BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS"

Transkripsi

1 25 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas hasil pencucian membran reverse osmosis dengan variasi konsentrasi larutan HCl dengan pompa low pressure, proses tahapan pembilasan, hasil pencucian membran dengan larutan 0,1 M, 0,2 M, 0,3 M dengan pompa high pressure 2 HP, hasil air pengujian pencucian membran reverse osmosis dengan metode pencekikan tekanan pada output membran, serta perbandingan hasil air dari membran reverse osmosis baru dengan membran yang sudah dicuci pada kandungan ph, TDS, Cl serta output yang dihasilkan. 4.2 HASIL PENCUCIAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS DENGAN VARIASI KONSENTRASI LARUTAN HCl 0,1 M, 0,2 M, 0,3 M DENGAN POMPA LOW PRESSURE Pengujian dilakukan dengan menggunakan membran bertipe polysulfone Pemilihan polisulfon, disamping karena polimer jenis ini mempunyai kualitas mekanis dan kestabilan kimia yang cukup baik, juga memiliki pori yang relatif besar sehingga fluks airya juga besar (Sourirajan, 1975). Pada pengujian ini peneliti menggunakan berbagai tahap variasi konsentrasi HCl dari mulai 0,1 M, 0,2 M, hingga 0,3 M. Larutan kimia yang umum digunakan dalam pencuian membran dikategorikan kedalam lima jenis, yaitu asam (asam sitrat, HCl), alkali (NaOH), chelating agent (EDTA, poliakrilat), surfaktan (SDS), dan enzim (protease, amylase) (Jayanti, 2016). Pemilahan larutan HCl dikarenakan bahwa HCl merupakan larutan

2 26 kimia yang umum digunakan dalam pencucian membran dan mampu menghilangkan kerak yang menempel pada permukaan membran secara sempurna (Retno, 2016). Tabel 4.1 Hasil air proses pencucian dengan pompa low pressure menggunakan HCl konsentrasi 0,1 M NO Waktu/Menit LPM TDS PH 1 3 0, , , , , , , ,4 Tabel 4.2 Hasil air proses pencucian dengan pompa low pressure menggunakan HCl konsentrasi 0,2 M NO Waktu/Menit LPM TDS PH 1 3 1, , , , , , , ,7 Tabel 4.3 Hasil air proses pencucian dengan pompa low pressure menggunakan HCl konsentrasi 0,3 M NO Waktu/Menit LPM TDS PH 1 3 1,3 L 352 6, ,5 L 352 6, ,4 L 353 6, ,4 L 354 6,5 Pada tabel 4.3 Hasil pengujian pencucian membran reverse osmosis dengan konsentrasi 0,1 M menggunakan pompa low pressure tidak mampu menekan dan

3 27 mencuci kotoran serta kerak yang menempel pada lapisan inti membran sehingga output air yang dihasilkan terlalu rendah. Pada tabel 4.2 dan 4.3 hasil pengujian pencucian membran reverse osmosis menggunakan pelarut HCl dengan konsentrasi 0,2 M dan 0,3 M menggunakan pompa low pressure. Parameter TDS dan ph pada air masih tidak layak dikonsumsi karena berada diatas normal. Menurut permenkes no.492/ MENKES / PES / IV / 2010 parameter air yang layak konsumsi nilai ph 6,5-8,5 dan menurut NSF (National Sanitation Foundation) air bersih dan air murni memiliki nilai TDS kurang dari 40 ppm. LPM Waktu/Menit y = x R² = 1 Gambar 4.1 Grafik regresi linier LPM pada hasil pengujian variasi waktu Analisis regresi linier adalah proses memprediksi satu varibel dari variable lain untuk mengetahui adanya hubungan signifikan diantara kedua variable tersebut (Silalahi, 2009). Menurut Colton (1998) pembagian kekuatan korelasi terbagi menjadi empat hubungan, yaitu: korelasi lemah apabila nilai R antara 0,00 0,25, korelasi sedang nilai R antara 0,25 0,50, korelasi kuat nilai R antara 0,51 0,75, serta korelasi sangat kuat atau sempurna nilai R antara 0,76 1,00. Grafik 4.1 menunjukan korelasi antara LPM dengan waktu. Parameter yang digunakan untuk menghitung seberapa besar korelasi yang terjadi yaitu dengan

4 28 melihat nilai R². Suatu regresi dapat dikatakan memiliki korelasi yang sangat tinggi apabila nilai R² yang dihasilkan antara 0,76 sampai dengan 1. Pada grafik tersebut menunjukan nilai R² 1 yang artinya berarti hubungan antara LPM dengan waktu memiliki korelasi yang sangat tinggi y = 0.1x R² = ppm Waktu/menit Gambar 4.2 Grafik regresi linier TDS pada hasil pengujian variasi waktu Grafik 4.2 menunjukan korelasi antara TDS dengan waktu. Parameter yang digunakan untuk menghitung seberapa besar korelasi yang terjadi yaitu dengan melihat nilai R². Suatu regresi dapat dikatakan tidak memiliki korelasi apabila nilai R² < 0,26. Pada grafik tersebut menunjukan nilai R² 0,1636 yang artinya lebih kecil dari 0,26, hal ini berarti hubungan antara TDS dengan waktu sangat tidak berkorelasi.

5 ph y = x R² = Waktu/menit Gambar 4.3 Grafik regresi linier LPM pada hasil pengujian variasi waktu Grafik 4.3 menunjukan korelasi antara ph dengan waktu. Parameter yang digunakan untuk menghitung seberapa besar korelasi yang terjadi yaitu dengan melihat nilai R². Suatu regresi dapat dikatakan terjadi korelasi sedang apabila nilai R² antara 0,25-0,50. Pada grafik tersebut menunjukan nilai R² 0,4545 yang artinya lebih kecil dari 0,50, hal ini berarti hubungan antara TDS dengan waktu memiliki korelasi sedang. 4.3 PROSES TAHAPAN PEMBILASAN Tahapan pembilasan ini menggunakan air sampel dari hasil pencucian membran dengan larutan HCl 0,1 M 0,2 M dan 0,3 M. Proses pembilasan ini melalu beberapa tahap, pembilasan pertama menggunakan asam sitrat 0,05 M, pembilasan kedua menggunakan air baku, dan pembilasan ketiga menggunakan air RO. Hasil pembilasan dapat dilihat pada tabel Proses pembilasan ini berfungsi untuk menurunkan TDS pada air agar serta menstabilkan ph air dan mensterilkan membran dari sisa-sisa pencucian dengan HCl.

6 30 Tabel 4.4 Hasil air proses pembilasan dengan pompa low pressure HCl 0,1 M, 0,2 dan 0,3 M NO KONSENTRASI PEMBILASAN TDS ph Pembilasan 1 (asam sitrat) 151 6,7 1 0,1 M Pembilasan 2 (air baku) 60 6,7 Pembilasan 3 (air R.O) 7 6,6 Pembilasan 1 (asam sitrat) 154 6,6 2 0,2 M Pembilasan 2 (air baku) 63 6,6 Pembilasan 3 (air R.O) 10 6,6 Pembilasan 1 (asam sitrat) 173 6,4 3 0,3 M Pembilasan 2 (air baku) 81 6,3 Pembilasan 3 (air R.O) 15 6,4 Dari tabel 4.4 adalah hasil dari proses tahapan pembilasan dengan asam citrat, air baku, dan air RO. Tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan bahwa pencucian membran benar-benar bersih, menurunkan TDS, serta menstabilkan ph air dari sisa sirkulasi pencucian dengan HCl dari tahapan sebelumnya TDS PH asam citrat air baku air R.O Gambar 4.4 grafik TDS, PH,Waktu, proses pembilasan dengan asam sitrat,air baku dan air R.O dari HCl konsentrasi 0,1 M

7 asam citrat air baku air R.O TDS PH Gambar 4.5 grafik TDS, PH,Waktu, proses pembilasan dengan asam sitrat,air baku dan air R.O konsentrasi 0,2 M asam citrat air baku air R.O TDS PH Gambar 4.6 grafik TDS, ph,waktu, proses pembilasan dengan asam sitrat,air baku dan air R.O konsentrasi 0,3 M

8 32 Pembilasan dengan proses menggunakan asam citrat dengan waktu sirkulasi 60 mnit, dalam tahapan proses ini TDS mengalami penurunan dikarenakan sifat dari asam citrat bersifat melarutkan endapan mineral Cl yang bereaksi dengan kation yang terkandung pada air seperti Ca²+, K+, Na+, Mg²+. Pada konsentrasi 0,1 M nilai TDS 151 ppm dan 6,7 ph, nilai TDS turun dari nilai 334 ppm ke 151 ppm sebesar 54,7%, sedangkan pada konsentrasi 0,2 M nilai TDS 154 ppm dan 6,6 ph, nilai TDS turun dari nilai 341 ppm ke 154 ppm sebesar 54,8% dan pada konsentrasi 0,3 M nilai TDS 173 ppm dan 6,4 ph, nilai TDS turun dari nilai 352 ppm ke 173 ppm sebesar 50,8%. Pembilasan selanjutnya menggunakan air baku, difungsikan untuk mencuci membran dari sisa pembilasan sirkulasi dari asam citrat tadi. Pada proses pencucian air baku ini dilakukan dengan durasi waktu hingga 40 menit agar membran benarbenar bersih. Pada konsentrasi 0,1 M nilai TDS 60 ppm dan 6,7 ph, nilai TDS turun dari nilai 151 ppm ke 60 ppm 60,3%, sedangkan pada konsentrasi 0,2 M nilai TDS 63 ppm dan 6,6 ph, nilai TDS turun dari nilai 154 ppm ke 63 ppm sebesar 59%, dan pada konsentrasi 0,3 M nilai TDS 81 ppm dan 6,3 ph, nilai TDS 173 ppm turun dari ppm ke 81 ppm sebesar 53,1%. Pembilasan terakhir menggunakan air reverse osmosis, difungsikan untuk mencuci membran dari sisa pembilasan air baku dan sirkulasi terakhir. Pada proses pencucian menggunakan reverse osmosis ini bertujuan untuk menetralkan air, pencucian dilakukan dengan durasi waktu 15 menit agar membran benar benar bersih dan netral kembali mendekati membran baru. Pada konsentrasi 0,1 M nilai TDS 7 ppm dan ph 6,6, nilai TDS turun dari 60 ppm turun ke 7 ppm sebanyak 88%, sedangkan pada konsentrasi 0,2 M nilai TDS 10 ppm dan 6,6 ph, nilai TDS turun dari 63 turun ke 10 ppm sebesar 84,1%, dan pada konsentrasi 0,3 M nilai TDS 15 dan 6,4 ph, nilai TDS turun dari 81 ppm turun ke 15 ppm sebesar 81,4%.

9 HASIL PENCUCIAN MEMBRAN DENGAN LARUTAN HCl 0,1 M, 0,2 M DAN 0,3 M MENGGUNAKAN POMPA HIGH PRESSURE 2 HP Pada tahap ini air sampel yang digunakan adalah hasil pencucian membran dengan konsentrasi 0,2 M mendapatkan hasil yang baik dari parameter TDS, ph dan Cl serta debit air nya pun cukup baik. Pada hasil pencucian membran dengan konsentrasi HCl 0,3M cenderung mengalami peningkatan pada TDS nya, kandungan Cl dan output air mengalami kenaikan, tetapi nilai ph mengalami penurunan Tabel 4.5 Hasil air membran R.O dengan HCl konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M menggunakan pompa high pressure NO Konsentrasi HCl LPM Pressure/Psi TDS PH Cl 1 0,1 M 2, ,6 3,97 2 0,2 M 4, ,5 3,65 3 0,3 M 5, ,2 3,96 Tabel 4.5 menunjukkan parameter air dengan pompa high pressure dari output air dari konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M pada pressure 115 Psi, dijelaskan pada gambar grafik 4.6

10 Hasil HCl 0,1 M Hasil HCl 0,2 M Hasil HCl 0,3 M LPM TDS ph Cl Gambar 4.7 Grafik hasil air membran reverse osmosis dengan HCl konsentrasi 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M menggunakan pompa high pressure Gambar 4.7 Hasil pengujian pencucian membran reverse osmosis dengan HCl 0,1 M adalah pencapaian kurang baik untuk kategori air minum yang layak dikonsumsi dengan parameter TDS 8 ppm dan ph 6,6.Debit air bersih yang dihasilkan sangat rendah dengan angka 2,8 LPM dan Cl 3,97 ppm. Hasil pengujian pencucian membran reverse osmosis dengan HCl 0,2 M adalah pencapaian baik untuk kategori air minum yang layak dikonsumsi dengan parameter TDS 7 ppm dan ph 6,5. Debit air yang dihasilkan baik dari hasil HCl 0,1 M, hasil air yang dihasilkan 4,8 LPM dan Cl nya 3,65 ppm. Hasil pengujian pencucian membran reverse osmosis dengan HCl 0,3 M cenderung kurang baik dari hasil HCl 0,1 M dan 0,2 M, parameter TDS nya pun cenderung lebih tinggi mencapai 12 ppm dan ph nya lebih rendah diangka 6,2 ppm. Hasil air yang dihasilkan dipengujian 0,3 M ini lebih baik mencapai angka 5,3 LPM dan Cl nya mengalami peningkatan diangka 3,96 ppm. Air bersih yang dihasilkan dari membran pencucian ini jauh lebih baik dari parameter awal sumber air baku yang mempunyai TDS 275 ppm, ph 7,4 serta

11 35 kandungan Cl 250 ppm, yang masih sangat tinggi dan belum memenuhi standart air minum untuk dikonsumsi. 4.5 HASIL AIR PENGUJIAN PENCUCIAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS DENGAN VARIASI PENCEKIKAN TEKANAN PADA OUTPUT PEMBUANGAN AIR MEMBRAN Variasi pencekikan biasanya digunakan ketika membran sudah dipakai dalam jangka waktu yang lama sehingga air yang dihasilkan membran mulai menurun. Pada tahap ini melakukan variasi pencekikan pembuangan pada membran yang masih normal dan baik agar mengetahui seberapa besar output yang dihasilkan air dari parameter LPM sehingga mengerti air yang didapat dengan variasi ini, pada langkah ini sedikit mengalami perubahan pada parameter TDS dalam air tetapi tetap stabil untuk ph air. Tabel 4.6 Hasil air proses variasi pencekikan menggunakan HCl konsentrasi 0,2 M NO Pengujian LPM Pressure/PSi TDS ph Cl 1 1 4, , , , , , , Pada tabel 4.6 hasil variasi pencekikan tekanan pada output air yang terbuang dimana hasil debit air yang didapat semakin meningkat, tetapi parameter TDS dan ph sedikit mengalami perubahan, tetapi pada hasil air LPM yang di hasilkan sangat meningkat jika pressure output air besar.

12 y = x R² = LPM Psi Gambar 4.8 Grafik regresi linier LPM pada hasil pengujian perbandingan variasi pencekikan pressure Grafik 4.8 menunjukan korelasi antara tekanan dengan output air yang dihasilkan. Parameter yang digunakan untuk menghitung seberapa besar korelasi yang terjadi yaitu dengan melihat nilai R². Suatu regresi dapat dikatakan memiliki korelasi yang sangat tinggi apabila nilai R² yang dihasilkan antara 0,8 sampai dengan 1. Pada grafik tersebut menunjukan nilai R² 0,9839 yang artinya mendekati nilai 1, hal ini berarti hubungan antara tekanan dengan output air sangat tinggi korelasinya.

13 PPM y = x R² = Psi Gambar 4.9 Grafik regresi linier TDS pada hasil pengujian perbandingan variasi pencekikan pressure Grafik 4.9 menunjukan korelasi antara tekanan dengan TDS. Parameter yang digunakan untuk menghitung seberapa besar korelasi yang terjadi yaitu dengan melihat nilai R². Suatu regresi dapat dikatakan memiliki korelasi yang sangat tinggi apabila nilai R² yang dihasilkan antara 0,8 sampai dengan 1. Pada grafik tersebut menunjukan nilai R² 0,8305 yang artinya lebih besar dari 0,8, hal ini berarti hubungan antara tekanan dengan TDS sangat tinggi korelasinya.

14 ph y = x R² = Psi Gambar 4.10 Grafik regresi linier ph pada hasil pengujian perbandingan variasi pencekikan pressure Grafik 4.10 menunjukan korelasi antara tekanan dengan ph. Parameter yang digunakan untuk menghitung seberapa besar korelasi yang terjadi yaitu dengan melihat nilai R². Suatu regresi dapat dikatakan tidak terjadi korelasi apabila nilai R² antara 0,4 sampai dengan 0,599. Pada grafik tersebut menunjukan nilai R² 0,4576, hal ini menunjukan bahwa tekanan dengan ph tidak memiliki korelasi Cl (ppm) y = 0.008x R² = Psi Gambar 4.11 Grafik regresi linier Cl pada hasil pengujian perbandingan variasi pencekikan pressure

15 39 Grafik 4.11 menunjukan korelasi antara tekanan dengan Cl. Parameter yang digunakan untuk menghitung seberapa besar korelasi yang terjadi yaitu dengan melihat nilai R². Suatu regresi dapat dikatakan memiliki korelasi yang sangat tinggi apabila nilai R² yang dihasilkan antara 0,8 sampai dengan 1. Pada grafik tersebut menunjukan nilai R² 0,9407 yang artinya lebih besar dari 0,8, hal ini berarti menunjukan hubungan antara tekanan dengan Cl sangat tinggi korelasinya pressure 115 pressure 125 pressure 135 pressure 140 LPM TDS PH Cl Gambar 4.12 Grafik LPM, TDS, Cl dan ph air pada hasil pengujian perbanfngan variasi pencekikan pressure pada air dengan HCl 0,2 M Pada tahap proses variasi pencekikan ini mengalami perubahan,sehingga pada tekanan 115 psi TDS nya mecapai 7 ppm dan ph 6,5 dan Cl 3,65. Pada pencekikan tekanan 125 psi TDS nya mencapai 7 ppm dan ph nya 6,5 dan Cl 3,76. Pada pencekikan tekanan 135 psi TDS nya mencapai 8 ppm dan ph nya 6,4 dan Cl 3,79. Pada pencekikan tekanan 140 psi TDS nya 8 ppm dan ph nya 6,4 dan Cl 3,87. Tahap ini juga berpengaruh untuk air output yang keluar dari perhitungan parameter LPM, sehingga pada tekanan 115 psi output air nya mecapai 4,8 LPM. Pada pencekikan tekanan 125 psi output air nya mencapai 5 LPM. Pada pencekikan tekanan

16 psi hasil output air nya 5,2 LPM. Pada pencekikan tekanan 140 psi hasil output air nya 5,4 LPM. 4.6 PERBANDINGAN HASIL AIR DARI MEMBRAN REVERSE OSMOSIS BARU DENGAN MEMBRAN YANG TELAH DICUCI, PADA KANDUNGAN ph, TDS, Cl, SERTA OUTPUT AIR YANG DI HASILKAN. Output air yang dihasilkan dari membran reverse osmosis hasil pencucian ini telah memenuhi standar air layak minum, debit air yang dihasilkan juga diperhatikan karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi terutama air minum. Kualitas air hasil pencucian membran ini dapat kita lihat pada table 4.7, bahwa TDS dan ph yang dihasilkan sudah tergolong air sudah layak konsumsi, nilai TDS membranpencucian yang dihasilkan adalah 7 dan ph 6,5. Tabel 4.7 Perbandingan hasil dari membran pencucian dan membran baru NO Material LPM Pressure/PSi TDS ph Cl 1 Membran 4, ,5 3,65 pencucian 2 Membran baru 5, ,53 3,23 Dari hasil tabel 4.7 lebih jelasnya di tuangkan dalam bentuk grafik pada gambar LPM GPM TDS PH Cl 0 Membran R.O recycle membran R.O baru

17 41 Gambar 4.13 Grafik perbandingan hasil air meliputi parameter TDS, ph, Cl, dan LPM Pada grafik 4.13 menunjukkan perbandingan parameter membran R.O yang sudah di dicuci dengan membran R.O baru. Hasil TDS membran yang sudah dicuci adalah 8 ppm, ph nya 7, kandungan Cl nya 3,75 ppm, sedangkan debit air yang di hasilkan di angka 5,3 LPM. Sedangkan hasil air membran reverse osmosis yang baru menunjukan paramater TDS di angka 6 ppm, ph 6,5 ppm dan Cl nya di angka 3,23 ppm sedangkan debit air yang di hasilkan 5,7 LPM. Jadi hasil air yang di hasilkan membran pencucian dapat dikatakan sangat baik. 4.7 PERBANDINGAN HASIL MEMBRAN YANG RUSAK DENGAN MEMBRAN R.O YANG SUDAH DI RECYLE. Gambar 4.14 Membran yang mengalami kerusakan Terdapat berbagai jenis fouling/kotoran yang dapat menyumbat membran yaitu kerak, partikel atau koloid, mikroba, dan organik. Dengan adanya pembentukan fouling pada membran perlu di lakukan pembersihan kimia membran dengan frekuensi yang lebih tinggi. Pembersihan kimiawi bertujuan menghilangkan foulan dengan senyawa kimia. Dalam proses pembersihan kimiawi, senyawa pembershih menggemburkan foulant, mendispersi, melarutkan dan menghilangkannya dari permukaan, mencegah terbentuknya fouling baru dan tidak membahayakan permukaan membran, oleh karena

18 42 itu pembersihan akan menyebabkan pori-pori permukaan lebih hydrofilik, dan pada akhirnya akan meningkatkan fluks membran. Gambar 4.15 Hasil pencucian membran Membran pada gambar 4.15 adalah membran R.O yang sudah siap dipasang pada pompa high pressure karena sudah melewati tahapan-tahapan dari proses pencucian diantaranya proses perendaman dengan HCl, metode sirkulasi pencucian dengan HCl, metode sirkulasi pencucian dengan citric acid, metode sirkulasi pencucian dengan air baku, dan dengan menggunakan air R.O pada tahap pembilasan terakhir, sehingga dipastikan membran sudah layak pakai dan output hasil air sudah memenuhi standar air layak konsumsi.

BAB IV HASIL YANG DI CAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DI CAPAI DAN POTENSI KHUSUS 35 BAB IV HASIL YANG DI CAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Secara umum, bab ini akan membahas pengaruh metode scaling terhadap fluks permeat yang dilihat dengan membandingkan fluks permeat yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 33 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahun serta percepatan perkembangan pembangunan yang terjadi di propinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

PENCUCIAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS DENGAN METODE SIRKULASI PENCUCIAN MENGGUNAKAN MEDIA HCl

PENCUCIAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS DENGAN METODE SIRKULASI PENCUCIAN MENGGUNAKAN MEDIA HCl PENCUCIAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS DENGAN METODE SIRKULASI PENCUCIAN MENGGUNAKAN MEDIA HCl FEBRI KURNIA ROMADHON NIM : 41313010014 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Dalam bab ini akan di bahas alur proses pencucian membran mesin pengolahan air minum osmosis terbalik (Reverse Osmosis, R.O). Bahan yang gunakan dalam pencucian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekarang ini dunia dihadapkan pada krisis air bersih. Sumber daya air yang tersedia tidak mampu mencukupi kebutuhan air bersih di beberapa negara. Selama lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahun serta percepatan perkembangan pembangunan yang terjadi di propinsi DKI Jakarta menyebabkan peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH RENNY AIDATUL AZFAH Dosen Pembimbing: Ir. EDDY S. SOEDJONO, Dipl.SE, M,Sc, Ph.D 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENURUNAN KANDUNGAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN TIMBAL PADA AIR BERSIH MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS Peni Mardiatin**) dan Setyo Purwoto*)

PENURUNAN KANDUNGAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN TIMBAL PADA AIR BERSIH MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS Peni Mardiatin**) dan Setyo Purwoto*) PENURUNAN KANDUNGAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN TIMBAL PADA AIR BERSIH MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS Peni Mardiatin**) dan Setyo Purwoto*) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan

Lebih terperinci

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK)

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK) REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK) Asti Sawitri (208 700 573) Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2011 A. Membran Reverse Osmosis (RO) Membran RO dibuat dari berbagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS (RO)

PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS (RO) PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS (RO) Naniek Ratni Juliardi A.R Staf Pengajar Teknik Lingkungan FTSP-UPN Veteran Jatim ABSTRACT Intention of this research is to improve;repair

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 INSTALASI PENGOLAHAN AIR Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan yang cukup besar dalam kehidupan,bagi manusia air berperan dalam pertanian, industri,

Lebih terperinci

Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:

Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut: DASAR TEORI Resin penukar ion ( ion exchange) yang merupakan media penukar ion sintetis pertama kali dikembangkan oleh Adam dan Holmes. Penemuan ini membuka jalan pembuatan resin hasil polimerisasi styrene

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fundamental Proses Ultrafiltrasi Membran adalah suatu lapisan tipis yang memisahkan dua fase dan membatasi pengangkutan berbagai bahan kimia secara selektif. Membran dapat berupa

Lebih terperinci

Ion Exchange. kemampuan menyerap/ menukar kation-kation seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang ada dalam air. Contoh: Hidrogen zeolith (H 2 Z).

Ion Exchange. kemampuan menyerap/ menukar kation-kation seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang ada dalam air. Contoh: Hidrogen zeolith (H 2 Z). Ion Exchange A. Tujuan percobaan - Praktikan diharapkan dapat memahami prinsip kerja alat ion exchange pada proses pelunakan air dan demineralisasi air - Praktikan dapat mengetahui aplikasi alat ion exchange

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

I 0.00% E % % % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I 0.00% E % % % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Efisiensi Pencucian. Efisiensi pencucian dindikasikan oleh parameter Fluks Recovery (FR) dan Resistance Removal (RR). Kedua indikator ini oleh Mohamadi et all (2002) dan

Lebih terperinci

II. PRINSIP Elektroda gelas yang mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H + dalam air secara potensio meter.

II. PRINSIP Elektroda gelas yang mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H + dalam air secara potensio meter. ph I. TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah mengetahui tingkat keasaman (nilai ph) suatu sampel air,konsetrasi H + yang terkandung dalam sampel air dengan menggunakan elektroda gelas yang melakukan pengukuran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari percobaan diolah untuk mendapatkan hubungan antara fluks terhadap waktu, tekanan dan konsentrasi, serta mencari efesiensi pencucian terhadap agent chemical

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Percobaan proses demineralisasi untuk menghilangkan ionion positif dan negatif air PDAM laboratorium TPA menggunakan tangki penukar ion dengan

Lebih terperinci

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

Analisa Klorida Analisa Kesadahan Analisa Klorida Analisa Kesadahan Latar Belakang Tropis basah Air bersih Air kotor limbah Pencegahan yang serius Agar tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup Air tercemar 1 Prinsip

Lebih terperinci

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO)

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO) PERTANYAAN 1. Suatu industri bermaksud memanfaatkan efluen pengolahan air limbah yang telah memenuhi baku mutu sebagai air baku untuk kebutuhan domestik (karyawan), proses produksi dan boiler. Industri

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 12 Mohammadi et al (2002) melakukan penelitian pencucian kimia menggunakan Sodium Hiroksida pada konsentrasi 0.6-0.8 menghasilkan hasil yang terbaik. Konsentrasi yang tinggi menyebabkan efisiensi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

BAB 4 Analisa dan Bahasan

BAB 4 Analisa dan Bahasan BAB 4 Analisa dan Bahasan 4.1. Penentuan Komposisi untuk Kolom Dari data yang telah didapatkan setelah melakukan percobaan seperti pada 3.5 maka selanjutnya di analisa untuk mendapatkan komposisi yang

Lebih terperinci

jatuh ke gelas ukur. Hal ini yang membuat hasil pengukuran kurang akurat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

jatuh ke gelas ukur. Hal ini yang membuat hasil pengukuran kurang akurat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Alat dan Bahan Penelitian Dalam proses pembuatan membran selulosa asetat 12% mempunyai kendalan dalam proses pencetakan karena alat cetak yang digunakan masih sederhana. Alat cetak yang sederhana ini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengamatan Tabel 2. Hasil Pengamatan Karbon Aktif tanpa Penambahan Zeolit Volume Volume t V1 ph V2 buffer EBT (menit) (ml) (ml) (tetes) (tetes) awal Sesudah Kesadahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Eflsiensi Pencucian. Efisiensi pencucian dindikasikan oleh parameter Fluks Recovery (FR) dan Resistance Removal (RR). Kedua indikator ini oleh Mohamadi et all (22) dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI LIMBAH MINYAK Sebelum ditambahkan demulsifier ke dalam larutan sampel bahan baku, terlebih dulu dibuat blanko dari sampel yang diujikan (oli bekas dan minyak

Lebih terperinci

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER KESADAHAN DAN WATER SOFTENER Bambang Sugiarto Jurusan Teknik Kimia FTI UPN Veteran Jogjakarta Jln. SWK 104 Lingkar Utara Condong catur Jogjakarta 55283 Hp 08156897539 ZAT PENGOTOR (IMPURITIES) Zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara agraris (agriculture country) yang mempunyai berbagai keragaman hasil pertanian mulai dari padi, ubi kayu, sayursayuran, jagung

Lebih terperinci

K I M I A A I R. A N A L I S I S K I M I A Asiditas dan Alkalinitas

K I M I A A I R. A N A L I S I S K I M I A Asiditas dan Alkalinitas K I M I A A I R A N A L I S I S K I M I A Asiditas dan Alkalinitas Asiditas/ alkalinitas Berbeda dengan ph, tetapi ph bisa menjadi indikasi Pertahanan air terhadap pengasaman dan pembasaan (buffer) Parameter

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan 29 Bab IV. Hasil dan Pembahasan Penelitian penurunan intensitas warna air gambut ini dilakukan menggunakan cangkang telur dengan ukuran partikel 75 125 mesh. Cangkang telur yang digunakan adalah bagian

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

PENGAMBILAN SAMPEL AIR PENGAMBILAN SAMPEL AIR A. Pemeriksaan : Pengambilan Sampel Air B. Tujuan :Untuk memperoleh sampel air guna pemeriksaan parameter lapangan C. Metode : Langsung D. Prinsip : Sungai dengan debit kurang dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusai dan makhluk hidup lainnya, serta sebagai modal dasar dalam pembangunan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH Oleh: Oktavina G. LP. Manulangga 330 8201 014 Latar Belakang dan Permasalahan Mata air Namosain di Kota Kupang memiliki tingkat kesadahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di tiap depot yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demineralisasi Proses demineralisasi adalah suatu proses penghilangan garam-garam mineral yang ada didalam air seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), sehingga air yang dihasilkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)= LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis ph H 2 O dengan ph Meter 1. Timbang 10 gram tanah, masukkan ke dalam botol kocok. 2. Tambahkan air destilata 10 ml. 3. Kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok.

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG ABSTRAK

PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG ABSTRAK PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG WIDI ASTUTI UPT Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI Jl. Ir. Sutami Km. 15 Tanjungbintang, Lampung Selatan ABSTRAK Air sadah adalah air yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan memiliki fungsi utama sebagai penyedia nutrien untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Seiring dengan perkembangan ilmu, diketahui bahwa makanan juga dapat membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Air Keberadaan air di bumi merupakan suatu proses alam yang berlanjut dan berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal dengan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF DISUSUN OLEH RIZKIKA WIDIANTI 1413100100 DOSEN PENGAMPU Dr. Djoko Hartanto, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetensi Dasar)

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetensi Dasar) KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 Mata Pelajaran : Teknik Kimia Jenjang : SMA/SMK MA/MAK A. ANALISIS KIMIA Kompetensi Inti Guru 1. Melakukan percobaan di laboratorium kimia

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Barakati Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo. Desa Barakati terletak disebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003). Dengan demikian, kualitas air

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

ANALISA KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DALAM PRODUK AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ABSTRAK

ANALISA KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DALAM PRODUK AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ABSTRAK ANALISA KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DALAM PRODUK AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG Emridwansyah 1*, Elwina 2, Munawar 2 1* DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum ataupun air limbah. Pada penelitian ini proses desinfeksi menggunakan metode elektrokimia yang dimodifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT Pertamina EP adalah anak perusahaan dari PT Pertamina (PESERO) yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi minyak bumi. Salah satu lokasi dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

BERIKAN FEEDBACK ANDA DAN DAPATKAN HADIAHNYA!

BERIKAN FEEDBACK ANDA DAN DAPATKAN HADIAHNYA! Terimakasih atas keputusan anda menggunakan Waterflo untuk memenuhi kebutuhan air bersih anda. Kepuasan anda adalah tujuan bisnis kami. Silakan pelajari panduang penggunakan berikut agar anda bisa mendapatkan

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Bahan Organik Padat Karakteristik dari ketiga jenis bahan organik padat yaitu kadar air, C- organik, N-total, C/N ratio, ph dan KTK disajikan pada Tabel 4. Tabel

Lebih terperinci

Pemisahan dengan Pengendapan

Pemisahan dengan Pengendapan Pemisahan dengan Pengendapan Reaksi Pengendapan Pemisahan dengan teknik pengendapan membutuhkan perbedaan kelarutan yang besar antara analit dan material pengganggunya. Pemisahan dengan pengendapan bisa

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU

PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU Sastra Silvester Ginting 1, Jhon Armedi Pinem 2, Rozanna Sri Irianty 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Logam emas telah dimanfaatkan secara luas sebagai salah satu komponen dalam peralatan listrik maupun elektronik seperti telepon selular, komputer, radio dan televisi

Lebih terperinci

STUDI TENTANG BAHAN PENIMBUL FOULING DAN CARA PEMISAHANNYA PADA CELLULOSA ACETATE BLEND MEMBRAN RO

STUDI TENTANG BAHAN PENIMBUL FOULING DAN CARA PEMISAHANNYA PADA CELLULOSA ACETATE BLEND MEMBRAN RO STUDI TENTANG BAHAN PENIMBUL FOULING DAN CARA PEMISAHANNYA PADA CELLULOSA ACETATE BLEND MEMBRAN RO Dyah Sulistyani R. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK STUDI TENTANG BAHAN PENIMBUL FOULING DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kadar proksimat dari umbi talas yang belum mengalami perlakuan. Pada penelitian ini talas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sangat erat hubungannya dengan manusia karena menjadi sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak bahkan menjadi suatu sarana utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: PENGOLAHAN AIR TANAH ARTESIS MENJADI AIR LAYAK MINUM DI DESA BURUK BAKUL Hikmatul Amri* 1, Syaiful Amri 2 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bengkalis, Bengkalis e-mail: hikmatul_amri@polbeng.ac.id

Lebih terperinci