BAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan salah satu fenomena makroekonomi yang terkandung

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi merupakan salah satu fenomena makroekonomi yang terkandung secara implisit di dalam laporan keuangan, namun seringkali diabaikan oleh para pengguna laporan keuangan, seperti investor dan manajemen, dalam pengambilan keputusan ekonomik. Padahal inflasi sebagai sebuah fenomena memiliki dampak terhadap perekonomian makro suatu negara, dan tentunya pula dapat memiliki dampak terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di dalam lingkungan ekonomi suatu negara. Salah satu dampak dari inflasi, menurut Konchitchki (2011), adalah bahwa inflasi dapat mempengaruhi aliran kas masa depan. Dampak dari inflasi ini seringkali diabaikan begitu saja oleh para pengguna laporan keuangan, khususnya pada saat tingkat inflasi yang relatif tidak terlalu tinggi. Dengan adanya inflasi, para pengguna laporan keuangan dapat mengalami kesalahan interpretasi atau penafsiran dalam membaca laporan keuangan. Misalkan saja pada periode t perusahaan mendapatkan laba sebesar Rp1.000, kemudian pada periode t+1 perusahaan mendapatkan laba sebesar Rp1.100 dengan tingkat inflasi 10%. Para investor akan melihat laba yang meningkat pada periode t+1 dibandingkan periode sebelumnya merupakan sinyal bahwa kinerja perusahaan mengalami peningkatan (positif), sehingga mereka akan mengambil keputusan investasi berdasar data tersebut. Namun, jika dalam pengambilan keputusan tersebut dengan

2 mempertimbangkan tingkat inflasi yang terjadi pada periode t+1 sebesar 10%, maka nilai atau daya beli dari Rp1.100 pada t+1 adalah sama dengan Rp1.000 pada t (Rp1.100x110/100). Ini dikarenakan terjadinya pelemahan daya beli sebesar Rp100 (Rp1.000x10%) pada periode t+1 akibat adanya inflasi. Dari contoh diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengguna laporan keuangan, dalam hal ini investor, yang melakukan pengambilan keputusan tanpa mempertimbangkan dampak dari inflasi bisa saja salah mengartikan angka yang ada di dalam laporan keuangan. Pada kasus di atas, investor yang tidak memperhatikan dampak inflasi akan melakukan investasi ke perusahaan dengan mempertimbangkan rate of return sebesar 10%. Namun jika investor mempertimbangkan faktor inflasi, rate of return perusahaan tersebut menjadi 0% sehingga mungkin saja akan menghasilkan keputusan yang berbeda. Laba dari hasil usaha perusahaan yang didapatkan pada periode tersebut dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut, dan inflasi mempengaruhi nilai dari perusahaan tersebut, khususnya nilai tambah ekonomis (EVA) dari perusahaan (Warr, 2005). Sehingga pemahaman para pengguna laporan keuangan akan dampak dari inflasi menjadi sangat penting. Khususnya bagi investor, dalam menentukan besaran return dari investasi seharusnya menetapkan besaran return paling sedikit sebesar tingkat inflasi yang diharapkan, dengan begitu investor tidak akan mengalami kerugian daya beli.

3 Selain dalam penentuan return atau tingkat laba yang diharapkan, pemahaman para pengguna laporan keuangan akan dampak inflasi ini juga berguna untuk memahami untung dan rugi yang terjadi akibat adanya perubahan daya beli dari waktu ke waktu. Karena dampak dari inflasi mengakibatkan perusahaan memiliki keuntungan dan kerugian yang belum terrealisasi dari inflasi. Dalam konteks aliran kas, inflasi memiliki pengaruh terhadap pos-pos nonmoneter yang ada di dalam laporan keuangan. Apabila dampak dari inflasi ini tidak terrealisasi semua di dalam periode yang sama, maka dampak dari inflasi ini akan terrealisasi pada periode yang akan mendatang, ini akan memberikan informasi untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi aliran kas masa depan perusahaan. Jika keuntungan yang belum terrealisasi (unrealized gains) dari inflasi semakin tinggi, maka aliran kas pada masa mendatang akan meningkat pula pada saat pos-pos non-moneter tersebut digunakan atau dijual, begitu pula sebaliknya. Dengan berbagai dampak inflasi yang sudah dijelaskan di atas, maka investor sebaiknya sudah harus memahami bagaimana menggunakan data inflasi dalam pengambilan keputusan agar tidak terjadi misleading dan mengakibatkan keputusan yang dihasilkan salah. Apalagi bagi investor yang akan melakukan investasi pada perusahaan di negara-negara yang memiliki tingkat inflasi tinggi, seperti di Indonesia. Investasi yang masuk di Indonesia dapat dikatakan relatif tinggi. Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara kedua tertinggi dalam hal penyerapan modal

4 asing, yakni sebesar US$ 23,3 Miliar pada tahun 2014 dan diproyeksikan akan semakin meningkat di masa mendatang. Tabel 1.1. Jumlah Penanaman Modal Asing di ASEAN (dalam Miliar US$) BRN SGP MYS THA INA KHM LAO MMR PHL VNM TMP 0,895 63,7 11,6 12,6 23,3 1,3 0,427 2,3 3,7 8,9 0,038 Sumber: OECD 2014 Salah satu sektor yang menjadi sasaran investasi adalah sektor properti dan infrastruktur. Apalagi dengan adanya proyek rencana pembangunan infrastruktur secara besar-besaran di seluruh Indonesia, sektor ini akan menjadi sektor utama yang menarik banyak investasi di Indonesia, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Tabel 1.2. Tingkat Inflasi selama periode 2014 Bulan Tahun Tingkat Inflasi (%) Jan ,22 Feb ,75 Mar ,32 Apr ,25 Mei ,32 Jun ,70 Jul ,53 Agu ,99 Sep ,53 Okt ,83 Nov ,23 Des ,36 Sumber: Bank Indonesia 2015 Indonesia dengan proyek pembangunan infrastrukturnya akan memberikan peluang yang besar bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Namun, tingkat inflasi yang cukup tinggi di Indonesia, perlu dijadikan pertimbangan khusus bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Berdasarkan data dari Bank

5 Indonesia tahun 2015, tingkat inflasi yang dialami Indonesia selama periode 2014 dan awal 2015 dapat dikatakan cukup tinggi dengan rata-rata diatas angka 6% setiap tahunnya. Para pengguna harus memperhatikan dampak dari inflasi terhadap kinerja perusahaan atau objek investasi lainnya, hal ini dilakukan agar tidak terjadi misleading dan kesalahan dalam pengambilan keputusan, khususnya terkait aliran kas. Khususnya pada perusahaan di sektor properti dan infrastruktur, dengan sifat operasi bisnisnya yang berbeda dari sektor lainnya menyebabkan informasi mengenai nilai aset dan aliran kas dari operasi menjadi sangat penting (Roberts, 1981). Dan laporan keuangan yang belum disesuaikan terhadap dampak inflasi dapat menyebabkan nilai aset yang tercatat menjadi understated, dan terjadi salah pemahaman terhadap informasi yang ada di laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan. Dengan tren tingkat inflasi yang tinggi, seharusnya para pengguna laporan keuangan, khususnya investor, memperhatikan dampak inflasi terhadap aktivitas operasi perusahaan. Apabila pengguna laporan keuangan tidak mempertimbangkan informasi inflasi dalam pengambilan keputusan, bisa saja mereka salah dalam mengambil keputusan investasi. Oleh karena itu, penulis ingin melihat bagaimana dampak inflasi mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia, dan bagaimana aliran kas masa depan yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan tersebut akibat dari

6 adanya inflasi. Hal ini karena dampak inflasi sering kali diabaikan oleh para pengguna laporan keuangan. Apabila inflasi ini memiliki dampak signifikan, khususnya bagi aliran kas masa depan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan di sektor properti dan infrastruktur di Indonesia, maka penelitian ini dapat menjadi kontribusi bagi investor, manajer, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengambil keputusan terhadap perusahaan tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka didapatkan rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: Apakah terdapat pengaruh dari informasi inflasi terhadap aliran kas di masa depan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia? 1.3 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada dampak inflasi terhadap perusahaan-perusahaan publik yang tercatat di BEI dan tergolong di dalam sektor properti dan infrastruktur yang memiliki jumlah angka aset non-moneter yang besar yang memenuhi syaratsyarat penelitian. Periode yang digunakan adalah dari tahun dengan asumsi bahwa angka ekstrim akibat dari krisis 1998 telah kembali normal pada tahun Dan dampak inflasi yang diteliti hanya sebatas pada pengaruhnya terhadap aliran kas di masa depan yang akan didapat perusahaan.

7 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh dari informasi perubahan tingkat harga umum terhadap laporan keuangan nominal yang banyak digunakan di Indonesia, dan pengaruhnya terhadap aliran kas di masa depan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Diharapkan dapat membantu investor dalam memahami dampak inflasi terhadap perusahaan. Diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen dalam menilai kinerja perusahaan, pengambilan keputusan, dan penentuan kebijakan. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri atas 5 bab yang terbagi menjadi: BAB I PENDAHULUAN Bagian ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini, penulis menggunakan literatur serta teori dan membagi bab ini menjadi landasan teori, kajian literature, dan pengembangan hipotesis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Terdiri atas penjelasan mengenai jenis penelitian, populasi dan sampel, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, deskripsi operasional dan variabel penelitian, dan pengukuran variabel, serta teknik analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil penelitian yakni analisis data dan hipotesis serta interpretasi atas hasil yang didapatkan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini merupakan bagian terakhir yang terdiri atas kesimpulan hasil, keterbatasan penelitian, dan saran/ rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.