PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
|
|
- Lanny Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum SITI HARDIYANTI SIBUEA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
2
3 PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Siti Hardiyanti Sibuea 1, Ani Margawati 2, B. Parish Budiono 3 ABSTRAK Latar belakang: Apendisitis akut merupakan nyeri akut abdomen yang sering terjadi saat ini. Pemeriksaan dan diagnosis yang terlambat dapat mengakibatkan risiko terjadinya apendisitis perforasi. Pemeriksaan jumlah leukosit darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang cepat dan murah untuk mendiagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi, akan tetapi belum diketahui batas yang pasti jumlah leukosit darah dalam membedakan antara apendisitis akut dengan apendisitis perforasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik retrospektif menggunakan metode cross sectional dengan 139 sampel untuk mencari cut off point jumlah leukosit darah. Data diambil dari catatan medis pasien apendisitis di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Data yang didapat dilakukan analisa deskriptif dan analitik menggunakan Independent T-test dengan batas kemaknaan adalah p<0,05. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan, batas angka leukosit darah berada pada cut off point sel/mm 3 dengan sensitifitas 83,75% dan spesifisitas 54,2%. Hasil Independent T-test didapatkan nilai p<0,001. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah leukosit darah pada pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi. Jumlah leukosit darah dapat digunakan sebagai diagnosis penunjang dalam membedakan apendisitis akut dengan apendisitis perforasi. Kata kunci: Apendisitis akut, apendisitis perforasi, jumlah leukosit darah. 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 3 Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
4 THE DIFFERENCE BETWEEN THE LEUKOCYTES COUNT FROM PATIENT WITH ACUTE APPENDICITIS AND PERFORATED APPENDICITIS AT DR. KARIADI HOSPITAL SEMARANG Siti Hardiyanti Sibuea 1, Ani Margawati 2, B. Parish Budiono 3 ABSTRACT Background : Acute appendicitis is one of the most common acute abdominal pain. A late check up and diagnosis could bring harms which is turning into perforated appendicitis. Leukocyte count is a laboratory collation that is generous and quick to diagnose the acute apendicitis and perforated appendicitis, however there s no certain limit of the leukocytes count to recognize whether it is acute apendicitis or perforated appendicitis. Aim : To know the difference between the leukocytes count from patient with acute appendicitis and perforated appendicitis at Dr. Kariadi Hospital Semarang. Method : This research was an analytic observational retrospective using cross sectional method with 139 samples to find out the cut off point of leukocytes count. Data were taken from appendicitis patients medical records in Dr. Kariadi Hospital Semarang. Obtained data were calculated with descriptive and analytical analysis using independent t-test with significance limit is p<0,05. Result : The result obtained the limit of leukocyte count is on the cut off point of cell/mm3 with sensitivity of 83.75% and specificity of 45.8%. The result of Independent t-test is p<0,001. Conclusion : There is a significant difference between the amount of leukocytes count from patients with acute appendicitis and perforated appendicitis. The leukocytes count can be used as secondary diagnosis in order to recognize the difference between acute appendicitis and perforated appendicitis. Keywords : Acute appendicitis, perforated appendicitis, leukocytes count. 1 Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University 2 Department of Public Health Faculty of Medicine Diponegoro University 3 Department of Surgery Faculty of Medicine Diponegoro University
5 PENDAHULUAN Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah apendisitis. 1 Apendisitis merupakan nyeri akut abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi pengaruh konstipasi dan kebiasaan makan makanan rendah serat dapat menimbulkan derajat peningkatan apendisitis. 2 Kejadian apendisitis akut pada usia antara 10 dan 30 tahun adalah sekitar 7,0% dari populasi. Apendisitis pada anak kurang dari 1 tahun jarang di laporkan, umumnya insiden pada lelaki dan perempuan sebanding. 3 Menurut data Global Burden Disease WHO 2004 terdapat 259 juta kasus apendisitis pada laki-laki di seluruh dunia yang tidak terdiagnosis, sedangkan pada perempuan terdapat 160 juta kasus apendisitis yang tidak terdiagnosis. 4 Pada pasien usia lanjut dengan apendisitis sering sulit untuk di diagnosis dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, sebab banyak kemungkinan diagnosis diferensial yang di dapatkan pada pasien usia lanjut dengan apendisitis, serta sulitnya mendapatkan komunikasi yang efektif. Sehingga kejadian ini dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap laju perforasi yang sangat tinggi. 5 Pemeriksaan jumlah leukosit darah merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang cepat dan murah untuk dapat menentukan diagnosa apendisitis akut dan apendisitis perforasi. Biasanya ditemukan leukositosis pada pemeriksaan laboratorium dan sering ditemukan pada kasus dengan komplikasi berupa perforasi. Dilaporkan bahwa insiden perforasi sekitar 60% terdapat pada penderita diatas usia 60 tahun. 6-8 Nilai leukosit darah meningkat >10.000/mm 3 dan hitung jenis leukosit darah terdapat pergeseran ke kiri pada pasien apendisitis akut. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh John H dkk, menyatakan bahwa leukositosis lebih dari / mm3 adalah indikasi apendisitis akut. 9,10 Pada pasien dengan jumlah leukosit darah yang meningkat > sel/mm 3 menyebabkan kemungkinan terjadinya apendisitis perforasi. 5 Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan antara jumlah leukosit darah pada pasien apendisitis akut dengan kejadian apendisitis perforasi.
6 METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik retrospektif dengan pendekatan cross sectional, dan dilaksanakan di Instalasi Rekam Medis RSUP Dr Kariadi Semarang pada bulan Juni Sampel dipilih dengan cara consecutive sampling. Data diperoleh dari rekam medis pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi selama Januari Oktober 2013 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kriteria inklusi antara lain pasien dengan diagnosa apendisitis akut atau perforasi, mempunyai data rekam medis lengkap dengan hasil laboratorium leukosit darah pre operasi. Kriteria eksklusinya adalah tidak terdapat data yang lengkap mengenai pemeriksaan laboratorium leukosit darah pre operasi dan pada rekam medis terdapat penyakit penyerta lain. Besar sampel yang didapatkan sebesar 139 sampel yang terdiri dari 96 pasien apendisitis akut dan 43 pasien apendisitis perforasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis apendisitis akut atau perforasi, dengan variabel terikatnya adalah jumlah leukosit darah. Data yang diperoleh dilakukan analisis univariat dan disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik secara deskriptis. Data jumlah leukosit darah dilakukan analisa bivariat dengan uji t-test tidak berpasangann jika ditemukan data normal atau uji Mann-Whitney jika ditemukan data tidak normal. Selanjutnya dilakukan analisis ROC untuk mendapatkan cut off point jumlah leukosit darah. HASIL Analisis Deskriptif Didapatkan pasien yang terdiagnosis apendisitis akut sebanyak 96 (69,1%) pasien dan pasien yang terdiagnosis apendisitis perforasi sebanyak 43 (30,9%) pasien % Apendisitis 69.06% Akut Perforasi
7 Gambar 1. Distribusi pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang Dari 139 pasien apendisitis sebanyak 86 (61,9%) pasien berjenis kelamin laki laki dan 53 (38,1%) pasien berjenis kelamin perempuan. Pasien berjenis kelamin laki laki yang terdiagnosis apendisitis akut sebanyak 61 (63,5%) pasien dan yang terdiagnosis apendisitis perforasi sebanyak 25 (58,1%) pasien. Pada pasien berjenis kelamin perempuan yang terdiagnosis apendisitis akut adalah 35 (36,5) pasien dan yang terdiagnosis apendisitis perforasi adalah 18 (41,9%) pasien % Jenis Kelamin 61.87% Laki-laki Perempuan Gambar 2. Distribusi jenis kelamin pasien apendisitis di RSUP Dr. Kariadi Semarang Jenis Kelamin berdasarkan Jenis Apendisitis Frekuensi AP. Akut AP. Perforasi 18 Apendisitis Laki-laki Perempuan Gambar 3. Sebaran data jenis kelamin berdasarkan jenis apendisitis di RSUP Dr. Kariadi Semarang
8 Berdasarkan usia didapatkan kelompok usia tahun merupakan kelompok usia yang paling banyak terdiagnosis apendisitis yaitu sebanyak 54 (38,85%) pasien dimanaa 41 (42,7%) pasien terdiagnosis apendisitis akut dan 13 (30,2%) pasien terdiagnosis apendisitis perforasi. Pada kelompok usia yang paling sedikit yaitu pada kelompok usia >50 tahun didapat 6 (4,3%) pasien apendisitis dimana 1 (1,0%) pasien yang terdiagnosis apendisitis akut dan 5 (11,6%) pasien yang terdiagnosis apendisitis perforasi. Untuk jenis apendisitis yang paling banyak adalah apendisitis akut pada hampir semua kelompok usia. Sedangkan pada kelompok usia > 50 tahun jenis apendisitis perforasi lebih banyak dibandingkan dengan apendisitis akut. Usia berdasarkan Jenis Apendisitis Frekuensi AP. Akut AP. Perforasi 5 Apendisitis > 50 Gambar 4. Sebaran data usia berdasarkan jenis apendisitis di RSUP Dr. Kariadi Semarang Rerata jumlah leukosit pasien apendisitis yang menjadi sampel penelitian adalah sel/mm 3. Untuk nilai minimum dan maksimum jumlah leukosit darah pasien apendisitis masing-masing adalah sel/mm 3 dan sel/mm 3. Uji Normalitas Data Dari uji kenormalan data pada kelompok apendisitis akut menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (n=96) dan pada kelompok apendisitis perforasi menggunakan uji Shapiro-Wilk (n=43). Dari hasil uji kenormalan didapatkan bahwa data untuk apendisitis perforasi berdistribusi data tidak normal (p=0,003). Sehingga dilakukan transformasi data agar data berdistribusi normal yaitu p>0,05.
9 Berdasarkan hasil normalitas data dari transformasi data didapatkan data berdistribusi normal yaitu Uji Kolmogrov-Smirnov dengan p = 0,200 dan Uji Shapiro-Wilk dengan p = 0,204. Analisis uji beda Dari hasil Independent T-test didapatkan nilai p = < 0,001, karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan leukosit darah yang bermakna pada diagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi. Analisis ROC ROC Curve Sensitivity Specificity Diagonal segments are produced by ties. Gambar 5. Kurva ROC leukosit darah apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tabel 2. Hasil Uji pada seluruh sampel Cut off point Sensitifitias 1-Spesifisitas ,837 0, ,837 0, ,837 0, ,837 0,542
10 Berdasarkan tabel dan kurva ROC, hasil uji pada seluruh sampel diperoleh cut off point leukosit sel/mm 3 dengan sensitivitas 83,7% dan spesifisitas 54,2%. Hasil pengolahan data diperoleh Area Under Curve (AUC) pada sampel sebesar 74,4% berarti keakuratan penelitian pada sampel dalam kategori sedang. PEMBAHASAN Berdasarkan jenis apendisitis, didapatkan pasien yang terdiagnosis apendisitis akut (96 pasien / 69,1%) lebih banyak dibandingkan pasien yang terdiagnosis apendisitis perforasi (43 pasien / 30,9%). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi Patranita, didapatkan bahwa diagnosis apendisitis paling banyak terdapat di RSU Dokter Soedarso Pontianak pada tahun 2011 adalah apendisitis akut sebanyak 60 (60%) pasien, dan diagnosis apendisitis perforasi sebanyak 40 (40%) pasien. 11 Rasio kejadian apendisitis pada laki laki dan perempuan yaitu 3 : 2. Berdasarkan studi di Swedia, dikatakan bahwa kejadian kasus apendisitis tahunan adalah 1,33 per seribu penduduk laki-laki dan 0,99 per seribu penduduk perempuan (dengan p = 0,002). 12,13 Sesuai dengan pernyataan tersebut, pada penelitian ini pasien apendisitis yang berjenis kelamin laki-laki (86 pasien / 61,9%) lebih banyak dari pada pasien apendisitis yang berjenis kelamin perempuan (53 pasien / 38,1%). Terdapat 61 (63,5%) pasien berjenis kelamin laki laki dan 35 (36,5%) pasien berjenis kelamin perempuan yang terdiagnosis apendisitis akut, sedangkan pasien berjenis kelamin laki laki dan perempuan yang terdiagnosis apendisitis perforasi masing-masing sebanyak 25 (58,1%) pasien dan 18 (41,9%) pasien. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi Patranita, didapatkan bahwa pasien apendisitis paling banyak ditemukan adalah pasien apendisitis berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 (54%) pasien dan laki laki sebanyak 46 (46%) pasien. 11 Penelitian yang dilakukan oleh David G, menunjukkan bahwa insiden apendisitis akut paling banyak terjadi pada laki-laki. Kecenderungan lebih banyak
11 mengkonsumsi makanan cepat saji dan rendah serat pada laki-laki dianggap berkontribusi dalam tingginya insiden apendisitis. 14,15 Apendisitis adalah penyakit yang sering terjadi pada dewasa muda. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak dan orang tua. Insiden apendisitis semakin meningkat pada pasien di akhir usia belasan dan 20-an. 16 Pada penelitian ini, telah didapatkan data distribusi usia pasien apendisitis baik jenis apendisitis akut maupun apendisitis perforasi paling banyak pada kelompok usia tahun. Sebanyak 54 (38,85%) pasien yang telah didapatkan pada kelompok usia tersebut, dimana 41 (42,7%) pasien terdiagnosis apendisitis akut dan 13 (30,2%) pasien terdiagnosis apendisitis perforasi. Kelompok usia > 50 tahun merupakan kelompok usia dengan insiden apendisitis paling sedikit yaitu 6 (4,3%) pasien, dimana 1( 1,0%) pasien yang terdiagnosis apendisitis akut dan 5 (11,6%) pasien yang terdiagnosis apendisitis perforasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi Patranita dimana pasien apendisitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia tahun yaitu sebanyak 32 (32%) pasien, dan yang paling sedikit ditemukan adalah kelompok usia tahun sebanyak 2 (2%) pasien. 11 Penelitian yang dilakukan oleh David G menunjukkan bahwa insiden apendisitis paling banyak terjadi pada kelompok usia tahun. Insiden tertinggi pada laki-laki usia tahun (27,6 per penduduk per tahun) dan pada perempuan berusia tahun (20,5 per penduduk per tahun). Apendiks vermiformis memiliki jumlah limfoid yang lebih besar pada golongan usia muda. Hiperplasia limfoid dapat disebabkan oleh obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks vermiformis. Jika kondisi ini terus berlanjut dapat berkembang menjadi apendisitis, sehingga insiden apendisitis lebih sering terjadi pada usia muda. Lumen apendiks menjadi rudimenter setelah atrofi jaringan limfoid, sehingga kemungkinan obstruksi menurun pada usia tua, oleh sebab itu insiden apendisitis akut terjadi 5-10% pada usia tua. Terlambatnya diagnosis dan pengobatan berperan dalam kejadian perforasi apendiks pada usia tua. 14,15,17 Berdasarkan penelitian ini, didapatkan bahwa rerata jumlah leukosit yang menjadi sampel penelitian adalah sel/mm 3. Penelitian yang dilakukan oleh
12 Marisa menunjukkan bahwa rata rata jumlah leukosit darah pada sampel sebesar 14332,39 sel/mm 3. Penelitian ini sesuai dengan studi yang menyebutkan pada umumnya rata-rata jumlah leukosit untuk apendisitis adalah > sel/mm 3.18 Diagnosis apendisitis dapat dibuat berdasarkan beberapa temuan, baik berupa temuan fisik, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan radiografi. 14 Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan adalah pemeriksaan jumlah leukosit darah. Pemeriksaan ini biasanya digunakan dalam membantu mendiagnosis apendisitis. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa 80% sampai 85% pasien dengan apendisitis akut akan memiliki jumlah leukosit darah lebih dari sel/mm Keterlambatan dalam mendiagnosis apendisitis akut dapat meningkatkan terjadinya komplikasi berupa perforasi. Jumlah leukosit darah akan meningkat dan terjadi leukositosis ringan pada pasien dengan apendisitis akut dan bahkan leukositosis akan semakin berat pada pasien yang telah mengalami perforasi. 20,21 Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr.Kariadi Semarang. Hasil uji statistik normalitas data ( p >0,05) pada kelompok apendisitis akut ( Kolmogrov-Smirnov) dan kelompok apendisitis perforasi ( Shapiro- Wilk ) masing masing adalah 0,200 dan 0,204, sehingga sebagai uji bedanya menggunakan Independent T-test. Pada hasil statistik uji beda ( p <0,05 ) didapatkan nilai p<0,001, sehingga terdapat perbedaan jumlah leukosit darah yang bermakna pada diagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi. Untuk mengetahui cut off point jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi digunakan analisa ROC. Cut off point bertujuan untuk mengetahui prediksi kejadian apendisitis perforasi dari hasil laboratorium leukosit darah. 18 Berdasarkan analisa yang dilakukan pada 139 sampel pasien apendisitis, telah didapatkan cut off point jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi adalah sel/mm 3. Sensitivitas dan spesifisitas masing masing adalah 83,7% dan 54,2%. Berarti kemampuan leukosit darah pada cut off point sel/mm 3 untuk mendeteksi apendisitis adalah sebesar 83,7%, dan untuk menentukan subyek tidak menderita apendisitis
13 adalah sebesar 54,2%. Area under curve yang telah didapatkan adalah 74,4% yang berarti keakuratan penelitian pada seluruh sampel berada dalam kategori sedang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Marissa diperoleh hasil uji pada cut off point leukosit sel/mm 3 dengan sensitivitas 90% dan spesifisitas 89,4%. Area Under Curve yang didapatkan sebesar 95,9%. 18 Beberapa kelemahan dalam penelitian ini yaitu, pada beberapa pasien didapatkan jumlah leukosit darah yang normal. Jumlah sampel penelitian yang tidak tergolong banyak diakibatkan banyaknya penyakit penyerta dan kurang lengkapnya hasil pemeriksaan laboratorium leukosit darah pre operasi dalam rekam medis. Apabila jumlah sampel penelitian lebih banyak lagi, nilai cut off point, nilai sensitivitas dan nilai spesifisitas akan semakin baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,01) antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Cut off point jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi adalah sel/mm 3 dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas masing-masing adalah 83,7% dan 54,2%. Rerata jumlah leukosit darah yang didapatkan adalah sel/mm 3. Saran Perlu diperhatikan kelengkapan data rekam medis berupa hasil laboratorium darah. Selain itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi dengan menggunakan metode analisis diskriminan untuk dapat memprediksi sampel termasuk dalam kategori apendisitis akut atau apendisitis perforasi.
14 UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. B. Parish Budiono,Msi.Med, Sp.B- KBD dan Dra. Ani Margawati M.kes, Ph.D, dr. Abdul Mughni,Msi.Med, Sp.B- KBD dan Dr.dr. Selamat Budijitno,M.Si.Med,Sp.B(K)Onk, serta Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini dan memberi masukan dalam penulisan artikel ini.. DAFTAR PUSTAKA 1. Price SA, Loraine MW. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6 vol.1. Jakarta : EGC ; Sjamsuhidayat R, W De Jong. Buku ajar ilmu bedah, edisi 3. Jakarta : EGC ; Agrawal CS, Adhikari S, & Kumar M. Role of serum C-reactive protein and leukocyte count in the diagnosis of acute appendicitis in Nepalese population. Nepal Med Coll J [internet] [ cited 2013 November 17] ; 10(1): Available from : 4. WHO. Global burden disease. [Internet] [cited 2013 November 17]. Available from : e_ AnnexA.pdf 5. Brunicardi F, Dana Andersen, Timothy Billiar, David Dunn, John Hunter, Jeffrey Matthews, et al. Scwartz s principles of surgery, 9th ed. USA : McGraw-Hill Professional ; Abbasi Shehzad A, and Ahmed Hussain Mishwani. "Diagnostic accuracy of total leucocyte count and ultrasound in the diagnosis of acute appendicitis." Journal of Rawalpindi Medical College (JRMC) [Internet].2012 [ cited 2013 November 18] : Available from : 7. H Kamran, Naveed D, Nazir A, Hameed M, Ahmed M, Khan U. Role of total leukocyte count in diagnosis of acute appendisitis. J Ayub Med Coll
15 Abbottabad [Internet] [ cited 2013 November 17] ; 20(3);70-1. Available from : 8. Putrikasari LAP. Perbedaan jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut dan apendisitis kronik di rumah sakit pusat angkatan darat gatot Soebroto jakarta periode 2010 [Skripsi]. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran ; H John, Neff U, Kelemen M. Appendicitis Today : Clinical and ultrasonic deductions. World J Surgery [Internet] [ cited 2013 November 18] ; 17(2): Available from : Muzamil S, Misbha Afsheen, and Farooq AR. Total leukocyte and neutrophil count : diagnostic aid in acute appendicitis. Saudi J Gastroenterol [Internet] [ cited 2013 November 18 ] ; 15(2): Available from : Nasution AP. Hubungan antara jumlah leukosit dengan apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2011 [Skripsi]. Pontianak : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura ; Zinner MJ, Seymour I Scwhartz, Harold Ellis. Maingot s abdominal operations, 10th edition vol 2. Toronto : McGraw-Hill Professional ; Zuidema GD, Charles JY. Surgery of the alimentary tract 5th edition. Philadelphia : W.B Saunders ; Addis, David G., Nathan Shaffeer, Barbara S. Fowler, and Robert V. Tauxe. "The epidemiology of appendicitis and appendectomy in the United States." American journal of epidemiology 132, no. 5 (1990): Available from Barlas Sulu (2012). Demographic and Epidemiologic Features of Acute Appendicitis, Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World, Dr. Anthony Lander (Ed.), ISBN: , InTech, DOI: / Available from:
16 16. Townsend CM. Sabiston textbook of surgery 16th edition. Philadelphia : W.B Saunders ; Stephen Garba and Adamu Ahmed (2012). Appendicitis in the Elderly, Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World, Dr. Anthony Lander (Ed.), ISBN: , InTech, DOI: / Available from: Marisa, Haryadi IJ, Muhammad RS. Batas angka leukosit antara appendisitis akut dan appendisitis perforasi di rumah sakit umum daerah tugurejo semarang selama Januari 2009 Juli Jurnal Kedokteran Muhammadiyah 1, no. 1 [Internet] [ cited 2013 November 7]. Available from : Anwar MW, Abid, I. " Validity of total leucocytes count and neutrophil count (differential leucocytes) in diagnosing suspected acute appendicitis." Journal of Pakistan Armed Forces Medical Journal [Internet].2012 [ cited 2014 June 25]. 62(3), Available from : Pakistan Armed Forces Medical Journal.htm 20. Sack Ulrich, Birgit B, Tino Elouahidi, Katrin Bauer, Ralf-Bodo T. Diagnostic value of blood inflamatory markers for detection of acute appendicitis in children. Journal of bmc surgery [Internet] [cited 2014 June 25]. 6:15, / Available from : W Farooqui, Pommergaard HC, Burcharth J, Eriksen JR. The diagnostic value of a panel of serological markers in acute appendicitis. Journal of Scandinavian J Surgery [Internet] Apr 15 [cited 2014 June 25]. Available from :
PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. dengan apendisitis akut perforasi di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pada penelitian mengenai hubungan peningkatan jumlah leukosit dengan apendisitis akut perforasi di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012-2013
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di RSUP Dr.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis merupakan peradangan akut pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari 7 sampai 15 cm (Dorland, 2000)
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011
ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang appendisitis. A.2. Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR.
HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusununtuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu penyebab paling umum pada kasus akut abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan.
Lebih terperinciABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID
ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Melisa, 2010, Pembimbing I : Penny S.M., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi
Lebih terperinciI KOMANG AGUS SETIAWAN
TESIS USIA LEBIH DARI 45 TAHUN, JUMLAH LEKOSIT, RIWAYAT KONSUMSI ALKOHOL DAN KONSUMSI OBAT NSAID SEBAGAI FAKTOR RISIKO PADA ULKUS PEPTIKUM PERFORASI DI BAGIAN BEDAH RSUP SANGLAH I KOMANG AGUS SETIAWAN
Lebih terperinciVALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR
ORIGINAL ARTICLE VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR Dewi Prima Christian 1, I Gede Suwedagatha 2, Nyoman Golden 3, I Ketut Wiargitha 2 1 Program Pendidikan
Lebih terperinciWindy C.S. 1, M. Sabir 2*
PERBANDINGAN ANTARA SUHU TUBUH, KADAR LEUKOSIT, DAN PLATELET DISTRIBUTION WIDTH (PDW) PADA APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2014 Windy C.S. 1, M. Sabir
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan
79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008
ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 Christian, 2009 Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S. Pembimbing II : Ellya Rosa Delima,
Lebih terperinciPERBEDAAN DERAJAT DIFERENSIASI ADENOKARSINOMA KOLOREKTAL PADA GOLONGAN USIA MUDA, BAYA, DAN TUA DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
PERBEDAAN DERAJAT DIFERENSIASI ADENOKARSINOMA KOLOREKTAL PADA GOLONGAN USIA MUDA, BAYA, DAN TUA DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
Lebih terperinciDIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6
TESIS VALIDITAS DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6 JIMMY NIM 0914028203 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung
ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM
Lebih terperinciPERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi
Lebih terperinciPROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012
HUBUNGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN INFORMED CONCENT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL BEDAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG (MEI - JUNI 2012) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciPERBANDINGAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN FRAKTUR TERBUKA GRADE III DALAM FASE GOLDEN PERIOD DENGAN OVER GOLDEN PERIOD SKRIPSI
PERBANDINGAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN FRAKTUR TERBUKA GRADE III DALAM FASE GOLDEN PERIOD DENGAN OVER GOLDEN PERIOD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIMA AGHNIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RSU DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2011
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DENGAN APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS PERFORASI DI RSU DOKTER SOEDARSO PONTIANAK TAHUN 2011 ANGGI PATRANITA NASUTION I 111 07 022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur
56 BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini dijumpai 52 penderita cedera kepala tertutup derajat sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur penderita adalah 31,1 (SD 12,76)
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang memerlukan tindakan pembedahan. Diagnosis apendisitis akut merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007
50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR
PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciPREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER
ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup tempat Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. 4.1. Ruang
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes
iv ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Gabby Ardani L, 2010.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN
Lebih terperinciHUBUNGAN MITRAL VALVE AREA (MVA) DENGAN HIPERTENSI PULMONAL PADA STENOSIS MITRAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN MITRAL VALVE AREA (MVA) DENGAN HIPERTENSI PULMONAL PADA STENOSIS MITRAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata 1 kedokteran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.
35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
VALIDITAS APENDIKOGRAFI DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS APENDISITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2011-2012 Oleh: MARIA JHENY FP 100100119 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 VALIDITAS
Lebih terperinciHUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B
HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Bagian Penyakit Saraf RSUP Dr. Kariadi
Lebih terperinciPERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI
PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STROKE ISKEMIK AKIBAT DISLIPIDEMIA DAN LOKASI INFARK DI RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA STROKE ISKEMIK AKIBAT DISLIPIDEMIA DAN LOKASI INFARK DI RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh : DHIMAS
Lebih terperinciKEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA
PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PERBANDINGAN PEMAKAIAN CEFTRIAXONE TERHADAP INFEKSI LUKA OPERASI PADA PASIEN APENDISITIS AKUT NON KOMPLIKATA YANG DILAKUKAN LAPARATOMI DAN LAPARASKOPI APENDIKTOMI LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR
ABSTRAK GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR Nathanael Andry Mianto, 2013 Pembimbing : dr. Christine Sugiarto, Sp.PK, dr. Adrian Suhendra, Sp.PK,
Lebih terperinciHUBUNGAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) DAN ALBUMIN SERUM DENGAN LOKASI KANKER KOLOREKTAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) DAN ALBUMIN SERUM DENGAN LOKASI KANKER KOLOREKTAL Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN APENDISITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN APENDISITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR Oleh : ERNIWATI Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan
Lebih terperinciABSTRAK. Fransisca Nathalia, Pembimbing Utama: dr.adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes
ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI HEMATOLOGI ANTARA PASIEN MEDICAL CHECK UP (MCU) DI RUMAH SAKIT PURI MEDIKA JAKARTA DENGAN NILAI RUJUKAN ALAT SYSMEX XS-800i Fransisca Nathalia, 2014. Pembimbing Utama: dr.adrian
Lebih terperinciHUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 Kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG
ABSTRAK GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG Listiyani Halim, 2010, Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Indahwaty,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEPUASAN ANTARA PASIEN ASKES DAN PASIEN JAMKESMAS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP DR.KARIADI SEMARANG
PERBANDINGAN KEPUASAN ANTARA PASIEN ASKES DAN PASIEN JAMKESMAS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP DR.KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk kelulusan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratanguna mncapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum
HUBUNGANANTARA SKALA RUPTUR LIEN PADA TRAUMA TUMPUL ABDOMEN YANG MEMERLUKAN PEMBEDAHAN DAN YANG TIDAK MEMERLUKAN PEMBEDAHAN DI RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda
PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA Jurnal Media Medika Muda Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata
Lebih terperinciJUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014
JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 Vanesha Sefannya Gunawan 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan kasus paling sering dilakukan pembedahaan pada anak, walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi keterlambatan
Lebih terperinciAngka kejadian apendisitis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2012 September 2015
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Angka kejadian apendisitis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2012 September 2015 1 Gloria A. Thomas 2 Ishak Lahunduitan 2
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan
Lebih terperinciHubungan Lokasi Lesi Stroke Non-Hemoragik dengan Tingkat Depresi Pasca. Stroke (Studi Kasus di Poli Saraf RSUP Dr.
Hubungan Lokasi Lesi Stroke Non-Hemoragik dengan Tingkat Depresi Pasca Stroke (Studi Kasus di Poli Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang) LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
35 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Anestesiologi dan 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di instalasi
Lebih terperinciABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE
ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE Andy Sudjadi, 2006; Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes Pembimbing II
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26
FAKTOR RISIKO KEJADIAN APENDISITIS DI BAGIAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU Adhar Arifuddin 1, Lusia Salmawati 2, Andi Prasetyo 3* 1.Bagian Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciHubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI Rifqi Aziz Fauzian 1, Fifin Luthfia Rahmi 2, Trilaksana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Lebih terperinciKORELASI LAMA DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
KORELASI LAMA DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
Lebih terperinciFREKUENSI PERNAFASAN SEBAGAI INDIKATOR ADANYA EFUSI PLEURA PADA DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL ILMIAH
FREKUENSI PERNAFASAN SEBAGAI INDIKATOR ADANYA EFUSI PLEURA PADA DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG RESPIRATORY RATE AS INDICATOR OF PLEURAL EFFUSION IN CHILDREN WITH DENGUE HAEMORRHAGIC
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072
Lebih terperinciPERBEDAAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA INSTALASI RAWAT JALAN DAN INSTALASI RAWAT DARURAT DI POLI BEDAH RSUP DR.
PERBEDAAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA INSTALASI RAWAT JALAN DAN INSTALASI RAWAT DARURAT DI POLI BEDAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai persyaratan dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Nugraheni M. Letelay, 2013. Pembimbing I : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes Latar
Lebih terperinciPERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA
PERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah
Lebih terperinciJURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN KETERSEDIAAN FASILITAS, KERAMAHAN, LAMA PELAYANAN, USIA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PEMILIHAN TEMPAT PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN PADA PESERTA ASKES (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian endokrinologi 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian :
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Ruang lingkup tempat
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014
ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D
Lebih terperinciReliabilitas Pemeriksaan Appendicogram dalam Penegakan Diagnosis Apendisitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode
Reliabilitas Pemeriksaan Appendicogram dalam Penegakan Diagnosis Apendisitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode 2008-2011 Oleh: M. NAWAL HASYA 080100143 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut
44 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut nondiabetik yang menjalani rawat inap di bangsal Penyakit Saraf RS Dr.Kariadi
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. satu kali pada saat yang sama serta faktor risiko dan efek telah terjadi di masa
33 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik komparatif dengan desain penelitian Retrospektif, pengukuran faktor risiko dan efek dilakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT
ABSTRAK HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT (% BF) YANG DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN BOD POD DAN WAIST CIRCUMFERENCE (WC) SERTA CUT OFF POINT (COP) DAN ODDS RATIO (OR) COP WC PADA OBESITAS Dhaifina Alkatirie, 2010
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA KOLOREKTAL ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA KOLOREKTAL THE DIFFERENCE IN CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) LEVELS BEFORE AND AFTER THERAPY IN PATIENT
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang )
1 PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN MULTIPEL MIELOMA PADA BERBAGAI TAHAP PEMBERIAN KEMOTERAPI ( Studi Observasional di RSUP Dr. Kariadi Semarang ) THE DIFFERENCE OF HEMOGLOBIN LEVEL ON VARIOUS CYCLES OF
Lebih terperinciKUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SETELAH PEMBUATAN PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK (PPAB) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SETELAH PEMBUATAN PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK (PPAB) Penelitian Pada Kasus Bedah Digestif RSUP Dr. Kariadi Semarang LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan terapi intensive. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian adalah
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang
Lebih terperinci