KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Segala puji bagi kebesaran Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan rahmatnya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini dapat terselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan Kota Makassar disusun setiap tahunnya guna memberikan gambaran situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kota Makassar sekaligus sebagai tolak ukur dalam melakukan evaluasi terhadap hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan. Profil Kesehatan ini memuat berbagai data dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan selama satu tahun dari berbagai program di lingkup Dinas Kesehatan beserta lintas sektor terkait. Secara umum Profil Kesehatan ini menyajikan data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin. Tersedia data kesehatan yang responsif gender guna mengidentifikasi kondisi, kebutuhan dan persoalan gender terkait akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam implementasi pembangunan bidang kesehatan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, terutama pada kelengkapan data, ketepatan waktu maupun analisa deskripsinya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam menuju kesempurnaan penyusunan Profil Kesehatan di tahun berikutnya. Terima Kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini, semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Makassar, November 2015 Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar dr. Hj. A. Naisyah T. Azikin,M.Kes Pangkat : Pembina Utama Muda NIP : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 i

3 DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II. GAMBARAN UMUM... 7 A. KEADAAN PENDUDUK... 8 B. KEADAAN EKONOMI C. KEADAAN PENDIDIKAN D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian/Mortality Rate B. Indeks Pembangunan Manusia C. Status Gizi D. Angka Kesakitan/Morbidity Rate BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak B. Perbaikan Gizi Masyarakat C. Pelayanan Imunisasi D. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat E. Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal 78 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. Tempat-Tempat Umum C. Tenaga Kesehatan D. Pembiayaan Kesehatan BAB VI PENUTUP Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel Hal 1. II.1Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun II.2Jumlah Penduduk Kota Makassar dirinci menurut Kecamatan Tahun II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun II.4Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun II.5PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Makassar dan Sulawesi Selatan Tahun II.6Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun II.7Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun II.8 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak di Kota Makassar Tahun III.1 Sepuluh (10) Jenis Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Kota Makassar Tahun III.2 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar Tahun III.3 Status Gizi Balita per Kecamatan di Kota Makassar Tahun III.4 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita di Kota Makassar Tahun III.5 Pola 10 Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun III.6 Penderita Kasus Baru TB BTA + dan yang diobati menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun III.7 Jumlah Penderita Diare Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun III.8 Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Tahun V.1 Keadaan Sarana Kesehatan di Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 iii

5 DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 1. II.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun II.2 Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak di Kota Makassar Tahun II.3 Persentase Rumah Sehat di Kota Makassar Tahun III.1 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar di Kota Makassar Tahun III.2 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Neonatal di Kota Makassar Tahun III.3 Angka Kematian Bayi di Kota Makassar Tahun III.4 Angka Kematian Balita di Kota Makassar Tahun III.5 Angka Kematian Ibu di Kota Makassar Tahun III.6 Usia Harapan Hidup Ibu di Kota Makassar Tahun III.7 Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun III.8 Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun III.9 Kasus Baru HIV-AIDS di Kota Makassar Tahun III.10 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Pneumonia Balita di Kota Makassar Tahun III.11 Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta (PB + MB) di Kota Makassar Tahun III.12 Jumlah Kasus Penderita Diare di Kota Makassar Tahun III.13 Cakupan Imunisasi Campak di Kota Makassar Tahun III.14 Kasus AFP (Non Polio) di Kota Makassar tahun III.15 Jumlah Kasus dan Kematian Akibat Penyakit DBD di Kota Makassar Tahun III.16 Jumlah Suspect Flu Burung dan Kematian akibat Flu Burung Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 iv

6 20. IV.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kota Makassar Tahun IV.2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kota Makassar Tahun IV.3 Cakupan Pemberian Tablet Fe 1 dan Fe 3 Kota Makassar Tahun IV.4 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Anak Balita Tahun IV.5 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi (0-6 bulan) di Kota Makassar Tahun IV.6 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Kota Makassar tahun IV.7 Cakupan Imunisasi TT2 + pada Ibu Hamil di Kota Makassar Tahun V.1 Jumlah Puskesmas di Kota Makassar Tahun V.2 Posyandu Menurut Strata di Kota Makassar Tahun V.3 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya di Kota Makassar Tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 v

7 DAFTAR LAMPIRAN TABEL LAMPIRAN : 1. Luas wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur 4. Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 5. Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 6. Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan Puskesmas 7. Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB pada Anak dan Case Notification Rate (CNR) Per Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 8. Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA + Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 9. Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 10. Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 13. Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 14. Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 15. Kasus Baru Kusta 0-14 tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 16. Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 vi

8 17. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 18. Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas 19. Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 20. Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 21. Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 22. Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 23. Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 24. Pengukuran Tekanan Darah Penduduk 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 25. Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 27. Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) 28. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/ Kelurahan yang ditangani <24 Jam 29. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas 30. Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas 32. Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet FE1 dan FE3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas 33. Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 vii

9 34. Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas 35. Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas 36. Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan Puskesmas 37. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 38. Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 39. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 40. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 41. Cakupan Desa/ Kelurahan UCI Menurut Kecamatan dan Puskesmas 42. Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 43. Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib,Polio,Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 44. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 45. Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 46. Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 47. Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 48. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 49. Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 viii

10 50. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan Puskesmas 51. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 52. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 53. Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin 54. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan 55. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit 56. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit 57. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas 58. Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas 59. Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas 60. Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan 61. Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan Puskesmas 62. Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 63. Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas 64. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi 65. Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ix

11 66. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin 67. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan 68. Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I 69. Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas 70. Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan 71. Jumlah Desa/Kelurahan Siaga Menurut Kecamatan 72. Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan 73. Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan 74. Jumlah Tenaga Kefaramasian Fasilitas Kesehatan 75. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan 76. Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan 77. Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan 78. Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan 79. Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan 80. Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan di Fasilitas Kesehatan 81. Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 x

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu tiang utama dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia maupun kesejahteraan masyarakat. Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen interasional, yang dituangkan dalam Millenium Development Goals(MDGs). Dalam MDGs terdapat target yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu target 4 (menurunkan angka kematian anak), target 5 (meningkatkan kesehatan ibu) dan target 6 (memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya), serta 2 target lainnya yang tidak terkait langsung yaitu target 1 (memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem) dan target 3 (mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan). Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

13 memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan. Pemerintah terus melakukan upaya untuk memperluas cakupan pembangunan kesehatan dan meningkatkan kualitasnya antara lain melalui upaya mendorong kemandirian individu, keluarga dan masyarakat luas untuk sehat. Salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Makassar adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu, merata dan terjangkau oleh setiap individu, keluarga serta masyarakat, dan membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan privat sektor. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini disusun dalam rangka evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2014 dengan mengacu kepada Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta Millenium Development Goals (MDGs). Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2014 ini, menyajikan bentuk data terpilah menurut jenis kelamin. Bentuk data terpilah ini berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Data terpilah menurut jenis kelamin atau yang sering disebut data gender sangat penting artinya dalam setiap penyusunan perencanaan kebijakan / program / kegiatan pembangunan. Pengarusutamaan gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui pengintegrasian permasalahan, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan laki-laki dan perempuan harus dimasukkan ke dalam perencanaan, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

14 pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas/ angka kematian dan Morbiditas/ angka kesakitan, cakupan indikator-indikator pelayanan kesehatan serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalahmasalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lain-lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, grafik dan data kualitatif. B. Dasar Penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan yang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan pada dikeluarkannya beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturan Perundangan Kesehatan antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 837/MENKES/VII/2007 Tentang Pengembangan SIKNAS Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional 6. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional 7. Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

15 8. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor 06 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan data gender dan anak. 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten/Kota 10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. 11. Keputusan Menkeu RI Nomor 119 Tahun 2009, yang mensyaratkan agar dalam penyusunan rencana dan anggaran menggunakan analisis gender. C. Sistematika Penyusunan Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun 2014 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Bab II : Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk Menyajikan tentang gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dari Kondisi Geografis Wilayah Kota Makassar, keadaan penduduknya meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk dan kepadatan penduduk Kota Makassar tahun Bab II ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersamasama dengan kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

16 budaya, perilaku masyarakat dan lingkungan di Kota Makassar. Bab III : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan dalam kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya. Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab VI: Penutup Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan dengan pelaksanaan program kesehatan sepanjang tahun 2014 yang dituangkan kedalam Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014, termasuk peluang dan tantangan penyusunannya serta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kota Makassar dalam Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

17 mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kota Makassar Makassar Sehat dan Nyaman Untuk Semua Menuju Kota Dunia Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

18 BAB II GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat Bujur Timur dan Lintang Selatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 10 meter dari permukaan laut. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km 2 yang terbagi ke dalam 14 Kecamatan, 143 Kelurahan, 994 RW dan RT. Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulaupulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulaupulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan Pulau Kayangan (terdekat). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

19 A. KEADAAN PENDUDUK Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yang kurang merata serta komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan (RBT). 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2014 tercatat sebesar jiwa, masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 (BPS Kota Makassar) dikarenakan data jumlah penduduk tahun 2014 belum keluar pada saat penyusunan profil kesehatan. Namun untuk penentuan sasaran program kesehatan (tabel lampiran profil kesehatan) masih menggunakan jumlah penduduk 2 tahun sebelumnya yaitu (penduduk tahun 2012/sasaran tahun 2013) dikarenakan data penduduk terbaru dari BPS Kota Makassar dirilis pada akhir tahun sementara penentuan sasaran ditetapkan di awal tahun dan penyusunan profil kesehatan pada pertengahan tahun. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinya arus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan, disamping karena daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dikawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

20 Tabel II.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun Tahun Jumlah Penduduk Kota Makassar Laju Pertumbuhan 1,78 1,68 1,68 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Gambar II.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun ,408, ,408, ,369,606 1,350,0001,360,0001,370,0001,380,0001,390,0001,400,0001,410,000 JUMLAH PENDUDUK 2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran Penduduk Penduduk Kota Makassar pada tahun 2014 sebesar (penduduk tahun 2013) jiwa yang tersebar di 14 kecamatan. Namun persebaran tersebut tidak merata, hal tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap kecamatan, serta kebijakan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

21 pemerintah tentang penetapan lokasi pembangunan rumah pemukiman penduduk dan lokasi untuk pengembangan kawasan industri. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Biringkanaya, yaitu sebanyak atau sekitar 13,91 persen dari total penduduk, disusul kecamatan Tamalate sebanyak jiwa (12,99 persen). Kecamatan Rappocini sebanyak jiwa (11,13 persen), dan yang terendah adalah kecamatan Wajo sebanyak jiwa (1,88 persen) Adapun jumlah penduduk Kota Makassar per wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel II.2 berikut : Tabel II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar Dirinci Menurut Kecamatan Tahun No. Kecamatan JUMLAH PENDUDUK Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea J u m l a h Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

22 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata. Dengan jumlah penduduk sebesar jiwa dan luas wilayah 175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) Kota Makassar sebesar jiwa/km 2. Ditinjau dari kepadatan penduduk, kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso ( jiwa per km persegi), kecamatan Mamajang ( jiwa per km persegi). Sedangkan kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Biringkanaya (4.063 jiwa per km persegi), Manggala (5.424 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (7.885 jiwa per km persegi), kecamatan Panakukang (8.504 jiwa per km persegi). Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2014 NO KECAMATAN PERSENTASE PENDUDUK JUMLAH KELURAHAN LUAS WIL. (km²) KEPADATAN PENDUDUK /km² 1 Ujung Tanah 3, Tallo 9, Bontoala 3, Wajo 1, Ujung Pandang 1, Makassar 5, Mamajang 4, Mariso 4, Tamalate 12, Rappocini 11, Panakkukang 10, Manggala 9, Biringkanaya 13, Tamalanrea 7, MAKASSAR 100, Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

23 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara pendudukumur non produktif (umur 0 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya. Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2014 sebesar 45,68%, dengan penduduk sebesar jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), jiwa penduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), jiwa penduduk lanjut usia ( 65+ Tahun). Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Secara keseluruhan, komposisi penduduk Kota Makassar menurut jenis kelamin, hampir seimbang yaitu rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 97,77 %. Berikut ini digambarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kota Makassar tahun Sex Ratio yaitu sekitar 97,77 persen yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

24 NO Tabel II. 4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2014 KELOMPOK UMUR (Tahun) JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH J U M L A H Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar B. KEADAAN EKONOMI Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur untuk menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Kondisi perekonmian suatu daerah sangat tergantung pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkan perekonomian daerah ini. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

25 Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satu dari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut (BPS Kota Makassar). Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasil perhitungan PDRB tahun 2013, nilai PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku telah mencapai Rp ,552 miliar rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2013, nilainya sebesar Rp ,227 miliar rupiah. Angka lainnya yang dapat diturunkan dari angka PDRB adalah angka PDRB perkapita. PDRB perkapita merupakan PDB atas harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka perkapita bruto penduduk Kota Makassar tahun 2013 sebesar Rp Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 berikut : Tabel II. 5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku, Sulawesi Selatan dan Kota Makassar (Dalam Juta Rupiah) Tahun TAHUN PDRB SUL-SEL PDRB KOTA MAKASSAR % MAKASSAR THDP SUL-SEL ,31 31, ,65 31, , , ,149 32, , ,40 31, Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

26 Pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi secara fisik, seperti pertambahan jumlah dan produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, perkembangan barang manufaktur, dan sebagainya. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.6 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun Tahun PDRB ADH Berlaku (Juta Rp) Perkembangan (persen) PDRB ADH Konstan (Juta Rp) Pertumbuhan Ekonomi (Persen) ,65 19, ,68 9, ,94 18, ,43 9, ,82 17, ,97 9, ,57 16, ,39 9, ,53 15, ,88 8,91 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar C. KEADAAN PENDIDIKAN Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembangunan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disejajarkan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan bukan hanya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, selain itu juga dapat menumbuhkan keadaan ekonomi yang yang lebih baik. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

27 Gambaran prestasi pendidikan dapat dilihat pada besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). IPM mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup (angka harapan hidup waktu lahir), berpengetahuan dan berketerampilan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak. Pada tahun 2013, nilai IPM Indonesia adalah 73,81 meningkat dari tahun 2012, yaitu 73,29. Dengan angka ini maka Indonesia masuk dalam kategori negara dengan pembangunan manusia sedang. Angka tersebut lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-108 diantara 187 negara di dunia. Sementara IPM untuk Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 sebesar 73,28 dengan IPM tertinggi adalah di Kota Makassar sebesar 80,17 dan terendah di Kabupaten Jeneponto sebesar 66,22 (BPS Propinsi Sulawesi Selatan). Indikator pendidikan lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase penduduk berumur 15 tahun keatas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis tanpa harus mengerti apa yang dibaca/ditulisnya. Kelompok penduduk usia sekolah ini adalah kelompok penduduk usia produktif, sebagai sumber daya pembangunan yang seharusnya memiliki pendidikan yang memadai dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf pada tahun 2011 tertinggi di Sulawesi Utara yaitu 98,85% dan DKI Jakarta yaitu 98,83. Sulawesi Selatan berada pada urutan ke-29 dengan persentase penduduk melek huruf 88,07%. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah, salah satu indikator yang digunakan yaitu Angka partisipasi Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

28 sekolah (APS). APS adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. APS yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum. APS secara umum dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, tahun mewakili umur setingkat SMP/MTs, dan tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK. Data APS menurut jenis kelamin tahun di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II. 7 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun Jenis Kelamin/Tahun Laki-Laki Perempuan Laki + Perempuan Kelompok Umur (%) ,6 96,4 97,9 97,8 97,6 97,9 97,7 97,0 97,9 95,5 96,3 80,8 96,6 94,1 89,9 96,1 95,1 85,4 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makasssar dalam Susenas ,9 67,6 60,6 64,8 71,9 63,1 66,4 69,6 61,9 D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Menurut World Health Organisation (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

29 yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat tersebut antara lain mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang sangat kompleks sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sektor yang terkait. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, terdapat beberapa indikator seperti : akses air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi layak, rumah sehat, tempat-tempat umum sehat. 1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas Air minum yang berkualitas dan terlindung menjadi kebutuhan dasar masyarakat dan merupakan salah satu strategi pencapaian tujuan MDGS ke-7 hingga tahun 2015 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar. Akses penduduk terhadap sumber air berkualitas dimaksudkan bahwa sumber air berkualitas menyediakan air yang aman untuk diminum bagi masyarakat karena air yang tidak berkualitas merupakan sumber berbagai macam penyakit. Konsep yang digunakan untuk sumber air minum yang layak meliputi sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindung, penampungan air hujan (PAH) dan PDAM (perpipaan). Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk peningkatan akses air minum yang layak dengan melibatkan lintas sektor terkait yaitu Dinas Kesehatan, Petugas sanitasi Puskesmas, PDAM, Dinas PU, dan BLHD. Upaya-upaya yang dilakukan yaitu : a. Pembinaan dan pengawasan sarana air minum dan bersih b. Pemeriksaan kualitas air bersih dan air minum Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

30 c. Kegiatan kaporisasi d. Pembangunan sarana penampungan air/bpspams di beberapa titik di kawasan Kota Makassar e. Sosialisasi dan pelatihan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Persentase penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.8 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Di Kota Makassar Tahun Tahun Jumlah penduduk dengan akses terhadap air minum layak % ,00 79,86 Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang ditangani secara lintas sektor. Sesuai dengan konsep MDGs, dikatakan akses sanitasi layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Dalam mewujudkan Kota Sehat Kota Makassar, berbagai upaya dilakukan untuk peningkatan akses layak (jamban sehat), diantaranya : a. Inspeksi sanitasi rumah yang meliputi jamban, rumah, dan air b. Pengembangan IPAL komunal yang tersebar di wilayah Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

31 c. Sosialisasi dan pelatihan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) d. Program Arisan Jamban keluarga Kegiatan ini untuk meringankan biaya keluarga yang kurang mampu untuk membuat sarana sanitasi (jamban keluarga), sehingga digagaslah kegiatan arisan jamban keluarga agar semua rumah tangga di Kota Makassar dapat memiliki jamban keluarga di rumah masing-masing. Tujuannya agar tidak ada lagi masyarakat Kota Makassar yang Buang Air Sembarang Tempat (BABS) sehingga diharapkan seluruh kelurahan di Kota Makassar dapat mencapai ODF (Open Defecation Free) atau Stop BABS. Persentase penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) di Kota Makassar selama tahun dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar II. 2 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Di Kota Makassar Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 3. Rumah Sehat Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan perumahan sehingga penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Masalah perumahan telah diatur dalam Undang- Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

32 Undang Pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/1992 bab II pasal 5 ayat 1 yang berbunyi Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Adapun beberapa aspek persyaratan kesehatan rumah tinggal yang harus diperhatikan secara umum menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 antara lain : bahan bangunan, komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene, limbah dan kepadatan hunian ruang tidur. Berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan bersama lintas sektor terkait untuk meningkatkan rumah sehat diantaranya : inspeksi sanitasi rumah, perbaikan dan pembangunan sarana (BPSPAMS, Ipal Komunal, MCK) dan program pemerintah tentang perbaikan rumah sehat/bedah rumah. Persentase rumah memenuhi syarat (rumah sehat) di Kota Makassar Kota Makassar selama tahun dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar II. 3 Persentase Rumah Sehat Di Kota Makassar Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

33 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat yang tinggi diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan meningkatkan kualitas bangsa. Derajat kesehatan masyarakat yang digambarkan dalam bab ini yaitu melalui Angka Mortalitas ; terdiri atas Angka Kematian Bayi(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Indeks Pembangunan Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas ; angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa. Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator -indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu : 1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. 2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per anak balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per Kelahiran Hidup. 3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per penduduk, Angka Kesakitan Malaria per penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase Penderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute Flacid Paralysis" (AFP) pada anak usia < 15 tahun per anak. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

34 4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan gizi buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi. A. ANGKA KEMATIAN/MORTALITY RATE Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. 1. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR) Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di masyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakan community based data), sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan jadi bukan merupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi di suatu wilayah (facilitate based data). Angka kematian di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yang berbasis bukti (Evidence Based). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinkes Kota Makassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur (<1 tahun - >45 tahun) yang terjadi pada tahun 2014 sebanyak kematian dari jiwa menurun dari tahun 2013 sebanyak kematian dari Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

35 jiwa. Tahun 2012 terdapat kematian dari jiwa untuk semua golongan umur. Ini berarti pada tahun 2014 dari penduduk Kota Makassar terjadi 2 kematian (AKK = 1,97 per penduduk). Angka kematian kasar tahun 2012 s/d 2014 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 1 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar Di Kota Makassar Tahun ,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, ,008 3, , Jumlah Kematian AKK (Angka Kematian Kasar) Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Adapun 10 (sepuluh) jenis penyakit penyebab utama kematian di Kota Makassar tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

36 Tabel III Jenis Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi Di Kota Makassar Tahun 2014 No. JENIS PENYAKIT J U M L A H 1 Asma Jantung Hipertensi Diabetes Mellitus Maag Stroke Broncho Pneumonia Lever 80 9 Ginjal Prematur 75 Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 2. Angka Kematian Neonatal (AKN) / Neonatal Mortality Rate (NMR) Kematian neonatal adalah kematian bayi yang berumur 0-28 hari yang dinyatakan dengan per kelahiran hidup. Kematian neonatal dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu : 1) faktor ibu antara lain antenatal care, infeksi ibu saat hamil, gizi ibu hamil dan karakteristik dari ibu hamil (umur,paritas dan jarak kehamilan) ; 2) faktor janin antara lain BBLR, asfiksia, dan pneumonia. Untuk mencegah risiko kehamilan, maka perlu untuk menghindari 3T dan 4T. Adapun yang dimaksud dengan 3T dan 4T yaitu : a. 3 T : 1. Terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan 2. Terlambat mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat 3. Terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan b. 4 T : 1. Terlalu muda ( usia <16 tahun) 2. Terlalu tua (usia >35 tahun) 3. Terlalu sering (usia anak sangat dekat) 4. Terlalu banyak (lebih dari 4 orang anak) Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

37 Angka Kematian Neonatal di Kota Makassar mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 sebesar 0,98 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian neonatal sebanyak 28 kematian dari jumlah kelahiran hidup (AKN = 0,98/1000 KH). Tahun 2013 sebesar 2,44 per kelahiran hidup dengan jumlah kematian sebanyak 60 kematian neonatal dari jumlah kelahiran hidup (AKN = 2,44/1000 KH). Angka kematian neonatal selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 2 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Neonatal Di Kota Makassar Tahun Jumlah Kematian AKN (Angka Kematian Neonatal) Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Berbagai kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam upaya penurunan AKN diantaranya kampanye anak sehat, pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi bidan, dan 1000 hari pertama kehidupan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

38 3. Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR) Angka kematian bayi menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan indikator yang terkait langsung dengan target kelangsungan hidup bayi dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan termasuk pemeliharaan kesehatannya. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolak ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. Pencapaian indikator angka kematian bayi telah melampaui target yang telah ditetapkan, dari yang ditargetkan 9/1000 Kelahiran Hidup (KH) di tahun 2014 ternyata menunjukkan pencapaian yang baik dengan lebih rendahnya angka kematian bayi pada tahun 2014 yaitu 2,60 per kelahiran hidup (AKB = 2,60/1000 KH) atau sebanyak 64 kasus kematian bayi dari kelahiran hidup menurun dari tahun 2013 yaitu 6,71 per kelahiran hidup (AKB = 6,71/1000 KH) atau sebanyak 165 kasus kematian bayi dari kelahiran hidup. Tahun 2012 sebesar 6,78 per kelahiran hidup (AKB = 6,78/1000 KH) dengan jumlah kematian bayi sebanyak 163 kasus dari jumlah kelahiran hidup. Angka kematian bayi selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

39 Gambar III. 3 Angka Kematian Bayi Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk mengubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Penurunan angka kematian bayi (AKB) di Kota Makassar terjadi karena dukungan lintas program seperti program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan imunisasi yang semakin baik serta dukungan lintas sektor terkait. Adapun beberapa kegiatan yang dilaksanakan sepanjang tahun 2014 dalam upaya penurunan angka kematian bayi (AKB) yaitu sosialisasi P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi) pada 14 kecamatan di Kota Makassar, kampanye ibu sehat (1.000 ibu hamil), kampanye anak sehat, pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi bidan, pelatihan PONED untuk 10 Puskesmas rawat inap, AMP (Audit Maternal Perinatal) untuk memvalidasi kasus kematian dan 1000 hari pertama kehidupan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

40 4. Angka Kematian Balita (AKABA)/Child Mortality Rate (CMR) Angka Kematian Balita (1-4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 1-4 tahun per anak balita. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti status gizi, sanitasi, penyakit menular dan tidak menular serta kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kematian penduduk. Besarnya tingkat kematian balita menunjukkan tingkat permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassar mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 jumlah kematian balita yaitu sebanyak 43 balita dari kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA)= 1,79/1.000 KH meningkat pada tahun 2013 yaitu sebanyak 82 balita dari kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA) = 3,34/1.000 KH. Tahun 2014, kematian balita bertambah 13 kasus menjadi 95 kematian balita dari kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA) = 3,86/1.000 KH. Angka kematian balita selama 3 tahun di Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

41 Gambar III. 4 Angka Kematian Balita Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar 5. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah wanita yang meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per persalinan. Angka kematian ibu merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium (Millenium Development Goals) tujuan kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Adapun target pencapaian Millenium Development Goals (MDG S) yaitu AKI di Indonesia menjadi 102/ KH pada 2015, dan untuk itu upaya terobosan yang efektif dan berkesinambungan harus terus dilakukan. Indikator ini menjadi sasaran utama dalam Rencana Strategik Dinas Kesehatan karena merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

42 Di Kota Makassar, AKI maternal mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2014 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 20,33 per kelahiran hidup (AKI : 20,33/ KH) dibanding tahun 2013 yaitu sebesar 16,27 per kelahiran hidup (AKI : 16,27/ KH). Tahun 2012 yaitu sebesar 8,32 per kelahiran hidup (AKI : 8,32/ KH). Angka ini didapatkan dari hasil formulasi data yang dilaporkan serta hasil pencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar. Di sisi lain, meningkatnya angka kematian ibu sekaligus menunjukkan semakin baiknya koordinasi pencatatan dan pelaporan antara puskesmas, rumah sakit dan Dinas Kesehatan. Adapun angka kematian ibu di Kota Makassar selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 5 Angka Kematian Ibu Di Kota Makassar Tahun A K I TAHUN Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Diketahui selama tahun 2014 dari sejumlah kelahiran hidup di Kota Makassar terjadi 5 kasus kematian ibu, 2 kasus disebabkan perdarahan yaitu terjadi di Wilayah Puskesmas Dahlia Kecamatan Mariso Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

43 dan Wilayah Puskesmas Layang Kecamatan Bontoala, adapun 3 kasus kematian ibu lainnya disebabkan eklampsia yaitu tahap akhir dari preeklampsia dimana tekanan darah ibu hamil meningkat dan kandungan protein dalam urin juga meningkat yang kemudian penderita terkena kejang-kejang dan sampai mengalami koma. Tiga kasus kematian ibu karena eklampsia tersebut masing-masing dilaporkan terjadi di Wilayah Puskesmas Mangasa Kecamatan Tamalate, Wilayah Puskesmas Kaluku Bodoa Kecamatan Tallo dan Wilayah Puskesmas Antang Perumnas Kecamatan Manggala. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel III. 2 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar Tahun 2014 PUSKESMAS Mangasa Kaluku Bodoa Antang Dahlia Layang JUMLAH KEMATIAN IBU Jumlah Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar 5 Menyikapi kejadian kematian ibu yang meningkat selama dua tahun terakhir, maka dilakukan pembenahan pelayanan kesehatan ibu di tahun 2014, melalui anggaran perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2014 dibentuk tim petugas sistem informasi rujukan ibu hamil dan balita yang dimasukkan pada kegiatan pemeliharaan jaringan sistem informasi Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

44 kesehatan daerah (Sikesda) puskesmas program standarisasi pelayanan kesehatan. Penerapan sistem informasi rujukan ibu hamil merupakan kegiatan kerja sama dengan program USAID Emas, dalam bentuk pengadaan aplikasi sistem pelayanan dan rujukan bagi ibu hamil yang dikenal dengan nama SIJARIEMAS, aplikasi ini juga memuat program edukasi bagi ibu hamil dimana aplikasi menyimpan data seluruh ibu hamil dengan memasukkan nomor kontak handphone juga usia kehamilan, sehingga setiap ibu hamil dapat menerima sms terkait perawatan, antisipasi masalah maupun pesan-pesan kesehatan selama masa kehamilan sesuai minggu atau bulan kehamilannya. Aplikasi Sijariemas memuat pengaturan alur rujukan ibu hamil dari unit pelayanan kesehatan dasar dalam hal ini puskesmas ke puskesmas PONED dan rumah sakit, sehingga memungkinkan penanganan kasus kegawatdaruratan ibu hamil dan melahirkan secara lebih baik. Sistem yang dipakai melalui sms ataupun telepon, setiap penanganan ibu hamil yang butuh rujukan akan disampaikan via sms ataupun telepon ke penerima rujukan sehingga penanganan telah disiapkan sebelum pasien sampai. Selain itu kegiatan-kegiatan penanganan kesehatan ibu dan anak yang hingga tahun 2014 dilakukan melalui program upaya kesehatan dan promosi kesehatan, untuk tahuntahun selanjutnya mulai tahun 2015 seluruh kegiatan penanganan kesehatan ibu dan anak dilakukan melalui program tersendiri, yaitu Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak. B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara di seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah Negara Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

45 adalah negara maju, negara berkembang atau negara terkebelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCY Usia Harapan Hidup (UHH) bermanfaat untuk mengetahui berapa lama orang dapat hidup sejak dari usia tertentu. Jika usia harapan hidup tinggi, menunjukkan tingkat taraf hidup suatu Negara juga tinggi begitupun sebaliknya. Usia Harapan Hidup (UHH) Kota Makassar tahun 2014 sudah mencapai 74,38 tahun (BPS, 2014), angka tersebut meningkat dibanding tahun 2013 yaitu 74,05 tahun. Namun pencapaian UHH belum mencapai target yang telah ditetapkan. Pola hidup masyarakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya sehingga belum tercapainya usia harapan hidup yang ditargetkan 75 tahun, diantaranya kebiasaan olahraga rutin dan teratur yang merupakan salah satu upaya hidup sehat yang belum menjadi pola hidup masyarakat pada umumnya, sehingga untuk pencapaian sasaran ini ditetapkan kegiatan pembinaan kesehatan olahraga khususnya bagi lansia pada program upaya kesehatan masyarakat, dan juga dilakukan kegiatan pengendalian penyakit tidak menular (PPTM) pada program pencegahan dan penangggulangan penyakit. Selain itu juga dibina kelompok USILA Sehat di masing-masing wilayah kerja puskesmas, jumlah kelompok USILA yang dibina sebanyak 446 Kelompok. Sasaran Peningkatan Usia Harapan Hidup ini juga didukung oleh kebijakan pemberian pelayanan Kesehatan Gratis melalui program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang merupakan program nasional dan Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) yang merupakan program unggulan pemerintah Kota Makassar yang menjamin setiap penduduk Kota Makassar bisa mengakses unit-unit pelayanan kesehatan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

46 dan mendapatkan pelayanan gratis baik dari tingkat pustu, puskesmas maupun rumah sakit. Berikut ini dapat dilihat Usia Harapan Hidup di Kota Makasssar selama 3 tahun terakhir : 75.5 Gambar III. 6 Usia Harapan Hidup di Kota Makassar Tahun Capaian Target Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar C. STATUS GIZI Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping sebagai faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui. Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

47 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari gram merupakan salahsatu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi baik kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterinegrowth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2014 sebanyak 690 bayi BBLR dari bayi lahir hidup atau sekitar 2,81% meningkat dari tahun 2013 sebanyak 611 bayi BBLR dari bayi lahir hidup atau sekitar 2,48%. Tahun 2012sebanyak 473 bayi BBLRdari bayi lahir hidupatau sekitar 1,96%. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 7 Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

48 2. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan Gizi Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index (BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh (BB, TB) atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score 2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai 3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2014 berjumlah (2,30 % dari jumlah balita) menurun dari tahun 2013 yaitu (2,66 % dari jumlah balita). Tahun 2012 berjumlah (2,77 % dari jumlah balita). Sementara untuk jumlah kasus gizi buruk tahun 2014 sebanyak 50 kasus dan keseluruhan tertangani. Prevalensi gizi buruk belum mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam penetapan kinerja karena adanya balita dengan status gizi buruk yang merupakan warga pendatang atau bukan penduduk asli Makassar, mereka merupakan penduduk musiman yang orang tuanya bekerja sementara di Makassar seperti tukang atau buruh bangunan, sehingga balitanya ikut diukur status gizinya dan tercatat dalam pelaporan. Upaya pencapaian cakupan kasus balita gizi buruk mendapat perawatan terus meningkat, hal ini dilaksanakan melalui program perbaikan gizi masyarakat dengan beberapa kegiatan yaitu: - Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda ASI Eksklusif - Sosialisasi dan Pembinaan ASI Eksklusif Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

49 - Pembinaan Kelompok Gizi Masyarakat Replikasi NICE - Sosialisasi Perbaikan Gizi melalui Pemberdayaan Masyarakat - Pelatihan Konseling dan Motivator ASI - Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Gizi Kurang dan gizi buruk - Review Kegiatan Inovatif Kelompok Gizi Masyarakat - Pembinaan dan Pengawasan Pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin Status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir terus mengalami penurunan yakni pada tahun 2012 berjumlah balita (11,59 %) menurun di tahun 2013 yaitu balita (9,73%) dan tahun 2014 berjumlah balita (8,35%). Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 8 Persentase Balita dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun GIZI BURUK GIZI KURANG Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

50 Selama lima tahun terakhir prevalensi gizi kurang balita terus mengalami penurunan, adanya program NICE (Nutrition Improvement Throught Community Empowerment) sangat berperan dalam perbaikan gizi di Kota Makassar. NICE merupakan program pembiayaan atau pinjaman melalui Asian Development Bank (ADB) untuk beberapa provinsi di Indonesia khusus untuk mengurangi prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga miskin. Namun pada tahun 2014 tidak ada lagi pembiayaan dari program NICE namun tetap dianggarkan Replikasi NICE melalui APBD dengan melakukan pembinaan terhadap Kelompok Gizi Masyarakat yang telah dibentuk, pembinaan dilakukan secara rutin setiap bulannya secara bertahap kepada 500 anggota Kelompok Gizi Masyarakat. Selain itu juga dilaksanakan sosialisasi perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan kader posyandu, tokoh masyarakat dan PKK di 43 puskesmas. Sasaran ini didukung oleh kebijakan Perbaikan Gizi Masyarakat dengan program perbaikan gizi masyarakat. Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT Pemulihan) terdiri atas PMT Gizi Kurang dan PMT Gizi Buruk. PMT Gizi Kurang diberikan untuk balita berupa paket makanan untuk 100 hari dan masing-masing balita mendapatkan 15 kotak paket, adapun PMT Gizi Buruk diberikan untuk 50 anak gizi buruk berupa pemberian paket makanan selama 100 hari. Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT Penyuluhan) berupa pemberian kacang hijau, santan serta gula merah di 979 posyandu se-kota Makassar. Adapun status gizi pada bayi/balita tampak pada cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahun terakhir, yaitu : tahun 2012 sebanyak bayi di beri ASI ekslusif atau sekitar 63,7% dari bayi berumur 0-6 bulan meningkat pada tahun 2013 sebanyak atau sekitar 67,79 % dari bayi umur 0-6 bulan. Tahun 2014 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

51 meningkat sebanyak bayi yang diberi ASI ekslusif atau sekitar 61,03% dari bayi umur 0-6 bulan. Data mengenai jumlah Status Gizi Balita pada tahun 2014 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel III. 3 Status Gizi Balita per Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2014 Kecamatan Gizi Buruk Gizi Kurang Jumlah % Jumlah % Mariso 68 1, ,06 Mamajang 22 0, ,23 Tamalate 450 4, ,68 Rappocini 285 2, ,53 Makassar 161 2, ,82 Ujung Pandang 36 2, ,02 Wajo 9 0, ,66 Bontoala 56 1, ,45 Ujung Tanah 66 1, ,44 T a l l o 402 3, ,86 Panakukang 137 1, ,64 Manggala 91 1, ,33 Biringkanaya 191 1, ,54 Tamalanrea 78 1, ,46 TOTAL , ,73 Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Data mengenai jumlah dan persentase Status Gizi Balita pada tahun 2014 di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

52 Tabel III. 4 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita Di Kota Makassar Tahun STATUS GIZI BALITA TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % GIZI BURUK , , ,30 GIZI KURANG , , ,35 Sumber: Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar D. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY RATE Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dlam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penduduk Kota Makassar didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, serta hasil pengumpulan data dari bidang terkait Dinas Kesehatan Kota Makassar, serta data dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan tingkat Puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit utama untuk semua golongan umur di Kota Makassar tahun 2014 seperti yang tertera pada tabel berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

53 Tabel III. 5 Pola 10 Penyakit Utama Di Kota Makassar Tahun 2014 NO NAMA PENYAKIT JUMLAH 1 Infeksi Saluran Nafas Bagian Atas Penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi Esensial) Batuk Infeksi Saluran Nafas Bagian Atas Akut lainnya Dermatitis dan Eksim Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Gastritis Diare Infeksi Kulit & Jaringan Subkutan / Ploderma Influenza Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Makassar 1. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru Penyakit TB Paru menurut Millenium Development Goals(MDG S) merupakan suatu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan selain malaria dan HIV/AIDS. Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan pendekatan Directly Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti dengan paket pengobatan intensif secara gratis di seluruh puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya atau rumah sakit. Melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan ddari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

54 kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir pengobatan. Khusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar, kasus baru penderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas dan Rumah Sakit tahun 2014 sebanyak 73,76 % (ditemukan penderita dari sebanyak sasaran), jumlah ini meningkat dari tahun 2013 yaitu 72,44 % dengan jumlah penderita sebanyak dari 2500 sasaran. Adapun angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) di Puskesmas dan Rumah Sakit tahun 2014 yaitu 79,65 % (ditemukan penderita dari 2600 sasaran) meningkat dari tahun 2013 yaitu 78,12% (sebanyak penderita yang ditangani dari sebanyak 2500 sasaran). Proses penemuan penyakit TB dilakukan oleh pengelola TB masing-masing puskesmas melalui pelacakan/pencarian kasus baru, pelacakan penderita mangkir dan pemeriksaan kontak. Tabel III. 6 Penderita Kasus Baru TB BTA (+) dan yang diobati Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2014 NO SARANA KESEHATAN JUMLAH KASUS BARU TB BTA (+) BTA (+) Diobati 1 Puskesmas Rumah sakit JUMLAH Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar b. HIV & AIDS HIV adalah virus yang masuk ke dalam tubuh yang menghancurkan sistem kekebalan dan kalau terus memburuk akan menyebabkan kondisi AIDS, yakni hilangnya sistem pertahanan tubuh sehingga semua jenis penyakit bisa dengan mudah masuk dan akhirnya mengakibatkan kematian. HIV menyebar pada cairan tubuh manusia dan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

55 hanya ada tiga cairan tubuh yang rawan membawa HIV yaitu darah, ASI, dan cairan kelamin. Di seluruh dunia termasuk di Indonesia saat ini, cairan kelamin adalah media penyebab penyebaran HIV terbesar akibat perilaku seks bebas, dan darah merupakan media kedua terbesar penyebaran HIV diantara pengguna narkoba. Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases, dan merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhir ini telah menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan, meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antarwilayah, semakin mudahnya komunikasi antarwilayah, semakin menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesar tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS. Upaya pelayanan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV/AIDS disamping ditujukan pada penaganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan melaui skrining HIV/AIDS terhadap donor darah dan upaya pemantauan dan pengobatan penderita penyakit menular seksual (PMS), penyalahgunaan obat dengan suntikan (IDU s), penghuni LAPAS (lembaga Pemasyarakatan) atau melakukan penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Kota Makassar termasuk daerah yang beresiko tinggi karena selain merupakan daerah tujuan wisata, faktor lifestyle masyarakat perkotaan telah bergeser, yang sangat dimungkinkan oleh pengaruh globalisasi dimana budaya luar tersebar dengan cepat seperti Free Sex, Penyalahgunaan NAPZA, kelompok resti seperti waria, yang masih terselubung dalam masyarakat. Selain itu perilaku seks menyimpang juga merupakan salah satu sumber penularan penyakit menular seksual Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

56 termasuk HIV/AIDS. Kegiatan yang dilaksanakan selama Tahun 2014 berkaitan penanggulangan HIV/AIDS antara lain pencegahan HIV/ AIDS termasuk promosi kesehatan, Monitoring dan Evaluasi Program HIV/AIDS dan juga pembiayaan untuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Makassar. Selain itu khusus untuk penanggulangan HIV/AIDS juga telah disediakan 5 (lima) Puskesmas Percontohan dengan Layanan Komprehensif Berkelanjutan (LKB) yaitu Puskesmas Kassi-Kassi, Jumpandang Baru, Jongaya, Makkasau dan Andalas yang siap memberikan pelayanan dan rujukan bagi penderita HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba (NAPZA). Pada tahun 2014 penemuan kasus baru HIV sebanyak 705 kasus dengan rincian HIV(+) laki-laki yaitu 428 kasus (61%) dan HIV(+) perempuan 277 kasus (39%), Kasus baru AIDS tahun 2014 sebanyak 594 kasus dari target yang ditetapkan sebanyak 500 kasus, penemuan kasus baru HIV meningkat dibanding tahun 2013 yaitu 553 kasus. Kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2014 berkaitan dengan penanggulangan HIV/AIDS antara lain pencegahan HIV/AIDS termasuk promosi kesehatan, monitoring dan evaluasi program HIV/AIDS dan juga pembiayaan untuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Makassar. Selain itu khusus untuk penanggulangan HIV/AIDS juga telah disediakan 4 (empat) Puskesmas Percontohan yaitu Puskesmas Kassi-Kassi, Jumpandang Baru, Jongaya dan Makkasau yang merupakan 4 dari 24 unit pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia yang siap memberikan pelayanan dan rujukan bagi penderita HIV/AIDS dan penyalahgunaan Narkoba (NAPZA). Adapun kasus HIV/ AIDS selama 3 tahun di Kota Makassar dapat dilihat pada grafik berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

57 Gambar III. 9 Kasus Baru HIV-AIDS di Kota Makassar Tahun HIV AIDS Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar c. Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Data penemuan penderita pneumonia pada balita dan ditangani di Kota Makassar tahun 2014 yaitu 556 kasus meningkat dari tahun 2013 yaitu 438 kasus (sasaran 10% dari penderita ISPA). Tahun 2012 yaitu 913 kasus. Data pneumonia selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

58 Gambar III. 10 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Pneumonia Balita Di Kota Makassar Tahun , Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar d. Kusta Penyakit kusta adalah penyakit yang menular menahun dan disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium lepra yang menyerang kulit, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Ada 2 jenis penyakit kusta, yaitu : kusta kering (Pausi basiler) dan kusta basah (Multi basiler). Anggapan bahwa kusta disebabkan oleh kutukan, keturunan, dosa, guna-guna maupun makanan adalah anggapan yang salah. Kondisi inilah yang menyebabkan sehingga seseorang yang terkena kusta terlambat berobat ke pelayanan kesehatan sehingga menyebabkan kecacatan. Penyakit kusta hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Pemberantasan penyakit kusta dapat dilakukan dengan cara penemuan penderita melalui berbagai survey anak sekolah, survey kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

59 Pada penderita kusta yang ditemukan, diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren dan DDS yang diberikan dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta kasus baru tipe PB (kusta kering) pada tahun 2014 sebanyak 32 kasus baru sedangkan untuk penderita kusta kasus baru tipe MB (kusta basah) sebanyak 125 kasus, dengan total kasus baru PB+MB yaitu 157 kasus. Angka penemuan kasus baru kusta tahun 2014 (NCDR/New Case Detection Rate) yaitu 11,46 per penduduk. Adapun menurut kelompok umur penderita kusta 0-14 tahun sebanyak 18 kasus. Untuk kasus baru cacat tingkat 2 menurun dibanding tahun sebelumnya menjadi 1,91% dengan angka cacat tingkat 2 yaitu 0,22 per penduduk. Ini dikarenakan pemeriksaan kontak (penderita baru dan sembuh) secara selektif dilakukan oleh petugas hingga ditemukan penderita anak. Penemuan kasus baru kusta PB+MB selama 3 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut : Gambar III. 11 Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta (PB+MB) Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

60 e. Diare Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, tahun 2014 terjadi 8 kematian akibat diare sehingga penyakit diare ini masih menjadi skala prioritas dalam kegiatan penanggulangannya. Kasus diare yang dilaporkan oleh 46 puskesmas se Kota Makassar sampai dengan desember 2014 sebanyak kasus dengan angka kesakitan (Incidence Rate/IR) yaitu 19,33 per penduduk menurun dari tahun 2013 yaitu kasus dengan angka kesakitan (Incidence Rate/IR) penyakit diare sebesar 21,38 per penduduk. Tahun 2012 jumlah kasus dengan angka kesakitan sebesar 21,64 per penduduk. Adapun jumlah penderita diare yang dilaporkan menurut kecamatan di Kota Makassar selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: NO Tabel III. 7 Jumlah penderita Diare menurut Kecamatan Di Kota Makassar tahun KECAMATAN T A H U N MARISO MAMAJANG MAKASSAR U.PANDANG WAJO BONTOALA TALLO UJUNG TANAH PANAKUKANG MANGGALA RAPPOCINI TAMALATE TAMALANREA BIRINGKANAYA JUMLAH Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

61 Menurunnya angka kesakitan diare terkait meningkatnya kesadaran masyarakat dalam rangka pencegahan penyakit Diare. Adapun upaya untuk penanggulangan penyakit diare yaitu dengan program kaporisasi (pengadaan kaporit) yang setiap tahun dianggarkan oleh Dinas Kesehatan. Selain itu tenaga kesehatan di masing-masing puskesmas juga melaksanakan penyuluhan-penyuluhan kesehatan seperti penyuluhan CPTS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dimana faktor budaya cuci tangan juga turut berpengaruh terhadap kejadian penyakit diare Data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar mengenai jumlah kasus penderita akibat Diare dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar III. 12 Jumlah Kasus Diare di Kota Makassar Tahun ,500 29,000 28,500 28,000 27,500 27,000 26,500 26,000 25,500 25,000 29,265 28,908 26, Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 2. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I telah membuahkan hasil antara lain : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

62 - Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakit tergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugas Imunisasi di 46 Puskesmas se-kota Makassar - Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah dan swasta melakukan pelayanan imunisasi. - Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secara mandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapun data cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir dari 2012 sampai dengan 2014 sebesar 100%. a. Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka dengan tanda utama kekakuan otot (spasme), tanpa disertai gangguan kesadaran. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Di Kota Makassar, tahun 2014 tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum. b. Campak Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik (Koplik s Spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi, dan kematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada anak dengan malnutrisi terutama di negara berkembang. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

63 Pada tahun 2014, data dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar menyebutkan bahwa terdapat 388 kasus campak klinis dan tidak ditemukan korban meninggal, kasus ini meningkat dari tahun 2013 dengan jumlah kasus campak klinis yaitu 171 kasus dan tidak ditemukan korban meninggal. Adapun pemberian imunisasi campak selama 3 tahun terakhir yaitu, tahun 2012 sebanyak bayi yang diimunisasi dari bayi yang ada (115,80%), tahun 2013 sebanyak bayi yang diimunisasi dari bayi (102,61%) dan tahun 2014 sebanyak bayi yang diimunisasi dari bayi (103,20%). Berbagai upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penanggulangan penyakit campak, diantaranya : - Penyelidikan epidemiologi dan mencari kasus tambahan - Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor (rumah sakit, puskesmas, dan dinas peternakan) - Pemeriksaan serum - Tatalaksana kasus yang bekerjasama TGC (Tim Gerak Cepat) Dinas Kesehatan Kota Makassar dan TGC Puskesmas - Pemberian obat dengan koordinasi dengan dokter yang menangani seperti Vitamin A - Pengawasan di lokasi kejadian selama 7-14 hari Adapun cakupan imunisasi campak selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

64 Gambar III. 13 Cakupan Imunisasi Campak Di Kota Makassar Tahun 2012 s/d ,000 25,000 28,182 24,974 25,443 20,000 15,000 10,000 5, Bayi diimunisasi campak Cakupan (%) Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar c. Difteri Difteri adalah suatu penyakit bakteria akut terutama menyerang tonsil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteria. Penyakit ini muncul terutama pada bulan-bulan dimana temperatur lebih dingin di negara subtropis dan pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah penderita Difteri pada tahun 2012 terdapat 7 kasus difteri yang tersebar di 5 kecamatan terdapat 1 kematian, tahun 2013 kasus difteri menurun yaitu terdapat 1 kasus dan tahun 2014 terdapat 5 kasus suspek difteri. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penanggulangan penyakit difteri, diantaranya : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

65 - Penyelidikan epidemiologi dan mencari kasus tambahan - Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor (rumah sakit, puskesmas, dan dinas peternakan) - Pengambilan swab hidung dan tenggorokan - Tatalaksana kasus yang bekerjasama TGC (Tim Gerak Cepat) Dinas Kesehatan Kota Makassar dan TGC Puskesmas - Pemberian obat dengan koordinasi dengan dokter yang menangani seperti anti difteri serum - Pengawasan di lokasi kejadian selama 7-14 hari d. Polio dan AFP Penyakit polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus polio yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan yang datangnya mendadak. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 0-3 tahun. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Tahun 2000 dunia menyepakati penyakit polio sudah dapat tereradikasi dari muka bumi, tapi kenyataannya hingga saat ini masih ada beberapa wilayah regional yang yang belum mencapai eradikasi polio diantaranya melaksanakan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP). Puskesmas sebagai koordinator community based surveillance bertanggung jawab terhadap semua kasus AFP yang ada di wilayah kerjanya dengan mengikutsertakan petugas kesehatan yang ada dalam upaya penemuan kasus AFP di masyarakat. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

66 dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasuskasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasil pelacakan pada tahun 2012 ditemukan 1 kasus (suspect) AFP meningkat di tahun 2013 yaitu 4 kasus (suspect) AFP dan 10 kasus (suspect) AFP di tahun 2014 dengan AFP rate (non polio) yaitu 8,23 per penduduk usia <15 tahun. Adapun hasil penemuan kasus (suspect) AFP di Kota Makassar pada tahun 2012 s/d 2014 disajikan pada gambar berikut : Gambar III. 14 Kasus AFP (non polio) di Kota Makassar Tahun kasus kematian Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 3. Penyakit Bersumber Binatang Penyakit bersumber binatang diantaranya adalah Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Filariasis, Flu Burung, Rabies, dan Antrax. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

67 a. Malaria Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina melalui gigitan. Terjadinya biasanya pada petang dan malam hari, dengan gejala yang muncul 9-14 hari setelah terinfeksi. Malaria sebagai salah satu penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi bahkan berpengaruh terhadap keamanan dan pertahanan nasional. Salah satu upaya penting dalam pemberantasan penyakit malaria adalah penegakan diagnosa secara cepat dan pengobatan yang tepat serta pengendalian vektor potensial. Di Kota Makassar, berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar sudah tidak ada lagi penderita tanpa pemeriksaan darah, semuanya dengan pemeriksaan darah positif. Indikator penemuan penderita Malaria menggunakan Annual Parasite Incidence (API) yaitu angka kesakitan malaria berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dinyatakan per 1000 penduduk (per mil) selama satu tahun. Kasus malaria di tahun 2014 ditemukan 98 kasus malaria positif (34 kasus ditemukan di Puskesmas dan 64 kasus di Rumah Sakit ) dengan angka kesakitan (API) yaitu 0,02 per penduduk. Kasus ini menurun dibandingkan tahun 2013 yaitu ditemukan 196 kasus (63 kasus di temukan di Puskesmas dan 133 kasus di Rumah Sakit) dengan angka kesakitan (API) yaitu 0,046 per penduduk. Tahun 2012 sebanyak 160 kasus (73 kasus di Puskesmas dan 87 kasus di 7 RS), dengan angka kesakitan (API) 0,054 per penduduk. Kota Makassar tidak termasuk daerah endemis, kejadian malaria yang tercatat umumnya diderita oleh pendatang dari daerah endemis atau penduduk Makassar yang telah mengunjungi daerah endemis malaria. Yang perlu mendapat perhatian Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

68 adalah derah rawa-rawa yang sangat potensial menjadi tempat perkembangbiakan vektor penular penyakit malaria. Penderita positif malaria adalah jumlah kasus malaria yang dikonfirmasi positif melalui pemeriksaan mikroskopik (sediaan darah malaria) maupun melalui tes diagnostic cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT) yang ditemukan melalui ACD/kunjungaqn ke rumah tersangka malaria maupun PCD/kunjungan penderita pada unit layanan kesehatan di suatu wilayah. Program penanggulangan malaria tahun 2014 mendapat bantuan dana dari Global Fund untuk pembiayaan pemeriksaan darah, supervisi, pelatihan serta insentif dan gaji untuk petugas kesehatan pada unit layanan atau puskesmas dan gaji untuk petugas khusus malaria di Dinas Kesehatan. b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial). WHO memperkirakan setiap tahunnya terdapat juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Tahun 2014 jumlah penderita DBD di seluruh wilayah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 139 kasus dengan Angka Kesakitan/IR = 10,15 per penduduk diantaranya terdapat 2 kematian karena DBD. Kasus di tahun 2014 menurun dibanding tahun 2013 dengan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

69 jumlah kasus 265 dengan Angka Kesakitan/IR = 19,6 per penduduk diantaranya terdapat 11 kasus kematian karena DBD, jumlah Tahun 2012 sebanyak 86 kasus dengan Angka Kesakitan/IR = 6,3 per penduduk dan terdapat 2 kematian. Terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Tahun 2014 di Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini dengan jumlah 9 korban namun KLB tersebut tidak sebanyak Tahun 2013 yang terjadi di Wilayah Puskesmas Antang Kelurahan Antang Kecamatan Manggala dengan 39 korban, setelah dilakukan penyidikan, diketahui yang menjadi penyebab adalah faktor geografis berupa bukit batu dimana terdapat cekungan-cekungan batu yang digenangi air hujan dan menjadi tempat perkembangbiakan jentik. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), antara lain pemantauan jentik/kajian kepadatan jentik, penyuluhan, fogging fokus/massal, abatesasi, pemberantasan sarang nyamuk serta kerjasama lintas sektor dan lintas program. Jumlah kasus DBD dan kematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar III.15 Jumlah Kasus dan Kematian Akibat Penyakit DBD di Kota Makassar Tahun 2012 s/d Kasus Kematian Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

70 Penanggulangan fokus Penanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukan survey epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerja masing-masing Puskesmas terutama yang memiliki karakteristik khusus sebagai tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Hasil survey ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan di tempat, serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk dilakukan Fogging di wilayah tersebut. Survei Jentik & Abatesasi Upaya ini dilakukan untuk memberantas vektor nyamuk Aedes Aegypti dimulai sejak berupa jentik, jadi tidak hanya memberantas vektor dewasa saja. Survei jentik dilakukan oleh petugas kesehatan bersama-sama dengan masyarakat dengan membentuk Kader Jumantik yang pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 1000 kader. Juru pemantau jentik (Jumantik) untuk memantau angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di lingkungan perumahan. Juru pemantau jentik adalah kader yang dilatih untuk membantu petugas dalam pemantauan jentik di masyarakat. Hasil survei yang dilaporkan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan abatesasi khususnya abatesasi selektif pada kelurahan yang endemis. c. Flu Burung Flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular di kalangan hewan (unggas dan babi) yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1). Virus ini ternyata juga dapat menyerang manusia. Flu Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

71 burung dapat menular dari unggas ke unggas dan dari unggas ke manusia melalui air liur, lendir dan kotoran unggas yang sakit. Flu burung juga dapat menular melalui udara yang tercemar oleh virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Sedangkan penularan dari unggas ke manusia terutama bila terjadi persinggungan langsung dengan unggas yang sakit (terinfeksi flu burung). Data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2014 tidak terdapat penderita suspect Flu Burung. Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yang terus digalakkan antara lain : i. Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yang suspect AI serta warga di sekitarnya ii. Sosialisasi AI kepada Pengelola Tempat-tempat Makanan iii. Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor (rumah sakit, puskesmas, dan dinas peternakan) iv. Pengambilan swab hidung dan tenggorokan v. Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positif mengidap virus H5N1 dengan cara; membakar unggas yang mati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidiki kasus-kasus yang mirip dengan AI. vi. Pemberian obat Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderita suspect AI, serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo & mengisolasi penderita di ruang khusus. (Ruang Pakis RS. Wahidin Sudirohusodo). Adapun suspect flu burung selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

72 Gambar III.16 Jumlah Suspect Flu Burung dan Kematian Akibat Penyakit Flu Burung di Kota Makassar Tahun 2012 s/d Kasus Kematian Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

73 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya kesehatan. Secara umum, upaya kesehatan terdiri atas upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan meliputi upaya-upaya promisi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan pada perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar selama tahun Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

74 A. Upaya Kesehatan Ibu dan anak Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Komitmen global dalam MDG S menetapkan target terkait kematian ibu dan kematian anak yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu dan menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan minggu). Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatannya adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan masyarakat. Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

75 perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Gambaran cakupan K1 dan K4 selama 3 tahun terakhir nampak pada gambar berikut: Gambar IV.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 Di Kota Makassar Tahun K1 95 K Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Pada gambar IV.1 diatas nampak penurunan cakupan K1 dan cakupan K4 yang berfluktuasi, namun cakupan K1 dan K4 telah melampaui target Standar Pelayanan Minimal yaitu 95% untuk K4 pada tahun Hal ini menunjukkan semakin baiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Ada kesenjangan cakupan K1 (Kunjungan pertama ibu hamil) dan cakupan K4 (Kunjungan empat kali ibu hamil) dimana kunjungan K1 lebih tinggi dari K4, hal tersebut antara lain dipengaruhi pemanfaatan sarana kesehatan swasta pada saat K4 oleh ibu hamil, selain itu banyak ibu hamil yang berpindah tempat tinggal sementara menjelang persalinan Dalam meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak, telah dilakukan berbagai program dan kegiatan diantaranya kerjasama dalam bentuk pendampingan kegiatan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, bayi baru lahir dan anak. Disamping itu juga pembinaan di posyandu, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

76 program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (PK4), kemitraan bidan dan kader terutama pada lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM serta masyarakat pada umumnya, dan dikembangkannya kelas ibu hamil dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna. Dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 juga berkontribusi terhadap peningkatan cakupan K4. 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan. Cakupan Pertolongan Persalinan adalah cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (linakes) dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kematian Ibu terkait dengan penolong persalinan dan tempat /fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian Ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas yaitu mengusahakan tenaga kesehatan dalam jumlah yang memadai dengan kualitas yang sebaik-baiknya terutama bidan, menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai dengan standar terutama penyediaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) selama 24 jam dalam tujuh hari yang dikenal dengan sebutan PONED dan PONEK, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

77 menggerakkan seluruh lapisan masyarakat, utamanya untuk pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi (P4K). Pada tahun 2014, jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan sebanyak (95,11 %) dari sasaran Ibu bersalin/nifas, sedangkan tahun sebelumnya mencapai 100%. Namun hasil yang telah dicapai tersebut sudah melampaui target SPM Nasional yaitu sebesar 90% pada tahun Gambar IV.2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi kebidanan Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar 3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri), pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain, pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI ekslusif, pelayanan keluarga berencana pasca Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

78 persalinan, dll. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas. Pada tahun 2013, cakupan pelayanan ibu nifas sebesar 74,91%. Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu sebesar 90% pada tahun Pada tahun 2014, jumlah Ibu Nifas yang mendapatkan pelayanan yaitu (88,91 %) sedangkan tahun sebelumnya 2013 hanya (74,91 %). Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu sebesar 90% pada tahun Penanganan Komplikasi Maternal dan Neonatal Pada dasarnya kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang alami ketika berlangsung secara normal, namun telah diperkirakan bahwa sekitar 20% dari ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Adapun penanganan komplikasi itu sendiri adalah penanganan terhadap komplikasi/ kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan kesehatan sampai selesai (tidak termasuk kasus yang dirujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut). Adapun yang dimaksud dengan neonatal komplikasi adalah yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan kurang dari gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Perkiraaan neonatal komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi. Sedangkan yang dimaksud dengan penanganan neonatal komplikasi adalah neonatal sakit atau neonatal dengan kelainan yang mendapat Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

79 pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter,bidan atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2014 diperoleh jumlah perkiraan bumil dengan komplikasi sebanyak Bumil sedangkan yang mendapatkan penanganan komplikasi kebidanan sebanyak atau %, data ini meningkat bila dibandingkan hasil pencapaian cakupan bumil risti/komplikasi yang ditangani tahun 2013 yaitu atau 53,71%. Untuk cakupan penanganan komplikasi neonatal menunjukkan penurunan yaitu dari 74,46 % tahun 2013 menjadi % pada tahun Pada dasarnya seluruh neonatal dengan komplikasi yang ditemukan seluruhnya atau 100% ditangani, namun karena perhitungan cakupannya dibandingkan dengan proyeksi sasaran atau perkiraan jumlah neonatal komplikasi maka hasilnya tidak mencapai 100%. Untuk mencapai sasaran tersebut di dukung oleh program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengembangan media promosi dan informasi kesehatan serta koordinasi dan pembinaan kader posyandu, selain itu melalui program perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT). 5. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita Pelayanan kesehatan bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

80 pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Program ini terdiri dari pemberian imunisasi dasar(bcg,dpt/ HB1-3,Polio 1-4 dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervens Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian Vitamin A pada bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Ekslusif, MP ASI dan lain lain. Pada tahun 2013, cakupan pelayanan kesehatan bayi di KotaMakassar yaitu sebesar 96,67 % dimana telah mencapai target SPMnasional yaitu 90% pada tahun PelayananKesehatan Balita Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur bulan. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi : Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan ; Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung ;Pemberian Vitamin A dosis tinggi ( IU), 2 kali dalam setahun; Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

81 Jumlah anak Balita yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Kota Makassar pada tahun 2014 sebanyak Balita dengan cakupan sebesar % dari Balita yang ada. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,29 % dari hasil yang diperoleh pada tahun 2013 yaitu sebesar 76,47%. Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu 90% pada tahun Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat Pelayanan kesehatan pada siswa SD dan setingkat dilakukan melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini masalah kesehatan pada siswa SD kelas I, SMP, SMA serta sekolah MI/MA/MTS. Kegiatan penjaringan kesehatan terdiri dari : 1. Pemeriksaan tinggi badan 2. Pemeriksaan berat badan 3. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut 4. Pemeriksaan ketajaman indera ( penglihatan dan pendengaran) 5. Pemeriksaan kesehatan jasmani. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat tahun 2014 sebesar 99,61% meningkat dari hasil tahun 2013 yaitu 95,16%, Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu 100% pada tahun B. Perbaikan Gizi Masyarakat Program perbaikan gizi di Kota Masyarakat dilakukan melalui upaya penanggulangan gizi masyarakat dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Adapun upaya penanggulangan gizi masyarakat meliputi berbagai upaya antara lain Usaha Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGK), penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK), penanggulangan Kurang Vitamin A, penanggulangan Anemia Gizi (AGB) serta usaha peningkatan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

82 status gizi anak sekolah melalui gearakan Anak Makassar Sehat dan Cerdas (AMSC). Sementara upaya peningkatan gizi masyarakat dilakukan melalui pemasyarakatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan pengembangan Jaringan Informasi Pangan dan Gizi (JPG). 1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (FE) Saat hamil, kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena sebelum hamil, volume darah meningkat sampai 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan zat besi. Dalam keadaan hamil, suplemen zat besi dari makanan belum cukup sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi. Oleh karenanya dalam rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi, telah dilakukan program pemberian tablet Fe. Adapun hasil Cakupan pemberian tablet Fe di Puskesmas se-kota Makassar tahun 2014 dari sasaran Ibu Hamil diperoleh sebesar 101,89 % ( Bumil) untuk tablet Fe1 97,09 % ( Bumil) untuk tablet Fe3. Pada gambar berikut ini dapat dilihat peningkatan cakupan pemberian tablet besi di Kota Makassar sejak tahun Gambar IV.3 Cakupan Pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 Di Kota Makassar Tahun 2012 s/d Fe1 Fe3 Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

83 Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi, frekuensi konsumsi per hari. 2. Pemberian Kapsul Vitamin A Vitamin A merupakan salah satu zat gizi esensial yang penting dalam membentuk fungsi kekebalan tubuh balita. Kekurangan vitamin A merupakan salah satu permasalahan gizi yang masih sering ditemukan. Untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan ini, pemerintah telah membuat kebijakan untuk mendistribusikan kapsul vitamin A dosis tinggi untuk bayi dan balita. Pemberian vitamin A pada bayi dan balita biasanya dilakukan secara rutin sebanyak dua kali per tahun, yaitu di bulan Februari dan Agustus. Cakupan pemberian kapsul vitamin A di Kota Makassar pada tahun 2014 adalah sebagai berikut : Untuk Bayi dari Bayi (6-11 bulan) diperoleh atau 91,89 %; untuk Anak Balita (12-59 bulan) dari diperoleh atau 88,34 % sedangkan pada Balita (6 59 Bulan) diperoleh (89,27 %) dari sasaran dan hal ini menunjukkan adanya peningkatan pencapaian sebesar 8,91 % bila dibandingkan pada tahun Berbagai upaya telah dilakukan melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A. Hasil Cakupan pemberian kapsul vitamin A tahun 2011 hingga 2014 dapat dilihat pada gambar berikut. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

84 Gambar IV.4 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi (6 11 Bulan), Anak Balita (12-59 bulan) dan Balita (6 59 bulan) Di Kota Makassar Tahun 2014 Balita (6-59 Bulan) Anak Balita (12-59 Bulan) Bayi (6-11 Bulan) Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar 3. Pemberian ASI Ekslusif ASI ekslusif adalah intervensi yang paling efektif untuk mencegah kematian anak, namun menurut Survei Demografi Kesehatan tingkat pemberian ASI ekslusif telah menurun selama dekade terakhir. Hari ini, hanya sepertiga penduduk Indonesia secara ekslusif menyusui anakanak mereka pada enam bulan pertama. Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara ekslusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Persentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah Puskesmas se-kota Makassar tahun 2014 sebesar 61,03 % (9.235 Bayi) dari total bayi 0-6 bulan yang ada dan hal ini menunjukkan penurunan dari hasil pencapaian tahun 2013 sebesar 67,79% (8.950 Bayi) dari total bayi 0-6 bulan. Cakupan pemberian ASI Ekslusif selama 4 tahun disajikan pada gambar berikut. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

85 Gambar IV.5 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi (0-6 bulan) Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI ekslusif diantaranya: 1. Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Ekslusif. 2. Pelatihan Konseling dan Motivator ASI 3. Pembinaan dan Pengawasan Pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin 4. Pembuatan bilik ASI/ruang laktasi di tempat-tempat umum 5. Sosialisasi dan kampanye ASI ekslusif 6. KIE melalui media cetak dan elektronik 7. Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatkan, melindungi dan mendukung pemberian ASI C. Pelayanan Imunisasi Program imunisasi yang ditujukan bagi bayi, anak usia sekolah dasar, wanita usia subur, ibu hamil merupakan upaya untuk mencegah Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

86 penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti TBC, Diptheri, Pertusis, Hepatitis B, Polio, Tetanus dan Campak. 1. Imunisasi Dasar pada Bayi Imunisasi merupakan bagian dari pemberian vaksin (virus yang dilemahkan) kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap jenis penyakit tertentu. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis, dan 1 dosis campak. Beberapa jenis imunisasi lengkap dan manfaat imunisasi yang diberikan antara lain adalah : - Imunisasi Hepatitis B Pemberian vaksin hepatitis B ini berguna untuk mencegah virus hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati dan bila itu terus terjadi sampai si anak dewasa akan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati - Imunisasi BCG Pemberian vaksinasi dan juga imunisasi BCG ini bermanfaat untuk mencegah timbulnya penyakit TBC. Dilakukan sekali pada bayi sebelum usia 3 bulan. Biasanya dilakukan bila bayi berusia 1 bulan. - Imunisasi DPT Diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus. Penyakit difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan pernafasan, serta mengeluarkan racun yang dapat melemahkan otot jantung. Penyakit pertusis yang dalam kondisi berat bisa menyebabkan terjadinya pneumonia. - Imunisasi Polio Diberikan untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kecacatan. Imunisasi diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi berusia 1 sampai 4 bulan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

87 - Imunisasi Campak Pemberian imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak. Pemberiannya hanya sekali saja yaitu pada saat anak berusia 9 bulan. Pemberiannya dapat diulang pada saat anak masykl SD atau mengikuti program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang dicanangkan pemerintah. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL didapatkan data cakupan Imunisasi dasar lengkap tahun 2014 sebesar 100,38 % meningkat dibanding tahun 2013 yaitu 78,25%. Adapun cakupan imunisasi dasar lengkap selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar IV.6 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Di Kota Makassar Tahun 2013 s/d Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi melalui UCI ( Universal Child Imunization). UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut yang sudah mendapat Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

88 imunisasi dasar lengkap. Dari 143 kelurahan yang ada di Kota Makassar, 100% telah mencapai Kelurahan UCI sejak tahun Hal ini tidak terlepas dari kerjasama baik lintas sektor maupun lintas program yang ada di Puskesmas se-kota Makassar serta Dinas Kesehatan khususnya peran serta posyandu. 2. Imunisasi Pada Ibu Hamil Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular, oleh karenanya program imunisasi juga ditujukan untuk ibu hamil. Cakupan imunisasi TT2+ (ibu hamil yang telah mendapat imunisasi TT minimal 2 dosis) pada tahun 2014 sebesar 27,87% mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yaitu 86,16% dan 91,24 % di tahun Cakupan ini menurun dikarenakan banyak Puskesmas yang tidak melaporkan data pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah kerjanya. Adapun cakupan imunisasi TT2+ untuk ibu hamil selama 3 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut. Gambar IV.7 Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

89 D. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilakukan upaya pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat khususnya penduduk miskin, dimana seluruh pemegang Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) otomatis menjadi peserta JKN yang dibiayai oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan, sementara untuk masyarakat yang tidak mendapat quota JKN/BPJS maupun Asuransi Kesehatan lainnya menjadi tanggungan pemerintah Kota Makassar melalui program Pelayanan Kesehatan Gratis/ Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), sehingga mereka tidak perlu membayar pelayanan kesehatan dasar. Tahun 2014 di Kota Makassar, kepesertaan JKN/BPJS masyarakat miskin atau dalam hal ini peserta masyarakat miskin yang sebelumnya memiliki Jamkesmas, dari sebanyak sasaran masyarakat miskin, seluruhnya mendapatkan kartu JKN. E. Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan Minimal telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008. Adapun target Nasional masing-masing indikator dan capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kota Makassar Tahun 2014 berdasarkan penetapan sasaran di awal tahun Adapun pada tabel lampiran beberapa capaian cakupan dapat dilihat pada tabel indikator di bawah ini. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

90 Pelayanan Kesehatan Dasar Tabel III. 8 Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun 2014 Indikator Target Capaian Cakupan kunjungan Ibu Hamil K-4 2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 3. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 4. Cakupan pelayanan ibu nifas 5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 6. Cakupan kunjungan bayi 7. Cakupan desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 8. Cakupan pelayanan anak balita 9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 12. Cakupan peserta KB Aktif 13. Cakupan penemuan dan penanganan penyakit 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin Pelayanan Kesehatan Rujukan 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB 17. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 Jam Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 18. Cakupan desa siaga aktif 95% Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun % Tahun ,09 % 64,45 % 95,11% 88,91% 66,93% 93,53% 100% 76,76% 100% 100% 93,90% 65% 68,03% 100% 100% 100% Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

91 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN 1. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Puskesmas berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan masyarakat, 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Keadaan sarana kesehatan di Kota Makassar dalam jumlah dan distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Makassar telah melampaui konsep wilayah puskesmas dimana 1 puskesmas melayani penduduk. Dengan demikian rasio puskesmas terhadap penduduk adalah 3, Ini berarti bahwa setiap penduduk rata-rata dilayani oleh 3 puskesmas. Sedangkan rasio puskesmas pembantu terhadap puskesmas adalah 1 : 1 yang berarti setiap Puskesmas mempunyai 1 puskesmas pembantu. Hal ini sejalan dengan misi Pemerintah Kota Makassar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakatnya. Sampai dengan Tahun 2014, jumlah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 46 unit, dengan rincian Puskesmas perawatan sejumlah 8 unit dan Puskesmas non perawatan 33 unit. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas dibantu satu atau beberapa Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

92 Puskesmas pembantu. Jumlah puskesmas pembantu sampai dengan akhir tahun 2014 sebanyak 38 unit. Sesuai target yang ditetapkan pada tahun 2014, diharapkan puskesmas ISO bertambah 2 dan dalam implementasinya terealisasi 100% yaitu Puskesmas Antang Perumnas dan Puskesmas Tamamaung, sehingga sampai tahun 2014 telah ada 14 puskesmas dengan pelayanan berstandar ISO , antara lain : Puskesmas Batua dan Jongaya (tahun 2009), Puskesmas Sudiang Raya dan Puskesmas Kassi-Kassi (tahun 2010), Puskesmas Jumpandang Baru, Puskesmas Makkasau dan Puskesmas Tamalanrea (tahun 2011), Puskesmas Dahlia, Puskesmas Mamajang, Puskesmas Malimongan Baru (tahun 2012), Puskesmas Pattingalloang dan Puskesmas Tarakan (tahun 2013) dan tahun 2014 yaitu Puskesmas Antang Perumnas dan Puskesmas Tamamaung. Dengan meningkatnya mutu layanan di Puskesmas diharapkan berdampak pada semakin baiknya status kesehatan masyarakat. Gambar berikut memperlihatkan jumlah Puskesmas di Kota Makassar selama 3 tahun terakhir. Gambar V.1 Jumlah Puskesmas Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang Bina PSDK Dinkes Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

93 Tabel V. 1 Keadaan Sarana Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH Puskesmas 46 Puskesmas Pembantu 38 Puskesmas Keliling 37 Rumah Sakit 21 Rumah Sakit Bersalin 22 Rumah Bersalin - Bidan Praktek 45 Balai Pengobatan / Klinik 143 Apotek 583 Toko Obat 38 Industri Obat Tradisional - Sumber : Bidang Bina PSDK Dinkes Kota Makassar 2. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM yang ada di kelurahan menjadi ciri khas bahwa kelurahan tersebut telah menjadi Kelurahan Siaga Aktif. Dinyatakan demikian karena penduduk di kelurahan tersebut dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM serta melaksanakan surveilans berbasis masyarakat. Berkaitan dengan Indikator Pencapaian Kelurahan Siaga Aktif dapat dijelaskan bahwa pengembangan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota harus berperan aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat kelurahan di wilayahnya, agar target cakupan Kelurahan Siaga Aktif dapat dicapai. Untuk mencapai Indonesia Sehat dimana penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan, maka seluruh kelurahan perlu diwujudkan menjadi Kelurahan Sehat. Untuk menjadi Kelurahan Sehat maka seluruh kelurahan dikembangkan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

94 menjadi kelurahan siaga. Kegiatan yang dilaksanakan terkait pencapaian indikator kelurahan siaga yaitu Pembinaan Model Operasional Desa Siaga (MODS) yang dilaksanakan di seluruh kelurahan atau sebanyak 143 kelurahan karena seluruh kelurahan sudah terbentuk forum kelurahan siaga. Posyandu Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat. Keberadaan posyandu sangat diperlukan dalam mendekatkan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat, utamanya terkait dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat serta upaya kesehatan ibu dan anak. Kegiatan-kegiatan pengembangan di Posyandu saat ini tidak hanya pada kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, KB saja, tapi berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Bina Keluarga Balita (BKB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Ekonomi Keluarga, Koperasi, Keagamaan, Penyuluhan pengendalian penyakit-penyakit menular, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Kelompok Peduli Anti Narkoba, Kesehatan Lingkungan, Pertanian dan lain-lainnya. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah Posyandu yang ada di Kota Makassar pada tahun 2014 sebanyak 979 posyandu dengan rincian sebagai berikut : - Pratama : 0 posyandu - Madya : 0 posyandu - Purnama : 434 posyandu - Mandiri : 545 posyandu Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

95 Adapun jumlah posyandu Purnama dan Mandiri di Kota Makassar Tahun 2014 mencapai 979 Posyandu (100%) atau masuk dalam Posyandu Aktif. Adanya peningkatan dari segi kuantitas dan kualitas tidak terlepas dari adanya program Revitalisasi Posyandu bagi Organisasi Tim Pokjanal Posyandu, sarana dan prasarana Posyandu dan Peningkatan kualitas kader Posyandu. Gambar V. 2 Posyandu Menurut Strata Di Kota Makassar Tahun PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar Rumah Tangga ber-phbs Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan salah satu implementasi dalam mewujudkan hak asasi manusia yang patut dihargai dan diperjuangkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, menggerakkan dan memberdayakan keluarga untuk hidup bersih dan sehat menjadi tanggung jawab pemerintah kota beserta jajaran sektor terkait termasuk lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, swasta, dunia usaha untuk mewujudkan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

96 Rumah Tangga ber PHBS. Rumah Tangga ber PHBS berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup bersih dan sehat. PHBS mencakup berbagai perilaku, tidak hanya sebatas 10 indikator PHBS di Rumah Tangga antara lain perilaku keluarga sadar gizi seperti makan beraneka ragam makanan, minum tablet tambah darah, mengkonsumsi garam beryodium, member bayi dan balita kapsul vitamin A, perilaku menyehatkan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan, perilaku kebersihan perorangan seperti mandi dengan air bersih dan menggunakan sabun, menyikat gigi, menggunting kuku dan perilaku lainnya yang mendukung kesehatan. Dari hasil pemantauan 10 indikator PHBS di 46 puskesmas diketahui bahwa pada tahun 2014 dari sejumlah rumah tangga yang dipantau terdapat sebanyak (68,12 %) rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari sejumlah rumah tangga dipantau terdapat rumah tangga ber-phbs (72,89 %). B. TEMPAT-TEMPAT UMUM Tempat-Tempat Umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TTU meliputi Sarana Pendidikan, Sarana Kesehatan, hotel dan lain-lain. Setiap tahunnya Dinas Kesehatan Kota Makassar melakukan pembinaan dan pemeriksaan ke berbagai tempat-tempat umum yang tersebar di 14 kecamatan di Kota Makassar. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat kondisi TTU apakah tergolong TTU sehat atau harus ada pembenahan agar memenuhi kategori TTU sehat. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

97 Data yang diperoleh pada Tahun 2014, jumlah TTU di Kota Makassar yaitu TTU tapi yang memenuhi syarat kesehatan sejumlah 811 TTU (78,36 %), capaian ini meningkat dari tahun 2013 yaitu dari 724 TTU yang ada, yang memenuhi syarat kesehatan sejumlah 549 TTU (75,8%). C. TENAGA KESEHATAN Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 7 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya manusia kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis dan tenaga kesehatan lainya. Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas serta penyebaran tenaga kesehatan di Kota Makassar diperoleh melalui pengumpulan data pada seluruh unit pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas beserta jaringannya serta UPTD Gudang farmasi. Metode pengumpulan data melalui pemutakhiran data secara berjenjang dari pustu, puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota untuk selanjutnya data ketenagaan juga dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan secara nasional dikelola oleh Badan PPSDMK melalui Sistem Informasi SDMK. Ketersediaan tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam percepatan pembangunan kesehatan. Pada Tahun 2014, tercatat sebanyak 1360 SDM Kesehatan di Kota Makassar yang tersebar pada 46 Puskesmas, 1 Rumah Sakit Umum Daerah dan Dinas Kesehatan, adapun pengelompokan SDM Kesehatan berdasarkan jenis ketenagaan dapat dirinci sebagai berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

98 Medis (dokter spesialis, dokter umum & dokter gigi) sebanyak 254 orang terdiri dari : o Dokter Spesialis : 27 orang o Dokter Umum : 147 orang o Dokter Gigi : 80 orang Kesehatan masyarakat dan kesling : 212 orang Tenaga Kefarmasian : 95 Orang Bidan : 240 Orang Perawat : 485 Orang Perawat gigi : 61 orang Tenaga Gizi : 7 orang Radiografer : 6 orang Gambar V. 3 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya Di Kota Makassar Tahun Medis Kesmas Farmasi Bidan Perawat Perawat gigi Tenaga gizi Radiografer 0 Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian Rasio dokter umum di Kota Makassar untuk Tahun 2014 adalah 10,73 dokter per penduduk, sementara rasio ideal dokter terhadap penduduk adalah 1:2500 artinya satu orang dokter melayani Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Makassar, 30 Juni Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

KATA PENGANTAR. Makassar, 30 Juni Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015 ini dapat terselesaikan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

stakeholder guna pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan kesehatan di Kota Makassar kedepan Amien.

stakeholder guna pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan kesehatan di Kota Makassar kedepan Amien. KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala, karena atas Rahmat dan Hidayahnya Penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011

PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011 2012 DINAS KESEHATAN KOTA MSSAR PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011 PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KESEHATAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Pemerintah Kota Makassar dalam kebijakannya mengamanatkan Peningkatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga buku "Profil Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI JL. PANDANARAN 156 BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga, penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Barito Kuala

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga,masyarakat,pemerintah dan swasta.upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI Jalan Undata No. 3 Palu - Telp.+62-451-421070-457796 http://dinkes.sulteng.go.id

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Assalammu alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan karunianya maka buku Profil Dinas Kesehatan Kota Depok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN Jalan Ahmad Yani No. 100 Selong Telp. (0376) 2921033, Fax. (0376) 2922926, Kode Pos 83612 Email: dinkeskablotim@gmail.com

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat Profil Kesehatan Kabupaten BatangTahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN DRAFT ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2014 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palu, Juli 2015

KATA PENGANTAR. Palu, Juli 2015 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kita semua diberikan kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan penyusunan Buku Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci