LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

2 LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU Umi Pudji Astuti Ruswendi Eddy Makruf Siswani Dwi Daliani Wilda Mikasari Bunaiyah Honorita Tri Wahyuni Taupik Rahman Yahumri John Firison BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya, sehingga Laporan Akhir Tahun 2013 Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pemanfaatan lahan pekarangan di Provinsi Bengkulu. Bengkulu, Desember 2013 Penanggung jawab Kegiatan Dr. Umi Pudji Astuti, MP NIP ii

4 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RDHP : Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada Berbagai Agroekosistem di Provinsi Bengkulu 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu Tahun Status Penelitian : L (lanjutan) 6. Penanggung Jawab a. Nama : Dr. Umi Pudji Astuti, MP b. Pangkat/Golongan : Pembina/ Iva c. Jabatan Fungsional: Penyuluh Pertanian Madya 7. Lokasi : 10 Kabupaten/Kota 8. Agroekosistem : Lahan Kering Dataran Rendah dan Dataran Tinggi 9. Tahun Mulai : Tahun Selesai : Output Tahunan : 1. Berkembangnya model KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan Kota. 2. Meningkatnya keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan melalui sosialisasi, ekspose,pameran 3. Meningkatnya pendapatan petani dan keluarganya melalui penghematan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan penjualan hasil di lokasi baru, serta PPH 4. Dihasilkannya benih sayuran (cabe,tomat, terung, bayam, sawi) serta benih papaya merah delima, ubi jalar, ganyong, dan ayam KUB untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL) 5. Tumbuhnya pelaku usaha bibit di perdesaan/perkotaan melalui penumbuhan Kebun Bibit Desa (KBD) iii

5 12. Output Akhir : 1. Pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan. 2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal. 3. Konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, dan itik) 4. Menjaga kelestarian melalui Kebun Bibit Desa (KBD) 5. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat 13. Biaya : Rp ,- (Delapan ratus sembilan puluh juta rupiah) Koordinator Program, Penanggung Jawab RDHP Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP Dr. Umi Pudji Astuti, MP NIP Mengetahui: Kepala BBP2TP, Kepala Balai, Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng NIP Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP iv

6 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN DAN SUMMARY I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Keluaran Perkiraan Hasil (Outcome) Manfaat (Benefit) dan Dampak (Impact)... 4 II. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Konsep dan Batasan Hasil Penelitian Terkait... 8 III. METODOLOGI Pendekatan Waktu dan Pemilihan Lokasi Tahapan Kegiatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Koordinasi dan Sosialisasi Dukungan M-KRPL dalam Pengembangan Pertanian Perdesaan Implementasi M-KRPL Pengembangan Jejaring Kerjasama Antar m-krpl/krpl dan Stakeholders Pembelajaran dan Keberlanjutan KRPL V. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA ANALISIS RESIKO JADWAL KERJA PEMBIAYAAN PERSONALIA LAMPIRAN ii iii v vi vii viii ix v

7 DAFTAR TABEL 1. Daftar Nama Liaison Officer (LO) M-KRPL Bengkulu Tahun Kegiatan Koordinasi M-KRPL Tingkat Nasional Tahun Koordinasi Pemerintah Daerah Tahun Lokasi Kegiatan M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun Karakteristik Sumberdata M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun Sosialisasi Kegiatan M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun Ringkasan Hasil PRA di Desa Replikasi M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun Kegiatan Pelatihan Apresiasi Teknologi Produksi Benih Sayuran di Kebun Bibit Inti (KBI) Perubahan Lokasi KBD dan Perkembangan Kelompok Binaan di Lokasi Lama Sumber Informasi dan Alasan Petani Mengembangkan RPL Tahun Tujuan Utama Petani Mengembangkan RPL di Provinsi Bengkulu Tahun Kelembagaan dalam KRPL Procinsi Bengkulu Tahun vi

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Spektrum Diseminasi Multi Chanel (SDMC) vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 2. Dokumentasi pelaksanaan Hunting Lokasi Baru Dokumentasi Pelaksanaan PRA Dokumentasi Pelaksanaan Bimbingan Teknis Pembuatan Kompos dan Mikro Organisme Lokal Teknis Budidaya Tanaman Sayuran Administrasi Kelompok viii

10 RINGKASAN 1. Judul : Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada Berbagai Agroekosistem di Provinsi Bengkulu 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu 3. Tujuan : 1. Mengembangkan model Rumah Pangan Lestari spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan Kota 2. Meningkatkan keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan sesuai potensi wilayah daerahnya 3. Menghemat pengeluaran konsumsi rumah tangga dan meningkatkan pendapatan petani melalui penjualan hasil, serta peningkatan Pola Pangan Harapan (PPH) 4. Mengembangkan Kebun Bibit Inti (KBI) melalui produksi benih sayuran, ubi jalar, ganyong, buah-buahan, dan ayam kampung unggul (KUB) untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL) 5. Meningkatkan peran dan fungsi Kebun Bibit Desa (KBD) 4. Keluaran/Output : 1. Berkembangnya model KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan Kota. 2. Meningkatnya keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan melalui sosialisasi, ekspose,pameran 3. Meningkatnya pendapatan petani dan keluarganya melalui penghematan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan penjualan hasil di lokasi baru, serta PPH 4. Dihasilkannya benih sayuran (cabe,tomat, terung, bayam, sawi) serta benih papaya merah delima, ubi jalar, ganyong, dan ayam KUB untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL) 5. Tumbuhnya pelaku usaha bibit di perdesaan/perkotaan melalui penumbuhan Kebun Bibit Desa (KBD) ix

11 5. Prosedur : Pelaksanaan kegiatan Model KRPL di Provinsi Bengkulu dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu : 1) Lahan kering dataran rendah (Kota Bengkulu, Kab. Bengkulu Utara, Kab. Bengkulu Selatan, Kab. Bengkulu Tengah, Kab. Kaur, Kab. Seluma); 2) Lahan kering dataran tinggi (Kab. Kepahiang, Kab. Lebong, Kab. Rejang Lebong); 3) Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 2, yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, Tipe 36, Tipe 45 dengan total luas lahan sekitar 36 m m 2 ; (2) Perumahan dengan luas lahan pekarangan m 2 ; 4) Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompokkan menjadi 3, yaitu (1) pekarangan sempit (<120 m 2 ); pekarangan sedang ( m 2 ); dan pekarangan luas (>400 m 2 ). 6. Capaian : Terbentuknya 20 unit model KRPL di 10 kabupaten dan Kota 7. Manfaat : Dapat Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangannya, dan meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di 10 Kabupaten/Kota 8. Dampak : - Peningkatan keterampilan petani dalam mengolah lahan pekarangan - Peningkatan skor PPH - Peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya 9. Jangka Waktu : 4 (empat) tahun 10. Biaya : Rp ,- (Delapan ratus sembilan puluh juta rupiah) x

12 SUMMARY 1. Title : Development of Model Region Sustainable Food House in Various Agro-ecosystem in Bengkulu Province 2. Institution : Assesment Institution Agricultural Technology Bengkulu 3. Objectives : 1. Develop a Sustainable Food House specific lowlands and highlands in 10 districts and cities 2. Improve farmers' skills and interests in land use according to the potential of the region 3. Save on household consumption expenditure and increase farmers' income through the sale proceeds, as well as increased Dietary Pattern 4. Developing Core Garden Seeds through the production of vegetable seeds, sweet potato, canna, fruits, and superior chicken for sustainability village nursery and sustainable Food House 5. Enhance the role and functions of the Village Nursery 4. Outputs : 1. Development of specific models plains RSFH and lowlands in 10 districts and Cities. 2. Improved skills and interests of farmers in using their yards through socialization, exposure, exhibition 3. Farmer s income and their families through household consumption expenditure savings and sales results in the new location, as well as Dietary Pattern 4. Produces seed vegetables (peppers, tomatoes, eggplant, spinach, mustard greens) and red pomegranate seeds papaya, sweet potato, canna, and chicken KUB for sustainability KBD and Sustainable Food House village nursery 5. Seedling growth of businesses in rural / urban areas through the growth of the Village Nursery xi

13 5. Procedure : Implementation of RSFH activities in province of Bengkulu grouped into two groups namely: 1) lowland dry land (Bengkulu City, District North Bengkulu, District Bengkulu South, District Central Bengkulu, District Kaur, District Seluma); 2) Upland plateau (District Kepahiang, District Lebong, District Rejang Lebong); 3) Urban yard: Urban Yard grouped into 2, namely: (1) Housing Type 21, Type 36, Type 45 with a total land area approximately 36 m2-120 m2; (2) Housing with extensive yard area m2; 4) Rural Yard: grouped into three, namely (1) yard narrow (<120 m2); yard Medium ( m2), and a yard wide (> 400 m2). 6. Achievements : Establishment of 20 model units of RSFH in 10 districts and Cities 7. Benefits : Can supply the needs of food and nutrition families through land use, and improve the ability of families and communities in the Utilization yards in 10 districts / cities 8. Impact : - Improved farmer s skill in cultivate their yards - Improved score PPH - Improved well-being of farmers and their families farmers prosperity 9. Period : 4 (four) years 10. Cost : Rp , - (eight hundred and ninety million rupiahs) xii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal. Menurut Suryana (2009) pembangunan ketahanan pangan berhasil/terwujud bila dua kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Bila terjadi kerawanan pangan akan mempunyai dampak besar bagi bangsa, yang meliputi aspek ekonomi (produktivitas rendah), sosial (keresahan/ kerusuhan) serta politik (instabilitas). Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah yang tersedia baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak dijumpai di daerah ini. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi, yang ditunjukkan dengan skor PPH provinsi Bengkulu 2010 sebesar 74 (BKP, 2010). Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. 1

15 Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan kegiatan pemanfaatan Lahan Pekarangan (M-KRPL,maupun P2KP, dan program lainnya), menunjukkan bahwa perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Demplot yang dilakukan serta pelatihan teknis budidaya sangat mempercepat masyarakat untuk mencontoh cara pengelolaan lahan dan pemeliharaan tanaman secara benar. Dari 3 unit KRPL model perkotaan yang dibangun serta sosialisasi kepada Pemerintah Daerah (Walikota, sekolah menengah umum) dan pameran M-KRPL, ternyata mendorong masyarakat di Kota Bengkulu untuk mereplikasi M-KRPL menjadi 39 unit (Laporan perkembangan November 2012). Dari 8 unit yang dibangun di perdesaan (6 Kabupaten) juga mengalami perkembangan yang cukup pesat (70 kelompok/ unit). Perkembangan ini merupakan dampak dari kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan Provinsi (Anggaran APBD I dan Dana Perbantuan di Kabupaten), serta dari kesiapan tenaga teknis sebagai nara sumber di perbagai kegiatan sosialisasi maupun pelatihan (Astuti.UP, dkk,2011 dan 2012). Pengalaman petani pelaksana menunjukkan bahwa dari kecukupan kebutuhan sayuran berdampak berkurangnya pengeluaran keluarga. Hal ini mendorong masyarakat yang belum ikut dalam kelompok timbul keinginan masyarakat khususnya di perkotaan untuk mencoba secara mandiri. Kondisi ini membawa keuntungan bagi pengelola KBD melalui penjualan bibit tanaman. Beberapa manfaat yang telah dirasakan ini, maka pada tahun 2013 Model KRPL perlu dikembangkan di seluruh Kabupaten dan Kota Tujuan Tujuan Jangka Pendek: 1. Mengembangkan model Rumah Pangan Lestari spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan Kota 2. Meningkatkan keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan sesuai potensi wilayah daerahnya 2

16 3. Menghemat pengeluaran konsumsi rumah tangga dan meningkatkan pendapatan petani melalui penjualan hasil, serta peningkatan Pola Pangan Harapan (PPH) 4. Mengembangkan Kebun Bibit Inti (KBI) melalui produksi benih sayuran, ubi jalar, ganyong, buah-buahan, dan ayam kampung unggul (KUB) untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL) 5. Meningkatkan peran dan fungsi Kebun Bibit Desa (KBD) Tujuan Jangka Panjang: 1. Pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan. 2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal. 3. Konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, dan itik) 4. Menjaga kelestarian melalui Kebun Bibit Desa (KBD) 5. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat 1.3. Keluaran 1. Berkembangnya model KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten dan Kota. 2. Meningkatnya keterampilan dan minat petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan melalui sosialisasi, ekspose,pameran. 3. Meningkatnya pendapatan petani dan keluarganya melalui penghematan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan penjualan hasil di lokasi baru, serta PPH. 4. Dihasilkannya benih sayuran (cabe,tomat, terung, bayam, sawi) serta benih papaya merah delima, ubi jalar, ganyong, dan ayam KUB untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL). 5. Tumbuhnya pelaku usaha bibit di perdesaan/perkotaan melalui penumbuhan Kebun Bibit Desa (KBD). 3

17 1.4. Perkiraan Hasil (Outcome) Terbentuknya 20 unit model KRPL di 10 kabupaten dan Kota 1.5. Manfaat (Benefit) dan Dampak (Impact) Manfaat: Dapat Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangannya, dan meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di 10 Kabupaten/Kota. Dampak: 1. Peningkatan keterampilan petani dalam mengolah lahan pekarangan 2. Peningkatan skor PPH 3. Peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya 4

18 II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kerangka Teoritis Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buahbuahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacangkacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan (Badan Litbang, 2011). Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga (Badan Litbang, 2011). 5

19 Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit (Anonim, 2012). Pada dasarnya kegiatan M-KRPL merupakan bagian dari kegiatan diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam pendekatan Spectrum Diseminasi Multi Chanels (SDMC), dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait. Ilustrasi pada Gambar 1 menunjukkan pola-pola yang merupakan spectrum diseminasi beserta beragam channel yang dapat digunakan dalam proses distribusi informasi inovasi teknologi tersebut. Prinsip yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan M-KRPL adalah pemberdayaan masyarakat/sasaran melalui pendekatan : (1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium lapangan. (2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat. Falsafah dari M-KRPL merupakan falsafah diseminasi seperti pernyataan Rogers sebagai berikut : Mendengar, Saya Lupa; Melihat, Saya Ingat; Melakukan, Saya Faham; Menemukan Sendiri, Saya Kuasai. 6

20 Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Sumber: Badan Litbang Pertanian (2011) Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melaui cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh. 7

21 2.2. Konsep dan Batasan Pengelompokan Lahan Pekarangan: Secara konsep dibedakan atas : pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan (Badan Litbang, 2011). Namun dalam pelaksanaan di lapangan, khususnya di Provinsi Bengkulu ada pengelompokan untuk lahan pekarangan dataran rendah (termasuk lahan rawa, pantai) dan dataran tinggi, dengan jenis tanaman yang spesifik sesuai agroekosistem. a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 2, yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, Tipe 36, Tipe 45 dengan total luas lahan sekitar 36 m m 2 ; (2) Perumahan dengan luas laha pekarangan m 2 b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 3, yaitu (1) pekarangan sempit (<120 m 2 ); pekarangan sedang ( m 2 ); dan pekarangan luas (>400 m 2 ). c. Pekarangan di Dataran Rendah : Pekarangan yang berada di dataran rendah yang dikelompokkan menjadi halaman perkotaan, perdesaan di lahan PMK, halaman berlahan rawa d. Pekarangan di Dataran Tinggi : kawasan di daerah ketinggian > 650 m dpl. Pemilihan komoditas : ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, jeruk kalamansi,mangga Bengkulu, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. Pada agroekosistem dataran tinggi akan dikembangkan tanaman empon-empon, sayuran organik, buah dan bunga krisan Hasil Penelitian Terkait Penelitian Rahayu,M dan Raharjono (2005) tentang Keanekaragaman Tanaman dan Pemanfaatannya di Sulawesi tenggara menyimpulkan bahwa melalui tanaman pekarangan dapat menunjang pendapatan keluarga, penghasil 8

22 obat tradisional, serta untuk estestika. Peningkatan produktivitas lahan pekarangan diperlukan pendayagunaan sumberdaya hayati secara maksimal melalui penempatan tata letak jenis tanaman, serta pemilihan kualitas bibit yang ditanam. Tulisan Sumaryanto (2009) tentang Diversifikasi Sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Pangan menyimpulkan bahwa sumber kerawanan ketahanan pangan terkait dengan faktor-faktor : Pertama, jumlah penduduk miskin masih cukup banyak dan karena itu aksesnya terhadap pangan rendah. Kedua, produksi pangan belum cukup untuk membentuk cadangan pangan yang memenuhi persyaratan status ketahahan pangan yang mantap. Ketiga, konsumsi pangan pokok sangat terfokus pada beras, diversifikasi ke arah pangan lokal kurang berkembang, dan perbaikan pola konsumsi ke arah pola pangan harapan berlangsung lambat. Pengembangan diversifikasi pangan ke arah bahan pangan lokal merupakan salah satu cara yang dipandang efektif untuk mengatasi sejumlah kerawanan tersebut sekaligus untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan yang mantap. Berkembangnya spektrum konsumsi pangan dapat mengurangi konsumsi beras per kapita dan potensial pula untuk mendukung perkembangan ke arah pola pangan harapan. Pada sisi produksi, pengembangan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal kondusif untuk mendukung pengembangan sistem usahatani yang selaras dengan prinsip adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Melalui sub sistem usahatani dan agroindustri pangan, pengembangan diversifikasi pangan ke arah bahan pangan lokal dapat berkontribusi besar dalam peningkatan dan pemerataan pendapatan, dan perluasan kesempatan kerja karena melibatkan sebagian besar industri rumah tangga, skala kecil, dan menengah. Dengan diversifikasi pangan, stabilitas sistem ketahanan pangan menjadi lebih baik dan untuk kasus seperti di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pilar pemantapan ketahanan pangan. Bakker, et al. (2000) menunjukkan bahwa pertanian kota adalah salah satu pilihan untuk mengatasi ketahanan pangan rumah tangga. Hal ini sejalan pendapat Haletky dan Taylor (2006) bahwa pertanian kota adalah salah satu komponen kunci pembangunan sistem pangan masyarakat yang berkelanjutan 9

23 dan jika dirancang secara tepat akan dapat mengentaskan permasalahan kerawanan pangan. Studi yang dilakukan oleh Alice dan Foeken (1996) di kota di Kota Nairobi, Kenya menunjukkan bahwa pertanian kota mampu meningkatkan ketahanan pangan, baik ditinjau dari kecukupan energi, konsumsi protein dan penurunan balita gizi kurang dan buruk. Beberapa bukti empiris lainnya bahwa Di Amerika utara Food Security Coalition (CFSC) mempunyai komisi yang tujuan utamanya memanfaatkan pertanian kota sebagai instrumen untuk meningkatkan akses pangan yang segar terjangkau dan bergizi dalam rangka mengurangi kerawanan pangan (Brown dan Carter 2003). Pinderhughes (2004), menunjukkan bahwa di Amerika pertanian kota mempunyai peranan dalam pengurangan kemiskinan, kerawanan pangan dan mengatasi permasalahan sampah. Pertanian kota dapat menjamin ketersediaan pangan yang segar dan bergizi, sehingga meningkan asupan sayuran dan buah dan dapat menghemat pengeluaran persen anggaran pada pangan (USDA Economic Research Service 2003). Pengeluaran untuk pangan dapat dihemat dan dapat digunakan untuk penanaman komoditi pangan. Studi pertanian kota di pekarangan Philadelphia menemukan bahwa masyarakat dengan pendapatan rendah yang meiliki pekarangan dapat menghemat pengeluran pangan rata- rata $150 setiap musim penanaman (Rhoden and Steele 2002, Pinderhughes 2003). Penelitian Rihastuti,DD (1993) tentang Studi Perbandingan Dampak Pemanfaatan Lahan Pekarangan antara Keluarga Peserta dan bukan Peserta Kursus Pemanfaatan Pekarangan di Jawa Barat menggunakan analisis program Microstat dan Minitab dan menggunakan uji Mann-Whitney (Siegel, 1990). Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan nyata pada pendapatan pekarangan per luas lahan, pendapatan total keluarga, konsumsi energi dan vitamin A keluarga peserta dan bukan peserta kursus. Terdapat perbedaan tidak nyata konsumsi protein antara keluarga peserta dan bukan peserta kursus. Konsumsi energi dan 10

24 protein pada keluarga bukan peserta relatif lebih baik daripada keluarga peserta kursus, sedangkan untuk konsumsi vitamin A, keluarga peserta relatif lebih baik. Hubungan antara pengetahuan gizi dan pekarangan isteri keluarga bukan peserta dengan pendapatan pekarangan per luas lahan adalah nyata positif. Hubungan umur isteri keluarga peserta dengan pendapatan pekarangan per luas lahan adalah nyata negatif. Hubungan tingkat pendidikan formal isteri pada keluarga peserta dengan tingkat pengetahuan gizi dan pekarangan adalah positif nyata. Sumbangan hasil pekarangan terhadap konsumsi pangan keluarga pada peserta lebih besar daripada keluarga bukan peserta. Sumbangan sayuran terhadap konsumsi dan pendapatan keluarga pada peserta lebih besar daripada bukan peserta, tetapi untuk sumbangan tanaman hias terhadap penda- patan, keluarga bukan peserta lebih besar dari keluarga 11

25 III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan Kegiatan diseminasi dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif di lahan petani/on farm Waktu dan Pemilihan Lokasi Kegiatan M-KRPL Tahun 2013 dilaksanakan di 10 Kabupaten/kota yaitu Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Seluma, Bengkulu Selatan, Kaur, Lebong, Rejang Lebong, dan Kepahiang. Kegiatan telah dilaksanakan mulai bulan Januari Desember Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan rekomendasi stakeholder dan survei langsung ke wilayah calon lokasi Tahapan Kegiatan Persiapan Penyusunan RODHP RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP lebih rinci dan operasional baik dari aspek administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk memperjelas pelaksanaan setiap komponen kegiatan selanjutnya disusun juklak kegiatan diseminasi. Penunjukan LO untuk masing-masing Kabupaten/Kota. LO ditunjuk sebagai perwakilan BPTP di masing-masing kabupaten Tabel 1). Tugas dan tanggung jawab LO cukup banyak dan strategis, sehingga diperlukan kecakapan dan dinamika kerja yang baik. 12

26 Tabel 1. Daftar Nama Liaison Officer (LO) M-KRPL Bengkulu Tahun 2013 No Nama/NIP Jabatan Fungsional Wilayah Kerja 1 Yahumri, SP Bunaiyah Honorita, SP Taupik rahman, S.Si Tri wahyuni, S.Si Jhon Firison, S.Pt PNK Calon Penyuluh PNK PNK PNK Kab. Kaur dan Kab. Bengkulu Selatan Kota Bengkulu dan Kab. Kepahiang Kab. Rejang Lebong dan Kab. Lebong Kab Bengkulu Utara dan Kab. Seluma Kab Mukomuko dan Kab. Bengkulu Tengah Pelaksanaan kegiatan Koordinasi intern dan antar institusi. Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP Bengkulu. Pertemuan dilaksanakan 1-2 kali dalam sebulan. Dalam pertemuan ini dibahas kemajuan dan tindak lanjut kegiatan di masing-masing kabupaten. Koordinasi antar institusi dilaksanakan di tingkat daerah (stakeholders di provinsi dan Kabupaten) maupun secara nasional dalam acara workshop maupun rapat kerja (raker). Sosialisasi Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait. Pembentukan Kelompok Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau kelompok rumahtangga, dan fasilitas umum dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. 13

27 Pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal) PRA silaksanakan pada desa/lokasi baru sebanyak 20 desa. PRA digunakan untuk identifikasi teknologi existing, mengetahui permasalahan dan upaya pemecahan permasalahan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di desa dilakukan dengan pendekatan PRA. Pelaksanaan PRA dilakukan oleh tim dengan aktifitas: - Disusun Tim yang beranggotakan multi disiplin dengan syarat memiliki bidang ilmu yang terkait dengan aspek sosial, ekonomi, agronomi dan Pasca panen. - Tim PRA untuk setiap lokasi minimal terdiri dari 3 orang. Satu orang berperan sebagai pengatur jalannya diskusi, satu orang pencatat/notulensi hasil diskusi dan satu orang lagi mengamati dominasi anggota dalam diskusi. - Jumlah tim memadai dengan jumlah grup diskusi, jumlah peserta tidak lebih dari 30 orang. - Bahan-bahan yang diperlukan disiapkan dibawa dari kantor, untuk menghindari kemungkinan tidak tersedia di lokasi di tempat PRA. Bahan utama yang harus disediakan adalah kertas karton, spidol, selotip kertas dan gunting atau curter (pemotong) dengan jumlah disesuaikan dengan jumlah grup diskusi. - Transek - Peta desa - Wawancara dengan tokoh masyarakat, petani kunci - Diagram veen - Pemaparan hasil PRA dihadiri oleh Camat, Kepala Desa, penyuluh, ketua kelompok tani, petani kunci. Implementasi Demplot, KBD di 10 Kabupaten dan Kota Kegiatan dilaksanakan di 3 Kabupaten baru dan 6 Kabupaten lama, serta di Kota Bengkulu (10 Kabupaten/Kota, 20 unit) Nara Sumber (Materi teknologi budidaya, administrasi kelompok, KBD, dan Pengolahan Hasil) Penyampaian materi dilakukan melalui pelaksanaan apresiasi, pelatihan, maupun sosialisasi. Apresiasi/sosialisasi diutamakan untuk petugas hingga pada tingkat Kabupaten. Diharapkan untuk tingkat kecamatan dan desa dapat 14

28 dilakukan secara estafet oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Untuk pelatihan PL II dan III disesuaikan dengan kebutuhan untuk masing-masing Kabupaten/Kota. Pembinaan Teknis KBD dan Kelompok di Lokasi Lama Pembinaan teknis juga dilakukan pada KBD dan kelompok di lokasi/krpl lama di 13 unit KRPL/9 Desa di 7 Kabupaten/Kota. Pembinaan meliputi monitoring perkembangan, semangat melestarikan kegiatan, dan masalah yang dihadapi. Parameter yang Diukur Jumlah unit dan KBD yang terbentuk Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga Pendapatan Rumah Tangga Jumlah produksi benih di KBI (kg) Pekarangan dan tanaman terkelola dengan baik 15

29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Koordinasi dan Sosialisasi Koordinasi intern (dalam institusi BPTP Bengkulu) dilaksanakan dalam bentuk rapat tim M-KRPL bersama kepala Balai secara rutin (bulanan), dan koordinasi insidental sesuai perkembangan kegiatan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan arahan dan pembekalan kepada anggota Tim tentang hal-hal terbaru dalam pelaksanaan kegiatan baik di tingkat Provinsi maupun tingkat nasional. Koordinasi antar institusi dilaksanakan di tingkat pusat, daerah, maupun kabupaten. Koordinasi di tingkat pusat yang telah dilaksanakan tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Kegiatan Koordinasi M-KRPL Tingkat Nasional Tahun 2012 No Kegiatan Lokasi Waktu 1 Koordinasi dengan Balit Balitklimat, Balitro Februari 2 Pelatihan perbenihan sayuran dan Balitsa Maret buah tropika 3 Raker BBP2TP Kudus Maret 4 Konsultasi dan Pelatihan di BBP2TP Bogor Juni Adapun kegiatan koordinasi di Provinsi Bengkulu maupun Kabupaten dilaksanakan dalam bentuk rapat, sosialisasi. Sosialisasi bertujuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait. Kegiatan koordinasi dan sosialisasi sangat dirasakan bermanfaat untuk mempercepat replikasi model. Sosialisasi dan koordinasi juga dilakukan terhadap sekolah-sekolah. Kegiatan yang dilakukan antara lain pelatihan, kunjungan lapang,dan magang (Tabel 3). 16

30 Tabel 3. Koordinasi Pemerintah Daerah Tahun No Kegiatan Waktu Sasaran Output 1 Koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Mukomuko Januari Kepala BP3K, Kepala Dinas Pertanian, Kesepakatan bersama BPTP bengkulu menjadi motor/innovator pelaksanaan Gelar Teknologi di lokasi Pekan Daerah Magang/prakerind siswa/i SMKN 1 Lebong Jan- Maret Siswa SMKN 1 Lebong Siswa memahami teknik budidaya tanaman sayuran di lahan pekarangan 3 Magang/prakerind siswa/i SMKN 2 Bengkulu Selatan Jan- Maret Siswa SMKN 2 Bengkulu Selatan Siswa memahami teknik budidaya tanaman sayuran di lahan pekarangan 4 Magang/prakerind Mahasiswa Universitas Dehasen Maretapril Mahasiswa Universitas Dehasen Mahasiswa memahami teknik budidaya tanaman sayuran di lahan pekarangan 5 Sosialisasi di 10 Kabupaten/Kota April- Mei BKP, Dinas Pertanian, BPP Tersampaikannya maksud dan tujuan kegiatan pada sasaran. 6 Magang/prakerind siswa/i SPPN 1 Bengkulu April- Juni Siswa SPPN 1 Bengkulu Siswa memahami teknik budidaya tanaman sayuran di lahan pekarangan 7 Pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan penyuluh pendamping P2KP se-prov Bengkulu Penyuluh pendamping P2KP Terbentuknya pemahaman penyuluh tentang konsep pemanfaatan lahan pekarangan 8 Pelatihan pemanfaatan lahan pekarang siswa SMAN 6 Bengkulu Sept- Okt Siswa SMA N 6 Bengkulu Siswa memahami teknik budidaya tanaman sayuran di lahan pekarangan 17

31 4.2. Dukungan M-KRPL dalam Pengembangan Pertanian Sektor pertanian memiliki multifungsi yang mencakup aspek produksi atau ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan petani atau pengentasan kemiskinan, dan menjaga kelestarian ingkungan hidup. Pada kegiatan M-KRPL, nilai fungsi pertanian tersebut dipertimbangkan dalam penetapan kebijakan struktur insentif sektor pertanian terutama dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Komitmen dukungan insentif melalui pemahaman peran multifungsi pertanian didefinisikan secara luas, bukan saja insentif ekonomi (subsidi dan proteksi), tetapi juga dukungan pengembangan sistem dan usaha agribisnis dalam arti luas. Pengembangan lahan pertanian abadi akan dapat diwujudkan jika sektor pertanian dengan nilai multifungsinya dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan. Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga, dan fasilitas umum dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dukungan M-KRPL dalam pengembangan pertanian perkotaan dibagi kedalam 2 kelompok model, yaitu strata I dan strata II. Model perkotaan strata I (Luas < 100 m 2 ) untuk rumah tanpa halaman dapat ditanam sayuran vertikultur tingkat 4 (bahan dari paralon atau bambu betung). Tanaman yang dapat ditanaman adalah jenis sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, daun bawang, kemangi; tanaman obat yang dapat diusahakan antara lain : kencur, jahe, kunyit. Rumah dengan halaman sempit dapat ditanam tanaman sayuran vertikultur, tanaman dalam polibag seperti : cabe, terung, tomat, dan bunga kol. Rumah yang halaman pekarangan agak luas (< 100 m2) dapat diusahakan tanaman dalam polibag maupun bertanam di bedengan misalnya : cabe, terung, tomat, dan bunga kol, kunyit, kemangi, lengkuas, jahe. Pada model perkotaan strata II (luas pekarangan m 2 ) tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang diletakkan di depan teras rumah menggunakan para-para. Halaman dengan sinar penuh dapat ditanami sayuran, buah-buahan dan obat. Sayuran yang ditanam dianjurkan dalam 18

32 bedengan ukuran 1-2 m x 4 8m tergantung ketersediaan lahan, jenis sayuran seperti : kangkung, cabai, tomat, kol bunga, terung, atau kacang panjang. Halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) : bayam, sawi, slada, kunyit, kunyit putih, jahe, kencur, lengkuas. Pada model perdesaan Strata I (luas pekarangan < 400 m 2 ) pada halaman yang sempit sampai cukup luas dianjurkan menanam dalam polibag dan bedengan. Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang, sawi diletakkan di halaman depan rumah menggunakan para-para. Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan dengan sinar penuh: kangkung, tomat, cabai, terung, atau kacang panjang; halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) bayam, sawi, slada,sledri, kunyit, kunyit putih, jahe, kencur, lengkuas. Pada model perdesaan Strata II (luas pekarangan > 400 m 2 ) tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, daun bawang, sawi diletakkan di depan teras rumah menggunakan para-para. Tanaman sayuran dan obat dalam bedengan dengan sinar penuh : kangkung, tomat, cabai, terung, atau kacang panjang; halaman dengan sinar kurang penuh (teduh) bayam, sawi, selada, seledri, kunyit, kunyit putih, jahe, kencur, lengkuas. Pada pengembangan spesifik lokasi dataran tinggi dan dataran rendah penggunaan benih disesuaikan dengan agroekosistem sehingga diharapkan pertumbuhan tanaman dapat berkembang dengan baik. Benih yang digunakan berasal dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Implementasi M-KRPL Karakteristik Lokasi dan Kooperator Kegiatan M-KRPL tahun 2013 dilaksanakan pada 2 (dua) tipe agroekosistem yaitu dataran tinggi (Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, dan Kabupaten Lebong), sedangkan agroekosistem dataran rendah di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur. Daftar lokasi seperti Tabel 4. 19

33 Tabel 4. Lokasi Kegiatan M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2013 Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah KK Kooperator (RPL) Awal Akhir Bengkulu Tengah Talang Empat Lagan Jayakarta Bengkulu Utara Hulu Palik Talang Rendah Padang Jaya Padang Jaya Kota Bengkulu Ratu Agung Lempuing Kampung Melayu Sumber Jaya Mukomuko Pondok Suguh Pondok Kandang 38 5 Air Majunto Tirta Mulya Seluma Sukaraja Sukaraja Air Periukan Sukamaju Rejang Lebong Curup Tengah Air Bang Curup Timur Air Meles Bawah Lebong Beringin Kuning Karang Dapo Lebong Atas Daneu Kepahiang Kabawetan Air Sempiang Kepahiang Tebat Monok Kaur Kaur Selatan Bandar Padang Panjang Bengkulu Selatan Manna Air Sulau Pasar Manna Batu Kuning Tabel 5. Karakteristik Sumberdaya M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2013 Lokasi Karakteristik Sumberdaya Alam Manusia Desa Talang Rendah Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara Luas wilayah Desa Talang Rendah adalah Ha dimana 70% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 30% daratan dimanfaatkan sebagai lahan persawahan. Desa Talang Rendah berada pada koordinat BT: 102 O 16,692 dan LS: 03 O 27,692. Iklim Desa Talang Rendah sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia, mempunyai iklim kemarau dan penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di Desa Talang Rendah Kecamatan Hulu Palik, yaitu padi-padi-palawija. Desa Talang Rendah mempunyai jumlah penduduk 979 jiwa, yang terdiri dari laki-laki : 471 jiwa, perempuan : 508 jiwa dan 273 KK, yang terbagi dalam 3 (tiga) wilayah dusun, dengan pendidikan sebagian besar penduduknya adalah tamat SD dan bermata pencaharian sebagai petani. 20

34 Desa Padang Jaya Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Kelurahan Lempuing Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu Kelurahan Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Luas wilayah Desa Padang Jaya ±1.550 ha dengan keadaan tanah datar sedikit berbukit/ bergelombang. Iklim Desa Padang Jaya sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di Desa Padang Jaya Kecamatan Padang Jaya. Desa Padang Jaya memiliki koordinat BT: 102 O 06,542 dan LS: 03 O 21,741 Kelurahan Lempuing memiliki topografi wilayah permukaan relief dengan permukaan tanah yang cenderung datar dan produktivitas tanah sedang-subur. Kelurahan Lempuing termasuk daerah dataran rendah, dengan ketinggian 9 m dpl, S 03 o E 102 o Tekstur tanah yang dominan adalah lempung berpasir. Luas wilayah Kelurahan Lempuing adalah 180 Ha. Kelurahan Sumber Jaya merupakan bagian dari Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu dengan luas ± 600 Ha. Kelurahan Sumber Jaya terletak pada 9 m dpl, S 03 o E 102 o Kelurahan Sumber Jaya memiliki topografi datar dan miring dengan kemiringan 10-15% dengan ketinggian antara 5-10 m dpl. Kelurahan Sumber Jaya memiliki jenis tanah 40% PMK dan 60% lempung berpasir. Luas wilayah Kelurahan Sukaraja adalah 9 Km 2 berupa dataran 80% wilayah dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan dan 20% wilayah digunakan sebagai lahan pekarangan. Kelurahan Sukaraja berada pada koordinat BT: 102 O 25,318 dan LS: 03 O 57,939. Iklim Kelurahan Sukaraja berkisar antara mm/tahun dengan rata-rata curah hujan setiap bulan 221 mm. Desa Padang Jaya mempunyai jumlah penduduk sebanyak jiwa, yang terdiri dari laki-laki : jiwa, perempuan : jiwa dan KK, yang menempati 7 (tujuh) wilayah dusun. Rata-rata pendidikan penduduk adalah tamat SMP dengan mata pencaharian petani Jumlah penduduk sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Kelurahan Sukaraja mempunyai jumlah penduduk 1604 jiwa, yang terdiri dari laki-laki : 747 jiwa, perempuan : 856 jiwa dan 455 KK, yang terbagi dalam 5 (lima) wilayah RT, sebagian besar penduduknya lulus SMP dengan mata pencaharian sebagai buruh. 21

35 Desa Daneu Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong Desa Air Sempiang Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Luas wilayah desa Daneu adalah 7000 Ha iklim desa Daneu, sebagaimana desa desa lain diwilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di desa Daneu Kecamatan Lebong Atas Jumlah penduduk Daneu 1134 jiwa terdiri dari laki laki :582 perempuan dan 552 laki- laki dengan jumlah KK 279 Desa Air Sempiang merupakan desa yang terletak di Kaki Gunung Bukit Hitam denga luas Ha dan dikelilingi oleh dua perkebunan besar, yaitu PT Trisula Ulum Mega Surya dan PT Sarana Mandiri Mukti. Desa Air Sempiang berada di wilayah dengan ketinggian ± 750 m dpl dengan cuaca di antara C dan curah hujan mm/tahun. Dari luas wilayah tersebut, 30% berupa hutan wisata alam, 60% digunakan untuk perkebunan teh, dan 10% digunakan untuk pemukiman dan pertanian rakyat. Penduduk Desa Air Sempiang berjumlah 680 jiwa, terdiri dari 365 jiwa laki-laki dan 315 jiwa perempuan (Sensus Penduduk Tahun 2010). Terbagi dalam 190 KK dengan 4 dusun. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduknya adalah tamat SD dengan mata pencaharian sebagai buruh Tahapan Pelaksanaan Implementasi M-KRPL Pelaksanaan implementasi M-KRPL terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu sosialisasi, implementasi, dan pendampingan. Sosialisasi dari masing-masing lokasi berbeda waktu pelaksanaannya, sedangkan implementasi dan pendampingannya relatif sama. Sosialisasi dan implementasi M-KRPL tersaji pada Tabel 6. Lokasi Pengembangan Model Rumah Pangan Lestari pada tahun 2013 dengan agroekosistem Spesifik Dataran Rendah dan Dataran Tinggi di 10 Kabupaten dan Kota. Agroekosistem dataran rendah di 7 Kabupaten/Kota yaitu Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma, dan Kabupaten Mukomuko. Komoditas yang digunakan adalah sayuran dataran rendah (Cabe, tomat, kol bunga, kol daun, Kacang panjang, terong, ubi jalar, ganyong, dan lain-lain). Sedangkan agroekosistem dataran rendah di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten 22

36 Rejang Lebong. Komoditas yang digunakan adalah bunga dan sayuran dataran tinggi (Bunga, bio farmaka, ubi jalar, daun bawang, seledri, cabe, selada, dan lain-lain). Tabel 6. Sosialisasi Kegiatan M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2013 Lokasi Sosialisasi Implementasi Desa Lagan Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah 25 April Nara Sumber (Materi teknologi budidaya, administrasi kelompok, Desa Talang Rendah Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara] Desa Padang Jaya Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Kelurahan Lempuing Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu Desa Pondok Suguh Kecamatan Pondok Kandang Kabupaten Mukomuko Desa Tirta Mulya Kecamatan Air Majunto Kabupaten Mukomuko Kelurahan Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong Desa Karang Dapo Kecamatan Beringin Kuning Kabupaten Lebong Desa Daneu Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong Desa Air Sempiang Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Desa Air Sulau Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Desa Batu Kuning Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan 1 Mei 20 Aprill 16 April 15 April 29 Juni 25 Agustus 21 Mei 15 Juni 29 Agustus 3 Mei 20 April 17 Maret 24 Agustus KBD, dan Pengolahan Hasil) Penyampaian materi dilakukan melalui pelaksanaan apresiasi, pelatihan, maupun sosialisasi. Apresiasi/sosialisasi diutamakan untuk petugas hingga pada tingkat Kabupaten. Diharapkan untuk tingkat kecamatan dan desa dapat dilakukan secara estafet oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Untuk pelatihan PL II dan III disesuaikan dengan kebutuhan untuk masing-masing Kabupaten/Kota. 23

37 Participatory Rural Appraisal (PRA) Pada tahun 2013, PRA telah dilaksanakan di 10 kabupaten/kota, secara ringkas hasil PRA disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Ringkasan hasil PRA di Desa Replikasi M-KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2013 No. Kabupaten Tempat dan Waktu Teknologi Existing Inovasi yang dilaksanakan 1. Kaur Kelurahan Bandar, kecamatan Kaur Selatan Mei 1. lahan pekarangan ditanami tanaman campuran 2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang ditanam tidak dipupuk, varietas asalan 4. halaman tidak dipagar 5. ternak masih diliarkan Anggota : 30 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga ) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 2. Bengkulu Selatan Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir Maret 1. lahan pekarangan ditanami tanaman campuran 2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang ditanam tidak dipupuk, varietas asalan 4. halaman tidak dipagar, ayam banyak berkeliaran ternak sapi masih jarang Anggota : 60 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 3. Seluma Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Sukaraja April 1. lahan pekarangan ditanami tanaman campuran 2. penataan komoditas masih seadanya 3. tanaman yang ditanam tidak dipupuk, varietas asalan 4. halaman sebagian dipagar, ayam, sapi, dan kambing banyak berkeliaran 5. sumber air dari sumur Anggota: 30 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 24

38 4 Bengkulu Utara Desa Talang Rendah, Kecamatan Hulu Palik April 1. lahan pekarangan ditanami buahbuahan, sawit 2. tanaman yang ditanam tidak dipupuk, varietas asalan 3. halaman sudah dipagar, ayam banyak berkeliaran 4. sumber air dari sumur, sungai Anggota : 30 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) Desa Padang Jaya, Kecamatan Padang Jaya April 1. Lahan pekarangan telah diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak ayam cukup banyak dan diliarkan 4. Halaman tidak dipagar Anggota : 30 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 5 Kepahiang Desa Air Sempiang, Kecamatan Kabawetan April 1. Lahan pekarangan telah diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak ayam cukup banyak dan diliarkan 4. Halaman tidak dipagar Anggota : 30 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 6. Bengkulu Tengah Desa Jaya Karta, Kecamatan Talang Empat 5-6 April 1. Lahan pekarangan belum diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak sapi terbatas 4. Halaman tidak dipagar Anggota: 40 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) Desa Lagan, Kecamatan Talang Empat 5-6 April 1. Lahan pekarangan telah diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak ayam cukup banyak dan diliar 4. Halaman tidak dipagar Anggota: 30 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 25

39 7. Lebong Desa Daneu, Kecamatan Lebong Atas April 1. Lahan pekarangan belum diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak sapi terbatas 4. Halaman tidak dipagar Jumlah anggota : 30 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) 8. Kota Bengkulu Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu 5-6 April 1. Lahan pekarangan telah diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak ayam cukup banyak dan diliarkan 4. Halaman tidak dipagar Anggota : 25 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung 5-6 April Sumber : laporan LO Kabupaten 1. Lahan pekarangan telah diusahakan sayuran 2. Penataan lahan masih belum tertata 3. Ternak ayam cukup banyak dan diliarkan 4. Halaman tidak dipagar Anggota : 25 Tanaman : sayuran (cabe,terung, tomat, kol bunga) Demplot (cabe,terung, tomat, kol bunga sawi, kacang panjang, bayam, kangkung, timun, pare) Untuk meningkatkan adopsi petani terhadap teknologi yang akan dilaksanakan diperlukan adanya suatu pendekatan dan pemahaman wilayah secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal) yang dilaksanakan sebelum implementasi suatu kegiatan. Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan suatu metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama masyarakat, untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multidisiplin. Dari kegiatan PRA diharapkan akan menghasilkan pemberdayaan, yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Pelaksanaan PRA ditekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan serta peningkatan kemandirian dan kekuatan internal. 26

40 Tujuan dari pelaksanaan PRA dalam kegiatan M-KRPL adalah : 1. Memperoleh gambaran kondisi eksisting dari adopsi komponen teknologi pemanfaatan lahan pekarangan. 2. Mengidentifikasi permasalahan dan kendala dalam aktifitas usahatani khususnya usahatani lahan pekarangan 3. Merumuskan strategi pembinaan, komoditas yang diminati, serta disain lahan yang akan diterapkan di setiap Desa. Hasil PRA menunjukkan bahwa semua desa belum memahami teknologi yang ditunjukkan belum tertatanya tanaman di pekarangan yang belum tersusun dengan baik, tanaman yang diusahakan masih campuran, tidak dilakukan pemupukan dan benih sayuran yang ditanam asalan, semai sendiri dari pembelian produksi di pasar. Kurangnya pemahaman terhadap komponen teknologi budidaya lahan di pekarangan merupakan permasalahan yang dominan, khususnya varietas yang cocok, penyiapan media tanam yang tepat, serta pengendalian hama/penyakit sayuran. Kurang pemahaman berarti petani masih belum mendapatkan materi yang memadai dari agen pembaharu, baik dari Generating System (Balit/Puslit Lingkup Badan Litbang Pertanian) maupun Delivery System (BPTP, SKPD, Lembaga Penyuluhan, Ditjen Teknis). Oleh karena itu peran penyuluh, materi penyuluhan dan metode penyuluhan sangat dibutuhkan. Frekuensi kehadiran penyuluh belum menjamin mampu meningkatkan pemahaman petani. Penyuluh sebagai agen pembaharu harus lebih memahami kebutuhan dan kapasitas, serta selera petani sasaran. Secara umum metode praktek di lapangan yang paling diminati oleh petani, sebaliknya penyuluh sering melakukan penyuluhan dengan cara tatap muka dan diskusi. Perpaduan antara metode penyuluhan dan frekuensi penyuluhan diyakini mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu teknologi. Bimbingan Teknis Bimbingan teknologi dilakukan melalui pelatihan teknis, apresiasi teknologi brtuijian untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan petani dalam melaksanakan teknis budidaya tanaman sayuran, pembuatan kompos,serta pembukuan kelompok (Tabel 8) 27

41 Tabel 8. Kegiatan Pelatihan, Apresiasi Teknologi Tahun 2013 No Kabupaten, Tempat 1 Bengkulu Utara, Desa Talang Rendah Desa Padang Jaya 2 Rejang Lebong, Air Bang Jenis Pelatihan Apresiasi teknologi : teknis budidaya dan pemupukan Teknis pengelolaan KBD Teknis pembuatan kompos limbah/ sampah rumah tangga Administrasi Kelompok Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman Jumlah Peserta Perempuan Laki laki 32 orang 17 orang 5 orang 2 orang 3 orang 17 orang 3 orang - 3 Bengkulu Tengah, Desa Lagan Desa Jayakarta Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman 20 orang 21 orang 5 orang 4 orang 4 Lebong, Desa Daneu 5 Mukomuko, Pondok Suguh 6 Bengkulu Selatan, Desa Air Sulau 7 Seluma, Kelurahan Sukaraja Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman, Teknis pengelolaan KBD dan pemeliharaan Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman Apresiasi teknologi : pemeliharaan tanaman Pelatihan pembuatan kompos Pelatihan teknis budidaya tanaman Apresiasi teknologi : teknis budidaya dan pemupukan Teknis pengelolaan KBD Administrasi Kelompok 18 orang 2 orang 30 orang 7 orang 25 orang 5 orang 18 orang 2 orang Pengembangan Kebun Bibit Inti (KBI) dan Ayam Kampung Unggul (KUB) unggul. KBI telah memproduksi benih sayuran (Tabel 9) dan bibit ayam kampung 28

42 Tabel 9. Produksi Benih Sayuran di Kebun Bibit Inti (KBI) NO SAYURAN JUMLAH Distribusi 1. Tomat Safira 50 gr Belum 2. Caisim (Sawi Manis) 100 gr Belum 3. Pare Belut 500 biji Belum 4. Gambas 500 biji Belum 5. Cabai Tanjung 50 gr Belum 6. Bayam Giti Merah 100 gr Belum 7. Terong Pondoh 100 gr Belum 8. Pepaya California 200 gr Belum 9. Bawang Merah 500 gr Belum 10. Ubi Jalar Beta Ubi Jalar Beta Ubi Jalar Kidal 13. Ubi Jalar RIS Perbanyakan melalui stek batang Bengkulu Utara, Kaur, Mukomuko Turunan pertama pengembangan ayam KUB melalui penetasan telur yang dilakukan dengan metode SDMC (Spectrum Dimensi Multi Chanel), yaitu melalui peranan stakeholder dan peternak ayam yang langsung diaplikasikan pada pengguna. Dimana penetasan oleh unit KBI ayam KUB BPTP Bengkulu sudah menghasilkan bibit ayam KUB sebanyak 300 ekor yang disebarkan dan dipelihara oleh sebanyak 155 ekor oleh 7 peternak di dari Kota Bengkulu (130 ekor) dan Kabupaten Bengkulu Utara (25 ekor), sisanya sebanyak 145 ekor dikembangkan unit KBI ayam KUB BPTP Bengkulu sebanyak 145 ekor. Sedangkan pengembangan ayam KUB melalui penetasan telur menggunakan pengeram langsung oleh induk ayam buras (kampung) lokal sedang mengeram milik peternak dan anak ayam yang dihasilkan langsung dipelihara dan dikembangkan peternak pemilik induk ayam, populasinya sudah mencapai 206 ekor yang dipelihara dan dikembang oleh 10 orang peternak ayam dari 3 kelurahan di Kota Bengkulu (177 ekor) dan 1 orang peternak ayam dari desa Sido Luhur Kabupaten Seluma (29 ekor). Sehingga secara keseluruhan penyebaran turunan pertama ayam KUB di Bengkulu sudah mencapai 506 ekor dari hasil penetasan telur turunan pertama menggunakan mesin penetasan telur (300 ekor) dan menggunakan induk ayam kampong lokal (206 ekor). Pembinaan Teknis KBD dan Kelompok Binaan Lama Pembinaan teknis KBD dan Kelompok binaan lama dilakukan pada KBD dan kelompok pada kegiatan Dari hasil monitoring, terjadi beberapa 29

43 penyesuaian demi keberlangsungan kegiatan. Perubahan yang terjadi tertuang pada tabel 10. Tabel 10. Perubahan lokasi KBD dan perkembangan kelompok binaan di lokasi Lama NO Kabupaten/Kota Lokasi lama Lokasi Baru Keterangan 1. Kab. Bengkulu Utara Desa Tebing Kaning 2. Kab. Seluma Pengelola Bp. Buang (KUB) 3. Kab. Bengkulu Selatan Lokasi di Desa Gunung Kembang Desa Lubuk Sahung Pengelola Bp Danuar (Sayuran) 4. Kota Bengkulu Pengelola ibu Novi Bergabung dengan KBI Lokasi lama telah mendapat bantuan dari APBD I Penyesuaian dilakukan demi keefektifan kegiatan - Tidak dilanjutkan karena keinginan petani Keinginan petani Kebun Bibit Inti (KBI) merupakan kebun bibit yang ada di BPTP untuk menyiapkan benih tanaman yang dibutuhkan Kebun Bibit Desa (KBD). Tujuan KBD adalah untuk menyiapkan bibit yang kontinyu, dan varietas terjamin sehingga dapat mempertahankan kelestarian kawasan. Hasil Survey Pengembangan RPL di Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu oleh petani dilakukan berdasarkan beberapa hal, diantaranya adalah karena hobby dan karena adanya program dari pemerintah. Petani mendapatkan informasi mengenai RPL berdasarkan beberapa sumber. Sumber informasi dan alasan mengembangkan RPL tersaji pada tabel 11. Tabel 11 menyatakan bahwa petani mendapatkan informasi tentang pengembangan RPL bersumber dari petugas (PPL) dan instansi pemerintah (BPTP, BKP, Bakorluh). Hobby merupakan alasan utama petani mengambangakan RPL, alasan lainnya adalah estetika/ keindahan, adanya program, dan membantu memenuhi kebutuhan dapur, memenuhi kebutuhan RT, mengurangi pengeluaran konsumsi RT. 30

44 Tabel 11. Sumber Informasi dan Alasan Petani mengembangkan RPL Tahun 2013 No. Kabupaten/Kota Informasi Mengembangkan RPL (%) Alasan Mengembangkan RPL (%) 1. Kota Bengkulu 37,5% dari PPL 60% dikarenakan hobby 2. Kepahiang 50% dari institusi 55% dikarenakan hobby 3. Bengkulu Selatan 100% dari PPL 75% dikarenakan hobby 4. Kaur 95% dari PPL 65% dikarenakan alasan lainnya, seperti: estetika/ keindahan, adanya program, dan membantu memenuhi kebutuhan dapur 5. Bengkulu Utara 97% dari PPL 73% dikarenakan alasan lainnya, seperti: estetika/ keindahan, adanya program, dan membantu memenuhi kebutuhan dapur 6. Seluma 65% dari PPL 60% dikarenakan hobby 7. Bengkulu Tengah 61,5% dari institusi 54% dikarenakan hobby 8. Mukomuko 36% dari institusi 57% dikarenakan alasan lainnya: memenuhi kebutuhan RT, mengurangi pengeluaran konsumsi RT 9. Lebong 70% dari institusi 85% dikarenakan hobby Petani memiliki berbagai tujuan ketika mengikuti kegiatan pengembangkan RPL. Tujuan utama petani mengembangkan RPL berdasarkan prioritasnya tersaji pada Tabel

45 Tabel 12. Tujuan Utama Petani Mengembangkan RPL di Provinsi Bengkulu Tahun No. Kabupaten/Kota Tujuan Utama Mengembangkan RPL (Berdasarkan Prioritas) 1. Kota Bengkulu 1. Menambah pendapatan keluarga 2. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 3. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 2. Kepahiang 1. Menambah pendapatan keluarga 2. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 3. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 3. Bengkulu Selatan 1. Menambah pendapatan keluarga 2. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 3. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 4. Kaur 1. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 2. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 3. Menambah pendapatan keluarga 5. Bengkulu Utara 1. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 2. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 3. Menambah pendapatan keluarga 6. Seluma 1. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 2. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 3. Menambah pendapatan keluarga 7. Bengkulu Tengah 1. Menambah pendapatan keluarga 2. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 3. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 8. Mukomuko 1. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 2. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 3. Menambah pendapatan keluarga 9. Lebong 1. Mengurangi biaya untuk membeli kebutuhan pangan 2. Meningkatkan ketersediaan pangan keluarga 3. Menambah pendapatan keluarga 32

46 Salah satu prinsip utama pengembangan KRPL adalah mendukung upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. Pada kegiatan m-krpl tahun 2013 ratarata penambahan pendapatan anggota kelompok kegiatan m-krpl sebesar Rp ,00 Inovasi yang Didiseminasikan Dalam kegiatan M-KRPL tahun 2013 terdapat beberapa inovasi yang didiseminasikan antara lain: 1. Inovasi penyiapan media Teknis pembuatan kompos dari kotoran ternak (puyuh, sapi, kambing, dan sampah rumah tangga) Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan. Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran ternak perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah : 1) bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, 2) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, 3) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, 4) kotoran ternak tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk (Peni Wahyu Prihandini dan Teguh Purwanto, 2007). 33

47 Teknis pencampuran media semai Media semai adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman, persyaratan media yang baik adalah ringan, tidak mahal, seragam dan tersedia, media yang selama ini umum digunakan di tempat-tempat persemaian adalah lapisan tanah atas. Selain itu penggunaan lapisan tanah atas dalam skala besar dapat mengakibatkan pengikisan secara meluas dan merusak lingkungan (Kostantina Rumpaidus, 2009). Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Teknis pencampuran media tanam Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam dengan perbandingan 2:2:1 (ukuran karung, atau gerobag dorong, bukan kilo gram). Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam media tanam seperti polibag, bambu vertikultur hingga penuh. Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan bernafas, dan tidak 34

48 terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban. 2. Inovasi Komoditas yang didiseminasikan adalah sayuran dataran rendah dan dataran tinggi: Teknologi budidaya sayuran secara vertikultur Istilah vertikultur sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan. Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga atau para-para, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindahpindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai 35

49 melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas. Teknologi budidaya sayuran di Polibag Hampir semua jenis tanaman Hortikultura dan yang berumur pendek dapat ditanam di dalam polibag. Produktivitas buah/hasil tidak berbeda jauh dengan yang ada di lahan, begitu pula mutu produk. Bertanam di Polibag merupakan alternative pemecahan masalah bila kita memerlukan konsumsi segar buah/sayuran daun. Pemilihan polibag sebagai wadah tanam untuk budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dimilikinya seperti, harga murah, tahan karat, tahan lama, ringan bentuk seragam, tidak cepat kotor dan mudah diperoleh pada toko Saprodi, toko Plastik. Selain itu sangat baik untuk drainase, aerasi sehingga tanaman dapat tumbuh subur seperti dilahan. Penentuan ukuran Polibag yang cocok untuk pertumbuhan tanaman diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam penggunaan media dan nutrisi. Keuntungan Pemakaian Polibag Biaya lebih murah untuk pembelian Polibag bertanam dibandingkan Pot Mudah dalam perawatan Pengontrolan / pengawasan per individu tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti serangan hama/penyakit, kekurangan unsur hara Tanaman terhindar dari banjir, tertular hama / penyakit. Polibag mampu di tambahkan bahan organik/pupuk kandang sesuai takaran Menghemat ruang dan tempat penanaman Komposisi media tanam dapat diatur Nutrisi yang diberikan dapat langsung diserap akar tanaman Dapat dibudidayakan tidak mengenal musim Sebagai Tanaman Obat dan Tanaman Hias di Pekarangan/Teras. 36

50 Kerugian Polibag mempunyai daya tahan terbatas ( maksimal 2-3 tahun) atau 2-3 kali pemakaian untuk media tanam Kurang cocok untuk usaha skala besar Produktivitas tidak masikmal dibandingkan pada lahan Media tanam akan terkuras / berkurang unsur organik dan media lainnya. Berat kalau dipindah ketempat yang jauh Teknologi budidaya sayuran di bedengan Untuk lahan pekarangan : lahan diolah sedalam cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm). 3. Inovasi Kebun Bibit Desa (KBD) Ukuran KBD yang dianjurkan berukuran 3 x 5 m dan tinggi 2,5 m dengan bahan baku kayu dan atap plastik putih bening. Dalam perkembangannya ada yang membuat dengan ukuran lebih besar sesuai kebutuhan kelompok. Disamping rumah bibit, juga diinovasikan rak bibit, pengairan, dan pembibitan. 4. Inovasi Kebun Bibit Inti (KBI) KBI di bangun di BPTP dengan tujuan menyiapkan bibit untuk KBD, sarana pembelajaran/kunjungan siswa, petani, dan petugas. KBI dibangun 2 unit dengan bahan baku dari kayu sebagai contoh rumah bibit sederhana berbiaya murah dan rumah bibit dengan bahan baku besi. 5. Inovasi irigasi tetes Sebagai antisipasi musim kemarau panjang dan efisiensi untuk menyiram juga diperkenalkan inovasi irigasi tetes yaitu irigasi untuk polibag, irigasi untuk bedengan di tanah dan irigasi untuk persemaian. 37

51 PERAN KELEMBAGAAN Dukungan antar lembaga merupakan hal mutlak yang sangat dibutuhkan guna mendukung keberlanjutan kegiatan M-KRPL. Sinergi antar lembaga dilaksanakan berdasarkan program atau kegiatan masing-masing lembaga yang tujuan akhirnya sama yaitu menuju ketahanan pangan. Dukungan kelembagaan yang terjalin pada tahun 2013 adalah bersama Salimah. Secara umum, tujuan dari pengembangan kerjasama pengembangan KRPL bersama pemangku kebijakan (stakeholders) adalah mempercepat pemanfaatan produk-produk unggulan Kementerian Pertanian, khususnya Badan Litbang Pertanian kepada masyarakat. Secara khusus, tujuan kegiatan ini adalah: 1. Bersinergi dalam mempercepat pelaksanaan Program Ketahanan Pangan Nasional, melalui pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL). 2. Memberikan pengetahuan teknik pengembangan dan replikasi KRPL. 3. Mengembangkan ekonomi produktif keluarga, hingga mampu meningkatkan kesejahteraan danmenciptakan lingkungan hijau, bersih, dan sehat secara mandiri Pengembangan Jejaring Kerjasama antar M-KRPL/KRPL dan Stakeholders Sinergi jejaring kerjasama dalam rangka pengembangan M-KRPL/KRPL dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan koordinasi, sosialisasi, pendampingan, advokasi, dan supervisi bersama kepada masyarakat melalui KRPL sesuai dengan tupoksi masing-masing instansi, melakukan promosi, gelar dan gerakan tentang KRPL. Dukungan Pemerintah Daerah berupa: 1. Kebijakan terkait pengembangan KRPL, berupa instruksi maupun gerakan. 2. Anggaran APBD I dan APBD II melalui program P2KP. 3. Natura, baik berupa bantuan berbagai benih/bibit tanaman, ikan, ternak. 4. Memberdayakan penyuluh lapang dalam upaya mendampingi ptlaksanaan di tingkat RPL 38

52 4.5. Pembelajaran dan Keberlanjutan KRPL Pelaksanaan KRPL harus memahami bahwa partisipasi dan dukungan pihak lain sangat diperlukan dalam pengembangan KRPL, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi kegiatan. Konsep lestari adalah suatu kegiatan atau usaha bersama pemanfaatan pekarangan keluarga, berjalan secara simultan dan berkembang dalam arti jumlah pengikutnya terus bertambah baik dari warga sekitarnya sampai warga luar desa atau luar kecamatan (Mardiharini, 2013). Pada awal pelaksanaan KRPL di suatu wilayah, semangat anggota kelompok terlihat sangat baik, untuk menjaga supaya semangat awal tersebut tidak luntur dibutuhkan beberapa hal, diantaranya adalah: 1. Pengembangan KRPL merupakan kebutuhan masyarakat dan stakeholder setempat. Pemilihan lokasi kegiatan dilakukan secara partisipatif, sehingga kegiatan yang direncanakan merupakan kebutuhan anggota. 2. Tersedianya benih/bibit/media/sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan. Pemenuhan benih/bibit/media/sarana produksi membutuhkan kelembagaan kebun bibit desa (KBD)/kebun bibit induk (KBI) yang memadai. KBD/KBI yang memadai akan membantu kelangsungan siklus atau rotasi tanaman. Untuk itu, penguatan manajemen dan pengelolaan KBD/KBI sangat dibutuhkan. Komoditas yang disediakan oleh KBD/KBI harus sesuai dengan kebutuhan dari aspek jenis tanaman, volume dan waktu dibutuhkan. 3. Tersedianya lembaga pengelolaan hasil dan pemasaran (Tabel 11). Lembaga pengolahan hasil dan pemasaran sangat dibutuhkan untuk menampung kelebihan produksi. Proses pengolahan hasil akan meningkatkan nilai tambah produk dan memberikan peluang diversifikasi produk, sekaligus membuka jaringan pasar yang lebih luas. Untuk itu, keterkaitan antara lembaga pengolahan hasil dan pemasaran sangat dibutuhkan. Ketersediaan pasar yang memadai, mengakibatkan produk-produk olahan akan mudah diserap oleh pasar, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 39

53 Tabel 13. Kelembagaan dalam KRPL Provinsi Bengkulu Tahun 2013 No Lokasi/Desa Kelembagaan yang berjalan Keterangan 1. Harapan MAkmur Unit pengolahan hasil Unit pemasaran Aktif Temporer 2. Arga Indah Unit Pemasaran Aktif 3. Lempuing Unit pengolahan hasil Unit pemasaran Aktif Aktif 4. Tebat Monok Unit Pemasaran Aktif 5. Sukaraja Unit Pemasaran Aktif 6. Tebing Kaning Unit Pemasaran Aktif 4. Adanya dukungan lembaga permodalan. Dukungan lembaga permodalan juga menjadi titik ungkit lekestarian dan keberlanjutan KRPL, khususnya untuk menjamin keberlangsungan produksi setelah bantuan dari pemerintah berakhir. Link dengan lembaga permodalan, bisa diwujudkan melalui koperasi unit desa, lembaga keuangan mikro di desa, atau dengan lembaga keuangan perbankan. 40

54 V. KESIMPULAN 1. Terbentuknya 20 unit M-KRPL spesifik dataran rendah dan dataran tinggi di 10 Kabupaten/Kota 2. Keterampilan petani bertambah baik terlihat dari perubahan penataan lahan pekarangan setiap anggota/kelompok sasaran, serta mampu memenuhi kebutuhan sayuran, pangan alternatif untuk konsumsi sendiri. 3. Kebun Bibit Inti (KBI) telah memproduksi benih sayuran untuk keberlanjutan KBD dan Rumah Pangan Lestari (RPL) 4. Terbentuknya KBD di setiap Desa cukup mampu memotivasi anggota untuk menanam kembali, sehingga keberlanjutan usaha masih dalam proses. 41

55 DAFTAR PUSTAKA Astuti.UP, dkk Laporan Akhir Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Provinsi Bengkulu TA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu. Astuti.UP, dkk Laporan Tengah Tahun: Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Provinsi Bengkulu TA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu. Anonim, Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kementerian Pertanian dan Solidaritas Istri cabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Jakarta. Alice, M. and D. Foeken Urban Agriculture, Food Security snd Nutrition in Low Income Areas of The City of Nairobi, Kenya. Afncan Urban Quarterly, (2 and 3) pp by Afncan Urban Quarterly Ltd Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Bahan Presentasi Rakorbang. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Bengkulu. BPS Provinsi Bengkulu Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu, Bengkulu. Badan Litbang Pertanian, Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta. Bakker, N., Dubbeling, S., Guendel, U., Sabel-Koschella and H. de Zeeuw (2000), "Growing Cities, Growing Food - Urban Agriculture on the Policy Agenda", DSE, Eurasburg, Germany Haletky,N. and O. Taylo Urban Agriculture as a Solution to Food Insecurity: West Oakland and People s Grocery. Urban Agriculture in West Oakland Kostantina Rumpaidus Pengaruh Media Dan Ukuran Anakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kualitas Sapihan Arwob (Dodonea Sp). Universitas Negeri Papua. Papua. Mardiharini Maesti, Sudarmadi Purnomo, Vyta Wahyu Hanifah, Harmi Andrianyta Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-krpl) dan Sinergi Program TA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta. Peni Wahyu Prihandini dan Teguh Purwanto Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Jakarta Pinderhughes, R Alternative Urban Futures: Planning for Sustainable Development in Cities Throughout the World. Lanham, Boulder, New York, Toronto, Oxford: Rowman & Littleield Publishers. 42

56 Rahayu,M dan Raharjono Prawiro Atmojo Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi. Jurnal Teknologi Lingkungan.P3TL, BPPT 6 (2) : Rihastuti. DD Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumaryanto Makalah Seminar Hari Pangan Sedunia di Jakarta pada Tanggal 1 Oktober

57 ANALISIS RESIKO Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan. Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif. NO. RESIKO PENYEBAB DAMPAK 1. Kegiatan di lapangan kurang lancar Kurangnya koordinasi dengan stakeholders 2. Tanaman kerdil - Pengetahuan mengendalikan hama/penyakit kurang - Terjadi serangan hama dan penyakit 3. Replikasi model lambat - Terbatasnya anggaran - Masyarakat kurang berminat membeli bibit di KBD 4. Gagal panen - Ternak diliarkan - Frekuensi penyiraman berkurang karena Kekeringan, sumber air jauh - Perkembangan model lambat - Gagal panen - M-KRPL tidak berhasil - Pendapatan berkurang - Konsumsi masyarakat berkurang Resiko yang akan timbul dalam pelaksanaan M-KRPL harus diantisipasi sehingga tujuan kegiatan tahun 2013 dan keluaran yang diharapkan dapat tercapai. 44

58 Alternatif Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan M-KRPL Tahun 2013 NO. RESIKO PENYEBAB PENANGANAN 1. Kegiatan di lapangan kurang lancar Kurangnya koordinasi dengan stakeholders - Keterlibatan penyuluh pendamping lebih intensif, peningkatan koordinasi dengan BKP, Dinas Pertanian, 2. Tanaman kerdil 3. Replikasi model lambat - Pengetahuan mengendalikan hama/penyakit kurang - Terjadi serangan hama dan penyakit - Terbatasnya anggaran - Masyarakat kurang berminat membeli bibit di KBD 4. Gagal panen - Ternak diliarkan - Frekuensi penyiraman berkurang karena Kekeringan, sumber air jauh Bapeluh - Meningkatkan intensitas pendampingan dari LO di masing-masing Kabupaten/kota - Koordinasi dengan petugas POPT setempat - Kerjasama sumber modal (BI, Jasa Raharja) - Pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan (Badan Pemberdayaan Perempuan, Bakorluh) - Selama 2 tahun KBD membagikan bibit/gratis (BPTP, BKP) - Pemberlakuan PERDA, dukungan aparat desa (Pemda) - Membuat penampungan - Mengembangkan teknologi tetes 45

59 No Uraian JADWAL KERJA Bulan dalam Tahun Penyusunan dan X X X penyempurnaan RDHP, RODHP, Juklak Seminar RODHP X 2. Persiapan (pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok sasaran, pertemuan, koordinasi dengan instansi terkait) X PRA X X X 3. Penentuan lokasi petani X X kooperator 4. Pembentukan kelompok X 5. Sosialisasi X X 6. Penguatan kelembagaan kelompok X 7. Perencanaan X X (Pengelompokan lahan pekarangan, pemilihan komoditas, penyusunan rancang bangun/model KRPL, pembuatan Kebun Bibit Desa) 8. Pelaksanaan Teknis budidaya (Pengolahan lahan, tanam, panen) X X X X X X X X 9 Survey adopsi, persepsi, konsumsi pangan X X X X 10 Monitoring dan evaluasi X X X 11 Tabulasi data dan X X analisis data 12 Pelaporan X X X X X X X X X X X 13 Seminar X 46

60 PEMBIAYAAN A. RENCANA ANGGARAN BELANJA (RAB) No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan (Rp.000) Jumlah (Rp.000) 1 Belanja Bahan (521211) ATK, komputer suply dan pelaporan 1 paket Bahan saprodi dan pendukung lainnya (10 Kabupaten/Kota) 1 paket Bahan saprodi dan pendukung lainnya KBI 1 paket Bahan dan pendukung lainnya KBD (baru) 20 unit Bahan dan pendukung lainnya KBD (6 kabupaten lama) 1 pekat Konsumsi pertemuan 100 OH Bahan informasi, papan merk, CD 1 paket Honor Output Kegiatan (521213) Honor petugas lapang KBD, KBI, petugas lapang di 10 Kab/Kota 400 OH UHL petani, petani KBD baru dan lama 1797 OH Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219) Akomodasi dalam rangka PRA, pelatihan 10 kali Belanja Jasa Profesi (522151) Narasumber, pengarah, evaluator 4 OJ Pembuatan disain produk, media 1 paket Belanja Perjalanan Transport Dalam Kota (524113) Pengganti transport petugas lapang 200 OH Belanja Perjalanan Lainnya (524119) Perjalanan daerah 753 OH Perjalanan luar propinsi 10 OP Total

61 B. REALISASI ANGGARAN No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran (Rp) Persentase Keuangan (%) Persentase Fisik (%) 1 Belanja Bahan , Honor Output Kegiatan , Belanja Barang Non Operasional Lainnya , Belanja Jasa Profesi , Belanja Perjalanan Transport Dalam Kota Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 7 Belanja Perjalanan Lainnya , Total ,

62 PERSONALIA NO NAMA/NIP JABATAN DALAM KEGIATAN 1 Dr. Umi Pudji Astuti Dr. Wahyu Wibawa Ir. Eddy Makruf Ir. Ruswendi, MP Ir. Siswani DD Wilda Mikasari, M.Si Penanggung Jawab RDHP Anggota Anggota / Penanggung jawab KBD di 10 Kab dan Kota, pembibitan buah-buahan dan umbiumbian di KBI Anggota/Penan ggung jawab teknis ternak ayam Anggota Penanggung Jawab teknis Pengolahan hasil URAIAN TUGAS Mengkoordinir kegiatan mulai perencanaan, penyusunan RODHP, Juklak, pelaksanaan lapangan, pelaporan, dokumentasi, koordinasi dengan stakeholders Membantu melaksanakan kegiatan koordinasi, penyusunan Juklak/ juknis, pelaksanaan Nara sumber Membantu melaksanakan kegiatan (penyusunan Juklak/juknis, pelaksanaan Nara sumber, KBI dan KBD Merencanakan kebutuhan sarana produksi, disain KBD Merencanakan produksi bibit buah-buahan dan umbiumbian di KBI Merencanakan dan menyaipkan teknis pembibitan buah-gbuahan dan umbiumbian Membantu melaksanakan kegiatan penyusunan Juklak/juknis peternakan di KBI dan KBD Membantu merencanakan kebutuhan sarana produksi, disain kandang di KBD Menghasilkan/ produksi bibit ayam KUB untuk KBD Membantu pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pendampingan Membantu pelaksanaan teknis pengolahan hasil Membantu melaksanakan kegiatan penyusunan Juklak/juknis pengolahan hasil dan pengemasan untuk anggota RPL Membantu koordinasi pemasaran hasil AL WAKTU (%)

63 NO NAMA/NIP JABATAN DALAM KEGIATAN 7 Yahumri, SP Bunaiyah H, SP LO Kab Kaur, Kab Bengkulu Selatan LO Kota Bengkulu dan Kab. Kepahiang URAIAN TUGAS Membantu menyiapkan teknis budidaya Merencanakan kegiatan teknis di lapangan, mentukan petani demplot dan pengelola KBD Melaksanakan kegiatan teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data, analisis data Menyusun laporan kegiatan di Kab Kaur dan Bengkulu Selatan Membantu menyiapkan teknis budidaya Merencanakan kegiatan teknis di lapangan, mentukan petani demplot dan pengelola KBD Melaksanakan kegiatan teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data, analisis data Menyusun laporan kegiatan di Kab Kepahiang dan Kota Bengkulu AL WAKTU (%) Tri Wahyuni, S.Si LO Kab Bengkulu Utara, LO Kab. Seluma Membantu menyiapkan teknis budidaya Merencanakan kegiatan teknis di lapangan, mentukan petani demplot dan pengelola KBD Melaksanakan kegiatan teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data, analisis data Menyusun laporan kegiatan di Kab Seluma dan Bengkulu Utara Taupik Rahman, S.Si LO Kab Lebong dan Rejang Lebong Membantu menyiapkan teknis budidaya Merencanakan kegiatan teknis di lapangan, mentukan petani demplot dan pengelola KBD Melaksanakan kegiatan teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data dan analisis Menyusun laporan kegiatan di Kab Lebong dan Rejang Lebong 20 50

64 NO NAMA/NIP JABATAN DALAM KEGIATAN 11 Jhon Firison, S.Pt Lo Kab Mukomuko dan Bengkulu Tengah URAIAN TUGAS Membantu menyiapkan teknis budidaya Merencanakan kegiatan teknis di lapangan, mentukan petani demplot dan pengelola KBD Melaksanakan kegiatan teknis, pelatihan, PRA, pengumpulan data dan analisis Menyusun laporan kegiatan di Kab Mukomuko dan Bengkulu Tengah AL WAKTU (%) Waluyo, A.Md Teknisi Membantu melaksanakan kegiatan teknis Display di lokasi kantor Membantu kegiatan LO di Kab Lebong dan Rejang Lebong Johan Syafri, A.Md Teknisi Membantu pelaksanaan teknis budidaya, Display bibit sayuran dan bunga di lingkungan Kantor Membantu kegiatan LO di Kab Seluma dan Bengkulu Utara Robiyanto Teknisi Membantu melaksanakan kegiatan teknis KBI, Membantu kegiatan LO di Kab Kaur dan Bengkulu Selatan Heryan Iswandi Teknisi Membantu pelaksanaan teknis pemeliharaan buah-buahan, longyam dan KUB Membantu kegiatan LO di Kab Mukomuko dan Bengkulu Tengah Sri Hartati A Administrasi Keuangan Menyiapkan administrasi keuangan (RPD, Rencana pengajuan bahan dan memproses ke PUMK) Membantu kegiatan LO di Kota dan Kab Kepahiang 15 51

65 LAMPIRAN 52

66 Lampiran 1. Dokumentasi pelaksanaan Hunting Lokasi Baru Hunting Lokasi di Desa Talang Rendah Hunting lokasi di Desa Padang Jaya Hunting Lokasi di Kelurahan Sukaraja Hunting Lokasi di Desa Air Sulau Hunting lokasi di Desa lagan Hunting lokasi di Kelurahan Sumberjaya Hunting lokasi di Kab. Lebong Hunting lokasi di Kab. Kaur 53

67 Lampiran 2. Dokumentasi Pelaksanaan PRA Pelaksanaan PRA di Kab. Kaur Pelaksanaan PRA di Kab. Bengkulu Tengah Pelaksanaan PRA di Kab. Kepahiang Pelaksanaan PRA di Kota Bengkulu Pelaksanaan PRA di Kab. Lebong Pelaksanaan PRA di Kab. Rejang Lebong Pelaksanaan PRA di Kab. Seluma Pelaksanaan PRA di Kab. Bengkulu Utara 54

68 Lampiran 3. Dokumentasi Pelaksanaan Bimbingan Teknis Bimbingan Penyemaian di Kab. Bengkulu Tengah Bimbingan penyemaian di Kab. Kepahiang Bimbingan penyemaian di Kab. Lebong Bimbingan pembuatan KBD di Kab. Rejang Lebong Bimbingan budidaya di Kab. Bengkulu Utara Bimbingan penyemaian di Kab. Seluma Bimbingan penyemaian di Kab. Bengkulu Selatan Bimbingan pembenihan di Kab. Bengkulu Utara 55

SELAYANG PANDANG. KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU

SELAYANG PANDANG. KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU SELAYANG PANDANG KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Bengkulu dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

KODE: 26 / /011/E/RDHP/2013 PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROVINSI BENGKULU

KODE: 26 / /011/E/RDHP/2013 PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROVINSI BENGKULU KODE: 26 /1801.018/011/E/RDHP/2013 PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Ir. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 LEMBAR PENGESAHAN 1.

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TAHUN 2012

LAPORAN AKHIR TAHUN 2012 KODE: 26/1801.019/011/D/RODHP/2012 LAPORAN AKHIR TAHUN 2012 MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI BENGKULU TA 2012

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI BENGKULU TA 2012 RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) DI BENGKULU TA 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari

Lebih terperinci

No. Kode: RDHP /022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU. Oleh : Umi Pudji Astuti

No. Kode: RDHP /022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU. Oleh : Umi Pudji Astuti No. Kode: 26.06.RDHP1801.19/022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Oleh : Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU

KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU Ir. Abdul Fattah, MP, dkk I.Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah Pendahuluan Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan hayati yang sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman pangan,

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 1 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.019/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL ROPP

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU

PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU KODE: 26/1801.018/011/C/RDHP/2013 PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU Dr. Umi Pudji Astuti,MP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO Cahyati Setiani, Iswanto, dan Endang Iriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email: cahyati_setiani@yahoo.com

Lebih terperinci

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu dibangun dari kumpulan rumah tangga agar mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.018/011/E/JUKLAK/2013

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2 KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2 PENDAHULUAN Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 42 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Provinsi Lampung merupakan penghubung utama lalu lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 kota. Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. Refliaty dan Endriani Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG Oleh : Ir. Ruswendi, MP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

MINAT PETANI DALAM BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Umi Pudji Astuti dan Tri Wahyuni

MINAT PETANI DALAM BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Umi Pudji Astuti dan Tri Wahyuni MINAT PETANI DALAM BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Umi Pudji Astuti dan Tri Wahyuni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Kota Bengkulu 38119 Surel: umy_shadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.

sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya. 1 ngin segar perubahan muncul ketika tim BPTP Lampung yang A sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH

MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah

Lebih terperinci

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Neneng Ratna, Erni Gustiani dan Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Bunaiyah Hnrita Balai Pengkajian Teknlgi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan baik pada tingkat rumah tangga, nasional, regional, maupun global merupakan salah satu wacana yang sering muncul dalam pembahasan dan menjadi sebuah

Lebih terperinci

KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal)

KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal) KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal) Joko Pramono, Muryanto, dan Agus Sutanto Balai Pengkajian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi 2.1.1 Pengertian partisipasi Menurut Rodliyah (2013) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi dalam situasi kelompok sehingga dapat dimanfaatkan sebagai motivasi

Lebih terperinci

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Sulawesi Selatan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Sulawesi Selatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Sulawesi Selatan BASO ALIEM LOLOGAU, dkk ABSTRAK Luas lahan pekarangan di Kabupaten Bantaeng sekitar 2.021 ha atau 5,10% dari

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH. Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) KOTA SUNGAI PENUH Trias Novita, Hanibal dan M. Sugihartono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Kegiatan program Ipteks Bagi Wilayah (IbW) Kota Sungai Penuh

Lebih terperinci

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam.berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi

Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi PENATAAN PEKARANGAN UNTUK MENINGKATKAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi Kasus KRPL Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi) Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi Balai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN RUMAH KACA DI BPTP BENGKULU

LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN RUMAH KACA DI BPTP BENGKULU LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN RUMAH KACA DI BPTP BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha mencukupi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat E-mail: artidjatiharti@gmail.com Abstrak Model Kawasan Rumah Pangan

Lebih terperinci

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN

PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Widya Sari Murni dan Rima Purnamayani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota Bukittinggi, Maret 2016 BIDANG PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP)

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Menurut Hartono, dkk. (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmaja (2005), Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tersedianya data dan informasi yang memberi gambaran akurat tentang potensi wilayah sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan bagi Pemerintah kalangan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Rakhmat, dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT

PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT RENCANA DESIMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT. Peneliti Utama Y Ngongo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) DEMFARM

RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) DEMFARM RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) DEMFARM YONG FARMANTA, SP, MSi BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RDHP : Demfarm 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA PROBOLINGGO DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib menjalankan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman AN BALAI BESAR

Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman AN BALAI BESAR LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN DHARMASRAYA Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman Syamsurizal KEMENTERIAN PERTANIA AN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA Isti Khomah 1, Rhina Uchyani Fajarningsih 2 1,2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta Email: istikhomah071@yahoo.com

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi

Lebih terperinci

Mengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari

Mengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari 1 Mengenal KRPL Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci