GENERALISASI UNSUR TRANSPORTASI PADA PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1: MENJADI 1:50.000
|
|
- Ade Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar Nasional Peran Geografi Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan 2015 GENERALISASI UNSUR TRANSPORTASI PADA PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1: MENJADI 1: Generalization of Transportation Features in Rupabumi Indonesia Map for Scale 1: to 1: Danang Budi Susetyo, Sri Hartini, Fahmi Amhar Badan Informasi Geospasial ABSTRAK Transportasi dan utilitas merupakan salah satu unsur yang terdapat peta Rupabumi Indonesia (RBI). Unsur tersebut merupakan komponen penting yang menghubungkan setiap tempat di peta, khususnya akses terhadap permukiman dan tempat tinggal. Fungsi jaringan transportasi pada sebuah peta dasar menjadi signifikan dalam memberikan informasi spasial yang dibutuhkan oleh pengguna. Jaringan transportasi akan berbeda kerapatannya jika disajikan p ada skala yang berbeda karena tidak semua ruas jalan ditampilkan pada skala yang lebih kecil. Hal ini menjadi dasar generalisasi unsur transportasi, yaitu bahwa kerapatan jaringan transportasi harus dikurangi tanpa menghilangkan karakteristik dari jaringan tersebut. Generalisasi unsur jalan juga harus memperhatikan aksesbilitas antar jaringan jalan sehingga tidak menyalahi aturan topologi terkait keterikatan antar segmen jalan. Makalah ini membahas generalisasi unsur transportasi pada peta RBI skala 1: menjadi 1: yang dibagi dalam dua zona penelitian. Zona pertama adalah daerah dengan kerapatan jalan yang padat, dengan data sampel yang digunakan adalah wilayah Jakarta, sedangkan zona kedua adalah daerah dengan kerapatan jalan yang renggang, dengan data sampel wilayah Tangerang. Analisis dilakukan terhadap hasil generalisasi otomatis pada software ArcGIS 10.1, dengan metode seleksi berdasarkan panjang minimum dan kelas jalan serta ukuran geometri terkecil, penggabungan berdasarkan jarak terpendek, dan simplifikasi berdasarkan jarak segmen pada kelokan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam generalisasi unsur transportasi pada skala menengah, sehingga generalisasi dapat dilakukan dengan tepat tanpa menghilangkan informasi yang penting p ada peta hasil generalisasi. Kata kunci:generalisasi, transportasi, RBI ABSTRACT Transportation and utility are among features in Rupabumi Indonesia (RBI) map. Those features are important components that connect every place in map, especially access to se ttlement area. That function makes transportation network in the base map significantly provides spatial information that needed by users. Whereas, when presented in different scale, transportation network will provides in different density because not all of the roads features presented in the smaller scale. It is a basic of a generalization of transportation feature, with principle that transportation network density must be decreased without missing characteristic from that network. Generalization also p ay attention of accessibility among road network so it does no t violate topology rules related to connectivity among road segments. This paper discuss about generalization of transportation feature in RBI map scale 1: to 1: that divided into two research zones. The first zone is an area with high road density, with sample data used is Jakarta, while the second zone is an area with low road density, with sample data is Tangerang. Analysis conducted on automatic generalization result in ArcGIS 10.1 software, with selection method based on minimum length, road class, and smallest geometry, merge divided roads based on minimum distance, and simplification based on segment distance in bend. This research is expected to be used as reference in generalization of transportation feature in medium scale, so people can do generalization appropriately without missing important information in the generalized map. Keywords: generalization, transportation, RBI PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi dan utilitas merupakan dua unsur yang fundamental dalam sebuah peta dasar karena terkait dengan aktivitas sosial-ekonomi dan menjadi akses yang menghubungkan setiap tempat, khususnya permukiman dan tempat kegiatan. Unsur transportasi pada peta Rupabumi Indonesia (RBI) memiliki peran penting dalam kepentingan analisis spasial, sehingga penyajiannya untuk setiap skala harus memperhatikan topologi dan konektivitas antar ruas jalan, termasuk ketika disajikan dalam skala yang lebih kecil dengan detail yang lebih sederhana. Generalisasi merupakan pendekatan yang efektif dalam melakukan pengurangan detail untuk mendapatkan tampilan baru pada skala yang lebih kecil. Generalisasi unsur transportasi pada umumnya dilakukan dengan memperhatikan karakteristik jaringan jalan. Prinsip tersebut juga dapat diterapkan untuk generalisasi unsur transportasi pada peta RBI. Di Indonesia, generalisasi peta telah diterapkan pada 375
2 Generalisasi Unsur Transportasi Pada Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Skala 1: menjadi 1: Susetyo, dkk. pembuatan peta RBI skala 1: dari data masukan 1:50.000, 1: (dari skala 1: ), dan 1: (dari skala 1: ). Namun selama ini pelaksanaan generalisasi dalam pembuatan peta RBI tidak disertai dengan petunjuk pelaksanaan yang detail, sehingga memunculkan potensi ketidak-konsistenan dari data yang dihasilkan. Penelitian ini mengkaji generalisasi unsur transportasi pada peta RBI dengan mempertimbangkan dua karakteristik kerapatan yang berbeda. Wilayah kajian pertama adalah Jakarta dengan kepadatan jalan yang sangat rapat, sedangkan wilayah lainnya adalah Tangerang dengan kepadatan jalan jar ang. Aspek pertama yang diperhatikan dalam mengkaji hasil generalisasi adalah aspek metrik, topologi, dan tematik (Liu et al, 2009). Aspek metrik berkaitan dengan bentuk dan panjang dari data jalan yang telah digeneralisasi, aspek topologi berkaitan dengan konektivitas dan kelengkungan ruas jalan, sedangkan aspek tematik berkaitan dengan hirarki yang mempertimbangkan tingkat kepentingan jalan (Bjorke and Isaksen, 2005). Aspek lainnya adalah pola jaringan jalan setelah generalisasi, khususnya jaringan jalan radial dan jaringan jalan grid (Zhang, 2004). Perkembangan teknologi dalam bidang GIS memungkinkan generalisasi dilakukan secara otomasi dengan bantuan perangkat lunak (software) GIS. Software ESRI ArcGIS 10.1 memiliki beberapa tools yang membantu proses generalisasi unsur transportasi. Analisis penggunaan tools generalisasi unsur transportasi menggunakan software ArcGIS pernah dilakukan oleh (Brewer et al, 2013) yang melakukan uji coba generalisasi terhadap data unsur transportasi skala 1: menjadi 1: di wilayah Atlanta, Georgia (Amerika Serikat) dengan parameter yang dikaji adalah panjang minimum jalan dan kerapatan jalan. Makalah ini membahas efektivitas tools yang ada di ArcGIS dalam melakukan generalisasi unsur transportasi. Metode yang digunakan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Brewer, et al (2013) dengan penyesuaian berupa perubahan urutan proses generalisasi. Generalisasi pada penelitian ini dimulai dari seleksi berdasarkan panjang minimum dan kelas jalan serta ukuran geometri terkecil, penggabungan berdasarkan jarak terpendek, dan simplifikasi berdasarkan jarak segmen pada kelokan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk generalisasi unsur transportasi pada skala menengah untuk menghasilkan data yang logis, akurat, dan konsisten dengan waktu yang relatif cepat. Penelitian ini menggunakan dua data sampel unsur transportasi dari peta RBI skala 1: Data pertama mengambil wilayah Jakarta Barat dengan tingkat kerapatan yang sangat tinggi. Data ini terdiri dari segmen jalan dengan panjang total 2598,199 km. Gambar 1. Data sampel wilayah Jakarta Barat Data lainnya mengambil wilayah Tangerang dengan kerapatan yang normal. Data ini terdiri dari 1025 segmen jalan dengan panjang total 405,503 km. Perbedaan kerapatan tersebut dipilih agar dapat digunakan untuk keperluan analisis terhadap hasil generalisasi di dua karakteristik wilayah yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan Radical law untuk keperluan validasi dari data sebelum dan setelah generalisasi. Töpfer & Pillewizer (1966) dalam (Wilmer & Brewer (2010), mengembangkan persamaan (1) untuk menganalisis jumlah objek yang dipertahankan dari generalisasi skala tertentu ke skala yang lebih kecil.... (1) dimana: nf = jumlah objek pada skala hasil generalisasi na = jumlah objek pada skala sumber 376
3 Seminar Nasional Peran Geografi Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan 2015 Ma = pembagi skala sumber Mf = pembagi skala hasil generalisasi METODE Gambar 2. Data sampel wilayah Tangerang 1. Seleksi berdasarkan kelas jalan dan panjang minimum Seleksi berdasarkan kelas jalan dan panjang minimum dilakukan dengan tools Thin Road Network. Tools Thin Road Network mengurangi kedetailan jalan dengan mengidentifikasi segmen yang dapat diseleksi tanpa mempengaruhi karakteristik umum, kerapatan, dan konektivitas keseluruhan dari jaringan jalan tersebut (ESRI, 2012). Tools ini membutuhkan klasifikasi kelas jalan, sehingga hasil seleksi masih mempertimbangkan tingkat kepentingan dari setiap segmen jalan. Gambar 3. Ilustrasi Thin Road Network 377
4 Generalisasi Unsur Transportasi Pada Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Skala 1: menjadi 1: Susetyo, dkk. 2. Seleksi bundaran pada persimpangan jalan berdasarkan ukuran minimum Tahap ini menggunakan tools Collapse Road Detail. Tools ini menyederhanakan segmen jalan pembentuk area yang berukuran kecil seperti bundaran pada persimpangan, dan digantikan dengan detail yang lebih sederhana (ESRI, 2012). Parameter yang digunakan adalah diameter dari bundaran tersebut dengan mengambil angka 25 m atau setara 0,5 mm pada skala 1: Angka tersebut dipilih dengan mempertimbangkan parameter yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis pekerjaan pemetaan RBI untuk unsur berbentuk area. Gambar 4. Ilustrasi Collapse Road Detail 3. Penggabunganjalan dua jalur berdasarkan jarak minimum Penggabungan dapat dilakukan jika kedua jalan tersebut memiliki kelas jalan yang sama, berhubungan satu sama lain, dan berada pada jarak toleransi (ESRI, 2012). Parameter jarak yang ditetapkan pada tahap ini adalah 25 m atau setara 0,5 mm pada skala 1: yang juga mengacu pada spesifikasi teknis pemetaan RBI. Gambar 5. Ilustrasi Merge Divided Roads 4. Simplifikasi berdasarkan jarak segmen pada kelokan Simplifikasi dilakukan pada jalan yang berkelok-kelok yang jarak segmen pada kelokannya kurang dari spesifikasi. Pada prinsipnya, simplifikasi harus dilakukan dengan tetap mempertahankan karakter dari garis itu sendiri (Bakosurtanal, 2005). Oleh karena itu, metode yang dipilih dalam simplifikasi adalah Bend Simplify, karena algoritma ini hanya mengeliminasi vertex pada lekukan yang signifikan tanpa mengubah karakteristik utama dari garis tersebut. Pada tahap ini, angka toleransi yang ditetapkan adalah 25 m atau setara 0,5 mm pada skala 1: dengan mempertimbangkan jarak terpendek pada garis yang dapat dilihat pada tampilan kartografis. 378
5 Seminar Nasional Peran Geografi Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan 2015 Gambar 6. Ilustrasi Simplify Line HASIL PEMBAHASAN Hasil Gambar 7. Diagram alir penelitian 1. Seleksi berdasarkan kelas jalan dan panjang minimum Seleksi berdasakan kelas jalan dan panjang minimum dilakukan dengan tools Thin Road Network. Pada penelitian ini, parameter diuji pada angka 0,5 cm (setara 250 m pada skala 1:50.000), 1 cm (500 m), dan 2 cm (1000 m). Angka 1 cm dan 2 cm dipilih karena dalam (ESRI, 2012) angka 1 cm direkomendasikan 379
6 Generalisasi Unsur Transportasi Pada Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Skala 1: menjadi 1: Susetyo, dkk. untuk pola jaringan jalan tidak teratur dan 2 cm untuk pola jaringan grid, sedangkan angka 0,5 cm mempertimbangkan ukuran terkecil yang dapat dilihat di peta pada tampilan kartografis. Thin Road Network mempertimbangkan kelas jalan dengan mengutamakan kelas jalan yang lebih rendah ketika melakukan seleksi. Berikut adalah segmen jalan yang terseleksi berdasarkan kelas jalannya. Jenis kerapatan Tabel 1. Jumlah segmen yang terseleksi berdasarkan kelas jalannya Panjang minimum (km) Kelas jalan Arteri Kolektor Lokal Lain Setapak Rapat 0, , Jarang 0, , Seleksi bundaran pada persimpangan jalan berdasarkan ukuran minimum Tahap kedua menggunakan tools Collapse Road Detail, yaitu tools untuk menghilangkan bundaran pada persimpangan jalan yang diameternya berukuran kurang dari angka tertentu. Ukuran diameter bundaran yang digunakan pada tahap ini adalah 25 m. Namun pada penelitian ini tahap ini tidak mengubah geometri dari data karena tidak ada diameter bundaran yang berukuran kurang dari 25 m. 3. Penggabungan jalan dua jalur berdasarkan jarak minimum Penggabungan jalan dua jalur menjadi satu jalur dilakukan pada jalan dua jalur yang memiliki kelas jalan yang sama dan berjarak kurang dari 25 m. Proses ini juga dilakukan menggunakan tools yang ada di ArcGIS 10.1, yaitu Merge Divided Roads. Tahap ini memberikan beberapa pengaruh pada sebagian segmen jalan. Meskipun jalan dua jalur digabung menjadi satu jalur, namun tools ini tetap memperhatikan topologi antar ruas jalan termasuk mengantisipasi kemungkinan ada ruas jalan yang undershoot. Gambar 8. Hasil penggabungan (sampel: Jakarta) Gambar 9. Hasil penggabungan (sampel: Tangerang) 4. Simplifikasi berdasarkan jarak segmen pada kelokan Simplifikasi dilakukan menggunakan tools Simplify Line dengan algoritma Bend Simplify. Pada tahap ini, kelokan yang jarak antar segmennya berukuran kurang dari 25 m disederhanakan, sehingga tingkat kerumitan jalan pada data hasil generalisasi menjadi berkurang. Namun pada penelitian ini simplifikasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena tidak ada jalan berkelok-kelok yang jarak antar segmennya kurang dari 25 m. 380
7 Seminar Nasional Peran Geografi Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan 2015 Pembahasan Setelah seluruh tahapan selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan perbandingan antara data sebelum dan setelah digeneralisasi dari segi jumlah segmen dan panjang total segmennya. Perbandingan dilakukan pada data hasil generalisasi terhadap tiga sampel parameter di tahap seleksi berdasarkan panjang minimum dan kelas jalan. Berikut perbandingan antara data sebelum dan setelah digeneralisasi. Tabel 2. Hasil generalisasi Wilayah Panjang minimum (km) Jumlah segmen Panjang total (km) Jakarta Tanpa seleksi ,199 0, ,269 0, , ,202 Tangerang Tanpa seleksi ,503 0, ,312 0, , ,359 Secara persentase, persentase unsur yang dipertahankan pada data hasil generalisasi dapat dirangkum pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Hasil generalisasi berdasarkan persentase unsur yang dipertahankan Wilayah Panjang minimum Persentase berdasarkan Persentase berdasarkan (km) jumlah segmen panjang total Jakarta Tanpa seleksi 100% 100% 0,25 85,62% 86,03% 0,5 67,46% 69,65% 1 45,37% 48,85% Tangerang Tanpa seleksi 100% 100% 0,25 87,51% 93.30% 0,5 77,95% 87,16% 1 70,24% 79,00% Sebagai perbandingan, berikut merupakan hasil penelitian oleh (Brewer et al, 2013) yang juga mengkaji tools Thin Road Network pada dua jenis kerapatan yang berbeda. Sebelum menggunakan Thin Road Network, sebelumnya digunakan tools Merge Divided Roads dengan angka toleransi 27 m dan Collapse Road Detail dengan angka toleransi 75 m. Tabel 4. Hasil penelitian oleh (Brewer et al, 2013) Jenis Panjang minimum kerapatan (km) Panjang total (km) Persentase yang dipertahankan Rapat Tanpa seleksi 8, % 0,5 7,176 81,82% 1 5,999 68,40% Jarang Tanpa seleksi 23, % 0,5 22,541 95,81% 1 21,769 92,53% Dengan panjang minimum 0,5 km untuk daerah dengan tingkat kerapatan tinggi, hasil dari penelitian ini berselisih 12,17% dengan hasil penelitian (Brewer et al, 2013) dan 19,55% dengan panjang minimum 1 km, sedangkan pada daerah dengan tingkat kerapatan rendah (jarang), selisih persentase dengan panjang minimum 0,5 km adalah 8,65% dan 13,53% dengan panjang minimum 1 km. Melalui persentase tersebut dapat kita ketahui pada tingkat kerapatan jarang persentase unsur yang dipertahankan relatif tidak jauh berbeda, sedangkan pada tingkat kerapatan tinggi ada selisih yang cukup signifikan karena kemungkinan perbedaan karakteristik jalan pada wilayah yang rapat jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah yang jarang. Jika merujuk pada aturan Radical Law, maka jika dilakukan generalisasi dari 1: menjadi 1: persentase unsur yang dipertahankan adalah: n f = n a 381
8 Generalisasi Unsur Transportasi Pada Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Skala 1: menjadi 1: Susetyo, dkk. = 100 = 70,71% Berdasarkan hasil tersebut, maka pada daerah yang rapat persentase yang paling mendekati adalah seleksi dengan panjang minimum 0,5 km atau 1 cm pada skala 1:50.000, sedangkan pada daerah yang jarang persentase yang paling mendekati adalah seleksi dengan panjang minimum 1 km atau 2 cm pada skala 1: Kedua angka tersebut dapat dijadikan alternatif ketika melakukan generalisasi unsur transportasi peta RBI dari 1: menjadi 1:50.000, namun karena kerapatan jalan yang tinggi lebih memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan dengan kerapatan jalan yang rendah, maka angka 0,5 km lebih direkomendasikan dibandingkan 1 km. Selain itu secara tampilan pada skala 1:50.000, hasil seleksi dengan panjang minimum 0,5 km lebih logis dibandingkan 1 km. KESIMPULAN Pada Thin Road Network digunakan tiga sampel parameter untuk jarak terpendek jalan, yaitu 0,25 km, 0,5 km, dan 1 km, sedangkan tiga proses berikutnya menggunakan parameter yang sama yaitu 25 m. Berdasarkan hasil penelitian yang dibandingkan dengan perhitungan Radical Law, maka pada daerah yang rapat persentase yang paling mendekati adalah seleksi dengan panjang minimum 0,5 km, sedangkan pada daerah yang jarang adalah 1 km. Kedua angka tersebut dapat dijadikan alternatif ketika melakukan generalisasi unsur transportasi peta RBI dari 1: menjadi 1:50.000, namun karena kerapatan jalan yang tinggi lebih memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan dengan kerapatan jalan yang rendah, maka angka 0,5 km lebih direkomendasikan dibandingkan 1 km. Selain itu secara tampilan pada skala 1:50.000, hasil seleksi dengan panjang minimum 0,5 km lebih logis dibandingkan 1 km. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT) BIG yang telah memfasilitasi dalam hal data rupabumi yang digunakan dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pusat Penelitian, Promosi, dan Kerja Sama (PPPKS) BIG yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Bakosurtanal. (2005). SPR-72 Spesifikasi Generalisasi Data Rupabumi. Cibinong Bjørke, J. T., Bjørke, J. T., Isaksen, E., & Isaksen, E. (2013). Map generalisation of road networks: case study from Norwegian small scall maps. In M. F. Buchroithner (Ed.), International Cartographic Conference. Dresden, Germany: International Cartographic Association. Retrieved from Brewer, C. a, Guidero, E. M., Stanislawski, L. V, Buttenfield, B. P., & Raposo, P. (2013). Labeling Through Scale Using Hierarchies of Thinned Road Networks for Design of The National Map of the United States. In M. F. Buchroithner (Ed.), 26th International Cartographic Conference. Dresden, Germany: International Cartographic Association. Retrieved from ESRI. (2012). ArcGIS 10.1 Help Liu, X., Zhan, F. B., & Ai, T. (2010). Road selection based on Voronoi diagrams and strokes in map generalization. International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation, 12(SUPPL. 2), S194 S202. doi: /j.jag Wilmer, J., & Brewer, C. (2010). Application of the Radical Law in Generalization of National Hydrography Data for Multiscale Mapping. In: Geospatial Data and Geovisualization: Environment, Security, and Society: A Special Joint Symposium of ISPRS Technical Commission IV & Autocarto in Conjunction with ASPRS/CaGIS 2010 Fall Specialty Conference. Orlando, Florida. Zhang. Q (2004). Modelling Structure and Patterns in Road Network Generalization. In: proceedings of ICA Workshop on Generalisation and Multiple Representation, Leicester, August
9 Seminar Nasional Peran Geografi Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan 2015 LAMPIRAN Jakarta All 0,25km 0,5 km 1 km 383
10 Generalisasi Unsur Transportasi Pada Peta Rupabumi Indonesia (RBI) Skala 1: menjadi 1: Susetyo, dkk. Tangerang All 0,25km 0,5 km 1 km 384
EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS
EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS Danang Budi Susetyo, Aji Putra Perdana, Nadya Oktaviani Badan Informasi Geospasial (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong 16911 Email: danang.budi@big.go.id
Lebih terperinciATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA
ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA Danang Budi Susetyo, Dini Nuraeni, Aji Putra Perdana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2015
KAJIAN TEKNIS PENERAPAN GENERALISASI PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI) DARI SKALA 1: 50.000 MENJADI SKALA 1:250.000 Nisrina Niwar Hisanah, Sawitri Subiyanto, Arief Laila Nugraha *) Program Studi Teknik Geodesi
Lebih terperinciREVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25
REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25.000 BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BIG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KETELITIAN PETA DASAR (Studi Kasus: Pekerjaan Pemetaan RBI Aceh Paket
Lebih terperinciPENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER. Oleh : MARDI WIBOWO NIM :
No. Urut : 109/S2-TL/TPL/1998 PENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER Oleh : MARDI WIBOWO NIM : 25396032 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGI
Lebih terperinciANALISIS JARAK PANDANGAN DI LENGKUNG HORISONTAL DAN LENGKUNG VERTIKAL TESIS MAGISTER. Oleh Theo Kurniawan Sendow
ANALISIS JARAK PANDANGAN DI LENGKUNG HORISONTAL DAN LENGKUNG VERTIKAL TESIS MAGISTER Oleh Theo Kurniawan Sendow 25001070 PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL BIDANG PENGUTAMAAN REKAYASA TRANSPORTASI DEPARTEMEN
Lebih terperinciANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY) PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PA VEMENT) DENGAN PROGRAM ELCON DAN METODE ASPHALT INSTITUTE TESIS
ANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY) PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PA VEMENT) DENGAN PROGRAM ELCON DAN METODE ASPHALT INSTITUTE (STUDI KASUS : JALAN TOL PADALARANG - CILEUNYI) TESIS Karya tulis sebagai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Hal HALAM COVER... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi
Lebih terperinciIMPELEMENTASI GENERALISASI OTOMATIS (AUTOMATIC GENERALIZATION) PADA PETA TOPOGRAFI MULTISKALA DI WILAYAH D.I. YOGYAKARTA
IMPELEMENTASI GENERALISASI OTOMATIS (AUTOMATIC GENERALIZATION) PADA PETA TOPOGRAFI MULTISKALA DI WILAYAH D.I. YOGYAKARTA M. Wariznu Wafiq m.warizmi.w@mail.ugm.ac.id Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id
Lebih terperinciPEMBUATAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI NJOP BUMI KECAMATAN GEDONGTENGEN DENGAN BERBASIS WEB GIS. Saddam Alkhindi
PEMBUATAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI NJOP BUMI KECAMATAN GEDONGTENGEN DENGAN BERBASIS WEB GIS Saddam Alkhindi saddam.alkhindi@mail.ugm.ac.id Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id ABSTRACT Gedongtengen is
Lebih terperinciPENENTUAN RUTE TERPENDEK DENGAN METODE FLOYD WARSHALL PADA PETA DIGITAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI DHYMAS EKO PRASETYO
PENENTUAN RUTE TERPENDEK DENGAN METODE FLOYD WARSHALL PADA PETA DIGITAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI DHYMAS EKO PRASETYO 091402023 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Juli 2017
KAJIAN TEKNIS KONTROL KUALITAS TAHAP STEREOKOMPILASI PADA PEMBUATAN PETA RUPABUMI INDONESIA SKALA 1 : 5000 DENGAN MENGGUNAKAN DATA REVIEWER Diana Nukita, Sawitri Subiyanto, Haniah *) Program Studi Teknik
Lebih terperinciJurnal. Oleh: Benny Christian Mardiatma NIM :
Prediksi Spasial Curah Hujan di Wilayah Surakarta Menggunakan Metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) untuk Menentukan Klasifikasi Zona Iklim Jurnal Oleh: Benny Christian Mardiatma NIM
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Sistem Informasi Geografis(SIG), website, iklan, properti. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang sangat informatif, karena dapat menyajikan informasi spasial dan non spasial. Akan tetapi layanan informasi SIG ini masih
Lebih terperinciDr. Sri Atmaja P. Rosyidi Laboratorium Teknik dan Infrastruktur Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dr. Sri Atmaja P. Rosyidi Laboratorium Teknik dan Infrastruktur Jurusan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Chapter 01 Model suatu sistem wilayah (perkotaan) adalah model spasial, sehingga diperlukan
Lebih terperinciAPLIKASI INFORMASI PARIWISATA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN QR CODE BERBASIS MOBILE PLATFORM BLACKBERRY
APLIKASI INFORMASI PARIWISATA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN QR CODE BERBASIS MOBILE PLATFORM BLACKBERRY Abstract Mobile tagging offers opportunities such as ease of access to mobile services with a link to the
Lebih terperinciPENGANTAR : KONSEP TOPOLOGY
PENGANTAR : KONSEP TOPOLOGY Tahapan Proses Pembuatan Geodatabase Karakteristik GIS Pengertian Topology Toleransi Jarak Snaping Aturan Topology (Rule of Topology) Koreksi Topology LATIHAN : MEMBANGUN TOPOLOGY
Lebih terperinciABSTRACT. Keyword: Algorithm, Depth First Search, Breadth First Search, backtracking, Maze, Rat Race, Web Peta. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT In a Rat Race game, there is only one way in and one way out. The objective of this game is to find the shortest way to reach the finish. We use a rat character in this game, so the rat must walk
Lebih terperinciAplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar
Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi Itenas No. 2 Vol. 1 ISSN 2338-350X Desember 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat
Lebih terperinciE-GUIDANCE SEBAGAI INTERPRETASI YANG INFORMATIF PADA WATERWORLD TAMAN SAFARI INDONESIA
E-GUIDANCE SEBAGAI INTERPRETASI YANG INFORMATIF PADA WATERWORLD TAMAN SAFARI INDONESIA Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Merdeka Malang Abstract Development of mapping technology to explore the
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA
PEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA Angga Marditama Sultan Sufanir Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Politeknik Negeri Bandung
Lebih terperinciEVALUASI KEBUTUHAN LAHAN JALAN NASIONAL BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PULAU LOMBOK
EVALUASI KEBUTUHAN LAHAN JALAN NASIONAL BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PULAU LOMBOK Inastri Nityasari MSTT-DTSL FakultasTeknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Jln. Grafika 2, Kampus UGM Yogyakarta,
Lebih terperinciPembentukan Temporal Association Rules Menggunakan Algoritma Apriori (Studi Kasus:Toko Batik Diyan Solo)
IJCCS, Vol.10, No.1, January 2016, pp.71~80 ISSN: 1978-1520 71 Pembentukan Temporal Association Rules Menggunakan Algoritma Apriori (Studi Kasus:Toko Batik Diyan Solo) Annisa Mauliani * 1, Sri Hartati
Lebih terperinciLAPORAN SKRIPSI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN POLYLINE JALAN DAN JEMBATAN WILAYAH KECAMATAN JEKULO BERBASIS WEB
LAPORAN SKRIPSI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN POLYLINE JALAN DAN JEMBATAN WILAYAH KECAMATAN JEKULO BERBASIS WEB Oleh : Kustianah 2009-51-045 SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Google Maps, travelling salesman problem, pencarian rute, Branch and Bound. vi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Google Maps adalah salah satu aplikasi yang dapat mengetahui pemetaan jalan, kondisi lalu lintas, dan penelusuran rute, jarak tempuh dan waktu tempuh ke tempat yang hendak kita tuju. Namun dengan
Lebih terperinciBADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah
LAMPIRAN 6 KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS 2012 Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data
Lebih terperinciKAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Kota Bandung)
KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Kota Bandung) ABSTRAK KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Kota Bandung) Oleh Desmon Manurung Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung Sebagian besar
Lebih terperinciANALISA KEPADATAN RUAS JALAN DI KECAMATAN RUNGKUT DENGAN PEMETAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
ANALISA KEPADATAN RUAS JALAN DI KECAMATAN RUNGKUT DENGAN PEMETAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Hendrata Wibisana 1 dan Siti Zainab ABSTRACT Traffic jam is a complex problem that has the wide impacts to the
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN PRIORITAS WILAYAH INDUSTRI DI KABUPATEN KUBU RAYA. Priskha Caroline
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN PRIORITAS WILAYAH INDUSTRI DI KABUPATEN KUBU RAYA Priskha Caroline Program Studi Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Priskha09023@gmail.com
Lebih terperinciPerbandingan Pencarian Rute Optimal Pada Sistem Navigasi Lalu Lintas Kota Semarang Dengan Menggunakan Algoritma A* Dan Algoritma Djikstra
Perbandingan Pencarian Rute Optimal Pada Sistem Navigasi Lalu Lintas Kota Semarang Dengan Menggunakan Algoritma A* Dan Algoritma Djikstra Ibnu Utomo WM Ana Setyaningsih Abstract : This research is to build
Lebih terperinciEVALUASI DAN PERBAIKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN MAGELANG YOGYAKARTA KM. 12,9 KM. 13,3
TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERBAIKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN MAGELANG YOGYAKARTA KM. 12,9 KM. 13,3 Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat
Lebih terperinciKAJIAN MODEL PERKIRAAN AWAL BIAYA PADA-PROYEK PENINGKATAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN SUMEDANG TESIS MAGISTER. Oleh: AGUS SUTOPO NIM :
KAJIAN MODEL PERKIRAAN AWAL BIAYA PADA-PROYEK PENINGKATAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN SUMEDANG TESIS MAGISTER Oleh: AGUS SUTOPO NIM : 250 92 043 MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM
Lebih terperinciBAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING
BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinciPEMBANGUNAN MODEL DISTRIBUSI POPULASI PENDUDUK PADA SISTEM GRID SKALA RAGAM
PEMBANGUNAN MODEL DISTRIBUSI POPULASI PENDUDUK PADA SISTEM GRID SKALA RAGAM (STUDI KASUS: WILAYAH BANDUNG) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Oleh: Reneica Ayu Pratiwi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Sistem Informasi, Kuliner, Website. iii
ABSTRAK Perkembangan kota Bandung menjadikan Bandung sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Hal ini juga dikarenakan kota Bandung memiliki banyak macam atau variasi makanan yang lezat. Namun banyak wisatawan
Lebih terperinciKLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI TAMPAKAN PERMUKIMAN DAERAH PERKOTAAN
KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI TAMPAKAN PERMUKIMAN DAERAH PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Bandarlampung) TESIS MAGISTER Diajukan untuk melengkapi tugas dan
Lebih terperinciPENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL
PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL Soft Launching Atlas One Map Pekanbaru, 27 Februari 2013 Sugeng PRIJADI PUSAT PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN 2012 Kelompok Kerja Kesekretariatan
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LERENG GALIAN DALAM SEGMEN C PADA PROYEK JALAN SOROWAKO BAHODOPI SULAWESI Andri Hermawan NRP:
ANALISIS KESTABILAN LERENG GALIAN DALAM SEGMEN C PADA PROYEK JALAN SOROWAKO BAHODOPI SULAWESI Andri Hermawan NRP: 0821058 Pembimbing: Ibrahim Surya Ir.,M.Eng. ABSTRAK Sulawesi salah satu pulau penghasil
Lebih terperinciAplikasi Pengambilan Database Mesin Sidik Jari dan Dikirimkan secara Nirkabel ke Smartphone Berbasis Android 2.2
Aplikasi Pengambilan Database Mesin Sidik Jari dan Dikirimkan secara Nirkabel ke Smartphone Berbasis Android 2.2 Peter Septianus Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Lebih terperinciMelakukan editing otomatis terhadap overshoot dan undershoot polyline (shp) pada arcgis 10 dengan menggunanakan topology.
Melakukan editing otomatis terhadap overshoot dan undershoot polyline (shp) pada arcgis 10 dengan menggunanakan topology Apa itu undershoot dan overshoot? Undershoot Overshoot Undershoot dan overshoot
Lebih terperinciPenerapan Logika Samar dalam Peramalan Data Runtun Waktu
Penerapan Logika Samar dalam Peramalan Data Runtun Waktu Seng Hansun Program Studi Teknik Informatika, Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Indonesia hansun@umn.ac.id Abstract Recently, there are
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinci2.2. Fitur Produk Perangkat Lunak Fitur Pengolahan Data Fakultas Fitur Pengolahan Data Jurusan
Abstract This search engine application is a tool used in topic research concerning practical work and final assignment made by Maranatha Christian University s students. The users can do research based
Lebih terperinciANALISA HAZARD GEMPA DENGAN GEOMETRI SUMBER GEMPA TIGA DIMENSI UNTUK PULAU IRIAN TESIS MAGISTER. Oleh : Arvila Delitriana
ANALISA HAZARD GEMPA DENGAN GEOMETRI SUMBER GEMPA TIGA DIMENSI UNTUK PULAU IRIAN TESIS MAGISTER Oleh : Arvila Delitriana DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2003 ABSTRAK
Lebih terperinciANALISA PETA DESA SKALA 1:5000 BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BIG NOMOR 3 TAHUN 2016 (Studi Kasus: Desa Beran Kabupaten Ngawi)
ANALISA PETA DESA SKALA 1:5000 BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BIG NOMOR 3 TAHUN 2016 Agung Budi Cahyono, Nizar Zulkarnain Departemen Teknik Geomatika FTSLK-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111 Email:
Lebih terperinciPENGARUH ALAT PEMBATAS KECEPATAN DAN PITA PENGGADUH TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR
PENGARUH ALAT PEMBATAS KECEPATAN DAN PITA PENGGADUH TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR ALDI SENDI NUGRAHA NRP: 0921040 Pembimbing: Tan Lie Ing, S.T., M.T. ABSTRAK Transportasi mempunyai peran penting
Lebih terperinciPROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA
PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Andriyani Indah Sartika Program Magister Sistem dan Teknik Transportasi Jurususan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN
ABSTRAK Perkembangan teknologi sekarang ini semakin pesat sehingga dibutuhkan otomatisasi dalam berbagai bidang. Dalam otomatisasi, komunikasi data memegang peranan yang sangat penting dan untuk bisa berkomunikasi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Arduino, Switch, Access Point, LED, LCD, Buzzer, . i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dewasa ini komputer menjadi hal yang umum dalam dunia teknologi dan informasi. Komputer berkembang sangat pesat dan hampir seluruh aspek kehidupan manusia membutuhkan teknologi ini. Hal tersebut
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH MUTUAL INDUCTANCE TERHADAP SETTING RELE JARAK PADA SALURAN TRANSMISI DOUBLE CIRCUIT 150 kv ANTARA GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD
SKRIPSI STUDI PENGARUH MUTUAL INDUCTANCE TERHADAP SETTING RELE JARAK PADA SALURAN TRANSMISI DOUBLE CIRCUIT 150 kv ANTARA GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AHMAD RIDWAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam
Lebih terperinciA. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa
A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa wilayah dalam bentuk informasi spatial (keruangan). GIS
Lebih terperinciIna-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi
Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi Dr. Asep Karsidi, M.Sc BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 11 Agustus 2012 Workshop Geospasial Bandung, 11 Agustus 2012 KEBIJAKAN NASIONAL TENTANG IG: BIG penyelenggaraan
Lebih terperinciREMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING
REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING Jarot Mulyo Semedi disampaikan pada: Workshop Continuing Professional Development (CPD) Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota Jakarta, 7 Oktober 2016 Isi Presentasi
Lebih terperinciWhat is ArcGIS? What is ArcGIS? By Gordon. Pertemuan 1 (2 Jam) Rangkuman : 1. Konsep SIG 2. Pengenalan awal dengan ArcGIS
What is ArcGIS? Pertemuan 1 (2 Jam) Rangkuman : 1. Konsep SIG 2. Pengenalan awal dengan ArcGIS Sistem Informasi Geografis adalah system yang digunakan untuk mengatur (management), menganalisis (analysis),
Lebih terperinciBasis Data Fuzzy untuk Pemilihan Bahan Pangan Berdasarkan Kandungan Nutrien
1 Basis Data Fuzzy untuk Pemilihan Bahan Pangan Berdasarkan Kandungan Nutrien A. Helen Sutrisno 1, B. Dadang Syarif SS, S.Si, M.Sc 1, dan C. Mardhiah Fadhli 1, ST 1 Politeknik Caltex Riau, Indonesia Every
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KETELITIAN PETA DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam penetapan standar ketelitian peta
Lebih terperinciSTMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2011/2012
STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2011/2012 RANCANGAN APLIKASI TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE ALGORITMA A* (A-STAR) Sunbara lukito
Lebih terperinci2013 IKATAN GEOGRAF INDONESIA Banjarmasin 2-3 Nopember
PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI SEBAGAI BAGIAN GEOSTRATEGIS NKRI Aji Putra Perdana * Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponimi, Badan Informasi Geospasial, Jl. Raya Jakarta-Bogor KM46, Cibinong 16911 ajiputrap@gmail.com,
Lebih terperinciSKRIPSI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN KOS BERDASARKAN PERGURUAN TINGGI DI KABUPATEN KUDUS. Oleh: AGUS ULINNUHA
SKRIPSI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN KOS BERDASARKAN PERGURUAN TINGGI DI KABUPATEN KUDUS Oleh: AGUS ULINNUHA 2011-51-184 SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
Lebih terperinciSKRIPSI PEMETAAN STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA DI BAGIAN TIMUR KABUPATEN NATUNA. Oleh : MUH KHOIRUL ANWAR H
SKRIPSI PEMETAAN STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA DI BAGIAN TIMUR KABUPATEN NATUNA Oleh : MUH KHOIRUL ANWAR H 0709073. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PEMETAAN
Lebih terperinciPengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS
Software SIG/GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Spesifikasi Hardware ArcGIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Table Of
Lebih terperinciPEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA
Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) 1 PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA SPATIAL MODELING
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Pencarian, resep masakan. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya, salah satunya dalam hal masakan tradisional. Setiap daerah yang tersebar di sepanjang kepulauan Indonesia memiliki ciri khas masakan tradisionalnya
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JALUR TRAYEK BUS DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ARCVIEW GIS
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JALUR TRAYEK BUS DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ARCVIEW GIS SKRIPSI Oleh : FAJRI MUSTAQIM J2A 606 022 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : component analysis method, road, flexible pavement. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT This report describes an application to calculate amounts of materials required to build roads. The application uses coponent analisis method. It is designed to assist civil engineers in developing
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT
KAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT Oleh Ebby Hermawan NIM : 25002037 Undang-undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem informasi adalah suatu sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan. Tujuan dari sistem
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT)
PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT) ABSTRAK PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN
Lebih terperinciAPLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS MATA AIR PADA DUA DESA DI KECAMATAN PURWODADI, PASURUAN. Diah Harnoni Apriyanti1)
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS MATA AIR PADA DUA DESA DI KECAMATAN PURWODADI, PASURUAN Diah Harnoni Apriyanti1) 1)UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi - LIPI Jl. Raya
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN JALAN DESA BERBASIS MOBILE ANDROID
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN JALAN DESA BERBASIS MOBILE ANDROID TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi
Lebih terperinciPENGARUH UJI TUKEY TERHADAP VERIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN
PENGARUH UJI TUKEY TERHADAP VERIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK Thari Novianty Mentaruk (0722100) Jurusan Teknik Elektro e-mail : thari_novianty_m@yahoo.com Verifikasi tanda
Lebih terperinciGeographic Information System (GIS) Arna Fariza TI PENS. Apakah GIS itu?
Geographic Information System (GIS) Arna Fariza TI PENS Apakah GIS itu? Geographic Information Systems (GIS) adalah teknologi baru yang mengkombinasikan manajememen basis data dengan peta digital dan grafis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transaksi setelah melalui proses tawar-menawar harga. Biasanya pasar tradisional
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pasar tradisional adalah pasar yang pelaksanaannya bersifat tradisional tempat bertemunya penjual pembeli, terjadinya kesepakatan harga dan terjadinya transaksi setelah
Lebih terperinciLaju Pengembangan Alam Semesta Berdasarkan Data Supernova Tipe Ia
ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Laju Pengembangan Alam Semesta Berdasarkan Data Supernova Tipe Ia Fitri Rahma Yanti 1*, Wildian 1, Premana W. Premadi 2 Jurusan Fisika, Universitas
Lebih terperinciKAJIAN ASPEK TEKNIS TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR DALAM PERSPEKTIF BIDANG KELAUTAN
KAJIAN ASPEK TEKNIS TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR DALAM PERSPEKTIF BIDANG KELAUTAN TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciAbstrak PENDAHULUAN.
PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH
Lebih terperinciPERBANDINGAN DUA CITRA HIDUNG MENGGUNAKAN PARAMETER JARAK DARI HIDUNG KE DAHI DAN KE DAGU, JUMLAH PIXEL, DAN SUDUT
PERBANDINGAN DUA CITRA HIDUNG MENGGUNAKAN PARAMETER JARAK DARI HIDUNG KE DAHI DAN KE DAGU, JUMLAH PIXEL, DAN SUDUT Inggar Nugroho.W. / 0322179 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen
Lebih terperinciKINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN
KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN Nindyo Cahyo Kresnanto 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. Tentara Rakyat Mataram 57
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Information Retrieval system, Generalized Vector Space Model. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Information retrieval (IR) system adalah sistem yang secara otomatis melakukan pencarian atau penemuan kembali informasi yang relevan terhadap kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna, diekspresikan
Lebih terperinciAbstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak
TELEMATIKA, Vol. 13, No. 02, JULI, 2016, Pp. 69 79 ISSN 1829-667X ANALISIS HASIL PERTANIAN DI KOTA DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Ni Nyoman Supuwiningsih Program Studi Sistem Komputer
Lebih terperinciAdipandang YUDONO
Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol
Lebih terperinciDESAIN DAN IMPLEMENTASI PROTOTYPE MANAJEMENT BANDWIDTH PADA JARINGAN VPN MENGGUNAKAN SERVER MIKROTIK
DESAIN DAN IMPLEMENTASI PROTOTYPE MANAJEMENT BANDWIDTH PADA JARINGAN VPN MENGGUNAKAN SERVER MIKROTIK Ganesha Alfian Pranayoga¹, Rendy Munadi ², Sholekan³ ¹Teknik Telekomunikasi,, Universitas Telkom Abstrak
Lebih terperinciPRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER
PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER OLEH ORIZA STEVA ANDRA (1201575) JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan
Lebih terperincidapat memperoleh gambaran yang cukup lengkap dan komprehensif mengenai penerapan support vector machine pada sistem pendeteksian intrusi.
Abstrak Perkembangan yang luar biasa pesat dari konektivitas dan aksesibilitas terhadap Internet telah menjadikan keamanan informasi sebagai sebuah isu yang sangat penting. Salah satu hal yang perlu dipikirkan
Lebih terperinciOleh : INA NOPELINA A
STUDI PEMETAAN TANAMAN OBAT TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORHIZA ROXB.) DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS : Studi Kasus di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur Oleh : INA NOPELINA A24101078 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO BERBASIS WEB SKRIPSI
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO BERBASIS WEB SKRIPSI Diajukan dan Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1) Pada Program
Lebih terperinciDATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI UNTUK ANALISIS PENJUALAN
PROSIDING SEMINAR ILMIAH SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P4M) STMIK Dipanegara Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9 Makassar 1 DATA MINING MENGGUNAKAN
Lebih terperinciDESAIN VISUALISASI PROFIL DATA WILAYAH DALAM BENTUK PETA MULTISKALA DI WILAYAH KABUPATEN MAGELANG. Sri Lestari
DESAIN VISUALISASI PROFIL DATA WILAYAH DALAM BENTUK PETA MULTISKALA DI WILAYAH KABUPATEN MAGELANG Sri Lestari sri.lestarikpj.11@gmail.com Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id Abstract Regional profiles
Lebih terperinciPENGGUNAAN TEKNOLOGI INDERAJA SEBAGAI MASUKAN DALAM PROSES PERENCANAAN TATA RUANG ( STUDI KASUS : RUTR KABUPATEN DATI II BANDUNG )
PENGGUNAAN TEKNOLOGI INDERAJA SEBAGAI MASUKAN DALAM PROSES PERENCANAAN TATA RUANG ( STUDI KASUS : RUTR KABUPATEN DATI II BANDUNG ) T 526.982 HAR ABSTRAK Terjadinya berbagai masalah dalam pemanfaatan ruang,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI ALGORITMA DIJKSTRA UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENUJU PELABUHAN BELAWAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI
1 IMPLEMENTASI ALGORITMA DIJKSTRA UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENUJU PELABUHAN BELAWAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI DEFI RAKHMAWATI 091421023 PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
95 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk menjalankan aplikasi ini dengan baik adalah sebagai
Lebih terperinciAPLIKASI INFORMASI RUMAH BEROBAT DI KOTA LAMONGAN BERBASIS ANDROID
J u r n a l T e k n i k A V o l 9 N o 1 M a r e t 2 0 1 7, 15-21 ISSN No. 2085-0859 APLIKASI INFORMASI RUMAH BEROBAT DI KOTA LAMONGAN BERBASIS ANDROID Guntur P Kurniawan 1, Kemal Farouq Mauladi 2 1) Program
Lebih terperinciPENERAPAN NAÏVE BAYES UNTUK PREDIKSI KELAYAKAN KREDIT
PENERAPAN NAÏVE BAYES UNTUK PREDIKSI KELAYAKAN KREDIT Dedy Ahmad Kurniawan 1), Danny Kriestanto 2) Teknik Informatika, STMIK AKAKOM e-mail: dedyahmad.akakom10@gmail.com 1), danny@akakom.ac.id 2) ABSTRAK
Lebih terperinciMETODE KALIBRASI RADAR TRANSPONDER ROKET MENGGUNAKAN DATA GPS (CALIBRATION METHOD OF RADAR TRANSPONDER FOR ROCKET USING GPS DATA)
Metode Kalibrasi Radar Transponder Roket... (Wahyu Widada) METODE KALIBRASI RADAR TRANSPONDER ROKET MENGGUNAKAN DATA GPS (CALIBRATION METHOD OF RADAR TRANSPONDER FOR ROCKET USING GPS DATA) Wahyu Widada
Lebih terperinciAkurasi Konturing Trianggulasi Dan Kriging Pada Surfer Untuk Batubara
Akurasi Konturing Trianggulasi Dan Pada Surfer Untuk Batubara Agung Dwi Sutrisno 1, Ag. Isjudarto 2 Jurusan Teknik Pertambangan STTNAS Yogyakarta 1,2 agung_ds@yahoo.com, is_darto@yahoo.com Abstrak Salah
Lebih terperinci12/19/2011. Polygon Arc Topology SPATIAL DATABASE MANAGEMENT. Konektivitas (Arc Node Topology) & Contiguity:
TAHAPAN PEMBANGUNAN DATA SIG TAHAPAN PEMBANGUNAN DATA SIG SPATIAL DATABASE MANAGEMENT CLEAN : Menbangun polygon topology BUILD : Membangun point & Line topology STORE : menyimpan data EDIT : melakukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. IV.1.1 Perbandingan Antara Peta Garis Dasar Normal dengan Peta Generalisasi Pemendagri 1/2006
BAB IV ANALISIS IV.1 Perbandingan Peta IV.1.1 Perbandingan Antara Peta Garis Dasar Normal dengan Peta Generalisasi Pemendagri 1/2006 Berikut ini ditampilkan perbandingan antara peta garis dasar normal
Lebih terperinciPembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis
Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol. XV Institut Teknologi Nasional Januari Maret 2011 Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis M. ABDUL BASYID, DIAN SURADIANTO Jurusan Teknik Geodesi FTSP
Lebih terperinciPERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci