IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi"

Transkripsi

1 IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Kegiatan program Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh tahun 2015 menggunakan pendekatan langsung ke masyarakat berpartisipasi aktif dalam mengimplementasikan program secara berkelanjutan dan berdaya guna dapat terlaksana. Tujuan kegiatan ini dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan untuk terwujudnya desa mandiri pangan. Pelaksanaan kegiatan melalui pendekatan langsung ke masyarakat dan harus memegang prinsip : (1) masyarakat dipandang sebagai subjek bukan objek; (2) praktisi berusaha menempatkan posisi insider bukan outsider ; (3) lebih baik mendekati benar daripada benar benar salah untuk menentukan parameter yang standar; (4) masyarakat yang membuat peta, model, diagram, pengurutan, memberi angka/nilai, mengkaji/menganalisis, memberikan contoh, mengidentifikasi dan menyeleksi prioritas masalah, menyajikan hasil, mengkaji ulang dan merencanakan kegiatan aksi; dan (5) pemberdayaan dan partisipatif masyarakat dalam menentukan indikator sosial. Penyusunan program IbW di Kota Sungai Penuh termasuk dalam aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sesuai dengan potensi daerah baik dilihat dari aspek ekologi, fisik, ekonomi, maupun aspek sosial budaya masyarakat melalui pola : (1) RPL dengan perpaduan tricholimtan, biopestisida dan pestisida nabati, (2) Pengembangan tanaman padi, dan (3) Pengembangan UKM, untuk menunju desa mandiri pangan. Supaya pelaksanaan kegiatan IbW di Kota Sungai Penuh dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka sebelum pelaksanaan kegiatan program dimulai dilakukan analisis situasi melalui pengumpulan data. Pengumpulan data dimulai dengan data desa/kelurahan, kecamatan sampai dengan data Kota Sungai Penuh secara keseluruhan baik data demografi, geografi, kelembagaan, sumberdaya manusia, sosial budaya maupun data pendukung lainnya melalui metode survai dan penggunaan data sekunder. Pemilihan lokasi sampel, dilakukan dengan diskusi antara tim pelaksana dan PEMKOT, dengan pertimbangan agar ditemukan berbagai variasi potensi untuk mengembangkan desa mandiri pangan. Baik variasi dalam pengelolaan, variasi objek, dan variasi kegiatan RPL, tanaman padi, dan UKM yang dilaksanakan pada objek tersebut. Berdasarkan halhal tersebut, daerah sampel yang ditetapkan untuk kegiatan tahun 2015 adalah Kecamatan Hamparan Rawang dengan memilih Desa Tanjung. Hasil dari kegiatan ini adalah masyarakat sasaran Program IbW Kota Sungai Penuh telah melakukan kegiatankegiatan yang menjadi langkah awal menuju desa mandiri pangan, yakni : (1) Penerapan pertanian organik dengan memanfaatkan kompos tricholimtan dalam kegiatan rumah pangan lestari, (2) Pengembangan usaha dodol sirsak dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas, (3) Menerapkan berbagai variasi produk anyaman bigau dan dapat meningkatkan kualitas anyaman, (4) Pengembangan usaha serundeng dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas, (5) Peningkatan hasil budidaya tanaman padi dengan sistem jajar legowo. Kata Kunci : Mandiri pangan, RPL, UKM, tricholimtan PENDAHULUAN Wilayah Kota Sungai Penuh sebelum dilakukan pemekaran dari Kabupaten Induk Kerinci, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian bertani dengan lahan yang cukup. Setelah terjadi pemekaran wilayah terjadilah keterbatasan wilayah yang bisa digunakan oleh masyarakat, karena ± 59,2% dari luas wilayah merupakan lahan TNKS dan ± 40,8% merupakan lahan untuk pemukiman dan budidaya pertanian. Keterbatasan wilayah yang bisa digunakan ini terutama wilayah yang dapat digunakan untuk pertanian menyebabkan terjadinya penurunan ekonomi masyarakat. Kecamatan Hamparan Rawang merupakan salah satu kecamatan yang perekonomian masyarakatnya terendah di Kota Sungai Penuh, terutama daerah Tanjung. Masyarakat Desa Tanjung merupakan masyarakat yang belum mampu mengembangkan usaha produktif berbasis sumber daya lokal, peningkatan daya beli dan akses pangan rumah tangga. Desa Tanjung merupakan desa dengan Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 9

2 masyarakat. yang dominan bermata pencaharian bertani. Usaha tani yang dilakukan adalah padi sawah, tetapi masyarakat tani di desa ini masih menerapkan sistem budidaya konvensional. Sistem ini dalam usaha tani membutuhkan bibit yang banyak, pemeliharaan terutama penyiangan dan pemupukan susah dilakukan. Selain usaha tani, masyaarakat desa ini juga melakukan usaha ternak, perikanan, UKM dan usaha lainnya. Usaha yang dilakukan ini memiliki kekurangan sehingga hasil yang diperoleh kurang produktif dan menyebabkan pendapatan rendah sehingga perekonomian masyarakat secara umum menjadi rawan kemiskinan. Kehidupan sebagian masyarakat di Desa Tanjung (khususnya untuk laki laki) biasa hidup dengan bekerja hari ini hanya mencari untuk hidup besok hari yakni bekerja semberaut di tempat yang lain, sedangkan ibuibu biasanya di rumah. Pemerintah Kota Sungai Penuh sekarang dalam RPJMD menitik beratkan pembangunan bidang pertanian berbasis pada ekonomi kerakyatan yaitu mengutamakan pembangunan pertanian dengan sistem agribisnis dengan pola usaha agroindustri dan UKM. Namun, pengembangan pembangunan bidang pertanian secara umum di daerah mitra terdapat beberapa hambatan dan permasalahan, antara lain: (1) terbatasnya lahan usahatani untuk pertanian yang berorientasi pada teknik budidaya, (2) rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan petani terhadap pembangunan pertanian secara umum, (3) rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat yang bersinggungan dengan kota Sungai Penuh terhadap pengelolaan permukiman dan lingkungan yang produktif, bersih, nyaman, dan berkelanjutan. Disisi lain, kegiatan pertanian yang dikembangkan petani selama ini masih bertumpu pada kegiatan pertanian konvensional. Hambatan lain yakni dalam pengembangan UKM adalah ketidakmampuan kelompok usaha untuk mengembangkan usahanya, karena : (1) terbatasnya modal dan peralatan usaha yang berorientasi bisnis, (2) rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan kelompok dalam usaha. Melalui kegiatan program Ipteks bagi Wilayah (IbW) tahun yang melibatkan perguruan tinggi diharapkan mampu mengembangkan bidang pertanian, peternakan, perikanan dan UKM Kota Sungai Penuh yang produktif dan berkelanjutan sebagai langkah menuju mandiri pangan. Program IbW mengsinergikan berbagai paket teknologi, kelembagaan yang terlibat dan sistem pemberdayaan yang diterapkan berorienstasi kepada masyarakat petani, UKM dan pasar yang berbasis sosial budaya masyarakat. Adapun paket teknologi yang dikembangkan yaitu pengembangan usaha masyarakat tani dan UKM menuju mandiri pangan METODE PELAKSANAAN Sesuai dengan permasalahan dan hambatan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah Kota Sungai Penuh di wilayah mitra sasaran maka program pengembangan desa mandiri pangan melalui program Ipteks Bagi Wilayah (IbW) tahun 2015 menggunakan pendekatan Partisipatory Research Appraisal (PRA). Melalui pendekatan PRA ini diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam mengimplementasikan program secara berkelanjutan dan berdaya guna dapat terlaksana. Mengingat outcome dari pelaksanaan program IbW dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan untuk terwujudnya desa mandiri pangan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan pendekatan Partisipatory Research Appraisal (PRA) harus memegang prinsip berikut: (1) masyarakat dipandang sebagai subjek bukan objek; (2) praktisi berusaha menempatkan posisi insider bukan outsider ; (3) lebih baik mendekati benar daripada benarbenar salah untuk menentukan parameter yang standar; (4) masyarakat yang membuat peta, model, Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 10

3 diagram, pengurutan, memberi angka/nilai, mengkaji/ menganalisis, memberikan contoh, mengidentifikasi dan menyeleksi prioritas masalah, menyajikan hasil, mengkaji ulang dan merencanakan kegiatan aksi; dan (5) pemberdayaan dan partisipatif masyarakat dalam menentukan indikator sosial. Penyusunan program IbW di Kota Sungai Penuh termasuk dalam aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sesuai dengan potensi daerah baik dilihat dari aspek ekologi, fisik, ekonomi, maupun aspek sosial budaya masyarakat melalui pola : (1) RPL dengan perpaduan tricholimtan, biopestisida dan pestisida nabati, (2) Pengembangan tanaman padi, dan (3) Pengembangan UKM. Supaya pelaksanaan kegiatan IbW di Kota Sungai Penuh dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka sebelum pelaksanaan kegiatan program dimulai dilakukan analisis situasi melalui pengumpulan data. Pengumpulan data dimulai dengan data desa/kelurahan, kecamatan sampai dengan data Kota Sungai Penuh secara keseluruhan baik data demografi, geografi, kelembagaan, sumberdaya manusia, sosial budaya maupun data pendukung lainnya melalui metode survai dan penggunaan data sekunder. Adapun desa sampel yang menjadi tempat pelaksanaan program IbW Kota Sungai Penuh tahun 2015 yaitu Desa Tanjung. Kerangka kerja kegiatan pemberdayaan dimulai dengan diskusi di kalangan anggota tim, agar terdapat persamaan persepsi tentang arah, tujuan, dan ruang lingkup pemberdayaan. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan untuk menemukan data sekunder tentang lokasi potensi kegiatan desa mandiri pangan. Pemilihan lokasi sampel, dilakukan dengan diskusi antara tim pelaksana dan PEMKOT, dengan pertimbangan agar ditemukan berbagai variasi potensi untuk mengembangkan desa mandiri pangan. Baik variasi dalam pengelolaan, variasi objek, dan variasi kegiatan RPL, tanaman padi, dan UKM yang dilaksanakan pada objek tersebut. Berdasarkan halhal tersebut, daerah sampel yang ditetapkan untuk kegiatan tahun 2015 adalah Kecamatan Hamparan Rawang dengan memilih Desa Tanjung. Pelaksanaan kegiatan program RPL, pengembangan tanaman padi, dan UKM serta lokasi pelaksanaan kegiatan program IbW sebagai berikut : 1. RPL dengan sistem pertanian organik secara teknik budidaya vertikultur dan polikultur 2. Pembuatan kompos tricholimtan 3. Pengembangan kerajinan anyaman bigau yang bervariasi 4. Pengembangan UKM Konstribusi pemerintah Kota Sungai Penuh dalam pelaksanaan kegiatan IbW berperan langsung pada pelaksanaan program IbW. Pemerintah Kota dan DIKTI akan co sharing kegiatan (program). Pemerintah Kota akan terlibat langsung dalam pendanaan untuk renumerasi, bahan habis dan alat, perjalanan, kegiatan pengembangan sumber daya manusia dan kelembagaan serta kegiatan manajemen. Selain itu pemerintah Kota akan ikut dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Pada kegiatankegiatan IbW yang dilakukan secara rutin dan terjadwal, pemerintah Kota akan melakukan pendampingan dan monitoring. Pada kegiatan yang dilakukan secara terjadwal dari tim pelaksana IbW, pemerintah Kota akan ikut mendampingi dan ikut berkonstribusi sesuai kegiatan yang telah direncanakan. Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatankegiatan yang dilakukan pada program IbW tahun I III adalah sebagai berikut : Target Luaran Hasil Program Thn 1 Thn 2 Thn Pengembangan Sumberdaya Manusia pertanian organik yang berkelanjutan kompos tricholimtan, biopestisida dan pestisida nabati pengembangan UKM dodol labu pengembangan UKM anyaman bigau Peningkatan pengetahuan dan pendidikan tentang sistem agribisnis yang menguntungkan kewirausahaan administrasi dan pembukuan pemasaran desa mandiri pangan budidaya tanaman padi budidaya ikan tawar ternak Pembuatan Pilot Projek Kompos 1 lokasi 3 lokasi 1 lokasi Tricholimtan masingmasing Dusun Sampel Penerapan Teknologi Pertanian Petani dapat menerapkan teknologi RPL sistem udidaya tanaman organik Petani dapat membuat dan menggunakan kompos tricholimtan, biopestisida dan pestisida nabati Petani dapat mengetahui dan melakukan Diversifikasi usaha (hortikultura) dengan sistem pertanian vertikultur dan polikultur Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 12

5 Pembuatan Pilot Projek Biopestisida dan 3 lokasi pestisida nabati masingmasing Lokasi Sampel Produksi Hasil Pertanian Petani dapat menghasilkan : Kompos tricholimtan 3 lokasi Biopestisida 3 lokasi Pestisida nabati 3 lokasi Hasil budidaya tanaman hortikultura secara Daun bawang, Daun bawang, organik seledri, seledri, kangkung, kangkung, caisim, sawi, caisim, sawi, selada, bumbu penyelang selada, bumbu penyelang, terong, tomat, bawang merah, cabe, dll jahe, 1 lokasi Daun bawang, seledri, kangkung, caisim, sawi, selada, bumbu penyelang, terong, tomat, bawang merah, jahe Penerapan Teknologi Usaha Dodol Labu Kelompok usaha dapat menerapkan teknologi pembuatan dodol labu yang berkualitas Kelompok usaha dapat menerapkan berbagai variasi kemasan produk dodol labu Pembuatan Pilot Project Rumah Penjemuran Dodol Labu dan Lemari Simpan Produk Pembuatan Pilot Project Sentra Usaha Dodol Labu di Desa Sampel Penerapan Teknologi Usaha Kerajinan Anyaman Bigau Kelompok usaha dapat menerapkan teknologi pembuatan kerajinan anyaman bigau Kelompok usaha dapat menerapkan berbagai variasi produk kerajinan anyaman bigau Pembuatan Pilot Project Lemari Simpan Produk Dodol Labu Pengembangan dan Perluasan Wilayah Teknologi Pertanian Budidaya ikan air tawar Pengembangan itik lokal Pengembangan Kelembagaan Petani dapat menerapkan manajemen pembukuan dan pengembangan usaha Terciptanya Pilot Projek Desa Mandiri Pangan 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 5 lokasi 3 lokasi 2 lokasi 2 lokasi 7 lokasi Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 13

6 Gambargambar pelaksanaan kegiatan IbW Kota Sungai Penuh tahun 2015 (tahun ke III) adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan pengetahuan tentang desa mandiri pangan Kegiatan ini dilakukan untuk memotivasi masyarakat Desa Tanjung supaya bisa menjadi desa mandiri pangan. Desa mandiri pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. Kegiatan diikuti oleh Kepala Desa dan perwakilan aparat desa, masyarakat desa yang mewakili masingmasing kelompok usaha yang tergabung dalam kegiatan IbW 2015 ini. 2. Kegiatan peningkatan dan pengembangan pertanian organik yang berkelanjutan Kegiatan ini dilakukan melalui penyuluhan tentang pertanian organik (gambar 1) dan diterap langsung di lokasi kegiatan IbW tahun ke3, yakni Desa Tanjung. Pertanian organik yang diterapkan di desa ini adalah memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam sayuran (gambar 2). Pemanfaatan lahan pekarangan dilakukan oleh ibuibu yang tergabung dalam kelompok dasawisma. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan dalam menerapkan Rumah Pangan Lestari (RPL). Gambar 1. Peserta Penyuluhan di Desa Tanjung Gambar 2. Pemanfaatan Lahan Pekarangan 3. Kegiatan peningkatan pengetahuan tentang kompos tricholimtan Kegiatan ini dilakukan pada masyarakat sasaran dengan cara penyuluhan dan demonstrasi langsung pembuatan kompos di lapangan (gambar 3). Peserta kegiatan ini adalah kelompok dasawisma terpilih. Gambar 3. Pelatihan dan Demonstrasi Pembuatan Kompos Trichollimtan Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 14

7 4. Pengembangan UKM dodol dan serundeng Gambar 4. Nama Kelompok Pengusaha Dodol Sirsah Kelompok usaha Wahana Mandiri merupakan kelompok UKM sasaran pelaksanaan kegiatan IbW tahun Kelompok ini bergerak dalam bidang pengolahan sirsak menjadi dodol sirsak (gambar 4). Pengembangan usaha ini dilakukan terhadap perbaikan kualitas produk (agar lebih higeinis dengan penambahan peralatan kerja) dan memperpanjang waktu simpan tanpa bahan pengawet. Gambar 5. Proses Pembuatan Serundeng Pengembangan UKM serundeng dilakukan pada kelompok masyarakat yang tergabung dalam kegiatan UP2K Serundeng Seroja di Desa Tanjung (gambar 5). Pengembangan UKM ini dilakukan terhadap perbaikan kualitas (warna dan kemasan) dan proses produksi supaya lebih higeinis serta kuantitas produksi dengan penambahan peralatan kerja. Peningkatan kuantitas produk dengan cara penambahan jumlah alatalat dan variasi kemasan yang menarik. 5. Pengembangan UKM anyaman bigau Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 15

8 Kegiatan pengembangan anyaman bigau dilakukan terhadap kelompok anyaman yang sudah ada di Desa Tanjung, yakni kelompok Sentra Anyaman Bigau Kencana. Pengembangan kegiatan ini dilakukan terhadap keragaman produk dan proses produksi dengan penambahan alat untuk produksi. Gambar 6. UKM Anyaman Bigau 6. Peningkatan pengetahuan tentang kewirausahaan, administrasi dan pembukuan Kegiatan ini dilaksanakan pada masyarakat sasaran yang memiliki usaha. Kegiatan dilakukan untuk lebih menumbuhkan jiwa wirausaha kelompok usaha yang sudah ada, dan mengubah cara usaha yang selama ini belum jelas administrasi dan pembukuan usaha (gambar 7). Setelah kegiatan ini, kelompok usaha mulai menggunakan sistem pembukuan dalam usahanya sehingga usaha yang dijalani akan terlihat perkembangannya. Gambar 7. Pelatihan Pembukuan 7. Pengembangan budidaya tanaman padi Salah satu kegiatan budidaya pangan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung adalah budidaya tanaman padi (gambar 8). Budidaya yang dilakukan selama ini adalah dengan sistem tanam rapat. Kekurangan dari sistem ini banyak membutuhkan bibit dan pemeliharaan seperti proses penyiangan susah dilakukan. Kegiatan IbW tahun 2015 ini adalah menerapkan pengembangan budiddaya padi sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam ini akan mengurangi jumlah kebutuhan bibit dan pemeliharaan lebih mudah dilakukan. Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 16

9 Gambar 8. Budidaya Tanam Padi KESIMPULAN Masyarakat sasaran Program IbW Kota Sungai Penuh telah melakukan kegiatankegiatan yang menjadi langkah awal menuju desa mandiri pangan, yakni 1. Penerapan pertanian organik dengan memanfaatkan kompos tricholimtan dalam kegiatan rumah pangan lestari. 2. Pengembangan usaha dodol sirsak dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas. 3. Menerapkan berbagai variasi produk anyaman bigau dan dapat meningkatkan kualitas anyaman. 4. Pengembangan usaha serundeng dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas. 5. Peningkatan hasil budidaya tanaman padi dengan sistem jajar legowo. 6. Peningkatan hasil budidaya ikan dan ternak itik lokal dengan pembuatan pakan sendiri. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi, yang telah mendanai PPM ini melalui Program Ipteks bagi Wilayah (IbW) Tahun Anggaran Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh 17

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK BERBASIS TRIKOLIMTAN DI KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI 1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK BERBASIS TRIKOLIMTAN DI KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI 1 13 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK BERBASIS TRIKOLIMTAN DI KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI 1 (Suandi, Jasminarni, Trias Novita, Evita) 2 dan Suryono 3 ABSTRAK Tujuan kegiatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam.berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu terus dikembangkan

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita 2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. Refliaty dan Endriani Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

Lebih terperinci

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak Hasil-hasil penelitian/pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya BPTP Sulawesi Tengah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang selanjutnya perlu disebarkan kepada pada ekosistem

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN BUDIDAYA SAYUR-SAYURAN KELOPOK TANI LILI BONA, DESA NEFOKO, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelatihan Budi daya Sayur-sayuran

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu dibangun dari kumpulan rumah tangga agar mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota

Lebih terperinci

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 42 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Provinsi Lampung merupakan penghubung utama lalu lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 kota. Provinsi

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

RUMAH PANGAN LESTARI ORGANIK SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA

RUMAH PANGAN LESTARI ORGANIK SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA 65 Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 1: 65 72, 2016 RUMAH PANGAN LESTARI ORGANIK SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA Amir Hamzah dan Sri Umi Lestari Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

DESA KERTA DAN DESA BUAHAN KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR, BALI

DESA KERTA DAN DESA BUAHAN KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR, BALI DESA KERTA DAN DESA BUAHAN KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR, BALI Oleh : Ni Wayan Siti KERJASAMA LPPM UNUD LPPM UNDWI PEMDA GIANYAR 1 1. PENDAHULUAN Kondisi eksisting Wilayah 1. Berlokasi di dataran

Lebih terperinci

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA Isti Khomah 1, Rhina Uchyani Fajarningsih 2 1,2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta Email: istikhomah071@yahoo.com

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

Lebih terperinci

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) 9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG Mariati, Rosita Sipayung, Riswanti, dan Era Yusraini Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN Welli Yuliatmoko 1 Universitas Terbuka Email korespondensi : welli@ut.ac.id Abstrak Abstrak. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi nasional terutama sebagai penyedia pangan rakyat Indonesia. Pertanian juga berkontribusi

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MELALUI PENDEKATAN PROGRAM DARI MASYARAKAT (BUTTOM UP PROGRAM)

PEMBERDAYAAN MELALUI PENDEKATAN PROGRAM DARI MASYARAKAT (BUTTOM UP PROGRAM) PEMBERDAYAAN MELALUI PENDEKATAN PROGRAM DARI MASYARAKAT (BUTTOM UP PROGRAM) Ida Bagus Suryatmaja, Ni Gst.Ag Gde Eka Martiningsih,Tjok. Istri Praganingrum, I Wayan Giatmajaya* *Dosen Universitas Mahasaraswati

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) (IbM) KELOMPOK PEMBUDIDAYA MINAPADI IKAN NILA Di Desa Sagaracipta Kec.Ciparay Kab.Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Dr.Atikah Nurhayati.,SP.,MP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan akan pangan, sehingga kecukupan pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak asasi yang

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses PROGRAM DAN KEGIATAN. A. Program Kegiatan Lokalitas Kewenangan SKPD. Program kerja operasional pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan

Lebih terperinci

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO Cahyati Setiani, Iswanto, dan Endang Iriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email: cahyati_setiani@yahoo.com

Lebih terperinci

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Lebih terperinci

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Bengkulu dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan dan industri. Apabila pertanian dianggap sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi   Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia.

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 3, Oktober 2013

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 3, Oktober 2013 IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI TERNAK KAMBING SEDAYU DESA MARGOREJO, KABUPATEN KUDUS C. S Utama, B. Sulistiyanto dan S. Sumarsih ABSTRAK Tujuan kegiatan adalah untuk membentuk/mengembangkan sekelompok

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA A. Program dan Indikasi Kegiatan Program merupakan instrumen kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Resona Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol. 1, No. 1 (2017) 20-25 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat http://journal.stiem.ac.id/index.php/resona/index

Lebih terperinci

I. GAMBARAN UMUM SL PHT

I. GAMBARAN UMUM SL PHT HASIL MONITORING PUG PADA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2012 SL PHT PADA KELOMPOK TANI BUNGA MEKAR KABUPATEN BANDUNG BARAT DAN KELOMPOK TANI PASIR KELIKI KABUPATEN SUMEDANG I. GAMBARAN UMUM SL

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 INISIATIF PERSUASIF RESPONSIF KREATIVITAS DALAM P P M 1 Esensi Program 2 Jenis Persoalan P P M 3 Ketepatan Metode 4 Mitra Program 5 Level Kemanfaatan Program IbW( Iptek bagi Anggaran/tahun Wilayah)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi 1.1.1 Letak Geografis Desa Bangli adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Secara Demografi, Desa Bangli merupakan

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat E-mail: artidjatiharti@gmail.com Abstrak Model Kawasan Rumah Pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dalam arti luas meliputi pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang maju maka perlu adanya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 60 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Partisipasi Wanita Tani Dalam Program P2KP di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Partisipasi menurut Mardikanto (1987) adalah keikutsertaan seseorang atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk menunjang segala kebutuhan hidup semua mahluk hidup. Sehingga dalam pengelolaannya, lahan tersebut harus sesuai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

IbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM

IbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM IbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM Lizawati, Elis Kartika dan Buhaira Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Widya Sari Murni dan Rima Purnamayani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi

Lebih terperinci

KERJASAMA PELAYANAN 1. Kerjasama dengan Balitbangda Provinsi Jambi a. Kaji Terap Teknologi Pengembangan Ayam Kampung menjadi Ayam Petelur

KERJASAMA PELAYANAN 1. Kerjasama dengan Balitbangda Provinsi Jambi a. Kaji Terap Teknologi Pengembangan Ayam Kampung menjadi Ayam Petelur KERJASAMA PELAYANAN Kerjasama pelayanan yang dilaksanakan berupa pemanfaatan dan pendayagunaan tenaga peneliti BPTP Jambi dengan Balitbangda, Bakorluh Provinsi Jambi dan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian. Salah satu keberhasilan dalam pembangunan pertanian adalah terpenuhinya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi 2.1.1 Pengertian partisipasi Menurut Rodliyah (2013) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi dalam situasi kelompok sehingga dapat dimanfaatkan sebagai motivasi

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. Nomor :./ /RUP/ /2013 Tanggal :..2013

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. Nomor :./ /RUP/ /2013 Tanggal :..2013 MELALUI PENYEDIA PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH Nomor :./ /RUP/422.110/2013 Tanggal :..2013 PA/KPA Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu Alamat : Jl. Diponegoro No. 8 Kota Batu Mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci