BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Pemerintah Kota Makassar dalam kebijakannya mengamanatkan Peningkatan Taraf Kesehatan Masyarakat sebagai prioritas bagi pembangunan Kota Makassar, dengan menempatkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai Program Utama. Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh kontribusi dari semua sektor, berdasarkan fungsi dan peranannya masing-masing. Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Tujuan Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan tahun 2009 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2009 dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas dan Morbiditas, serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lain-lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, gafik dan data kualitatif. 3. Dasar Penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan yang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan pada dikeluarkannya beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturan perundangan Kesehatan antara lain : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

2 - Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. - Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. - Undang-undang Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. - Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. - Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 574/Menkes/SK/VII/2003 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kab/Kota Sehat. - Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota. 4. Sistematika Penyusunan Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun 2009 disusun secara sistematis mengikuti pengertian dari Visi Indonesia Sehat Sistematika penyajiannya sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun Bab II : Gambaran Umum Menyajikan gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dari Kondisi Geografis Wilayah Kota Makassar, keadaan penduduknya meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk dan Kepadatan penduduk Kota Makassar tahun Bab II ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersama-sama Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

3 dengan kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI), antara lain faktor-faktor kependudukan, kondisi ekonomi, serta tingkat pendidikan di Kota Makassar. Bab III : Program Pembangunan Kesehatan Memaparkan Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan, Strategi dalam mencapai Indonesia Sehat 2010 serta Visi Baru Pembangunan Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN berikut Indikatornya. Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai Visi Indonesia Sehat 2010 bagi tiap indikator ditetapkan target yang ingin dicapai pada tahun Hal tersebut juga terdapat di dalam Bab ini. Bab IV : Program Kesehatan Kota Makassar Bab ini berisi strategi Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk mencapai Visi Makassar Sehat Menuju Kota Dunia, dengan menitikberatkan Program Pembangunan Kesehatan pada Enam Program Pokok yaitu : (1) Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan, (2) Program dalam upaya Pe layanan Kesehatan, (3) Program Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat, (4) Program Pencegahan Pemberantasan Penyakit dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, (5) Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Keluarga (Kesehatan Ibu dan Anak), serta (6) Program Lingk ungan Sehat/Program Kota Sehat. Bab V : Pencapaian Program Kesehatan Kota Makassar Menyajikan data-data yang menggambarkan sejauh mana pencapaian dari program-program kesehatan yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2009, berdasarkan Indikatorindikator yang menjadi acuan dalam pencapaian Visi Indonesia Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

4 Sehat 2010 yang juga terdapat dalam Standar Pelayanan Minimal. Bab ini juga memuat Indikator-indikator meliputi Angka Kematian (Mortality Rate), Angka Kesakitan (Morbidity Rate), Pemberantasan Penyakit Menular, Perilaku Sehat (PHBS, Penyuluhan, Gizi, KIA, Imunisasi dan lain-lain), Lingkungan Sehat (Kota Sehat, Rumah Sehat, Akses Air Bersih, Tempat Umum Pengelolaan Makanan dan lain-lain), Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Apotik dan lain-lain) serta Sumber Daya Kesehatan yang meliputi aspek Ketenagaan dan Anggaran Kesehatan. Bab VI : Penutup Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan dengan penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009, termasuk peluang dan tantangan penyusunannya serta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kota Makassar dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010 serta Makassar Sehat Menuju Kota Dunia. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

5 BAB II GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat Bujur Timur dan Lintang Selatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 10 meter dari permukaan laut. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km 2 yang terbagi kedalam 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulaupulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan Pulau Kayangan (terdekat). A. KEADAAN PENDUDUK Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yang kurang merata serta komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan (RBT). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

6 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Makassar sampai dengann Tahun 2009 tercatat sebesar jiwa (BPS Makassar). Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinya arus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkann pendidikan, disamping karenaa daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan di Kawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun dapat dilihat pada Tabel II.1. Tabel II.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun Tahun Jumlah Penduduk Kota Makassar ,272,349 Laju Pertumbuhan - - 1,67 1, Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Gambar II.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun PENDUDUK MAKASSAR TAHUN JUMLAH PENDUDUK Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

7 2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran Penduduk Penduduk Kota Makassar pada tahun 2009 sebesar jiwa yang tersebar di 14 kecamatan. Namun persebaran tersebut tidak merata, hal tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap kecamatan, serta kebijakan pemerintah tentang penetapan lokasi pembangunan rumah pemukiman penduduk dan lokasi untuk pengembangan kawasan industri. Sebagai contoh Kecamatan Tallo yang mempunyai luas wilayah 5,83 km 2 (3,32 %) memiliki jumlah penduduk jiwa (10,79 %), sebaliknya Kecamatan Biringkanaya mempunyai luas wilayah 48,22 km 2 (27,43 %) dari luas wilayah Kota Makassar hanya mempunyai jumlah penduduk jiwa (10,27 %). Adapun jumlah penduduk Kota Makassar per wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel II.2 berikut : Tabel II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2006 s/d 2009 Jumlah Penduduk No. Kecamatan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea J u m l a h ,272,349 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

8 Gambar II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2009 JUMLAH PENDUDUK TAHUN TAMALANREA BIRINGKANAYA MANGGALA PANAKUKANG RAPPOCINI TAMALATE MARISO MAMAJANG MAKASSAR UJUNG PANDANG WAJO BONTOALA TALLO UJUNG TANAH Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata. Dengan jumlah penduduk sebesar 1,272,349 jiwa dan luas wilayah 175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) Kota Makassar sebesar jiwa/km2. NO Tabel II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2009 KECAMATAN Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea MAKASSAR PERSENTASE PENDUDUK JUMLAH KELURAHAN 100, Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun LUAS WIL. (km²) KEPADATAN PENDUDUK /km²

9 Gambar II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun Kepadatan Penduduk Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisii penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungann (Depen dency Ratio) yaitu perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur 0 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungann pemerintah secara ekonomi di wilayahnya. Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2009 sebesar 48,1 %, dengan penduduk sebesar 1,272,349 jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun) ), jiwa penduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), jiwa penduduk lanjut usia (> 65 Tahun) Dependency Ratio 48,1 %. Hal ini memberi gambaran terhadap besarnya beban tanggungan ekonomi dalam masyarakat. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

10 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Secara keseluruhan, komposisi penduduk Kota Makassar menurut jenis kelamin, hampir seimbang yaitu rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 92,2%. Berikut ini digambarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Makassar tahun NO Tabel II. 4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2009 KELOMPOK UMUR (Tahun) Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH ,309 56, , ,494 66, , ,488 56, , ,285 72, , ,806 87, , ,272 71, , ,521 56, , ,491 52,304 97, ,014 29,526 66, ,729 29,164 54, ,456 24,183 42, ,296 19,563 34, ,558 17,179 35, >=65 18,551 24,066 42,617 J U M L A H Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

11 Gambar II. 4 Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun PEREMPUAN LAKI-LAKI B. KEADAAN EKONOMI (Produk Domestik Bruto) Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantungg pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkan perekonomian daerah ini. Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satu dari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

12 Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasil perhitungan PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, yakni sebesar Rp ,49 miliar rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 berikut : Tabel II. 5 Perkembangan PDRB Kota Makassar & Sul-Sel Atas Dasar Harga Berlaku Tahun TAHUN PDRB SUL-SEL ( Juta Rp ) PDRB MAKASSAR ( Juta Rp ) % PDRB MAKASSAR THDP PDRB SUL-SEL , , , , , , , ,49 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar 30,25 29,83 30,02 30,62 Tahun Tabel II.6 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun PDRB adh Berlaku (Milyar Rp) Perkembangan (persen) PDRB adh Konstan (Juta Rp) Pertumbuhan Ekonomi (Persen) , , , ,49 19,94 15,38 14,47 25, , , , ,18 7,16 8,09 8,11 10,52 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

13 C. TINGKAT PENDIDIKAN Indikator pokok kualitas pendidikan formal. Khusus untuk Kota Makassar pada Tahun 2009 persentase penduduk yang telah menempuh pendidikan setingkat sarjana (D-IV/S-1/S-2/S-3) sebesar laki-laki dan sebesar perempuan atau sebesar 15,44 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia sekolah dengan range usia 5-24 tahun yang ada di Kota Makassar. Gambaran yang ditonjolkan memang dibatasi pada aspek-aspek kependudukan, perekonomian dan pendidikan, bersama-sama dengan kesehatan menentukan besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) baik untuk Provinsi Sulawesi Selatan maupun Indonesia. Sebagaimana diketahui IPM Indonesia pada tahun 1990 adalah 63 dan pada tahun 1996 naik menjadi 68. Namun demikian keadaan krisis menyebabkan IPM Indonesia pada tahun 1999 turun menjadi 64. Angka tersebut lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-109 diantara 180 negara di dunia. Hal ini berarti Indonesia berada di bawah peringkat Malaysia dan Thailand apalagi Singapura. Sementara IPM untuk Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sebesar 69,5 dengan IPM tertinggi adalah di Kota Makassar dan terendah di Kabupaten Jeneponto. Adapun gambaran penduduk Kota Makassar usia 10 Tahun keatas berdasarkan jenis kelamin dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan menurut jenis kelamin Tahun 2009 digambarkan sebagai berikut : Tabel II. 7 Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin & Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Makassar Tahun 2009 P E N D I D I K A N Laki-laki Perempuan Jml % Jml % Tidak/Belum Pernah Sekolah Belum/Tidak Tamat SD SD SLTP SMU/SMK AK/DIPLOMA (D-I/D-II/D-III) UNIVERSITAS( D-IV/S-1/S-2/S-3) ,49 12,82 18,37 16,10 34,01 2,14 14, ,43 14,29 20,08 15,82 30,22 3,47 11,68 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makasssar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

14 BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini secara signifikan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri masih dijumpai berbagai tantangan dan hambatan. Namun pada hakekatnya pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok sebagai landasan untuk berpikir atau bertindak dalam pembangunan kesehatan. Dasar inilah yang digunakan dalam penyusunan visi, misi dan strategi sebagai petunjuk pelaksanaan pembangunan kesehatan. Visi Pembangunan Kesehatan Pembangunan Kesehatan diselenggarakan dalam upaya pencapaian Visi : Indonesia Sehat Sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, maka dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan Departemen Kesehatan harus dengan seksama memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, yaitu ( 1) Perikemanusiaan, (2) Pemberdayaan dan Kemandirian, (3) Adil dan Merata dan (4) Pengutamaan dan Manfaat. Dengan memperhatikan dasar-dasar Pembangunan Kesehatan tersebut dan untuk mencapai sasaran Pembangunan Kesehatan pada akhir tahun 2009 seperti telah ditetapkan dalam RPJMN Tahun , dan juga dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan kedepan maka ditetapkan VISI DEPARTEMEN KESEHATAN : MASYARAKAT YANG MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat Indonesia menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang ada sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

15 Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan masyarakat adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku hidup sehat serta memiliki akses untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Visi pembangunan kesehatan yang ingin dicapai dinyatakan dalam motto Indonesia Sehat Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan seperti perumahan dan lingkungan yang layak dan sehat. Kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu implementasi dalam mewujudkan hak asasi manusia yang patut dihargai dan diperjuangkan oleh semua pihak. Yang diharapkan dari masyarakat adalah tindakan proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Visi Indonesia Sehat 2010 juga diimplementasikan oleh Pemerintah Kota Makassar dalam motto Kota Makassar Sehat 2010, melalui pemberdayaan dari segala aspek untuk mencapai tujuan dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata bagi setiap masyarakat. MISI PEMBANGUNAN KESEHATAN Dalam rangka mewujudkan Visi Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat maka Misi Departemen Kesehatan adalah : MEMBUAT RAKYAT SEHAT Departemen Kesehatan harus mampu sebagai penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, untuk membuat rakyat sehat baik fisik, sosial maupun mental/jiwanya. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

16 NILAI - NILAI Guna mewujudkan Visi Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat dan mengemban Misi Membuat Rakyat Sehat, Departemen Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai : 1. Berpihak Pada Rakyat Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan akan selalu berpihak pada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak azasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 2. Bertindak Cepat dan Tepat Masalah kesehatan yang dihadapi makin bertambah kompleks dan berubah dengan cepat, bahkan kadang-kadang tidak terduga, yang dapat menimbulkan masalah darurat kesehatan. Dalam mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat darurat harus dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi yang tepat dapat mengenai sasaran. 3. Kerjasama Tim Departemen Kesehatan sebagai organisasi pemerintah memiliki SDM yang banyak yang merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim yang besar. Oleh karena itu dalam mengemban tugas-tugas kesehatan harus dibina kerjasama tim yang utuh dan kompak dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme. 4. Integritas Yang Tinggi. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, setiap anggota (karyawan dan pimpinan) Departemen Kesehatan harus memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua anggota Departemen Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

17 Kesehatan harus memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh dan bermoral tinggi. 5. Transparan dan Akuntabel Dalam era demokrasi dan perkembangan masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap, tuntutan atas pelaksanaan tugas yang transparan dan dapat dipertanggunggugatkan (akuntabel) terus meningkat. Oleh karenanya semua kegiatan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan harus dilaksanakan secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan kepada publik. TUJUAN, STRATEGI DAN SASARAN UTAMA TUJUAN Sebagai penjabaran dari Visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yang akan dicapai adalah Terselenggaranya Pembangunan Kesehatan secara Berhasilguna dan Berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya. Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran sebagaimana tercantum dalam RPJMN (Perpres No. 07 Tahun 2005) yaitu : 1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. 2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 35 menjadi 26/1.000 KH. 3. Menurunnya Angka Kematian Ibu Melahirkan dari 307 menjadi 226/ KH. 4. Menurunnya prevalensi Gizi Kurang pada anak Balita dari 25,8% menjadi 20 %. STRATEGI Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat Dalam era reformasi, masyarakat harus dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

18 mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan. Dalam pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), dalam rangka mewujudkan Desa Siaga menuju Desa Sehat. Pengembangan Desa Siaga harus melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) utamanya PKK, organisasi keagamaan dan sektor swasta. Keberhasilan Desa Siaga ditandai oleh antara lain berkembangnya perilaku hidup bersih dan sehat, serta dikembangkan dan beroperasinya UKBM yang mampu memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, keluarga berencana, perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan, gizi dan penanganan kedaruratan kesehatan. Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas Sesuai dengan paradigma sehat, Departemen Kesehatan harus mengutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Departemen Kesehatan memfasilitasi revitalisasi sistem kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia kesehatan yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan perlu ditunjang dengan administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang memadai, serta penelitian dan pengembangan kesehatan. Meningkatkan Sistem Surveilans, Monitoring dan Informasi Kesehatan Dilaksanakan dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pelaporan masalah kesehatan di wilayahnya. Dalam keadaan darurat kesehatan dilakukan pengerahan anggaran dan tenaga pelaksana pada saat investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan respons cepat. Disamping itu dikembangkan dan ditingkatkan pula Sistem Peringatan Dini ( Early Warning System) dan penunjang kedaruratan kesehatan, serta dilaksanakan National- Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

19 Pandemic Preparedness Plan. Sistem Informasi Kesehatan pada semua tingkatan administrasi pemerintahan juga perlu diperbaiki dan dimantapkan. Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan Dalam penggalian dana guna menjamin ketersediaan sumberdaya pembiayaan kesehatan, Departemen Kesehatan melakukan advokasi dan sosialisasi kepada semua penyandang dana, baik pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta. Secara bertahap pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah dapat diupayakan sebesar 15 % dari APBN dan APBD. Dalam upaya pengelolaan sumberdaya pembiayaan yang efektif dan efisien, khususnya dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, dikembangkan sistem jaminan sosial, yang dimulai dengan asuransi kesehatan penduduk miskin (Askeskin). Fasilitas kesehatan pemerintah, diupayakan dapat mengelola hasil pendapatan dari pelayanan kesehatan, guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. INDONESIA SEHAT 2010 Sejak awal tahun 1999, telah ditetapkan Visi baru Pembangunan Kesehatan yang secara singkat dinyatakan sebagai INDONESIA SEHAT Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2010 kelak bangsa Indonesia sudah akan hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta dapat memilih, menjangkau dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan berkeadilan sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. Penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 berikut targetnya diawali dengan perumusan yang dilakukan melalui suatu pertemuan pejabat-pejabat Departemen Kesehatan dan sejumlah pejabat kesehatan dari daerah-daerah terdekat di Jakarta. Pertemuan tersebut berlangsung pada tanggal 16 Juli Sementara penyusunan rancangan Indikator Indonesia Sehat 2010 sedang berlangsung. Departemen Kesehatan diminta oleh Departemen Dalam Negeri untuk merevisi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747 Tahun 2000 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan untuk Daerah Kabupaten/Kota. Maka, penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 dan penyusunan Standar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

20 Pelayanan Minimal itu pun kemudian disinergikan. Dengan demikian maka indikator-indikator yang tercantum dalam Indikator Indonesia Sehat 2010, khususnya yang mengenai pelayanan kesehatan akan dapat ditemui juga sebagai indikator Standar Pelayanan Minimal yang saat ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457 Tahun Sesuai dengan pengelompokan indikator yang telah diuraikan, Indikator Indonesia Sehat 2010 dikelompokkan ke dalam : Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas unsur kualitas hidup disertai dengan indikator-indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas dan indikator-indikator status gizi. Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator keadaan lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat serta indikatorindikator akses dan mutu pelayanan kesehatan. Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator pelayanan kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikatorindikator manajemen kesehatan dan indikator-indikator kontribusi sektorsektor terkait. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang Visi Indonesia Sehat 2010 bagi setiap indikator telah ditetapkan target yang akan dicapai di Tahun HASIL AKHIR = DERAJAT KESEHATAN YANG OPTIMAL Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (Lo), sedangkan untuk Mortalitas telah disepakati tiga (3) indikator yaitu Angka Kematian Bayi per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita per Anak Balita dan Angka Kematian Ibu Melahirkan per Kelahiran Hidup. Untuk Morbiditas telah disepakati lima (5) indikator yaitu Angka Kesakitan Malaria per penduduk, Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (persentase kasus terh adap penduduk Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

21 beresiko), Angka [Acute Flaccid Paralysis (AFP)] pada anak usia < 15 tahun per anak, Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per penduduk. Sementara itu untuk Status Gizi telah disepakati dua (2) indikator yakni Persentase Balita dengan Gizi Buruk dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. Adapun target masing-masing indikator tersebut di atas untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut : Kualitas Hidup AHH (Angka Harapan hidup ) 67,9 Mortalitas AKB per KH 40 AKABA per AB 58 AKI per KH 150 Morbiditas Angka Kesakitan Malaria per penduduk 5 Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA + 85 Prevalensi HIV (% Kasus Terhadap Penduduk Beresiko) 0,9 Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 tahun 0,9 per anak Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) 2 per penduduk Status Gizi Persentase Balita dengan Gizi Buruk 15 Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi 80 HASIL ANTARA = KEADAAN LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP MASYARAKAT, AKSES & MUTU PELAYANAN KESEHATAN Lingkungan Sehat Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih dua (2) indikator yang diprogramkan dalam sektor kesehatan yakni Persentase Rumah Sehat dan Persentase Tempattempat Umum Sehat. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

22 Adapun target yang diharapkan dari masing-masing indikator tersebut untuk tahun 2010 adalah : Persentase Rumah Sehat 80 Persentase Tempat-tempat Umum Sehat 80 Perilaku Hidup Masyarakat Perilaku hidup bersih dan sehat mencakup perilaku individu dan keluarga dalam rangka meningkatkan kesehatannya serta perilaku kelompok dan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Untuk ini telah disepakati dua (2) indikator yakni Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri. adalah : Adapun target masing-masing indikator tersebut untuk tahun 2010 Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih & Sehat 65 Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri 40 Akses & Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk melihat pemerataan, mutu, keterjangkauan dan keadilan pelayanan telah disepakati lima (5) indikator yaitu : 1. Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas, 2. Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Rumah Sakit, 3. Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan, 4. Persentase Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar, 5. Persentase Obat Generik Berlogo dalam Persediaan Obat. Adapun target dari masing-masing indikator tersebut untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut : Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas 15 Persentase penduduk yang memanfaatkan RS 1,5 Persentase Sarana Kesehatan dengan kemampuan Laboratorium 100 Kesehatan Persentase RS yg melaksanakan 4 yankes spesialis dasar 100 Persentase Obat Generik Berlogo dalam persediaan obat 100 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

23 PROSES & MASUKAN = PELAYANAN KESEHATAN, SUMBER DAYA KESEHATAN, MANAJEMEN KESEHATAN, KONTRIBUSI SEKTOR TERKAIT Hasil atau keluaran tersebut diatas dicapai melalui penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan yang membawa empat (4) Misi, yaitu (1) Pembangunan Kesehatan harus dapat menggerakkan Pembangunan Nasional yang berwawasan kesehatan, (2) Pembangunan Kesehatan harus dapat mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, (3) Pembangunan Kesehatan harus dapat memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, dan (4) Pembangunan Kesehatan harus dapat meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungannya. Kesemuanya itu dilaksanakan melalui strategi utama yang berupa : (1) Desentralisasi Kesehatan, yang berisi strategi-strategi, (2) Pembangunan Berwawasan Kesehatan, (3) Profesionalisme dan (4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Untuk menggambarkan kegiatan Pembangunan Kesehatan telah disepakati adanya 8 Indikator Pelayanan Kesehatan, 13 Indikator Sumber Daya Kesehatan, 5 Indikator Manajemen Kesehatan dan 4 Indikator Kontribusi Sektor Terkait. yaitu : Adapun target masing-masing indikator tersebut diatas untuk tahun 2010 Pelayanan Kesehatan Persentase Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 90 Persentase desa yang mencapai UCI 100 Persentase desa terkena KLB yg ditangani < 24 jam 100 Persentase bumil yang mendapat tablet Fe 80 Persentase Bayi yang mendapat ASI Eksklusif 100 Persentase Murid SD/MI yang mendapatkan pemeriks. Gigi & Mulut 90 Persentase pekerja yang mendapat Pelayan Kesehatan Kerja 80 Persentase Gakin yang mendapatkan pelayanan kesehatan 40 Sumber Daya Kesehatan Banyaknya Dokter per penduduk 6 Banyaknya Dokter Spesialis per penduduk 2 Banyaknya Dokter Keluarga per keluarga 11 Banyaknya Dokter Gigi per penduduk 10 Banyaknya Apoteker per penduduk 100 Banyaknya Bidan per penduduk 117,5 Banyaknya Perawat per penduduk 22 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

24 Banyaknya Ahli Gizi per penduduk 40 Banyaknya Ahli Sanitasi per penduduk 40 Banyaknya Ahli KesMas per penduduk 40 Persentase penduduk yang menjadi peserta JPKM 80 Rata-rata persentase anggaran kesehatan dlm APBD Kab./Kota 15 Alokasi anggaran kes. pemerintah per kapita/tahun (ribuan rupiah) 100 Manajemen Kesehatan Persentase Kab./Kota yg punya dokumen Sistem Kesehatan 100 Persentase Kab./Kota yg memiliki Contingency Plan untuk masalah kesehatan akibat bencana 100 Persentase Kab./Kota yang membuat Profil Kesehatan 100 Persentase Provinsi yang melaksanakan SURKESDA 100 Persentase Provinsi yang mempunyai Provincial Health Account 100 Kontribusi Sektor Terkait Persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih 85 Persentase PUS yang menjadi Akseptor KB 66 Angka kecelakaan lalu lintas per penduduk 10 Persentase penduduk yang melek huruf 95 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

25 BAB IV PROGRAM KESEHATAN KOTA MAKASSAR Titik berat Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 1 Maret 1999 yaitu Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan yang artinya setiap sektor harus mempertimbangkan aspek kesehatan dalam setiap program pembangunan. Hal ini berarti pula kesehatan merupakan bagian integral dari Program Pembangunan Nasional (Propenas) yang juga telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun Untuk Kota Makassar strategi yang digunakan dalam mencapai Makassar Sehat 2010 adalah : 1. Peningkatan kinerja dan profesionalisme petugas kesehatan 2. Peningkatan pembangunan dan pemeliharaan sarana kesehatan 3. Perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar 4. Peningkatan kesehatan lingkungan dengan pendekatan wilayah yaitu P2WKSS, Kelurahan Sehat, Kecamatan Sehat dan Kota Sehat. NILAI NILAI : 1) Berpihak pada rakyat 2) Bertindak cepat dan tepat 3) Kerjasama Tim 4) Integritas yang tinggi 5) Transparan dan Akuntabilitas. STRATEGI UTAMA Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan. Meningkatkan pembiayaan kesehatan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

26 STRONG POINT Program Kesehatan Kota Makassar Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Sumber Daya Kesehatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Penyehatan Lingkungan. Peningkatan Kesehatan Ibu & Anak, Perbaikan Gizi Masyarakat Program Pembangunan Kesehatan : (1) Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan, (2) Program Upaya Dalam Pelayanan Kesehatan, (3) Program Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat, (4) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dalam Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian, (5) Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Keluarga (Kesehatan Ibu dan Anak) (6) Program Lingkungan Sehat. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan Bertujuan untuk menyediakan kebijakan dan menjamin manajemen sumber daya yang efektif dan efisien bagi pembangunan kesehatan dengan sasaran : 1. Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya sistem kesehatan yang efisien, efektif, berkualitas dan berkesinambungan. 2. Tersedianya sumber daya manusia di bidang kesehatan yang mampu melakukan berbagai kajian kebijakan kesehatan. 3. Berjalannya sistem perencanaan kesehatan melalui pendekatan wilayah dan sektoral lain dalam mendukung desentralisasi. 4. Terciptanya organisasi dan tatalaksana di berbagai tingkat administrasi sesuai dengan azas desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. 5. Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien, fleksibel diseluruh jajaran kesehatan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

27 6. Terciptanya mekanisme pengawasan dan pengendalian di seluruh jajaran kesehatan. Program Upaya dalam Pelayanan Kesehatan Bertujuan memberikan pelayanan dasar kesehatan bagi seluruh masyarakat dengan sasaran : 1. Memberikan pelayanan secara optimal bagi seluruh masyarakat, 2. Peningkatan sarana dan prasarana dalam pemberian pelayanan kesehatan, 3. Adanya kerjasama bagi puskesmas dan rumah sakit dalam hal rujukan kesehatan, 4. Ketersediaan obat-obatan bagi masyarakat yang membutuhkannya dalam hal keterjangkauan masyarakat, 5. Pemberian izin-izin bagi apotik-apotik sebagai pengadaan obat-obatan dalam hal pengawasan obat yang beredar, 6. Adanya kerjasama antara Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit dalam hal data dan informasi penyakit. Program Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat Bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat dengan sasaran : 1. Meningkatnya perwujudan kepedulian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Menurunkan prevalensi perokok, Penyalahgunaan Napza serta meningkatkan lingkungan sehat bebas rokok dan Napza di sekolah tempat kerja dan tempat umum. 3. Pemberdayaan masyarakat dalam menghidupkan adanya posyandu yang merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas. 4. Menghidupkan adanya kesadaran masyarakat untuk tanaman obat yang bermanfaat (TOGA) di setiap rumah. 5. Di setiap institusi diharapkan terdapat unit kesehatan dalam pencegahan dan pengobatan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

28 6. Penyebarluasan setiap informasi dengan cara penyuluhan dan lokakarya kepada masyarakat. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dalam Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Tujuannya melindungi masyarakat dari penyakit baik menular maupun tidak menular. Adapun sasarannya adalah menemukan secara cepat kasus atau penderita serta memantau keadaan penyakit disuatu wilayah baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, termasuk juga didalamnya pengamatan dan pemeriksaan kesehatan Calon Jemaah Haji, (1) Pelaksanaan program imunisasi pada bayi, balita, WUS, Ibu Hamil serta pemeliharaan cold chain (rantai dingin) vaksin baik di Dinas maupun di Puskesmas dan Rumah Sakit, (2) Pelaksanaan program pemberantasan penyakit yang bersumber dari binatang seperti nyamuk, anjing dengan melaksanakan Fogging, Abatesasi untuk pencegahan penyakit Demam Berdarah (DBD) dan eliminasi hewan penyebar rabies. (3) Seksi pengendalian P2M : Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan meliputi program TB. Paru sasaran untuk menurunkan angka kesakitan dan mencegah penularan. Pengendalian dan pengawasan meliputi (1) Program TB Paru, untuk menemukan angka kesakitan dan mencegah penularan penyakit TB di masyarakat, (2) Program ISPA untuk menemukan angka kematian dan kesakitan akibat pneumonia untuk balita, (3) Program Diare untuk menurunkan angka kesakitan akibat diare dan memantau pelaksanaan rehidrasi rumah tangga di masyarakat, (4) Pelacakan dan Pemberantasan Kasus Avian Influensa/Flu Burung, (5) Pencegahan dan penanggulangan Bahaya Narkoba/ HIV AIDS. Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Keluarga Tujuannya memperbaiki tujuan khusus mutu gizi dan melindungi kesehatan ibu dan anak (1) Meningkatkan Kemandirian Keluarga dalam upaya perbaikan status gizi, (2) Meningkatkan Pelayanan Gizi untuk Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

29 mencapai keadan gizi yang baik dengan Menurunkan Prevalensi Gizi Kurang dan Lebih, ( 3) Meningkatkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bermutu untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga, ( 4) Meningkatkan Pelayanan Kesehatan bagi wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta pelayanan kesehatan tentang KB, (5) Pembentukan Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar dan memupuk adanya kebersamaan dalam menolong setiap orang setiap anak sekolah, (6) Perbaikan Gizi dan Pemeliharaan Kesehatan bagi orangorang yang usia lanjut. Program Lingkungan Sehat dan Hygiene Kesehatan. Tujuannya mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan dengan sasaran : (1) meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk memelihara lingkungannya, melalui Program Kota Sehat; (2) meningkatkan cakupan keluarga yang mempunyai akses terhadap air bersih yang memenuhi syarat kesehatan; (3) tercapainya pemukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan di perkotaan termasuk daerah kumuh; (4) terpenuhinya sarana kesehatan ditempat umum termasuk sarana ibadah, pasar, sarana pendidikan, terminal dan hotel/penginapan; (5) peningkatan kualitas dalam hal persyaratan kesehatan bagi tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan; (6) memberikan peluang bagi masyarakat yang ingin berusaha dalam bidang Jasa Boga, Rumah Makan dan Restoran guna mendapatkan rekomendasi Laik Hygiene Sanitasi; (7) pengawasan kualitas air minum bagi Depot Air Minum Isi Ulang dengan memberikan Rekomendasi Laik Hygiene Sanitasi serta Sticker khusus setelah pemantauan; (8) pengawasan lingkungan dari produk keluaran pestisida dan insektisida guna mengontrol kadar yang diperkenankan sesuai aturan yang berlaku; (9) Peningkatan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja sampai ke tingkat pelayanan kesehatan dasar (Pos UKK Puskesmas). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

30 BAB V PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN KOTA MAKASSAR A. DERAJAT KESEHATAN Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator - indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu : 1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. 2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per anak balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per Kelahiran Hidup. 3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per penduduk, Angka Kesakitan Malaria per penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase Penderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute Flacid Paralysis" (AFP) pada anak usia < 15 tahun per anak. 4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan gizi buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi. 1. UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCY Meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir, sekaligus memberikan gambaran kepada kita bahwa salah satu penyebabnya adalah karena meningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan umur harapan hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan terus meningkat dari 43 pada tahun 1971 meningkat menjadi Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

31 52 tahun 1980, kemudian 10 tahun kemudian meningkat lagi menjadi 60 tahun 1990 dan turun menjadi 63,64 dan 68 pada tahun 1996, 1998 dan tahun Angka Harapan Hidup tahun 2003 relatif sama antar kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu berkisar antara tahun. Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Kota Makassar juga terus meningkat dari 67,9 pada tahun 2006 meningkat menjadi 70,6 pada tahun Angka Harapan Hidup pada Tahun 2008 adalah 72,89, sedangkan tahun 2009 menjadi 73,43 tahun. Meningkatnya umur harapan hidup memberikan gambaran tentang adanyaa peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Gambar V. 1 Umur Harapan Hidup di Kota Makassar Tahun 2009 U H H , ,6 72, , Target UHH Capaian UHH TAHUN 2. ANGKA KEMATIAN / MORTALITY RATE Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaiann keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada mumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

32 a. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR) Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di masyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakan community based data), sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan jadi bukan merupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi di suatu wilayah ( facilitate based data). Angka kematian di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yang berbasis bukti (Evidence Based). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinkes Kota Makassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak kematian dari jiwa, tahun 2008 jumlah kematian sebanyak kematian dari jiwa penduduk, meningkat dari jumlah kematian yang terjadi sepanjang tahun 2007 untuk semua golongan umur sebanyak dari total jumlah penduduk kota Makassar. Ini berarti pada tahun 2009 dari penduduk Kota Makassar terjadi 3 kematian (AKK = 2,5 per penduduk). Angka Kematian Kasar di Kota Makassar tahun 2007 s/d 2009 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar V. 2 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar Di Kota Makassar Tahun ,3 2,6 2, Jumlah Kematian AKK (Angka Kematian Kasar) Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

33 Tahun 2006 terjadi 2 kematian (AKK = 1,6 per penduduk). Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya, dimana tercatat kematian sepanjang tahun 2005 dari total jiwa penduduk Kota Makassar, yang berarti pada tahun 2005 terjadi 2 kematian per penduduk. (AKK = 1,95 per penduduk). Penurunan angka kematian dapat juga berarti terjadi peningkatan usia harapan hidup (UHH), yang secara langsung ikut berperan dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Makassar. Adapun 10 (sepuluh) jenis penyakit penyebab utama kematian di Kota Makassar tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel V Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian Di Kota Makassar Tahun 2009 No. JENIS PENYAKIT J U M L A H 1 Hipertensi Asthma Jantung Ginjal Maag Broncho Pneumonia Diabetes Mellitus Lahir Mati/Prematur 23 9 Lever Kecelakaan 150 T O T A L Sumber : Bidang P2 Dinas Kesehatan Kota Makassar b. Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR) Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1999 menunjukkan kecenderungan menurun yakni 55 kematian bayi per kelahiran hidup pada tahun 1995 dan terus menurun hingga mencapai 46 kematian bayi per kelahiran hidup pada tahun Menurut hasil Surkesnas/Susenas, AKB di Indonesia pada Tahun 2001 sebesar 50 per kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 sebesar 45 per kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

34 SDKI terjadi penurunan yang cukup besar menjadi 35 per kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Kota Makassar padaa tahun 2009 sebesar 11,4 per kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayi sebanyak 321 kematian bayi dari jumlah kelahiran hidup (AKB = 11,,4/1000 KH). Pada tahun 2008 sebesar terdapat 293 kasus kematian bayi (sumber : BPS Tahun 2008) dari jumlah kelahiran hidup (sumber : Bidang PSM Dinkes Makassar), sehingga diperoleh AKB sebesar 11,8 per kelahiran hidup (AKB=11,8 / 1000 KH). Pada tahun 2007 terdapat 254 kasus kematian bayi (sumber : BPS Makassar) dari jumlah kelahiran hidup (sumber : Bidang PSM) sehingga diperoleh AKB sebesar 10,1 per kelahiran hidup (AKB=10,1/1000 KH). Gambar V. 3 Angka Kematian Bayi Di Kota Makassar Tahun A K B 12 11, ,5 10 9,5 9 11,8 11,4 10, TAHUN Terjadinya penurunan angka kematian bayi merupakan indikasi terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai salah satu wujud keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Hal tersebut merupakan respon positif dari upaya pemerintah untuk mendekatkan masyarakat dengan sarana dan tenaga kesehatan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

35 c. Angka Kematian Balita (AKABA)/Child Mortality Rate (CMR) Angka Kematian Balita (1-4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 1-4 tahun per anak balita. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan, indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk. Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian Balita yang disurvei pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperoleh gambaran besarnya proporsi penyebab utama kematian Balita, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel V. 2 Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di Indonesia Hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 S SKRT 1995 SURKESNAS 2001 u Jenis penyakit % Jenis penyakit % m b1. Gangguan sistem pernafasan 30,8 % 1. Sistem Pernafasan 22,8 % e (Pneumonia) r : 2. Gangguan perinatal 21,6 % 2. Diare 13,2 % 3. Diare B 4. Infeksi dan parasit lain S5. Saraf u 6. Tetanus 15,3 % 6,3 % 5,5 % 3,6 % 3. Saraf 4. Tifus 5. Sistem pencernaan 6. Infeksi lain S Sumber : Badan Litbangkes, Publikasi hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 dalam Profil Kesehatan Indonesia ,8 % 11,0 % 5,9 % 5,1 % Tabel di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab kematian Balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidak terlalu banyak mengalami perubahan, penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001, kematian Balita yang tertinggi adalah kematian akibat Pneumonia (4,6 per Balita), disusul oleh kematian akibat Diare (2,3 per Balita). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

36 Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinas Kesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassar pada tahun 2007 sebesar 2,46 per kelahiran hidup dimana tercatat 62 kematian balita dari kelahiran hidup. Pada tahun 2008 jumlah kematian balita sebanyak 83 balita dari kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 3,34 per kelahiran hidup. Pada tahun 2009 jumlah kematian balita sebanyak 43 balita dari kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 3,71 per kelahiran hidup. Gambar V. 4 Angka Kematian Balita Di Kota Makassar Tahun A K A B A 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 3,71 3,34 2, TAHUN d. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan- dan Dukun. terobosan antara lain peningkatan kemitraan antara Bidan Harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Di Kota Makassar, AKI maternal pada tahun 2009 sebesar 16 per kelahiran hidup (AKI : 16/ KH). Angka ini didapatkan dari hasil formulasi data yang dilaporkan serta hasil pencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

37 dilaporkan oleh Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar dimana tercatat 4 kasus kematian Ibu Maternal dari kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu melahirkan sepanjang tahun 2008 sebanyak 4 kasus kematian ibu dari jumlah kelahiran hidup sehingga didapatkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 16,1 per kelahiran hidup, (AKI = 16,1/ KH) menurun dari tahun 2007 dimana tercatat 5 kasus kematian ibu dari kelahiran hidup dengan AKI : 19,9/ KH. Adapun kasus kematian maternal tersebut terjadi di wilayah kerja Puskesmas yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel V. 3 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar Tahun 2009 PUSKESMAS Andalas Cendrawasih Antang JUMLAH KEMATIAN IBU J u m l a h Sumber : Bidang Peran Serta Masyarakat 4 Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun ke tahun menggambarkan semakin membaiknya tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, serta kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

38 Gambar V. 5 Angka Kematian Ibu Di Kota Makassar Tahun A K I ,9 16, TAHUN 3. STATUS GIZI Status gizii masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizii wanita usia subur, Anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Khusus untuk GAKY di Kota Makassar walaupun kasusnya tetap ada ditemukan tetapi jumlahnyaa tidak berarti, terbukti dengan cakupan kelurahan dengan garam beryodium baik mencapai angka 100%. Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut : a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari gram merupakan salah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi (baik kematian p erinatal maupun neonatal). BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

39 Berdasarkan data jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat, tahun 2009 jumlah bayi BBLR sebanyak 255 dari bayi yang lahir (termasuk 23 bayi yang lahir mati) atau sekitar 0,91 %, menurun dibandingkan tahun 2008 jumlah bayi BBLR sebanyak 251 dari bayi yang lahir (termasuk 49 bayi yang lahir mati) atau sekitar 1,01 %. Tahun 2007 persentase bayi lahir hidup dengann BBLR di Kota Makassar adalah 1,17 % dimana terdapat 295 bayi lahir dengan BBLR dari bayi yang lahir (termasuk 53 bayi yang lahir mati). Sedang pada tahun 2006 dari kelahiran, 355 bayi lahir dengan BBLR atau sebesar 1,35 %. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahun terakhir, terlihat pada gambar berikut : Gambar V. 6 Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun B B L R 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 1,17 1,01 0, TAHUN b. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan Gizi Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index (BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh(bb, TB) atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

40 (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score 2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai 3 SD); dan gizi buruk (z-score < - 3SD). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk padaa tahun 2009 berjumlah (3,2 % dari jumlah balita) sedangkan tahun 2008 dilaporkan jumlahnya (3,3 % dari jumlah balita) dan pada tahun 2007 berjumlah (3,4 % dari jumlah balita). Adapun status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir yakni pada tahun 2007 jumlah balita yang menderita gizi kurang adalah balita (16,15%), tahun 2008 berjumlah balita (15,84 %) dan tahun 2009 berjumlah (15, 5,35%). Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, terlihat pada gambar berikut : Gambar V. 7 Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun ,15 15,85 3,4 3,3 3,2 15,35 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 GIZI BURUK GIZI KURANG Membaiknya status gizi pada bayi/balita tampak pada meningkatnyaa cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahun terakhir, yaitu : 79,1 % ( bayi ASI eksklusif dari bayi), 76,59 % padaa tahun 2008 ( bayi ASI ekslusif dari bayi) dan 92,04 % pada tahun 2009 ( bayi ASI ekslusif dari bayi). Adapun data mengenai Kecamatan bebas rawan gizi di Kota Makassar pada tahun 2007 tercatat 14 Kecamatan di Kota Makassar termasuk Kecamatan rawan gizi. Begitu pula pada tahun 2008 dan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

41 2009, tercatat 14 kecamatan di Kota Makassar masih termasuk Kecamatan rawan gizi. Data mengenai jumlah Balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2009 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel V. 4 Jumlah Balita Gizi Buruk, Gizi Kurang per Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2009 Kecamatan Gizi Buruk Gizi Kurang Jumlah % Jumlah % Mariso 92 1, ,98 Mamajang 15 0, ,52 Tamalate 686 7, ,67 Rappocini 91 0, ,68 Makassar 48 0, ,53 Ujung Pandang 9 0, ,75 Wajo 33 1, ,99 Bontoala , ,76 Ujung Tanah 74 2, ,55 T a l l o 351 3, ,84 Panakukang 310 4, ,19 Manggala 103 2, ,42 Biringkanaya 55 0, ,24 Tamalanrea 21 0, ,37 TOTAL , ,35 Sumber : Bidang PSM, Dinas Kesehatan Kota Makassar Tabel V. 5 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita Di Kota Makassar Tahun STATUS GIZI BALITA TAHUN 2007 TAHUN 2007 TAHUN 2008 JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % GIZI BURUK , , ,24 GIZI KURANG , , ,35 Sumber: Bidang PSM, Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

42 c. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK) Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur (WUS) umur tahun adalah dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Data yang bersumber dari Bidang Peran Serta Masyarakat menunjukkan terjadinya penurunan KEK khususnya pada Ibu Hamil (Bumil). Pada tahun 2006 tercatat 3,06 % Bumil KEK, jumlah tersebut menurun pada tahun 2007 dimana KEK menjadi 2,5 %. Hal ini ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang baik, asupan gizi yang membaik, serta peran aktif dari kader-kader gizi yang ada di Kota Makassar. Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm. Dari hasil survei BPS tahun diperoleh gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) menurut kelompok umur, seperti terlihat dalam gambar berikut. Gambar V. 8 Persentase Wanita Usia Subur dengan LILA < 23,5 cm (berisiko KEK), Tahun persen ,04 26,59 19,01 15,11 14,04 13,16 13, ,85 27,53 19,12 14,59 12,9 13,18 13, ,7 23,7 18, , ,1 21,43 13,82 10,17 8,6 9,62 10,1 Sumber: BPS, Survei Konsumsi Garam Yodium RT, (Profil Kesehatan Indonesia 2003) Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

43 4. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY RATE Angka kesakitan penduduk Kota Makassar didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, serta hasil pengumpulan data dari bidang terkait Dinas Kesehatan Kota Makassar, serta data dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan tingkat Puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit utama untuk semua golongan umur di Kota Makassar tahun 2008 seperti yang tertera pada tabel berikut : Tabel V. 6 Pola 10 Penyakit Utama Di Kota Makassar Tahun 2009 N O NAMA PENYAKIT JUMLAH % 1 Infeksi Akut pada Saluran Pernafasan Bagian Atas ,13 2 Penyakit lain pada Saluran Pernafasan Bagian Atas ,24 3 Batuk ,13 4 Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu ,19 5 Dermatitis dan Eksim ,06 6 Penyakit Tekanan Darah Tinggi ,05 7 Demam yang tidak diketahui penyebabnya ,74 8 Infeksi kulit dan jaringan sub kutan (Ploderma) ,70 9 Artrotis lainnya ,62 10 Penyakit Pulpa & Jaringan Periapikal ,20 J U M L A H Penyakit Lainnya Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

44 B. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR 1. Penyakit Menular Potensial KLB/Wabah a. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah provinsi di negara ini dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit sampai dengan tahun 2003 sebanyak 257 kabupaten/kota. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode antara 2 5 tahunan. Sedangkan angka kematian cenderung menurun. Pada tahun 2003 secara Nasional, jumlah penderita DBD dilaporkan sebanyak kasus dengan angka kematian (CFR) sebesar 1,5 % dan angka insiden sebesar 23,87 kasus per penduduk. Di Sulawesi Selatan, menurut laporan dari Subdin P2PL Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, tahun 2007 kasus DBD kembali meningkat dengan jumlah kasus sebanyak kasus dimana jumlah kasus di Kota Makassar masuk dalam urutan kedua terbanyak setelah Kabupaten Bone yakni sebanyak 452 kasus. Data yang bersumber dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar menunjukkan terjadinya penurunan kasus DBD yang signifikan dari 262 kasus tahun 2008 menjadi 255 kasus pada tahun 2009, dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) meningkat dari tahun 2008 sebesar 79,3 % menjadi 80,5% pada tahun Demikian pula halnya dengan jumlah kematian akibat DBD dari tahun ke tahun mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 tercatat kematian akibat DBD sebanyak 3 orang menurun menjadi 2 orang pada tahun (Lihat Gambar V.11) Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), antara lain penanggulangan fokus, pelaksananaan PSN/3M, survei jentik dan abatesasi, serta fogging massal/kasus. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

45 Hasilnya terjadi penurunan kasus penyakit DBD dan jumlah kematian akibat DBD dalam kurun waktu Jumlah kasus DBD dan kematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar V. 9 Jumlah Kasus DBD dan Kematian akibat DBD di Kota Makassar Tahun 2006 s/d kasus kematian Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Penanggulangan fokus Penanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukan survey epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerja masing-masing Puskesmas terutama yang memiliki karakteristik khusus sebagai tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Hasil survey ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan di tempat, serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk dilakukan Fogging di wilayah tersebut. Menurunnya titik fokus yang ditanggulangi sejalan dengan meningkatnya Angka Bebas Jentik dan menurunnya jumlah kasus DBD di Kota Makassar. Pelaksanaan PSN/3M Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan tindak lanjut dari survei epidemiologis yang dilakukan oleh petugas kesehatan setempat, yang dilakukan melalui Gerakan 3 M ; Menguras tempat penyimpanan air, Menutup tempat penampungan air serta mengubur barang-barangg bekas yang Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

46 mungkin dapat digenangi air dan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk DBD. Pelaksanaan PSN/3M dilakukan di Tempat-Tempat Umum, Sekolah setiap Hari Jumat dan Sabtu. Survei Jentik & Abatesasi Upaya ini dilakukan untuk memberantas vektor nyamuk Aedes Aegypti dimulai sejak berupa jentik, jadi tidak hanya memberantas vektor dewasa saja. Survei jentik dilakukan oleh petugas kesehatan bersama-sama dengan masyarakat dengan membentuk Kader Jumantik yang pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 948 kader. Hasil survei yang dilaporkan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan abatesasi khususnya abatesasi selektif pada kelurahan yang endemis. Adapun Angka Bebas Jentik selama 4 tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 : 77 % ; tahun 2007:78 % ; tahun 2008 menjadi : 79% dan tahun 2009 sebesar 80 %. Pelaksanaan Fogging Fokus Selain pemberantasan jentik, upaya lain yang dilakukan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan (Fogging Focus) terutama di wilayah yang terdapat penderita DBD yang mempunyai Sentral Opname (SO) dari Puskesmas maupun Rumah Sakit. b. DIARE Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan, namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

47 Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2009, jumlah penderita diare sebanyak orang dan atau sebesar 68,4 % diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 8 penderita diare meninggal dunia. Adapun jumlah penderita diare yang dilaporkan menurut kecamatan di Kota Makassar selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : N O Tabel V. 7 Jumlah penderita Diare menurut Kecamatan Di Kota Makassar tahun KECAMATAN T A H U N MARISO MAMAJANG MAKASSAR U.PANDANG WAJO BONTOALA TALLO UJUNG TANAH PANAKUKANG MANGGALA RAPPOCINI TAMALATE TAMALANREA BIRINGKANAYA J U M L A H Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan penyakit diare adalah perilaku/kebiasaan hidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya hygiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yang memenuhi syarat kesehatan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

48 Upaya pencegahan dan penanggulangan Diare yang secara kontinyu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kesehatan Kota Makassar bersama samaa dengan Puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing terbukti berhasil dengan tidak adanya KLB/Wabah Diare di Kota Makassar khususnya selama 3 tahun terakhir. Adapun upaya yang secara kontinyu dilaksanakan antara lain : 1. Penyuluhan individu, kelompok dan rumah tangga 2. Pemberian Oralit bagi penderita Diare, juga tersedianya pojok oralit di sarana pelayanan kesehatan. 3. Bersama-sama dengan bidang terkait melakukan kaporisasi pada sumber-sumber air bersih. Data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinas Kesehatan Kota Makassar mengenai jumlah kasus penderita dan kematian akibat Diare dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar V. 10 Jumlah Kasus Penderita dan Kematian akibat Diare di Kota Makassar Tahun 2006 s/d Penderita Meninggal Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

49 c. FLU BURUNG/AVIAN INFLUENZA (AI) Data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2009 Avian Influensa (AI) menyerang 5 Kecamatan dan 6 Kelurahan dengan jumlah penduduk terancam 800 penduduk. Adapun jumlah penderita sebanyak 14 orang dan 100% ditangani, serta tidak ada korban meninggal dunia (Attack Rate = 1,75% dan CFR= 0%). Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yang terus digalakkan antara lain : - Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yang suspect AI serta warga di sekitarnya - Sosialisasi Makanan AI kepada Pengelola Tempat-tempat Pengelola - Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positif mengidap virus H5N1 dengan cara; membakar unggas yang mati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidiki kasus-kasus yang mirip dengan AI. - Pemberian obat Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderita suspect AI, serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo & mengisolasi penderita di ruang khusus. (Ruang Pakis RS. Wahidin Sudirohusodo). Gambar V. 11 Jumlah Kasus dan Kematian akibat Flu Burung di Kota Makassar Tahun 2006 s/d Kasus Kematian Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

50 2. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I telah membuahkan hasil antara lain : - Meningkatnyaa penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakit tergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugas Imunisasi di 36 Puskesmas se-kota Makassar - Meningkatnyaa akses penduduk pada fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah dan swasta melakukan pelayanan imunisasi. - Meningkatnyaa jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secara mandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapun data cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir; tahun 2006 sebesar 95 %, tahun 2007 sebesar 97 % dan pada tahun 2008 sebesar 98,6 %. Untuk cakupan kelurahan UCI dari 143 kelurahan yang ada di wilayah Kota Makassar, 142 kelurahan diantaranya (99%) merupakan kelurahan yang melaksanakan UCI. Padaa tahun 2009 cakupan UCI menjadi 99,30 %. - Secara umumm cakupan Imunisasi di Kota Makassar Tahun 2008 dapat disajikan pada gambar berikut : 2007 Gambar V. 12 Cakupan Imunisasi Kota Makassar Tahun 2007 s/d DPT I DPT III Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

51 a. Polio / AFP Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasil pelacakan pada tahun 2008 terdapat 6 (enam) kecamatan dan 8 (delapan) kelurahan yang terserang dengan jumlah penderita sebanyak 8 (delapan) penderita AFP dengan Attack rate sebesar 1,00 per anak umur < 15 tahun. Sedangkan pada tahun 2009 terdapat 6 (enam) kecamatan dan 6 (enam) kelurahan dengan jumlah penderita sebanyak 6 (enam) penderita AFP. Adapun hasil penemuan kasus AFP di Kota Makassar pada tahun 2006 pada gambar berikut : s/d 2009 disajikan Gambar V. 13 Kasus AFP di Kota Makassar Tahun Kasus Kematian Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

52 b. DPT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah penderita Difteri pada tahun 2006 sebanyak orang dan tidak ditemukan adanya penderita meninggal akibat difteri. Pada tahun 2007 dilaporkan tidak ada penderita Difteri maupun korban meninggal dunia akibat Difteri. Sedangkan pada tahun 2008, jumlah penderita Difteri sebanyak 5 orang penderita yang tersebar di Kecamatan Wajo (Puskesmas Andalas = 1 orang), Kecamatan Makassar (Puskesmas Bara-baraya = 1 orang) dan Kecamatan Biringkanaya (Puskesmas Sudiang = 1 orang dan Puskesmas Sudiang Raya = 5 orang) dan tidak ditemukan adanya penderita meninggal akibat Difteri. Jumlah penderita Difteri pada tahun 2009 adalah 9 orang yang tersebar di tujuh Kecamatan dan tujuh Kelurahan dan tidak ditemukan adanya kematian akibat Difteri. c. CAMPAK 1). Data dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2008 terdapat 169 orang penderita panyakit campak, dan tidak ditemukan korban meninggal. 2). Adapun cakupan pemberian imunisasi campak selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan, tercatat sebesar pada tahun 2006, pada tahun 2007, pada tahun 2008 dan tahun 2009 sebesar Adapun cakupan Imunisasi Campak selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

53 Gambar V. 14 Cakupan Imunisasi Campak Di Kota Makassar Tahun 2006 s/d Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar 3. Penyakit Menular lainnya a. HIV / AIDS Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases, dan merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhir ini telah menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan, meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antarwilayah, semakin mudahnya komunikasi antarwilayah, semakin menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesar tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS. Perkembangan kasus AIDS dan inveksi HIV di Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Padaa tahun 2003 dilaporkan penderita HIV (+) baru sebesar 62 orang, sedangkan penderita AIDS sebanyak 4 orang. Jumlah ini terus meningkat, hingga pada tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS yang berhasil ditemukan dan dilaporkan mencapai 334 penderita HIV dan 156 penderita AIDS, tahun 2008 dilaporkan 363 penderita HIV dan 76 penderita AIDS, dan tahun 2009 dilaporkan 473 penderita HIV/AIDS. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

54 Dari jumlah tersebut, tercatat sampai dengan tahun 2006 yang meninggal telah mencapai angka 43 orang. Jumlah ini mungkin hanya merupakan Fenomena Puncak Gunung Es yang tampak di permukaan, tetapi jumlah yang sesungguhnya jauh lebih besar, sehingga menjadi tantangan bagi semua pihak yang terkait untuk lebih menggiatkan pelacakan dan penanggulangan kasus HIV/AIDS. Khusus di Kota Makassar tiga tahun terakhir sekitar 1200 Spesimen Urine yang telah diambil dari kelompok risti melalui kegiatan zero survey. Sebanyak 500 sampel telah diperiksa di Laboratorium yang terakreditasi dan bila dilihat dari kelompok sasaran yang resti maka Makassar termasuk daerah yang beresiko tinggi karena selain merupakan daerah tujuan wisata, faktor lifestyle masyarakat perkotaan telah bergeser, yang sangat dimungkinkan oleh pengaruh globalisasi dimana budaya luar tersebar dengan cepat seperti Free Sex, Penyalahgunaan NAPZA, kelompok resti seperti waria, yang masih terselubung dalam masyarakat. Selain itu perilaku seks menyimpang juga merupakan salah satu sumber penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2009 antara lain : Pelaksanaan Sosialisasi HIV/AIDS bagi masyarakat. Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi KPA Kota Makassar. Pelaksanaan Pertemuan Pokja HIV tingkat Kecamatan. Dukungan Pemeriksaan Laboratorium Bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Dukungan untuk layanan pengurangan dampak buruk penggunaan narkotika di Puskesmas Dukungan sekretariat KPA Pelaksanaan Hari AIDS Sedunia (HAS) Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

55 Penemuan Kasus HIV di Kota Makassar melalui layanan VCT rata-rata 500 orang / tahun. Oleh karena itu semua pihak diharapkan agar dukungan untuk pemeriksaan Laboratorium bagi ODHA dapat terus dilanjutkan karena memberi dampak terhadap peningkatan ODHA yang akan memulai pengobatan ARV. Peran serta semua sektor terkait dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS menimbulkan kesadaran segenap lapisan masyarakat untuk mengetahui dampak HIV/AIDS. Komitmen Pemerintah Kota Makassar yang sangat tinggi terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/ /AIDS, menjadi stimulan terhadap sektor lain untuk bergerak bersamaa dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Gambar V. 15 Kasus HIV-AIDS Kota Makassar Tahun HIV AIDS Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar b. TB. Paru Khususs di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2008 jumlah penderita TB Paru Klinis sebanyak penderita, dengan rincian berdasarkan pencatatan dan pelaporan Puskesmas se-kota Makassar, sisanya berdasarkan laporan dari 15 RS yang ada di Kota Makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

56 Sedangkan pada tahun 2009, jumlah penderita TB Paru Klinis sebanyak penderita, penderita diperoleh berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari Puskesmas, dan sisanya penderita berdasarkan laporan dari RS. Jumlah penderita TB Paru Klinis, TB + dan penderita yang sembuh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel V. 8 Penderita TB Paru Klinis dan yang sembuh Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2009 NO SARANA KESEHATAN JUMLAH PENDERITA KLINIS + SEMBUH 1 Puskesmas Rumah sakit JUMLAH Sumber : Bidang P2PL c. MALARIA Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat 15 juta penderita malaria dan orang diantaranya meninggal dunia (Survei Kesehatan Rumah Tangga/SKRT, 1995). Terjadinya peningkatan kasus diakibatkan antara lain adanya perubahan lingkungan seperti penambangan pasir yang memperluas genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk penular malaria, penebangan hutan bakau, mobilitas penduduk dari P. Jawa ke luar Jawa yang sebagian besar masih merupakan daerah endemis malaria dan obat malaria yang resisten yang semakin meluas. Di Kota Makassar, selama beberapa tahun terakhir belum ditemukan adanya kasus malaria aktif. Berdasarkan laporan dari Bidang P2P Dinkes Kota Makassar tidak ditemukan adanya kasus Malaria klinis maupun malaria positif (+) sepanjang tahun Kegiatan penemuan penderita umumnya bersifat pasif dan dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan (Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

57 d. TYPHOID Typhoid merupakan salah satu jenis penyakit menular melalui vektor yang juga tergolong ke dalam penyakit berbasis lingkungan ternyata menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kasus selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan penyakit typhoid erat kaitannya dengan perilaku/kebiasaan hidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya hygiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yang memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2009 tercatat jumlah penderita typhoid sebesar penderita. Adapun kasus typhoid selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar V. 16 Kasus Thypoid di Kota Makassar Tahun Kasus Thypoid Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar e. KUSTA Dalam kurun waktu 10 tahun ( ), angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,,5 per penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per penduduk pada tahun Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95 dan pada tahun 2003 ini kembali menurun menjadi Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

58 0,8 per penduduk. Secara Nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada pertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia. Pada tahun 2003 jumlah penderita baru yang ditemukan sebanyak dengan 76,9% di antaranya merupakan penderita tipe MB yang diketahui merupakan tipe yang menular. Selain itu dari penderita baru yang ditemukan tersebut 8 % sudah mengalami kecacatan tingkat 2 yaitu kecacatan yang dapat dilihat dengan mata dan 10,6% di antaranya adalah anak-anak. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat. Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta baik Tipe PB maupun MB pada tahun 2009 berjumlah 331 penderita. Angka penemuan penderita kusta, Prevalence Rate dan Case Detection Rate penderita Kusta berturut-turut disajikan pada gambar berikut : 60 Gambar V. 17 Angka Penemuan Penderita Kusta per Kecamatan Di Kota Makassar Tahun Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

59 4. Penyakit Tidak Menular Yang Diamati Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat termasuk dalam pola konsumsi makanan keluarga. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal, Gangguan Jiwa/Mental dan sebagainya. Penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian umum nomor satu di Indonesia berdasarkan SKRT 1992, SKRT 1995, dan Surkesnas Stroke tanpa pendarahan merupakan penyebab kematian nomor 1 di RSU di Indonesia tahun 2002 dan penyakit jantung menduduki peringkat ke-9. Sedangkan hipertensi menjadi penyakit terbanyak nomor 7 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di RSU di Indonesia tahun Penyakit ini merupakan penyakit nomor 3 terbanyak pada pasien rawat jalan rumah sakit di Indonesia tahun 2003 dan nomor 5 terbanyak pada pasien rawat inap. Neoplasma/tumor menunjukkan peningkatan peringkat pada pola penyakit penyebab kematian umum di Indonesia. Pada SKRT 1992 neoplasma menempati urutan ke-10, pada SKRT 1995 menempati urutan ke 9, dan pada Surkesnas 2001 menduduki urutan ke-5. C. PERILAKU SEHAT DAN PERAN SERTA MASYARAKAT Komponen perilaku sehat dan lingkungan sehat merupakan garapan utama promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya untuk memampukan atau memberdayakan masyarakat agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (WHO). Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menyangkut aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor budaya pada umumnya. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

60 Keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan digambarkan melalui indikator-indikator persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, serta persentase posyandu purnama dan mandiri. 1. Rumah Tangga ber-phbs Perilaku yang menunjang kesehatan adalah adanya rumah tangga yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat Tahun 2009 jumlah rumah tangga yang ber-phbs sebesar (69,33 %) dari RT yang dipantau pada 14 Kecamatan. Sebagaimana data yang diperoleh dari BPS jumlah RT yang ada di Kota Makassar tahun 2009 sebanyak RT (KK). Angka tersebut mencapai target dari Indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 65% RT telah ber-phbs. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : a. Keberhasilan upaya promotif-preventif dari Instansi terkait di Kota Makassar b. Tingginya kesadaran masyarakat dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, hal ini sejalan dengan tingginya IPM Kota makassar dibandingkan Kab/Kota lain Di Sulsel, bahkan secara nasional Makassar menempati urutan ke-8 c. Data yang diperoleh merupakan data sarana (Facilitated Based) yang hanya didapatkan dari Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada. Karenanya diperlukan upaya pengumpulan data yang lebih akurat dan bersumber langsung dari masyarakat (Community Based). d. Data tersebut belum sepenuhnya dianggap dapat menggambarkan kenyataan yang ada mengingat jumlah RT yang dipantau masih jauh lebih kecil dari jumlah RT yang ada di Kota Makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

61 2. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) a. Posyandu Peran serta masyarakat dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat amatlah penting. Wujud nyata bentuk peran serta masyarakat antara lain muncul dan berkembangnya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), misalnya Posyandu. Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan layanan 5 kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan P2 Diare) dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Kesadaran dan peran aktif masyarakat Kota Makassar dalam wahana Posyandu tidak terlepas dari dukungan Dinas Kesehatan Kota Makassar barsama Instansi terkait dari lintas sektor yang saling bersinergi mendorong meningkatnya jumlah Posyandu yang sebelumnya berada pada level Pratama dan Madya, meningkat menjadi Purnama dan Mandiri. Kenyataan ini ikut mempercepat pencapaian Visi Makassar Sehat Sehat 2010 sejalan dengan Indonesia Sehat 2010 berdasarkan Indikator Indonesia Sehat melalui peningkatan jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah Posyandu yang ada di Kota Makassar pada tahun 2009 sebanyak 953 posyandu dengan rasio posyandu per kelurahan sebesar 6,3 dengan rincian sebagai berikut : - Pratama : 124 posyandu - Madya : 288 posyandu - Purnama : 363 posyandu - Mandiri : 178 posyandu Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

62 Adapun jumlah posyandu Purnama dan Mandiri di Kota Makassar Tahun 2009 mencapai 56,77 %. Bila dibandingkan dengan target IIS 2010 (40%), sudah mencapai target, meskipun demikian masih perlu peningkatan upaya pembinaan dan peran serta dari seluruh komponen lintas sektor serta partisipasi aktif segenap lapisan masyarakat Gambar V. 18 Posyandu Menurut Strata Di Kota Makassar Tahun PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI Sumber : Bidang PSM Dinkes Kota Makassar b. Pos UKK Salah satu indikator penting dalam pencapaian target Indonesia Sehat 2010 adalah tersedianya pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tersedia sampai pada level pelayanan dasar. Data yang diperoleh dari pengelola program Kesehatan Kerja Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah Pos UKK yang telah terbentuk sebanyak 11 Pos dengan rincian : 10 Pos UKK di wilayah Kecamatan Biringkanaya dan 1 Pos UKK di wilayah Kecamatan Wajo. Banyaknya Pos UKK yang terkonsentrasi di Wilayah Kecamatan Biringkanaya disebabkan karena di wilayah ini terletak Kawasan Industri Makassar (KIMA) dengan jumlah tenaga kerja yang cukup besar. Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk semakin mendekatkan pelayanan dan prasaranaa kesehatan kepada masyarakat luas. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

63 3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seperti yang diamanatkan dalam Indonesia Sehat 2010 Visi Baru, Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan yang menekankan derajat kesehatan adalah meningkatnya secara bermakna, menurunnya angka kematian (termasuk Kematian Ibu dan Bayi), menurunnya angka kesakitan dan kecacatan serta meningkatnya status gizi masyarakat. Upaya peningkatan Kesehatan bagi Ibu dan Anak terutama dititikberatkan pada Pertolongan persalinan serta pemeriksaan Kehamilan. Hal tersebut sangat berperan penting dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi yang secara langsung berdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. a. Pertolongan Persalinan Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat jumlah persalinan sepanjang tahun 2009 sebanyak Ibu Bersalin, sedang jumlah yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 88,54 % yaitu sebanyak persalinan. Jika dilihat dari persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, belum mencapai target yang diharapkan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 yakni sebesar 90 %. Rendahnya cakupan ini tidak berarti bahwa pertolongan persalinan di Kota Makassar oleh tenaga kesehatan masih rendah, tetapi karena data yang ditampilkan hanya bersumber dari Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Dasar, mengingat Kota Makassar dengan 17 RS dan 14 RSB serta beberapa Klinik Bersalin memungkinkan data mengenai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tidak menggambarkan keseluruhan pertolongan persalinan oleh Nakes di Kota Makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

64 b. Pemeriksaan Kehamilan Peningkatan pelayanan kesehatan bagi Ibu Hamil juga merupakan faktor penting yang berkaitan dengan keberhasilan program kesehatan khususnya dalam hal menurunkan Angka Kematian Ibu. Dinas Kesehatan Kota Makassar beserta jajarannya memberi perhatian lebih pada pelayanan kesehatan bagi ibu hamil terutama ibu hamil yang beresiko tinggi (Bumil Rest i). Sasarannya adalah agar ibu hamil secara rutin melakukan pemeriksaan pada fasilitas kesehatan yang ada, tahu akan kondisinya serta dapat dilakukan deteksi dini tentang resiko yang mungkin timbul dalam persalinan antara lain anemia, eklampsia, perdarahan, gangguan pada janin dan lain-lain. Data terakhir yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, jumlah ibu hamil pada tahun 2009 ini sebanyak orang bumil dan yang melakukan pemeriksaan kehamilan 4 kali (K4) sebanyak orang atau sebesar 86,22 %. c. Pemberian Tablet Fe Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan Anemia gizi pada Ibu Hamil adalah melalui pemberian tablet Fe (zat besi). Berdasarkan laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2009, dari orang ibu hamil, sebesar 46,12 % atau orang mendapatkan 90 tablet Fe dari Fasilitas Kesehatan Dasar yang ada. Upaya ini diharapkan dapat menurunkan resiko yang mungkin timbul bagi Ibu Hamil di masa persalinannya akibat anemia gizi. D. LINGKUNGAN SEHAT Salah satu misi dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Tugas utama kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga negaranya yaitu setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia tanpa meninggalkan upaya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

65 penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan perbaikan kualitas lingkungannya. 1. Program Kota Sehat Program Kota Sehat di Kota Makassar adalah bagian dari dinamika dan semangat warga, bersama-sama dengan Pemerintah Kota Makassar dalam menjalankan suatu proses yang secara terus menerus menciptakan dan meningkatkan kualitas lingkngan baik fisik, sosial, budaya serta mengembangkan ekonomi masyarakat dengan memberdayakan potensipotensi maksimal dari masyarakat di Kota Makassar. Program Kota Sehat untuk Kota Makassar pada tahun 2009 untuk persiapan penilaian kegiatan Kota Sehat, yang sebelumnya hanya 2 (dua) tatanan yaitu : Tatanan Kawasan kehidupan Masyarakat yang Sehat Mandiri, dan Tatanan Kawasan Pariwisata Sehat bertambah 2 (dua) yaitu : Kawasan Permukiman Sarana dan Prasarana Sehat dan Kawasan Industri Perkantoran Sehat. Berhasil mendapatkan penghargaan Swasti Saba Wiwerda (kategori 4 tatanan Kota Sehat) oleh Menteri Kesehatan RI. 2. Tempat-Tempat Umum Sehat Salah satu indikator utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010 adalah tercapainya tempat-tempat umum (TTU) sehat sebesar 80 %. Untuk mencapainya maka Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam hal ini Bidang Kesehatan Lingkungan melakukan berbagai upaya antara lain : a. Mengadakan Temu Karya Pemilik Tempat-tempat Umum yang melibatkan Instansi dan Institusi terkait seperti ; Dinas Kebersihan, Dinas Pariwisata, PD. Pasar, PD. Kebersihan, PDAM Kota Makassar, Pihak Sekolah, Pengelola Bisnis Pariwisata, Pengelola Terminal, serta Pengelola tempet-tempat ibadah yang ada di Kota Makassar. b. Melakukan Bintek ke Tempat-Tempat Umum terutama pada Kawasan Wisata, Hotel, Restoran, Sarana peribadatan, maupun di sekolahsekolah, terminal, pasar dan sarana kesehatan yang ada di Kota Makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

66 Hal ini berarti upaya maksimal yang telah dilakukan selama ini oleh Pemerintah Kota Makassar beserta jajarannya optimis dapat memenuhi Standar Pelayanan Minimal serta mencapai target Indonesia Sehat Untuk data yang lebih terinci dapat dilihat pada lampiran Tabel Rumah Sehat & Rumah Bebas Jentik Indikator Kesehatan Lingkungan kedua setelah Tempat Tempat Umum Sehat, adalah pencapaian rumah sehat sebesar 80 %. (tab el 47 SPM). Untuk indikator rumah sehat tahun 2009 telah mencapai 87,32 % sudah mencapai target rumah sehat untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 Data yang diperoleh dari Bidang P2M Dinas kesehatan Kota Makassar tahun 2009 dari rumah yang diperiksa, sebanyak rumah bebas jentik, dengan angka bebas jentik (ABJ) mencapai %. Adapun Angka Bebas Jentik selama 4 tahun terakhir yaitu : tahun 2005 : 76 % ; tahun 2006 : 77% ; tahun 2007 : 78%,tahun 2008 menjadi : 79% dan tahun 2009 : 80 %. Program-program penyehatan lingkungan dan pemukiman perlu lebih ditingkatkan sehingga dapat mewujudkan Misi Kota Makassar Sehat 2010 dan Indonesia Sehat Tempat Umum Pengelolaan Makanan & Minuman Hal yang tak kalah pentingnya dalam mendukung perekonomian khususnya sektor pariwisata serta peningkatan derajat kesehatan yang optimal di Kota Makassar adalah tersedianya Tempat Pengelolaan Makanan yang memenuhi standar Laik Hygiene dan Sanitasi. Pesatnya perkembangan Kota Makassar sebagai pusat perdagangan dan industri di Kawasan Timur Indonesia mendorong perlunya peningkatan pengawasan mutu terkait dengan Laik Hygiene Sanitasi bagi Tempat pengelolaan makanan dan minuman terrmasuk Depot Air Minum Isi Ulang. Sejalan dengan misi yang diemban oleh Pemerintah Kota Makassar, yaitu pembangunan berwawasan kesehatan maka Dinas Kesehatan Kota Makassar bekerjasama dengan Dinas Perijinan dan Perdagangan, memberlakukan persyaratan Rekomendasi Laik Hygiene Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

67 Sanitasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh SITU & SIUPP bagi Pengusaha Jasaboga, Rumah Makan/Restoran serta Depot Air Minum Isi Ulang. 5. Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman Program lain yang juga merupakan bagian dari Upaya Penyehatan Lingkungan antara lain : Penyemprotan lalat, Pemeriksaan bakteriologis sampel air PDAM, Pembinaan POKMAIR, Pembinaan secara teknis program sanitasi dan Sumber Air Bersih, Kaporisasi serta penyelenggaraan pelatihan bagi Tenaga Sanitasi Puskesmas. E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN Tujuan pokok upaya kesehatan adalah meningkatkan pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, baik oleh pemerintah maupun swasta yang didukung oleh pesatnya kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Salah satu misi pembangunan kesehatan dalam mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 adalah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau mengandung arti bahwa salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang terbaik, bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat, yang dievaluasi menurut lima (5) indikator yaitu : 1. Pemanfaatan Puskesmas oleh Penduduk Keadaan sarana kesehatan di Kota Makassar dalam jumlah dan distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Makassar telah melampaui konsep wilayah puskesmas dimana 1 puskesmas melayani penduduk atau dengan jumlah penduduk Makassar tahun 2009 dibutuhkan 41 Puskesmas/Pustu, dimana pada tahun 2008 jumlah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 37 buah dan Pustu sebanyak 42 buah. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

68 Dengan demikian rasio puskesmas terhadap penduduk adalah 3, Ini berarti bahwa setiap penduduk rata-rata dilayani oleh 3 puskesmas. Sedangkan rasio puskesmas pembantu terhadap puskesmas adalah 1 : 1 yang berarti setiap Puskesmas mempunyai 1 puskesmas pembantu. Hal ini sejalan dengan misi Pemerintah Kota Makassar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakatnya. Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan, kunjungan rawat inap dan rawat jalan di Puskesmas disajikan dalam tabel berikut : Tabel V. 9 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Di Sarana Pelayanan di Kota Makassar tahun 2009 NO PUSKESMAS RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH 1 PATTINGALLOANG 46, ,464 2 TABARINGAN 21,545 21,545 3 P. BARRANG LOMPO 36, ,696 4 JUMPANDANG BARU 92,498 1,546 94,044 5 RAPPOKALLING 50,196 50,196 6 KALUKU BODOA 59,591 59,591 7 LAYANG 43,640 43,640 8 MALIMONGAN BARU 52,126 52,126 9 TARAKAN 24,628 24, ANDALAS 29,711 29, MAKKASAU 54,745 54, BARA-BARAYA 96,741 1,076 97, MACCINI SAWAH 76,445 76, MARADEKAYA 42,317 42, MAMAJANG 69, , CENDRAWASIH 67,695 67, DAHLIA 26,437 26, PERTIWI 37,200 37, PANAMBUNGAN 42,695 42, TAMALATE 71,715 71, JONGAYA 106, , BAROMBONG 14,114 14, KASSI-KASSI 100, , MANGASA 41,578 41, MINASA UPA 58, , BATUA 123,658 1, , PAMPANG 73,643 73, TAMAMAUNG 48,304 48, KARUWISI 32,476 32, ANTANG 55,053 55, ANTANG PERUMNAS 63,707 63, TAMANGAPA 38,723 38, SUDIANG 81,276 81, SUDIANG RAYA 135, , TAMALANREA 47,807 47, BIRA 42,895 42, ANTARA 30,555 30,555 JUMLAH 2,137,388 6,135 2,143,523 Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

69 2. Pemanfaatan Rumah Sakit dan Tempat Tidur Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Adapun jumlah RS di Kota Makassar Tahun 2009 adalah sebanyak 17 buah dengan jumlah tempat tidur sebanyak TT. Ini berarti bahwa rasio Rumah Sakit terhadap penduduk adalah 1,3 RS per penduduk, sedangkan rasio tempat tidur (TT) terhadap penduduk adalah 278 TT per penduduk. Pemanfaatan rumah sakit juga diukur dengan Bed Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO), Net Death Rate (N DR) dan Gross Death Rate (GDR). Secara nasional rata-rata BOR sebesar 55%, LOS adalah 5 hari, TOI 4 hari, BTO 40 kali, NDR 18 pasien per pasien keluar dan GDR 37 pasien per pasien keluar. Indikator pelayanan RS pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut : NO Tabel V. 10 Indikator Pelayanan RS Kota Makassar Tahun 2009 NAMA RUMAH SAKIT JUMLAH TEMPAT TIDUR BOR LOS TOI GDR NDR 1 RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Rumah Sakit Ibnu Sina RSUD Labuang Baji Rumah Sakit Bhayangkara Rumah Sakit Pelamonia Rumah Sakit Akademis Rumah Sakit Dadi (Umum) Rumah Sakit Dadi (Jiwa) Rumah Sakit Haji Rumah Sakit Stella Maris Rumah Sakit Hikmah Rumah Sakit Islam Faisal Rumah Sakit Grestelina RSU Luramay Rumah Sakit Daya RS Jala Ammari RS Mitra Husada Sumber: Rumah Sakit di Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

70 Tabel V. 11 Keadaan Sarana Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH Puskesmas 37 Puskesmas Pembantu 42 Puskesmas Keliling 37 Rumah Sakit 16 Rumah Sakit Bersalin 10 Rumah Bersalin 24 Bidan Praktek Swasta 117 Balai Pengobatan Gigi 22 Praktek Dokter Perorangan Praktek Dokter Bersama 62 Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan 3. Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Dasar Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan 16 buah RS (100%). Data terinci pada lampiran Tabel Persentase Rumah Sakit Yang menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar. Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah sarana kesehatan (Rumah Sakit) yang mampu memberikan pelayanan 4 (empat) spesialis dasar sebanyak 14 buah RS dari 16 RS yang ada di Kota Makassar (87,5 %). Data terinci pada lampiran Tabel Obat Generik Berlogo Kegiatan ini dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan obat generik esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2004 ketersediaan obat esensial nasional sudah mencapai 90%. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

71 Jumlah ketersediaan obat dan jenis kebutuhan obat berdasarkan data dari Gudang Farmasi Kota Makassar pada tahun 2009 secara terinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 44. F. SUMBER DAYA KESEHATAN Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Sumber daya kesehatan mencakup sumber daya tenaga, sarana dan pembiayaan. 1. Pengelolaan Tenaga Kesehatan Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis ketenagaan kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah maupun masyarakat. Ketenagaan Tahun 2009 a. Jumlah pegawai : orang terdiri dari : b. Jenis Tenaga Medis : 168 orang Para medis : 565 orang Non Medis : 460 orang Pengelompokan tenaga kesehatan di Kota Makassar termasuk : Rumah Sakit, Puskesmas/Pustu dan Dinkes Kota secara garis besar adalah Medis (Dokter umum, Gigi & spesialis termasuk PTT) sebanyak orang terdiri dari : o Dokter Spesialis : 849 orang o Dokter Umum : 287 orang o Dokter Gigi : 132 orang Kesmas 228 orang, Farmasi 249 orang, Gizi 166 orang, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

72 Sanitasi 80 orang, Teknisi medis 313 orang, Perawat & Bidan orang, o Perawat : orang o Bidan : 389 orang Gambar V. 19 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya Di Kota Makassar Tahun Jumlah Tenaga Kesehatan Medis Perawat & Bidan Farmasi Kesmas Gizi Teknisi Medis Sanitasi Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian 2. ANGGARAN SEKTOR KESEHATAN Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari APBN Departemen Kesehatan digunakan untuk membiayai program-program kesehatan yaitu (a) anggaran pembangunan dan (b) anggaran rutin. Anggaran pembangunan digunakan untuk membiayai 18 program yang terdiri dari 7 program sektor kesehatan (program pokok) dan 11 program di luar sektor kesehatan (program penunjang). Sedangkan anggaran rutin digunakan untuk membiayai 6 unit utama, 11 kegiatan meliputi belanja pegawai dan non belanja pegawai. Pembiayaan kesehatan juga disediakan melalui pemerintah daerah, walaupun jumlahnya tidak besar yaitu APBD tingkat I dan APBD tingkat II. Dengan adanya pola otonomi daerah porsi pusat semakin dikurangi dalam pembiayaan dan porsi yang dikelola oleh daerah akan meningkat terutama ditujukan pada keluarga miskin. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

73 Adapun rincian Anggaran Kesehatan Kota Makassar tahun 2009 yang diperoleh dari Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassar sebagai berikut : APBD Kota Rp ,- APBD Prop. (Dana DEKON) Rp. - APBN Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp ,- ASKESKIN Rp ,- Lain-lain - NICE Rp ,- - PAMSIMAS Rp ,- Pinjaman/Hibah Luar Negeri Rp. - Sumber lain Rp. - TOTAL Anggaran Kesehatan Rp ,- Untuk alokasi pembiayaan kesehatan pada tahun 2007 di Kota Makassar baru berkisar 2,0 % dari total anggaran APBD Kota Makassar. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 5,17 %, sedangkan alokasi pembiayaan kesehatan pada tahun 2009 sebesar 3,1 %. Adapun alokasi anggaran kesehatan per-kapita untuk tahun 2009 sebesar Rp , sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp ,- meningkat dari tahun sebelumnya pada tahun 2007 yang baru berkisar Rp ,- masih jauh dari target Rp per kapita per tahun. (Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassar). G. KONTRIBUSI LINTAS SEKTOR 1. Keluarga yang memiliki Air Bersih Berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan BPS memperlihatkan bahwa pemenuhan kebutuhan rumah tangga terhadap air bersih dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 di Kota Makassar jumlah pelanggan untuk kategori Rumah Tangga yang telah Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

74 memiliki sambungan PDAM sebanyak Rumah Tangga. (Sumber : Makassar Dalam Angka). Berdasarkan laporan dari Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar cakupan akses air bersih selama 3 tahun terakhir adalah pada tahun 2005 tercatat 76,1% ; tahun 2006 : 83,41% ; dan pada tahun 2007 menjadi 79,1 %. Untuk tahun 2008 Cakupan air bersih sebesar 77,4%. Adapun pasokan Air Bersih ini sebagian besar dari sambungan rumah PDAM, sisanya sumur gali dan sumur pompa tangan. Gambar V. 20 Cakupan Air Bersih Di Kota Makassar Tahun persen cakupan ,4 79,1 77,4 76, , Tahun Sumber : Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar 2. Pasangan Usia Subur yang menjadi Aksepto r KB Berdasarkan data yang diperoleh dari BPM-KB Kota Makassar, tingkat pencapaian Peserta KB aktif dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah peserta KB Aktif peserta (60,01 %), tahun 2006 sebesar peserta (60,62 %), tahun 2007 menjadi (66,01 %) dan Tahun 2008 meningkat menjadi peserta untuk lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 20. Perkembangan jumlah peserta KB Baru, selama 4 tahun terakhir sebagai berikut : Tahun 2005 tercatat sebanyak peserta, tahun 2006 naik menjadi peserta, tahun 2007 menjadi peserta, dan tahun 2008 menjadi peserta dan pada tahun 2009 menjadi peserta. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

75 Tahun 2009 dilaporkan jumlah peserta KB aktif mengalami peningkatan menjadi sebesar dari pada tahun Data dapat dilihat pada Lampiran Tabel 19 serta pada gambar berikut : Gambar V. 21 Jumlah PUS, Peserta KB Baru & Aktif Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2006 s/d PUS KB BARU KB AKTIF Sumber : BPM-KB Kota Makassar 3. Kecelakaan Lalu Lintas Sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang juga menjadikan Makassar sebagai kawasan sentra perdagangann dan industri, menjadikan tingkat perekonomian masyarakatnya juga meningkat. Sejalan dengan hal tersebut lonjakan penduduk pun tak dapat dielakkan, yang pada akhirnya berimplikasi pada berbagai masalah kependudukan diantaranya tingginya kepadatan penduduk serta tingginya jumlah pengguna jalan raya (pengendara). Padatnya arus transportasi darat sangat rawan menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Beberapa kebijakan diterapkan oleh Pemerintah Kota Makassar dalam menangani masalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas, antara lain : dari segi infrastruktur Pembangunan Proyek Jalan Lingkar, Pembangunan Fly Over (jalan layang), serta PERDA mengenai pemakaian helm bagi pengendara bermotor. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun

PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011

PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011 2012 DINAS KESEHATAN KOTA MSSAR PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2011 PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KESEHATAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala,

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu, keluarga,masyarakat,pemerintah dan swasta.upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2007

PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2007 2008 PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2007 PEMERINTAH KOTA MAKASSAR Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Thn.2007 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah

Lebih terperinci

Manggal Karya Bakti Husuda

Manggal Karya Bakti Husuda LAPORAN INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 DAN PENETAPAN INDIKATOR KABUPATEN SEHAT SEBAGAI TARGET KABUPATEN POLEWALI MANDAR SEHAT (Keputusan Menkes RI No. 1202 /Menkes/SK/VIII/2003) Disajikan Dalam Rangka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Makassar, 30 Juni Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

KATA PENGANTAR. Makassar, 30 Juni Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005 2009 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI [Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)] NOMOR 331/MENKES/SK/V/2006 RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005

Lebih terperinci

stakeholder guna pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan kesehatan di Kota Makassar kedepan Amien.

stakeholder guna pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan kesehatan di Kota Makassar kedepan Amien. KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala, karena atas Rahmat dan Hidayahnya Penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar KATA PENGANTAR Segala puji bagi kebesaran Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan rahmatnya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini dapat terselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Undang Undang Kesehatan Nomor 36 memberikan batasan; Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan Kesehatan di Provinsi Riau adalah Riau Sehat 2020. Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2020

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 7.1. Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan Pembangunan Bidang Kesehatan Banyuwangi merupakan bagian dari kebijakan dan program pembangunan kesehatan naional serta sistem kesehatan nasional (SKN). Oleh karena

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR

PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROGRAM KEGIATAN DINAS KESEHATAN KELUARGA SEHAT DAN LORONG SEHAT TAHUN 2017 dr. Hj. A. Naisyah Azikin, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR PROFIL KOTA MAKASSAR LETAK GEOGRAFIS -Pantai Barat Pulau

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang - Banten yang terletak di Jalan Ki Mas Jong No. 11 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011

Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo i Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu agenda yang tercantum di dalam Nawa Cita Pembangunan Nasional adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 06 TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Meningkatkan Meningkatkan Upaya Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat melalui program melalui Program Kesehatan

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN, STRATEGI, DAN SASARAN UTAMA

BAB IV TUJUAN, STRATEGI, DAN SASARAN UTAMA BAB IV TUJUAN, STRATEGI, DAN SASARAN UTAMA A. TUJUAN I'!II ebagai penjabaran dari Visi Depaftemen Kesehatan, maka tujuan l$l l!i!l yang akan dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBN) 1. Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact:   Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: / Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat Oleh : Suyatno, Ir. MKes Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: 08122815730 / 024-70251915 Upaya Kesehatan ( Menurut Undang-undang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Latar belakang

KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Latar belakang KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS (Kepmenkes No 128 th 2004) Dr. BENNY SOEGIANTO, MPH 28 Maret 2007 Latar belakang 1. Puskesmas telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1968. Hasil yang dicapai cukup memuaskan,

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Kesehatan merupakan salah satu tahap penting penyusunan dokumen Renstra Dinas Kesehatan sebagai

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA - 1- PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MURUNG RAYA SEHAT 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci