LAPORAN AKHIR TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR TAHUN 2012"

Transkripsi

1 KODE: 26/ /011/D/RODHP/2012 LAPORAN AKHIR TAHUN 2012 MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012

2 LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVISI BENGKULU Oleh Umi Pudji Astuti Bunaiyah Honorita Yahumri Taufik Hidayat Taupik Rahman Tri Wahyuni Jhon Firison BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i

3 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul kegiatan : Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Provinsi Bengkulu 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu Penanggung Jawab a. Nama : Dr. Umi Pudji Astuti, MP b. Pangkat/Golongan : Pembina /IVa c. Jabatan c1. Struktural : - c2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya 5. Lokasi Kegiatan : 6 Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu 6. Status Kegiatan (Baru/Lanjutan) : lanjutan 7. Tahun Dimulai : Tahun Ke : 2 (dua) 9. Biaya Kegiatan TA 2012 : Rp (Sembilan Ratus sepuluh juta Rupiah). 10. Sumber Dana : Satker Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu T.A Mengetahui Kepala Balai, Bengkulu, Desember 2012 Penanggung Jawab Kegiatan Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP. NIP Dr. Umi Pudji Astuti, MP NIP ii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-nya, sehingga Laporan Akhir Tahun 2012 Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL) di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun Kegiatan fisik yang dilaksanakan meliputi: 1) PRA di 6 desa; 2) Pelatihan teknis pembuatan kompos, teknis budidaya, teknis pembibitan, sosialisasi dan apresiasi petani, pertemuan, kunjungan, implementasi; 3) Implementasi KBD sebanyak 9 unit serta; 4) Implementasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari sebanyak 14 unit. Sampai Bulan Desember 2012 Realisasi keuangan sebesar 94,58% (Rp ,-) dari target anggaran sebesar Rp ,00. Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pemanfaatan lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu. Bengkulu, Desember 2012 Penyusun iii

5 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Tahun Keluaran yang Diharapkan... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 III. PROSEDUR Ruang Lingkup Lokasi Kegiatan dan Waktu Cakupan Kegiatan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Koordinasi Intern dan Antar Institusi Participatory Rural Appraisal (PRA) Disain Pekarangan Replikasi Model Pelatihan Teknisi/Apresiasi Penerbitan Bahan Informasi Penyampaian Inovasi Pertanian/Narasumber Inovasi yang Didiseminasikan Analisis Ekonomi V. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KINERJA HASIL DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN i ii iii iv v vi vii viii iv

6 DAFTAR TABEL Halaman 1. Lokasi M-KRPL di Provinsi Bengkulu Tahun Daftar Nama Liason Officer (LO) M-KRPL Bengkulu Tahun Kegiatan Koordinasi M-KRPL Tingkat Nasional Tahun Koordinasi Pemerintah Daerah Tahun Ringkasan Hasil PRA di Desa Replikasi M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun Lokasi Replikasi Model KRPL Provinsi Bengkulu Desember Tahun Replikasi Model oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu sampai Desember Tahun Kegiatan Pelatihan, Apresiasi Teknologi BPTP Bengkulu sampai Bulan Desember Tahun Bahan Informasi yang Diterbitkan sampai Bulan Desember Tahun Penyampaian Materi ke Stakeholder Tahun Perhitungan Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani M-KRPL sampai Bulan Desember Rata-rata Penghematan Konsumsi dan Pendapatan Rumah Tangga Petani M-KRPL sampai Bulan Desember Tahun v

7 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) Kebun Bibit Desa (KBD) Kebun Bibit Inti (KBI) Irigasi Tetes vi

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Pembuatan Kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL) Teknis Budidaya Tanaman Sayuran Analisis Usahatani Sayuran Foto Kegiatan vii

9 ABSTRAK Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan kegiatan adalah: 1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan; 2) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga secara lestari dalam suatu kawasan; 3) Meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan rumah tangga; 4) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian pemanfaatan pekarangan; 5) Mereplikasi model perkotaan dan perdesaan di 5 Kabupaten Baru, dan Kelurahan baru di Kota Bengkulu. Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah partisipatif, bimbingan teknis, dan demplot sebanyak 2 KK setiap unit kawasan. Hasil kegiatan adalah: 1) keluarga telah mengetahui manfaat lahan pekarangan dan mampu menanam tanaman di pekarangan, 2) tanaman yang diusahakan di lahan pekarangan mampu memenuhi kebutuhan sayuran harian bagi keluarganya, sebagian dibagikan tetangga dan sebagian kecil dijual, 3) terbentuknya 1 unit KBI dan 6 KBD untuk keberlanjutan usaha di perdesaan, 4) terbentuknya 14 unit kawasan M-KRPL di 6 Kabupaten dan Kota. Dampak sosial dari kegiatan M-KRPL antara lain: masyarakat lebih bersosialisasi (adanya aktifitan di rumah tangga pagi dan sore menyiram tanaman bias saling berbagi suka duka, saling berbagi hasil sehingga lebih akrab), lingkungan menjadi hijau dan bersih. Kata Kunci: model, kawasan rumah pangan, lestari viii

10 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal. Menurut Suryana (2009), pembangunan ketahanan pangan berhasil/ terwujud bila dua kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Bila terjadi kerawanan pangan akan mempunyai dampak besar bagi bangsa, yang meliputi aspek ekonomi (produktivitas rendah), sosial (keresahan/kerusuhan) serta politik (instabilitas). Salah satu butir kesepakatan Gubernur terkait dengan pembangunan ketahanan pangan adalah mengembangkan ketersediaan dan mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a) menjamin ketersediaan sarana dan prasarana produksi, (b) mengendalikan alih fungsi lahan, (c) melakukan pengkajian dan penerapan berbagai teknologi tepat guna pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan dan aneka pangan lokal lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari mengkonsumsi pangan lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/warung desa/sekolah/perguruan tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan lokal (BKP, 2011). Upaya diversifikasi pangan yang tertuang dalam salah satu butir kesepakatan tersebut sangat strategis dalam rangka menurunkan konsumsi beras. Saat ini konsumsi beras mencapai 139 kg/kapita/tahun. Menurut Wamentan, konsumsi ini perlu diturunkan, idealnya pada kisaran 90 hingga 100 kg/kapita/tahun. Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga 1

11 merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga (Balai Besar Pengkajian, 2011). Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kementerian Pertanian, 2012). Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Berdasarkan pengamatan, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Menurut Mulyati Rahayu dan Suhardjono Prawiroatmodjo (2005), di Indonesia peranan pekarangan belum mendapat perhatian sepenuhnya, padahal jika dikelola dengan baik bukan tidak mungkin akan menambah penghasilan pen dapatan keluarga. Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan 2

12 untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang diinisiasi oleh Badan Litbang Pertanian diharapkan akan memicu lahirnya pemikiran dan konsep bagi optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. Ke depan diharapkan melalui inisiatif ini akan semakin berkembang upaya-upaya kreatif di tengah masyarakat dalam pemanfaatan lahan dan ruang yang ada di sekitar mereka Tujuan Tahun Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangannya, dan meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan 2. Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian pemanfaatan pekarangan 3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan ketahanan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri 4. Mereplikasi Model KRPL perdesaan dan perkotaan ke 5 Kabupaten baru 1.3. Keluaran yang Diharapkan 1. Terbentuknya kawasan pengembangan pekarangan mendukung Rumah Pangan Lestari di Perkotaan dan Perdesaan sebanyak 13 unit di 7 Kabupaten/Kota 2. Terbentuknya Kebun Bibit Inti (KBI) di BPTP, dan Kebun Bibit Desa (KBD) di 7 Kabupaten/Kota 3. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi di setiap rumah tangga 4. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif di perdesaan dan perkotaan di 7 Kabupaten/Kota 3

13 II. TINJAUAN PUSAKA Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buahbuahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga (Balai Besar Pengkajian, 2011). Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacangkacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan (Kementerian Pertanian, 2012). Konsep dan Batasan 1. Lahan Pekarangan : adalah lahan kering yang berada di sekitar rumah yang dibatasi dengan pagar/batas 2. Penataan Pekarangan : ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. 3. Rumah Pangan Lestari (RPL): rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. 4

14 4. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL): diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit. 5. Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan. a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dapat dikelompokkan menjadi 2 strata, yaitu : (1) Perumahan tanpa halaman sampai dengan luas lahan 100 m 2 ; (2) Perumahan dengan luas lahan m 2. b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 2 strata, yaitu (1) sempit sampai luas : m 2 ; (2) pekarangan luas (>400 m 2 ). 6. Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji, Jeruk Kalamansi, mangga bengkulu). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak ayam, itik, kambing. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit. Pada dasarnya kegiatan M-KRPL merupakan bagian dari kegiatan diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam pendekatan 5

15 Spectrum Diseminasi Multi Chanels (SDMC), dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait. Ilustrasi pada Gambar 1 menunjukkan pola-pola yang merupakan spektrum diseminasi beserta beragam channel yang dapat digunakan dalam proses distribusi informasi inovasi teknologi tersebut. Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Sumber: Badan Litbang Pertanian (2011) Prinsip yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan M-KRPL adalah pemberdayaan masyarakat/sasaran melalui pendekatan : (1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium lapangan. 6

16 (2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat. Falsafah dari M-KRPL merupakan falsafah diseminasi seperti pernyataan Rogers sebagai berikut : Mendengar, Saya Lupa, Melihat, Saya Ingat, Melakukan, Saya Faham, Menemukan Sendiri, Saya Kuasai. Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melalui cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh. 7

17 III. PROSEDUR 3.1. Ruang Lingkup Lokasi kegiatan Model KRPL 13 unit yaitu di Kota Bengkulu yang mewakili model perkotaan sebanyak 3 unit (lingkungan BPTP, RT 4, RT 5, RT 8 dan RT 9), dan di 6 Kabupaten (Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Mukomuko, Seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur) yang mewakili model perkotaan dan perdesaan sebanyak 10 unit. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga yang tergabung dalam satu unit kawasan sebanyak rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Selaian itu sasaran lainnya adalah lingkungan kantor, dan fasilitas umum (sekolah SD/SMP, puskesmas, balai desa) Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Pelaksanaan kegiatan Model KRPL di Provinsi Bengkulu dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu : 1) Model KRPL Perkotaan dan Model KRPL Pedesaan. Model KRPL Perkotaan dibagi menjadi 2 strata yaitu: strata I luas lahan pekarangan < 100 m 2 dengan komoditas Sayuran; strata II luas lahan pekarangan m 2 dengan komoditas sayuran-ayam-ikan- tanaman obat, buah-buahan; 2) Model KRPL Pedesaan dibagi menjadi 2 strata yaitu : Strata I luas lahan < 400 m 2 dengan komoditas Sayuran-ayam-ikan- tanaman obat-buahbuahan, dan strata II luas lahan > 400 m 2 dengan komoditas sayurankambing/sapi-ikan-umbi umbian, buah-buahan Lokasi kegiatan dan waktu Kegiatan M-KRPL Tahun 2012 dilaksanakan di 6 Kabupaten dan kota yaitu Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur. Kegiatan telah dilaksanakan mulai bulan Januari Desember 2012 (Tabel 1.). 8

