuk Umum A. Petunjuk Umum Kerangka dasar penulisan ini bersifat umum dan fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi yang Muatan dihadapi. yangdisajikan menggambarkan kondisi saat ini dan permasalahannya serta rencana pencapaian yang akan dilaksanakan, termasuk berbagai programdan kebutuhan investasi dalam memenuhi tujuan pembangunan daerah jangka menengah. Bab Pendahuluan yang bersifat umum diharapkan menyajikan halhal terkait dengan kebijakan dan strategi nasional dan yang telah ditetapkan di daerah, sasaran pencapaian yang diamanatkan dalam RPJMN dan RPJMD dan sebagainya, seperti tulisan pada bagian di bawah ini. Sub Bidang Drainase pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan. Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan kebutuhan terhadap perumahan kawasan ruang dan lingkungan jasa/industri yang untuk selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah. Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, Bab 4-62

151 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun, dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintu-pintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut. Jadi dampak pembangunan perkotaan, yang dasarkan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk dapat pula menimbulkan masalah misalnya di bidang drainase. Kondisi sarana dan prasarana drainase yang ada sampai dengan tahun 2000 mempunyai cakupan pelayanan nasional sekitar 49% ( Ha) dari luas genangan Ha. Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan drainase antara lain menurunnya perhatian pengelola pembangunan bidang drainase khususnya mengenai masalah operasi dan pemeliharaan, pola pikir dan kesadaran masyarakat yang rendah akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat dan lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase dan ketidak mampuan untuk menyusun program yang dibutuhkan. Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Pada saat ini banyak terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan antara lain karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada sistem jaringan saluran secara keseluruhan yang mengakibatkan hambatan (back- water) dan beban saluran dari hulunya, tidak menyadari bahwa Bab 4-63

152 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI sistem drainase kawasan harus terpadu dengan sistem badan air regionalnya (system pemeliharaan flood control), (pembersihan dan kurang menyadari perbaikan) bahwa saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat penting untuk menurunkan resiko genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar sistem pengaliran air hujan dapat berjalan dengan baik. Masalah-masalah tersebut diatas memerlukan pemecahan pengelolaan yang diantaranya mencakup bagaimana merencanakan suatu sistem drainase yang baik, membuat perencanaan terinci (DED), melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan terkait, dan membina partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan masalah drainase. B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari Strategi Sanitasasi Kota ini adalah untuk inventarisasi dan identifkasi permasalahan drainase dan banjir/genangan yang sering terjadi di Kota Jambi, melalui pengungkapan permasalahan pengelolaan sistim drainase kota, selanjutnya dengan menetapkan penentuan sasaran dan target, hambatan-hambatan dalam pencapaian target serta strategi yang akan diterapkan dalam pembangunan sanitasi kota Jambi sektor drainase Kondisi Eksisting Sub Sektor Drainase Kota Jambi A. Sistim Pengelolaan Drainase Kota Sungai utama di kota Jambi adalah sungai Batanghari yang merupakan muara dari semua sungai-sungai di kota Jambi, mengalir dari barat kearah timur. Umumnya sungai-sungai di Jambi Kota mengalir kurang lebih dari arah selatan ke utara ke sungai Batanghari. Sungai-sungai tersebut, urutannya dari barat ke timur adalah Sungai Kenali Kecil, Sungai Kenali Besar, Sungai Bab 4-64

153 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Kambang, Sungai Sri Sudewi, Sungai Telanai, Sungai Asam, Sungai Tembuku dan Sungai Selincah. Ke semua sungai-sungai inilah saluran-saluran drainase yang lebih kecil mengalir, sehingga membentuk sistim drainase Kota Jambi. Ada empat danau di Kota Jambi, dua di Jambi Kota, yaitu danau Teluk Kenali dan danau Sipin, serta dua lagi di Kota Seberang, yaitu danau Penyengat dan danau Teluk. Danau Sipin, Penyengat dan Teluk mengalir ke Sungai Batanghari, sedangkan danau Teluk Kenali mengalir ke danau Sipin. B. Pembagian Blok Drainase Sistim drainase Kota Jambi dibagi dalam beberapa daerah aliran sungai, yaitu Sungai Kenali Kecil merupakan sungai paling barat di kota Jambi, mengalir ke danau Kenali. Dari danau Kenali ada pengaliran menuju danau Sipin, dan dari danau Sipin mengalir ke Sungai Batanghari. Sungai Kenali Besar dengan catchment area di sebelah timur Sungai Kenali Kecil, mengalir masuk ke sungai Kenali Kecil sebelum yang terakhir ini bermuara ke danau Teluk Kenali. Sungai Kambang merupakan sungai dengan daerah pengaliran yang lebih kecil dibandingkan dengan Sungai Kenali Kecil atau Sungai Kenali Besar, mengalir langsung ke danau Sipin. Sungai Sri Sudewi dan Sungai Telanai, dua sungai yang pendek dengan daerah aliran yang kecil, mengalir ke danau Sipin. Sungai Asam mengalir dari selatan ke utara, kurang lebih di bagian pusat kota Jambi, merupakan sungai dengan daerah pengaliran yang terbesar, mengalir ke Sungai Batanghari. Sungai ini sudah dilengkapi dengan pintu air untuk menghalangi luapan dari Sungai Batanghari masuk ke dalam sistim drainase kota. Sungai Tembuku di bagian timur kota Jambi, mengalir ke arah utara ke sungai Batanghari. Bab 4-65

154 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Sungai Selincah, sungai yang paling timur di kota Jambi. Dibagian hilirnya, sungai ini masuk ke sungai Tembuku sebelum bermuara ke sungai Batanghari. Ilustrasi Daerah Aliran Sungai Kota Jambi Identifikasi Permasalahan Secara umum permasalahan drainase di Kota Jambi dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagian kota Jambi di kedua sisi sungai Batanghari di banyak lokasi permukaan tanahnya lebih rendah dari muka air banjir sungai Batanghari, sehingga lokasi-lokasi ini secara rutin digenangi oleh banjir sungai Batanghari. Muka air sungai yang tinggi juga menghalangi Bab 4-66

155 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI pengaliran dari sistim drainase ke sungai, sehingga menimbulkan juga genangan di lokasi-lokasi yang permukaannya relatif lebih tinggi. 2. Kondisi topografi Kota Jambi yang bergelombang, menyebabkan pembangunan beberapa saluran drainase membutuhkan biaya yang lebih untuk mendapatkan disain yang sesuai dengan aspek teknis. 3. Perkembangan kota yang pesat dan dinamis (pembangunan kompleks hotel, sarana rekreasi, perumahan, pasar, pertokoan serta ruko-ruko) yang tidak lagi memperhatikan keberlangsungan fungsi daerah resapan. Dengan berubahnya fungsi kawasan/ daerah resapan (retarding) atau kantong-kantong air menjadi kawasan hotel, perumahan, pertokoan/ ruko serta kawasan komersil lainnya mengakibatkan bertambahnya volume air limpasan. 4. Beberapa saluran drainase saat ini berada di bawah rumah atau di dalam pekarangan rumah pribadi, sehingga menyebabkan pemeliharaan saluran tidak dapat dilaksanakan. 5. Kesadaran masyarakat yang sangat rendah dalam memelihara saluran. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah di sungai (saluran alam) dan saluran drainase kota sehinggga mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan. 6. Banyaknya instansi yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan sistim drainase di kota Jambi menyebabkan sering timbul hambatan yang mengakibatkan terjadi genangan-genangan. 7. Sering kali ada masyarakat yang tidak bersedia mengorbankan sedikit lahannya yang terkena pembangunan saluran drainase Daerah Genangan Genangan seringkali terjadi pada sebagian wilayah Kota Jambi. Genangan tersebut sering menimbulkan kerugian berupa terganggunya aktifitas masyarakat, terganggunya arus lalu lintas (kemacetan) dan Bab 4-67

156 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI bahkan seringkali menjadi sebab timbulnya berbagai macam penyakit. Akibat lain adalah rusaknya struktur jalan (aspal jalan terkikis dan menimbulkan lubang-lubang). Jika hujan turun pada saat sungai Batanghari sedang mengalami banjir, maka pengaliran sistim drainase ke sungai Batanghari mengalami hambatan yang akan menimbulkan genangan-genangan. Tabel Lokasi Genangan 1. Akibat luapan sungai Batanghari Besaran No Lokasi / Kecamatan A. Banjir karena Luapan Sungai Batanghari Kec. Pasar Jambi Kec. Jelutung Kec. Telanai pura Kec. Jambi Timur, Sungai Tembuku Kec. Jambi Timur, Sungai Selincah Kec. Danau Teluk Kec. Pelayangan Waktu Luas (Ha) Tinggi (m) Waktu (day) Frekuensi (kali/thn) Akibat Curah Hujan Besaran No Lokasi / Kecamatan B. Banjir karena Genangan Rutin Jl. Rd.Pamuk (Pertamina) Talang Banjar Budiman Terminal Pasar Pasar Jambi Jl. Abdul Rahman Saleh Simpang III Sipin Kel. Rawasari Jalan Siswa Jalan Metu Hotel Aini Jl. Cokro Aminoto, Serunai Malam Jalan Sri Sudewi Jalan Sungai Putri Waktu Luas (Ha) Tinggi (m) Waktu (day) Frekuensi (kali/thn) Bab 4-68

157 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Ilustrasi Daerah Genangan Kota Jambi Bab 4-69

158 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Kondisi Yang Diharapkan Dari penjelasan mengenai Kondisi saat ini Subsektor Drainase, tergambar bahwa banyak hal yang harus dibenahi untuk menghilangkan genangangenangan yang terjadi, sehingga mendorong terciptanya kondisi sanitasi yang sehat. Untuk mencapai hal tersebut harus dilakukan langkah-langkah penanganan agar : Luapan sungai Batanghari dapat dikendalikan, se tidak-tidaknya dari bagian kota dengan kerapatan penduduk yang tinggi dan dari daerah dengan kegiatan ekonomi, seperti pasar. Perencanaan saluran drainase agar terpadu sehingga perencanaan detailnya tidak lagi membutuhkan biaya yang tinggi, sehingga lebih banyak saluran yang dapat dikerjakan DED nya per tahun. Agar perkembangan kota dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan pertambahan debit air yang besar. Tersedianya daerah resapan yang cukup untuk menyerap debit puncak sungai atau saluran pada saat hujan-hujan puncak. Sungai dan bantarannya terhindar dari pemukiman yang mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya pemeliharaan dan pengawasan. Saluran drainase mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengalirkan air hujan dengan intensitas yang tinggi. Tumbuhnya kesadaran masyarakat yang tinggi sehingga tidak lagi membuang sampah ke saluran drainase. A. Penetapan Sasaran Dari kondisi yang ada saat ini dapat ditetapkan sasaran yang diharapkan yakni pada daerah-daerah genangan, terutama daerah padat dan kumuh perlu ditangani dengan lebih intensif, baik dengan cara membangun baru atau meningkatkan dari saluran alam menjadi saluran permanen, memperbaiki dan Bab 4-70

159 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI memelihara saluran-saluran drainase yang tidak mampu lagi mengalirkan debit air, maupun dengan melakukan normalisasi sungai dan anak sungai. B. Prioritas Penanganan Skala prioritas penanganan sistim drainase ini direncanakan penanganannya berdasarkan pada permasalahan banyak dan luasnya lokasi genangan yang terjadi, tingkat kebutuhan saluran drainase, banyaknya saluran drainase yang memerlukan rehabilitasi baik yang disebabkan oleh pendangkalan, penyempitan, rusaknya tebing saluran maupun kapasitas yang sudah tidak mencukupi lagi. Dari semua prioritas tersebut ditentukan lagi kawasan prioritas seperti kawasan pusat kota pada sekitar jalan protokol dan kawasan permukiman padat dan kumuh sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat. C. Peran Serta Masyarakat Dalam pengelolaan sistim drainase Kota Jambi, sangat diharapkan adanya peran serta masyarakat yang dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran drainase dengan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase agar tidak tersumbat sehingga saluran dapat berfungsi maksimal sebagai saluran pembuang air hujan. Kesadaran masyarakat untuk memelihara saluran drainase dilingkungan depan rumah masing-masing, umpamanya dengan membersihkan lumpur dan sampah secara berkala sehingga tidak terjadi pendangkalan akibat penumpukan lumpur atau endapan di saluran drainase. Bab 4-71

160 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Permasalahan Yang Dihadapi A. Kebijakan Sering ditemui berubahnya kebijakan terhadap Tata Ruang Kota sehingga berubahnya fungsi kawasan/ daerah, yang tidak memperhatikan kelestarian daerah tangkapan air (catchment area). Belum adanya pengaturan bahwa pembangunan (perumahan dan pertokoan) diharuskan membangun sarana sanitasi yang baik. Walaupun ada, monitoring untuk menjamin pelaksanaannya belum ada. Disamping itu ada juga permasalahan kebijakan yang menyebabkan Dinas Pekerjaan Umum Kota tidak dapat melaksanakan pengoperasian sistim drainase secara penuh. B. Kelembagaan Kurang kepekaan instansi yang terkait sehingga penanganan terhadap masalah perkotaan kurang berjalan optimal, termasuk lemahnya instansi yang bertugas mengeluarkan dan mengawasi IMB sehingga banyak drainase kota yang ditutup oleh rumah atau toko. Ada saluran drainase yang sekarang sudah berada di dalam pekarangan rumah yang di tutup, sehingga tidak dapat di kontrol. Dari informasi masyarakat, ternyata di dalam rumah, saluran dibendung untuk keperluan pemeliharaan ikan, sehingga pada saat hujan menimbulkan genangan pada daerah di hulunya. Juga banyak saluran drainase yang tersumbat di daerah Pasar, dan permukiman. Hal ini akibat tebalnya lumpur yang mengendap dan sampah yang dibuang ke dalam saluran, koordinasi yang baik antara Dinas Kebersihan dan Dinas Pekerjaan Umum Kota akan dapat menghindarkan pendangkalan dan penyempitan saluran akibat sampah yang dibuang oleh masyarakat. Kurangnya koordinasi antara Dinas PU kota dan Dinas PU propinsi juga menghambat kearah penyelesaian genangan yang segera. Bab 4-72

161 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI C. Keuangan Keterbatasan dana sehingga berpengaruh terhadap operasional pemeliharaan prasarana dalam hal ini sungai dan drainase tidak berjalan maksimal. Dana yang sangat terbatas harus dibagi untuk pembangunan saluran baru, normalisasi saluran/sungai, revitalisasi saluran/sungai, perencanaan dan pengawasan. Ketersediaan dana yang lebih akan membuat pengelolaan sistim drainase perkotaan menjadi lebih baik. D. Teknologi Dalam menghadapi luapan sungai Batanghari, tingginya muka air sungai dan kondisi topografi yang rendah di sekitar sungai Batanghari menyebabkan penerapan sistim polder tidak dapat dihindarkan. Rencana penerapan sistim polder dan pemompaan membutuhkan perencanaan detail yang harus dikerjakan oleh konsultan yang kompeten. Perencanaan harus diawasi secara ketat agar menghasilkan desain yang tepat dan dapat diterapkan, baik pembangunan fisik maupun SOPnya, untuk itu dibutuhkan teknologi yang agak tinggi. C. Partisipasi dan Sumber Daya Manusia Masih kurangnya partisipasi dari masyarakat untuk sama-sama menjaga dan memelihara drainase kota, juga masih kurangnya kuantitas maupun kualitas sumber daya manusia yang handal dalam menangani sistim drainase kota Strategi Penanganan Sub-sektor Drainase Berdasarkan kondisi drainase saat ini dan hambatan-hambatan yang ditemui serta kondisi drainase yang diinginkan, maka disusunlah strategi untuk melaksanakan pembangunan Sanitasi Kota Subsektor Drainase sebagai berikut : Bab 4-73

162 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 1. Untuk mengatasi luapan sungai Batanghari, harus dilakukan polderisasi. Berhubung biaya yang dibutuhkan sangat mahal, antara lain untuk pembuatan pintu-pintu air, pengadaan pompa-pompa air, penempatan tenaga operator, biaya operasi dan biaya pemeliharaan, maka harus dilakukan studi kelayakan pembentukan polder-polder. Ada tiga polder yang harus dibangun, yaitu polder sungai Asam, polder sungai Tembuku dan polder Danau Sipin. Oleh karena biaya yang tinggi, maka pembiayaannya harus melalui pinjaman pada negara-negara donor, salah satu yang sedang dijajaki sekarang adalah Jepang. 2. Untuk kondisi topografi yang bergelombang, perlu dilakukan revisi masterplan, agar mencakup pembagian subdas, arah aliran, sehingga memudahkan dalam perencanaan DED nya, sehingga lebih banyak saluran yang dapat dilakukan DED per tahunnya. 3. Strategi untuk mengatasi berubahnya tata guna lahan dimana areal resapan dibangun menjadi kawasan perumahan, pertokoan serta kawasan komersial lainnya adalah dengan cara melakukan koordinasi antara Dinas PU Kota dengan Dinas Tata Kota, sehingga Dinas PU dapat memberikan input kepada Dinas Tata Kota areal mana yang harus dipertahankan untuk daerah resapan dan areal mana yang boleh dibangun. Termasuk dalam point ini adalah agar Dinas Tata Kota konsisten menjaga agar tidak terjadi pembangunan rumah ataupun toko diatas saluran seperti yang sering terjadi selama ini. Jika lahan resapan terpaksa harus dibangun diusahakan pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan konstruksi yang tidak banyak pengaruhnya/ tidak merubah fungsi lahan resapan (rumah panggung/ tidak diurug). Pertumbuhan rumah, ruko-ruko dan hotel pada lahan konservasi atau lahan yang tidak boleh dibangun, seharusnya dihindarkan. Dinas Tata Kota seharusnya sudah mempunyai peta peruntukan atau peta tata lahan dimana ditentukan zona-zona mana yang bisa dibangun dan mana yang tidak boleh dibangun. Peta tataguna lahan ini harus ditaati. Bab 4-74

163 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Kasus hotel Abadi dan WTC seharusnya tidak terjadi. Waduk-waduk retensi yang diidentifikasi oleh masterplan, yaitu di Paal lima dan Kelurahan Kasang harus segera dibangun. Disamping itu, untuk meredam debit-debit puncak, harus dibuat sumur-sumur resapan jika kondisi tanah memungkinkan. Untuk daerah-daerah terbangun, dimana sulit mengadakan lahan untuk sumur resapan, pembuatan lubang-lubang biopori sangat dianjurkan. 4. Menurunnya kapasitas saluran diakibatkan oleh beberapa hal. Sering kali ditemukan saluran-saluran yang kapasitas awalnya mencukupi, namun akibat pemeliharaan yang tidak memadai, terjadi pengendapan lumpur yang mempersempit saluran secara perlahan-lahan sehingga kapasitas saluran yang ada sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung debit maksimal. Kasus seperti ini, dapat diatasi dengan meningkatkan pemeliharaan saluran dalam satu tahun sekali sampai tiga kali pembersihan. Dalam hal meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai/ saluran, dilakukan himbauan dan sosialisasi untuk tidak membuang sampah ke saluran. Namun hal ini dapat ditingkatkan dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Kebersihan untuk mengadakan sosialisasi/ kampanye PHBS agar masyarakat tidak membuang sampah dan limbah rumah tangga ke saluran drainase/ sungai. 5. Pemukiman di bantaran dan diatas saluran atau sungai, diatasi dengan mengadakan koordinasi dengan Dinas Tata Kota, Kecamatan dan Kelurahan. Dinas Tata Kota agar melakukan sosialisasi di Kelurahankelurahan tentang larangan membangun rumah di bantaran sungai dan diatas saluran. 6. Lemahnya koordinasi antar SKPD kota kedepan diusahakan dengan memanfaatkan tim Pokja sanitasi. Tim ini diharapkan menjadi koordinator antar dinas dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu agar segera dirintis koordinasi antara Dinas PU Kota dengan Dinas Kimpraswil Propinsi Bab 4-75

164 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI yang diformalitasi antar kepala Dinas dan selanjutnya dijalankan oleh antar kepala Subdinas Target Sektor Drainase Target yang ingin dicapai pada sektor drainase dibagi dalam beberapa target sesuai dengan institusi pelaksananya, yaitu Target pembangunan saluran drainase baru atau peningkatan saluran alam ke saluran permanen oleh Dinas PU Kota Jambi melalui Subdin Pengairan dan Drainase. Dari seluruh saluran drainase di kota Jambi dengan total panjang 105 km, baru sekitar 37 % yang sudah dibangun permanen, sehingga masih ada sekitar 63 % atau 66,53 km yang belum terbangun. Dilihat dari ketersediaan anggaran saat ini, diprediksi seluruh saluran drainase akan selesai terbangun dalam 15 tahun, atau sekitar 3 4 % pertahunnya. Adapun prioritas pembangunan selalu di usulkan pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga dapat memecahkan permasalahan yang utama, namun setiap tahunnya usulan selalu dibandingkan prioritasnya dengan usulan dari Musrenbang. Urutan usulan pembangunan saluran drainase baru sebelum mempertimbangkan usulan dari Musrenbang adalah seperti terlihat pada peta di halaman berikut : target penyelesaian daerah genangan oleh Dinas Kimpraswil propinsi Jambi Subdin Cipta Karya. Ada 7 daerah genangan yang diakibatkan oleh kurangnya kapasitas gorong-gorong pada jalan propinsi, sehingga penanganan penggantian gorong-gorong dengan box culvert adalah oleh dinas Kimpraswil propinsi Jambi Subdin Cipta Karya. Ditinjau dari alokasi dana Dinas Kimpraswil propinsi untuk sistim drainase kota Jambi, jumlah kegiatan yang dapat dilakukan hanya 1 kegiatan per tahun, maka seluruh masalah genangan ini akan diselesaikan dalam 7 tahun anggaran dengan urutan prioritas sebagai berikut : Bab 4-76

165 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI 1. Kel. Rawasari, dekat UPCA 2. Simpang tiga Sipin, sungai Kambang 3. Sungai Putri 4. HOS Cokroaminoto, Serunai malam 5. Jl Orang Kayo Pingai, Talang Banjar 6. Jl Prf Dr Sri Sudewi 7. Jl Abdulrahman Saleh, Paal Merah Tahapan Pembangunan dan Rehabilitasi Drainase Kota Jambi Bab 4-77

166 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Urutan Prioritas Penanganan Daerah Genangan Kota Jambi Lokasi dari daerah genangan ini seperti terlihat pada peta di halaman berikut : Target penyelesaian daerah genangan oleh Dinas PU kota Subdin Pengairan dan Drainase. Disamping 7 daerah genangan yang harus Bab 4-78

167 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI ditangani oleh Dinas Kimpraswil Propinsi, terdapat 3 daerah genangan yang penyelesaian genangannya berupa rehabilitasi atau pembuatan saluran baru oleh Dinas PU Kota yang pengerjaannya juga satu lokasi per tahun anggaran, dengan urutan prioritas pelaksanaan sebagai berikut 1. Hilir gorong-gorong kelurahan Rawasari. 2. Depan Hotel Aini, pembuatan saluran yang masuk ke sungai Asam 3. Genangan Jl Pangeran Hidayat, depan pabrik Honda, dengan penanganan saluran di Jl Metu. Urutan prioritas ini juga terlihat pada peta di atas. Target pelaksanaan polderisasi oleh Dinas Kimpraswil propinsi Jambi Subdin Pengiran. Oleh karena pelaksanaan polderisasi membutuhkan dana yang sangat besar, pelaksanaannya juga membutuhkan waktu yang lama, diperkirakan 5 tahun untuk satu polder, jika tidak ada halangan dalam perolehan dana. Adapun urutan pelaksanaannya adalah : - penyempurnaan polder sungai Asam - pembentukan polder sungai Tembuku - pelaksanaan polder Danau Sipin Bab 4-79

168 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Urutan pelaksanaan polder dapat dilihat pada gambar berikut : Bab 4-80

169 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Rencana Pola Penanganan Drainase Kota Jambi Pola penangangan penataan saluran drainase dibagi dalam beberapa program antara lain : 1. Pemeliharaan jaringan drainase, program ini dilaksanakan untuk daerah atau jalan yang sudah ada jaringan saluran drainasenya sehingga pekerjaannya berupa perbaikan saluran yang rusak dan penggalian endapan lumpur/tanah akibat sedimentasi. 2. Pembangunan saluran Drainase, program ini dilakukan pada jalan atau daerah yang belum ada jaringan drainasenya atau meningkatkan saluran alam menjadi saluran permanen 3. Normalisasi Sungai, program ini dilakukan pada sungai-sungai yang mengalami pendangkalan sehingga memerlukan pengerukan dan pelebaran untuk tetap memperlancar aliran sungai. 4. Pembersihan parit, kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan swasta melalui Dinas Kebersihan, hanya pada saluran drainase sepanjang jalan protokol. 5. Sistim polder, diperlukan karena luapan sungai Batanghari yang bersifat rutin, bahkan akhir-akhir ini sudah semakin sering, 3 5 kali setahun. Meningkatnya frekwensi ini menunjukkan semakin parahnya kondisi DAS Batang hari di bagian hulu, dan terjadinya iklim yang ekstrim Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pertama, kedua dan seterusnya dari rencana Strategis Sanitasi Kota komponen drainase, berdasarkan pada program-program SKPD terkait yang disesuaikan dengan Musrenbang, juga didasarkan atas kesepakatan pada penyusunan rencana strategis sanitasi kota komponen drainase adalah seperti yang diuraikan pada tabel-tabel berikut ini : Bab 4-81

170 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-82

171 LAPORAN RPIJM KOTA JAMBI Bab 4-83

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Umum 4.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan Ibukota Provinsi Jambi, secara geografis terletak pada koordinat 01 32 45

Lebih terperinci

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA

( R P I J M ) PROVINSI JAMBI BIDANG PU/CIPTA KARYA ( R P I J M ) BIDANG PU/CIPTA KARYA 2013-2017 KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI SURAT DUKUNGAN MENYEDIAKAN DANA PENDAMPING KATA PENGANTAR KETUA BAPPEDA KOTA SUNGAI PENUH DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAMBI DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BATANGHARI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN ALAM BARAJO, KECAMATAN DANAU SIPIN DAN KECAMATAN PAAL MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, dan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI 18 BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Umum Lokasi Kota Tegal Terletak diantara 109 08-109 10 Bujur Timur dan 6 50-6 53 Lintang selatan, dengan wilayah seluas 39,68 Km² atau kurang lebih 3.968 Hektar.

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

1 DANAU TELUK 1. Olak Kemang ,41

1 DANAU TELUK 1. Olak Kemang ,41 ANGKA DAN DATA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAMBI TAHUN 2015 Berikut ini kami tampilkan tabel dan grafik hasil pengolahan data pemutakhiran data pemilih dan hasil penghitungan suara pada Pemilihan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB IV GAMBARAN LOKASI BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010 Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN Dulunya, kabupaten Asahan meliputi daerah kabupaten Batu Bara, Pemko Tanjung Balai dan kabupaten Asahan sendiri. Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kota Tangerang ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program

Buku Laporan Akhir ini merupakan bagian kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Program Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk serta bimbingannya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku Laporan Akhir Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk mendukung hal itu diperlukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat 26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Geografis Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan. Letak Kota Bekasi yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci