BAB II MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI"

Transkripsi

1 BAB II MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI Geopark Geopark merupakan warisan geologi dengan potensi ilmiah, dan outstanding (jarang memiliki pembanding di kawasan lain). Kawasan tersebut menjadi satu kesatuan kawasan yang spesial dengan fungsi tidak hanya sebagai area wisata tetapi juga sebagai sarana edukasi berupa kawasan lindung dan situs pengembangan ilmu pengetahuan. Dibanyak tempat terdapat situ-situs wisata yang telah menjadi kawasan Geopark berskala nasional namun tidak ataupun belum diterima dalam skala internasional. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh kawasan-kawasan tersebut berada dalam kawasan padat penduduk yang didalamnya telah terdapat aktivitas-aktivitasa ekonomi (seringkali berupa eksploitasi alam) yang walauun sudah mendapat izin dokumen lingkungan namun tetap berpengaruh pada perubahan alam secara fisik, dimana hal ini sedikit banyak bertentangan pada konsep geopark yang mengutamakan pelestarian alam. Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai warisan geologi menjadi sulit dilakukan bahkan tidak direkomendasikan pada area tersebut. Menurut Chris Woodley Stewart, manager geopark North Pennines AONB Inggris, Geopark tidak hanya berbicara mengenai batuan saja, tetapi juga manusia. Mereka menyatu, dan manusia dapat menikmati tatanan geologi di suatu daerah. Tujuannya adalah memaksimalkan geowisata yang mendatangkan keuntungan 8

2 bagi ekonomi lokal, selain membantu orang untuk memahami perkembangan bentang alam di daerahnya Dalam perancangan, seorang arsitek membutuhkan sebuah perbandingan untuk mendapatkan karya yang sesuai dengan standard jenis bangunan yang dimaksud. Baik dari segi tema maupun proyek sejenis yang telah terbangun, terlebih untuk kasus geopark yang masih asing bagi sebahagian umum orang. Di dunia telah terdaftar 111 Geopark sebagai anggota resmi GGN (Global Geopark Network) UNESCO dengan China sebagai penyumbang geopark terbanyak, yaitu 30 Geopark dan hingga saat ini Indonesia hanya memiliki 1 Geopark yang terdaftar, padahal bisa dikatakan bahwa alam yang dimiliki Indonesia tidak kalah bagus dengan negara-negara lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya kepedulian Pemerintah dan masyarakat terhadap sektor pariwisata. 1. Hongkong Global Geopark Gambar Hongkong Global Geopark (sumber : 9

3 Salah satu Geopark yang cukup terkenal di China adalah Hongkong Global Geopark of China (Gambar 2.1.1). Hongkong geopark ini meramu geopark dalam geowisata yang menarik dan tetap edukatif bagi pengunjungnya. Hong kong geopark membagi kawasannya menjadi 8 geo-area yang bisa dikunjungi wisatawan. Masing-masing spot dijaga sedemikian rupa agar tidak terlalu banyak terkontaminasi oleh manusia. Salah satunya dengan menerapkan sistem boat-tour, dimana dengan fasilitas ini pengunjung dapat menikmati pemandangan dan tanpa disadari telah meminimalisir dampak langsung manusia terhadap lingkungan sekaligus tetapi menjaga keselamatan pengunjung. Gambar Makanan-makanan yang disediakan bertema Geopark (sumber: Untuk mendorong partisipasi masyarakat lokal, geopark bekerja sebagai fasilitator untuk membantu restoran lokal membuat beberapa hidangan geologi bagi pengunjung (Gambar 2.1.2). Hal ini dapat memperkaya pengalaman turis, serta meningkatkan perekonomian lokal. Kemudian pengelola geopark juga memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin bergabung menjadi mitra pendukung dengan mengikuti syarat yang diberlakukan. Pada geopark ini juga diusung wisata edukasi yang mendukung prinsip Ecotourism. Seluruh kegiatan konservasi, museum, maupun fasilitas-fasilitas di kawasan geopark ini merupakan 10

4 sarana edukasi bagi para pengunjungnya. Wisatawan diajak untuk berperan langsung dalam menjaga warisan alam yang telah ada. Kemudian disediakan juga fasilitas seperti Rock Classroom (Gambar 2.1.3) yang bertujuan mengedukasi anak-anak tentang bebatuan dan geo-konservasi. Kelas ini bekerjasama dengan sekolah-sekolah yang berada disekitar wilayah Hongkong geopark.. Gambar Rock Clssroom (sumber : 2. Papuk Geopark Gambar Krka National Park (sumber: Papuk Geopark ini berada di kroasia yang diproklamasikan sebagai kawasan hutan lindung pada tahun Pada geopark ini terdapat beberapa area dengan tingkat perlindungan yang tinggi karena karakteristiknya yang tidak biasa. 11

5 Pada kawasan ini banyak terdapat bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Roma dan Turki pada abad pertengahan. Secara geologi Papuk Geopark juga memiliki keunikan karena terletak dalam zona tabrakan macroplates Afrika dan Eurasia yang menyebabkan karakteristisk unik dari struktur geologi di seluruh area geopark. Bebatuan yang terdapat didaerah geopark sendiri merupakan batu tertua yang terdapat di Kroasia. Papuk geopark menyediakan berbagai penawaran yang dapat dieksplorasi oleh pengunjung berupa cultural and historical heritage, wildlife and habitats yang berupa wisata alam padang rumput, danau dan sungai (Gambar 2.1.4), berbagai jenis hutan, dan alam bawah tanah. Semua potensi-potensi tersebut masih dijaga keasliannya. Papuk Geopark juga menyediakan aktivitasaktivitas lain seperti sepeda gunung, hiking, geocaching, paragliding, sport climbing, horseback riding, dan visiting the caverns Danau Toba Secara garis besar proyek Geopark Kaldera Toba ini bertujuan mengangkat semua potensi-potensi yang berada ditujuh kabupaten yang termasuk dalam teritori kaldera toba. Sebagai langkah awal, dilakukan pendataan mengenai keadaan geografis dari Danau Toba itu sendiri. 1. Letak Geografis dan Luas Danau Danau toba terletak di pulau Sumatera yang berlokasi 176 Km ke arah Selatan kota Medan. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia serta Asia tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 dpl, dan daerah tangkapan air (DTA) meter dpl. Danau toba sendiri memiliki luasan sekitar 12

6 1.103 km 2, dengan kedalaman maksimal danau 529 m. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 km Iklim DTA Danau Toba juga termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan E2. Hal ini berakibat bulan basah (Curah Hujan 200 mm/bulan) yang juga berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3 bulan. 3. Curah Hujan Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujannya terjadi pada bulan November-Desember dengan cakupan curah hujan antara mm/bulan dan juga puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni - Juli dengan curah hujan berkisar mm/bulan. 4. Suhu dan Kelembapan Udara Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0-19,7 o C di Balige dan antara 21,0-20,0 o C di Sidamanik. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara %. Pada musim kemarau kelembapan udara cenderung agak rendah apabila hal ini dibandingkan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara mm/bulan. Angka evaporasi selama musimmusim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim hujan. 5. Hidrologi Air yang masuk ke Danau Toba berasal dari : 13

7 a. Air hujan yang langsung jatuh ke danau b. Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke danau. Sedangkan Outlet Danau Toba 1 buah yaitu Sungai Asahan. Daerah aliran sungai (Catchment Area) tersebut diatas terdiri dari 26 Sub DAS. Total jumlah sungai yang masuk ke Danau Toba adalah 289 sungai. Dari Pulau Samosir adalah 112 sungai dan dari daerah Tangkapan Air lainnya adalah 117 sungai. Dari 289 sungai itu, 57 diantaranya mengalirkan air secara tetap dan sisa 222 sungai lagi adalah sungai musiman (intermitten). 6. Topografi Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan(0-8%) seluas 703,39 Km2, landai (8-15%) seluas 791,32 Km2, agak curam (15-25%) seluas 620,64 Km2, curam (25-45%) seluas 426,69, sangat curam sampai dengan terjal (> 45%) seluas 43,962 Km2. Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri dari hutan alam, hutan rapat, hutan tanaman, hutan jarang, dan kebun campuran, semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan, dan lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang). 7. Fungsi dan Manfaat Danau Toba a. Cadangan Air (Air Baku Air Minum) Air danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai air baku air minum b. Objek Wisata 14

8 Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat berpotensi sebagai objek wisata c. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) PLTA memproduksi energy listrik 450 MW yang diperoleh dari sumber daya air Danau Toba. d. Sarana transportasi di kawasan Danau Tobadimanfaatkan sebagai sarana transportasi di kawasan danau e. Budidaya pertanian meliputi budidaya : tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. 8. Batas-Batas Pada Site Daerah yang termasuk dalam lingkup site Geopark Kaldera Toba adalah Kab. Samosir, Kab. Tobasa, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbahas, Kab. Dairi, Kab. Tanah Karo, Kab. Simalungun Potensi-potensi Pariwisata Sebagai tahap awal perancangan, perancang dan tim mengumpulkan data dari ketujuh kabupaten yang berada diwilayah kaldera Toba tersebut. Data yang dicari berupa gambaran umum, potensi-potensi pariwisata, akses dan transportasi, serta budaya yang dimiliki tiap kabupaten. 15

9 1. Kab. Samosir Gambar Peta Wilayah Kaldera Toba Ibu Kota : Pangururan Luas : Ha Kabupaten ini berada diketinggian 700 s/d meter di atas permukaan laut. Samosir terdiri dari Kec. Harian, Kec. Nainggalon, Kec. Onan Runggu, Kec. Palipi, Kec. Pangururan, Kec. Ronggur Nihuta, Kec. Sianjur Mulamula, Kec. Simanindo, Kec. Sitiotio Gambar Kabupaten Samosir 16

10 Gambar Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Samosir 17

11 2. Kab. Tobasa (Toba Samosir) Ibu Kota : Balige Luas : 2.021,81 km 2 Kab. Tobasa berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan, ketinggian m dpl. Tobasa terdiri dari Kecamatan Balige, Kecamatan Tampahan, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Habinsaran, Kecamatan Borbor, Kecamatan Nassau, Kecamatan Silaen, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Porsea, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kecamatan Siantar Narumonda, Kecamatan Parmaksian, Kecamatan Lumban Julu, Kecamatan Uluan, Kecamatan Ajibata, dan Kecamatan Bonatua Lunasi. Gambar Kabupaten Toba Samosir 18

12 Gambar Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Toba Samosir 3. Kab. Tapanuli Utara Ibu Kota Luas : Tarutung : 3.800,31 Km2 Luas dataran : 3.793,71 Km2 Luas perairan Danau Toba : 6,60 Km2 Ketinggian : m dpl Tapanuli Utara terdiri dari Kecamatan Muara, Siborongborong Pagaran, Parmonangan, Sipahutar, Pangaribuan, Garoga, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Pahae Julu, Pahae Jae, Adiankoting, Simangunban, Purbatua 19

13 Gambar Kabupaten Tapanuli Utara Gambar Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Tapanuli Utara 4. Kab. Humbahas Ibu Kota : Dolok Sanggul 20

14 Luas : 2.335,33 km 2 Humbahas terdiri dari Kecamatan Baktiraja, Dolok Sanggul, Lintong Nihuta, Onan Ganjang, Pakkat, Paranginan, Parlilitan, Pollung, Sijama Polang, Tarabintang Gambar Kabupaten Humbahas Gambar Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Humbahas 21

15 5. Kab. Simalungun Ibu Kota Luas : Kecamatan Raya : 4.386,60 Km2 Simalungun terdiri dari Kecamatan Bandar, Bandar Huluan, Bandar Masilam, Bosar Maligas, Dolok Batunanggar, Dolok Panribuan, Dolok Pardamean, Dolok Silau, Girsang Sipangan Bolon, Gunung Malela, Gunung Maligas, Haranggaol Horison, Hatonduhan, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja Bah Jambi, Jorlang Hataran, Panei, Panombeian Panei, Pematang Bandar, Pematang Sidamanik, Pematang Silima Huta, Purba, Raya, Raya Kahean, Siantar, Sidamanik, Silau Kahean, Silimakuta, Tanah Jawa, Tapian Dolok, Ujung Padang. Gambar Kab. Simalungun 22

16 Gambar Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Simalungun 6. Kabupaten. Dairi Ibu Kota : Sidikalang Luas : 1927,8 km 2 Dairi terdiri dari Kecamatan Berampu, Kec. Gunung Sitember, Kec. Lae Parira, Kec. Parbluuan, Kec. Pegagan Hilir, Kec. Sidikalang, Kec. Siempat Nempu, Kec. Siempat Nempu Hilir, Kec. Siempat Nempu Hulu, Kec. Silahisabungan, Kec. Silima Pungga-pungga, Kec. Sitinjo, Kec. Sumbul, Kec. Tanah Pinem, Kec. Tigalingga Gambar Kab. Dairi 23

17 Gambar Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Dairi 7. Kabupaten. Karo Ibu Kota : Kabanjahe Luas : 2127,25 km 2 Dairi terdiri dari Kecamatan Barusjahe, Kec. Merek, Kec. Berastagi, Kec. Munthe, Kec. Dolat Rayat, Kec. Naman Teran, Kec. Juhar, Kec. Payung, Kec. Kabanjahe, Kec. Simpang Empat, Kec. Kuta Buluh, Kec. Tigabinanga, Kec. Laubalen, Kec. Tiganderket, Kec. Mardingding, Kec. Tigapanah, Kec. Merdeka 24

18 Gambar Kab. Karo Gambar Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Karo 25

19 Gambar Keterangan Simbol pada Matriks Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam menentukan potensi dari masing-masing kabupaten, maka diangkat beberapa kandidat potensi dengan peluang berkembang yang cukup besar dalam jangka waktu dekat (gambar 2.4). Masing-masing kabupaten memiliki keunggulan dalam bidang pariwisata, namun untuk kebutuhan pengajuan geopark, dibutuhkan spot-spot yang benar-benar lokal, outstanding, dan dapat mencerminkan eksistensi danau toba di mata dunia. Pemilihan harus disertai alasan yang logis dan didukung dengan rencana pengembangan yang berkelanjutan. Hal pertama yang diharapkan dari spot yang akan dipilih pada proyek ini adalah site harus berada ditepi danau toba sehingga nantinya setiap rancangan yang akan keluar dapat berinteraksi secara fisik dengan danau Toba. 26

20 Gambar 2.4. Peta Potensi Kaldera Toba Perancang bersama tim memilih 4 spot dari beberapa potensi-potensi pariwisata yang menjadi kandidat site untuk diangkat menjadi perhatian utama dalam proyek kaldera toba ini (gambar 2.5). Masing-masing perancang mendapatkan proyek mikro yang akan dirancang secara spesifik. Spot yang dipilih adalah Pantai pasir putih parbaba, kawasan hotspring Pangururan, Danau Sidhioni, dan Air terjun Sipiso-piso seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. 27

21 Gambar 2.5 Peta Potensi Utama Pengembangan Kaldera Toba Keempat spot ini memiliki unsur air yang unik, tanpa bermaksud mengesampingkan spot-spot wisata lainnya. Air terjun Sipiso-piso merupakan salah satu air terjun yang dikenal banyak orang karena keindahannya, Pantai pasir putih parbaba dengan bibir pantai berpasir yang landai dan berada pada perairan danau toba yang dangkal, Danau Sidhioni sebagai danau diatas danau yang memiliki keunikan sendiri meskipun tidak berbatasan langsung dengan danau toba, dan yang terakhir kawasan hotspring dengan sumber air panas yang terletak dikaki gunung pusuk buhit. Perancang sendiri mendapat bagian Penataan Pantai Pasir Putih Parbaba dimana kondisi sekarang ini sangat semrawut meskipun spot ini merupakan salah satu primadona dikawasan danau Toba. Parbaba sendiri merupakan sebuah desa di kec. Pangururan yang terkenal dengan pantai pasir putihnya. Lokasinya kurang lebih 25 km dari Tomok, atau sekitar 30 menit bila menggunakan kendaraan bermotor. Pantai parbaba ini 28

22 terletak diantara permukiman penduduk dengan fasilitas-fasilitas umum seperti Toilet, Souvenir shop, Rumah Makan, dan Penginapan sudah tersedia didalam kawasan ini. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara Pantai parbaba beberapa tahun yang lalu dengan kondisi sekarang ini. Pada awalnya kawasan ini benar-benar memiliki pantai dengan pasir putih yang terhampar luas, sehingga pengunjung bisa bermain pasir dengan leluasa. Kawasan ini juga dulunya banyak dikunjungi oleh turis-turis asing yang menghabiskan waktunya dengan berjemur, bermain volly, dan berenang. Namun seiring perjalanan waktu, keadaan berubah dengan drastisnya. Kawasan ini semakin dikenal oleh turis lokal (gambar 2.8) namun dijauhi turis asing karena keadaannya yang tidak terawat. Berangkat dari kondisi ini, maka penulis mendesain parbaba dengan idealisme akan kawasan pantai yang bersahabat dengan pengunjung sekaligus dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Gambar 2.6 Site Pantai Pasir Putih Parbaba 29

23 Eksisting Site : Gambar 2.7 Pantai sebagai arena pertunjukkan (sumber : tobatourismboards.blogspot.com) Gambar 2.8 Aktivitas di sekitar pantai (sumber : Gambar 2.9 Pamflet yang kurang menarik (sumber : adelinatampubolon.wordpress.com) 30

24 Gambar 2.10 Gazebo utama didalam kawasan pantai (sumber : adelinatampubolon.wordpress.com) Dalam proses desain, perancang menggunakan studi banding dalam rangka menentukan idealisme dari sebuah pantai. Studi banding yang digunakan adalah Virginia Beach Boardwalk. Kawasan pantai ini dirancang untuk memudahkan pengunjungnya (gambar 2.11). Tersedia parkir disepanjang boardwalk dan juga fasilitas-fasilitas seperti museum laut, cafe, penyewaan sepeda dengan jalur sepeda yang terpisah dari kendaraan (gambar 2.12), pertunjukan musik, toilet, dll. Kawasan ini juga ramah bagi penyandang disability dengan menyediakan ramp yang dapat langsung menuju pantai. Selain itu, informasi pariwisata yang ditawarkan hingga jalur parkir yang tersedia juga dikemas secara lengkap dan informatif. Gambar 2.11 Kawasan pantai Virginia (sumber : 31

25 Gambar 2.12 Pantai dengan jalur sepeda dan kendaraan yang berbeda (sumber : Gambar 2.13 Konsep Berkelanjutan Kawasan pada Pantai Penataan pantai parbaba ini mengusung konsep Pariwisata Berkelanjutan (gambar 2.13) dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan, dan ekonomi. Pada kawasan ini terdapat eksisting fungsi wisata budaya, olahraga, wisata air, dan area memancing. Pengembangan fungsi yang berbasis pada pariwisata berkelanjutan tersebut menghasilkan kawasan yang memiliki fungsi berupa : 1. Wisata Alam : Aktivitas air (boat, jetski, dll.), Pemancingan, dan Voli pantai 32

26 2. Wisata Budaya : Revitalisasi kampung batak, mendirikan kantor pengelola/pusat informasi, amphiteater 3. Transportasi : Dermaga pariwista 4. Hospitality : Homestay 5. Fasilitas Umum : Toilet, Mushalla, Pusat wisata kuliner dan souvenir shop. Blockplan rancangan : Gambar 2.14 Blockplan perancangan kawasan pantai parbaba Untuk ketiga spot lainnya, pengembangan juga dilakukan berdasarkan analisa masing-masing perancang sehingga menghasilkan blockplan sebagai berikut : 33

27 Gambar 2.15 Blockplan perancangan kawasan Air Terjun Sipiso-piso Gambar 2.16 Blockplan perancangan kawasan Danau Sidhioni 34

28 Gambar 2.17 Blockplan perancangan kawasan Hotspring Preview I pada dasarnya merupakan evaluasi data yang dikumpulkan dan bagaimana menentukan langkah kedepan berikutnya. Pada preview I ini banyak diterima kritik dan saran dari dosen penguji dan juga dosen pembimbing. Permasalahan utama dari preview I adalah alasan pemilihan site tidak memilki dasar yang jelas. Dosen penguji meminta perancang dan tim untuk merevisi kembali site yang telah ditetapkan. Hal ini berguna untuk membangun konsep kawasan proyek yang jelas nantinya. Durasi yang terbatas menyebabkan banyak hal tidak tersampaikan dalam presentasi. Hal ini menyebabkan sulitnya komunikasi antara penguji dan tim, dimana dosen penguji menganggap bahwa presentasi yang dilakukan masih mengambang dan tidak memiliki alur yang jelas. 35

29 Untuk pembahasan tentang geopark sendiri pada preview I dirasa masih sangat kurang. Tim cenderung terlalu fokus pada penggalian potensi, sehingga mengabaikan beberapa pembahasan penting lain seperti studi banding, pemilihan tema, dan output desain yang terkesan terlalu memaksa. Pada dasarnya bahan untuk penjelasan materi yang bersangkutan telah dipersiapkan oleh tim, namun tidak dijelaskan dalam presentasi. Pada preview I ini para dosen penguji mengingatkan agar perancang dan tim berani keluar dari zona nyaman kelas Perancangan Arsitektur selama ini, dimana selalu ada output bangunan baik itu bangunan tinggi maupun bentang lebar sebagai hasil akhir. Mereka menyarankan untuk lebih memberikan perhatian pada konsep penataan secaa menyeluruh dan skenario pariwisata sehingga fungsi dari geopark ini secara keseluruhan dapat terlihat. Proyek geopark ini memiliki permasalahan dalam eksekusi pemilihan site. Setelah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing, akhirnya didapatkan cara memilih site berdasarkan data potensi yang telah dikumpulkan.dengan sistem over layer. Sistem ini dilakukan dengan mengumpulkan potensi-potensi tiap kabupaten dan mengelompokkan potensi-potensi yang berada dalam kawasan berdekatan. Pada awalnya potensi-potensi yang telah didaftar dimasukkan kedalam peta ketujuh kabupaten dalam rupa simbol (gambar 2.18), sehingga didapat area terpilih yang memilki simbol terbanyak yang berkumpul dalam satu kawasan (gambar 2.19). Site yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah kecamatan Pangururan, kabupaten Samosir dan juga kawasan disekitarnya. Dengan tidak meninggalkan daerah yang lain, setelah pengelolaan daerah 36

30 Pangururan, selanjutnya secara bertahap keseluruhan daerah yang dicakup oleh Geopark Kaldera Toba akan dikembangkan, sehingga tujuan menjadikan kawasan Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata Sumatera Utara dapat tercapai dengan baik. Gambar 2.18 Potensi pada tiap Kabupaten Gambar 2.19 Overlayer 7 Kabupaten Kaldera Toba 37

31 Dilihat dari gabungan peta overlayer secara keseluruhan (gambar 2.19), letak keberagaman potensi yang paling banyak berada di kabupaten Samosir, kec. Pangururan. Penerapan konsep Ecotourism yang mungkin dilaksanakan pada site terpilih ini adalah : 1. Konservasi a. Konservasi alam Pembagian daerah-daerah yang berpotensi sebagai daerah pariwisata dan pusat penelitian atau perlindungan Pengaturan Transportasi dan akses guna meminimalisir dampak negatif manusia terhadap lingkungan. Mewadahi kegiatan formal berupa penelitian yang diselenggarakan suatu lembaga b. Konservasi Budaya Pelaksanaan Kegiatan-kegiatan kebudayaan secara rutin Memberikan tanda-tanda spesifik untuk setiap potensi budaya, kesenian, maupun sejarah yang terdapat di kawasan Geopark Menyediakan pusat kebudayaan dan kesenian 2. Partisipasi Lokal Menggunakan jasa penduduk setempat sebagai staf/karyawan tetap geopark Menggunakan perumahan warga sebagai salah satu bentuk akomodasi resmi dari Geopark (Homestay) 3. Edukasi 38

32 Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada masyarakat umum tentang konservasi dan ekowisata Membuka kelas bagi anak-anak (lokal maupun turis) untuk mempelajari lebih lanjut mengenai Geopark 4. Wisata Menyediakan pusat informasi pariwisata resmi yang dapat dengan mudah diakses wisatawan Mengembangkan potensi wisata air yang dimiliki kawasan geopark ini dengan tetap berkiblat pada prinsip ekowisata Menyediakan sarana-sarana pendukung bagi kegiatan yang sudah ada dikawasan ini. Memfasilitasi infrastruktur yang sesuai dengan potensi pariwisata 5. Ekonomi Berkelanjutan Bekerja sama dengan masyarakat untuk mengangkat kuliner atau produk lokal yang berhubungan dengan geologi Menyediakan pasar untuk petani lokal dimana produk-produk yang dijual diberikan label dari pihak geopark sebagai bentuk kontrol terhadap pasar dan sekaligus dapat memaksimalkan keuntungan. Bekerjasama dengan pihak lain dalam penyediaan dana dan akomodasi antar spot wisata (bila diperlukan). 39

33 Gambar 2.20 Konsep Makro Penataan Pangururan Setelah menentukan gambaran umum (gambar 2.20) mengenai pengembangan kawasan pangururan dan sekitarnya, perancang dan tim membagi berbagai fungsi sesuai dengan konsep ecotourism yang telah dibahas. Site pada masing-masing fungsi ditentukan sendiri sebagai lahan percontohan bagi lingkungan sekitarnya. Adapun fungsi-fungsi yang diajukan adalah Perancangan signage, tong sampah, gerbang tano ponggol, penataan sungai tano ponggol, souvenir shop/local craftsmanship, gantole, beachsports, penataan hotspring, dermaga, homestay, peletakan toilet umum, shelter di area kebun raya samosir, pasar tradisional, gallery geopark, taman kota, shelter hiking, jogging dan bicycling track, agricultural field, area pemancingan, museum sejarah dan budaya, bangunan riset dan edukasi, area kuliner, green walk, dan rekreasi air. Fungsifungsi tersebut tersebar diseluruh kawasan pangururan dan sekitarnya. 40

34 Perancang sendiri mendapat fungsi penataan hotspring pangururan, perancangan paralayang, dermaga, agricultural field, dan shelter pada kawasan kebun raya. Pada tahap persiapan preview II, dilakukan survey guna mendapatkan data yang lebih spesifik dan melihat kondisi site secara langsung. Pada preview II, keluaran desain dari usulan fungsi berupa siteplan masing-masing fungsi. Desain berangkat dari data yang diperoleh saat survey dengan memenuhi kriteria Need, Context, dan Form. 1. Agricultural Field a. Needs Agricultural Field berupa kebun/persawahan yang memanfaatkan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya (sumber :biotakson.blogspot.com) Pertanian dan perkebunan didaerah samosir kurang berkembang dikarenakan hasilnya tidak memiliki kualitas sebaik perkebunan didaerah lain. Agricultural field ini berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan bertani bagi masyarakat samosir, sehingga sistem pertanian dan perkebunan yang baik dapat ditularkan pada titik-titik lainnya. 41

35 Pengguna Pengunjung/Turis Tabel 2.1 Kebutuhan ruang Agricultural Field Aktivitas Pengguna : Kebutuhan Ruang Lahan Agrikultural - Lokal(Individu/kelompok) Visitor Center - Mancanegara Cafetaria Kelompok Wisata Karyawan Pasar (dibuka pada waktu tertentu) Parkir Toilet b. Context Gambar 2.21 Flowchart Aktivitas Pengguna Agricultural Field Batas-batas site : Gambar 2.22 Site Agricultural Field Timur : Jalan (Gambar 2.23) 42

36 Barat : Jalan setapak dan lahan penduduk Utara : Jalan Selatan : Lahan Penduduk Sebagian eksisting site merupakan lahan pertanian (Gambar 2.23b), lahan memiliki kontur yang tidak terlalu curam, dan lokasinya tidak jauh dari danau sidhioni. Lokasi ini dipilih mengingat eksistensi danau sidhioni yang sudah cukup terkenal, sehingga pada perjalanan wisata pengunjung menuju sidhioni, mereka juga sekaligus dapat menikmati wisata edukasi. Akses menuju lokasi ini bisa dilalui roda dua ataupun roda empat, namun kondisi jalan kurang baik, terdapat beberapa bagian jalan yang rusak. c. Form (a) Gambar 2.23 Kondisi Site (b) Agricultural field ini direncanakan akan diolah oleh organisasi masyarakat setempat guna memberikan edukasi bertani yang baik pada para petani disekitar kawasan tersebut. Pada fungsi ini diterapan system penanaman organik untuk meminimalisir penggunaan pupuk yang menguntungkan dari segi ekonomi dan kualitas. 43

37 Gambar 2.24 Siteplan Agricultural field 2. Hotspring Gambar 2.25 View lahan persawahan a. Needs Di kaki gunung pusuk buhit terdapat sumber mata air panas yang saat ini diolah masyarakat sebagai kawasan pariwisata. Hotspring Pangururan merupakan destinasi wisata yang cukup populer dikalangan turis lokal. Penataan kawasan ini penting dilakukan tidak hanya untuk menambah kuantitas kunjungan wisatawan lokal, tetapi juga wisatawan asing. 44

38 Pengguna Kebutuhan Ruang Pengunjung/Turis Kolam/bilik Pemandian - Lokal(Individu/kelompok) Ruang Ganti - Mancanegara Cafetaria Kelompok Wisata KM/WC Parkir Aktivitas Pengguna: Tabel 2. 2 Kebutuhan ruang Hotspring b. Context Gambar 2.26 Flowchart Aktivitas Pengguna Hotspring Batas-batas site : Gambar 2.27 Site Hotspring Timur : Pemandian Air Panas (Gambar 2.28a) Barat : Bukit Sulfur (Gambar 2.28b) Utara : Jalan Pangururan Selatan : Bukit Sulfur (Gambar 2.28c) 45

39 Luas site ± m 2 (Gambar 5.8) dan site berada didaerah yang berkontur. Eksisting site merupakan area pemandian air panas milik masyarakat yang dikelola secara mandiri. (a) (b) c. Form (c) Gambar 2.28 Batas Site Hotspring ini didesain memiliki pengguna yang berbeda-beda ditiap unitnya. Hal ini untuk menciptakan suasana yang berbeda bagi para pengunjungnya. Tersedia kolam khusus pria, wanita, dan juga kolam umum. Untuk mencapai unit-unit pemandian, pengunjung bisa menggunakan cady car, bersepada, atau berjalan kaki. 46

40 Gambar 2.29 Siteplan Hotspring 3. Paralayang Gambar 2.30 View kawasan hotspring a. Needs Paralayang adalah olahraga yang mengandalkan ketinggian lahan dan arah angin. Di Indonesia potensi perkembangan paralayang cukup pesat. Selain untuk berolahraga, area paralayang juga dikunjungi masyarakat sebagai 47

41 destinasi pariwisata. Pada kawasan geopark ini direncanakan arena paralayang untuk menunjang jumlah wisatawan Geopark Kaldera Toba ini. Pengguna Kebutuhan Ruang Pengunjung/Turis Lokasi terbang - Lokal(Individu/kelompok) Lokasi Pendaratan - Mancanegara Visitor center Kelompok Wisata Parkir Profesional/Atlit Tabel 2. 3 Kebutuhan ruang Paralayang Aktivitas Pengguna: b. Context Gambar 2.31 Flowchart Aktivitas Pengguna Paralayang Gambar 2.32 Site Paralayang 48

42 Gambar 2.33 Jalur terbang Paralayang Batas-batas site : Timur : Perumahan warga Barat : Terusan tano ponggol Utara : Perumahan warga Selatan : Ladang penduduk Luas site ± m 2 akses kendaraan menuju site melalui jalan tele. Take-off area berada diketinggian 1255 mdpl (Gambar 2.34a), sedangkan landing area berada diketinggian 910 mdpl (Gambar 2.34b). (a) (b) c. Form Gambar 2.34 (a)take-off area, (b)landing area Melalui aktivitas paralayang ini, pengunjung dapat menikmati keindahan danau toba dan penampakan alam yang asri dari ketinggian. 49

43 Gambar 2.35 Masterplan Paralayang (a) (b) Gambar 2.36 (a)take-off area, (b)landing area 4. Dermaga a. Needs Bisa dikatakan bahwa kapal merupakan salah satu transportasi utama dipulau Samosir. Namun kenyataannya tidak ada satupun dermaga yang cukup representatif di samosir. Di pangururan sendiri terdapat beberapa dermaga yang kondisinya terbengkalai. Untuk dermaga yang didesain ini memiliki fungsi utama sebagai pendukung sektor pariwisata. Pengguna Kebutuhan Ruang Pengunjung/Turis Loket - Lokal(Individu/kelompok) Dermaga tambat - Mancanegara Parkir Pengendara Sepeda Motor/mobil KM/WC 50

44 Masyarakat Aktivitas Pengguna: Tabel 2. 4 Kebutuhan ruang Dermaga Gambar 2.37 Flowchart Aktivitas Pengguna Dermaga b. Context Eksisting site merupakan dermaga dikawasan Parbaba, dimana dermaga sudah tidak aktif dan tidak representatif. Pemungutan biaya parkir dan kontribusi juga tidak tersistem dengan baik. Batas-batas site : Gambar 2.38 Site Dermaga Timur : Lahan kosong Barat : Danau Toba 51

45 Utara : Pantai pasir putih Selatan : Rumah penduduk c. Form Gambar 2.39 Keadaan dermaga Dermaga pariwisata ini tergolong dalam skala kecil, dimana dari segi kuantitas aktivitas yang dilalui belum terlalu padat. Pada dermaga ini disediakan dermaga tambat bagi kapal fery penumpang dan kendaraan. Selain itu dermaga ini juga memiliki akses langsung dengan pantai parbaba yang bertujuan untuk memudahkan akses turis. 52

46 Gambar 2.40 Siteplan Dermaga Gambar 2.41 View Dermaga 5. Shelter Kebun Raya Samosir a. Needs Shelter merupakan tempat singgah bagi para pengunjung/turis. Shelter seperti ini diperlukan dalam cakupan kawasan yang luas, misalnya saja Kebun Raya Samosir. Pada shelter ini pengunjung dapat beristirahat dan mendapatkan informasi mengenai lingkungan sekitar shelter maupun Kebun Raya itu sendiri. 53

47 Pengguna Kebutuhan Ruang Pengunjung/Turis Bangku Istirahat - Lokal(Individu/kelompok) Papan Informasi - Mancanegara Parkir Aktivitas Pengguna: Tabel 2. 5 Kebutuhan ruang Shelter b. Context Gambar 2.42 Flowchart Aktivitas Pengguna Shelter Luas site per unit homestay : 187 m2 dengan kondisi sekitar dikelilingi pepohonan. Sistem pengolahan kebun raya saat ini sendiri kurang tersistem dengan baik. Shelter ini direncanakan akan diletakkan pada beberapa titik dikawasan kebun raya samosir. Gambar 2.43 Site Shelter 54

48 Gambar 2.44 Kondisi Kebun Raya c. Form Gambar 2.45 View dari Kebun raya kearah danau toba Rumah tradisional batak merupakan tempat tinggal bagi beberapa keluarga sekaligus, filosofi ini erat dengan fungsi shelter sebagai tempat persinggahan bagi beragam pengunjung. Karena itu shelter ini mengangkat bentuk atap dan dinding rumah adat batak untuk mengingatkan filosofi tersebut kepada penggunanya. Shelter ini dirancang minim sekat untuk menciptakan harmonisasi lingkungan dengan shelter itu sendiri. Selain itu hal ini juga dapat memudahkan pengunjung melihat dari dalam dan keluar shelter, serta meminimalisir penyalahgunaan shelter. Material yang digunakan Ijuk, Bambu, Batu Alam 55

49 Gambar 2.46 Siteplan shelter Gambar Denah Shelter Gambar 2.48 Tampak Shelter 56

50 Gambar 2.49 Perspektif Shelter Desain yang dihasilkan pada tahap ini cenderung berupa rancangan dasar dan tidak merefleksikan proyek geopark secara global. Saran dan kritik diterima dari dosen-dosen penguji dan juga dosen pembimbing. Apa yang didapat dari hasil preview adalah pentingnya merencanakan konsep perjalanan pariwisata secara global didaerah samosir. Dari konsep pariwisata secara global akan didapat halhal yang perlu didesain berdasarkan kebutuhan pariwisata itu sendiri. 57

BAB I CERITA TENTANG GUNUNG DAN AIR. (profesi). Pada perancangan kali ini, diberikan tema umum Symbiosis and

BAB I CERITA TENTANG GUNUNG DAN AIR. (profesi). Pada perancangan kali ini, diberikan tema umum Symbiosis and BAB I CERITA TENTANG GUNUNG DAN AIR 1. 1. Latar Belakang Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan Studio perancangan terakhir dalam masa pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa arsitektur USU

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup banyak dengan beribu-ribu pulau, keanekaragaman pesona alam, suku,

BAB I PENDAHULUAN. cukup banyak dengan beribu-ribu pulau, keanekaragaman pesona alam, suku, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pariwisata mengalami perkembangan yang sangat pesat. Faktor pendorongnya antara lain perubahan ekonomi dunia yang sangat cepat, transportasi yang semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yaitu pertanian yang dicirikan antara lain oleh penggunaan tekhnologi baru yang berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk saat ini, pariwisata merupakan pembangkit ekonomi (terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia), kesejahteraan atau kualitas hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

02. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA UTARA

02. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA UTARA 02. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA UTARA 41 Sumatera Utara 1. Batahan 250 100* 50 230 100* 0 225 50* 30 Mandailing Natal

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1 Latar Belakang. Bab I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi wisata alam yang melimpah. Terletak di garis khatulistiwa dengan iklim tropis yang mendapat sinar matahari yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi daerah disekitarnya, sehingga

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN HABONARON DO BONA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BPS BADAN KABUPATEN PUSAT STATISTIK SIMALUNGUN No. 02/12/1209/Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 62.188 RUMAH TANGGA, TURUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memberikan andil besar pada perekonomian Indonesia. Sektor Pariwisata berperan penting dalam meningkatkan pendapatan negara. Menurut UU no.10 Tahun 2019

Lebih terperinci

PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI

PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI 1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Dairi 1.1 Letak Geografis Wilayah Kanupaten Dairi Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. URAIAN UMUM Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang terus mengalami perubahanperubahan yang menuju pada perkembangan baik fisik maupun sosialnya. Aspek fisik seperti letak yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB I MENJEJAKKAN LANGKAH

BAB I MENJEJAKKAN LANGKAH BAB I MENJEJAKKAN LANGKAH Negara Indonesia memiliki berbagai kekayaan wisata yang berkelas dunia. Salah satunya adalah Danau Toba yang berada di provinsi Sumatera Utara. Kawasan danau Toba memiliki pemandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan, tetapi bukan merupakan

Lebih terperinci

Mulai. Pengumpulan Data. Tidak. Cukup. Ya Formulasi Masalah. Evaluasi Aspek. Selesai

Mulai. Pengumpulan Data. Tidak. Cukup. Ya Formulasi Masalah. Evaluasi Aspek. Selesai Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Pengumpulan Data Data primer Data Sekunder Tidak Cukup Ya Formulasi Masalah Evaluasi Aspek Selesai Lampiran 2. Kuisioner pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian PEMANFAATAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok. PENDAHULUAN Latar belakang Masalah ketahanan pangan masih menjadi isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan prioritas dari semua pihak. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Globalisasi sering diterjemahkan sebagai gambaran dunia yang lebih seragam dan terstandar melalui teknologi, komersialisasi, dan sinkronisasi budaya yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian dan fenomena baik alam non alam dan sosial yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Dairi terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Dairi terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Dairi berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar 400-1.700 meter diatas permukaan laut, Luas wilayah Kabupaten Dairi 192.780

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

Kegiatan pariwisata yang saat ini belum digali dan dikelola secara baik di antaranya adalah:

Kegiatan pariwisata yang saat ini belum digali dan dikelola secara baik di antaranya adalah: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang posisinya terletak sangat strategis berada pada silang dunia yang menghubungkan antara dua benuaasia dan Australia dan juga sebagai jalur lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 1.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang adalah sebuah perihal atau peristiwa yang menjadi sebab, alasan, awal, sejarah untuk melahirkan suatu perihal dan peristiwa yang baru di masa mendatang. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri dari sepuluh Provinsi. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera adalah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN GEOPARK KALDERA TOBA (Engagement With Stone)

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN GEOPARK KALDERA TOBA (Engagement With Stone) PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN GEOPARK KALDERA TOBA (Engagement With Stone) LAPORAN AKHIR SKRIPSI RTA 4231 SKRIPSI SARJANA SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015 OLEH B P RIKARDO NABABAN 110406080 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. objek yang berpotensi ialah objek wisata air terjun Hadabuan Naisogop yang terletak

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. objek yang berpotensi ialah objek wisata air terjun Hadabuan Naisogop yang terletak BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Samosir Kabupaten Samosir merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara yang memiliki daerah-daerah potensi wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks

Lebih terperinci

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA Oleh : Ayu Agung Hastuti, Titien Woro Murtini, R. Siti Rukayah Rawapening yang menjadi salah satu sektor pariwisata terbesar di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang kebudayaan dan pariwisata bersifat multi-sektoral dan multi disiplin, dalam suatu sistem yang sinergi dan diharapkan mampu mendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam objek wisata, seperti pulau-pulau dengan pemandangan pantai yang indah, pegunungan, dan keindahan baharinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI 3.1. Umum Danau Cisanti atau Situ Cisanti atau Waduk Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Secara geografis Waduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di pulau Jawa. Di kota ini banyak terjadi sejarah penting seperti kebakaran besar Bandung Lautan Api, Konfrensi Asia Afrika

Lebih terperinci

Konsep Design Mikro (Bangsal)

Konsep Design Mikro (Bangsal) Panggung tempat acara adat Konsep Design Mikro (Bangsal) Pintu masuk utama Ruang Tunggu / lobby dibuat mengelilingi bangunan, hal ini sesuai dengan kebuadayaan masyarakat yang menggunakan ruang ruang teras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai alasan pemilihan judul dalam latar belakang, rumusan masalah dari permasalahan yang ingin dipecahkan, tujuan serta metode penelitian yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Berdirinya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. yang dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama Tbk. (IIU) adalah untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahorok dengan pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, sungai dengan air yang jernih, walaupun keadaan hutannya tidak asli lagi, menjadikan tempat ini ramai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obyek wisata merupakan perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang beberapa tahun terakhir ini. Industri pariwisata banyak dikembangkan dibelahan dunia karena pariwisata itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara dengan kekayaaan alam yang sangat melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dianugerahi dengan kekayaan alam dan budaya yang sangat tinggi atau Negara Biodiversity. Indonesia memiliki 13.466

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel BAB I 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG Saat ini, berwisata sudah menjadi kebutuhan yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Jumlah pengunjung tempat wisata semakin meningkat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan membagi hutan menjadi hutan negara dan hutan hak. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan kabupatennya. Salah satunya

Lebih terperinci