BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain. Namun dalam setiap usaha pembangunan ekonomi daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain. Namun dalam setiap usaha pembangunan ekonomi daerah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Namun dalam setiap usaha pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama yang sama yakni untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah beserta masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada di daerah tersebut. Mahatma Gandhi pada awal abad XX pernah menyuarakan semangat swadesi yang kemudian diterjemahkan sebagai berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) oleh Bung Karno. Secara ekonomi, swadesi mengandung pengertian kemandirian yang bertumpu pada konsumsi modal (capital expenditure) dari negeri sendiri. Secara politik, berarti kebanggaan akan negerinya sendiri. Pelajaran yang dapat diambil ialah bahwa kebanggaan akan negeri sendiri dapat menumbuhkan kemandirian bila diimplementasikan menjadi aksi pembelaan yang nyata dengan dukungan pengerahan financial seperti membeli produk-produk lokal. Maka dari itu, dalam konteks percepatan pembangunan kabupaten Kulonprogo, swadesi ini diwujudkan dalam kebijakan Bela dan Beli Kulonprogo. Slogan ini bermakna bahwa jika anda ingin membela dan memajukan Kulonprogo cukup dengan membeli produk Kulonprogo. Dimulai dari sekarang, dari yang sederhana, mudah dan riil. Strategi ini menjadi landasan yang kuat bagi pembangunan 1

2 ekonomi daerah yang mandiri, dan tidak mustahil menjadi big push bagi perekonomian regional. Awal mula diluncurkan, Bela dan Beli Kulon Progo ini memberikan tujuh poin utama dalam gerakan Bela dan Beli Kulon Progo, diantaranya himbauan kepada masyarakat Kulon Progo untuk mengkonsumsi beras lokal sehingga menguntungkan petani Kulon Progo yang berasnya juga memiliki kualitas yang tidak kalah bagus dibanding beras luar. Pemerintah juga meluncurkan air minum dalam kemasan dengan nama AirKU yang airnya diambil dari mata air daerah Kulon Progo dan diolah oleh PDAM Tirta Binangun Kulon Progo. Dan yang hingga saat ini mendapatkan perhatian paling besar dari masyarakat yakni produksi batik geblek renteng. Namun seiring dengan bergulirnya waktu, program Bela dan Beli kulon progo kemudian terus berkembang. Begitu banyak produk-produk baru yang merupakan produk asli Kulon Progo, seperti gula semut, tas dari bahan alami yang dimiliki Kulon Progo, hingga olahan makanan modern yang diolah dari bahan-bahan tradisional asli Kulon Progo. Adapun tugas dari pemerintah daerah Kulon Progo adalah dengan terus meningkatkan kualitas produk lokal sembari terus mensosialisasikan gerakan kemandirian melalui program Bela dan Beli Kulon Progo ini. Sukses atau gagalnya kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah, tentu juga sangat dipengaruhi oleh adanya informasi dan komunikasi yang tepat diterima oleh masyarakat. Komunikasi antara pemerintah dan warga negara merupakan aspek penting, tidak hanya bagi keberhasilan pembangunan negara/kesuksesan perusahaan, tapi lebih jauh lagi bagi pendidikan masyarakat mengenai konsep pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks komunikasi sosial (penyebaran ide-ide pembangunan/pemasaran pada masyarakat luas) memberi pemahaman bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi untuk mengubah sikap dan perilaku mereka sesuai 2

3 dengan kehendak/tujuan komunikator. Menyikapi hal tersebut diperlukan strategi komunikasi (manajemen komunikasi). Tujuan dari strategi komunikasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Kulon Progo dalam program Bela dan Beli Kulon Progo adalah untuk mensinergikan aspek-aspek komunikasi seperti media, pesan, dan metode komunikasi sesuai dengan karakter masyarakat sebagai khalayak sasaran agar proses komunikasi berjalan dengan efektif. Dalam program Bela dan Beli Kulon Progo, pemerintah Kulon Progo merancang berbagai strategi komunikasi agar program ini berjalan sesuai dengan tujuannya. Menumbuhkan semangat bangkit masyarakat Kulon Progo dari sikap pasrah yang sudah tertanam erat atas keterpurukan ekonomi tentu membutuhkan upaya lebih. Terlebih pemerintah Kulon Progo sendiri tidak tanggung-tanggung menetapkan target, yakni agar di tahun 2015 Kulon Progo tidak lagi terjajah secara ekonomi,dan sudah berdiri menjadi kabupaten yang mandiri secara ekonomi. Oleh karena itu, pemilihan strategi komunikasi yang tepat menjadi penentu keberhasilan program ini. Strategi komunikasi ini dapat disebut sebagai guiding principle atau prinsip-prinsip pemandu yang dijadikan pedoman oleh pelaksana program ini dan para pemangku kepentingan lainnya dalam mencapai tujuan sosialisasi Bela dan Beli Kulon Progo yakni untuk memberikan pemahaman kepada khalayak sasaran sebagai penerima manfaat program. Dengan adanya strategi komunikasi yang menjadi panduan semua pihak yang terlibat dalam Bela dan Beli Kulon Progo ini, harapan adanya kesamaan persepsi dan langkah dalam menanggulangi kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat benar-benar akan terwujud. Salah satu yang memegang peranan penting dalam efektivitas organisasi yakni transparansi. Transparansi menjadi hal penting bagi sebuah organisasi untuk 3

4 mendapatkan dan mempertahankan kepercayaan publik (Bunting, 2004:6). Bunting menggarisbawahi bahwa untuk mendapatkan dan memegang kepercayaan, pemerintah harus membuka akses kesempatan pengawasan oleh publik, salah satunya dalam membagi informasi. Konsep transparansi informasi yang belum dipahami dengan baik oleh pemerintah Kulon Progo memberikan konsekuensi yakni banyak program/ kebijakan pemerintah daerah yang kurang populer dan implementasinya jauh dari harapan. Masalah utama komunikasi pemerintah yang sering terjadi adalah tidak munculnya prinsip resiprositas antara pelayan publik dengan publiknya itu sendiri. Idealnya, publik mengetahui informasi atas kegiatan untuk publik (public affair) dan terpenuhinya kebutuhan untuk mengetahui (right to know) masalah publik. Tidak heran jika kemudian menjadi sebuah progres tersendiri saat sebuah kebijakan baru, yakni Bela dan Beli Kulon Progo menjadi sebuah program/kebijakan yang populer terutama di kalangan masyarakat Kulon Progo sendiri yang selama ini terlihat apatis dengan berbagai program dari pemerintah daerah. Meskipun implementasi program belum maksimal sesuai harapan, namun dalam konteks komunikasi kebijakan Bela dan Beli Kulon Progo ini kemudian muncul pertanyaan bagaimana metode manajemen komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah Kulon Progo dalam program Bela dan Beli Kulon Progo sehingga mampu mereduksi sikap apatis terhadap kebijakan pemerintah daerah yang selama ini terlihat, terutama dari masyarakat Kulon Progo. 4

5 I. 2. Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang diatas, disusun rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah metode manajemen komunikasi pemerintahan dalam program pemberdayaan masyarakat (studi kasus tentang manajemen komunikasi program Bela dan Beli Kulon Progo di Kulon Progo, Yogyakarta)? I. 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang metode manajemen komunikasi pemerintahan dalam program pemberdayaan masyarakat, dalam kasus ini kita mengambil studi tentang manajemen komunikasi program Bela dan Beli Kulon Progo di Kulon Progo, Yogyakarta. I. 4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah kepustakaan atau bahan referensi bagi peneliti, khususnya penelitian dalam ranah disiplin ilmu komunikasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini mencoba untuk memberikan kontribusi berupa pemikiran dan temuan-temuan empirik mengenai manajemen komunikasi pemerintahan sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis. 5

6 3. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pelengkap untuk penelitian lebih lanjut bagi pihak yang tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan manajemen komunikasi secara umum dan khususnya dalam manajemen komunikasi pemerintahan. I. 5. Kerangka Pemikiran I Komunikasi Pemerintahan Komunikasi pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yakni komunikasi dan pemerintahan. Objek materiil ilmu komunikasi ialah perilaku manusia, yang dapat merangkum perilaku individu, kelompok, dan masyarakat. Sedangkan objek formalnya ialah situasi komunikasi yang mengarah pada perubahan sosial termasuk pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku individu, masyarakat, dan pengaturan kelembagaan. Komunikasi dimaksudkan untuk menyampaikan pesan, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain, dan komunikasi dapat dikatakan efektif bila ada kesamaan makna dan bahasa. Komunikasi adalah penciptaan makna antara dua orang atau lebih lewat penggunaan simbol-simbol atau tanda-tanda, komunikasi disebut efektif apabila makna yang tercipta relatif sesuai dengan yang diinginkan komunikator (Mulyana, 1999:49) Komunikasi mempunyai tujuan dan fungsi. Tujuannya adalah perubahan sikap, pendapat, perilaku social. Sedangkan fungsi komunikasi yaitu menyampaikan informasi, menididik, menghibur, dan mempengaruhi (Effendy, 2000:8). 6

7 Drs. Musanef (1989:7) memberikan definisi ilmu pemerintahan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki bagaimana sebaiknya hubungan antara pemerintah dan yang diperintah, dapat diukur sedemikian rupa sehingga dapat dihindari timbulnya berbagai pertentangan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, dan mengusahakan agar terdapat keserasian pendapat serta daya tindak efektif atau efisien dalam pemerintahan. Jadi, komunikasi pemerintahan merupakan proses penyampaian ide-ide atau gagasan dalam program pemerintahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan Negara yani kesejahteraan rakyat. Komunikasi pemerintahan menurut Erliana Hasan (2005:95) adalah penyampaian ide, program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal ini pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang diinginkan masyarakat. Secara umum, pemerintah diasumsikan sebagai komunikator, sedangkan masyarakat sebagai komunikan. Namun jika merujuk pada tipe komunikasi sirkular, maka masyarakat pun dapat member ide atau gagasan kepada pemerintah, hal seperti ini sering disebut sebagai proses umpan balik terhadap proses kebijakan atau pesan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk rakyat. I Proses Manajemen dalam Aktivitas Komunikasi Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa agar komunikasi pemerintah berjalan dengan efektif, maka perlu diperhatikan beberapa faktor penentu dan juga diperlukan keahlian untuk mendesain faktor-faktor tersebut dengan tepat. Oleh 7

8 karena itu, komunikasi membutuhkan sebuah manajemen agar strategi komunikasi dapat direncanakan dengan maksimal untuk mendapatkan hasil yang optimal. Proses manajemen dalam aktivitas komunikasi merupakan hal penting, tidak hanya bagi organisasi korporat melainkan juga bagi organisasi pemerintah. Mengaplikasikan proses manajemen dalam kegiatan komunikasi berarti melakukan proses perencanaan hingga evaluasi dengan menggunakan sumber-sumber daya komunikasi untuk mewujudkan sasaran / tujuan organisasi. Proses manajemen tidak terlepas dari strategi komunikasi. Menurut Effendy (2000:32), strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Selanjutnya menurut Effendy, strategi komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu: secara makro (Planned multi-media strategy) dan secara mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu: menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informative, persuasive, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi baik ruang maupun waktu yang dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh berbagai cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat. 8

9 I Manajemen Komunikasi Menurut Michael Kaye (1994:25) Manajemen komunikasi pemerintahan adalah bagaimana individu atau manusia mengelola proses komunikasi melalui penyusunan kerangka makna dalam hubungannya dengan orang lain dalam berbagai lingkup komunikasi dengan mengoptimalisasi sumber daya komunikasi dan teknologi yang ada. Menurut Griffin (2006:32), tujuan manajemen adalah adalah sebagai pengontrol sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat tercapai seseuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Menurut Suprapto (2011:139), manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi termasuk pemerintah guna mempermudah tujuan, menjaga keseimbangan diantara tujuan yang saling bertentangan serta mencapai efisiensi dan efektivitas. Manajemen dalam komunikasi atau manajemen komunikasi dinilai sangat penting dan memegang peranan besar dalam pencapaian tujuan komunikasi. Jadi secara umum, definisi manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Manajemen komunikasi menjadi hal yang penting dalam suatu organisasi, karena bertujuan agar proses komunikasi organisasi tidak hanya berjalan dengan efektif, namun juga efisien. Efektif disini berarti tujuan komunikasi tercapai sesuai dengan rencana komunikasi. Sedangkan efisien berarti menggunakan sumber daya komunikasi dengan sebaik-baiknya untuk pencapaian hasil yang optimum. Dikatakan 9

10 efisien tetapi tidak efektif, bila sumber daya komunikasi dimanfaatkan dengan baik namun tidak mencapai sasaran/tujuan komunikasi. Sebaliknya, efektif namun tidak efisien berarti dalam mencapai sasaran/tujuan komunikasi menggunakan sumber daya komunikasi berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi. Berdasarkan Cutlip, Center & Broom (2005: 267) manajemen komunikasi terdiri dari empat tahap, yakni : 1. Mendefinikan Masalah Merupakan tahap dimana Humas sebagai pelaksana manajemen komunikasi melakukan penyelidikan tentang latar belakang masalah dengan menganalisa situasi yang sedang terjadi dan menangkap apa yang dibutuhkan oleh publik, serta memonitor opini masyarakat sehingga problem/masalah kehumasan bisa ditentukan dan dirumuskan. 2. Perencanaan Komunikasi Dalam perencanaan komunikasi erat kaitannya dengan strategi komunikasi yang akan dilaksanakan. Dalam perencanaan komunikasi terdiri dari beberapa poin yakni perumusan sasaran dan tujuan, penetapan sasaran khalayak, strategi pesan, strategi media, strategi komunikator, serta anggaran dan jadwal. 3. Aksi dan Komunikasi Dalam tahap ini terdiri dari dua poin yakni strategi aksi dan strategi komunikasi. Strategi aksi berupa tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam mencapai tujuan program dengan melakukan perubahan atau perbaikan dalam kebijakan, prosedur, produk, layanan, ataupun perilaku organisasi. Sedangkan strategi komunikasi merupakan tahap dimana seluruh komponen komunikasi, seperti khalayak, pesan, media, dan komunikator diintegrasikan sehingga strategi 10

11 komunikasi menjadi efektif dan tepat sasaran sehingga tujuan awal program tercapai. 4. Evaluasi Komunikasi Evaluasi merupaka tahap penilaian atas persiapan, pelaksanaan (implementasi), dan hasil program (dampak). Evaluasi merupakan aktivitas humas (pemerintah) dalam menilai apakah sosialisasi yang dijalankan telah efektif dan mencapai tujuan. I. 6. Kerangka Konsep Dalam konteks komunikasi dalam program pemberdayaan masyarakat, penyebaran ide-ide pembangunan dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi untuk mengubah sikap dan perilaku mereka sesuai dengan kehendak/ tujuan komunikator (pemerintah). Menyikapi hal tersebut maka diperlukan manajemen komunikasi. Manajemen komunikasi dibutuhkan oleh semua organisasi, termasuk pemerintah saat akan menyebarkan ide/ informasi pembangunan kepada masyarakat. Karena tanpa manajemen komunikasi, usaha penyebaran informasi pembangunan oleh pemerintah akan sia-sia dan sulit menarik partisipasi masyarakat, sehingga pencapaian tujuan utama yakni kemandirian masyarakat akan lebih sulit. Hal ini pulalah yang kemudian juga diterapkan oleh pemerintah Kulon Progo dalam rangka menginformasikan program Bela dan Beli Kulon Progo. Dalam rangka mensukseskan program Bela dan Beli Kulon Progo, pemerintah daerah Kulon progo menerapkan konsep manajemen komunikasi agar tujuan utama dari program ini tercapai, yakni tercapainya kesejahteraan ekonomi dan kemandirian masyarakat. 11

12 Manajemen komunikasi menjadi hal penting dalam upaya mengkampanyekan program Bela dan Beli Kulon Progo, karena dapat ditentukan siapa saja publik/ target yang akan menjadi sasaran dan juga bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka. Rangkaian konsep dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 1.2. Kerangka Konsep Penelitan Tahapan Manajemen Komunikasi Mendefinisikan masalah Perencanaan dan pemrograman Definisi Tahap untuk mengetahui latar belakang masalah yang ada serta melakukan penyelidikan dan memonitor opini masyarakat sehingga problem / masalah kehumasan bisa ditentukan dan dirumuskan. Tahap dimana humas (pemerintah) menyusun strategi mendasar tentang apa yang akan dilakukan dan dengan langkah apa untuk mengatasi problem / masalah yang telah dirumuskan dalam tahap sebelumnya. 12 Indikator Adanya identifikasi kebutuhan publik (problem, perhatian, atau peluang yang sedang terjadi di kabupaten Kulon Progo) Adanya analisa situasi (faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi yang terjadi di Kulon Progo) Adanya penelitian dan pemantauan opini, tindakan, dan perilaku pihak-pihak yang terkait dan dipengaruhi oleh tindakan dan kebijakan pemerintah Kulon Progo Adanya perumusan tujuan program (apa yang diharapkan pemerintah Kulon Progo dari sosialisasi program Bela dan Beli Kulon Progo) Adanya identifikasi publik sasaran program (lingkungan internal maupun eksternal yang harus direspons, dijangkau, dan dipengaruhi oleh program) Adanya strategi pesan yang dirancang untuk sosialisasi program (isi dan cakupan pesan)

13 Adanya strategi media / saluran yang digunakan untuk sosialisasi program Adanya strategi komunikator (siapa yang bertanggungjawab untuk menyampaikan pesan) Adanya anggaran dan Jadwal Aksi dan komunikasi Dalam tahap ini humas (pemerintah) mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang dirancang untuk mencapai tujuan spesifik bagi masing-masing publik. Implementasi ini terkait dengan bagaimana humas melakukan tindakan dan komunikasi pada publik yang telah dirumuskan sebelumnya dalam tahap perencanaan, guna menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien antara pemerintah dan publiknya. Adanya strategi aksi (tindakan yang diambil oleh pemerintah Kulon Progo dalam mencapai tujuan program dengan melakukan perubahan atau perbaikan dalam kebijakan, prosedur, produk, layanan, ataupun perilaku organisasi) Adanya implementasi atas perencanaan komunikasi (bagaimana integrasi antara sasaran publik, pesan, media, dan komunikator dalam pelaksanaan sosialisasi Bela dan Beli Kulon Progo) Adanya hambatan-hambatan komunikasi yang bisa terjadi selama pelaksanaan sosialisasi Bela dan Beli Kulon Progo Evaluasi Tahap penilaian atas persiapan, pelaksanaan (implementasi), dan hasil program (dampak). Evaluasi merupakan aktivitas humas (pemerintah) dalam menilai apakah sosialisasi yang dijalankan telah efektif dan mencapai tujuan. 1. Evaluasi Persiapan Adanya penilaian tentang proses persiapan pelaksanaan sosialisasi, diantaranya : Kecukupan informasi latar belakang untuk desain program 13

14 Ketepatan pesan dan isi aktivitas Kualitas pesan dan presentasi aktivitas 2. Evaluasi implementasi 3. Evaluasi dampak Adanya penilaian tentang proses pelaksanaan (implementasi) sosialisasi, diantaranya : Jumlah pesan yang dikirim ke media dan aktivitas yang didesain Jumlah pesan yang ditempatkan dan aktivitas yang diimplementasikan Jumlah orang yang menerima pesan Jumlah orang yang memperhatikan pesan Adanya penilaian tentang hasil yang dicapai (dampak) dari proses sosialisasi, diantaranya : Jumlah orang yang memahami pesan Jumlah orang yang mengubah opini Jumlah orang yang mengubah sikap Jumlah orang yang berbuat sesuai yang diharapkan Jumlah orang yang mengulangi perilaku Perubahan sosial dan cultural I. 7. Metodologi Penelitian Penelitian Deskriptif Kualitatif Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Menurut Creswell (2003:1) penelitian kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah social atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambaran holistic 14

15 lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah menggambarkan sebuah susunan perspektif atau informasi dari sebuah masalah. Sedangkan jenis deskriptif kualitatif memang diarahkan untuk mengetahui kondisi suatu objek pada masa kini sehingga deskripsi kualitatif cocok digunakan untuk mendeskripsikan dan menilai pelaksanaan manajemen komunikasi pemerintah Kulon Progo dalam program Bela dan Beli Kulon Progo Studi Kasus Penelitian mengenai manajemen komunikasi ini menggunakan pendekatan studi kasus. Alasan yang mendasar penggunaan pendekatan tersebut karena permasalahan yang ada membutuhkan penggalian mendalam terhadap fakta dan data. Pendekatan studi kasus merupakan pendekatan yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci (Surachman, 1982:143). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus tentang manajemen komunikasi program Bela dan Beli Kulon Progo di Kulon Progo, Yogyakarta. Hal ini peneliti pilih karena program Bela dan Beli Kulon Progo menjadi salah satu program/ kebijakan yang paling cepat mendapatkan perhatian dari masyarakat, terutama masyarakat Kulon Progo yang selama ini sangat apatis terhadap program/ kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana metode manajemen komunikasi pemerintah Kulon Progo sehingga program Bela dan Beli Kulon Progo ini mampu mereduksi rasa apatis masyarakat, terutama masyarakat Kulon Progo terhadap program/ kebijakan pemerintah. 15

16 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunaka beberapa jenis pengumpulan data, antara lain : 1. Wawancara mendalam, yakni peneliti melakukan wawancara secara mendalam terhadap semua informan yang telah direncanakan, dimana pertanyaannya telah disesuaikan dengan kapasitasnya sebagai narasumber. Dalam penelitian ini, peneliti akan cenderung menggunakan teknik wawancara berpaduan guided interview. Pada tahap awal wawancara tersebut akan dilakukan kepada narasumber inti, sebagai titik awal snowball. Dari informan penelitian awal tersebut, kemudian dikembangkan wawancara lanjutan dengan informaninforman penelitian lain yang telah diidentifikasi informan awal; 2. Pengumpulan data lapangan dalam bentuk dokumen resmi. Dalam hal ini peneliti akan mencari dengan cara menghubungkan beberapa informasi terkait yang memiliki dokumen resmi sebagai data pendukung bagi peneliti dalam menganalisis data dan informasi. 3. Studi pustaka, yaitu berupa pencarian dan pengumpulan berbagai data terkait dengan manajemen komunikasi pemerintah, baik yang diambil dari buku-buku ilmiah, hasil penelitian dan jurnal maupun sumber referensi lainnya yang diambil dari internet. Data ini diharapkan mampu memberikan kajian yang lebih mendalam secara teoritis dan mendukung temuan data di lapangan serta hasil wawancara. 16

17 Objek Penelitian dan Informan Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pemerintah Kulon Progo terkait dengan manajemen komunikasi program Bela dan Beli Kulon Progo yang akan digali dari subyek penelitian yang kemudian disebut informan. Adapun informan yang dimaksud, diantaranya : a. Informan Primer : 1. dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) (Bupati Kulon Progo) 2. Rudi Widyatmoko, S.Sos. (Ka Bag Humas dan TI Kabupaten Kulon Progo) 3. Arning Rahayu, SIP (Ka Subag Humas Kabupaten Kulon Progo) 4. Burhanuddin, S.ST. (Staf Subag Data dan Informasi Kabupaten Kulon Progo) b. Informan Sekunder : 5. Suyono (Bagian Pelanggan PDAM Tirta Binangun Kulon Progo) 6. Vita Anggraini (Pengusaha Batik dan Pengurus Koperasi Batik Kulon Progo) 7. Tri Sangkono (Pengelola Radio Komunitas Swara Desa) Batasan Penelitian Dalam penelitian ini dipandang perlu untuk melakukan pembatasan masalah secara operasional. Pembahasan akan difokuskan pada manajemen komunikasi pemerintah daerah Kulon Progo dalam program Bela Beli Kulon Progo. Adapun manajemen komunikasi dalam penelitian ini dibatasi sebagai proses mendefinisikan masalah, perencanaan komunikasi, aksi dan komunikasi, 17

18 serta evaluasi komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kulon Progo dalam program Bela Beli Kulon Progo. Topik penelitian yang diambil dan dibahas merupakan kejadian yang berlangsung mulai dari Maret 2012, tepat saat Bela dan Beli Kulon Progo dilaunchingkan hingga Juni Adapun peneliti melakukan penelitian mengenai manajemen komunikasi pemerintah Kulon Progo dalam program Bela dan Beli Kulon Progo dimulai pada bulan November 2013 hingga Juni Batasan waktu penting diberikan karena pemerintah daerah Kulon Progo akan terus menerus melakukan strategi komunikasi untuk program Bela Beli Kulon Progo, ditambah dengan perkembangan media komunikasi yang sangat dinamis serta jumlah sasaran khalayak yang bisa bertambah sehingga strategi komunikasi dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. 18

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, pada penelitian yang berjudul Strategi Kampanye Public

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, pada penelitian yang berjudul Strategi Kampanye Public BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, pada penelitian yang berjudul Strategi Kampanye Public Relations Humas Kabupaten Kulon Progo dalam

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TIPE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui rangkaian proses yang panjang. Mengukitp dari Burhan Bungin, dalam konteks ilmu sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi kelompok Proses komunikasi kelompok tidak bisa terlepas dari hubungan dengan orang lain. Sekumpulan orang yang melakukan suatu proses komunikasi tentunya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaman ini banyak sekali perusahaan ataupun organisasi yang bergerak dibidang yang sama. Hal ini menjadikan terciptanya persaingan antar perusahaan atau organisasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 36 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini berfokus pada Strategi Komunikasi BP3AKB dalam mensosialisasikan perlindungan anak kepada masyarakat di Kota Bekasi, dan bertujuan untuk memberikan gambaran dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI MEDIA RELATIONS PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI MEDIA RELATIONS PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI STRATEGI MEDIA RELATIONS PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Humas Pemerintahan Kabupaten Boyolali Dalam Menjalin Hubungan Dengan Media) Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh beberapa ahli komunikasi. Komunikasi mengandung makna bersama sama (common). Istilah komunikasi berasal

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI KOMUNITAS LESBI DI MAKASSAR

PERILAKU KOMUNIKASI KOMUNITAS LESBI DI MAKASSAR PERILAKU KOMUNIKASI KOMUNITAS LESBI DI MAKASSAR OLEH: SARTIKA MARHAN E 311 07 002 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi Jurnalistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa ada orang lain. Hal ini berarti manusia harus saling berinteraksi dengan orang lain. Untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hulu Energi ONWJ merupakan perusahaan berskala internasional dengan keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hulu Energi ONWJ merupakan perusahaan berskala internasional dengan keberhasilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alasan mengapa penulis tertarik untuk meneliti topik ini adalah karena Pertamina Hulu Energi ONWJ merupakan perusahaan berskala internasional dengan keberhasilan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan organisasi, dan secara keseluruhan ditentukan oleh cara berkomunikasi. Oleh karena itu komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations atau Humas secara garis besar adalah komunikator sebuah organisasi atau perusahaan, baik kepada publik internal maupun publik eksternal. Bagi sebuah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar bertanggungjawab penuh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Bapak Drs. Ariyadi, MM selaku Kepala Bagian Humas Kabupaten. 1. Apa itu program Bela Beli Kulon Progo?

HASIL WAWANCARA. Bapak Drs. Ariyadi, MM selaku Kepala Bagian Humas Kabupaten. 1. Apa itu program Bela Beli Kulon Progo? Lampiran 1. HASIL WAWANCARA A. Hasil wawancara pada tanggal 30 Desember 2016 dengan narasumber Bapak Drs. Ariyadi, MM selaku Kepala Bagian Humas Kabupaten Kulon Progo 1. Apa itu program Bela Beli Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini tipe yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun sifat penelitian yang digunakan oleh penulis adalah bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun sifat penelitian yang digunakan oleh penulis adalah bersifat 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Adapun sifat penelitian yang digunakan oleh penulis adalah bersifat deskriptif, yakni penelitian yang memberikan gambaran atau deskripsi keadaan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Konstruksi Branding melalui Acara Sambang Desa. Kabupaten Mojokerto guna terjun langsung ke desa-desa untuk

BAB IV ANALISIS DATA. Konstruksi Branding melalui Acara Sambang Desa. Kabupaten Mojokerto guna terjun langsung ke desa-desa untuk BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Upaya Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam melakukan Konstruksi Branding melalui Acara Sambang Desa Sambang Desa merupakan salah satu program Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain biasanya terjadi dalam dua konteks, yaitu komunikasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. lain biasanya terjadi dalam dua konteks, yaitu komunikasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam sebuah perusahaan khususnya dan umumnya organisasiorganisasi lain biasanya terjadi dalam dua konteks, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam

Lebih terperinci

JURNAL TESIS. Oleh : RR. LAKSMI HANDAYANINGSIH NPM :

JURNAL TESIS. Oleh : RR. LAKSMI HANDAYANINGSIH NPM : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DALAM RANGKA EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR HASIL PAJAK DAERAH DI DINAS PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia adalah makhluk hidup sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dijadikan bahan acuan adalah tulisan yang disusun oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : 469-487) berjudul Quality of Communication Experience:

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif.

BAB III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. BAB III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah tipe penelitian menjelaskan makna-makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan sumber daya manusia yang sangat berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan sumber daya manusia yang sangat berharga bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber daya manusia yang sangat berharga bagi keluarga dan memegang peran penting sebagai kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 Tahun 2004 tentang Tata Ruang Wilayah Berau tahun 2001 2011 tanggal 29 Mei 2004, telah menetapkan secara khusus kawasan alokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan manusia setiap harinya untuk berinteraksi antar sesama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan manusia setiap harinya untuk berinteraksi antar sesama untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjdi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Komunikasi dilakukan manusia setiap harinya untuk berinteraksi antar sesama untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan seharihari, perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial tersebut. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 77 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian. Adapun metode penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Maksud dari deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk melukiskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana Manajemen Media Relations Humas PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian kali ini peneliti akan menggunakan paradigma postpositivistik. Yakni dengan mengungkapkan secara terperinci menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

Produksi Media PR Cetak

Produksi Media PR Cetak Produksi Media PR Cetak Modul ke: 07Fakultas FIKOM Humas dan Audiens Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Public Relations merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 109 Metode penelitian dibutuhkan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 109 Metode penelitian dibutuhkan oleh BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 109 Metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai dampak Badan Usaha Milik Desa ( BUMDES) bagi kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SETDA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SETDA PROVINSI JAWA TENGAH BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SETDA PROVINSI JAWA TENGAH A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Setda Provinsi Jawa Tengah Dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif. Menurut Dezin dan Lincoln (2009), kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF

PERENCANAAN PARTISIPATIF PERENCANAAN PARTISIPATIF Pengertian Perencanaan Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL DAN MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Kamaruddin Hasan 2

ANALISIS MODEL DAN MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Kamaruddin Hasan 2 ANALISIS MODEL DAN MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Kamaruddin Hasan 2 Poin-poin penting yang disampaikan dalam panel forum dengan Optimalisasi Komunikasi Pembangunan Partisipatif menuju Aceh yang lebih

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian berikut Menurut Semiawan (2010:1), pengertian metodologi adalah sebagai kata metode dan metodologi sering dicampur adukkan dan disamakan. Padahal keduanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan Kualitatif yakni menjelaskan dan menggambarkan fenomenafenomena yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Deskriptif yaitu memberikan gambaran dari suatu gejala sosial tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Deskriptif yaitu memberikan gambaran dari suatu gejala sosial tertentu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat / Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunaan metode Deskriptif. Menurut Robert K Yin dalam bukunya Studi Kasus Desain dan Metode mengatakan bahwa metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. simbol serta memaknai simbol-simbol yang digunakannya. Namun lambang

BAB I PENDAHULUAN. simbol serta memaknai simbol-simbol yang digunakannya. Namun lambang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan sebuah proses interaksi pertukaran lambang. Lambang juga disebut tanda, kode, atau simbol. Manusia selalu menggunakan simbol serta memaknai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu kegiatan sosial perusahaan, dari tahun ke tahun semakin menjadi perbincangan. CSR merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada sebuah perusahaan bahwa tanggungjawab seorang public relations sangat diperlukan dengan tujuan membina hubungan yang baik dengan stakeholder termasuk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk salah satu bagian lembaga pemerintahan karena institusi tersebut di bawah Pemda Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Morse (dalam Daymon dan Holloway, 2008:368) penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi Komunikasi Politik adalah perencanaan komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh dengan sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah penting yang dihadapi oleh lembaga-lembaga baik ekonomi, sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan hubungan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya sekarang ini. Melalui komunikasi sejumlah individu mengadakan interaksi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bertugas untuk memberikan masukan tentang konsekuensi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bertugas untuk memberikan masukan tentang konsekuensi dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, khususnya di Jakarta, berpengaruh secara signifikan pada meningkatnya fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public

BAB 1 PENDAHULUAN. asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations dalam dunia perhotelan telah menjadi hal yang tidak asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public Relations sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat atau tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat atau tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Sifat atau tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Dosen Pembimbing. Djoko Setiabudi, S. Sos, MM NIP

ABSTRAKSI. Dosen Pembimbing. Djoko Setiabudi, S. Sos, MM NIP ABSTRAKSI Judul : Peran Humas Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah Sebagai Fasilitator Komunikasi Dalam Mensosialisasikan Anti Golongan Putih (Golput) Kepada Calon Pemilih Pemilu Presiden Dan Wakil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. mengetahui bagaimana strategi Humas dalam meningkatkan citra perusahaan di

BAB IV ANALISIS DATA. mengetahui bagaimana strategi Humas dalam meningkatkan citra perusahaan di BAB IV ANALISIS DATA Setelah data disajikan pada bab III selanjutnya data akan di analisis untuk mengetahui bagaimana strategi Humas dalam meningkatkan citra perusahaan di PT Askes (Persero) Cabang Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada pengelolaan komplain Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Surabaya kepada pelanggan di media sosial. Pemilihan fokus

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 24 BAB 3 METODE PENELITIAN Secara umum bab ini menjelaskan metode yang digunakan peneliti dalam keseluruhan proses penelitian. Di sini akan diuraikan metode yang digunakan dalam penelitian mulai dari jenis

Lebih terperinci

Strategi Pesan PT. Air Mancur PadaWebsite Dalam Membangun Citra. Peduli Kepada Masyarakat RINI ERRIVANH / IKE DEVI SULISTYANINGTYAS

Strategi Pesan PT. Air Mancur PadaWebsite Dalam Membangun Citra. Peduli Kepada Masyarakat RINI ERRIVANH / IKE DEVI SULISTYANINGTYAS Strategi Pesan PT. Air Mancur PadaWebsite Dalam Membangun Citra Peduli Kepada Masyarakat RINI ERRIVANH / IKE DEVI SULISTYANINGTYAS PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki. Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang dijalaninya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 77 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Metodologi penelitian adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini Marketing Public Relations sangat di butuhkan tidak hanya menjual suatu produk

Lebih terperinci

4 menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan dan memelihara kualitas website mereka, karena saat ini website mungkin menjadi salah satu alat

4 menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan dan memelihara kualitas website mereka, karena saat ini website mungkin menjadi salah satu alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia melakukan interaksi dengan sesama agar dapat menjaga keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Humas merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengevaluasi opini, sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur suatu individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dikarenakan, penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dikarenakan, penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dikarenakan, penelitian yang bersifat analitis. Selain itu data penelitian yang akan dikumpulkan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dimana metode ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang faktafakta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian Humas (Public Relations)

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian Humas (Public Relations) BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Hubungan Masyarakat (Humas) 2.1.1 Pengertian Humas (Public Relations) (Cutlip, Center dan Broom, 2009:4) menyatakan bahwa, Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai

Lebih terperinci

perumusan dan pelaksanaan kebijakan program kerja PGRI, (c) peluang

perumusan dan pelaksanaan kebijakan program kerja PGRI, (c) peluang 70 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif dilaksanakan dengan memfokuskan pada upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar semua orang untuk dapat bertahan hidup. Ketersediaan pangan dalam jumlah yang yang cukup, baik jumlah maupun mutunya menjadi isu yang paling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi manusia saling membentuk pengertian dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi manusia saling membentuk pengertian dengan lingkungannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses komunikasi setua peradaban manusia di dunia ini, dan sejalan dengan perkembangan zaman. Bentuk komunikasinya pun terus berkembang. Melalui komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomenafenomena yang ada,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi nonverbal pada klub

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi nonverbal pada klub BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi nonverbal pada klub selam Anemon jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Tipe penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memulai sebuah usaha memang harus didahului dengan taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu membutuhkan modal yang besar. Mengawalinya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah yang digulirkan oleh pemerintah setelah runtuhnya rezim Orde Baru merupakan sebuah jawaban atas berbagai gejolak yang terjadi di dalam masyarakat akibat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Penelitian ini bertema kegiatan community relations yang dilakukan oleh manajemen organisasi terhadap komunitasnya. Lebih khusus, penelitian ini berfokus pada manajemen community relations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Masyarakat (humas) merupakan bentuk kegiatan dan sekaligus suatu proses komunikasi. Proses komunikasi dalam kegiatan humas merupakan hal yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Interaksi sosial orang dengan HIV/AIDS dalam pemudaran stigma diteliti dengan pendeketan kualitatif. Pendeketan ini dipilih karena aspek interaksi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat berkaitan erat dengan kejelian dan ketepatan dalam mengidentifikasi, memformulasi, mengemas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antara manusia. Kegiatan komunikasi

Lebih terperinci