BAB III METODE PENELITIAN. Kota dengan menganalisis pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Kota dengan menganalisis pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada dampak program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan Kota dengan menganalisis pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota dan bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat dengan menganalisis pendapatan masyarakat sebelum memperoleh bantuan program dana bergulir dan pendapatan masyarakat sesudah memperoleh bantuan program dana bergulir Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota, yang terdiri dari 12 (duabelas) Kelurahan, yaitu Pasar Baru, Pusat Pasar, Sei Rengas I, Mesjid, Pandau Hulu I, Kotamatsum III, Pasar Merah Barat, Teladan Timur, Teladan Barat, Sitirejo I, Sudirejo I, dan Sudirejo II. Pemilihan Kecamatan Medan Kota sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan agar hasil penelitian ini berupa dampak dana bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat dapat digunakan sebagai informasi dalam pengelolaan dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Medan.

2 3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekuner. Data primer diperoleh melalui serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden baik yang berbentuk kuisioner maupun wawancara. Data sekunder, diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan serta data yang bersumber dari instansi terkait yang mendukung dalam penelitian ini Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kepala keluarga (KK) yang memperoleh program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota yaitu KK. Sampel responden ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiyono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 sampai 500. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel penelitian sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK) yang memperoleh program dana bergulir, dengan alasan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang. Populasi dan sampel pada masing-masing kelurahan disajikan pada Tabel 3.1. Sampel responden diambil secara proporsional pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Medan Kota dan pengambilan sampel responden dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja). Purposive sampling merupakan metode penetapam sampel berdasarkan kriteria tertentu, yang dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memperoleh bantuan dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.

3 Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Responden No Kelurahan Populasi Sampel Siti Rejo I Sudi Rejo II Sudi Rejo I Teladan Tomur Teladan Barat Pasar Merah Barat Mesjid Kota Matsum III Sei. Rengas I Pasar Baru Pusat Pasar Pandau Hulu I /1687 x 100 = /1687 x 100 = /1687 x 100 = /1687 x 100 = 7 120/1687 x 100 = /1687 x 100 = 8 235/1687 x 100 = 8 110/1687 x 100 = 7 94/1687 x 100 = 5 63/1687 x 100 = 6 90/1687 x 100 = 6 105/1687 x 100 = 4 Jumlah Analisis Data 1. Untuk menguji perumusan masalah pertama pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskriptikan kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Medan Kota. 2. Untuk menguji perumusan masalah kedua dan hipotesis dampak program bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan Kota, dalam hal ini pendapatan masyarakat menggunakan uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), dengan rumus yang digunakan adalah : t = S 2 x 1, i x 2i 1 1 p + n1 n2

4 Dimana : t x 1, 1 = uji beda = Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum memperoleh program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2009 x 2, 1 = Rata-rata pendapatan masyarakat sesudah memperoleh program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2011 n 1 = Jumlah responden sebelum program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan n 2 = Jumlah responden sesudah program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan s 2 p = Simpangan Baku berpasangan Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), yaitu membandingkan nilai thitung dengan nilai t tabel : Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5% Ho ditolak (Ha diterima) jika thitung > t tabel pada α = 5% 3.6. Definisi Variabel Operasional 1. Program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program penanggulan kemiskinan perkotaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan Medan Kota. 2. Dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan merupakan pinjaman bergulir yang diberikan kepada masyarakat yang memiliki usaha

5 3. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yang dijalankan Pemerintah Kecamatan Medan Kota sesuai dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan. 4. Prosedur merupakan suatu tahapan pekerjaan melibatkan beberapa orang dalam satu kegiatan yang dibuat untuk menjamin kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah. 5. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. 6. Keberhasilan pelaksanaan program dan bergulir PNPM Mandiri Perkotaan diukur dari tepat waktu, tepat sasaran, tepat jadwal dan partisipasi. 7. Kesejahteraan masyarakat merupakan kondisi pendapatan masyarakat 8. Pendapatan masyarakat adalah pendapatan rata-rata kepala rumah tangga sebelum dan sesudah ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan (rupiah/bulan).

6 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km 2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Di samping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka : Kabupaten Deli Serdang : Kabupaten Deli Serdang : Kabupaten Deli Serdang Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasn dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasn langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli

7 Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerahdaerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (eksporimpor). Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasn langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2010 telah mencapai jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional. Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang memiliki kemajemukan meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat. Kehidupan yang penuh kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan harmonis yang dilandasi rasa

8 kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki rasa kekeluargaan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat Kota Medan memiliki sifat keterbukaan dan siap menerima perubahan konstruktif dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui ada peningkatan jumlah penduduk Kota Medan pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun Tabel 4.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun Tahun Jumlah Penduduk (Orang) Laju Pertumbuhan penduduk (%) , , , , * ,55 Sumber : BPS Kota Medan, 2011 Keterangan : * Hasil Sensus 2010 Kota Medan Jumlah penduduk Kota Medan meningkat dari jiwa pada tahun 2006 menjadi jiwa pada tahun 2007 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,77%. Pada tahun 2008 penduduk Kota Medan berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa pada tahun 2009 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,90%. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota Medan menurun menjadi jiwa atau menurun sebesar -0,55% dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laju pertumbuhannya, penduduk Kota Medan mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tingkat kelahiran, kematian dan arus urbanisasi.

9 Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan di Kota Medan Tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Jumlah dan Persentase Luas wilayah dan Penduduk Kota Medan untuk Tahun 2010 Berdasarkan Kecamatan No Luas Wilayah (km 2 Jumlah Penduduk ) Kecamatan (orang) Luas (km 2 ) % Jlh (orang) % 1. Medan Tuntungan 20,68 7, ,30 2. Medan Johor 12,81 4, ,48 3. Medan Amplas 14,58 5, ,43 4. Medan Kota 11,19 4, ,60 5. Medan Area 9,05 3, ,15 6. Medan Kota 7,99 3, ,97 7. Medan Maimun 5,27 1, ,73 8. Medan Polonia 5,52 2, ,52 9. Medan Baru 5,84 2, , Medan Selayang 9,01 3, , Medan Sunggal 2,98 1, , Medan Helvetia 15,44 5, , Medan Petisah 13,16 4, , Medan Barat 6,82 2, , Medan Timur 5,33 2, , Medan Perjuangan 7,76 2, , Medan Tembung 4,09 1, , Medan Deli 20,84 7, , Medan Labuhan 36,67 13, , Medan Marelan 23,82 8, , Medan Belawan 26,25 9, ,56 Jumlah 265, Sumber : Sensus Penduduk Kota Medan Tahun 2010 Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa luas wilayah Kecamatan Medan Kota seluas 7,99 km 2 (3,01%) dari luas wilayah Kota Medan dan jumlah penduduk orang (3,97%) dari jumlah penduduk Kota Medan.

10 Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan dari tahun ke tahun maka rasio kepadatan penduduk Kota Medan juga mengalami peningkatan dikarenakan luas wilayah Kota Medan yang tidak mengalami perubahan (tetap). Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun Tahun Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km , , , , , Sumber : BPS Kota Medan, 2011 Rasio kepadatan penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari jiwa/km 2 pada tahun 2006 menjadi jiwa/km 2 pada tahun Pada tahun 2008 kepadatan penduduk Kota Medan jiwa/km 2 meningkat menjadi jiwa/km 2 2 ) pada tahun 2009 dan menurun menjadi jiwa/km 2 pada tahun Dilihat dari rasio kepadatan penduduk tersebut maka kepadatan penduduk Kota Medan relatif termasuk tinggi sehingga untuk masa mendatang menjadi salah satu tantangan demografi yang harus diantisipasi. Oleh karena itu, kecenderungan semakin menyempitnya luas lahan berpeluang terjadinya ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari aktifitas perekonomian masyarakat di suatu daerah, disamping juga dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Berdasarkan indikator PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode menunjukkan perlambatan yang

11 berarti. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 6,98%. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat menjadi sebesar 7,78%, pada tahun 2008 menurun menjadi 6,89%, dan seiring dengan kecenderungan global/regional yang mempengaruhinya pada tahun 2009 terjadi penurunan kembali menjadi sebesar 6,55%. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kota Medan kembali meningkat menjadi sebesar 7,16%. Selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan sebesar 7,07% per tahun dan relatif masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,66%. Selanjutnya apabila dianalisis secara sektoral, perlambatan ekonomi Kota Medan umumnya terjadi pada sektor pertanian yang turun dari 3,89% pada tahun 2008 menjadi 0,70% pada tahun 2010, diikuti sektor bangunan yang turun dari 8,07% pada tahun 2008 menjadi 6,85% pada tahun 2010, sektor pengangkutan dan komunikasi yang turun dari 8,15% pada tahun 2008 menjadi 6,98% pada tahun 2010, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dari 10,31% tahun 2008 menjadi 8,75% pada tahun Tabel 4.4. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%) Pertanian 3,89 4,18 0,70 2. Pertambangan & Penggalian -13,64 0,00-3,51 3. Industri Pengolahan 3,91 1,71 4,37 4. Listrik, Gas dan Air Minum 4,52 5,06 7,04 5. Bangunan 8,07 8,22 6,85 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,60 8,47 8,62 7. Pengangkutan & Komunikasi 8,15 9,22 6,98 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,31 2,92 8,75 9. Jasa-Jasa 7,08 7,42 7,08 PDRB 6,89 6,55 7,16 Sumber : BPS Kota Medan, 2011

12 Sementara itu, sektor ekonomi yang tumbuh secara signifikan yaitu sektor pertambangan dan penggalain yang meningkat dari -13,64% pada tahun 2008 menjadi - 3,51% pada tahun Sektor industri pengolahan meningkat dari 3,91% pada tahun 2008 menjadi 4,37% pada tahun Sektor listrik, gas dan air minum yang tumbuh dari 4,52% pada tahun 2008 menjadi 7,04% pada tahun Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh dari 5,60% pada tahun 2008 menjadi 8,62% pada tahun Meningkatnya sektor ekonomi tersebut terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berimbas kepada kebutuhan utama sehari-hari seperti listrik, gas dan air minum. Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku. Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Medan relatif tidak mengalami pergeseran selama periode Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Selanjutnya sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa Sedangkan

13 sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian. Apabila dianalisis lebih jauh, struktur perekonomian Kota Medan menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer cenderung semakin menurun selama periode , yakni dari 2,34% pada tahun 2008 menjadi 2,15% di tahun 2010 atau turun sebesar 0,19%. Begitupun kontribusi sektor sekunder yang mengalami penurunan sebesar 0,89% dari 26,84% pada tahun 2008 menjadi 25,95% di tahun Namun untuk kontribusi sektor tersier menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama periode tersebut yakni dari 70,82% pada tahun 2008 menjadi 71,90% pada tahun 2010 atau mengalami peningkatan sebesar 1,08%. Tabel 4.5. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) Primer 2,34 2,29 2,15 Pertanian 2,34 2,29 2,15 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 2. Sekunder 26,84 26,34 25,95 Industri Pengolahan 14,39 13,73 13,38 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,41 1,39 1,39 Bangunan 11,04 11,21 11,18 3. Tersier 70,82 71,37 71,90 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 25,93 26,40 26,76 Pengangkutan dan Komunikasi 20,04 20,54 20,51 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 14,62 14,12 14,33 Jasa-Jasa 10,23 10,31 10,30 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Medan, 2011 Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa struktur atau pola perekonomian Kota Medan telah bergeser dari sektor pertanian (agraris) ke sektor sekunder atau

14 sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan. Hal ini sejalan dengan fenomena di daerah perkotaan dimana mata pencaharian penduduk mengarah kepada sektor-sektor non agraris. Gejala ini bisa dipahami karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan merupakan barang berharga dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri, pertokoan ataupun permukiman. Perkembangan PDRB perkapita kecamatan-kecamatan di Kota Medan selama periode tahun dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun (Jutaan Rupiah) No Kecamatan * Ratarata 1 Medan Tuntungan 4,26 4,49 4,71 4,99 5,34 4,76 2 Medan Johor 3,53 3,74 3,94 4,21 4,47 3,98 3 Medan Amplas 6,64 7,01 7,42 7,92 8,54 7,51 4 Medan Denai 2,69 2,91 3,06 3,25 3,42 3,07 5 Medan Area 5,03 5,51 5,92 6,26 6,74 5,89 6 Medan Kota 17,05 18,13 19,09 20,35 25,25 19,97 7 Medan Maimun 29,56 27,05 29,30 30,83 33,32 30,01 8 Medan Polonia 55,88 60,78 64,87 69,29 74,34 65,03 9 Medan Baru 27,09 28,79 30,69 32,20 34,55 30,66 10 Medan Selayang 4,11 4,29 4,56 4,82 5,21 4,60 11 Medan Sunggal 8,16 8,64 9,05 9,40 10,07 9,06 12 Medan Helvetia 8,81 9,26 9,78 10,35 11,09 9,86 13 Medan Petisah 20,94 22,46 23,74 25,44 27,28 23,97 14 Medan Barat 69,86 76,46 80,95 82,97 88,66 79,78 15 Medan Timur 16,68 18,33 19,39 20,77 22,26 19,49 16 Medan Perjuangan 2,93 3,12 3,28 3,52 3,75 3,32

15 17 Medan Tembung 3,85 4,11 4,30 4,61 4,91 4,36 18 Medan Deli 25,20 26,54 28,20 30,38 32,64 28,59 19 Medan Labuhan 2,30 2,31 2,43 2,58 2,81 2,49 20 Medan Marelan 1,73 1,82 1,89 1,98 2,10 1,90 21 Medan Belawan 19,23 20,69 22,60 22,60 24,02 21,83 Kota Medan 13,17 14,09 14,93 15,76 16,89 14,97 Sumber : PDRB Kota Medan Perkecamatan Tahun 2011 Keterangan : * Angka Sementara (Laporan Bappeda Kota Medan) Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa selama periode tahun kecamatankecamatan yang memiliki rata-rata PDRB perkapita terbesar adalah Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Kota, dan Kecamatan Medan Timur hal ini disebabkan kecamatan-kecamatan tersebut memiliki PDRB besar dan memiliki jumlah penduduk yang sedikit. Sedangkan kecamatan-kecamatan yang memiliki PDRB perkapita terendah adalah Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Tembung, hal ini disebabkan kecamatan-kecamatan tersebut memiliki PDRB rendah dan jumlah penduduk yang besar. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Kota memiliki PDRB perkapita terbesar kedelapan dari kecamatan yang ada di Kota Medan. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan jumlah penduduk miskin di Kota Medan dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Kota memiliki IPM 86,00 dan jumlah penduduk miskin sebanyak orang, yang berada pada urutan 17 (tujuh belas) berdasarkan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di Kota Medan, yang disajikan pada Tabel 4.7.

16 Tabel 4.7. IPM dan Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Di Kota Medan Tahun 2010 No. Kecamatan IPM Penduduk Miskin 2007/2009 Jiwa KK 1. M. Tuntungan 75,0* M. Johor 68, M. Amplas 74,5* M. Kota 72,2* M. Area 82,4* M. Kota 86, M. Maimun M. Polonia 84,6* M. Baru 83,0* M. Selayang 71,4* M. Sunggal M. Helvetia 74, M. Petisah M. Barat 89,9* M. Timur 79,6* M. Perjuangan 75, M. Tembung 69,6* M. Deli 67, M. Labuhan 65, M. Marelan 62, M. Belawan 58, Kota Medan Sumber : Laporan Program Kerja Pembangunan Kota Medan Bidang Ekonomi Tahun Gambaran Umum PNPM Mandiri Perkotaan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini termasuk salah satu program strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar

17 dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Visi kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah terciptanya masyarakat yang berdaya yang mampu menjalin sinergi dengan pemerintah daerah serta kelompok peduli setempat dalam rangka menanggulangi kemiskinan dengan efektif, secara mandiri dan berkelanjutan. Sedangkan misi kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah memberdayakan masyarakat perkotaan, terutama masyarakat miskin, untuk menjalin kerjasama sinergis dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli lokal dalam upaya penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, dan melembagakan budaya kemitraan antar pelaku pembangunan. Dari visi dan misi tersebut dapat kita pahami bahwa pengembangan kapasitas merupakan salah satu aspek dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk mencapai tujuan utama yaitu menanggulangi kemiskinan. Tujuan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah: a. Mewujudkan masyarakat Berdaya dan Mandiri, yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri b. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kemitraan dengan masyarakat dan kelompok peduli setempat

18 c. Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk optimalisasi penanggulangan kemiskina d. Meningkatkan capaian manfaat bagi masyarakat miskin untuk mendorong peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs Sasaran pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah: a. Terbangunnya lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM) yang aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat b. Tersedianya PJM Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan c. Meningkatnya akses terhadap pelayanan kebutuhan dasar bagi warga miskin dalam rangka meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran MDGs Pendekatan yang digunakan dalam pencapaian tujuan dari pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut: a. Melembagakan pola pembangunan partisipatif yang berorientasi masyarakat miskin dan berkeadilan, melalui pembangunan lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM) yang representatif, akuntabel, dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan dan Perencanaan Partisipatif dalam menyusun PJM-Pronangkis berbasis pada peningkatan IPM MDGs

19 b. Menyediakan stimulan BLM secara transparan untuk mendanai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan membuka kesempatan kerja, melalui pembangunan sarana/prasarana lingkungan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pengembangan ekonomi lokal dengan prasyarat tertentu, memperkuat keberlanjutan program dengan menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat melalui proses penyadaran kritis, partisipatif, pengelolaan hasil-hasilnya, dan lainnya c. Meningkatkan kemampuan perangkat pemerintah dalam perencanaan, penganggaran, dan pengembangan paska program d. Meningkatkan efektifitas perencanaan dan penganggaran yang lebih berorientasi pada masyarakat miskin dan berkeadilan Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan melalui suatu lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya disebut Lembaga Keswadayaan Masyarakat (secara generik disebut Badan Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM), yang dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial (social capital) kehidupan masyarakat. BKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.

20 BKM bersama masyarakat bertugas menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (yang kemudian lebih dikenal sebagai PJM Pronangkis) secara partisipatif, sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM- BKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli setempat. BKM memiliki unit pelaksana di bawahnya, yaitu Unit Pelaksana Sosial, Unit Pelaksana Lingkungan dan Unit Pelaksana Keuangan. Unit-unit pelaksana ini berada di bawah BKM dan bertanggung jawab kepada BKM. BKM juga bertanggungjawab untuk menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan khususnya dan pembangunan masyarakat kelurahan pada umumnya. Lembaga-lembaga partisipatif lainnya yaitu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), yang dibentuk di tingkat komunitas atau masyarakat untuk melakukan agenda kegiatan secara langsung. KSM ini dapat dibentuk oleh siapa saja atau kelompok masyarakat apabila diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu yang dianggap perlu bagi pembangunan dalam komunitas tersebut. KSM ini diorganisasikan oleh tim relawan dan dibantu oleh tim fasilitator terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan kebersamaan (common bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan bersama. KSM ini bukan hanya sekedar pemanfaat pasif melainkan sekaligus sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan penangulangan

21 kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM melalui berbagai dana yang mampu digalang Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota Keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota dapat dilihat dari prosedur yang dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) di Kecamatan Medan Kota juga dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti proses pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) adalah pertemuan anggota masyarakat. Pertemuan ini secara substantif bertujuan untuk memasyarakatkan PNPM-MP dan menggalang partisipasi masyarakat. Dalam pertemuan ini dikenalkan prinsip dan nilai/konsep, tujuan, maksud, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan PNPM-MP, serta peran masyarakat dan hal ihwal lain tentang PNPM-MP. Pertemuan ini semaksimal mungkin dapat dihadiri oleh warga secara lengkap. Sebagaimana disampaikan oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan Medan Kota dalam wawancara dengan penulis pada tanggal 21 Desember 2011 di Kantor Kecamatan dapat disimpulkan bahwa kegiatan rembug ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa menerapkan nilai-nilai kebersamaan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan dengan bantuan orang lain, dan masyarakat sudah merespon dengan baik akan persiapan rembug ini. Akan tetapi sangat disayangkan warga kurang peduli sehingga kesediaan untuk menjadi relawan sangat minim dikarenakan sebagian masyarakat perkotaan yang bersifat individualis, dan aktivitas keseharian yang padat.

22 Materi yang disampaikan dan didiskusikan dalam pertemuan warga antara lain mencakup : 1. Tujuan, maksud dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan PNPM-MP untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. 2. Prinsip-prinsip dan nilai yang ditegakkan PNPM-MP dalam pelaksanaan proyek. 3. Kondisi dan permasalahan umum kelurahan/desa yang dapat diketahui oleh Tim Fasilitator/Kader masyarakat. 4. Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh Tim Fasilitator bersama masyarakat dan kader masyarakat. 5. Fungsi dan peran Kader Masyarakat. 6. Status, fungsi dan peran BKM, KSM dan prinsip-prinsip pembentukannya. 7. Maksud adanya komponen proyek, status, tujuan, sasaran dan persyaratan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan komponen tersebut 8. Mekanisme pelaksanaan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan. 9. Persyaratan yang diperlukan dibangun masyarakat untuk keseimbangan PNPM- MP. 10. Persyaratan yang diperlukan untuk menegakkan kemandirian dan keswadayaan kelembagaan masyarakat. Tujuan pertemuan diatas dimaksud agar masyarakat memahami tentang PNPM- MP, mengetahui peran mereka dan mengetahui koridor dan patokan bertingkah laku dan agar masyarakat memiliki tantangan bersama.

23 Hasil pertemuan ini dicatat oleh Tim Fasilitator untuk dikompilasi dengan pertemuan serupa di Kelurahan. Hasil kompilasi ini dapat dijadikan bahan untuk melakukan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD). Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kegiatan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) dalam pelaksanaan kegiatan PNPM-MP cukup baik, walaupun terdapat kendala seperti yang dikatakan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan Medan Kota. Namun hal ini tidak menjadi penghalang bagi masyarakat untuk melaksanakan dan mensukseskan PNPM-MP Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) adalah pertemuan warga yang sifatnya terarah untuk membahas topik tertentu melalui diskusi kelompok. Dalam PNPM-MP topik-topik ini bersumber dari pertemuan-pertemuan warga yang bersifat umum, misalnya keperluan membuat aturan-aturan untuk memilih warga terpercaya sebagai Pimpinan kolektif BKM, atau topik pemetaan potensi secara swadaya dan Refleksi Kemiskinan yang telah terdapat dalam agenda pelaksanaan PNPM-MP. Menurut hasil wawancara dengan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan Medan Kota pada Tanggal 21 Desember 2011, disebutkan bahwa Focussed Group Discussion (FGD) merupakan kegiatan untuk membangun kesadaran masyarakat mengenai kemiskinan dalam kaitannya dengan pola perilaku dan pola pikir sehari-hari masyarakat setempat, bagaiamana pelaksanaan PNPM-MP seharusnya, serta mengajak masyarakat miskin bersama komponen masyarakat lainnya untuk

24 memanfaatkan PNPM-MP untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang akan dilakukan bersama-sama. Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa FGD ini sangat berguna dalam pelaksanaan PNPM-MP, dimana kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya pemberantasan kemiskinan dapat dimunculkan melalui kegiatan ini Pemetaan Swadaya Pemetaan swadaya merupakan proses identifikasi masalah atau kebutuhan yang terkait dengan refleksi kemiskinan dengan cara menggali informasi, kondisi nyata dari identifikasi permasalahan yang ada, merumuskan masalah yang telah ditemukan, kemudian dianalisis dan dikelompokkan hubungan sebab-akibatnya. Sebagai pembelajaran dalam menggali persoalan, potensi dan kebutuhan masyarakat, Pemetaan Swadaya memiliki beberapa substansi pesan yang penting untuk diketahui, diantaranya: a. Masyarakat belajar memahami masalah-masalah kemiskinan dan potensi, baik SDM maupun kemampuan ekonomis, serta kemungkinan perkembangannya secara utuh; b. Masyarakat belajar menyusun gambaran kondisi masyarakat dan wilayahnya saat ini serta gambaran yang diharapkan; c. Masyarakat belajar melihat peluang untuk dapat menggali potensi dari masyarakat sendiri dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan dan kemiskinan dalam kelurahannya; d. Masyarakat belajar untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya daripada tergantung pada bantuan atau sumber daya dari luar.

25 Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemetaan swadaya ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, dimana masyarakat memperoleh pembelajaran dan penyadaran tentang keadaan kehidupan dan kondisi lingkungan yang dihadapinya, sehingga diharapkan tumbuh kepedulian terhadap warga sekitar dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang ada Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) merupakan susunan program untuk menanggulangi kemiskinan dalam jangka menengah (periode 1-3 tahun). Selanjutnya dalam program penanggulangan kemiskinan ini merupakan rencana induk bagi Kelurahan dan menjadi acuan bagi BKM untuk merencanakan dan melaksanakan rencana tersebut dalam kegiatan tahunan. Upaya menanggulangi kemiskinan khususnya di Kecamatan Medan Kota oleh pihak manapun tanpa dilandasi dengan perencanaan program yang jelas diyakini tidak akan membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan warga. Menyadari benar betapa pentingnya perencanaan atau program dimaksud, maka masyarakat masing-masing Kelurahan melalui koordinir BKM sebagai wadah masyarakat dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang ada menyusun Program Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis). Berdasarkan wawancara dengan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan Medan Kota dikatakan bahwa tim inti penyusunan PJM Pronangkis Kelurahan terdiri dari tim Pemetaan Swadaya, Relawan dan anggota BKM. Isi PJM Pronangkis ini diantaranya adalah dokumen strategi penanggulangan kemiskinan di

26 tiap-tiap Kelurahan, Rencana Jangka Menengah penanggulangan kemiskinan dalam jangka waktu 3 tahun serta Rencana Tahunan (Renta) yang berisi rencana detail tahunan pada tahunan pertama, tahun kedua dan tahun ketiga. Lebih lanjut dikemukakan bahwa PJM Pronangkis dan Renta Pronangkis diusulkan tidak semata-mata dipandang sebagai prasyarat untuk memperoleh dana bantuan PNPM-MP, melainkan sebagai media pembelajaran masyarakat untuk menyusun program bersama. Selain itu penyusunan benar-benar didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dengan mempertimbangkan hasil Pemetaan Swadaya, rencana program Kelurahan serta kebijakan Pemerintah Kecamatan Medan Kota maupun Pemerintah Kota Medan. Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan PJOK dapat disimpulkan bahwa PJM Pronangkis disusun dari, oleh dan untuk masyarakat berbasis data/informasi yang berhasil dihimpun melalui pemetaan swadaya yang disusun secara partisipatif dilandaskan pada komitmen: kejujuran, keterbukaan serta kedekatan pencapaian tujuan, memahami dan dapat menerima perbedaan pendapat, menerima kekurangan pihak lain dan menghormati keputusan kolektif Mekanisme Penyaluran Dana dan Pemanfaatan Bantuan Proses turunnya bantuan PNPM-MP disalurkan oleh pemerintah ke masyarakat melalui BKM berdasarkan prosedur administrasi yang telah ditetapkan. Untuk selanjutnya BKM/UPK dapat menyalurkan dana tersebut kepada KSM-KSM serta masyarakat. Prinsip yang harus dipatuhi dalam proses penyaluran ini adalah apabila KSM/masyarakat telah dapat menunjukkan komitmen, kesiapan dan kemampuan dalam

27 melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Proses pencairan dana dalam kegiatan PNPM-MP harus lancar, tertib administrasi dan transparan. Hal ini mutlak sebagai motivasi bagi masyarakat yang akan memanfaatkan dana ini. Bagaimana mungkin aparat pelaksana dapat menuntut masyarakat untuk mengembalikan dana sesuai dengan waktu dan ketentuan, jujur dalam memanfaatkan dana dan sebagainya sementara proses pencairan dana ke KSM dari BKM berjalan dengan tidak baik. Pencairan Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) PNPM-MP diturunkan oleh pemerintah kepada masyarakat selaku pelaksana kegiatan di lapangan melalui BKM yang telah dibentuk berdasarkan prosedur serta persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk selanjutnya BKM/UPK dapat menyalurkan dana tersebut kepada KSM-KSM serta masyarakat. Dalam hal ini masyarakat harus menunjukkan komitmen, kesiapan dan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan. KSM dapat memanfaatkan dana yang telah diterima berdasarkan usulan kegiatan yang telah dibuat. Pada tahap inilah, masyarakat harus dapat membuktikan komitmen dan kapasitasnya dalam memperbaiki kesejahteraannya serta menanggulangi masalah kemiskinan. Penyaluran dana ke KSM telah cukup melibatkan masyarakat, dalam arti masyarakat sudah mengetahui adanya dana bantuan PNPM-MP yang akan disalurkan pada KSM karena anggota dari KSM merupakan masyarakat setempat. Dana yang

28 diberikan juga harus tepat sasaran dan dalam penggunaan dana BLM tersebut sesuai dengan program kegiatan yang diajukan oleh KSM. Untuk lebih jelasnya mengenai mekanisme pencairan bantuan PNPM-MP dari Pemerintah kepada masyarakat dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini: Di Tingkat Masyarakat Lokasi Penerima Bantuan 1. Peta Kemiskinan dan PJM Pronangkis (Hasil Perencanaan Partisipatif) telah disebarluaskan oleh BKM dan dipahami seluruh masyarakat kelurahan sasaran 2. Kader Masyarakat melakukan pendampingan keluarga miskin atau kelompok marjinal atau anggota KSM(isyu kritis mengenai Refleksi Ekonomi Rumah Tangga, Mawas Diri Lingkungan, Kajian Hygiens) Masyarakat atau anggota mengajukan usulan ke KSM Di Tingkat Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 4. Musyawarah KSM membahas, menyempurnakan dan menyepakati usulan seluruh anggota untuk dijadikan usulan KSM 5. Pengajuan usulan kegiatan Di Tingkat Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) 6. Penilaian kelayakan teknis, lingkungan dan keuangan oleh UPK serta verifikasi hasil penilaian kelayakan oleh KMW 7. Rapat anggota BKM untuk menetapkan prioritas usulan-usulan kegiatan KSM (BAPPUK) dan pendanaannya 8. Penyebarluasan BAPPUK dan rincian kegiatan kepada masyarakat, lurah, KMW, PJOK dan pihak terkait lainnya 9. Penandatanganan akad kredit antara UPK dengan KSM dan Pencairan dana BLM dari UPK ke KSM Sumber: Pedoman Teknis PNPM Mandiri Perkotaan Gambar 4.2. Mekanisme Penyaluran Dan Pencairan Dana Oleh BKM/UPK Proses pencairan dana berlangsung dalam tiga tahap. Pencairan tahap pertama adalah sebanyak 20% dilakukan setelah terbentuknya BKM dan penandatanganan

29 Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan BLM BKM (SPPB BLM BKM) ditandatangani oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan dan Koordinator BKM. Pencairan tahap kedua adalah sebanyak 50% dilakukan apabila: sekurangkurangnya 90% dana tahap I telah disalurkan kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), pencapaian kinerja pelaksanaan kegiatan sebelumnya telah diverifikasi oleh KMW dan PJOK, telah disetujui proposal kegiatan KSM untuk penyerapan dana tahap II dan telah direkomendasikan KMW untuk memperoleh pencairan tahap II. Pencairan tahap II dilakukan paling cepat 1,5 bulan setelah pencairan dana tahap I. Pencairan tahap III yaitu sebanyak 30% dilakukan apabila BKM telah mampu menunjukkan potensi keberlanjutan dana, kelembagaaan dan kegiatannya. Pencairan tahap III dilakukan paling cepat 1,5 bulan setelah pencairan dana tahap II. Berdasarkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota dilihat dari prosedur yang dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) di Kecamatan Medan Kota menunjukkan bahwa kegiatan pelaksanaan yang dilakukan oleh PJOK Kecamatan Medan Kota dari proses yang dilakukan oleh PJOK seperti : Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD), Pemetaan Swadaya, Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) dan Mekanisme Penyaluran Dana dan Pemanfaatan Bantuan telah sesuai dengan prosedur Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberian bantuan program dana bergulir PNPM Mandiri dan menunjukkan adanya tepat waktu (pemberian dana bergulir sesuai

30 dengan waktu yang telah ditentukan bersama antara PJOK dengan BKM dan KSM), tepat sasaran (pemberian dana bergulir sesuai dengan kriteria masyarakat yang memiliki usaha dengan modal yang terbatas), tepat jadwal (pemberian dana bergulir sesuai dengan tahapan pencairan) dan partisipasi masyarakat. Selain itu dalam keberhasilan pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan juga dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti proses pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Partisipasi masyarakat disini dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat secara sadar dan spontan disertai tanggung jawab dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Dalam penelitian ini menunjukkan partisipasi masyarakat selalu ikut lebih dari 50%, sedangkan yang tidak ikut 20%. Berdasarkan hasil penelitian seperti terdapat pada Tabel 4.8 kecenderungan pola partisipasi masyarakat dalam program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan sama. Dimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan menunjukkan pada tingkat selalu ikut yaitu 63,00 persen, dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan menunjukkan pada tingkat selalu ikut yaitu 52,00 persen. Tabel 4.8. Partisipasi Masyarakat dalam Indikator I II terhadap Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan No. Kriteria Selalu ikut Kadang-kadang ikut Tidak Ikut Partisipasi Masyarakat I II F % F % 63 63, , , , , ,00 Jumlah Keterangan :

31 I II = Partisipasi dalam perencanaan program dana bergulir = Partisipasi dalam pelaksanaan program dana bergulir Bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan adalah pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan menerima hasil program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota. Pada tahap perencanaan partisipasi masyarakat dalam bentuk keaktifan warga mengikuti pertemuan, menyampaikan usulan/saran, dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan; pada tahap pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam bentuk pengambilan bantuan program dan bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Dampak PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Kesejahteraan Masyarakat Karakteristik Responden Masyarakat yang menjadi responden penelitian adalah masyarakat yang menerima bantuan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan, berasal dari latar belakang sosial ekonomi, umur dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. a. Umur Responden penelitian umurnya sekitar 25 tahun sampai dengan lebih dari 50 tahun seperti tertera pada Tabel 4.9.

32 Tabel 4.9. Komposisi Umur Responden No Umur Jumlah Responden Persentase (Orang) > Jumlah Sumber : Hasil Analisis, (2011) Distrubisi umur responden masyarakat yang paling besar terdapat pada umur antara 31-5 tahun dan tahun sebanyak masing-masing 25 orang responden (25%) dan 27 orang responden (27%). Sedangkan umur antara tahun dan lebih besar dari 50 tahun masing 8 orang responden (8%) dan 6 orang responden (6%). Beragamnya umur responden menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dan berbagai tingkatan, serta menggambarkan bahwa program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan melibatkan berbagai tingkatan umur. b. Pendidikan Tingkat pendidikan responden penelitian umumnya adalah pendidikan Sekolah Dasar, namun juga dijumpai D1/D3 seperti tertera pada Tabel Tabel Komposisi Pendidikan Responden No Tingkat Jumlah Responden Persentase Pendidikan (Orang) 1. SD SMP SMA DI/DIII/S1 3 3 Jumlah Sumber : Hasil Analisis, (2011)

33 Distrubisi pendidikan responden masyarakat yang paling besar terdapat pada tamatan SMP dan SMA sebanyak masing-masing 38 orang responden (38%) dan 42 orang responden (42%). Sedangkan pendidikan SD sebanyak 17 orang responden (17%) dan pendidikan DI/DIII/S! sebanyak 3 orang responden (3%). Beragamnya pendidikan responden menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dan berbagai tingkatan pendidikan. c. Jenis Kelamin Jenis kelamin responden penelitian umunya adalah laki-laki dan ada juga perempuan seperti tertera pada Tabel Tabel Komposisi Jenis Kelamin Responden No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (Orang) 1. Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Hasil Analisis, (2011) Distrubisi jenis kelamin responden masyarakat yang paling dominan adalah laki-laki sebanyak 63 orang responden (63%), sedangkan perempuan sebanyak 37 orang responden (37%). Adanya responden perempuan menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dari gender laki-laki dan perempuan, dan menggambarkan bahwa program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan melibatkan gender laki-laki dan perempuan. d. Pekerjaan Pekerjaan responden penelitian umunya berjualan seperti tertera pada Tabel

34 Tabel Komposisi Pekerjaan Responden No Pekerjaan Jumlah Responden (Orang) Persentase 1. Jualan Gorengan 15 15, Jualan Air Tebu Jualan Sarapan Kedai Sayuran/Ikan Warung Nasi Jualan Bakso Jualan Pecal ,00 19,00 14,00 16,00 18,00 12,00 Jumlah Sumber : Hasil Analisis, (2011) Pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa pekerjaan responden masyarakat umumnya berjualan yang terdiri dari beberapa jenis usaha jualan, yaitu jualan gorengan sebanyak 15 orang responden (15%), jualan air tebu sebanyak 6 orang responden (6%), jualan sarapan sebanyak 19 orang responden (19%), jualan kedai sayuran/ikan sebanyak 14 orang responden (14%), warung nasi sebanyak 16 orang responden (16%), jualan bakso sebanyak 18 orang responden (18%) dan jualan pecal sebanyak 12 orang responden (12%). Beragamnya jenis usaha kegiatan jualan yang memperoleh program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan menunjukan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan telah memberikan program bantuan dana terhadap beragam jenis usaha Pendapatan Masyarakat Untuk dapat menganalisa dampak program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat maka seperti telah dirumuskan pada kerangka konsep/pemikiran penelitian bahwa program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan berdampak positif terhadap pendapatan masyakarat. Untuk menguji dampak program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat

35 adalah dengan membandingkan tingkat pendapatan pada dua keadaan yang berbeda yaitu pada saat sesudah ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan dan sebelum ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan mempunyai dampak terhadap pendapatan masyarakat apabila ada perbedaan rata-rata pendapatan masyarakat sesudah ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan dan sebelum ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Hasil penelitian pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada Tabel Tabel Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah ada Bantuan Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Berdasarkan Harga Berlaku (Rp/bulan) Pendapatan Berdasarkan Harga Berlaku No Sebelum ada Bantuan PNPM Tahun 2009 Sesudah ada Bantuan PNPM Tahun

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi suatu negara, hal ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Oktober 2010 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN. Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara. Karo, 02 Juni 2007

HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN. Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara. Karo, 02 Juni 2007 Karo, 02 Juni 2007 HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara Kemiskinan. Kata yang sangat sederhana, namun mengandung arti yang sangat dalam.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian dari wilayah pantai timur Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 2 57-3

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terlebih dahulu memerlukan berbagai usaha yang konsisten dan terus menerus dari seluruh stakeholders

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

PROFIL BKM/LKM HARAPAN SEJAHTERA

PROFIL BKM/LKM HARAPAN SEJAHTERA PROFIL BKM/LKM HARAPAN SEJAHTERA BKM HARAPAN SEJAHTERA Nama BKM/LKM Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi : HARAPAN SEJAHTERA : Patumbak Dua : Patumbak : Deli Serdang : Sumatera Utara A. Kondisi Umum dan Geografis

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

a. Gambaran Umum Kelurahan Tanjung Mulia Hilir

a. Gambaran Umum Kelurahan Tanjung Mulia Hilir 1 LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN DI MEDAN TIM KAJIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF (PJM PRONANGKIS) A. RINGKASAN HASIL SANGAT SEMENTARA (1) Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Medan memiliki luas 26.510 Ha (3,6% dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

PROFIL BKM/LKM ANDESPA

PROFIL BKM/LKM ANDESPA PROFIL BKM/LKM ANDESPA BKM ANDESPA Nama BKM/LKM Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi : ANDESPA : Patumbak Satu : Patumbak : Deli Serdang : Sumatera Utara A. Kondisi Umum dan Geografis Desa Patumbak Satu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kondisi Umum Kota Medan Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan

Lebih terperinci

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota

Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Dalam bab ini akan diuraikan tentang profil Kota Medan, profil Bappeda Kota Medan, serta uraian isi dari Peraturan daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari struktur keseluruhan LPPD Kota Medan Tahun 2008, dipandang perlu menyajikan terlebih dahulu dasar hukum pembentukan Kota Medan sebagai daerah

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM Universitas Indonesia 112 Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Indikator Kinerja BKM 113 114 115 116 117 118 119 Lampiran 2. Contoh Kuitansi Penerimaan Angsuran 120 Lampiran 3. Laporan Perhitungan Tingkat Pengembalian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010 1 P a g e Periode tahun 2011 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Belajar melakukan perbaikan sikap dan perilaku Belajar merubah cara pandang terhadap persoalan kemiskinan dan pemecahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN Dulunya, kabupaten Asahan meliputi daerah kabupaten Batu Bara, Pemko Tanjung Balai dan kabupaten Asahan sendiri. Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin

Lebih terperinci

PROFIL BKM/LKM SERUAI

PROFIL BKM/LKM SERUAI PROFIL BKM/LKM SERUAI BKM SERUAI Nama BKM/LKM Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi : SERUAI : Patumbak Kampung : Patumbak : Deli Serdang : Sumatera Utara A. Kondisi Umum dan Geografis Desa Patumbak Kampung

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Oktober 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT) Desember 2010 1 P a g e I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK PEMANFAATAN BLM (BANTUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci