BAB I PENDAHULUAN. Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, karena didalamnya terdapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, karena didalamnya terdapat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat mengatur kehidupan manusia dan yang menjadi panutan bagi tingkah laku manusia. Agama di dalam masyarakat mempunyai fungsi sosial. Menurut Emile Durkheim, agama melestarikan masyarakat, memberikan nilai bagi manusia, menanamkan dasar bagi manusia untuk bertingkah laku. Di dalam ritus pemujaan, masyarakat mengukuhkan kembali dirinya dalam perbuatan simbolin yang menapakkan sikapnya, yang dengan itu memperkuat sikap yang dianut bersama dan pada gilirannya memperkuat masyarakat itu sendiri. Menurutnya, ritus merupakan sarana bagi kelompok sosial secara periodik untuk mengukuhkan kembali dirinya. 1 Secara sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan dan keahlian tidak berhasil memberikan memberikan sarana adaptasi atau mekanisasi penyesuaian yang dibutuhkan. Dari sudut pandangan teori fungsional, agama menjadi penting karena agama mempunyai fungsi menutupi unsurunsur pengalaman manusia yang terbatas. 1 Hotman M. Siahaan Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1

2 Salah satu fungsi dari agama adalah memberikan nilai bagi masyarakat, dan nilai keagamaan tersebut memainkan peranan yang penting dalam masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa pengajaran agama merupakan bagian penting dalam pendidikan pada semua masyarakat dan bahwa pengajaran ini dilaksanakan pada saat nilai-nilai pribadi tersebut sedang dalam proses pembentukan seseorang, paling tidak menjamin adanya konsistensi antara nilai-nilai individu dengan nilai-nilai keagamaan. Penanaman nilai-nilai keagamaan itu dapat dilakukan di dalam institusi (lembaga) keagamaan. Setiap agama memiliki institusi untuk mengatur kehidupan umatnya. Agama Kristen Protestan memiliki sebuah lembaga (institusi) yang disebut dengan gereja. Gereja berasal dari bahasa Protugis (igreja), yang berasal dari bahasa Yunani (Ekklesia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia). 2 Dengan kata lain gereja adalah adalah kumpulan semua orang yang percaya yang dipanggil Allah keluar dari kegelapan untuk bersekutu dengan Dia dan sesamanya di dalam Yesus Kristus. Dalam arti yang terbatas gereja diartikan sebagai gedung atau tempat diadakannya kebaktian pada Hari Minggu. Hal pengaruh Gereja dalam politik adalah hal yang masih tabu untuk diakui institusi-institusi gereja pada masa lampau. Sejalan dengan perkembangan zaman itu, pengertian terhadap politik pun berubah. Telah lama gereja-gereja, termasuk gereja- 2 diakses pada tanggal 8 April 2016 Pukul WIB 2

3 gereja di Indonesia melihat politik sebagai bidang pelayanan yang tidak boleh diabaikan. Gereja harus terlibat di dalam pelayanan tersebut, sebab pertuanan Yesus mencakupi segala sesuatu, demikian keyakinan gereja. Tentu saja ini bukan pandangan baru sama sekali, sebab sudah di dalam Alkitab dan tulisan-tulisan bapabapa gereja belakangan kita menemukan ajakan untuk terlibat di dalam politik. Maka ketika gereja (dan orang Kristen) sekarang melibatkan diri di dalam politik, kita mesti berkata mengenai penemuan kembali tugas yang selama ini diabaikan. Barangkali bisa juga disebut penafsiran kembali terhadap amanat Kitab Suci yang selama ini dikaburkan oleh adanya sikap apriori terhadap politik itu. Namun demikian, tetaplah perlu untuk mengklarifikasi pengertian politik itu sendiri. Apa sesungguhnya yang dimaksud apabila di dalam Yeremia 29:7 misalnya ada ajakan untuk mengusahakan kesejahteraan kota ke mana Tuhan membuang umat-nya, dan berdoa bagi kota itu, sebab kesejahteraannya adalah pula kesejahteraan umat Tuhan. Mengusahakan kesejahteraan dan berdoa bagi kota adalah tindakan politik yang memperlihatkan kemampuan umat untuk hidup bersama di dalam kota. Ingat bahwa istilah politik yang kita warisi sekarang adalah jabaran kata yang berasal dari bahasa Yunani/Latin: polis. Atau ketika rasul Paulus mengajak umat Tuhan di kota Roma untuk taat kepada Pemerintah, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari 3

4 Allah, dan ditetapkan Allah (Roma 13), maka itulah sikap politik sebab Pemerintah di sini dianggap sebagai pengemban amanat untuk mengurus kota ( negara). 3 Gereja Kristen Protestan tidak hanya terdiri dari satu gereja saja seperti gereja Katolik, tetapi terdiri dari banyak denominasi gereja. Gereja Kristen Protestan di kota Medan ini sangat banyak, seperti gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Banua Niha Keriso Protestan (BNKP), Gereja Methodist Indonesia (GMI), Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gereja Pentakosta di Indonesia (Gpdi), dan masih banyak yang lainnya. Dalam penelitian ini dengan keterbatasan penulis dalam meneliti pengaruh-pengaruh Gereja dalam bidang politik maka penulis memilih gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Kota Medan yang menjadi fokus penelitian. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) tidak terlepas dari tokoh yang membawa agama Kristen Protestan pertama kali ke Tanah Batak yaitu, Ompu i Pdt Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Nommensen menjalani hidupnya di Tanah Batak sealama 56 tahun (dan hanya 27 tahun di Eropa). Penganugerahan sebutan Ompui membuatnya sejajar dengan Raja Sisingamangaraja yang sangat dihormati secara 3 diakses pada tanggal 10 April 2016 pada pukul WIB 4

5 kulturak dan spiritual pada zamannya. 4 Awal berdiri gereja Huria Kristen Batak Protestan itu sendiri dibawa oleh 2 misionaris dari Jerman, yaitu Pdt. Heine, dan Pdt. Klemmer; serta 2 misionaris Belanda yaitu, Pdt. Betz dan Pdt. Asselt. Pada tanggal 7 Oktober 1861, mereka melakukan rapat penyerahan injil dan hari tersebut dianggap dengan lahirnya Gereja HKBP di Tanah Batak. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) memiliki pemimpin Gereja yang di sebut dengan istilah Ephorus. Seperti halnya Katolik yang mempunyai pemimpin seorang Paus, HKBP menjadikan Ephorus adalah pemimpin dari gereja Huria Kristen Batak Protestan. Dengan adanya pemimpin dalam suatu institusi atau lembaga, maka jelas bahwa terdapat kekuasaan di dalamnya yang berhubungan dengan hal-hal politik. Dimana, kekuasaan adalah salah satu unsur dari ilmu politik. Hal ini berhubungan dengan pendektatan institusional pada konsep kekuasaan.pendekatan institusional dalam ilmu politik mencakup gejala gejala sosial yang ada pada organisasi keagamaan, organisasi kemahasiswaan, serikat buruh, atau kaum militer. 5 Struktur Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Indonesia dinamakan dengan wilayah Distrik. Di Indonesia HKBP memiliki 28 Distrik ditambah dengan 3 Gereja yang berada di Amerika Serikat. Di kota Medan wilayah Gereja HKBP meliputi Distrik Medan-Aceh dan perwilayah dibagi dengan sistem resort. Dimana 83 resort yang ada di Distrik Medan-Aceh. Di kota Medan memiliki 55 resort, 4 Patar Pasaribu Dr. Ingwer Ludwig Nomensen Apostel di Tanah Batak. Medan: Universitas HKBP Nommensen. 5 Miriam Budiardjo.2010.Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Hal.18. 5

6 sedangkan sisanya tersebar di Kabupaten Deli Serdang dan juga Provinsi Aceh. Dalam 1 resort terdapat beberapa gereja, terdapat 146 gereja yang ada di Kota Medan. 6 Kesadaran politik dari perspektif Alkitab merupakan persoalan yang tidak ringan dalam Gereja HKBP. Salah satu indikasi mengenani adanya muatan teologis yang memandang pemerintah sebagai institusi yang sakral, yang harus ditakuti, dituruti tanpa ada sikap kritis. Hal itu tidak mengherankan, sebab pendidikan politik dalam kehidupan gereja masih merupakan barang langka. Seiring perkembangan zaman, Gereja HKBP menjadi salah satu institusi terbesar Kristen di Indonesia dengan jumlah jemaat lebih dari 6 juta jemaat yang tersebar di Indonesia maupun luar negeri. 7 Dalam pemilihan umum, kecenderungan pilihan politik jemaat Gereja HKBP pada pemilihan adalah melihat unsur Batak Toba di dalamnya. Terkecuali pada pemilihan kepala daerah di daerah Tapanuli yang lebih di pengaruhi unsur marga. Misalnya pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 dimana kecenderungan memilih suku Batak Toba yaitu Efendi Simbolon, kemudian pada pemiilihan Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2008, lebih condong memilih Benny Pasaribu yang menjadi calon wakil gubernur pada saat itu. Pada pemilihan Presiden tahun 2014, dengan tidak adanya masyarakat Batak Toba yang 6 Almanak HKBP diakses pada tanggal 10 April 2016 pukul WIB. 6

7 menjadi calonnya; maka dengan begitu masyarakat jemaat HKBP melihat unsur kedekatan dari calon Presiden kepada Gereja HKBP serta kedekatan terhadap suku Batak Toba itu sendiri. Pada pemilihan Presiden Tahun 2014 terdapat beberapa tokoh HKBP yang ikut dalam tim pemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Dengan melihat unsur-unsur tersebut maka pilihan politik jemaat cenderung dekat dengan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Kemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla didukung dengan perolehan suara di daerah Tapanuli yang mayoritas jemaat dari Gereja HKBP. Provinsi Tapanuli Utara yang merupakan pusat Gereja HKBP memenangkan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla hingga 90 persen suara. Daerah lain seperti Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir juga memenangkan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla hingga 90 persen dari total jumlah pemilihnya. Sementara di Kota Medan Pasangan Prabowo Hatta berhasil mengungguli pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla dengan selisih suara 50 ribu saja. Suara ini juga didukung oleh mayoritas jemaat Gereja HKBP yang memilih pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Namun, hal ini juga dibarengi dengan ikutnya Gereja HKBP secara kasat mata dalam hal-hal politik. Hal ini ditunjukkan dengan ikutnya salah satu tokoh HKBP yaitu Jenderal Luhut Panjaitan, serta beberapa tokoh HKBP lainnya yaitu Maruarar Sirait, Tri Medya Panjaitan dan Ruhut Sitompul. Jenderal Luhut Panjaitan sangat berperan aktif pada Pemilihan Presiden Tahun 2014, dimana Ia menjadi salah satu tim 7

8 pemenangan untuk pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Jenderal Luhut Panjaitan mempunyai jabatan Ketua Yayasan Pendidikan HKBP, serta menjadi Ketua Dewan Pengarah dalam Panitia peringatan 150 tahun HKBP. Sementara Tri Medya Panjaitan menjadi Wakil Ketua umum pada panitia peringatan 150 tahun HKBP, serta Maruarar Sirait menjadi Anggota Seksi dan Seminar dalam panitia peringatan 150 tahun HKBP. Aktivitas para tokoh HKBP dalam pemilihan Presiden Tahun 2014 secara tidak langsung mencerminkan dukungan Gereja HKBP kepada pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Hal ini juga didukung oleh Jendral Luhut Panjaitan yang melakukan deklarasi bahwa masyarakat Batak Toba mendukung penuh pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Pergerakan Jendral Luhut Panjaitan menjadi acuan masyarakat Batak Toba khususnya jemaat Gereja HKBP untuk memilih pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Dengan mayoritas pilihan politik jemaat HKBP terhadap pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla, jemaat HKBP sendiri menilai bahwa kemenangan Jokowi dan Jusuf Kalla tidak terlepas dari pilihan jemaat HKBP. Dengan total 6 juta jemaat HKBP, hal ini sangat strategis untuk pasangan calon yang ingin mendapat suara mayoritas dalam pemilihan Presiden. Berdasarkan Penelitian Skripsi oleh Edo Mangara Manurung pada Tahun 2010 mengenai Perilaku Pemilih pada Pemilukada Medan Putaran II (Studi Kasus: Jemaat HKBP Resort Cinta Damai di Kec Medan Helvetia) disimpulkan bahwa menunujukkan bahwa Jemaat HKBP resort Cinta Damai merupakan jenis pemilih 8

9 yang Tradisional dimana jenis pemilih ini masih mengedepankan kedekatan sosialbudaya, nilai, adal-usul, paham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih pemimpin. Hal ini mendukung bahwa factor kedekatan jemaat HKBP juga menjadi faktor tertentu dalam memilih calon Presiden dan Wakil Presiden tahun Berdasarkan hal tersebut cukup menarik untuk dikaji mengenai pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam mempengaruhi pilihan politik jemaat khususnya Gereja HKBP di Kota Medan pada Pemilihan Presiden Tahun Hal tersebut dikarenakan data faktual yang mengarahkan bahwa mayoritas pilihan politik jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang mayoritas memilih pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla pada pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu dan hanya sedikit yang memilih pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa, yang dikarenakan kedekatan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla mempunyai faktor kedekatan terhadap Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Penelitian ini akan melihat sejauh mana pengaruh Gereja yang ada Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah melihat adanya pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Kota Medan dalam mempengaruhi pilihan politik 9

10 Jemaat pada pemilihan Presiden tahun 2014 dan bagaimana pilihan politik jemaat tersebut untuk memilih calon Presiden pada tahun Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membuat masalah terhadap masalah yang akan dibahas agar hasil dari tujuan penelitian ini tidak menyimpang dan dapat tercapai. Oleh sebab itu batasan penelitian ini berfokus kepada : 1. Seberapa besar pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) terhadap pilihan politik jemaatnya. 2. Bagaimana pilihan politik jemaat yang ada di Gereja Huria Kristen Batak Protestan. 3. Pilihan politik jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada pemilihan Presiden tahun Tujuan Penelitian 1. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam pemilihan Presiden tahun 2014 untuk pilihan politik jemaatnya. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pilihan politik jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Kota Medan. 10

11 3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apa pilihan politik jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada Pemilih Presiden tahun Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara akademis, penelitian ini di harapkan mampu menambah wawasan pengetahuan di Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tentang pengaruh Gereja HKBP dalam politik jemaat. 2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian Ilmu Politik ini diharapkan memberi pemahaman tentang pengaruh Gereja terhadap politik jemaat.. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang bagaimana pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam pilihan politik jemaat pada pemilihan Presiden tahun Kerangka Teori Pemikiran Politik Teologia Kristen Tidak dapat dipungkiri bahwa orang Kristen mempunyai sikap yang berbeda terhadap politik. Secara sederhana sikap orang Kristen terhadap politik terbagi atas dua, pertama negatif dan kedua positif. 11

12 1. Sikap Negatif a. Sikap Apolitik Sikap apolitik adalah tidak peduli dengan urusan politik karena menganggap politik sebagai urusan duniawi yang kotor yang tidak perlu dicampuri orang Kristen yang dianggap sebagai pribadi-pribadi yang mengurus hal-hal rohani saja. Walau sudah banyak orang Kristen yang meninggalkan persepsi semacam ini, namun dalam batas tertentu masih ada sebagian orang Kristen yang menganut pandangan demikian. Dalam hal ini Richard Dauly mengatakan walau gereja bukan kekuatan politik, tetapi kekuatan moral, namun sikap apolitik terlalu ekstrim. 8 b. Sikap Ingin Meraih Kekuasaan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak orang Kristen yang telah berkecimpung di dunia politik. Dari tahun 1999 sampai pada tahun 2004 ada banyak partai politik Kristen seperti partai PDKB (Partai Demokrasi Kasih Bangsa), PDS (Partai Damai Sejahtera) diluar PARKINDO (Partai Kristen Idonesia) yang telah lama berdiri mencoba meraih kekuasaan politik. Hal ini di luar kontek menghakimi Richard Dauly mengatakan kelahiran berbagai partai politik Kristen belakangan ini mungkin sebagian termasuk pada kategori yang kedua yaitu kelompok yang ingin meraih kekuasaan politik. 9 8 Saut Sirait Politik Kristen di Indonesia.Jakarta: Penerbit PT. BPK Gunung Mulia 9 Ibid. 12

13 c. Sikap Apatis Merupakan sikap yang dikembangkan oleh sebagian orang Kristen untuk tidak mau tahu urusan politik, entah karena tidak tahu atau tahu tetapi tidak mau tahu Sikap-sikap ini telah menjadi tembok pemisah anatara politik dengan orang Kristen terkhusus teolog. Dikira bahwa dengan memiliki sikap yang demikian maka maslah selesai dan pemberitaan firman berjalan lancer. Secara tidak disadari, sikap ini membawa kita menjauh dan tidak menjamah politik Sikap Positif a. Sikap Menjadi Garam dan Terang Dunia Sikap seperti ini berpendapat bahwa orang Kristen di Indonesia terpanggil sebagai garam dan terang dunia yang melalui iman kristianinya dapat melakukan transformasi politik secara positif, kritis, kreatif, dan realistis. Sikap ini timbul akan kesadaran tugas dan tanggung jawab sebagai anak Tuhan yang membawa damai. Tugas dan panggilan sebagai orang percaya merupakan dasar bagi orang-orang yang berpandangan seperti ini untuk berpartisipasi di dunia politik. b. Tanggung Jawab Sosial Umat Allah Berbicara mengenai partisipasi orang Kristen di dalam negara tidak hanya terbatas pada satu bidang, tetapi menyangkut banyak bidang yang perlu 10 Ibid. 13

14 diperhatikan untuk berpartisipasi. Di atas telah panjang lebar dibahas mengenai tanggung jawab orang Kristen sebagai orang percaya di bumi Indonesia ini. Pada kesempatan ini akan dibicarakan tentang tanggung jawab orang percaya dalam hal berbangsa dan bernegara. Keterlibatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup orang percaya Perilaku Politik Menurut Ramlan Surbakti : Perilaku Politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua yaitu fungsi- fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi- fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat. 11 Menurut Sudijono Sastroadmojo Perilaku Politik adalah : Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antarlembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku politik merupakan salah satu dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik Ramlan Surbakti Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedya Widya Sarana. Hal Sudijono Sastroatmodjo.1995.Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. Hal

15 Perilaku politik, sebagaimana perilaku manusia pada umumnya, dapat dijelaskan melalui beberapa pendekatan. Jika kita melihat melalui pendekatan budaya politik dan pendekatan sosiologis, menyatakan bahwa pilihan politik seseorang sedikit banyak ditentukan oleh sejauh mana orientasi politik individu terhadap sistem politik secara keseluruhan termasuk di dalamnya partai politik, aktor,atau elit politik. Asumsi pendekatan budaya politik dan pendekatan sosiologis menyatakan bahwa orientasi seseorang terbentuk melalui keanggotaan pada berbagai tipe kelompok sosial. Luas sempitnya orientasi dan pemahaman seseorang ditentukan oleh ruang lingkup dari kelompok sosial atau keagamaan yang dimasukinya. Dengan kata lain, seseorag yang hanya terlibat ke dalam keanggotaan kelompok primer, misalnya adat atau desa, akan memiliki orientasi yang lebih sempit ketimbang mereka yang terlibat ke dalam organisasi yang lebih luas, misalnya partai politik. Pendekatan psikologis lebih melihat faktor kekuatan dari dalam diri individu sebagai faktor yang menentukan pilihan- pilihan politiknya. Kekuatan psikis tersebut terefleksikan ke dalam sikap-sikap dan kepribadian yang dibentuk melalui proses sosialisasi Perilaku Pemilih Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah 15

16 kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasi dalam institusi politik seperti partai politik. Di samping itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, di mana ideologi dan tujuan politik mereka tidak dikatakan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka menunggu sampai ada suatu partai politik yang bisa menawarkan program politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka pilih. 13 Perilaku pemilih dan partisipasi politik merupakan dua hal tidak dapat dipisahkan. Partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satu wujud dari partisipasi politik ialah kegiatan pemilihan yang mencakup suara, sumbangan- sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi hasil proses pemilihan. 14 Jack C Plano mendefinisikan perilaku pemilih sebagai suatu studi yang memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka melakukan pemilihan itu Joko. J. Prihatmoko Pilkada secara langsung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal Samuel P. Huntington dan Joan Nelson Partisipasi Politik di Negara Berkembang.Jakarta: Rineka Cipta. Hal Jack C. Plano, Robert E. Ringgs dan Helenan S. Robin.1985.Kamus Analisa Politik.Jakarta : Rajawali Press.Hal

17 Untuk menjelaskan pertimbangan- pertimbangan yang digunakan sebagai alasan oleh para pemilihdalam menjatuhkan pilihannya, dikenal dua macam pendekatan yaitu, Mahzab Columbia yang menggunakan pendekatan sosiologis dan Mahzab Michigan yang dikenal dengan pendekatan Psikologis. 16 Selain itu terdapat juga pendekatan pilihan rasional yang melihat perilaku seseorang melalui kalkulasi untung rugi yang didapat oleh individu tersebut Pendekatan Sosiologis Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa kemudian dikembangkan di Amerika Serikat oleh ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang pendidikan Eropa. Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti usia (tua-muda), jenis kelamin (laki-perempuan), agama, kelas sosial, organisasi agama, atau organisasi kemasyarakatan dan semacamnya dianggap memiliki peranan di dalam menentukan pilihan-pilihan politiknya. 17 Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal, seperti organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi maupun pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok kecil 16 Afan Gaffar.1992.Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party System.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Hal Tim Peneliti Fisip UMM Perilaku Partai Politik.Malang: UMM Press. Hal

18 lainnya akan sangat berguna bagi penjelasan perilaku pemilih seseorang. Pengelompokan ini memiliki peranan besar dalam membentuk sikap,persepsi,dan orientasi seseorang, yang nantinya sebagai dasar atau preferensi dalam menentukan pilihan politiknya. Termasuk dalam jemaat Gereja HKBP yang mempunyai faktor sosiologis yang menentukan pilihan politik jemaatnya Pemilihan Umum Pemilihan umum bagi bangsa Indonesia merupakan jalan lurus untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang sesungguhnya. Pasca amandemen UUD 1945, pelaksanaan pemilu bukan lagi sekedar rutinitas memilih Presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan. Dalam UU.No.42 tahun 2008 terdapat peraturan perundang-undangan tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus 18

19 selalu komunikator politik. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih Metodologi Penelitian Metode Peneltian Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deksriptif dimaksudkan untk pengukuran yang cermat pada fenomena sosial tertentu.. Penelitian ini mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tidak melakukan pengujian hipotesa. Penelitian deskriptif tidak menggunakan pengujian hipotesis karena tidak adanya variabel-variabel yang terikat untuk menjelaskan fenomena sosial tersebut. 18 Didalam penelitian ini yang dimaksudkan pengukuran fenomena sosial tertentu yaitu adanya fenomena pengaruh Gereja dalam pilihan politik jemaat pada saat ini. 18 Masri Singarimbun, Sofian Effendi Metode Penelitian Survai. Jakarta: Penerbit PT Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI. Hal

20 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian.kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan banyak angka, pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta menampilkan hasilnya. Masalah yang akan digali berdasarkan fakta-faktar empiris dan dirumuskan secara spesifik. Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik populasi dan sampel. 19 Pengambilan data penelitian ini akan berfokus kepada penelitian survey yang menggunakan kuisioner Populasi dan Sampel Penelitian A. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ada dalam suatu unit penelitian. 20 Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kecamatan di Kota Medan dan seluruh jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Populasi yang digunakan untuk menarik sampel Gereja adalah Jumlah Kecamatan di Kota Medan, dan populasi yang digunakan untuk menarik sampel responden adalah Jumlah jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Jumlah kecamatan Kota Medan berjumlah 21 dan jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang ada di kota Medan yang terdaftar dan tercatat dengan jumlah sebesar orang. 19 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta 20 Ibid.Hal

21 B. Sampel Dalam penarikan sampel penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Taro Yamane dengan perhitungan sebagai berikut : a. Sampel Gereja n = N. d N Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi = d = Presisi (0.1) n = n = (0.1) n = n = 17.3 = 17 b. Sampel Responden n = N. d N Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi =

22 d = Presisi (0.1) n = (0.1) n = n = n = = 100 Dengan demikian telah diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang sebagai responden penelitian. Dalam penelitian ini, penarikan sampel Gereja adalah 17 Gereja yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Medan, sedangkan jumlah responden berjumlah 100 orang (100/17 = 5.8) dengan demikian, berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka responden penelitian ini pada 15 Gereja berjumlah 6 orang, sedangkan 2 Gereja berjumlah 5 orang. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Accidental Sampling. Dalam teknik ini penentuan sampel yang dimulai pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Misalnya, populasi adalah setiap pengguna jalan tol, maka peneliti mengambil sampel dari orang-orang yang kebetulan 22

23 melintas di jalan tersebut pada waktu pengamatan. 21 Penelitian ini menggunakan sampel Gereja yang kebetulan terlihat dan responden yang terpilih yang kebetulan bergereja di Gereja tersebut Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Data Primer Data Primer adalah pengumpulan data yang dilakukan langsung pada obyek yang akan ditelitit. Pengumpulan data akan dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Penyebaran kuisioner, yaitu dengan terjun ke lapangan dan mencari responden yang akan di tanyai melalui kuisioner yang ada. Kuisioner akan berisi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan penelitian, dalam hal ini terkait pada pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) terhadap pilihan politik jemaat pada Pemilihan Presiden Tahun Pertanyaan kuisioner akan diisi dengan 2 jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Mayoritas 21 Ibid., Hal

24 pertanyaan yang ada akan diisi dengan pertanyaan tertutup, dan sedikit pertanyaan terbuka untuk mendukung pertanyaan tertutup. b. Wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak terkait untuk mendukung data kuisioner yang telah ada. 2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan mencari informasi dari buku-buku, jurnal, internet, dokumen, pendapat para ahli yang memiliki kaitan dengan penelitian ini Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis data kuantitatif dengan menggunakan software SPSS dan Microsoft Excel. Penelitian ini akan menggambarkan objek yang diamati berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan setelah dilakukannya penelitian Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka penulisan dilakukan dengan secara terperinci dan sistematis untuk mempermudah isi, makan penelitian ini terdiri ke dalam 4 (empat) bab, yakni : BAB I : PENDAHULUAN 24

25 Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematikan penulisan. BAB II : SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP Dalam bab ini akan dibahas tentang pengambaran lokasi penelitian, baik dari segi demografi dan geografi. Dalam bab ini penulis juga memperdalam bahasan mengenai HKBP yang dimana jemaatnya menjadi obyek penelitian ini. BAB III : ANALISIS PENGARUH GEREJA HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN TERHADAP PILIHAN POLITIK JEMAAT PADA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014 Dalam bab ini berisi penjelasan data yang telah diperoleh dari pengisian kuisioner. Selanjutnya akan dijelaskan analisis penelitian Pengaruh Gereja Terhadap Pilihan Politik Jemaat berdasarkan data yang diperoleh oleh metode SPSS dan data dukungan pada Microsoft Excel. BAB IV : PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang telah dilakukan, serta saran saran yang ingin dikemukakan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang ada. 25

LAMPIRAN I. 1. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Padang Bulan. 2. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Simpang Limun

LAMPIRAN I. 1. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Padang Bulan. 2. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Simpang Limun LAMPIRAN I 1. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Padang Bulan 2. Gambar salah satu sampel Gereja yaitu Gereja HKBP Simpang Limun 3. Gambar salah satu sampel responden jemaat gereja HKBP

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit. DAFTAR PUSTAKA Abdul Munir Mulkhan, 2009. Politik Santri. Kanisius, Yogyakarta Almond. A Gabrriel dan Verba. 1990. Budaya Politik Tingkah laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini informasi dapat di akses dengan sangat mudah. Informasi dapat di akses melalui media elektronik seperti televisi, radio,

Lebih terperinci

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Teori Uses and Gratifications ini mengenai bagaimana individu memenuhi kebutuhan dalam menggunakan media. Uses and Gratification menurut Nurudin (2007:192),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan internet saat ini memberikan banyak kemudahan bagi para penggunanya. Internet memungkinkan penggunanya mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran kristus) dimulai dari kesadaran teologis oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Pemilih 1. Definisi Pemilih Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, pemilih diartikan sebagai Warga Negara

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka

Lebih terperinci

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS : PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT ETNIS BATAK TOBA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KABUPATEN KARO TAHUN 2010) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kata Methodist berasal dari kata Method yang artinya cara, jadi arti dari kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak monoton).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Tarutung merupakan salah satu kota wisata rohani bagi pemeluk agama Kristen. Daerah yang dulunya dikenal dengan nama Silindung ini merupakan sebuah lembah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beranekaragam, mulai dari Presiden, Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

APLIKASI REAL QUICK COUNT UNTUK PERHITUNGAN CEPAT PEMILUKADA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEPTUAL COMPREHENSIVE PARALEL VOTE TABULATION

APLIKASI REAL QUICK COUNT UNTUK PERHITUNGAN CEPAT PEMILUKADA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEPTUAL COMPREHENSIVE PARALEL VOTE TABULATION APLIKASI REAL QUICK COUNT UNTUK PERHITUNGAN CEPAT PEMILUKADA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEPTUAL COMPREHENSIVE PARALEL VOTE TABULATION Budi Indri Wagearto A11.2009.04912 Program Studi Teknik Informatika S1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masuknya Ajaran Kharismatik Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan gereja pada umumnya dari zaman ke zaman. Demikian juga diwilayah

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat 320 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DESA KADUNDUNG KECAMATAN LABUAN AMAS UTARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

PERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 PERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 Oleh : Khairul Azmi 14010111140124 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik organisasi pendidikan maupun non pendidikan

BABI PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik organisasi pendidikan maupun non pendidikan BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi baik organisasi pendidikan maupun non pendidikan dalam mencapai tujuannya sangat tergantung kepada manusia yang mengelola organisasi bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem politik yang menganut paham demokrasi, rakyat dipandang sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui pemilihan umum

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang Oleh : Radityo Pambayun Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang Permasalahan Peristiwa penting dalam kehidupan politik 1 di Indonesia terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 2. Pergantian kepemimpinan nasional dalam era reformasi mengagendakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Pada Pemilu masa Orde. atau dapat dikatakan tanpa mengadakan Pemilu-pun sudah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Pada Pemilu masa Orde. atau dapat dikatakan tanpa mengadakan Pemilu-pun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak era reformasi di Indonesia dimulai pasca 1998, sistem pemilu di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Pada Pemilu masa Orde Baru, masyarakat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Deskripsi Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kota Medan

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Deskripsi Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kota Medan BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. 1 Deskripsi Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kota Medan Kelurahan Titi Papan memiliki 16 Lingkungan yang tersebar diwilayah kelurahan Titi Papan. masing masing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang BAB II KAJIAN TEORETIK Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian ang akan dilakukan, adalah teori mengenai

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama merupakan sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional.sebagai sistem kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keresidenan Tapanuli adalah wilayah administrasi Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1834. Keresidenan Tapanuli dipimpin oleh seorang Residen yang berkedudukan

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya.

I. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan kepala desa atau pilkades adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi dan diperbincangkan oleh sebagian besar masyarakat khususnya masyarakat pedesaan di masa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II.1 Deskripsi Kecamatan Medan Helvetia II. 1. 1 Keadaan Geografis Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan, memiliki

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 12 Dr. Fakultas PASCASARJANA Perilaku Pemilih Heri Budianto.M.Si Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Konsep dan Definisi Perilaku Pemilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. lokasi, pendekatan, bidang ilmu dan sebagainya. Agar suatu penelitian dapat. digunakan harus ditentukan terlebih dahulu.

III. METODE PENELITIAN. lokasi, pendekatan, bidang ilmu dan sebagainya. Agar suatu penelitian dapat. digunakan harus ditentukan terlebih dahulu. 35 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada suatu penelitian terdapat banyak ragamnya tergantung dari pada tujuan, lokasi, pendekatan, bidang ilmu dan sebagainya. Agar suatu penelitian dapat mencapai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (10/2), mencatat ekonomi Indonesia tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

GEREJA HKBP DI SEMARANG

GEREJA HKBP DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA HKBP DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : JOSUA B. SIHOTANG L2B 005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berakhirnya masa jabatan Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Republik Indonesia maka dimulai jugalah acara pesta demokrasi pemilihan umum untuk presiden

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2009 negara Indonesia melaksanakan pemilu yang ke-10

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2009 negara Indonesia melaksanakan pemilu yang ke-10 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2009 negara Indonesia melaksanakan pemilu yang ke-10 kalinya, yaitu pemilu legislatif, presiden dan wakil presiden yang didasari dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 A. Perilaku Pemilih Dan Pilpres 2014 Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih 1. Perilaku Pemilih Sikap politik seseorang terhadap objek politik yang terwujud dalam tindakan atau aktivitas politik merupakan perilaku politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting bagi pemerintah Belanda karena gama Kristen mengajarkan perdamaian. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci