BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan strata sosial ekonomi yang heterogen, dan pada akhirnya akan membawa pengaruh proses pertumbuhan dan perkembangan kota itu sendiri secara fisik (Amin, 2006). Pertumbuhan dan perkembangan fisik kota tersebut dipengaruhi juga oleh adanya kondisi fisik dasar suatu wilayah seperti kondisi topografi dan relief muka bumi, disamping adanya aspek kebutuhan masyarakat sendiri akan suatu aktivitas tertentu yang nantinya akan memunculkan berbagai fenomena yang berimplikasi pada pemanfaatan ruang kota dan secara umum pada pembentukan wajah kota. Secara umum ruang terbuka (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau (Goheen, 1998). Keseimbangan antara pembangunan kota dan ruang publik akhir-akhir ini semakin terganggu. Pengelola kota besar di Indonesia tidak memperhatikan secara serius kebutuhan masyarakat akan ruang publik sebagai tempat melakukan aktivitas ringan seperti, olah raga interaksi sosial atau rileksasi dan lainnya dimana orang dapat menikmati kelegaan di luar kesibukan. Namun yang terjadi di kota-kota besar yaitu hutan beton semakin mendominasi kawasan kota dan hampir tidak didapati ruang publik terbuka bagi masyarakat. Menurut Departmen PU ruang publik dalam tata guna lahan atau pemanfaatan ruang wilayah/area perkotaan adalah ruang terbuka (open space) yang dapat diakses atau dimanfaatkan oleh warga kota secara cuma-cuma sebagai bentuk pelayanan publik dari pemerintah kota yang bersangkutan demi keberlangsungan beberapa aktivitas sosial (rekreasi, kebersihan, keindahan, keamanan dan kesehatan) seluruh warganya. Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis, artinya ruang publik 1

2 dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial (Wu, 2003). Mall atau pusat-pusat perbelanjaan tidak akan pernah menjadi ruang publik utuh, meski belakangan ini tempat tersebut dijadikan sebagai lokasi bertemu, bertukar informasi, atau sekedar tempat rekreasi melepas kepenatan, mall tetap menampilkan wajah yang privat dimana orang yang ada disana cenderung berasal dari kalangan ekonomi tertentu. Tidak adanya kontak dan interaksi sosial sebagai prasyarat bagi penguatan kapital sosial merupakan alasan utama mengapa ruang publik tidak dapat tergantikan oleh mall atau pusat perbelanjaan. Sementara itu, secara spasial ruang publik didefinisikan sebagai tempat dimana setiap orang memiliki hak untuk memasukinya tanpa harus membayar uang masuk atau uang lainnya. Ruang publik dapat berupa jalan (termasuk pedestrian), tanah perkerasan (pavement), publik squares, dan taman (park) (Dwi, 2013). Salah satu kota di Indonesia yang mengusahakan adanya ruang terbuka hijau bagi masyarakat kota yaitu Kota Jakarta. DKI Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia, hal ini dikarenakan terpusatnya kegiatan baik kegiatan pemerintahan maupun kegiatan ekonomi di Jakarta. Kota Jakarta sangat padat dengan penduduk dan bangunan, hal ini membuat Jakarta sangat sedikit memiliki ruang terbuka dan ruang publik. Padahal ruang terbuka hijau sangat diperlukan oleh masyarakat kota, baik untuk berinteraksi ataupun rekreasi. Peran ruang terbuka hijau bagi masyarakat kota sangat penting, selain menyangkut tata ruang fisik lingkungan, ruang terbuka hijau juga mengemban fungsi dan makna sosial dan kultural yang sangat tinggi (Shinew, 2004). Namun, pertumbuhan kota yang cepat menyebabkan tuntutan kebutuhan lahan perkotaan makin meningkat. Komersialisasi lahan termasuk di permukiman kampung kota pun tidak dapat dihindari. Privatisasi lahan baik secara individual maupun badan hukum/lembaga telah menyebabkan eksistensi ruang terbuka hijau makin terpinggirkan. Bahkan di permukiman-permukiman padat penghuni, masyarakat sudah tidak memiliki lagi ruang terbuka hijau yang memadai untuk mewadahi aktivitas mereka. Di sisi lain, 2

3 miskinnya ruang publik yang dapat menampung berbagai aktivitas bersama dikhawatirkan terjadinya berbagai masalah sosial kemasyarakatan sebagai akibat dari kurangnya kebersamaan dan sosialisasi antarwarga. Masyarakat tidak lagi memiliki ruang bersama untuk saling berinteraksi, komunikasi antar warga, anakanak tidak lagi memiliki tempat bermain di ruang luar, sehingga budaya kebersamaan dan toleransi semakin terkikis (Schmelzkopf, 1995). Salah satu program Pemprov DKI Jakarta dalam memenuhi kebutuhan ruang publik bagi masyarakat ialah dengan membangun taman pintar. Pemprov DKI sedang berusaha untuk membangun taman pintar di tiap kecamatan, dan salah satu kecamatan yang berhasil dibangun taman pintar ialah Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Taman pintar adalah taman yang didirikan di tengah-tengah permukiman warga yang memiliki banyak fasilitas, diantaranya jogging/walking track, healthy track, 2 gazebo, kamar kecil, fasilitas cuci tangan dan arena bermain anak yang terdiri dari ayunan, perosotan, kincir putar dan masih banyak lagi. Setiap tanaman dan pohon diberi informasi lengkap mengenai jenis maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga ada lapangan untuk bermain futsal dan tempat memarkirkan sepeda. Taman pintar di kecamatan ini memiliki luas m 2. Luas taman ini memang lebih kecil dari taman-taman tingkat kecamatan pada umumnya, maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah keberadaan taman pintar ini dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Kecamatan Pulogadung akan ruang publik atau tidak. Gagasan pembangunan taman pintar ini berasal dari inisiatif pemerintah sendiri, hal ini dikarenakan pemerintah DKI Jakarta ingin melakukan perbaikan disegala bidang termasuk dari segi ruang terbuka hijau. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa pembangunan taman pintar ini bersifat top-down yang artinya tidak ada permintaan atau inisiatif dari masyarakat agar dibangunnya taman pintar atau ruang terbuka hijau. Maka dibutuhkanlah persepsi masyarakat untuk melihat sejauh mana kebermanfaatan yang dirasakan masyarakat akan adanya taman pintar, meskipun belum dapat memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau secara peraturan Undang-Undang, paling tidak taman pintar dapat sebgai alternative ruang publik. Penelitian ini ingin melihat kesesuaian fungsi fasilitas taman pintar yang 3

4 dimanfaatkan oleh masyarakat dengan konsep yang diinginkan oleh pemerintah. Hal ini dilakukan untuk melihat keberhasilan atau ketercapaian tujuan dari program pemerintah tersebut. Persepsi masyarakat juga diperlukan dalam hal mengindentifikasi fungsi taman pintar dan keberadaan fasilitas di taman pintar tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Keadaan kota Jakarta yang sangat padat dengan penduduk dan lahan terbangun membuat kota ini sangat sedikit memiliki ruang terbuka bagi penduduknya. Kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka, memunculkan ide pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Ketersediaan sebuah ruang terbuka di tengah wilayah yang padat penduduk dan permukiman memunculkan beberapa pertanyaan. Padatnya permukian dan lahan terbangun, membuat sangat minimnya lahan non terbangun. Lahan non terbangun yang sedikit inilah yang dimanfaatkan pemerintah secara optimal. Minimnya lahan ini yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah fungsi taman pintar yang dibuat dapat berjalan secara optimal atau tidak. Fungsi taman pintar dapat diidentifikasi dari fasilitas dan sarana dan prasarananya. Sarana dan prasarana dapat menunjukkan fungsi-fungsi dari taman pintar tersebut. Misalnya, terdapat sarana bermain anak seperti ayunan, jungkat-jungkit, dsb yang menunjukkan fungsi hiburan. Taman pintar yang disediakan oleh pemerintah daerah ditujukan untuk memberikan ruang terbuka publik bagi masyarakat. Persentase keberadaan ruang terbuka di DKI Jakarta masih jauh dari kata cukup, namun dengan adanya taman pintar ini, sedikit memberikan angin segar bagi masyarakat yang membutuhkan ruang publik. Taman pintar yang dibuat di perumahan padat penduduk ini tentu tidak dapat dikatakan cukup jika melihat jumlah peduduk yang tinggi. 4

5 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi kesesuaian konsep taman pintar yang disusun oleh pemerintah dengan implementasinya oleh masyarakat. 2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap berbagai fungsi taman pintar. 3. Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap keberadaan fasilitas di taman pintar. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bahan penyusunan skripsi guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Geografi UGM. 2. Memberikan gambaran kepada pemerintah tentang fungsi taman pintar yang sebenarnya terjadi di lapangan. 3. Menjadi pertimbangan dan evaluasi bagi pemerintah dalam hal pemanfaatan yang dilakukan masyarakat terhadap taman pintar. 4. Menjadi masukan bagi pemerintah apakah kebutuhan masyarakat akan ruang publik telah terpenuhi dengan adanya taman pintar atau tidak. 1.5 Keaslian Penelitian Taman pintar yang terletak di Kelurahan Kayu Putih diresmikan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 14 Maret Taman pintar ini termasuk ide yang masih sangat baru di DKI Jakarta, karena membangun sebuah taman kota dengan luas yang tergolong sempit dan berada di tengah-tengah permukiman warga. Taman pintar di Kelurahan Kayu Putih merupakan taman pintar yang diresmikan pertama kali di DKI Jakarta dan menjadi role model bagi taman-taman lain yang akan dibangun selanjutnya. Belum banyak penelitian yang membahas mengenai taman pintar di DKI Jakarta karena keberadaannya yang masih sangat baru. Taman pintar di DKI Jakarta memiliki konsep yang berfokus sebagai tempat interaksi warga, diantaranya untuk pelaksanaan diskusi warga, pelatihan pembuatan bibit kompos, dan posyandu. Hal ini memang dirasa cocok 5

6 dengan struktur taman pintar yang berada di lahan terbuka dengan tanamantanaman yang cukup rindang. Konsep taman pintar yang dibangun di DKI Jakarta berbeda dengan taman pintar yang berada di Kota Yogyakarta. Taman pintar di Yogyakarta memiliki fasilitas yang berbeda karena konsepnya yang berbeda pula. Taman pintar di Yogyakarta memiliki konsep sebagai tempat edukasi bagi anak-anak berusia dini hingga remaja, sehingga fasilitas yang disediakan antara lain playground sebagai ruang publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman Pintar; Gedung PAUD Barat dan Gedung PAUD Timur berisiperalatan peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak; Gedung Oval Kotak berisi berbagai peralatan peraga berbasis edukasi sains; Gedung Memorabilia berisi peralatan peraga tentang pengetahuan sejarah Indonesia; dan Planetarium berisi peralatan peraga berbentuk pertunjukan film pengetahuan tentang antariksa dan tata surya. Taman Ganesha di Kota Bandung juga merupakan taman kota yang difungsikan sebagai ruang terbuka publik. Namun variable yang digunakan untuk penelitian Taman Ganesha berbeda dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan di Taman Ganesha menggunakan variable orientasi, fungsi, aktifitas, pola tatanan massa serta kelengkapan. Tabel 1.1 Penelitian Terkait No. Peneliti Judul Variabel Intisari Metode 1. Chacha Dwi Efektivitas Perhatian, Efektifitas sign system yang Analisis data Armadania Sign System Pemahaman, Efek berada di Taman Pintar sekunder dengan cara sebagai Media Kognitif, Efek Yogyakarta termasuk efektif. uji validitas dan uji Komunikasi Afektif, Nilai pada tabel direct rating reabilitas. Visual EfekBehavioral memiliki nilai total rata-rata (Survey pada semua aspek yaitu sebesar Pengunjung sehingga sign system Taman Pintar termasuk dalam kategori baik Yogyakarta) sebagai media komunikasi visual yang berada di ruang publik. 6

7 2. Dwi Fungsi dan orientasi, fungsi, Taman Ganesha Bandung Pendekatan untuk Kustianingrum, Aktifitas aktifitas,pola dapat disimpulkan bahwa melakukan kajian ini Angga Taman tatanan massa taman ini merupakan salah satu melakukan metode Kusumah Ganesha serta kelengkapan taman kota yang masih fenomenologi yaitu Sukarya, Rifan Sebagai Taman Ganesha difungsikan sebagai ruang mempelajari dan Athariq Ruang Publik di Kota Bandung. terbuka publik. Berbagai memahami peristiwa Nugraha, di Kota macam kegiatan yang yang terjadi di Franderdi Bandung difungsikan oleh masyarakat lapangan. Rachadi kota Bandung sangat beragam, Tyagarga. mulai dari usia balita hingga lanjut usia, namun pengelolaan dan pemeliharaan yang kurang baik terhadap taman ini sebagian fasilitas yang dimiliki oleh taman ganesha tidak difungsikan dengan semestinya. 3. Niniek Kajian Jalan keadaan di Area sepanjang jalan Irian Pendekatan Kajian Anggriani Irian Barat sepanjang jalan Barat dan stren sungai Kalimas Teori. sebagai Ruang Publik Kota Surabaya Irian Barat Surabaya. yang mebelah kota Surabaya dapat dikatakan sebagai ruang publik yang terbentuk secara natural, merupakan ruang Pendekatan Penelitian Lapangan. publik dengan tipe Market/farmer s markets dan Waterfronts. 4. Danoe Iswanto Kajian Ruang Publik Ditinjau dari Segi Proporsi/ Skala dan Enclosure Scale and Human Vision Ruang terbuka dan keterlingkupan Melihat keluar dari dalam keterlingkupan Perkembangan sebuah kota terjadi dengan sangat pesat terutama sekali di kawasankawasan strategis, perkembangan ini ditunjang dengan adanya tuntutan dari kebutuhan masyarakat di kota yang semakin beranekaragam Teori proporsi/skala. Teori enclosure 7

8 Melihat dari macamnya terutama dalam hal luar ke dalam kenyamanan dan pelayanan keterlingkupan serta fasilitas infrastruktur Keterlingkupan yang ada di kota. Perubahan ini berganda mempengaruhi semua komponen tatanan yang ada di dalamnya seperti ruang publik, pengaruh keberadaan ruang publik dan bangunan disekitarnya. 5. Renitha Sari, Iwan Kustiwan Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang terbuka Hijau Publik di Kota Pesisir (Kasus: Kota Surabaya dan Ketersediaan Aktual dan Kebutuhan RTH Publik Ketersediaan Potensial dan Kebutuhan RTH Publik Ketersediaan RTH publik di Kota Surabaya lebih kecil, padahal ukuran kota menunjukkan lebih besar dari Kota Bengkulu. Sebaliknya kebutuhan RTH Kota Surabaya lebih besar. Dalam konteks penyediaan, secara keseluruhan Kota Surabaya Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptifkuantitatif, menggambarkan dan mengungkapkan secara jelas keadaan atau masalah terkait RTH publik Bengkulu) belum dapat memenuhi sebagaimana adanya. kebutuhan, sedangkan Kota Data yang dibutuhkan Bengkulu luas ketersediaan adalah data kuantitatif berada di atas kebutuhan yang kemudian berdasarkan jumlah penduduk. dianalisis secara deskriptif. 6. Budi Santoso, Retna Hidayah, Sumardjito Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Kondisi Fisik RTH Aktivitas pada RTH Kawasan prosentase RTH masih belum memenuhi standar karena hanya tersedia 20.45%; dari segi luasan belum memenuhi persyaratan; Untuk pola Pendekatan induktif dipakai dalam penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang Perkampungan pemanfaatan masing-masing memanfaatkan Plemburan RTH didasarkan pada analisis paradigma Tegal, Ngaglik pola pemanfaatannya penelitian Sleman diperoleh bentuk pemanfaatan interpretatif yang RTH kawasan untuk masing- bertujuan 8

9 masing lokasi dikategorikan ke membangun makna dalam: (a) fasilitas ruang berdasarkan kepada sosial; (b) lahan perkebunan; data-data lapangan. (c) lahan kosong (vacant land). Data dikumpulkan dengan berbagia teknik pengumpulan data mencakup observasi, pengamatan, dan pengukuran. Metode analisis dilakukan secara kualitatif deskriptif. Taman pintar memiliki fungsi 7. Naomi Klara Persepsi Masyarakat terhadap Berbagai Fungsi Taman Pintar di Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur Fungsi ruang publik, fungsi hiburan, fungsi keseimbangan lingkungan, fungsi edukasi, fasilitas di taman pintar, utama edukasi bagi anak, dan fungsi pendukung bagi orang dewasa dan lansia yaitu sebagai ruang publik, sarana olahraga, serta sarana hiburan. Metode yang digunakan ialah metode kuantitatif berupa crosstab untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antar kelompok umur ditiap variable. kepentingan mengunjungi taman pintar Penelitian mengenai ruang terbuka publik merupakan penelitian yang telah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang ditemukan diantaranya penelitian yang dilakukan di Taman Pintar Yogyakarta, Taman Ganesha Bandung, Jalan Irian Barat di Surabaya, dsb. Penelitian-penelitian yang sebelumnya lebih banyak memusatkan tujuan mereka pada analisis kebutuhan ruang terbuka hijau. Variabel-variabel yang digunakan juga sangat beragam sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Metode yang digunakan juga berbeda-beda, ada yang menggunakan 9

10 metode kuantitatif, ada pula kualitatif. Untuk penelitian-penelitian yang betujuan untuk mengetahui fungsi ruang terbuka publik, memakai metode kualititaif, sedangkan penelitian yang ingin mengetahui kajian ketersediaan ruang publik, menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya terutama dalam hal lokasi. Lokasi penelitian yang dipilih ialah di Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur. Taman pintar di kecamatan ini diresmikan pada tahun 2015, sehingga belum banyak penelitian yang mengangkat hal ini. Penelitian sebelumnya juga tidak membedakan golongan responden berdasarkan umur, sehingga persepsi disamakan atas nama pengunjung. Konsep RTH berupa taman pintar juga belum terdapat pada penelitian-penelitian sebelumnya. Taman pintar di DKI Jakarta sangat berbeda dengan taman pintar yang terdapat di Yogyakarta. Perbedaan yang jelas secara fisik ialah dari luas taman, fasilitas yang terdapat didalamnya, dan sifat taman itu sendiri. 1.6 Tinjauan Pustaka Pengertian Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka publik ialah ruang milik bersama, tempat masyarakat melakukan aktivitas fungsional dan ritualnya dalam suatu ikatan komunitas, baik kehidupan sehari-hari maupun dalam perayaan berkala yang telah ditetapkan sebagai sesuatu yang terbuka, tempat masyarakat melakukan aktivitas pribadi dan kelompok (Che Lam, 2005). Pengertian-pengertian mengenai ruang terbuka publik yang dikemukakan oleh para ahli perencanaan kota sangat beragam, beberapa pengertian ruang terbuka publik tersebut, adalah: 1. Ruang terbuka publik adalah lahan tidak terbangun di dalam kota dengan penggunaan tertentu. Pertama, ruang terbuka kota didefinisikan sebagai bagian dari lahan kota yang tidak ditempati oleh bangunan dan hanya dapat dirasakan keberadaanya jika sebagian atau seluruh lahannya dikelilingi pagar. Selanjutnya ruang terbuka didefinisikan sebagai lahan dengan penggunaan spesifik yang fungsi atau kalitas terlihat dari komposisinya (Rapuano, 1994). 10

11 2. Ruang terbuka publik merupakan ruang wadah aktivitas sosial yang melayani dan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat kota. Ruang terbuka juga merupakan wadah dari kegiatan fungsional maupun aktivitas ritual yang mempertemukan sekelompok masyarakat dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik (Guenola, 2002). 3. Ruang terbuka publik merupakan elemen vital dalam sebuah ruang kota karena keberadaannya di kawasan yang berintensitas kegiatan tinggi. Sebagai lahan tidak terbangun, ruang terbuka biasanya berada di lokasi strategis dan banyak dilalui orang (Nazarudin, 1994). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika. Secara umum, tujuan ruang terbuka publik (Wu, 2003) adalah: 1. Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat menjadi motivasi dasar dalam penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik yang menyediakan jalur untuk pergerakan, pusat komunikasi, dan tempat untuk merasa bebas dan santai. 2. Peningkatan Visual (Visual Enhancement) 11

12 Keberadaan ruang publik di suatu kota akan meningkatkan kualitas visual kota tersebut menjadi lebih manusiawi, harmonis, dan indah. 3. Peningkatan Lingkungan (Environmental Enhancement) Penghijauan pada suatu ruang terbuka publik sebagai sebuah nilai estetika juga paru-paru kota yang memberikan udara segar di tengah-tengah polusi. 4. Pengembangan Ekonomi (Economic Development) Pengembangan ekonomi adalah tujuan yang umum dalam penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik. 5. Peningkatan Kesan (Image Enhancement) Merupakan tujuan yang tidak tertulis secara jelas dalam kerangka penciptaan suatu ruang terbuka publik namun selalu ingin dicapai. Ruang terbuka publik sebagai salah satu elemen perancangan kota mempunyai fungsi-fungsi (Jenlink, 2007): Ruang terbuka publik melayani kebutuhan sosial masyarakat kota dan memberikan pengetahuan kepada pengunjungnya. Pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat sebagai tempat untuk bersantai, bermain, berjalan-jalan dan membaca. Ruang terbuka publik adalah simpul dan sarana komunikasi pengikat sosial untuk menciptakan interaksi antarkelompok masyarakat. Ruang terbuka publik dapat berupa landscape (ruang terbuka hijau) maupun hardscape (ruang terbuka terbangun), pengkategoriannya adalah (Cilliers, 2014): 1. Ruang terbuka publik skala lingkungan dengan luas dan lingkup pelayanan kecil, seperti ruang sekitar tempat tinggal (home oriented space), ruang terbuka lingkungan (neighbourhood space). 2. Ruang terbuka publik skala bagian kota yang melayani beberapa unit lingkungan, seperti taman umum (publik park), ruang terbuka untuk masyarakat luas (community space). 3. Ruang terbuka publik dengan fungsi tertentu, seperti ruang sirkulasi kendaraan (jalan raya/freeway, jalan arteri, dll), ruang terbuka publik di pusat 12

13 komersial (area parkir, plaza, dan mall), ruang terbuka publik kawasan industri, dan ruang terbuka publik peringatan (memorial). 4. Pasar terbuka publik (markets), yaitu ruang terbuka publik atau jalan yang digunakan untuk PKL, bersifat temporer pada ruang yang ada seperti taman, daerah pinggir jalan, atau area parkir. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ada kriteria yang harus dimiliki oleh ruang publik. Kriteria tersebut adalah (Goheen, 1998): 1. Aksesibilitas. Akses merupakan hal yang penting dalam keberhasilan ruang terbuka publik, yaitu kemudahan ruang terbuka publik untuk didatangi dan mudah dilihat. Ruang terbuka publik haruslah demokratis, ruang tersebut dapat diakses semua golongan, mudah diakses secara fisik maupun visual (Capron, 2002). 2. Kesenangan dan menarik pengguna. Ruang publik haruslah responsif, yaitu dapat menjawab kebutuhan pengguna dalam hal ini aktivitas aktif dan pasif yang dapat memberikan kesenangan. Aktivitas dan penggunaan menjadi kriteria ruang terbuka publik yang berhasil, tentunya dengan adanya aktivitas maka ruang tersebut dapat memberikan kesenangan dan akan menarik pengguna. Ruang tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan pengunjungnya dalam beraktivitas yang dapat memberikan kesenangan. 3. Keamanan dan kenyamanan. Ruang publik haruslah aman, dengan amannya sebuah ruang maka ruang tersebut dapat terus dikunjungi dan berfungsi dengan baik. Ruang publik haruslah responsif yaitu dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakat. Ruang yang nyaman ditandai dengan ruang yang bersih dan aman. 4. Mengikat masyarakat. Ruang publik harus memiliki makna dan keterkaitan bagi masyarakat, ruang yang bermakna dan memiliki keterikatan akan ditandai dengan adanya rasa kepedulian dari masyarakat pada ruang tersebut. keramahan merupakan hal yang penting ada pada ruang terbuka publik yang ditandai dengan adanya keterikatan masyarakat dengan ruang publik tersebut. 13

14 1.6.2 Pengertian Taman Pintar Taman Pintar adalah tempat wisata yang bisa dijadikan tempat untuk belajar dan mengetahui lebih banyak mengenai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan sebagai salah satu penunjang aktivitas anak, yang terbagi dalam beberapa aktivitas di dalamnya. Dengan adanya Taman Pintar anak diharapkan dapat belajar sambil bermain. Selain itu anak juga dapat Ilmu pengetahuan dan Teknologi di dalamnya, dan dapat mengenal luas apa saja yang ada di dalam bumi ini dan bagaimana sejarahnya. Taman pintar adalah suatu bangunan yang diperlukan untuk dunia pendidikan. Karena Taman Pintar, salah satu penunjang pendidikan bagi anak-anak usia dini, pra sekolah, maupun anak-anak remaja ataupun dewasa. Selain itu, Taman Pintar juga dapat di jadikan salah satu tempat rekreasi keluarga. Taman Pintar berfasilitaskan alat alat peraga yang dapat digunakan dengan mudah oleh anak anak pra sekolah maupun yang sudah bersekolah. Banyak orang tua jaman sekarang yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kegiatan anak untuk bermain bersama orangtua, dan belajar sangat minim waktunya. Dengan adanya Taman Pintar di suatu kota, bisa dijadikan tempat rekreasi bersama keluarga dan belajar bersama keluarga. Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Taman Pintar, yaitu: 1. Koleksi. Koleksi yang ada di dalam Taman Pintar, berupa alat-alat peraga yang digunakan untuk para pengunjung agar dapat digunakan. Dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. 2. Sumber Daya Manusia. Penanganan Taman Pintar ini juga membutuhkan tenaga ahli yang dapat merawat alat-alat peraga yang rentan oleh kerusakan. Jikalau pun alat peraga tersebut ada yang rusak, seorang tenaga ahli tersebut juga dapat memperbaikinya. 3. Pengolahan. Proses pengolahan di dalam Taman Pintar ini juga diperhatikan, karena di dalam pengolahan dalam mengurus alat-alat peraga yang ada juga harus dengan cara perawatan yang tepat. 14

15 4. Pengguna. Taman Pintar ini dalam pemilihan dan setting pengolahan sangat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik penggunanya. Hubungan antara pengguna dan pengelola Taman Pintar sangat erat. 5. Layanan yang diberikan dalam Taman Pintar ini harus dapat memberikan nilai lebih untuk pengunjung. Layanan yang diberikan berupa Tour Guide di setiap wahana-wahana yang akan dikunjungi oleh pengunjung. Tour Guide itu berfungsi sebagai seorang yang mengarahkan bagaimana cara menggunakan alat-alat peraga yang ada dan menjelaskan kegunaan dari alatalat peraga tersebut Fungsi Taman Pintar Fungsi dari Taman Pintar adalah sebagai pembelajaran melalui cara interaktif dan menghibur dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak-anak. Dengan dipergunakannya fungsi tersebut dengan sebaik-baiknya, banyak anak-anak maupun orang dewasa yang belajar melalui cara ini. Karena anak-anak pada usia pra-sekolah dan sekolah dasar lebih dapat menangkap hal-hal dan wawasan baru melalui pengalaman dan interaksi langsung, karena itu pendidikan yang berbasis alat peraga merupakan salah satu pilihan dalam mempelajari ilmu pengetahuan karena sifatnya tidak pasif tetapi melibatkan interaksi dari pengguna. Alat peraga pun dapat terus berkembang menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan, dalam hal ini bangunan taman pintar diharapkan bukan hanya menjadi wadah melainkan juga dapat menjadi bagian dari interaksi antara pengguna dan ilmu pengetahuan. Di dalam Taman Pintar pun, anak-anak dapat bermain dan belajar. Taman Pintar ini juga menyediakan taman bermain, sekaligus ruang terbuka hijau yang dapat menambah kesegaran di sekeliling bangunan. Taman yang ada di taman pintar ini, ada dua macam, yaitu : a. Taman Aktif yang memiliki fungsi sebagai tempat bermain, dengan dilengkapi elemen-elemen pendukung taman bermain. Selain itu juga dapat dijadikan tujuan wisata, dan banyaknya pengunjung di dalamnya. 15

16 b. Taman Pasif hanya sebagai taman estetis saja, sehingga kebanyakan untuk menjaga keindahan tanaman di dalam taman tersebut akan dipasang pagar di sepanjang sisi luar taman Pengertian Persepsi Masyarakat Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka (Suharto, 2005). Wirawan dalam buku Psikologi Sosial menjelaskan bahwa proses pandangan merupakan hasil hubungan antar manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam alam kesadaran (kognisi) yang dipengaruhi memori tentang pengalaman masa lampau, minat, sikap, intelegensi, dimana hasil atau penelitian terhadap apa yang diinderakan akan mempengaruhi tingkah laku. Maka dari beberapa defenisi diatas secara umum, peneliti membuat kesimpulan tentang persepsi adalah penafsiran berdasarkan data-data yang diperoleh dari lingkungan yang diserap oleh indera manusia sebagai pengambilan inisiatif dari proses komunikasi (Gerungan. 2006). Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dalam satu kesatuan dalam tatanan sosial masyarakat. Lebih lanjut adalah pendapat yang dikemukakan oleh Ralph Linton dalam Hari,dkk. (2013:295) menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup secara bersama-sama dan saling berhubungan. Artinya bahwa setiap individu manusia yang satu sadar akan adanya individu yang lain dan memperhatikan kehadiran individu tersebut. Bila dikombinasikan antara persepsi dan masyarakat maka defenisi persepsi masyarakat adalah sebuah proses dimana sekelompok individu yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang dianggap menarik dari lingkungan tempat tinggal mereka. 16

17 Terbentuknya persepsi pada diri individu dipengaruhi oleh banyak hal seperti dibawah ini (Gerungan, 2006): 1. Perhatian, biasanya tidak menangkap seluruh rangsang yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus perhatian antara satu orang dengan orang yang lain akan menyebabkan perbedaan persepsi. 2. Set, adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Perbedaan set akan menyebabkan adanya perbedaan persepsi. 3. Kebutuhan, baik kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri individu akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu. 4. Sistem Nilai, dimana sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berpengaruh pula terhadap persepsi. 5. Ciri Kepribadian, dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Faktor-faktor yang menentukan persepsi menjadi dua, yaitu (Gerungan, 2006): 1. Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor personal yang menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. 2. Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat. Stimulus fisik efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf individu. Faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktorfaktor yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan (Rakhmad, 1989). 17

18 1.7 Kerangka Pemikiran Beberapa permasalahan yang ada di perkotaan diantaranya ialah kepadatan penduduk yang tinggi dan keterbatasan lahan, terutama lahan kosong atau lahan non terbangun. Lahan-lahan telah dipadati oleh permukiman, perkantoran, dan bangunan-bangunan lainnya. Sedangkan meurut Undang-undang, suatu wilayah atau kota harus memiliki minimal 30% ruang terbuka hijau dari luas wilayahnya. Namun DKI Jakarta sudah sangat sulit memiliki ruang terbuka hijau, sehingga pemerintah harus memiliki ide lain agar kebutuhan ruang terbuka bagi masyarakat dapat terpenuhi. Pemerintah Kota DKI Jakarta membangun taman pintar yang dimaksudkan sebagai alternatif ruang terbuka hijau. Taman pintar ini diharapkan setidaknya memiliki fungsi dari aspek ruang publik, aspek keseimbangan lingkungan, aspek hiburan, dan aspek edukasi. Jika fungsi-fungsi tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat, maka taman pintar dapat berjalan sebagai ruang terbuka hijau yang kaya akan manfaat. Keberhasilan suatu program pemerintah, misalnya taman pintar yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka, tergantung pada masyarakat yang menggunakannya. Jika masyarakat dapat menggunakan secara optimal, maka masyarakat sendiri lah yang juga akan merasakan manfaat dari taman pintar ini. Pemerintah yang membangun taman pintar memiliki tujuan dan harapan yang tentu untuk kebaikan penduduk. Pemerintah memiliki konsep yang dibuat sebelum taman pintar ini dibangun, masyarakat juga memiliki persepsi masing-masing dalam menggunakan taman pintar. Hal ini akan menjadi tujuan penelitian yang pertama yakni melihat kesesuaian konsep antara pemerintah dengan pengetahuan dan pemanfaatan masyarakat. Taman pintar memiliki fungsi-fungsi diantaranya fungsi edukasi, fungsi keseimbangamn lingkungan, fungsi hiburan, dan fungsi ruang publik. Fungsi-fungsi ini merupakan fungsi yang minimal terdapat di ruang terbuka hijau. Persepsi masyarakat dibutuhkan dalam hal ini ialah untuk mengetahui apakah masyarakat merasakn fungsi tersebut atau tidak. Fasilitasfasilitas pada taman pintar tentu akan mendukung fungsi-fungsi diatas, artinya fungsi-fungsi akan tercapai jika fasilitasnya juga lengkap dan memadai. Tujuan 18

19 penelitian yang ketiga ialah mengidentifikasi fasilitas taman pintar dengan pengamatan dilapangan dan menanyakan persepsi masyarakat. Perlu adanya persepsi masyarakat, karena masyarakatlah yang memakai fasilitas tersebut dan tentu masyarakatlah yang mengetahui apakah fasilitas yang terdapat didalamnya sudah lengkap dan memnuhi fungsi-fungsi atau belum. Diagram 1.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan di DKI Jakarta Kepadatan Penduduk Tinggi Keterbatasan Lahan Ruang Terbuka Hijau Terbatas Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Taman Pintar Kesesuaian Pemanfaatan Taman Pintar Tujuan 1 Fungsi Edukasi Fungsi Keseimbangan Lingkungan Fungsi Hiburan Fungsi Ruang Publik Persepsi Masyarakat terhadap Fungsi Taman Pintar Tujuan 2 Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Fasilitas Taman Pintar Tujuan 3 19

20 1.8 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian yang akan dibahas adalah: 1. Apakah konsep taman pintar yang disusun oleh pemerintah dengan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sudah sesuai? 2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap berbagai fungsi taman pintar? 3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan fasilitas di taman pintar? 20

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO Sabua Vol.5, No.1: 35-39, Mei 2013 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO M. Sofyan Sugi 1, Rieneke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

PUBLIC PERCEPTION OF THE EXISTENCE SMART PARK BASED FUNCTIONS IN PULOGADUNG, EAST JAKARTA. Naomi Klara

PUBLIC PERCEPTION OF THE EXISTENCE SMART PARK BASED FUNCTIONS IN PULOGADUNG, EAST JAKARTA. Naomi Klara PUBLIC PERCEPTION OF THE EXISTENCE SMART PARK BASED FUNCTIONS IN PULOGADUNG, EAST JAKARTA Naomi Klara naomiklara0@gmail.com Andri Kurniawan andrikur@ugm.ac.id Abstract One of Jakarta Provincial Government

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Kesehatan Jiwa mahasiswa menjadi fenomena yang menarik untuk

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Kesehatan Jiwa mahasiswa menjadi fenomena yang menarik untuk 9 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kesehatan Jiwa Kesehatan Jiwa mahasiswa menjadi fenomena yang menarik untuk peneliti, karena telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Definisi Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur yang diperluas seperti square. Square merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat bagi manusia untuk bermukim dan beraktivitas. Jadi pada dasarnya kota merupakan human settlement. Menurut Doxiadis (1969), Human Settlement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA PUBLIK KELURAHAN BITUNG KARANG RIA DI KOTA MANADO

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA PUBLIK KELURAHAN BITUNG KARANG RIA DI KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.1: 207-214, Mei 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA PUBLIK KELURAHAN BITUNG KARANG RIA DI KOTA MANADO Rochmat Zulmi Sentono 1, I.L. Moniaga 2 &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang publik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang publik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik sebagai salah satu elemen penting perkotaan dapat menjadi petunjuk dan mencerminkan karakter khusus suatu masyarakat. Secara umum ruang publik/public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan Berkumpul Ruang publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktifitas rutin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan, Pelajar, dan Masyarakat Perpustakaan merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi mengumpulkan, menyimpan,dan memelihara koleksi pustaka apapun

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan perekonomian di kota-kota besar dan metropolitan seperti DKI Jakarta diikuti pula dengan berkembangnya kegiatan atau aktivitas masyarakat perkotaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi yang dibutuhkan manusia begitu banyak dan tidak dapat dipisahkan dari keseharian kehidupan. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D 000 449 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber:  25/4/ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa kini pola kehidupan manusia terlebih masyarakat kota besar atau masyarakat urban semakin modern, serba cepat, serba instan, sistematis, dan mekanis. Hal-

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, peran ruang terbuka hijau dibagi menjadi fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama terkait dengan fungsi ekologis, sedangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang, hal ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

Lebih terperinci

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997). Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia selalu membutuhkan adanya rekreasi dan Olah raga. Jakarta sebagai kota metropolitan kususnya di Jakarta utara, dimana perkembangan penduduknya sangat

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG MATA KULIAH ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN UNTUK UJIAN VERIFIKASI HASIL KONVERSI KURIKULUM DOSEN : Ir. NuzuliarRachmah, MT DISUSUN OLEH : MARIA MAGDALENA SARI A. 052. 09. 045

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung

Lebih terperinci

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta Ariati 1) ABSTRAKSI Pembangunan perumahan baru di kota-kota sebagian besar berkembang

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : IKHSAN FITRIAN NOOR L2D 098 440 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALYSIS OF PUBLIC GREEN OPEN SPACE IN BITUNG CITY Alvira Neivi Sumarauw Jurusan Perencanaan Wilayah, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Sri Sutarni Arifin 1 Intisari Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stearns dan Montag (1974) dalam Irwan (2005) menjelaskan bahwa kota merupakan suatu areal dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan manusia selain sandang pangan dan papan adalah sebuah rekreasi. Rekreasi dimana mereka bisa menghilangkan kepenatan mereka dan mencari suasana

Lebih terperinci

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Lebih terperinci

2016 MOTIF MASYARAKAT MELAKUKAN JENIS AKTIVITAS OLAHRAGA DILAPANGAN SABUGA BERDASARKAN USIA

2016 MOTIF MASYARAKAT MELAKUKAN JENIS AKTIVITAS OLAHRAGA DILAPANGAN SABUGA BERDASARKAN USIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat secara luas, ini terbukti dengan banyak tumbuh berkembangnya tempat-tempat olahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak kemajuan yang dicapai oleh manusia, sejalan dengan perkembangan teknologi, perekonomian, industri, komunikasi, dan rekreasi. Sehingga membawa masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR Oleh : FAJAR MULATO L2D 004 312 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang terbuka publik adalah satu ruang yang tidak terbangun dalam kota yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas estetika, lingkungan, dan juga kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan daerah yang memiliki mobilitas yang tinggi. Daerah perkotaan menjadi pusat dalam setiap daerah. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tumbuh kembang pada usia balita sangatlah menentukan kepribadian mereka di usia mendatang, sehingga sangat dibutuhkan pendampingan dalam proses belajarnya terutama dalam

Lebih terperinci

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penghijauan dalam kota merupakan satu upaya yang dapat menanggulangi degradasi dari kualitas lingkungan, yang pada dasarnya penghijauan merupakan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan pertumbuhan yang kini sedang dirasakan sebagian besar kotakota di Indonesia salah satunya adalah pertumbuhan permukiman informal di kawasan pusat kota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Pesatnya laju pembangunan di Indonesia menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota-kota di Indonesia kini tengah mengalami degradasi lingkungan menuju berkurangnya ekologis, akibat pembangunan kota yang lebih menekankan dimensi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan kota adalah kawasan yang ditutupi pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan, tidak tertata seperti taman, dan lokasinya berada di dalam atau

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat mengkritisi issue issue aktual tentang penataan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK Wiwik Dwi Susanti 1, Sri Suryani Y. W. 2 1, 2 Program Studi Arsitektur, FTSP, UPN Veteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada peningkatan ekonomi. Orientasi ekonomi membuat aspek sosial dan lingkungan seringkali diabaikan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sukabumi merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Barat, daerah kota Sukabumi meliputi wilayah seluas 48 km2. Kota Sukabumi terbagi atas tujuh

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) 1. LATAR BELAKANG

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) 1. LATAR BELAKANG BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) 1. LATAR BELAKANG a. Dasar Hukum Landasan yuridis kegiatan ini adalah : 1) Undang-Undang Nomor : 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung; 2) Undang-undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, pembahasan dan temuan yang dihasilkan dalam kasus ruang publik anak di Kota Yogyakarta ini dapat dirumuskan bab kesimpulan dan saran meliputi ringkasan temuan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berkembangnya suatu kota membawa konsekuensi terhadap perubahan fisik kota yang biasanya juga dibarengi pertumbuhan penduduk dan pembangunan fasilitas ekonomi yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat terjadinya pola aktivitas masyarakat mulai dari sosial, ekonomi, budaya dan politik. Kota yang berhasil tidak lepas dari penggunaan fungsi kota

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR 120 ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR Oleh : DWI FITRI SASMITA L2D 605 190 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan bagaimana penelitian ini dengan menjabarkan latar belakang,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang terkenal dengan gudegnya, masyarakatnya yang ramah, suasana yang damai tentram, nyaman dapat dirasakan

Lebih terperinci