HUBUNGAN ANTARA INDUSTRI PENGOLAHAN DENGAN KAITANNYA DENGAN SUATU PROSES PENGGERGAJIAN KAYU ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA INDUSTRI PENGOLAHAN DENGAN KAITANNYA DENGAN SUATU PROSES PENGGERGAJIAN KAYU ABSTRAK"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA INDUSTRI PENGOLAHAN DENGAN KAITANNYA DENGAN SUATU PROSES PENGGERGAJIAN KAYU Indra Mangiri M Kelas B Indra.mangiri@gmail.com Mata Kuliah Penggergajian dan Pengerjaan Kayu Mahasiswa S1 Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar ABSTRAK Dalam perkembangan pengolahan kayu di Indonesia yang salah satunya yaitu penggergajian kayu, yang sangat berkembang pesat saat ini. Penggergajian kayu sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Mereka menggunakan gergaji tangan yang dibuat dari perunggu sedangkan industry penggergajian kayu di Indonesia pertama kali di temukan di jawa. Penggergajian adalah suatu unit kegiatan yang merubah log menjadi kayu penggergajian dengan menggunakan alat utama gergaji. Perbedaannya dengan penggergajian kayu adalah alat yang digunakan. Gergaji adalah alat membelah dan memotong kayu yang terbuat dari logam atau campuran logam yang bentuknya pipih dan mempunyai gigi banyak. Bahan baku industry biasa berasal dari pohon-pohon buah masyrakat atau dari hutan alam yang kemudian dalam industry penggergajian ada tempat penimbunan kayu bulat yang akan di gergaji. Proses penggergajian kayu dimulai dari pemilihan pohon. Setelah pohon dipilih, lalu ditebang. Pohon yang telah ditebang dipotong cabang dan rantingnya, menyisakan batang utamanya. Kayu lalu dibawa oleh truk kayu, transportasi rel, atau metode lainnya ke penggergajian kayu. Pengukuran kayu bisa dilakukan di tempat penebangan, dalam perjalanan, maupun di penggergajian kayu. Debarking, yaitu proses pengeliminasian bark atau kulit kayu dari kayu. Decking, yaitu pemilihan dan pengklasifikasian kayu berdasarkan spesies, ukuran, dan penggunaannya.proses penggergajian kayu itu sendiri di mulai dari pemilihan pohon kemudian di tebang dan di potong-potong kemudian kayu di bawa truck untuk di bawa ke industry penggergajian. Kata Kunci : Pengolahan, industry, penggergajian Page 1

2 1. PENDAHULUAN Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal. Penggergajian adalah proses perubahan bentuk (konversi) kayu bulat atau dolok menjadi kayu persegian, seperti papan, balok, kaso, reng, dan lain-lain untuk tujuan pemanfaatan kayu yang lebih efektif dan efisien sebagai bahan bangunan, mebel, alat-alat rumah tangga (furniture) atau barang kerajinan. Salah satu industri pengolahan kayu adalah industri penggergajian kayu. Pengggergajian adalah suatu unit pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku dolok, alat utama bilah gergaji, mesin sebagai tenaga penggerak, serta dilengkapi dengan berbagai alat dan mesin pembantu. Penggergajian disebut juga sebagai proses pengolahan kayu primer karena yang pertama dilakukan adalah mengolah dolok menjadi kayu persegian yang bersifat setengah jadi dan selanjutnya diolah oleh pengolahan kayu sekunder dan tersier untuk barang. Kegiatan survei industri penggergajian bertujuan untuk mengetahui ukuran industri, kapasitas produksi industri, kapasitas rendemen, mesin-mesin yang digunakan, jumlah pekerja, dan alternatif pemanfaatan limbah penggergajian yang dilakukan industri, baik di dalam industri maupun di luar industri. Oleh karena itu, keberadaan industri penggergajian penting diketahui dalam pengolahan kayu. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sejumlah industri penggergajian, baik itu skala kecil, sedang, dan besar yang dapat dijadikan kawasan survei industri penggergajian. 2. TINJUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Penggergajian Kayu Penggergajian kayu telah ada sejak zaman Mesir kuno. Mereka menggunakan gergaji tangan yang dibuat dari perunggu. Karena sifat Page 2

3 logam ini yang lemah, kayu akan terpotong oleh gergaji hanya pada arah tankan saja. Bangsa Romawi kemudian membuat gergaji dari besi dan gergaji dari besi ini mampu memotong kayu pada arah tarikan dan dorongan ke depan. Dari peninggalan yang dapat dilihat, temyata mereka juga menggunakan tenaga air untuk menggerakkan gergaji, namun gergaji tangan dengan menggunakan panggung atau lubang besar di dalam tanah lebih banyak digunakan orang di Eropa dan lnggris sampai tahun 1780an. Kemudian muncul penggergajian dengan gergaji bolak-balik dan gergaji piringan atau bundar dengan menggunakan tenaga air. Gergaji pita tunggal yang digerakkan dengan mesin, ditemukan sekitar tahun 1850 dan gergaji pita rangkap di sekitar tahun Dalam 50 tahun berikutnya tidak ada perubahan yang berarti dalam hal bentuk gergaji mi (Muhdi, 2006). Pada tahun 1960-an ditemukan gergaji utama pembuat ceriping kayu untuk kayu-kayu bulat kecil yang akhirnya tersebar luas di Amerika Utara dan Skandinavia. Kemudian muncul teknologi-teknologi menggergaji yang baru, khususnya di Eropa dan Amerika, dengan menggunakan kereta penghantar kayu bulat, gergaji pita regangan tinggi, gergaji utama dan gergaji pelurus pinggir pembuat ceriping kayu, gergaji bundar rangkap pelurus pinggir, mesin sortir otomatis untuk kayu gergajian, oven pengering, mesin pasah kecepatan tinggi, mesin penumpuk, mesin bongkar dan pengepak. Mulai tahun 1973, 65 penggergajian telah memiliki 129 alat skanning, 41 di antaranya menggunakan komputer untuk monitoring prosesnya secara tertutup. Perbaikan-perbaikan dalam sistim terus dilakukan. (Muhdi, 2006). Perkembangan industri penggergajian di Indonesia jauh lebih kemudian dibandingkan dengan negara Eropa dan Amerika. Indonesia merupakan negara pengguna, bukan negara penemu dan pengembang industri. Industri penggergajian yang tertua diyakini berada di Jawa. Sejarah pengelolaan hutan bermula di Jawa, yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan penanaman dan pengelolaan hutan jati Penggergajian pertama dengan mesin didirikan pada tahun 1926 di Madiun oleh Belanda. Di luar Jawa, penggergajian dengan mesin baru didirikan pada tahun 1950-an, yaitu di Tarakan dan di Sampit. Di Jawa penggergajian yang besar didominasi oleh Perum Perhutani, karena hanya Perum Perhutani sajalah yang memiliki bahan baku yang cukup dan areal hutan jatinya. Di luar Jawa, penggergajian yang besar (Effendi, 2004). Page 3

4 2.2 Pengertian Kayu & Penggergajian Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang terdiri atas sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang unik. Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap volumenya. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu proporsi volume rongga kosong (staaf, 2005). Dewasa ini industri perkayuan di Indonesia semakin diminati oleh negara lain, akan tetapi karakteristik kayu yang dihendaki lebih spesifik, diantaranya kadar air yang sesuai dengan iklim pada masing-masing negara. Kadar air yang dikehendaki mencapai hingga dibawah 10 %. Keadaan tersebut tidak dapat dicapai jika pengeringan dilakukan secara alamiah, karena itu di perlukan pengeringan buatan (Iskandar, 2001). Penggergajian adalah suatu unit kegiatan yang merubah log menjadi kayu penggergajian dengan menggunakan alat utama gergaji. Perbedaannya dengan penggergajian kayu adalah alat yang digunakan. Gergaji adalah alat membelah dan memotong kayu yang terbuat dari logam atau campuran logam yang bentuknya pipih dan mempunyai gigi banyak (Rahmanto, 2007). Selanjutnya dapat diolah pada industri sekunder, di proses log yang bermutu rendah meskipun hasilnya tidak banyak, bisa juga kualitasnya baik. Penggergajian merupakan tahap pertama dalam urutan proses pengolahan kayu, kemajuan industri penggergajian mendorong pertumbuhan industri kayu sekunder. Peningkatan kapasitas rill salah satunya adalah kesempurnaan alat produksi dan keterampilan pekerja. Alat produksi misalnya gergaji untuk itu diperlukan saw doctoring yang memadai (Rahmanto, 2007). Kayu gergajian didefenisikan sebagai kayu hasil konversi kayu bulat dengan menggunakan mesin gergaji, mempunyai bentuk yang teratur dengan sisi-sisi sejajar dan sudut-sudutnya siku dengan ketebalan tidak lebih dari 6 cm dan kadar air tidak lebih dari 18%, pada masa sekarang ini teknologi yang digunakan dalam industri penggergajian kayu sangat bervariasi, mulai dari yang sederhana dengan satu gergaji piring sampai dengan peralatan canggih menggunakan sistem hidrolik, pneumatik, dan eletronik (Rahmanto, 2007). 2.3 Bagian-bagian dalam Industri Penggergajian Bagian dalam industri penggergajian yang paling sederhana iyalah tempat penimbunan kayu bulat yang akan digergaji, tempat proses produksi dan tempat kayu gergajian. Bagian ini kemudian berkembang Page 4

5 dengan lapangan pengeringan atau dengan adanya kantor, apabila produksi bertambah. Tempat penumpukan kayu gergajian basah akan diperlukan apabila tersedia forklif untuk mengangkut atau menempatkannya di tempat pengeringan, dilapangan terbuka atau dalam oven. Dengan bertambahnya produksi, mesin gergaji bertambah, demikian pula gergajinya, sehinggga mungkin diperlukan bengkel tersendiri. Kemudian tidak dilupakan juga, tempat pemuatan kayu gergajian ke dalam alat pengangkut untuk pengiriman (Nasendi, 2000). Di sini, perhitungan biaya harus selalu dilakukan. Menambah mesin, berarti biaya, membeli peralatan seperti forklift, berarti biaya, menyediakan oven, berarti biaya, menyelenggarakan bengkel sendiri, juga biaya. Semua perhitungan biaya ini harus selalu diseimbangkan atau diperhitungkan dengan pendapatan yang akan diperoleh atau dengan perkataan lain, produksi harus selalu berada di atas titik impas atau brek-even point (Nasendi, 2000). 1. Logyard dan Logpond Logyard adalah areal dekat pabrik tempat penimbunan kayu bulat yang akan digergaji. Areal ini bisa luas, bisa tidak, tergantung produksi pabrik sehari-hari. Areal yang sempit hanya terdapat di penggergajian ukuran kecil yang hanya berproduksi beberapa meter kubik per hari. Dengan bertambahnya produksi per harinya, areal tempat kayu bulat akan semakin luas. Apabila demikian, maka areal itu harus datar, tidak bergelombang dan drainasenya harus baik, artinya tidak ada air yang menggenang di waktu musim hujan. Tanahnya harus keras agar tidak terjadi lumpur di musim hujan ataupun debu yang berlebihan di musim kemarau. Sebaiknya disediakan naungan, seperti pohon yang rindang, agar kayu bulat yang akan digergaji tidak cepat jadi kering yang dapat menyebabkan retak ataupun pecah pada ujung-ujungnya. Sediakan pula jalur bebas penghambat menjalarnya api dan lokasi logyard ke pabrik. Jalur bebas ini dapat berupa jalan yang cukup lebar dan bersih dari serpihan kayu dan daun yang dapat menularkan api. Kayu bulat sebaiknya dipisahkan menurut jenis kayunya, ukuran diameter, panjang dan kelas kualita, agar dengan demikian lebih mudah dalam pencatatan atau inventorenya dan dalam administrasi pengolahannya. Gunakan alas dan kayu afkir agar kayu bulat tidak langsung bersinggungan dengan tanah. Hal ini penting agar kayu bulat tetap bersih, apalagi apabila kondisi tanahnya berlumpur. Selain itu juga apabila terdapat serangan rayap tanah, akan lebih mudah dapat diketahui. Page 5

6 Apabila terdapat serangan rayap tanah, tanah sebaiknya disiram dengan larutan insektisida anti rayap. Dengan demikian, larutan yang meresap ke dalam tanah akan menjadi benteng kimia bagi kayu terhadap serangan rayap tanah. Untuk kayu bulat yang mengalami pecah atau retak ujung, sebaiknya diberi paku S. yaitu plat tipis dari besi atau baja yang berbentuk huruf S yang kemudian ditancapkan masuk ke dalam kayu melintang arah retak atau pecahnya. Apabila serangan jamur permukaan seperti blue-stain dan semacamnya menjadi masalah seperti pada kayu Pinus, maka kayu bulat seawal mungkin disemprot dengan larutan fungisida pada kedua ujungnya dan pada bagian yang terbuka kulitnya. Logpond yaitu tempat penyimpanan kayu bulat di air, dapat berupa sungai telaga atau laut. Suatu industri pengergajian hanya akan menggunakan logpond apabila transportasi bahan bakunya (kayu bulat) lebih mudah dan lebih mutrah dilakukan lewat air. Hal ini banyak terdapat di luar Jawa(Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua), untuk angkutan kayu bulat dan hutan digunakan sungai dan laut, hingga industri penggergajianpun kemudian didirikan di tepi sungai atau di tepi laut. Tempat penyimpanan kayu bulatpun kemudian dilakukan di air yaitu di sungai di laut bagian tepi. Keuntungan dari logpond ini antara lain, luas dan murah, tetap bersih, tidak ada bahaya retak dan pecah dan tidak ada bahaya kebakaran logpond, juga tidak ada serangan rayap dan jamur permukaan. Kerugian logpond iyalah bahwa kayu yang berat akan tenggelam, sehingga tidak dapat disimpan di logpond; banjir dapat menghanyutkan kayu; apabila air surut, kayu bulat menjadi kotor terkena lumpur; pada beberapa jenis kayu, ekstraktif kulit mencemari kayunya. Perlu ditambahkan di sini bahwa logpond buatan sangat mahal. Seperti halnya pada logyard, kayu di logpond sebaiknya dipisahkan menurut jenis kayu, kelas diameter dan panjang dan kualita. Cara penyimpanannya agar tidak mudah terbawa oleh arus air yaitu dengan merakitnya satu dengan yang lain, kemudian rakitan ini diikatkan pada pohon atau tonggak kayu atau besi yang dipasang. di darat, di tepi sungai atau laut. Pada perairan yang tenang dan tidak begitu dalam, kayu-kayu mungkin tidak perlu dirakit, tetapi batas areal penyimpanan harus dibatasi dengan tunggak-tunggak kayu yang ditancapkan dengan kuat ke dasar sungai, telaga, atau laut. 2. Pabrik Page 6

7 Pabrik adalah tempat mesin-mesin penggergajian dan prosesnya. Tergantung dari besar kecilnya industri, maka jumlah, jenis dan ukuran atau kapasitas mesinnva akan berbeda-beda. Industri yang kecil, jumlah dan ragam mesinnya sedikit, sebaliknya untuk industri yang besar, ragam dan jumlah mesinnya banyak. Umumnva mesin-mesin itu terdiri dari mesin pengupas kulit, mesin pembagi (panjang) batang, gergaji utama, gergaji ulang, gergaji pelurus pinggir dan gergaji pemotong ujung. Ada pula industri yang menambahkan mesin penceriping yang mengubah sebetan dan potongan-potongan kayu sisa menjadi ceriping kayu (chips). Mesin gergaji utama gergaji pita dilengkapi dengan kereta kayu bulat untuk proses penggergajiannya. Pada industri yang kecil, tidak terdapat mesin pengupas kulit dan mesin pembagi batang. Mesin gergajinya hanya terdiri dari gergaji utama, gergaji ulang dan gergaji pemotong ujung, atau terdiri dari gergaji utama, gergaji pelurus pinggir dan gergaji pemotong ujung. 3. Tempat Pengeringan Tempat pengeringan kayu gergajian dapat berupa lapangan pengeringan dan atau oven atau kamar pengering. Apabila digunakan lapangan pengeringan, lapangan hendaknya cukup luas, tanahnya datar atau sedikit miring, tetapi tidak bergelombang, drainase baik dan tidak ternaungi oleh pohon ataupun gedung yang tinggi. Keuntungan lapangan pengenngan yaitu murah dan dapat menampung cukup banyak kayu gergajian. Kayu gergajian yang dikeringkan jenisnya harus sama atau berat jenisnya hampir sama. Tebal kayu yang dikeringkan harus sama dalam satu tumpukan. Penumpukan dilakukan secara horisontal, dengan permukaan terlebar menghadap ke atas. Antara setiap lapisan kayu diberi tongkat-tongkat dengan penampang empat segi panjang, lurus dan tebalnya seragam. Jarak antar tongkat antara 50 sampai 70 cm. Untuk kayu gergajian tipis, jarak antar tongkat lebih dekat, untuk kayu gergajian yang tebal, jarak antar tongkat dapat lebih jauh. Proses penumpukan dapat dilakukan di lapangan atau di bawah atap. Kayu gergajian ditumpuk, kemudian diangkut dengan forklift ke lapangan pengeringan. Kayu dapat ditumpuk tiga tumpukan ke atas asalkan tidak runtuh. Antar tumpukan diberi gelagar-gelagar melintang. Tumpukan paling atas diberi pemberat agar kayu tidak melengkung pada waktu dikeringkan, kemudian diberi penutup atas secukupnya untuk menghindani sinar matahari langsung dan hujan. Pengeringan metode ini disebut pengereingan alami dan memakan waktu berbulan-bulan untuk menjadi kering. Pengeringan metode lain yaitu dengan kamar pengering atau oven. Sumber panasnya berasal dari air panas atau uap air panas yang dialirkan Page 7

8 lewat pipa-pipa masuk ke dalam oven. Udara di dalam oven disirkulasikan dengan menggunakan kipas angin. Pengeringan dengan cara ini lebih cepat, dalam hitungan minggu 4. Bengkel Bengkel merupakan kebutuhan yang vital industri penggergajian. Di sini bilah gergaji dirawat setiap hari. Untuk menggergaji kayu-kayu yang keras atau dengan kerapatan tinggi, bilah gergaji hanya dapat bertahan beberapa jam. Gigi gergaji perlu di asah dan dibentuk kembali, agar proses pemotongan berjalan lancar. Lebih dari itu, sering terjadi retak atau gigi patah yang harus segera dibetulkan kembali. Bilahnyapun perlu perawatan, yang akan dijelaskan kemudian pada Bab Pemeliharaan gergaji. Demikian pula mesin-mesin yang terdapat di dalam pabrik memerlukan perawatan dan pemeliharaannya. 5. Tempat penyimpanan kayu gergajian Kayu gergajian harus disimpan di bawah atap, terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Dua yang bterakhir ini akan sangat merugikan pada kualitas kayu gergajian. Kayu gergajian yang kehujanan akan semakin bertambah beratnya dan menjadi masalah dalam pengangkutan. Selain itu, kondisi basah atau lembab yang terlalu lama akan menimbulkan tumbuhnya jamur atau cendawan pada kayu gergajian. Sebaliknya sinar matahari langsung dapat menyebabkan retak-retak dan mungkin pecah pada kayu gergajian, yang akan menurunkan kualitasnya. Pada penyimpanan, tumpukan kayu gergajian harus diletakkan di atas suatu pondasi yang terbuka, jadi tidak langsung berhubungan dengan tanah atau lantai dasar ruangan. Hal ini dimaksudkan agar apabila terdapat serangan rayap tanah, akan dengan cepat mudah diketahui sehingga pencegahan lebih lanjut dapat segera dilakukan dan mempermudah proses pemuatannya pada alat pengangkut. 3. HASIL & PEMBAHASAN 3.1 Sumber Bahan Baku Bahan baku industri ini dimulai dengan membeli pohon-pohon buah yang dimiliki masyarakat sekitar yakni pohon Durian, Cempedak, Lamtoro (petai cina), Sengon, Jati super, Alban, Parembalang, Terap bunga, Terap batu, Mahoni, Kuini, Jati putih, Tulasan, Nangka, Cempedak, Jengkol, dan Kemiri. Apabila di sekitar tanjung anom tidak terdapat lagi pohon buah yang diinginkan ukurannya maka pemilik akan pergi ke daerah lainnya Page 8

9 untuk mencari bahan baku tersebut misalnya daerah sembahe, pancur batu, dan sibolangit (vanda, 2003). Berdasarkan tipe gergaji utama yang digunakan industri ini adalah band sawmill, pertimbangannya adalah menggunakan alat ini lebih efisien (lebih menghasilkan tingkat rendemen yang tinggi), praktis, dan lebih mempersingkat waktu dalam pembelahan atau proses produksi kayu. Alat gergajian yang digunakan, antara lain : Circular saw, Band saw, dan Chain saw, namun yang utama digunakan adalah band saw. Berdasarkan cara produksi, industri ini menggunakan service sawmill. Berdasarkan fungsi, industri ini tergolong resawing, karena industri ini menghasilkan bahan baku melalui industri yang lain dan berdasarkan mobilitasnya industri UD Bintang Terang ini tergolong permanen, hal ini karena lokasinya tidak berpindah-pindah (Wackherman, 2009). 3.2 Proses penggergajian kayu Alat dan mesin yang digunakan dalam penggergajian antara lain Gergaji Bundar (Sircular Saw), Gergaji Pita (Band Saw), Mobil Pengangkut / Truk, Mesin Sawmill, dan Mesin Gerinda (Sukanda, 2008). Proses penggergajian kayu dimulai dari pemilihan pohon. Setelah pohon dipilih, lalu ditebang. Pohon yang telah ditebang dipotong cabang dan rantingnya, menyisakan batang utamanya. Kayu lalu dibawa oleh truk kayu, transportasi rel, atau metode lainnya ke penggergajian kayu. Pengukuran kayu bisa dilakukan di tempat penebangan, dalam perjalanan, maupun di penggergajian kayu. Debarking, yaitu proses pengeliminasian bark atau kulit kayu dari kayu. Decking, yaitu pemilihan dan pengklasifikasian kayu berdasarkan spesies, ukuran, dan penggunaannya (Yanri, 2011). Setelah itu, kayu dipotong dengan head saw sebagai langkah awal. Tergantung kebutuhan, kayu bisa dipotong lagi dengan gergaji yang berbeda menjadi bentuk dan dimensi yang lebih spesifik. Triming yaitu membentuk kayu menjadi ukuran yang lebih detail dari potongan sebelumnya yang cenderung lebih kasar. Pengeringan mengurangi kadar air di dalam kayu. Bisa dilakukan dengan kiln atau dijemur di panas matahari. Mengetam (planing) untuk memperhalus permukaan. Pengapalan atau transportasi kayu yang telah selesai diproses ke pasar (Yanri, 2011). Terakhir adalah teknik-teknik dalam penggergajian kayu. Page 9

10 1. Pembelahan kayu (resawing) Pembelahan kayu disini termasuk pembelahan kedua, sebab menurut pihak pengelola industri, bahan baku dibelah untuk ditentukan ukurannya. Sesungguhnya mesin dari industri ini dapat digunakan untuk membelah log atau dolok. Akan tetapi, bahan baku industri sudah berbentuk cant. cant adalah blambangan yang berbentuk setengah, sepertiga, dan seperampat yang diperoleh melalui pembelahan pertama. 2. Meratakan kayu bagian pinggir Istilah meratakan kayu bagian pinggir ini dikenal oleh pihak pengelola industri sebagai pembuatan siku atau menyikukan kayu. Perataan ini berguna untuk memudahkan pembentukannya dalam proses produksi lanjutan. Dephutbun RI (1998) menyatakan perataan sisi dan pemotongan ujung adalah pekerjaan yang penting yang memerlukan petugas-petugas dengan pengetahuan yang baik tentang kualitas kayu gergajian. 3. Proses lanjutan penggergajian kayu Proses lanjutan ini berupa membuat produk, seperti pintu, kusen, jendela, dan lain-lain. Pembuatan kusen ini melalui proses pemotongan dan pembuatan ukurannya, pembuatan dudukan, sponing (lanjutan), pemasangan, dan finishing. Industri biasanya jarang membuat produk karena keterbatasan alat. Oleh karena itu, industri ini mengutamakan pembelahan berbagai ukuran sortimen sesuai dengan pesanan (order). 4. KESIMPULAN Industri penggergajian yang tertua diyakini berada di Jawa. Sejarah pengelolaan hutan bermula di Jawa, yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan penanaman dan pengelolaan hutan jati Penggergajian pertama dengan mesin didirikan pada tahun 1926 di Madiun oleh Belanda. Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang terdiri atas sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang unik. Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap volumenya. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu proporsi volume rongga kosong.penggergajian adalah suatu unit kegiatan yang merubah log menjadi kayu penggergajian dengan menggunakan alat utama gergaji. Perbedaannya dengan penggergajian kayu adalah alat yang digunakan. Gergaji adalah alat membelah dan Page 10

11 memotong kayu yang terbuat dari logam atau campuran logam yang bentuknya pipih dan mempunyai gigi banyak. Bagian dalam industri penggergajian yang paling sederhana iyalah tempat penimbunan kayu bulat yang akan digergaji, tempat proses produksi dan tempat kayu gergajian. Bagian ini kemudian berkembang dengan lapangan pengeringan atau dengan adanya kantor, apabila produksi bertambah. Tempat penumpukan kayu gergajian basah akan diperlukan apabila tersedia forklif untuk mengangkut atau menempatkannya di tempat pengeringan, dilapangan terbuka atau dalam oven. Bahan baku industri ini dimulai dengan membeli pohon-pohon buah yang dimiliki masyarakat sekitar yakni pohon Durian, Cempedak, Lamtoro (petai cina), Sengon, Jati super, Alban, Parembalang, Terap bunga, Terap batu, Mahoni, Kuini, Jati putih, Tulasan, Nangka, Cempedak, Jengkol, dan Kemiri. DAFTAR PUSTAKA Effendi, R Pola Distribusi Kayu Penghara Untuk Industri Penggergajian di Daerah Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Iskandar, U Forest Sector Reform. Lokakarya Optimalisasi Pelaksanaan Desentralisasi serta Sistem Pendukungnya di Sektor Kehutanan. 2-3 Desember 2001, Jakarta. Muhdi Pemanenan Hasil Hutan (Buku Ajar). USU. Medan Nasendi, Peningkatan Efisiensi Distribusi dan Tata Niaga Bahan Baku Kayu dan Hasil Olahannya. Diskusi Industri Perkayuan VII, Februari 2000, Jakarta. Rahmanto, G.H. dan Suwarno Perkembangan Produksi Kayu di Kalimantan Timur. Dipterokarpa, Vol. 2 No. 2 (2007) pp BPK Samarinda. Staaf, K.A.G dan N.A. Wiksten Tree harvesting techniques Page 11

12 Sukanda dan Wesman E Standarisasi Gergaji Rantai untuk Penebangan Pohon. Prosiding PPI Standarisasi Jakarta. Vanda M. D A Review of Legal Requirements with Regard to Timber Plantation Concessions in Indonesia. Greenomics Indonesia. Jakarta. Wackherman, A. E Harvesting Timber Crops. McGraw-Hill Book Company. Inc. New York. Yanri, Z., M. Yusuf, A. W. Ernawaty Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan (Terjemahan Elias). International Labour Office. Genev Page 12

13 Page 13

! "# # $ # % & % # '(()

! # # $ # % & % # '(() !"# # $# % & % # '(() Kata Pengantar Buku Ilmu Penggergajian Kayu sebagai bahan ajar ini disusun sebagai pedoman dalam memberikan kuliah kepada mahasiswa strata satu. Bahan-bahannya diambil dan tiga buku

Lebih terperinci

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu

Lebih terperinci

VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian

VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian Agar suatu industri penggergajian yang didirikan dapat berjalan lancar, sesuai dengan rencana, selama jangka waktu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Suryamas Lestari Prima adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam industri pembuatan daun pintu. PT. Suryamas Lestari Prima didirikan atas

Lebih terperinci

PENGGERGAJIAN KAYU. Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP

PENGGERGAJIAN KAYU. Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP KARYA TULIS PENGGERGAJIAN KAYU Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 839 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN AGUSTUS 2008 Arif Nuryawan : Penggergajian Kayu,

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : Rachman Effendi 1) ABSTRAK Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kalimantan Selatan tidak sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan PROSES PENGAWETAN KAYU 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan Tujuan dari persiapan kayu sebelum proses pengawetan adalah agar 1 ebih banyak atau lebih mudah bahan pengawet atau larutannya meresap ke dalam

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN THE ANALYSIS OF VARIETY OF WOOD WASTE MATERIAL FROM WOOD INDUSTRY IN SOUTH BORNEO Djoko Purwanto *) *) Peneliti Baristand Industri

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah

Lebih terperinci

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri 1 DIKTAT PENGERINGAN KAYU Oleh: Efrida Basri I. Konsep Dasar Pengeringan Kayu Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu menurut Conway (1987) adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan pengeluaran kayu dari hutan ketempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Pengertian sistem Suatu sistem menyangkut seperangkat komponen yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lainnya dan bekerja bersama-sama untuk dapat mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil sumber daya yang berasal dari hutan yang dapat di jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat dijadikan bahan baku

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR PENGERING TERHADAP KUALITAS KAYU SUREN, SENGON, DAN MAHONI

TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR PENGERING TERHADAP KUALITAS KAYU SUREN, SENGON, DAN MAHONI TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR PENGERING TERHADAP KUALITAS KAYU SUREN, SENGON, DAN MAHONI Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

III RANCANGAN DAN PROFIL GIG! GERGAJI A. Tipe Gigi

III RANCANGAN DAN PROFIL GIG! GERGAJI A. Tipe Gigi III RANCANGAN DAN PROFIL GIG! GERGAJI A. Tipe Gigi Meskipun mungkin banyak terdapat bentuk-bentuk gigi gergaji, padaa dasarnya hanya terdapat tiga atau empat bentuk pokok. Empat bentuk atau tipe gigi gergaji

Lebih terperinci

Mutu dan Ukuran kayu bangunan

Mutu dan Ukuran kayu bangunan Mutu dan Ukuran kayu bangunan 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi, istilah, penggolongan, syarat mutu, ukuran, syarat pengemasan, dan syarat penendaan kayu bangunan. 2. Definisi Kayu bangunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Tebang Habis Jati Kegiatan tebang habis jati di Perum Perhutani dilaksanakan setelah adanya teresan. Teresan merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU 3.1.Keterkaitan Antara Kondisi Kebasahan/Kekeringan Kayu dan Kandungan Air serta Kadar Air Dan uraian pada kuliah kedua minggu yang lalu, dipahami tentang

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGERINGAN DAN TEBAL KAYU TERHADAP KECEPATAN DAN CACAT PENGERINGAN KAYU TUSAM.

PENGARUH METODE PENGERINGAN DAN TEBAL KAYU TERHADAP KECEPATAN DAN CACAT PENGERINGAN KAYU TUSAM. PENGARUH METODE PENGERINGAN DAN TEBAL KAYU TERHADAP KECEPATAN DAN CACAT PENGERINGAN KAYU TUSAM. Yustinus Suranto, Riris Trideny Situmorang Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Iyus Susila 1,*, Fakhri Huseini 1 1 Institut Teknologi dan Sains Bandung, Deltamas, Bekasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi Laporan Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi pasca letusan Merapi 21 Disusun oleh: Ali Awaludin,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap Gambar 12.1 Rencana Atap Rumah Tinggal 12.2 Menggambar Ditail Potongan Kuda-kuda dan Setengah Kuda- Kuda Gambar 12.2 Potongan Kuda-kuda dan

Lebih terperinci

VII. VOLUME DAN SORTIMEN. A. Penaksiran Volume Kayu Gergajian

VII. VOLUME DAN SORTIMEN. A. Penaksiran Volume Kayu Gergajian VII. VOLUME DAN SORTIMEN A. Penaksiran Volume Kayu Gergajian Terdapat beberapa macam cara penaksiran volume kayu gergajian dan kayu bulat yang ada, baik secara perhitungan dengan menggunakan rumus tertentu,

Lebih terperinci

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang melimpah. Sumberdaya hutan Indonesia sangat bermanfaat bagi kehidupan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Sepanjang Januari 2015, tercatat 32 kasus pohon tumbang dan 14 pohon sempal di wilayah Jakarta. Beberapa jenis pohon yang tumbang adalah angsana,

Lebih terperinci

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu: TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Conway (1982) dalam Fadhli (2005) menjelaskan bahwa pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan

Lebih terperinci

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, khususnya di negara

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, khususnya di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentunya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, khususnya di negara Indonesia. Hal ini membangkitkan

Lebih terperinci

SNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA

SNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 03-3529 - 1994 UDC 691.024.15.035.3 MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN DAFTAR ISI Halaman 1. RUANG LINGKUP... 1 2. DEFiNISI... 1 3. ISTILAH... 1 4. KLASIFIKAS1...

Lebih terperinci

BAB 2 BAMBU LAMINASI

BAB 2 BAMBU LAMINASI BAB 2 BAMBU LAMINASI 2.1 Pengertian Bambu Laminasi Bambu Laminasi adalah balok/papan yang terdiri dari susunan bilah bambu yang melintang dengan diikat oleh perekat tertentu. Pada tahun 1942 bambu laminasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM KUDA-KUDA DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) PENDAHULUAN MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA

ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA Makkarennu, Beta Putranto, Nurfina Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA PROSES PENGERINGAN KAYU GERGAJIAN DI PT SUMALINDO LESTARI JAYA DAN PT KALINDO PACIFIC

PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA PROSES PENGERINGAN KAYU GERGAJIAN DI PT SUMALINDO LESTARI JAYA DAN PT KALINDO PACIFIC PRODUKTIVITAS DAN ANALISIS BIAYA PROSES PENGERINGAN KAYU GERGAJIAN DI PT SUMALINDO LESTARI JAYA DAN PT KALINDO PACIFIC Productivity and Cost Analysis of Drying Process of Sawn Timber at PT Sumalindo Lestari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Jati Pohon jati merupakan pohon yang memiliki kayu golongan kayu keras (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter. Tinggi batang

Lebih terperinci

MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MEMAHAT) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MEMAHAT) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 8 Bentuk-bentuk pahat Dibuat dari baja karbon

Lebih terperinci

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan : Budidaya

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit Fakhri, Syafhiddin, Haji Gussyafri, Eko Riawan Laboratorium Kayu, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA

PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA I r h a m 1*, Arif Mardianto 2 1 Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jln B. Aceh Medan Km 280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Menurut Sessions (2007), pemanenan hutan merupakan serangkaian aktivitas penebangan pohon dan pemindahan kayu dari hutan ke tepi jalan untuk dimuat dan diangkut

Lebih terperinci

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

TEKNIK PENEBANGAN KAYU TEKNIK PENEBANGAN KAYU Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto, 1979). Tujuan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. kayu dari pohon-pohon berdiameter sama atau lebih besar dari limit yang telah TINJAUAN PUSTAKA Kegiatan Penebangan (Felling) Penebangan merupakan tahap awal kegiatan dalam pemanenan hasil hutan yang dapat menentukan jumlah dan kualitas kayu bulat yang dibutuhkan. Menurut Ditjen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH. PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

Indah, Awet, dan Anti Rayap

Indah, Awet, dan Anti Rayap P E T U N J U K P E M A S A N G A N Indah, Awet, dan Anti Rayap KARAKTERISTIK Indah, bertekstur kayu. Awet, tidak lapuk, dan tahan terhadap cuaca. Anti rayap. Tidak mudah terbakar. Finishing dengan cat

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Iwan Risnasari : Kajian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

E U C A L Y P T U S A.

E U C A L Y P T U S A. E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran. III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) RIKA MUSTIKA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Sebelum kegiatan pemanenan kayu dapat dilaksanakan dihutan secara aktual, maka sebelumnya harus disusun perencanaan pemanenan kayu terlebih dahulu. Perencanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board (OSB) Awalnya produk OSB merupakan pengembangan dari papan wafer (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika pada tahun 1954. Limbah-limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu sebagai salah satu kegiatan pengelolaan hutan pada dasarnya merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengubah pohon

Lebih terperinci

Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan

Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan 2 6 Juni 2015 Tidak semua orang tinggal di bangunan baru. Kebanyakan orang membeli rumah yang sudah pernah ditinggali oleh seseorang dan memutuskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG 5.1. Kondisi Geografis dan Potensi Alam Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa barat. Daerah ini memiliki potensi

Lebih terperinci

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N ( ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 7 Bagian-bagian gergaji Gergaji terdiri dari

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kali ini, difokuskan pada pengrajin gerabah yang ada di desa Kesilir Kcamatan wuluhan Kabupaten Jember. K egiatan yang telah dilakukan tim pelaksana dimulai

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan yang memiliki peran sebagai sarana transportasi yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana jembatan berfungsi untuk menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA Tri Hartanto Abstrak Pengetahuan tentang sistim struktur dan konstruksi, dan teknologi bahan sangat erat sekali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci