Abstrak. Abstract. Kata Kunci : Candida albicans; Melaleuca alternifolia; Nigella sativa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. Abstract. Kata Kunci : Candida albicans; Melaleuca alternifolia; Nigella sativa"

Transkripsi

1 Abstrak Analisis Potensi Minyak Melaleuca alternifolia, Nigella sativa, dan Kombinasinya terhadap Candida albicans (Uji In vitro) Andari Putrianti 1, Siti Aliyah Pradono 2, Boy M. Bachtiar 3 Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Oral Biologi, Fakultas Kedokteran Gigi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi minyak esensial Melaleuca alternifolia (MA), Nigella sativa (NS), dan kombinasinya terhadap Candida albicans (C. albicans) isolat klinik dan ATCC C. albicans dipaparkan dengan MA 2%, 8%, NS 2%, 4%, kombinasi 1 (MA 2%, NS 4%) dan 2 (MA 8%, NS 2%). Pertumbuhan koloni dilihat setelah 48 jam penanaman dalam SDA. Pemaparan dengan kombinasi MA dan NS lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans isolat klinik dan ATCC dibandingkan NS. Tetapi kombinasi MA dan NS tidak lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan MA. Disimpulkan bahwa, MA sudah mempunyai daya antifungal yang baik tanpa kombinasi dengan NS. Kata Kunci : Candida albicans; Melaleuca alternifolia; Nigella sativa Abstract The aimed of this study was to analyze the potential of essential oil Melaleuca alternifolia (MA), Nigella sativa (NS), and its combination on Candida albicans (C. albicans) isolated from healthy patient and ATCC C. albicans were exposed to MA 2%, 8%, NS 2%, 4%, combination 1 (MA 2%, NS 4%) and 2 (MA 8%, NS 2%). Colonies were formed after incubation in SDA for 48 hours. Oil combination has a better potential to inhibit the growth of C. albicans isolated from healthy patient and ATCC compared with NS, but the oil combination does not has a better potential compared with MA. In conclusion, MA already has a good potential to inhibit the growth of C. albicans without the addition of NS. Keywords : Candida albicans; Melaleuca alternifolia; Nigella sativa Latar Belakang C. albicans adalah patogen oportunistik yang dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan perubahan sistem kekebalan tubuh. 1 C. albicans adalah bagian dari flora normal, tetapi berkembangnya spesies ini secara berlebih juga dapat menyebabkan infeksi pada individu sehat. 1,2 Kandidiasi mulut adalah infeksi jamur yang paling sering ditemukan dan disebabkan oleh pertumbuhan jamur genus Candida, C. albicans adalah spesies yang

2 paling banyak ditemukan. 1,3,4,5 Manifestasi klinisnya bisa terbagi dalam dua golongan yaitu ringan dan berat jika menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat. 3 Beberapa antifungal tersedia untuk mengatasi kandidiasis mulut, diantaranya adalah golongan azol dan poliena. Masih sering terjadi resistensi dan toksisitas yang tinggi pada antifungal yang ada, 1,5 dipercaya bahwa penggunaan flukonazol dalam jangka panjang dapat menimbulkan resistensi terhadap C. albicans, selain itu juga dapat memberikan efek samping seperti nausea dan disfungsi liver. 1,6 Hal ini memicu adanya kebutuhan untuk mencari obat baru dengan aktivitas antifungal lebih baik dan toksisitas yang rendah. Dewasa ini banyak minyak esensial yang digunakan sebagai pengobatan infeksi bakteri dan fungi, salah satunya adalah Tea Tree Oil (TTO) atau minyak esensial MA. 7 Minyak ini dinyatakan mempunyai efek antimikroba dengan zat aktif utamanya terpinen- 4-ol. 8 Telah dilaporkan satu penelitian in vitro (Ergin et al., 2002) bahwa nilai KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) MA terhadap C. albicans isolat klinik sebesar 1-8%. Dilaporkan juga nilai KHM hampir seluruh spesies Candida yang resisten terhadap flukonazol sebesar 2%. 9 Disamping MA masih banyak pilihan zat alami yang memiliki kandungan antifungal yang baik, salah satunya adalah biji jintan hitam/ns. Thymoquinone dalam NS terbukti mempunyai aktivitas antifungal. 10 Penelitian in vitro (Harzallah et al., 2012) menggunakan minyak statis NS menunjukan nilai KHM dan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimal) sebesar 0,8 mg/ml dan 3,125 mg/ml terhadap C. albicans isolat laboratorium. 11 Penelitian in vitro lainya (Raval et al., 2010) menggunakan ekstrak metanolik dan etanolik NS terhadap C. albicans isolat laboratorium menghasilkan nilai KHM ekstrak metanolik dan etanolik sebesar 6,5 µg/ml dan 29 µg/ml. 12 Kedua penelitian tersebut menggunakan C. albicans isolat laboratorium yang mempunyai virulensi lebih rendah dibandingkan C. albicans isolat klinik, 13 maka dari itu kemungkinan nilai KHM dan KBM NS terhadap C. albicans isolat klinik lebih besar dari nilai penelitian terdahulu. Penelitian in vitro (Windi AN, 2010) menggunakan kombinasi MA 50% dan ekstrak NS 50% terhadap C. albicans memberikan hasil kombinasi bahan lebih unggul dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan 4 kelompok lainnya, yaitu

3 etanol 70%, flukonazol 25 µg, MA 50%, dan ekstrak NS 50%. 14 Telah dilaporkan satu penelitian (Hamid A.A. et al., 2011) bahwa minyak esensial mempunyai daya antimikroba yang baik karena mengandung senyawa-senyawa terpene dan terpenoid, alkaloid, dan phenolic compound. 15 Sejauh penelusuran literatur yang telah penulis lakukan, belum pernah dianalisis potensi minyak esensial MA, NS dan kombinasinya dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Tinjauan Teoritis C. albicans adalah fungi dimorfik yang paling sering ditemukan di kavitas oral pada individu sehat maupun sakit, adalah organisme komensal dan bagian dari flora normal pada sistem pencernaan. 1,2 Kandidiasis atau thrush adalah infeksi yang disebabkan oleh Candida dengan C. albicans sebagai spesies terbanyak. 1,16 Kandidiasis mencakup infeksi superfisial seperti vaginitis pada wanita sehat, infeksi berat pada rongga mulut dan esofagus pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat. 17 C. albicans dapat tumbuh dalam 3 morfologi berbeda; yeast, pseudohifa, dan hifa. Pseudohifa dan hifa mempunyai morfologi yang sama, yaitu filamentosa. Kemampuan C. albicans dalam mengubah morfologi berhubungan dengan virulensi spesies ini, dalam hal ini morfologi hifa dan pseudohifa bersifat invasif. Kedua morfologi dapat membantu penetrasi jaringan dalam fase awal infeksi. 17 Obat antifungal berperan penting dalam mengatasi kandidiasis mulut, yang paling sering digunakan diantaranya adalah antifungal golongan azol dan poliena. Antifungal tersebut masih mempunyai toksisitas dan resistensi yang tinggi, 1,5,6 karena itu dibutuhkan obat dengan aktivitas antifungal lebih baik dan toksisitas yang rendah. MA atau Tea Tree Oil (TTO) adalah tanaman nativ dari Australia dengan banyak kegunaan dalam bidang kedokteran. Komponen utama MA adalah terpinen-4-ol yang berfungsi sebagai antimikroba (antifungal, antibakteri, dan antivirus). Penelitian terdahulu melaporkan bahwa MA mempunyai kemampuan dalam mengubah permeabilitas sel membran, menghambat respirasi berdasarkan dosis, menghambat asidifikasi medium pertumbuhan, dan menghambat formasi germ tube pada C. albicans. Suatu uji coba resistensi MA pada dua strain C. albicans isolat klinik pernah dilakukan

4 dan tidak berhasil, pemakaian MA juga aman untuk digunakan, mempunyai efek samping minor, self-limiting, dan jarang terjadi. 18 Minyak esensial lain yang memiliki kandungan antifungal yang baik adalah NS atau biji jintan hitam yang berasal dari Laut Tengah. Kandungaan utamanya adalah thymoquinone yang terbukti mempunyai aktivitas antifungal. 10 Kandungan zat aktif lainya adalah thymol, zat ini mempunyai mekanisme antifungal yang sama dengan thymoquinone, yaitu: 14 - Menghambat transformasi jamur dari bentuk yeast menjadi filamen (pseudohifa dan hifa). - Menghambat sintesis ergosterol pada plasma membran; meningkatkan permeabilitas membran, mengubah topologi protein membran. - Menggangu rantai respirasi. - Inhibisi asidifikasi medium pertumbuhan C. albicans. Sedikit penelitian terdahulu yang menunjukan adanya efek toksik pada NS. Pada penelitian terbaru digunakan ekstrak cair NS pada tikus, dalam hal ini ekstrak diadministrasikan melalui oral selama 14 hari. Toksisitas ekstrak diukur dari perubahan kadar enzim hati dan perubahan histologi. Beberapa enzim hati meningkat kadarnya tetapi tidak ada perubahan patologis pada tikus. 19 Metode Penelitian Penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik FKG UI. C. albicans yang digunakan adalah C. albicans ATCC sebagai kontrol yang didapat dari Lab. OB FKG UI dan C. albicans isolat klinik yang didapat dari penelitian terdahulu. 20 Minyak esensial MA dan NS didapat dari Eteris Nusantara. Dibuat stok minyak esensial MA 20% dan NS 15% dengan SDB (Sabouraud Dextrose Broth) sebagai bahan pelarut dan tween 80 sebagai solubilizing agent. C. albicans ditanamkan dalam SDB selama 18 jam pada suhu 37 C. Kemudian dilakukan pengenceran suspensi C. albicans sampai mencapai Suspensi C. albicans dipaparkan dengan bahan uji dan dikultur selama 90 menit untuk dilihat dampak pemberian bahan uji terhadap pembentukan blastospora dan kecambah (germ tube) pada C. albicans. Kemudian sebanyak µl suspensi diambil dan diteliti

5 dibawah mikroskop. Sebanyak 100 µl suspensi C. albicans dengan dan tanpa perlakuan diambil dan ditanamkan pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar) selama 48 jam pada suhu 37 C. Setelah 48 jam koloni C. albicans tumbuh dan dilakukan penghitungan koloni (CFU/ml). Prosedur dilakukan secara duplo dengan 2 kali pengulangan. Analisis data menggunakan uji statistik nonparametrik Student s t-tests untuk membandingkan rata-rata jumlah koloni kelompok perlakuan, dengan p < 0,05 sebagai batas kemaknaan. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik setelah inkubasi pada suhu 37 C selama 90 menit, menunjukan adanya blastospora (yeast cell) pada hampir seluruh perlakuan. Pada kontrol C. albicans isolat klinik, terlihat sudah mulai terbentuk kecambah (germ tube). (Gambar 5.1). Germ tube Blastospora a b Gambar 5.1 Gambaran mikroskopik (a) kontrol dan (b) pasca pemaparan dengan MA 2% pada C. albicans isolat klinik (pembesaran mikroskop inverted 20 X). Adanya kecambah (germ tube) pada gambaran mikroskopik (a) dan blastospora pada gambaran mikroskopik (b) Pada tabel 5.1, dapat dilihat bahwa pasca pemaparan dengan bahan uji terdapat penurunan jumlah koloni C. albicans ATCC yang tumbuh dan tidak tumbuhnya koloni pasca pemaparan dengan kedua konsentrasi MA dan kombinasi minyak MA dan NS. Selain itu, terlihat tumbuhnya jumlah koloni yang sama pasca pemaparan dengan

6 NS 2% dan 4%. Pada C. albicans isolat klinik, terdapat penurunan jumlah koloni C. albicans isolat klinik yang tumbuh pasca pemaparan bahan uji dan idak tumbuhnya koloni C. albicans isolat klinik pasca pemaparan dengan kedua konsentrasi MA dan kombinasi minyak MA dan NS. Kemudian terlihat tumbuhnya koloni pasca pemaparan dengan NS 2% dan penurunan jumlah koloni yang tumbuh pasca pemaparan dengan NS 4%. Pada tabel 5.2, uji statistik dengan Student s t-tests menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan bermakna (P value > 0.05) antara kontrol dengan bahan uji dan pemaparan bahan uji satu dan lainnya terhadap pertumbuhan koloni C. albicans ATCC Berbeda dengan C. albicans ATCC 10231, uji statistik dengan Student s t-tests menunjukan adanya perbedaan bermakna (P value < 0.05) antara kontrol dengan bahan uji dan pemaparan bahan uji satu dan lainnya terhadap pertumbuhan koloni C. albicans isolat klinik (Tabel 5.2). Tabel 5.1 Hasil perhitungan jumlah koloni C. albicans ATCC dan C. albicans isolat klinik pasca pemaparan bahan uji Perlakuan Jumlah Koloni C. albicans (CFU/ml) Pengenceran 10-5 C. albicans ATCC C. albicans Isolat Klinik Kontrol 2.55 x x 10 2 MA 2% 0 0 MA 8% 0 0 NS 2% 0.1 x x 10 0 NS 4% 0.1 x x 10 0 Kombinasi 1 (MA 2%, NS 4%) Kombinasi 2 (MA 8%, NS 2%)

7 Tabel 5.2 Hasil uji Student s t-tests pada perbandingan jumlah koloni C. albicans yang tumbuh setelah pemaparan selama 48 jam dengan bahan uji Strain Perbandingan Bahan Uji P value C. albicans ATCC Kontrol & MA 0.07 Kontrol & NS 0.07 Kontrol & Kombinasi Minyak 0.07 MA & NS 0.09 MA & Kombinasi Minyak - NS & Kombinasi Minyak 0.09 C. albicans Isolat Klinik Kontrol & MA 0.01 Kontrol & NS 0.01 Kontrol & Kombinasi Minyak 0.01 MA & NS 0.00 MA & Kombinasi Minyak - NS & Kombinasi Minyak 0.00 Pembahasan Pada penelitian ini digunakan minyak esensial MA 2%, 8%, NS 2%, 4% serta kombinasi keduanya dengan kombinasi 1 (MA 2%, NS 4%) dan kombinasi 2 (MA 8%, NS 2%). Pemakaian konsentrasi MA 2% dan 8% didapat dari penelitian Ergin et al. (2002) yang menemukan nilai KHM MA terhadap C. albicans isolat klinik sebesar 1-8% dan 2% terhadap spesies Candida yang resisten dengan flukonazol. 9 Penggunaan minyak esensial NS 2% & 4% didasari penelitian Harzallah et al. (2012) yang melaporkan nilai KHM dan KBM minyak statis NS sebesar 0,8 mg/ml dan 3,125 mg/ml terhadap C. albicans isolat laboratorium. 11 Penelitian in vitro lainnya oleh Raval et al. (2010) menggunakan ekstrak metanolik dan etanolik NS terhadap C. albicans isolat laboratorium menghasilkan nilai KHM ekstrak metanolik dan etanolik sebesar 6,5 µg/ml

8 dan 29 µg/ml. 12 Kedua penelitian tersebut menggunakan C. albicans isolat laboratorium yang mempunyai virulensi lebih rendah dibandingkan C. albicans isolat klinik, 13 oleh karena itu pada penelitian ini digunakan konsentrasi lebih tinggi dari nilai KHM dan KBM penelitian terdahulu. Stok minyak esensial MA 20% dan NS 15% dibuat dengan bahan pelarut SDB dan tween 80 sebagai solubilizing agent. Pemakaian SDB sebagai bahan pelarut berfungsi untuk menumbuhkan C. albicans. Pada dasarnya minyak esensial MA cukup baik dilarutkan dalam air, 18 penelitian oleh Claudia Toma et al. (2004) menyatakan bahwa ekstrak dari NS juga dapat larut dalam air, 21 namun dalam penelitian ini tetap digunakan tween 80 sebagai solubilizing agent sebesar 3% karena sifat dasar minyak yang tidak bisa menyatu dengan akuades dalam SDB. 22 Dalam penelitian ini, setelah pemaparan dengan bahan uji dilakukan inkubasi selama 90 menit untuk melihat dampak pemberian bahan uji terhadap pertumbuhan blastospora dan kecambah (germ tube). Inkubasi selama 90 menit dilakukan berdasarkan penelitian Krom et al. (2007) terhadap pembentukan biofilm C. albicans. 23 Pada gambaran mikroskopik setelah inkubasi selama 90 menit, terlihat blastospora (yeast cell) C. albicans ATCC pada seluruh perlakuan. Sedangkan pada C. albicans isolat klinik, terlihat sudah mulai tumbuh kecambah (germ tube) pada kontrol (Gambar 5.1). Hasil ini mengindikasikan adanya perbedaan respons dari dua strain C. albicans yang berbeda, ini terjadi karena adanya perbedaan virulensi dan sensitifitas C. albicans dengan strain yang berbeda. 2,13,17 Penelitian terdahulu juga melaporkan bahwa kemampuan C. albicans dalam mengubah morfologi mempengaruhi virulensi spesies tersebut. 17 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni pada kultur C. albicans ATCC setelah dipaparkan dengan bahan uji. Tidak tumbuhnya koloni pasca pemaparan dengan kedua konsentrasi MA dan kombinasi minyak MA dan NS, sedangkan peningkatan konsentrasi minyak esensial NS tidak memberikan penurunan jumlah koloni C. albicans ATCC Meski demikian, secara statistik kontrol dengan bahan uji dan pemaparan bahan uji satu dan lainya dalam penelitian ini tidak mempengaruhi pertumbuhan jumlah koloni C. albicans ATCC secara bermakna. (Tabel 5.2).

9 Pada C. albicans isolat klinik juga menghasilkan penurunan jumlah koloni setelah pemaparan dengan bahan uji dan tidak tumbuhnya koloni pasca pemaparan dengan kedua konsentrasi MA dan kombinasi minyak MA dan NS. Berbeda dengan C. albicans ATCC 10231, peningkatan konsentrasi minyak esensial NS menghasilkan penurunan jumlah koloni C. albicans isolat klinik yang tumbuh. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil uji statistik yang menunjukan adanya perbedaan bermakna pada pertumbuhan koloni C. albicans isolat klinik kontrol dengan bahan uji dan pemaparan bahan uji satu dan lainya. (Tabel 5.2). Dari hasil tersebut, dapat dikatakan minyak esensial NS terbukti berpotensi menghambat pertumbuhan C. albicans. Ini juga didukung penelitian sebelumnya oleh S.K. Nazrul Islam et al. (1989) yang menyatakan bahwa minyak esensial lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan fungi dibandingkan minyak statis NS. 24 Demikian pula berdasarkan penelitian terdahulu telah dinyatakan bahwa minyak esensial mengandung senyawa turunan terpene dan phenol yaitu thymoquinone dan carvacrol yang dapat berfungsi sebagai antifungal. 15 Dalam penelitian ini secara statistik tidak ada perbedaan bermakna antara pertumbuhan koloni C. albicans ATCC kontrol dengan C. albicans ATCC pasca pemaparan kedua konsentrasi minyak esensial NS (P value = 0.07). Selain itu secara statistik pemaparan berbagai bahan uji satu dan lainnya juga tidak mempengaruhi pertumbuhan jumlah koloni C. albicans ATCC secara bermakna (P value > 0.05). Hasil tersebut kemungkinan karena dalam penelitian ini pengulangan eksperimen hanya dilakukan dua kali pengulangan, dan rentang angka yang terlalu jauh antara koloni C. albicans ATCC dan C. albicans isolat klinik yang tumbuh. Perbedaan virulensi antara kedua strain C. albicans mungkin juga memberikan respons yang berbeda terhadap pemaparan bahan uji. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian in vitro Windi AN (2010) yang menggunakan kombinasi 50% MA dan 50% ekstrak biji jintan hitam terhadap C. albicans. Hasil penelitian Windi AN menyatakan bahwa daya antifungal kombinasi lebih unggul dibandingkan 4 kelompok lainnya, yaitu etanol 70% sebagai kontrol negatif, flukonazol 25 µg sebagai kontrol positif, MA 50%, dan ekstrak biji jintan hitam 50%. 14 Penelitian ini menunjukan bahwa kedua konsentrasi minyak esensial MA sendiri sudah memiliki daya antifungal yang baik tanpa penambahan minyak esensial NS, tetapi

10 kedua konsentrasi kombinasi minyak esensial MA dan NS lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan dengan minyak esensial NS. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, C. albicans dengan strain berbeda mempunyai fenotip dan virulensi yang berbeda. Perbedaan fenotip dan virulensi tersebut yang membedakan respons strain C. albicans terhadap stimulus yang diberikan. 2,17 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa minyak esensial NS dan kombinasi MA dan NS berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans ATCC maupun C. albicans isolat klinik. Kombinasi minyak esensial MA dan NS mempunyai daya antifungal lebih baik dalam menghambat pertumbuhan C. albicans baik isolat klinik maupun ATCC dibandingkan minyak esensial NS. Kemudian kombinasi minyak esensial MA dan NS tidak lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan dengan minyak esensial MA. Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah untuk penelitian selanjutnya dibutuhkan penambahan strain C. albicans, pengulangan penelitian lebih dari dua kali pengulangan, dan penyetaraan jumlah koloni awal untuk mendapatkan data yang lebih representatif. Kepustakaan 1. Meurman JH, Siikala E, Richardson M, Rautemaa R. Non-Candida albicans Candida yeasts of the oral cavity. Communicating Current Research and Educational Topics and Trends in Applied Microbiology. 2007;: p Molero G, Diez-Orejas R, Navarro-Garcia F, Monteolivia L, Pla J, Gil C, et al. Candida albicans: genetics, dimorphism and pathogenicity. International Microbiol. 1998; 1: p

11 3. Greenberg M, Glick M, Ship J. Burket's Oral Medicine. 11 th ed. Custance P, editor. Hamilton: BC Decker Inc; Abu-Elteen K, Hamad M, Salah S. Prevalence of Oral Candida Infections in Diabetic Patients. Bahrain Medical Bulletin Maret; 28(1): p Jandourek A, Vaishampayan J, Vazquez J. Efficacy of melaleuca oral solution for the treatment of fluconazole refractory oral candidiasis in AIDS patients. AIDS. 1998; 12(9): p Charlier C, Hart E, Lefort A, Ribaud P, Dromer F, Denning D, et al. Fluconazole for the management of invasive candidiasis: where do we stand after 15 years? Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 2006; 57: p Hammer K, Carson C, Riley T. In-vitro activity of essential oils, in particular Melaleuca alternifolia (tea tree) oil and tea tree oil products, against Candida spp. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 1998; 42: p Banes-Marshall L, Cawley P, Phillips C. In vitro activity Melaleuca alternifolia (tea tree) oil against bacterial and Candida spp. isolates from clinical specimens. British Journal of Biomedical Science June; 58: p Ergin A, Arikan S. Comparison of microdilution and disc diffusion methods in assessing the in vitro activity of fluconazole and Melaleuca alternifolia (tea tree) oil against vaginal Candida isolates. Journal Chemother Oktober ; 14(5): p El-Tahir K, Bakeet D. The Black Seed Nigella sativa Linnaeus - A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its Volatile Oil. J T U Med Sc. 2006; 1(1): p

12 11. Harzallah H, Noumi E, Bekir K, Bakhrouf A, Mahjoub T. Chemical composition, antibacterial and atifungal properties of Tunisian Nigella sativa fixed oil. African Journal of Microbiology Research Juni; 6(22): p Raval B, Shah T, S M, Ganure A. Screening of Nigella sativa seeds for antifungal activity. Annals of Biological Research. 2010; 1(1): p Sari E. Konsentrasi Hambat Minimal dan Konsentrasi Bunuh Minimal Ekstrak Aloe vera Leaf Terhadap Candida albicans yang Diisolasi dari Rongga Mulut Orang dengan HIV/AIDS dan Candida albicans Strain ATCC Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia, Departemen Penyakit Mulut; Windi A. Efek Kombinasi Tea Tree Oil (Melaleuca alternifolia) dengan Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Candida albicans in vitro. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, Fakultas Kedokteran; Hamid A, Aiyelaagbe O, Usman L. Essential oils: it's medicinal and pharmacological uses. International Journal of Current Research Febuari; 3(2): p Yehuda Z, Saar B, Estella D, Vadim S, Clariel I, Tamar H. Colonization of Candida: prevalence among tongue-pierced and non-pierced immunocompetent adults. Oral Dis Maret; 16(2): p Sudbery P, Gow N, Berman J. The distinct morphogenic states of Candida albicans. Trends in Microbiology Carson C, Hammer K, Riley T. Melaleuca alternifolia (Tea Tree) Oil: a Review of Antimicrobial and Other Medicinal Properties. Clinical Microbiology Review Januari; 19(1): p

13 19. Salem ML. Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella sativa L. seed. International Immunopharmacology June;: p Audiawati. Identifikasi faktor risiko terjadinya kolonisasi spesies Candida di rongga mulut pada individu sehat (penelitian pada mahasiswa dan mahasiswi fkg ui). Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Gigi; Toma C, Szabadai Z, Hanganu D, Olah N, Popescu H. Research on Nigella sativa L. (Ranunculaceae) Mucilage. TMJ July; 54(3): p Rowe R, Sheskey P, Owen S. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5 th ed. Great britain: Pharmaceutical Press; Krom B, Cohen J, Feser G, Cihlar R. Optimized candidal biofilm microtiter assay. Journal of Microbiological Methods September;: p Nazrul Islam S, Ahsan M, Hassan C, Malek M. Antifungal activities of the oils of Nigella sativa seeds. Pakistan Journal Pharm. Science. 1989; 2(1): p

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Metode identifikasi C. albicans yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan CHROMagar dan dikonfirmasi dengan uji pembentukan germ tube dalam serum. Sampel yang diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistis yang sering terjadi di rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida albicans (Neville dkk.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro ABSTRAK AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro Vanny Angellina, 2015. Pembimbing I : Triswaty Winata, dr., M.Kes. Pembimbing II : Decky Gunawan,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Subjek Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah C. albicans yang diperoleh dari usapan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data Sampel dalam penelitian ini adalah usapan (swab) dari lesi mukosa mulut subyek

Lebih terperinci

EFEK XYLITOL TERHADAP RESISTENSI CANDIDA ALBICANS DALAM SERUM (UJI IN VITRO) SKRIPSI

EFEK XYLITOL TERHADAP RESISTENSI CANDIDA ALBICANS DALAM SERUM (UJI IN VITRO) SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA EFEK XYLITOL TERHADAP RESISTENSI CANDIDA ALBICANS DALAM SERUM (UJI IN VITRO) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar akademis Sarjana Kedokteran Gigi THEODORUS

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini, identifikasi C. albicans dilakukan dengan media CHROMagar dan serum. Sampel yang diperoleh dari usap mulut penderita kandidiasis oral diusapkan pada media CHROMagar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kandidiasis oral merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Candida albicans (C.albicans) merupakan salah satu jamur yang sering menyebabkan kandidiasis pada rongga mulut. 1 Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistik

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA CENGKEH DAN PARUTAN LIDAH BUAYA TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

ABSTRAK. AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA CENGKEH DAN PARUTAN LIDAH BUAYA TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO ABSTRAK AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA CENGKEH DAN PARUTAN LIDAH BUAYA TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO Veronica Ervina Sugijanto, 2007; Pembimbing I : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN GLUKOSA PADA SABUROUD DEXTROSE BROTH TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS (UJI IN VITRO)

EFEK PENAMBAHAN GLUKOSA PADA SABUROUD DEXTROSE BROTH TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS (UJI IN VITRO) efek penambahan glukosa Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16 (1):58-63 http//www.fkg.ui.edu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ISSN 1693-9697 EFEK PENAMBAHAN GLUKOSA PADA SABUROUD DEXTROSE

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO ABSTRAK AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO Yulius Setiadi, 2007; Pembimbing I : Triswaty Winata, dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005). Insiden penyakit infeksi

Lebih terperinci

Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan

Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan biofilm pada bakteri, sedangkan biofilm pada jamur yang berkaitan dengan kedokteran masih sedikit. Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan terapi konvensional karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah negara berkembang di dunia yang masih berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat ini. Profil Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

Perbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Interdigital

Perbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Interdigital Perbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Interdigital LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

Kata kunci : Lactobacillus acidophilus, Yoghurt, Candida albicans.

Kata kunci : Lactobacillus acidophilus, Yoghurt, Candida albicans. ABSTRAK Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada pasien yang berobat ke dokter gigi. Candida albicans (C.albicans)

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data C. albicans strain ATCC 10231 yang diperoleh dari Departemen Parasitologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement chemomechanical pada jaringan pulpa, debris pada dentin, dan penggunaan irigasi terhadap infeksi mikroorganisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau obat-obatan yang berasal dari tumbuhan di Indonesia sangat besar,

Lebih terperinci

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA SKRIPSI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.) SEBAGAI ANTIJAMUR TERHADAP Candida albicans DAN Pityrosporum ovale SECARA IN VITRO Disusun oleh : Elisabeth Arundhina NPM : 100801139

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIFUNGAL MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO TAHUN 2014

ABSTRAK. EFEK ANTIFUNGAL MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO TAHUN 2014 ABSTRAK EFEK ANTIFUNGAL MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO TAHUN 2014 Lannawati Setiadi, 2014. Pembimbing: Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih tetap merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai salah satu penyakit

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Candida albicans dan Aspergillus niger Antifungal Activity Test of Ethanol Extract

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh jamur dari genus Candida (Brown dan Burns, 2005). Sebanyak lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Permasalahan Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan dalam dunia medis hingga saat ini. Jamur patogen yang umum menginfeksi manusia adalah strain Candida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehilangan gigi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang terutama disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal. Gigi yang hilang dan tidak

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental laboratorium untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ini telah dilaksanakan pada percobaan uji mikrobiologi dengan menggunakan ekstrak etanol daun sirih merah. Sebanyak 2,75 Kg daun sirih merah dipetik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida (Sobel,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA BERBAGAI SEDIAAN BUAH MENGKUDU DI PASARAN TERHADAP Salmonella typhi dan Candida albicans SECARA IN VITRO

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA BERBAGAI SEDIAAN BUAH MENGKUDU DI PASARAN TERHADAP Salmonella typhi dan Candida albicans SECARA IN VITRO ABSTRAK EFEK ANTIMIKROBA BERBAGAI SEDIAAN BUAH MENGKUDU DI PASARAN TERHADAP Salmonella typhi dan Candida albicans SECARA IN VITRO Anasthasia Marlene Cahyadi,2007. Pembimbing I : Philips Onggowidjaja, S.Si,

Lebih terperinci

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar. Kehadiran Candida sebagai anggota flora komensal mempersulit diskriminasi keadaan normal dari infeksi. Sangat penting bahwa kedua temuan klinis dan laboratorium Data (Tabel 3) yang seimbang untuk sampai

Lebih terperinci

ISOLASI SPESIES CANDIDA DARI TINJA PENDERITA HIV/AIDS

ISOLASI SPESIES CANDIDA DARI TINJA PENDERITA HIV/AIDS ISOLASI SPESIES CANDIDA DARI TINJA PENDERITA HIV/AIDS Mulyati¹, Retno Wahyuningsih², Widiastuti¹ dan Pudji K Sjarifuddin¹ 1. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 10430 2. Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

ABSTRAK. PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTICANDIDA INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle Lynn) SEGAR DENGAN SABUN CAIR PEMBERSIH VAGINA KEMASAN SECARA IN VITRO

ABSTRAK. PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTICANDIDA INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle Lynn) SEGAR DENGAN SABUN CAIR PEMBERSIH VAGINA KEMASAN SECARA IN VITRO ABSTRAK PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTICANDIDA INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle Lynn) SEGAR DENGAN SABUN CAIR PEMBERSIH VAGINA KEMASAN SECARA IN VITRO Melissa Hascatri Wulan, 2005; Pembimbing I : Triswaty Winata

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro.

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro. ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan penyakit penyakit infeksi. Streptococcus mutans merupakan salah satu penyebab utama infeksi di dalam rongga mulut. Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian tubuh meliputi mulut, saluran pencernaan, kulit dan organ genetalia wanita. Candida albicans

Lebih terperinci

Perbandingan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan Ketokonazol 2% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp. pada Kandidiasis Vulvovaginalis

Perbandingan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan Ketokonazol 2% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp. pada Kandidiasis Vulvovaginalis Perbandingan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan Ketokonazol 2% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp. pada Kandidiasis Vulvovaginalis Comparison of Basil Leaves ( Ocimum Basilicum L.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi oportunistik dengan insidensi tertinggi (Nasronudin, 2008). Kandidiasis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian obat kumur ekstrak etanol tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus acidophilus secara in vitro merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro. 18 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro. 4.2 Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans

Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans 104 Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans Ali Yusran Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi di dalam saluran akar dan menciptakan lingkungan yang asepsis sehingga tidak dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium. B. Lokasi Penelitian Ekstraksi dilakukan di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Candida sp adalah flora normal pada manusia yang dapat dijumpai pada kulit, saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai pada

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian : eksperimental laboratorik 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian : Laboratorium Biologi Oral FKG UI Waktu penelitian : Minggu

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. karena merupakan penyebab kematian paling tinggi (Ahira, 2013). Data

I.PENDAHULUAN. karena merupakan penyebab kematian paling tinggi (Ahira, 2013). Data I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Human Immunodeficiency Virus Positive/Aquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia karena merupakan penyebab kematian paling

Lebih terperinci

BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA

BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA Materi yang akan disampaikan meliputi: Sistem Hayati : - Bacteria - ragi (yeast) - jamur Obat yang diuji: 1. Antibiotika (bactericide, fungicide) 2. Vitamin (Vit.B,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai salah satu sumber kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh subur dan penuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya dan menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies

Lebih terperinci

UJI BANDING EFEKTIVITAS INFUS JINTAN HITAM (Nigella sativa) 100% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

UJI BANDING EFEKTIVITAS INFUS JINTAN HITAM (Nigella sativa) 100% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans UJI BANDING EFEKTIVITAS INFUS JINTAN HITAM (Nigella sativa) 100% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEK EKSTRAK JINTAN HITAM. STOMATITIS DAN Candida albicans (ATCC )

PERBEDAAN EFEK EKSTRAK JINTAN HITAM. STOMATITIS DAN Candida albicans (ATCC ) PERBEDAAN EFEK EKSTRAK JINTAN HITAM TERHADAP Candida albicans DENTURE STOMATITIS DAN Candida albicans (ATCC 10231 ) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

ABSTRAK CAPRYLIC ACID SEBAGAI TERAPI PADA KANDIDIASIS

ABSTRAK CAPRYLIC ACID SEBAGAI TERAPI PADA KANDIDIASIS ABSTRAK CAPRYLIC ACID SEBAGAI TERAPI PADA KANDIDIASIS Emiliana Lia, 200. Pembimbing I : Djaja Rusmana, dr., M.Si. Pembimbing II: Endah Tyasrini, S.Si., M.Si. Penggunaan bahan-bahan alamiah oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tumbuhan Bunga Bakung Tumbuhan bunga bakung mempunyai ketinggian antara 0,5-1,25 m, merupakan tumbuhan yang memiliki daun dan bunga. Bunga bakung termasuk tumbuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Michael Jonathan, 2012; Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja, M.Si Pembimbing II: dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc

ABSTRAK. Michael Jonathan, 2012; Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja, M.Si Pembimbing II: dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc ABSTRAK INTERAKSI AIR PERASAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) DENGAN GENTAMISIN DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN KOLONI Staphylococcus aureus SEBAGAI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL PADA LUKA BAKAR SECARA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik merupakan obat antimikroba yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus, streptococcus, enterococcus

Lebih terperinci

Efektifitas Ekstrak Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons dan Karang Lunak sebagai Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung

Efektifitas Ekstrak Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons dan Karang Lunak sebagai Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung Maspari Journal, 2012, 4 (2), 225230 Efektifitas Ekstrak Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons dan Karang Lunak sebagai Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung Hendrianto Tinambunan, Melki dan Isnaini

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans

ABSTRAK. UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans iv ABSTRAK UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans Bernike Yuriska M.P, 2009; Pembimbing I: Endang Evacuasiany,Dra.,Apt.M.S.AFK Pembimbing

Lebih terperinci

KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) BUAH BELIMBING. WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi

KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) BUAH BELIMBING. WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dekokta merupakan metode untuk mengambil zat aktif tanaman dengan cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air kemudian dipanaskan selama

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1. Hasil tes serial dilusi Streptococcus mutans terhadap infusum Kismis Konsentrasi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1. Hasil tes serial dilusi Streptococcus mutans terhadap infusum Kismis Konsentrasi BAB 5 HASIL PENELITIAN Pembiakan S.mutans dilakukan untuk mendapatkan sebanyak 6 koloni yang dibedakan berdasarkan diameter, kontur, konsistensi, homogenisasi, pigmen, besarnya, dan kecembungan permukaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK ANTICANDIDA CHLORHEXIDINE 2% (CHX) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS

PERBANDINGAN EFEK ANTICANDIDA CHLORHEXIDINE 2% (CHX) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK ANTICANDIDA CHLORHEXIDINE 2% (CHX) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS DENGAN SUHU DAN WAKTU YANG BERBEDA MELALUI METODE DIRECT EXPOSURE TEST Latar Belakang : kegagalan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain yang memiliki sifat mirip dengan streptomisin, salah satu antibiotik yang ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang bermanifestasi klinis diare dengan darah (disentri). Secara umum, Shigella spp. bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile, capnophilic yaitu kuman yang membutuhkan CO2 dalam proses pertumbuhannya dan berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut manusia banyak terdapat berbagai jenis bakteri, baik aerob maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus adalah mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menyatakan bahwa kehilangan seluruh gigi pada usia 25-34 tahun 0,1%, usia 35-44

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus Lienny Meriyuki Mulyono Fakultas Farmasi liengodblessme@gmail.com Abstrak -

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan ortodonti adalah perawatan yang bertujuan untuk memperbaiki kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan akurat (Foster, 1997).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS dapat terjadi pada hampir semua penduduk di seluruh dunia, termasuk penduduk Indonesia. AIDS merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat menurunnya

Lebih terperinci

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection ORIGINAL ARTICLE Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection Nadia Surjadi 1, Rahmi Amtha 2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry Trisakti University, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap orang mengalami infeksi Staphylococcus aureus, dengan keparahan yang bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Identifikasi Fitokimia Uji identifikasi fitokimia hasil ekstraksi lidah buaya dengan berbagai metode yang berbeda dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kandungan senyawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam bentuk sediaan obat kumur terhadap bakteri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jintan Hitam Jintan hitam merupakan tanaman herbal yang memiliki nama ilmiah Nigella sativa, dan terkenal memiliki efek jika digunakan untuk keperluan medis, dan sudah terbiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aspergillosis pulmonary infection merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh infeksi hifa jamur Aspergillus fumigatus. Infeksi dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai Perbedaan Ekstrak Kulit Salak Pondoh (Salacca zalacca) dan Sodium Hipoklorit 0,5% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida albicans pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipoprotein merupakan gabungan dari lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein yang berfungsi

Lebih terperinci

PENGARUH PAJANAN ASAP TERHADAP JUMLAH CANDIDA DI RONGGA MULUT. Studi pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa.

PENGARUH PAJANAN ASAP TERHADAP JUMLAH CANDIDA DI RONGGA MULUT. Studi pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa. PENGARUH PAJANAN ASAP TERHADAP JUMLAH CANDIDA DI RONGGA MULUT Studi pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental murni secara laboratoris in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji 1. Bahan uji yang digunakan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA PUTIH (Punica granatum Linn) DAN KETOKONAZOL 2% TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO PADA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS THE EFFECTS OF POMEGRANATE

Lebih terperinci

Kata kunci: berkumur, bakteri aerob, saliva, baking soda, lemon.

Kata kunci: berkumur, bakteri aerob, saliva, baking soda, lemon. ABSTRAK Flora normal rongga mulut yang tidak seimbang dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut, salah satu upaya pengendaliannya adalah berkumur dengan larutan baking soda (Sodium bicarbonate). Larutan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mikroorganisme dan produknya erat hubungannya dengan penyebab penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mikroorganisme dan produknya erat hubungannya dengan penyebab penyakit BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Mikroorganisme dan produknya erat hubungannya dengan penyebab penyakit pulpa dan lesi periapikal. Mereka dapat menyebabkan nekrosis pulpa oleh karena persistensinya di dalam saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk membandingkan kemampuan antibakteri ekstrak etanol daun sirih merah

Lebih terperinci

EFFECT OF AROMATHERAPHY TEA ESSENTIAL OIL (Malaleuca alternifolia Cheel) TO DECREASE NUMBER OF BACTERIAL IN AIR OF THE ROOM

EFFECT OF AROMATHERAPHY TEA ESSENTIAL OIL (Malaleuca alternifolia Cheel) TO DECREASE NUMBER OF BACTERIAL IN AIR OF THE ROOM EFFECT OF AROMATHERAPHY TEA ESSENTIAL OIL (Malaleuca alternifolia Cheel) TO DECREASE NUMBER OF BACTERIAL IN AIR OF THE ROOM Yanti Mulyana*, Sohadi Warya**, Nova**, Inayah * *Fakultas Kedokteran Unpad,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamu atau obat tradisional adalah salah satu kebanggaan Indonesia karena secara turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK KULIT LEMON (Citrus limon Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA LANDASAN GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK HEAT CURED

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK KULIT LEMON (Citrus limon Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA LANDASAN GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK HEAT CURED ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK KULIT LEMON (Citrus limon Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA LANDASAN GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK HEAT CURED Maria Clara Angelina, 2014. Pembimbing I : Dahlia Sutanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa adalah monosakarida yang berperan sebagai sumber karbon pada media pertumbuhan mikrobia, yang juga merupakan salah satu produk pertanian yang murah dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran Gigi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran Gigi PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SECARA IN VITRO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO Agnes Setiawan, 2011. Pembimbing 1: Fanny Rahardja, dr., M.si. Pembimbing 2: Roys A. Pangayoman

Lebih terperinci

PENGAMATAN ZONA HAMBAT MINYAK ATISIRI BAWANG PUTIH, CENGKEH DAN JINTAN HITAM. TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus; PENELITIAN IN VITRO

PENGAMATAN ZONA HAMBAT MINYAK ATISIRI BAWANG PUTIH, CENGKEH DAN JINTAN HITAM. TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus; PENELITIAN IN VITRO PENGAMATAN ZONA HAMBAT MINYAK ATISIRI BAWANG PUTIH, CENGKEH DAN JINTAN HITAM TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus; PENELITIAN IN VITRO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Uji daya antibakteri ekstrak kelopak bung mawar terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dilakukan dengan menggunakan metode dilusi cair dan dilusi padat. Pada metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat

Lebih terperinci

Koloni bakteri endofit

Koloni bakteri endofit Lampiran : 1 Isolasi Bakteri Endofit pada tanaman V. varingaefolium Tanaman Vaccinium varingaefolium Diambil bagian akar tanaman Dicuci (menghilangkan kotoran) Dimasukkan ke dalam plastik Dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, infeksi C.albicans dapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, infeksi C.albicans dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rongga mulut manusia merupakan salah satu tempat yang sering terkena penyakit salah satunya adalah kandidiasis. Kandidiasis sendiri merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO INTISARI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO Ria Hervina Sari 1 ; Muhammad Arsyad 2 ; Erna Prihandiwati

Lebih terperinci