NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RSU DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RSU DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2011"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RSU DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2011 ANGGI PATRANITA NASUTION I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013

2

3 HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RSU DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2011 Anggi Patranita Nasution 1 ; IGN Virgiandhy 2 ; Iit Fitrianingrum 3 Intisari Latar Belakang: Penyakit apendisitis merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan di bidang bedah dan memerlukan tindakan pembedahan segera untuk mencegah komplikasi. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit dapat membantu menegakkan diagnosis apendisitis dan membedakan antara apendisitis akut dan apendisitis perforasi. Tujuan: Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah leukosit dengan apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak. Penelitian ini secara khusus untuk mengetahui gambaran jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak. Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan metode potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 rekam medik pasien yang telah menjalani apendektomi dan melakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit preoperasi saat pertama kali datang ke IGD. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Pasien apendisitis akut dengan jumlah leukosit sel/mm 3 dijumpai pada 20 pasien (33,33%), sel/mm 3 dijumpai pada 38 pasien (63,33%) dan > sel/mm 3 dijumpai pada 2 pasien (3,34%). Pasien apendisitis perforasi dengan jumlah leukosit sel/mm 3 dijumpai pada 7 pasien (17,5%), sel/mm 3 dijumpai pada 16 pasien (40%) dan > sel/mm 3 dijumpai pada 17 pasien (42,5%). Terdapat hubungan yang sangat bermakna secara statistik antara jumlah leukosit dengan apendisitis akut dan apendisitis perforasi (p=0,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara peningkatan jumlah leukosit dengan kejadian apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak. Kata kunci: Jumlah leukosit, apendisitis akut, apendisitis perforasi 1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat (patra_anggi@yahoo.co.id) 2) Departemen Bedah Umum RSU Dokter Soedarso, Pontianak, Kalimantan Barat 3) Departemen Farmakologi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat iii

4 RELATIONSHIP OF LEUKOCYTE COUNT WITH ACUTE APPENDICITIS AND PERFORATED APPENDICITIS IN DOKTER SOEDARSO GENERAL HOSPITAL PONTIANAK ON 2011 Anggi Patranita Nasution 1 ; IGN Virgiandhy 2 ; Iit Fitrianingrum 3 Abstract Background: Appendicitis is one of the most common surgical disease causes acute abdominal pain and needs urgent surgery to prevent complications. Leukocyte count help clinicians to diagnose appendicitis and it can distinguish between acute appendicitis and perforated appendicitis. Objective: The aim of this research were to know the relationship of leukocyte count with acute appendicitis and perforated appendicitis, to describe the leukocyte count in patient with acute appendicitis and perforated appendicitis in Dokter Soedarso General Hospital Pontianak. Methods: This research was an analytic study. Sample collected using a consecutive sampling technique. As many as one houndred patient underwent appendectomy and preoperative leukocyte count were collected by patient s medical records. Data were analyzed by chi-square test. Results: Leukocyte count cell/mm 3 is found in 20 patients (33,33%), cell/mm 3 is found in 38 patients (63,33%) and > cell/mm 3 is found in 2 patients (3,34%) with acute appendicitis. Leukocyte count cell/mm 3 is found in 7 patients (17,5%), cell/mm 3 is found in 16 patients (40%) and > cell/mm 3 is found in 17 patients (42,5%) with perforated appendicitis. There is statiscally significant relationship of leukocyte count with acute appendicitis and perforated appendicitis (p= 0,000). Conclusions: There is a signicant relationship of increasing leukocyte count with acute appendicitis and perforated appendicitis in Dokter Soedarso General Hospital Pontianak. Key words: Leukocyte count, acute appendicitis, perforated appendicitis 1) Medical School, Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura, Pontianak, West Kalimantan (patra_anggi@yahoo.co.id) 2) Department of General Surgery, Dokter Soedarso General Hospital, Pontianak, West Kalimantan 3) Department of Pharmacology, Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura, Pontianak, West Kalimantan iv

5 PENDAHULUAN Apendisitis merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan dan memerlukan tindakan bedah mayor segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. 1 Penyakit ini dapat dijumpai disemua usia, namun paling sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun. 2 Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita. 1 Tujuh persen penduduk di negara Barat menderita apendisitis dan terdapat lebih dari apendektomi dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya. 3 WHO (World Health Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. 4 Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006, apendisitis menempati urutan keempat penyakit terbanyak di Indonesia setelah dispepsia, gastritis dan duodenitis, dan penyakit sistem cerna lain dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak Kesulitan dalam mendiagnosis apendisitis masih merupakan masalah dalam bidang bedah. Terdapat beberapa pasien yang menunjukan gejala dan tanda apendisitis yang tidak khas, sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam diagnosis dan keterlambatan dalam hal penanganannya. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya perforasi, morbiditas, dan negative apendectomy. Angka negative apendectomy di Amerika Serikat sebesar 15,3% pada apendisitis akut. 6 Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan dasar dalam diagnosis apendisitis dengan tingkat akurasi sebesar 76-80%. Modalitas pencitraan seperti Ultrasonography (USG) dan Computed Tomography (CT) scan dapat meningkatkan akurasi diagnosis hingga 90%, namun karena biayanya yang mahal dan tidak semua unit pelayanan kesehatan memilikinya, pemeriksaan ini jarang digunakan. Gejala dan tanda apendisitis yang tidak khas akan menyulitkan dokter dalam menegakkan diagnosis, sehingga dokter akan 1

6 melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hitung jumlah leukosit. 6 Pemeriksaan ini merupakan suatu pemeriksaan yang tersedia di semua rumah sakit, murah dan cepat. 7 Jumlah leukosit umumnya meningkat pada apendisitis akut yakni sekitar sel/mm 3. Jumlah leukosit yang kurang dari sel/mm 3 umumnya terjadi pada apendisitis simpel dan leukosit yang lebih dari sel/mm 3 menunjukkan adanya perforasi. Kemampuan dokter dalam menegakkan diagnosis apendisitis serta membedakan antara apendisitis akut dan apendisitis perforasi secara klinis sangat diperlukan, karena keduanya memiliki penanganan yang berbeda. 8 Jumlah leukosit memberikan informasi berharga mengenai apendisitis. Telah banyak penelitian yang melakukan penelitian mengenai manfaat hitung jumlah leukosit dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Penelitian Lateef 9 di Rumah Sakit Allied Pakistan, menunjukan adanya peningkatan jumlah leukosit pada 79,6% pasien apendisitis dan menyimpulkan bahwa jumlah leukosit merupakan kriteria penting dalam diagnosis apendisitis. Penelitian yang dilakukan oleh Kamran 10 di Pakistan, menyimpulkan bahwa jumlah leukosit dapat membantu dokter dalam mendiagnosis apendisitis. Penelitian yang dilakukan oleh Krishnan 11 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, menunjukan terdapat leukositosis pada 73,7% pasien apendisitis. Jumlah pasien apendisitis rawat inap yang telah menjalani apendektomi berdasarkan data dari rekam medik di Rumah Sakit Umum (RSU) Dokter Soedarso pada tahun 2009 sebanyak 262 pasien, tahun 2010 sebanyak 308 pasien dan pada tahun 2011 sebanyak 219 pasien. Diagnosis apendisitis di RSU Dokter Soedarso Pontianak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan hitung jumlah leukosit. Belum ada penelitian mengenai hubungan antara jumlah leukosit dengan apendisitis 2

7 akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak sehingga mendorong penulis untuk melakukan penelitian tersebut. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui hubungan antara jumlah leukosit dengan apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak tahun METODE PENELITIAN Desain penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2012 di RSU Dokter Soedarso Pontianak. Subjek penelitian ini adalah pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak tahun 2011 yang telah memenuhi kriteria inklusi berupa telah menjalani apendektomi dan pemeriksaan jumlah leukosit preoperasi saat di ruang emergensi. Subjek dipilih secara consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan rekam medik pasien. Variabel yang diteliti terdiri atas jumlah leukosit (variabel bebas) dan apendisitis akut dan apendisitis perforasi (variabel terikat). Data dianalisa menggunakan uji chi-square. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 100 orang pasien apendisitis yang telah dirawat di RSU Dokter Soedarso Pontianak. Data diambil dari rekam medik tahun Sampel yang diambil sudah memenuhi kriteria penelitian. A. Gambaran Jenis Kelamin Pasien Apendisitis Apendisitis dapat mengenai semua orang baik laki-laki maupun perempuan. Pasien apendisitis akut pada laki-laki 1,4 kali lebih banyak daripada pasien perempuan. 1 Angka kejadian apendektomi berdasarkan jenis kelamin didapatkan sebanyak 12% laki-laki menjalani apendektomi dan sebanyak 25% perempuan telah menjalani apendektomi. 12 3

8 Berdasarkan gambaran jenis kelamin didapatkan bahwa penderita apendisitis pada penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah penderita apendisistis dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 54 orang (54%) dan laki-laki sebanyak 46 orang (46%) dengan perbandingan1,1:1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putrikasari 13 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada tahun 2010 dengan penderita apendisitis berjenis kelamin perempuan sebanyak 51,11% dan laki-laki sebanyak 48,89%. Penelitian yang dilakukan oleh Satrio 14 di RSCM Jakarta juga menunjukkan bahwa jumlah penderita apendisitis berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini diperkirakan karena adanya beberapa penyakit yang dialami wanita yang memberikan gejala menyerupai apendisitis seperti penyakit infeksi pada pelvis (Pelvic Inflamatory Disease) dan proses menstruasi. Gejala klinik apendisitis pada wanita hamil juga dapat menyebabkan terjadinya salah diagnosis, sehingga terlihat angka kejadian apendisitis pada perempuan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lakilaki. 14 B. Gambaran Usia Pasien Apendisitis Apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi apendisitis akut paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda yakni usia 20 dan 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan pertambahan usia. 1,2,15 Risiko terjadinya perforasi apendiks tinggi pada anak dan usia lanjut yakni sekitar 10-32%. 16 Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa penderita apendisitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia tahun yaitu sebanyak 32 orang (32%), kelompok usia tahun sebanyak 20 orang (20%) dan yang paling sedikit ditemukan adalah pada kelompok usia tahun sebanyak 2 orang (2%). 4

9 Jumlah Rentang usia (tahun) Gambar 1. Gambaran usia pasien apendisitis di RSU Dokter Soedarso Pontianak tahun 2011 Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putrikasari 13 yang menyatakan bahwa penderita apendisitis terbanyak terdapat pada kelompok usia tahun dengan rata-rata yang dilakukan oleh Pasaribu 17 di RSUP H Adam Malik usia yaitu 29 tahun. Penelitiann Medan juga menunjukkan bahwa jumlah pasien apendisitis terbanyak pada kelompok usia sebanyak 15 orang (25%), kelompok usia tahun adalah sebanyak 21 orang (35%). Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang kurang baik pada usia tersebut. Memang hal ini tidak terjadi pada setiap orang, tapi seperti kita ketahui bahwa usia tahun bisa dikategorikan sebagai usia produktif, dimana orang yang berada pada usia tersebut melakukan banyak sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan orang tersebut mengabaikan nutrisi makanan yang dikonsumsinya. Kebanyakan orang memakan makanan cepat saji agar tidak mengganggu waktunya, padahal makanan-makanan cepat saji itu tidak mengandung serat yang cukup. Akibatnya terjadi kesulitan buang air besar yang akan menyebabkan peningkatan tekanan pada rongga usus dan pada akhinya menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks. 17 5

10 C. Gambaran Jenis Diagnosis Pasien Apendisitis Tujuh persen dari penduduk di negara barat menderita apendisitis dan di Amerika Serikat terdapat lebih dari apendektomi telah dilakukan setiap tahunnya. 3 Apendisitis akut merupakan penyakit kegawatdaruratan yang paling sering ditemukan di bidang bedah dan sebanyak 80% pasien didiagnosis apendisitis akut saat operasi. Insidensi apendisitis perforasi sekitar 15-20% pada saat dilakukan operasi. 18 Perforasi terjadi jam setelah awitan nyeri. Angka kematian yang timbul akibat perforasi adalah 10-15% sedangkan angka kematian pada pasien apendisitis akut adalah 0,2-0,8%. 16 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diagnosis apendisitis yang paling banyak terdapat di RSU Dokter Soedarso Pontianak pada tahun 2011 adalah apendisitis akut sebanyak 60 orang (60%), dan diagnosis apendisitis perforasi sebanyak 40 orang (40%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putrikasari 13 dimana pada penderita apendisitis di RSUPAD Gatot Soebroto Jakarta yang paling banyak adalah pasien dengan diagnosis apendisitis akut yakni sebanyak 45 orang (75%). Obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks vermiformis akan mengakibatkan gangguan aliran mukus sehingga terjadi pembengkakan apendiks yang diikuti dengan peningkatan tekanan intraluminal. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Sekresi mukus yang terus berlanjut, mengakibatkan tekanan intraluminal terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema dan bakteri akan menembus lapisan dinding apendiks. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis akut. 2 Gangguan aliran arteri apendikularis akan menyebabkan infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan 6

11 apendisitis gangrenosa. Diskontinuitas dinding apendiks yang telah rapuh menyebabkan keluarnya pus, pada keadaan ini terjadi apendisitis perforasi. Perforasi apendiks dapat terjadi dalam jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor. Kecepatan terjadinya perforasi tergantung pada virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus, peritoneum parietal dan juga organ lain yang dapat membatasi dan melokalisir proses peradangan ini. Penundaan diagnosis dan tatalaksana meningkatkan kemungkinan terjadinya perforasi. 8 D. Gambaran Jumlah Leukosit Pasien Apendisitis Pemeriksaan laboratorium berupa hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis apendisitis. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit ini tersedia di semua rumah sakit, murah dan cepat. 7 Umumnya terjadi leukositosis pada pasien apendisitis yakni peningkatan jumlah leukosit dalam darah sebagai akibat adanya proses inflamasi. Leukositosis apabila jumlah leukosit dalam darah melebihi sel/mm 3 (normal sel/mm 3 ). 19 Gambaran nilai leukosit pada pasien apendisitis dapat dilihat pada gambar 2 dimana terdapat 54 orang (54%) dengan jumlah leukosit sel/mm 3, 27 orang (27%) dengan jumlah leukosit sel/mm 3 dan 19 orang (19%) dengan jumlah leukosit > sel/mm 3. Sehingga terdapat 73 orang (73%) pasien apendisitis mengalami leukositosis, yaitu jumlah leukosit lebih dari sel/mm 3. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krishnan 10 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, menunjukan terdapat leukositosis pada 73,7% pasien apendisitis akut. Apendisitis menandakan adanya proses peradangan yang terjadi di apendiks vermiformis. Tubuh akan bereaksi terhadap proses peradangan tersebut dengan mengeluarkan 7

12 leukosit dari darah menuju tempat yang mengalami peradangan. Sebagai akibatnya jumlah leukosit dalam darah akan mengalami peningkatan. 20 Jumlah Jumlah leukosit (sel/mm 3 ) >18000 Gambar 2. Gambaran jumlah leukosit pasien apendisitis di RSU Dokter Soedarso Pontianak tahun 2011 E. Hubungan antara Jumlah Leukosit dengan Apendisitis Akut dan Apendisitis Perforasi Pasien dengan apendisitis pada umumnya mengalami leukositosis, yaitu peningkatan jumlah leukosit diatas sel/mmm 3. Jumlah leukosit pada pasien umumnya sekitar sel/mm 3. Nilai leukosit yang kurang dari sel/mm 3 umumnya terjadi pada apendisitis simpel dan leukosit yang lebih dari sel/mm 3 menunjukkan adanya perforasi. 8 Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik, dikarenakan respon fisiologik tubuh terhadap stress sebagai efek dari epinefrin misalnya olahraga, stress emosi akut, pajanan ke panas atau dingin yang ekstrim, setelah perdarahan atau hemolisis akut dan melahirkan. Leukositosis yang patologik sering diikuti oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, nekrosis jaringan dan gangguan metabolik. 21 Peningkatan leukosit dalam darah menunjukkan adanya proses infeksi atau peradangan dalam tubuh. Apendisitis menandakan adanya proses peradangan pada apendiks. Sesuai dengan fungsinya 8

13 dalam pertahanan tubuh, leukosit akan bermigrasi dari lumen pembuluh darah ke tempat yang mengalami radang untuk memfagosit agen-agen infeksi, sehingga saat proses peradangan berlangsung terjadi peningkatan jumlah leukosit. Semakin tinggi jumlah leukosit menandakan proses peradangan yang hebat dan semakin luas daerah peradangannya. Selain itu, usia dan onset peradangan juga mempengaruhi jumlah leukosit di dalam tubuh. 20 Tabel 1. Hubungan antara jumlah leukosit dengan apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak tahun 2011 Diagnosis Jumlah Apendisitis Apendisitis Total leukosit Nilai p akut perforasi (sel/mm 3 ) N % N % N % , , , > , , Total ,000 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah leukosit sel/mm 3 banyak ditemukan pada pasien apendisitis akut yaitu sebanyak 38 orang (63,33%) dan jumlah leukosit > sel/mm 3 banyak ditemukan pada pasien apendisitis perforasi yaitu sebanyak 17 orang (42,5%). Dari hasil analisa bivariat pada penelitian ini diperoleh nilai p sebesar 0,000 (< 0,05). Hasil analisa uji hipotesis pada tabel 1 diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara statistik, terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah leukosit dengan apendisitis akut dan apendisitis perforasi. 9

14 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofii 22 di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta, yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara nilai leukosit dengan apendisitis akut sederhana dan apendisitis komplikatif, selain itu nilai leukosit juga dapat membedakan antara apendisitis akut sederhana dan komplikatif. Penelitian Salmaan 23 mengatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit dapat menentukan tingkat keparahan apendisitis. Penelitian yang dilakukan oleh Beltran et al 24 di Rumah Sakit De Ovalle Chili, menyimpulkan bahwa jumlah leukosit dapat membantu menegakkan diagnosis apendisitis. Beberapa jam setelah terjadi proses peradangan dalam tubuh, leukosit akan dikeluarkan dari pembuluh darah menuju jaringan yang meradang. Peningkatan jumlah leukosit dikarenakan dilepaskannya mediator-mediator kimiawi dan faktor penginduksi leukositosis secara bersamaan dari jaringan yang meradang. Faktor-faktor ini akan masuk kedalam pembuluh darah dan merangsang pelepasan leukosit yang terdapat didalam sumsum tulang menuju tempat yang terinflamasi. Sehingga saat dilakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit pada pasien apendisitis akan ditemukan leukositosis. 20 Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ortega 25 di Madrid yang menyebutkan bahwa jumlah leukosit tidak bermakna dalam mendiagnosis apendisitis dimana dari hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 0,3. Pada penelitiannya didapatkan lebih banyak pasien apendisitis dengan jumlah leukosit normal, hal ini mungkin dikarenakan pasien tersebut mengalami self-limiting appendicitis yang berlangsung secara spontan. Jika dilihat pada tabel 1, peneliti menemukan sebanyak 27 orang (27%) pasien apendisitis dengan jumlah leukosit normal yaitu berkisar antara sel/mm 3. Menurut Shih 26 saat ini penggunaan obatobatan seperti analgetik, antipiretik dan antibiotik sangat luas digunakan tanpa resep dokter. Pemakaian antibiotik secara bebas oleh pasien 10

15 apendisitis sebelum masuk rumah sakit dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit. KESIMPULAN Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara peningkatan jumlah leukosit dengan kejadian apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak tahun Jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut di RSU Dokter Soedarso Pontianak tahun 2011 paling banyak ditemukan antara sel/mm Jumlah leukosit pada pasien apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak tahun 2011 paling banyak ditemukan > sel/mm 3. SARAN 1. Kepada masyarakat, untuk tidak mengkonsumsi antibiotik secara bebas tanpa resep dokter. 2. Kepada RSU Dokter Soedarso Pontianak, untuk melengkapi data rekam medis pasien agar memudahkan dalam penelusuran data untuk penelitian selanjutnya, melakukan pemeriksaan penunjang lain berupa pemeriksaan LED (Laju Endap Darah) terhadap pasien yang diduga apendisitis saat pertama kali masuk IGD dan melakukan pemeriksaan USG pada wanita yang dicurigai mengalami apendisitis. 3. Kepada penelitian lain, diharapkan dapat melakukan penelitian terkait faktor-faktor lain yang berhubungan dengan apendisitis di RSU Dokter Soedarso Pontianak, seperti menilai hubungan antara usia, jenis kelamin dan kebiasaan diet serat dengan kejadian apendisitis, dengan metode pengumpulan data secara primer dan dengan rancangan penelitian yang berbeda. 11

16 DAFTAR PUSTAKA 1. Sandy C. Acute appendicitis. [Internet]. New York: Emedicine; 2010 [diakses 28 November 2011]. Tersedeia pada; emerg/topik41.html. 2. Silen W. Acute appendicitis an peritonitis. Dalam: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editor. Harrisons s principles of internal medicine. Edisi ke-16. New York: The McGraw Hill companies; Doherty GM, Way LW. Current surgical diagnosis and treatment. Edisi ke-12. New York: The McGraw Hill companies; WHO. Globlal burden disease. [Internet] [diakses 3 Januari 2013]. Tersedia pada: healthinfo/global_burden_disease/bd_report_2004update_ AnnexA.pdf 5. Eylin. Karakteristik Pasien dan Diagnosis Histologi pada Kasus Apendisitis Berdasarkan Data Registrasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo pada Tahun [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Fakultas Kedokteran; Cardall T, Glasser J, Guss AD. Clinical value of the total white blood cell count and temperature in the evaluation of patients with suspected appendicitis. ACAD Emerg Med 2004; 11: Bhatti AB, Dawood A, Farzana, Zaman J. Acute appendicitis: can wbc count, age, and duration of symptoms predict severity of disease. Pakistan Journal of Surgery 2009; 25: Berger DH, Jaffe BM. The appendix. Dalam: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pallock RE, editor. Schwartz s manual of surgery. Edisi ke-8. New York: The McGraw Hill companies; hlm Lateef AU, Arshad AR, Misbah J, Hamayun M. Role of leukocyte count in the diagnosis of acute appendicitis. Gomal J of Medical Sciences 2009; 7: Kamran H, Naveed D, Nazir A, Hameed M, Ahmed M, Khan U. Role of total leukocyte count in diagnosis of acute appendicitis. J Ayub Med Coll Abbottabad 2008; 20: Krishnan S. Jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009 [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran; Maa J, Kirkwood KS. The appendix. Dalam: Mascka P, Martin K, Schuenke S, Figueroa E, editor. Sabiston textbook of surgery. Edisi ke- 18. Philadelphia: Saunders; Putrikasari LAP. Perbedaan jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut dan apendisitis kronik di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta periode 12

17 2010 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Fakultas Kedokteran; Satrio S. Hubungan perubahan letak serabut saraf ektopik dengan tipe radang pada pasien yang didiagnosis apendisitis secara histopatologis di RSUPN Cipto Mangunkusumo antara tahun [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Fakultas Kedokteran; Price S. Patofisiologi. Volume ke-2. Jakarta: EGC; Wim DJ, Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; Pasaribu IC. Karakteristik penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran; Tahir, MS. Acute appendicitis. Independent Reviews Oct-Dec 2011; 141: Abramson N, Melkn B. Leukocytosis: basic of clinical assement. Florida: Baptist Regional Cancer Institute; [Diakses 4 April 2012]. Tersedia pada: Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; Sacher AR, McPherson AR. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; Sofii I, Odih T. Hubungan nilai leukosit dengan apendisitis akut sederhana dan apendisitis komplikatif. J I Bedah Indonesia 2006; 34: Salmaan, Guyara SY, Al-Tuwaijri TA, Khairy GA, Murshid KR. Validity of leukocyte count to predict the severity of acute appendicitis. Saudi Med J 2005; 26: Beltran MA, Almonacid J, Vicencio A, Gutierrez J, Cruces KS, Cumsille MA. Predictive value of white blood cell count and c-reactive protein in children with appendicitis. Journal of Pediatric Surgery 2007; 42: [Diakses 12 Januari 2012]. Tersedia pada: locate/jpedsurg. 25. Ortega P, De Adana JC, Hernandez A, Garcia J, Moreno M. Usefulness of laboratory data in management of right iliac fossa pain in adults. Dis Colon Rectum 2008; 51: [Diakses 23 Maret 2012]. Tersedia pada: Shih WL, Ng KC. Analysis of inflammatory parameters in acute appendicitis. Mid Taiwan J Med 2002; 7:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis merupakan peradangan akut pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari 7 sampai 15 cm (Dorland, 2000)

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. dengan apendisitis akut perforasi di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. dengan apendisitis akut perforasi di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pada penelitian mengenai hubungan peningkatan jumlah leukosit dengan apendisitis akut perforasi di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012-2013

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu penyebab paling umum pada kasus akut abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu kasus bedah abdomen yang paling sering terjadi di dunia. Apendektomi menjadi salah satu operasi abdomen terbanyak di dunia. Sebanyak

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 Christian, 2009 Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S. Pembimbing II : Ellya Rosa Delima,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis (umbai cacing). 1,2 Penyakit ini diduga inflamasi dari caecum (usus buntu) sehingga disebut typhlitis

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26 FAKTOR RISIKO KEJADIAN APENDISITIS DI BAGIAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU Adhar Arifuddin 1, Lusia Salmawati 2, Andi Prasetyo 3* 1.Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang memerlukan tindakan pembedahan. Diagnosis apendisitis akut merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan kasus paling sering dilakukan pembedahaan pada anak, walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi keterlambatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa

BAB 4 HASIL. 23 Universitas Indonesia. Gambar 4.1 Sel-sel radang akut di lapisan mukosa BAB 4 HASIL Hasil pengamatan sediaan patologi anatomi apendisitis akut dengan menggunakan mikroskop untuk melihat sel-sel polimorfonuklear dapat dilihat pada gambar 6,7 dan tabel yang terlampir Gambar

Lebih terperinci

Windy C.S. 1, M. Sabir 2*

Windy C.S. 1, M. Sabir 2* PERBANDINGAN ANTARA SUHU TUBUH, KADAR LEUKOSIT, DAN PLATELET DISTRIBUTION WIDTH (PDW) PADA APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2014 Windy C.S. 1, M. Sabir

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden kematian apendisitis pada anak semakin meningkat, hal ini disebabkan kesulitan mendiagnosis appendik secara dini. Ini disebabkan komunikasi yang sulit antara

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 12 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Umur Jenis kelamin Suku Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI. BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN SEFALOSPORIN DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI APPENDISITIS AKUT PADA ANAK AKIBAT KETERLAMBATAN APPENDEKTOMI

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN SEFALOSPORIN DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI APPENDISITIS AKUT PADA ANAK AKIBAT KETERLAMBATAN APPENDEKTOMI HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN SEFALOSPORIN DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI APPENDISITIS AKUT PADA ANAK AKIBAT KETERLAMBATAN APPENDEKTOMI Penelitian Karya Akhir Dalam Bidang Ilmu Bedah Oleh : Mujiran NIM S560903003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN APENDISITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN APENDISITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN APENDISITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR Oleh : ERNIWATI Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi dari 7 sampai 15 cm, dan

Lebih terperinci

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 VALIDITAS APENDIKOGRAFI DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS APENDISITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2011-2012 Oleh: MARIA JHENY FP 100100119 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 VALIDITAS

Lebih terperinci

K35-K38 Diseases of Appendix

K35-K38 Diseases of Appendix K35-K38 Diseases of Appendix Disusun Oleh: 1. Hesti Murti Asari (16/401530/SV/12034) 2. Rafida Elli Safitry (16/401558/SV/12062) 3. Zidna Naila Inas (16/401578/SV/12082) K35 Acute Appendicitis (Radang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASAR KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PASCA APENDEKTOMI PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang appendisitis. A.2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

CHARACTERISTIC OF ACUTE APPENDICITIS IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG PERIOD 1 JANUARY JUNE 2013

CHARACTERISTIC OF ACUTE APPENDICITIS IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG PERIOD 1 JANUARY JUNE 2013 KARAKTERISTIK PENDERITA APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2013 30 JUNI 2013 CHARACTERISTIC OF ACUTE APPENDICITIS IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG PERIOD 1 JANUARY 2013 30 JUNE

Lebih terperinci

Angka kejadian apendisitis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2012 September 2015

Angka kejadian apendisitis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2012 September 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Angka kejadian apendisitis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2012 September 2015 1 Gloria A. Thomas 2 Ishak Lahunduitan 2

Lebih terperinci

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014. HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks, obstruksi limfoid, fekalit, benda asing, dan striktur karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN MULAI NYERI PERUT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN APENDISITIS AKUT ANAK BERDASARKAN KLASIFIKASI CLOUD DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

HUBUNGAN MULAI NYERI PERUT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN APENDISITIS AKUT ANAK BERDASARKAN KLASIFIKASI CLOUD DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU 1 HUBUNGAN MULAI NYERI PERUT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN APENDISITIS AKUT ANAK BERDASARKAN KLASIFIKASI CLOUD DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU Heru Ardila Putra Tubagus Odih Rhomdani Wahid Wiwit Ade Fidiawati

Lebih terperinci

VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR ORIGINAL ARTICLE VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR Dewi Prima Christian 1, I Gede Suwedagatha 2, Nyoman Golden 3, I Ketut Wiargitha 2 1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini apendisitis merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi pada anak-anak. Selain itu apendisitis yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan

Lebih terperinci

I KOMANG AGUS SETIAWAN

I KOMANG AGUS SETIAWAN TESIS USIA LEBIH DARI 45 TAHUN, JUMLAH LEKOSIT, RIWAYAT KONSUMSI ALKOHOL DAN KONSUMSI OBAT NSAID SEBAGAI FAKTOR RISIKO PADA ULKUS PEPTIKUM PERFORASI DI BAGIAN BEDAH RSUP SANGLAH I KOMANG AGUS SETIAWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens apendisitis akut di Negara

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012. HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012 Oleh: DENNY SUWANTO 090100132 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT PERFORASI DI RSU PROVINSI NTB PADA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT PERFORASI DI RSU PROVINSI NTB PADA TAHUN HUBUNGAN ANTARA PENINGKATAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT PERFORASI DI RSU PROVINSI NTB PADA TAHUN 2012-2013 SKRIPSI OLEH: Merlinda Dwintasari NRP: 1523011034 PRODI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Tabel 4.1 Hasil Penelitian Serabut Saraf Ektopik Terhadap Apendisitis Akut/Kronik. Tipe Radang Apendisitis.

BAB 4 HASIL. Tabel 4.1 Hasil Penelitian Serabut Saraf Ektopik Terhadap Apendisitis Akut/Kronik. Tipe Radang Apendisitis. BAB 4 HASIL Serabut saraf ektopik yang diteliti pada penelitian ini adalah serabut saraf yang terletak di luar area pleksus Meissner dan Auerbach. Kriteria penggolongan umur yang digunakan adalah penggolongan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009 HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DARAH SISTEM ABO DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan penduduknya

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KOAGULOPATI DAN KADAR SERUM LAKTAT SEBAGAI INDIKATOR MORBIDITAS DAN MORTALITAS PADA KASUS MULTIPEL TRAUMA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Eka Prasetia Wijaya 1, Chairiandi Siregar 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian kanan bawah (Anderson, 2002).Komplikasi utama pada apendisitis adalah

BAB I PENDAHULUAN. bagian kanan bawah (Anderson, 2002).Komplikasi utama pada apendisitis adalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK DEVI NOVIRIYANTI I11107039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009). Hemoroid adalah struktur

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan desain prospektif. Analisis statistik bivariat menggunakan uji Pearson chi square bila

Lebih terperinci

AZIMA AMINA BINTI AYOB

AZIMA AMINA BINTI AYOB Kejadian Anemia Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap Divisi Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan Pada Tahun 2011-2012 AZIMA

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG Adina Pertamigraha, 2008; Pembimbing I : Aloysius Suriawan, dr.,

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Nurul Romadhona

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Nurul Romadhona Prosiding SNaPP20 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 GAMBARAN PASIEN APENDISITIS AKUT DI BAGIAN BEDAH RS AL ISLAM BANDUNG PERIODE 1 JULI - 31 DESEMBER 2009 Nurul Romadhona Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis yang terletak di perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan penyakit urutan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN PERUBAHAN LETAK SERABUT SARAF DENGAN TIPE RADANG PADA PASIEN YANG DIDIAGNOSIS SECARA HISTOPATOLOGI APENDISITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO TAHUN

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Karakteristik Penderita Otitis Media Akut pada Anak yang Berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF THT Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009 Oleh: TAN HONG SIEW 070100322 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUBUNGAN ANTARA LAMA TIMBULNYA GEJALA KLINIS AWAL HINGGA TINDAKAN OPERASI

Lebih terperinci

Bambang Soewito. Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau .:

Bambang Soewito. Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau  .: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI APENDISITIS DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2017. Bambang Soewito. Dosen Prodi Keperawatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT PADA PENDERITA APENDISITIS AKUT TANPA PERFORASI DAN DENGAN PERFORASI SKRIPSI

PERBEDAAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT PADA PENDERITA APENDISITIS AKUT TANPA PERFORASI DAN DENGAN PERFORASI SKRIPSI PERBEDAAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT PADA PENDERITA APENDISITIS AKUT TANPA PERFORASI DAN DENGAN PERFORASI SKRIPSI OLEH I Gede Putu Wegen Wismaya NRP: 1523014028 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.penyakit Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.penyakit Tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan yang dihadapi pada saat sekarang ini adalah masalah penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu apendisitis atau sering di sebut usus buntu. Apendisitis diduga disebabkan oleh bacteria,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012 Dwi Nur Pratiwi Sunardi. 2013. Pembimbing I : Dedeh Supantini, dr.,

Lebih terperinci

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan. Oleh: HEMAKANEN NAIR A/L VASU 110100413 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL KOLONOSKOPI PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012

HASIL KOLONOSKOPI PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012 1 HASIL KOLONOSKOPI PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012 Oleh : RAHMAT HIDAYAT 090100005 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013-2014 Deryant Imagodei Noron, 2016. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara,dr.,Sp.OG Pembimbing II : Dani, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, Sinusitis adalah peradangan pada membran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Reliabilitas Pemeriksaan Appendicogram dalam Penegakan Diagnosis Apendisitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode

Reliabilitas Pemeriksaan Appendicogram dalam Penegakan Diagnosis Apendisitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode Reliabilitas Pemeriksaan Appendicogram dalam Penegakan Diagnosis Apendisitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode 2008-2011 Oleh: M. NAWAL HASYA 080100143 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : WONG SAI HO

PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : WONG SAI HO PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2010 Oleh : WONG SAI HO 080100272 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

Lebih terperinci

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013 The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013 Angka Kejadian Konjungtivitis di RS Pedesaan dibandingkan dengan RS Perkotaan 1 Januari -31 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri dengan tidak

Lebih terperinci

Faktor Prediksi Perforasi Apendiks pada Penderita Apendisitis Akut Dewasa di RS Al-Ihsan Kabupaten Bandung Periode

Faktor Prediksi Perforasi Apendiks pada Penderita Apendisitis Akut Dewasa di RS Al-Ihsan Kabupaten Bandung Periode ARTIKEL PENELITIAN Faktor Prediksi Perforasi Apendiks pada Penderita Apendisitis Akut Dewasa di RS Al-Ihsan Kabupaten Bandung Periode 2013 2014 Fajar Awalia Yulianto, 1 R. Kince Sakinah, 1 M. Insan Kamil,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012 Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI 090100056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 HUBUNGAN DIABETES

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Appendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu dan umbai cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 - DESEMBER 2014 Fitriana Andiani, 2015 : Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN PEMAKAIAN CEFTRIAXONE TERHADAP INFEKSI LUKA OPERASI PADA PASIEN APENDISITIS AKUT NON KOMPLIKATA YANG DILAKUKAN LAPARATOMI DAN LAPARASKOPI APENDIKTOMI LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik prospektif dengan time series design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1.

Lebih terperinci

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi DAFTAR ISI Halaman COVER... i LEMBAR PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.3.1

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU dr. SLAMET GARUT PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2011 Novina

Lebih terperinci

dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap

dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap APENDISITIS PENGERTIAN Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., 2002). Kolelitiasis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci