KATA PENGANTAR. Makassar, 30 Juni Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Makassar, 30 Juni Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan Kota Makassar disusun setiap tahunnya guna memberikan gambaran situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kota Makassar sekaligus sebagai tolak ukur dalam melakukan evaluasi terhadap hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan. Profil Kesehatan ini memuat berbagai data dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan selama satu tahun dari berbagai program di lingkup Dinas Kesehatan beserta lintas sektor terkait. Secara umum Profil Kesehatan ini menyajikan data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin. Tersedia data kesehatan yang responsif gender guna mengidentifikasi kondisi, kebutuhan dan persoalan gender terkait akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam implementasi pembangunan bidang kesehatan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 ini masih terdapat berbagai kekurangan. Kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya konstruktif diharapkan guna kesempurnaan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 ini. Terima Kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami haturkan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013, semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Makassar, 30 Juni 2014 Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar dr. Hj. A. Naisyah T. Azikin,M.Kes Pangkat : Pembina Utama Muda NIP : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 i

3 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II. GAMBARAN UMUM... 6 A. KEADAAN PENDUDUK Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Persebaran dan Kepadatan Penduduk Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin B. KEADAAN EKONOMI C. TINGKAT PENDIDIKAN BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian/Mortaliyt Rate B. Indeks Pembangunan Manusia C. Status Gizi D. Angka Kesakitan BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak B. Perbaikan Gizi Masyarakat C. Pelayanan Imunisasi D. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat E. Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal 66 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 ii

4 A. Sarana Kesehatan B. Tempat-Tempat Umum C. Tenaga Kesehatan D. Pembiayaan Kesehatan BAB VI PENUTUP Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 iii

5 DAFTAR TABEL Tabel Hal 1. II.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar dirinci menurut Kecamatan Tahun II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun II.4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun II.5 Perkembangan PDRB Kota Makassar dan Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun II.6 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun II.7 Penduduk 10 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kota Makassar Tahun III.1 10 (Sepuluh) Penyebab Utama Kematian di Kota Makassar Tahun III.2 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar Tahun III.3 Status Gizi Balita per Kecamatan di Kota Makassar Tahun III.4 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita di Kota Makassar Tahun III.5 Pola 10 Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun III.6 Penderita Kasus Baru TB Paru dan yang diobati menurut sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun III.7 Jumlah Penderita Diare Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun V.1 Keadaan Sarana Kesehatan di Kota Makassar Tahun V.2 Realisasi Dana Selain APBD di Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 1. II.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun III.1 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar di Kota Makassar Tahun III.2 Angka Kematian Bayi di Kota Makassar Tahun III.3 Angka Kematian Balita di Kota Makassar Tahun III.4 Angka Kematian Ibu di Kota Makassar Tahun III.5 Usia Harapan Hidup Ibu di Kota Makassar Tahun III.6 Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun III.7 Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun III.8 Kasus Baru HIV-AIDS di Kota Makassar Tahun III.9 Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita di Kota Makassar Tahun III.10 Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta (PB + MB) di Kota Makassar Tahun III.11 Jumlah Kasus Penderita dan Kematian Akibat Diare di Kota Makassar Tahun III.12 Imunisasi Campak di Kota Makassar Tahun III.13 Kasus AFP (Non Polio) di Kota Makassar tahun III.14 Jumlah Kasus dan Kematian Akibat DBD di Kota Makassar Tahun III.15 Jumlah Suspect Flu Burung dan Kematian akibat Flu Burung Kota Makassar Tahun IV.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kota Makassar Tahun IV.2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 v

7 19. IV.3 Cakupan Pemberian Tablet Fe 1 dan Fe 3 Kota Makassar Tahun IV.4 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Anak Balita (12-59 bulan) di Kota Makassar Tahun IV.5 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi (0-6 bulan) di Kota Makassar Tahun IV.6 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Kota Makassar tahun IV.7 Cakupan Imunisasi TT2 + pada Ibu Hamil Kota Makassar Tahun V.1 Jumlah Puskesmas di Kota Makassar Tahun V.2 Posyandu Menurut Strata di Kota Makassar Tahun V.3 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya di Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 vi

8 DAFTAR LAMPIRAN TABEL LAMPIRAN : 1. Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur 3. Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi yang diperoleh Menurut Jenis Kelamin 4. Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 5. Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 6. Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan Puskesmas 7. Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB pada Anak dan Case Notification Rate (CNR) Per Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 8. Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA + Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 9. Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 10. Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 11. Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin 12. Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin 13. Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 14. Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 15. Kasus Baru Kusta 0-14 tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 16. Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 17. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 18. Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 vii

9 19. Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 20. Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 21. Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 22. Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 23. Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 24. Cakupan Pengukuran Tekanan Darah Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 25. Cakupan Pemerikasaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 26. Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan dan Puskesmas 27. Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) 28. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/ Kelurahan yang ditangani <24 Jam 29. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas 30. Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas 31. Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan dan Puskesmas 32. Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet FE1 dan FE3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas 33. Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 34. Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas 35. Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas 36. Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan Puskesmas 37. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 38. Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 viii

10 39. Jumlah Bayi yang diberi Asi Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 40. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 41. Cakupan Desa/ Kelurahan UCI Menurut Kecamatan dan Puskesmas 42. Cakupan Imunisasi DPT, HB dan Campak pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 43. Cakupan Imunisasi BCG dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 44. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 45. Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 46. Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 47. Jumlah Balita ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 48. Cakupan Kasusu Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 49. Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 50. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan Puskesmas 51. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 52. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 53. Jumlah Kegiatan Promosi Kesehatan 54. Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin 55. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan 56. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit 57. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit 58. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas 59. Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 ix

11 60. Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas 61. Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan 62. Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan Puskesmas 63. Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 64. Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas 65. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi 66. Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik 67. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin 68. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan 69. Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I 70. Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas 71. Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan 72. Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan 73. Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan 74. Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan 75. Jumlah Tenaga Kefaramasian Fasilitas Kesehatan 76. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan 77. Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan 78. Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Fasilitas Kesehatan 79. Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Fasilitas Kesehatan 80. Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan 81. Jumlah Tenaga Non-Kesehatan di Fasilitas Kesehatan 82. Anggaran Kesehatan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 x

12 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan : 1) Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5) Manajemen dan informasi kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan. Upaya pemerintah untuk terus memperluas cakupan pembangunan kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, harus disertai upaya mendorong kemandirian individu, keluarga dan masyarakat untuk sehat. Salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Makassar adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu, merata dan terjangkau oleh Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

13 setiap individu, keluarga serta masyarakat, dan membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan privat sektor. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 ini disusun dalam rangka evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2013 dengan mengacu kepada Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta Millenium Development Goal s (MDG s). Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2013 ini, menyajikan bentuk data terpilah menurut jenis kelamin. Bentuk data terpilah ini berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Pengarusutamaan gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui pengintegrasian permasalahan, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki harus dimasukkan ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Data terpilah menurut jenis kelamin atau yang sering disebut data gender sangat penting artinya dalam setiap penyusunan perencanaan kebijakan/program/kegiatan pembangunan. Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas/ angka kematian dan Morbiditas/ angka kesakitan, cakupan indikator-indikator pelayanan kesehatan serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalahmasalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lain-lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, grafik dan data kualitatif. 2. Dasar Penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan yang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

14 pada dikeluarkannya beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturan perundangan Kesehatan antara lain : - Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. - Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. - Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. - Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 837/MENKES/VII/2007 Tentang Pengembangan SIKNAS Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional - Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional - Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan - Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. 3. Sistematika Penyusunan Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun 2013 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Bab II : Gambaran Umum Menyajikan gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dari Kondisi Geografis Wilayah Kota Makassar, keadaan penduduknya meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

15 persebaran penduduk dan Kepadatan penduduk Kota Makassar tahun Bab II ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersamasama dengan kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI), antara lain faktor-faktor kependudukan, kondisi ekonomi, serta tingkat pendidikan di Kota Makassar. Bab III Bab IV Bab V : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi masyarakat. : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), perbaikan gizi masyarakat, imunisasi, pengendalian penyakit,, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan dalam kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya. : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana/fasilitas kesehatan, saranan produksi/distribusi obat Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

16 Bab VI dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. : Penutup Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan dengan pelaksanaan program kesehatan sepanjang tahun 2013 yang dituangkan kedalam Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013, termasuk peluang dan tantangan penyusunannya serta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kota Makassar dalam mewujudkan Visi Makassar Sehat Menuju Kota Dunia serta Misi Mewujudkan Warga Kota Yang Sehat Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

17 BAB II GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat Bujur Timur dan Lintang Selatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 10 meter dari permukaan laut. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km 2 yang terbagi ke dalam 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulau-pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan Pulau Kayangan (terdekat). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

18 A. KEADAAN PENDUDUK Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yang kurang merata serta komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan (RBT). 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2013 tercatat sebesar jiwa (BPS Kota Makassar). Namun untuk penentuan sasaran program kesehatan masih menggunakan jumlah penduduk tahun sebelumnya dikarenakan data penduduk terbaru dari BPS Kota Makassar dirilis pada pertengahan tahun sementara penentuan sasaran ditetapkan di awal tahun. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinya arus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan, disamping karena daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan di Kawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun dapat dilihat pada Tabel II.1. Tabel II.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun Tahun Jumlah Penduduk Kota Makassar Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Laju Pertumbuhan 1,65 1,65 1,78 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

19 Gambar II.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun JUMLAH PENDUDUK 2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran Penduduk Penduduk Kota Makassar pada tahun 2013 sebesar jiwa yang tersebar di 14 kecamatan. Namun persebaran tersebut tidak merata, hal tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap kecamatan, serta kebijakan pemerintah tentang penetapan lokasi pembangunan rumah pemukiman penduduk dan lokasi untuk pengembangan kawasan industri. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Biringkanaya, yaitu sebanyak atau sekitar 12,93 persen dari total penduduk, disusul kecamatan Tamalate sebanyak jiwa (12,92 persen). Kecamatan Rappocini sebanyak jiwa (11,26 persen), dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak jiwa (1,99 persen). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

20 Adapun jumlah penduduk Kota Makassar per wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel II.2 berikut : Tabel II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar Dirinci Menurut Kecamatan Tahun No. Kecamatan JUMLAH PENDUDUK Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea J u m l a h Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata. Dengan jumlah penduduk sebesar jiwa dan luas wilayah 175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) Kota Makassar sebesar jiwa/km 2. Ditinjau dari kepadatan penduduk, kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso ( jiwa per km persegi), kecamatan Mamajang ( jiwa per km persegi). Sedangkan kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

21 terendah yaitu sekitar jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Biringkanaya (3.673 jiwa per km persegi), Manggala (5.089 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (7.934 jiwa per km persegi), kecamatan Panakukang (8.347 jiwa per km persegi). Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2013 NO KECAMATAN PERSENTASE PENDUDUK JUMLAH KELURAHAN LUAS WIL. (km²) KEPADATAN PENDUDUK /km² 1 Ujung Tanah 3, Tallo 9, Bontoala 3, Wajo 2, Ujung Pandang 1, Makassar 5, Mamajang 4, Mariso 4, Tamalate 12, Rappocini 11, Panakkukang 10, Manggala 8, Biringkanaya 12, Tamalanrea 7, M A K A S S A R 100, Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

22 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara penduduk umur non produktif (umur 0 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya. Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2013 sebesar 45,68 %, dengan penduduk sebesar jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), jiwa penduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), jiwa penduduk lanjut usia ( 65+ Tahun). Dependency Ratio yaitu sekitar 97,67 persen yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki. Hal ini memberi gambaran terhadap besarnya beban tanggungan ekonomi dalam masyarakat. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Secara keseluruhan, komposisi penduduk Kota Makassar menurut jenis kelamin, hampir seimbang yaitu rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 97,67 %. Berikut ini digambarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Makassar tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

23 NO Tabel II. 4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2013 KELOMPOK UMUR (Tahun) JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH J U M L A H Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar B. KEADAAN EKONOMI (Produk Domestik Bruto) Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkan perekonomian daerah ini. Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

24 Salah satu dari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasil perhitungan PDRB tahun 2012, nilai PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku telah mencapai Rp ,40 miliar rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2012, nilainya sebesar Rp ,06 miliar rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 berikut : Tabel II. 5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku, Sulawesi Selatan dan Kota Makassar (Dalam Juta Rupiah) Tahun TAHUN PDRB SUL-SEL ( Juta Rp ) PDRB KOTA MAKASSAR ( Juta Rp ) % PDRB MAKASSAR THDP PDRB SUL-SEL , ,49 30, ,31 31, ,65 31, , , ,149 32, , ,40 31,86 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

25 Tahun Tabel II.6 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun PDRB adh Berlaku (Juta Rp) Perkembangan (persen) PDRB adh Konstan (Juta Rp) Pertumbuhan Ekonomi (Persen) ,49 25, ,18 10, ,65 19, ,68 9, ,94 18, ,43 9, ,82 17, ,97 9, ,57 16, ,39 9,88 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar C. TINGKAT PENDIDIKAN Indikator pokok kualitas pendidikan formal. Khusus untuk Kota Makassar pada Tahun 2009 persentase penduduk yang telah menempuh pendidikan setingkat sarjana (D-IV/S-1/S-2/S-3) sebesar laki-laki dan sebesar perempuan atau sebesar 15,44 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia sekolah dengan range usia 5-24 tahun yang ada di Kota Makassar. Gambaran yang ditonjolkan memang dibatasi pada aspek-aspek kependudukan, perekonomian dan pendidikan, bersama-sama dengan kesehatan menentukan besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) baik untuk Provinsi Sulawesi Selatan maupun Indonesia. Sebagaimana diketahui IPM Indonesia pada tahun 1990 adalah 63 dan pada tahun 1996 naik menjadi 68. Namun demikian keadaan krisis menyebabkan IPM Indonesia pada tahun 1999 turun menjadi 64. Angka tersebut lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-109 diantara 180 negara di dunia. Hal ini Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

26 berarti Indonesia berada di bawah peringkat Malaysia dan Thailand apalagi Singapura. Sementara IPM untuk Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sebesar 69,5 dengan IPM tertinggi adalah di Kota Makassar dan terendah di Kabupaten Jeneponto. Adapun gambaran penduduk Kota Makassar usia 10 Tahun keatas berdasarkan jenis kelamin dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan menurut jenis kelamin Tahun 2009 digambarkan sebagai berikut : Tabel II. 7 Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin & Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Makassar Tahun 2009 P E N D I D I K A N Laki-laki Perempuan Jml % Jml % Tidak/Belum Pernah Sekolah Belum/Tidak Tamat SD SD SLTP SMU/SMK AK/DIPLOMA (D-I/D-II/D-III) UNIVERSITAS( D-IV/S-1/S-2/S-3) Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makasssar 2,49 12,82 18,37 16,10 34,01 2,14 14, ,43 14,29 20,08 15,82 30,22 3,47 11,68 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

27 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Derajat kesehatan masyarakat yang digambarkan dalam bab ini yaitu melalui Angka Mortalitas ; terdiri atas Angka Kematian Bayi(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Indeks Pembangunan Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas ; angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa. Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator -indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu : 1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. 2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per anak balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per Kelahiran Hidup. 3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per penduduk, Angka Kesakitan Malaria per penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase Penderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute Flacid Paralysis" (AFP) pada anak usia < 15 tahun per anak. 4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan gizi buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

28 A. ANGKA KEMATIAN/MORTALITY RATE Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. a. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR) Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di masyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakan community based data), sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan jadi bukan merupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi di suatu wilayah (facilitate based data). Angka kematian di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yang berbasis bukti (Evidence Based). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinkes Kota Makassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur yang terjadi pada tahun 2013 sebanyak kematian dari jiwa meningkat dibanding tahun 2012 sebanyak 3034 kematian dari jiwa, tahun 2011 jumlah kematian sebanyak kematian dari jiwa penduduk, menurun dari jumlah kematian yang terjadi sepanjang tahun 2010 untuk semua golongan umur sebanyak Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

29 2.932 dari total jumlah penduduk kota Makassar. Ini berarti pada tahun 2013 dari penduduk Kota Makassar terjadi 2 kematian (AKK = 2,3 per penduduk). tahun 2011 s/d 2013 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 1 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar Di Kota Makassar Tahun , , ,3 Jumlah Kematian AKK (Angka Kematian Kasar) Adapun 10 (sepuluh) jenis penyakit penyebab utama kematian di Kota Makassar tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

30 Tabel III Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian Di Kota Makassar Tahun 2013 No. JENIS PENYAKIT J U M L A H 1 Asthma Jantung Hipertensi Diabetes Mellitus Maag Broncho Pneumonia Ginjal Lever Prematur Stroke 96 Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar b. Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR) Angka kematian bayi menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan indikator yang terkait langsung dengan target kelangsungan hidup bayi dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan termasuk pemeliharaan kesehatannya. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolak ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia telah turun sebesar 44 persen selama 18 tahun terakhir, dari 57 kematian per kelahiran hidup di periode ke 32 kematian per kelahiran hidup di periode Angka ini masih jauh dari target MDG S (23/1.000 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

31 KH) kalau dilihat dari potensi untuk menurunkan AKB masih on track walaupun diperlukan sumber daya manusia yang kompeten. Angka kematian menurut hasil survei demografi dan kesehatan 2012 menjelaskan mengalami penurunan meski tak berbeda jauh dengan hasil SDKI 2007, yaitu masing-masing 32 dan 34 kematian per kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Kota Makassar mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 sebesar 6,71 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayi sebanyak 165 kematian bayi dari jumlah kelahiran hidup (AKB = 6,71 /1000 KH). Tahun 2012 sebesar 6,78 per kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayi sebanyak 163 kematian bayi dari jumlah kelahiran hidup (AKB = 6,78/1000 KH). Pada tahun 2011 terdapat 179 kasus kematian bayi dari jumlah kelahiran hidup , sehingga diperoleh AKB sebesar 6,9 per kelahiran hidup (AKB=6,9 / 1000 KH). Angka kematian bayi selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 2 Angka Kematian Bayi Di Kota Makassar Tahun A K B 6,95 6,9 6,85 6,8 6,75 6,7 6,65 6,6 6,9 6,78 6, TAHUN Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

32 Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk mengubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Penurunan angka kematian bayi (AKB) di Kota Makassar terjadi karena dukungan lintas program seperti program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan imunisasi yang semakin baik serta dukungan lintas sektor terkait. Adapun beberapa kegiatan yang dilaksanakan terkait penurunan angka kematian bayi (AKB) yaitu pengembangan media promosi dan informasi kesehatan, pembinaan posyandu, pembinaan kelurahan siaga (MODS) serta pemberian makanan tambahan penanggulangan ibu hamil kurang energy kronik (Bumil KEK). c. Angka Kematian Balita (AKABA)/Child Mortality Rate (CMR) Angka Kematian Balita (1-4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 1-4 tahun per anak balita. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti status gizi, sanitasi, penyakit menular dan tidak menular serta kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kematian penduduk. Besarnya tingkat kematian balita menunjukkan tingkat permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan data SDKI 2012 (periode 5 tahun terakhir sebelum survei), gambaran perkembangan AKABA sejak tahun 1991 sampai tahun 2012 memperlihatkan kecenderungan penurunan cukup tajam yaitu dari 97 per kelahiran hidup menjadi 40 per kelahiran Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

33 hidup, dimana target MDG S 2015 yaitu 32 per kelahiran hidup. Berbagai faktor dapat menyebabkan penurunan AKABA diantaranya dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan meliputi peningkatan akses balita terhadap pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan imunisasi dasar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassar pada tahun 2011 sebesar 2,7 per kelahiran hidup dimana tercatat 71 kematian balita dari kelahiran hidup. Pada tahun 2012 jumlah kematian balita menurun yaitu sebanyak 43 balita dari kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 1,79 per kelahiran hidup dan meningkat pada tahun 2013 yaitu sebanyak 82 balita dari kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 3,34 per kelahiran hidup. Angka kematian balita selama 3 tahun dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 3 Angka Kematian Balita Di Kota Makassar Tahun A K A B A 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 3,34 2,71 1, TAHUN Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

34 d. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah wanita yang meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per persalinan. Angka kematian ibu merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium (Millenium Development Goals) tujuan kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Adapun target pencapaian Millenium Development Goals (MDG S) yaitu AKI di Indonesia menjadi 102/ KH pada 2015, dan untuk itu upaya terobosan yang efektif dan berkesinambungan harus terus dilakukan. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Di Kota Makassar, AKI maternal mengalami fluktuasi selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 16,27 per kelahiran hidup (AKI : 16,27/ KH) dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 8,32 per kelahiran hidup (AKI : 8,32/ KH). Tahun 2011 sebesar 11,48 per kelahiran hidup, (AKI = 11,48/ KH). Angka ini didapatkan dari hasil formulasi data yang dilaporkan serta hasil pencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar dimana untuk tahun 2013 tercatat 4 kasus kematian Ibu Maternal dari kelahiran hidup yang disebabkan perdarahan post partum dan eklampsia. Adapun kasus kematian maternal tersebut terjadi di wilayah kerja Puskesmas yang disajikan dalam tabel berikut. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

35 Tabel III. 2 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar Tahun 2013 PUSKESMAS Minasa Upa Tamamaung Makkasau Sudiang Raya JUMLAH KEMATIAN IBU J u m l a h Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar 4 Beberapa program dan kegiatan yang mendukung penurunan AKI antara lain melalui pelatihan dan sosialisasi PMTCT (Prevention Mother To Child Transmission), sosialisasi dan pembinaan persalinan yang aman dan IMD (Inisisasi Menyusui Dini) bagi kader, sosialisasi kesehatan reproduksi, pembinaan kader GSI (Gerakan Sayang Ibu) dan Anak serta kegiatan pertemuan audit maternal perinatal. Dalam upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak juga telah dilakukan langkah untuk memecahkan berbagai masalah terkait diantaranya kerjasama melakukan pendampingan kegiatan kinerja USAID. Pendampingan ini difokuskan pada bagaimana persalinan aman, IMD dan ASI ekslusif dilaksanakan terhadap penguatan pada katalisator aktif masyarakat. Berikut ini dapat dilihat grafik Angka Kematian Ibu di Kota Makassar selama 3 tahun terakhir. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

36 Gambar III. 4 Angka Kematian Ibu Di Kota Makassar Tahun A K I ,48 8,32 16, TAHUN Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara di seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah Negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terkebelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCY Usia Harapan Hidup (UHH) bermanfaat untuk mengetahui berapa lama orang dapat hidup sejak dari usia tertentu. Jika usia harapan hidup tinggi, menunjukkan tingkat taraf hidup suatu Negara juga tinggi begitupun sebaliknya. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

37 Usia Harapan Hidup (UHH) Kota Makassar tahun 2013 sudah mencapai target (73,7) yaitu 74,05 tahun (BPS, 2013), angka ini meningkat dibanding tahun 2012 yaitu 73,86 tahun. Sasaran ini didukung oleh program upaya kesehatan masyarakat dengan kegiatan pembinaan kesehatan olahraga bagi lansia. Selain itu juga dilakukan pembinaan kelompok USILA Sehat di masing-masing wilayah kerja puskesmas, adapun jumlah kelompok USILA tahun 2013 adalah sebanyak 446 kelompok. Peningkatan Usia Harapan Hidup juga didukung oleh kebijakan pemberian pelayanan Kesehatan Gratis melalui Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang merupakan program nasional dan Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) yang merupakan program unggulan pemerintah Kota Makassar yang menjamin setiap penduduk Kota Makassar bisa mengakses unit-unit pelayanan kesehatan dan mendapatkan pelayanan gratis baik dari tingkat pustu, puskesmas, maupun rumah sakit. Berikut ini dapat dilihat Usia Harapan Hidup di Kota Makasssar selama 3 tahun terakhir : Gambar III. 5 Usia Harapan Hidup di Kota Makassar Tahun 2013 U H H 74, ,9 73,8 73,7 73,6 74,05 73,86 73,86 73,7 73,7 73,7 Capaian Target 73, Sumber : BPS Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

38 C. STATUS GIZI Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping sebagai faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui. Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut : a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari gram merupakan salah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi baik kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2013 sebanyak 611 dari bayi lahir hidup atau sekitar 2,48% meningkat dari tahun 2012 sebanyak 473 dari bayi lahir hidup atau sekitar 1,96%, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebanyak 186 dari bayi lahir hidup atau sekitar 0,71 %. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada gambar berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

39 Gambar III. 6 Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun B B L R 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 2,48 1,96 0, TAHUN Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar b. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan Gizi Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index (BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh(bb, TB) atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score 2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai 3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2013 berjumlah (2,66 % dari jumlah balita) menurun dari tahun 2012 berjumlah (2,77 % dari jumlah balita). Tahun 2011 dengan jumlah Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

40 1.966 (2,82 % dari jumlah balita). Sementara untuk jumlah kasus gizi buruk tahun 2013 sebanyak 50 kasus dan keseluruhan tertangani. Adapun status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir terus mengalami penurunan yakni pada tahun 2011 berjumlah balita (13,5 %) menurun pada tahun 2012 berjumlah balita (11,59 %) dan tahun 2013 sebanyak balita (9,73%). Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 7 Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun ,52 11,59 9, ,82 2, , GIZI BURUK GIZI KURANG Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Untuk memenuhi kebutuhan gizi balita di Kota Makassar, Pemerintah Kota Makassar melalui program perbaikan gizi tahun 2013 melakukan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan dan Pemulihan (PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan). Program Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT Penyuluhan) berupa pemberian kacang hijau, santan serta gula merah di 979 posyandu se- Kota Makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

41 Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT Pemulihan) terdiri atas PMT Gizi Kurang dan PMT Gizi Buruk. PMT Gizi Kurang diberikan untuk anak berupa pemberian telur selama 100 hari. PMT Gizi Buruk diberikan untuk 50 anak gizi buruk berupa pemberian paket makanan selama 100 hari. Program perbaikan gizi di Kota Makassar dilakukan melalui upaya penanggulangan gizi masyarakat dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Adapun upaya penanggulangan gizi masyarakat meliputi berbagai upaya antara lain Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), penanggulangan Kurang Vitamin A, penanggulangan Anemia Gizi (AGB) serta usaha peningkatan status gizi anak sekolah melalui gerakan Anak Makassar Sehat dan Cerdas (AMSC) serta program Nutrition Improvement Throught Community Empowerment (NICE). Sementara upaya peningkatan gizi masyarakat dilakukan melalui pemasyarakatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan pengembangan Jaringan Informasi Pangan dan Gizi (JIPG). Program NICE adalah suatu upaya terobosan untuk mengatasi masalah gizi. Upaya yang dikembangkan adalah model perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Adapun kegiatan yang dilaksanakan diantaranya : kegiatan Paket Gizi Masyarakat (PGM) yang dilaksanakan oleh kelompok gizi masyarakat (KGM) di 64 kelurahan NICE berdasarkan hasil MMD ( Musyawarah Masyarakat Desa) antara lain : kelas ibu hamil, kelas Ibu Menyusui, kelas ibu balita, kelas BGM (Bawah Garis Merah), kelas 2T ( 2 bulan berturut-turut tidak naik badannya atau tetap), kelas gizi kurang dan gizi buruk, penyuluhan dan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi), demo masak, pos gizi, penyuluhan gizi seimbang, pembinaan sanitasi dan hygiene di sekolah serta penyuluhan dan pembinaan warung sekolah. Adapun status gizi pada bayi/balita tampak pada cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahun terakhir, yaitu : tahun 2011 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

42 (8.996 bayi ASI ekslusif dari bayi 0-6 bulan ) atau 70,40 % menurun di tahun 2012 sebanyak atau sekitar 63,7% dari bayi berumur 0-6 bulan dan meningkat pada tahun 2013 sebanyak atau sekitar 67,79 % dari bayi umur 0-6 bulan. Data mengenai jumlah Status Gizi Balita pada tahun 2013 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini Tabel III. 3 Status Gizi Balita per Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2013 Kecamatan Gizi Buruk Gizi Kurang Jumlah % Jumlah % Mariso 36 1, ,06 Mamajang 21 0, ,23 Tamalate 340 3, ,68 Rappocini 167 2, ,53 Makassar 172 2, ,82 Ujung Pandang 26 1, ,02 Wajo 8 0, ,66 Bontoala 76 2, ,45 Ujung Tanah 110 3, ,44 T a l l o 485 4, ,86 Panakukang 338 3, ,64 Manggala 47 0, ,33 Biringkanaya 210 1, ,54 Tamalanrea 75 1, ,46 TOTAL , ,73 Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

43 Tabel III. 4 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita Di Kota Makassar Tahun STATUS GIZI BALITA TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % GIZI BURUK , , ,66 GIZI KURANG , , ,73 Sumber: Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar D. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY RATE Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dlam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penduduk Kota Makassar didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, serta hasil pengumpulan data dari bidang terkait Dinas Kesehatan Kota Makassar, serta data dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan tingkat Puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit utama untuk semua golongan umur di Kota Makassar tahun 2013 seperti yang tertera pada tabel berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

44 Tabel III. 5 Pola 10 Penyakit Utama Di Kota Makassar Tahun 2013 NO NAMA PENYAKIT JUMLAH 1 Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas (ISPA) Batuk Dermatitis dan Eksim Hipertensi Esensial Infeksi Saluran Nafas bagian Atas Akut lainnya Demam yang tidak diketahui sebabnya Gastritis Infeksi Kulit & Jaringan Subkutan / ploderma Influenza Penyakit pulpa dan jaringan Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Makassar 1. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru Penyakit TB Paru menurut Millenium Development Goals (MDG S) merupakan suatu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan selain malaria dan HIV/AIDS. Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan pendekatan Directly Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti dengan paket pengobatan intensif secara gratis di seluruh puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya atau rumah sakit. Melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan ddari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

45 kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir pengobatan. Khusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar, angka penemuan penderita baru TB Paru BTA (+) tahun 2013 sebanyak 72,44 % (ditemukan penderita dari sebanyak sasaran), jumlah ini meningkat dari tahun 2012 dengan jumlah penderita sebanyak dari sasaran. Jika dibandingkan target 2013 sebesar 70% maka tingkat capaian melebihi target dengan persentase capaian 72,44%. Proses penemuan penyakit TB dilakukan oleh pengelola TB masing-masing puskesmas melalui pelacakan/pencarian kasus baru, pelacakan penderita mangkir dan pemeriksaan kontak. Tabel III. 6 Penderita Kasus Baru TB Paru dan yang diobati Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2013 JUMLAH PENDERITA NO SARANA KESEHATAN BTA (+) BTA (+) Diobati 1 Puskesmas Rumah sakit JUMLAH Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar b. HIV & AIDS HIV adalah virus yang masuk ke dalam tubuh yang menghancurkan sistem kekebalan dan kalau terus memburuk akan menyebabkan kondisi AIDS, yakni hilangnya sistem pertahanan tubuh sehingga semua jenis penyakit bisa dengan mudah masuk dan akhirnya mengakibatkan kematian. HIV menyebar pada cairan tubuh manusia dan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

46 hanya ada tiga cairan tubuh yang rawan membawa HIV yaitu darah, ASI, dan cairan kelamin. Di seluruh dunia termasuk di Indonesia saat ini, cairan kelamin adalah media penyebab penyebaran HIV terbesar akibat perilaku seks bebas, dan darah merupakan media kedua terbesar penyebaran HIV diantara pengguna narkoba. Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases, dan merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhir ini telah menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan, meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antarwilayah, semakin mudahnya komunikasi antarwilayah, semakin menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesar tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS. Upaya pelayanan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV/AIDS disamping ditujukan pada penaganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan melaui skrining HIV/AIDS terhadap donor darah dan upaya pemantauan dan pengobatan penderita penyakit menular seksual (PMS), penyalahgunaan obat dengan suntikan (IDU s), penghuni LAPAS (lembaga Pemasyarakatan) atau melakukan penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Kota Makassar termasuk daerah yang beresiko tinggi karena selain merupakan daerah tujuan wisata, faktor lifestyle masyarakat perkotaan telah bergeser, yang sangat dimungkinkan oleh pengaruh globalisasi dimana budaya luar tersebar dengan cepat seperti Free Sex, Penyalahgunaan NAPZA, kelompok resti seperti waria, yang masih terselubung dalam masyarakat. Selain itu perilaku seks menyimpang Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

47 juga merupakan salah satu sumber penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Prevalensi HIV/AIDS di Kota Makassar meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 prevalensi HIV/AIDS di Kota Makassar sebesar 0,84 % meningkat dari tahun 2012 yaitu 0,54%. Tahun 2011 prevalensi HIV/AIDS yaitu 0,70% meningkat dari tahun 2010 yaitu 0,49%. Kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 berkaitan dengan penanggulangan HIV/AIDS antara lain pencegahan HIV/AIDS termasuk promosi kesehatan, monitoring dan evaluasi program HIV/AIDS dan juga pembiayaan untuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Makassar. Selain itu khusus untuk penanggulangan HIV/AIDS juga telah disediakan 4 (empat) Puskesmas Percontohan yaitu Puskesmas Kassi-Kassi, Jumpandang Baru, Jongaya dan Makkasau yang merupakan 4 dari 24 unit pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia yang siap memberikan pelayanan dan rujukan bagi penderita HIV/AIDS dan penyalahgunaan Narkoba (NAPZA). Adapun kasus HIV/ AIDS selama 3 tahun di Kota Makassar dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar III. 8 Kasus Baru HIV-AIDS di Kota Makassar Tahun HIV AIDS Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

48 c. Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Data penemuan penderita pneumonia pada balita dan ditangani di Kota Makassar tahun 2013 menurun dari tahun sebelumnya yaitu 438 kasus (sasaran 10% dari penderita ISPA) dari 913 di tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar III. 9 Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

49 d. Kusta Penyakit kusta adalah penyakit yang menular menahun dan disebabkan oleh kuman Kusta (Mycobacterium lepra) yang menyerang kulit, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Ada 2 jenis penyakit kusta, yaitu : kusta kering (Pausi basiler) dan kusta basah (Multi basiler). Anggapan bahwa kusta disebabkan oleh kutukan, keturunan, dosa, guna-guna maupun makanan adalah anggapan yang salah. Kondisi inilah yang menyebabkan sehingga seseorang yang terkena kusta terlambat berobat ke pelayanan kesehatan sehingga menyebabkan kecacatan. Penyakit kusta hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Pemberantasan penyakit kusta dapat dilakukan dengan cara penemuan penderita melalui berbagai survey anak sekolah, survey kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penerita penyakit kusta. Pada penderita kusta yang ditemukan, diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren dan DDS yang diberikan dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta kasus baru tipe PB (kusta kering) pada tahun 2013 sebanyak 12 kasus baru. Adapun menurut kelompok umur penderita kusta 0-14 tahun sebanyak 4 kasus sedangkan untuk penderita kusta kasus baru tipe MB (kusta basah) sebanyak 89 kasus. Untuk kasus baru cacat tingkat 2 menurun dibanding tahun sebelumnya menjadi 3,96%, ini dikarenakan pemeriksaan kontak (penderita baru dan sembuh) secara selektif dilakukan oleh petugas hingga ditemukan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

50 penderita anak. Penemuan kasus baru kusta selama 3 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut : Gambar III. 10 Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta (PB+MB) Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar e. Diare Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan tahun 2013 tidak terjadi kematian akibat diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan namun penyakit diare ini masih menjadi skala prioritas dalam kegiatan penanggulangannya. Kasus diare yang dilaporkan oleh 39 puskesmas se Kota Makassar sampai dengan desember 2013 sebanyak kasus. Angka kesakitan (Incidence Rate/IR) penyakit diare pada tahun 2013 sebesar 21,3 per penduduk, angka ini menurun dari tahun 2012 sebesar 21,6 per penduduk dengan jumlah kasus Adapun jumlah penderita diare yang dilaporkan menurut kecamatan di Kota Makassar selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

51 NO Tabel III. 7 Jumlah penderita Diare menurut Kecamatan Di Kota Makassar tahun KECAMATAN Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar T A H U N MARISO MAMAJANG MAKASSAR U.PANDANG WAJO BONTOALA TALLO UJUNG TANAH PANAKUKANG MANGGALA RAPPOCINI TAMALATE TAMALANREA BIRINGKANAYA J U M L A H Menurunnya angka kesakitan diare terkait meningkatnya kesadaran masyarakat dalam rangka pencegahan penyakit Diare. Adapun upaya untuk penanggulangan penyakit diare yaitu dengan program kaporisasi (pengadaan kaporit) yang setiap tahun dianggarkan oleh Dinas Kesehatan. Selain itu tenaga kesehatan di masing-masing puskesmas juga melaksanakan penyuluhan-penyuluhan kesehatan seperti penyuluhan CPTS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dimana faktor Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

52 budaya cuci tangan juga turut berpengaruh terhadap kejadian penyakit diare Data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar mengenai jumlah kasus penderita dan kematian akibat Diare dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar III. 11 Jumlah Kasus Penderita dan Kematian akibat Diare di Kota Makassar Tahun 2011 s/d Penderita Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 2. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I telah membuahkan hasil antara lain : - Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakit tergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugas Imunisasi di 39 Puskesmas se-kota Makassar - Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah dan swasta melakukan pelayanan imunisasi. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

53 - Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secara mandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapun data cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir dari 2011 sampai dengan 2013 sebesar 100%. a. Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Di Kota Makassar, tahun 2013 tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum. b. Campak Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik (Koplik s Spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi, dan kematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada anak dengan malnutrisi terutama di negara berkembang. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Pada tahun 2013, data dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar menyebutkan bahwa terdapat 171 kasus campak klinis, dan tidak ditemukan korban meninggal. Adapun pemberian imunisasi campak selama 3 tahun terakhir yaitu, tahun 2011 sebanyak bayi yang diimunisasi dari bayi yang ada, di tahun 2012 sebanyak bayi yang diimunisasi dari bayi yang ada dan tahun 2013 sebanyak bayi yang diimunisasi dari bayi. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

54 Adapun Jumlah bayi yang di Imunisasi Campak selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 12 Imunisasi Campak Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar c. Difteri Difteri adalah suatu penyakit bakteria akut terutama menyerang tonsil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteria. Penyakit ini muncul terutama pada bulan-bulan dimana temperatur lebih dingin di negara subtropis dan pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah penderita Difteri pada tahun 2011 terdapat 2 kasus difteri yang tersebar di dua kecamatan dan tidak ditemukan adanya kematian dan mengalami peningkatan kasus di tahun 2012 sebanyak 7 kasus Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

55 diantaranya terdapat 1 kematian. Tahun 2013 kasus difteri menurun yaitu terdapat 1 kasus. d. Polio dan AFP Penyakit polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus polio yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan yang datangnya mendadak. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 0-3 tahun. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Tahun 2000 dunia menyepakati penyakit polio sudah dapat tereradikasi dari muka bumi, tapi kenyataannya hingga saat ini masih ada beberapa wilayah regional yang yang belum mencapai eradikasi polio diantaranya melaksanakan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP). Puskesmas sebagai koordinator community based surveillance bertanggung jawab terhadap semua kasus AFP yang ada di wilayah kerjanya dengan mengikutsertakan petugas kesehatan yang ada dalam upaya penemuan kasus AFP di masyarakat. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasuskasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasil pelacakan pada tahun 2011 tersebar di 7 (tujuh) kecamatan dengan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

56 jumlah kasus (suspect) sebanyak 8. Tahun 2012 ditemukan 1 kasus (suspect) AFP meningkat di tahun 2013 yaitu 4 kasus (suspect) AFP. Adapun hasil penemuan kasus (suspect) AFP di Kota Makassar pada tahun 2011 s/d 2013 disajikan pada gambar berikut : Gambar III. 13 Kasus AFP (non polio) di Kota Makassar Tahun kasus kematian Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 3. Penyakit Bersumber Binatang Penyakit bersumber binatang diantaranya adalah Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Filariasis, Flu Burung, Rabies, dan Antrax. a. Malaria Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina melalui gigitan. Terjadinya biasanya pada petang dan malam hari, dengan gejala yang muncul 9-14 hari setelah terinfeksi. Malaria sebagai salah satu penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

57 ekonomi bahkan berpengaruh terhadap keamanan dan pertahanan nasional. Salah satu upaya penting dalam pemberantasan penyakit malaria adalah penegakan diagnosa secara cepat dan pengobatan yang tepat serta pengendalian vektor potensial. Di Kota Makassar, selama beberapa tahun terakhir belum ditemukan adanya kasus malaria aktif. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar sudah tidak ada lagi penderita tanpa pemeriksaan darah, semuanya dengan pemeriksaan darah positif. Kasus malaria di tahun 2013 ditemukan 196 kasus (63 kasus di temukan di Puskesmas dan 133 kasus di Rumah Sakit) dengan angka kesakitan (API) yaitu 0,046 per penduduk. Kasus ini meningkat dibanding tahun 2012 sebanyak 160 kasus (73 kasus di Puskesmas dan 87 kasus di 7 RS), dengan angka kesakitan (API) 0,054 per penduduk. Kota Makassar tidak termasuk daerah endemis, kejadian malaria yang tercatat umumnya diderita oleh pendatang dari daerah endemis atau penduduk Makassar yang telah mengunjungi daerah endemis malaria. Yang perlu mendapat perhatian adalah derah rawa-rawa yang sangat potensial menjadi tempat perkembangbiakan vektor penular penyakit malaria. Penderita positif malaria adalah jumlah kasus malaria yang dikonfirmasi positif melalui pemeriksaan mikroskopik (sediaan darah malaria) maupun melalui tes diagnostic cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT) yang ditemukan melalui ACD/kunjungaqn ke rumah tersangka malaria maupun PCD/kunjungan penderita pada unit layanan kesehatan di suatu wilayah. Program penanggulangan malaria tahun 2013 mendapat bantuan dana dari Global Fund untuk pembiayaan pemeriksaan darah, supervisi, pelatihan serta insentif dan gaji untuk petugas kesehatan pada unit layanan atau puskesmas dan gaji untuk petugas khusus malaria di Dinas Kesehatan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

58 b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial). WHO memperkirakan setiap tahunnya terdapat juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Tahun 2013 jumlah penderita DBD di seluruh wilayah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 265 kasus dengan Angka Kesakitan/IR = 19,6 per penduduk diantaranya terdapat 11 kasus kematian karena DBD, jumlah tersebut meningkat dibanding tahun 2012 sebanyak 86 kasus dengan Angka Kesakita/IR 6,3 per penduduk dan terdapat 2 kematian. Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah yang terjadi di Makassar tahun 2013 berlokasi di wilayah Puskesmas Antang Kecamatan Manggala dengan 39 korban, setelah dilakukan penyidikan, diketahui yang menjadi penyebab adalah faktor geografis berupa bukit batu dimana terdapat cekungan-cekungan batu yang digenangi air hujan dan menjadi tempat perkembangbiakan jentik. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), antara lain pemantauan jentik/kajian kepadatan jentik, penyuluhan, fogging fokus/massal, abatesasi, pemberantasan sarang nyamuk serta kerjasama linyas sektor dan lintas Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

59 program. Jumlah kasus DBD dan kematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar III.14 Jumlah Kasus dan Kematian akibat DBD di Kota Makassar Tahun 2011 s/d Kasus Kematian Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Penanggulangan fokus Penanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukan survey epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerja masing-masing Puskesmas terutama yang memiliki karakteristik khusus sebagai tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Hasil survey ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan di tempat, serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk dilakukan Fogging di wilayah tersebut. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

60 Survei Jentik & Abatesasi Upaya ini dilakukan untuk memberantas vektor nyamuk Aedes Aegypti dimulai sejak berupa jentik, jadi tidak hanya memberantas vektor dewasa saja. Survei jentik dilakukan oleh petugas kesehatan bersama-sama dengan masyarakat dengan membentuk Kader Jumantik yang pada tahun 2013 jumlahnya mencapai 1000 kader. Juru pemantau jentik (Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di lingkungan perumahan. Juru pemantau jentik adalah kader yang dilatih untuk membantu petugas dalam pemantauan jentik di masyarakat. Hasil survei yang dilaporkan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan abatesasi khususnya abatesasi selektif pada kelurahan yang endemis. c. Flu Burung Flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular di kalangan hewan (unggas dan babi) yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1). Virus ini ternyata juga dapat menyerang manusia. Flu burung dapat menular dari unggas ke unggas dan dari unggas ke manusia melalui air liur, lendir dan kotoran unggas yang sakit. Flu burung juga dapat menular melalui udara yang tercemar oleh virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Sedangkan penularan dari unggas ke manusia terutama bila terjadi persinggungan langsung dengan unggas yang sakit (terinfeksi flu burung). Data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2013 tidak terdapat penderita suspect Flu Burung. Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yang terus digalakkan antara lain : i. Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yang suspect AI serta warga di sekitarnya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

61 ii. Sosialisasi AI kepada Pengelola Tempat-tempat Pengelola Makanan iii. Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positif mengidap virus H5N1 dengan cara; membakar unggas yang mati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidiki kasus-kasus yang mirip dengan AI. iv. Pemberian obat Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderita suspect AI, serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo & mengisolasi penderita di ruang khusus. (Ruang Pakis RS. Wahidin Sudirohusodo). Adapun suspect flu burung selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III.15 Jumlah Suspect Flu Burung dan Kematian akibat Flu Burung di Kota Makassar Tahun 2011 s/d Kasus Kematian Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

62 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Upaya kesehatan merupakan pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama tahun A. Upaya Kesehatan Ibu dan anak Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, hasil Riskesdas 2013 menunjukkan cakupan pelayanan antenatal bagi ibu hamil semakin meningkat. Hal ini memperlihatkan semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan antenatal oleh petugas kesehatan. Cakupan pelayanan antenatal pertama kali tanpa memandang trimester kehamilan (K1 akses) meningkat dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun Peningkatan akses ini juga sejalan dengan cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama pada trimester pertama kehamilan (K1 Trimester 1), yaitu dari 72,3% pada tahun 2010 menjadi 81,3% pada tahun Demikian pula pada tahapan selanjutnya, cakupan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) juga meningkat dari 61,4% pada tahun 2010 menjadi 70,0% pada tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

63 Komitmen global dalam MDG S menetapkan target terkait kematian ibu dan kematian anak yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu dan menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan minggu). Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatannya adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan masyarakat. Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Gambaran cakupan K1 dan K4 selama 3 tahun terakhir nampak pada gambar berikut: Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

64 Gambar IV.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d ,2 94,53 95,43 103,01 97,91 K1 K Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar Pada gambar IV.1 diatas nampak adanya fluktuasi cakupan K1 dan peningkatan cakupan K4, dimana cakupan K4 telah melampaui target Standar Pelayanan Minimal yaitu 95% pada tahun Hal ini menunjukkan semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Dalam upaya meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak telah dilakukan berbagai program dan kegiatan diantaranya kerjasama dalam bentuk pendampingan kegiatan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, bayi baru lahir dan anak. Disamping itu juga pembinaan di posyandu, program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (PK4), kemitraan bidan dan kader terutama pada lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM serta masyarakat pada umumnya, dan dikembangkannya kelas ibu hamil dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna. Dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 juga berkontribusi terhadap peningkatan cakupan K4. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

65 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan. Cakupan Pertolongan Persalinan adalah cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (linakes) dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kematian Ibu terkait dengan penolong persalinan dan tempat /fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian Ibu.Demikian pula dengan tempat/fasilitas kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas yaitu mengusahakan tenaga kesehatan dalam jumlah yang memadai dengan kualitas yang sebaik-baiknya terutama bidan, menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai dengan standar terutama penyediaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) selama 24 jam dalam tujuh hari yang dikenal dengan sebutan PONED dan PONEK, menggerakkan seluruh lapisan masyarakat, utamanya untuk pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi (P4K). Pada tahun 2013, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 100%. Cakupan tersebut sudah melampaui target SPM nasional yaitu sebesar 90% pada tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

66 Gambar IV.2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi kebidanan Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d ,27 94, Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar 3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri), pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain, pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI ekslusif, pelayanan keluarga berencana pasca persalinan, dll. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas. Pada tahun 2013, cakupan pelayanan ibu nifas sebesar 74,91%. Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu sebesar 90% pada tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

67 4. Penanganan Komplikasi Maternal dan Neonatal Pada dasarnya kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang alami ketika berlangsung secara normal, namun telah diperkirakan bahwa sekitar 20% dari ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Adapun penanganan komplikasi itu sendiri adalah penanganan terhadap komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan kesehatan sampai selesai (tidak termasuk kasus yang dirujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut). Adapun yang dimaksud dengan neonatal komplikasi adalah yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan kurang dari gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Sedangkan yang dimaksud dengan penanganan neonatal komplikasi adalah neonatal sakit atau neonatal dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter,bidan atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2013 cakupan bumil risti/komplikasi yang ditangani yaitu 53,71% dan cakupan neonatal risti/komplikasi yang ditangani yaitu 74,46%. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

68 5. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita Pelayanan kesehatan bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Program ini terdiri dari pemberian imunisasi dasar (BCG,DPT/HB1-3,Polio 1-4 dan Campak). Pada tahun 2013, cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Makassar yaitu sebesar 96,67 % dimana telah mencapai target SPM nasional yaitu 90% pada tahun Pelayanan Kesehatan Balita Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur bulan. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi : Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan ; Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

69 sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung ; Pemberian Vitamin A dosis tinggi ( IU), 2 kali dalam setahun; Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita. Pada tahun 2013, cakupan pelayanan kesehatan balita di Kota Makassar yaitu sebesar 76,47%. Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu 90% pada tahun Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat Pelayanan kesehatan pada siswa SD dan setingkat dilakukan melalui penjaringan keseghatan siswa SD dan setingkat. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini masalah kesehatan pada siswa SD kelas I, SMP, SMA serta sekolah MI/MA/MTS. Kegiatan penjaringan kesehatan terdiri dari : 1. Pemeriksaan tinggi badan 2. Pemeriksaan berat badan 3. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut 4. Pemeriksaan ketajaman indera ( penglihatan dan pendengaran) 5. Pemeriksaan kesehatan jasmani. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat tahun 2013 sudah mencapai 95,16%, Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu 100% pada tahun B. Perbaikan Gizi Masyarakat Program perbaikan gizi di Kota Masyarakat dilakukan melalui upaya penanggulangan gizi masyarakat dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Adapun upaya penanggulangan gizi masyarakat meliputi berbagai upaya antara lain Usaha Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGK), penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK), penanggulangan Kurang Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

70 Vitamin A, penanggulangan Anemia Gizi (AGB) serta usaha peningkatan status gizi anak sekolah melalui gearakan Anak Makassar Sehat dan Cerdas (AMSC) serta program Nutrition Improvement Thought Community Empowerement (NICE). Sementara upaya peningkatan gizi masyarakat dilakukan melalui pemasyarakatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan pengembangan Jaringan Informasi Pangan dan Gizi (JPG). 1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (FE) Saat hamil, kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena sebelum hamil, volume darah meningkat sampai 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan zat besi. Dalam keadaan hamil, suplemen zat besi dari makanan belum cukup sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi. Oleh karenanya dalam rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi, telah dilakukan program pemberian tablet Fe. Cakupan pemberian tablet Fe di Puskesmas se-kota Makassar tahun 2013 yaitu sebesar 103,01% untuk tablet Fe1 (30 tablet) dan 84,78% untuk tablet Fe3 (90 tablet). Cakupan pemberian tablet besi selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar IV.3 Cakupan Pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d ,12 70,463,59 103,01 84, Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

71 Kepatuhan megkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi, frekuensi konsumsi per hari. 2. Pemberian Kapsul Vitamin A Vitamin A merupakan salah satu zat gizi esensial yang penting dalam membentuk fungsi kekebalan tubuh balita. Kekurangan vitamin A merupakan salah satu permasalahan gizi yang masih sering ditemukan. Untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan ini, pemerintah telah membuat kebijakan untuk mendistribusikan kapsul vitamin A dosis tinggi untuk bayi dan balita. Pemberian vitamin A pada bayi dan balita biasanya dilakukan secara rutin sebanyak dua kali per tahun, yaitu di bulan Februari dan Agustus. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia bulan di Kota Makassar tahun 2013 mencapai 79.43%. Berbagai upaya telah dilakukan melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A. Cakupan pemberian kapsul vitamin A selama 3 tahun terakhir ditampilkan pada gambar berikut. Gambar IV.4 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita (12-59 bulan) Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d ,43 91, , Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

72 3. Pemberian ASI Ekslusif ASI ekslusif adalah intervensi yang paling efektif untuk mencegah kematian anak, namun menurut Survei Demografi Kesehatan tingkat pemberian ASI ekslusif telah menurun selama dekade terakhir. Hari ini, hanya sepertiga penduduk Indonesia secara ekslusif menyusui anak-anak mereka pada enam bulan pertama. Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara ekslusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Persentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah Puskesmas se-kota Makassar Tahun 2013 sebesar 67,8% meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 36,8%. Cakupan pemberian ASI Ekslusif selama 3 tahun disajikan pada gambar berikut. Gambar IV.5 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi (0-6 bulan) Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d , , , Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

73 Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI ekslusif diantaranya: 1. Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Ekslusif. 2. Pelatihan konseling menyusui bagi petugas. 3. Pembuatan bilik ASI/ruang laktasi di tempat-tempat umum 4. Sosialisasi dan kampanye ASI ekslusif 5. KIE melalui media cetak dan elektronik 6. Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatkan, melindungi dan mendukung pemberian ASI C. Pelayanan Imunisasi Program imunisasi yang ditujukan bagi bayi, anak usia sekolah dasar, wanita usia subur, ibu hamil merupakan upaya untuk mencegah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti TBC, Diptheri, Pertusis, Hepatitis B, Polio, Tetanus dan Campak. 1. Imunisasi Dasar pada Bayi Imunisasi merupakan bagian dari pemberian vaksin (virus yang dilemahkan) kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap jenis penyakit tertentu. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis, dan 1 dosis campak. Beberapa jenis imunisasi lengkap dan manfaat imunisasi yang diberikan antara lain adalah : - Imunisasi Hepatitis B Pemberian vaksin hepatitis B ini berguna untuk mencegah virus hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati dan bila itu terus terjadi sampai si anak dewasa akan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

74 - Imunisasi BCG Pemberian vaksinasi dan juga imunisasi BCG ini bermanfaat untuk mencegah timbulnya penyakit TBC. Dilakukan sekali pada bayi sebelum usia 3 bulan. Biasanya dilakukan bila bayi berusia 1 bulan. - Imunisasi DPT Diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus. Penyakit difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan pernafasan, serta mengeluarkan racun yang dapat melemahkan otot jantung. Penyakit pertusis yang dalam kondisi berat bisa menyebabkan terjadinya pneumonia. - Imunisasi Polio Diberikan untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kecacatan. Imunisasi diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi berusia 1 sampai 4 bulan. - Imunisasi Campak Pemberian imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak. Pemberiannya hanya sekali saja yaitu pada saat anak berusia 9 bulan. Pemberiannya dapat diulang pada saat anak masykl SD atau mengikuti program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang dicanangkan pemerintah. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL didapatkan data cakupan Imunisasi dasar lengkap tahun 2013 sebesar 78,25%. Adapun cakupan imunisasi dasar lengkap selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

75 Gambar IV.6 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d , , , Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi melalui UCI ( Universal Child Imunization). UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Dari 143 kelurahan yang ada di Kota Makassar, 100% telah mencapai Kelurahan UCI sejak tahun Hal ini tidak terlepas dari kerjasama baik lintas sektor maupun lintas program yang ada di Puskesmas se-kota Makassar serta Dinas Kesehatan khususnya peran serta posyandu. 2. Imunisasi Pada Ibu Hamil Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular, oleh karenanya program imunisasi juga ditujukan untuk ibu hamil. Cakupan imunisasi TT2+ (ibu hamil yang telah mendapat imunisasi TT minimal 2 dosis) pada tahun 2013 sebesar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

76 86,16%. Adapun cakupan imunisasi TT2+ untuk ibu hamil selama 2 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut. Gambar IV.7 Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d , , , Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar D. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kepesertaan Jamkesmas tahun 2013 di Kota Makassar, dari sejumlah sasaran masyarakat miskin, yang mendapatkan/memiliki kartu Jamkesmas sebanyak orang. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

77 E. Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan Minimal telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008. Adapun target Nasional masing-masing indikator dan capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kota Makassar Tahun 2013 berdasarkan penetapan sasaran di awal tahun Adapun pada tabel lampiran beberapa capaian cakupan berdasarkan data riil. Indikator Target Capaian 2013 Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K-4 2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 4. Cakupan pelayanan nifas 5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 6. Cakupan kunjungan bayi 7. Cakupan desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 8. Cakupan pelayanan anak balita 9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 12. Cakupan peserta KB Aktif 13. Cakupan penemuan dan penanganan penyakit 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin Pelayanan Kesehatan Rujukan 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB 17. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 Jam Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 18. Cakupan desa siaga aktif 95% Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun ,91 % 63,02 % 100 % 85,59% 75,18% 89,56% 100% 76,47% 100% 100% 64,02% 67,48% 74,01% 100% 100% 100% Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

78 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN 1. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Puskesmas berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, adalah Unit Pelaksana Teknos (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan masyarakat, 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Keadaan sarana kesehatan di Kota Makassar dalam jumlah dan distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Makassar telah melampaui konsep wilayah puskesmas dimana 1 puskesmas melayani penduduk. Dengan demikian rasio puskesmas terhadap penduduk adalah 3, Ini berarti bahwa setiap penduduk rata-rata dilayani oleh 3 puskesmas. Sedangkan rasio puskesmas pembantu terhadap puskesmas adalah 1 : 1 yang berarti setiap Puskesmas mempunyai 1 puskesmas pembantu. Hal ini sejalan dengan misi Pemerintah Kota Makassar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakatnya. Sampai dengan Tahun 2013, jumlah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 39 unit, dengan rincian Puskesmas perawatan sejumlah 8 unit dan Puskesmas non perawatan 31 unit. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas dibantu satu atau beberapa Puskesmas pembantu. Jumlah Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

79 puskesmas pembantu sampai dengan akhir tahun 2013 sebanyak 40 unit. Sesuai target yang ditetapkan pada tahun 2013, diharapkan puskesmas ISO bertambah 2 dan dalam implementasinya terealisasi 100% yaitu Pattingalloang dan Tarakan, sehingga sampai tahun 2013 telah ada 13 puskesmas dengan pelayanan berstandar ISO , antara lain : Puskesmas Bara-Barayya (tahun 2008), Puskesmas Batua dan Jongaya (tahun 2009), Puskesmas Sudiang Raya dan Puskesmas Kassi-Kassi (tahun 2010), Puskesmas Jumpandang Baru, Puskesmas Makkasau dan Puskesmas Tamalanrea (tahun 2011), PKM Dahlia, PKM Mamajang, PKM Malimongan Baru (2012) dan Puskesmas Pattingalloang dan Puskesmas Tarakan (2013). Dengan meningkatnya mutu layanan di Puskesmas diharapkan berdampak pada semakin baiknya status kesehatan masyarakat. Gambar berikut memperlihatkan jumlah Puskesmas selama 3 tahun terakhir. Gambar V.1 Jumlah Puskesmas Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d , ,8 38,6 38,4 38, ,8 37,6 37, Sumber : Bidang PSDK Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

80 Tabel V. 1 Keadaan Sarana Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH Puskesmas 39 Puskesmas Pembantu 40 Puskesmas Keliling 40 Rumah Sakit 37 Rumah Sakit Bersalin 13 Rumah Bersalin 14 Bidan Praktek Swasta 14 Balai Pengobatan / Klinik 47/131 Apotek 499 Toko Obat 64 Industri Obat Tradisional 1 Sumber : Bidang Bina PSDK Dinkes Kota Makassar 2. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM yang ada di kelurahan menjadi ciri khas bahwa bahwa kelurahan tersebut telah menjadi Kelurahan Siaga Aktif. Dinyatakan demikian karena penduduk di kelurahan tersebut dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM serta melaksanakan surveilans berbasis masyarakat. Berkaitan dengan Indikator Pencapaian Kelurahan Siaga Aktif dapat dijelaskan bahwa untuk pengembangan kelurahan siaga sebagai salah satu program utama dalam program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat tahun 2013 yang lebih terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, akan dikembangkan pola kerjasama dan kemitraan secara berjenjang antar provinsi, kabupaten/kota, kecamatan/puskesmas dan desa sebagai sasaran akhir program pengembangan kelurahan siaga. Kegiatan yang dilaksanakan terkait pencapaian indikator kelurahan siaga yaitu Pembinaan Model Operasional Desa Siaga (MODS) yang dilaksanakan di seluruh kelurahan atau sebanyak 143 kelurahan karena seluruh kelurahan sudah terbentuk forum kelurahan siaga. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

81 Posyandu Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakat dewasa ini, dimana terdapat 5 kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare) dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Kesadaran dan peran aktif masyarakat Kota Makassar dalam wahana Posyandu tidak terlepas dari dukungan Dinas Kesehatan Kota Makassar barsama Instansi terkait dari lintas sektor yang saling bersinergi mendorong meningkatnya jumlah Posyandu yang sebelumnya berada pada level Pratama dan Madya, meningkat menjadi Purnama dan Mandiri. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah Posyandu yang ada di Kota Makassar pada tahun 2013 sebanyak 979 posyandu dengan rincian sebagai berikut : - Pratama : 0 posyandu - Madya : 62 posyandu - Purnama : 490 posyandu - Mandiri : 427 posyandu Adapun jumlah posyandu Purnama dan Mandiri di Kota Makassar Tahun 2013 mencapai 93,67 %. Adanya peningkatan dari segi kuantitas dan kualitas tidak terlepas dari adanya program Revitalisasi Posyandu bagi Organisasi Tim Pokjanal Posyandu, sarana dan prasarana Posyandu dan Peningkatan kualitas kader Posyandu. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

82 Gambar V. 2 Posyandu Menurut Strata Di Kota Makassar Tahun PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar Rumah Tangga ber-phbs Perilaku yang menunjang kesehatan adalah adanya rumah tangga yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dari hasil pemantauan 10 indikator PHBS di 39 puskesmas diketahui bahwa pada tahun 2013 dari sejumlah rumah tangga yang dipantau terdapat sebanyak (72,89%) rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 72,41%. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : a. Keberhasilan upaya promotif-preventif dari Instansi terkait di Kota Makassar b. Tingginya kesadaran masyarakat dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, hal ini sejalan dengan tingginya IPM Kota makassar dibandingkan Kab/Kota lain Di Sulsel, bahkan secara nasional Makassar menempati urutan ke-8 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

83 c. Data yang diperoleh merupakan data sarana (Facilitated Based) yang hanya didapatkan dari Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada. Karenanya diperlukan upaya pengumpulan data yang lebih akurat dan bersumber langsung dari masyarakat (Community Based). d. Data tersebut belum sepenuhnya dianggap dapat menggambarkan kenyataan yang ada mengingat jumlah RT yang dipantau masih jauh lebih kecil dari jumlah RT yang ada di Kota Makassar. B. TEMPAT-TEMPAT UMUM Tempat-Tempat Umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TTU meliputi Sarana Pendidikan, Sarana Kesehatan, hotel dan lain-lain. Setiap tahunnya Dinas Kesehatan Kota Makassar melakukan pembinaan dan pemeriksaan ke berbagai tempat-tempat umum yang tersebar di 14 kecamatan di Kota Makassar. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat kondisi TTU apakah tergolong TTU sehat atau harus ada pembenahan agar memenuhi kategori TTU sehat. Data yang diperoleh pada Tahun 2013, Jumlah TTU di Kota Makassar sejumlah 724 TTU tapi yang memenuhi kesehatan sejumlah 549 TTU (75,8%). Sarana Kesehatan (Rumah Sakit Umum) merupakan TTU yang memperoleh persentase TTU sehat tertinggi (105%) adapun TTU dengan persentase sehat terendah adalah Hotel Bintang (67,7%) dimana dari 31 hotel bintang yang diperiksa yang tergolong TTU sehat sebanyak 21 hotel bintang. Untuk Hotel non bintang, dari 67 yang diperiksa sebanyak 49 diantaranya tergolong TTU sehat (73,1%). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

84 C. TENAGA KESEHATAN Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 7 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya manusia kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis dan tenaga kesehatan lainya. Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas serta penyebaran tenaga kesehatan di Kota Makassar diperoleh melalui pengumpulan data pada seluruh unit pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas beserta jaringannya serta UPTD Gudang farmasi. Metode pengumpulan data melalui pemutakhiran data secara berjenjang dari pustu, puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota untuk selanjutnya data ketenagaan juga dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan secara nasional dikelola oleh Badan PPSDMK melalui Sistem Informasi SDMK. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Makassar Ketersediaan tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam percepatan pembangunan kesehatan. Pada Tahun 2013, tercatat sebanyak 1406 SDM Kesehatan dan 31 SDM Non Kesehatan di Kota Makassar yang tersebar pada 39 Puskesmas, 1 Rumah Sakit Umum Daerah dan Dinas Kesehatan, adapun pengelompokan SDM Kesehatan berdasarkan jenis ketenagaan dapat dirinci sebagai berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

85 Medis (dokter spesialis, dokter umum & dokter gigi) sebanyak 265 orang terdiri dari : o Dokter Spesialis : 27 orang o Dokter Umum : 131 orang o Dokter Gigi : 107 orang Kesehatan masyarakat : 109 orang Tenaga Kefarmasian : 80 Orang Bidan : 219 Orang Tenaga Keperawatan (Sarjana Keperawatan dan D III) : 483 Tenaga Gizi : 72 orang Sanitarian : 62 orang Analis Kesehatan : 50 Orang Fisioterapi : 6 Orang Teknisi Elektromedis : 21 Orang Radiografer : 7 Orang Tenaga Kesehatan Lainnya : 32 Orang Tenaga Non Kesehatan : 31 Orang Gambar V. 3 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya Di Kota Makassar Tahun Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

stakeholder guna pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan kesehatan di Kota Makassar kedepan Amien.

stakeholder guna pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan kesehatan di Kota Makassar kedepan Amien. KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala, karena atas Rahmat dan Hidayahnya Penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar KATA PENGANTAR Segala puji bagi kebesaran Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan rahmatnya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini dapat terselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011

PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011 2012 DINAS KESEHATAN KOTA MSSAR PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011 PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KESEHATAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala,

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Pemerintah Kota Makassar dalam kebijakannya mengamanatkan Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga,masyarakat,pemerintah dan swasta.upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015 ini dapat terselesaikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN 2017 dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROFIL KOTA MAKASSAR LETAK GEOGRAFIS -Pantai Barat Pulau

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN Jalan Ahmad Yani No. 100 Selong Telp. (0376) 2921033, Fax. (0376) 2922926, Kode Pos 83612 Email: dinkeskablotim@gmail.com

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga buku "Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN PEMERINTAH DINAS KESEHATAN Jalan Ahmad Yani No. 100 Selong Telp. (0376) 2921033, Fax. (0376) 2922926, Kode Pos 83612 Email: dinkeskablotim@yahoo.co.id KATA PENGANTAR Puji syukur kami

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, bahwa atas Rahmat dan karunianya, telah diterbitkan Buku

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Assalammu alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan karunianya maka buku Profil Dinas Kesehatan Kota Depok

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS KESEHATAN Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat Tel-Fax (0266) SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS KESEHATAN Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat Tel-Fax (0266) SUKABUMI PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS KESEHATAN Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat Tel-Fax (0266) 222061 SUKABUMI KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKABUMI NOMOR : 440/ 053 /DINKES/2016 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI JL. PANDANARAN 156 BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya,

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci