Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA
|
|
- Agus Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TUGAS AKHIR (PW ) Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA Dosen pembimbing: Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO, MIP OLEH: NINDYA ROSITA DEWI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA - FTSP
2 LATAR BELAKANG Perkembangan kota Perubahan dan penurunan kualitas fisik kawasan bersejarah Upaya pelestarian kawasan cagar budaya dengan partisipasi masyarakat, Konsep pelestarian saat ini tidak cukup hanya berupa pelestarian skala bangunan (preserve) akan tetapi dibutuhkan cakupan wilayah yang lebih luas berupa suatu kawasan cagar budaya demi menjaga bangunan dan lingkungan disekitarnya dari kerusakan atau alih fungsi (Bani, 2004).
3 LATAR BELAKANG Kampung kuno Peneleh semakin terdesak oleh bangunan baru (Antariksa, 2008) Belum adanya tindakan pelestarian cagar budaya dengan cakupan kawasan. Adanya potensi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelestarian cagar budaya yang masih bersifat parsial
4 LATAR BELAKANG Partisipasi masyarakat mampu memobilisasi sumberdaya sesuai kebutuhan (Hall, 1986) Pelestarian cagar budaya merupakan proses menerima perubahan lingkungan. Kampung Peneleh Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat KRITERIA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN
5 PERTANYAAN PENELITIAN Bagaimana kriteria partisipasi masyarakat yang sesuai dalam proses pelestarian kawasan cagar budaya Kampung Peneleh? SASARAN 1. Mengidentifikasi perubahan fisik dan lingkungan kawasan cagar budaya di Kampung Peneleh 2. Mengidentifikasi karaktertistik partisipasi masyarakat sesuai dengan tingkat perubahan fisik dan lingkungan kawasan cagar budaya di Kampung Peneleh 3. Menentukan bentuk pelestarian cagar budaya sesuai dengan tingkat perubahan fisik dan lingkungan kawasan cagar budaya Kampung Peneleh 4. Menentukan kriteria partisipasi masyarakat dalam pelestarian cagar budaya berdasarkan pada tingkat perubahan fisik dan lingkungan yang terjadi di Kampung Peneleh TUJUAN PENELITIAN Untuk menentukan kriteria partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian cagar budaya di Kampung Peneleh berdasarkan karakteristik yang dimiliki
6 RUANG LINGKUP WILAYAH Lingkup wilayah objek penelitian ini adalah kawasan cagar budaya Kampung Peneleh, Kecamatan Genteng Kota Surabaya. Batasan wilayah yang digunakan, yaitu: Utara : Kecamatan Semampir Barat : Kecamatan Bubutan Timur : Kelurahan Ketabang Selatan : Kelurahan Genteng
7 KAWASAN CAGAR BUDAYA TOLOK UKUR DAN KRITERIA KAWASAN CAGAR BUDAYA KARAKTERISTIK KAWASAN CAGAR BUDAYA PERUBAHAN KARAKTERISTIK KAWASAN CAGAR BUDAYA TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT BENTUK-BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT ASPEK YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PELESTARIAN CAGAR BUDAYA LINGKUP OBJEK PELESTARIAN CAGAR BUDAYA BENTUK-BENTUK PELESTARIAN CAGAR BUDAYA TINJAUAN PUSTAKA INDIKATOR DAN VARIABEL PERUBAHAN FISIK DAN LINGKUNGAN KAWASAN CAGAR BUDAYA INDIKATOR DAN VARIABEL BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA INDIKATOR DAN VARIABEL BENTUK PELESTARIAN CAGAR BUDAYA
8 IDENTIFIKASI PERUBAHAN FISIK DAN LINGKUNGAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KAMPUNG PENELEH METODE PENELITIAN Indikator Sejarah dan perkembangan kawasan cagar budaya Perubahan elemen fisik pembentuk kawasan cagar budaya Variabel Perkembangan fungsi kawasan Tata guna lahan Sirkulasi Tata Bangunan ANALISIS DESKRIPTIF DENGAN PENDEKATAN DIAKRONIK OUTPUT: TIPOLOGI PERUBAHAN FISIK DAN LINGKUNGAN Elemen Perubahan besar Guna lahan Penggunaan lahan membentuk pola tertentu yang berbeda dengan periode sebelumnya Sirkulasi Peningkatan kuantitas dan kualitas akses jalan dengan memperhatikan linkage antar kawasan Tata Kemunculan bangunan bangunan baru dan terjadi perubahan fungsi bangunan kuno Perubahan sedang Penggunaan lahan semakin luas Akses jalan lokal semakin terbuka dan terjadi peningkatan kondisi jalan Munculnya bangunan baru dengan fungsi yang berbeda dari bangunan periode awal Perubahan kecil Penggunaan lahan baru terbatas fungsi permukiman Kondisi jalan belum mengalami peningkatan Kemunculan bangunan baru di sebagian kawasan dengan fungsi terbatas permukiman Tidak ada perubahan Kondisi sama dengan periode sebelumnya
9 METODE PENELITIAN IDENTIFIKASI KARAKTERTISTIK PARTISIPASI MASYARAKAT SESUAI DENGAN TINGKAT PERUBAHAN FISIK DAN LINGKUNGAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KAMPUNG PENELEH TIPOLOGI PERUBAHAN FISIK DAN LINGKUNGAN Survey kuesioner Perhitungan sampel Rumus Slovin dan Propotional Sampling yang diolah dengan Analisis Statistik Deskriptif Indikator: Aksi Sosial 1. Keterlibatan dalam suatu kegiatan/pertemuan 2. Keaktifan dalam suatu pertemuan/kegiatan 3. Ketersediaan memberi bantuan 4. Frekuensi kehadiran dalam pertemuan Indikator: Pengaruh Partisipasi Seseorang Dalam Aksi Sosial 1. Aspek internal 2. Aspek eksternal OUTPUT: KARAKTERISTIK PARTISIPASI MASYARAKAT TIAP TIPOLOGI PERUBAHAN
10 METODE PENELITIAN PENENTUAN BENTUK PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SESUAI DENGAN TINGKAT PERUBAHAN FISIK DAN LINGKUNGAN SERTA KARAKTERISTIK PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAWASAN CAGAR BUDAYA KAMPUNG PENELEH TIPOLOGI PERUBAHAN DAN KARAKTERISTIK PARTISIPASI MASYARAKATNYA GOLONGAN I KRITERIA PENILAIAN TINGKAT PERUBAHAN Kecil atau tidak berubah sama sekali BENTUK PELESTARIAN Pemeliharan II Sedang Penggunaan kembali III Besar Rekonstruksi Analisis Desktiptif
11 METODE PENELITIAN PENENTUAN KRITERIA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERDASARKAN PADA TINGKAT PERUBAHAN FISIK DAN LINGKUNGAN YANG TERJADI DI KAMPUNG PENELEH HASIL PENELITIAN: 1. TIPOLOGI PERUBAHAN 2. KARAKTERISTIK PARTISIPASI MASYARAKATNYA 3. BENTUK PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA TINJAUAN STUDI LITERATUR Analisis Triangulasi TINJAUAN KEBIJAKAN OUTPUT: KRITERIA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA
12 ANALISA DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik dan Lingkungan Kawasan Cagar Budaya Kampung Peneleh Periode Terbagi menjadi 4 UM, pola penggunaan lahan : Perdagangan jasa dan fasilitas umum pada bagian terluar dan permukiman pada bagian dalamnya Sirkulasi mengikuti perkembangan permukiman dengan pola grid. Situs/bangunan kuno (peninggalan periode kolonial belanda) bentuk bangunan pencampuran arsitektur Belanda, cina, dan tradisional. Pada tahun 1998 Kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya Kota Surabaya. Sumber: RTRK UL Peneleh
13 ANALISA DAN PEMBAHASAN Identifikasi Perubahan Fisik dan Lingkungan Kawasan Cagar Budaya Kampung Peneleh Tipologi Perubahan Sedang: 1. Unit Masyarakat Embong Purnomo 2. Unit Masyarakat Undaan Kulon Tipologi Perubahan Kecil: 1. Unit Masyarakat Plampitan Tipologi Tidak Ada Perubahan: 1. Unit Masyarakat Pandean
14 Identifikasi Perubahan Fisik dan Lingkungan Kawasan Cagar Budaya Kampung Peneleh PERUBAHAN SEDANG Unit Masyarakat Undaan Kulon dan Unit Masyarakat Embong Purnomo Tata guna lahan Pergeseran karakter fungsi sosial salah satu situs kuno Bertambah fungsi jalan dengan adanya aktivitas komersil di sisi terluar kawasan. Tata bangunan Tampilan tata bangunan pada sisi terluar kurang menciptakan laras arsitektural sebagai kawasan bersejarah. Munculnya bangunan baru dengan fungsi komersil berupa ruko Perubahan skala bangunan Sirkulasi Bertambahnya pola jalan meneruskan pola dasar grid kawasan Bertambahnya keragaman pergerakan kawasan
15 ANALISA DAN PEMBAHASAN Identifikasi Karaktertistik Partisipasi Masyarakat Sesuai dengan Tingkat Perubahan Fisik dan Lingkungan Kawasan Cagar Budaya Di Kampung Peneleh TIPOLOGI PERUBAHAN SEDANG SAMPEL: 40 RESPONDEN No. Kriteria Pilihan Jawaban Prosentase (%) 1. Keterlibatan dalam suatu kegiatan/pertemuan warga Minat untuk ikut terlibat Sangat berminat 55 dalam upaya pelestarian Bentuk keterlibatan Memberi sumbangan Keaktifan dalam suatu Mendengarkan saja 45 pertemuan/kegiatan 3. Ketersediaan memberi bantuan Jenis bantuan yang Sumbangan uang 40 diberikan 4. Frekuensi kehadiran dalam Kadang-kadang 62,5 pertemuan warga Aspek Internal dan Aspek Eksternal Tahap partisipasi masyarakat: Tidak ada partisipasi, masuk dalam Tahap Partisipasi Terapi. Dengan karakteristik: 1.Kurang pemahaman terhadap permasalahan lingkungan dan konsep penanganannya, terkait dengan upaya pelestarian cagar budaya 2.Kurang keterikatan secara emosional pada tiap individu terhadap lingkungan tempat tinggalnya 3.Ketersediaan waktu aktif dalam pertemuan/kegiatan warga cenderung terbatas. 4.Akan tetapi, hubungan antar warga dan minat berpartisipasi sangat baik; sebagai potensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada wilayah ini
16 Penentuan Bentuk Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Kampung Peneleh PERUBAHAN SEDANG (Unit Masyarakat Undaan Kulon dan Unit Masyarakat Embong Purnomo) Bentuk pelestarian yang dapat dilakukan disana adalah Penggunaan Kembali, berupa: Penyuluhan kawasan cagar budaya oleh pemerintah kota atau komunitas peduli cagar budaya. Pertemuan warga secara rutin. Peningkatan bantuan dari pemerintah kota sebagai intensif Pengawasan terhadap pembangunan yang kurang sesuai dengan karakter kawasan cagar budaya
17 Identifikasi Perubahan Fisik dan Lingkungan Kawasan Cagar Budaya Kampung Peneleh Perubahan Kecil Unit Masyarakat Plampitan Tata guna lahan Penggunaan lahan baru masih terbatas dengan fungsi sebagai tempat tinggal. Tata bangunan Masih didominasi skala bangunan kecil dengan permeabilitas blok tinggi, hanya beberapa bangunan yang berubah skala tanpa berubah fungsi Sirkulasi Pola jalan masih sama dengan periode sebelumnya, hanya kondisi jalannya menjadi lebih baik Dominasi penggunaan lahan sebagai permukiman dengan skala bangunan kecil dan akses jalan berupa gang sempit
18 ANALISA DAN PEMBAHASAN Identifikasi Karaktertistik Partisipasi Masyarakat Sesuai dengan Tingkat Perubahan Fisik dan Lingkungan Kawasan Cagar Budaya Di Kampung Peneleh TIPOLOGI PERUBAHAN KECIL SAMPEL: 25 RESPONDEN No. Kriteria Pilihan Jawaban Prosentase (%) 1. Keterlibatan dalam suatu kegiatan/pertemuan warga Minat untuk ikut terlibat Sangat berminat 55 dalam upaya pelestarian Bentuk keterlibatan Memberi sumbangan Keaktifan dalam suatu Mendengarkan saja 45 pertemuan/kegiatan 3. Ketersediaan memberi bantuan Jenis bantuan yang Sumbangan uang 40 diberikan 4. Frekuensi kehadiran dalam Kadang-kadang 62,5 pertemuan warga Aspek Internal dan Aspek Eksternal Tahap Partisipasi Masyarakat Hanya Menerima Ketentuan yang Sudah Ditetapkan, masuk dalam Tahap Partisipasi Konsultasi. Dengan karakteristik: 1. Pemahaman tiap individu terhadap permasalahan lingkungan dan konsep penanganannya sudah cukup baik, terkait dengan upaya pelestarian cagar budaya; 2. Kuatnya keterikatan secara emosional tiap individu terhadap lingkungan 3. Ketersediaan waktu aktif dalam pertemuan/kegiatan warga mencukupi. 4. Hubungan antar warga yang sudah sangat baik
19 Penentuan Bentuk Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Kampung Peneleh Perubahan Kecil (Unit Masyarakat Plampitan) Bentuk pelestarian yang dapat dilakukan disana adalah Pemeliharaan, berupa: Meningkatkan kegiatan warga secara rutin dan berkala (kerja bakti membersihkan kampung dan perawatan bangunan lama). Peningkatan bantuan dari pemerintah kota sebagai intensif, berupa material atau biaya perawatan
20 Identifikasi Perubahan Fisik dan Lingkungan Kawasan Cagar Budaya Kampung Peneleh Tidak ada Perubahan Unit Masyarakat Kampung Pandean, kondisinya masih sama periode sebelumnya yaitu: permukiman padat dengan bentukan pola grid yang cukup teratur meskipun kavling bangunannya kecil dan tipe perumahan berupa kombinasi antara bangunan rumah baru dan rumah lama/kuno.
21 ANALISA DAN PEMBAHASAN Identifikasi Karaktertistik Partisipasi Masyarakat Sesuai dengan Tingkat Perubahan Fisik dan Lingkungan Kawasan Cagar Budaya Di Kampung Peneleh TIPOLOGI TIDAK ADA PERUBAHAN SAMPEL: 35 RESPONDEN No. Kriteria Pilihan Jawaban Prosentase (%) 1. Keterlibatan dalam suatu kegiatan/pertemuan warga Minat untuk ikut terlibat Sangat berminat 68 dalam upaya pelestarian Bentuk keterlibatan Terlibat dalam 66 pelaksanaan kegiatan 2. Keaktifan dalam suatu Memberikan saran 48 pertemuan/kegiatan dan usulan kegiatan 3. Ketersediaan memberi bantuan Jenis bantuan yang Sumbangan tenaga 71 diberikan 4. Frekuensi kehadiran dalam Sering 66 pertemuan warga Aspek Internal dan Aspek Eksternal Tahap Partisipasi Masyarakat Hanya Menerima Ketentuan yang Sudah Ditetapkan, masuk dalam Tahap Partisipasi Konsultasi. Dengan karakteristik: 1. Pemahaman tiap individu terhadap permasalahan lingkungan dan konsep penanganannya sangat baik, 2. Kuatnya keterikatan secara emosional terhadap lingkungan sekitarnya. 3. Ketersediaan waktu aktif dalam pertemuan/kegiatan warga cukup baik. 4. Selain ketiga hal tersebut, diperkuat dengan hubungan antar warga yang sudah sangat baik
22 Penentuan Bentuk Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Kampung Peneleh Tidak ada Perubahan (Unit Masyarakat Kampung Pandean) Bentuk pelestarian yang dapat dilakukan disana adalah Pemeliharaan, berupa: Meningkatkan kegiatan warga secara rutin dan berkala (kerja bakti membersihkan kampung dan perawatan bangunan lama. Mengadakan diskusi terbuka mengenai permasalahan lingkungan cagar budaya dan penyelesaiannya
23 ANALISA DAN PEMBAHASAN Penentuan Kriteria Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berdasarkan Tingkat Perubahan Fisik dan Lingkungan yang Terjadi di Kampung Peneleh Tinjauan Studi Literatur (Social Capital) Komitmen dan dukungan kepada seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan Adanya suatu kesamaan kepentingan Kepercayaan antar individu Adanya aktor kunci sebagai pembangun social capital. Tinjauan Kebijakan (Perda Kota Surabaya No.5 Tahun 2005) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya ; Memberikan dorongan dan dukungan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam upaya pelestarian Tipologi Perubahan Sedang: 1. Unit Masyarakat Embong Purnomo 2. Unit Masyarakat Undaan Kulon Tipologi Perubahan Kecil: 1. Unit Masyarakat Plampitan Tipologi Tidak Ada Perubahan: 1. Unit Masyarakat Pandean
24 Penentuan Kriteria Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berdasarkan Tingkat Perubahan Fisik dan Lingkungan yang Terjadi di Kampung Peneleh PERUBAHAN SEDANG (Unit Masyarakat Undaan Kulon dan Unit Masyarakat Embong Purnomo) 1. Perlunya dilakukan pertemuan warga secara rutin 2. Pembentukan pengurus harian oleh warga setempat dalam melakukan penyuluhan 3. Pembatasan ijin bangunan
25 Penentuan Kriteria Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berdasarkan Tingkat Perubahan Fisik dan Lingkungan yang Terjadi di Kampung Peneleh Perubahan Kecil (Unit Masyarakat Plampitan) 1. Peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pemeliharaan/perawatan infrastruktur dan bangunan kuno 2. Menjadikan masyarakat yang aktif berperan dalam penyusunan, dengan cara memasukkan wakilnya sebagai salah satu anggota penyusun kebijakan
26 Penentuan Kriteria Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berdasarkan Tingkat Perubahan Fisik dan Lingkungan yang Terjadi di Kampung Peneleh Tidak ada Perubahan (Unit Masyarakat Kampung Pandean) 1. Perlunya jaring aspirasi masyarakat secara rutin. 2. Menjadikan kegiatan kumpul warga sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian menjaga lingkungan sebagai kawasan bersejarah 3. Memasukkan beberapa anggota masyarakat sebagai anggota penyusun kebijakan
27 KESIMPULAN Kawasan cagar budaya Kampung Peneleh terbagi menjadi tiga tipologi berdasarkan pada perubahan fisik dan lingkungan yang terjadi disana. Bentuk pelestarian disesuaikan dengan tipologi perubahan dan karakteristik partisipasi masyarakatnya. Maka, kriteria pada tiap tipologi perubahan fisik dan lingkungan kawasan cagar budaya Kampung Peneleh adalah sebagai berikut: Tipologi Perubahan Sedang (Penggunaan kembali/pengenalan kembali): 1. Perlunya diskusi warga secara rutin membahas permasalahan lingkungan di kawasan bersejarah. 2. Pembentukan pengurus harian cagar budaya oleh warga setempat 3. Pembatasan ijin bangunan Tipologi Perubahan Kecil (Pemeliharaan): 1. Peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pemeliharaan/perawatan infrastruktur dan bangunan kuno pada kawasan cagar budaya. 2. Menjadikan masyarakat yang aktif berperan dalam penyusunan kebijakan kegiatan pelestarian Tipologi Tidak Ada Perubahan (Pemeliharaan): 1. Perlu adanya jaring aspirasi masyarakat secara rutin 2. Menjadikan kegiatan kumpul warga sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian terhadap kawasan bersejarah 3. Memasukkan beberapa anggota masyarakat sebagai anggota penyusun kebijakan
28 TUGAS AKHIR (PW ) Sekian & terima kasih PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA - FTSP
Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-63 Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya) Volare Amanda Wirastari
Lebih terperinciSIDANG UJIAN TUGAS AKHIR
SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah
Lebih terperinciBAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,
Lebih terperinciPenataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciProsiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Siti Sujatini, 2 Harry Susilo
Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 PENINGKATAN PARTISIPASI WARGA UNTUK MEWUJUDKAN RUMAH DAN LINGKUNGAN SEHAT DI KELURAHAN PASEBAN JAKARTA PUSAT 1 Siti Sujatini, 2 Harry Susilo
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
16 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Empang yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Beberapa hal yang ditemukan dalam studi ini adalah antara lain: Semua bangunan pusaka yang terdapat di kawasan militer tidak ada yang mengalami perubahan dalam gaya arsitektur
Lebih terperinciBAB II KAJIAN LITERATUR
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI
62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan
Lebih terperincipenelitian 2010
Universitas Udayana, Bali, 3 Juni 2010 Seminar Nasional Metodologi Riset dalam Arsitektur" Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset DESAIN PERMUKIMAN PASCA-BENCANA DAN METODA PARTISIPASI:
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciSUKARLAN BIRRO ALLO ( )
SUKARLAN BIRRO ALLO (3208 201 821) Latar Belakang: 1. Permasalahan kependudukan dan masalah permukiman kumuh sebagai tempat tinggal masyarakat berpenghasilan rendah. 2. Tidak ada keberlanjutan dalam program
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Lingkungan perkotaan identik dengan pembangunan fisik yang sangat pesat. Pengembangan menjadi kota metropolitan menjadikan lahan di kota menjadi semakin berkurang,
Lebih terperinciGambar 4. Peta Lokasi Penelitian
33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,
Lebih terperinciPenetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat
C38 Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat Bagiar Adla Satria dan Prananda Navitas Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi Daerah Ibukota Yogyakarta mulai dari tahun 2008 yang memiliki jumlah penduduk 374.783 jiwa, pada tahun
Lebih terperinciPERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR
PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : YUNIKE ELVIRA SARI L2D 002 444 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciKONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus
30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persoalan utama yang dihadapi kota-kota besar di Pulau Jawa akibat pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi adalah masalah transportasi, masalah transportasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Dalam Penentuan tipologi kawasan banjir menghasilkan 3 tipologi, yaitu sangat bahaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain
Lebih terperinciOPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG
OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan
BAB 6 PENUTUP Pada bab ini disampaikan kesimpulan hasil studi pengembangan konsep revitalisasi tata lingkungan tradisional Baluwarti, saran untuk kepentingan program revitalisasi kawasan Baluwarti, dan
Lebih terperinciKONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh
KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON oleh DIANE ELIZABETH DE YONG 3208201830 Latar Belakang PENDAHULUAN Bangsa Portugis membangun benteng tahun 1588 dan diberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di dalamnya berupa sumberdaya hutan. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang tersimpan di
Lebih terperinciPELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT (STUDI KASUS: KAWASAN CAGAR BUDAYA BUBUTAN, SURABAYA)
PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT (STUDI KASUS: KAWASAN CAGAR BUDAYA BUBUTAN, SURABAYA) Volare Amanda Wirastari 3608 100 063 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo,
Lebih terperinciPercontohan Perawatan Fasilitas Mandi Cuci Bersama Yang Berbasis Pada Masyarakat di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Percontohan Perawatan Fasilitas Mandi Cuci Bersama Yang Berbasis Pada Masyarakat di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Laporan Pelaksanaan PKM Tahun Akademik 2012-2013 Oleh: Julindiani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai Kabanaran, dibagian timur sungai Premulung, terdapat sebuah pasar yang besar yang termasuk
Lebih terperinciARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D
ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D 000 449 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciKONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2
KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Individu 2. Keluarga 3. Golongan/ kelompok 4. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan kumpulan pohon pohon atau tumbuhan berkayu yang menempati suatu wilayah yang luas dan mampu menciptakan iklim yang berbeda dengan luarnya sehingga
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari elemen perkotaan. Ruang terbuka hijau memiliki fungsi ekologis, estetika, sosial budaya dan ekonomi. Namun pada pelaksanaan
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN LAPANGAN
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Seluruh data yang dikumpulkan dari penelitian,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,
Lebih terperinciGambar 4. Lokasi Penelitian
19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama sembilan minggu, mulai akhir bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011. Kegiatan penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN
BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Judul Rancangan SENTRA KERAJINAN TERPADU PENERAPAN SOCIAL SUSTAINABILITY SEBAGAI DASAR PENDEKATAN PERANCANGAN Sentra : Pusat aktivitas kegiatan usaha dilokasi atau kawasan tertentu,
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA
ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas
Lebih terperinciKAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR
KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR Oleh: RINA AFITA SARI L2D 306 021 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAKSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung membawa konsekuensi pada masalah lingkungan binaan yang makin memprihatinkan. Beberapa kawasan terutama kawasan pinggiran
Lebih terperinciPENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK
PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK I. UMUM Pembangunan manusia seutuhnya telah menjadi salah satu tujuan utama bangsa Indonesia untuk memperkuat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari keseluruhan proses analisis dan pembahasan untuk merumuskan arahan penataan lingkungan permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir melalui pendekatan
Lebih terperinciPERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D
PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA
BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciArahan Pengendalian Alih Fungsi Daerah Resapan Air Menjadi Lahan Terbangun di Kecamatan Lembang, Bandung
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Pengendalian Alih Fungsi Menjadi Lahan Terbangun di Kecamatan Lembang, Bandung Nastiti Premono Putri, Heru Purwadio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas
Lebih terperinciKONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2
KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Keluarga 2. Golongan/ kelompok 3. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan terbatas Individu
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Program KSN Borobudur dan Program Pembangunan Desa Program
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciKriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo
Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo JOS OKTARINA PRATIWI 3609100037 Dosen Pembimbing Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO MIP. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG
BAB ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG.. Penilaian Keefektifan Pelestarian Bangunan Pusaka.. Pelestarian Fisik Bangunan Pelestarian mempunyai arti bahwa
Lebih terperinciTUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai
Lebih terperinciPenentuan Lokasi lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Penentuan Lokasi lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat Brian Biondy, Heru Purwadio Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,
Lebih terperinciPREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG
PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG NASTITI PREMONO PUTRI (3609100069) DOSEN PEMBIMBING : IR. HERU PURWADIO,MSP LATAR BELAKANG
Lebih terperinciSecara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:
PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan
Lebih terperinciPenerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciTingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-191 Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso Sekar Ayu Advianty dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Program
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciKEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS TRISAKTI
KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS TRISAKTI A. JUDUL KEGIATAN Penyuluhan dan Percontohan Perawatan Fasilitas Lingkungan Permukiman Yang Berbasis Masyarakat Di RW 13, Kelurahan Pademangan
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis
Lebih terperinciBAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai Dasar Pertimbangan, Konsep Pelestarian, Arahan pelestarian permukiman tradisional di Desa Adat
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN A. Lokasi Kegiatan Program pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Sukapada merupakan program berkelanjutan yang dimulai sejak bulan Mei 2007. Pada
Lebih terperinciPERDA TENTANG KARAKTER KHAS BANGUNAN DAN KAWASAN DIKOTA SOLO oleh: Bimo Hernowo
PERDA TENTANG KARAKTER KHAS BANGUNAN DAN KAWASAN DIKOTA SOLO oleh: Bimo Hernowo Isu tentang diperlukannya Perda tentang ciri khas bangunan di Solo, merupakan sebuah fenomena yang menarik dan wujud perhatian
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN BAGI KEPALA DAERAH DAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PENGELOLA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN BAGI KEPALA DAERAH DAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PENGELOLA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH 2016 KATA PENGANTAR Dalam rangka
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi
Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi
Lebih terperinciPROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT JUDUL PENGABDIAN : PENDAMPINGAN MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DAN KIRMIR SUNGAI CIHALARANG KEL.SUKAPADA KEC. CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG LOKASI KEGIATAN :
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran
Lebih terperinciKonsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya Rivina Yukeiko
Lebih terperinciKAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama
Lebih terperinciMatrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah
Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah Faktor Internal Faktor Eksternal Opportunnity (O) 1. Adanya rencana Bappeko dalam pengembangan Kalimas sebagai kawasan berbasis waterfront city. (O1) 2. Kebijakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan
25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia disamping sebagai pusat kegiatan Pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga sekaligus merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1. 1 Haryoto Kunto, hal 82 2 Tim Telaga Bakti, hal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk hidup, memiliki sifat yang khas yaitu selalu bergerak dari satu tempat ke tempat yang lainnya sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk memenuhi
Lebih terperinciKKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI IV Kampus Pusat Universitas Teknologi Yogyakarta Yogyakarta, 5 April 2007 --- ISBN 978-979-1334-20-4 PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RP
TUGAS AKHIR RP09 1333 KONSEP PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PELIBATAN MASYARAKAT DI PERKOTAAN KABUPATEN JEMBER Moh Rizal Rizki (3610100043) Dosen Pembimbing : Rully Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc Dosen
Lebih terperinci