18 Tabel 1. Lokasi M-KRPL di Provinsi Bengkulu Tahun 2012 Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Koordinat Jumlah Unit Jumlah KK Kota Sungai Serut Kel. Semarang BT : ,968 LS : , Kaur Semidang Padang Panjang BT : , Gumai LS : ,9 Bengkulu Selatan Manna Gunung Kembang BT : ,2 LS : , Seluma Sukaraja Sidoluhur BT : , LS : ,118 Bengkulu Pondok Kelapa Sri Katon BT : , Tengah LS : ,362 Pondok Kubang Harapan Makmur BT : , LS : ,703 Merigi Sakti Arga Indah BT ; ,833' LS : ,994' 1 50 Bengkulu Utara Argamakmur Tebing Kaning BT : , LS : ,735 Tanjung Raman BT : , LS : ,732 Sido Urip BT : , LS : ,730 Karang Suci Mukomuko Pondok Suguh Pondok Kandang Cakupan Kegiatan Generating system : koordinasi puslit, balit, stakeholders seminar hasil, penulisan karya ilmiah, workshop Delivery system : Seminar proposal, pertemuan (tim, stakeholders, swasta), sosialisasi (Kabupaten/Provinsi), Pelatihan teknis, ekspose kegiatan dan pameran, Pencetakan bahan informasi Receiving system : PRA, Implementasi Demplot, KBI dan KBD, replikasi model, Analisis ekonomi : pengeluaran konsumsi, penjualan hasil Penulisan laporan (bulanan, tengah tahun, akhir tahun) 9

19 3.4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Persiapan Penyusunan RODHP RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP lebih rinci dan operasional baik dari aspek administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk memperjelas pelaksanaan setiap komponen kegiatan selanjutnya disusun juklak kegiatan diseminasi. Penunjukan LO untuk masing-masing Kabupaten/Kota. LO ditunjuk sebagai perwakilan BPTP di masing-masing kabupaten (Tabel.2). Tugas dan tanggung jawab LO cukup banyak dan strategis, sehingga diperlukan kecakapan dan dinamika kerja yang baik. Tabel 2. Daftar Nama Liason Officer (LO) M-KRPL Bengkulu Tahun 2012 No Nama Jabatan Fungsional Wilayah Kerja 1 Yahumri, SP PNK Kab. Kaur 2 Nurmegawati, SP Peneliti pertama Kab. Bengkulu Selatan 3 Taufik Hidayat, S.TP PNK Kab. Seluma 4 Bunaiyah Honorita, SP Calon Penyuluh Kota Bengkulu 5 Taupik Rahman,S.Si PNK Kab. Bengkulu Tengah 6 Tri wahyuni,s.si PNK Kab Bengkulu Utara 7 Jhon Firison, S.Pt PNK Kab Mukomuko Pelaksanaan kegiatan Koordinasi intern dan antar institusi. Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP Bengkulu. Pertemuan dilaksanakan 1-2 kali dalam sebulan. Dalam pertemuan ini dibahas kemajuan dan tindak lanjut kegiatan di masing-masing kabupaten. Koordinasi antar institusi dilaksanakan di tingkat daerah (stakeholders di provinsi dan Kabupaten) maupun secara nasional dalam acara workshop maupun rapat kerja (raker). 10

20 Sosialisasi Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait. Pembentukan Kelompok Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga, dan fasilitas umum dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal) Identifikasi teknologi existing, mengetahui permasalahan dan upaya pemecahan permasalahan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di desa dilakukan dengan pendekatan PRA. Pelaksanaan PRA dilakukan oleh tim dengan aktifitas - Disusun Tim yang beranggotakan multi disiplin dengan syarat memiliki bidang ilmu yang terkait dengan aspek sosial, ekonomi, agronomi dan Pasca panen. - Tim PRA untuk setiap lokasi minimal terdiri dari 3 orang. Satu orang berperan sebagai pengatur jalannya diskusi, satu orang pencatat/notulensi hasil diskusi dan satu orang lagi mengamati dominasi anggota dalam diskusi. - Jumlah tim memadai dengan jumlah grup diskusi, jumlah peserta tidak lebih dari 30 orang. - Bahan-bahan yang diperlukan disiapkan dibawa dari kantor, untuk menghindari kemungkinan tidak tersedia di lokasi di tempat PRA. Bahan utama yang harus disediakan adalah kertas karton, spidol, selotip kertas dan gunting atau curter (pemotong) dengan jumlah disesuaikan dengan jumlah grup diskusi. - Transek - Peta desa - Wawancara dengan tokoh masyarakat, petani kunci - Diagram veen - Pemaparan hasil PRA dihadiri oleh Camat, Kepala Desa, penyuluh, ketua kelompok tani, petani kunci. 11

21 Implemantasi Demplot, KBD di 6 Kabupaten dan Kota Kegiatan dilaksanakan di 5 Kabupaten baru dan 1 Kabupaten lama, serta di Kota Bengkulu (7 Kabupaten/Kota, 13 unit) Nara Sumber (Materi teknologi budidaya, administrasi kelompok, KBD, dan Pengolahan Hasil) Penyampaian materi dilakukan melalui pelaksanaan apresiasi, pelatihan, sosialisasi maupun temu lapang. Kegiatan temu lapang akan diprioritaskan pada lokasi demfarm VUB, yaitu di Kabupaten Mukomuko, Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah dan Kaur. Apresiasi/sosialisasi diutamakan untuk petugas hingga pada tingkat Kabupaten. Diharapkan untuk tingkat kecamatan dan desa dapat dilakukan secara estafet oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Untuk pelatihan PL II dan III disesuaikan dengan kebutuhan untuk masing-masing Kabupaten/Kota Parameter yang Diukur Jumlah unit, jumlah KK yang mereplikasi model. Pilihan komoditas yang diadopsi oleh petani. Pengeluaran konsumsi rumah tangga petani pelaksana (saat mulai kegiatan dan setelah 6 bulan) Jumlah dan jenis bahan informasi yang disebarluaskan sebagai bahan penyuluhan. Jumlah Kebun Bibit Desa yang terbentuk di Desa untuk keberlanjutan kegiatan M-KRPL 12

22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Intern dan Antar Institusi Koordinasi intern (dalam institusi BPTP Bengkulu) dilaksanakan dalam bentuk rapat tim M-KRPL bersama kepala Balai secara rutin (bulanan), dan koordinasi insidental sesuai perkembangan kegiatan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan arahan dan pembekalan kepada anggota Tim tentang hal-hal terbaru dalam pelaksanaan kegiatan baik di tingkat Provinsi maupun tingkat nasional. Koordinasi antar institusi dilaksanakan di tingkat pusat, daerah, maupun kabupaten. Koordinasi di tingkat pusat yang telah dilaksanakan (Tabel 3) Tabel 3. Kegiatan Koordinasi M-KRPL Tingkat Nasional Tahun 2012 No Kegiatan Lokasi Waktu 1 Koordinasi dengan Balit/Puslit Balai Penelitian Februari 2012 Sayuran (Lembang) 2 Workshop M-KRPL dan Raker Batam Maret 2012 BBP2TP 3 Koordinasi M-KRPL bersamaan Jakarta April 2012 Raker Badan Litbang 4 Pelatihan Perbenihan sayuran, Balitsa Juli 2012 buah-buahan dalam Pekan Hortikultura 5 Koordinasi kegiatan dan Bogor November 2012 Konsultasi 6 Workshop M-KRPL Bogor Desember 2012 Adapun kegiatan koordinasi di Provinsi Bengkulu maupun Kabupaten dilaksanakan dalam bentuk rapat, sosialisasi (Tabel 4), khususnya dengan Pemerintah Kota Bengkulu, Badan Ketahanan Pangan, sekolah menengah, PKK, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kota. Kegiatan koordinasi dan sosialisasi sangat dirasakan bermanfaat untuk mempercepat replikasi model, Pemerintah Kota Bengkulu telah membentuk tim pelaksana Ekonomi Kerakyatan berbasis Pertanian Perkotaan dengan ketua Walikota Bengkulu, dan ketua Harian Kepala Badan Pemberdayaan Masuyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota. Koordinasi di Pemerintah Provinsi, telah dibentuk tim terpadu pemanfaatan lahan pekarangan dengan ketua Sekretaris Daerah Bengkulu, dan ketua harian Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi. 13

23 Tabel 4. Koordinasi Pemerintah Daerah Tahun No Kegiatan Waktu Sasaran Output 1 Koordinasi dengan Pemerintah Januari, Kota Bengkulu (3 kali) Maret 2 Sosialisasi di 6 Kabupaten dan Kota bersamaan pelaksanaan sosialisasi Litkajibangrap tahun Sosialisasi, koordinasi BKP Provinsi 4 Koordinasi, sosialisasi di Sekolah Menengah di Kota Bengkulu Februari 2012 Maret 2012 April, Mei Kepala SKPD se Kota Bengkulu Ketua LPM se Kota Bengkulu Dinas lingkup Kementerian pertanian, Balitbangda, Badan Pemberdayaan Perempuan Dinas lingkup kementan, Koperasi, BI, Guru, siswa Replikasi model KRPL perkotaan 63 Kelurahan, anggaran APBD Kota Dukungan kegiatan di lokasi Tim pelaksana Pemanfaatan lahan pekarangan terpadu Budidaya tanaman sayuran, buah menjadi kurikulum Muatan Lokal (Mulok) 4.2 Participatory Rural Appraisal (PRA) Untuk meningkatkan adopsi petani terhadap teknologi yang akan dilaksanakan diperlukan adanya suatu pendekatan dan pemahaman wilayah secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal) yang dilaksanakan sebelum implementasi suatu kegiatan. Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan suatu metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama masyarakat, untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multidisiplin. Dari kegiatan PRA diharapkan akan menghasilkan pemberdayaan, yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Pelaksanaan PRA ditekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan serta peningkatan kemandirian dan kekuatan internal. Tujuan dari pelaksanaan PRA dalam kegiatan M-KRPL adalah : 1. Memperoleh gambaran kondisi eksisting dari adopsi komponen teknologi pemanfaatan lahan pekarangan. 14

24 2. Mengidentifikasi permasalahan dan kendala dalam aktifitas usahatani khususnya usahatani lahan pekarangan 3. Merumuskan strategi pembinaan, komoditas yang diminati, serta disain lahan yang akan diterapkan di setiap Desa. Pada tahun 2012, PRA telah dilaksanakan di 6 Kabupaten, secara ringkas hasil PRA disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Ringkasan hasil PRA di Desa Replikasi M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2012 No. Kabupaten Tempat dan Waktu Teknologi Existing Inovasi yang dilaksanakan 1. Kaur Desa Padang Panjang, kecamatan Semidang Gumay April lahan pekarangan ditanami tanaman campuran 2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang ditanam tidak dipupuk, varietas asalan 4. halaman tidak dipagar 5. ternak masih diliarkan Demplot strata II : Sopiah muda KBD : Mazni Kelompok tani :Harapan Pertiwi Anggota replikasi : 40 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga ) Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 2. Bengkulu Selatan Desa Gunung Kembang, Kecamatan Manna April 1. lahan pekarangan ditanami tanaman campuran 2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang ditanam tidak dipupuk, varietas asalan 4. halaman tidak dipagar, ayam banyak berkeliaran 5. ternak sapi masih jarang, Demplot strata I : Lensiana Demplot strata II : Yalmina KBD : Zaidan Kelompok tani : Anggota replikasi : 50 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga ) Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 3. Seluma Desa Sido Luhur, Kecamatan Air Periukan 9 12 April 1. lahan pekarangan ditanami tanaman campuran 2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang ditanam tidak dipupuk, varietas asalan 4. halaman sebagian dipagar, ayam banyak berkeliaran 15 Demplot strata I : Danuar Demplot strata II : ibu marsini KBD : Subuang Kelompok tani : Mawar dan Angrrek Anggota replikasi : 100 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga ) Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi,

25 ternak sapi dikandangkan untuk kompos 6. sumber air dari sumur 4 Bengkulu Utara Desa Tebing Kaning, Kecamatan Arga Makmur April 5 Mukomuko Desa Rawa Mulya, Kecamatan XIV Koto April 6 Mukomuko Desa Pondok Kandang, Kecamatan Pondok Suguh 7 Bengkulu Tengah Desa Arga Indah Kecamatan Merigi Sakti Sumber : laporan LO Kabupaten 1. lahan pekarangan ditanami buahbuahan 2. tanaman yang ditanam tidak dipupuk, varietas asalan 3. halaman sudah dipagar, ayam banyak berkeliaran 4. ternak sapi dikandangkan untuk kompos 5. sumber air dari sumur, sungai 1. Lahan pekarangan telah diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak sapi cukup banyak dan diliarkan 4. Halaman tidak dipagar 1. Lahan pekarangan belum diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak sapi terbatas 4. Halaman tidak dipagar 1. Ada ternak yang tidak dikandangkan. 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagian masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan masih terbatas 4. Tidak tersedia benih unggul 16 5 kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) Demplot strata I : Demplot strata II : KBD : Tukini Kelompok tani : Anggota replikasi : 80 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga ) Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) Inovasi model tidak dilaksanakan karena masyarakat keberatan mengandangkan ternak Pengelola KBD : Baharudin Demplot : Eli, dan Yur Tanaman : tomat, cabe, kool bunga, kangkung, terung dalam pot Kelompok tani : Adzika Jumlah anggota : 38 Inovasi untuk masyarakat belum dilaksanakan karena keterlambatan pemilihan lokasi Pengelola KBD: Azizah Jumlah anggota: 50 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kool bunga ) Demplot (cabe,terung, tomat, kool bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare)

26 Hasil PRA menunjukkan bahwa semua desa belum memahami teknologi yang ditunjukkan belum tertatanya tanaman di pekarangan yang belum tersusun dengan baik, tanaman yang diusahakan masih campuran, tidak dilakukan pemupukan dan benih sayuran yang ditanam asalan, semai sendiri dari pembelian produksi di pasar. Kurangnya pemahaman terhadap komponen teknologi budidaya lahan di pekarangan merupakan permasalahan yang dominan, khususnya varietas yang cocok, penyiapan media tanam yang tepat, serta pengendalian hama/penyakit sayuran. Kurang pemahaman berarti petani masih belum mendapatkan materi yang memadai dari agen pembaharu, baik dari Generating System (Balit/Puslit Lingkup Badan Litbang Pertanian) maupun Delevery System (BPTP, SKPD, Lembaga Penyuluhan, Ditjen Teknis). Oleh karena itu peran penyuluh, materi penyuluhan dan metode penyuluhan sangat dibutuhkan. Frekuensi kehadiran penyuluh belum menjamin mampu meningkatkan pemahaman petani. Penyuluh sebagai agen pembaharu harus lebih memahami kebutuhan dan kapasitas, serta selera petani sasaran. Secara umum metode praktek di lapangan yang paling diminati oleh petani, sebaliknya penyuluh sering melakukan penyuluhan dengan cara tatap muka dan diskusi. Perpaduan antara metode penyuluhan dan frekuensi penyuluhan diyakini mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu teknologi Disain Pekarangan Model Perkotaan : Strata I (Luas < 100 m 2 ) 1. Untuk rumah tanpa halaman dapat ditanam sayuran vertikultur tingkat 4 (bahan dari paralon atau bambu betung). Tanaman yang dapat ditanaman adalah jenis sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, daun bawang, kemangi; tanaman obat yang dapat diusahakan antara lain : kencur, jahe, kunyit. 2. Rumah dengan halaman sempit dapat ditanam tanaman sayuran vertikultur, tanaman dalam polybag seperti : cabe, terung, tomat, dan bunga kool 3. Rumah yang halaman pekarangan agak luas ( < 100 m2) dapat diusahakan tanaman dalam polybag maupun bertanam di bedengan misalnya : cabe, terung, tomat, dan bunga kool, kunyit, kemangi, lengkuas, jahe. 17

27 Model Perkotaan : Strata II (luas pekarangan m 2 ) 1. Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang diletakkan di depan teras rumah menggunakan para-para 2. Halaman dengan sinar penuh dapat ditanami sayuran, buah-buahan dan obat. Sayuran yang ditanam dianjurkan dalam bedengan ukuran 1-2 m x 4 8m tergantung ketersediaan lahan, jenis sayuran seperti : kangkung, cabai, tomat, kool bunga, terung, atau kacang panjang Halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) : bayam, sawi, slada, kunyit, kunyit putih, jahe, kencur, lengkuas 3. Pada halaman yang luas dapat diusahakan tanaman buah seperti : pisang, papaya, jeruk kalamnsi, mangga Bengkulu. Selain tanaman sayur dan buah juga dapat diusahakan ternak ayam buras, dan kolam ikan (lele, Nila) Model Perdesaan : Strata I (luas pekarangan < 400 m 2 ) 1. Pada halaman yang sempit sampai cukup luas dianjurkan menanam dalam polybag dan bedengan. Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang, sawi diletakkan di halaman depan rumah menggunakan parapara. Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan dengan sinar penuh : kangkung, tomat, cabai, terung, atau kacang panjang; halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) bayam, sawi, slada,sledri, kunyit, kunyit putih, cahe, kencur, lengkuas Tanaman buah ditanam di halaman samping atau belakang, jenisnya : pisang, mangga, papaya, jeruk kalamansi 2. Ternak ayam kampung 3. Kolam ikan : (lele, Nila) Model Perdesaan : Strata II (luas pekarangan > 400 m 2 ) 1. Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang, sawi diletakkan di depan teras rumah menggunakan para-para Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan dengan sinar penuh : kangkung, tomat, cabai, terung, atau kacang panjang; halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) bayam, sawi, slada,sledri, kunyit, kunyit putih, cahe, kencur, lengkuas 18

28 Tanaman buah ditanam di halaman samping atau belakang, jenisnya : pisang, mangga, papaya, jeruk kalamansi 2. Tanaman pangan lainnya seperti ubi kayu, ubi jalar, gayong, garut, talas) 3. Ternak ayam kampung Kolam ikan : (lele, Nila) 4. Ternak Kambing kacang Replikasi Model Sampai bulan Desember 2012 replikasi M-KRPL dari DIPA BPTP dilakukan di 6 Kabupaten dan Kota Bengkulu dengan jumlah unit 11 unit (Tabel.6), 2 unit berikutnya akan direplikasi di Kabupaten Kaur dan Bengkulu Utara sesuai permintaan Pemerintah Kabupaten. Tabel 6. Lokasi Replikasi Model KRPL Provinsi Bengkulu Desember Tahun 2012 No Kabupaten Desa Jumlah Unit Jumlah KK 1 Kaur Padang Panjang Bengkulu Selatan Gunung Kembang Seluma Sido Luhur, BP-I Kota Bengkulu Semarang Bengkulu Tengah Harapan makmur Sri Katon Arga Indah Bengkulu Utara Tebing kaning Tanjung Raman Mukomuko Pondok Kandang BPTP Bengkulu Display di Halaman 1 Kantor Jumlah Sumber : laporan LO Kabupaten Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang telah mengikuti kegiatan M-KRPL dalam satu Desa/Kelurahan masih beragam, belum dapat merata untuk seluruh masyarakat desa karena keterbatasan anggaran. Untuk memasyarakatkan kepada seluruh lapisan masyarakat akan dikembangkan model diseminasi dengan jalan kelompok yang telah menjadi anggota dibina selama dua tahun, pengembangan dan penguatan demplot, KBD, dan kawasan untuk memotivasi masyarakat yang belum menjadi anggota dalam Desa. Selain replikasi dari anggaran BPTP, juga dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui anggaran APBD Kota dan APBD Provinsi (Tabel 7). 19

29 Tabel.7. Replikasi Model Oleh Pemerintah daerah Provinsi Bengkulu Sampai Desember 2012 No Kabupaten Desa/Kelurahan Jumlah Unit/Kelompok 1 Kota Bengkulu 2 Kabupaten Seluma 3 Bengkulu Tengah 4 Bengkulu Utara 63 Kelurahan Kelurahan Bumi Ayu 9 Kecamatan Betungan Desa Bukit Peninjauan I Sri Katon Harapan makmur Margo Mulyo Arga Indah Tebing Kaning Tanjung Raman Karang Suci Sido Urip KODIM 158 kelompok 5 kelompok 9 unit 3 kelompok Jumlah KK ± KK 100 KK 9 kantor BP3K 60 kk Institusi Penanggung Jawab BPMPKB (APBD Kota) BKP Provinsi (APBD Provinsi BKP Kota (sayuran vertikultur) BKP Prov./APBD I 10 kelompok 200 KK BKP Provinsi BKP Kabupaten 5 kelompok 100 KK BPTP, BI, BKP Kabupaten 5 kelompok 100 KK BKP Kabupaten 10 kelompok 1 kelompok 12 kelompok 4 kelompok 5 kelompok 3 kelompok 1 unit 150 kk 50 KK 240 KK 100 KK 115 KK 127 KK 1 Kompi Jumlah 231 kelompok KK BKP Provinsi BPTP BPTP, BKP Kabupaten, BKP Prov. BPTP,BKP Kabupaten BKP Kabupaten BKP Kabupaten BPTP,BKP Kabupaten Tabel 7. menunjukkan cukup besarnya komitmen pemerintah daerah dalam pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan untuk ketahanan pangan keluarga dan kelestarian lingkungan. Dari jumlah KK yang mereplikasi model sampai Desember 2012 telah mencapai 737%, apabila dibandingkan dari jumlah Kabupaten dan Desa di Provinsi Bengkulu masih sangat sedikit. Oleh karena itu diperlukan koordinasi, sosialisasi bersama pemerintah daerah untuk mengembangkan model secara cepat Pelatihan Teknis/Apresiasi Pelatihan teknis, apresiasi teknologi dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan petani dalam melaksanakan teknis budidaya tanaman sayuran, pembuatan kompos,serta pembukuan kelompok (Tabel.8) 20

30 Tabel 8. Kegiatan Pelatihan, Apresiasi Teknologi BPTP Bengkulu sampai bulan Desember 2012 No Kabupaten, Tempat Jenis Pelatihan Jumlah Peserta 1 Bengkulu BPTP 195 orang Apresiasi teknologi : kunjungan KBI dan Display dari LPM se Kota Bengkulu, PKK Kabupaten Bengkulu Utara, peserta TIT Pertanian Kelompok Semarang Lestari Apresiasi teknologi : teknis budidaya dan pemupukan Teknis pengelolaan KBD Administrasi Kelompok LPM Suka Merindu Teknis pembuatan kompos limbah/ sampah rumah tangga Kelompok Semarang Lestari LPM Kebun Dhari Pelatihan dan Sosialisasi penghitungan konsumsi RT dan PPH petani M-KRPL Teknis Budidaya tanaman sayuran di bedengan LPM Lempuing RT 6 Kelurahan Semarang LPM Padang Harapan Teknis Bubidaya kolam di pekarangan Teknis/cara pengelolaan lahan pekarangan yang bermanfaat Teknis Budidaya tanaman sayuran di bedengan BKP Kota Teknis budidaya tanaman vertikultur 2 Kaur Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman, administrasi kelompok Apresiasi KBD : PKK Kabupaten 3 Seluma : sidoluhur Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman, administrasi kelompok Pelatihan dan Sosialisasi penghitungan konsumsi RT dan PPH petani M-KRPL 4 Bengkulu Tengah Harapan makmur Sri Katon Arga Indah II 5 Bengkulu Utara : Tebing Kaning Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman, administrasi kelompok Pelatihan pembuatan kompos Teknis pengelolaan KBD dan pemeliharaan Pelatihan dan Sosialisasi penghitungan konsumsi RT dan PPH petani M-KRPL Teknis pembuatan KBD Teknis budidaya Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman Apresiasi teknologi : pemeliharaan tanaman, administrasi kelompok Pelatihan dan Sosialisasi penghitungan konsumsi RT dan PPH petani M-KRPL 6 Bengkulu Selatan Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman, administrasi kelompok 50 orang 40 orang 80 orang 30 orang 40 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 20 orang 30 orang 20 orang 30 orang 30 orang 20 orang 20 orang 20 orang 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 20 orang 89 orang 30 orang 30 orang 20 orang 21

31 1 7 2 Mukomuko Sumber : laporan LO Kabupaten 3 Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya Pelatihan teknis pemeliharaan tanaman 4 38 orang 42 orang 42 orang 4.6. Penerbitan Bahan Informasi Bahan informasi sangat dibutuhkan penyuluh lapangan maupun petani dalam melaksanakan usahanya, serta mensosialisasikan kegiatan M-KRPL kepada seluruh stakeholders di Provinsi Bengkulu. Jenis bahan informasi yang telah diterbitkan sampai bulan Desember 2012 seperti Tabel.9. Tabel 9. Bahan Informasi yang diterbitkan sampai bulan Desember 2012 No Bentuk Media Jumlah Sasaran (Eks) 1 Selayang Pandang M-KRPL 100 Badan Litbang Stakeholders Provinsi, Kabupaten 2 Kalender M-KRPL 100 Badan Litbang Stakeholders Provinsi, Kabupaten, BPP lokasi kegiatan 3 Leflet 4000 Petani, penyuluh, pengunjung pameran/ekpose 4 Komik M-KRPL 200 Petani, penyuluh 5 CD M-KRPL 20 Badan Litbang Stakeholders Provinsi 6 Buku Petunjuk Teknis 100 Badan Litbang Stakeholders Provinsi, Kabupaten, penyuluh pendamping, BPP pelaksana kegiatan 4.7. Penyampaian Inovasi Pertanian/ Narasumber Selain melakukan replikasi model KRPL di 6 Kabupaten dan Kota juga dilakukan pendampingan teknis kepada Provinsi maupun Kabupaten dalam bentuk narasumber (Tabel 10). 22

32 Tabel 10. Penyampaian materi ke stakeholders tahun 2012 No. Tempat dan Waktu Materi Pelaksana 1. Bengkulu, Februari April Mei Desember 4. Bengkulu Tengah, Maret April 5. Seluma, Mei Desember 6. Kaur Mei Mengembangkan M-KRPL model Perkotaan Teknis membuat kompos Mengembangkan M-KRPL model Perkotaan Mengembangkan M-KRPL Mengembangkan M-KRPL di Prov. Bengkulu Rumah Tangga sebagai basis ketahanan pangan keluarga Kunjungan lapangan di KBD Teknis budidaya di lahan pekarangan Mengembangkan M-KRPL model Perdesaan Pengelolaan KBD Mengembangkan M-KRPL model Perdesaan Pemerintah Kota LPM Kelurahan BPMPKB Kota Dinas Pertanian Kota BKP Provinsi BPSB Provinsi BKP Provinsi BKP Bengkulu Tengah BKP Provinsi BKP Provinsi BKP Kabupaten BKP Kabupaten 4.8. Inovasi yang Didiseminasikan Dalam kegiatan M-KRPL tahun 2012 terdapat beberapa inovasi yang didiseminasikan antara lain: 1. Inovasi penyiapan media Teknis pembuatan kompos dari kotoran ternak (puyuh, sapi, kambing, dan sampah rumah tangga) Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan. 23

33 Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran ternak perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah : 1) bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, 2) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, 3) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, 4) kotoran ternak tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk (Peni Wahyu Prihandini dan Teguh Purwanto, 2007). Cara pembuatan kompos ternak dapat dilihat pada lampiran 1. Teknis pencampuran media semai Media semai adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman, persyaratan media yang baik adalah ringan, tidak mahal, seragam dan tersedia, media yang selama ini umum digunakan di tempat-tempat persemaian adalah lapisan tanah atas. Selain itu penggunaan lapisan tanah atas dalam skala besar dapat mengakibatkan pengikisan secara meluas dan merusak lingkungan (Kostantina Rumpaidus, 2009). Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Teknis pencampuran media tanam Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap 24

34 makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 2:2:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam media tanam seperti polybag, bambu vertikultur hingga penuh. Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan bernafas, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban. 2. Inovasi Komoditas yang didiseminasikan adalah sayuran dataran rendah: Teknologi budidaya sayuran secara vertikultur Istilah vertikultur sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan. Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga 25

35 atau para-para, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindahpindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas. Teknologi budidaya sayuran di Polybag Hampir semua jenis tanaman Hortikultura dan yang berumur pendek dapat ditanam di dalam polybag. Produktivitas buah/hasil tidak berbeda jauh dengan yang ada di lahan, begitu pula mutu produk. Bertanam di Polybag merupakan alternative pemecahan masalah bila kita memerlukan konsumsi segar buah/sayuran daun. Pemilihan polybag sebagai wadah tanam untuk budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dimilikinya seperti, harga murah, tahan karat, tahan lama, ringan bentuk seragam, tidak cepat kotor dan mudah diperoleh pada toko Saprodi, toko Plastik. Selain itu sangat baik untuk drainase, aerasi sehingga tanaman dapat tumbuh subur seperti dilahan. Penentuan ukuran Polybag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi. Keuntungan Pemakaian Polybag Biaya lebih murah untuk pembelian Polybag bertanam dibandingkan Pot Mudah dalam perawatan 26

36 Pengontrolan / pengawasan per individu tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti serangan hama/penyakit, kekurangan unsur hara Tanaman terhindar dari banjir, tertular hama / penyakit. Polybag mampu di tambahkan bahan organik/pupuk kandang sesuai takaran Menghemat ruang dan tempat penanaman Komposisi media tanam dapat diatur Nutrisi yang diberikan dapat langsung diserap akar tanaman Dapat dibudidayakan tidak mengenal musim Sebagai Tanaman Obat dan Tanaman Hias di Pekarangan/Teras. Kerugian Polybag mempunyai daya tahan terbatas ( maksimal 2-3 tahun) atau 2-3 kali pemakaian untuk media tanam Kurang cocok untuk usaha skala besar Produktivitas tidak masikmal dibandingkan pada lahan Media tanam akan terkuras / berkurang unsur organik dan media lainnya. Berat kalau dipindah ketempat yang jauh Teknologi budidaya sayuran di bedengan Untuk lahan pekarangan : lahan diolah sedalam cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm). 3. Inovasi Kebun Bibit Desa (KBD) KBD dibuat disetiap desa yang disiapkan untuk keperluan 1 unit sampai 3 unit kawasan di Desa Padang Panjang (Kabupaten Kaur), Desa Gunung Kembang (Kabupaten Bengkulu Selatan), Desa Sido Luhur (Kabupaten Seluma), Kelurahan Semarang (Kota Bengkulu), Desa Tebing Kaning (Kabupaten Bengkulu Utara), Desa Sri Katon, Desa Harapan Makmur, dan Desa Arga Indah II (Kabupaten Bengkulu Tengah), serta Desa Pondok Kandang (Kabupaten Mukomuko). Ukuran KBD yang dianjurkan berukuran 3 x 5 m dan tinggi 2,5 m (gambar 2) dengan bahan baku kayu dan atap plastik putih bening. Dalam 27

37 perkembangannya ada yang membuat dengan ukuran lebih besar sesuai kebutuhan kelompok. Disamping rumah bibit, juga diinovasikan rak bibit, pengairan, dan pembibitan. Gambar 2. Kebun Bibit Desa (KBD) 4. Inovasi Kebun Bibit Inti (KBI) KBI di bangun di BPTP dengan tujuan menyiapkan bibit untuk KBD, sarana pembelajaran/kunjungan siswa, petani, dan petugas. KBI dibangun 2 unit dengan bahan baku dari kayu sebagai contoh rumah bibit sederhana berbiaya murah dan rumah bibit dengan bahan baku besi (gambar 3). Gambar 3. Kebun Bibit Inti (KBI) 28

38 5. Inovasi irigasi tetes Sebagai antisipasi musim kemarau panjang dan efisiensi untuk menyiram juga diperkenalkan inovasi irigasi tetes yaitu irigasi untuk polybag, irigasi untuk bedengan di tanah dan irigasi untuk persemaian (gambar 4). Gambar 4. Irigasi Tetes 4.9. Analisis Ekonomi Analisis ekonomi yang seharusnya dilaksanakan adalah menghitung pengeluaran rumah tangga pada saat mulai pelaksanaan dan setelah 6 bulan pelaksanaan kegiatan, serta menghitung tambahan pendapatan dari hasil penjualan usaha. Sampai bulan Desember belum semua Kabupaten dapat dilakukan analisis pengeluaran karena mulai kegiatan pertanaman baru pada bulan Maret Kegiatan ini akan dilengkapi dalam laporan akhir tahun Analisis Pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kota, dan Kabupaten sampai bulan Desember 2012 (Tabel 11) 29

39 Tabel 11. Perhitungan Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani M-KRPL sampai bulan Desember 2012 Desa/Kelurahan Jumlah KK Pendapatan (Rp/bulan) Konsumsi Awal (Rp/minggu) Konsumsi setelah (Rp/Minggu) Selisih Konsumsi RT (Rp/Minggu) Semarang Harapan Makmur Tebing Kaning Tabel 11 menunjukkan bahwa adanya tanaman di lahan pekarangan dapat mengurangi konsumsi rumah tangga petani. Di Desa Harapan Makmur pengeluaran yang dapat dihemat paling besar diantara desa yang lain karena sumber makanan pokok (beras) juga digantikan oleh makanan lain (Ganyong, garut) sebagai makanan pengganti beras. Menurut Suyastiri (2008), salah satu kebijakan pemerintah di bidang konsumsi pangan yaitu meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan. Kebijakan ini tidak hanya ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada beras, tetapi juga dimaksudkan untuk mengubah pola konsumsi masyarakat agar mengkonsumsi bahan pangan yang beranekaragam dan lebih baik gizinya. Selain meningkatkan pendapatan, M-KRPL juga mampu mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga. Rata-rata penghematan konsumsi keluarga seperti pada tabel 12. Tabel 12. Rata-rata Penghematan Konsumsi dan Pendapatan Rumah Tangga Petani M-KRPL sampai bulan Desember 2012 Desa/Kelurahan Jumlah KK Penghematan (Rp/bulan) Pendapatan (Rp/musim tanam) Semarang Tebing Kaning Tabel 12 menunjukkan bahwa kegiatan M-KRPL telah membantu menghemat pengeluaran konsumsi rumah tangga petani dan menambah pendapatan sehingga telah terasa manfaatnya secara ekonomis. 30

40 V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Kegiatan M-KRPL di Bengkulu terlihat dari perubahan penataan lahan pekarangan setiap anggota/kelompok sasaran, serta mampu memenuhi kebutuhan sayuran, pangan alternatif untuk konsumsi sendiri. 2. Terbentuknya KBD di setiap Desa belum mampu memotivasi anggota untuk menanam kembali, sehingga keberlanjutan usaha masih dalam proses 3. Kegiatan ekonomi produktif di perdesaan belum terlihat karena terbatasnya kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan dalam satu kawasan. Namun, secara parsial terjadi kegiatan ekonomi produktif melalui penjualan hasil produksi (kangkung, kacang panjang, cabai, tomat), serta penjualan bibit di KBD maupun di anggota kelompok. 4. M-KRPL telah direplikasi oleh Pemerintah Daerah di 6 Kabupaten dan Kota dengan peningkatan jumlah KK mencapai 737% 5. Kegiatan M-KRPL yang dilaksanakan setiap rumah tangga telah mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga dapat menghemat pengeluaran konsumsi rata-rata Rp ,-/minggu Saran 1. Diperlukan bimbingan teknis dan kelembagaan kelompok M-KRPL 2. Untuk mempercepat replikasi perlu upaya kembali koordinasi dan penyusunan rencana kerja bersama di daerah 31

41 VI. KINERJA HASIL 1. M-KRPL tahun 2012 di Provinsi Bengkulu telah terbentuk 14 unit (602 kk) dan telah direplikasi oleh pemerintah daerah sebanyak 231 kelompok (4.502 kk). 2. Komoditas sayuran yang diadopsi oleh petani antara lain: Kool bunga, cabai, tomat, sawi, kangkung, bayam, dan terung. 3. Bahan informasi yang disebarluaskankan kepada petani adalag leaflet, pemutaran film M-KRPL dan buku petunjuk teknis. 4. KBD yang terbentuk di Provinsi Bengkulu sebanyak 9 unit di 6 desa dan 1 kelurahan. 32

42 DAFTAR PUSTAKA Astuti UP Petunjuk Teknis Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu. Badan Ketahanan Pangan Program Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu Badan Ketahanan Pangan, Bengkulu. Badan Litbang Pertanian Pedoman Umum MKRPL. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Kementerian Pertanian Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kementerian Pertanian. Jakarta. Kostantina Rumpaidus Pengaruh Media Dan Ukuran Anakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kualitas Sapihan Arwob (Dodonea Sp). Universitas Negeri Papua. Papua. Mulyati R. dan Suhardjono P Keanekaragaman Tanaman Pekarangan da Pemanfaatannya di Desa Lampeapi Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara. Jurnal Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT 6. (2): Jakarta. Peni Wahyu Prihandini dan Teguh Purwanto Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Jakarta Suyastiri, N.M Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Perdesaan di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 13 (1):

43 Lampiran 1 PEMBUATAN KOMPOS DAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) Kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari bahan organik melalui proses pembusukan. Pembuatannya dilakukan pada suatu tempat yang terlindung dari matahari dan hujan. Salah satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah Stardec, Trico-G atau Starbio. Aktivator Stardec berisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, aminolitik dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik. Alat dan Bahan yang diperlukan dalam pembuatan 1 ton kompos: 1 ton bahan organik (pupuk kandang/limbah kotoran sapi) 2,5 kg Aktivator (Trico G/stardec) 100 kg serbuk gergaji (dapat diganti dengan dedak atau bahan halus lainnya) 100 kg abu Sekam 20 kg kalsit atau dolomit. Alat-alat yang digunakan Sekop Cangkul Gerobak sorong/ arco Tempat pembuatan/gudang Cara pengolahan aplikasi pupuk mikroba stardec : 1. Siapkan media pengolahan kompos pada tempat terlindung atau tidak kena matahari langsung, bisa dibawah atap pondok atau dibawah pohon dengan alas atau lantai dibuat agak tinggi untuk menghindari genangan air. Pengolahan kompos juga bisa menggunakan media berbentuk lobang dengan ukuran dalam 1 m, lebar 2 m s/d 3 m dan panjangnya tergantung lokasi dan kebutuhan. Sebaiknya dibuat bangunan khusus untuk pengolahan secara berkesinambungan. 34

44 Lanjutan Lampiran Campurkan bahan organik (pupuk kandang atau limbah pertanian lain) dengan serbuk gergaji, abu dan kalsit kemudian diaduk merata 3. Buat lapisan setinggi 60 cm taburkan Stardec secara merata pada bahan dasar kompos, kemudian dilapisi lagi setinggi 60 cm dan taburkan Stardec kembali secara merata. Demikian seterusnya dialkukan sesuai dengan kapasitas bahan yang diproses 4. Selama proses pengomposan, tambahkan air pada bahan organik untuk mempertahankan kadar air dan kelembaban tetap berkisar 50 s/d 60 % 5. Tumpukan bahan tersebut dibalik seminggu sekali dengan waktu proses pengomposan selama 3-4 minggu. Jika ingin mempercepat waktu pengomposan, bisa ditambahkan pupuk urea sebanyak 2,5 kg per ton bahan organik. Ciri-ciri kompos yang telah matang: 1. Warna menjadi coklat kehitaman 2. Terjadi perubahan bentuk menjadi remah 3. Tidak berbau dan suhu tidak panas. Cara penggunaan kompos: Kompos diberikan pada lahan dengan cara diberikan pada jalur atau lahan yang dicangkul atau disekitar lubang tanam sebelum tanam. Untuk pertanaman padi sawah digunakan minimal 2 ton kompos dan pertanaman jagung 2 s/d 4 ton kompos. Penggunaan kompos dikombinasikan dengan penggunaan 50 % rekomendasi pupuk kimia. Penggunaan kompos ini mulai berkembang di tingkat petani, tidak hanya untuk komoditi padi dan palawija, tetapi juga sayur-sayuran. Dosis kompos pada tanaman sayuran (cabe, tomat dan lain-lain) berkisar 10 s/d 20 ton/ha atau 0,5 s/d 1 kg kompos/tanaman. Dengan pemakaian 0,5 s/d 1 kg kompos/ tanaman, tangkai buah cabe cenderung lebih kuat sehingga dapat mengurangi gugur bunga. Pada tanaman terung, pemberian kompos menyebabkan buah terung menjadi besar. Cara Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) Siapkan botol plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 mililiter). Cukup satu botol kosong saja, tidak usah dengan tutupnya. 35

45 Lanjutan Lampiran 1. Beli tapai atau peuyeum, sedikit saja, soalnya butuhnya juga hanya 1 ons, lalu masukkan dalam botol tadi. Isikan air dalam botol yang telah berisi tapai atau peuyeum tadi. Tidak usah penuh, cukup hampir penuh. Masukkan gula ke dalam botol yang telah diisi tapai atau peyeum dan air tadi. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan. Kocok-kocok sebentar agar gula melarut. Biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas. Setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai. Kalau ingin beternak MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua. Separoh-separoh. Lalu isikanlah air ke dalam botol-botol tadi sampai hampir penuh, dan kemudian masukanlah gula ke masing-masing botol dengan takaran seperti di atas. Maka kita punya 2 botol MOL. Bila ingin memperbanyak lagi ke dalam botol-botol yang lain, lakukanlah dengan cara yang sama. 36

46 Lampiran 2 TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN 1. Cabai Persemaian Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian benih di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum ditanam di lapangan. Tempat persemaian diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur. Media persemaian terdiri dari campuran tanah, kompos, dan sekam (1:1:1), diayak sehingga mendapatkan struktur tanah yang halus dan masukkan dalam plastik persemaian ukuran 6 x 10 cm. Benih dimasukkan di tengah media persemaian kemudian ditutupi tipis tanah halus dan disiram. Lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah. Setelah benih berkecambah (7-8 hari) tutup daun pisang atau karung dibuka. Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering. Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit disemprot dengan insektisida berbahan aktif fipronil 50 gr/l, dosis penyemprotan 0,5 ml per liter Persemaian juga disiangi dengan cara mencabut gulma yang tumbuh. Bibit yang tampak terserang hama atau penyakit dibuang dan dimusnahkan. Sebelum dipindah ke lapangan atau media tanam, dilakukan penguatan bibit dengan cara membiarkan bibit menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari. Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu. Bibit tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm. 37

47 Lanjutan Lampiran 2. Penyiapan Lahan Bedengan Untuk lahan pekarangan : lahan diolah sedalam cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm). Polybag Komposisi media tanam terdiri dari tanah : kompos : sekam dengan perbandingan 2:2:1. Penggunaan sekam bertujuan untuk memperbaiki drainase sehingga air tidak tergenang dalam polybag. Polybag yang dipakai berukuran 35 cm x 35 cm yang telah diberi lubang kemudian media diisi sebanyak ¾ dari volume polybag lalu disiram dan dibiarkan selama 5-7 hari agar media tanam lebih siap. Penanaman Pemilihan waktu tanam yang tepat sangat penting, terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit. Pada penanaman polybag dapat ditanam dua bibit. Pada lahan bedengan waktu tanam yang baik pada awal musim hujan, Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan, kemudian diaduk dengan tanah. Bedengan kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab tapi tidak becek). Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, satu dua tanaman per lubang Pemulsaan Penggunaan mulsa pada budidaya cabe merupakan salah satu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan yang baik. 38

48 Lanjutan Lampiran 2. Mulsa dapat memelihara struktur tanah tetap gembur, memelihara kelembaban dan suhu tanah. Juga akan mengurangi pencucian hara, menekan gulma dan mengurangi erosi tanah. Mulsa plastik hitam perak dapat digunakan untuk penanaman cabe, dipasang sebelum tanam cabe. Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan hasil cabe, mengurangi kerusakan tanaman karena hama trips dan tungau, dan menunda insiden virus. Penggunaan mulsa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) juga dapat meningkatkan hasil cabe, tetapi mulsa jerami sebaiknya digunakan pada musim kemarau, dipasang 2 minggu setelah tanam. Pemeliharaan Tanaman Pemupukan Selain pupuk kandang/kompos, dapat ditambahkan pupuk kimia dalam jumlah terbatas misalnya NPK (10 gram) dilarutkan dalam 1 liter air. Pupuk dikocorkan sebanyak 1 gelas air mineral kecil (250 ml) per polybag/lubang tanam, diusahakan tidak terkena batang tanaman. Tanaman di pupuk 1 kali setiap 2 minggu. Selain pemupukan sebaiknya dilakukan pewiwilan, pengajiran dan pengikatan, penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Pewiwilan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan agar tanaman tumbuh besar terlebih dahulu. Ajir ditancapkan dalam polybag disamping tanaman pada jarak 10 cm dari pangkal batang. Pengikatan dilakukan pada ajir membentuk angka 8 sehingga tidak menghambat pertumbuhan batang. Pengikatan dilakukan pada ajir sebanyak tiga simpul setiap tanaman yaitu : dibawah cabang Y pada umur hst, diatas cabang Y umur hst dan pada waktu pembesaran buah hst. Penyiraman dilakukan setiap hari. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemupukan yaitu setiap 2 minggu sekali dengan mencabut rumput/gulma di sekitar tanaman cabe. 39

49 Lanjutan Lampiran 2. Hama yang dominan menyerang adalah kutu daun, thrips dan lalat buah sedangkan penyakit yang timbul diantaranya layu bakteri dan virus mozaik yang menyebabkan stagnasi dan kematian tanaman. Untuk mengendalikan hama lalat buah dapat digunakan perangkap yang telah diolesi oleh lem yang mengandung eugenol untuk menarik lalat buah yang ditempatkan setiap sudut lokasi pertanaman cabe dalam polybag. Panen Cabe merah dapat di panen pertama kali pada umur hari setelah tanam untuk dataran rendah dengan interval panen 3-7 hari. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat atau antraknosa segera dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar dipanen matang. Buah yang dikirim untuk jarak jauh dipanen waktu buah matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara. 2. Tomat Persemaian Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1, ayak dengan saringan kasar Masukkan dalam polibag plastik ukuran 6 X 10 cm Selama dalam persemaian lakukan penyiraman setiap sore hari Masukkan benih satu per satu, tutup dengan karung basah selama 3 hari Setelah benih berumur 8-10 hari di persemaian, pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dan pindahkan dari rumah semai untuk mendapatkan sinar matahari langsung. Tanam Siapkan bedengan lebar cm untuk barisan ganda dan cm untuk barisan tunggal, panjang disesuaikan kondisi lahan. 40

50 Lanjutan Lampiran 2. Buatlah parit selebar cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air Campurkan kompos yang telah disiapkan, pada setiap lubang tanam yang disiapkan Apabila menggunakan polybag, siapkan media tanam, tanah 2 bagian, kompos 2 bagian dan sekam 1 bagian dicampur merata. Isikan sampai ¾ bagian dan bibit ditanam. Apabila ditanam di bedengan, pindahkan bibit tanaman yang telah berumur 3 minggu dengan jarak tanam 60 X 60 cm dalam barisan. Pemeliharaan Sebagai stimulant pertumbuhan, berikan tambahan pupuk NPK 1 gelas air mineral dilarutkan dalam 1 ember air. Siramkan 1 gelas air mineral larutan pupuk NPK di sekitar tanaman, lakukan hal yang sama setelah 2 minggu. Pada saat tanaman mulai berbunga dapat di pupuk dengan gandasil B sesuai anjuran dalam label Apabila dijumpai jamur, atau terjadi serangan daun, lakukan penyemprotan dengan pestisida nabati (larutan daun sirsak) atau larutan Trico G sesuai anjuran dalam label, atau 1 genggam Trico G dan 1 genggam guladilarutkan dalam 1 liter air (1 ember kecil) dan siramkan di seputar tanaman. Lakukan penyiraman setiap hari. 3. Kangkung Persiapan Lahan Tanah dibersihkan dari gulma dan dicangkul sedalam ± 20 cm untuk membalik dan memecah agregat tanah. Buat bedengan dengan lebar 100 cm, tinggi cm dan panjang menyesuaikan lahan. Dibedengan ditambahakan pupuk kandang/ kompos sebanyak 1 Kg/m 2. 41

51 Lanjutan Lampiran 2. Penanaman Dibuat alur- alur melintang pada bedengan dengan menggunakan sebilah bambu atau kayu. Kedalaman alur 1,5-2 cm, jarak antar alur cm. Tanam benih di alur yang sudah dibuat dengan cara menebar benih di lubang alur dengan kerapatan 1 2 biji per cm. Timbun alur penanaman dengan tanah tipis (0,5 cm). Pemeliharaan Periksa tanaman setiap hari. Setiap hari dilakukan penyiraman sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari. Perlu dilakukan penyiangan pada umur tanaman 7 HST. Sebagai tambahan, lakukan pemupukan dengan pupuk urea sebanyak 2 Kg/100 m 2 pada umur tanaman 7 HST. Panen Panen dilakukan dengan mencabut batang kangkung hingga akar pada umur tanaman HST. Lakukan panen pada sore hari, pada bedengan 10 m 2 diperkirakan akan menghasilkan 16 kg setiap panen 4. Bayam Benih Bayam dikembangkan melalui biji. Biji bayam yang dijadikan benih harus cukup tua (± umur 3 bulan) biji dipanan pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua. Tandan harus dijemur beberapa hari kemudian biji dirontokkan dan dipisahkan dari sisa-sisa tanaman. 42

52 Lanjutan Lampiran 2. Benih yang baik untuk tanaman bayam adalah : berasal dari tanaman yang sehat, bebas Hama Penyakit, daya kecambah 80 %, dan memiliki kemurnian yang tinggi. Benih bayam yang tua dapat disimpan selama satu tahun. Benih bayam tidak memiliki masa Dormansi. Kebutuhan benih adalah sebanyak 5-10 Kg/ha atau gr/m2 Tahapan Budidaya Persiapan Lahan Lahan dicangkul sedalam cm supaya gembur. Buat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh, Lebar bedengan sebaiknya cm dengan tinggi cm sedangkan untuk panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan cm. Pemberian pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah. Jumlah pupuk kandang 1 kg/m 2 Tanam Penanaman atau penaburan benih bayam dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu; Ditabur langsung diatas bedengan. Sebelum benih disebar perlu dicampurkan dengan abu atau pasir kering dengan perbandingan 1 bagian benih : 10 bagian abu atau pasir kering dengan tujuan agar penaburan benih merata dan tidak bertumpuk-tumpuk Ditebar pada larikan/barisan dengan jarak cm pada garitan yang dibuat menurut baris sepanjang bedengan. Benih yang sudah ditabur segera ditutup tanah tipis secara merata kemudian disiram dengan menggunakan gembor penyiraman dilakuakan setiap pagi dan sore hari kecuali hari hujan. Disemai terlebih dahulu. Keuntungannya tanaman dapat tumbuh dengan baik karena benih diperoleh secara seleksi untuk ditanam. Jarak tanam untuk bayam yang disemaikan adalah antara 60 x 50 cm atau 80 x 40 cm jarak tanam dapat disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. 43

53 Lanjutan Lampiran 2. Pemeliharaan Tanaman Penjarangan dan Penyulaman Apabila saat menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata sehingga pertumbuhan jadi mengelompok maka perlu dilakukan penjarangan sekaligus panen perdana. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka dilakukan penyulaman jika ada yang mati/terserang penyakit. Penyiangan, dilakukan apabila tumbuh gulma atau rumput liar lainya. Penyiangan dilakukan bersamaan penggemburan tanah. Penyiraman Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan intensif 1-2 kali sehari, terutama dimusim kemarau. Waktu yang paling baik untuk penyiraman tanaman bayam adalah pagi dan sore hari dengan menggunakan alat bantu Gembor agar siramannya merata. Untuk tanaman muda membutuhkan air 4 liter/m 2 /hari dan menjelang dewasa membutuhkan air sekitar 8 liter/m 2 /hari. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Jenis hama yang sering menyerang tanaman bayam diantaranya; Ulat Daun, Katu Daun, Penggorok, Belalang dan Lalat yang dapat dikendalikan dengan pestisida nabati. Panen Bayam cabut biasanya dipanen apabila tinggi tanaman kira-kira cm yaitu pada umur 3 4 minggu setelah tanam. Tanaman dicabut dengan akarnya atau dipotong pangkalnya, tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk tumbuh membesar, sehingga panen bayan identik dengan penjarangan. Sedangkan bayam petik biasanya mulai dapat dipanen pada umur 1-1,5 bulan dengan interval pemetikan seminggu sekali. 44

54 Lanjutan Lampiran Terung Persemaian Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian benih di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum ditanam di lapangan. Tempat persemaian diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur. Media persemaian terdiri dari campuran tanah, kompos, dan sekam (1:1:1), diayak sehingga mendapatkan struktur tanah yang halus dan masukkan dalam plastik persemaian ukuran 6 x 10 cm. Benih dimasukkan di tengah media persemaian kemudian ditutupi tipis tanah halus dan disiram. Lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah. Setelah benih berkecambah (7-8 hari) tutup daun pisang atau karung dibuka. Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering. Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit disemprot dengan insektisida berbahan aktif fipronil 50 gr/l, dosis penyemprotan 0,5 ml per liter Persemaian juga disiangi dengan cara mencabut gulma yang tumbuh. Bibit yang tampak terserang hama atau penyakit dibuang dan dimusnahkan. Sebelum dipindah ke lapangan atau media tanam, dilakukan penguatan bibit dengan cara membiarkan bibit menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari. Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu. Bibit tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm. 45

55 Lanjutan Lampiran 2. Penyiapan Lahan Bedengan Untuk lahan pekarangan : lahan diolah sedalam cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm). Polybag Komposisi media tanam terdiri dari tanah : kompos : sekam dengan perbandingan 2:2:1. Penggunaan sekam bertujuan untuk memperbaiki drainase sehingga air tidak tergenang dalam polybag. Polybag yang dipakai berukuran 35 cm x 35 cm yang telah diberi lubang kemudian media diisi sebanyak ¾ dari volume polybag lalu disiram dan dibiarkan selama 5-7 hari agar media tanam lebih siap. Penanaman Pemilihan waktu tanam yang tepat sangat penting, terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit. Pada penanaman polybag dapat ditanam dua bibit. Pada lahan bedengan waktu tanam yang baik pada awal musim hujan, Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan, kemudian diaduk dengan tanah. Bedengan kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab tapi tidak becek). Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, satu dua tanaman per lubang Pemeliharaan Tanaman Pemupukan Selain pupuk kandang/kompos, dapat ditambahkan pupuk kimia dalam jumlah terbatas misalnya NPK (10 gram) dilarutkan dalam 1 liter air. Pupuk 46

56 Lanjutan Lampiran 2. dikocorkan sebanyak 1 gelas air mineral kecil (250 ml) per polybag/lubang tanam, diusahakan tidak terkena batang tanaman. Tanaman di pupuk 1 kali setiap 2 minggu. Selain pemupukan sebaiknya dilakukan pewiwilan, pengajiran dan pengikatan, penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Pewiwilan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan agar tanaman tumbuh besar terlebih dahulu. Ajir ditancapkan dalam polybag disamping tanaman pada jarak 10 cm dari pangkal batang. Pengikatan dilakukan pada ajir membentuk angka 8 sehingga tidak menghambat pertumbuhan batang. Pengikatan dilakukan pada ajir sebanyak tiga simpul setiap tanaman yaitu : dibawah cabang Y pada umur hst, diatas cabang Y umur hst dan pada waktu pembesaran buah hst. Penyiraman dilakukan setiap hari. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemupukan yaitu setiap 2 minggu sekali dengan mencabut rumput/gulma di sekitar tanaman terung. Panen Buah pertama dapat dipetik setelah umur 3-4 bulan tergantung dari jenis varietas - Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah maksimum dan masih muda. - Waktu yang paling tepat pagi atau sore hari. - Cara panen buah dipetik bersama tangkainya dengan tangan atau alat yang tajam. - Pemetikan buah berikutnya dilakukan rutin tiap 3-7 hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik. 6. Sawi Benih Sebelum benih disebar, direndam dengan larutan hangat Previcur N dengan konsentrasi 0,1% selama ± 2 jam. 47

57 Lanjutan Lampiran 2. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang tenggelam yang digunakan, dipisahkan dan dikering anginkan. Kemudian benih disebar secara merata pada bedengan persemaian, dengan media semai setebal ± 7 cm dan disiram. Bedengan persemaian tersebut sebaiknya diberi naungan. Media semai dibuat dari tanah, kompos, dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai, kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2 3 hari. Bibit sawi berumur 7 8 hari setelah semai dipindahkan ke dalam bumbunan dan bibit siap ditanam di Kebun pada saat berumur 2 3 minggu setelah semai. Persiapan Lahan Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu I kg/m 2. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. 48

58 Lanjutan Lampiran 2. Bila daerah yang mempunyai ph terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2). Penanaman Bibit yang telah berumur 21 hari setelah semai ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan dengan jarak tanam 20 x 15 cm. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang sebanyak 1 kg/m 2 diberikan merata di atas bedengan dan diaduk merata dengan tanah. Pemberian pupuk kandang dilakukan ± 3 hari sebelum tanam. Pemupukan susulan menggunakan pupuk urea 0,13 kg/m 2 yang diberikan setelah penyiangan atau ± 2 minggu setelah tanam. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. 49

59 Lanjutan Lampiran 2. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Penanaman Vertikultur Langkah langkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut : Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan. Sediakan media tanam berupa tanah, kompos, dan sekam dengan perbandingan 2:2:1 yang dicampur secara merata. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 5 helai. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House. Panen Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 50 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan 50

60 Lanjutan Lampiran 2. dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. 7. Kol Bunga Benih Sebelum benih disebar, direndam dengan larutan hangat Previcur N dengan konsentrasi 0,1% selama ± 2 jam. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang tenggelam yang digunakan, dipisahkan dan dikering anginkan. Kemudian benih disebar secara merata pada bedengan persemaian, dengan media semai setebal ± 7 cm dan disiram. Bedengan persemaian tersebut sebaiknya diberi naungan. Media semai dibuat dari tanah, kompos, dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai, kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2 3 hari. Bibit sawi berumur 7 8 hari setelah semai dipindahkan ke dalam bumbunan dan bibit siap ditanam di Kebun pada saat berumur 2 3 minggu setelah semai. B. Persiapan Lahan Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari daerah 51

61 Lanjutan Lampiran 2. ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu I kg/m 2. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai ph terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2). D. Penanaman. Bibit yang telah berumur 21 hari setelah semai ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan dengan jarak tanam 20 x 15 cm. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang sebanyak 1 kg/m 2 diberikan merata di atas bedengan dan diaduk merata dengan tanah. Pemberian pupuk kandang dilakukan ± 3 hari sebelum tanam. Pemupukan susulan menggunakan pupuk urea 0,13 kg/m 2 yang diberikan setelah penyiangan atau ± 2 minggu setelah tanam. E. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus 52

62 Lanjutan Lampiran 2. menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Penanaman Vertikultur Langkah langkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut : Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan. Sediakan media tanam berupa tanah, kompos, dan sekam dengan perbandingan 2:2:1 yang dicampur secara merata. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 5 helai. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House. 53

63 Lanjutan Lampiran 2. Panen Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 50 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. 8. Kacang Panjang Persiapan Lahan Tanah dicangkul sedalam ± 30 cm dibersihkan dari gulma dan tanahnya diratakan. Bila ph tanah kurang dari 5, digunakan kapur pertanian atau dolomite sebanyak 10 kg/100 m 2 pada ± 3 minggu sebelum tanam. Dibuat bedengan dengan lebar cm, tinggi ± 30 cm. Penanaman Lahan diolah dengan baik sampai gembur. Setelah diolah, kemudian dibuat bedengan, lebar cm, dan lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 3 5 cm. Sebaiknya dalam tiap bedengan hanya memuat 2 baris tanaman. Jarak tanam 70 x 30 cm. Tiap lubang ditanami 2 3 biji, kemudian ditutup dengan tanah. Pemeliharaan Pupuk dasar terdiri atas pupuk kandang 100 kg/100 m 2, TSP 1 kg/100 m 2, KCl 1 kg/100 m 2, dan urea 250 g/100 m 2 diberikan pada lubang tanam 3 hari sebelum tanam. Pupuk susulan berupa Urea dengan dosis 250 g/100 m 2 diberikan 3 minggu setelah tanam. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai benih tumbuh. Setelah tinggi tanaman mencapai 25 cm, dipasang ajir/turus dari bambu yang 54

64 Lanjutan Lampiran 2. tingginya 2 meter untuk menjaga agar tanaman tidak roboh. Tiap empat buah turus, ujungnya diikat menjadi satu. Batang kacang panjang dililitkan pada masing-masing turus tersebut. Bila tanaman tumbuh terlalu subur, dapat dilakukan pemangkasan daun. Setelah dilakukan pemupukan susulan, dilakukan pengguludan tanaman dengan tinggi ± 20 cm. Penyiangan dilakukan pada umur 3 dan 5 minggu setelah tanam. Panen dan Pasca Panen Kacang panjang mulai dipanen setelah berumur hari setelah tanam. Pemanenan dapat dilakukan setiap minggu selama 1 2 bulan. Panen polong muda jangan sampai terlambat dilakukan, karena akan menyebabkan polong berserat dan liat. 55

65 Lampiran 3. Analisis Usahatani 1. Cabai Analisis Usaha tani cabe per hektar URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (sachet) 18 85,000 1,530,000 2 Pupuk 10,618,478 Organik (kg) 10, ,000,000 Urea (kg) 500 1, ,000 TSP (kg) 250 2, ,000 Dolomit (kg) 2, ,250,000 KCl (kg) 250 4,600 1,150,000 3 Obat 4,637,500 insektisida (ml) 7, ,800,000 fungisida (ml) 5, ,837,500 4 Biaya variabel lain 9,475,000 Mulsa (gulung) ,000 8,700,000 bambu 70 10, ,000 tali rafia (gulung) 5 15,000 75,000 5 Tenaga Kerja (HOK) 24,000,000 Olah Tanah 82 60,000 4,920,000 Tanam 35 60,000 2,100,000 Pemupukan 25 60,000 1,500,000 Penyemprotan 80 60,000 4,800,000 Panen ,000 10,680,000 Total A 48,730,978 B Nilai Produksi - Produksi buah (kg) 26,000 10, ,000,000 Total B 42,675,000 C Nilai Pendapatan (B-A) 211,269,022 D Nilai Efisiensi R/C 5.34 B/C 4.34 ROI 253% BEP (RP/kg) Sumber: literature Populasi Tanaman = 20,000 Jarak Tanam (cm) = 60 x 70 Biaya Produksi (Rp/pohon) = 2, Produktivitas (kg/pohon) = 1.3 Penerimaan (Rp/pohon) = 13, Pendapatan (Rp/pohon) = 10, Umur Produktif (bulan) = 7 56

66 Lanjutan Lampiran Tomat Analisis Rekomendasi Usahatani Tomat/ha URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (gr) ,500 3,850,000 2 Pupuk 5,501,000 Organik (kg) 9, ,500,000 Urea (kg) 220 1, ,000 TSP (kg) 50 1,600 80,000 Dolomit (kg) 438 1, ,000 3 Obat 431,250 Furadan (kg) , , insektisida (ml) 200, Lain-lain 4,400,000 bambu 22, ,400,000 5 Tenaga Kerja (HOK) 9,843,750 Total biaya 24,026,000 Nilai Produksi 109,375,000 Produksi buah/daun (kg) 43,750 2, ,375,000 Nilai Pendapatan 85,349,000 Nilai Efisiensi R/C 4.55 B/C 3.55 ROI 355% BEP produksi 9, BEP harga 549 Jarak tanam (cm) = 60x70 Populasi per hektar (tanaman) = 23,810 Biaya produksi per polibag (Rp) = 2000 Produksi per polibag (Kg) = 1.84 Harga jual (Rp/kg) = 2500 Penerimaan per polibag (Rp) = 4,594 Pendapatan per polibag (Rp) = 2,594 BEP harga per polibag (Rp/kg) = 1,088 BEP produksi per polibag kg) =

67 Lanjutan Lampiran Kangkung Analisis Rekomendasi Usahatani Kangkung URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (kg) 40 35,000 1,400,000 2 Pupuk 5,840,000 Organik (kg) 10, ,800,000 SP-36 (kg) 100 2, ,000 Urea (kg) 100 1, ,000 KCl 100 6, ,000 3 Tenaga Kerja (HOK) 8,125,000 Olah Tanah 52 60,000 3,125,000 Tanam 26 30, ,000 Pemupukan 2 30,000 60,000 Panen ,000 4,160,000 Total biaya 15,365,000 Nilai Produksi Produksi daun (kg) 20,000 2,000 40,000,000 Nilai Pendapatan 24,635,000 Nilai Efisiensi R/C 2.60 B/C 1.60 ROI 160% BEP (RP/kg) BEP Produksi 7,682.5 Jarak tanam 15 x 5 cm Populasi per hektar = 1,333,333 Populasi per bedeng = 2,667 Biaya produksi per bedeng (ukuran 20 m 2 ) = 30,730 Penerimaan per bedeng = 80,000 Pendapatan per bedeng = 49,270 Harga jual (Rp/kg) = 2,000 Produksi per bedeng (kg) = 40 BEP harga / bedeng = BEP produksi/ bedeng =

68 Lanjutan Lampiran Bayam Analisis Rekomendasi Usahatani Bayam per Hektar URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (kg) 10 70, ,000 2 Pupuk 7,370,000 Kandang (kg) 10, ,000,000 Urea (kg) ,000 SP-36 (kg) ,000 KCl ,320,000 3 Tenaga Kerja (HOK) 5,980,000 Olah Tanah ,000 3,120,000 Tanam 26 30, ,000 Panen ,000 2,080,000 Total biaya 14,050,000 Nilai Produksi Produksi daun (kg) 20,750 2,000 41,500,000 Nilai Pendapatan 27,450,000 Nilai Efisiensi R/C 2.95 B/C 1.95 ROI 195% BEP (RP/kg) BEP Produksi 7,025 Jarak tanam = 10 x 20 Populasi per hektar = 500,000 Populasi per bedeng = 1,000 Biaya produksi per bedeng (ukuran 20 m2) = 28,100 Produksi per bedeng (kg) = 41.5 Harga jual (Rp/kg) = 2000 Penerimaan per bedeng = 83,000 Pendapatan per bedeng = 54,900 BEP harga / bedeng = 677 BEP produksi/ bedeng = 59

69 Lanjutan Lampiran Terung Analisis Rekomendasi Usahatani Terong Ungu/ha URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (gr) ,000 4,125,000 2 Pupuk 9,998,300 Organik (kg) 16, ,000,000 Urea (kg) 416 1, ,800 TSP (kg) 208 6,000 1,249,500 3 Pestisida Curacron (ml) 24 20, ,000 4 Tenaga Kerja (HOK) 34,080,000 Olah Tanah 75 60,000 4,500,000 Tanam 34 60,000 2,040,000 Penyemprotan 42 60,000 2,520,000 Panen ,000 25,020,000 Biaya produksi 48,683,300 Nilai Produksi Produksi buah (kg) 66,500 2, ,000,000 Nilai Pendapatan 84,316,700 Nilai Efisiensi R/C 2.73 B/C 1.73 ROI 173% BEP produksi 24, BEP harga Jarak tanam (cm) = 60x60 Populasi per hektar (tanaman) = 27,778 Biaya produksi per polibag (Rp) = 2,753 Produksi per polibag (Kg) = 2.39 Harga jual (Rp/kg) = 2,000 Penerimaan per polibag (Rp) = 4,780 Pendapatan per polibag (Rp) = 2,027 BEP harga per polibag (Rp/kg) = 1150 BEP produksi per polibag (kg) =

70 Lanjutan Lampiran Sawi Analisis Rekomendasi Usahatani Sawi per Hektar URAIAN Volume Harga Satuan Total A Biaya Produksi 1 Benih (gr) 350 1, ,000 2 Pupuk 5,450,000 Organik (kg) 10, ,000,000 Urea (kg) 250 1, ,000 3 Pestisida 30,000 Decis 2,5 EC 2 15,000 30,000 4 Tenaga Kerja (HOK) 8,520,000 Olah Tanah ,000 5,160,000 Penyemaian 4 15,000 60,000 Tanam 50 15, ,000 Pemupukan 6 30, ,000 Penyemprotan 4 30, ,000 Pemeliharaan ,000 1,500,000 Panen 50 15, ,000 Total Biaya 14,525,000 Nilai Produksi Produksi buah/daun (kg) 20,000 1,500 30,000,000 Nilai Pendapatan 15,475,000 Nilai Efisiensi R/C 2.07 B/C 1.07 ROI 107% BEP (Rp/kg) BEP Produksi 9, Jarak tanam (cm) = 30x40 Populasi per hektar = 833,333 Populasi per bedeng = 1,667 Biaya produksi per bedeng (ukuran 20 m2) = 29,050 Produksi per bedeng (kg) = 40 Harga jual (Rp/kg) = 1,500 Penerimaan per bedeng = 60,000 Pendapatan per bedeng = 30,950 BEP (Rp/kg) = BEP produksi (kg) =

71 Lampiran 4. Foto Kegiatan Teknis Budidaya Model Perkotaan dan Perdesaan Strata I Display tanaman cabai model perkotaan Display tanaman model perkotaan menggunakan polybag 62

72 Display tanaman model perkotaan pada bedengan Display tanaman model perkotaan menggunakan vertikultur 63

73 Teknis Budidaya Model Perkotaan dan Perdesaan Strata II Display tanaman kangkung model perdesaan dalam bedengan Display tanaman pare model perdesaan dalam bedengan 64

74 Kerjasama Stakeholders, Ekspose, dan Pelatihan Pencanangan kegiatan M-KRPL oleh Kepala Bappeda Sosialisasi kegiatan M-KRPL kepada LPM se-kota Bengkulu 65

75 Pameran kegiatan M-KRPL di Kota Bengkulu Pelatihan pembuatan kompos kegiatan M-KRPL 66

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Bengkulu dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG. KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU

SELAYANG PANDANG. KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU SELAYANG PANDANG KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI BENGKULU TA 2012

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI BENGKULU TA 2012 RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) DI BENGKULU TA 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 1 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.019/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL ROPP

Lebih terperinci

No. Kode: RDHP /022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU. Oleh : Umi Pudji Astuti

No. Kode: RDHP /022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU. Oleh : Umi Pudji Astuti No. Kode: 26.06.RDHP1801.19/022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Oleh : Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Bunaiyah Hnrita Balai Pengkajian Teknlgi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah Pendahuluan Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan hayati yang sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman pangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

KODE: 26 / /011/E/RDHP/2013 PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROVINSI BENGKULU

KODE: 26 / /011/E/RDHP/2013 PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROVINSI BENGKULU KODE: 26 /1801.018/011/E/RDHP/2013 PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Ir. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 LEMBAR PENGESAHAN 1.

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO Cahyati Setiani, Iswanto, dan Endang Iriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email: cahyati_setiani@yahoo.com

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2 KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2 PENDAHULUAN Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade

Lebih terperinci

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu dibangun dari kumpulan rumah tangga agar mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,

Lebih terperinci

sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.

sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya. 1 ngin segar perubahan muncul ketika tim BPTP Lampung yang A sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.

Lebih terperinci

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU Ir. Abdul Fattah, MP, dkk I.Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan

Lebih terperinci

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari

Lebih terperinci

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.018/011/E/JUKLAK/2013

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR

Lebih terperinci

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Widya Sari Murni dan Rima Purnamayani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Menurut Hartono, dkk. (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmaja (2005), Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi   Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat E-mail: artidjatiharti@gmail.com Abstrak Model Kawasan Rumah Pangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi 2.1.1 Pengertian partisipasi Menurut Rodliyah (2013) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi dalam situasi kelompok sehingga dapat dimanfaatkan sebagai motivasi

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG Oleh : Ir. Ruswendi, MP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017 PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH Ungaran, Januari 2017 ASPEK KONSUMSI PANGAN DALAM UU NO 18/2012 Pasal 60 (1) Pemerintah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, Januari 2017 TUJUAN Menyamakan persepsi dan

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam.berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan baik pada tingkat rumah tangga, nasional, regional, maupun global merupakan salah satu wacana yang sering muncul dalam pembahasan dan menjadi sebuah

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal)

KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal) KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal) Joko Pramono, Muryanto, dan Agus Sutanto Balai Pengkajian

Lebih terperinci

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Neneng Ratna, Erni Gustiani dan Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. Refliaty dan Endriani Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO Ahmad Agus.W, Nurkayati, Ico Silvia.S, Ardiansyah dan

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman AN BALAI BESAR

Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman AN BALAI BESAR LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN DHARMASRAYA Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman Syamsurizal KEMENTERIAN PERTANIA AN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota Bukittinggi, Maret 2016 BIDANG PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib menjalankan

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI ACEH

PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI ACEH LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI ACEH Oleh: M. Ferizal Nazariah M. Nasir Cut Hilda Rahmi Rini Andarini Ahmad BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah

Lebih terperinci

Mengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari

Mengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari 1 Mengenal KRPL Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu.

Lebih terperinci

Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi

Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi PENATAAN PEKARANGAN UNTUK MENINGKATKAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi Kasus KRPL Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi) Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi Balai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Rakhmat, dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo Masyarakat di Desa Kalimulyo sebagian besar menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor pertanian terhadap petumbuhan ekonomi nasional selalu menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) DEMFARM

RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) DEMFARM RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) DEMFARM YONG FARMANTA, SP, MSi BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RDHP : Demfarm 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat

Lebih terperinci

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DENGAN BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DALAM POT DI BOJONGGEDE JAWA BARAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DENGAN BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DALAM POT DI BOJONGGEDE JAWA BARAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT SEBAGIAN DIDANAI OLEH UNIVERSITAS NASIONAL PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DENGAN BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DALAM POT DI BOJONGGEDE JAWA BARAT Oleh Ir.Yenisbar,

Lebih terperinci

KODE: :26/ /011/C/RDHP/2013 KALENDER TANAM (KATAM) DI PROVINSI BENGKULU

KODE: :26/ /011/C/RDHP/2013 KALENDER TANAM (KATAM) DI PROVINSI BENGKULU KODE: :26/1801.019/011/C/RDHP/2013 KALENDER TANAM (KATAM) DI PROVINSI BENGKULU YONG FARMANTA, SP, MSi BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RDHP : Kalender Tanam

Lebih terperinci

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA PENDAHULUAN

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA PENDAHULUAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Ir. Jermia Limbongan, MS, dkk PENDAHULUAN Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan mengartikan ketahanan pangan adalah kondisi

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita 2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 42 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Provinsi Lampung merupakan penghubung utama lalu lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 kota. Provinsi

Lebih terperinci

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kemiskinan dan pengangguran yang meningkat menjadi ketimpangan masyarakat merupakan tantangan dalam pembangunan, Masyarakat miskin umumnya lemah dalam

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK Oleh Caya Khairani, dkk BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2005 LAPORAN PELAKSANAAN DISEMINASI PENGEMBANGAN MEDIA CETAK Abstrak Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) merupakan implementasi dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian yaitu Empat Sukses Pertanian, yang

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP)

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENINGKATAN KUANTITAS, KUALITAS DAN EFEKTIFITAS INTERAKSI ANTARA BPTP DENGAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN, KELEMBAGAAN TANI DI PROVINSI BENGKULU BALAI

Lebih terperinci

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN SIDRAP

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN SIDRAP MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN SIDRAP Drs. NASRUDDIN RAZAK, dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan keluarga harus tersedia dalam keadaan cukup baik secara kuantitas maupun

Lebih terperinci

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH

TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH TABEL T-VI.C.10 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN... PEMERINTAH KABUPATEN PRABUMULIH NAMA SKPD : DINAS PERKEBUNAN, PERTANIAN, PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 PEMETAAN ASPEK SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA DI WILAYAH PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 PEMETAAN ASPEK SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA DI WILAYAH PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 PEMETAAN ASPEK SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA DI WILAYAH PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) Oleh : Gelar S. Budhi Budiman F. Hutabarat Hermanto rudy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP)

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENINGKATAN KAPASITAS SDM DALAM KOMUNIKASI DAN DISEMINASI HASIL LITKAJI (PENAS, PAMERAN, VISITOR PLOT, PEKAN AGROINOVASI, PENYUSUNAN DATABASE BAHAN

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40 Kegiatan Prima Tani Kota Palu yang dilaksanakan di Kelurahan Kayumalue Ngapa Kecamatan Palu Utara merupakan salah satu kegiatan Prima Tani yang dilaksanakan pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Dataran

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Kegiatan program Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 31 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi merupakan salah satu program pemerintah (dalam hal ini Kementrian Pertanian) untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Highmore, 2008 (dalam Bambang,2010: 33), Pangan adalah sebuah barang pemenuh kebutuhan manusia yang merupakan hasil dari usaha budidaya, artinya bahwa keberadaan

Lebih terperinci

MINAT PETANI DALAM BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Umi Pudji Astuti dan Tri Wahyuni

MINAT PETANI DALAM BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Umi Pudji Astuti dan Tri Wahyuni MINAT PETANI DALAM BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Umi Pudji Astuti dan Tri Wahyuni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Kota Bengkulu 38119 Surel: umy_shadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci